• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN DAN PEMAHAMAN PERMAINAN (TGfU) TENIS MEJA PADA SISWA SMP KELAS VII DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN DAN PEMAHAMAN PERMAINAN (TGfU) TENIS MEJA PADA SISWA SMP KELAS VII DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR."

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

Citra Sandra Irani, 2013

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN DAN PEMAHAMAN PERMAINAN (TGfU) TENIS MEJA PADA SISWA SMP KELAS VII

DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Olahraga

Oleh:

CITRA SANDRA IRANI NIM: 1102656

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING

Pembimbing I,

Prof. H.Y.S. Santoso Giriwijoyo

Pembimbing II,

Dr. Nurlan Kusmaedi, M.Pd.

Mengetahui:

Ketua Program Studi Pendidikan Olahraga,

(3)

Citra Sandra Irani, 2013

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENANDATANGANAN

DISETUJUI DAN DITANDATANGANI OLEH:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. H.Y.S. Santoso Giriwijoyo Dr. Nurlan Kusmaedi, M.Pd

Penguji 1, Penguji II,

(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN DAN PEMAHAMAN PERMAINAN (TGfU) TENIS

MEJA PADA SISWA SMP KELAS VII DALAM UPAYA

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR” ini beserta seluruh isinya adalah

benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Juli 2013

Yang membuat pernyataan,

(5)

ABSTRAK

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN DAN PEMAHAMAN PERMAINAN (TGfU) TENIS MEJA PADA SISWA SMP KELAS VII

DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

CITRA SANDRA IRANI 1102656

Penelitian ini difokuskan pada pembelajaran tenis meja untuk meningkatkan hasil belajar domain kognitif, afektif dan psikomotor. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keberhasilan implementasi pembelajaran dan pemahaman permainan atau TGfU (Teaching Games for Understanding) dalam meningkatkan hasil belajar siswa domain kognitif, afektif dan psikomotor.

Metode dalam penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas, peneliti berperan sebagai pelaksana penelitian serta dibantu teman sejawat sebagai observer. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 9 Purwakarta dengan subjek penelitian adalah siswa kelas VII sebanyak 32 orang. Penelitian ini terdiri dari 3 siklus dan setiap siklus berisi 2 tindakan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan dengan catatan lapangan, lembar pengamatan, angket dan rekaman foto. Hasil penelitian yang diperoleh dianalisis dan disajikan dalam bentuk deskriptif kualitatif.

Hasil belajar tenis meja dari ketiga siklus diperoleh jumlah kelulusan dan nilai rata-rata : siklus 1 domain kognitif 21 siswa (66%, 71), siklus 2 diperoleh 27 siswa (84%, 77), siklus 3 diperoleh 30 siswa (94%, 82). Domain psikomotor siklus 1 yaitu 22 siswa (69%, 72), siklus 2 diperoleh 25 siswa (78%, 73), siklus 3 diperoleh 29 siswa (91%, 76). Domain afektif menunjukkan peningkatan yang paling tinggi, siklus 1 sebanyak 24 siswa (75%, 73), siklus 2 berjumlah 28 siswa (88%, 76), siklus 3 adalah 31 siswa (97%, 77).

Kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah terjadi peningkatan hasil belajar pada domain kognitif, afektif dan psikomotor siswa kelas VII SMPN 9 Purwakarta melalui pembelajaran dan pemahaman permainan (TGfU) tenis meja. Akan tetapi pada materi penjas lainnya sebaiknya dapat diterapkan pula, ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai serta didukung oleh semua pihak yang terkait dengan dunia pendidikan, dunia usaha, pemerintah dan masyarakat sehingga kualitas penyelenggaraan belajar mengajar dapat meningkat.

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR ii

UCAPAN TERIMA KASIH iv

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR GRAFIK xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 8

C. Batasan Masalah 9

D. Tujuan Penelitian 9

E. Manfaat Penelitian 10

1. Manfaat Teoritis 10

2. Manfaat Praktis 10

F. Definisi Istilah 12

G. Penenelitian yang Relevan 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Penjaskes Intrakurikuler 16

B. Tujuan dan Ruang Lingkup Pembelajaran Penjaskes 21

C. Definisi Pendekatan dan Model Pembelajaran serta Pembelajaran

dan Pemahaman Permainan (TGFU) 23

1. Definisi Pendekatan Pembelajaran 23

2. Definisi Model Pembelajaran 24

3. Model Pembelajaran dan Pemahaman Permainan TGFU 25

D. Hakekat Belajar dan Pembelajaran 31

1. Hakekat Belajar 31

2. Hakekat Pembelajaran 32

E. Hasil Belajar 33

1. Pengertian hasil Belajar 33

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar 34

F. Domain Kognitif, Afektif, dan Psikomotor dalam Penjaskes 35

1. Domain Kognitif dalam Pembelajaran Penjaskes 36

2. Domain Afektif dalam Pembelajaran Penjaskes 39

3. Domain Psikomotor dalam Pembelajaran Penjaskes 42

G. Tenis Meja 47

1. Permainan Tenis Meja 47

2. Teknik Bermain Tenis Meja 47

a. Pegangan (Grip) 47

(7)

b. Sikap/ Posisi Bermain (Stance) ... 48 c. Teknik Pukulan (Stroke) ... 48 H. Kerangka Pemikiran ... 53

1. Pembelajaran dan Pemahaman Permainan (TGfU) Tenis Meja

dalam Meningkatkan Hasil Belajar Domain Kognitif 53 2. Pembelajaran dan Pemahaman Permainan (TGfU) Tenis Meja

dalam Meningkatkan Hasil Belajar Domain Psikomotor 54 3. Pembelajaran dan Pemahaman Permainan (TGfU) Tenis Meja

dalam Meningkatkan Hasil Belajar Domain Afektif 56

I. Hipotesis Tindakan 57

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 58

1. Lokasi Penelitian 58

2. Subjek Penelitian 58

B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian 59

1. Metode Penelitian 59

2. Desain Penelitian 61

3. Prosedur Penelitian 64

C. Alat Pengumpul Data 69

D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 86

1. Teknik Pengolahan Data 86

2. Analisis Data 87

E. Waktu dan Tempat Penelitian 88

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil SMPN 9 Purwakarta 89

B. Deskripsi Kondisi Prasiklus Pembelajaran Tenis Meja 90

C. Deskripsi Hasil Siklus 1 93

D. Deskripsi Hasil Siklus 2 118

E. Deskripsi Hasil Siklus 3 138

F. Pembahasan Hasil Penelitian 155

G. Diskusi Penemuan 170

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan 174

B. Rekomendasi 175

DAFTAR PUSTAKA 177 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(8)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah merupakan tempat belajar dan mengajar berlangsung antara siswa

dengan siswa, siswa dengan guru serta siswa dengan lingkungan sekitarnya.

Melalui proses belajar terjadi proses interaksi sehingga tiap-tiap individu saling

berhubungan. “Belajar adalah suatu perubahan perilaku, akibat interaksi dengan

lingkungannya" (Muhammad, 2005:14). Perubahan perilaku dalam proses belajar

terjadi akibat interaksi dengan lingkungan. Interaksi biasanya berlangsung secara

sengaja. Dengan demikian belajar dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan

dalam diri individu. Sebaliknya apabila tidak terjadi perubahan dalam diri

individu maka belajar belum dikatakan berhasil.

Pendidikan jasmani adalah kegiatan jasmani yang disajikan sebagai bagian

dari kegiatan kurikuler, yang dipergunakan sebagai media (wahana) bagi

pendidikan. Pendidikan adalah proses mengembangkan domain kognitif, afektif

dan psikomotor (Giriwijoyo, 2010:82). Mata pelajaran pendidikan jasmani

intrakurikuler di sekolah, khususnya SMP kelas VII pada saat ini alokasi

waktunya terbatas, yaitu hanya 2 jam pelajaran atau 2 x 45 menit per minggu.

Dengan keterbatasan alokasi waktu tersebut, maka guru penjas harus

mengefektifkan dan mengefisienkan waktu sebaik mungkin, sehingga tujuan

pembelajaran dapat tercapai. Apabila pembelajaran pendidikan jasmani dalam

kegiatan intrakurikuler dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, maka dapat

menunjang pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, sosial serta

emosional yang serasi, selaras dan seimbang.

Hal ini ditegaskan dalam Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi bahwa kelompok mata

pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan pada SMP/MTS/SMPLB

dimaksudkan untuk meningkatkan potensi fisik serta membudayakan sportivitas

(9)

Senada dengan pernyataan yang terdapat pada Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional tersebut (Cholik, 2005:8) menyatakan sebagai berikut:

Pendidikan jasmani bukan hanya sekedar aktivitas fisik yang hanya bertujuan untuk menguasai suatu keterampilan atau kompetensi gerak yang bersifat motorik, tetapi justru bagaimana mentransformasi nilai-nilai yang terkandung termasuk disiplin, tanggungjawab, kerjasama, kejujuran, saling menghargai, dsb.

Dari pernyataan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan

pendidikan jasmani adalah membantu siswa untuk meningkatkan kesegaran

jasmani melalui pengenalan dan penanaman sikap positif, kemampuan gerak dasar

dan berbagai aktivitas jasmani. Agar tujuan pendidikan jasmani dapat terlaksana

selaras dengan tujuan yang tertuang dalam pendidikan nasional, maka guru

pendidikan jasmani harus mampu melaksanakan pembelajaran yang aktif dan

menyenangkan bagi siswa. Sehingga para siswa selalu bersemangat dalam

mengikuti pembelajaran penjas tanpa rasa bosan atau malas dikarenakan

pembelajaran yang dirancang oleh guru membuat mereka ingin kembali lagi untuk

melakukan aktivitas jasmani di sekolah.

Kegiatan intrakurikuler hendaknya dapat memacu para siswa lebih

menggemari aktivitas jasmani. Selama pembelajaran berlangsung guru sebaiknya

memperhatikan aktivitas siswa secara individu, mulai dari karakter siswa, bakat

dan minat siswa dalam bidang olahraga sampai masalah-masalah yang dihadapi

siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan bimbingan dan kegiatan

belajar mengajar yang baik dan disenangi oleh para siswa, diharapkan dapat

menambah motivasi siswa mendalami pendidikan jasmani dengan bersedia

mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Karena dalam kegiatan intrakurikuler dengan

waktu yang terbatas, jumlah siswa yang cukup banyak, agak sulit untuk

meningkatkan prestasi siswa dalam bidang olahraga tertentu. Oleh karena itu

untuk meningkatkan bakat dan minat mereka dalam bidang olahraga yang mereka

senangi, para siswa hendaknya menambah waktu berolahraga di luar jam

pelajaran penjas (ekstrakurikuler).

Guru pendidikan jasmani dalam melaksanakan pembelajarannya perlu

(10)

pembelajaran yang diberikan kepada siswa dapat dikatakan berhasil serta

berkualitas. Graham (Suherman, 2009:12):

1. Developmentally appropriate practices (DAP): program-program latihan

atau aktivitas gerak yang diberikan harus sesuai dengan kemampuan gerak anak didik yang sedang belajar.

2. Instructionallly appropiate practices: cara-cara penyampaian latihan atau

aktivitas gerak secara pedagogis sangat efektif, efisien dan dapat dipertanggungjawabkan...

Dengan memperhatikan karakteristik program pendidikan jasmani,

diharapkan para guru dapat mencapai keberhasilan dalam mengajar. Keberhasilan

dalam mengajar mengandung arti siswa belajar dan mengembangkan sikap positif,

guru mendapatkan kepuasan dari mengajarnya dan program penjas yang diberikan

sesuai dengan tujuan sekolah.

Salah satu kompetensi dasar pendidikan jasmani di Sekolah Menengah

Pertama (SMP) adalah mempraktikkan teknik dasar salah satu nomor olahraga

bola kecil beregu dan perorangan serta nilai kerjasama, kejujuran dan

menghormati lawan.

Permainan tenis meja merupakan permainan yang sudah lama berkembang

di Indonesia dan cukup digemari oleh masyarakat, akan tetapi para siswa saat ini

pada umumnya kurang termotivasi dan terampil dalam permainan ini karena

terbatasnya sarana dan prasarana yang tersedia, seperti: meja tenis, bet, bola, net

dan ruangan atau lapangan khusus tempat bermain tenis meja. Pada waktu

melaksanakan pembelajaran di sekolah, guru pendidikan jasmani mengalami

kesulitan untuk mengajarkan siswa supaya terampil dalam bermain tenis meja dan

memahami permainan ini. Jumlah siswa yang cukup banyak yaitu 35-40 siswa,

tidak sebanding dengan peralatan tenis meja yang tersedia 2 buah, bet 4 buah, bola

2 dus (10 buah). Selain itu sekolah belum menyediakan ruangan khusus dalam

melakukan permainan ini. Adapun keadaan peralatan olahraga tenis meja di

(11)

Tabel 1.1

Data Peralatan Olahraga Tenis Meja di SMP Negeri Kabupaten Purwakarta Tahun Pelajaran 2012-2013

No. Nama Sekolah

Jumlah

Lokasi Pembelajaran Siswa Meja

Tenis Bet Bola

1 SMPN 1 Purwakarta 864 4 15 25 Gedung serba guna

2 SMPN 2 Purwakarta 862 2 12 40 Teras kelas

3 SMPN 3 Purwakarta 859 2 8 30 Ruang kelas

4 SMPN 4 Purwakarta 671 2 13 20 Ruang kesenian

5 SMPN 5 Purwakarta 861 3 20 50 Ruang kelas

6 SMPN 6 Purwakarta 574 2 16 35 Lab IPA

7 SMPN 7 Purwakarta 640 3 15 40 Teras kelas

8 SMPN 8 Purwakarta 608 2 14 30 Teras kelas

9 SMPN 9 Purwakarta 568 2 10 30 Teras kelas

Pelajaran tenis meja termasuk ke dalam permainan olahraga bola kecil.

Alokasi waktu yang dirancang oleh guru dalam Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) biasanya diberikan 2- 3 kali pertemuan dalam 1 semester.

Oleh karena itu untuk dapat melakukan keterampilan bermain tenis meja,

memiliki pengetahuan serta memahami permainan tenis meja dengan baik, tentu

saja akan sangat sulit dicapai oleh siswa jika alokasi pembelajarannya sangat

singkat.

Selain itu untuk mendapatkan kesempatan bermain menggunakan meja

tenis di sekolah siswa harus menunggu giliran temannya. Jika para siswa hanya

melakukan aktivitas jika disuruh oleh guru, ALT (Active Learning Time) akan

berkurang atau kesempatan siswa dalam melakukan tugas gerak terbatas, pada

akhirnya hanya duduk atau bergurau. Hal ini akan mengurangi tingkat motivasi

belajar siswa dalam mempelajari permainan tenis meja dan pada akhirnya

berdampak pada lemahnya tingkat pengetahuan, pemahaman dan keterampilan

(12)

Kurangnya keterampilan dan pemahaman siswa terhadap permainan tenis

meja, berdasarkan hasil tes awal/ prasiklus yang dilakukan oleh peneliti kepada

siswa kelas VIId pada tanggal 16 Januari 2013. Dari jumlah siswa 32 orang,

diketahui para siswa yang memperoleh nilai kognitif rata-rata hanya 46 dan nilai

tertinggi 60. Nilai psikomotor rata 46 nilai tertinggi 55, dan nilai afektif

rata-rata hanya 50 dan tertinggi hanya 60.

Berdasarkan data tersebut, penulis merasa perlu meningkatkan

perencanaan, pelaksanaan dan proses evaluasi pembelajaran dengan berbagai

macam metode, strategi, pendekatan dan model pembelajaran yang dapat

meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dalam bermain tenis meja.

Terutama menciptakan modifikasi alat yang sederhana, murah dan aman serta

mendesain model pembelajaran yang efektif, efisien dan menyenangkan sehingga

siswa akan lebih termotivasi dalam mempelajari permainan tenis meja.

Selain itu siswa juga perlu diajarkan pengetahuan tentang peralatan,

peraturan permainan dan cara bermain tenis meja (teknik, taktik dan strategi untuk

mengungguli lawan). Dengan demikian tujuan pembelajaran tenis meja dapat

tercapai, yaitu siswa memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang konsep gerak,

teknik-teknik dasar permainan tenis meja (kognitif), siswa mampu mempraktikkan

keterampilan teknik-teknik dasar permainan tenis meja (psikomotor) serta siswa

menanamkan nilai-nilai respek, peduli, fair play, kerja keras, berpikir logis, kreatif

dan inovatif (afektif). Seperti yang dinyatakan oleh (Giriwijoyo, 2010:82)

pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan yang mengembangkan:

1. Domain kogntif: kemampuan penalaran, pengayaan pengetahuan/keilmuan dan keluasan wawasan, khususnya yang dapat dicapai melalui penyajian olahraga intrakurikuler.

2. Domain afektif:

a. Sikap rohaniah meliputi: aspek mental, intelektual dan spiritual, b. Sikap sosial yang sesuai norma sosial melalui pendidikan jasmani 3. Domain psikomotor: perilaku siswa sehari-hari yang sesuai dengan

pengetahuan baru dan pola sikap baru yang diperolehnya melalui pengalaman dan peran sertanya dalam proses pendidikan jasmani.

Agar standar kompetensi di dalam mata pelajaran pendidikan jasmani

(13)

dalam kurikulum, maka guru pendidikan jasmani harus mampu melaksanakan

kegiatan Pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan

(PAIKEM) bagi para siswa. Sehingga pada waktu jam pelajaran penjas

berlangsung seluruh siswa terlibat aktif mempraktikkan aktivitas jasmani baik

yang diinstruksikan oleh guru maupun kreativitas para siswa sendiri dalam

berlatih. Aktivitas jasmani selalu dirancang dengan berbagai kegiatan yang

variatif, tidak membosankan, ditunjang pula oleh modifikasi peralatan yang

inovatif. Selalu berkreasi memikirkan ide-ide, gagasan dan berbagai metode atau

cara agar siswa tertarik. Pada akhirnya seluruh siswa selalu menunggu-nunggu

saatnya pelajaran penjas karena mereka sangat menyenangi berbagai kegiatan

yang disajikan oleh guru.

Oleh karena itu perlu adanya usaha yang keras dari para guru penjas di

dalam menerapkan berbagai model-model pembelajaran, pendekatan, metode

maupun modifikasi dalam pembelajaran. Maka penulis tertarik untuk meneliti

model pembelajaran dan pemahaman permainan atau TGfU (Teaching Games for

Understanding) tenis meja dalam upaya meningkatkan hasil belajar pada tiga

domain perilaku belajar yaitu: kognitif, psikomotor dan afektif.

Penelitian ini menurut penulis sangatlah penting karena menyangkut

peningkatan kualitas pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah, dimana saat

ini para guru dituntut mengembangkan, mengkaji dan melakukan berbagai

penelitian berdasarkan permasalahan yang dihadapi pada saat mengajar di

kelasnya sendiri. Sehingga dalam rangka memecahkan masalah yang dihadapi

oleh penulis pada saat mengajar di sekolah dengan materi tenis meja dan untuk

mencapai tujuan pendidikan secara menyeluruh pada domain kognitif, psikomotor

dan afektif, maka mendorong penulis melakukan Penelitian Tindakan Kelas

(PTK). Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah implementasi pembelajaran

dan pemahaman permainan tenis meja (TGfU) dapat meningkatkan hasil belajar

domain kognitif, afektif dan psikomotor.

Dengan mendesain rencana pembelajaran, melakukan tindakan

pembelajaran, melakukan pengamatan domain kognitif, psikomotor dan afektif

(14)

siswa domain kognitif, psikomotor dan afektif serta terpeliharanya kebugaran

jasmani para siswa.

Melalui implementasi model TGfU atau pembelajaran dan pemahaman

permainan penulis berusaha menanamkan pemahaman konsep gerak yang harus

diterapkan pada saat mempraktikkan keterampilan gerak dalam permainan tenis

meja dengan menerapkan nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Berperan

sebagai fasilitator sekaligus pelaksana penelitian, penulis merancang berbagai

permainan yang dapat menyempurnakan keterampilan siswa untuk memainkan

permainan tenis meja.

Penelitian ini mengajarkan pemahaman konsep gerak, teknik dasar dan

peraturan tenis meja melalui permainan supaya mencapai tingkat pemahaman

yang baik, sehingga tujuan pembelajaran tenis meja dapat tercapai yaitu siswa

menampilkan hasil belajar yang meningkat dalam permainan tenis meja setelah

mengikuti kegiatan pembelajaran dengan model TGfU.

Dengan demikian bentuk variasi permainan yang mirip dengan permainan

sesungguhnya, baik yang dirancang oleh guru maupun siswa perlu dipraktikkan

dengan perencanaan matang, sinergis dan berkelanjutan agar pembelajaran tenis

meja lebih aktif, disukai dan menyenangkan bagi para siswa. Model pembelajaran

TGfU, memberi kesempatan kepada siswa untuk menikmati olahraga dan

permainan dengan versi permainan yang dimodifikasi, sambil membantu mereka

mengembangkan tingkat keterampilan bermain dalam permainan dan olahraga di

masa depan (Harvey dan Hans, 2010: 3).

Menurut Thorpe, Bunker dan Almond (Griffin & Butler, 2005:1): Model

pembelajaran dan pemahaman permainan atau TGfU merupakan sebuah alat

untuk mengkonseptualisasikan pengajaran dan pembelajaran permainan, sangat

mengutamakan peran guru sebagai fasilitator dan peran siswa untuk aktif dan

terlibat dalam proses pembelajaran.

Implementasi pembelajaran dan pemahaman permainan tenis meja pada

siswa kelas VII SMP dalam upaya meningkatkan hasil belajar domain kognitif,

psikomotor dan afektif siswa, maka perlu dilakukan penelitian yang lebih cermat

(15)

menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau classroom research

maka penulis dituntut memperbaiki proses belajar yang telah direncanakan,

dilaksanakan, kemudian direfleksi bila ada permasalahan dan akhirnya diperbaiki

dan dibuat perencanaan ulang agar lebih baik. Penelitian ini akan mengamati

keadaan respon kognitif, psikomotor dan afektif siswa terhadap permainan tenis

meja.

Dalam proses belajar mengajar permainan tenis meja, banyak faktor yang

menetukan hasil belajar, di antaranya faktor internal dan eksternal. Faktor internal

adalah faktor bawaan, minat, motivasi dan intelegensi. Sedangkan yang termasuk

faktor eksternal adalah pelatih atau guru, waktu latihan, sarana dan prasarana,

metode pengajaran atau pelatihan (Safari, 2010: 3).

Dengan demikian hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh

siswa berkat adanya usaha dan proses belajar yang dapat dinilai dalam bentuk

pemahaman, keterampilan dan nilai-nilai karakter sehingga nampak pada diri

individu tersebut perubahan tingkah laku. Dengan bantuan guru siswa dibimbing

melalui kegiatan pembelajaran. Dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang

menunjang serta dengan berbagai metode dan model pembelajaran yang bervariasi

diharapkan siswa memperoleh peningkatan hasil belajar.

Peran peneliti sekaligus pengajar pendidikan jasmani dalam penelitian ini

sangat menguntungkan terutama dalam peningkatan kualitas pembelajaran materi

pelajaran pendidikan jasmani. Bukan hanya pada materi tenis meja saja

implementasi pembelajaran dan pemahaman permainan (TGfU) dapat

dilaksanakan, akan tetapi pada materi pendidikan jasmani yang lainnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk menetapkan judul:

“Implementasi Pembelajaran dan Pemahaman Permainan (TGfU) Tenis Meja pada Siswa SMP Kelas VII dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar”

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Fokus pembelajaran model TGfU (Teaching Games for Understanding)

adalah pembelajaran dengan pemahaman melalui permainan dengan

(16)

hanya penampilan keterampilan atau psikomotor. Siswa diajak untuk terlibat aktif,

bersosialisasi dan memecahkan masalah (Griffin & Butler, 2005:85).

Untuk membatasi ruang lingkup penelitian, maka disusun rumusan

pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Apakah terjadi peningkatan terhadap hasil belajar pada domain kognitif siswa

kelas VII SMPN 9 Purwakarta melalui implementasi pembelajaran dan

pemahaman permainan (TGfU) tenis meja?

2. Apakah terjadi peningkatan terhadap hasil belajar pada domain afektif siswa

kelas VII SMPN 9 Purwakarta melalui implementasi pembelajaran dan

pemahaman permainan (TGfU) tenis meja?

3. Apakah terjadi peningkatan terhadap hasil belajar pada domain psikomotor

siswa kelas VII SMPN 9 Purwakarta melalui implementasi pembelajaran dan

pemahaman permainan (TGfU) tenis meja?

4. Domain manakah terjadi peningkatan yang paling tinggi terhadap hasil

belajar siswa kelas VII SMPN 9 Purwakarta melalui implementasi

pembelajaran dan pemahaman permainan (TGfU) tenis meja?

C. Batasan Masalah

Belajar pendidikan jasmani merupakan upaya untuk meningkatkan hasil

belajar pada 3 domain belajar melalui aktivitas jasmani. Maka dalam penelitian

ini, pembelajaran akan difokuskan pada implementasi pembelajaran dan

pemahaman permainan (TGfU) tenis meja pada siswa kelas VII SMP dalam upaya

meningkatkan hasil belajar siswa domain kognitif, psikomotor dan afektif.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apakah implementasi pembelajaran dan pemahaman

permainan (TGfU) tenis meja pada siswa kelas VII SMPN 9 Purwakarta

(17)

2. Untuk mengetahui apakah implementasi pembelajaran dan pemahaman

permainan (TGfU) tenis meja pada siswa kelas VII SMPN 9 Purwakarta

dapat meningkatkan hasil belajar domain psikomotor.

3. Untuk mengetahui apakah implementasi pembelajaran dan pemahaman

permainan (TGfU) tenis meja pada siswa kelas VII SMPN 9 Purwakarta

dapat meningkatkan hasil belajar domain afektif.

4. Untuk mengetahui pada domain manakah peningkatan yang paling tinggi

terhadap hasil belajar siswa kelas VII SMPN 9 Purwakarta melalui

implementasi pembelajaran dan pemahaman permainan (TGfU) tenis meja?

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat yang

sebesar-besarnya, terutama:

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi secara teori dan metodologi

serta memberikan informasi khususnya dalam bidang kajian melalui

implementasi pembelajaran dan pemahaman permainan (TGfU) tenis meja

untuk meningkatkan hasil belajar domain kognitif, psikomotor dan afektif.

b. Dapat dijadikan desain, pendekatan, strategi dan model pembelajaran dalam

meningkatkan hasil belajar.

c. Dapat dijadikan alternatif pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar

pada pembelajaran tenis meja pada khususnya dan pelajaran penjas pada

umumnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa

1) Meningkatkan motivasi dan partisipasi aktif dalam mengikuti

pembelajaran penjaskes khususnya tenis meja.

2) Upaya meningkatkan hasil belajar tenis meja pada domain kognitif,

(18)

b. Bagi guru

1) Memberi masukan dalam mengimplementasikan model pembelajaran

dan pemahaman permainan (TGfU) sehingga membantu memecahkan

masalah yang dihadapi di kelasnya sendiri.

2) Meningkatkan motivasi guru dalam memperbaiki kualitas pembelajaran

pendidikan jasmani.

3) Memotivasi para guru penjas untuk melakukan Penelitian Tindakan

Kelas (PTK) bersama teman sejawat agar lebih meningkatkan hasil

belajar siswa.

c. Bagi sekolah

1) Salah satu usaha untuk meningkatkan profesionalitas guru dengan

melaksanakan PTK dan mengimplementasikan model-model

pembelajaran pada waktu mengajar.

2) Menumbuhkan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan

menyenangkan di sekolah.

3) Pengembangan kurikulum yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi

nyata di sekolah.

d. Bagi Prodi Pendidikan Olahraga

1) Menjadi bahan kajian dalam mengembangkan penelitian tindakan kelas,

bagi para dosen dan mahasiswa dalam memperkaya khasanah penelitian.

2) Menumbuhkembangkan budaya akademik untuk melakukan penelitian

tindakan kelas.

3) Memberi kesempatan kepada mahasiswa yang berprofesi sebagai guru

untuk membuat penelitian tindakan kelas.

e. Bagi peneliti lain, proses dan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian,

rujukan atau dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi penelitian

berikutnya.

f. Hasil penelitian ini dapat memperkaya dan melengkapi hasil-hasil penelitian

tindakan kelas yang telah dilakukan dalam kajian sejenis.

(19)

F. Definisi Istilah

Untuk menghindari adanya salah pemaknaan dari setiap istilah yang

digunakan dalam penelitian ini, maka dirumuskan definisi istilah sebagai berikut :

1. Pendidikan jasmani adalah kegiatan jasmani yang disajikan sebagai bagian

dari kegiatan kurikuler, yang digunakan sebagai media (wahana) bagi proses

pendidikan dengan mengembangkan domain kognitif, psikomotor dan afektif

(Giriwijoyo, 2010:82).

2. Definisi pendidikan jasmani menurut Suherman dan Mahendra, (2001:8)

menyatakan bahwa “Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan

melalui aktivitas jasmani untuk mencapai perkembangan individu secara

menyeluruh”.

3. Konsep pendekatan pembelajaran dijelaskan Rusman, (2011:132) yaitu :

“Sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran.

Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses

yang sifatnya masih sangat umum.”

4. Menurut Soekamto dan Winataputra, (1995:78) mendefinisikan „model

pembelajaran‟ sebagai kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur

yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar bagi para siswa

untuk mencapai tujuan pembelajaran dan berfungsi sebagai pedoman bagi para

perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan

melaksanakan aktivitas belajar mengajar. http://mtk2012unindra.blogspot.com

5. Joyce dan Weil (2000:13) mengemukakan bahwa model pembelajaran

merupakan deskripsi dari lingkungan belajar yang menggambarkan

perencanaan kurikulum, kursus-kursus, rancangan unit pembelajaran,

perlengkapan belajar, buku-buku pelajaran, program multi media dan bantuan

belajar melalui program computer.

6. Mengenai permainan tenis meja, Soetomo (1985:31) menjelaskan bahwa:

(20)

7. Harvey dan Hans (2010:3) mendefiniskan TGfU: konsep bermain atau play

pertama kali dikonseptualisasikan oleh Alan Launder (2001), mirip dengan

TGfU karena salah satu ide awalnya adalah untuk memberi kesempatan bagi

siswa untuk menikmati olahraga dan permainan dengan versi permainan yang

dimodifikasi, sambil membantu mereka mengembangkan tingkat keterampilan

bermain dalam permainan atau olahraga di masa depan.

8. Teaching Games for Understanding (TGfU) mengaplikasikan pendekatan

taktis yang berpusat pada siswa untuk pembelajaran permainan yang berkaitan

dengan olahraga dan hubungan yang kuat dengan sebuah pendekatan

konstruktivis dalam pembelajaran (Griffin & Butler, 2005:1).

9. Model Pembelajaran TGfU menurut Thorpe, Bunker dan Almond (Griffin, &

Butler, 2005:1) adalah: “sebuah alat untuk mengkonseptualisasikan

pengajaran dan pembelajaran permainan. Sangat mengutamakan peran guru

sebagai fasilitator dan peran siswa untuk aktif dan terlibat dalam proses

pembelajaran”.

10.Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah

menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004:22). Sedangkan menurut

Kingsley (Sudjana, 2004:22) membagi tiga macam hasil belajar mengajar : (1)

keterampilan dan kebiasaan, (2) pengetahuan dan pengarahan, (3) sikap dan

cita-cita.

G. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian (McPerson 1991, McPerson and French 1991, Turner 2003)

menegaskan bahwa dengan pendekatan tactical game kemampuan pemain

tenis lebih baik dalam (kecermatan memukul dan membuat keputusan). Dan

memiliki tingkat pengetahuan yang lebih tinggi dari pemain yang dilatih

dengan pendekatan tradisional.

2. Hasil penelitian Yunyun Yudiana (2009): menyimpulkan bahwa model

pendekatan taktis memberikan kontribusi yang positif terhadap pemahaman

(21)

3. Mc Pherson dan French (1991) melakukan penelitian pada kelas tenis di

perguruan tinggi untuk membandingkan antara pendekatan taktis dengan

pendekatan teknik. Pada kelompok taktik tidak diberikan pembelajaran awal,

hasilnya secara signifikan menunjukkan skor lebih rendah. Akan tetapi,

setelah diberi pembelajaran teknik sebagai bagian dari model pembelajaran,

skor mereka dengan cepat meningkat.

4. Turner (1996) membandingkan pendekatan pembelajaran taktis dengan

pendekatan pembelajaran teknik pelajaran hoki di kelas VII. Hasilnya

menunjukkan bahwa siswa yang menggunakan pembelajaran taktis

meningkat secara signifikan pada perkembangkan teknik, pengetahuan dan

penampilan bermain. Dengan mewawancarai siswa, dia juga menyimpulkan

bahwa dengan pendekatan taktis para siswa menyukai bentuk-bentuk

permainan, memberikan kepuasan dalam keterlibatan mereka mengikuti

pembelajaran taktis.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Alison & Thorpe (1997: 9-13) Yudiana

(2010: 89), pendekatan taktis sangat efektif dan berpengaruh dalam metode

mengajar. Hasil risetnya tentang perbandingan pendekatan pembelajaran

antara pendekatan teknis dan pendekatan taktis dalam permainan hoki dan

bola basket melalui pendekatan taktis memberikan signifikansi yang tinggi

terhadap kegairahan dan usaha belajar siswa. Disamping itu, pendekatan

taktis memberikan peningkatan dalam penguasaan teknik, pengetahuan taktik

dan pemahaman dalam bermain.

6. Penelitian Dedi Rudiyanto: Pengaruh Variasi Pembelajaran dalam

Meningkatkan Hasil Belajar Forehand Drive Tenis Meja Siswa Kelas VIII

SMP Negeri 1 Babalan, sampel 40 orang yang akan diberikan tindakan

berupa Metode Penelitian Tindakan Kelas. Hasil penelitian menyimpulkan :

(1) dari tes hasil belajar siklus I diperoleh sebanyak 27 orang siswa (67,5%)

telah mencapai tingkat ketuntasan belajar sedangkan 13 orang siswa (32,5%)

belum mencapai tingkat ketuntasan belajar dengan persentase nilai rata-rata

70,93%. Namun belum memenuhi kriteria ketuntasan secara klasikal yang

(22)

sebanyak 36 orang siswa (90%) yang telah mencapai ketuntasan dalam

belajar dan 4 orang siswa (10%) masih belum tuntas dengan persentase nilai

rata-rata 82,18%. Peningkatan persentase nilai rata-rata hasil belajar siswa

dari tes sebelumnya yaitu 11,25% dan peningkatan ketuntasan klasikalnya

sebesar 22,5%.

7. Prihartanto dan Utama, Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan

pembelajaran tenis meja melalui pendekatan bermain Prodi PJKR FIK UNY

tahun ajaran 2012. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan

kelas. Populasi penelitian adalah mahasiswa kelas A dan B Prodi PJKR FIK

UNY berjumlah 18 mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan adanya peran

serta secara aktif mahasiswa PJKR FIK UNY dalam mengikuti pembelajaran

olahraga pilhan tenis meja melalui pendekatan bermain. Hal ini dapat ditandai

dengan adanya peningkatan tingkat partisipasi mahasiswa yang optimal,

suasana pembelajaran yang kondusif serta memperkaya khasanah model

pembelajaran di prodi PJKR FIK UNY.

(23)

58

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengkaji masalah pembelajaran dan pemahaman permainan

(TGfU) tenis meja pada siswa kelas VII dalam upaya meningkatkan hasil belajar

domain kognitif, afektif dan psikomotor siswa kelas VII SMPN 9 di Kabupaten

Purwakarta. Lokasi penelitian adalah di SMPN 9 Purwakarta, terletak di jalan

Kolonel Rahmat, Desa Citalang, Kecamatan Purwakarta, Kabupaten Purwakarta.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas VIId SMPN 9 Purwakarta yang

berjumlah 32 siswa dengan siswa perempuan berjumlah 16 siswa dan siswa

laki-laki berjumlah 16 siswa. Siswa SMPN 9 rata-rata berumur 14-15 tahun,

masing-masing memiliki sifat dan karakter yang berbeda-beda serta pada umumnya

memiliki berat badan dan tinggi badan ideal pada usia siswa SMP. Tempat

tinggal mereka di sekitar kota Purwakarta desa Citalang, tidak jauh dari

sekolah.

Sedangkan yang menjadi bahan penelitian adalah hasil belajar tenis meja

siswa yang meliputi: domain psikomotor dengan mengamati (pukulan

forehand, service forehand no spin dan backhand drive ); domain afektif (respek,

peduli teman, fair play, kerja keras serta berfikir logis, kreatif dan inovatif);

domain kognitif (pemahaman konsep gerak cara melakukan pukulan forehand

drive, service forehand no spin dan backhand drive).

Orang tua dari siswa-siswi SMPN 9 Purwakarta memiliki mata

pencaharian yang beragam, sebagian besar bekerja sebagai buruh pertanian, buruh

(24)

B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian

1. Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan metode Penelitian Tindakan Kelas

(PTK). Penelitian Tindakan Kelas merupakan terjemahan dari Classroom Action

Research yang dilakukan di kelas, penelitian tindakan kelas adalah penelitian

yang dilakukan oleh guru; dengan PTK diharapkan hasil belajar siswa menjadi

meningkat (Wardhani, 2008:5).

Kemudian Komara (2012:79) menyatakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah pencermatan dalam bentuk tindakan terhadap kegiatan belajar yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan.

Grundy dan Kemis (Komara, 2012:20) menyatakan bahwa penelitian tindakan bertujuan untuk mencapai tiga hal berikut:

1. Peningkatan praktik;

2. Peningkatan (pengembangan profesional) pemahaman praktik oleh praktisinya; dan

3. Peningkatan situasi tempat pelaksanaan praktk.

Dari beberapa pendapat tersebut di atas dapat penulis simpulkan bahwa

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh seorang

guru yang berkaitan dengan permasalahan perbaikan pelaksanaan pembelajaran di

dalam kelas, bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Perbaikan

pelaksanaan pembelajaran tersebut diantaranya adalah penggunaan model-model

pembelajaran, penggunaan bahan ajar, alat dan media pembelajaran yang inovatif,

pengetahuan dan sikap guru serta sikap siswa.

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran

dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada domain kognitif, afektif dan

psikomotor dengan mengimplementasikan pembelajaran pemahaman permainan

atau TGfU (Teaching Games for Understanding). Oleh karena itu dalam PTK

dikenal adanya siklus pelaksanaan berupa pola:

perencanaan-pelaksanaan-observasi-refleksi-revisi (perencanaan ulang). Berdasarkan penjelasan tentang

penelitian tindakan kelas diatas, maka penulis merasa perlu melaksanakan

penelitian di dalam kelas pendidikan jasmani bukan hanya pada materi pelajaran

(25)

Menurut (Wardhani, 2008:15) karakteristik PTK, adalah:

a. An inquiry of practice from within (penelitian berawal dari kerisauan guru

akan kinerjanya).

b. Self-reflective inquiry (metode utama adalah refleksi diri, bersifat agak

longgar tetapi tetap mengikuti kaidah-kaidah penelitian). c. Fokus penelitian berupa kegiatan pembelajaran.

d. Tujuannya: memperbaiki proses dan hasil pembelajaran.

Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan PTK mempunyai manfaat

yang cukup besar dan berpengaruh terhadap pembelajaran, baik manfaat yang

dirasakan oleh guru, siswa dalam pembelajaran, maupun sekolah.

Bagi guru atau pendidik PTK memberikan manfaat yang sangat besar bagi

kegiatan belajar di dalam maupun di luar kelas, yaitu:

1) PTK dapat dimanfaatkan oleh guru untuk memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya karena memang sasaran akhir PTK adalah perbaikan proses pembelajaran yang akan direfleksi pada kegiatan siklus berikutnya.

2) Dengan melakukan PTK guru dapat berkembang secara profesional karena dapat menunjukkan bahwa dia mampu menilai dan memperbaiki proses pembelajaran yang dikelolanya.

3) PTK melatih tingkat percaya diri seorang guru dengan karakter penelitian ini, guru dituntut untuk mampu melakukan analisis terhadap kinerjanya sendiri di dalam kelas sehingga menemukan kekuatan dan kelemahan kemudian mengembangkan alternatif untuk mengatasi kelemahannya. 4) Melalui PTK, guru mendapat kesempatan untuk berperan aktif

mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri (Elita, 2013:57).

PTK mempunyai manfaat yang sangat besar bagi pembelajaran karena

tujuan PTK adalah memperbaiki praktik pembelajaran dengan sasaran akhir

memperbaiki belajar anak (Wardhani, 2008:25). Dengan melakukan PTK, guru

memiliki keleluasaan dalam berfikir kreatif dalam mengembangkan ide dan

keinginannya untuk membuat pembelajaran kepada siswa semakin disukai dan

diminati yang pada akhirnya proses belajar siswa menjadi lebih baik. Jika setelah

dianalisis masih terdapat kekurangan atau belum mencapai indikator keberhasilan

tujuan pembelajaran yang akan dicapai, guru dapat segera memperbaikinya,

kemudian menyusun kembali perencanaan dan melaksanakan tindakan pada siklus

selanjutnya. Melalui langkah-langkah prosedur penelitian yang relevan para guru

(26)

2. Desain Penelitian

Diperlukan desain dalam melakukan Penelitian Tindakan Kelas agar dapat

memberikan petunjuk kepada guru pada saat melakukan penelitian, sehingga

menghasilkan PTK yang baik sesuai dengan harapan. Secara umum PTK

dilaksanakan melalui beberapa siklus dan masing-masing siklus terdiri dari 4

tahap yaitu: (1) menyusun perencanaan (planning), (2) pelaksanaan tindakan

(action), (3) mengamati (observation) dan (4) refleksi (reflection) dalam

penelitian (Haryani, 2013:58).

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan beberapa

siklus secara berkelanjutan dan dilakukan pengamatan teliti dari setiap siklus,

diperbaiki sampai menemukan pemecahan masalah yang terbaik. Tahapan

masing-masing siklus tersebut dapat digambarkan seperti pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1

Spiral Penelitian Tindakan Kelas

(Diadaptasi dari Tim Pelatih Proyek PGSM, 1999:7)

Perencanaan

Refleksi

Pelaksanaan dan observasi

Refleksi

Pelaksanaan dan observasi

(27)

Gambar diatas menunjukkan sebuah spiral dari beberapa siklus kegiatan

yang terdiri dari:

1. Tahap perencanaan yang merupakan kegiatan awal dalam merancang

kegiatan pembelajaran, proses penyiapan strategi yang akan dikembangkan

dalam penelitian. Rencana hendaknya disusun berdasarkan hasil pengamatan

awal yang reflektif, kemudian bersama kolabolator melakukan pengamatan

terhadap proses pembelajaran di kelas sebagai upaya membantu siswa

meningkatkan kualitas cara belajarnya.

2. Tahap kedua adalah pelaksanaan atau tindakan, merupakan tahapan penelitian

untuk melaksanakan strategi yang telah disiapkan sebelumnya.

3. Tahap ketiga adalah observasi, merupakan kegiatan mendokumentasikan

pengaruh tindakan terkait bersama prosesnya, harus direncanakan sehingga

akan ada dasar dokumenter untuk refleksi berikutnya.

4. Tahap keempat adalah refleksi, yaitu melaksanakan evaluasi, analisis dan

mengkaji kegiatan yang sedang berlangsung. Apabila ada kekurangan atau

ketidaksesuaian dalam kegiatan pembelajaran dapat diadakan tahap perbaikan

rencana.

Pada siklus berikutnya dilaksanakan lagi tahap perencanaan, pelaksanaan,

observasi dan refleksi ,yaitu kegiatan pembelajaran dengan perbaikan rencana dari

kegiatan yang pertama. Tahap selanjutnya kembali mengadakan evaluasi dan

analisis untuk mengkaji kegiatan pembelajaran. Jika sudah mencapai target

indikator keberhasilan hasil belajar siswa sesuai dengan harapan, maka siklus

dihentikan sampai pada siklus 2. Tetapi kalau masih ada perbaikan dan

kekurangan bisa dilanjutkan pada siklus ke-3 dan seterusnya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu classroom action

research, dimaksudkan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan atau

cara pendekatan baru untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung.

Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dikelasnya

tempat ia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan

(28)

Langkah pertama merencanakan penelitian tindakan kelas adalah

mengidentifikasi dan menetapkan masalah. Selama mengajar kemungkinan guru

menemukan berbagai masalah, baik masalah yang bersifat pengelolaan kelas

maupun instruksional. Langkah selanjutnya menganalisis dan merumuskan

masalah yaitu dengan melakukan evaluasi, mengevaluasi hasil analisis dan

bagaimana tindak lanjutnya. Yang terakhir adalah merencanakan perbaikan,

setelah guru mengetahui permasalahan yang sedang dihadapi dan merumuskan

masalah tersebut langkah selanjutnya adalah guru mencari cara untuk mengatasi

atau memperbaiki permasalahan tersebut (Haryani, 2013: 59).

Selanjutnya komponen-komponen yang akan digali adalah profil

pengetahuan awal siswa tentang pemahaman konsep gerak, memecahkan masalah,

kritis cerdas (domain kognitif) permainan tenis meja, keterampilan gerak,

kemampuan fisik dan motorik dalam permainan tenis meja (domain psikomotor)

serta sikap mereka selama mengikuti kegiatan belajar mengajar, keterlibatan

dalam pergaulan sosial, percaya diri (domain afektif). Selanjutnya implementasi

pembelajaran dan pemahaman permainan (TGfU) dan tahap akhir melihat respon

ketiga domain pembelajaran siswa setelah pembelajaran berlangsung.

Masing-masing komponen di atas akan diterangkan sebagai berikut:

a. Profil awal siswa dalam hal pengetahuan (kognitif), keterampilan gerak

(psikomotor) dan sikap (afektif) bisa diperoleh dengan mengadakan

pengamatan serta evaluasi sebelum kegiatan penelitian di mulai.

b. Implementasi proses belajar mengajar dengan pembelajaran dan pemahaman

permainan (TGFU) tenis meja dengan cara melaksanakan kegiatan belajar

mengajar direncakan sebanyak 3 siklus, masing-masing siklus dilaksanakan

2 kali tindakan, mengamati dengan merekamnya menggunakan camera

digital atau handphone, diskusi bersama observer, melakukan pencatatan

seluruh siswa pada setiap siklus pembelajaran, mengevaluasi hasil belajar,

merefleksi serta merencanakan kembali kegiatan belajar. Akan tetapi jika

setelah siklus 2 ternyata belum mencapai indikator keberhasilan yang sudah

(29)

c. Profil respon siswa setelah pembelajaran berlangsung dilakukan dengan

memberikan angket respon siswa terhadap pembelajaran dan pemahaman

permainan tenis meja dan post test tentang respon domain kognitif, afektif

dan psikomotor pembelajaran.

d. Lembar observasi kegiatan guru dalam pembelajaran ada 3 tahap yaitu: (1)

eksplorasi, (2) eksplanasi dan (3) evaluasi.

Langkah-langkah yang ditempuh dalam proses pengumpulan data dalam

penelitian ini adalah:

1. Guru mengamati aktivitas siswa selama kegiatan penelitian berlangsung.

Selain itu guru mengecek sejauh mana siswa dalam mengerjakan tugas gerak

yang diberikan. Aktivitas siswa diamati dengan lembar observasi siswa dan

data yang diperoleh sebagai data kegiatan belajar siswa.

2. Pada akhir siklus 3 guru memberikan angket kepada siswa untuk mengetahui

respon siswa dan pengalaman siswa belajar. Angket pada penelitian ini

berfungsi sebagai data respon siswa terhadap pembelajaran dan pemahaman

permainan (TGfU).

3. Guru mengamati setiap tugas-tugas gerak, sikap, pemahaman siswa selama

pembelajaran berlangsung antara 6 - 8 kali pertemuan di luar jam pelajaran

pendidikan jasmani. Penilaian model TGfU meliputi: hasil belajar, refleksi

hasil belajar, tugas yang dikerjakan siswa, hasil pre test dan pos test, hasil

kegiatan praktik dan refleksi akhir model TGfU sesuai dengan kesepakatan

awal guru dan siswa.

4. Guru melakukan observasi terhadap penampilan gerak yang diadakan pada

setiap awal dan akhir siklus pada siklus 1, 2 dan 3. Hasil observasi yang

berupa skor kemudian dibandingkan dengan standar ketuntasan sekolah.

3. Prosedur Penelitian

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan beberapa

siklus secara berkelanjutan dan dilakukan pengamatan teliti dari setiap siklus,

(30)

utama penelitian tindakan kelas adalah refleksi diri dengan tetap mengikuti

kaidah-kaidah penelitian, Widayanti (Muslich, 2009: 240).

a. Kegiatan awal/Prasiklus

1) Kegiatan pengamatan/observasi

Dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan awal dan permasalahan yang

akan diselesaikan, bersamaan dengan kegiatan tes awal/prasiklus yang dilakukan

oleh kolabolator, yaitu rekan kerja 1 orang guru Penjas Orkes sebagai observer.

Adapun hal-hal yang diobservasi meliputi:

a) Pencatatan hasil tes awal/prasiklus setiap siswa baik pada tes pemahaman

(kognitif), keterampilan gerak (psikomotor), maupun pengamatan perilaku

(afektif).

b) Aktivitas guru dalam mengelola pelaksanaan tes, observasi atau kegiatan

belajar mengajar.

c) Monitoring angket siswa.

2) Refleksi

Refleksi dilakukan untuk mengamati pelaksanaan dan tindakan

pembelajaran siswa pada kegiatan awal/prasiklus. Sehingga perlu adanya

perbaikan-perbaikan, diantaranya: memberikan penjelasan tentang proses

pembelajaran yang akan berlangsung berikutnya dengan cara: penugasan mencari

bahan atau materi pelajaran yang akan diberikan seperti, tugas membaca buku

paket, mencari materi pembelajaran tenis meja di internet, membuat alat-alat

pembelajaran, memusatkan perhatian siswa terhadap pembelajaran dengan cara

memberi reward dan lain-lain.

b. Kegiatan Siklus 1

Kegiatan siklus 1 dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi kegiatan

prasiklus minimalnya 2 kali tindakan terdiri 4 tahap, yaitu: perencanaan,

pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.

1) Perencanaan

Peneliti menyusun perencanaan penelitian tindakan kelas sebagai berikut:

a) Melakukan diskusi dengan guru mata pelajaran Penjas tentang rencana

(31)

b) Menentukan kompetensi dasar dan materi pokok.

c) Mempersiapkan perangkat dan bahan penelitian. Langkah yang dilakukan

antara lain:

(1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pada materi pelajaran

tenis meja.

(2) Menyusun lembar observasi siswa tentang penilaian keterampilan pukulan

forehand dan service forehand no spin.

(3) Menyusun lembar observasi guru tentang kegiatan guru selama pembelajaran

berlangsung.

(4) Membuat soal tes tertulis untuk menilai domain kognitif siswa.

(5) Membuat angket untuk mengetahui respon siswa tentang pelaksanaan

pembelajaran tenis meja melalui implementasi pembelajaran dan pemahaman

permainan (TGfU).

d) Setelah tindakan 1 selesai, peneliti bersama observer menyusun rencana

perbaikan pembelajaran (RPP) untuk pelaksanaan tindakan 1.

2) Pelaksanaan Tindakan Siklus 1 (Tindakan 1 dan 2)

a) Menerapkan tindakan yang mengacu pada RPP dan pedoman observasi siswa.

Materi yang diajarkan pada pelaksanaan tindakan 1 adalah teknik dasar

pukulan forehand drive.

b) Pada pelaksanaan pembelajaran siswa dibagi dalam 4 kelompok

masing-masing kelompok berjumlah 8 orang dengan tingkat kemampuannya berbeda.

Pembelajaran diawali dengan pemahaman konsep gerak melalui metode

diskusi. Kemudian melaksanakan praktik pembelajaran tenis meja.

c) Guru membimbing siswa dalam proses pembelajaran di kelas, memimpin,

mengarahkan dan mengevaluasi kegiatan diskusi dan praktik. Selama

pembelajaran berlangsung observer mencatat kegiatan siswa dan guru.

d) Selama proses pembelajaran semua siswa diminta mencatat materi yang

diajarkan.

e) Setelah pembelajaran selesai baik itu pertemuan kesatu maupun kedua

diadakan penilaian. Tes kognitif dilakukan dengan memberikan soal uraian

(32)

pukulan forehand drive, kemudian dilanjutkan dengan penilaian implementasi

TGfU oleh observer.

3) Observasi

Dilakukan untuk melihat tingkat pengetahuan dan pemahaman teknik

dasar tenis meja (kognitif), keterampilan gerak (psikomotor) serta perilaku

(afektif) selama pembelajaran berlangsung. Hal-hal yang perlu diamati dalam

kegiatan observasi adalah: (a) proses tindakan selama pembelajaran tenis meja

pukulan forehand drive berlangsung, (b) pengaruh tindakan pembelajaran

tersebut, (c) kendala-kendala yang dapat menghambat atau mempermudah proses

pembelajaran serta (d) persoalan-persoalan lain yang timbul.

Berdasarkan hasil observasi akan terkumpul data dapat dijadikan bahan

perbaikan/refleki diri pada kegiatan siklus berikutnya.

4) Refleksi

Refleksi di sini meliputi kegiatan: analisis, sintesis, penafsiran

(penginterpretasian), menjelaskan dan menyimpulkan. Hasil dari refleksi adalah

diadakannya revisi terhadap perencanaan yang telah dilaksanakan, yang akan

dipergunakan untuk memperbaiki kinerja guru pada pertemuan selanjutnya.

Dengan demikian, penelitian tindakan tidak dapat dilaksanakan dalam sekali

pertemuan karena hasil refleksi membutuhkan waktu untuk untuk melakukannya

sebagai planning untuk siklus selanjutnya.

Kegiatan refleksi dilakukan untuk mengevaluasi dari tindakan yang telah

diberikan yaitu implementasi pembelajaran dan pemahaman permainan tenis

meja, melakukan pertemuan untuk membahas hasil evaluasi tentang RPP dan

Lembar Observasi Siswa, memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi

untuk digunakan pada siklus berikutnya dan evaluasi tindakan 1.

c. Kegiatan Siklus 2

Siklus 2 dilaksanakan dalam 2 kali tindakan dan disusun berdasarkan hasil

refleksi dan analisa dari siklus 1 sehingga pencapaian hasil dari siklus 1 dapat

ditingkatkan pada siklus 2. Langkah-langkah pada siklus 2 sama dengan ada

siklus 1 dan merupakan perbaikan dari siklus 1. Perencanaan tindakan pada siklus

(33)

1) Perencanaan

Peneliti merencanakan tindakan kelas siklus 2 sebagai berikut:

Melakukan diskusi dengan observer tentang rencana penelitian yang akan

dilaksanakan pada siklus 2 yang berdasarkan refleksi siklus 1. Dirancang untuk

memperbaiki kekurangan dalam pembelajaran siklus 1. Untuk melihat

keberhasilan penggunaan model pembelajaran TGfU, maka peneliti dan observer

merencakan materi yang akan diajarkan pada siklus 2 adalah teknik dasar service

forehand no spin.

2) Pelaksanaan Siklus 2 (Tindakan 1 dan 2)

a) Tindakan 1

Tindakan pada siklus 2 merupakan implementasi dari serangkaian kegiatan

yang telah diperbaiki untuk mengatasi masalah pada siklus 1 sehingga terlihat

keberhasilan penggunaan model TGfU dalam pembelajaran tenis meja. Kegiatan

pembelajaran yang direncanakan adalah melaksanakan diskusi kelas tentang

materi pokok service forehand no spin, merupakan lanjutan dari pembelajaran

pukulan forehand drive. Pada siklus 2 ini juga dilakukan observasi menyangkut

aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran, sama seperti pada siklus 1.

Kegiatan belajar mengajar pada siklus 2 ini dilaksanakan sesuai dengan rancangan

yang telah disusun.

b) Tindakan 2

Pelaksanaan siklus 2 pada tindakan ke-2 dalam PTK ini melaksanakan

kegiatan pembelajaran pukulan service forehand no spin. Melalui implementasi

pembelajaran dan pemahaman permainan tenis meja, para siswa dibimbing

mempraktikkan rangkaian gerakan pukulan service forehand no spin. Sehingga

diharapkan para siswa memahami dengan benar cara melakukannya, kemudian

dapat mempraktikkan pukulan service forehand no spin dengan baik.

3) Observasi

Dilakukan untuk melihat tingkat pengetahuan dan pemahaman teknik

dasar tenis meja (kognitif), keterampilan gerak (psikomotor) serta perilaku

(afektif) selama pembelajaran berlangsung. Penemuan apa saja yang terlihat dari

(34)

kegiatan siswa dengan lembar observasi siswa. Demikian pula guru dimati pula

kegiatannya dalam mengajar oleh observer.

4) Refleksi

Dalam melakukan refleksi pada siklus ini, guru mengkaji dan menganalisis

setiap pelaksanaan tindakan pada siklus 2 dengan cara mengidentifikasi sejauh

mana kemajuan yang telah dicapai maupun kekurangan-kekurangan atau

hambatan apa yang masih dihadapi. Hasil dari refleksi dapat disimpulkan apakah

sudah sesuai dengan tujuan penelitian tindakan kelas atau masih perlu diadakan

perbaikan kembali.

Apabila pada pelaksanaan penelitian tindakan kelas siklus 2 tujuan

penelitian tindakan kelas sudah tercapai sesuai dengan target keberhasilan yaitu

70% kelulusan dari 32 orang siswa dengan KKM mencapai nilai 70, maka siklus

berikutnya tidak perlu dilanjutkan. Hasil refleksi dapat dijadikan masukan atau

acuan untuk melakukan perencanaan dalam tindakan perbaikan berikutnya.

Demikian seterusnya sampai tujuan penelitian tindakan kelas dapat dicapai.

C. Alat Pengumpul Data

Prosedur pengumpulan data pada kegiatan penelitian yang dilakukan

meliputi:

1. Melakukan survey pendahuluan untuk mengetahui karakteristik responden

yang akan dipilih sebagai responden.

2. Memberikan penjelasan kepada pihak sekolah tentang tujuan penelitian yang

akan dilakukan dan menentukan sampel penelitian yaitu para siswa kelas VII

yang belajar tenis meja.

3. Selanjutnya, sebelum memberikan perlakuan dalam pembelajaran tenis meja

dilakukan pre-test tentang pengetahuan dan dan kemampuan siswa dalam

bermain tenis meja dengan memberikan soal tes kognitif, melakukan observasi

keterampilan gerak(psikomotor) dan pengamatan sikap (afektif) serta angket

yang berisi pertanyaan-pertanyaan untuk mengetahui respon siswa terhadap

(35)

4. Setelah diberi perlakuan Peneliti memberikan tes akhir untuk mengetahui

sejauh mana peningkatan hasil belajar siswa pada domain kognitif, psikomotor

dan afektif dalam pembelajaran tenis meja.

Alat pengumpul data dalam penelitian ini menggunakan instrumen

penelitian. Adapun bentuk instrumen yang digunakan dalam penelitian ini antara

lain:

1. Soal Tes Pemahaman (Kognitif)

Instrumen ini digunakan untuk memperoleh data tentang pengetahuan dan

pemahaman siswa tentang konsep gerak teknik dasar permainan tenis meja, yaitu:

tentang pukulan forehand drive, service forehand no spin dan pukulan backhand

drive. Jumlah soal tes kognitif 3 soal dalam bentuk uraian. Pertanyaan

menyangkut sikap awal dan akhir, pelaksanaan backswing, forward swing dalam

melakukan pukulan forehand drive, service forehand no spin dan pukulan

backhand drive. Besarnya skor jawaban siswa ditentukan oleh kelengkapan siswa

dalam menjawab soal sesuai dengan indikator jawaban yang terdapat dalam kunci

[image:35.595.112.509.247.698.2]

jawaban yang sudah disiapkan.

Tabel 3.1

Soal Tes Domain Kognitif Siswa Pembelajaran Tenis Meja

Indikator Pencapaian Kompetensi

Instrumen Soal dan Kunci Jawaban

Skala Penilaian

5 4 3 2 1

1. Siswa mampu mendeskripsikan cara melakukan pukulan forehand drive.

1. Jelaskan bagaimana sikap awal (3) dan sikap akhir (2) dalam melakukan pukulan forehand drive !

Jawaban :

a. Sikap awal posisi siap, kaki dibuka selebar bahu. b. Tangan rileks, bet

dipegang di depan badan. c. Kaki kanan sedikit ke

belakang untuk melakukan forehand drive.

(36)

Indikator Pencapaian Kompetensi

Instrumen Soal dan Kunci Jawaban

Skala Penilaian

5 4 3 2 1

2. Jelaskan bagaimana perkenaan bola pada saat ayunan tangan ke belakang (back swing) dalam

melakukan pukulan forehand drive !

Jawaban :

a. Pandangan ke arah datangnya bola badan meghadap ke kanan. b. Putar tubuh ke belakang

bertumpu pada pinggang dan pinggul.

c. Putar tangan ke belakang bertumpu pada siku. d. Berat badan pindah ke

kaki kanan.

e. Posisi bet digerakkan agak rendah dan agak tertutup.

3. Jelaskan bagaimana perkenaan bola saat ayunan tangan ke depan (forward swing) dalam melakukan forehand drive !

Jawaban :

a. Berat badan pindah ke kaki kiri.

b. Tubuh diputar ke depan bertumpu pada pinggang dan pinggul.

c. Tangan diputar ke depan bertumpu pada siku. d. Kontak dilakukan di

depan sisi kanan tubuh. e. Arahkan bet untuk

memukul tepat pada bola. 2. Siswa mampu

mendeskripsikan cara melakukan service forehand no spin

1. Jelaskan bagaimana sikap awal (3) dan sikap akhir (2) dalam melakukan service forehand no spin ! Jawaban :

a. Sikap awal bola ditelapak tangan datar dan terbuka.

(37)

Indikator Pencapaian Kompetensi

Instrumen Soal dan Kunci Jawaban

Skala Penilaian

5 4 3 2 1

c. Pergelangan tangan bebas, agak dimiringkan ke bawah.

d. Sikap akhir gerakan bet sedikit ke atas.

e. Ikuti gerakan bet secara alami, luruskan ke depan untuk bola yang cepat.

2. Jelaskan bagaimana perkenaan bola pada saat ayunan tangan ke belakang (back swing) dalam

melakukan service forehand no spin !

a. Tarik bet ke arah belakang sedikit ke atas. b. Posisi bet agak tertutup. c. Lambungkan bola ke

atas kira-kira 6 inchi. d. Tidak ada spin saat

melempar.

e. Badan rendah ke arah samping kanan lutut agak ditekuk. 3. Jelaskan bagaimana

perkenaan bola saat ayunan tangan ke depan (forward swing) dalam melakukan service forehand no spin ! Jawaban :

a. Bet digerakkan ke depan. b. Pukul bola saat bola

turun.

c. Pukul bagian tengah bola dengan posisi bet agak menutup.

d. Bola memantul sekali di kedua sisi meja.

e. Pastikan bola melintas net dengan sangat rendah.

3. Siswa mampu mendeskripsikan cara melakukan pukulan backhand drive.

(38)

Indikator Pencapaian Kompetensi

Instrumen Soal dan Kunci Jawaban

Skala Penilaian

5 4 3 2 1

Jawaban :

a. Sikap awal posisi siap, kaki dibuka selebar bahu.

b. Tangan lemas, bet dipegang di depan badan.

c. Kaki kiri sedikit ke belakang untuk melakukan backhand drive.

d. Sikap akhir bet bergerak ke depan dan sedikit dinaikan ke atas. e. Kembali ke posisi siap. 2. Jelaskan bagaimana

perkenaan bola pada saat ayunan tangan ke belakang (back swing) dalam

melakukan pukulan backhand drive !

Jawaban :

a. Pandangan ke arah datangnya bola badan meghadap ke kiri. b. Bet digerakkan sejajar

dengan pinggang. c. Berat badan pindah ke

kaki kiri.

d. Pergelangan tangan dipindahkan ke belakang.

e. Bet dalam keadaan sedikit ditutup. 3. Jelaskan bagaimana

perkenaan bola saat ayunan tangan ke depan (forward swing) dalam melakukan backhand drive !

Jawaban :

a. Bet langsung diletakkan ke depan.

b. Siku bergerak sedikit ke depan.

c. Kontak di depan sisi kiri tubuh.

(39)

Indikator Pencapaian Kompetensi

Instrumen Soal dan Kunci Jawaban

Skala Penilaian

5 4 3 2 1

pada saat memukul. e. Bet dalam keadaan

tertutup.

2. Lembar Observasi Siswa.

a. Lembar Observasi Siswa Domain Afektif

Instrumen ini digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar

domain afektif atau perilaku/sikap siswa selama proses pembelajaran tenis meja

berlangsung. Lembar observasi ini diadopsi dari Bahan Pelatihan Pengembangan

[image:39.595.113.511.241.711.2]

Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa (Kemendiknas, 2010:9).

Tabel 3.2

Pedoman Observasi Domain Afektif Siswa Pembelajaran Tenis Meja

No. Nilai Karakter

Indikator Pencapaian Kompetensi

Skala Penilaian

5 4 3 2 1

1 Respek 1. Siswa mentaati peraturan dan ketentuan dalam permainan yang sudah disepakati bersama. 2. Hormat pada guru. 3. Menghormati teman. 4. Menghormati kemenangan

tim lawan.

5. Menerima kekalahan.

2 Peduli 1. Membantu teman agar

bermain baik.

2. Membantu teman yang bermasalah.

3. Murah pujian dan kikir kritik.

4. Sebagai anggota

kelompok, bermain untuk tim bukan untuk diri sendiri.

(40)

No. Nilai Karakter

Indikator Pencapaian Kompetensi

Skala Penilaian

5 4 3 2 1

3 Fair Play 1. Adil pada semua teman. 2. Memberikan kesempatan

kepada orang lain untuk melakukan permainan. 3. Menanggapi

pertanyaan/pendapat teman sejawat .

4. Peserta didik menghargai pendapat temannya. 5. Tidak berlaku curang

untuk mendapatkan nilai, point dan kemenangan. 4 Kerja keras 1. Siswa berusaha keras

menyeberangkan bola melewati net, memantul di meja lawan saat

melakukan permaian untuk mendapatkan nilai dan dan penempatan bola pada point di meja yang sudah ditandai.

2. Siswa berusaha keras mendapatkan kemenangan permainan.

3. Kerja keras ditunjukkan oleh individu dan kelompok saat

mempertahankan reli. 4. Menggunakan waktu

secara efektif untuk menyelesaikan permainan. 5. Selalu berusaha untuk

mencari informasi tentang materi tenis meja.

5 Berpikir logis, kreatif dan inovatif

1. Terjadi rangsangan aktivitas berpikir siswa, menentukan strategi untuk melakukan pukulan

forehand dan backhand drive serta service forehand no spin tepat

sasaran.

(41)

No. Nilai Karakter

Indikator Pencapaian Kompetensi

Skala Penilaian

5 4 3 2 1

kesempatan, mengecoh lawan

3. Siswa memikirkan bagaimana cara

memperoleh nilai, point dan kemenangan. 4. Menerapkan

hukum/teori/prinsip

Gambar

Tabel 1.1 Data  Peralatan Olahraga Tenis Meja di SMP Negeri Kabupaten Purwakarta
Gambar 3.1   Spiral Penelitian Tindakan Kelas
Tabel 3.1 Soal Tes Domain Kognitif Siswa Pembelajaran Tenis Meja
Tabel 3.2 Pedoman  Observasi Domain Afektif Siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah skor kemandirian belajar dan hasil belajar siswa biologi yang yang terdiri dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotor pada

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, hasil belajar adalah merupakan perwujudan perubahan tingkah laku dalam domain kognitif, afektif, dan psikomotor yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa ranah kognitif, afektif dan psikomotor pada materi proses pembentukan tanah dengan menggunakan

PENERAPAN MODIFIKASI BOLA DAN LAPANGAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PERMAINAN KASTI (Penelitian Tindakan di Kelas VII SMPN 1 Jatiluhur

model pembelajaran yang menekankan pada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang sehingga pembelajaran melalui model ini dianggap lebih

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa ranah kognitif, afektif dan psikomotor pada materi proses pembentukan tanah dengan menggunakan

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor pada mata

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan aktivitas guru dan siswa, hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotor siswa dan respon siswa terhadap pembelajaran dengan