Citra Sandra Irani, 2013
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN DAN PEMAHAMAN PERMAINAN (TGfU) TENIS MEJA PADA SISWA SMP KELAS VII
DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Olahraga
Oleh:
CITRA SANDRA IRANI NIM: 1102656
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING
Pembimbing I,
Prof. H.Y.S. Santoso Giriwijoyo
Pembimbing II,
Dr. Nurlan Kusmaedi, M.Pd.
Mengetahui:
Ketua Program Studi Pendidikan Olahraga,
Citra Sandra Irani, 2013
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENANDATANGANAN
DISETUJUI DAN DITANDATANGANI OLEH:
Pembimbing I, Pembimbing II,
Prof. H.Y.S. Santoso Giriwijoyo Dr. Nurlan Kusmaedi, M.Pd
Penguji 1, Penguji II,
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN DAN PEMAHAMAN PERMAINAN (TGfU) TENIS
MEJA PADA SISWA SMP KELAS VII DALAM UPAYA
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR” ini beserta seluruh isinya adalah
benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Juli 2013
Yang membuat pernyataan,
ABSTRAK
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN DAN PEMAHAMAN PERMAINAN (TGfU) TENIS MEJA PADA SISWA SMP KELAS VII
DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
CITRA SANDRA IRANI 1102656
Penelitian ini difokuskan pada pembelajaran tenis meja untuk meningkatkan hasil belajar domain kognitif, afektif dan psikomotor. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keberhasilan implementasi pembelajaran dan pemahaman permainan atau TGfU (Teaching Games for Understanding) dalam meningkatkan hasil belajar siswa domain kognitif, afektif dan psikomotor.
Metode dalam penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas, peneliti berperan sebagai pelaksana penelitian serta dibantu teman sejawat sebagai observer. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 9 Purwakarta dengan subjek penelitian adalah siswa kelas VII sebanyak 32 orang. Penelitian ini terdiri dari 3 siklus dan setiap siklus berisi 2 tindakan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan dengan catatan lapangan, lembar pengamatan, angket dan rekaman foto. Hasil penelitian yang diperoleh dianalisis dan disajikan dalam bentuk deskriptif kualitatif.
Hasil belajar tenis meja dari ketiga siklus diperoleh jumlah kelulusan dan nilai rata-rata : siklus 1 domain kognitif 21 siswa (66%, 71), siklus 2 diperoleh 27 siswa (84%, 77), siklus 3 diperoleh 30 siswa (94%, 82). Domain psikomotor siklus 1 yaitu 22 siswa (69%, 72), siklus 2 diperoleh 25 siswa (78%, 73), siklus 3 diperoleh 29 siswa (91%, 76). Domain afektif menunjukkan peningkatan yang paling tinggi, siklus 1 sebanyak 24 siswa (75%, 73), siklus 2 berjumlah 28 siswa (88%, 76), siklus 3 adalah 31 siswa (97%, 77).
Kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah terjadi peningkatan hasil belajar pada domain kognitif, afektif dan psikomotor siswa kelas VII SMPN 9 Purwakarta melalui pembelajaran dan pemahaman permainan (TGfU) tenis meja. Akan tetapi pada materi penjas lainnya sebaiknya dapat diterapkan pula, ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai serta didukung oleh semua pihak yang terkait dengan dunia pendidikan, dunia usaha, pemerintah dan masyarakat sehingga kualitas penyelenggaraan belajar mengajar dapat meningkat.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK i
KATA PENGANTAR ii
UCAPAN TERIMA KASIH iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR GRAFIK xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 8
C. Batasan Masalah 9
D. Tujuan Penelitian 9
E. Manfaat Penelitian 10
1. Manfaat Teoritis 10
2. Manfaat Praktis 10
F. Definisi Istilah 12
G. Penenelitian yang Relevan 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Penjaskes Intrakurikuler 16
B. Tujuan dan Ruang Lingkup Pembelajaran Penjaskes 21
C. Definisi Pendekatan dan Model Pembelajaran serta Pembelajaran
dan Pemahaman Permainan (TGFU) 23
1. Definisi Pendekatan Pembelajaran 23
2. Definisi Model Pembelajaran 24
3. Model Pembelajaran dan Pemahaman Permainan TGFU 25
D. Hakekat Belajar dan Pembelajaran 31
1. Hakekat Belajar 31
2. Hakekat Pembelajaran 32
E. Hasil Belajar 33
1. Pengertian hasil Belajar 33
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar 34
F. Domain Kognitif, Afektif, dan Psikomotor dalam Penjaskes 35
1. Domain Kognitif dalam Pembelajaran Penjaskes 36
2. Domain Afektif dalam Pembelajaran Penjaskes 39
3. Domain Psikomotor dalam Pembelajaran Penjaskes 42
G. Tenis Meja 47
1. Permainan Tenis Meja 47
2. Teknik Bermain Tenis Meja 47
a. Pegangan (Grip) 47
b. Sikap/ Posisi Bermain (Stance) ... 48 c. Teknik Pukulan (Stroke) ... 48 H. Kerangka Pemikiran ... 53
1. Pembelajaran dan Pemahaman Permainan (TGfU) Tenis Meja
dalam Meningkatkan Hasil Belajar Domain Kognitif 53 2. Pembelajaran dan Pemahaman Permainan (TGfU) Tenis Meja
dalam Meningkatkan Hasil Belajar Domain Psikomotor 54 3. Pembelajaran dan Pemahaman Permainan (TGfU) Tenis Meja
dalam Meningkatkan Hasil Belajar Domain Afektif 56
I. Hipotesis Tindakan 57
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian 58
1. Lokasi Penelitian 58
2. Subjek Penelitian 58
B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian 59
1. Metode Penelitian 59
2. Desain Penelitian 61
3. Prosedur Penelitian 64
C. Alat Pengumpul Data 69
D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 86
1. Teknik Pengolahan Data 86
2. Analisis Data 87
E. Waktu dan Tempat Penelitian 88
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil SMPN 9 Purwakarta 89
B. Deskripsi Kondisi Prasiklus Pembelajaran Tenis Meja 90
C. Deskripsi Hasil Siklus 1 93
D. Deskripsi Hasil Siklus 2 118
E. Deskripsi Hasil Siklus 3 138
F. Pembahasan Hasil Penelitian 155
G. Diskusi Penemuan 170
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan 174
B. Rekomendasi 175
DAFTAR PUSTAKA 177 LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekolah merupakan tempat belajar dan mengajar berlangsung antara siswa
dengan siswa, siswa dengan guru serta siswa dengan lingkungan sekitarnya.
Melalui proses belajar terjadi proses interaksi sehingga tiap-tiap individu saling
berhubungan. “Belajar adalah suatu perubahan perilaku, akibat interaksi dengan
lingkungannya" (Muhammad, 2005:14). Perubahan perilaku dalam proses belajar
terjadi akibat interaksi dengan lingkungan. Interaksi biasanya berlangsung secara
sengaja. Dengan demikian belajar dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan
dalam diri individu. Sebaliknya apabila tidak terjadi perubahan dalam diri
individu maka belajar belum dikatakan berhasil.
Pendidikan jasmani adalah kegiatan jasmani yang disajikan sebagai bagian
dari kegiatan kurikuler, yang dipergunakan sebagai media (wahana) bagi
pendidikan. Pendidikan adalah proses mengembangkan domain kognitif, afektif
dan psikomotor (Giriwijoyo, 2010:82). Mata pelajaran pendidikan jasmani
intrakurikuler di sekolah, khususnya SMP kelas VII pada saat ini alokasi
waktunya terbatas, yaitu hanya 2 jam pelajaran atau 2 x 45 menit per minggu.
Dengan keterbatasan alokasi waktu tersebut, maka guru penjas harus
mengefektifkan dan mengefisienkan waktu sebaik mungkin, sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai. Apabila pembelajaran pendidikan jasmani dalam
kegiatan intrakurikuler dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, maka dapat
menunjang pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, sosial serta
emosional yang serasi, selaras dan seimbang.
Hal ini ditegaskan dalam Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi bahwa kelompok mata
pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan pada SMP/MTS/SMPLB
dimaksudkan untuk meningkatkan potensi fisik serta membudayakan sportivitas
Senada dengan pernyataan yang terdapat pada Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional tersebut (Cholik, 2005:8) menyatakan sebagai berikut:
Pendidikan jasmani bukan hanya sekedar aktivitas fisik yang hanya bertujuan untuk menguasai suatu keterampilan atau kompetensi gerak yang bersifat motorik, tetapi justru bagaimana mentransformasi nilai-nilai yang terkandung termasuk disiplin, tanggungjawab, kerjasama, kejujuran, saling menghargai, dsb.
Dari pernyataan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan
pendidikan jasmani adalah membantu siswa untuk meningkatkan kesegaran
jasmani melalui pengenalan dan penanaman sikap positif, kemampuan gerak dasar
dan berbagai aktivitas jasmani. Agar tujuan pendidikan jasmani dapat terlaksana
selaras dengan tujuan yang tertuang dalam pendidikan nasional, maka guru
pendidikan jasmani harus mampu melaksanakan pembelajaran yang aktif dan
menyenangkan bagi siswa. Sehingga para siswa selalu bersemangat dalam
mengikuti pembelajaran penjas tanpa rasa bosan atau malas dikarenakan
pembelajaran yang dirancang oleh guru membuat mereka ingin kembali lagi untuk
melakukan aktivitas jasmani di sekolah.
Kegiatan intrakurikuler hendaknya dapat memacu para siswa lebih
menggemari aktivitas jasmani. Selama pembelajaran berlangsung guru sebaiknya
memperhatikan aktivitas siswa secara individu, mulai dari karakter siswa, bakat
dan minat siswa dalam bidang olahraga sampai masalah-masalah yang dihadapi
siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan bimbingan dan kegiatan
belajar mengajar yang baik dan disenangi oleh para siswa, diharapkan dapat
menambah motivasi siswa mendalami pendidikan jasmani dengan bersedia
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Karena dalam kegiatan intrakurikuler dengan
waktu yang terbatas, jumlah siswa yang cukup banyak, agak sulit untuk
meningkatkan prestasi siswa dalam bidang olahraga tertentu. Oleh karena itu
untuk meningkatkan bakat dan minat mereka dalam bidang olahraga yang mereka
senangi, para siswa hendaknya menambah waktu berolahraga di luar jam
pelajaran penjas (ekstrakurikuler).
Guru pendidikan jasmani dalam melaksanakan pembelajarannya perlu
pembelajaran yang diberikan kepada siswa dapat dikatakan berhasil serta
berkualitas. Graham (Suherman, 2009:12):
1. Developmentally appropriate practices (DAP): program-program latihan
atau aktivitas gerak yang diberikan harus sesuai dengan kemampuan gerak anak didik yang sedang belajar.
2. Instructionallly appropiate practices: cara-cara penyampaian latihan atau
aktivitas gerak secara pedagogis sangat efektif, efisien dan dapat dipertanggungjawabkan...
Dengan memperhatikan karakteristik program pendidikan jasmani,
diharapkan para guru dapat mencapai keberhasilan dalam mengajar. Keberhasilan
dalam mengajar mengandung arti siswa belajar dan mengembangkan sikap positif,
guru mendapatkan kepuasan dari mengajarnya dan program penjas yang diberikan
sesuai dengan tujuan sekolah.
Salah satu kompetensi dasar pendidikan jasmani di Sekolah Menengah
Pertama (SMP) adalah mempraktikkan teknik dasar salah satu nomor olahraga
bola kecil beregu dan perorangan serta nilai kerjasama, kejujuran dan
menghormati lawan.
Permainan tenis meja merupakan permainan yang sudah lama berkembang
di Indonesia dan cukup digemari oleh masyarakat, akan tetapi para siswa saat ini
pada umumnya kurang termotivasi dan terampil dalam permainan ini karena
terbatasnya sarana dan prasarana yang tersedia, seperti: meja tenis, bet, bola, net
dan ruangan atau lapangan khusus tempat bermain tenis meja. Pada waktu
melaksanakan pembelajaran di sekolah, guru pendidikan jasmani mengalami
kesulitan untuk mengajarkan siswa supaya terampil dalam bermain tenis meja dan
memahami permainan ini. Jumlah siswa yang cukup banyak yaitu 35-40 siswa,
tidak sebanding dengan peralatan tenis meja yang tersedia 2 buah, bet 4 buah, bola
2 dus (10 buah). Selain itu sekolah belum menyediakan ruangan khusus dalam
melakukan permainan ini. Adapun keadaan peralatan olahraga tenis meja di
Tabel 1.1
Data Peralatan Olahraga Tenis Meja di SMP Negeri Kabupaten Purwakarta Tahun Pelajaran 2012-2013
No. Nama Sekolah
Jumlah
Lokasi Pembelajaran Siswa Meja
Tenis Bet Bola
1 SMPN 1 Purwakarta 864 4 15 25 Gedung serba guna
2 SMPN 2 Purwakarta 862 2 12 40 Teras kelas
3 SMPN 3 Purwakarta 859 2 8 30 Ruang kelas
4 SMPN 4 Purwakarta 671 2 13 20 Ruang kesenian
5 SMPN 5 Purwakarta 861 3 20 50 Ruang kelas
6 SMPN 6 Purwakarta 574 2 16 35 Lab IPA
7 SMPN 7 Purwakarta 640 3 15 40 Teras kelas
8 SMPN 8 Purwakarta 608 2 14 30 Teras kelas
9 SMPN 9 Purwakarta 568 2 10 30 Teras kelas
Pelajaran tenis meja termasuk ke dalam permainan olahraga bola kecil.
Alokasi waktu yang dirancang oleh guru dalam Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) biasanya diberikan 2- 3 kali pertemuan dalam 1 semester.
Oleh karena itu untuk dapat melakukan keterampilan bermain tenis meja,
memiliki pengetahuan serta memahami permainan tenis meja dengan baik, tentu
saja akan sangat sulit dicapai oleh siswa jika alokasi pembelajarannya sangat
singkat.
Selain itu untuk mendapatkan kesempatan bermain menggunakan meja
tenis di sekolah siswa harus menunggu giliran temannya. Jika para siswa hanya
melakukan aktivitas jika disuruh oleh guru, ALT (Active Learning Time) akan
berkurang atau kesempatan siswa dalam melakukan tugas gerak terbatas, pada
akhirnya hanya duduk atau bergurau. Hal ini akan mengurangi tingkat motivasi
belajar siswa dalam mempelajari permainan tenis meja dan pada akhirnya
berdampak pada lemahnya tingkat pengetahuan, pemahaman dan keterampilan
Kurangnya keterampilan dan pemahaman siswa terhadap permainan tenis
meja, berdasarkan hasil tes awal/ prasiklus yang dilakukan oleh peneliti kepada
siswa kelas VIId pada tanggal 16 Januari 2013. Dari jumlah siswa 32 orang,
diketahui para siswa yang memperoleh nilai kognitif rata-rata hanya 46 dan nilai
tertinggi 60. Nilai psikomotor rata 46 nilai tertinggi 55, dan nilai afektif
rata-rata hanya 50 dan tertinggi hanya 60.
Berdasarkan data tersebut, penulis merasa perlu meningkatkan
perencanaan, pelaksanaan dan proses evaluasi pembelajaran dengan berbagai
macam metode, strategi, pendekatan dan model pembelajaran yang dapat
meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dalam bermain tenis meja.
Terutama menciptakan modifikasi alat yang sederhana, murah dan aman serta
mendesain model pembelajaran yang efektif, efisien dan menyenangkan sehingga
siswa akan lebih termotivasi dalam mempelajari permainan tenis meja.
Selain itu siswa juga perlu diajarkan pengetahuan tentang peralatan,
peraturan permainan dan cara bermain tenis meja (teknik, taktik dan strategi untuk
mengungguli lawan). Dengan demikian tujuan pembelajaran tenis meja dapat
tercapai, yaitu siswa memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang konsep gerak,
teknik-teknik dasar permainan tenis meja (kognitif), siswa mampu mempraktikkan
keterampilan teknik-teknik dasar permainan tenis meja (psikomotor) serta siswa
menanamkan nilai-nilai respek, peduli, fair play, kerja keras, berpikir logis, kreatif
dan inovatif (afektif). Seperti yang dinyatakan oleh (Giriwijoyo, 2010:82)
pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan yang mengembangkan:
1. Domain kogntif: kemampuan penalaran, pengayaan pengetahuan/keilmuan dan keluasan wawasan, khususnya yang dapat dicapai melalui penyajian olahraga intrakurikuler.
2. Domain afektif:
a. Sikap rohaniah meliputi: aspek mental, intelektual dan spiritual, b. Sikap sosial yang sesuai norma sosial melalui pendidikan jasmani 3. Domain psikomotor: perilaku siswa sehari-hari yang sesuai dengan
pengetahuan baru dan pola sikap baru yang diperolehnya melalui pengalaman dan peran sertanya dalam proses pendidikan jasmani.
Agar standar kompetensi di dalam mata pelajaran pendidikan jasmani
dalam kurikulum, maka guru pendidikan jasmani harus mampu melaksanakan
kegiatan Pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan
(PAIKEM) bagi para siswa. Sehingga pada waktu jam pelajaran penjas
berlangsung seluruh siswa terlibat aktif mempraktikkan aktivitas jasmani baik
yang diinstruksikan oleh guru maupun kreativitas para siswa sendiri dalam
berlatih. Aktivitas jasmani selalu dirancang dengan berbagai kegiatan yang
variatif, tidak membosankan, ditunjang pula oleh modifikasi peralatan yang
inovatif. Selalu berkreasi memikirkan ide-ide, gagasan dan berbagai metode atau
cara agar siswa tertarik. Pada akhirnya seluruh siswa selalu menunggu-nunggu
saatnya pelajaran penjas karena mereka sangat menyenangi berbagai kegiatan
yang disajikan oleh guru.
Oleh karena itu perlu adanya usaha yang keras dari para guru penjas di
dalam menerapkan berbagai model-model pembelajaran, pendekatan, metode
maupun modifikasi dalam pembelajaran. Maka penulis tertarik untuk meneliti
model pembelajaran dan pemahaman permainan atau TGfU (Teaching Games for
Understanding) tenis meja dalam upaya meningkatkan hasil belajar pada tiga
domain perilaku belajar yaitu: kognitif, psikomotor dan afektif.
Penelitian ini menurut penulis sangatlah penting karena menyangkut
peningkatan kualitas pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah, dimana saat
ini para guru dituntut mengembangkan, mengkaji dan melakukan berbagai
penelitian berdasarkan permasalahan yang dihadapi pada saat mengajar di
kelasnya sendiri. Sehingga dalam rangka memecahkan masalah yang dihadapi
oleh penulis pada saat mengajar di sekolah dengan materi tenis meja dan untuk
mencapai tujuan pendidikan secara menyeluruh pada domain kognitif, psikomotor
dan afektif, maka mendorong penulis melakukan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah implementasi pembelajaran
dan pemahaman permainan tenis meja (TGfU) dapat meningkatkan hasil belajar
domain kognitif, afektif dan psikomotor.
Dengan mendesain rencana pembelajaran, melakukan tindakan
pembelajaran, melakukan pengamatan domain kognitif, psikomotor dan afektif
siswa domain kognitif, psikomotor dan afektif serta terpeliharanya kebugaran
jasmani para siswa.
Melalui implementasi model TGfU atau pembelajaran dan pemahaman
permainan penulis berusaha menanamkan pemahaman konsep gerak yang harus
diterapkan pada saat mempraktikkan keterampilan gerak dalam permainan tenis
meja dengan menerapkan nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Berperan
sebagai fasilitator sekaligus pelaksana penelitian, penulis merancang berbagai
permainan yang dapat menyempurnakan keterampilan siswa untuk memainkan
permainan tenis meja.
Penelitian ini mengajarkan pemahaman konsep gerak, teknik dasar dan
peraturan tenis meja melalui permainan supaya mencapai tingkat pemahaman
yang baik, sehingga tujuan pembelajaran tenis meja dapat tercapai yaitu siswa
menampilkan hasil belajar yang meningkat dalam permainan tenis meja setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran dengan model TGfU.
Dengan demikian bentuk variasi permainan yang mirip dengan permainan
sesungguhnya, baik yang dirancang oleh guru maupun siswa perlu dipraktikkan
dengan perencanaan matang, sinergis dan berkelanjutan agar pembelajaran tenis
meja lebih aktif, disukai dan menyenangkan bagi para siswa. Model pembelajaran
TGfU, memberi kesempatan kepada siswa untuk menikmati olahraga dan
permainan dengan versi permainan yang dimodifikasi, sambil membantu mereka
mengembangkan tingkat keterampilan bermain dalam permainan dan olahraga di
masa depan (Harvey dan Hans, 2010: 3).
Menurut Thorpe, Bunker dan Almond (Griffin & Butler, 2005:1): Model
pembelajaran dan pemahaman permainan atau TGfU merupakan sebuah alat
untuk mengkonseptualisasikan pengajaran dan pembelajaran permainan, sangat
mengutamakan peran guru sebagai fasilitator dan peran siswa untuk aktif dan
terlibat dalam proses pembelajaran.
Implementasi pembelajaran dan pemahaman permainan tenis meja pada
siswa kelas VII SMP dalam upaya meningkatkan hasil belajar domain kognitif,
psikomotor dan afektif siswa, maka perlu dilakukan penelitian yang lebih cermat
menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau classroom research
maka penulis dituntut memperbaiki proses belajar yang telah direncanakan,
dilaksanakan, kemudian direfleksi bila ada permasalahan dan akhirnya diperbaiki
dan dibuat perencanaan ulang agar lebih baik. Penelitian ini akan mengamati
keadaan respon kognitif, psikomotor dan afektif siswa terhadap permainan tenis
meja.
Dalam proses belajar mengajar permainan tenis meja, banyak faktor yang
menetukan hasil belajar, di antaranya faktor internal dan eksternal. Faktor internal
adalah faktor bawaan, minat, motivasi dan intelegensi. Sedangkan yang termasuk
faktor eksternal adalah pelatih atau guru, waktu latihan, sarana dan prasarana,
metode pengajaran atau pelatihan (Safari, 2010: 3).
Dengan demikian hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh
siswa berkat adanya usaha dan proses belajar yang dapat dinilai dalam bentuk
pemahaman, keterampilan dan nilai-nilai karakter sehingga nampak pada diri
individu tersebut perubahan tingkah laku. Dengan bantuan guru siswa dibimbing
melalui kegiatan pembelajaran. Dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang
menunjang serta dengan berbagai metode dan model pembelajaran yang bervariasi
diharapkan siswa memperoleh peningkatan hasil belajar.
Peran peneliti sekaligus pengajar pendidikan jasmani dalam penelitian ini
sangat menguntungkan terutama dalam peningkatan kualitas pembelajaran materi
pelajaran pendidikan jasmani. Bukan hanya pada materi tenis meja saja
implementasi pembelajaran dan pemahaman permainan (TGfU) dapat
dilaksanakan, akan tetapi pada materi pendidikan jasmani yang lainnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk menetapkan judul:
“Implementasi Pembelajaran dan Pemahaman Permainan (TGfU) Tenis Meja pada Siswa SMP Kelas VII dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar”
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Fokus pembelajaran model TGfU (Teaching Games for Understanding)
adalah pembelajaran dengan pemahaman melalui permainan dengan
hanya penampilan keterampilan atau psikomotor. Siswa diajak untuk terlibat aktif,
bersosialisasi dan memecahkan masalah (Griffin & Butler, 2005:85).
Untuk membatasi ruang lingkup penelitian, maka disusun rumusan
pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Apakah terjadi peningkatan terhadap hasil belajar pada domain kognitif siswa
kelas VII SMPN 9 Purwakarta melalui implementasi pembelajaran dan
pemahaman permainan (TGfU) tenis meja?
2. Apakah terjadi peningkatan terhadap hasil belajar pada domain afektif siswa
kelas VII SMPN 9 Purwakarta melalui implementasi pembelajaran dan
pemahaman permainan (TGfU) tenis meja?
3. Apakah terjadi peningkatan terhadap hasil belajar pada domain psikomotor
siswa kelas VII SMPN 9 Purwakarta melalui implementasi pembelajaran dan
pemahaman permainan (TGfU) tenis meja?
4. Domain manakah terjadi peningkatan yang paling tinggi terhadap hasil
belajar siswa kelas VII SMPN 9 Purwakarta melalui implementasi
pembelajaran dan pemahaman permainan (TGfU) tenis meja?
C. Batasan Masalah
Belajar pendidikan jasmani merupakan upaya untuk meningkatkan hasil
belajar pada 3 domain belajar melalui aktivitas jasmani. Maka dalam penelitian
ini, pembelajaran akan difokuskan pada implementasi pembelajaran dan
pemahaman permainan (TGfU) tenis meja pada siswa kelas VII SMP dalam upaya
meningkatkan hasil belajar siswa domain kognitif, psikomotor dan afektif.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apakah implementasi pembelajaran dan pemahaman
permainan (TGfU) tenis meja pada siswa kelas VII SMPN 9 Purwakarta
2. Untuk mengetahui apakah implementasi pembelajaran dan pemahaman
permainan (TGfU) tenis meja pada siswa kelas VII SMPN 9 Purwakarta
dapat meningkatkan hasil belajar domain psikomotor.
3. Untuk mengetahui apakah implementasi pembelajaran dan pemahaman
permainan (TGfU) tenis meja pada siswa kelas VII SMPN 9 Purwakarta
dapat meningkatkan hasil belajar domain afektif.
4. Untuk mengetahui pada domain manakah peningkatan yang paling tinggi
terhadap hasil belajar siswa kelas VII SMPN 9 Purwakarta melalui
implementasi pembelajaran dan pemahaman permainan (TGfU) tenis meja?
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya, terutama:
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi secara teori dan metodologi
serta memberikan informasi khususnya dalam bidang kajian melalui
implementasi pembelajaran dan pemahaman permainan (TGfU) tenis meja
untuk meningkatkan hasil belajar domain kognitif, psikomotor dan afektif.
b. Dapat dijadikan desain, pendekatan, strategi dan model pembelajaran dalam
meningkatkan hasil belajar.
c. Dapat dijadikan alternatif pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar
pada pembelajaran tenis meja pada khususnya dan pelajaran penjas pada
umumnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
1) Meningkatkan motivasi dan partisipasi aktif dalam mengikuti
pembelajaran penjaskes khususnya tenis meja.
2) Upaya meningkatkan hasil belajar tenis meja pada domain kognitif,
b. Bagi guru
1) Memberi masukan dalam mengimplementasikan model pembelajaran
dan pemahaman permainan (TGfU) sehingga membantu memecahkan
masalah yang dihadapi di kelasnya sendiri.
2) Meningkatkan motivasi guru dalam memperbaiki kualitas pembelajaran
pendidikan jasmani.
3) Memotivasi para guru penjas untuk melakukan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) bersama teman sejawat agar lebih meningkatkan hasil
belajar siswa.
c. Bagi sekolah
1) Salah satu usaha untuk meningkatkan profesionalitas guru dengan
melaksanakan PTK dan mengimplementasikan model-model
pembelajaran pada waktu mengajar.
2) Menumbuhkan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan
menyenangkan di sekolah.
3) Pengembangan kurikulum yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi
nyata di sekolah.
d. Bagi Prodi Pendidikan Olahraga
1) Menjadi bahan kajian dalam mengembangkan penelitian tindakan kelas,
bagi para dosen dan mahasiswa dalam memperkaya khasanah penelitian.
2) Menumbuhkembangkan budaya akademik untuk melakukan penelitian
tindakan kelas.
3) Memberi kesempatan kepada mahasiswa yang berprofesi sebagai guru
untuk membuat penelitian tindakan kelas.
e. Bagi peneliti lain, proses dan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian,
rujukan atau dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi penelitian
berikutnya.
f. Hasil penelitian ini dapat memperkaya dan melengkapi hasil-hasil penelitian
tindakan kelas yang telah dilakukan dalam kajian sejenis.
F. Definisi Istilah
Untuk menghindari adanya salah pemaknaan dari setiap istilah yang
digunakan dalam penelitian ini, maka dirumuskan definisi istilah sebagai berikut :
1. Pendidikan jasmani adalah kegiatan jasmani yang disajikan sebagai bagian
dari kegiatan kurikuler, yang digunakan sebagai media (wahana) bagi proses
pendidikan dengan mengembangkan domain kognitif, psikomotor dan afektif
(Giriwijoyo, 2010:82).
2. Definisi pendidikan jasmani menurut Suherman dan Mahendra, (2001:8)
menyatakan bahwa “Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan
melalui aktivitas jasmani untuk mencapai perkembangan individu secara
menyeluruh”.
3. Konsep pendekatan pembelajaran dijelaskan Rusman, (2011:132) yaitu :
“Sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran.
Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses
yang sifatnya masih sangat umum.”
4. Menurut Soekamto dan Winataputra, (1995:78) mendefinisikan „model
pembelajaran‟ sebagai kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur
yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar bagi para siswa
untuk mencapai tujuan pembelajaran dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan
melaksanakan aktivitas belajar mengajar. http://mtk2012unindra.blogspot.com
5. Joyce dan Weil (2000:13) mengemukakan bahwa model pembelajaran
merupakan deskripsi dari lingkungan belajar yang menggambarkan
perencanaan kurikulum, kursus-kursus, rancangan unit pembelajaran,
perlengkapan belajar, buku-buku pelajaran, program multi media dan bantuan
belajar melalui program computer.
6. Mengenai permainan tenis meja, Soetomo (1985:31) menjelaskan bahwa:
7. Harvey dan Hans (2010:3) mendefiniskan TGfU: konsep bermain atau play
pertama kali dikonseptualisasikan oleh Alan Launder (2001), mirip dengan
TGfU karena salah satu ide awalnya adalah untuk memberi kesempatan bagi
siswa untuk menikmati olahraga dan permainan dengan versi permainan yang
dimodifikasi, sambil membantu mereka mengembangkan tingkat keterampilan
bermain dalam permainan atau olahraga di masa depan.
8. Teaching Games for Understanding (TGfU) mengaplikasikan pendekatan
taktis yang berpusat pada siswa untuk pembelajaran permainan yang berkaitan
dengan olahraga dan hubungan yang kuat dengan sebuah pendekatan
konstruktivis dalam pembelajaran (Griffin & Butler, 2005:1).
9. Model Pembelajaran TGfU menurut Thorpe, Bunker dan Almond (Griffin, &
Butler, 2005:1) adalah: “sebuah alat untuk mengkonseptualisasikan
pengajaran dan pembelajaran permainan. Sangat mengutamakan peran guru
sebagai fasilitator dan peran siswa untuk aktif dan terlibat dalam proses
pembelajaran”.
10.Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004:22). Sedangkan menurut
Kingsley (Sudjana, 2004:22) membagi tiga macam hasil belajar mengajar : (1)
keterampilan dan kebiasaan, (2) pengetahuan dan pengarahan, (3) sikap dan
cita-cita.
G. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian (McPerson 1991, McPerson and French 1991, Turner 2003)
menegaskan bahwa dengan pendekatan tactical game kemampuan pemain
tenis lebih baik dalam (kecermatan memukul dan membuat keputusan). Dan
memiliki tingkat pengetahuan yang lebih tinggi dari pemain yang dilatih
dengan pendekatan tradisional.
2. Hasil penelitian Yunyun Yudiana (2009): menyimpulkan bahwa model
pendekatan taktis memberikan kontribusi yang positif terhadap pemahaman
3. Mc Pherson dan French (1991) melakukan penelitian pada kelas tenis di
perguruan tinggi untuk membandingkan antara pendekatan taktis dengan
pendekatan teknik. Pada kelompok taktik tidak diberikan pembelajaran awal,
hasilnya secara signifikan menunjukkan skor lebih rendah. Akan tetapi,
setelah diberi pembelajaran teknik sebagai bagian dari model pembelajaran,
skor mereka dengan cepat meningkat.
4. Turner (1996) membandingkan pendekatan pembelajaran taktis dengan
pendekatan pembelajaran teknik pelajaran hoki di kelas VII. Hasilnya
menunjukkan bahwa siswa yang menggunakan pembelajaran taktis
meningkat secara signifikan pada perkembangkan teknik, pengetahuan dan
penampilan bermain. Dengan mewawancarai siswa, dia juga menyimpulkan
bahwa dengan pendekatan taktis para siswa menyukai bentuk-bentuk
permainan, memberikan kepuasan dalam keterlibatan mereka mengikuti
pembelajaran taktis.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Alison & Thorpe (1997: 9-13) Yudiana
(2010: 89), pendekatan taktis sangat efektif dan berpengaruh dalam metode
mengajar. Hasil risetnya tentang perbandingan pendekatan pembelajaran
antara pendekatan teknis dan pendekatan taktis dalam permainan hoki dan
bola basket melalui pendekatan taktis memberikan signifikansi yang tinggi
terhadap kegairahan dan usaha belajar siswa. Disamping itu, pendekatan
taktis memberikan peningkatan dalam penguasaan teknik, pengetahuan taktik
dan pemahaman dalam bermain.
6. Penelitian Dedi Rudiyanto: Pengaruh Variasi Pembelajaran dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Forehand Drive Tenis Meja Siswa Kelas VIII
SMP Negeri 1 Babalan, sampel 40 orang yang akan diberikan tindakan
berupa Metode Penelitian Tindakan Kelas. Hasil penelitian menyimpulkan :
(1) dari tes hasil belajar siklus I diperoleh sebanyak 27 orang siswa (67,5%)
telah mencapai tingkat ketuntasan belajar sedangkan 13 orang siswa (32,5%)
belum mencapai tingkat ketuntasan belajar dengan persentase nilai rata-rata
70,93%. Namun belum memenuhi kriteria ketuntasan secara klasikal yang
sebanyak 36 orang siswa (90%) yang telah mencapai ketuntasan dalam
belajar dan 4 orang siswa (10%) masih belum tuntas dengan persentase nilai
rata-rata 82,18%. Peningkatan persentase nilai rata-rata hasil belajar siswa
dari tes sebelumnya yaitu 11,25% dan peningkatan ketuntasan klasikalnya
sebesar 22,5%.
7. Prihartanto dan Utama, Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan
pembelajaran tenis meja melalui pendekatan bermain Prodi PJKR FIK UNY
tahun ajaran 2012. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan
kelas. Populasi penelitian adalah mahasiswa kelas A dan B Prodi PJKR FIK
UNY berjumlah 18 mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan adanya peran
serta secara aktif mahasiswa PJKR FIK UNY dalam mengikuti pembelajaran
olahraga pilhan tenis meja melalui pendekatan bermain. Hal ini dapat ditandai
dengan adanya peningkatan tingkat partisipasi mahasiswa yang optimal,
suasana pembelajaran yang kondusif serta memperkaya khasanah model
pembelajaran di prodi PJKR FIK UNY.
58
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengkaji masalah pembelajaran dan pemahaman permainan
(TGfU) tenis meja pada siswa kelas VII dalam upaya meningkatkan hasil belajar
domain kognitif, afektif dan psikomotor siswa kelas VII SMPN 9 di Kabupaten
Purwakarta. Lokasi penelitian adalah di SMPN 9 Purwakarta, terletak di jalan
Kolonel Rahmat, Desa Citalang, Kecamatan Purwakarta, Kabupaten Purwakarta.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas VIId SMPN 9 Purwakarta yang
berjumlah 32 siswa dengan siswa perempuan berjumlah 16 siswa dan siswa
laki-laki berjumlah 16 siswa. Siswa SMPN 9 rata-rata berumur 14-15 tahun,
masing-masing memiliki sifat dan karakter yang berbeda-beda serta pada umumnya
memiliki berat badan dan tinggi badan ideal pada usia siswa SMP. Tempat
tinggal mereka di sekitar kota Purwakarta desa Citalang, tidak jauh dari
sekolah.
Sedangkan yang menjadi bahan penelitian adalah hasil belajar tenis meja
siswa yang meliputi: domain psikomotor dengan mengamati (pukulan
forehand, service forehand no spin dan backhand drive ); domain afektif (respek,
peduli teman, fair play, kerja keras serta berfikir logis, kreatif dan inovatif);
domain kognitif (pemahaman konsep gerak cara melakukan pukulan forehand
drive, service forehand no spin dan backhand drive).
Orang tua dari siswa-siswi SMPN 9 Purwakarta memiliki mata
pencaharian yang beragam, sebagian besar bekerja sebagai buruh pertanian, buruh
B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan metode Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Penelitian Tindakan Kelas merupakan terjemahan dari Classroom Action
Research yang dilakukan di kelas, penelitian tindakan kelas adalah penelitian
yang dilakukan oleh guru; dengan PTK diharapkan hasil belajar siswa menjadi
meningkat (Wardhani, 2008:5).
Kemudian Komara (2012:79) menyatakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah pencermatan dalam bentuk tindakan terhadap kegiatan belajar yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan.
Grundy dan Kemis (Komara, 2012:20) menyatakan bahwa penelitian tindakan bertujuan untuk mencapai tiga hal berikut:
1. Peningkatan praktik;
2. Peningkatan (pengembangan profesional) pemahaman praktik oleh praktisinya; dan
3. Peningkatan situasi tempat pelaksanaan praktk.
Dari beberapa pendapat tersebut di atas dapat penulis simpulkan bahwa
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh seorang
guru yang berkaitan dengan permasalahan perbaikan pelaksanaan pembelajaran di
dalam kelas, bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Perbaikan
pelaksanaan pembelajaran tersebut diantaranya adalah penggunaan model-model
pembelajaran, penggunaan bahan ajar, alat dan media pembelajaran yang inovatif,
pengetahuan dan sikap guru serta sikap siswa.
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran
dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada domain kognitif, afektif dan
psikomotor dengan mengimplementasikan pembelajaran pemahaman permainan
atau TGfU (Teaching Games for Understanding). Oleh karena itu dalam PTK
dikenal adanya siklus pelaksanaan berupa pola:
perencanaan-pelaksanaan-observasi-refleksi-revisi (perencanaan ulang). Berdasarkan penjelasan tentang
penelitian tindakan kelas diatas, maka penulis merasa perlu melaksanakan
penelitian di dalam kelas pendidikan jasmani bukan hanya pada materi pelajaran
Menurut (Wardhani, 2008:15) karakteristik PTK, adalah:
a. An inquiry of practice from within (penelitian berawal dari kerisauan guru
akan kinerjanya).
b. Self-reflective inquiry (metode utama adalah refleksi diri, bersifat agak
longgar tetapi tetap mengikuti kaidah-kaidah penelitian). c. Fokus penelitian berupa kegiatan pembelajaran.
d. Tujuannya: memperbaiki proses dan hasil pembelajaran.
Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan PTK mempunyai manfaat
yang cukup besar dan berpengaruh terhadap pembelajaran, baik manfaat yang
dirasakan oleh guru, siswa dalam pembelajaran, maupun sekolah.
Bagi guru atau pendidik PTK memberikan manfaat yang sangat besar bagi
kegiatan belajar di dalam maupun di luar kelas, yaitu:
1) PTK dapat dimanfaatkan oleh guru untuk memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya karena memang sasaran akhir PTK adalah perbaikan proses pembelajaran yang akan direfleksi pada kegiatan siklus berikutnya.
2) Dengan melakukan PTK guru dapat berkembang secara profesional karena dapat menunjukkan bahwa dia mampu menilai dan memperbaiki proses pembelajaran yang dikelolanya.
3) PTK melatih tingkat percaya diri seorang guru dengan karakter penelitian ini, guru dituntut untuk mampu melakukan analisis terhadap kinerjanya sendiri di dalam kelas sehingga menemukan kekuatan dan kelemahan kemudian mengembangkan alternatif untuk mengatasi kelemahannya. 4) Melalui PTK, guru mendapat kesempatan untuk berperan aktif
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri (Elita, 2013:57).
PTK mempunyai manfaat yang sangat besar bagi pembelajaran karena
tujuan PTK adalah memperbaiki praktik pembelajaran dengan sasaran akhir
memperbaiki belajar anak (Wardhani, 2008:25). Dengan melakukan PTK, guru
memiliki keleluasaan dalam berfikir kreatif dalam mengembangkan ide dan
keinginannya untuk membuat pembelajaran kepada siswa semakin disukai dan
diminati yang pada akhirnya proses belajar siswa menjadi lebih baik. Jika setelah
dianalisis masih terdapat kekurangan atau belum mencapai indikator keberhasilan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai, guru dapat segera memperbaikinya,
kemudian menyusun kembali perencanaan dan melaksanakan tindakan pada siklus
selanjutnya. Melalui langkah-langkah prosedur penelitian yang relevan para guru
2. Desain Penelitian
Diperlukan desain dalam melakukan Penelitian Tindakan Kelas agar dapat
memberikan petunjuk kepada guru pada saat melakukan penelitian, sehingga
menghasilkan PTK yang baik sesuai dengan harapan. Secara umum PTK
dilaksanakan melalui beberapa siklus dan masing-masing siklus terdiri dari 4
tahap yaitu: (1) menyusun perencanaan (planning), (2) pelaksanaan tindakan
(action), (3) mengamati (observation) dan (4) refleksi (reflection) dalam
penelitian (Haryani, 2013:58).
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan beberapa
siklus secara berkelanjutan dan dilakukan pengamatan teliti dari setiap siklus,
diperbaiki sampai menemukan pemecahan masalah yang terbaik. Tahapan
masing-masing siklus tersebut dapat digambarkan seperti pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1
Spiral Penelitian Tindakan Kelas
(Diadaptasi dari Tim Pelatih Proyek PGSM, 1999:7)
Perencanaan
Refleksi
Pelaksanaan dan observasi
Refleksi
Pelaksanaan dan observasi
Gambar diatas menunjukkan sebuah spiral dari beberapa siklus kegiatan
yang terdiri dari:
1. Tahap perencanaan yang merupakan kegiatan awal dalam merancang
kegiatan pembelajaran, proses penyiapan strategi yang akan dikembangkan
dalam penelitian. Rencana hendaknya disusun berdasarkan hasil pengamatan
awal yang reflektif, kemudian bersama kolabolator melakukan pengamatan
terhadap proses pembelajaran di kelas sebagai upaya membantu siswa
meningkatkan kualitas cara belajarnya.
2. Tahap kedua adalah pelaksanaan atau tindakan, merupakan tahapan penelitian
untuk melaksanakan strategi yang telah disiapkan sebelumnya.
3. Tahap ketiga adalah observasi, merupakan kegiatan mendokumentasikan
pengaruh tindakan terkait bersama prosesnya, harus direncanakan sehingga
akan ada dasar dokumenter untuk refleksi berikutnya.
4. Tahap keempat adalah refleksi, yaitu melaksanakan evaluasi, analisis dan
mengkaji kegiatan yang sedang berlangsung. Apabila ada kekurangan atau
ketidaksesuaian dalam kegiatan pembelajaran dapat diadakan tahap perbaikan
rencana.
Pada siklus berikutnya dilaksanakan lagi tahap perencanaan, pelaksanaan,
observasi dan refleksi ,yaitu kegiatan pembelajaran dengan perbaikan rencana dari
kegiatan yang pertama. Tahap selanjutnya kembali mengadakan evaluasi dan
analisis untuk mengkaji kegiatan pembelajaran. Jika sudah mencapai target
indikator keberhasilan hasil belajar siswa sesuai dengan harapan, maka siklus
dihentikan sampai pada siklus 2. Tetapi kalau masih ada perbaikan dan
kekurangan bisa dilanjutkan pada siklus ke-3 dan seterusnya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu classroom action
research, dimaksudkan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan atau
cara pendekatan baru untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung.
Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dikelasnya
tempat ia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan
Langkah pertama merencanakan penelitian tindakan kelas adalah
mengidentifikasi dan menetapkan masalah. Selama mengajar kemungkinan guru
menemukan berbagai masalah, baik masalah yang bersifat pengelolaan kelas
maupun instruksional. Langkah selanjutnya menganalisis dan merumuskan
masalah yaitu dengan melakukan evaluasi, mengevaluasi hasil analisis dan
bagaimana tindak lanjutnya. Yang terakhir adalah merencanakan perbaikan,
setelah guru mengetahui permasalahan yang sedang dihadapi dan merumuskan
masalah tersebut langkah selanjutnya adalah guru mencari cara untuk mengatasi
atau memperbaiki permasalahan tersebut (Haryani, 2013: 59).
Selanjutnya komponen-komponen yang akan digali adalah profil
pengetahuan awal siswa tentang pemahaman konsep gerak, memecahkan masalah,
kritis cerdas (domain kognitif) permainan tenis meja, keterampilan gerak,
kemampuan fisik dan motorik dalam permainan tenis meja (domain psikomotor)
serta sikap mereka selama mengikuti kegiatan belajar mengajar, keterlibatan
dalam pergaulan sosial, percaya diri (domain afektif). Selanjutnya implementasi
pembelajaran dan pemahaman permainan (TGfU) dan tahap akhir melihat respon
ketiga domain pembelajaran siswa setelah pembelajaran berlangsung.
Masing-masing komponen di atas akan diterangkan sebagai berikut:
a. Profil awal siswa dalam hal pengetahuan (kognitif), keterampilan gerak
(psikomotor) dan sikap (afektif) bisa diperoleh dengan mengadakan
pengamatan serta evaluasi sebelum kegiatan penelitian di mulai.
b. Implementasi proses belajar mengajar dengan pembelajaran dan pemahaman
permainan (TGFU) tenis meja dengan cara melaksanakan kegiatan belajar
mengajar direncakan sebanyak 3 siklus, masing-masing siklus dilaksanakan
2 kali tindakan, mengamati dengan merekamnya menggunakan camera
digital atau handphone, diskusi bersama observer, melakukan pencatatan
seluruh siswa pada setiap siklus pembelajaran, mengevaluasi hasil belajar,
merefleksi serta merencanakan kembali kegiatan belajar. Akan tetapi jika
setelah siklus 2 ternyata belum mencapai indikator keberhasilan yang sudah
c. Profil respon siswa setelah pembelajaran berlangsung dilakukan dengan
memberikan angket respon siswa terhadap pembelajaran dan pemahaman
permainan tenis meja dan post test tentang respon domain kognitif, afektif
dan psikomotor pembelajaran.
d. Lembar observasi kegiatan guru dalam pembelajaran ada 3 tahap yaitu: (1)
eksplorasi, (2) eksplanasi dan (3) evaluasi.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam proses pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah:
1. Guru mengamati aktivitas siswa selama kegiatan penelitian berlangsung.
Selain itu guru mengecek sejauh mana siswa dalam mengerjakan tugas gerak
yang diberikan. Aktivitas siswa diamati dengan lembar observasi siswa dan
data yang diperoleh sebagai data kegiatan belajar siswa.
2. Pada akhir siklus 3 guru memberikan angket kepada siswa untuk mengetahui
respon siswa dan pengalaman siswa belajar. Angket pada penelitian ini
berfungsi sebagai data respon siswa terhadap pembelajaran dan pemahaman
permainan (TGfU).
3. Guru mengamati setiap tugas-tugas gerak, sikap, pemahaman siswa selama
pembelajaran berlangsung antara 6 - 8 kali pertemuan di luar jam pelajaran
pendidikan jasmani. Penilaian model TGfU meliputi: hasil belajar, refleksi
hasil belajar, tugas yang dikerjakan siswa, hasil pre test dan pos test, hasil
kegiatan praktik dan refleksi akhir model TGfU sesuai dengan kesepakatan
awal guru dan siswa.
4. Guru melakukan observasi terhadap penampilan gerak yang diadakan pada
setiap awal dan akhir siklus pada siklus 1, 2 dan 3. Hasil observasi yang
berupa skor kemudian dibandingkan dengan standar ketuntasan sekolah.
3. Prosedur Penelitian
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan beberapa
siklus secara berkelanjutan dan dilakukan pengamatan teliti dari setiap siklus,
utama penelitian tindakan kelas adalah refleksi diri dengan tetap mengikuti
kaidah-kaidah penelitian, Widayanti (Muslich, 2009: 240).
a. Kegiatan awal/Prasiklus
1) Kegiatan pengamatan/observasi
Dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan awal dan permasalahan yang
akan diselesaikan, bersamaan dengan kegiatan tes awal/prasiklus yang dilakukan
oleh kolabolator, yaitu rekan kerja 1 orang guru Penjas Orkes sebagai observer.
Adapun hal-hal yang diobservasi meliputi:
a) Pencatatan hasil tes awal/prasiklus setiap siswa baik pada tes pemahaman
(kognitif), keterampilan gerak (psikomotor), maupun pengamatan perilaku
(afektif).
b) Aktivitas guru dalam mengelola pelaksanaan tes, observasi atau kegiatan
belajar mengajar.
c) Monitoring angket siswa.
2) Refleksi
Refleksi dilakukan untuk mengamati pelaksanaan dan tindakan
pembelajaran siswa pada kegiatan awal/prasiklus. Sehingga perlu adanya
perbaikan-perbaikan, diantaranya: memberikan penjelasan tentang proses
pembelajaran yang akan berlangsung berikutnya dengan cara: penugasan mencari
bahan atau materi pelajaran yang akan diberikan seperti, tugas membaca buku
paket, mencari materi pembelajaran tenis meja di internet, membuat alat-alat
pembelajaran, memusatkan perhatian siswa terhadap pembelajaran dengan cara
memberi reward dan lain-lain.
b. Kegiatan Siklus 1
Kegiatan siklus 1 dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi kegiatan
prasiklus minimalnya 2 kali tindakan terdiri 4 tahap, yaitu: perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.
1) Perencanaan
Peneliti menyusun perencanaan penelitian tindakan kelas sebagai berikut:
a) Melakukan diskusi dengan guru mata pelajaran Penjas tentang rencana
b) Menentukan kompetensi dasar dan materi pokok.
c) Mempersiapkan perangkat dan bahan penelitian. Langkah yang dilakukan
antara lain:
(1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pada materi pelajaran
tenis meja.
(2) Menyusun lembar observasi siswa tentang penilaian keterampilan pukulan
forehand dan service forehand no spin.
(3) Menyusun lembar observasi guru tentang kegiatan guru selama pembelajaran
berlangsung.
(4) Membuat soal tes tertulis untuk menilai domain kognitif siswa.
(5) Membuat angket untuk mengetahui respon siswa tentang pelaksanaan
pembelajaran tenis meja melalui implementasi pembelajaran dan pemahaman
permainan (TGfU).
d) Setelah tindakan 1 selesai, peneliti bersama observer menyusun rencana
perbaikan pembelajaran (RPP) untuk pelaksanaan tindakan 1.
2) Pelaksanaan Tindakan Siklus 1 (Tindakan 1 dan 2)
a) Menerapkan tindakan yang mengacu pada RPP dan pedoman observasi siswa.
Materi yang diajarkan pada pelaksanaan tindakan 1 adalah teknik dasar
pukulan forehand drive.
b) Pada pelaksanaan pembelajaran siswa dibagi dalam 4 kelompok
masing-masing kelompok berjumlah 8 orang dengan tingkat kemampuannya berbeda.
Pembelajaran diawali dengan pemahaman konsep gerak melalui metode
diskusi. Kemudian melaksanakan praktik pembelajaran tenis meja.
c) Guru membimbing siswa dalam proses pembelajaran di kelas, memimpin,
mengarahkan dan mengevaluasi kegiatan diskusi dan praktik. Selama
pembelajaran berlangsung observer mencatat kegiatan siswa dan guru.
d) Selama proses pembelajaran semua siswa diminta mencatat materi yang
diajarkan.
e) Setelah pembelajaran selesai baik itu pertemuan kesatu maupun kedua
diadakan penilaian. Tes kognitif dilakukan dengan memberikan soal uraian
pukulan forehand drive, kemudian dilanjutkan dengan penilaian implementasi
TGfU oleh observer.
3) Observasi
Dilakukan untuk melihat tingkat pengetahuan dan pemahaman teknik
dasar tenis meja (kognitif), keterampilan gerak (psikomotor) serta perilaku
(afektif) selama pembelajaran berlangsung. Hal-hal yang perlu diamati dalam
kegiatan observasi adalah: (a) proses tindakan selama pembelajaran tenis meja
pukulan forehand drive berlangsung, (b) pengaruh tindakan pembelajaran
tersebut, (c) kendala-kendala yang dapat menghambat atau mempermudah proses
pembelajaran serta (d) persoalan-persoalan lain yang timbul.
Berdasarkan hasil observasi akan terkumpul data dapat dijadikan bahan
perbaikan/refleki diri pada kegiatan siklus berikutnya.
4) Refleksi
Refleksi di sini meliputi kegiatan: analisis, sintesis, penafsiran
(penginterpretasian), menjelaskan dan menyimpulkan. Hasil dari refleksi adalah
diadakannya revisi terhadap perencanaan yang telah dilaksanakan, yang akan
dipergunakan untuk memperbaiki kinerja guru pada pertemuan selanjutnya.
Dengan demikian, penelitian tindakan tidak dapat dilaksanakan dalam sekali
pertemuan karena hasil refleksi membutuhkan waktu untuk untuk melakukannya
sebagai planning untuk siklus selanjutnya.
Kegiatan refleksi dilakukan untuk mengevaluasi dari tindakan yang telah
diberikan yaitu implementasi pembelajaran dan pemahaman permainan tenis
meja, melakukan pertemuan untuk membahas hasil evaluasi tentang RPP dan
Lembar Observasi Siswa, memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi
untuk digunakan pada siklus berikutnya dan evaluasi tindakan 1.
c. Kegiatan Siklus 2
Siklus 2 dilaksanakan dalam 2 kali tindakan dan disusun berdasarkan hasil
refleksi dan analisa dari siklus 1 sehingga pencapaian hasil dari siklus 1 dapat
ditingkatkan pada siklus 2. Langkah-langkah pada siklus 2 sama dengan ada
siklus 1 dan merupakan perbaikan dari siklus 1. Perencanaan tindakan pada siklus
1) Perencanaan
Peneliti merencanakan tindakan kelas siklus 2 sebagai berikut:
Melakukan diskusi dengan observer tentang rencana penelitian yang akan
dilaksanakan pada siklus 2 yang berdasarkan refleksi siklus 1. Dirancang untuk
memperbaiki kekurangan dalam pembelajaran siklus 1. Untuk melihat
keberhasilan penggunaan model pembelajaran TGfU, maka peneliti dan observer
merencakan materi yang akan diajarkan pada siklus 2 adalah teknik dasar service
forehand no spin.
2) Pelaksanaan Siklus 2 (Tindakan 1 dan 2)
a) Tindakan 1
Tindakan pada siklus 2 merupakan implementasi dari serangkaian kegiatan
yang telah diperbaiki untuk mengatasi masalah pada siklus 1 sehingga terlihat
keberhasilan penggunaan model TGfU dalam pembelajaran tenis meja. Kegiatan
pembelajaran yang direncanakan adalah melaksanakan diskusi kelas tentang
materi pokok service forehand no spin, merupakan lanjutan dari pembelajaran
pukulan forehand drive. Pada siklus 2 ini juga dilakukan observasi menyangkut
aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran, sama seperti pada siklus 1.
Kegiatan belajar mengajar pada siklus 2 ini dilaksanakan sesuai dengan rancangan
yang telah disusun.
b) Tindakan 2
Pelaksanaan siklus 2 pada tindakan ke-2 dalam PTK ini melaksanakan
kegiatan pembelajaran pukulan service forehand no spin. Melalui implementasi
pembelajaran dan pemahaman permainan tenis meja, para siswa dibimbing
mempraktikkan rangkaian gerakan pukulan service forehand no spin. Sehingga
diharapkan para siswa memahami dengan benar cara melakukannya, kemudian
dapat mempraktikkan pukulan service forehand no spin dengan baik.
3) Observasi
Dilakukan untuk melihat tingkat pengetahuan dan pemahaman teknik
dasar tenis meja (kognitif), keterampilan gerak (psikomotor) serta perilaku
(afektif) selama pembelajaran berlangsung. Penemuan apa saja yang terlihat dari
kegiatan siswa dengan lembar observasi siswa. Demikian pula guru dimati pula
kegiatannya dalam mengajar oleh observer.
4) Refleksi
Dalam melakukan refleksi pada siklus ini, guru mengkaji dan menganalisis
setiap pelaksanaan tindakan pada siklus 2 dengan cara mengidentifikasi sejauh
mana kemajuan yang telah dicapai maupun kekurangan-kekurangan atau
hambatan apa yang masih dihadapi. Hasil dari refleksi dapat disimpulkan apakah
sudah sesuai dengan tujuan penelitian tindakan kelas atau masih perlu diadakan
perbaikan kembali.
Apabila pada pelaksanaan penelitian tindakan kelas siklus 2 tujuan
penelitian tindakan kelas sudah tercapai sesuai dengan target keberhasilan yaitu
70% kelulusan dari 32 orang siswa dengan KKM mencapai nilai 70, maka siklus
berikutnya tidak perlu dilanjutkan. Hasil refleksi dapat dijadikan masukan atau
acuan untuk melakukan perencanaan dalam tindakan perbaikan berikutnya.
Demikian seterusnya sampai tujuan penelitian tindakan kelas dapat dicapai.
C. Alat Pengumpul Data
Prosedur pengumpulan data pada kegiatan penelitian yang dilakukan
meliputi:
1. Melakukan survey pendahuluan untuk mengetahui karakteristik responden
yang akan dipilih sebagai responden.
2. Memberikan penjelasan kepada pihak sekolah tentang tujuan penelitian yang
akan dilakukan dan menentukan sampel penelitian yaitu para siswa kelas VII
yang belajar tenis meja.
3. Selanjutnya, sebelum memberikan perlakuan dalam pembelajaran tenis meja
dilakukan pre-test tentang pengetahuan dan dan kemampuan siswa dalam
bermain tenis meja dengan memberikan soal tes kognitif, melakukan observasi
keterampilan gerak(psikomotor) dan pengamatan sikap (afektif) serta angket
yang berisi pertanyaan-pertanyaan untuk mengetahui respon siswa terhadap
4. Setelah diberi perlakuan Peneliti memberikan tes akhir untuk mengetahui
sejauh mana peningkatan hasil belajar siswa pada domain kognitif, psikomotor
dan afektif dalam pembelajaran tenis meja.
Alat pengumpul data dalam penelitian ini menggunakan instrumen
penelitian. Adapun bentuk instrumen yang digunakan dalam penelitian ini antara
lain:
1. Soal Tes Pemahaman (Kognitif)
Instrumen ini digunakan untuk memperoleh data tentang pengetahuan dan
pemahaman siswa tentang konsep gerak teknik dasar permainan tenis meja, yaitu:
tentang pukulan forehand drive, service forehand no spin dan pukulan backhand
drive. Jumlah soal tes kognitif 3 soal dalam bentuk uraian. Pertanyaan
menyangkut sikap awal dan akhir, pelaksanaan backswing, forward swing dalam
melakukan pukulan forehand drive, service forehand no spin dan pukulan
backhand drive. Besarnya skor jawaban siswa ditentukan oleh kelengkapan siswa
dalam menjawab soal sesuai dengan indikator jawaban yang terdapat dalam kunci
[image:35.595.112.509.247.698.2]jawaban yang sudah disiapkan.
Tabel 3.1
Soal Tes Domain Kognitif Siswa Pembelajaran Tenis Meja
Indikator Pencapaian Kompetensi
Instrumen Soal dan Kunci Jawaban
Skala Penilaian
5 4 3 2 1
1. Siswa mampu mendeskripsikan cara melakukan pukulan forehand drive.
1. Jelaskan bagaimana sikap awal (3) dan sikap akhir (2) dalam melakukan pukulan forehand drive !
Jawaban :
a. Sikap awal posisi siap, kaki dibuka selebar bahu. b. Tangan rileks, bet
dipegang di depan badan. c. Kaki kanan sedikit ke
belakang untuk melakukan forehand drive.
Indikator Pencapaian Kompetensi
Instrumen Soal dan Kunci Jawaban
Skala Penilaian
5 4 3 2 1
2. Jelaskan bagaimana perkenaan bola pada saat ayunan tangan ke belakang (back swing) dalam
melakukan pukulan forehand drive !
Jawaban :
a. Pandangan ke arah datangnya bola badan meghadap ke kanan. b. Putar tubuh ke belakang
bertumpu pada pinggang dan pinggul.
c. Putar tangan ke belakang bertumpu pada siku. d. Berat badan pindah ke
kaki kanan.
e. Posisi bet digerakkan agak rendah dan agak tertutup.
3. Jelaskan bagaimana perkenaan bola saat ayunan tangan ke depan (forward swing) dalam melakukan forehand drive !
Jawaban :
a. Berat badan pindah ke kaki kiri.
b. Tubuh diputar ke depan bertumpu pada pinggang dan pinggul.
c. Tangan diputar ke depan bertumpu pada siku. d. Kontak dilakukan di
depan sisi kanan tubuh. e. Arahkan bet untuk
memukul tepat pada bola. 2. Siswa mampu
mendeskripsikan cara melakukan service forehand no spin
1. Jelaskan bagaimana sikap awal (3) dan sikap akhir (2) dalam melakukan service forehand no spin ! Jawaban :
a. Sikap awal bola ditelapak tangan datar dan terbuka.
Indikator Pencapaian Kompetensi
Instrumen Soal dan Kunci Jawaban
Skala Penilaian
5 4 3 2 1
c. Pergelangan tangan bebas, agak dimiringkan ke bawah.
d. Sikap akhir gerakan bet sedikit ke atas.
e. Ikuti gerakan bet secara alami, luruskan ke depan untuk bola yang cepat.
2. Jelaskan bagaimana perkenaan bola pada saat ayunan tangan ke belakang (back swing) dalam
melakukan service forehand no spin !
a. Tarik bet ke arah belakang sedikit ke atas. b. Posisi bet agak tertutup. c. Lambungkan bola ke
atas kira-kira 6 inchi. d. Tidak ada spin saat
melempar.
e. Badan rendah ke arah samping kanan lutut agak ditekuk. 3. Jelaskan bagaimana
perkenaan bola saat ayunan tangan ke depan (forward swing) dalam melakukan service forehand no spin ! Jawaban :
a. Bet digerakkan ke depan. b. Pukul bola saat bola
turun.
c. Pukul bagian tengah bola dengan posisi bet agak menutup.
d. Bola memantul sekali di kedua sisi meja.
e. Pastikan bola melintas net dengan sangat rendah.
3. Siswa mampu mendeskripsikan cara melakukan pukulan backhand drive.
Indikator Pencapaian Kompetensi
Instrumen Soal dan Kunci Jawaban
Skala Penilaian
5 4 3 2 1
Jawaban :
a. Sikap awal posisi siap, kaki dibuka selebar bahu.
b. Tangan lemas, bet dipegang di depan badan.
c. Kaki kiri sedikit ke belakang untuk melakukan backhand drive.
d. Sikap akhir bet bergerak ke depan dan sedikit dinaikan ke atas. e. Kembali ke posisi siap. 2. Jelaskan bagaimana
perkenaan bola pada saat ayunan tangan ke belakang (back swing) dalam
melakukan pukulan backhand drive !
Jawaban :
a. Pandangan ke arah datangnya bola badan meghadap ke kiri. b. Bet digerakkan sejajar
dengan pinggang. c. Berat badan pindah ke
kaki kiri.
d. Pergelangan tangan dipindahkan ke belakang.
e. Bet dalam keadaan sedikit ditutup. 3. Jelaskan bagaimana
perkenaan bola saat ayunan tangan ke depan (forward swing) dalam melakukan backhand drive !
Jawaban :
a. Bet langsung diletakkan ke depan.
b. Siku bergerak sedikit ke depan.
c. Kontak di depan sisi kiri tubuh.
Indikator Pencapaian Kompetensi
Instrumen Soal dan Kunci Jawaban
Skala Penilaian
5 4 3 2 1
pada saat memukul. e. Bet dalam keadaan
tertutup.
2. Lembar Observasi Siswa.
a. Lembar Observasi Siswa Domain Afektif
Instrumen ini digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar
domain afektif atau perilaku/sikap siswa selama proses pembelajaran tenis meja
berlangsung. Lembar observasi ini diadopsi dari Bahan Pelatihan Pengembangan
[image:39.595.113.511.241.711.2]Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa (Kemendiknas, 2010:9).
Tabel 3.2
Pedoman Observasi Domain Afektif Siswa Pembelajaran Tenis Meja
No. Nilai Karakter
Indikator Pencapaian Kompetensi
Skala Penilaian
5 4 3 2 1
1 Respek 1. Siswa mentaati peraturan dan ketentuan dalam permainan yang sudah disepakati bersama. 2. Hormat pada guru. 3. Menghormati teman. 4. Menghormati kemenangan
tim lawan.
5. Menerima kekalahan.
2 Peduli 1. Membantu teman agar
bermain baik.
2. Membantu teman yang bermasalah.
3. Murah pujian dan kikir kritik.
4. Sebagai anggota
kelompok, bermain untuk tim bukan untuk diri sendiri.
No. Nilai Karakter
Indikator Pencapaian Kompetensi
Skala Penilaian
5 4 3 2 1
3 Fair Play 1. Adil pada semua teman. 2. Memberikan kesempatan
kepada orang lain untuk melakukan permainan. 3. Menanggapi
pertanyaan/pendapat teman sejawat .
4. Peserta didik menghargai pendapat temannya. 5. Tidak berlaku curang
untuk mendapatkan nilai, point dan kemenangan. 4 Kerja keras 1. Siswa berusaha keras
menyeberangkan bola melewati net, memantul di meja lawan saat
melakukan permaian untuk mendapatkan nilai dan dan penempatan bola pada point di meja yang sudah ditandai.
2. Siswa berusaha keras mendapatkan kemenangan permainan.
3. Kerja keras ditunjukkan oleh individu dan kelompok saat
mempertahankan reli. 4. Menggunakan waktu
secara efektif untuk menyelesaikan permainan. 5. Selalu berusaha untuk
mencari informasi tentang materi tenis meja.
5 Berpikir logis, kreatif dan inovatif
1. Terjadi rangsangan aktivitas berpikir siswa, menentukan strategi untuk melakukan pukulan
forehand dan backhand drive serta service forehand no spin tepat
sasaran.
No. Nilai Karakter
Indikator Pencapaian Kompetensi
Skala Penilaian
5 4 3 2 1
kesempatan, mengecoh lawan
3. Siswa memikirkan bagaimana cara
memperoleh nilai, point dan kemenangan. 4. Menerapkan
hukum/teori/prinsip