• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SERVIS FOREHAND TENIS MEJA MELALUI GAYA MENGAJAR DIVERGEN DI SMP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SERVIS FOREHAND TENIS MEJA MELALUI GAYA MENGAJAR DIVERGEN DI SMP"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SERVIS

FOREHAND TENIS MEJA MELALUI GAYA

MENGAJAR DIVERGEN DI SMP

Indah Fusvita Sari, Wiwik Yunitaningrum, Edi Purnomo

Program Studi Penjaskesrek Jurusan Ilmu Keolahragaan FKIP Untan

Email: indahfusvitasari@yahoo.co.id

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar

servis forehand melalui gaya mengajar divergen pada siswa. Metode penelitian ini adalah menggunakan metode deskriftif kuantitatif dengan teknik persentase. Berdasarkan data hasil tes melakukan servis forehand tenis meja diketahui nilai siswa tuntas 80% sehingga dalam kriteria baik. Ada perbedaan antara tes siklus 2 dengan tes siklus 1 adalah 80% - 22,86% = 57,14% atau 28 siswa – 8 siswa = 20 siswa dari 35 siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar servis forehand tenis meja melalui gaya mengajar divergen pada siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Pontianak.

Kata kunci: Hasil Belajar, Gaya Mengajar Divergen

Abstract: The aim of this study was to determine the learning outcome forehand service through divergent teaching styles to students. This research method is using quantitative descriptive method by using percentages. Based on test data table tennis forehand serve students completed the known value of 80 %, so that in both criteria . There is a difference between test cycle 2 with a test cycle 1 was 80 % - 22.86 % = 57.14 % or 28 students - 8 students = 20 students from 35 students . It can be concluded that the results of this study indicate an increase in learning outcomes table tennis forehand service through divergent teaching styles to students of class VII A Junior High School 2 Pontianak .

Keywords: Learning Outcomes, Divergent Style

endidikan Jasmani (penjas) di sekolah merupakan suatu upaya pendidikan yang dilkakukan terhadap anak – anak, agar mereka dapat belajar bergerak dan belajar melalui gerak, serta berkepribadian yang tangguh, sehat jasmani dan rohani. Dalam lingkungan pendidikan yang global sekarang ini, setiap guru dituntut untuk mampu bersaing dalam meningkatkan kinerja dan mampu menghasilkan suasana belajar yang menyenangkan, sehingga siswa senang dalam

P

(2)

2 proses pembelajaran. Di sisi lain perkembangan kurikulum mempengaruhi kinerja guru dalam proses pembelajaran. Salah satu usaha guru penjasorkes dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan adalah dengan menggunakan berbagai gaya mengajar. Dalam proses pembelajaran penjas di sekolah, gaya mengajar adalah strategi transfer informasi yang diberikan oleh guru kepada siswanya (Munif Chatib, 2009: 100). Pendidikan jasmani bukan hanya merupakan aktivitas pengembangan fisik secara terisolasi, akan tetapi harus berada dalam konteks pendidikan secara umum (general education).

Tolak ukur keberhasilan dalam pembelajaran tenis meja adalah proses pencapaian hasil belajar teknik dasar servis forehand tenis meja yang dimiliki oleh para siswa. Siswa di SMP pada umumnya belum memiliki keterampilan yang baik, sehingga unsur teknik ini harus mendapat prioritas dalam pembinaan. Penguasaan keterampilan gerak yang belum baik disebabkan karena kemampuan guru yang belum maksimal dalam pengelolaan kelas. Demikian juga upaya meningkatkan hasil belajar servis forehand tenis meja pada siswa di SMP Negeri 2 Pontianak, pada tahap pertama perlu diberikan materi pembelajaran kemampuan teknik dasar servis forehand. Pada umumnya penguasaan keterampilan gerak yang dimiliki siswa SMP Negeri 2 Pontianak dalam melakukan servis forehand belum baik, dikarenakan siswa yang kurang berani dan tidak percaya diri dalam melakukan servis pada waktu bermain dikarenakan bola takut lepas dari penguasaannya dan metode mengajar yang digunakan guru menggunakan metode komando, dimana guru menginstruksikan satu per satu siswa untuk melakukan teknik servis

forehand tenis meja. Pada umumnya saat melakukan servis, yang terjadi bola di

lempar ke meja lawan sehingga lawan mendapatkan poin.

Pada usia sekolah menengah pertama perkembangan fisik merupakan kepedulian guru. Pada usia sekolah menengah pertama perkembangan fisik akan sangat erat kaitannya dengan perkembangan kognitif. Melalui aktivitas fisik mereka mampu menghayati konsep – konsep yang belum dikenalnya. Disinilah pembelajaran tenis meja ikut andil bagian dalam perkembangan seorang anak.

Setelah peneliti amati dari semester ganjil tahun 2014 / 2015 yang lalu berkisar 31% dari siswa masih kurang penguasaan tenik dasar melakukan servis. Jika ditelusuri lebih cermat lagi yang dapat menguasai tenik dasar melakukan servis tidak lebih dari 69%, dikarenakan jumlah siswa putri kurang menguasai teknik dasar permainan tenis meja, salah satu penyebab rendahnya hasil belajar gerak dasar tenis meja, jika dilihat dari hasil Kriteria Ketuntasan Mengajar (KKM) di SMP Negeri 2 Pontianak

Tidak hanya faktor individu siswa saja, namun faktor dari guru penjasorkes dalam memilih gaya mengajar yang tepat juga akan berperan penting dalam hasil belajar siswa. Pada pertemuan semester lalu, guru penjasorkes SMP

(3)

3 Negeri 2 Pontianak menggunakan gaya mengajar komando dimana siswa harus mengikuti segala instruksi yang disampaikan oleh guru, sehingga masih banyak siswa yang pasif dalam mengikuti pembelajaran tenis meja dan hasilnya dari 35 siswa kelas VII A, hanya 24 siswa yang dapat melakukan servis forehand tenis meja dengan baik.

Oleh karena itu untuk mengatasi permasalahan tersebut peneliti perlu menindak lanjutinya dengan kajian ilmiah yaitu dengan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Servis Tenis Meja Melalui Gaya Mengajar Divergen pada Siswa Kelas VII A di SMP Negeri 2 Pontianak.”

Atas dasar uraian di atas, peneliti bermaksud menggunakan salah satu gaya mengajar yaitu gaya mengajar divergen. Di dalam penelitian ini peneliti berharap dengan menggunakan gaya mengajar divergen dapat meningkatkan hasil belajar servis forehand siswa dalam pembelajaran tenis meja.

Menurut PERMENDIKNAS (2006: 702) pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan bagian integral dan pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan yang kita cita – citakan bersifat menyeluruh menyangkut domain afektif, kognitif dan psikomotor.

Pengertian pembelajaran menurut Wina Sanjaya (2008:13) merupakan suatu sistem yang kompleks yang keberhasilannya dapat dilihat dari dua aspek, yakni aspek produk dan aspek. Menurut Roymond H. Simamora (2008: 65) pembelajaran merupakan sebuah proses komunikasi antara peserta didik, pendidik, dan bahan ajar. Dari uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa, yang dimaksud proses interaksi adalah proses terjadinya hubungan – hubungan sosial antara peserta didik dengan guru maupun sumber dan lingkungan pembelajaran lainnya di dalam kegiatan pembelajaran, misalnya bertanya kepada guru, menjawab pertanyaan dari guru, dan berdiskusi dengan rekan di dalam pembelajaran.

Pengalaman peneliti mengajar untuk siswa kelas VII A di SMP Negeri 2 Pontianak masih banyak yang kurang berani melakukan servis forehand tenis meja pada waktu bermain dikarenakan bola takut lepas dari penguasaannya. Pada umumnya pada saat melakukan servis forehand tenis meja yang terjadi memukul bola sehingga bola mudah dikuasai lawan bermainnya. Setelah peneliti amati dari beberapa tahun yang lalu berkisar 31% dari siswa masih kurang penguasaan

(4)

4 teknik dasar servis forehand tenis meja. Jika ditelusuri lebih cermat lagi yang dapat menguasai teknik dasar servis forehand tenis meja tidak lebih dari 69% dikarenakan jumlah siswa putri kurang menguasai teknik dasar dalam permainan tenis meja, salah satu penyebab rendahnya hasil belajar teknik dasar servis

forehand tenis meja,jika dilihat dari hasil Kriteria Ketuntasan Mengajar (KKM) di

kelas VII A SMP Negeri 2 Pontianak.

`Menurut Agus Salim (2008: 59) servis adalah kesempatan pertama untuk mendapatkan nilai dan karenanya harus dilakukan dengan penuh kehati-hatian, segenap kemampuan serta rasa percaya diri. Tujuan melakukan servis antara lain untuk mematikan lawan. Untuk melakukan servis forehand, bisa dimulai dengan latihan melempar bola dari telapak tangan pada jarak ketinggian yang tetap, misalnya 30 cm (Agus Salim, 2008:61).

Kemampuan guru dalam melaksanakan tugasnya untuk memberikan contoh gerak dan gerak dasar cabang olahraga dalam kegiatan pembelajaran sangat terbatas. Gaya mengajar merupakan keputusan – keputusan yang dibuat oleh guru dan siswa dalam suatu kegiatan belajar mengajar dalam upaya untuk menjaga konsistensi belajar siswa. JS. Husdarta &Yudha M. Saputra (2013: 36) mengungkapkan bahwa: “Gaya mengajar adalah cara yang dilakukan guru untuk dapat berinteraksi secara tepat dengan siswa”. Menurut Mosston (2008:248–249) gaya mengajar divergen memiliki struktur “Stimulus > Cognitive Dissonance >

Mediation > Discovery”. Dari uraian tersebut alur gaya mengajar divergen

diawali dengan pemberian rangsangan, ini bisa diberikan dalam bentuk memberikan permasalahan sehingga siswa dituntut untuk berfikir sehingga mereka terangsang untuk berfikir. Cognitif dissonance pada tahapan ini siswa akan mencari cara penyelesaian permasalahan dengan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya. Mediation pada tahapan ini siswa akan menemukan jawaban dan pada gaya mengajar divergen ini, siswa akan menemukan jawaban yang beragam. Discovery pada tahap ini siswa pembuatan jawaban dari permasalahan ke dalam bentuk praktek.

Dari tujuan penerapan gaya mengajar divergen yang diuraikan di oleh Mosston di atas, maka hasil belajar yang diharapkan terjadi dan dinilai oleh guru dalam pembelajaran aktivitas permainan tenis meja, berupa respon jawaban yang diberikan oleh siswa seperti banyaknya gerakan yang dilakukan dalam melakukan servis forehand tenis meja, cara berfikir siswa dalam menemukan dan merumuskan cara melakukan servis forehand tenis meja yang berbeda – beda tiap gerakan, siswa terbiasa mencari jawaban yang dapat muncul dalam pembelajaran, dan siswa dituntut untuk terbiasa saling mengkoreksi antar sesama siswa jika terdapat gerakan yang sama.

(5)

5

METODE

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif dengan menggunakan teknik persentase instrumen tes penilaian. Bentuk atau desain dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 96) Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat ia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praksis pembelajaran.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII A semester genap, tahun ajaran 2015/2016 dengan jumlah siswa 35 orang, terdiri dari 24 orang putra dan 11 orang putri. Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes perbuatan (performance).

Alat pengumpulan data adalah dengan melakukan tes perbuatan yaitu tes melakukan servis forehand tenis meja. Agar alat pengumpulan data tersebut objektif dan mampu di analisa oleh peneliti, maka diperlukan analisis alat pengumpulan data yaitu dengan kisi – kisi atau instrumen penilaian servis

forehand tenis meja.

Untuk menjawab hipotesis pada penelitian ini yang telah dirumuskan, dan mengetahui pencapaian nilai individu atau nilai perorangan yang dikatakan tuntas pada pembelajaran servis forehand tenis meja siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Pontianak, maka dapat menggunakan rumus:

𝑁𝐴 =SHT 𝑆𝑀𝐼xNI Keterangan:

NA : Nilai Akhir SHT: Skor Hasil Tes

SMI: Skor Maksimum Ideal

NI : Nilai Ideal 100% (Nurhasan, 2001:120)

HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus 1

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pembelajaran servis

forehand tenis meja dengan gaya mengajar divergen pada siswa kelas VII A SMP

Negeri 2 Pontianak. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 35 orang yang terdiri dari 24 orang siswa laki – laki dan 11 orang siswa perempuan.

Dari hasil penelitian ini diperoleh dua kelompok data yaitu data siklus 1 dan data siklus 2 dalammelakukan servis forehand tenis meja. Data hasil penelitian ini yaitu berupa hasil belajar siswa yang pengumpulan datanya menggunakan instrumen berupa tes perbuatan melakukan servis forehand tenis

(6)

6 meja ang terdiri 9 item penilaian. Dengan rentang skor 3 skor yang terendah,skor 9 adalah skor yang tertinggi.

Tabel 1

Deskripsi Hasil Pelaksanaan Siklus 1 Melakukan Servis Forehand Tenis Meja

Keterangan Nilai

Jumlah Skor Rata – rata Skor Nilai Tertinggi Nilai Terendah

Jumlah Siswa yang Tuntas Persentase Ketuntasan Jumlah siswa Tidak Tuntas Persentase Siswa Tidak Tuntas

9 3 83,4 55,6 8 orang 22,86 % 27 orang 77,14

Berdasarkan tabel di atas pada hasil tindakan siklus 1, dapat diketahui bahwa guru telah melakukan semua aspek tindakan dengan cukup. Hasil yang dicapai dalam siklus 1 ini rata – rata 22,86 % atau sebanyak 8 orang yang memenuhi kriteria ketuntasan belajar, sebanyak 27 orang atau 77,14 % tidak tuntas. Dan diperoleh skor tertinggi 83,4, skor terendah 55,6.

Untuk dapat mengetahui hasil belajar servis forehand tenis meja siswa melalui metode (gaya) mengajar divergen maka digunakan Panduan Acuan Norma (PAN) sehingga diperoleh data pembelajaran servis forehand tenis meja dengan predikat A+ 1 orang, siswa dalam predikat A 7 orang, siswa dalam predikat B 11 orang, siswa dalam predikat C 7 orang, siswa dalam predikat D 9 orang. Dengan demikian dapat diketahui bahwa rata – rata hasil belajar servis

forehand tenis meja melalui gaya mengajar divergen siswa termasuk dalam

kategori cukup.

Tabel 2

Distribusi Frekuensi Tes Servis Forehand Tenis Meja

Klasifikasi Kriteria Aspek Banyak Siswa Keterangan

≥81 A+ 1 Tuntas 74 – 80 A 7 Tuntas 68 – 73 B 11 Tuntas 62 – 67 C 7 Tidak Tuntas 56 – 61 D 9 Tidak Tuntas ≤55 E - Tidak Tuntas

(7)

7 Untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam pembelajaran yang telah dilaksanakan oleh peneliti. Siswa dikatakan tuntas secara individu mendapat nilai 75 dari hasil tes servis forehand tenis meja, sedangkan untuk menentukan ketuntasan belajar atau dikatakan tuntas klasikal apabila mencapai persentase dari KKM yaitu 75% dari keseluruhan siswa sebagai sampel penelitian. Untuk mengetahui ketuntasan secara klasikal, maka langkah selanjutnya adalah menghitung persentase jumlah siswa yang mendapat nilai lebih dari atau samadengan 75. Menghitung persentasenya dengan rumus Depdikbud (1994:17) sebagai berikut:

Ketuntasan Belajar = Jumlah Siswa Tuntas

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎𝑥100%

Siklus 2

Pada pelaksanaan siklus 2 inipeneliti mengambil kesimpulan dari hasil refleksi siklus 1. Dari data hasil penelitian ini yaitu berupa hasil belajar siswa yang pengumpulan datanya menggunakan instrumen berupa tes perbuatan melakukan servis forehand tenis meja yang terdiri dari 3 item penilaian. Dengn rentang skor 3 yang terendah, skor 9 adalah skor yang tertinggi.

Tabel 3

Deskripsi Hasil Pelaksanaan Siklus 2 Servis Forehand Tenis Meja

Keterangan Nilai

Jumlah Skor Rata – rata Skor Nilai Tertinggi Nilai Terendah

Jumlah Siswa yang Tuntas Persentase Ketuntasan Jumlah siswa Tidak Tuntas Persentase Siswa Tidak Tuntas

9 3 94,5 61,2 28 orang 80 % 7 orang 20%

Berdasarkan tabel di atas pada hasil tindakan siklus 2, dapat diketahui bahwa guru telah melakukan semua aspek tindakan dengan baik. Hasil yang dicapai dalam siklus 2 ini rata – rata 80% atau sebanyak 28 orang yang memenuhi kriteria ketuntasan belajar dapat dikatakan bahwa pada siklus ini sangat baik. Dan diperoleh skor tertinggi 94,5, skor terendah 61,2.

Untuk dapat mengetahui hasil belajar servis forehannd tenis meja siswa melalui gaya mengajar divergen maka digunakan Panduan Acuan Norma (PAN) sehingga diperoleh data pembelajaran servis forehand tenis meja dengan kategori sangat baik, 17 orang siswa dalam kategori A+, 11 orang siswa dalam kategori A, 3 orang siwa dalam kategori B dan C, dan 1 orang siswa dalam kategori D.

(8)

8 Dengan demikian dapat diketahui bahwa rata – rata hasil belajar servis forehand tenis meja melalui gaya mengajar divergen siswa termasuk dalam kategori baik. Berdasarkan klasifikasi nilai pada indikator kinerja sebesar 75% maka nilai siklus 2 telah melampaui indikator kinerja dengan pencapaian ketuntasan 80%. Dengan demikian peneliti berkesimpulan bahwa tidak perlu diadakan tindakan lanjutan dan penelitian dianggap berhasil.

Tabel 4

Distribusi Frekuensi Tes Melakukan Servis Forehand Tenis Meja

Klasifikasi Kriteria Aspek Banyak Siswa Keterangan

≥81 A+ 4 Tuntas 74 – 80 A 8 Tuntas 68 – 73 B 5 Tuntas 62 – 67 C - Tidak Tuntas 56 – 61 D - Tidak Tuntas ≤55 E - Tidak Tuntas

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam pembelajaran yang telah dilaksanakan oleh peneliti. Siswa dikatakan tuntas secara individu mendapat nilai 75 dari hasil tes melakukan servis forehand tenis meja, sedangkan untuk menentukan ketuntasan belajar atau dikatakan tuntas klasikal apabila mencapai persentase dari KKM yaitu 75% dari keseluruhan siswa sebagai sampel penelitian. Untuk mengetahui ketuntasan secara klasikal, maka langkah selanjutnya adalah menghitung persentase jumlah siswa yang mendapat nilai lebih dari atau samadengan 75. Menghitung persentasenya dengan rumus Depdikbud (1994:17) sebagai berikut:

Ketuntasan Belajar = Jumlah Siswa Tuntas

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎𝑥100%

Dengan demikian hasil pelaksanaan penelitian melalui metode atau gaya mengajar divergen dapat meningkatkan hasil belajar servis forehand tenis meja pada siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Pontianak Tahun Ajaran 2015/2016.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan uraian – uraian dan analisa dan tentang penerapan gaya mengajar divergen dalam pembelajaran aktivitas permainan tenis meja di SMP Negeri 2 Pontianak, peneliti menyimpulkan bahwa: (a) Dengan gaya mengajardivergen pada pembelajaran teknik servis forehand tenis meja dapat meningkatkan kemampuan guru melaksanakan pembelajaran praktik lapangan dalam permainan tenis meja di kelas VII A SMP Negeri 2 Pontianak, (b) Aktivitas

(9)

9 pembelajaran siswa dalam melakukan teknik servis forehand tenis meja dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam melakukan langkah – langkah praktik lapangan dalam permainan tenis meja. Hal tersebut dapat dilihat dari perolehan persentase kemampuan siswa melakukan langkah – langkah praktik lapangan yang mengalami peningkatan dari siklus 1 dengan hasil persentase 22,86% dan meningkat menjadi 80% pada siklus ke 2.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian tentang penerapan gaya mengajar divergen dalam pembelajaran aktivitas permainan tenis meja di SMP Negeri 2 Pontianak, peneliti dapat menyampaikan beberapa saran sebagai berikut: (a) Bagi Kepala Sekolah memberikan apresiasi penuh kepada guru dan siswa menambah kegiatan ekstrakurikuler di luar jam pelajaran, (b) Bagi guru harus dapat mengemas proses pembelajaran praktik lapangan yang menyenangkan tidak membosankan. Diharapkan alat bet, bola, dan meja. Namun tidak menutupkemungkinan jika ada alat peraga yang dianggap lebih baik dari bet, bola, dan meja tersebut bisa guru gunakan dalam pembelajaran praktik lapangan khususnya di dalam cabang tenis meja. Upayakan dalam proses pembelajaran praktik lapangan selalu libatkan siswa secara aktif terutama dalam penggunaan alat peraga. Upayakan melaksanakan pembelajaran penjasorkes pada jam pertama pelajaran. Sebab jika dilaksanakan di jam pelajaran ke 2 atau ke 3, siswa sudah letih untuk melakukan praktik lapangan dikarenakan panasnya cuaca, sehingga penerimaan materi oleh siswa menjadi kurang maksimal dan terkesan mudah lelah, (c) Bagi anak menambah keterampilan bagi anak dan mengurangi kenakalan anak, meluangkan waktu untuk kegiatan yang lebih bermanfaat bagi kesehatan tubuh dan menambah pengetahuan tentang permainan tenis meja.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Chatib, Munif. 2009. Sekolahnya Manusia: Sekolah Berbasis Multiple

Intelligences di Indonesia. Bandung: Kaifa.

DEPDIKBUD. 1994. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta: Dikdas Menum Menpora.

(10)

10 ...& Yudha M. Saputra. 2013. Belajar dan Pembelajaran Pendidikan

Jasmani dan Kesehatan. Bandung: Alfabeta.

Mosston & Ashworth. 2008. Teaching Physical Education. (Online).

(http://spectrumofteachingstyles.org/NEW2/wp-content/themes/sots/img/Teaching_Physical_Edu_1st_Online.pdf, April 2015).

Nurhasan. 2001. Tes dan Pengukuran dalam Pendidikan Jasmani, Prinsip –

prinsip dan Penerapannya. Jakarta: Diknas Diknasnem Dikjen Olahraga.

Permendiknas. 2006. Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.

Rasyid, Harun & Mansur. 2009. Penilaian Hasil Belajar. Bandung: Wacana Prima.

Salim, Agus. 2008. Buku Pintar Tenis Meja. Bandung: Nuansa.

Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan & Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Simamora, Roymond G. 2009. Buku Ajar Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Therefore,it can be concluded that the top-down technique of reading is more effective to be used than the bottom-up technique of reading for junior high school

Bab ini berisi tentang landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini yang meliputi tinjauan umum tentang perbankan, Bank Perkreditan Rakyat, tinjauan tentang laporan keuangan,

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menguji peran mediasi kepuasan pelanggan (customer satisfaction) dalam memediasi hubungan kualitas pelayanan (service

HUBUNGAN PRESTASI BELAJAR DAN KONDISI EKONOMI ORANG TUA DENGAN MINAT MENJADI GURU PADA MAHASISWA PENDIDIKAN TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Skripsi, Fakultas

Proses persalinan dipengaruhi oleh lima komponen dasar yaitu ; jalan lahir, janin, kekuatan-kekuatan pada ibu, posisi ibu dan respon psikologis ibu.Kelahiran bayi spontan

Hal tersebut menunjukkan bahwa pada kontrol negatif dan kelompok perlakukan yang menggunakan ekstrak propolis dengan konsentrasi 10%,20% dan 40% tidak menunjukkan

Natrium nitrat merupakan bahan kimia intermediet maka pemilihan lokasi di Cilegon adalah tepat, karena merupakan kawasan industri yang berarti memperpendek jarak antara pabrik