• Tidak ada hasil yang ditemukan

Preparasi dan Karakterisasi Nano-Komposit Polipropilena-Organobentonit Alam Bener Meriah Dengan Menggunakan Maleat Anhidrida dan Divinyl Benzena Sebagai Kompatibilizer

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Preparasi dan Karakterisasi Nano-Komposit Polipropilena-Organobentonit Alam Bener Meriah Dengan Menggunakan Maleat Anhidrida dan Divinyl Benzena Sebagai Kompatibilizer"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

PREPARASI DAN KARAKTERISASI NANO-KOMPOSIT

POLIPROPILENA-ORGANOBENTONIT ALAM BENER

MERIAH DENGAN MENGGUNAKAN MALEAT

ANHIDRIDA DAN DIVINYL BENZENA

SEBAGAI KOMPATIBILIZER

TESIS

Oleh:

TAUFIK HIDAYAT

117006002/KIM

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PREPARASI DAN KAREKTERISASI NANO-KOMPOSIT

POLIPROPILENA-ORGANOBENTONIT ALAM BENER

MERIAH DENGAN MENGGUNAKAN MALEAT

ANHIDRIDA DAN DIVINYL BENZENA

SEBAGAI KOMPATIBILIZER

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Megister Sains dalam Program Studi Ilmu Kimia pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Sumatera Utara

Oleh :

TAUFIK HIDAYAT

117006002/KIM

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : PREPARASI DAN KAREKTERISASI NANO - KOMPOSIT POLIPROPILENA-RGANOBENTONIT ALAM BENER MERIAH DENGAN ENGGUNAKAN MALEAT ANHIDRIDA DAN DIVINYL BENZENA SEBAGAI KOMPATIBILIZER

Nama Mahasiswa : TAUFIK HIDAYAT Nomor Pokok : 117006002

Program Studi : Ilmu Kimia

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Saharman Gea, MSi, Ph.D) (Dr. Marpongahtun, M.Sc Ketua Anggota

)

Ketua Program Studi, Dekan,

Prof. Basuki Wirjosentono, MS, Ph.D Dr. Sutarman, M.Sc

(4)

Telah diuji pada Tanggal: 04 Juli 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Saharman Gea, MSi, Ph.D Anggota : 1. Dr. Marpongahtun, M.Sc

2. Prof. Basuki Wirjosentono, MS, Ph.D 3. Prof. Dr. Thamrin, M.Sc

(5)

PREPARASI DAN KAREKTERISASI NANO-KOMPOSIT

POLIPROPILENA-ORGANOBENTONIT ALAM BENER

MERIAH DENGAN MENGGUNAKAN MALEAT

ANHIDRIDA DAN DIVINYL BENZENA

SEBAGAI KOMPATIBILIZER

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kerjasama di suatu perguruan tinggi dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 29 Juli 2013 Penulis

(6)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai Sivitas Akademika Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Taufik Hidayat

Nomor Pokok : 117006002

Program Studi : Magister Ilmu Kimia Jenis Karya Ilmiah : Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-Exclusif Royalty Free Right) atas Tesis saya yang berjudul:

PREPARASI DAN KAREKTERISASI NANO KOMPOSIT POLIPROPILENA-ORGANOBENTONIT ALAM BENER MERIAH DENGAN MENGGUNAKAN MALEAT ANHIDRIDA DAN DIVINYL BENZENA SEBAGAI KOMPATIBILIZER

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media, memformat, mengelola dalam bentuk data-base, merawat dan mempublikasikan Tesis saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis dan sebagai pemegang dan atau sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.

Medan, 04 Juli 2013

(7)

PERNYATAAN ORISINALITAS

PREPARASI DAN KAREKTERISASI NANO KOMPOSIT

POLIPROPILENA-ORGANOBENTONIT ALAM BENER

MERIAH DENGAN MENGGUNAKAN MALEAT

ANHIDRIDA DAN DIVINYL BENZENA

SEBAGAI KOMPATIBILIZER

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa saya mengakui semua karya Tesis ini adalah hasil kerja saya sendiri kecuali kutipan dan ringkasan yang tiap satunya telah dijelaskan sumbernya dengan benar.

Medan, 04 Juli 2013

(8)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan tesis ini. Serta tidak lupa shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi

Besar Muhammad SAW semoga kita mendapat syafaatnya.

Adapun judul tesis ini ‘Preparasi dan Karakterisasi Nano-Komposit

Polipropilena-Organobentonit Alam Bener Meriah Dengan Menggunakan Maleat

Anhidrida dan Divinyl Benzena Sebagai Kompatibilizer’. Tesis ini sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Magister of Sains di Sekolah Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada Gubernur

Sumatera Utara c.q Kepala Bappeda Provinsi Sumatera Utara yang memberikan

beasiswa kepada saya sebagai Mahasiswa Program Magister Kimia di Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Dengan selesainya tesis ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada: Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof.

Dr. dr. Syahril Pasaribu, DMTH, M.Sc, CTM, SpA(K) atas kesempatan dan fasilitas

yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan Program Magister, Dekan FMIPA

Dr. Sutarman, M.Sc., ketua Program Studi Kimia, Bapak Prof. Dr. Basuki

Wirjosentono, MS, Ph.D dan sekretaris program studi kimia Bapak Dr. Hamonangan

Nainggolan, M.Sc atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk menjadi

mahasiswa Program Magister Sains di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera

Utara.

Dan dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih dan

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Saharman Gea, MSi, Ph.D, selaku Dosen Pembimbing Utama dan Ibu Dr.

Marpongahtun, M.Sc, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang selalu

menyediakan waktu dan penuh perhatian dalam memberikan bimbingan, saran dan

motivasi sehingga tesis ini dapat penulis selesaikan.

(9)

2. Bapak Prof. Basuki Wirjosentono, MS, Ph.D, Bapak Prof. Dr. Thamrin, M.Sc,

Bapak Jamahir Gultom, Ph.D beserta Bapak Prof. Dr. Yunazar Manjang selaku

dosen pembanding yang telah banyak memberikan masukan dalam penulisan tesis

ini.

3. Bapak dan Ibu Dosen Sekolah Pascasarjana Program Studi Ilmu Kimia yang telah

memberikan ilmu dan motivasi bagi penulis.

4. Kepala Laboratorium Kimia Polimer FMIPA USU, beserta staf dan asisten atas

fasilitas dan sarana yang diberikan.

5. Teman-teman mahasiswa Sekolah Pascasarjana Kimia USU angkatan 2011 dan

kakak Leli di Sekretariat Program Studi Magister Kimia serta tim expedisi

Bentonit Bener Meriah Nanggroe Aceh Darusalam yang telah banyak membantu

dan member saran selama menjalankan perkuliahan serta penelitian.

6. Keluarga tercinta yaitu orang tua saya Ayahanda Mulyono dan Ibunda Siti Asiah

serta adik-adikku Wahyu Hidayat, Leyla Nurhidayah dan Syarif Hidayattullah atas

perhatian, kasih sayang, doa, motivasi dan nasehat selama perkuliahan, penelitian

dan penulisan tesis ini.

7. Istri tercinta Hapni dan ananda Nu’matu Suhaila, Mifdhal Kholis Ramadan, dan

Muhammad Alfatih serta Ibunda Hj. Maisarah, Ibunda Khairani dan tak lupa

keluarga besar di Kota Tebing Tinggi, Tanjung Pura, dan Lokhsukun Aceh Utara

dengan penuh kasih sayang dan cinta, kesabaran dan perhatian memberikan doa

restu serta dorongan sehingga saya dapat menyelesaikan pendidikan Magister

Kimia di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

8. Bapak Gundur Pulungan selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 4 Tebing Tinggi dan

rekan-rekan guru di SMA Negeri 4 Tebing Tinggi, yang telah memberikan

kesempatan dan motivasi kepada saya untuk mengikuti pendidikan pada Program

Magister Kimia di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.

9. Seluruh keluarga dan sahabat-sahabat yang telah banyak mendoakan dan memberi

semangat kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu

(10)

pembaca untuk kesempurnaan bagi penelitian dan kemajuan ilmu pengetahuan. Penulis

berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi penelitian dan kemajuan ilmu pengetahuan

di masa yang akan datang.

Medan, 04 Juli 2013

Taufik Hidayat

(11)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Taufik Hidayat

2. Tempat/tanggal lahir : Tebing Tinggi/30 Desember 1979

3. Agama : Islam

4. Status : Menikah

5. Alamat : Jl. P.Sulawesi Lingkungan 2 Kelurahan Persiakan

Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi

6. Pendidikan :

SD Negeri 164518 Tebing Tinggi 1986 – 1992

SMP Negeri 1 Tebing Tinggi 1992 – 1995

SMA Negeri 1 Tebing Tinggi 1995 – 1998

Universitas Negeri Medan 1998 – 2003

Sekolah Pascasarjana Kimia USU 2011 – 2013 7. Riwayat Pekerjaan :

(12)

PREPARASI DAN KARAKTERISASI NANO-KOMPOSIT

POLIPROPILENA-ORGANOBENTONIT ALAM BENER

MERIAH DENGAN MENGGUNAKAN MALEAT

ANHIDRIDA DAN DIVINYL BENZENA

SEBAGAI KOMPATIBILIZER

ABSTRAK

Peneltian ini menggunakan sampel bentonit berasal dari Desa Negeri Antara Kecamatan Pintu Rime Gayo Kabupaten Bener Meriah. Sampel dibuat dalam bentuk suspensi selanjutnya diberi gelombang ultrasonik dan disedimentasi selama 7 hari. Sampel dibuat dalam ukuran 185,6 nm untuk kemudian dimodifikasi dengan penambahan surfaktan CTAB. Proses penyatuan nanokomposit polipropilena-bentonit diawali dengan modifikasi bentonit alam polimer polar dapat disatukan dengan bentonit alam. Penambahan pengkompatibel agar polipropilena dapat tetap berada dalam struktur komposit perlu dilakukan, dalam hal ini menggunakan beberapa pengkompatibel seperti Polypropilene-grafting-Maleic Anhidride (PP-g-MA), Diviniyl Benzene (DVB), dan Maleic Anhidride-Benzoil Peroksida (MA-BPO). Bahan komposit dibuat dengan komposisi PP dan zat pengkompatibel berjumlah tetap, namun fraksi berat nanoorganobentonit bervariasi 0; 2; 5; dan 7%. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penambahan organobentonit dari bentonit alam dan zat pengkompatibel yang bervariasi terhadap sifat termal dari komposit PP. Hasil FTIR menunjukkan terjadi pencampuran yang homogen antara organobentonit dengan polipropilena. Hasil uji komposit menggunakan alat DTA memperlihatkan bahwa penambahan jumlah organobentonit dengan fraksi berat 6% dan 1% pengkompatibel Maleic Anhidride – Benzoil Peroksida (MA-BPO) menaikkan ketahanan terhadap panas yang paling optimal.

(13)

PREPARATION AND CHARACTERIZATION OF NANO

COMPOSITE-ORGANOBENTONIT POLYPROPYLENE

USING NATURAL BENER MERIAH ANHYDRIDE

MALEIC AND DIVINYL BENZENE

AS

COMPATIBILIZER

ABSTRACT

This study used samples of bentonite originated from Desa Negeri Antara Kecamatan Pintu Rime Gayo Kabupaten Bener Meriah. They were formed in suspension and given ultrasonic waves then sedimented in 7 days. They were made in 185,6 nm

(14)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan tesis ini. Serta tidak lupa shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi

Besar Muhammad SAW semoga kita mendapat syafaatnya.

Adapun judul tesis ini ‘Preparasi dan Karakterisasi Nano-Komposit

Polipropilena-Organobentonit Alam Bener Meriah Dengan Menggunakan Maleat

Anhidrida dan Divinyl Benzena Sebagai Kompatibilizer’. Tesis ini sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Magister of Sains di Sekolah Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada Gubernur

Sumatera Utara c.q Kepala Bappeda Provinsi Sumatera Utara yang memberikan

beasiswa kepada saya sebagai Mahasiswa Program Magister Kimia di Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Dengan selesainya tesis ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada: Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof.

Dr. dr. Syahril Pasaribu, DMTH, M.Sc, CTM, SpA(K) atas kesempatan dan fasilitas

yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan Program Magister, Dekan FMIPA

Dr. Sutarman, M.Sc., ketua Program Studi Kimia, Bapak Prof. Dr. Basuki

Wirjosentono, MS, Ph.D dan sekretaris program studi kimia Bapak Dr. Hamonangan

Nainggolan, M.Sc atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk menjadi

mahasiswa Program Pascasarjana Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara.

Dan dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih dan

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

Bapak Saharman Gea, MSi, Ph.D, selaku Dosen Pembimbing Utama dan Ibu Dr.

(15)

Bapak Prof. Basuki Wirjosentono, MS, Ph.D, Bapak Prof. Dr. Thamrin, M.Sc,

Bapak Jamahir Gultom, Ph.D beserta Bapak Prof. Dr. Yunazar Manjang selaku dosen

pembanding yang telah banyak memberikan masukan dalam penulisan tesis ini.

Bapak dan Ibu Dosen Sekolah Pascasarjana Program Studi Ilmu Kimia yang telah

memberikan ilmu dan motivasi bagi penulis.

Kepala Laboratorium Kimia Polimer FMIPA USU, beserta staf dan asisten atas

fasilitas dan sarana yang diberikan.

Teman-teman mahasiswa Sekolah Pascasarjana Kimia USU angkatan 2011 dan

kakak Leli di Sekretariat Program Studi Magister Kimia serta tim expedisi Bentonit

Bener Meriah Nanggroe Aceh Darusalam yang telah banyak membantu dan member

saran selama menjalankan perkuliahan serta penelitian.

Keluarga tercinta yaitu orang tua saya Ayahanda Mulyono dan Ibunda Siti Asiah

serta adik-adikku Wahyu Hidayat, Leyla Nurhidayah dan Syarif Hidayattullah atas

perhatian, kasih sayang, doa, motivasi dan nasehat selama perkuliahan, penelitian dan

penulisan tesis ini.

Istri tercinta Hapni dan ananda Nu’matu Suhaila, Mifdhal Kholis Ramadan, dan

Muhammad Alfatih serta Ibunda Hj. Maisarah, Ibunda Khairani dan tak lupa keluarga

besar di Kota Tebing Tinggi, Tanjung Pura, dan Lokhsukun Aceh Utara dengan penuh

kasih sayang dan cinta, kesabaran dan perhatian memberikan doa restu serta dorongan

sehingga saya dapat menyelesaikan pendidikan Magister Kimia di Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Bapak Gundur Pulungan selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 4 Tebing Tinggi dan

rekan-rekan guru di SMA Negeri 4 Tebing Tinggi, yang telah memberikan kesempatan

dan motivasi kepada saya untuk mengikuti pendidikan pada Program Magister Kimia

di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.

Seluruh keluarga dan sahabat-sahabat yang telah banyak mendoakan dan memberi

semangat kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu

penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari para

(16)

berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi penelitian dan kemajuan ilmu pengetahuan

di masa yang akan datang.

Medan, 04 Juli 2013

(17)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

8. Nama : Taufik Hidayat

9. Tempat/tanggal lahir : Tebing Tinggi/30 Desember 1979

10. Agama : Islam

11. Status : Menikah

12. Alamat : Jl. P.Sulawesi Lingkungan 2 Kelurahan Persiakan

Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi

13. Pendidikan :

SD Negeri 164518 Tebing Tinggi 1986 – 1992

SMP Negeri 1 Tebing Tinggi 1992 – 1995

SMA Negeri 1 Tebing Tinggi 1995 – 1998

Universitas Negeri Medan 1998 – 2003

FMIPA Pascasarjana Kimia USU 2011 – 2013

14. Riwayat Pekerjaan :

(18)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK i

ABSTRACT ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP vi

DAFTAR ISI vii

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR LAMPIRAN xii

DAFTAR SINGKATAN xiii

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Perumusan Permasalahan 4

1.3 Pembatasan Masalah 5

1.4 Tujuan Penelitian 5

1.5 Manfaat Penelitian 5

1.6 Metodologi Penelitian 6

1.7 Lokasi Penelitian 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 8

2.1 Bentonit 8

2.1.1 Sifat Bentonit 10

2.1.2 Karakterisasi Bentonit 12

2.1.3 Kegunaan Bentonit 13

2.1.4 Bentonit Aceh 15

2.1.4.1. Bentonit Kabupaten Aceh Utara 17

(19)

2.1.5 Purifikasi Bentonit 19

2.2 Polipropilena 20

2.2.1. Sifat-Sifat Polipropilena 23

2.2.2. Penggunaan Polipropilena 25

2.3 Nanoteknologi 26

2.4 Nanokomposit 29

2.5 Surfaktan Cetil Trimetil Amonium Bromida 33

2.6 Grafting Divinil Benzena pada Polipropilena 34

2.7 Grafting Maleat Anhidrat 36

2.7.1. Inisiator 37

2.7.2. Reaksi Grafting 38

2.7.3. Mekanisme Coupling 38

2.7.4. Mekanisme Grafting MA ke dalam PP 38

2.8 Pengujian dan Karakterisasi 40

2.8.1. Analisa Difraksi sinar-X (XRD) 40

2.8.2. Penentuan Gugus Fungsional 41

2.8.3. Pengujian Morfologi 42

2.8.4. Analisis Termal Bahan Polimer 42

BAB 3 METODE PENELITIAN 44

3.1 Alat dan Bahan 44

3.1.1. Alat 44

3.1.2. Bahan 44

3.2 Prosedur Penelitian 45

3.2.1. Proses Preparasi Bentonit 45

3.2.2. Pembuatan Nanopartikel Bentonit 45

3.2.3. Proses Preparasi Bentonit Menjadi Nano-Organoclay 46

3.2.4. Proses Pembuatan PP–g–MA 46

3.2.5. Proses Pembuatan Komposit Polipropilena/Bentonit 47

(20)

3.2.7. Karakteristisasi Sampel Penelitian 48

3.2.7.1. Karakterisasi Sampel Penelitian 48

3.2.7.2. Analisis Difraksi Sinar-X 48

3.2.7.3. Uji Morfologi 48

3.2.7.4. Analisis Termal 48

3.3 Bagan Penelitian 50

3.3.1. Bagan Preparasi Lempung Bentonit 50

3.3.2. Pembuatan Nanopartikel Bentonit 51

3.3.3. Proses Preparasi Bentonit Menjadi Nano-Organoclay 52

3.3.4. Proses Pembuatan Komposit Polipropilena/Bentonit 53

3.3.5. Proses Pembuatan PP-g-MA 54

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 55

4.1 Hasil Karakterisasi Bentonit Alam dengan FT-IR 55

4.2 Hasil Uji Difraksi Sinar-X Pada Preparasi Bentonit Alam 56

4.3 Hasil Pengujian Menggunakan Particle Size Analyzer (PSA) 57

4.4 Hasil Modifikasi Bentonit dengan CTAB 59

4.5 Hasil Nanokomposit Polipropilena-Organo Bentonit 60

4.6 Hasil Analisa Termal Difrensial Nanokomposit PP-Bentonit 63

4.7 Hasil Karakterisasi FTIR Nanokomposit PP-Bentonit Aceh 65

4.8 Hasil Karakterisasi Menggunakan SEM komposit PP-Bentonit 68

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 70

5.1 Kesimpulan 70

5.2 Saran 70

DAFTAR PUSTAKA 71

(21)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Bener Meriah 18

Gambar 2.2 Struktur Divinil Benzene 35

Gambar 2.3 Reaksi anatar Polipropilena dengan Divinil Benzena 36

Gambar 2.4 Mekanisme dekomposisi dari benzoil peroksida (BPO) 37

Gambar 4.1 Spektrum FTIR dari Bentonit Aceh 55

Gambar 4.2 Spektrum FTIR dari Organobentonit 57

Gambar 4.3 Difraktogram Bentonit dan Organo-Bentonit 59

Gambar 4.4 Interaksi Nanokomposit dari Polipropilena, Kompatibilizer,

dan Organobentonit 61

Gambar 4.5 Foto Nanokomposit PP-Bentonit pada Variasi Komposisi PP :

Bentonit 1) 100:0, 2) 98:2, 3) 95:5, 4) 93:7 62

Gambar 4.6 Foto Nanokomposit PP-Bentonit dengan Variasi Kompatibilizer

5) PP-g-Ma; 6) MA-BPO; 7) DVB 62

Gambar 4.7 Hasil Analisis Sifat Termal Nanokomposit PP-Bentonit 63

Gambar 4.8 Termogram DTA Nanokomposit PP-Bentonit 65

Gambar 4.9 Spektrum FTIR dari PP-Bentonit 6% (Kompatibilizer 1%) 66

Gambar 4.10 Foto SEM PP:MA-BPO:Bentonit (93:6:1) 68

(22)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Interpretasi Spektra Bentonit 12

Tabel 2.2 Komposisi Kimia Bentonit 13

Tabel 2.3 Statistik Bentonit Indonesia Tahun 1998 – 2003 14

Tabel 2.4 Sifat Umum Polipropilena 23

Tabel 4.1 Bilangan Gelombang dari Spektrum FTIR Bentonit Aceh 56

Tabel 4.2 Data FTIR Bentonit Sebelum dan Sudah Dimodifikasi CTAB 58

Tabel 4.3 Hasil Analisis Sifat Termal (DTA) Komposit PP-Bentonit 64

(23)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran 1 Kromatogram Hasil Uji DTA Untuk PP 76

Lampiran 2 Kromatogram Hasil Uji DTA kompoit PP-Bentonit (CTAB 5 %) 77

Lampiran 3 Kromatogram Hasil Uji DTA kompoit PP-Bentonit (PP-g-MA) 78

Lampiran 4 Kromatogram Hasil Uji DTA kompoit PP-Bentonit (DVB) 79

Lampiran 5 Spektrum FTIR dari Bentonit Alam 80

Lampiran 6 Spektrum FTIR dari Organo-Bentonit 81

Lampiran 7 Spektrum FTIR dari Polipropilena 82

Lampiran 8 Spektrum FTIR dari Kompoit PP-Bentonit (2 %) 83

Lampiran 9 Spektrum FTIR dari Kompoit PP-Bentonit (5 %) 84

Lampiran 10 Spektrum FTIR dari Kompoit PP-Bentonit (7 %) 85

Lampiran 11 Spektrum FTIR dari Kompoit PP-Bentonit (PP-g-MA) 86

Lampiran 12 Spektrum FTIR dari Kompoit PP-Bentonit (MA-BPO) 87

Lampiran 13 Spektrum FTIR dari Kompoit PP-Bentonit (DVB) 88

Lampiran 14 Hasil Pengujian Menggunakan Particle Size Analyzer (PSA) 89

Lampiran 15 Hasil Uji Difraksi Sinar-X pada Bentonit Alam 90

Lampiran 16 Hasil Uji Difraksi Sinar-X pada Preparasi Bentonit 91

(24)

DAFTAR SINGKATAN

BPO : Benzoil Peroksida

CTAB : Cetil Trimetil Amonium Bromida

DTA : Differential Thermal Analysis

DVB : Divinyl Benzena

FT-IR : Fourier Transform-Infra Red

MA : Maleat Anhidrida

PP : Polipropilena

PP-g-MA : Polipropilena tergrafting Maleat Anhidrida

SEM : Scanning Electron Microscope

(25)

PREPARASI DAN KARAKTERISASI NANO-KOMPOSIT

POLIPROPILENA-ORGANOBENTONIT ALAM BENER

MERIAH DENGAN MENGGUNAKAN MALEAT

ANHIDRIDA DAN DIVINYL BENZENA

SEBAGAI KOMPATIBILIZER

ABSTRAK

Peneltian ini menggunakan sampel bentonit berasal dari Desa Negeri Antara Kecamatan Pintu Rime Gayo Kabupaten Bener Meriah. Sampel dibuat dalam bentuk suspensi selanjutnya diberi gelombang ultrasonik dan disedimentasi selama 7 hari. Sampel dibuat dalam ukuran 185,6 nm untuk kemudian dimodifikasi dengan penambahan surfaktan CTAB. Proses penyatuan nanokomposit polipropilena-bentonit diawali dengan modifikasi bentonit alam polimer polar dapat disatukan dengan bentonit alam. Penambahan pengkompatibel agar polipropilena dapat tetap berada dalam struktur komposit perlu dilakukan, dalam hal ini menggunakan beberapa pengkompatibel seperti Polypropilene-grafting-Maleic Anhidride (PP-g-MA), Diviniyl Benzene (DVB), dan Maleic Anhidride-Benzoil Peroksida (MA-BPO). Bahan komposit dibuat dengan komposisi PP dan zat pengkompatibel berjumlah tetap, namun fraksi berat nanoorganobentonit bervariasi 0; 2; 5; dan 7%. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penambahan organobentonit dari bentonit alam dan zat pengkompatibel yang bervariasi terhadap sifat termal dari komposit PP. Hasil FTIR menunjukkan terjadi pencampuran yang homogen antara organobentonit dengan polipropilena. Hasil uji komposit menggunakan alat DTA memperlihatkan bahwa penambahan jumlah organobentonit dengan fraksi berat 6% dan 1% pengkompatibel Maleic Anhidride – Benzoil Peroksida (MA-BPO) menaikkan ketahanan terhadap panas yang paling optimal.

(26)

PREPARATION AND CHARACTERIZATION OF NANO

COMPOSITE-ORGANOBENTONIT POLYPROPYLENE

USING NATURAL BENER MERIAH ANHYDRIDE

MALEIC AND DIVINYL BENZENE

AS

COMPATIBILIZER

ABSTRACT

This study used samples of bentonite originated from Desa Negeri Antara Kecamatan Pintu Rime Gayo Kabupaten Bener Meriah. They were formed in suspension and given ultrasonic waves then sedimented in 7 days. They were made in 185,6 nm

(27)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Limbah plastik merupakan suatu masalah bagi lingkungan, terutama bila berbicara

tentang konsep produk ramah lingkungan dan kimia hijau. Penyebabnya tiada lain sifat

plastik yang tidak dapat diuraikan dalam tanah. Untuk mengatasinya, para pakar

lingkungan dan ilmuan dari berbagai disiplin ilmu telah melakukan berbagai cara

mendaur ulang limbah plastik. Usaha daur ulang paling tidak telah mengurangi

pencemaran tanah dari plastik dan membuat lingkungan menjadi lebih bersih karena

mulai berkurangnya sampah plastik yang berserakan (Bachtiar, dkk, 2011).

Banyak penelitian tentang pemanfaatan limbah plastik sebagai bahan daur

ulang, seperti pembuatan aspal sintetis (Mayang, 2012), bahan bakar alternatif

(Zahrina, 2007), bahan tambah campuran beton (Lestariono, 2008), papan komposit

plastik (Ginting, 2010). Pemanfaatan limbah plastik juga merupakan upaya menekan

pembuangan plastik seminimal mungkin dan dalam batas tertentu menghemat sumber

daya serta mengurangi ketergantungan bahan baku impor (Bachtiar, dkk, 2011).

Pemanfaatan plastik daur ulang dalam pembuatan kembali barang-barang

plastik telah berkembang pesat. Hampir seluruh jenis limbah plastik dapat diproses

kembali menjadi barang semula walaupun dicampur dengan bahan baku baru dan

additive (bahan tambahan) untuk meningkatkan kualitas. Empat jenis limbah plastik

yang populer dan laku di pasaran yaitu polietilena (PE), High Density Polyethylene

(HDPE), polipropilena (PP), dan asoi (Bachtiar, dkk, 2011).

Polipropilena adalah jenis plastik semi kristal dengan sifat mekanik dan termal

yang baik, tapi derajat kekerasan berlekuknya, tidak cukup untuk aplikasi sebagai jenis

plastik teknik. Untuk memperbaiki sifat tersebut maka sering sekali polipropilena

diberi bahan pengisi (filler), diblending terlebih dahulu dengan coupling agent sehingga

terbentuk komposit yang bersifat lebih baik (Yu-Hui, 2007). Bahan pengisi (filler) yang

(28)

homogen ke dalam matriksnya dan yang paling sering ditambahkan adalah talc, mika,

kapur, bentonit dan lain-lain. Salah satu upaya memodifikasi polipropilena menjadi

plastik yang bersifat mekanik dan termal yang baik yaitu dengan

Mineral lempung merupakan bahan alam yang relatif banyak terdapat di

Indonesia akan tetapi belum optimal pemanfaatannya (Fisli, 2008). Berdasarkan

kandungan mineralnya tanah lempung dibedakan menjadi smektit (bentonit), kaolinit,

haloisit, klonit dan ilit (Widihati, 2009). Salah satu mineral lempung dengan cadangan

cukup berlimpah adalah bentonit yang mencapai ± 380 juta ton dan merupakan aset

potensial yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya (Syuhada, dkk, 2009). Sumber daya

alam bentonit sudah banyak dieksploitasi dan eksplorasi di beberapa provinsi di

Indonesia (Wijaya, 2004). Namun hal tersebut belum terlaksana secara maksimal di

Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam karena berkaitan dengan kondisi politik dan

keamanan yang terjadi pada beberapa waktu yang lalu.

diberi bahan pengisi

bentonit (Astutiningsih, 2009).

Sumber daya mineral bentonit memiliki banyak kegunaan yang dapat

dimanfaatkan terutama dalam bidang industri (Ika, 2008). Bentonit adalah bahan yang

serbaguna dan secara luas digunakan dalam berbagai bidang, baik yang digunakan

secara langsung ataupun digunakan setelah melalui perlakuan tertentu terlebih dahulu.

Pemakaian secara langsung, bentonit ini dapat digunakan untuk pelumas pengeboran

minyak, peletisasi biji besi, pemurnian air buangan, bahan bangunan dan cetakan

pelelehan biji mineral. Sedangkan pemakaian yang membutuhkan perlakuan terlebih

dahulu adalah sebagai bleaching earth (bahan pemucat) yaitu melalui proses

pengaktifan sebelum digunakan (Fatimah, 2006).

Namun demikian, penggunaan sumber daya alam mineral berupa bahan

bentonit di Indonesia masih bernilai rendah secara industri. Lebih tinggi nilai produksi

dibandingkan konsumsi industri dalam negeri setiap tahunnya menunjukkan belum

optimal penggunaan bentonit sebagai sumber daya alam. Hal ini dapat diketahui pada

data statistik impor dan ekspor bentonit di Indonesia dari tahun 1997 hingga tahun

(29)

Bentonit adalah istilah yang digunakan untuk sejenis lempung yang

mengandung mineral montmorilonit. Bentonit alam tidak hanya mengandung satu

mineral montmorillonite, tetapi juga mengandung mineral seperti; calcite, quartz,

clinoptilolite, iron oxide, feldspars dan humic acids. Peningkatan kualitas bentonit

dapat dilakukan dengan memisahkan mineralnya. Pemisahan mineralnya dapat

dilakukan dengan dua cara yaitu cara kimia dan cara sedimentasi. Calcite, iron oxide

dan humic acid dapat dipisahkan dengan cara kimia. Sedangkan quartz, feldspar,

clinoptilolite yang mempunyai ukuran partikel yang lebih besar dapat dipisahkan

dengan cara sedimentasi (Fisli, 2007).

Dalam hal peningkatan kualitas bentonit, yang harus diperhatikan adalah tidak

merubah secara signifikan sifat fisik dan kimia dari bentonit. Cara sedimentasi adalah

cara yang paling aman untuk preparasi bentonit supaya tidak terjadi perubahan sifat

fisik dan kimianya. Prosedur ini biasanya meliputi pelarutan sampel di dalam air

demineral, anti penggumpalan (disaggregating) dengan menggunakan ultrasonik dan

pengendapan/sedimentasi (cara grafitasi atau sentrifugasi) untuk mengambil fraksi

dimana semakin lama waktu endapan semakin kecil fraksi yang diperoleh.

Dalam pembuatan komposit, suatu matriks harus diisikan dengan bahan penguat

dan penghubung lainnya supaya dapat memiliki sifat-sifat yang lebih baik

dibandingkan dengan sifat-sifat bahan tunggal. Sering matriks yang berasal dari bahan

organik dengan pengisinya yang berasal dari bahan anorganik tidak mampu menjadi

homogen, disebabkan oleh berbedanya energi permukaan dari kedua bahan tersebut.

Untuk menyelesaikan permasalahan di atas, maka pengisinya dapat dimodifikasi

dengan bahan organik dalam hal ini surfaktan, seperti alkylammonium (Jin, 2003).

Polipropilena sebagai matrik dapat dimodifikasi dengan menggunakan coupling

agent/compatibilizer. Salah satu contoh pengolahan komposit polipropilena yaitu

modifikasi dengan asam akrilat menggunakan inisiator dikumil peroksida, sehingga

matrik polipropilena mempunyai gugus ujung yang bersifat polar (Sukatik, 2006).

Permasalahan lain yang kerap dihadapi adalah rendahnya sifat elastis pada komposit

yang dihasilkan, akibat dari penambahan filler. Pengaruh ini dapat dicermati dengan

(30)

nanokomposit dengan filler berukuran nanopartikel (Gopakumar, 2002). Dimana jika

bentonit ditambahkan dalam persentasi yang sedikit (1–5%) akan menghasilkan

peningkatan sifat kekuatan mekanik (mechanical strength), ketahanan terhadap panas

(thermal stability) dan permeability sehingga 60% dari sifat asli matriks tanpa adanya

penambahan bentonit (Akane dan Arimitsu, 1995; Wang, 2003).

Kemampuan bentonit sebagai material pengisi (filler) terhadap berbagai bahan

alam perlu ditingkatkan dengan cara memodifikasi dalam mineral nanopartikel.

Bentonit dalam bentuk nanopartikel diharapkan mempunyai sifat mekanik, termal,

elektrik, dan optik yang lebih baik dibandingkan dengan partikel berukuran makro

ataupun mikro karena luas permukaan yang lebih besar. Bentonit berukuran

nanopartikel sebagai bahan pengisi perlu dimodifikasi menggunakan surfaktan yang

tepat sehingga mampu secara optimal menyatu dengan matriksnya. Berdasarkan hal

tersebut perlu dilakukan studi tentang preparasi dan karakterisasi bentonit alam menjadi

nano-organobentonit yang akan berguna sebagai material pengisi (filler) dalam

pembentukan komposit polipropilena-bentonit.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, penulis merumuskan permasalahan yang akan diteliti yaitu

sebagai berikut:

a. Bagaimana teknik preparasi nanopartikel bentonit alam,

b. Bagaimana pengaruh penambahan organoclay dari bentonit alam dengan

perbandingan komposisi tertentu sebagai penguat komposit polipropilena,

c. Bagaimana pengaruh penggunaan beberapa kompatibilizerterhadap sifat kimia dan

fisika komposit polipropilena-bentonit,

1.3Pembatasan Masalah

Agar penelitian menjadi lebih fokus permasalahannya, pada pekerjaan ini dibatasi

(31)

a. Bahan dasar yang digunakan adalah bentonit dari Desa Negeri Antara Kecamatan

Pintu Rime Gayo Kabupaten Bener Meriah Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam,

b. Ukuran bentonit yaitu nanopartikel,

c. Organoclay dibuat dengan menggunakan surfaktan Cetyl Trimetyl Ammonium

Bromide (CTAB),

d. Matriks yang digunakan adalah polipropilena bekas, dengan kompatibilizer

PP-g-MA, MA-BPO, dan DVB,

e. Pembuatan film dilakukan dengan metode Kempa (Hot Press).

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini, yaitu:

a. Menentukan ukuran nanopartikel bentonit alam,

b. Membuat organobentonit dengan menggunakan surfaktan CTAB,

c. Mencari kondisi termal optimum pada komposit polipropilena-bentonit dengan

kompatibilizer PP-g-MA, MA-BPO, dan DVB,

d. Menentukan komposisi terbaik antara kompatibilizer MA-BPO dan DVB.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, yaitu:

a. Mengetahui kondisi optimum pembuatan nanopartikel bentonit,

b. Mengetahui kondisi optimum dalam pembuatan organoclay,

c. Mengetahui kondisi optimum dalam pembuatan polipropilena-bentonit, dengan

kompatibilizer PP-g-MA, MA-BPO, dan DVB,

d. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang sifat fisis dan sifat

kimia komposit polipropilena-bentonit.

1.6 Metodologi Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian laboratorium yang terdiri dari tiga tahapan, yaitu:

(32)

selanjutnya diberi gelombang ultrasonik dan dibiarkan di tempat yang datar serta

dijauhkan dari segala getaran. Endapan yang terjadi dalam 7 hari kemudian

difiltrasi. Suspensi melayang yang didapat kemudian diuapkan dan dikeringkan

dalam oven pada suhu 110o

b. Tahap kedua adalah pembuatan nanopartikel bentonit dengan cara bentonit ditumbuk dalam alat ball milling, kemudian dianalisis dengan partikel size

analyzer.

C selama 3 jam. Sampel digerus hingga mencapai

ukuran butir lolos dengan mata ayakan 250 mesh dan disimpan dalam desikator.

c. Tahap ketiga adalah pembuatan nano-organoclay dengan penambahan Cetyl Trimetyl Ammonium Bromide. Dilakukan analisa terhadap nano-organoclay

dengan alat uji FTIR dan XRD.

d. Tahap keempat adalah pembuatan nanokomposit polipropilena/bentonit. Matriks polipropilena disiapkan dengan melarutkannya ke dalam silena. Pencampuran

polipropilena dan nanoorgano-bentonit dengan menggunakan kompatibilizer

dilaksanakan menggunakan metoda refluks.

Variabel – variabel dalam penelitian ini, yaitu:

a. Variabel terikat

1. Analisa gugus fungsi dengan uji FTIR,

2. Analisa kandungan mineral dengan uji XRD,

3. Analisa ukuran partikel dengan uji partikel size analyzer (PSA),

4. Analisa morfologi dengan uji permukaan (SEM),

5. Bentonit yang digunakan berasal dari Desa Negeri Antara Kecamatan Pintu

Rime Gayo Kabupaten Bener Meriah Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam.

6. Proses pembuatan organoclay menggunakan Cetyl Trimetyl Ammonium

Bromide (CTAB).

b. Variabel bebas

1. Variasi perbandingan komposisi antara polipropilena, bentonit dan

(33)

2. Variasi zat pengkompatibel yang digunakan yaitu Polypropilene-grafting

-Maleic Anhidride (PP-g-MA), Benzoil Peroksida-Maleic Anhidride (BPO-MA),

dan Diviniyl Benzene (DVB).

1.7 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Polimer Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, Laboratorium Kimia Dasar Universitas

Sumatera Utara. Uji struktur dengan menggunakan FTIR dilakukan di Laboratorium

Farmasi Universitas Sumatera Utara. Uji Partikel Size Analyzer dananalisa kandungan

mineral dengan uji XRD dilakukan di Laboratorium Puspitek (Pusat Penelitian Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi) Jakarta. Analisa morfologi dengan uji permukaan (SEM)

di Institut Teknologi Bandung (ITB). Uji Differential Thermal Analis (DTA) di PTKI

(34)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bentonit

Bentonit adalah tanah liat alami dari keluarga smektit. Bentonit adalah istilah dari

lempung yang termasuk kelompok dioktohedral. Secar

dari hasil pelapukan, hidrotermal, akibat transformasi dan sedimentasi. Terdapat 2 jenis

bentonit alam yang umum dikenal serta digunakan, yaitu:

1. Na-betonit

Bentonit ini mempunyai kemampuan mengembang hingga delapan kali apabila

dicelupkan di dalam air dan tetap terdispersi beberapa waktu di dalam air. Dalam

keadaan kering berwarna putih atau kream, pada keadaan basah dan terkena sinar

matahari akan berwarna mengkilap, mempunyai pH 8,5–9,8.

2. Mg, Ca-bentonit

Bentonit ini kurang mengembang apabila dicelupkan ke dalam air, mempunyai pH

4–7. Dalam keadaan kering berwarna abu-abu, biru, kuning, merah dan coklat.

Bentonit mengandung montmorilonit, dan sisanya sebagai mineral pengotor

yang terdiri dari campuran mineral kuarsa, feldspar, kalsit, gipsum, dan lain-lain.

Bentonit dapat digunakan sebagai material paduan karena merupakan

nanoreinforcement yang memiliki lapisan-lapisan berukuran nano (Dhena, 2011;

Syuhada, dkk, 2009 dan Gustam, 2008).

Bentonit merupakan mineral lempung yang mampu menyerap air dan

mengembang (Sutha, 2008). Sifat-sifat tersebut menjadikan bentonit memiliki banyak

kegunaan. Bentonit merupakan hasil endapan dari aktivitas vulkanik jatuhan berukuran

sangat halus yang kemudian mengalami proses pengerjaan oleh air dan terendapkan

kembali di daerah lain, kemungkinan pada lingkungan laut dalam. Kenampakan yang

terdapat pada daerah Gunung Kidul menunjukkan warna putih kotor, warna lapuk

coklat cerah, struktur berlapis (laminasi), tekstur klastik, agak keras, agak kompak,

ringan tersusun oleh butiran gelas vulkanik, pumis tuff serta material piroklastik yang

(35)

Secara umum menurut Minto Supeno (2009), pembentukan endapan bentonit

diklasifikasikan pada empat cara, yaitu:

1. Endapan Hasil Pelapukan

Faktor utama dalam pembentukan endapan bentonit sebagai hasil pelapukan adalah

komposisi kimia dan daya lalu air pada batuan asalnya. Mineral-mineral utama

dalam pembentukan bentonit antara lain adalah, plagioklas, kalium-feldspar, biotit,

muskovit serta sedikit kandungan senyawa alumina dan ferromagnesia.

Pembentukan bentonit dari proses pelapukan diakibatkan oleh adanya reaksi antara

ion-ion hidrogen yang terdapat dalam air tanah dengan senyawa silikat.

2. Endapan Proses Hidrotermal

Larutan hidrotermal merupakan larutan yang bersifat asam dengan kandungan

khlorida, sulfur, karbondioksida, dan silika. Pada proses ini komposisi larutan

kemudian berubah karena adanya reaksi dengan batuan lain. Larutan alkali

selanjutnya terbawa keluar dan bersifat basa serta akan tetap bertahan selama unsur

alkali tanah tetap terbentuk akibat penguraian batuan asal. Pada alterasi lemah,

keterdapatan unsur alkali tanah akan membentuk bentonit.

3. Endapan Akibat Transformasi

Endapan bentonit sebagai hasil transformasi/devitrifikasi debu gunung api terjadi

dengan sempurna apabila debu diendapkan di dalam wadah berbentuk cekungan.

Mineral-mineral gelas gunung api secara perlahan-lahan akan mengalami

devitrifikasi yang selanjutnya akan menghasilkan bentonit.

4. Endapan Sedimen

Bentonit juga dapat terbentuk sebagai cadangan sedimen keadaan basah.

Mineral-mineral yang terbentuk secara sedimenter dan tidak berasosiasi dengan tufa, salah

satunya adalah bentonit serta terbentuk dalam cekungan yang bersifat basa.

2.1.1 Sifat Bentonit

Sifat-sifat bentonit menjadikannya memiliki banyak kegunaan terutama di

(36)

1. Komposisi dan jenis mineral dapat diketahui dengan pengujian difraksi sinar-x.

2. Sifat kimia, dengan alvalisis sifat kimia tidak langsung dapat menentukan kualitas

bentonit (hanya sebagai galian pembanding saja sebab komposisi hampir sama

dengan illit maupun kaolinit).

3. Sifat teknologi, erat kaitannya dengan pemanfaatannya seperti sifat pemucatan,

plastis, suspensi, mengikat dan sifat melapisi.

4. Pertukaran ion, sifat ini menentukan jumlah air (uap air) yang dapat diserap

bentonit. Hal ini disebabkan karena struktur kisi-kisi Kristal mineral bentonit serta

adanya unsur kation (ion bermuatan positif) yang mudah tertukar maupun menarik

air. Kation/ion Na mempunyai daya serap air lebih besar dari pada ion Mg, Ca, K

dan H. Maka jika dimasukan ke dalam air akan mengembang dan membentuk

larutan koloid. Bila air dikeluarkan akan membentuk masa yang kuat, liat dan keras

serta tidak tembus air disamping itu bersifat lembab atau tahan terhadap reaksi

kimia. Karena sifat tersebut bentonit digunakan dalam pemboran sehingga mampu

melapisi dinding dan menahan rembesan air.

Sifat-sifat bentonit selain sifat di atas adalah sifat fisis bentonit yaitu sebagai

berikut:

1. Kapasitas pertukaran kation/cation excange capacity

Sifat ini menentukan jumlah kadar air yang diserap oleh bentonit, di dalam

keseimbangan reaksi kimia. Karena struktur kisi-kisi montmorilonit ion dan kation

yang mudah tertukar dan menarik air (ion Na) menyebabkan bentonit segar

mengembang bila dimasukan dalam air, semakin tinggi harga serapan maka mutu

semakin baik.

2. Daya serap

Adanya ruang pori antarikatan mineral lempung serta ketidakseimbangan muatan

listrik dalam ion-ionnya maka bentonit dapat digunakan sebagai galian penyerap

berbagai keperluan. Daya serap bentonit dapat ditingkatkan dengan menambahkan

larutan asam atau dengan istilah dengan cara aktivasi (Gustam, 2008).

(37)

Biasa dinyatakan sebagai galian jumlah luas permukaan kristal/butir bentonit yang

berbentuk tepung setiap gram berat (m2

4. Rheologi

/gr). Makin luas makin besar zat yg melekat,

maka bentonit dapat dipakai sebagai galian pembawa dalam insektisida, pengisi

kertas, plastik.

Apabila bentonit dicampur dengan air dan dikocok maka akan menjadi agar-agar,

namun bila didiamkan akan mengeras seperti semen (tiksotropi) (Wijaya, 2004).

Apabila kekentalan dan daya suspensinya baik maka bentonit ini baik untuk lumpur

pemboran, industri cat, kertas. Apabila teksotropinya sangat baik maka baik untuk

digunakan sebagai pelapis maupun pelindung fondasi.

5. Sifat mengikat dan melapisi

Kemampuan bentonit mengikat bijih/logam dan melapisi, membuat bentonit dapat

digunakan untuk pengikat pelet konsentrat/bijih dan pelekat cetakan logam.

6. Sifat plastis

Digunakan sebagai bahan galian pencampur keramik maupun dempul kayu.

Mineral ini memiliki luas permukaan yang besar dan kapasitas penukar kation

yang baik. Dengan memanfaatkan sifat khas dari montmorillonit tersebut, maka

antarlapis silikat lempung montmorillonit dapat disisipi (diinterkalasi) dengan suatu

bahan yang lain (misalnya: senyawa organik atau oksidaoksida logam) untuk

memperoleh suatu bentuk komposit yang sifat fisik kimianya berbeda dibandingkan

lempung sebelum dimodifikasi.

Sifat-sifat fisik dan kimia tersebut merupakan bagian yang penting pada setiap

karakterisasi lempung baik sebagai katalis, pendukung katalis, maupun adsorben

(Sutha, 2008). Sifat dan wujud bentonit dapat dilihat dari ciri-ciri sebagai berikut:

1. Berkilap lilin, umumnya lunak, plastis dan sering berwarna pucat dengan

kenampakan putih, hijau muda, kelabu, merah muda dalam keadaan segar dan

menjadi krem bila lapuk yang kemudian berubah menjadi kuning, merah coklat

serta hitam.

2. Bila diraba terasa licin seperti sabun dan kadang pada permukaannya dijumpai

(38)

3. Bila di masukan ke dalam air akan menghisap air sedikit atau banyak.

4. Bila kena hujan singkapan bentonit berubah menjadi bubur dan bila kering

menimbulkan rekahan yang nyata (Gustam, 2008).

2.1.2 Karakterisasi Bentonit

Spektroskopi inframerah merupakan salah satu metode analisis yang umum digunakan

untuk mengkaji perubahan struktur bentonit. Spektra inframerah ini dapat mengetahui

keberadaan gugus-gugus fungsional utama di dalam struktur senyawa yang

diidentifikasi. Metode analisis spektrokopi inframerah bermanfaat untuk melengkapi

data karakteristik difraksi sinar-X, surface area anlyzer, dan hasil scanning electron

microscopy. Identifikasi yang dihasilkan lebih bersifat kualitatif yakni pengenalan

keberadaan gugus-gugus fungsional yang ada pada bentonit. Interpretasi spektra

[image:38.612.161.474.338.521.2]

bentonit dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Interpretasi Spektra Bentonit Bilangan gelombang (cm-1) Jenis Vibrasi

3500 – 3200 Vibrasi ulur H-O-H

1637,5 – 1641 Vibrasi tekuk H-O-H

1400 – 1500 Regangan O-H

1035 – 1045 Regangan Asimetris Si-O-Si

913 – 927 Regangan Al-O-Al

850 – 950 Regangan C-H

785 – 790 Vibrasi tekuk Al-O-Al

Sumber: Filayati, 2012

X-ray fluorescence spectrometry (XRF) merupakan teknik analisa

non-destruktif yang digunakan untuk identifikasi serta penentuan konsentrasi elemen yang

ada pada padatan, bubuk ataupun sample cair. XRF mampu mengukur elemen dari

berilium (Be) hingga Uranium pada level trace element, bahkan dibawah level ppm.

Secara umum, XRF spektrometer mengukur panjang gelombang komponen material

secara individu dari emisi flourosensi yang dihasilkan sampel saat diradiasi dengan

(39)

Metode XRF secara luas digunakan untuk menentukan komposisi unsur suatu

material. Karena metode ini cepat dan tidak merusak sampel, metode ini dipilih untuk

aplikasi di lapangan dan industri untuk kontrol material. Tergantung pada

penggunaannya, XRF dapat dihasilkan tidak hanya oleh sinar-X tetapi juga sumber

eksitasi primer yang lain seperti partikel alfa, proton atau sumber elektron dengan

energi yang tinggi. Berdasarkan hasil analisis komposisi kimia terhadap bentonit

[image:39.612.125.511.263.497.2]

menggunakan metode XRF, diperoleh komposisi bentonit adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2 Komposisi Kimia Bentonit Aceh

Senyawa

Komposisi Berat (%) Bentonit

Aceh Utara

Bentonit Bener Meriah

Bentonit Sabang

SiO2 62,31 - 72,29 54,43 - 76,35 26,37 - 66,48 Al2O3 14,08 - 15,61 10,18 - 23,02 2,67 - 17,56

Fe2O3 1,94 - 10,15 1,25 - 4,12 0,08 - 4,32

CaO 0,08 - 0,77 0,04 - 0,14 1,12 - 3,25

MgO 0,84 - 1,15 0,32 - 1,35 0,43 – 9,10

Na2O 0,48 - 1,19 0,12 - 1,39 0,02 - 0,93

K2O 0,02 - 0,91 0,04 - 1,63 0,05 - 0,83

Sumber: Julinawati, 2013

2.1.3 Kegunaan Bentonit

Bentonit adalah salah satu bahan pengisi bukan arang yang sering dipakai sebagai

bahan pengisi pada industri karet. Bentonit adalah mineral murah dan telah menjadi

bagian penting dalam industri karet dimana penggunaannya sebagai bahan pengisi

ekonomis untuk memodifikasi penciptaan dan performa karet alami maupun karet

sintetis.

Penggunaan sumber daya alam mineral secara ekonomis berupa bahan bentonit

(40)

statistik impor dan ekspor bentonit di Indonesia dari tahun 1997 hingga tahun 2003 dari

[image:40.612.119.520.130.260.2]

Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral yang ditunjukkan dalam Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Statistik Bentonit Indonesia Tahun 1998 – 2003

2003 2002 2001 2000 1999 1998

Produksi (ton) 99,666 270,000 225,000 231,000 155,500 117,500

Konsumsi (ton) 224,718 196,928 193,031 128,607 108,251

Ekspor (ton) 72,513 114,502 62,835 63,083 41,651 18,614

Impor (ton) 35,141 43,883 35,514 25,005 14,785 9.488

Sumber: Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, 2005

Penggunaan dalam berbagai sektor membuat bentonit dikenal secara pasaran

dengan beberapa istilah. Na-bentonit alam dikenal sebagai bentonit Wyoming dan

bentonit sintetis yang disebut brekbond 2 (Inggris) dan berkonit (Italia). Sedangkan

Ca-bentonit juga dikenal dengan produk seperti NKH, Tonsil, Galleon, dan lain-lain.

bentonit dipakai untuk bahan perekat, pengisi (filler), dan lumpur bor. Penggunaan

Na-bentonit untuk pengeboran sebenarnya bersaing dengan jenis lempung lain yang telah

diaktivasi.

Bentonit mempunyai kemampuan yang tinggi untuk menjernihkan warna

seperti pada pengolahan minyak yang berasal dari binatang atau tumbuh-tumbuhan

(Ika, 2008). Misalnya, pada pengeboran di daerah bergaram dan geothermal,

pemakaian Na-bentonit tidak memperoleh hasil baik karena dapat terjadi pengendapan

dan kerak-kerak akibat pengaruh cairan elektrolit. Pemakaian yang lain adalah untuk

pengecoran logam, pembuatan pelet konsentrat besi dan logam lain, teknik sipil,

sebagai bahan pemucat, katalis, dan lain-lain.

Penggunaan utama Ca-bentonit adalah untuk pembuatan Na-bentonit sintetis

dan lempung aktif. Selain itu, juga digunakan untuk pembersih minyak bakar, pelumas,

minyak goreng, farmasi, kimia, kertas, keramik, dan lainnya. Ca-bentonit untuk

pembuatan Na-bentonit sintetis mempunyai lebih banyak keuntungan daripada

(41)

pengeringan. Selain itu, menghasilkan produk sampingan yaitu precipitated calcium

carbonate.

Selain Na-bentonit dan Ca-bentonit terdapat lempung sejenis yang

penggunaannya hampir sama, yaitu: atapulgit, sepiolit, dam lempung asam. Atapulgit

mempunyai sifat mengembang yang baik, sehingga mudah membentuk spesifikasi yang

diinginkan konsumen. Aktivasi dilakukan sama seperti terhadap Ca-bentonit atau

lempung asam.

Lapangan penggunannya adalah sebagai bahan penyerap dan penjernih di

industri minyak goreng dan penyulingan minyak bumi, bahan pembuatan wol mineral,

pembersih lemak, bahan obat-obatan, cat, keramik, campuran semen, bahan pengisi di

industri kertas, dan bahan lumpur bor (Gustam, 2008).

2.1.4 Bentonit Aceh

Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang terletak di ujung barat laut Pulau Sumatera,

luasnya mencakup 12,26% Pulau Sumatera atau totalnya sekitar 55.390 km2. Provinsi

ini memilikidengan berbagai kekayaan alamnya sepert

mineralnya. Jenis bahan galian yang termasuk kelompok mineral logam dan non

logam. Kandungan mineral daerah Aceh cukup potensial, hal ini disebabkan oleh faktor

geologi, terutama karena berada pada jalur Patahan Sumatera dan adanya jalur

tunjaman (subduction zone) di sebelah barat Sumatra yang masih aktif sampai saat ini,

akibat tujaman tersebut sebagian batuannya mengalami mineralisasi (Azis, 2009).

Potensi endapan mineral yang melimpah di Aceh, dapat dikembangkan secara

optimal sehingga mampu memberikan kontribusi yang cukup berarti dalam menunjang

pertumbuhan ekonomi daerah, meningkatkan penerimaan daerah, membuka lapangan

kerja, meningkatkan taraf hidup masyarakat, dan terjaganya hutan. Sehingga

perdamaian yang telah terbentuk di Aceh, akan semakin bermakna dengan pemanfaatan

sumber daya alam yang dikelola dengan arif dan bijaksana.

Bahan galian logam dan non logam di Aceh banyak yang belum dikembangkan

(42)

timbal, pasir besi, belerang, batu bara, timah dan nikel dan bahan galian non logam

yang banyak terdapat di Aceh diantaranya adalah pasir kuarsa, lempung, sirtu, andesit,

felspar, batu gamping, batu sabak, bentonit dan gabro, granit, basal, kuarsit, diorin dan

andesit. Daerah-daerah yang mempunyai bentonit di Aceh adalah Kabupaten Aceh

Utara, Kabupaten Bener Meriah, Kabupaten Sabang, Kabupaten Aceh Tengah, dan

Kabupaten Simeulue (Julinawati, 2013).

2.1.4.1 Bentonit Kabupaten Aceh Utara

Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dengan ibukota

Lhoksukon terdiri dari 22 Kecamatan, 850 desa dan 2 kelurahan, terletak pada

koordinat 96º 47’ BT sampai 97º 30’ BT dan 4º 43’ LS sampai 5º 15' LS. Daerah ini

disusun oleh berbagai macam formasi batuan yang dipengaruhi oleh struktur geologi

yang dibeberapa tempat tertentu disertai dengan kegiatan intrusi (Kaelani, 2007).

Beberapa jenis bahan galian non logam yang terdapat di wilayah kabupaten

Aceh Utara adalah sirtu, lempung, andesit, bentonit dan batu gamping. Bentonit di

kabupaten Aceh Utara dianggap sangat prospek dan mempunyai sumber daya terukur

yang terdapat di Desa Teupin Reusep Kecamatan Muara Batu dengan sumber daya

terukur 10.858.948,1 ton, Desa Jamuan Kecamatan Muara Batu dengan sumber daya

2.000.000 ton, Desa Blangkaring Kecamatan Nisam dengan sumber daya terukur

2.674.574,2 ton dan Desa Blangdalam Kecamatan Nisam dengan sumber daya

1.500.000 ton (Kusnadi, 1987).

Dari segi genesa dan litologi, bentonit di daerah ini ditemukan berupa

lapisan-lapisan yang berselingan dengan batupasir, tufa pasiran dan batu lempung dengan

ketebalan sampai 2 meter, dibeberapa tempat mencapai ketebalan 3 meter sampai 6

meter dengan warna bervariasi dari putih kehijauan, kuning pucat sampai hijau pucat

dan abu-abu, mempunyai kilap lilin, rapuh sampai getas. Pada singkapan-singkapan

yang terbuka seperti pada lereng-lereng landai yang gundul umumnya mengalami

rekahan-rekahan serta mudah longsor. Berdasarkan pengamatan secara megaskopis,

bentonit di daerah penyelidikan terjadi akibat proses devitrifikasi dari tufa kaca yang

(43)

Hasil pemeriksaan difraksi sinar-X (XRD), bentonit yang terdapat di Desa

Teupin Reusep, Kecamatan Muara Batu mempunyai komposisi mineral kuarsa,

tridimit, anortit, montmorilonit dan haloysit, sedangkan bentonit di Desa Blangkaring,

Kecamatan Nisam mempunyai komposisi mineral kuarsa, muskovit, bentonit, anortit

dan haloysit (Kaelani, 2007).

2.1.4.2 Kabupaten Bener Meriah

Kabupaten Bener Meriah merupakan salah satu Kabupaten di Nanggroe Aceh

Darussalam (NAD) yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh Tengah.

sesuai dengan undang-undang Nomor 41 tahun 2003 tanggal 18 Desember 2003.

Tofografi alam Kabupaten Bener Meriah pada umumnya pegunungan dan perbukitan

serta sedikit lembah. Kabupaten Bener Meriah bercorak sebagai daerah pegunungan

dan memiliki beberapa puncak gunung seperti Gunung Talang (masih aktif), Gunung

Geureudong, Gunung Burne Rajawali, Gunung Burne Draung Malem, Gunung Kulam

Raja.

Pemerintah kabupaten Bener Meriah dengan luas wilayah 3.562,14 km2 terbagi menjadi 10 (sepuluh) kecamatan, yang terdiri dari 233 desa. Kecamatan terluas adalah

kecamatan Syah Utama dengan luas 1.025,85 km2 atau 54,32% dari luas kabupaten. Sedangkan luas kecamatan terkecil adalah Wih Pesam dengan luas 43,48 km2 atau 2,3% dari luas kabupaten. Kecamatan Pintu Rime Gayo merupakan kecamatan keempat

secara administratif, dengan jumlah desa sebanyak 23 desa. Desa Negeri Antara

merupakan desa kesepuluh dalam Kecamatan Pintu Rime Gayo (Badan Koordinasi Penanaman Modal, 2012). Peta Administrasi Kabupaten Bener Meriah berdasarkan

(44)
[image:44.612.121.519.76.318.2]

Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Bener Meriah

Secara adminitratif, batas-batas wilayah Kabupaten Bener Meriah adalah

sebagai berikut: di sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Aceh Tengah, di sebelah

Timur berbatasan dengan kabupaten Aceh Timur, di sebelah Utara dengan kabupaten

Aceh Utara dan Bireuen, dan di sebelah selatan dengan kabupaten Aceh Tengah.

Secara geografis, Kabupaten Bener Meriah terletak pada 4o33’50” - 4o54’50” garis Lintang Utara dan 96o40’75” – 97o

Hasil inventarisasi dan evaluasi Pusat Sumber Daya Geologi, Badan Geologi,

Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (2010), baik dari pengamatan lapangan

serta analisa laboratorium, di kabupaten Bener Meriah, geologi yang teramati sebanyak

8 formasi dari 28 formasi dan terdapat 23 lokasi bahan galian non logam berupa:

andesit, bentonit, batu gamping, feldspar, granit, diorit, lempung, magnesit, batu mulia

nephrit, serpentinit, sirtu dan tras. Disarankan bahan galian yang dapat dikembangkan

untuk kabupaten Bener Meriah: andesit, bentonit, feldspar, granit, lempung,

pasirkuarsa, sirtu dan tras.

17’50” Bujur Timur, berada pada ketinggian 100 –

(45)

2.1.5 Purifikasi Bentonit

Kandungan utama bentonit adalah mineral montmorilonit dan kandungan lainnya

terdiri dari beberapa jenis mineral seperti kwarsa, ilit, kalsit, mika dan klorit. Sebelum

dimodifikasi menjadi organoclay, harus dilakukan purifikasi terlebih dahulu terhadap

bentonit untuk menghilangkan berbagai mineral yang terdapat di dalamnya. Purifikasi

terutama meliputi pengurangan kadar besi dan pemisahan beberapa mineral dengan

metoda pengendapan. Kandungan beberapa mineral, terutama kandungan logam besi

yang terdapat dalam bentonit dapat mempengaruhi kwalitas produk akhir

nanocomposite (Syuhada, dkk, 2009).

Tidak ada prosedur yang khusus untuk purifikasi dari bentonit. Metode

pemurnian yang spesifik untuk setiap bentonit butuh pengembangan yang tergantung

pada sifat-sifat mineral clay dan nonoclay yang dikandungnya. Untuk memisahkan

beberapa mineral ini ada dua cara yang dapat dilakukan yaitu cara kimia dan cara

sedimentasi. Calcite, iron oxide dan humic acid dapat dipisahkan dengan cara kimia.

Sedangkan quartz, feldspar, clinoptilolite yang mempunyai ukuran partikel yang lebih

besar dapat dipisahkan dengan cara sedimentasi.

Dalam hal pemurnian bentonit dari beberapa mineral yang harus diperhatikan

adalah tidak merubah secara signifikan sifat fisik dan kimia dari bentonit. Cara

sedimentasi adalah cara yang paling aman untuk purifikasi bentonit supaya tidak terjadi

perubahan sifat fisik dan kimianya. Prosedur ini biasanya meliputi pelarutan sampel di

dalam air demineral, anti penggumpalan (disaggregating) dengan menggunakan

ultrasonik dan pengendapan/sedimentasi (cara grafitasi atau sentrifugasi) untuk

mengambil fraksi dimana semakin lama waktu endapan semakin kecil fraksi yang

diperoleh.

Montmorilonit dalam kandungan bentonit secara alamiah mempunyai ukuran

partikel yang sangat halus (<2 µm) dan salah satu cara untuk memisahkannya dari

partikel kasar adalah dengan cara sedimentasi ini. Biasanya partikel kasar yang

mempunyai ukuran partikel >2 µm adalah mineral quartz, feldspar, clinoptitolite dan

(46)

pengaruh gravitasi, partikel kecil yang dikandung dalam suspensi akan lebih mudah

dipisahkan menggunakan variasi waktu pengendapan.

2.2 Polipropilena

Polipropilena merupakan polimer kristalin yang dihasilkan dari proses polimerisasi gas

propilena, propilena mempunyai specific gravity rendah dibandingkan dengan jenis

plastik lain. Polipropalena mempunyai ketahanan terhadap bahan kimia (Chemical

Resistance) yang tinggi, tetapi ketahanan pukul (impact strength) rendah. Polipropilena

adalah salah satu dari bahan termoplastik dengan sejumlah sifat-sifat yang diinginkan

membuat bahan ini serbaguna dan menjadi salah satu dari termoplastik komersial

terpenting, konsumsinya masih meningkat lebih dengan cepat dibandingkan total untuk

semua termoplastik.

Keunggulan polipropilena yaitu (1). Secara relatif produk ini biayanya murah

disebabkan polimerisasi teknologi monomer rendah sehingga harganya murah,

dibandingkan dengan termoplastik lain, (2). Polimer ini memungkinkan dimodifikasi

untuk berbagai aplikasi, melalui kopolimerisasi, orientasi, dan lain teknik sifat fisis,

produk memungkinkan divariasi untuk memenuhi satu cakupan luas dari persyaratan

termal serta mekanik, (3). Dalam memproses polimer ini memungkinkan penggunaan

sebagian besar secara teknik fabrikasi komersial. Modifikasi serta peningkatan

rheology merupakan keunggulan dari produk ini, biayanya murah, sehingga mendorong

produksinya dan aplikasi terus berkembang.

Salah satu bahan plastik yang umum digunakan untuk daur ulang adalah

polipropilen (PP). Monomer-monomer penyusun rantai polipropilen adalah propilena

yang diperoleh dari pemumian minyak bumi. Propilena, merupakan senyawa vinil yang

memiliki struktur CH2=CH-CH3. Secara industri polimerisasi polipropilena dilakukan dengan menggunakan katalisasi koordinasi. Proses polimerisasi ini akan menghasilkan

suatu rantai linear yang terbentuk -A-A-A-A- dengan A merupakan propilena.

Polipropilena biasanya didaur-ulang dan simbol daur ulangnya adalah nomor "5".

Berdasarkan struktur rantainya polipopilena terdapat tiga susunan gugus metil terhadap

(47)

C H H C C C C C C C H CH3 H H H H H CH3 H H CH3 H H CH3 C H H C C C C C C C H CH3 H H H H H CH3 H H H CH3 CH3 H C H H C C C C C C C H CH3 H H H H CH3 H H H CH3 H H CH3

1. Isotaktik: Gugus-gugus metil berada pada sisi-sisi yang sama

2. Sindiotaktik: Gugus-gugus metil tertata secara berselang-seling pada sisi rantai

3. Ataktik: Gugus-gugus metil tertata secara acak pada rantai polipropilena

.

Krisatlinitas merupakan sifat penting yang terdapat pada polimer yang

menunjukkan susunan molekul yang lebih teratur. Sifat kristalinitas yang tinggi

menyebabkan regangannya tinggi dan kaku. Dalam polipropilena, rantai polimer yang

terbentuk dapat tersusun membentuk daerah kristalin dan amorf yang mana atom-atom

yang terikat secara tetrahedral dengan sudut ikatan C-C sebesar 109,5°C dan

membentuk rantai zig-zag planar. Polimer khas ruang (stereo spesifik) ini khususnya

disintetik isotaktik sehingga kekristalinnya tinggi. Karena keteraturan ruang ini rantai

dapat terjejal sehingga menghasilkan plastik yang kuat dan tahan panas (Julinawati,

(48)

Kebanyakan polipropilena komersial merupakan isotaktik, Polipropilena

memiliki titik lebur ~160°C (320°F), sebagaimana yang ditentukan Differential

Scanning Calorimetry. Ciri-ciri plastik jenis ini biasanya transparan tetapi tidak jernih

atau berawan, keras tetapi fleksibel, kuat, permukaan berlilin, tahan terhadap bahan

kimia, panas dan minyak. Merupakan pilihan bahan plastik yang baik untuk kemasan

pangan, tempat obat, botol susu, sedotan. Polipropilena juga lebih kuat dan lebih tahan

dari polietilena.

Polypropylene memiliki sifat-sifat yang serupa dengan polyethylene Sifat

mekaniknya dapat ditingkatkan sampai batas tertentu dengan jalan mencampurkan serat

gelas dan pemuaian termal juga dapat diperbaiki sampai setingkat dengan bahan

thermoseting. Sifat- sifat listriknya hampir sama dengan sifat-sifat pada polyethylene.

Tahan kimianya kira-kira sama bahkan lebih baik dari pada polyethylene massa jenis

tinggi.

Polypropylene paling umum digunakan untuk cetakan plastik, dimana hal ini

disuntikkan ke dalam cetakan sementara cair, membentuk bentuk kompleks dengan

biaya yang relatif rendah dan volume tinggi; contoh termasuk tutup botol, botol, dan

alat kelengkapan. Polypropylene memiliki rumus molekul (C3H6)n. Massa jenisnya rendah (0,90 - 0,92) termasuk kelompok yang paling ringan diantara bahan polimer,

dapat terbakar bila dinyalakan dibandingkan polyethylene massa jenis tinggi. Titik

lelehnyanya tinggi sekali (176°C), kekuatan tarik, kekuatan lentur dan kekuatannya

lebih tinggi tetapi tahan impaknya lebih rendah terutama pada temperatur

[image:48.612.181.462.567.699.2]

rendah.Sifat-sifat umun polipropilena dapat dilihat pada tabel 2.3.

Tabel 2.4 Sifat Umum Polipropilena

Deskripsi Polipropilena

Densitas pada suhu 200C (gr/cm3) 0,90

Suhu melunak (0C) 149

Titik lebur (0C) 170

Kristalitas (%) 60-70

(49)

Modulus elasitas (kg/cm2) 11000-13000 Tahanan volumetrik (Ohm/cm2) 10 Konstanta dielektrik (60-10

17 8

2,3 cycles)

Permeabilitas gas -

Nitrogen 4,4

Oksigen 23

Gas Karbon 92

Uap air 600

2.2.1 Sifat-sifat Polipropilena

Poliproilena mempunyai konduktifitas panas yang rendah (0.12 w/m), tegangan

permukaan yang rendah, kekuatan benturan yang tinggi, tahan terhadap pelarut organk,

bahan kimia organik, uap air, minyak, asam dan basa, isolator yang baik tetapi dapat

dirusak oleh asam nitrat pekat, mudah terbakar dengan nyala yang lambat. Titik leleh

160°C dan suhu dekomposisi 380°C. Pada suhu kamar polipropilena nyaris tidak larut

dalam toluena, dalam silena larut dengan pemanasan, akan tetapi polipropilena dapat

terdegradasi oleh zat pengoksidasi seperti asam nitrat dan hidrogen peroksida (Al

Malaika, 1997).

Sifat-sifat polipropilena serupa dengan sifat-sifat polietilen. Massa jenisnya

rendah (0,90 – 0,92). Termasuk kelompok yang paling ringan diantara bahan polimer.

Dapat terbakar jika dinyalakan, titik lunaknya tinggi sekali (176°C, Tm), kekuatan

tarik, kekuatan lentur dan kekakuannya lebih tinggi, tetapi ketahanan impaknya rendah

terutama pada suhu rendah. Sifat tembus cahayanya pada pencetakan lebih baik

daripada polietilen dengan permukaan yang mengkilap, penyusutannya pada

pencetakan kecil, penampilan dan ketelitian dimensinya lebih baik. Sifat mekaniknya

dapat ditingkatkan sampai batas tertentu dengan jalan mencampurkan serat gelas.

Pemuaian termal juga dapat diperbaiki sampai setingkat dengan resin termoset.

Sifat-sifat listriknya hampir sama dengan Sifat-sifat-Sifat-sifat listrik polietilen. Ketahanan kimianya

(50)

retak-tegangannya sangat baik. Dalam hidrokarbon aromatik dan hidrokarbon yang

terklorinasi, larut pada 80°C atau lebih, tetapi pada suhu biasa hanya memuai.

Oleh karena itu sukar untuk diolah dengan perekatan dan pencapan seperti halnya

dengan polietilen yang memerlukan perlakuan tertentu pada permukaannya.

Polipropilena merupakan jenis bahan baku plastik yang ringan, densitas 0,90 – 0,92,

memiliki kekerasan dan kerapuhan yang paling tinggi dan bersifat kurang stabil

terhadap panas dikarenakan adanya hidrogen tersier. Penggunaan bahan pengisi dan

penguat memungkinkan polipropilena memiliki mutu kimia yang baik sebagai bahan

polimer dan tahan terhadap pemecahan karena tekanan (stress-cracking) walaupun pada

temperatur tinggi. Kerapuhan polipropilena dibawah 0°C dapat dihilangkan dengan

penggunaan bahan pengisi. Dengan bantuan pengisi dan penguat, akan terdapat adhesi

yang baik.Polimer yang memiliki konduktivitas panas rendah seperti polipropilena

(konduktivitas = 0,12 W/m) kristalinitasnya sangat rentan terhadap laju pendinginan.

Misalnya dalam suatu proses pencetakan termoplastik membentuk barang jadi yang

tebal dan luas, bagian tengah akan menjadi dingin lebih lambat dari pada bagian luar,

yang bersentuhan langsung dengan cetakan. Akibatnya, akan terjadi perbedaan derajat

kristalinitas pada permukaan dengan bagian tengahnya.

Polipropilena mempunyai tegangan (tensile) yang rendah, kekuatan benturan

(impact strength) yang tinggi dan ketahan yang tinggi terhadap pelarut organik.

Polipropilena juga mempunyai sifat isolator yang baik mudah diproses dan sangat

tahan terhadap air karena sedikit sekali menyerap air, dan sifat kekakuan yang tinggi.

Seperti polyolefin lain, polipropilena juga mempunyai ketahan yang sangat baik

terhadap bahan kimia anorganik non pengoksidasi, deterjen, alcohol dan sebagainya.

Tetapi polipropilena dapat terdegradasi oleh zat pengoksidasi seperti asam nitrat dan

hydrogen peroksida. Sifat kristalinitasnya yang tinggi menyebabkan daya regangannya

tinggi, kaku dan keras (Hafizullah, 2011)

Polipropilena isotaktik memiliki sifat kekakuan yang tinggi, daya rentang yang

baik, resistensi terhadap asam, alkali dan pelarut. Densitas polipropilena berkisar antara

(51)

2.2.2 Penggunaan Polipropilena

Polipropilena merupakan suatu polimer ideal yang sering digunakan sebagai lembar

kemasan. Polipropilena memiliki sifat kelembaban yang baik kecuali terjadi kontak

dengan oksigen. Oksigen yang masuk kedalam sistem akan dapat mempengaruhi

makanan atau materi lain yang ditutup dengan polipropilena. Lapisan yang terlindung

oleh polipropilena tersebut diharapkan dalam kondisi kedap udara agar dapat dengan

maksimal melindungi kandungan materi yang terbungkus di dalamnya. Untuk

pemanfaatan kegunaan dari polipropilena tersebut, dapat dilakukan modifikasi terhadap

polipropilena. Lembar propilena yang sangat tipis dipakai sebagai dielektrik dalam

pulsa berdaya tinggi tertentu serta

Gambar

Tabel 2.1 Interpretasi Spektra Bentonit
Tabel 2.2 Komposisi Kimia Bentonit Aceh
Tabel 2.3 Statistik Bentonit Indonesia Tahun 1998 – 2003
Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Bener Meriah
+7

Referensi

Dokumen terkait

peradilan sehingga tak terjadi tindakan sewenang-wenang.. Aliran Epistemologi Hukum Perdata. Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa hukum perdata meliputi tiga sistem,

3.3 Mengetahui konsep gerak dasar manipulatif sesuai dengan dimensi anggota tubuh yang digunakan, arah, ruang gerak, hubungan, dan usaha, dalam berbagai bentuk permainan sederhana

Perbedaan peningkatan pengetahuan tentang ASI Eksklusif sesudah dilakukan pendidikan kesehatan dengan metode ceramah dan metode leaflet untuk pendidikan kesehatan

drama melalui metode bermain peran (Role Playing) pada siswa kelas X. Akuntansi 2 SMK Negeri

Keasaman permukaan mungkin adalah sifat yang paling penting dari sistem tanah atau koloid dalam menentukan tingkat dan sifat adsorpsi dan desorpsi senyawa organik

Sahara (2003) menyatakan bahwa kenaikan harga BBM akan berdampak langsung terhadap perekonomian yaitu terjadinya kenaikan biaya produksi dan penurunan daya beli

Penelitian ini menggunakan konsep kepentingan nasional menurut Martin Griffith dan Terry O’ Callaghan karena penelitian ini menduga bahwa alasan Indonesia memutuskan untuk tidak

Dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat segala sesuatu menjadi lebih mudah,begitu juga dengan pekerjaan dengan teknologi sekarang ini pekerjaan akan semakin lebih mudah