• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Kualitas Udara dan Keluhan Gangguan Pernapasan pada Masyarakat yang Tinggal dikawasan Industri Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV Kebun Sosa II Kabupaten Padang Lawas Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Kualitas Udara dan Keluhan Gangguan Pernapasan pada Masyarakat yang Tinggal dikawasan Industri Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV Kebun Sosa II Kabupaten Padang Lawas Tahun 2013"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN KUALITAS UDARA DAN KELUHAN GANGGUAN PERNAPASAN PADA MASYARAKAT YANG TINGGAL DIKAWASAN INDUSTRI

PABRIK KELAPA SAWIT (PKS) PTPN IV KEBUN SOSA II KABUPATEN PADANG LAWAS

TAHUN 2013

SKRIPSI

Oleh:

RENI MONIKA NIM. 111021128

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

ABSTRAK

Industri pabrik kelapa sawit merupakan industri penting penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Pabrik kelapa sawit dapat menimbulkan masalah terhadap lingkungan, salah satunya adalah masalah kualitas udara.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas udara dan keluhan gangguan pernapasan pada masyarakat yang tinggal di kawasan industri kelapa sawit PTPN IV Kebun Sosa II Kabupaten Padang Lawas Tahun 2013.

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan rancangan stratifikasi proporsional (Proportional stratified random sampling). Sampel dalam penelitian ini 66 orang. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner dan alat pengukuran kadar debu yaitu Haz- Dust Model EPAM- 5000 sedangkan kadar karbon monoksida menggunakan alat CO Analyzer.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang berumur 21-40 tahun (66,7%), lama bermukim terbanyak adalah ≥ 5 tahun sebanyak (86,3%). Berdasarkan hasil pengukuran yang telah di lakukan pada tanggal 20 agustus 2013, kadar debu rata-ratanya adalah 100µg/m3, Hal ini menunjukkan bahwa kadar debu memenuhi syarat (150µg/m3), sedangkan kadar karbon monoksida rata-ratanya adalah 11833,6µg/m3, Hal ini menunjukkan bahwa kadar karbon monoksida memenuhi syarat (30000µg/m3). Keluhan gangguan pernapasan yang di alami responden terbanyak yaitu keluhan batuk sebanyak (73,4%).

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar debu dan kadar karbon monoksida pabrik kelapa sawit kebun Sosa II Kabupaten Padang Lawas memenuhi syarat, meskipun demikian keterpaparan dalam waktu yang lama akan menyebabkan gangguan kesehatan. Oleh karena itu di sarankan kepada pihak pabrik kelapa sawit sebaiknya melengkapi cara penanggulangan pencemaran lingkungan dengan menggunakan alat penangkap debu.

(4)

ABSTRACK

Palm oil mill industry is an important industry producing cooking oil, industrial oil, and fuel (biodiesel). Palm oil factory can cause problems for the environment, one of which is the issue of air quality.

This research aims to know the air quality and respiratory disturbances on the community live in area of oil palm industry PTPN IV garden of Padang Lawas Regency Sosa II by 2013.

Type of this research is a descriptive design proportional stratification (Proportional stratified random sampling). The sample in this research 66 people. Data collection using the questionnaire and measurement tools dust levels Haz-Dust EPAM-5000 Model is whereas carbon monoxide levels using the tool CO Analyzer.

The results showed that respondents aged 21-40 years (66,7%), long the most

settled is% ≥5 years as much as (86,3%). Based on the results of the measurements

have been performed on 20 August 2013, the average dust level is 100 g/m3, this indicates that the levels of dust are eligible (150 g/m3), while the average carbon monoxide levels is 11833,6 g/m3, this shows that the carbon monoxide levels are eligible (30000 g/m3).Respiratory disturbances in most natural respondents cough as much complaint (73.4%).

Based on the study results indicate the levels of dust and carbon monoxide levels factory oil palm plantation Padang Lawas Regency Sosa II, however a long time exposure will cause health problems. Therefore on recommend to the factory oil palm should complement the way of tackling environmental pollution by using dust-catcher.

(5)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Reni Monika

Tempat dan Tanggal Lahir : Sosa, 13 Juli 1989

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

Anak ke : 1 dari 4 bersaudara

Alamat Rumah : Perumahan PTPN IV Kebun Sosa Kecamatan Hutaraja Tinggi Kabupaten Padang Lawas

Riwayat Pendidikan

1. Tahun 1995-2001 : SD Negeri No. 148208 Sosa

2. Tahun 2001-2004 : SMP Negeri 1 Siais

3. Tahun 2004-2007 : SMA Negeri 5 Padang Sidimpuan

4. Tahun 2007-2010 : D3 Keperawatan USU

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Gambaran Kualitas Udara dan Keluhan Gangguan Pernapasan pada Masyarakat yang Tinggal dikawasan Industri Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV Kebun Sosa II Kabupaten Padang Lawas Tahun 2013”.

Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW yang senantiasa tercurahkan pada beliau yang telah menjadi teladan utama bagi umatnya.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh Gelar Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini penulis persembahkan kepada ayahanda Ahmad Raja Lubis dan ibunda Warda Hayati Harahap yang telah memberikan kasih sayang yang tidak henti-hentinya, dukungan moral maupun materil dan do’a kepada penulis dan yang menjadi motivasi penulis

selama ini. Semoga Allah memberikan kebahagian kepada keduanya baik di dunia maupun di akhirat. Amin.

Selama penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(7)

3. Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS., selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah memberikan bimbingan, arahan, ilmu, motivasi kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

4. dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes., selaku Pembimbing Skripsi II dan sekaligus pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan, arahan, ilmu, motivasi kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

5. dr. Taufik Ashar, MKM., selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan arahan dan masukan kepada penulis untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini.

6. Ir. Indra Chahaya S, MSi, selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan arahan dan masukan kepada penulis untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen dan staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu selama penulis menjadi mahasiswa di FKM USU.

8. Alfattah Faisal, S.Si., M.Kes, selaku manajer teknik Lab. Fisika Udara & Radiasi BTKL yang telah banyak membantu dan membimbing penulis.

9. Erwin Alamsyah Pane, SE, selaku Kasubbag tata usaha dan keuangan kantor bupati Padang Lawas beserta seluruh staf.

10. Buat Adikku “Elly utari ”, “Ira wati dan “Ilman Amanda Lubis” tersayang, yang selalu mendoakan dan menyemangati penulis.

(8)

12.Teman - Teman seperjuangan Mahasiswa/i Fakultas Kesehatan Masyarakat maupun Mahasiswa/i Peminatan Kesehatan Lingkungan (khususnya Marlina Sari, Vina Anggina, Dessy Irfi Jayanti, Risky Sarjani, Dian, Moris, Bg Asrul, Yuli, Zuhdina Ulya, Suryani Hrp, Tri Annisa, Khairiah, dll yang selalu memberi dukungan, masukan dalam penyelesaian skripsi ini), dan Teman - Teman Kos 22 Pembangunan Gang Mesjid khususnya Evy, Winda, Destri dan Anggi serta semua pihak yang telah membantu penulis, selalu memberikan semangat dan senantiasa mendoakan penulis selama proses penyusunan skripsi ini yang tidak dapat sebutkan satu persatu.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin mencurahkan segala kemampuan yang ada pada diri penulis. Namun demikian, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Oktober 2013 Penulis,

(9)

DAFTAR ISI

Abstrak... ... i

Abstract ... ... ii

Riwayat Hidup Penulis... ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... xi

Daftar Lampiran ... xiv BAB I PENDAHULUAN... ... 1

1.1.Latar Belakang... ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 5

1.3.Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1. Tujuan Umum ... 5

1.3.2. Tujuan Khusus... 6

1.4.Manfaat Penelitian... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Pencemaran Udara ... 7

2.1.1. Pengertian Pencemaran Udara ... 7

2.1.2. Penyebab Pencemaran Udara ... 8

2.1.3 Klasifikasi Bahan Pencemar Udara. ... 9

2.1.4. Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Udara ... 11

2.1.5. Sumber Pencemar Udara ... 13

2.2. Karbon Monoksida ... 15

2.2.1 Pengertian Karbon Monoksida ... 15

2.2.2 Pengaruh Karbon Monoksida Terhadap Manusia ... 16

2.3. Partikel Debu ... 17

2.3.1. Pengertian Debu ... 17

2.3.2 Sifat Debu ... 18

2.3.3. Sumber- sumber Debu ... 19

2.3.4. Nilai Ambang Batas Debu ... 20

2.3.5 Dampak Pencemaran Debu Terhadap Manu ... 20

2.4. Industri Kelapa Sawit ... 21

2.5. Baku Mutu Udara Ambien ... 22

2.6. Prosedur Pengukuran Kadar Debu di Udara ... 23

2.7. Penentuan Lokasi dan Titik Pengambilan Sampel Udara Ambien ... 24

2.8. Dampak Terhadap Gangguan Saluran Pernapasan ... 25

(10)

2.8.3. Gangguan Saluran Pernapasan ... 28

2.8.4. Gejala- gejala Saluran Pernapasan ... 28

2.9. Penanggulan Pencemaran Lingkungan ... 32

2.9.1. Penanggulangan Secara Non Teknis ... 33

2.9.2 Penanggulangan Secara Teknis ... 35

BAB III METODE PENELITIAN... ... 36 3.1. Jenis Penelitian... 36

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 36

3.3. Populasi dan Sampel... 36

3.3.1. Populasi... 36

3.3.2. Sampel... 37

3.4. Objek Penelitian ... 39

3.5. Metode Pengumpulan Data ... 40

3.5.1. Data Primer ... 40

3.5.2. Data Sekunder ... 40

3.6. Metode Pengambilan Objek ... 40

3.6.1. Pengukuran Kadar Debu di Udara ... 40

3.6.2. Pengukuran Kadar Karbon Monoksida di Udara ... 41

3.7. Defenisi Operasional ... 41

3.8. Aspek Pengkuran ... 43

3.8.1. Kadar Debu ( PM10) ... 43

3.8.2. Kadar Karbon Monoksida ( CO) ... 43

3.8.3. Keluhan Gangguan Pernapasan... 43

3.8.4. Karakteristik Penduduk ... 44

3.8.5. Keluhan Gangguan Pernapasan... 44

3.9. Teknik Pengolahan Data ... 45

3.10. Teknik Analisa Data ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 46

4.1. Gambaran Umum Kebun dan PKS ... 46

4.1.1. Sejarah Singkat Kebun dan PKS Sosa... 46

4.1.2. Dasar Perolehan Tanah ... 47

4.1.3. Letak Geografis ... 48

4.1.4. Unit Kebun ... 48

4.2. Karakteristik Responden ... 49

4.2.1. Umur ... 49

4.2.2. Lama Bermukim ... 49

4.2.3. Kerja/ Aktivitas Diluar Rumah ... 50

4.2.4. Jenis Pekerjaan ... 51

4.3. Hasil Pengukuran Kadar Debu dan Kadar Karbon Monoksida ... 51

4.3.1. Rumus Perhitungan Kadar CO ... 51

(11)

4.5.1. Responden Yang Mengalami Keluhan Gangguan Pernapasan 55

4.5.2. Jenis Keluhan Gangguan Pernapasan ... 55

4.6. Tabulasi Silang Antara Karakteristik Responden dengan Keluhan Gangguan Pernapasan ... 57

4.6.1. Tabulasi Silang antara Umur Responden dengan Keluhan Gangguan Pernapasan ... 57

4.6.2. Tabulasi Silang antara Lama Bermukim Responden dengan Keluhan Gangguan Pernapasan ... 58

4.6.3. Tabulasi Silang antara Kerja/ Aktivitas Responden dengan Keluhan Gangguan Pernapasan ... 58

BAB V PEMBAHASAN ... 59

5.1. Karakteristik Responden ... 59

5.1.1. Umur ... 59

5.1.2. Lama Bermukim dan Pekerjaan ... 59

5.2. Keluhan Gangguan Pernapasan ... 59

5.3. Kadar Kualitas Udara ... 63

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 66

6.1. Kesimpulan ... 66

6.2. Saran ... 67

(12)

DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Parameter Pencemar Udara

Tabel 2.2 Baku Mutu Emisi Udara Bergerak

Tabel 2.3 Pengaruh Konsentrasi COHB di Dalam Darah Terhadap Kesehatan Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Kawasan Pabrik Sawit

PTPN IV Kebun Sosa II Kabupaten Padang Lawas Tahun 2013

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Bermukim diKawasan Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV Kebun Sosa II Kabupaten Padang Lawas Tahun 2013

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Kerja/ Aktivitas Luar Rumah di Kawasan Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV Kebun Sosa II Kabupaten Padang Lawas Tahun 2013

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Kawasan Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV Kebun Sosa II Kabupaten Padang Lawas Tahun 2013

Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Kadar Debu PM10 dan Kadar Karbon Monoksida CO di Kawasan Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV Kebun Sosa II Kabupaten Padang Lawas Tahun 2013

(13)

Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Keluhan Gangguan Pernapasan Satu Bulan Terakhir di Kawasan Industri Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV Sosa II Kabupaten Padang Lawas Tahun 2013

Tabel 4.9 Tabulasi Silang antara Umur dengan Keluhan Gangguan Pernapasan di Kawasan Industri Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV Sosa II Kabupaten Padang Lawas Tahun 2013

Tabel 4.10 Tabulasi Silang antara Lama Bermukim dengan Keluhan Gangguan Pernapasan di Kawasan Industri Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV Sosa II Kabupaten Padang Lawas Tahun 2013

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner

Lampiran 2. Denah Lokasi Penelitian

Lampiran 3. Peraturan Pemerintah RI Nomor 41 Tahun 1999 Lampiran 4. Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 5. Hasil Uji Laboratorium

Lampiran 6. Telah Selesai Penelitian dari Kantor Bupati Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian

(15)

ABSTRAK

Industri pabrik kelapa sawit merupakan industri penting penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Pabrik kelapa sawit dapat menimbulkan masalah terhadap lingkungan, salah satunya adalah masalah kualitas udara.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas udara dan keluhan gangguan pernapasan pada masyarakat yang tinggal di kawasan industri kelapa sawit PTPN IV Kebun Sosa II Kabupaten Padang Lawas Tahun 2013.

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan rancangan stratifikasi proporsional (Proportional stratified random sampling). Sampel dalam penelitian ini 66 orang. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner dan alat pengukuran kadar debu yaitu Haz- Dust Model EPAM- 5000 sedangkan kadar karbon monoksida menggunakan alat CO Analyzer.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang berumur 21-40 tahun (66,7%), lama bermukim terbanyak adalah ≥ 5 tahun sebanyak (86,3%). Berdasarkan hasil pengukuran yang telah di lakukan pada tanggal 20 agustus 2013, kadar debu rata-ratanya adalah 100µg/m3, Hal ini menunjukkan bahwa kadar debu memenuhi syarat (150µg/m3), sedangkan kadar karbon monoksida rata-ratanya adalah 11833,6µg/m3, Hal ini menunjukkan bahwa kadar karbon monoksida memenuhi syarat (30000µg/m3). Keluhan gangguan pernapasan yang di alami responden terbanyak yaitu keluhan batuk sebanyak (73,4%).

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar debu dan kadar karbon monoksida pabrik kelapa sawit kebun Sosa II Kabupaten Padang Lawas memenuhi syarat, meskipun demikian keterpaparan dalam waktu yang lama akan menyebabkan gangguan kesehatan. Oleh karena itu di sarankan kepada pihak pabrik kelapa sawit sebaiknya melengkapi cara penanggulangan pencemaran lingkungan dengan menggunakan alat penangkap debu.

(16)

ABSTRACK

Palm oil mill industry is an important industry producing cooking oil, industrial oil, and fuel (biodiesel). Palm oil factory can cause problems for the environment, one of which is the issue of air quality.

This research aims to know the air quality and respiratory disturbances on the community live in area of oil palm industry PTPN IV garden of Padang Lawas Regency Sosa II by 2013.

Type of this research is a descriptive design proportional stratification (Proportional stratified random sampling). The sample in this research 66 people. Data collection using the questionnaire and measurement tools dust levels Haz-Dust EPAM-5000 Model is whereas carbon monoxide levels using the tool CO Analyzer.

The results showed that respondents aged 21-40 years (66,7%), long the most

settled is% ≥5 years as much as (86,3%). Based on the results of the measurements

have been performed on 20 August 2013, the average dust level is 100 g/m3, this indicates that the levels of dust are eligible (150 g/m3), while the average carbon monoxide levels is 11833,6 g/m3, this shows that the carbon monoxide levels are eligible (30000 g/m3).Respiratory disturbances in most natural respondents cough as much complaint (73.4%).

Based on the study results indicate the levels of dust and carbon monoxide levels factory oil palm plantation Padang Lawas Regency Sosa II, however a long time exposure will cause health problems. Therefore on recommend to the factory oil palm should complement the way of tackling environmental pollution by using dust-catcher.

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Berkembangnya sektor industri dan pemanfaatan teknologinya tercipta produk-produk untuk dapat mencapai sasaran peningkatan kualitas lingkungan hidup. Dengan peralatan yang diciptakannya, manusia dapat mengeksploitasi kekayaan alam sesuai kehendaknya. Kegiatan tersebut dari waktu kewaktu semakin meningkat seolah-olah sumber alam yang ada dibumi harus segera dihabiskan tanpa memperdulikan generasi yang akan datang. Kerusakan dan penurunan daya dukung lingkungan yang terjadi ini, belum ada dari pihak manapun yang menyadari kesalahannya, semua mengaku tidak bersalah seperti kerusakan hutan, pencemaran sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001).

Udara merupakan zat yang paling penting setelah air dalam memberikan kehidupan di permukaan bumi, selain memberikan oksigen, udara juga berfungsi sebagai alat penghantar suara dan bunyi-bunyian, pendingin benda-benda yang panas dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007).

(18)

Masalah pencemaran udara sudah lama menjadi masalah kesehatan masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik, kendaraan bermotor dan yang berhubungan erat dengan aktivitas manusia (Darmono, 2001).

Jumlah udara yang dibutuhkan oleh manusia untuk pernapasan sangat besar tergantung dari kegiatannya, oleh sebab itu sekecil apapun konsentrasi polutan yang terdapat di udara akan menimbulkan gangguan, yang penting untuk diketahui adalah bahwa udara yang ada di planet bumi ini jumlahnya tetap, hanya komposisinya yang mungkin berubah. Pemanfaatan udara untuk kehidupan manusia dan makhluk lain menggunakannya secara bergantian, dengan demikian perbaikan kualitas udara menjadi hal yang sangat penting untuk diupayakan, seperti misalnya meningkatkan kadar oksigen dan menurunkan kadar karbondioksida dalam proses fotosintesis (Sarudji, 2010).

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999, udara sebagai sumber daya alam yang memengaruhi kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya harus dijaga dan dipelihara kelestarian fungsinya untuk pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan manusia serta perlindungan bagi makhluk hidup lainnya.

(19)

pada mata, telinga berdengung, mual, muntah, detak jantung meningkat, rasa tertekan di dada, kesulitan bernapas, kelemahan otot-otot, dan bisa meninggal dunia (Mukono, 2008).

Berdasarkan Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun1999 tentang pengendalian pencemaran udara, nilai ambang batas kadar karbon monoksida (CO) yang diperbolehkan di udara sebesar 30.000 µg/ Nm3 dalam 1 jam pengukuran.

Di daerah industri banyak beroperasi berbagai pabrik seperti kimia, semen, kayu lapis, pembangkit listrik maupun yang lainnya. Kegiatan industri tersebut potensial dalam menghasilkan bahan pencemar udara. Bahan pencemar udara yang dapat dikeluarkan oleh industri maupun pembangkit listrik antara lain adalah partikel debu, gas SO2 (Sulfur dioksida), gas NO2 (Nitrogen dioksida), gas CO (Karbon monoksida), gas NH3 (Amoniak) dan gas HC (Hidrokarbon) (Mukono, 2008).

Transportasi sangat diperlukan untuk mengangkut bahan baku dari daerah pertambangan ketempat industri (pabrik) untuk diolah lebih lanjut menjadi bahan jadi (produk). Selanjutnya dengan transportasi pula produksi yang dihasilkan dibawa ke pemakai. Dan sejalan dengan kegiatan itu akan berdampak meluasnya pencemaran lingkungan terutama pencemaran udara (Wardhana, 2001).

(20)

coklat tercatat seluas 0,82 ha, Sedangkan luas perkebunan kelapa sawit Indonesia pada tahun 2007 sekitar 6,8 juta hektar (Soepadiyo, 2008)

Industri pabrik kelapa sawit PTPN IV Sosa II sudah ada sejak tahun 1986. Pabrik ini memiliki pabrik pengolahan minyak sawit mentah ( crude palm oil ). Pabrik ini terletak di sebelah pemukiman karyawan pabrik itu sendiri, terdapat di kabupaten Padang Lawas. Hasil minyak mentah hasil produk pabrik ini akan dikirim ke pabrik pusat kelapa sawit PTPN IV kebun Adolina yang akan diolah selanjutnya menjadi minyak murni.

Perkebunan yang bergerak dibidang industri minyak kelapa sawit (crude palm oil) memiliki pabrik dalam pengolahan buah menjadi minyak. Dalam proses pengolahan menggunakan bahan bakar berupa cangkang sawit dan serabut. Proses ini berpotensi mengakibatkan pencemaran udara dari gas buang pabrik kelapa sawit berupa polutan udara.

Dalam operasional Pabrik Kelapa Sawit, salah satu kegiatan dalam pengelolaan lingkungan adalah melakukan pengukuran dan pemantauan emisi udara. Penggunaan boiler atau ketel uap dengan bahan bakar berupa Serabut dan Cangkang Sawit, Baku mutu emisinya diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 07 Tahun 2007 tentang baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Ketel Uap(Abunajmu, 2007).

(21)

menyelimuti pohon sawit disekitarnya dan apabila berada disekitarnya agak sulit bernafas.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian yang berjudul: Gambaran kualitas udara dan keluhan gangguan pernapasan pada masyarakat yang tinggal di kawasan pabrik kelapa sawit (PKS) PTPN IV kebun Sosa II kabupaten Padang Lawas tahun 2013.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas bahwasanya sektor industri kelapa sawit dapat mengeluarkan bahan pencemar berupa partikel debu (PM10) dan Transportasi yang digunakan dalam pengangkutan buah yang berkontribusi mengeluarkan gas polutan berupa karbon monoksida CO yang keduanya berpotensi mengakibatkan pencemaran udara dan memberikan dampak kesehatan berhubungan dengan gangguan pernapasan kepada masyarakat yang tinggal di kawasan industri pabrik kelapa sawit tersebut, untuk itu perlu dilakukan penelitian yang berjudul “Gambaran kualitas udara dan keluhan gangguan pernapasan pada masyarakat yang tinggal di kawasan pabrik kelapa sawit (PKS) PTPN IV kebun Sosa II kabupaten Padang Lawas”.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

(22)

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui kadar debu (PM10) di kawasan pabrik kelapa sawit. 2. Untuk mengetahui karbon monoksida (CO) di kawasan pabrik kelapa sawit. 3. Untuk mengetahui karakteristik responden yang tinggal di kawasan pabrik

kelapa sawit.

4. Untuk mengetahui keluhan gangguan pernapasan yang terjadi pada masyarakat yang tinggal dikawasan pabrik kelapa sawit.

5. Untuk mengetahui perbandingan kadar Debu (PM10) dan karbon monoksida (CO) di udara ambien dengan PP RI No 41 tahun 1999 pada kawasan industri kelapa sawit.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi pada masyarakat di kawasan industri kelapa sawit tentang efek dari kadar debu (PM10) dan karbon monoksida terhadap kesehatan

2. Memberikan masukan kepada pihak Industri pabrik kelapa sawit PTPN IV kebun sosa II terhadap masyarakat dan lingkungan

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pencemaran Udara

2.1.1. Pengertian Pencemaran Udara

Keputusan Menteri Negara kependudukan dan Lingkungan Hidup R.I KEP-03/ MENKLH/II/1991 menyebutkan:

“Pencemaran udara adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,

energi dan atau kelompok lain keudara oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas udara turun sampai ketingakat tertentu yang menyebabkan udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya”

(Mulia, 2005).

Pencemaran udara adalah adanya bahan polutan di atmosfer yang dalam konsentrasi tertentu akan mengganggu keseimbangan dinamik atmosfer dan mempunyai efek pada manusia dan lingkungannya (Mukono, 2005)

Pencemaran udara adalah bertambahnya bahan atau substrat fisik atau kimia ke dalam lingkungan udara normal yang mencapai sejumlah tertentu, sehingga dapat dideteksi oleh manusia (yang dapat dihitung dan diukur) serta dapat memberikan efek pada manusia, binatang, vegetasi dan material (Mukono, 2008).

(24)

Tabel 2.1. Parameter pencemar Udara

No Parameter Udara bersih Udara tercemar

1. Bahan partikel 0,01-0,02 mg/m3 0,07- 0,7 mg/m3

2. SO2 0,003-0,02 ppm 0,02- 2 ppm

3. CO < 1 ppm 5- 200 ppm

4. NO2 0,003- 0,02 ppm 0,02 – 0,1 ppm

5. CO2 310- 330 ppm 350 – 700 ppm

6. Hidrokarbon < 1 ppm 1 – 20 ppm

Sumber : Buletin Who dalam Mukono, 2005

2.1.2. Penyebab Pencemaran Udara

Menurut Sunu (2001), secara umum penyebab pencemaran udara ada 2 macam, yaitu:

a. Karena faktor internal (secara alamiah) yaitu:

1) Debu yang beterbangan akibat tiupan angin misalnya debu jalan raya. 2) Abu (debu) yang dikeluarkan dari letusan gunung berapi beserta gas-gas

vulkanik.

3) Proses pembusukan sampah organik.

b. Karena faktor eksternal (akibat ulah manusia) yaitu: 1) Hasil pembakaran bahan bakar fosil.

2) Debu/serbuk dari kegiatan industri.

(25)

2.1.3. Klasifikasi Bahan Pencemar Udara

Bahan pencemar udara atau polutan dapat dibagi menjadi dua bagian (Mukono, 2006) yaitu:

1. Polutan primer

Polutan primer adalah polutan yang dikeluarkan langsung dari sumber tertentu dan dapat berupa:

a. Polutan gas terdiri dari:

1. Senyawa karbon, yaitu hidrokrbon, hidrokarbon teroksigenasi, dan karbon oksida (CO atau CO2).

2. Senyawa sulfur, yaitu sulfur oksida.

3. Senyawa nitrogen, yaitu nitrogen oksida dan amoniak

4. Senyawa halogen, yaitu flour, klorin, hidrogen klorida, hidrokarbon terklorinasi, dan bromin.

b. Partikel

(26)

Adapun yang dimaksud dengan:

1) Asap, adalah partikel karbon yang sangat halus (sering disebut jelaga) dan merupakan hasil dari pembakaran yang tidak sempurna.

2) Debu, adalah partikel padat yang dihasilkan oleh manusia atau alam dan merupakan hasil proses pemecahan suatu bahan.

3) Uap, adalah partikel padat yang merupakan hasil dari proses sublimasi, distilasi atau reaksi kimia.

4) Kabut, adalah partikel cair dari reaksi kimia dan kondensasi uap air. Berdasarkan ukuran, secara garis besar partikel dapat merupakan suatu: 1. Partikel debu kasar (coarse particle), jika diameternya > 10 mikron. 2. Partikel debu, uap dan asap, jika diameternya diantara 1 - 10 mikron. 3. Aerosol, jika diameternya < 1 mikron.

Penyebab pencemaran lingkungan di atmosfer biasanya berasal dari sumber kendaraan bermotor dan atau industri. Bahan pencemar yang dikeluarkan antara lain adalah gas NO2, SO2, SO3, ozon, CO, HC, dan partikel debu. Gas NO2, SO2, HC dan CO dapat dihasilkan dari proses pembakaran oleh mesin yang menggunakan bahan bakar yang berasal dari bahan fosil ( Mukono, 2008).

Menurut Agusnar (2007) sumber polusi utama berasal dari transportasi, dimana hampir 60% dari polutan yang dihasilkan terdiri dari karbon monoksida dan sekitar 15% terdiri dari hidrokarbon, Sumber- sumber polusi lainnya misalnya pembakaran, proses industri, pembuangan limbah, dan lain-lain.

(27)

Menurut (Mukono, 2005), polutan sekunder biasanya terjadi karena reaksi dari dua atau lebih bahan kimia di udara, misalnya reaksi foto kimia, sebagai contoh adalah disosiasi NO2 yang menghasilkan NO dan O radikal. Proses kecepatan dan arah reaksinya dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

1) Konsentarsi relatif dari bahan reaktan 2) Derajat foto aktivasi

3) Kondisi iklim

4) Topografi lokal dan adanya embun

Polutan sekunder ini mempunyai sifat fisik dan sifat kimia yang tidak stabil. Termasuk dalam polutan sekunder ini adalah ozon, Peroxy acyl Nitrat (PAN) dan Formaldehida (Mukono, 2011).

2.1.4. Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Udara

Beberapa keadaan cuaca yang dapat mempengaruhi kualiatas udara (Junaidi, 2002) yaitu:

1. Suhu udara

Suhu udara dapat mempengaruhi konsentrasi pencemar udara. Suhu udara yang tinggi menyebabkan udara makin renggang sehingga konsentrasi pencemar menjadi makin rendah. Sebaliknya pada suhu yang dingin keadaan udara makin padat sehingga konsentrasi pencemar di udara tampaknya makin tinggi.

(28)

Kelembapan udara dapat mempengaruhi konsentrasi pencemar di udara. Pada kelembapan yang tinggi maka kadar uap air di udara dapat bereaksi dengan pencemar udara, menjadi zat lain yang tak berbahaya atau menjadi pencemar sekunder.

3. Tekanan udara

Tekanan udara dapat mempercepat atau menghambat terjadinya suatu reaksi kimia antara pencemar dengan zat pencemar diudara atau zat-zat yang ada di udara, sehingga pencemar udara dapat bertambah maupun berkurang

4. Angin

Angin adalah udara yang bergerak. Akibat pergerakan udara maka akan terjadi suatu proses penyebaran sehingga dapat mengakibatkan pengenceran dari bahan pencemaran udara, sehingga kadar suatu pencemar pada jarak tertentu sumber akan mempunyai kadar yang berbeda. Demikian juga halnya dengan arah dan kecepatan angin dapat mempengaruhi kadar bahan pencemar setempat

5. Sinar matahari

(29)

matahari yang sampai ke bumi, yang dapat mempengaruhi kadar pencemar udara

6. Curah hujan

Curah hujan yang merupakan suatu partikel air di udara yang bergerak dari atas jatu ke bumi, dapat menyerap pencemar gas tertentu kedalam partikel air, serta dapat menangkap partikel debu baik yang inert maupun partikel debu yang lain, menempel pada partikel air dan di bawa jatuh ke bumi. Dengan demikian pencemar dalam bentuk partikel dapat berkurang konsentrasinya akibat jatuhnya hujan.

2.1.5. Sumber Pencemaran Udara

Sumber pencemaran yang utama berasal dari transportasi, dimana hampir 60% dari polutan yang dihasilkan terdiri dari karbon monoksida dan sekitar 15% terdiri dari hidrokarbon. Sumber-sumber polusi lainnya misalnya pembakaran, proses industri, pembuangan limbah dan lainnya (Agusnar, 2007).

Sumber pencemar udara dapat dikelompokkan menjadi sumber bergerak dan sumber tidak bergerak (Sarudji, 2010).

1. Sumber Bergerak

Sumber pencemar udara bergerak dapat dikelompokkan menjadi: (a). Kendaraan bermotor,

(b). Pesawat terbang (c). Kereta api dan

(30)
[image:30.612.119.561.114.347.2]

Tabel 2.2. Baku Mutu Udara Emisi Sumber Bergerak No Kategori

Kendaraan

Bahan Bakar

Uji tahap Operasi

CO gr/Km Baku Mutu Hidrokarbon

gr/Km

Maks Rata-rata Maks

Rata-rata

Maks Rata-rata 1. Mobil penumpang

dengan tempat duduk

Maksimal 9 orang Bensin 10 28,2 24,6 4,2 3,6 3,7 3,1 2. Mobil dengan berat

dari 2-3 ton

Bensin 10 31,4 26,8 4,8 4,3 3,7 3,3

3. Kendaraan bermotor disel*) -Direct injection -Inderect injection Solar Solar 6 6

1.050 920

1.050 920 680 590

1.010 1.010

920 920

4. Kendaraan roda 2*) -Untuk 4 tak

-Untuk 2 tak Bensin Bensin

Idling Idling

4,5 3.300

Keterangan : *) dalam ppm

Sumber : Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor Kep-02/MENKLH/I/1988

2. Sumber tak bergerak (menetap)

(31)

2.2. Karbon Monoksida

2.2.1. Pengertian Karbon Monoksida

Karbon monoksida (CO) adalah suatu gas yang tidak bewarna, tidak berbau dan tidak berasa dengan jumlah sedikit di udara sekitar 0,1 ppm yang berada di lapisan atmosfer, oleh karena itu lingkungan yang tercemar oleh gas CO tidak dapat dilihat oleh mata. Gas CO diproduksi oleh proses pembakaran yang tidak sempurna dari bahan – bahan yang mengandung karbon. Gas CO dapat berbentuk cairan pada suhu dibawah – 192 °C, gas CO sebagian besar berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dengan udara, berupa gas buangan (Wardhana, 2001).

Menurut Sunu (2001), gas karbon monoksida sebagian besar berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dengan udara, berupa gas buangan yang tidak berwarna dan tidak bau dengan jumlah sedikit di udara sekitar 0,1 ppm yang berada di lapisan atmosfer. Oleh karena itu lingkungan yang telah tercemar oleh gas CO tidak dapat di lihat oleh mata. Di daerah perkotaan yang lalu lintasnya padat, konsentrasi gas CO dapat mencapai antara 10-15 ppm. Secara umum terbentunya gas CO adalah melalui proses berikut:

a. Pembakaran bahan bakar fosil dengan udara

b. Pada suhu tinggi terjadi reaksi antara karbon dioksida (CO2) dengan karbon (C) yang menghasilkan gas (CO).

c. Pada suhu tinggi, CO2 dapat terurai kembali menjadi CO

(32)

(produk). Selanjutnya dengan transportasi pula produk yang dihasilkan dibawa ke pemakai. Hal ini sejalan dengan kegiatan itu akan berdampak meluasnya pencemaran lingkungan terutama pencemaran udara (Wardhana, 2001).

2.2.2. Pengaruh Karbon Monoksida Terhadap Manusia

Bertambahnya gas CO, pada umumnya terjadi karena proses pembakaran tidak sempurna, terutama dari kendaraan atau mesin bermotor. Gas ini dapat membentuk senyawa yang stabil dengan hemoglobin darah menjadi

karboksihemoglobin. Senyawa tersebut dalam jumlah kecil tidak berbahaya, namun

dalam jumlah besar akan berbahaya bahkan dapat mematikan. Pengaruhnya terhadap kesehatan yaitu bahwa karbon monoksida dapat merintangi darah untuk mengangkut oksigen ( Sunu, 2001). Faktor penting yang menentukan pengaruh CO terhadap tubuh manusia adalah konsentrasi COHb yang terdapat dalam darah, dimana semakin tinggi persentase hemoglobin yang terikat dalam bentuk COHb, semakin parah pengaruhnya terhadap kesehatan manusia. Konsentrasi COHb di dalam darah dipengaruhi secara langsung oleh konsentrasi CO dari udara yang terhisap (Agusnar, 2007).

(33)
[image:33.612.119.532.111.275.2]

Tabel 2.3. Pengaruh Konsentrasi COHb di dalam Darah terhadap Kesehatan

NO Konsentrasi COHb di dalam darah

Pengaruhnya terhadap kesehatan

1. < 1.0 Tidak berpengaruh

2. 1.0 – 2.0 Penampilan agak tidak normal

3. 2.0 – 5.0 Pengaruh terhadap sistem syaraf sentral, reaksi panca indera tidak normal, benda terlihat agak kabur

4. ≥ 5.0 Perubahan fungsi jantung dan pulmonary

5. 10.0 – 80.0 Kepala pening, mual, berkunang – kunang, pingsan, kesukaran bernafas, kematian.

Sumber : Manahan dalam Agusnar, 2007 2.3. Partikel Debu

2.3.1. Pengertian Debu

Debu adalah partikel-partikel zat padat yang disebabkan oleh kekuatan- kekuatan alami atau mekanis, seperti pengolahan, penghancuran, pelembutan, pengepakan yang cepat, peledakan dan lain-lain dari bahan-bahan organik maupun anorganik, misalnya batu, kayu, bijih logam, arang batu, butir-butir zat padat dan sebagainya (Suma’mur, 1998).

(34)

2.3.2. Sifat Debu

Partikel (debu) sebagai pencemar udara mempunyai waktu hidup, yaitu pada saat partikel masih melayang-layang sebagai pencemar di udara sebelum jatuh ke bumi. Waktu hidup partikel berkisar antara beberapa detik sampai beberapa bulan. Sedangkan kecepatan pengendapannya tergantung pada ukuran partikel, massa jenis partikel serta arah dan kecepatan angin yang bertiup. Partikel yang sudah mati karena jatuh mengendap di bumi, dapat hidup kembali apabila tertiup oleh angin kencang dan melayang-layang lagi di udara (Wardhana, 2001). Menurut Departemen Kesehatan RI tahun 1994 yang dikutip oleh Sihombing (2006), sifat-sifat debu adalah sebagai berikut:

1. Mengendap

Debu cenderung mengendap karena gaya grafitasi bumi. Namun karena ukurannya yang relatif kecil berada di udara. Debu yang mengendap dapat mengandung proporsi partikel yang lebih besar dari debu yang terdapat di udara. 2. Permukaan cenderung selalu basah

Permukaan debu yang cenderung selalu basah disebabkan karena permukaannya selalu dilapisi oleh lapisan air yang sangat tipis. Sifat ini menjadi penting sebagai upaya pengendalian debu di tempat kerja.

3. Menggumpal

(35)

4. Listrik statis (elektrostatik)

Sifat ini menyebabkan debu dapat menarik partikel lain yang berlawanan. Adanya partikel yang tertarik ke dalam debu akan mempercepat terjadinya proses penggumpalan.

5. Opsis

Opsis adalah debu atau partikel basah atau lembab lainnya dapat memancakan sinar yang dapat terlihat pada kamar gelap. Menurut sifatnya, partikel dapat menimbulkan rangsangan saluran pernapasan, kematian karena bersifat racun, alergi, fibrosis, dan penyakit demam (Agusnar, 2008).

2.3.3. Sumber- Sumber Debu

Sumber pencemar partikel (debu) dapat berasal dari peristiwa alami dan dapat juga berasal dari ulah manusia dalam rangka mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik. Pencemaran partikel yang berasal dari alam (Wardhana, 2001) antara lain: 1. Debu tanah/pasir halus yang terbang terbawa oleh angin kencang.

2. Abu dan bahan-bahan vulkanik yang terlempar ke udara akibat letusan gunung berapi.

3. Semburan uap air panas di sekitar daerah sumber panas bumi di daerah pegunungan.

(36)

Debu yang terdapat di dalam udara terbagi dua, yaitu deposite particulate matter adalah partikel debu yang hanya berada di udara, partikel ini segera mengendap karena ada daya tarik bumi. Dan Suspended particulate matter adalah debu yang tetap berada di udara dan tidak mudah mengendap (Yunus, 1997).

2.3.4. Nilai Ambang Batas (NAB) untuk Debu

Nilai ambang batas adalah kadar tertinggi suatu zat dalam udara yang diperkenankan, sehingga manusia dan makhluk lainnya tidak mengalami gangguan penyakit atau menderita karena zat tersebut (Agusnar, 2008).

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara dijelaskan mengenai pengertian baku mutu udara ambien, yaitu ukuran batas atau kadar zat, energi dan/atau komponen yang ada atau yang seharusnya ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam udara ambien. Baku mutu kadar debu dalam udara ambien yang tercantum di dalam PP RI No. 41 tahun 1999 tersebut untuk PM10 (Partikel <10 μm) adalah 150 μg/m3.

2.3.5. Dampak Pencemaran Debu terhadap Manusia

(37)

Permukaan kulit juga dapat menjadi pintu masuk bahan polutan di udara khususnya bahan organik dapat melakukan penetrasi kulit dan dapat menimbulkan efek sistemik (Aditama, 1992). Kerusakan kesehatan akibat debu tergantung pada lamanya kontak, konsentrasi debu dalam udara, jenis debu itu sendiri dan lain-lain (Agusnar, 2008).

Ukuran debu atau partikel yang masuk ke dalam paru-paru akan menentukan letak penempelan atau pengendapannya. Partikel yang terhisap oleh manusia dengan ukuran kurang dari 1 mikron akan ikut keluar saat napas dihembuskan. Partikel yang berukuran 1-3 mikron akan masuk ke dalam kantong udara paru-paru, menempel pada alveoli. Partikel berukuran 3-5 mikron akan tertahan pada saluran pernapasan bagian tengah. Partikel yang berukuran di atas 5 mikron akan tertahan di saluran napas bagian atas (Sunu, 2001). Penyakit peneumokoniosis banyak jenisnya, tergantung dari jenis partikel yang masuk atau terhisap ke dalam paru-paru.

2.4. Industri Pabrik Kelapa Sawit

Kelapa sawit merupakan tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel) dan berbagai jenis turunannya seperti minyak alkohol, margarin, lilin, sabun, industri kosmetika, industri baja, kawat, radio, kulit, dan industri farmasi. Sisa pengolahannya dapat dimanfaatkan menjadi kompos dan campuran pakan ternak (Soepadiyo, 2008).

(38)

CPO, dan Perkebunan Besar Swasta seluas 3,4 juta Ha dengan produksi 9.254.000 ton CPO. Sedangkan untuk luas areal pertanaman kelapa sawit Indonesia tahun 2008 yang belum menghasilkan seluas 2,8 juta Ha ( Ditjenbun, 2008).

Dalam operasional Pabrik Kelapa Sawit, salah satu kegiatan dalam pengelolaan lingkungan adalah melakukan pengukuran dan pemantauan emisi udara. Penggunaan boiler atau ketel uap dengan bahan bakar berupa serabut dan cangkang sawit (Abunajmu, 2007).

2.5.Baku Mutu Udara Ambien

Menurut Srikandi Fardiaz (2010) untuk menghindari terjadinya pencemaran udara di lingkungan ditetapkan baku mutu udara yang dapat dibedakan atas baku mutu udara ambien dan baku mutu udara emisi. Baku mutu udara ambien adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar terdapat di udara, namun tidak menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup, tumbuh – tumbuhan dan atau benda. Baku mutu udara emisi adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar untuk dikeluarkan dari sumber pencemaran ke udara, sehinga tidak mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien.

Berdasarkan Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun1999 tentang pengendalian pencemaran udara, nilai ambang batas kadar karbon monoksida (CO) yang diperbolehkan di udara sebesar 30.000 µg/ Nm3 dalam 1 jam pengukuran.

(39)

yang seharusnya ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam udara ambien. Baku mutu kadar debu dalam udara ambien yang tercantum di dalam PP RI No. 41 tahun 1999 tersebut untuk PM10 (Partikel <10 μm) adalah 150 μg/m3.

2.6. Prosedur Pengukuran Kadar Debu di udara

Pengukuran kadar debu di udara bertujuan untuk mengetahui apakah kadar debu pada suatu lingkungan, konsentrasinya sesuai dengan kondisi lingkungan yang aman dan sehat bagi masyarakat. Dengan kata lain, apakah kadar debu tersebut berada di bawah atau di atas nilai ambang batas (NAB) debu udara (Asiah, 2008).

Pengambilan/pengukuran kadar debu di udara biasanya dilakukan dengan metode gravimetric, yaitu dengan cara menghisap dan melewatkan udara dalam volume tertentu melalui saringan serat gelas/kertas saring. Alat-alat yang biasanya digunakan untuk pengambilan sampel debu total (TSP) di udara (Asiah, 2008), seperti:

1. High Volume Air Sampler

Alat ini menghisap udara ambien dengan pompa berkecepatan 1,1 - 1,7 m3/menit, partikel debu berdiameter 0,1-100 mikron akan masuk bersama aliran udara melewati saringan dan terkumpul pada permukaan serat gelas. Alat ini dapat digunakan untuk mengambil contoh udara selama 24 jam, dan bila kandungan partikel debu sangat tinggi maka waktu pengukuran dapat dikurangi menjadi 6-8 jam.

2. Low Volume Air Sampler

(40)

berukuran 10 mikron. Dengan mengetahui berat kertas saring sebelum dan sesudah pengukuran maka kadar debu dapat dihitung.

3. Low Volume Dust Sampler

Alat ini mempunyai prinsip kerja dan metode yang sama dengan alat low volume air sampler.

4. Personal Dust Sampler (LVDS)

Alat ini biasa digunakan untuk menentukan Respiral Dust (RD) di udara atau debu yang dapat lolos melalui filter bulu hidung manusia selama bernapas. Untuk flow rate 2 liter/menit dapat menangkap debu yang berukuran < 10 mikron. Alat ini biasanya digunakan pada lingkungan kerja dan dipasang pada pinggang pekerja karena ukurannya yang sangat kecil.

2.7. Penentuan Lokasi dan Titik Pengambilan Sampel Udara Ambien

Secara umum, sampel udara ambien diambil di daerah pemukiman penduduk, perkantoran, kawasan industri, atau daerah lain yang dianggap penting. Tujuannya adalah untuk mengetahui kualitas udara yang dapat dipengaruhi oleh kegiatan tertentu. Kriteria yang dapat dipertimbangkan dalam menentukan lokasi pengambilan sampel udara ambien (Hadi, 2005), yaitu:

1. Daerah yang mempunyai konsentrasi pencemar tinggi 2. Daerah padat penduduk

3. Daerah yang diperkirakan menerima paparan pencemar dari emisi cerobong industri

(41)

Di samping itu, faktor meteorologi, seperti arah angin, kecepatan angin, suhu udara, kelembapan, dan faktor geografi, seperti topografi dan tata guna lahan, harus dipertimbangkan. Beberapa acuan dalam menentukan titik pengambilan (Hadi, 2005) adalah:

1. Hindari daerah yang dekat dengan gedung, bangunan, dan/atau pepohonan yang dapat mengabsorpsi atau mengadsorpsi pencemar udara ke gedung atau pepohonan tersebut.

2. Hindari daerah di mana terdapat pengganggu kimia yang dapat memengaruhi polutan yang akan diukur.

3. Hindari daerah di mana terdapat pengganggu fisika yang dapat memengaruhi hasil pengukuran. Sebagai ilustrasi, pengukuran total partikulat di dalam udara ambien tidak diperkenankan di dekat insinerator.

2.8. Dampak Pencemaran Udara Terhadap Gangguan Saluran Pernapasan 2.8.1. Anatomi Pernapasan

(42)

didalamnya terdapat jantung dan pembuluh darah besar. Setiap paru mempunyai apeks dan basis. Jika arteri pulmonalis dan darah arteria bronkialis, bronkus, saraf, dan pembuluh limfe masuk ke setiap paru menunjukan telah terjadi gangguan paru, yaitu terbentuknya hilus berupa akar paru. Paru kanan lebih besar dari paru kiri dan di bagi 3 lobus oleh fistrus interlobaris, sedangkan paru-paru kiriterbagi menjadi 2 lobus (Price dan Wilson, 1994).

2.8.2. Mekanisme Pernapasan

Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis walau dalam keadaan tertidur sekalipun, karena sistem pernapasan dipengaruhi oleh susunan saraf otonom. Menurut tempat terjadinya pertukaran gas maka pernapasan dapat dibedakan atas 2 jenis, yaitu pernapasan luar dan pernapasan dalam. Pernapasan luar adalah pertukaran udara yang terjadi antara udara dalam alveolus dengan darah dalam kapiler. Pernapasan dalam adalah pernapasan yang terjadi antara darah dalam kapiler dengan sel-sel tubuh. Masuk keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh perbedaan tekanan udara dalam rongga dada dengan tekanan udara di luar tubuh. Jika tekanan diluar rongga dada lebih besar, maka udara akan masuk. Sebaliknya, apabila tekanan dalam rongga dada lebih besar maka udara akan keluar (Surya, 1990).

(43)

1. Pernapasan Dada a. Fase inspirasi

Fase ini berupa berkontraksinya otot antar tulang rusuk sehingga rongga dada mengembang. Pengembangan rongga dada menyebabkan volume paru-paru juga mengembang akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.

b. Fase ekspirasi

Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antar tulang rusuk ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Rongga dada yang mengecil menyebabkan volume paru-paru juga mengecil sehingga tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar dari pada tekanan luar. Hal tersebut menyebabkan udara dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar.

2. Pernapasan perut

Pernapasan perut merupakan pernapasan yang mekanismenya melibatkan aktivitas otot-otot diafragma yang membatasi rongga perut dan rongga dada. Mekanisme pernapasan perut dapat dibedakan menjadi dua fase, yakni:

a. Fase inspirasi

(44)

b. Fase ekspirasi

Fase ekspirasi merupakan fase relaksasi otot diafragma (kembali ke posisi semula) sehingga rongga dada mengecil dan tekanan udara di dalam paruparu lebih besar daripada tekanan udara luar, akibatnya udara keluar dari paru-paru.

2.8.3. Gangguan Saluran Pernapasan

Saluran pernapasan adalah organ dimulai dari hidung sampai alveoli beserta organ adneks seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah atau pleura. Gangguan saluran pernapasan adalah ganguan pada organ mulai dari hidung sampai alveoli serta organ-organ adneksnya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Depkes RI, 1999).

Gangguan saluran pernapasan menurut Wardhana (2004) adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh adanya partikel atau debu yang masuk dan mengendap di dalam paru-paru dan polusi udara lainnya.

2.8.4. Gejala-gejala Gangguan Saluran Pernapasan

Penyakit paru atau saluran napas dengan gejala umum maupun gejala pernapasan antara lain batuk, batuk darah, sesak nafas dan nyeri dada. Secara terinci yaitu (Surya,1990):

a. Batuk

(45)

perasaan adanya sesuatu didalam saluran napas. Batuk yang tidak disadari terjadi akibat refleks yang dipacu oleh perangsangan laring, trakhea atau bronkhi yang besar karena hilangnya compliance paru. Batuk merupakan gejala yang paling umum akibat pernapasan. Rangsangan yang biasanya menimbulkan batuk adalah rangsangan mekanik dan kimia. Inhalasi debu, asap dan benda-benda asing berukuran kecil merupakan penyebab batuk yang paling sering (Surya,1990).

c. Batuk Darah

Batuk berdarah adalah batuk yang disertai darah. Jika darahnya sedikit dan tipis kemungkinan adalah luka lecet dari saluran napas, karena batuk yang terlalu kuat. Batuk berdarah dengan darah yang tipis dan sedikit bisa terjadi pada penderita maag kronis dimana maag penderita mengalami luka akibat asam lambung yang berlebih. Batuk berdarah dengan jumlah darah yang banyak biasanya terjadi pada penderita TB paru (tuberculosis paru) yang sudah lama dan tidak diobati. Batuk berdarah pada penderita TBC merupakan suatu hal gawat darurat (emergency) karena dapat menyebabkan kematian dan harus mendapat pertolongan yang cepat. Pengobatan batuk berdahak adalah memberikan antibiotik, dicari penyebabnya jika karena TBC maka harus diberikan obat TBC, diberikan obat penekan batuk (Surya,1990).

d. Sesak Napas

(46)

sangat banyak sekali mulai dari infeksi, alergi, inflamasi bahkan keganasan. Hal-hal yang bisa menyebabkan sesak napas antara lain :

1. Faktor psikis.

2. Peningkatan kerja pernapasan.

a. Peningkatan ventilasi (Latihan jasmani, hiperkapnia, hipoksia, asidosis metabolik). b. Sifat fisik yang berubah ( Tahanan elastis paru meningkat, tahanan elastis dinding toraks meningkat, peningkatan tahanan bronkial).

3. Otot pernapasan yang abnormal

a. Penyakit otot ( Kelemahan otot, kelumpuhan otot, distrofi). b. Fungsi mekanis otot berkurang.

Dispnea atau sesak napas bisa terjadi dari berbagai mekanisme seperti jika ruang fisiologi meningkat maka akan dapat menyebabkan gangguan pada pertukaran gas antara O2 dan CO2.

Begitu juga jika terjadi peningkatan tahanan jalan napas maka pertukaran gas juga akan terganggu dan juga dapat menyebabkan dispnea. Dispnea juga dapat terjadi pada orang yang mengalami penurnan terhadap compliance paru, semakin rendah kemampuan terhadap compliance paru maka makin besar gradien tekanan transmural yang harus dibentuk selama inspirasi untuk menghasilkan pengembangan paru yang normal.

(47)

sehingga terjadi sesak napas. Pada orang normal ruang mati ini hanya berjumlah sedikit dan tidak terlalu penting, namun pada orang dalam keadaan patologis pada saluran pernapasan maka ruang mati akan meningkat (Surya, 1990).

e. Nyeri dada

Nyeri dada merupakan salah satu keluhan yang paling banyak ditemukan di klinik. Sebahagian besar penderita merasa ketakutan bila nyeri dada tersebut disebabkan oleh penyakit jantung ataupun penyakit paru yang serius. Diagnosa yang tepat sangat tergantung dari pemeriksaan fisik yang cermat, pemeriksaan khusus lainnya serta anamnesa dari sifat nyeri dada mengenai lokasi, penyebaran, lama nyeri serta faktor pencetus yang dapat menimbulkan nyeri dada. Salah satu bentuk nyeri dada yang paling sering ditemukan adalah angina pektoris yang merupakan gejala penyakit jantung koroner dan dapat bersifat progresif serta menyebabkan kematian, sehingga jenis nyeri dada ini memerlukan pemeriksaan yang lebih lanjut dan penangannan yang serius (Surya , 1990 ).

Sedangakan menurut Anwar gejala-gejala gangguan saluran pernafasan adalah: a. Pilek

(48)

umum adalah ingusan, bersin, penyumbatan hidung, sakit kepala, sakit tenggorokan dan batuk (Anwar, 2004).

Tanda dan gejala umum pilek yaitu :

1. Demam dan perasaan dingin yang ekstrem (menggigil, gemetar)

2. Batuk

3. Hidung tersumbat

4. Nyeri tubuh, terutama sendi dan tenggorokan 5. Kelelahan

6. Nyeri kepala

7. Iritasi mata, mata berair

8. Mata merah, kulit merah (terutama wajah), serta kemerahan pada mulut, tenggorokan, dan hidung

b. Asma

Asma adalah penyakit yang menyerang cabang-cabang halus bronkus yang tidak memiliki kerangka cincin tulang rawan, sehingga terjadi penyempitan mendadak. Akibatnya penderita sesak napas, sehingga untuk membantu pernapasan seluruh otot-otot pernapasan difungsikan secara maksimal. Penyebab asma adalah alergi atau peka terhadap berbagai bahan seperti: butir-butir sari bunga, bulu kucing, spora jamur dan sebagainya.

c. Infeksi tenggorokan/ Faringitis

(49)

Radang ini bisa disebabkan oleh virus atau bakteri, disebabkan daya tahan yang lemah. Faringitis biasanya disebabkan oleh bakteri streptococcus. Pengobatan dengan antibiotika hanya efektif apabila karena terkena bakteri.

2.9. Penanggulangan Dampak Pencemaran Lingkungan

Pencemaran lingkungan mempunyai dampak yang sangat luas dan sangat merugikan manusia maka perlu diusahakan pengurangan pencemaran lingkungan atau bila mungkin meniadakan sama sekali. Usaha untuk mengurangi dan menanggulangi pencemaran tersebut ada 2 macam cara utama yaitu penanggulangan secara non-teknis dan penanggulangan secara teknis.

2.9.1. Penanggulangan secara Non-Teknis

Penganggulangan secara non-teknis yaitu suatu usaha untuk mengurangi dan menanggulangi pencemaran lingkungan dengan cara menciptakan peraturan perundangan yang dapat merencanakan, mengatur, dan mengawasi segala macam bentuk kegiatan industri dan teknologi sedemikian rupa sehingga tidak terjadi pencemaran lingkungan (Agusnar, 2007).

Peraturan perundangan yang dimaksud hendaknya dapat memberikan gambaran secara jelas tentang kegiatan industri dan teknologi yang akan dilaksanakan di suatu tempat yang meliputi:

1. Penyajian Informasi Lingkungan (PIL)

(50)

5. Menanamkan perilaku disiplin. 2.9.2. Penanggulangan secara Teknis

Kriteria yang digunakan dalam memilih dan menentukan cara yang digunakan dalam penanggulangan secara teknis tergantung pada faktor berikut:

1. Mengutamakan keselamatan lingkungan 2. Teknologinya telah dikuasai dengan baik

3. Secara teknis dan ekonomis dapat dipertanggungjawabkan.

Berdasarkan kriteria tersebut di peroleh beberapa cara penanggulangan secara teknis, Antara lain sebagai berikut:

1. Mengubah Proses

2. Mengganti Sumber Energi 3. Mengelola Limbah

(51)

2.10. Kerangka Konsep

22 Desember 2010.

Kualitas Udara dikawasan Pabrik Industri Kelapa Sawit PTPN IV

Sosa II CO (Karbon monoksida) PM10 (Particulate matter)

Karakteristik Penduduk 1. Umur

2. Lama bermukim 3. Pekerjaan

Keluhan Gangguan Pernafasan Pada Masyarakat di Kawasan

Industri Pabrik Kelapa Sawit PP RI No 41

tahun 1999

Memenuhi Syarat

(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, karena penulis ingin mengetahui gambaran kualitas udara berupa kadar debu (PM10) dan karbon monoksida serta keluhan gangguan pernapasan yang dialami masyarakat di kawasan industri pabrik kelapa sawit PTPN IV Sosa II kabupaten Padang Lawas tahun 2013.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan disekitar daerah pemukiman sebelah kanan (±100m), kiri (±80 m) dan depan pabrik (±50 m) dari kawasan industri pabrik kelapa sawit karena lokasi tersebut merupakan potensi terbesar oleh kadar debu (PM10) dan karbon monoksida (CO). Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Agustus-September 2013 disekitar kawasan industri pabrik kelapa sawit PTPN IV Sosa Kabupaten Padang Lawas.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

(53)

3.3.2. Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara pengambilan sampel acak stratifikasi proporsional (Proportional stratified random sampling) , karena jumlah sampel penelitian berbeda antara strata yang satu dengan strata yang lain.

Adapun titik pengukuran dilakukan pada tiga titik yaitu:

1. Titik satu berada pada 100 m dari pemukiman disebelah kiri pabrik, pengukuran disini dilakukan yaitu satu kali untuk pengukuran karbon monoksida dan satu kali pengukuran kadar debu. Alasan dilakukan lokasi titik pengambilan sampel disini karena truk-truk buah yang menunggu antrian masuk kedalam pabrik, banyak mengeluarkan gas karbon monoksida, juga dapat mengeluarkan debu dari lintasan truk dijalan raya yang mengakibatkan pencemaran udara diarea pemukiman masyarakat sekitar pabrik.

2. Titik kedua berada pada 80 m dari pemukiman disebelah kanan pabrik, pengukuran disini dilakukan yaitu satu kali untuk pengukuran karbon monoksida dan satu kali pengukuran kadar debu. Alasannya dilakukan lokasi titik pengambilan sampel disini karena lebih dekat ke jalan raya yang banyak berkontribusi mengeluarkan partikel debu dan mengakibatkan pencemaran udara .

(54)

disini karena lebih dekat dari sumber yaitu polusi dari cerobong pabrik kelapa sawit.

Adapun kriteria sampel pada penelitian ini adalah:

1. Kriteria Inklusi yaitu ibu rumah tangga yang tidak memiliki keluhan gangguan pernafasan sebelum tinggal dikawasan industri pabrik kelapa sawit.

2. Kriteria Eksklusi yaitu ibu rumah tangga yang tinggal dikawasan industri pabrik kelapa sawit kurang dari setahun.

Menurut Soekidjo Notoatmojo (1988) jika populasi < 10.000 maka besar sampel dalam penelitian ini diperoleh dari rumus:

N N : Populasi = 200 orang

n = d : Presisi Absolut = 0,1

1+ N (d2)

Dengan mensubstitusi nilai Ndan d kedalam formula besar sampel, maka:

200 =

1 + 200 ( 0,12)

200 =

1+ 200 ( 0,01 )

200 =

(55)

= 66,6 = 66

Diketahui :

n = Besar sampel

N = Besar populasi

d = Presisi absolut yang diinginkan (0,1)

Dengan jumlah populasi sebesar 200 orang, maka sampelnya adalah 66 orang. Dengan demikian dapat diketahui jumlah sampel yang akan diambil disebelah kanan dan kiri dari pabrik kelapa sawit yaitu:

1. Besar sampel sebelah kanan pabrik ( 130 orang) 130

n = × 66 = 43 orang 200

2. Besar sampel sebelah kiri pabrik ( 70 orang) 70

n = × 66 = 23 orang 200

3.4. Objek Penelitian

(56)

3.5. Metode Pengumpulan Data 3.5.1. Data Primer

1. Data hasil pengukuran kadar debu (PM10) dan karbon monoksida (CO) diudara yang diperoleh langsung dari pengukuran yang telah dilakukan.

2. Wawancara langsung dengan ibu yang tinggal di sekitar pabrik kelapa sawit PTPN IV Sosa yang terpilih sebagai sampel penelitian.

3. Pengukuran dilakukan pada siang hari, dilakukan satu kali pengukuran pada tanggal ( 20 agustus 2013).

3.5.2. Data Skunder

Data skunder diperoleh dari literatur maupun instansi yang ada hubungannya dengan objek penelitian.

3.6. Metode Pengambilan Objek

3.6.1. Prosedur Pengukuran Kadar Debu (PM10)

Pengambilan objek penelitian menggunakan HAZ-DUST Model EPAM-5000 yang merupakan jenis High Volume Air Sampler dan menggunakan metode Gravimetric, yaitu dengan cara:

1. Alat diletakkan 1,5 meter diatas tanah dalam kondisi batre full. 2. Tekan tombol ON/OFF

3. Masukkan filter sesuai denagan jenis debu yang di inginkan ( misal, 1,2,5,10 mikron, atau TSP) kedalam sleeve arm.

4. Pilih menu Size Select.

(57)

6. Tekan tombol Run ( alat akan bekerja) 7. Setelah selesai tekan tombol Enter.

8. Pilih menu Review Data ( untuk melihat konsentrasi debu).

3.6.2. Prosedur Pengukuran Kadar Karbon Monoksida ( CO)

Prosedur pengukuran karbon monoksida di udara dengan menggunakan CO Analyzer, sebagai berikut:

1. Alat di Letakkan 1,5 meter di atas tanah 2. Tekan tombol ON/OFF

3. Alat distabilkan selama 2 menit

4. Tekan tombol DOWN, sampai keluar tanda RECORD di sudut kanan atas dari dispaly (RECORD untuk menangkap polutan karbon monoksida)

5. Atur waktu selama 1 jam untuk melakukan pengukuran karbon monoksida di udara ambien

6. Tekan tombol RECORD untuk pemberhentian pengukuran.

7. Data di transfer ke komputer, untuk dilakukan pembacaan hasil pengukuran. 3.7. Defenisi Operasional

(58)

2. Kawasan pabrik kelapa sawit adalah kawasan yang memiliki potensi terbesar terjadinya pencemaran lingkungan, khususnya pencemaran udara.

3. Karbon monoksida adalah banyaknya karbon monoksida dalam µg/m3 sebelah kiri pabrik ±100 m dari pemukiman, sebelah kanan pabrik ± 80 m dan depan cerobong ± 50 m di kawasan industri pabrik kelapa sawit PTPN IV kebun Sosa II Kabupaten Padang Lawas di ukur dengan menggunakan CO Analyzer. 4. Debu adalah partikel-partikel zat padat yang ada di kawasan industri kelapa

sawit.

5. Keluhan gangguan saluran pernafasan adalah gangguan saluran pernafasan yang didasarkan pada subjektifitas yang dirasakan responden berupa batuk, batuk darah, sesak napas,nyeri dada dan pilek.

6. Umur adalah lama orang hidup yang dihitung sejak orang tersebut lahir sampai pada waktu penelitian ini, data diperoleh dari hasil pengisian kuesioner.

(59)

3.8. Aspek pengukuran 3.8.1. Kadar Debu (PM10)

Mengukur kadar debu diudara dengan menggunakan High Volume Air Sampler dibandingkan dengan Baku Mutu Udara Ambien Nasional Peraturan Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tercantum di dalam PP RI No. 41 tahun 1999 tersebut untuk PM10(Partikel <10 μm) adalah 150 μg/m3

3.8.2. Kadar Karbon Monoksida (CO)

Mengukur kadar karbon monoksida diudara dengan menggunakan alat

Analyzer. Hasil pengukuran dibandingkan dengan Baku Mutu Udara Ambien

Nasional Peraturan Republik Indonesia Nomor 41 mengenai kadar karbon monoksida sebesar 30.000μg/m3

. Pengukuran dilakukan selama 1 jam. 3.8.3. Keluhan gangguan saluran pernafasan

Untuk mengetahui keluhan gangguan pernafasan, yang dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang pengkategoriannya sebagai berikut:

a. Terjadi gangguan keluhan saluran pernafasan jika responden mengatakan adanya salah satu keluhan batuk, batuk darah, nyeri dada, sesak nafas dan pilek pada saat pengambilan data

b. Tidak terjadi keluhan gangguan saluran pernafasan jika responden tidak mengatakan adanya salah satu keluhan batuk, batuk darah, nyeri dada, sesak nafas dan pilek saat pengambilan data.

3.8.4. Karakteristik Penduduk

(60)

Umur ibu rumah tangga di kategorikan sebagai berikut: 1. Ibu rumah tangga yang berumur ≤ 20 tahun 2. Ibu rumah tangga yang berumur 21-40 tahun 3. Ibu rumah tangga yang berumur ≥ 41 tahun 2. Lama bermukim

Lama bermukim dikategorikan sebagai berikut: 1. Lama bermukim ≤ 5 tahun

2. Lama bermukim ≥ 5 tahun 3. Pekerjaan/ Aktivitas

Pekerjaan/ Aktivitas dikategorikan sebagai berikut:

1. Guru

2. Wiraswasta 3. Pedagang

3.8.5. Keluhan Gangguan Pernapasan

Keluhan kesehatan dilihat berdasarkan jenis keluhan gangguan pernapasan yang dirasakan responden, yaitu

1. Batuk

2. Sesak 3. Pilek

(61)

3.9. Teknik Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan cara: 1. Editing

Memeriksa data terlebih dahuu apakah telah sesuai seperti yang diharapkan, misalnya memeriksa kelengkapan, kesinambungan dan keseragaman data.

2. Koding

Menyederhanakan semua jawaban jika cara pengumpulan data menggunakan pertanyaan. Menyederhanakan jawaban tersebut dilakukan dalam bentuk memberikan simbol-simbol tertentu.

3. Tabulasi

Mengelompokkan data dalam suatu tabel tertentu menurut sifat-sifat yang dimilikinya sesuai dengan tujuan penelitian.

3.10. Teknik Analisa Data

(62)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Kebun dan Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV Kebun Sosa II PTP Nusantara IV (Persero) sebagai salah satu BUMN yang bergerak dibidang Agrobisnis, mengemban tugas Tri Dharma Perkebunan dengan Visi membangun PTPN-IV (Persero) menjadi Agribisnis Perkebunan yang tangguh dan Misi menjalankan usaha agar bisnis Perkebunan guna meningkatkan daya saing produk secara terus menerus menghasilkan laba berkesinambungan dengan mengelola usaha secara profesional serta memberikan perhatian dan peran kepada masyarakat lingkungan. Adapun Tri Dharma BUMN Perkebunan yaitu :

1. Penciptaan lapangan kerja

2. Peningkatan devisa untuk negara

3. Pemeliharaan kelestarian alam & lingkungan

PTP. Nusantara IV (Persero) Medan sebagai pelopor utama pembukaan areal kelapa sawit di Kecamatan Sosa yang tadinya merupakan Padang Ilalang dan Hutan yang tidak produktif dengan keberadaan PTPN-IV di Kecamatan Sosa areal berubah menjadi tanaman Kelapa Sawit yang terdiri dari tanaman Kebun Inti dan Plasma. 4.1.1. Sejarah Singkat Kebun Sosa dan PKS

(63)

Padang Lawas berubah menjadi Savana. Keadaan tersebut membuat lokasi Padang Bolak terpilih sebagai objek Pembangunan Kebun Inti dan Plasma.

PIR Trans Sosa berlokasi di Kecamatan Hutaraja Tinggi Kabupaten Padang Lawas, Propinsi Sumatera Utara. Jarak dari Kantor Direksi Medan ± 625 KM, dari Kota Kabupaten Sibuhuan ± 35 Km dan dari kota Kecamatan Panyabungan ± 15 Km. Adapun dasar pembangunan Kebun Inti dan Plasma :

1. Surat PNP VII (saat ini PTPN-IV) kepada Gubernur KDH Tingkat I Propinsi Sumatera Utara No. 07.07/X/280/1983 tanggal 31 Kamiaro 1983

2. Surat Menteri Muda Urusan Peningkatan Produksi Tanaman Keras No. 44/Menmud/UPPTK/V/1983, tanggal 21 Mei 1983

Tindak lanjut dari Surat Menteri Muda Urusan peningkatan Produksi tanaman keras tersebut, PNP VII (saat ini PTPN-IV) melalui surat-surat No.07.07/X/280/1983 tanggal 29 Agustus 1983 dengan perincian sebagai berikut :

Untuk Kebun Inti seluas 24.000 Ha Untuk Kebun Plasma seluas 24.000 Ha

Pemerintah Daerah Tingkat II Tapanuli Selatan melalui Surat No. 133338/22/1983, tanggal 04 Oktober 1983 telah menyetujui permohonan Pembangunan Kebun Inti dan Plasma seluas 48.000 Ha di Kecamatan Sosa Kabupaten Tapanuli Selatan.

4.1.2.

Gambar

Tabel 2.1. Parameter pencemar Udara
Tabel 2.2. Baku Mutu Udara Emisi Sumber Bergerak
Tabel 2.3. Pengaruh Konsentrasi COHb di dalam Darah terhadap Kesehatan
Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Kawasan Pabrik Kelapa
+7

Referensi

Dokumen terkait