• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Karakteristik, Kualitas Udara (SO2 dan Partikel Debu) dengan Keluhan Gangguan Pernapasan Pada Masyarakat Sekitar Pabrik Gula Sei Semayang (PGSS) di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Karakteristik, Kualitas Udara (SO2 dan Partikel Debu) dengan Keluhan Gangguan Pernapasan Pada Masyarakat Sekitar Pabrik Gula Sei Semayang (PGSS) di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014"

Copied!
153
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KARAKTERISTIK, KUALITAS UDARA AMBIEN (SO2

(PGSS) DI KABUPATEN DELI SERDANG

DAN PARTIKEL DEBU) DENGAN KELUHAN GANGGUAN PERNAPASAN

PADA MASYARAKAT SEKITAR PABRIK GULA SEI SEMAYANG TAHUN 2014

TESIS

Oleh

TITI KARSITA LINGGA 127032212/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

(2)

CORRELATION OF THE CHARATERISTIC, AMBIENT AIR QUALITY (SO2 AND DUST PARTICLES) WITH THE COMPLAINT ABOUT

RESPIRATORY DISTRUBANCE IN THE COMMUNITY THAT LIVE IN THE VICINITY OF SEI SEMAYANG SUGAR PLANT

(PGSS) IN DELI SERDANG DISTRICT IN 2014

TESIS

BY

TITI KARSITA LINGGA 127032212/IKM

MAGISTRATE IN PUBLIC HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

HUBUNGAN KARAKTERISTIK, KUALITAS UDARA AMBIEN (SO2

(PGSS) DI KABUPATEN DELI SERDANG

DAN PARTIKEL DEBU) DENGAN KELUHAN GANGGUAN PERNAPASAN

PADA MASYARAKAT SEKITAR PABRIK GULA SEI SEMAYANG TAHUN 2014

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri

pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

TITI KARSITA LINGGA 127032212/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

(4)
(5)

Telah di uji

Pada Tanggal : 29 Agustus 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. dr. Wirsal Hasan, M.P.H Anggota : 1. Ir. Indra Chahaya S, Msi

(6)

PERNYATAAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK, KUALITAS UDARA AMBIEN (SO2

(PGSS) DI KABUPATEN DELI SERDANG

DAN PARTIKEL DEBU) DENGAN KELUHAN GANGGUAN PERNAPASAN

PADA MASYARAKAT SEKITAR PABRIK GULA SEI SEMAYANG TAHUN 2014

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Oktober 2014

(7)

ABSTRAK

Saat ini, industri berperan penting dalam kehidupan umat manusia. Dalam perspektif ekonomi, sangat penting bagi negara-negara dalam menyediakan berbagai lowongan pekerjaan bagi jutaan orang di seluruh dunia. Namun demikian, kegiatan di sektor industri memiliki potensi menyebabkan polusi udara. Kegiatan Pabrik Gula di Sei Semayang (PGSS) pada masa penggilingan telah menyebabkan udara di sekitar pabrik kotor dan tercemar oleh debu dari cerobong asap pabrik.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan karakteristik, kualitas udara ambien (SO2 dan Partikel Debu) dengan keluhan gangguan

pernapasan pada masyarakat yang tinggal di sekitar Pabrik Gula Sei Semayang (PGSS) di Kabupaten Deli Serdang. Jenis penelitian ini mengunakan studi cross – sectional dengan pengambilan sampel menggunakan stratifikasi proporsional (Proportional Stratified Random Sampling). Adapun sampel dalam penelitian ini adalah ibu atau anak perempuan yang sudah menikah yang tinggal di sekitar Pabrik Gula Sei Semayang Kabupaten Deli Serdang sebanyak 60 orang. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan pengukuran Kadar SO2

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan terhadap keluhan gangguan pernapasan yaitu variabel lokasi bermukim, jarak bermukim dan lama bermukim yaitu lokasi bermukim (OR = 1,261 dan p = 0.008), jarak bermukim (OR = 2,811 dan p = 0,017) dan lama bermukim (OR = 2,388 dan p = 0,008) .

dan Partikel Debu.

Disarankan kepada masyarakat agar pada musim giling perlu menggunakan masker untuk mencegah masuknya debu ke dalam saluran pernapasan pada saat keluar rumah, menutup pintu dan ventilasi rumah agar debu dari pabrik tidak sampai masuk ke dalam rumah, dilengkapi dengan eternity dan menanam tanam – tanaman atau pepohonan di sekitar rumahnya seperti pohon mahoni dan bungur terutama di depan rumah atau di dekat ventilasi rumah untuk mengurangi pencemar debu yang beterbangan di luar rumah masuk ke dalam rumah

(8)

ABSTRACT

At present, industry has an important role in the life of humanity. In the economic perspective, it is very important for states in providing numerous job vacancies for millions people worldwide. Neverthless, activies in industrial sectors have the potential of causing air polution. Activities of Sugar Mill in Sei Semayang (PGSS) at a milling time have caused air condition around the factory dirty and polluted by dust from the factory smokestack.

The purpose of this study was to determine the relationship of characteristics, ambient air quality (SO2 and Dust Particles) with complaints of respiratory disorders in the communities living around the sugar factory Sei Semayang (PGSS) in Deli Serdang. This type of research uses a cross - sectional by using stratified proportional sampling (Proportional stratified random sampling). The samples in this study were mothers of people who live around Sugar Factory Sei Semayang Deli Serdang many as 60 people. Data collection using questionnaires and measurements of SO2 levels and Dust Particle.

The results of the study are related and affect the respiratory disturbance complaints ie location reside (OR = 1.261 and p = 0.008), distance settled (OR = 2.811 and p = 0.017) and long lived (OR = 2.388 and p = 0.008).

It is suggested to the public that the milling season need to use a mask to prevent the entry of dust into the respiratory tract, closing the house ventilation with wire netting to keep dust from the factory not to go into the house and equipped with eternity and planting planting - plants or trees around his house, especially in front of the house or near the house ventilation to reduce dust pollutants yangbeterbangan outdoors into the house

(9)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah serta Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis ini dengan judul “ Hubungan Karakteristik, Kualitas Udara (SO2

Tesis ini penulis persembahkan kepada Alm Papa Aziz Sinulingga dan Mama Hj Etty Hernawati Tamboen yang telah memberikan kasih sayang yang tidak henti – hentinya, dukungan moral maupun materil dan do’a kepada penulis dan yang menjadi motivasi penulis selama ini. Semoga Allah memberikan kebahagian kepada keduanya baik di dunia maupun di akhirat. Amin

dan Partikel Debu) dengan Keluhan Gangguan Pernapasan Pada Masyarakat Sekitar Pabrik Gula Sei Semayang (PGSS) di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014”.

Penulis dalam menyusun tesis ini, menyadari begitu banyak mendapat bimbingan, arahan, bantuan, dan kemudahan dari berbagai pihak sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan terimakasih kasih yang sebesar - besarnya dan penghargaan yang setinggi – tingginya kepada :

1. Prof. Dr.dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc, (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(10)

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Dr.dr Wirsal Hasan, M.P.H sebagai Ketua Komisi Pembimbing yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis sejak awal hingga terselesaikannya tesis ini 5. Ir Indra Chahaya S, M.Si sebagai anggota Komisi Pembimbing yang dengan

penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan motivasi kepada penulis sejak awal hingga terselesaikannya tesis ini.

6. Ir Evi Naria, M.Kes sebagai Dosen Penguji I yang telah memberikan arahan dan masukan kepada penulis untuk kesempurnaan penulisan tesis ini

7. dr Taufik Ashar, M.K.M selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan arah dan masukan kepada penulis untuk kesempurnaan tesis ini.

8. Seluruh Dosen Minat Studi Manejemen Kesehatan Lingkungan Industri, Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, semoga ilmu dan pengetahuan yang diberikan selama penulis belajar menjadi amal ibadah dan mendapat Rahmat dari Allah SWT.

9. Pihak Manajemen Pabrik Gula Sei Semayang Kabupaten Deli Serdang

(11)

11. Teristimewa ucapan terimakasih kepada keluargaku Kak Rina, Kak Ika, Mbak Ade, Bang Zubir Ginting, Bang Herman Nasution, Bang Nazaruddin Siregar, Ucok, Putri Yudhi dan Ira serta Keponakan - keponakanku (Angga, Razak, Dillah, Aska, Vina, Daffa Siregar, Daffa Sinulingga, Lilly dan Haga) yang telah memberikan semangat dan inspirasi bagi penulis untuk menyelesaikan tesis ini. 12. Untuk Sahabat – Sahabatku Sabariah Sembiring, Lasni Hasibuan, Evita

Tampubolon, Asri Jumadewi, Eka L Pakpahan, Putri Yunita Pane, Kristin Sembiring dan rekan – rekan Minat Studi Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah mengajarkan penulis arti kekeluargaan, tanggungjawab dan kepedulian.

Akhirnya kepada seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materi, penulis ucapkan terima kasih semoga Allah SWT melimpahkan rahmat-Nya.

Penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.

Medan, Oktober 2014 Penulis

(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Titi Karsita Lingga, di lahirkan di Jakarta pada tanggal 19 Juni 1971, anak ke 4 (empat) dari 6 (enam) bersaudara dari Papa Alm. Aziz Sinulingga dan Mama Hj Etty Hernawati Tamboen. Penulis beragama Islam dan bertempat tinggal di Jl. Darat No. 64 – D Kelurahan Petisah Hulu, Medan Baru, Medan.

Pendidikan formal penulis di mulai dari SD di SDN Selong 01 Pag Senopati Jakarta Selatan, Tamat Tahun 1983. Pendidikan SMP di SMPN 13 Tirtayasa, Jakarta Selatan Tamat Tahun 1986 sedangkan SMA di SMAN 46 Blok A, Jakarta Tamat Tahun 1989. Setelah SMA, penulis melanjutkan kuliah di Akademi Kesehatan Lingkungan, Depkes RI Jakarta (D- III) Tamat Tahun 1992, kemudian melanjutkan kuliah untuk meraih Sarjana (S – 1) di Fakultas Teknik Lingkungan, Universitas Sahid Jakarta Tamat Tahun 1998. Tahun 2012, penulis menempuh pendidikan lanjutan di Program S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat minat Studi Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri (MKLI) Universitas Sumatera Utara.

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan ... 9

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Hipotesis ... 9

1.5. Manfaat Penelitian ... 9

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Pencemaran Udara ... 11

2.1.1. Definisi Pencemaran Udara ... 11

2.1.2 .Sumber Pencemaran Udara ... 12

2.1.3. Bahan Pencemar dan Dampaknya ... 17

2.1.3.1. Partikel ... 20

2.1.3.2. Sulfur Dioksida ... 25

2.1.4. Aspek Klimatologi Pencemaran Udara ... 29

2.1.5. Baku Mutu Udara Ambien … ... 32

2.2. Gangguan Saluran Pernapasan ... 38

2.3. Industri Gula ... 44

2.4. Landasan Teori ... 48

2.5. Kerangka Teori ... 51

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 53

3.1 Jenis Penelitian ... 53

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 53

3.3 Populasi dan Sampel ... 53

3.3.1. Populasi ... 53

3.3.2. Sampel ... 54

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 57

(14)

3.5.2. Definisi Operasional ... 58

3.6 Metode Pengukuran ... 61

3.7. Metode Analisis ... 65

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 68

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 68

4.2. Gambaran Karakteristik Responden ... 70

4.2.1. Karakteristik Responden ... 70

4.2.2. Karakteristik Tempat Tinggal Responden ... 71

4.3. Hasil Pengukuran SO2 4.4. Hasil Pengukuran Meteorologis ... 74

dan Partikel Debu ... 73

4.5. Keluhan Gangguan Pernapasan ... 75

4.6. Analisi Bivariat ... 77

4.6.1. Hubungan Karakteristik Responden Terhadap Keluhan Gangguan Pernapasan ... 77

4.6.2. Hubungan Karakteristik Bermukim Responden Terhadap Keluhan Gangguan Pernapasan ... 79

4.7. Analisis Multivariat ... 82

BAB 5 PEMBAHASAN ... 86

5.1. Hubungan Karakteristik Responden Terhadap Keluhan Gangguan Pernapasan ... 86

5.2. Hubungan Karakteristik Rumah Tinggal Responden Terhadap Keluhan Gangguan Pernapasan ... 88

5.3. Kualitas Udara ... 91

5.4. Faktor Meteorologis ... 94

5.5. Keluhan Gangguan Pernapasan ... 95

5.6. Pengaruh Karakteristik Rumah Tinggal Responden Terhadap Responden ... 96

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 98

6.1 Kesimpulan ... 98

6.2 Saran ... 99

DAFTAR PUSTAKA ... 101

(15)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman 2.1 Sumber Bahan Pencemar yang menghasilkan bahan pencemar

Udara ... 14

2.2 Toksitas Polutan Udara ... 17

2.3. Pengaruh Kadar SO2 terhadap Kesehatan ... 28

2.4. Baku Mutu Udara Ambien Berdasarkan WHO, National Ambient Air Quality Standars – USEPA dan PP No. 41 Tahun 1999 ... 35

2.5 Kategori Industri yang sangat berpotensi mencemari udara menurut USEPA ... 45

2.6 Sumber Emisi dan Karakteristik Emisi Industri Gula ... 48

3.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pembagian Cluster Sampel ... 55

3.2. Definisi Operasional Penelitian ... 59

4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Sekitar Pabrik Gula Sei Semayang di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014... 71

4.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Bermukim Responden di Sekitar Pabrik Gula Sei Semayang di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014 ... 72

4.3. Hasil Pengukuran SO2 dan Partikel Debu (PM10 4.4 Hasil Pengukuran Kecepatan Angin, Suhu, Kelembaban Pada Masa Giling di Sekitar Pabrik Gula Sei Semayang Tahun 2014 ... 74

) Pada Masa Giling di Sekitar Pabrik Gula Sei Semayang Tahun 2014... 73

4.5 Data Arah Angin di Sekitar Pabrik Gula Sei Semayang (PGSS) Tahun 2014... 74

4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan Gangguan Pernapasan Musim Guling di Sekitar Pabrik Gula Sei Semayang Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014 ... 75

4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan Gangguan Pernapasan di Musim Bukan Guling di Sekitar Pabrik Gula Sei Semayang Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014... 76

4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Keluhan Gangguan Pernapasan 6 Bulan Terakhir Pada Musim Giling di Sekitar Pabrik Gula Sei Semayang Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014 ... 74

4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Keluhan Gangguan Pernapasan 6 Bulan Terakhir Pada Musim Bukan Giling di Sekitar Pabrik Gula Sei Semayang Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014 ... 77

(16)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman 2.1 Memprakirakan Dampak Lingkungan : Kualitas Udara ... 13 2.2 Efek Gas SO2

2.3 Landasan Teori ... 50 terhadap Saluran Pernapasan ... 29

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 106

2. Denah Lokasi Pemantauan Kualitas Udara Ambien ... 108

3. Master Data... 109

4. Output Hasil Penelitian ... 113

5. Dokumentasi Penelitian ... 125

6. Hasil Uji Laboratorium... ... . 129

7. Peraturan Pemerintah RI Nomor 41 Tahun 1999... ... 130

(18)

ABSTRAK

Saat ini, industri berperan penting dalam kehidupan umat manusia. Dalam perspektif ekonomi, sangat penting bagi negara-negara dalam menyediakan berbagai lowongan pekerjaan bagi jutaan orang di seluruh dunia. Namun demikian, kegiatan di sektor industri memiliki potensi menyebabkan polusi udara. Kegiatan Pabrik Gula di Sei Semayang (PGSS) pada masa penggilingan telah menyebabkan udara di sekitar pabrik kotor dan tercemar oleh debu dari cerobong asap pabrik.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan karakteristik, kualitas udara ambien (SO2 dan Partikel Debu) dengan keluhan gangguan

pernapasan pada masyarakat yang tinggal di sekitar Pabrik Gula Sei Semayang (PGSS) di Kabupaten Deli Serdang. Jenis penelitian ini mengunakan studi cross – sectional dengan pengambilan sampel menggunakan stratifikasi proporsional (Proportional Stratified Random Sampling). Adapun sampel dalam penelitian ini adalah ibu atau anak perempuan yang sudah menikah yang tinggal di sekitar Pabrik Gula Sei Semayang Kabupaten Deli Serdang sebanyak 60 orang. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan pengukuran Kadar SO2

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan terhadap keluhan gangguan pernapasan yaitu variabel lokasi bermukim, jarak bermukim dan lama bermukim yaitu lokasi bermukim (OR = 1,261 dan p = 0.008), jarak bermukim (OR = 2,811 dan p = 0,017) dan lama bermukim (OR = 2,388 dan p = 0,008) .

dan Partikel Debu.

Disarankan kepada masyarakat agar pada musim giling perlu menggunakan masker untuk mencegah masuknya debu ke dalam saluran pernapasan pada saat keluar rumah, menutup pintu dan ventilasi rumah agar debu dari pabrik tidak sampai masuk ke dalam rumah, dilengkapi dengan eternity dan menanam tanam – tanaman atau pepohonan di sekitar rumahnya seperti pohon mahoni dan bungur terutama di depan rumah atau di dekat ventilasi rumah untuk mengurangi pencemar debu yang beterbangan di luar rumah masuk ke dalam rumah

(19)

ABSTRACT

At present, industry has an important role in the life of humanity. In the economic perspective, it is very important for states in providing numerous job vacancies for millions people worldwide. Neverthless, activies in industrial sectors have the potential of causing air polution. Activities of Sugar Mill in Sei Semayang (PGSS) at a milling time have caused air condition around the factory dirty and polluted by dust from the factory smokestack.

The purpose of this study was to determine the relationship of characteristics, ambient air quality (SO2 and Dust Particles) with complaints of respiratory disorders in the communities living around the sugar factory Sei Semayang (PGSS) in Deli Serdang. This type of research uses a cross - sectional by using stratified proportional sampling (Proportional stratified random sampling). The samples in this study were mothers of people who live around Sugar Factory Sei Semayang Deli Serdang many as 60 people. Data collection using questionnaires and measurements of SO2 levels and Dust Particle.

The results of the study are related and affect the respiratory disturbance complaints ie location reside (OR = 1.261 and p = 0.008), distance settled (OR = 2.811 and p = 0.017) and long lived (OR = 2.388 and p = 0.008).

It is suggested to the public that the milling season need to use a mask to prevent the entry of dust into the respiratory tract, closing the house ventilation with wire netting to keep dust from the factory not to go into the house and equipped with eternity and planting planting - plants or trees around his house, especially in front of the house or near the house ventilation to reduce dust pollutants yangbeterbangan outdoors into the house

(20)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan industri di Indonesia saat ini meningkat sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Industri selalu diikuti masalah pencemaran lingkungan terutama yang berhubungan dengan proses kegiatan industri tersebut. Industri-industri besar yang menggunakan bahan bakar fosil banyak menghasilkan gas buang yang dapat menyebabkan pencemaran udara. Gas buangan ini biasanya dibuang melalui cerobong (chimney). Kegiatan industri pada mulanya dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, pada sisi lain dapat menimbulkan dampak yang justru merugikan kelangsungan hidup manusia. Pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing di dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari keadaan normalnya (Wardana, 2001).

Menurut Mukono (1997), konsekuensi dari proses pembangunan industri adalah meningkatnya limbah yang dikeluarkan oleh industri tersebut termasuk limbah udara yang dapat merubah kualitas udara ambien. Sektor industri memberikan sumbangsih bermakna dalam pencemaran udara di Jakarta, Bandung dan Surabaya khususnya oksida – sulfur yang mencapai lebih 60 % dari total emisi unsur ini, NO2

(21)

Udara merupakan faktor yang sangat penting bagi kehidupan manusia, namun sejalan dengan kemajuan jaman terutama meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri mengakibatkan kualitas udara telah mengalami perubahan. Udara yang dulunya bersih, langit yang dulunya membiru kini berubah menjadi kering dan kotor. Apabila hal ini tidak segera mendapat perhatian maka perubahan tersebut dapat membahayakan kehidupan baik manusia, hewan maupun tumbuhan (Soedomo, 2011).

Pencemaran udara mempunyai sepesifikasi tersendiri yang berkaitan dengan sifat-sifat udara yang mudah sekali menyebar ke semua arah. Oleh karena itu proses pengendalian pencemaran udara juga mempunyai tingkat kesulitan yang lebih tinggi daripada pengendalian pencemaran air dan tanah. Pencemaran udara dapat terjadi di luar ruang/ambien (outdoor pollution) maupun pada udara dalam ruang (indoor air pollution). Pencemaran udara ambien terjadi terutama disebabkan oleh aktivitas industri, polusi kendaraan bermotor, pembakaran hutan, letusan gunung berapi dan pembangkit tenaga listrik. Pencemaran udara dalam ruang meliputi pencemaran udara dalam ruangan rumah dan gedung – gedung yang dapat terjadi akibat hasil asap rokok, gangguan sirkulasi udara (ventilasi), asap dari dapur ketika memasak, pemanas ruangan maupun pencemar – pencemaran udara diluar ruang yang masuk ke dalam ruangan.

(22)

sekunder (dibentuk di atmosfer terendah oleh reaksi kimiawi diantara polutan primer). Berikut ini termasuk ke dalam lima kriteria polutan primer, yaitu: particulate matter (PM) yang mempunyai diameter kurang dari 10μm, SO

2, NO2,

Pencemaran udara oleh partikel padat halus dalam bentuk debu, asap dan uap air dapat menurunkan kualitas hidup masyarakat di sekitar kawasan industri tersebut. Bahan pencemaran udara yang dapat dikeluarkan oleh industri maupun pembangkit listrik antara lain adalah partikel debu, gas sulfur dioksida (SO

CO, dan

partikulat timbal (Cooper et al., 1994). Apabila terjadi peningkatan kadar bahan – bahan tersebut di udara ambien yang melebihi nilai baku mutu udara ambien yang telah ditetapkan dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan tersebut antara lain dapat berupa keluhan pada mata (mata terasa pedas dan berair), radang saluran pernapasan, sembab paru, bronkitis menahun, emfisema ataupun kelainan paru menahun lainnya (Saric, 1980 ; Xu & Dockery, 1991).

2), gas nitrogen

dioksida (NO2), gas karbon monoksida (CO), gas amoniak (NH3

Menurut World Health Organization (WHO), setiap tahun diperkirakan terdapat sekitar 200 ribu kematian akibat polusi udara diluar rumah (outdoor pollution) yang menimpa daerah perkotaan dimana sekitar 93 % kasus terjadi di negara – negara berkembang. Dampak pencemaran udara terhadap kesehatan manusia berkisar dari yang relatif ringan hingga yang mengakibatkan kematian (WHO, 1991)

(23)

Laporan World Health Organization (WHO) negara – negara Eropa menyebutkan adanya hubungan partikel debu di udara dengan berbagai macam penyakit saluran pernafasan. Pencemaran udara tersebut juga dapat meningkatkan jumlah kematian akibat penyakit paru – paru dan jantung. Selain itu dipercaya bahwa partikel debu memberikan kontribusi dalam penurunan umur harapan hidup 1 tahun atau lebih bagi mereka yang tinggal di kota – kota besar Eropa. Pencemaran udara juga berhubungan dengan peningkatan jumlah dan keparahan gejala – gejala gangguan saluran pernafasan bawah dan atas pada anak – anak. (WHO – Europe, 2004)

Dari penelitian yang dilakukan di Salamanca, Meksiko diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara SO2 dengan gejala penyakit pernapasan

yaitu wheezing (OR = 1.0213) dan ISPA (OR = 1,0521) setiap kenaikan konsentrasi sebanyak 10 μg/m3

. Sedangkan NO2 terlihat signifikan pengaruhnya pada penurunan

fungsi saluran pernapasan (Linares et al, 2010). Penelitian di Palermo, Italia juga membuktikan bahwa polutan meningkatkan resiko kesehatan terutama pada saluran pernapasan, sebesar 2.2% (95% CI: 1.3-3.1) pada PM10, 4.4% (95% CI: 0.3-8.6) pada SO2, 2.3% (95% CI: 0.1-4.7) pada CO, dan 1.5% (95% CI: 0.4-2.6) pada NO2

(Tramuto et al, 2011). Hasil penelitian efek polutan PM10, SO2, dan NO2 di Beijing

adalah PM10 memiliki efek pada penyakit kardiovaskular dan pernapasan meskipun

lebih besar efeknya terhadap kardiovaskular, SO2 memiliki efek yang sama besar

(24)

Dalam studi laboratorium sudah sejak lama diketahui bahwa SO2 dapat

menyebabkan batuk pada pajanan konsentrasi tinggi dalam jangka pendek terutama terhadap mereka yang menderita asma (Colvielle dkk, 2001.) Berdasarkan hasil penelitian Suhariyono dkk (2003), konsentrasi partikel debu PM10 hasil pengukuran

di pemukiman sekitar pabrik semen Citeureup – Bogor berkisar antara 170 sampai 527 µg/Nm3 melebihi baku mutu udara ambien nasional. Penelitian Soenarso (1993), aktivitas industri yang berkembang disekitar Rungkut, Wonokromo dan Gresik menyebabkan penurunan kualitas udara yang konsentrasi debu partikulatnya melebihi baku mutu 477 µg/m3 dan 581 µg/m3. Hasil penelitian di daerah pabrik semen Cibinong, rata – rata konsentrasi debu mencapai 380 µg/Nm3 pada jariak 1000 – 1500 meter dari lokasi pabrik, dan menurun pada tingkat konsentrasi 280 µg/Nm3

Indonesia adalah negara agraris dengan iklim subtropics yang mana tumbuh dengan subur tanaman tebu dan bahkan Indonesia dikenal dengan cikal bakal tebu dunia. Tebu adalah bahan baku dalam pembuatan gula (gula kristal putih,

pada jarak 2000 – 3000 m (Soedomo, 2001).

white sugar

plantation) di pabrik gula. Pada umumnya pabrik gula tersebut menggunakan proses sulfitasi, sisanya proses defekasi remelt karbonatasi dan karbonatasi.

(25)

misalnya asap dan debu dari industri yang dapat mencemari udara. Pabrik gula merupakan salah satu industri yang menghasilkan limbah, baik limbah padat, gas, maupun limbah cair. Limbah yang dihasilkan oleh pabrik gula ini menjadi salah satu permasalahan karena dapat memberikan dampak negatif terhadap lingkungan. Limbah merupakan buangan hasil produksi yang kehadirannya pada waktu dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena akan memberikan pengaruh yang merugikan (Saeni, 1998 dalam Adityanto, 2007).

Setiap musim giling, pabrik gula selalu mengeluarkan limbah yang berbentuk cairan, padat dan gas. Limbah cair meliputi cairan bekas analisa di laboratorium dan luberan bahan olah yang tidak disengaja. Limbah padat meliputi ampas tebu, debu hasil pembakaran ampas di ketel, padatan bekas analisa laboratorium, blotong dan tetes.. Pencemaran udara dari pada pabrik gula berupa asap dan debu, yang dapat menyebabkan sejumlah penyakit pernafasan seperti infeksi saluran pernafasan pada manusia disekitar pabrik tersebut, iritasi mata dan lain. Limbah gas meliputi gas cerobong ketel dan gas belerang dioksida (SO2)

Tebu memiliki beberapa bagian, yaitu:

dari cerobong reaktor pemurnian cara sulfitasi. Limbah pabrik gula tersebut perlu ditangani dengan seksama dan serius agar tidak mencemari lingkungan. [Chen & Chou. (1993); Honig, P. (1963); Hugot, E. (1972) dalamSantoso (2009)].

(26)

2. Blotong merupakan limbah padat produk stasiun pemurnian nira, diproduksi sekitar 3,8 % dari tebu yang digiling . Limbah ini sebagian besar diambil petani untuk dipakai sebagai pupuk.

3. Tetes (molasses) sebagai limbah di stasiun pengolahan, diproduksi sekitar 4,5 % tebu yangdigiling

Menurut Fitrihidajati (2013), blotong adalah

Berdasarkan penelitian Kamtesa (2009) menyatakan bahwa Pabrik Gula PT Madu Baru Yogyakarta pada saat musim giling memberikan dampak negatif terhadap masyarakat yang tinggal di sekitar pabrik yaitu kondisi udara yang tidak bersih dan debu yang keluar berasal dari emisi cerobong pabrik. Hasil penelitian menyatakan adanya hubungan yang signifikan antara kondisi udara dengan keluhan kesehatan (t hitung = - 1,984 p < 0,05), kondisi udara yang lebih buruk menyebabkan keluhan kesehatan yang lebih tinggi. Keluhan kesehatan penduduk yang dapat dilihat dari data kondisi kesehatan masyarakat tersebut dengan meningkatnya penderita penyakit akibat udara tercemar seperti gangguan pernafasan.

(27)

Pabrik Gula Sei Semayang (PGSS) adalah salah satu dari dua unit pabrik penghasil gula yang dimiliki PT Perkebunan Nusantara II. PGSS adalah suatu perusahaan penghasil gula yang pertama didirikan di luar pulau Jawa yang mempunyai kantor besar di jalan Tembakau Deli No. 4 Medan. PGSS yang telah mengolah selama ± 30 tahun, tahun awal 4.000 ton perhari dan sampai saat ini masih tetap berkapasitas 4.000 ton per hari dan masih mengolah tebu menjadi gula. Perusahaan ini dalam masa operasinya, sering disebut dengan masa giling gula, yaitu apabila bahan baku (tebu), mengalami masa panen yang cukup untuk digiling dalam produksi. Produk gula yang dihasilkan sampai sekarang hanya untuk memenuhi kebutuhan gula dalam negeri saja, khususnya daerah yang terdapat di pulau Sumatera.

(28)

1.2. Permasalahan

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik melakukan penelitian tentang Hubungan Karakteristik, Kualitas Udara Ambien (SO2 dan Debu) dengan Keluhan

Gangguan Pernapasan pada masyarakat di sekitar Pabrik Gula Sei Semayang sebagai obyek penelitian juga disebabkan belum pernah dilakukan penelitian tersebut pada masyarakat di sekitar Pabrik Gula Sei Semayang (PGSS) Kabupaten Deli Serdang.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan karakteristik, kualitas udara ambien (SO2 dan Partikel Debu) dengan

keluhan gangguan pernafasan pada masyarakat di kawasan Pabrik Gula Sei Semayang (PGSS) Kabupaten Deli Serdang.

1.4. Hipotesis

Berdasarkan variabel – variabel penelitian yang dilakukan maka hipotesa pada penelitian ini adalah adanya hubungan karakteristik, kualitas udara ambien (SO2 dan

Partikel Debu) terhadap keluhan gangguan pernafasan di sekitar masyarakat Pabrik Gula Sei Semayang Kabupaten Deli Serdang tahun 2014.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat Penelitian ini adalah :

(29)

instansi terkait seperti Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, Badan Lingkungan Hidup Daerah.

2. Memberikan informasi kepada perusahaan Pabrik Gula Sei Semayang (PGSS) tentang pengaruh kualitas udara ambien yang dengan keluhan gangguan pernafasan dalam upaya pencegahan dampak yang ditimbulkan bagi karyawan maupun masyarakat yang bermukim di lingkungan industri.

(30)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pencemaran Udara

2.1.1. Definisi Pencemaran Udara

Pencemaran udara merupakan kondisi terjadinya perubahan (pengurangan atau penambahan komposisi udara) dibandingkan keadaan normal dalam waktu, tempat dan konsentrasi tertentu sedemikian rupa sehingga membahayakan kehidupan dan kesehatan masyarakat. Menurut PP No. 41 Tahun 1999, pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya.

(31)

2.1.2. Sumber Pencemaran Udara

Sumber pencemaran dapat merupakan kegiatan yang bersifat alami (natural) dan aktivitas manusia (kegiatan antropogenik). Sumber pencemaran alami adalah letusan gunung berapi, kebakaran hutan, dekomposisi biotik, debu spora tumbuhan dan lain sebagainya sedangkan pencemaran udara aktivitas manusia secara kuantitatif sering lebih besar seperti transportasi, industri, pertambangan, dari sampah baik akibat dekomposisi ataupun pembakaran dan rumah tangga (Soedomo, 2001).

Sumber polusi utama berasal dari transportasi di mana hampir 60 % dari polutan yang dihasilkan terdiri dari karbon monoksida dan sekitar 15 % terdiri dari hidrokarbon. Sumber – sumber polusi lainnya adalah pembakaran, proses industri, pembuangan limbah dan lain – lain (Fardiaz, 2003).

(32)
[image:32.612.120.510.112.351.2]

Gambar 2.1. Memprakirakan Dampak Lingkungan : Kualitas Udara Sumber : Kemenlh, 2007

Di daerah perkotaan dan industri, parameter bahan pencemar yang perlu diperhatikan dalam hubungannya dengan penyakit saluran pernapasan adalah parameter gas SO2, gas CO, gas NO2 dan partikel debu (Holzworth & Cormick, 1976

(33)
[image:33.612.116.531.126.370.2]

Tabel 2.1. Sumber Bahan Pencemar yang Menghasilkan Bahan Pencemar Udara

Bahan Pencemar Sumber Pencemar

HC CO2 CO SO2 NO NO2

Sumber Stasioner + + + + + +

Proses Industri + + + + + +

Sampah Padat + + + + + +

Pembakaran Sisa Pertanian + + + - + +

Transportasi + + + + + +

Bahan Bakar minyak + + + + + +

Bahan bakar gas alam - + - - - -

Bahan bakar kayu - + - - + +

Insinerator + + + + + +

Kebakaran hutan + + + - + +

Sumber : Urone (1976); NadaKavukaren (1986); Esmem (1989); Graedel & Cratzen (1989); Masters (1991) dalam Mukono (1997)

Keterangan : + = menghasilkan - = tidak menghasilkan

(34)

kejadian tersebut akan mempengaruhi konsentrasi pencemar di udara ambien sehingga mengubah kualitas udara ambien.

Bahan pencemar udara atau polutan dibagi menjadi dua bagian (Mukono, 1997) :

1. Polutan Primer

Polutan primer adalah polutan yang dikeluarkan langsung dari sumber tertentu dan dapat berupa :

a. Gas, terdiri dari :

• Senyawa karbon, yaitu hidrokarbon, hidrokarbon teroksigenasi dan karbon

oksida (CO atau CO2

• Senyawa sulfur, yaitu sulfur oksida )

• Senyawa nitrogen, yaitu nitrogen oksida dan amoniak

• Senyawa halogen, yaitu fluor, klorin, hidrogen klorida, hidrokarbon

terklorinasi dan bromin. b. Partikel

(35)

• asap adalah partikel karbon yang sangat halus (sering disebut sebagai

jelaga) dan merupakan hasil dari pembakaran yang tidak sempurna.

• Debu adalah partikel padat yang dapat dihasilkan oleh manusia atau alam

dan merupakan hasil dari proses pemecahan suatu bahan.

• Uap adalah partikel bentuk gas yang merupakan hasil dari proses

sublimasi, distilasi atau reaksi kimia

• Kabut adalah partikel cair dari reaksi kimia dan kondensasi uap air.

2. Polutan Sekunder

Polutan sekunder biasanya terjadi karena reaksi dari dua atau lebih bahan kimia dari udara, misalnya reaksi fotokimia. Sebagai contoh adalah disosiasi NO2

• Konsentrasi relatif dari bahan reaktan

yang menghasilkan N dan O radikal. Proses kecepatan dan arah reaksinya dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :

• Derajat fotoaktivasi • Kondisi iklim

• Topografi lokal dan adanya embun

Polutan sekunder ini mempunyai sifat fisik dan sifat kimia yang tidak stabil. Termasuk dalam polutan sekunder ini adalah ozon, Peroxy Acyl Nitrat (PAN) dan Formaldehid.

(36)
[image:36.612.113.522.196.295.2]

bagi kesehatan adalah partikel, diikuti berturut – turut oleh NOx, SOx, Hidrokarbon dan yang paling rendah toksisitasnya adalah Karbon Monoksida (CO).

Tabel 2.2. Toksisitas Polutan Udara

Polutan Level Toleransi Toksisitas Relatif

Ppm µg/m3

CO 32,0 40000 1.00

HC - 19300 2.07

SOx 0.50 1430 28.0

NOx 0.25 514 77.8

Partikel - 375 106.7

Sumber : Babcock (1971) dalam Fardiaz (2003)

2.1.3. Bahan Pencemar dan Dampaknya

Dampak pencemaran udara saat ini merupakan masalah serius yang dihadapi oleh Negara – Negara Industri. Akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran udara ternyata sangat merugikan sebab tidak hanya mempunyai akibat langsung terhadap kesehatan manusia tetapi juga dapat merusak lingkungan seperti hewan, tanaman, bangunan gedung dan lain sebagainya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Amerika pada tahun 1980, kematian yang disebabkan oleh pencemaran udara mencapai angka kurang lebih 51.000 orang. Menurut para ahli pada sekitar tahun 2000 an kematian yang disebabkan yang disebabkan oleh pencemaran akan mencapai angka 57.000 orang pertahunnya. Selain itu kerugian materi yang disebabkan oleh pencemaran udara apabila dikur dengan uang dapat mencapai sekitar 12 – 16 juta US dolla pertahun (Wardhana, 2004)

(37)

mengingat keduanya dapat membahayakan kesehatan pribadi atau kesehatan flora dan fauna lingkungan, menimbulkan kekhawatiran di antara masyarakat setempat, membahayakan operasi yang aman atau untuk debu, meningkatkan tingkat keausan mesin yang bergerak. Debu serta bau bisa mengganggu dan menimbulkan keluhan.

Kualitas udara dipengaruhi oleh konsentrasi sejumlah besar zat yang mungkin ada, beberapa terjadi secara alami dan lainnya karena kegiatan manusia. Pencemar yang dikeluarkan dari penambangan dan kegiatan terkait terdiri dari gas dan partikel primer (misalnya debu). Partikel sekunder terbentuk di atmosfer karena reaksi yang melibatkan pencemar utama nonpartikel : contohnya pembentukan dalam kepulan dari partikel sulfat dari emisi sulfur dioksida.

Bahan pencemar partikulat di udara berupa partikel padat debu, suspensi, cairan berupa kabut, lahan, debu Pb, debu asbes dan tetesan asam sulfat yang menyebabkan kurangnya daya pandang dan menyerap sinar matahari. Partikulat ini menyebabkan korosi terhadap alat dan mesin dunia industri, terjadinya erosi gedung – gedung dan gangguan saluran pernapasan manusia. Partikulat yang dihasilkan oleh industri kendaraan bermotor dapat memberi dampak negatif terhadap kesehatan manusia seperti bronkhitis(Suharto, 2011).

(38)

jantung dan asma, meningkatkan kasus alergi bagi yang hipersensitif terhadap polutan tertentu dan meningkatkan kasus kanker terutama kanker paru.

Tumbuhan di daerah berkualitas udara buruk dapat mengalami berbagai jenis penyakit. Hujan asam menyebabkan daun memiliki bintik-bintik kuning. Hujan asam akan menurunkan pH air sehingga kemudian meningkatkan kelarutan logam berat misalnya merkuri (Hg) dan seng (Zn). Akibatnya, tingkat bioakumulasi logam berat di hewan air bertambah. Penurunan pH juga akan menyebabkan hilangnya tumbuhan air dan mikroalga yang sensitif terhadap asam.

Beberapa contoh gangguan estetika udara ambien adalah bau tidak enak, debu - debu beterbangan dan udara berkabut. Bau tidak enak dapat ditimbulkan oleh emisi gas-gas sulfida, amoniak, dan lainnya. Udara berasap kabut (asbut) atau smoke and fog (smog) akan mengurangi jarak pandang (visibility) kita. Hal ini sangat membahayakan keselamatan pengendara mobil dan motor, selain juga keselamatan penerbangan. Smog atau asbut umumnya disebabkan oleh adanya reaksi fotokimia dari senyawa organik volatil (VOC atau volatile organic compounds) dengan NOx.

Akumulasi CO2, metana, dan N2O dapat membentuk lapisan tipis di troposfir.

(39)

Dampak terhadap kondisi iklim umumnya digolongkan sebagai dampak skala makro. Jangkauannya mencapai ribuan kilometer lebih. Dampak skala makro umumnya disebabkan oleh unsur-unsur polutan yang relatif stabil, seperti CO2

2.1.3.1. Partikel

, metana, dan CFC. Dampak terhadap kesehatan manusia, aspek estetika, dan keutuhan bangunan umumnya terjadi dalam skala mikro dan skala meso yang jangkauan dampaknya dapat mencapai ratusan kilometer.

a. Sifat dan Karakteristik

Partikel didefinisikan sebagai partikel – partikel kecil yang berasal dari padatan maupun cairan yang tersuspensi dalam gas (udara). Partikel padatan atau cairan ini umumnya merupakan campuran dari beberapa materi organic dan non organik seperti asam (partikel nitra atau sulfat), logam ataupun partikel debu dan tanah. Beberapa partikel seperti debu, kotoran ataupun asap cukup besar dan cukup hitam untuk dapat dilihat oleh mata. Sementara beberapa partikel yang lain tidak dapat dilihat oleh mata telanjang melainkan harus melalui mikroskop electron. Ukuran partikel sangatlah penting untuk diketahui karena akan mempengaruhi dampak partikel tersebut terhadap manusia dan lingkungan. Total Suspended Particulate (TSP) adalah partikel berdiamter 100 mikrometer atau lebih kecil yang bersifat tersuspensi di udara. PM10 adlah partikel yang berukuran 10 mikrometer atau

lebih kecil sementara PM2,5 adalah partikel yang berukuran 2,5 mikrometer atau lebih

(40)

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka partikel meliputi berbagai macam bentuk yang dapat berupa keadaan – keadadan berikut ini (Wardhana, 2004) :

a. Aerosol adalah istilah umum yang menyataka adanya partikel yang terhambur dan melayang di udara

b. Fog atau kabut adalah aerosol yang berupa butiran – butiran air yang berada di udara

c. Smoke atau asap adalah aerosol yang berupa campuran antara butir padatan dan cairan yang terhambur melayang di udara

d. Dust atau debu adalah aerosol yang berupa butiran padat yang terhambur dan melayang di udara karena adanya hembusan angin

e. Mist artinya mirip dengan kabut. Penyebabnya adalah butiran – butiran zat cair yang terhambur dan melayang di udara

f. Fume artinya mirip dengn asap hanya saja penyebabnya adalah aerosol yang berasal dari kondensasi uap panas (khususnya uap logam)

g. Plume adalah asap yang keluar dari cerobong asap suatu industri (pabrik) h. Haze adalah setiap bentuk aerosol yang menganggu pandangan di udara

(41)

Partikel – partikel yang masuk dan tertinggal di dalam paru – paru mungkin berbahaya bagi kesehatan karena 3 hal penting yaitu :

1) Partikel tersebut mungkin beracun karena sifat – sifat kimia dan fisiknya.

2) Partikel tersebut mungkin bersifat inert (tidak bereaksi) tetapi jika tertinggal di dalam saluran pernafasan dapat menganggu pembersihan bahan – bahan lain yang berbahaya.

3) Partikel – partikel tersebut mungkin dapat membawa molekul – molekul gas yang berbahaya baik dengan cara mengabsorsi atau mengadsorbsi, sehingga molekul – molekul gas tersebut dapat mencapai dan tertinggal di bagian paru – paru yang sensitif. Karbon merupakan partikel yang umum dengan kemampuan yang baik untuk mengabsorbsi molekul – molekul gas pada permukaannya.

Partikel berukuran ≤ 10 mikron menyebabkan gangguan pada saluran pernapasan bagian atas dan menyebabkan iritasi. PM2,5

Partikel sebagai pencemar udara mempunyai waktu hidup yaitu pada saat partikel masih melayang – laying sebagai pencemar udara sebelum jatuh ke bumi. Waktu hidup partikel berkisar sampai beberapa detik sampai beberapa bulan,

(42)

sedangkan kecepatan pengendapannya tergantung pada ukuran partikel , massa jenis partikel serta arah dan kecepatan angin yang bertiup (Wardhana, 2004).

b. Dampak terhadap Kesehatan

Ukuran partikel memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan lokasi menetapnya partikel serta dampak yang ditimbulkan saat terhidap ke dalam paru – paru. Partikel yang cukup besar, misalnya yang termasuk pada TSP biasanya akan tersaring di hidung dan tenggorokan serta tidak menimbulkan efek yang berbahaya. Sementara partikel – partikel yang lebih kecil seperti PM10 dan PM2.5

• Meningkatnya gejala gangguan pernapasan seperti iritasi,batuk – batuk dan

kesulitan bernapas

akan masuk lebih dalam ke system pernapasan manusia dan menyebabkan gangguan pernapasan. Beberapa penelitian menghubungkan antara paparan pencemar partikulat dan beberapa gangguan seperti berikut :

• Menurunnya fungsi paru – paru • Memperparah penyakit asma • Menimbulkan bronchitis kronis • Serangan jantung ringan

• Kematian dini bagi penderita penyakit jantung dan paru – paru

(43)

dalam tubuh dalam waktu yang lama. Partikel inhalable adalah partikel dengan diameter di bawah 10 µm (PM10). PM10 diketahui dapat meningkatkan angka

kematian yang disebabkan oleh penyakit jantung dan pernapasan, pada konsentrasi 140 µg/m3 dapat menurunkan fungsi paru – paru pada anak, sementara pada konsentrasi 350 µg/m3

Partikel inhalable juga dapat merupakan partikel sekunder yaitu partikel yang terbentuk di atmosfer dari gas – gas hasil pembakaran yang mengalami reaksi fisik – kimia di atmosfer, misalnya partikel sulfat dan nitrat yyang terbentuk dari gas SO

dapat memperparah kondisi penederita bronchitis. Toksisitas dari partikel inhalable tergantung dari komposisinya. Partikel yang mengandung senyawa karbon dapat mempunyai efek karsinogenik atau menjadi carrier pencemar toksik lain yang berupa gas atau semi gas karena menempel pada permukaannya.

2

Beberapa dampak yang disebabkan oleh PM

dan NOx. Partikel sulfat dan nitrat yang inhalable karena berukuran kecil serta bersifat asam akan bereaksi langsung di dalam system pernapasan menimbulkan dampak yang lebih berbahaya (Pussarpedal, 2011).

10 dan PM2.5

• Berkurangnya jarak pandang yang terutama disebabkan oleh PM

diantaranya adalah :

• Timbulnya kerusakan lingkungan akibat mengendapnya partikel yang

mengandung asam pada perairan – perairan, tanah serta hutan

2.5

• Timbulnya kerusakan bangunan atau monemum yang akan menganggu

(44)

Beberapa penelitian sebelumnya telah menghubungkan antara paparan polutan partikulat terespirasi dengan beberapa kejadian penyakit saluran pernafasan. Seperti yang dilakukan oleh Mutius et al. di Jerman Timur, bahwa peningkatan konsentrasi partikulat, SO2

2.1.3.2. Sulfur Dioksida (SO

, NOx, serta kombinasi antara ketiganya di udara ambien berhubungan dengan peningkatan risiko anak-anak mengidap penyakit saluran pernafasan bagian atas dan asma.

2 a. Sifat dan Karakteristik

)

Sufur Dioksida adalah salah satu spesies dari gas – gas oksida sulfur (SOx).

Sulfur Dioksida (SO2) merupakan gas yang sangat mudah terlarut dalam air, gas tidak

berwarna, berbau dalam konsentrasi pekat dan tidak mudah terbakar.Sebagaimana O3, pencemar sekunder yang terbentuk dari SO2

SO

seperti partikel sulfat dapat berpindah dan terdeposisi jauh dari sumbernya (Pusarpedal, 2011).

2 dan gas – gas oksida sulfur lainnya terbentuk saat terjadi pembakaran

(45)

menghasilkan polutan gas dari emisi gas SO2 adalah industri gula, industri

penyulingan minyak, dll. Sumber terbesar dari SO2

b. Dampak Terhadap Kesehatan

adalah pembakaran bahan bakar fosil dari pembangkit listrik (73%) dan kegiatan industri lainnya (20%) (U.S. Environmental Protection Agency, 2010).

Gas SO2 telah lama dikenal sebagai gas yang dapat menyebabkan iritasi pada

system pernapasan, seperti pada selapurt lender hidung, tenggorokan dan saluran udara di paru – paru. Efek kesehatan ini menjadi lebih buruk pada penderitas asma. Di samping itu SO2

Aerosol yang dihasilkan sebagai pencemar sekunder umumnya mempunyai ukuran yang sangat halus sehingga dapat terhisap ke dalam system pernapasan bawah. Aerosol sulfat yang masuk ke dalam saluran pernapasan dapat menyebabkan dampak kesehatan yang lebih berat daripada partikel – partikel lainnya karena mempunyai sifat korosif dan karsinogen. Oleh karena gas SO

dapat terkonversi di udara menjadi pencemar sekunder seperti aerosol sulfat.

2 berpotensi untuk

menghasilkan aerosol sulfat sebagai pencemar sekunder, kasus peningkatan angka kematian karena kegagalan pernapasan tertutama pada orang tua dan anak – anak sering berhubungan dengan konsentrasi SO2

Dari penelitian diketahui iritasi tenggorokan terjadi pada pajanan SO

dan partikulat secara bersamaan (Harrop, 2002)

2 5 ppm

(46)

membentuk asam dan turun sebagai hujan asam. Jika terjadi hujan asam, maka akan terjadi kerusakan tanaman dan material. Dampak hujan asam dapat terjadi pada wilayah yang jauh dari sumber pencemar SO2 karena adanya pengaruh meterologi

terutama angin. Selain menyebabkan hujan asam, SO2 juga dapat mengurangi jarak

pandang karena gas maupun partikel SO2 mampu menyerap cahaya sehingga

menimbulkan kabut. SO2

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa iritasi tenggorokan terjadi pada kadar SO

menyebabkan sesak nafas bahkan kematian pada manusia dan hewan, sedangkan pada tumbuhan menghambat fotosintesis, proses asimilasi dan respirasi.

2 sebesar 5 ppm atau lebih bahkan pada beberapa individu yang sensitif

iritasi terjadi pada kadar 1-2 ppm. SO2 dianggap pencemar yang berbahaya bagi

kesehatan terutama terhadap orang tua dan penderita yang mengalami penyakit khronis pada sistem pernafasan kadiovaskular. Individu dengan gejala penyakit tersebut sangat sensitif terhadap kontak dengan SO2, meskipun dengan kadar yang

relatif rendah (Kristanto, 2013). Kadar SO2 yang berpengaruh terhadap gangguan

(47)

Tabel 2.3. Pengaruh Kadar SO2 Konsentrasi

(ppm)

terhadap Kesehatan Pengaruh

3 -5 Jumlah terkecil yang dapat dideteksi dari baunya

8 – 12 Jumlah terkecil yang segera mengakibatkan iritasi tenggorokan 20 Jumlah terkecil yang akan mengakibatkan iritasi mata

20 Jumlah terkecil yang akan mengakibatkan batuk

20 Maksimum yang diperbolehkan untuk konsentrasi dalam waktu lama

50 – 100 Maksimum yang diperbolehkan untuk kontrak singkat (30 menit)

400 – 500 Berbahaya meskipun kontak secara singkat Sumber : Depkes RI, 2007

Gambar 2.3. menunjukkan efek gas SO2 terhadap saluran pernafasan. Gas

SO2 masuk ke dalam tubuh manusia dapat melalui hidung dan mulut dengan cara

bernapas dalam. Berhubung dengan kelarutan gas SO2

Laju korosi beberapa jenis logam terutama besi, baja dan seng dirangsang pada kondisi lingkungan yang terkontaminasi SO

cukup tinggi, maka dapat dengan cepat menyebabkan iritasi bronchus, bronchiole dan alveoli sehingga produksi selaput dan lendir (mucosa) meningkat. Hal ini akan menyebabkan resistensi saluran udara pernapasan meningkat dan akan menyebabkan konstriksi bronchus (Mukono, 2005)

2 di samping beberapa jenis partikel

(48)

Gas SO

Masuk Melalui Hidung dan Mulut dengan Bernafas Dalam

2

Kelarutan Cukup Tinggi

Iritasi

Dinding Bronchus, Bronchiole dan Alveolus (Selaput Lendir Meningkat)

Resistensi Meningkat

[image:48.612.179.464.123.484.2]

Bronco Konstriksi

Gambar 2.2. Efek gas SO2 Sumber : Mukono, 2005

terhadap Saluran Pernapasan

2.1.4. Aspek Klimatologi Pencemaran Udara

(49)

secara parsial menimbulkan perbedaan tekanan udara, dengan demikian akan terjadi aliran udara dari daerah yang bertekanan udara tinggi ke daerah bertekanan udara rendah. Gaya gravitasi bumi mempengaruhi jarak yang ditempuh (distribusi) oleh zat pencemar, semakin berat zat pencemar semakin dekat jarak distribusinya.

Menurut Fardiaz (2003) selain oleh tenaga pendorong, dispersi pencemar dalam udara dipengaruhi juga oleh faktor konstribusi yaitu arah dan kecepatan angin, kelembaban dan suhu rendah, curah hujan, inversi dan faktor cuaca lain. Udara di sekeliling kita, atau udara ambien, memiliki kualitas yang mudah berubah. Intensitas perubahannya dipengaruhi oleh interaksi antar berbagai polutan yang dilepas ke udara ambien dengan faktor-faktor meteorologis (angin, suhu, hujan, cahaya matahari). Berikut ini akan dibahas beberapa hal mendasar tentang perubahan kualitas udara. 1. Suhu

Peningkatan suhu dapat menjadi katalisator atau membantu mempercepat reaksi kimia perubahan suatu polutan udara. Suhu yang menurun pada permukaan bumi dapat menyebabkan peningkatan kelembaban udara sehingga akan meningkatkan efek korosif bahan pencemar di daerah yang udaranya tercemar. Pada suhu yang meningkat akan meningkat pula kecepatan reaksi suatu bahan kimia

2. Kelembaban

(50)

udara dan membentuk partikel yang berukuran lebih besar sehingga mudah mengendap ke permukaan bumi oleh gaya tarik bumi.

Kelembaban yang tinggi akan menyebabkan terhalangnya radiasi matahari ke bumi karena terbentuknya awan di atmosfer. Konsentrasi partikel yang tersuspensi yang meningkat di udara juga akan berakibat pada berkurangnya jarak pandang (visibility) karena udara yang berkabut (Oke, 1987).

Kelembaban udara relatif yang rendah (< 60 %) di daerah tercemar, SO2 akan

mengurangi efek korosif dari bahan kimia tersebut. Pada kelembaban relatif lebih atau sama dengan 80 % di daerah tercemar SO2 akan terjadi peningkatan efek

korosif SO2

3. Sinar Matahari tersebut.

Sinar matahari juga mempengaruhi kadar pencemar udara di udara karena dengan adanya sinar matahari tersebut maka beberapa pencemar di udara dapat dipercepat atau diperlambat reaksinya dengan zat – zat lain di udara sehingga kadarnya dapat berbeda menurut banyaknya sinar matahari yang menyinari bumi. Sinar matahari dapat mempengaruhi bahan oksidan terutama O2

4. Arah dan Kecepatan Angin

di atmosfer. Keadaan tersebut dapat menyebabkan kerusakan bahan/alat bangunan, atau bahan yang terbuat dari karet. Sinar matahari dapat meningkatkan rangsangan untuk merusak bahan.

(51)

kecepatan angin. Semakin tinggi kecepatan angin maka pengenceran dan pencemaran polutan dan sumber emisi di atmosfer semakin besar. Adanya bangunan – bangunan yang tinggi di dalam kota mengakibatkan kecepatan angin berkurang dan arah angin berubah.

2.1.5. Baku Mutu Udara Ambien (BMUA)

Menurut Fardiaz (2003) untuk menghindari pencemaran udara di lingkungan ditetapkan baku mutu udara yang dapat dibedakan atas baku mutu udara ambien dan baku mutu udara emisi. Baku mutu udara ambien adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar terdapat di udara, namun tidak menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup, tumbuh – tumbuhan dan atau benda. Baku mutu emisi adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar untuk dikelluarkan dari sumber pencemaran ke udara sehingga tidak mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien.

(52)

sumber bergerak maupun sumber tidak bergerak (Drupsteen, Th, G dan L. Woltgens,1996).

Menurut Kristanto (2013), Fungsi Baku Mutu Ambien di dalam pencemaran udara :

1. Sebagai indikator untuk secara dini mengetahui bahwa suatu udara sudah mulai dicemari oleh suatu bahan/zat yang dinyatakan melalui Baku Mutu Ambien. 2. Sebagai parameter untuk menyatakan sampai batasan berupa suatu zat akan

mulai berubah sifatnya dari suatu kontaminan menjadi suatu polutan.

3. Baku mutu ambien digunakan sebagai pedoman di dalam program pengendalian masalah pencemaran udara.

4. Digunakan untuk perlindungan bagi kesehatan masyarakat.

Faktor yang harus dipertimbangkan dalam menetapkan BMUA meliputi : a. Reseptor sensitif.

b. Kelakuan Polutan di atmosfir. c. Kelakuan Polutan di lingkungan.

d. Level natural dan fluktuasi, level konsentrasi dan fluktuasi pencemar yang terjadi secara alami atau masuk ke dalam atmosfir dari sumber pencemar yang tidak terkontrol atau sumber natural.

e. Teknologi, biaya dan ketersediaan teknologi untuk mengontrol atau mengurangi emisi.

(53)

sumber tidak bergerak spesifik. Sumber bergerak adalah sumber emisi yang bergerak atau tidak tetap pada suatu tempat yang berasal dari kendaraan bermotor.Sumber tidak bergerak adalah sumber emisi yang tetap pada suatu tempat. Baku mutu emisi sumber tidak bergerak adalah batas kadar maksimum dan/atau beban emisi maksimum yang diperbolehkan masuk atau dimasukkan ke dalam udara ambien.

Contoh sumber emisi tidak bergerak yang digunakan dalam usaha dan/atau kegiatan tersebut terutama kegiatan industri adalah turbin gas (gas turbine), alat kompresi gas (gas compressor), boiler dan incinerator. Adapun alat yang digunakan sebagai sarana pembuangan emisi adalah cerobong (chimney) dan flare (suar pembakar).

Penentuan baku mutu udara ambien tidak sama bagi setiap negara, berbagai pertimbangan akan bermacam kepentingan ikut mendasari. Biasanya aspek – aspek yang digunakan untuk pertimbangan dalam penentuan adalah sebagai berikut :

1. Aspek proteksi bagi kesehatan masyarakat.

2. Aspek proteksi bagi kepentingan ekonomi (pertumbuhan industry nasional). 3. Aspek kemampuan teknologi dalam hubungannya dengan monitoring masalah

pencemaran itu sendiri.

4. Aspek proteksi lingkungan yang dikaitkan dengan dengan prospek perlindungan sumber daya hayati dan lain – lain (Kristanto, 2013)

(54)

untuk menilai kondisi udara ambient secara umum dan 4 parameter lain yang hanya berlaku untuk menilai kondisi udara ambient di kawasan industri kimia dasar.(Kemenlh, 2007). Adapun 9 parameter tersebut adalah SO2, CO, NO2,O3 HC,

PM 10

Pada saat ini sesuai dengan perkembangan pengetahuan mengenai kesehatan, WHO juga telah menetapkan panduan baku mutu ambien yang lebih ketat dibanding waktu lalu dengan lebih memperhatikan segmen masyarakat yang mengidap penyakit kronis terkait dengan ISPA maupun penyakit dalam lainnya. Pada Tabel 2.5 di jelaskan Baku Mutu Udara Ambien untuk 9 Parameter diatas berdasarkan WHO, National Ambient Air Quality Standars – USEPA dan PP No. 41 Tahun 1999.

[image:54.612.108.548.434.698.2]

, PM 2,5, Debu, Timah Hitam (Pb) dan Dust Fall/Debu Jatuh.

Tabel 2.4. Baku Mutu Udara Ambien Berdasarkan WHO, National Ambient Air Quality Standars – USEPA dan PP No. 41 Tahun 1999

No. Parameter Acuan Waktu Pengukuran Baku Mutu (µg/Nm3 Metode )

Analisis Peralatan

1 PM 2,5

WHO 24 jam

1 Tahun

25 10

Gravimetri Hi – Vol. National

Ambient Air Quality Standars – USEPA

24 jam 1 Tahun

35 15

PP No. 41 Tahun 1999

24 jam 1 Tahun

65 15

2 PM 10

WHO 24 jam

1 Tahun

50 20

Gravimetri Hi – Vol. National

Ambient Air Quality Standars – USEPA

24 jam 1 Tahun

(55)

PP No. 41

Tahun 1999 24 jam 150

Tabel 2.4. (Lanjutan)

No. Parameter Acuan Waktu Pengukuran Baku Mutu (µg/Nm3 Metode )

Analisis Peralatan

1 PM 2,5

WHO 24 jam

1 Tahun

25 10

Gravimetri Hi – Vol. National

Ambient Air Quality Standars – USEPA

24 jam 1 Tahun

35 15

PP No. 41 Tahun 1999

24 jam 1 Tahun

65 15

2 PM 10

WHO 24 jam

1 Tahun

50 20

Gravimetri Hi – Vol. National

Ambient Air Quality Standars – USEPA

24 jam 1 Tahun

35 15

PP No. 41

Tahun 1999 24 jam 150

3

Oksidan Fotokimia /Ozon ( O3

WHO

)

1 jam 100

Chemilu-minescent Spektrofo-tometer National Ambient Air Quality Standars – USEPA

1 jam 235

PP No. 41 Tahun 1999 1 jam 1 Tahun 235 50 4 Nitrogen Dioksida (NO2 WHO ) 1 jam 1 Tahun 200 40

Saltzman Spektrofo-tometer National

[image:55.612.116.545.207.697.2]
(56)

Standars – USEPA PP No. 41 Tahun 1999 1 jam 24 jam 1 Tahun 400 150 100 Tabel 2.4. (Lanjutan)

No. Parameter Acuan Waktu

Pengukuran Baku Mutu (µg/Nm3 Metode )

Analisis Peralatan

5 Sulfur Dioksida (SO2 WHO ) 10 menit 24 jam 500 20 Paranosa-nilin Spektrofo-tometer National Ambient Air Quality

Standars – USEPA

24 jam 1 Tahun

365 80

PP No. 41 Tahun 1999 1 jam 24 jam 1 Tahun 900 365 60 6 Karbon Monoksida (CO) WHO 1 jam 8 jam 24 jam 70.000 10.000 35.000

NDIR NDIR

Analyzer National

Ambient Air Quality

Standars – USEPA

1 jam 8 jam

40.000 10.000

PP No. 41 Tahun 1999

1 jam 24 jam

30.000 10.000

7 Timah Hitam (Pb)

WHO 1 Tahun 0.25

Gravimetri Ekstratif Pengabuan

Hi – Vol

AAS National

Ambient Air Quality

Standars – USEPA

Tahunan 24 jam

1,5 1

PP No. 41 Tahun 1999 24 jam 1 Tahun 2 1 8. Debu (TSP)

WHO - -

Gravime-tric Spektrofo-tometer National Ambient Air Quality

Standars –

[image:56.612.116.547.188.704.2]
(57)

USEPA

PP No. 41 Tahun 1999 1 jam 24 jam 1 Tahun - 230 90

Tabel 2.4. (Lanjutan)

No. Parameter Acuan Waktu

Pengukuran Baku Mutu (µg/Nm3 Metode )

Analisis Peralatan

9. Dust Fall (Debu Jatuh)

WHO - -

Gravime-tric Cannister National

Ambient Air Quality

Standars – USEPA

- -

PP No. 41

Tahun 1999 30 hari

10 Ton/km2 bulan (Permuki man) / 20 Ton/km2 bulan (industry) /

Sumber : Peraturan MenLH No. 12 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Pengendalian Pencemaran Udara di Daerah

2.2. Gangguan Saluran Pernapasan

Hasil penelitian Rahmah (2003) menyebutkan bahwa konsentrasi PM10

[image:57.612.103.551.97.460.2]
(58)

terjadinya gangguan kesehatan dan tingkat gangguan kesehatan sebagai akibat adanya bahaya (Suspended Partikulat Matter) didalam udara ambien. Bila seseorang sepanjang hidupnya atau dalan jangka waktu yang lama terpapar secara kumulatif maka selanjutnya akan menimbulkan dampak gangguan pada kesehatannya. Dampak kesehatan ini tidak tergantung apakah pemaparan kumulatif berasal dari pemaparan level singkat namun tinggi (akut) ataukah pada pemaparan pada level rendah tapi sepanjang waktu. (kronis). Akibat yang ditimbulkan adalah terjadinya kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas)

Pencemaran udara dapat mengakibatkan terjadinya radang paru dan jika hal ini berlangsung terus menerus dapat kelainan faal paru obstruktif atau dengan nama lain Penyakit Paru Paru Obstruktif Menahun (PPOM). PPOM merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara. Penyakit yang tergolong dalam PPOM antara lain adalah bronchitis kronis, emfisema paru dan asma bronkiale (Price & Wilson, 1992).

Faktor etiologi utama dari bronchitis adalah rokok atau polusi udara lain yang biasa terdapat di daerah industri . Polusi udara yang menahun merupakan predisposisi sehingga penderita dapat mengalami serangan berulang. Hal ini dapat terjadi karena polusi udara tersebut dapat memperlambat aktivitas silia dan fagositosis sehingga produksi mucus meningkat.

(59)

bahan polutan gas SO2 dan partikel debu.Beberapa penelitian lain juga telah

diperkirakan adanya hubungan antara tingginya kadar bahan polutan gas SO2

Saluran pernapasan adalah organ dimulai dari hidung sampai alveoli beserta organ adneks seperti sinus – sinus, rongga telinga tengah atau pleura. Gangguan saluran pernapasan adalah gangguan pada organ mulai dari hidung sampai alveoli serta organ – organ adneksnya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Depkes RI, 1999)

dan partikel dengan penyakit infeksi saluran pernapasan bagian tas dan Bronkhitis (Pope dkk, 1989)

Gangguan saluran pernapasan menurut Wardhana (2004) adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh adanya partikel atau debu yang masuk dan mengendap di dalam paru – paru dan polusi udara lainnya.

2.2.1. Gejala – Gejala Saluran Pernapasan

Penyakit paru atau saluran napas dengan gejala umum maupun gejala pernapasan antara lain batuk, batuk darah, sesak napas dan nyeri dada. Secara terinci yaitu (Surya,1990) :

a. Batuk

(60)

terjadi akibat reflex yang dipacu oleh perangsang laring, trachea atau bronchi yang besar karena hilangnya compliance paru. Batuk merupakan gejala yang paling umum akibat pernapasan. Rangsangan yang biasanya menimbulkan batuk adalah rangsangan mekanik dan kimia. Inshalasi debu, asap dan benda – benda asing berukuran kecil merupakan penyebab batuk paling sering (Surya, 1990) b. Batuk Darah

Batuk berdarah adalah batuk yang disertai darah. Jika darahnya sedikit dan tipis kemungkinan adalah luka lecet dari saluran napas, karena batuk yang terlalu kuat. Batuk berdarah dengan darah yang tipis dan sedikit bisa terjadi pada penderita maag kronis dimana maag penderita mengalami luka akibat asam lambung yang berlebih. Batuk berdarah dengan jumlah darah yang banyak biasanya terjadi pada penderita TB paru (tuberculosis paru) yang sudah lama dan tidak diobati. Batuk berdarah pada penderita TBC merupakan suatu hal gawat darurat (emergency) karena dapat menyebabkan kematian dan harus mendapat pertolongan yang cepat. Pengobatan batuk berdahak adalah memberikan antibiotik, dicari penyebabnya jika karena TBC maka harus diberikan obat TBC maka harus diberikan obat TBC, diberikan obat penekan batuk (Surya, 1990). c. Sesak Napas

(61)

sesak napas sangat banyak sekali mulai dari infeksi, alergi, inflamasi bahkan keganasan.

Menurut Anwar (2004) gejala – gejala saluran pernapasan adalah : a. Pilek

Pilek adalah sekelompok gejala pada saluran pernpasan atas yang disebabkan oleh sejumlah virus yang berbeda. Pilek biasa menghasilkan gejala ringan yang hanya berlangsung 5 – 10 hari. Keluhan yang paling umum adalah ingusan, bersin, penyumbatan hidung, sakit kepala, sakit tenggorakan dan batuk

b. Asma

Asma adalah penyakit yang menyerang cabang – cabang bronkus yang tidak memiliki kerangka cincin tulang rawan, sehingga terjadi penyempitan mendadak. Akibatnya penderita sesak napas, sehingga untuk membantu pernapasan seluruh otot – otot pernapasan difungsikan secara maksimal. Penyebab asma adalah alergi atau peka terhadap berbagai bahan seperti : butir – butir sari bunga, bulu kucing, spora jamur dan sebagainya.

c. Infeksi Tenggorakan/Faringitis

(62)

Menurut WHO dampak pencemaran udara terhadap kesehatan manusia tergantung kepada jenis bahan pencemar dan efeknya terhadap masing – masing individu berbeda – beda. Secara umum efek dari bahan pencemar adalah gangguan fungsi paru dan system pernapasan. Menurut Chandra (2007) efek pencemaran udara terhadap kesehatan manusia dapat terlihat sebagai berikut :

a. Efek Cepat

Hasil studi epidemiologi menunjukkan bahwa peningkatan mendadak kasus pencemaran udara akan meningkatkan angka kasus kesakitan dan kematian akibat penyakit saluran pernafasan. Pada situasi tertentu, gas CO dapat menyebabkan kematian mendadak karena daya afinitas gas CO terhadap haemoglobin darah (menjadi methahaemoglobin) yang lebih kuat dibanding daya afinitas O2

b. Efek Lambat

sehingga terjadi kekurangan gas oksigen di dalam tubuh.

Pencemaran udara diduga sebagai salah satu penyebab penyakit bronchitis kronis dan kanker paru primer. Penyakit yang disebabkan oleh pencemaran udara antara lain emfisema paru, black lung disease, asbsestosis, silikosis, bisinosis dan pada anak – anak penyakit asma dan eksema.

(63)

1. Iritasi pada saluran pernafasan yang dapat menyebabkan pergerakan silica menjadi lambat, bahkan dapat terhenti sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernafasan

2. Peningkatan produksi lender, akibat iritasi oleh bahan pencemar 3. Produksi lender dapat menyebabkan penyempitan saluran pernafasan 4. Rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran pernafasan

5. Pembengkakan saluran pernafasan dan merangsang pertumbuhan sel sehingga saluran pernafasan menjadi menyempit

6. Lepasnya silia dan lapisan sel selaput lender

7. Akibat dari semua hal tersebut akan menyebabkan terjadinya kesulitan bernafas sehingga benda asing termasuk bakteri/mikroorganisme lain tidak dapat dikeluarkan dari saluran pernafasan dan hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran pernafasan

2.3. Industri Gula

Menurut USEPA terdapat 17 kategori industri yang memiliki status sangat berpotensi (toksik) untuk mencemari udara. Kategori industri tersebut dapat dilihat pada tabel 2.6. berikut ini (BPLHD, 2013) :

Tabel 2.5. Kategori Industri yang Sangat Berpotensi Mencemari Udara menurut USEPA

No. Jenis Industri Jenis Industri (Bahasa Inggris) 1. Peleburan Aluminium Aluminium smelting

(64)

3. Pabrik Soda api Caustic Soda 4. Pabrik Semen (200 ton/hari atau

lebih)

Cement (200 tonnes per day (TPD) and above

5 Peleburan Tembaga Copper smelting

6 Pewarna Dyes and dye

Gambar

Gambar  2.1.  Memprakirakan Dampak Lingkungan : Kualitas Udara
Tabel 2.1. Sumber Bahan Pencemar yang Menghasilkan Bahan
Tabel  2.2.  Toksisitas Polutan Udara
Gambar 2.2. Efek gas SO2 terhadap Saluran Pernapasan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pabrik Gula Sei Semayang sampai saat ini belum pernah melakukan pengukuran investasi dari sumber daya manusia yang telah dikeluarkannya, sehingga Pabrik Gula

Pabrik Gula Sei Semayang PT. Perkebunan Nusantara II Medan adalah perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur yang menghasilkan produk berupa gula. Sebagian kegiatan dari

Kesehatan masyarakat di lingkungan pabrik gula dapat terganggu melalui berbagai sumber, salah satu sumber yang cukup signifikan adalah pencemaran udara oleh debu yang berasal

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesadaran masyarakat Desa Sei Semayang Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang dalam mensertifikatkan Hak Milik Atas Tanah dan

Dari hasil penelitian yang penulis lakukan menunjukkan bahwa latar belakang berdirinya Pabrik Gula Sei Semayang adalah karena didorong untuk menggunakan tanah milik PTPN

Pabrik Gula Sei Semayang sampai saat ini belum pernah melakukan pengukuran investasi dari sumber daya manusia yang telah dikeluarkannya, sehingga Pabrik Gula

Lama Paparan (jam berdagang dalam sehari) * Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan Crosstabulation. Keluhan Gangguan Saluran

Penelitian ini menjelaskan dan menganalisis tentang masalah perceraian dan pemenuhan hak-hak anak dengan mengambil lokasi penelitian di Desa Sei Semayang Kecamatan Sunggal