commit to user
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DAN SIKAP TENTANG LINGKUNGAN
HIDUP DENGAN PARTISIPASI DALAM KEBERSIHAN LINGKUNGAN
SEKOLAH PADA SISWA MADRASAH TSANAWIYAH (MTs)
NAHDLATUT THULLAB DESA MANGGARWETAN
KECAMATAN GODONG KABUPATEN
GROBOGAN
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup
Oleh :
Ahmad Misbakhul Munir
S820809001
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
ii
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DAN SIKAP TENTANG LINGKUNGAN
HIDUP DENGAN PARTISIPASI DALAM KEBERSIHAN LINGKUNGAN
SEKOLAH PADA SISWA MADRASAH TSANAWIYAH (MTs)
NAHDLATUT THULLAB DESA MANGGARWETAN
KECAMATAN GODONG KABUPATEN
GROBOGAN
Disusun oleh :
Ahmad Misbakhul Munir
S820809001
Telah Disetujui oleh Tim Pembimbing
Dewan Pembimbing
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
1. Pembimbing I Prof. Dr. H. Soegiyanto, S.U. NIP.194804041975011001
1.
………. 1.
...
2. Pembimbing II Prof. Drs. Indrowuryatno, M.Si. NIP.194309011968091001
Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup
commit to user
iii
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DAN SIKAP TENTANG LINGKUNGAN
HIDUP DENGAN PARTISIPASI DALAM KEBERSIHAN LINGKUNGAN
SEKOLAH PADA SISWA MADRASAH TSANAWIYAH (MTs)
NAHDLATUT THULLAB DESA MANGGARWETAN
KECAMATAN GODONG KABUPATEN
GROBOGAN
Disusun oleh :
Ahmad Misbakhul Munir
S820809001
Telah Disetujui oleh Tim Penguji
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Ketua Prof. Dr. Sigit Santoso, M.Pd. ...
...
Sekretaris Prof. Dr. Ir. S. Minardi, M.P
...
...
Anggota Penguji 1. Prof. Dr. H. Soegiyanto, S.U.
commit to user
iv
PERNYATAAN
Nama : Ahmad Misbakhul Munir NIM : S820809001
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul Hubungan Antara Persepsi dan Sikap Tentang Lingkungan Hidup Dengan Partisipasi Dalam Kebersihan Lingkungan Sekolah Pada Siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) Nahdlatut Thullab Desa Manggarwetan Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta, 12 Oktober 2010
Yang membuat pernyataan
commit to user
v MOTTO
”Kebersihan itu sebagian daripada Iman”
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendahan hati dan kasih sayang, tesis ini penulis
persembahkan untuk:
1. Ayahanda H. Ali Munawar serta Ibunda Umi Mujayanah.
2. Ibu Hj. Amin Zahroh.
3. Istriku Amirotul Azizah, SH.
4. Kakanda Abdur Rohman, M.Si. beserta istri Iis Amah, M.Hut. dan si kecil Aya’.
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur senantiasa terhatur kehadirat Allah SWT, Tuhan
penguasa alam, atas berkat rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis ini, dan tak lupa sholawat senantiasa
terucap kepada baginda Nabi Muhammad SAW atas segala jasanya.
Tesis yang berjudul Hubungan Antara Persepsi dan Sikap Tentang
Lingkungan Hidup Dengan Partisipasi Dalam Kebersihan Lingkungan Sekolah Pada
Siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) Nahdlatut Thullab Desa Manggarwetan
Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan ini adalah salah satu persyaratan untuk
mendapatkan gelar Magister Pendidikan pada program pascasarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Peneliti sangat menyadari bahwa dalam penyelesaian tesis ini banyak pihak
yang membantu, mulai dari pengumpulan data hingga pada penyusunan akhir tesis
ini. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
yang terhormat:
1. Prof. Dr. Sigit Santoso, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Kependudukan dan Lingkungan Hidup pada Program Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada
commit to user
viii
2. Prof. Dr. H. Soegiyanto, S.U. selaku pembimbing I yang telah meluang waktu
serta penuh kesabaran memberikan saran, masukan, petunjuk dan himbauan yang
sangat membantu terselesaikannya penulisan tesis ini dengan baik dan benar.
3. Prof. Dr. Indrowuryatno, M.Si. selaku pembimbing II atas waktu dan bimbingan
serta arahan yang sangat berharga dalam mempercepat penyelesaian penulisan
tesis, sehingga menjadi tesis yang baik.
4. Tim Penguji Tesis Program Studi Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan
Hidup Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
berkenan menguji, memberikan saran dan bimbingan untuk penyempurnaan tesis.
5. Ali As’ad, S.Ag. selaku Kepala Madrasah Tsanawiyah Nahdlatut Thullab
Manggarwetan Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan atas segala bantuan dan
ijin yang diberikan kepada peneliti untuk melakukan penelitian.
6. Muh Khozin selaku karyawan Madrasah Tsanawiyah Nahdlatut Thullab
Manggarwetan, atas segala bantuannya dalam menyelesaikan penelitian ini.
7. Teman-teman seperjuangan di Program Studi Pendidikan Kependudukan dan
Lingkungan Hidup angkatan 2009 atas semangat yang tak kenal henti dan tak
kenal lelah dalam memotivasi.
8. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan yang telah banyak membantu
penulis dalam penyelesaian tesis ini.
Akhirnya dengan sangat sadar atas terbatasnya kemampuan yang ada dalam
diri penulis, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat peneliti harapkan
commit to user
ix
penelitian tesis ini dapat bermanfaat bagi peneliti secara khusus dan bagi pembaca
pada umumnya.
Surakarta, 12 Oktober 2010
Penulis
commit to user
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING TESIS ... ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI TESIS ... iii
HALAMAN PERNYATAAN …... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
DAFTAR FOTO ... xviii
ABSTRAK ... xix
ABSTRACT ... xx
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 7
C. Pembatasan Masalah ... 7
D. Rumusan Masalah ... 8
E. Tujuan Penelitian ... 9
commit to user
xi
Halaman
BAB II. KAJIAN TEORETIK DAN HIPOTESIS ... 11
A. Persepsi ... 11
1. Pengertian Persepsi ... 11
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi... 12
3. Persepsi Tentang Lingkungan Hidup ... 13
B. Sikap ... 15
1. Pengertian Sikap... 15
2. Pembentukan Sikap... 16
3. Sikap Terhadap Lingkungan Hidup ... 19
C. Lingkungan Hidup ... 20
1. Pengertian Lingkungan Hidup ... 20
2. Kebersihan Lingkungan ... 23
D. Partisipasi ... 30
1. Pengertian Partisipasi ... 30
2. Tahapan-tahapan Dalam Partisipasi ... 31
3. Partisipasi Dalam Kebersihan Sekolah ... 32
E. Siswa ... 32
F. Penelitian Yang Relevan ... 34
G. Kerangka Berfikir ... 35
H. Hipotesis ... 37
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 38
commit to user
xii
Halaman
B. Metode Penelitian ... 38
C. Populasi dan Sampel ... 38
1. Populasi ... 38
2. Sampel ... 39
D. Teknik Penarikan Sampel ... 39
E. Variabel Penelitian ... 40
1. Variabel Bebas ... 40
2. Variabel Terikat ... 40
F. Batasan Operasional Variabel Penelitian ... 40
1. Variabel Bebas ... 40
2. Variabel Terikat ... 41
G. Sumber Data ... 41
H. Instrumen Penelitian ... 42
1. Uji Validitas ... 42
2. Uji Reliabilitas ... 44
I. Kisi-kisi Alat Ukur Instrumen ... 46
J. Metode Pengumpulan Data ... 48
1. Angket ... 48
2. Metode Wawancara ... 52
K. Teknik Analisis Data ... 53
1. Uji Persyaratan Analisis ... 54
2. Analisis Data ... 56
commit to user
xiii
BAB IV. HASIL, ANALISIS DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ... 61
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 61
B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 62
1. Persepsi Tentang Lingkungan Hidup ... 63
2. Sikap Tentang Lingkungan Hidup ... 64
3. Partisipasi Siswa Dalam Kebersihan Sekolah ... 65
C. Pengujian Prasyarat Analisis ... 67
1. Uji Normalitas ... 67
2. Uji Linieritas ... 68
3. Uji Independensi ... 68
D. Pengujian Hipotesis ... 69
1. Pengujian Hasil Analisis Data ... 69
2. Penafsiran Hasil Pengujian Hipotesis ... 71
3. Kesimpulan Pengujian Hipotesis ... 72
E. Pembahasan Hasil Analisis ... 73
BAB V. PENUTUP ... 77
A.Kesimpulan ... 77
B.Implikasi ... 78
1. Implikasi Teoretis ... 78
2. Implikasi Praktis ... 78
C.Saran ... 79
commit to user
xiv
DAFTAR PUSTAKA ... 82
commit to user
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kriteria Untuk Penafsiran Korelasi Koefisien ... 44
2. Interpretasi Koefisien Reliabilitas ... 46
3. Kisi-kisi Alat Ukur Persepsi, Angket Sikap, dan Partisipasi ... 46
4. Distribusi Frekuensi Variabel Persepsi Tentang Lingkungan
Hidup (X1) ... 63
5. Distribusi Frekuensi Variabel Sikap Tentang Lingkungan
Hidup (X2) ... 64
6. Distribusi Frekuensi Variabel Partisipasi Siswa Dalam Kebersihan
Lingkungan Sekolah ... 65
commit to user
xvi
Gambar Halaman
1. Skema Kerangka Berpikir Penelitian ... 36
2. Skema Hubungan Variabel Penelitian …... 40
3. Histogram Variabel Persepsi Tentang Lingkungan Hidup ... 64
4. Histogram Variabel Sikap Tentang Lingkungan Hidup ... 65
5. Histogram Variabel Partisipasi Tentang Lingkungan Hidup ... 66
commit to user
xvii
Lampiran Halaman
1. Petunjuk Pengisian Angket Penelitian ... 85
2. Angket Penelitian Persepsi Tentang Lingkungan Hidup ... 86
3. Angket Penelitian Sikap Tentang Lingkungan Hidup …... 87
4. Angket Penelitian Partisipasi Dalam Kebersihan Lingkungan Sekolah.. 88
5. Lembar Jawab Angket Penelitian ... 89
6. Data X1, X2 dan Y ... 90
7. Uji Normalitas Variabel X1 ... 92
8. Uji Normalitas Variabel X2 ... 93
9. Uji Normalitas Variabel Y ... 94
10.Uji Independensi Antar Variabel Bebas ... 95
11.Perhitungan Uji Linieritas X1 Terhadap Y ... 96
12.Perhitungan Uji Linier X1 Terhadap Y ... 100
13.Perhitungan Uji Linieritas X2 Terhadap Y ... 101
14.Perhitungan Uji Linier X2 Terhadap Y ... 105
15.Uji Keberartian Korelasi ... 106
16.Perhitungan Uji Linier X1 dan X2 Terhadap Y ... 107
17.Foto Tempat dan Proses Penelitian …………... 108
18.Surat Ijin Penelitian ... 113
commit to user
xviii
Foto Halaman
1. Gedung MTs Nahdlatut Thullab Desa Manggarwetan ……… 108
2. Papan Nama MTs Nahdlatut Thullab ……… 108
3. Kamar Mandi dan WC siswa ……… 109
4. Teras Depan Kelas Lantai 1 ……… 109
5. Teras Depan Kelas Lantai 2 ………. 110
6. Papan Profil, Visi dan Misi Sekolah ………. 110
7. Pengisian Angket Persepsi Tentang Lingkungan Hidup ………. 111
8. Pengisian Angket Sikap Tentang Lingkungan Hidup ….……… 111
9. Pengisian Angket Partisipasi Dalam Kebersihan Lingkungan Seklah.. 112
commit to user
xix
Ahmad Misbakhul Munir, S820809001. 2010. Hubungan Antara Persepsi dan Sikap
Tentang Lingkungan Hidup Dengan Partisipasi Dalam Kebersihan Lingkungan Sekolah Pada Siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) Nahdlatut Thullab Desa Manggarwetan Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan. Tesis : Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tujuan dalam penelitian tesis ini adalah untuk mengetahui: (1) hubungan antara persepsi tentang lingkungan hidup dengan partisipasi siswa dalam kebersihan lingkungan sekolah pada siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) Nahdlatut Thullab Desa Manggarwetan Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan, (2) hubungan antara sikap tentang lingkungan hidup dengan partisipasi siswa dalam kebersihan lingkungan sekolah pada siswa MTs Nahdlatut Thullab Desa Manggarwetan Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan, (3) hubungan antara persepsi tentang lingkungan hidup dan sikap tentang lingkungan hidup secara bersama-sama dengan partisipasi siswa dalam kebersihan lingkungan sekolah pada siswa MTs Nahdlatut Thullab Desa Manggarwetan Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan.
Penelitian tesis ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan korelasi dalam pemecahan masalahnya. Populasi dalam penelitian tesis ini adalah semua siswa MTs Nahdlatut Thullab yang berjumlah 329 siswa, sedangkan sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik random sampling sebesar 150 siswa. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket, sedangkan teknik analisis data menggunakan teknik analisis korelasi dan regresi ganda dengan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas, uji linieritas dan uji independensi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) terdapat hubungan positif antara persepsi tentang lingkungan hidup dengan partisipasi siswa dalam kebersihan lingkungan sekolah pada siswa MTs Nahdlatut Thullab Desa Manggarwetan Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan (rhitung = 0,17928 > rtabel = 0,1603 pada α = 0,05), (2) terdapat hubungan positif antara sikap tentang lingkungan hidup dengan partisipasi siswa dalam kebersihan lingkungan sekolah pada siswa MTs Nahdlatut Thullab Desa Manggarwetan Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan (rhitung = 0,44384 > rtabel= 0,1603 pada α = 0,05), (3) terdapat hubungan positif antara persepsi tentang lingkungan hidup dan sikap tentang lingkungan hidup secara bersama-sama dengan partisipasi siswa dalam kebersihan lingkungan sekolah pada siswa MTs Nahdlatut Thullab Desa Manggarwetan Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan (ry1,2 = 0,4636 dengan Fhitung = 20,1221 > Ftabel = 3,058 pada α = 0,05). Model hubungan antara X1 dan X2 dengan Y adalah y = -8,6 + 0,385X1 + 0,566X2 model ini signifikan secara statistik.
commit to user
xx
Ahmad Misbakhul Munir, S820809001. 2010. The Correlation of the Perception and Attitude on Environment towards the Participation in the School Environment Cleanliness of the Students of Islamic Junior Secondary School of Nahdlatut Thullab in Manggarwetan Village, Godong Sub-dsitrict, Grobogan Regency. Thesis: Post Graduate Program of Sebelas Maret University, Surakarta.
The objectives of this research are to investigate: (1) the correlation between the perception on environment and the participation in the school environment cleanliness of the students of Islamic Junior Secondary School of Nahdlatut Thullab in Manggarwetan village, Godong sub-dsitrict, Grobogan regency; (2) the correlation between the attitude on environment and the participation in the school environment cleanliness of the students of Islamic Junior Secondary School of Nahdlatut Thullab in Manggarwetan village, Godong sub-dsitrict, Grobogan regency; and (3) the simultaneous correlation of the perception and attitude on environment towards the participation in the school environment cleanliness of the students of Islamic Junior Secondary School of Nahdlatut Thullab in Manggarwetan village, Godong sub-dsitrict, Grobogan regency.
This research used a descriptive research method with a correlational approach. Its population was all of the 329 students of Islamic Junior Secondary School of Nahdlatut Thullab in Manggarwetan village, Godong sub-dsitrict, Grobogan regency, its samples consisted of 150 students. The samples were taken by using a random sampling technique. The data of the research were gathered through questionnaire. The data were then analyzed by using a multiple regression and correlation model of analysis with the analysis prerequisites of normality test, linearity test, and independency test.
commit to user 1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kebersihan sekolah merupakan kewajiban bersama antara guru, siswa,
karyawan, dan semua unsur yang ada di dalamnya. Akan tetapi kebisaaan yang
terjadi adalah kebersihan sekolah tersebut dibebankan kepada penjaga sekolah. Hal
ini merupakan contoh yang kurang baik dalam pelaksanaan pendidikan khususnya di
sekolah. Seperti contohnya peserta didik atau siswa dibebani untuk membersihkan
kelas, akan tetapi berbeda dengan guru, sebagai pendidik guru sudah tidak perlu
membersihkan kantornya lagi karena sudah ada penjaga sekolah yang
membersihkannya. Akhirnya membuat persepsi siswa peserta didik menjadi negatif
terhadap kebersihan lingkungan sekolah.
Persepsi yang benar akan menjadikan siswa mampu memiliki dan memahami
apa yang ada disekitarnya. Seperti halnya kebersihan sekolah, jika persepsi siswa
benar, maka siswa atau peserta didik akan mampu bersikap yang benar terhadap
kebersihan sekolahnya sehingga akhirnya memiliki kesadaran, memberikan
dukungan, berperilaku yang benar terhadap upaya kebersihan lingkungan hidup
khususnya disekitar sekolahnya masing-masing.
Wisnu (2001: 27) memberikan pengertian tentang batasan lingkungan hidup,
yaitu kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup,
termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan
(1992: 27) menguraikan bahwa lingkungan hidup terdiri atas tiga komponen, yaitu:
lingkungan fisik, lingkungan hayati, dan lingkungan sosial. Dengan bahasa yang
berbeda bahwa lingkungan hidup itu terdiri atas lingkungan abiotik, biotik dan
lingkungan sosial. Lingkungan abiotik atau bisa disebut dengan lingkungan fisik
meliputi; udara, air, tanah dan bangunan secara fisik. Lingkungan biotik/hayati
meliputi semua jenis makhluk hidup termasuk hewan dan tumbuhan. Lingkungan
yang terakhir adalah lingkungan sosial, yaitu meliputi interaksi atau hubungan
manusia dengan manusia yang lain.
Menurut Ismail dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Kependudukan dan
Lingkungan Hidup (1988: 107), mengemukakan bahwa pengelolaan lingkungan
hidup diartikan sebagai suatu upaya yang terpadu dalam mempertahankan
keseimbangan dan pengembangan lingkungan untuk kelangsungan makhluk hidup.
Jika pengertian pengelolaan lingkungan hidup diartikan sebagai upaya dalam
mempertahankan kelangsungan makhluk hidup, maka hal ini dapat diartikan bahwa
pengelolaan lingkungan hidup sangat erat hubungannya dengan masalah kesehatan
lingkungan pada umumnya. Otto Soemarwoto (1997: 96) memberikan contoh dalam
pengelolaan lingkungan hidup seperti pembuangan sampah, pembuatan saluran
limbah dari dapur, pembuatan saluran pembuangan dari kamar mandi.
Upaya pengelolaan lingkungan hidup sudah menjadi tugas dan kewajiban kita
bersama. Seperti lingkungan tempat tinggal adalah menjadi tugas bagi semua warga
yang tinggal dan menetap di sekitar lingkungan tersebut, tidak berbeda juga
kebersihan lingkungan sekolah, maka kewajiban menjaga dan mengelola lingkungan
commit to user
atau peserta didik, karyawan, petugas kebersihan, sehingga pada akhirnya tercipta
lingkungan sekolah yang bersih, sehat dan nyaman.
Kebersihan sekolah walaupun sudah diprogramkan dalam institusi sekolah
namun banyak sekolah yang masih kotor dan terkesan kurang nyaman untuk belajar
mengajar. Hal ini dikarenakan belum dilakukannya upaya kebersihan sekolah oleh
seluruh komponen yang ada didalam sekolah, yaitu pendidik, peserta didik,
karyawan, ataupun petugas kebersihan.
Berkaitan dengan upaya melaksanakan dan menciptakan lingkungan sekolah
yang bersih dan sehat serta nyaman, Engkos dalam bukunya Pendidikan Kesehatan
(1980: 42) mengemukakan bahwa supaya tujuan pendidikan yang berkaitan dengan
menciptakan lingkungan sekolah yang sehat dapat tercapai dengan hasil yang baik,
maka hendaknya selalu memperhatikan:
1. Kesehatan Lingkungan Fisik (Health Physical Environment)
Upaya untuk menjaga lingkungan fisik yang bersih dan sehat adalah
melalui menjaga kebersihan komponen lingkungan fisik tersebut, yaitu meliputi:
a. Gedung dan kelas tempat belajar
b. Membersihkan meja dan bangku, baik meja dan bangku siswa maupun
bangku dan meja guru
c. Sinar matahari yang masuk kedalam kelas termasuk tempat sirkulasi udara
d. Tempat pembuangan sampah, didalam kelas maupun diluar kelas
e. Wastafel atau tempat cuci tangan
commit to user
2. Kesehatan Lingkungan Mental (Healthfull Emotional Environment)
Dalam upaya menjaga kesehatan lingkungan mental ini sangat diharapkan
peranan guru, karena peranan guru dalam menjaga kesehatan mental anak
didiknya sangat menentukan dalam usaha mendidik dan membimbing anak
didiknya kearah pendidikan yang sehat. Contoh, menanamkan disiplin dengan
jalan kasih sayang, memperingatkan anak didiknya dengan lemah lembut, dan
lain-lain. Berkaitan dengan kesehatan mental di lingkungan sekolah ini harus
memperhatikan beberapa hal, sebagai berikut:
a. Hubungan antar siswa atau peserta didik
b. Hubungan antara siswa dan guru pendidik
c. Hubungan antara siswa dengan orang tua/wali siswa
d. Hubungan antara guru dengan orang tua/wali siswa
3. Kesehatan Lingkungan Berpraktek (Healthfull Practices)
Dalam usaha menjaga kesehatan lingkungan hal yang paling utama dan
yang paling penting adalah dipraktekkan. Artinya usaha tersebut dijalankan dan
dilaksanakan sebaik-baiknya oleh seluruh komponen lingkungan yang ada.
Begitu juga halnya di lingkungan sekolah, walaupun pelajarannya setiap hari
disisipkan materi tentang upaya menjaga kesehatan lingkungan akan tetapi tidak
dipraktekkan, maka pelajaran tersebut tidak akan mempunyai makna dan tidak
mempunyai arti yang signifikan.
Dimyati dan Mujiono (1994: 91) mengemukakan bahwa sekolah yang indah,
pergaulan siswa yang rukun, akan memperkuat motivasi belajar. Kalau hal ini
commit to user
kondisi kebersihan dan kesehatan lingkungan sekolah akan sangat mempengaruhi
motivasi belajar siswa, sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi lingkungan yang
sehat, kerukunan hidup dan ketertiban dalam pergaulan yang ditingkatkan dengan
mutunya, lingkungan yang aman, tenteram, tertib, dan indah, maka semangat dan
motivasi belajar akan mudah untuk diperkuat atau ditingkatkan.
Upaya menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan harus senantiasa
ditanamkan mulai dari sejak dini. Terlebih lagi dalam lingkungan sekolah,
pendidikan tentang kesehatan lingkungan, kebersihan diri, dan kesehatan sangat
perlu ditanamkan dan dipraktekkan kepada dan oleh siswa dimasing-masing sekolah.
Sehingga akhirnya akan menjadi sebuah kebisaaan atau budaya yang akan mampu
menumbuhkan kesadaran untuk berpartisipasi dan berperan serta secara aktif dalam
pengelolaan kebersihan lingkungan sekitarnya dimana dia tinggal dan khususnya di
sekolah.
Pemberian materi yang berhubungan dengan upaya menjaga kebersihan dan
kesehatan lingkungan terhadap siswa di sekolah diharapkan akan tumbuh kesadaran
siswa terhadap tanggung jawab menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan, dan
akhirnya siswa akan menjalankan dan melaksanakan hidup sehat dan bersih. Hal ini
sama dengan yang diuraikan Sonti dan Purnomo (1999: 7), yaitu dengan memberikan
materi tersebut, diharapkan siswa melaksanakan pola hidup bersih dan sehat
sehingga dalam kehidupan sehari-hari dia akan selalu memelihara kebersihan
lingkungan, kebersihan diri, dan kebersihan makanan.
Pendidikan lingkungan hidup yang dilaksanakan oleh sekolah-sekolah
kebersihan di lingkungan sekolah. Namun, hal ini (sesuai dengan pengamatan
penulis) belum terjadi di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Nahdlatut Thullab Desa
Manggarwetan. Walaupun pendidikan tersebut berbasis Islam yang senantiasa
mengajarkan hidup bersih, akan tetapi perilaku hidup bersih dan sehat belum
dilaksanakan dengan baik oleh siswa-siswa di MTs tersebut, hal ini dapat dilihat dari:
(1) Siswa-siswi masih banyak membuang sampah sembarangan, (2) Dinding kelas
yang masih banyak coretan, (3) Kamar mandi dan toilet siswa yang kotor dan berbau,
(4) Kerapian pakaian dan tas yang masih belum terlihat, (5) Jajan di sembarang
tempat yang jauh dari kata bersih.
Pendidikan kebersihan lingkungan, kebersihan diri, kebersihan dan kesehatan
makanan perlu ditingkatkan pada siswa, khususnya di MTs Nahdlatut Thullab yang
pendidikannya berbasis agama Islam. Pada akhirnya siswa mampu berperan dan
berpartisipasi secara aktif melibatkan diri dalam pengelolaan kebersihan lingkungan
sekolah dan lingkungan sekitar. Menurut Sudomo (1988:77), sekolah sebagai tempat
mendidik anak dapat dipakai sebagai agen pembaharuan masyarakat dan harapan
bangsa, khususnya yang berkenaan dengan masalah lingkungan hidup, sehingga
kelak anak-anak yang menjadi penerus mampu melaksanakan pembaharuan
masyarakat dan bangsa tanpa menimbulkan kerawanan sosial.
Dari latar belakang tersebut membuat penulis tertarik dan ingin mengadakan
penelitian yang berhubungan dengan persepsi dan sikap terhadap lingkungan hidup
di sekolah. Lebih lengkapnya penulis memberikan judul “Hubungan Antara Persepsi
commit to user
Lingkungan Sekolah Pada Siswa MTs Nahdlatut Thullab Desa Manggarwetan
Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka akan muncul berbagai macam
pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Apakah dapat diketahui persepsi siswa tentang lingkungan hidup dalam rangka
menumbuhkan pemahaman terhadap kebersihan lingkungan di sekitar sekolah?
2. Apakah lingkungan hidup di sekolah perlu dijaga dan dipelihara supaya tetap
bersih dan sehat serta nyaman dalam rangka menumbuhkan motivasi belajar
siswa?
3. Apakah pola hidup yang bersih dan sehat sudah diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari peserta didik?
4. Apakah sudah diketahui sikap siswa tentang lingkungan hidup dalam
menumbuhkan kesadaran, dukungan, dan perilaku setiap usaha terhadap
kebersihan lingkungan sekolah?
5. Apakah partisipasi siswa dalam kebersihan lingkungan di sekolah sangat penting
untuk mewujudkan suatu keberhasilan dalam menerapkan pendidikan lingkungan
hidup, dan apa saja faktor-faktor yang mempengaruhinya?
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah diperlukan untuk membatasi agar penelitian tidak
membahas terlalu menjauh dari tema pokok yang hendak diteliti. Sehingga dalam
1. Sasaran pokok dalam penelitian ini adalah hubungan antara persepsi dan sikap
siswa tentang lingkungan hidup dengan partisipasi siswa dalam kebersihan
lingkungan.
2. Aspek-aspek atau variabel yang hendak dikaji dalam penelitian ini adalah:
a. Persepsi tentang lingkungan hidup
Persepsi diberikan definisi sebagai pemahaman siswa dari hasil proses
pengamatan penginderaan tentang lingkungan hidup.
b. Sikap tentang lingkungan hidup
Sikap didefinisikan sebagai reaksi afeksi baik bersifat kesadaran, dukungan,
dan perilaku tentang lingkungan hidup.
c. Partisipasi siswa dalam kebersihan lingkungan sekolah
Partisipasi diartikan sebagai keikutsertaan siswa secara aktif disertai rasa
tanggung jawab dalam kebersihan di lingkungan sekolah.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dibahas, maka dalam penelitian ini akan
merumuskan beberapa pertanyaan, yaitu:
1. Apakah terdapat hubungan antara persepsi tentang lingkungan hidup dengan
partisipasi dalam kebersihan lingkungan sekolah pada siswa MTs Nahdlatut
Thullab Desa Manggarwetan Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan?
2. Apakah terdapat hubungan antara sikap tentang lingkungan hidup dengan
partisipasi dalam kebersihan lingkungan sekolah pada siswa MTs Nahdlatut
commit to user
3. Apakah terdapat hubungan antara persepsi dan sikap tentang lingkungan hidup
secara bersama-sama dengan partisipasi dalam kebersihan lingkungan sekolah
pada siswa MTs Nahdlatut Thullab Desa Manggarwetan Kecamatan Godong
Kabupaten Grobogan?
E. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini, tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui:
1. Hubungan antara persepsi tentang lingkungan hidup dengan partisipasi dalam
kebersihan lingkungan sekolah pada siswa MTs Nahdlatut Thullab Desa
Manggarwetan Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan.
2. Hubungan antara sikap tentang lingkungan hidup dengan partisipasi dalam
kebersihan lingkungan sekolah pada siswa MTs Nahdlatut Thullab Desa
Manggarwetan Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan.
3. Hubungan antara persepsi dan sikap tentang lingkungan hidup secara
bersama-sama dengan partisipasi dalam kebersihan lingkungan sekolah pada siswa MTs
Nahdlatut Thullab Desa Manggarwetan Kecamatan Godong Kabupaten
Grobogan.
F. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini penulis harapkan mampu memberi manfaat pada:
1. Secara Teoretis
Bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
2. Secara Praktis
a. Sebagai bahan masukan bagi dunia pendidikan dalam usaha meningkatkan
kepedulian siswa terhadap kebersihan lingkungan sekolah.
b. Sebagai sumbangan informasi bagi para pendidik agar dapat menanamkan
suatu persepsi dan sikap yang benar tentang lingkungan hidup kepada anak
didiknya, sehingga pada akhirnya mampu menumbuhkan suatu kesadaran dan
berperan aktif terhadap kebersihan lingkungan sekolah dan lingkungan
sekitarnya.
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi dalam
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan masalah
lingkungan hidup dan kebersihan lingkungan sekolah, disamping itu dapat
commit to user 11 BAB II
KAJIAN TEORETIK DAN HIPOTESIS
A. Persepsi
1. Pengertian Persepsi
Persepsi merupakan sebuah pemikiran yang dihasilkan oleh manusia dan
setiap manusia pasti pernah memiliki sebuah persepsi. Persepsi juga dianggap
salah satu peristiwa kejiwaan bagi manusia. Menuru Sarlito (2002: 94) persepsi
adalah proses pencarian informasi untuk dipahami. Sedangkan alat untuk
memperoleh informasi tersebut adalah penginderaan (penglihatan, pendengaran,
peraba dan sebagainya). Pengertian persepsi menurut Djalaludin adalah proses
memberi makna pada sensori sehingga manusia memperoleh pengertian
(Sutarmi, 2000: 39).
Persepsi selalu berkaitan dengan pengalaman dan tujuan seseorang pada
waktu terjadinya prses persepsi tersebut. Hal tersebut merupakan tingkah laku
selektif dan bertujuan, ia juga merupakan proses pencapaian makna. Dalam
persepsi pengalaman merupakan faktor penting dalam menentukan hasil persepsi.
(Sutopo, 1996: 133).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, pertama; persepsi berkaitan
dengan aspek proses. Melalui proses ini diperlukan waktu, semakin lama waktu
yang digunakan ada kecenderungan semakin baik dalam mencerna segala
sesuatu. Kedua; persepsi merupakan proses pengamatan dari penginderaan
atau makna mengenai apa yang diamati. Ketiga; persepsi merupakan totalitas
artinya persepsi tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan kebulatan dari peristiwa
kejiwaan dalam memahami suatu obyek, sehingga menimbulkan pengertian yang
benar melalui obyek tersebut. Keempat; sebuah persepsi sangat ditentukan oleh
siapa yang mempersepsikannya dan situasi lahirnya persepsi berikutnya.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Faktor yang mempengaruhi persepsi menurut Jalaluddin Rahmat (1989:
52-58) adalah (a) Faktor perhatian (attention), (b) Faktor fungsional, (c) Faktor
struktur.
Bila persepsi dihubungkan dengan masalah lingkungan hidup, menurut
Sarlito (2002: 45) bahwa dalam kenyataannya lingkungan hidup terdiri atas
obyek-obyek yang harus ditangkap keberadaannya melalui indera-indera, antara
lain; indera penglihatan, menangkap gelombang suara, indera pengecap
menangkap rasa.
Dalam pembahasan selanjutnya mengenai bagaimana manusia mengerti
dan menilai lingkungan dapat didasarkan pada dua pendekatan, yaitu pendekatan
konvensional dan pendekatan ekologik. Pendekatan konvensional, bermula dari
adanya rangsangan dari luar individu (stimulus), individu menjadi sadar akan
adanya stimulus ini melalui sel-sel syaraf reseptor (penginderaan) yang peka
terhadap bentuk-bentuk energi tertentu (cahaya, suara, suhu). Apabila sumber
energi ini cukup kuat untuk merangsang sel-sel reseptor maka terjadilah
commit to user
dalam pusat syaraf yang lebih tinggi (otak) sehingga manusia bisa mengenali dan
menilai obyek-obyek maka keadaan ini dinamakan persepsi.
Pendekatan yang kedua adalah pendekatan ekologik. Pendekatan ini
dikemukakan oleh Gibson dalam Carolina (1984: 24) yang mengatakan bahwa
individu tidaklah menciptakan makna-makna dari apa yang diinderakannya
karena sesungguhnya makna itu sudah terkandung dalam stimulus itu sendiri dan
tersedia untuk organisme yang siap menyerapnya. Persepsi terjadi secara spontan
dan langsung, jadi bersifat holistic. Spontanitas itu terjadi karena organisme
selalu menjajaki (eksplorasi) lingkungannya dan dalam penjajahan itu ia
melibatkan setiap obyek yang ada pada lingkungannya dan setiap obyek
menonjolkan sifat-sifatnya yang khas untuk untuk organisme bersangkutan.
Obyek-obyek atau stimuli itu sendiri pun pasif berinteraksi dengan makhluk yang
mengindera sehingga akhirnya timbullah makna-makna spontan itu. Adapun
kelebihan manusia dari makhluk lainnya adalah kemampuannya untuk mengubah
kemanfaatan dari suatu stimulus sehingga lebih memenuhi keperluannya sendiri.
Dari hasil pembahasan tersebut secara singkat dapat disimpulkan bahwa
persepsi merupakan proses pengamatan penginderaan untuk memperolah
pemahaman tentang lingkungan hidup.
3. Persepsi Tentang Lingkungan Hidup
Di Indonesia perhatian tentang lingkungan hidup telah dilakukan sejak
tahun 1960-an. Tonggak pertama sejarah tentang permasalahan lingkungan hidup
dipancangkan melalui seminar tentang Pengelolaan lingkungan Hidup dan
tanggal 15 - 18 Mei 1972. Hasil yang dapat diperoleh dari pertemuan itu yaitu
terkonsepnya pengertian umum permasalahan lingkungan hidup di Indonesia.
Dalam hal ini, perhatian terhadap perubahan iklim, kejadian geologi yang bersifat
mengancam kepunahan makhluk hidup dapat digunakan sebagai petunjuk
munculnya permasalahan lingkungan hidup.
Pengertian dan persepsi yang berbeda mengenai masalah lingkungan
hidup sering menimbulkan ketidak harmonisan dalam pengelolaan lingkungan
hidup. Akibatnya seringkali terjadi kekurang-tepatan dalam menerapkan berbagai
perangkat peraturan, yang justru menguntungkan perusak lingkungan dan
merugikan masyarakat dan pemerintah.
Dari uraian tersebut diatas jelaslah bagi kita bahwa dalam menyikapi
terjadinya pencemaran lingkungan baik akibat teknologi, perubahan lingkungan,
industri dan upaya-upaya yang dilakukan dalam pembangunan ekonomi,
diperlukan itikad yang luhur dalam tindakan dan perilaku setiap orang yang
peduli akan kelestarian lingkungan hidup.
Walaupun telah ditetapkan Undang-Undang No. 4 Tahun 1982, PP No. 19
tahun 1994 dan Keppres No .7 tahun 1994 yang berhubungan dengan
pengelolaan lingkungan, jika tidak ada kesamaan persepsi dan kesadaran dalam
pengelolaan lingkungan hidup maka berbagai upaya pembangunan yang
bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat tidak
akan dapat dinikmati secara tenang dan aman, karena kekhawatiran akan bencana
dari dampak negatif pencemaran lingkungan (http://www.scribd.com/
commit to user
Persepsi tentang lingkugan hidup jika dihubungkan dengan siswa maka
mencakup persepsi yang positif dan persepsi yang negatif. Persepsi positif terjadi
apabila siswa memiliki kemampuan perceptual atau kemampuan derajat
pengamatan yang tinggi. Ia akan menanggapi stimulus (lingkungan hidup) secara
obyektif dan tepat. Persepsi negatif terjadi bila siswa memiliki kemampuan
perceptual atau derajat pengamatan yang rendah dalam menanggapi stimulus
(lingkungan hidup) kurang obyektif. Pada akhirnya siswa kurang memahami dan
kurang mengerti terhadap pengetahuan yang diberikan.
B. Sikap
1. Pengertian Sikap
Pengertian sikap menurut para ahli bermacam-macam, menurut Luis
dalam Saifudin (1995: 5) sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan.
Sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung atau memihak
maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak pada obyek tertentu.
Menurut Bruno, sikap (attitude) adalah kecenderungan yang relative
menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang
tertentu (Muhibbin, 1999: 111). Menurut Carolina (1984: 97) sikap merupakan
suatu sistem yang mengandung komponen kognisi, perasaan dan kecenderungan
bereaksi.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan apabila dikaitkan dengan perilaku
belajar siswa, maka sikap adalah suatu gejala internal yang berdimensi efektif
commit to user
yang baru dengan cara yang relative tetap terhadap obyek orang, barang,
peristiwa, tata nilai dan sebagainya baik secara positif maupun negatif.
Komponen-komponen yang membentuk sikap manusia adalah:
a. Komponen Kognitif,
Komponen ini berisi tentang kepercayaan seseorang mengenai apa yang
berlaku atau yang benar bagi obyek sikap. Komponen kognisi berhubungan
erat dengan pengetahuan, ide, keyakinan dan konsep seseorang terhadap
obyek sikapnya.
b. Komponen Afektif,
Komponen ini menyangkut masalah emosional subyektid seseorang terhadap
obyek sikap, yang berhubungan dengan perasaan pada obyek tertentu pada
diri manusia.
c. Komponen Konatif (perilaku),
Dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana kecenderungan berperilaku
yang ada pada diri manusia berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapi,
berhubungan dengan tindakan, kegiatan bertingkah laku dalam sikap tertentu.
2. Pembentukan Sikap
Berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah
pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media
massa, institusi atau lembaga pendidikan dan agama, serta faktor emosi dalam
commit to user
Faktor-faktor tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Pengalaman pribadi
Apa yang telah dan sedang dialami akan ikut membentuk dan mempengaruhi
penghayatan terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu
dasar terbentuknya sikap. Oleh karena itu, seseorang harus mempunyai
pengalaman yang berkaitan dengan obyek psikologis. Kemudian untuk dapat
menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi tersebut haruslah
meninggalkan kesan yang kuat.
Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi
dalam situasi yang melibatkan faktor emosional, sehingga penghayatan akan
pengalaman menjadi lebih mendalam dan lebih lama membekas.
b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Seseorang yang kita anggap penting, seseorang yang diharapkan
persetujuannya, seseorang yang berarti khusus banyak mempengaruhi
pembentukan sikap terhadap sesuatu. Diantara orang yang bisa dianggap
penting bagi individu adalah orang tua, orang yang statusnya lebih tinggi,
teman sebaya, teman dekat, guru dan istri atau suami.
c. Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan adalah kebiasaan yang dilakukan seseorang. Jelaslah bahwa
kebudayaan tempat asal kita dibesarkan mempunyai pengaruh yang sangat
besar terhadap pembentukan sikap. Kebudayaan telah menanamkan garis
d. Media massa
Semakin banyaknya media yang beredar dalam masyarakat, membuat
sebagian dari kita tidak mau ketinggalan berita terbaru, media massa
mempunyai pengaruh dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang.
Dalam pemberitaan yang seharusnya disampaikan bisaanya akan disisipi
berbagai hal yang subyektif, sehingga obyektifitas berita sudah tidak
terpenuhi. Hal ini sering kali mempengaruhi sikap pembaca atau
pendengarnya, sehingga dengan hanya menerima berita yang sudah dimasuki
unsur subyektif tersebut, maka terbentuklah sikap-sikap tertentu terhadap
suatu peristiwa.
e. Lembaga pendidikan atau lembaga agama
Lembaga sebagai sistem adalah yang meletakkan dasar pengertian dan
konsep moral dalam individu, sehingga dapat dikatakan bahwa lembaga
mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan sikap. Pemahaman
akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan yang tidak
boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta
ajarannya, hal ini dikarenakan konsep moral dalam ajaran agama sangat
menentukan sistem kepercayaan.
f. Pengaruh faktor emosional
Suatu bentuk sikap terkadang merupakan pernyataan yang didasari oleh
emosi yang berfungsi sebagai ancaman penyaluran frustasi atau pengalihan
bentuk mekanisme pertahanan ego. Akan tetapi sikap yang demikian ini
commit to user
akan hilang, namun dapat pula mmenjadi sikap yang lebih konsisten dan
tahan lama.
Dari beberapa faktor pembentukan sikap tersebut dapat disimpulkan
bahwa sikap merupakan reaksi efektif baik bersifat kesadaran, dukungan,
perilaku (siswa) tentang lingkungan hidup.
3. Sikap Terhadap Lingkungan Hidup
Dalam bersikap selalu ada obyek yang disikapi. Obyek disini mempunyai
arti yang luas seperti masalah atau pokok persoalan, tindakan, perilaku, cara
kerja, orang atau peristiwa. Dalam obyek perilaku konsumen, obyek dapat
diartikan sebagai kategori produk. Kemudian obyek tersebut adalah segala hal
yang dapat mempengaruhi atau berdampak pada sikap.
Ketika konsumen sudah menentukan sikap mereka terhadap lingkungan
hidup, khususnya jika mereka bersikap baik terhadap lingkungan hidup mereka,
dalam artian mereka peduli terhadap lingkungan, mereka akan berusaha untuk
menjaga kelestarian lingkungan hidup mereka. Banyak cara yang dapat mereka
lakukan untuk menjaga kelestarian lingkungan, salah satu caranya adalah dengan
mengkonsumsi atau menggunakan produk yang ramah lingkungan. Akan tetapi
produk ramah lingkungan itu pada dasarnya mempunyai harga yang lebih mahal
dibandingkan produk biasa pada umumnya. Namun demikian sikap konsumen
terhadap lingkungan dapat mempengaruhi kesediaan mereka membayar lebih
untuk produk ramah lingkungan, dengan kata lain konsumen akan berani
Dari uraian diatas, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa sikap
konsumen terhadap lingkungan adalah predisposisi (kecenderungan umum) yang
dipelajari atau dibentuk dalam merespon secara konsisiten terhadap kesatuan
ruang yang terdiri atas sumberdaya alam hayati dan sumberdaya alam non-
hayati, yang meliputi suatu mahluk hidup atau sekumpulan mahluk hidup guna
melangsungkan kehidupannya dan terbagi atas lingkungan fisik dan lingkungan
biologis, dalam bentuk suka (positif) atau tidak suka (negatif), yang didasarkan
pada komponen kognitif yaitu pengetahuan dan prsepsi mereka mengenai
masalah lingkungan, afektif yaitu emosi atau perasaan mereka terhadap
lingkungan dan konatif yaitu perilaku mereka terhadap lingkungan
(http://www.scribd.com/doc/24661694/Sikap-Terhadap-Lingkungan-Hidup).
Apabila dihubungkan dengan sikap siswa tentang lingkungan hidup, maka
siswa diharapkan mampu mensikapi secara positif tentang lingkugan hidup, yaitu
untuk menjaga lingkungan hidup khususnya di lingkungan sekolah.
C. Lingkungan Hidup
1. Pengertian Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup adalah manusia bersama tumbuhan, hewan dan jasad
renik yang menempati suatu ruangan tertentu. Dalam ruangan tersebut terdapat
juga benda tak hidup seperti udara yang terdiri atas bermacam gas, air dalam
bentuk uap, cair dan padat, tanah dan batu (Otto, 1994: 51). Dalam buku
Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Emil Salim (1979: 16) mengemukakan
commit to user
lingkungan yang terdapat dalam ruang yang ditempati manusia dan
mempengaruhi hal-hal yang termasuk kehidupan manusia. Berbeda dengan yang
lain, Soerjani (1987: 3) memberikan definisi tentang lingkungan hidup adalah
sistem kehidupan dimana terdapat campur tangan manusia terhadap tatanan
ekosistemnya. Dari uraian tersebut dapat ditarik benang merah bahwa lingkungan
hidup merupakan suatu kesatuan yang berhubungan dengan makhluk hidup baik
berupa manusia, tumbuhan, maupun hewan.
Komponen dari lingkungan hidup dikelompokkan dalam tiga hal, yaitu
lingkungan fisik, lingkungan hayati dan lingkungan sosial (Shalihuddin, 1992:
27). Berbeda dengan pendapat tersebut, Soedjiran (1985: 145) mengemukakan
bahwa lingkungan hidup terdiri dari unsur biotik dan abiotik. Hubungan antara
manusia dengan lingkungan hidupnya tidak hanya ditentukan oleh jenis dan
jumlah benda hidup dan mati dari lingkungan alam, melainkan oleh kondisi dan
sifat benda biotik maupun abiotiknya.
Sementara itu menurut Ismail (1988: 22) lingkungan kehidupan manusia
dapat dikelompokkan dalam tiga macam lingkungan, yaitu; lingkungan fisik,
lingkungan hayati dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik terdiri atas berbagai
macam benda, zat, dan keadaan tanah, air, dan udara dengan seluruh kekayaan
alam fisik yang ada di atas dan didalamnya. Lingkungan hayati meliputi segala
makhluk hidup dari yang paling kecil (mikroorganisme) sampai yang pada
tingkatan besar, baik yang berupa hewan mupun yang tumbuh-tumbuhan.
Lingkungan sosial adalah kehidupan manusia dengan interaksinya dengan
Berdasarkan uraian diatas disebutkan bahwa lingkungan dibagi menjadi
dua, yaitu lingkungan biotik dan abiotik atau non biotik. Lingkungan biotik
adalah segala hal yang menyangkut dengan manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan,
bakteri, virus. Jika kita melihat lingkungan biotik disekitar sekolah berarti segala
hal yang menyangkut manusia tumbuhan, hewan, bakteri maupun virus yang
terdapat di sekitar sekolah. Sementara itu lingkungan non biotik disekitar sekolah
misalnya gedung sekolah, kursi, meja, papan tulis dan lain-lain (Dwijo, 1982:
15).
Pengertian pengelolaan lingkungan hidup menurut Undang-undang
Nomor 23 Tahun 1997 adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi
lingkungan hidup yang meliptui kebijaksanaan penataan, pemanfaatan,
pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan pengendalian
lingkungan hidup. Pada pasal berikutnya dijelaskan bahwa sasaran pengelolaan
lingkungan hidup adalah (1) Tercapainya keselarasan, keserasian, dan
keseimbangan antara manusia dan lingkungan hidup, (2) Terwujudnya manusia
Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang memiliki sikap dan tindak
melindungi dan membina lingkungan hidup, (3) Tercapainya kepentingan
generasi masa kini dan generasi masa mendatang, (4) Tercapainya kelestarian
fungsi lingkungan hidup, (5) Terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara
bijaksana.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa lingkungan hidup adalah
segala sesuatu yang berhubungan dengan makhluk hidup, baik berupa manusia,
commit to user
terpadu dan terprogram dalam mempertahankan keseimbangan dan kelestarian
lingkungan untuk kelangsungan makhluk hidup, sehingga pada akhirnya tujuan
pengelolaan lingkungan hidup yang sudah dicantumkan dalam Undang-undang
yaitu terlindunginya Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap dampak dan
atau perusakan lingkungan hidup dapat tercapai dengan sebaik-baiknya.
2. Kebersihan Lingkungan
Lingkungan yang bersih mencerminkan pribadi yang sehat. Dalam agama
Islam kebersihan merupakan sebagian dari Iman (al Hadits). Menurut Sapardi
(1984: 111) kegiatan mengadakan kebersihan dan kesehatan lingkungan yang
baik meliputi masalah penyediaan air bersih, pembuangan kotoran manusia, air
bekas, dan sampah-sampah, pemberantasan cacing, dan pemberantasan penyakit
menular. Selain dari pada itu kebersihan perorangan juga termasuk salah satu
kegiatan mengadakan kebersihan, yaitu meliputi minum air masak, buang air
besar di kakus, memakai alas kaki, dan lain-lain.
Kegiatan-kegiatan dalam rangka menjaga kebersihan dan kesehatan
lingkungan tersebut harus senantiasa dilaksanakan dimana setiap manusia
tinggal, baik itu di lingkungan sekitar rumah, maupun tempat kerja setiap
individu. Sehingga pada akhirnya kita dapat hidup bersih dan sehat dimanapun
kita berada.
Kesehatan merupakan kebutuhan hidup yang mendasar. Berjalannya
kehidupan kita setiap hari akan sangat membutuhkan kesehatan, hal ini diartikan
bahwa dalam kehidupan kita yang senantiasa berinteraksi dengan orang lain,
kita akan terganggu. Oleh karena itu, setiap orang harus senantiasa menjaga
dirinya agar selalu sehat dalam arti yang menyeluruh yaitu sehat fisik, mental,
dan sosial. Hal ini dimaksudkan agar seseorang dapat melakukan keseluruhan
aktivitas dan proses kehidupan dapat berjalan dengan sebaik-baiknya, karena hal
itu merupakan salah satu langkah untuk menuju hidup bahagia yang selalu
diharapkan oleh setiap individu.
Kehidupan bersih, sehat, rapi, dan ramah harus ditanamkan sedini
mungkin, sehingga kebisaaan yang sudah dilakukan oleh anak kita pada masa
kecil akan menjadi budaya pada saat mereka sudah dewasa. Hal ini sesuai dengan
yang diungkapkan Otto Soemarwoto (1997: 87) bahwa budaya itu harus
dikembangkan sejak kecil dengan mendidik anak-anak untuk bersikap ramah
terhadap lingkungan. Walaupun hal ini nampak sulit untuk dilakukan akan tetapi
jika ini dilaksanakan akan memperlihatkan hasil yang nyata, misalnya sudah
mulai banyak anak yang mengerti dan mengetahui untuk tidak membuang
sampah disembarang tempat, melainkan membuang sampah pada tempat sampah.
Seperti halnya membuang sampah, contoh yang lain dapat diajarkan kepada
anak-anak kita, seperti mengambil makan secukupnya, jika kelebihan nanti akan
terbuang, mengajarkan anak kita untuk suka membaca, mengajarkan anak-anak
kita untuk menanam pohon dan merawatnya, sehingga pada akhirnya akan
tumbuh rasa memiliki dan memelihara lingkungan disekitarnya, sehingga pada
akhirnya pelajaran tersebut menjadi budaya yang selalu dilaksanakan bagi
commit to user
mengenal lingkungan secara nyata, mengetahui apa yang harus dilakukan untuk
menjaga lingkungan dan mencegah perbuatan yang dapat merusak lingkungan.
Budaya yang ditanamkan kepada anak-anak kita sejak usia dini akan
terbawa terus hingga dewasa. Budaya yang kita ajarkan dirumah, juga akan
dilakukan disekolah tempat belajar anak kita. Pada akhirnya anak kita akan
menjaga lingkungan sekolahnya supaya tetap sehat bersih dan nyaman. Menurut
Dwijo (1982: 19) bahwa aspek-aspek sekolah hidup dan bernaung di sekolah
selama pertumbuhannya, sehingga perlu dilindungi oleh lingkungan hidup
sekolah yang sehat dan terawat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan kehidupan yang sehat
adalah:
a. Persediaan air bersih
Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia, maka dimana ada kehidupan
disitulah akan membutuhkan air. Begitu juga dalam lingkungan sekolah, air
merupakan kebutuhan, baik untuk membersihkan tangan, membersihkan sisa
air seni, dan lain-lain. Begitu penting air bagi kehidupan kita, maka kita harus
menjaga air agar tetap bersih dan sehat untuk digunakan tidak terkecuali di
lingkungan sekolah.
b. Sistem pembuangan sampah
Di sekolah diharapkan disediakan tempat sampah di dalam kelas, sehingga
siswa tidak membuang sampah sembarangan, begitu juga di luar kelas harus
disiapkan tempat sampah yang tertutup, sehingga tidak akan menimbulkan
selain itu pula tidak menimbulkan bau busuk yang dapat mengganggu proses
belajar mengajar.
Ajarkan kepada siswa untuk memisahkan sampah kering dan sampah basah,
sehingga dapat tercipta lingkungan yang benar-benar bersih dan sehat di
lingkungan sekolah tempat belajar mengajar.
c. Toilet dan WC
Di lingkungan sekolah juga harus diperhatikan toilet tempat buang air kecil
dan WC atau kakus untuk buang air besar. Pembuatan tempat pembuangan
akhir atau lebih dikenal dengan septic tank harus memperhatikan letak,
diantaranya tidak dekat dengan ruangan. Selain itu, toilet dan kakus harus
dibedakan antara laki-laki dan perempuan dan memperhatikan pula jumlah
pemakainya, artinya satu kakus dibuat untuk 30-50 orang, dan yang
terpenting adalah menjaga kebersihan toilet dan kakus tersebut.
d. Tempat cuci tangan
Di sekolah perlu disediakan kran air atau dibuatkan wastafel untuk cuci
tangan, maupun cuci muka siswa-siswi. Selain itu sediakanlah sabun mandi
atau sabun cuci tangan agar kehidupan siswa benar-benar diajak kepada
pembelajaran hidup sehat.
e. Program sanitasi warung sekolah
Program ini bertujuan untuk menjaga kebersihan warung atau kantin-kantin
sekolah. Sanitasi warung sekolah ini dibuat supaya tidak menganggu proses
belajar mengajar di sekolah dan pada akhirnya kebersihan dari setiap kantin
commit to user
f. Letak bangunan sekolah
Letak sekolah sangat berpengaruh kepada proses belajar siswa, jadi letak
bangunan sekolah harus memperhatikan hal-hal dibawah ini:
1). Jauh dari jalan besar yang ramai lalu lintasnya
2). Sebaiknya dekat dengan pusat perumahan
3). Sebaiknya dekat dengan tanah lapang, taman, kolah renang, dan
perpustakaan diluar sekolah
4). Sebaiknya paling tidak berjarak 0,5–1 km dari sungai yang keadaannya
kotor, daerah pembuangan sampah, pabrik atau bengkel yang bising,
daerah rawa, dan lalu lintas jalan raya maupun kereta api.
g. Bangunan
Bangunan gedung sekolah harus memperhatikan hal-hal yang berkaitan
dengan keamanan dan kenyamanan anak didik, seperti contoh:
1). Tempat bermain anak didik sebaiknya dilindungi atau ditutup dengan
atap agar anak didik dapat bermain pada waktu hujan maupun terik
matahari.
2). Gedung sekolah sebaiknya dibuat memanjang kesamping dan tidak
menjulang keatas, jika luas tanah mencukupi, hal ini dikarenakan untuk
menjaga keamanan anak didik dalam bermain.
3). Bahan bangunan gedung dipilih dari bahan material yang tahan lama,
4). Atap sebaiknya terbuat dari bahan yang mengacu pada kesehatan, tidak
menggunakan asbes yang dapat merusak kesehatan, dan awet untuk
digunakan.
h. Ruangan kelas
Ruang kelas adalah tempat belajar anak didik, sehingga keadaan ruang kelas
harus senantiasa dijaga kebersihan dan kerapiannya. Selain dari pada itu,
ruang kelas harus memperhatikan hal-hal berikut:
1). Jumlah ruang kelas ditentukan oleh jumlah anak didik, dan sebaiknya 1
ruang kelas diisi dengan 35-40 anak didik.
2). Selain itu juga harus ada ruang guru, ruang kesehatan, ruang
administrasi.
3). Pengaturan ruang kelas harus diatur sedemikian rupa sehingga anak didik
dapat belajar dengan sebaik-baiknya.
4). Sebaiknya ruangan kelas berukuran tinggi 4 meter, panjang 8 meter, dan
lebar 7 meter.
5). Lantai kelas sebaiknya tidak terbuat dari tanah, namun terbuat dari
keramik atau tegel.
6). Langit-langit ruang kelas sebaiknya terbuat dari enternit, triplek atau
bahan yang lain yang aman bagi kesehatan dan nyaman dalam
pemakaian.
7). Tiap-tiap ruang kelas sebaiknya mempunyai ventilasi udara dan cahaya
commit to user i. Ventilasi dan penerangan
Dalam pembuatan gedung, harus senantiasa memperhatikan ventilasi udara,
hal ini harus memperhatikan jalan masuk dan keluar udara supaya udara
dalam ruangan dapat berganti terus menerus. Selain udara sinar atau cahaya
matahari harus dapat masuk kedalam ruangan dengan lancar, baik itu melalui
jendela atau melalui atap. Penerangan ini juga menyangkut pemasangan alat
penerangan listrik didalam ruangan. Hal ini diperuntukkan jika suatu saat
musim hujan dan gelap.
j. Perlengkapan kelas
Segala peralatan didalam kelas harus disesuaikan dengan ukuran kelas,
misalnya lemari kelas, meja dan kursi yang dapat dipindah-pindahkan,
sehingga dapat disusun sesuai dengan keinginan dan kenyamanan bersama.
Pengaturan meja dan kursi, baik meja guru maupun meja dan kursi anak didik
harus diatur sedemikian rupa agar suasana belajar mengajar dapat berjalan
dengan kondusif.
k. Tempat bermain
Di setiap sekolah harus memperhatikan halaman tempat bermain anak didik.
Hal ini meliputi; luas arena bermain, rindang, nyaman, disertai dengan
rerumputan, area tanah yang rata. Selain itu sarana permainan sebisa mungkin
disediakan untuk kegiatan bermain anak didik.
l. Tempat sepeda
Apabila alat transportasi anak didik adalah sepeda, maka tempat sepeda
mencukupi dan dekat dengan bangunan sekolah agar kelancaran proses
belajar mengajar dapat tercapai.
Keadaan lingkungan sekolah yang bersih dan nyaman diharapkan akan
mampu menumbuhkan semangat dan motivasi belajar peserta didik yang optimal,
sehingga tujuan pendidikan di sekolah dapat tercapai dengan baik.
D. Partisipasi
1. Pengertian Partisipasi
Partisipasi merupakan kesediaan untuk membantu keberhasilan setiap
program sesuai dengan kemampuan setiap orang tanpa mengorbankan
kepentingan diri sendiri. Menurut Talizidulu (1987: 102) partisipasi adalah
sebagai pengambilan bagian dalam kegiatan bersama.
Menurut Keith Davis dalam Santoso (1988: 13) mendefinisikan
partisipasi sebagai keterlibatan mental atau pikiran dan emosi atau perasaan
seseorang didalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan
sumbangan kepada kelompok dalam dunia usaha mencapai tujuan serta turut
bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan.
Berdasarkan pengertian partisipasi diatas, partisipasi dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:
a. Bahwa partisipasi dicirikan sebagai keikutsertaan atau berperan serta, yang
commit to user
b. Partisipasi merupakan keterlibatan mental dan emosional dalam situasi
kelompok dengan memberikan sumbangan pemikiran dan perasaan, serta
daya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
c. Partisipasi tersebut disertai dengan rasa kesadaran dan kerelaan atau
keikhlasan tanpa paksaan.
2. Tahapan-tahapan Dalam Partisipasi
Tahap-tahap dalam berpartisipasi menurut Soekadi (1985: 60) adalah
sebagai berikut:
a. Idea planning stage, yaitu suatu tahapan dimana seseorang ikut aktif dengan
mengembangkan pikirannya di dalam merencanakan suatu kegiatan
organisasi.
b. Implementation stage, adalah tahapan dimana seseorang ikut aktif dalam
pelaksanaan kegiatan organisasi.
c. Utilization stage, adalah suatu tahapan dimana seseorang ikut menggunakan
atau memanfaatkan hasil-hasil dari usaha bersama yang telah disepakati.
d. Responsibility stage, adalah sutau tahap dimana seseorang ikut bertanggung
jawab semua yang telah dilakukannya serta hasil yang telah dicapai.
Tahapan-tahapan partisipasi tersebut, jika diterapkan dalam kegiatan
partisipasi siswa dalam kebersihan lingkungan sekolah adalah (a) Peran aktif
siswa dalam mengembangkan pemikiran, ide/gagasan dalam merencanakan
kebersihan lingkungan sekolah, (b) Peran aktif siswa dalam pelaksanaan kegiatan
kebersihan lingkungan sekolah, (c) Peran aktif dalam menggunakan atau
commit to user
serta bertanggung jawab atas semua yang telah dilakukan serta hasil yang telah
dicapai dalam pengelolaan kebersihan lingkungan sekolah.
3. Partisipasi Dalam Kebersihan Sekolah
Sekolah adalah lingkungan yang mencetak generasi bangsa untuk masa
yang akan datang. Sudah seharusnya sekolah harus selalu terjaga kebersihannya
agar suasana belajar siswa menjadi kondusif dan sehat. Hal inilah yang akhirnya
menjadi kewajiban bersama oleh komponen sekolah dalam menjaga lingkungan
sekolah agar tetap bersih dan sehat, sehigga pelaksanaan pendidikan dapat
berjalan dengan sebaik-baiknya.
Partisipasi siswa khususnya dalam kebersihan lingkungan sekolah adalah
diharapkan anggota masyarakat (yang dalam hal ini adalah siswa atau peserta
didik) memiliki kesadaran yang disertai dengan rasa tanggung jawab untuk
terlibat atau berperan aktif dalam kebersihan lingkungan sekolah.
Selanjutnya setelah memiliki kesadaran yang disertai rasa tanggung
jawab, siswa diharapkan mampu berperan aktif dalam mengembangkan
pemikiran, aktif dalam pelaksaan, dalam mengelola kebersihan lingkungan
sekolahnya dan senantiasa menjaga kebersihan sekolah setiap saat.
E. Siswa
Dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pada pasal 1 menyebutkan bahwa peserta didik atau siswa adalah anggota
masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran
commit to user
menyebutkan bahwa untuk dapat diterima sebagai siswa SLTP seseorang harus tamat
Sekolah Dasar atau satuan pendidikan dasar yang sederajat.
Menurut Sudomo Hadi (1988: 58), siswa atau anak didik adalah anak yang
belum dewasa yang memerlukan usaha, bantuan, bimbingan orang lain untuk
menjadi dewasa, guna dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Tuhan.
Selanjutnya dikemukakan tentang 4 konsep mengenai pembawaan terhadap siswa
atau anak didik, yaitu:
1. John Locke, menyebutkan bahwa anak dilahirkan didunia ini tanpa pembawaan,
melainkan sebagai tabula rasa.
2. Schopenhaver, berpendapat bahwa bayi lahir dengan pembawaan baik dan
pembawaaan buruk.
3. J.J. Rousseau berpendapat bahwa semua anak adalah baik pada waktu baru dating
dari sang pencipta, tetapi menjadi buruk ditangan manusia.
4. William Stern, berpendapat bahwa baik pembawaan maupun lingkungan
keduanya mempunyai pengaruh terhadap perkembangan anak didik.
Sudomo Hadi (1988: 67) juga menjelaskan bahwa anak didik adalah
Pertama; anak sebagai tempat kosong, dalam hal ini anak dianggap tidak mempunyai
cipta, rasa dan karsa. Anak didik sering disamakan sebagai suatu tempat yang harus
selalu menerima apa yang diberikan, tanpa ada kekuasaan untuk menolak atau
memilih mana yang disenangi. Anak dipandang tidak mengetahui suatu apapun
karena dianggap tidak mempunyai peran apa-apa. Kedua; Anak dianggap sebagai
orang dewasa dalam bentuk kecil, kebalikan dari uangkapan yang pertama bahwa