JENIS-JENIS BAKTERI PADA LUKA IKAN PATIN
(Pangasius sp.)
SKRIPSI
YUDHA PERDANA PUTRA LUBIS
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN
JENIS-JENIS BAKTERI PADA LUKA IKAN PATIN
(Pangasius sp.)
SKRIPSI
YUDHA PERDANA PUTRA LUBIS
Skripsi sebagai satu diantara beberapa syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi : Jenis-jenis Bakteri Pada Luka Ikan Patin (Pangasius sp.) Nama Mahasiswa : Yudha Perdana Putra Lubis
NIM : 090302023
Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan
Disetujui Oleh:
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Yunasfi, M.Si Rusdi Leidonald SP. M.Sc.
Ketua Anggota
Mengetahui
Dr. Ir. Yunasfi, M.Si
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Yudha Perdana Putra Lubis
NIM : 090302023
Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Jenis-jenis Bakteri Pada Luka Ikan
Patin (Pangasius sp.)” benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber dan data
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka di akhir skripsi ini.
Medan, Januari 2014
Yudha Perdana Putra Lubis
ABSTRAK
YUDHA PERDANA PUTRA LUBIS, Jenis-jenis Bakteri Pada Luka Ikan Patin (Pangasius sp.), dibawah bimbingan YUNASFI dan RUSDI LEIDONALD.
Satu diantara berbagai usaha yang menghasilkan ikan secara optimal dan tidak merusak populasi ikan dan lingkungan adalah usaha budidaya ikan air tawar yang terstruktur dan dikembangkan dengan baik. Ikan patin menjadi salah satu komoditas unggulan di bidang perikanan saat ini, penyakit bakterial yang timbul akibat adanya luka pada ikan patin sangat mempengaruhi hasil budidaya.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis bakteri yang ditemukan pada luka ikan patin (Pangasius sp.). Pengambilan sampel dilakukan satu kali dengan jumlah 10 ekor ikan, sampel yang diambil adalah ikan yang menunjukkan gejala klinis seperti adanya luka ikan, perubahan warna kulit, geripis pada bagian sirip, ekor dan antena, ikan bergerak lambat, berenang dipermukaan, cenderung menyendiri (tidak bergerombol) dan juga ikan yang tidak menunjukkan gejala klinis.
Bakteri hanya ditemukan pada luka ikan patin (Pangasius sp.) diantaranya adalah bakteri Aeromonas hydrophilla, Pseudomonas aeruginosa, Pseudomonas pseudomallei,dan bakteri Morganella morganii.
ABSTRACT
YUDHA PERDANA PUTRA LUBIS, Types of Bacterias found on catfish injury. This research was suvervised by YUNASFI and RUDSI LEIDONALD.
One of the various forms of business which produces fish optimally and do not damage fish populations and environment is a good freshwater fish farming. Currently catfish become one of the leading commodity in the fishery. Bacterial diseases arising from injury affecting the outcome of catfish farming.
This research had been conducted on September – October 2013. The purpose of this research was to determine the type of bacterias that commonly found in catfish injury (Pangasius sp). Sampling was done one time for 10 fishes. Samples were fishes which showed of clinical symptoms such as injury, skin discoloration, defect on the fins, tail and antennae, slow-moving, swim on the surface, tend to be solitary (not clustered ) and also fish without no clinical symptoms.
Bacterias are found only in injury catfish (Pangasius sp.) they are
Aeromonas hydrophilla, Pseudomonas aeruginosa, Pseudomonas pseudomallei
and Morganella morganii.
RIWAYAT HIDUP
YUDHA PERDANA PUTRA LUBIS, dilahirkan di
Marihat Bandar pada tanggal 5 Oktober 1990 dari
Ayahanda Ir. Ismanto Lubis S.Pd. dan Ibunda Sutarni.
Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan formal di SDN.
102062 Bangun Bandar tahun 2002, SMP Negeri 1
Bangun Bandar tahun 2005 dan SMK Negeri 2 Tebing Tinggi tahun 2008. Pada
tahun 2009 penulis diterima di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan,
Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru
Program Studi Baru (SPMPSB).
Selain mengikuti perkuliahan penulis aktif dalam organisasi Ikatan
Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan (IMMASPERA). Pada bulan Juli
2012 penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Dinas Kelautan dan
Pertanian Jakarta Selatan. Kemudian pada bulan September 2013, penulis
melaksanakan penelitian skripsi dengan judul “Jenis-jenis Bakteri Pada Luka Ikan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Kehadirat Allah SWT karena atas berkah dan rahmat-Nya
sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul penelitian ini adalah
“Jenis-jenis Bakteri pada Luka Ikan Patin (Pangasius sp.)”. Penelitian ini dilakukan sebagai satu diantara beberapa syarat untuk dapat meneyelesaikan studi
di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian Sumatera
Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda
Ir. Ismanto Lubis S.Pd. dan Ibunda Sutarni serta Adinda Yulistya Devi Lubis dan
Surya Triwasana Lubis yang telah memberi dukungan, doa dan semangat kepada
penulis. Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis mendapat arahan,
perhatian dan bimbingan dari berbagai pihak baik berupa materi, ilmu, informasi.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Dr. Ir. Yunasfi, M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing dan selaku Ketua
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan dan Bapak
Rusdi Leidonald, S.P. M.Sc. selaku Anggota Komisi Pembimbing, rekan-rekan
mahasiswa angkatan 2009 serta seluruh staf pengajar dan pegawai di Program
Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh staf pegawai di
Balai Karantina Ikan Belawan Kelas I Medan II yang telah membimbing penulis
selama melakukan penelitian, dan seluruh pihak yang telah membantu dalam
Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat dalam pengembangan
ilmu pengetahuan khususnya bidang manajemen sumberdaya perairan.
Medan, Januari 2014
DAFTAR ISI
Jenis-jenis bakteri yang Menyerang Ikan Patin ... 8
Karakteristik Umum Golongan Bakteri Yang Sering Menyerang ... Patin (Pangasius sp.) ... 10
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29
Hasil ... 29
Pembahasan ... 34
Pembacaan Hasil Bakteri ... 34
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 38
Saran ... 38
DAFTARPUSTAKA
DAFTAR TABEL
No. Teks Halaman
1. Beberapa Ciri Bakteri Gram positif dan Gram negatif ... 16
2. Hasil Penelitian ... 30
3. Uji Biokimia Aeromonas hydrophila ... 30
4. Uji Biokimia Pseudomonas aeruginosa ... 31
5. Uji Biokimia Pseudomonas pesudomaelli ... 33
DAFTAR GAMBAR
No. Teks Halaman
1. Kerangka Pemikiran ... 3
2. Pseudomonas aeruginosa pada pewarnaan Gram ... 11
3. Koloni Pseudomonas aeruginosa pada agar ... 12
4. Faktor-faktor virulensi P. aeruginosa ... 14
5. Pertumbuhan Aeromonas hydrophila pada media TSA ... 15
6. (a) Radang., (b) Nekrosis ... 19
7. Infeksi Pseudomonas aeruginosa dan Luka yang diisolasi ... 20
8. (A) Organ hati yang diisolasi; (B) Organ ginjal yang diisolasi ... 20
9. Hasil pewarnaan Gram Aeromonas hydrophila ... 31
10. Hasil pewarnaan Gram Pseudomonas aeruginosa ... 32
11. Hasil pewarnaan Gram Pseudomonaspseudomallei ... 33
DAFTAR LAMPIRAN
No. Teks Halaman
1. Pengambilan Sampel Ikan Patin ... 42
2. Alat dan Bahan ... 44
ABSTRAK
YUDHA PERDANA PUTRA LUBIS, Jenis-jenis Bakteri Pada Luka Ikan Patin (Pangasius sp.), dibawah bimbingan YUNASFI dan RUSDI LEIDONALD.
Satu diantara berbagai usaha yang menghasilkan ikan secara optimal dan tidak merusak populasi ikan dan lingkungan adalah usaha budidaya ikan air tawar yang terstruktur dan dikembangkan dengan baik. Ikan patin menjadi salah satu komoditas unggulan di bidang perikanan saat ini, penyakit bakterial yang timbul akibat adanya luka pada ikan patin sangat mempengaruhi hasil budidaya.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis bakteri yang ditemukan pada luka ikan patin (Pangasius sp.). Pengambilan sampel dilakukan satu kali dengan jumlah 10 ekor ikan, sampel yang diambil adalah ikan yang menunjukkan gejala klinis seperti adanya luka ikan, perubahan warna kulit, geripis pada bagian sirip, ekor dan antena, ikan bergerak lambat, berenang dipermukaan, cenderung menyendiri (tidak bergerombol) dan juga ikan yang tidak menunjukkan gejala klinis.
Bakteri hanya ditemukan pada luka ikan patin (Pangasius sp.) diantaranya adalah bakteri Aeromonas hydrophilla, Pseudomonas aeruginosa, Pseudomonas pseudomallei,dan bakteri Morganella morganii.
ABSTRACT
YUDHA PERDANA PUTRA LUBIS, Types of Bacterias found on catfish injury. This research was suvervised by YUNASFI and RUDSI LEIDONALD.
One of the various forms of business which produces fish optimally and do not damage fish populations and environment is a good freshwater fish farming. Currently catfish become one of the leading commodity in the fishery. Bacterial diseases arising from injury affecting the outcome of catfish farming.
This research had been conducted on September – October 2013. The purpose of this research was to determine the type of bacterias that commonly found in catfish injury (Pangasius sp). Sampling was done one time for 10 fishes. Samples were fishes which showed of clinical symptoms such as injury, skin discoloration, defect on the fins, tail and antennae, slow-moving, swim on the surface, tend to be solitary (not clustered ) and also fish without no clinical symptoms.
Bacterias are found only in injury catfish (Pangasius sp.) they are
Aeromonas hydrophilla, Pseudomonas aeruginosa, Pseudomonas pseudomallei
and Morganella morganii.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Satu diantara berbagai macam bentuk usaha yang menghasilkan ikan
secara optimal dan tidak merusak populasi ikan dan media hidup ikan adalah
usaha budidaya ikan air tawar yang terstruktur dan dikembangkan dengan baik.
Keberhasilan budidaya ikan akan meningkatkan taraf hidup masyarakat
khususnya masyarakat yang mengandalkan hidupnya dari usaha perikanan
(Saparinto, 2009).
Budidaya ikan air tawar kini mulai banyak dikembangkan, hal ini seiring
dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap ikan. Diantara berbagai
macam jenis ikan yang dibudidayakan adalah ikan patin. Ikan patin banyak
disukai masyarakat karena ikan tersebut memiliki tekstur yang lembut, memiliki
warna yang bersih, selain itu kandungan proteinnya juga tinggi (Dewi, 2011).
Menurut Kordi (2010), patin (Pangasius sp.) merupakan ikan penting dalam budidaya perairan atau akuakultur dunia. Food and Agriculture Organization (FAO) menempatkan ikan patin di urutan keempat setelah ikan mas (Cyprinus carpio), nila (Oreochromis niloticus), lele (Clarias sp.) dan gurami (Osphronemus gouramy).
Selama ini ikan patin diperoleh dari penangkapan di alam. Namun karena
kondisi kualitas perairan yang semakin menurun, seperti karena pencemaran dan
berubah fungsinya perairan tersebut membuat persediaan ikan patin di pasaran
menurun. Kondisi ini menunjukkan bahwa keberadaan populasi patin berkurang,
patin menjadi salah satu komoditas unggulan di bidang perikanan. Ikan air tawar
yang memiliki warna putih keabu-abuan ini, memiliki cita rasa yang khas dan
mengandung protein cukup tinggi. Ikan patin disukai banyak orang karena
dagingnya yang lembut dan rasanya yang khas digemari oleh masyarakat luas.
Ikan patin dinilai lebih aman untuk kesehatan karena kadar kolesterolnya rendah
dibandingkan dengan daging ternak. Protein daging ikan patin cukup tinggi yaitu
16,58%. Ikan patin tidak memiliki sisik dan memiliki semacam duri yang tajam di
bagian siripnya dan tergolong dalam kelompok catfish. Pada beberapa daerah ikan patin memiliki nama yang berbeda-beda antara lain ikan Jambal, ikan Juara,
Lancang dan Sodarin. Penyakit ikan patin ada yang disebabkan infeksi dan
non-infeksi (Dewi, 2011).
Perumusan Masalah
Perumusan masalah pada penelitian ini adalah saat ini ikan patin menjadi
salah satu komoditas unggulan di bidang perikanan, penyakit bakterial yang
timbul akibat adanya luka pada ikan patin sangat mempengaruhi hasil budidaya.
Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa jenis-jenis bakteri yang terdapat pada luka ikan patin (Pangasius sp.) di kolam budidaya masyarakat yang berada di Kecamatan Medan Tuntungan Kota
Medan dan Kecamatan Lau Bekri Kab. Deli Serdang ?
Kerangka Pemikiran
Berdasarkan pemaparan latar belakang penelitian, patin merupakan ikan
yang populer di kalangan masyarakat luas dan menjadi kegemaran banyak orang
di Indonesia. Hama serta penyakit yang ada pada budidaya ikan patin menjadi
Timbulnya serangan penyakit merupakan hasil interaksi yang tidak seimbang
antara lingkungan, kondisi inang (ikan) dan patogen (penyakit). Identifikasi
bakteri pada luka ikan patin sangat penting untuk menentukan penyakit apa yang
ditimbulkan oleh bakteri-bakteri tersebut. Kerangka poemikiran dapat dilihat pada
Gambar 1.
Gambar 1. Bagan Alir Kerangka Pemikiran
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis bakteri yang
ditemukan pada luka ikan patin (Pangasius sp.).
Serangan penyakit Pada Ikan Patin
Identifikasi Bakteri Meningkatnya Usaha Budidaya
Ikan Patin
Interaksi Lingkunga
Inang
Patogen
Bakter Jamur
Viru Parasi
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi berbagai
TINJAUAN PUSTAKA
Morfologi Ikan Patin (Pangasius sp.)
Ikan patin memiliki spesies yang cukup banyak. Ikan yang memiliki nama
ilmiah Pangasius di Indonesia terdiri atas Pangasius pangasius atau Pangasius djambal, Pangasius humeralis, Pangasius lithostoma, Pangasius macronema, Pangasius micronemus, Pangasius nasutus, Pangasius niewenhuisii, dan
Pangasius polyuranodom. Jenis-jenis tersebut merupakan ikan atau spesies asli (indigenous species) yang berada di perairan umum Indonesia. Jenis Pangasius sutchi dan Pangasius hypophthalmus yang dikenal dengan jambal siam, patin siam, atau lele Bangkok merupakan ikan introduksi dari Thailand (Kordi, 2010).
Secara anatomi, ikan patin mempunyai bentuk tubuh memanjang, agak
pipih dan tidak bersisik. Panjang tubuhnya dapat mencapai 120 cm, yang
merupakan suatu ukuran yang cukup besar. Warna tubuh ikan patin pada bagian
punggung keabu-abuan atau kebiru-biruan dan bagian perut putih
keperak-perakan. Kepala ikan patin relatif kecil dengan mulut terletak diujung sedikit ke
bawah. Hal ini merupakan ciri khas golongan ikan catfish. Pada sudut mulutnya terdapat dua pasang sungut (kumis) pendek yang berfungsi sebagai peraba atau
kemoreseptor. Sirip punggung mempunyai 1 jari-jari keras yang berubah menjadi
patil yang besar dan bergerigi di belakangnya sedangkan jari-jari lunak pada sirip
ini 6 – 7 buah. Pada permukaan punggung ikan patin terdapat sirip lemak yang
ukurannya sangat kecil. Sirip dubur agak panjang dan mempunyai 30 – 22 jari-jari
keras yang berubah menjadi patil dan 12 – 13 jari-jari lunak. Sirip ekor bercagak
dan bentuknya simetris (Dewi, 2011).
Ikan patin termasuk ikan dasar, hal ini bisa dilihat dari bentuk mulutnya
yang agak ke bawah, ikan patin bersifat nokturnal (melakukan aktivitas di malam
hari) sebagaimana umumnya ikan catfish lainnya. Habitatnya di sungai-sungai besar dan muara-muara sungai yang tersebar di Indonesia, India dan Myanmar.
Selain itu, ikan patin suka bersembunyi di liang-liang di tepi sungai yang
merupakan habitat hidupnya. Di alam ikan ini mengumpul di tepi-tepi sungai
besar pada akhir musim penghujan atau sekitar bulan April sampai Mei. Hal yang
membedakan ikan patin dengan catfish pada umumnya yaitu sifat patin yang termasuk omnivora atau golongan ikan pemakan segala. Di alam, makanan ikan
patin antara lain ikan-ikan kecil, cacing, detritus, serangga, biji-bijian,
udang-udang kecil, dan moluska (Giyarti, 2000).
Menurut Kordi (2010) klasifikasi ikan patin sebagai berikut:
Filum : Chordata Klas : Pisces Ordo : Siluriformes Famili : Panfasidae Genus : Pangasius
Spesies : Pangsius djambal dan P. hypophthalmus
Penyakit pada Ikan Patin
Penyakit ikan dapat didefenisikan sebagai segala sesuatu yang dapat
menimbulkan gangguan suatu fungsi atau struktur dari alat tubuh atau sebagian
alat tubuh, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada prinsipnya penyakit
hubungan antara tiga faktor yaitu kondisi lingkungan (kondisi di dalam air),
kondisi inang (ikan) dan adanya patogen. Timbulnya serangan penyakit itu
merupakan hasil interaksi yang tidak serasi antara lingkungan ikan dan
jasad/organisme penyakit. Interaksi yang tidak serasi ini menyebabkan stres pada
ikan, sehingga mekanisme pertahanan diri yang dimilikinya menjadi lemah dan
akhirnya mudah diserang oleh penyakit (Kordi, 2004).
Dewi (2011) menyatakan bahwa, penyakit ikan patin ada yang disebabkan
infeksi dan non-infeksi. Penyakit non-ikfeksi adalah penyakit yang timbul akibat
adanya gangguan faktor yang bukan patogen. Penyakit non-infeksi ini tidak
menular. Sedangkan penyakit akibat infeksi biasanya timbul karena gangguan
organisme patogen.
1. Penyakit akibat infeksi
Organisme patogen yang menyebabkan infeksi biasanya berupa parasit,
jamur, bakteri dan virus. Produksi benih ikan patin secara masal masih menemui
beberapa kendala antara lain sering mendapat serangan parasit Ichthyoptirus multifilis (white spot) sehingga banyak benih ikan patin yang mati, terutama benih yang berumur 1 – 2 bulan. Usaha pembesaran patin belum ada laporan yang
mengungkapkan secara lengkap serangan penyakit pada ikan patin.
2. Penyakit non-infeksi
Penyakit non-infeksi banyak ditemukan adalah keracunan dan kurang gizi.
Keracunan disebabkan oleh banyak faktor seperti pada pemberian pakan yang
Jenis-jenis Bakteri yang Menyerang Ikan Patin
Bakteri adalah mikroorganisme dengan struktur intraseluler yang
sederhana, yang mempunyai daerah penyebaran relatif luas, sehingga hampir
dapat dijumpai di mana saja. Bakteri mempunyai ukuran relatif lebih besar
daripada virus, yaitu antara 0,3 – 0,5 mikron. Bentuknya berbeda menurut
genusnya. Jenis bakteri tertentu bisa menunjukkan bentuk dan ukuran sesuai
dengan keadaan lingkungannya. Ciri-ciri bakteri adalah sifatnya yang dapat
tumbuh dan bertambah banyak dalam kelompok, memiliki koloni yang berwarna
dan berkilau atau tidak, halus atau kasar, metabolisme aerob atau anaerob dan
membutuhkan media tertentu untuk mengultur disertai dengan menghasilkan asam
atau gas. Sifat-sifat ini berguna untuk mengidentifikasi bakteri, walaupun
hasil-hasil pewarnaan juga sangat bermanfaat. Sel bakteri terdiri atas sebuah
dinding sel mengelilingi membran sitoplasma tempat inti (Kordi, 2004).
Menurut Hidayati (2009), Pseudomonas aeruginosa adalah bakteri Gram
negatif berbentuk batang, bergerak dengan flagel dan bersifat aerob.
P. aeruginosa mempunyai pili tipe IV yang berfungsi sebagai adhesin untuk mengikat sel host. P. aeruginosa dapat melakukan adhesi dan kolonisasi pada
bermacam–macam tipe sel dari epitel sel buccal, paru, ginjal dan sel endothel.
P. aeruginosa merupakan bakteri Gram negatif, bersifat aerob, termasuk ke dalam familiPseudomonadaceae. Bakteri ini berbentuk batang kecil, berdiameter
0,5 – 1,0 μm dan panjang 1,5 – 4,0 μm. Bakteri ini motil dan tumbuh baik pada
media N dengan bermacam-macam senyawa karbon. Bakteri ini merupakan flora
normal pada tanah, air dan sering ditemukan pada makanan. Bakteri ini dapat
tahan terhadap panas dan kering, sehingga untuk membunuhnya dilakukan
pemanasan dan pengeringan (Indriani, 2007).
Menurut Hidayati (2009) bahwa peningkatan kejadian dan masalah
penyakit infeksi yang biasanya dikaitkan dengan keadaan negara berkembang dan
kebersihan yang kurang, ternyata tidak seluruhnya benar. Di Amerika Serikat,
kematian akibat sepsis tiap tahunnya mencapai 70.000 orang. Sekitar 50 – 60%
sepsis disebabkan oleh bakteri Gram negatif. Penyebab Gram negatif bakteri yang
paling sering terjadi adalah famili Enterobacteriaceae dan Pseudomonaceae, terdiri dari Escherichia coli (35%), Klebsiella, Enterobacter, Proteus (38%) dan
Pseudomonas aeruginosa (12 %) .
Pseudomonas aeruginosa ditemukan di dalam saluran usus penderita diare atau enteritis akut. Bakteri ini sering ditemukan pada penderita gastroenteritis, maka bakteri ini digolongkan ke dalam patogen enterik. Dengan menelan suspensi
106 sel atau lebih, bakteri ini akan dikeluarkan secara terus menerus pada fesesnya
sampai jangka waktu 6 hari setelah mengkonsumsi makanan yang mengandung
bakteri tersebut. Pseudomonas aeruginosa mempunyai sifat sifat enteropatogenik
dan bakteri ini dapat memproduksi dua macam enterotoksin yaitu bersifat tahan panas dan yang tidak tahan panas (Husna, 2007). P. aeruginosa memiliki klasifikasi sebagai berikut (Sulistiyaningsih, 2010):
Divisi : Protophyta Class : Schizomycetes Ordo : Pseudomonadales Sub Ordo : Pseudomonadinae
Familia : Pseudomonadaceae
Genus : Pseudomonas
Menurut Indriani (2007), P. aeruginosa dapat tumbuh cepat pada pembenihan buatan, membentuk koloni bulat halus, dengan fluoresensi kehijauan
dengan bau aromatik enak. Bakteri ini hanya bersifat patogen dalam tubuh bila
masuk ke daerah yang pertahanan normalnya tidak ada atau berperan dalam
infeksi campuran.
Serangan penyakit merupakan salah satu kendala yang sering terjadi dalam
usaha budidaya ikan. Bakteri Aeromonas hydrophila sebagai bakteri patogen, penyebab penyakit pada berbagai jenis ikan air tawar, termasuk ikan gurame.
Penyakit yang disebabkan bakteri ini dikenal dengan nama Motil Aeromonas Septicemia (MAS) atau penyakit bercak merah, serangannya dapat mematikan
benih ikan dengan tingkat kematian mencapai 80% – 100% dalam waktu
1–2 minggu (Rosidah dan Wila, 2012).
Klasifikasi bakteri A. hydrophila (Setiaji, 2009) : Filum : Protophyta
Kelas : Schizomycetes Ordo : Pseudomonadales Famili : Vibrionaceae Genus : Aeromonas
Species : Aeromonas hydrophila
Karakteristik Umum Golongan Bakteri yang Sering Menyerang Patin (Pangasius sp.)
a. Pseudomonas aeruginosa
Warna koloni kuning dengan diameter 2,42 mm mempunyai bentuk sel
batang, dan bersifat motil. Karakteristik biokimia adalah reaksi Gram negatif,
oksidase, produksi indol, penggunaan karbon dari citrat negatif dan positif
tanah, air, tanaman, dan hewan. P. aeruginosa adalah patogen oportunistik. Bakteri ini merupakan penyebab utama infeksi pneumonia nosokomial. Meskipun begitu, bakteri ini dapat berkolonisasi pada manusia normal tanpa menyebabkan
penyakit (Rahmaningsih dkk., 2012).
P. aeruginosa adalah bakteri Gram negatif berbentuk batang lurus atau lengkung, berukuran sekitar 0,6 x 2 μm. Dapat ditemukan satu-satu,
berpasangan, dan kadang-kadang membentuk rantai pendek, tidak mempunyai
spora, tidak mempunyai selubung (sheath), serta mempunyai flagel monotrika (flagel tunggal pada kutub) sehingga selalu bergerak. Pseudomonas aeruginosa
pada pewarnaan Gram dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Pseudomonas aeruginosa pada pewarnaan Gram (Mayasari, 2005).
P. aeruginosa adalah aerob obligat yang tumbuh dengan mudah pada banyak jenis media pembiakan, karena memiliki kebutuhan nutrisi yang sangat
sederhana. Di laboratorium, medium paling sederhana untuk pertumbuhannya
terdiri dari asetat (untuk karbon) dan amonium sulfat (untuk nitrogen).
Metabolisme bersifat respiratorik tetapi dapat tumbuh tanpa O2 bila tersedia NO3
sebagai akseptor elektron. Kadang-kadang berbau manis atau menyerupai anggur
pseudomonas lain dalam kelompok fluoresen. Bakteri ini oksidase positif, nonfermenter, tetapi banyak strain mengoksidasi glukosa.
P. aeruginosa menghasilkan satu atau lebih pigmen, yang dihasilkan dari asam amino aromatik seperti tirosin dan fenilalanin. Beberapa pigmen tersebut
antara lain:
- Piosianin, pigmen berwarna biru, dihasilkan strain piosianogenik
- Pioverdin, pigmen berwama kuning
- Piorubin, pigmen berwarna merah, dan
- Piomelanin, pigmen berwarna cokelat
Piosianin, piorubin, dan piomelanin tidak berfluoresensi serta larut dalam
air. Strain yang tidak menghasilkan piosianin disebut apiosianogenik. Kebanyakan
strain membentuk koloni halus bulat dengan warna fluoresensi kehijauan yang
merupakan kombinasi pioverdin dan piosianin. Koloni Pseudomonas aeruginosa
pada media agar dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Koloni Pseudomonas aeruginosa pada agar (Mayasari, 2005).
P. aeruginosa dalam biakan dapat menghasilkan berbagai jenis koloni sehingga memberi kesan biakan dari campuran berbagai spesies bakteri. Tiap
mempunyai ciri koloni yang kecil dan tidak rata. Pembiakan dari spesimen klinik
biasanya menghasilkan satu atau dua tipe koloni yang halus:
1. Koloni besar dan halus dengan permukaan rata dan meninggi (fried-egg appearance).
2. Koloni halus dan mukoid sebagai hasil produksi berlebihan dari alginat.
Tipe ini sering didapat dari sekresi saluran pernafasan dan saluran kemih.
Alginat adalah suatu eksopolisakarida yang merupakan polimer dari glucuronic acid dan mannuronic acid, berbentuk gel kental di sekeliling bakteri. Alginat memungkinkan bakteri-bakteri untuk membentuk biofilm, yaitu kumpulan koloni
sel-sel mikroba yang menempel pada suatu permukaan misalnya kateter intravena,
atau jaringan paru. Alginat dapat melindungi bakteri dari pertahanan tubuh inang,
seperti limfosit, fagosit, silia di saluran pernafasan, antibodi, dan komplemen.
P. aeruginosa membentuk biofilm untuk membantu kelangsungan hidupnya saat membentuk koloni pada paru-paru manusia. Pili (fimbriae) menjulur dari permukaan sel dan membantu pelekatan pada sel epitel inang.
Lipopolisakarida yang terdapat dalam banyak imunotipe merupakan salah
satu faktor virulensi dan juga melindungi sel dari pertahanan tubuh inang.
P. aeruginosa dapat digolongkan berdasarkan imunotipe lipopolisakarida dan kepekaannya terhadap piosin (bakteriosin). Produk ekstraseluler yang dihasilkan
berupa enzim-enzim, yaitu elastase, protease dan dua hemolisin, fosfolipase C
yang tidak tahan panas dan rhamnolipid.
Faktor-faktor virulensi Pseudomonas aeruginosa dapat terlihat pada Gambar 4. Flagel, pili dan pelekat non-pili, alginat, dan Lipopolisakarida (LPS)
virulence factors). Protease, hemolisin, eksotoksin A,eksoenzim S dan piosianin
adalah faktor virulensi ekstrasseluler.
Gambar 4. Faktor-faktor virulensi P. aeruginosa (Mayasari, 2005).
P. aeruginosa resisten terhadap konsentrasi tinggi garam dan zat pewarna, antiseptik dan banyak antibiotik yang sering digunakan. Suatu studi intensif
menyatakan bakteri ini mempunyai gen untuk resistensi terhadap merkuri, disebut
gen mer yang berada dalam plasmid (Mayasari, 2005).
b. Aeromonas hydrophila
A. hydrophila termasuk bakteri Gram negatif, dimana mempunyai karakteristik berbentuk batang pendek, bersifat aerob dan fakultatif anaerob, tidak
berspora, motil, mempunyai satu flagel, hidup pada kisaran suhu 25 – 300C. Jika
organisme terkena serangan bakteri maka akan mengakibatkan gejala penyakit
hemorhagi septicaemia yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: terdapat luka di permukaan tubuh, insang, ulser, abses, dan perut gembung. Tidak hanya
menyerang organisme budidaya seperti ikan, tetapi penyakit ini juga menyerang
manusia dimana menyebabkan infeksi pada gastroenteristis, diare dan extra
Kedua bakteri tersebut merupakan bakteri gram negatif dimana bakteri ini
mempunyai perbedaan yang sangat nyata dengan Gram positif terutama pada
dinding selnya. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Beberapa ciri bakteri Gram positif dan Gram negatif ( Pelczar dan Chan, 2008).
Ciri
Perbedaan relative
Gram Positif Gram negative
Struktur dinding sel Tebal (15 – 60 nm) Berlapis tunggal
Tipis (10 – 15 nm) Berlapis tiga (multi) Komposisi dinding sel 1.Kandungan lipid
rendah (1 – 4%)
2.Peptidoglikan ada sebagai lapisan tunggal; komponen utama merupakan lebih dari 50% berat kering pada
Gejala Penyakit yang Disebabkan oleh Bakteri yang Menyerang Ikan Patin (Pangasius sp.)
a. Pseudomonas aeruginosa
Pseudomonas aeruginosa menyebabkan penyakit terlokalisasi dan sistemik. Penyakit karena Pseudomonas aeruginosa dimulai dengan penempelan dan kolonisasi bakteri ini pada jaringan inang. Bakteri ini menggunakan fili untuk
penempelan sel bakteri pada permukaan inang. Pseudomonas aeruginosa
memproduksi sejumlah endotoksin dan produk ekstaseluler yang menunjang
mencakup protease ekstraseluler, sitotoksin, hemolisin, dan piosianin. Untuk
penyakit sistemik, produk yang menunjang invasi mencakup kapsul antifagositas,
endotoksin, eksotoksin A, dan eksotoksin S (Rahmaningsih dkk., 2012).
Tanda-tanda penyakit yang disebabkan bakteri Pseudomonas aeruginosa
yaitu nafsu makan hilang, mata menonjol dan sering kali lepas, kulit kelihatan
melepuh yang kemudian menjadi borok (Kordi, 2010).
b. Aeromonas hydrophila
Tanda –tanda yang terjadi pada ikan yang terserang bakteri ini biasanya
warna tubuh gelap, mata rusak dan agak menonjol, sisik terkelupas, seluruh
siripnya rusak, insang berwarna merah keputihan, megap-megap di atas
permukaan air, insang rusak sehingga kesulitan bernafas, kulit menjadi kasat dan
timbul pendarahan yang selanjutnya diikuti dengan luka-luka borok, perut
kembung, dan bila dibedah akan terlihat pendarahan pada hati,ginjal dan limfa
(Kordi, 2010).
Organ-organ Ikan yang Diserang Bakteri
Kordi (2004) menyatakan bahwa, berdasarkan daerah penyerangan
penyakit pada tubuh ikan terutama penyakit infeksi, dibagi 3 yaitu sebagai
berikut:
1. Kulit
Ikan yang terserang penyakit pada kulitnya akan terlihat lebih pucat
(tampak jelas pada ikan yang berwarna gelap) dan berlendir. Ikan tersebut
biasanya akan menggosok-gosokkan tubuhnya pada benda-benda yang ada
2. Insang
Serangan penyakit pada ikan menyebabkan ikan sulit bernapas, tutup
insang mengembang, dan warna insang menjadi pucat. Pada lembaran insang
sering terlihat bintik-bintik merah karena pendarahan kecil (peradangan).
3. Organ dalam
Penyakit yang menyerang organ dalam sering pengakibatkan perut ikan
membengkak dengan sisik-sisik yang berdiri (penyakit dropsi). Sering pula
dijumpai perut ikan menjadi kurus. Jika menyerang usus, biasanya akan
mengakibatkan peradangan dan jika menyerang gelembung renang, ikan akan
kehilangan keseimbangan pada saat berenang.
Organisme patogen yang sering menimbulkan penyakit bagian luar tubuh
ikan disebut ektopatogen, dan bila ditimbulkan oleh parasit disebut ektoparasit.
Sedangkan yang menyerang di bagian dalam tubuh ikan disebut endopatogen.
Serangan endopatogen atau endoparasit dianggap lebih berbahaya dibandingkan
ektopatogen atau ektoparasit, karena efek serangannya sulit dideteksi secara dini, sehingga petani ikan sering terlambat mencegahnya. Serangan endopatogen atau
endoparasit baru dapat dipastikan bila dilakukan pemeriksaan organ dalam ikan. Sedangkan untuk bisa memeriksa organ dalam, ikan harus dibedah (dibunuh).
Organ yang diserang oleh bakteri Pseudomonas aeruginosa yaitu mata, mata menonjol dan sering kali lepas, kulit kelihatan melepuh yang kemudian menjadi
Bentuk-bentuk Serangan Bakteri pada Ikan Patin
Bakteri Aeromonas hydrophila merupakan bakteri yang sering menyerang ikan-ikan air tawar termasuk ikan patin. Bakteri ini menyebabkan penyakit Motile Aeromonas Septicaemia (MAS). Ikan yang terserang akan mengalami pendarahan pada bagian tubuh terutama dada, perut, dan pangkal sirip. Ikan patin yang
terkena penyakit akibat bakteri mudah menular sehingga harus segera
dimusnahkan. Wahjuningrum dkk. (2008) menyatahkan dalam penelitiannya
bahwa kondisi ikan patin paska infeksi bakteri Aeromonas hydrophila akan mengalami radang dan nekrosis seperti yang terlihat pada Gambar 6.
Gambar 6. (A) Radang; (B) Nekrosis (Wahjuningrum dkk., 2008).
Pseudomonas sp. merupakan bakteri Gram negatif bersifat fakultatif anaerob atau aerob, berbentuk batang dengan ukuran sedang, motil (beberapa
memiliki polar flagella), katalase dan oksidasi positif dan beberapa spesies dapat
infeksi pada luka (Gambar 7) dan luka yang diisolasi, abses, diare, infeksi pada
traktus urinari, genital dan telinga. Tingkat infektif bakteri ini dapat meningkat
jika adanya kombinasi dengan infeksi Streptococcus dan Staphylococcus
(Puhanda, 2012). Organ dalam yang diisolasi hati dan ginjal dapat dilihat pada
Gambar 8.
Gambar 7. Infeksi Pseudomonas aeruginosa pada ikan patin (Pangasius sp.).
Gambar 8. (A) Organ hati yang diisolasi; (B) Organ ginjal yang diisolasi
Luka ikan yang diisolasi
Organ hati yang diisolasi
Organ ginjal yang diisolasi
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September – Oktober 2013,
pengambilan sampel dilakukan di kolam budidaya masyarakat yang berada di
Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan dan Kecamatan Lau Bekri, Kab. Deli
Serdang lokasi pengambilan sampel dapat dilihat pada Lampiran 1. Identifikasi
sampel ikan dilakukan di Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan
Keamanan Hasil Perikanan (SKIPM) Kelas I Medan II, Belawan Jalan K.L. Yos
Sudarso Km. 20 Medan Labuhan, Sumatera Utara.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah : Alat Tulis, Kertas label,
Hot Plate, Timbangan Analitik, Cawan Petri, Tabung Reaksi, Gelas ukur, object glass, Api Bunsen, Laminar Air Flow, Alumunium foil, Magnetic Stirer, Labu Erlenmeyer, Autoclave, pipet tetes, Hand spray, Sarung tangan, Masker, Oven, Inkubator, Mikroskop, Jarum Ose, Tusuk gigi, dan Alat-alat bedah. Alat-alat
tersebut dapat dilihat pada Lampiran 2.
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah : Sampel Uji Ikan dari
kolam budidaya masyarakat yang berada di Kecamatan Medan Tuntungan dan
Kecamatan Lau Bekri, Tryptone Soya Agar (TSA), Triple Sugar Iron Agar
(TSIA), Lysine Iron Agar (LIA), Oksidatif/ Fermentatif (O/F), Motitlity Indol Ornithin (MIO), Sulfit Indol Motility (SIM), Sucrosa Citrate Agar (SCA), Gelatin,
Glukosa, Laktosa, Sukrosa, Arabinosa, Dulcitol, Inositol, Manitol, Sorbitol,
Paraffin, kovake dan Methyl red. Bahan-bahan tersebut dapat dilihat pada Lampiran 2.
Metode sampling
1. Pengumpulan spesimen ikan
Spesimen ikan dikumpulkan sebanyak 10 ekor yang diambil dari
keseluruhan lokasi penelitian. Sampel ikan segera dikirim ke laboratorium dalam
keadaan hidup atau mati yang dikemas secara terpisah dan steril dalam keadaan
tertutup kemudian disimpan pada suhu yang rendah, sebaiknya pembekuan
sampel dihindari. Pengumpulan sampel organ ikan dilakukan segera setelah
ikan-ikan dipilih dilokasi produksi. Sampel organ ini disimpan dan diproses. Sampel
harus diberi label identifikasi menjadi:
a. Ikan yang secara klinis terlihat normal
Pengambilan sampel ikan yang tidak menunjukkan gejala secara klinis
diambil lebih sedikit daripada ikan yang menunjukkan gejala klinis (2 ekor).
Sampel ikan yang secara klinis terlihat normal pada sampel ikan 1 dan ikan 6.
b. Ikan yang menunjukkan gejala klinis
Jika ditemukan gejala-gejala klinis adanya infeksi, maka selain fry atau
bagian isi perut, organ lain yang diambil adalah ginjal dan limpa. Sampel dari 10
ekor ikan yang terinfeksi diambil membentuk kelompok yang terdiri dari 5 (lima)
ekor ikan (maksimum) yang memiliki gejala klinis yang sama. Sampel ikan yang
menunjukkan gejala klinis pada sampel ikan 2, ikan 3, ikan 4, ikan 5, ikan 7, ikan
8, ikan 9, dan ikan 10.
2. Proses umum sampel organ/ cairan untuk pemeriksaan bakteri
Organ dalam dapat digunakan sebagai sumber isolasi patogen yang
disebabkan oleh bakteri. Isolasi dari jaringan luar (luka) sering bercampur dengan
bakteri saprofitik lainnya yang banyak di perairan. Antibiotik tidak boleh di
tambahkan pada medium transportasi dimana sampel tersebut dikumpulkan,
penanganan dan pengangkutan sampel dapat dilakukan dengan cara :
a. Sampel ikan hidup dapat diangkut dalam kantong plastik yang diberi
tambahan oksigen.
b. Sampel ikan yang mati (maksimum setengah jam setelah mati)
disimpan pada suhu 40C selama 24 jam hingga dilakukan isolasi
bakteri di laboratorium.
Prosedur Pemeriksaan Penyakit Bakterial
Pemeriksaan penyakit bakteri pada ikan dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu pemeriksaan tubuh bagian luar dan pemeriksaan tubuh bagian dalam.
a. Pemeriksaan tubuh bagian luar (External Examination)
Dalam pemeriksaan ini perlu dilihat gejala-gejala klinis yang ada pada
tubuh bagian luar ikan seperti luka, kekurangan lendir, tubuh kasar, bentuk tubuh
tidak normal, kerusakan pada sirip, adanya exophathalmus, perubahan warna pada
tubuh, adanya cyste, adanya luka/borok (ulcer) dan lain-lain. b. Pemeriksaan organ dalam
Pemeriksaan dilakukan dengan membedah tubuh ikan kemudian amati
gejala-gejala yang tidak normal pada tubuh ikan bagian dalam seperti perubahan
Pemeriksaan bakteri yang menyerang luka ikan patin diidentifikasi secara
terpisah antara sampel tubuh bagian luar dan bagian dalam pada cawan petri yang
berbeda.
Metode Identifikasi
Tahapan identifikasi bakteri pada sampel ikan adalah sebagai berikut
(Sands 1990):
1. Strerilisasi Alat dan Bahan
Untuk melakukan pengujian, alat dan bahan sebelumnya dilakukan
sterilisasi yang bertujuan untuk membersihkan atau membebaskan alat dan bahan
dari semua mikroorganisme. Proses sterilisasi alat dan bahan beserta Gambar
dapat dilihat pada Lampiran 3.
2. Pembuatan Media
Media dibuat sebagai tempat tumbuh bakteri. Cara pembuatan, Media
ditimbang sesuai dengan kebutuhan, kemudian dilarutkan dengan akuades dalam
labu erlenmeyer dan dipanaskan diatas hot plate yang dilengkapi magnetic stirrer. Setelah selesai, media didinginkan selama 3 – 5 menit kemudian labu erlenmeyer
ditutup dengan alumunium foil dan disterilisasi menggunakan autoklaf dengan
suhu 1210C selama 15 menit. Setelah labu erlenmeyer selesai disterilisasi, media
dituang ke dalam cawan petri kemudian disimpan. Proses pembuatan media
beserta Gambar dapat dilihat pada Lampiran 3.
3. Preparasi Sampel Uji
Tujuan preparasi sampel uji adalah melakukan pembedahan terhadap
sampel uji agar didapat organ yang menjadi target pada sampel uji yaitu hati dan
alkohol 70%, lalu Ikan dibedah dengan menggunakan peralatan bedah steril
(disecting set) secara aseptis, tusukkan jarum ose ke organ target. Proses preparasi sampel uji beserta Gambar dapat dilihat pada Lampiran 3.
4. Isolasi Bakteri
Tujuan dari isolasi bakteri adalah untuk menumbuhkan/membiakkan
bakteri pada media tumbuh (TSA) sehingga memperoleh koloni bakteri yang
sudah murni. Adapun tahapan isolasi bakteri adalah penggoresan dan pemurnian.
a. Penggoresan
Tujuan dari penggoresan adalah untuk menumbuhkan/membiakkan bakteri
pada media TSA. Proses penggoresan beserta Gambar dapat dilihat pada
Lampiran 3.
b. Pemurnian Kultur Bakteri
Tujuan pemurnian kultur bakteri adalah untuk mendapatkan/memperoleh
satu koloni bakteri yang sudah murni. Proses pemurnian kultur bakteri beserta
Gambar dapat dilihat pada Lampiran 3.
5. Identifikasi Bakteri
Tujuan identifikasi bakteri adalah untuk dapat menganalisa koloni bakteri
yang tumbuh dari hasil isolat. Isolat yang digunakan pada tahap analisa berumur
12 – 24 jam. Koloni bakteri yang tumbuh dari hasil isolasi diamati dengan melihat
karakteristik yang ada seperti bentuk koloni, produksi pigmen, motilitas dan
toleransi terhadap kadar garam. Adapun tahapan identifikasi bakteri adalah uji
fisiologis karakteristik morfologi bakteri, uji differensial, uji biokimia dan uji
a. Uji Fisiologis karakteristik morfologi bakteri
Tujuan uji fisiologis karakteristik morfologi bakteri adalah mengetahui
Gram dan bentuk bakteri melalui pewarnaan Gram dan pengamatan mikroskop.
Bakteri Gram negatif ditandai dengan warna merah sedangkan bakteri
Gram positif ditandai dengan warna ungu, bentuk bakteri bulat yaitu Coccus dan batang yaitu Basil. Proses uji fisiologis karakteristik morfologi bakteri beserta Gambar dapat dilihat pada Lampiran 3.
b. Uji Differensial
Uji yang dilakukan untuk dapat membedakan sifat tertentu.Uji diferensial
diantaranya adalah uji katalase dan uji O-F. Proses uji differensial
c. Uji Katalase
Menggunakan reagen hidrogen peroksida (H2O2 3%), hidrogen peroksida
bersifat toksik terhadap sel karena menginaktifasikan enzim dalam sel. Katalase
merupakan enzim yang digunakan mikroorganisme untuk menguraikan hidrogen
peroksida menjadi H2O dan O2. Proses uji katalase beserta Gambar dapat dilihat
pada Lampiran 3.
d. Uji Oksidatif/Fermentatif (O/F)
Dilakukan untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam melakukan
respirasi (oksidatif) maupun fermentatif karbohidrat (glukosa). Proses uji
Oksidatif/Fermentatif (O/F) beserta Gambar dapat dilihat pada Lampiran 3.
e. Uji Biokimia
Uji yang dilakukan untuk melihat ciri bakteri berdasarkan kelompok
hidupnya dan melihat reaksi biokimia (ada tidaknya enzim pengurai di dalam
uji gelatin, uji LIA dan uji ornithin. Proses uji biokimia beserta Gambar media uji
biokimia dapat dilihat pada Lampiran 3.
- Uji Triple Sugar Iron Agar (TSIA)
Merupakan media campuran berwarna merah untuk membedakan
kelompok Enterobacteriaceae berdasarkan fermentasi terhadap tiga gula yaitu
sukrosa, laktosa dan glukosa serta produksi H2S dan gas. Proses uji Triple Sugar
Iron Agar (TSIA) dapat dilihat pada Lampiran 3.
- Uji Citrat
Pengujian citrat dilakukan untuk membedakan Enterobacteriaceae dan
bakteri Gram (-) tertentu berdasarkan penggunaan citrat sebagai satu-satunya
sumber karbon. Proses uji citrat dapat dilihat pada Lampiran 3.
- Uji Motilitas
Uji motilitas dilakukan untuk membedakan bakteri motil dan bakteri non
motil. Motilitas bakteri dapat diamati dari pertumbuhan bakteri pada media.
Proses uji motiloitas dapat dilihat pada Lampiran 3.
- Uji Indol
Uji Indol dilakukan untuk mengetahui kemampuan bakteri menghasilkan
indol dari asam amino triptophan. Proses uji indol dapat dilihat pada Lampiran 3.
- Uji Gelatin
Pengujian gelatin digunakan untuk melihat kemampuan bakteri dalam
mencerna atau menggunakan gelatin. Uji gelatin dapat juga digunakan untuk
mendeteksi aktivitas proteolytic antara bakteri. Proses uji gelatin dapat dilihat
- Uji Lysin Iron Agar (LIA)
Uji Media Lysine Iron Agar(LIA) digunakan untuk melihat kemampuan
bakteri dalam mendekarboxylase lysine yang ada pada agar/media. Reaksi lysine
dekarboxylase (reaksi anaerobic alkaline) akan menetralisir asam yang dibentuk
dari fermentasi glukosa. Proses uji Lysin Iron Agar (LIA) dapat dilihat pada
Lampiran 3.
- Uji Ornithin
Tujuan uji ornithin adalah mengamati pertumbuhan bakteri pada daerah
anaerob. Proses uji ornithin dapat dilihat pada Lampiran 3.
f. Uji media gula-gula (glukosa, laktosa, sukrosa, arabinosa, dulcitol,
inositol, manitol, sorbitol, dan salicin). Proses uji media gula-gula beserta
Gambar dapat dilihat pada Lampiran 3.
g. Analisis Data
Setelah uji morfologi dan uji biokimia selesai maka dibuat Tabel hasilnya
sehingga mudah dalam pembacaan ciri-ciri bakteri. Referensi untuk pembacaan
bakteri menggunakan buku “Bergey`s Manual of Determinative Bacteriology”
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Sampel yang diambil adalah ikan yang menunjukkan gejala klinis seperti
adanya luka ikan, perubahan warna kulit, geripis pada bagian sirip, ekor dan
antena, ikan bergerak lambat, berenang dipermukaan, cenderung menyendiri
(tidak bergerombol) dan juga ikan yang tidak menunjukkan gejala klinis tersebut,
pada sampel berstatus terlihat gejala klinis yaitu ikan 2, ikan 3, ikan 4, ikan 5,
ikan 7, ikan 8, ikan 9, dan ikan 10 sedangkan ikan 1 dan ikan 6 berstatus ikan
secara klinis terlihat normal. Gejala klinis ikan yang terserang bakteri tersebut
pernah dilaporkan pula oleh Sutrisno dan Purwandari (2004). Sutrisno dan
Purwandari (2004) melaporkan timbulnya pendarahan pada tubuh yang
selanjutnya akan berkembang menjadi borok. Selain itu, gejala klinis berupa ikan
memperlihatkan warna kemerahan pada bagian tubuh, kulit atau sirip pada lele
dumbo (Clarias gariepinus), dan gurami (Osphronemus gouramy) (Sarjito dkk., 2012).
Ikan patin yang terdapat luka pada bagian tubuhnya dilakukan isolasi pada
media TSA dan di inkubasi pada inkubator selama 24 jam. Setelah proses isolasi
selama 24 jam selesai dan timbul berbagai macam koloni bakteri, kemudian
dilakukan pemurnian terhadap bakteri yang terlihat dominan pada media TSA
yang telah dibuat untuk penanaman tersebut. Pemurnian terhadap koloni yang
dominan dilakukan agar diperoleh biakan dari bakteri sehingga dapat diketahui
Dari penelitian yang telah dilakukan didapat empat bakteri yaitu
Aeromonas hydrophila, Pseudomonas aeruginosa, Pseudomonas pseudomallei, Morganella morganii. Tabel hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil penelitian
Kode sampel Status Klinis Bakteri yang ditemukan
Ikan 1
Ikan yang secara klinis terlihat normal Ikan yang terlihat gejala klinis Ikan yang terlihat gejala klinis Ikan yang terlihat gejala klinis Ikan yang terlihat gejala klinis Ikan yang secara klinis terlihat normal
Ikan yang terlihat gejala klinis Ikan yang terlihat gejala klinis Ikan yang terlihat gejala klinis Ikan yang terlihat gejala klinis
-Keterangan: Sampel ikan 1, 2, 3, 4, 5 diperoleh dari Kecamatan Medan Tuntungan, Sampel ikan 6, 7, 8, 9, 10 diperoleh dari kecamatan Lau Bekri. Sampel ikan 1 dan 6 tidak didapat bakteri karena berdasarkan status klinisnya yaitu ikan yang secara klinis terlihat normal dan tidak terdapat luka.
Bakteri Aeromonas hydrophila diperoleh pada sampel ikan 2, 3 dan 7, Hasil uji biokimia bakteri Aeromonas hydrophila dapat dilihat pada Tabel 3 dan hasil pewarnaan Gram Aeromonas hydrophila dapat dilihat pada Gambar 9.
Tabel 3. Uji biokimia Aeromonas hydrophila
Gambar 9. Hasil pewarnaan Gram Aeromonas hydrophila
Bakteri Pseudomonas aeruginosa diperoleh pada sampel ikan 4 dan 8. Hasil uji biokimia bakteri Pseudomonas aeruginosa dapat dilihat pada Tabel 4 dan hasil pewarnaan Gram Pseudomonas aeruginosa dapat dilihat pada Gambar 10.
Tabel 4. Uji biokimia Pseudomonas aeruginosa
Gambar 10. Hasil pewarnaan Gram Pseudomonas aeruginosa
Tabel 6. Uji biokimia Morganella morganii
Gambar 12. Hasil pewarnaan Gram Morganella morganii
Pembahasan
Pembacaan hasil bakteri
Dari hasil penelitian yang dilakukan, spesies bakteri yang didapat adalah
a. Aeromonas hydrophila
Aeromonas hydrophila adalah spesies bakteri Gram negatif, bakteri ini berbentuk batang. Pada uji TSIA, bakteri ini menimbulkan reaksi K/A; G; H2S
yang berarti reaksi Alkalin/Asam dan terdapat gas serta terdapat H2S. Pada uji
O/F bersifat Fermentatif. Sampel ikan yang terserang bakteri ini memiliki gejala
klinis berupa luka, warna tubuh pucat, geripis pada sirip-siripnya dan bergerak
lambat.
Kordi (2010), juga menerangkan bahwa tanda–tanda yang terjadi pada
ikan yang terserang bakteri ini biasanya warna tubuh gelap, mata rusak dan agak
menonjol, sisik terkelupas, seluruh siripnya rusak, insang berwarna merah
keputihan, megap-megap di atas permukaan air, insang rusak sehingga kesulitan
bernafas, kulit menjadi kasat dan timbul pendarahan yang selanjutnya diikuti
dengan luka-luka borok, perut kembung, dan bila dibedah akan terlihat
pendarahan pada hati,ginjal dan limfa.
A. hydrophila adalah bakteri umum yang menyerang ikan, baik ikan air tawar maupun air laut. Menurut Hayes (2000) Aeromonas hydrophila telah ditemukan pada berbagai jenis ikan air tawar di seluruh dunia, dan adakalanya
pada ikan laut. terdapat pandangan yang berbeda tentang peran yang tepat dari
Aeromonas hydrophila sebagai ikan patogen. Beberapa peneliti menetapkan bahwa organisme ini hanya sebagai penyerang sekunder pada inang yang lemah,
sedang yang lain menyatakan bahwa Aeromonas hydrophila adalah suatu patogen utama ikan air tawar (Hayes, 2000).
Pseudomonas aeruginosa adalah bakteri Gram negatif aerob obligat, berkapsul, mempunyai flagella polar sehingga bakteri ini bersifat motil, berukuran
sekitar 0,5 – 1,0 µm berbentuk basil. Pada uji Katalase, KOH, H2S adalah negatif,
indol dan motility positif, pada uji O/F bakteri ini tidak bereaksi (NR). Bakteri ini
menyebabkan infeksi pada luka ikan.
Pseudomonas sp. Merupakan bakteri Gram negatif bersifat fakultatif anaerob atau aerob, berbentuk batang dengan ukuran sedang, motil (beberapa
memiliki polar flagella), katalase dan oksidasi positif. Bakteri ini hidup bebas di
alam, sehingga dapat ditemukan di air ataupun tanah. Bakteri Pseudomonas terdiri dari beberapa spesies namun hanya satu spesies yang bersifat patogen yaitu
Pseudomonas aeruginosa. Sama dengan spesies Pseudomonas lainnya bakteri ini memiliki habitat alami di air dan tanah. Pseudomonas sp. juga dapat ditemukan di kulit, mukosa membran dan feses. Infeksi oleh P. aeruginosa dapat menyebabkan infeksi pada luka, abses, diare, infeksi pada traktus urinari, genital dan telinga.
Tingkat infektif bakteri ini dapat meningkat jika adanya kombinasi dengan infeksi
Streptococcus dan Staphylococcus (Carter and Wise 2004). c. Pseudomonas pseudomallei
Pseudomonas pseudomallei adalah bakteri Gram negatif berbentuk basil, dari hasil uji biokimia yang telah dilakukan didapatkan bahwa bakteri
Pseudomonas pseudomallei memiliki indol negatif, bergerak (motil), Simmons Citrate Agar (SCA) negatif, Gelatin negatif, Lysin dekarboksilase/Lysin Iron Agar
(LIA) bersifat alkali, H2S dan KOH negatif. Pseudomonas pseudomallei
ditemukan dalam tanah, sawah dan perairan stagnan. Manusia tertular penyakit
terkontaminasi oleh bakteri datang dalam kontak dengan terabrasi (tergores) kulit.
Pseudomonas adalah bakteri penting dalam keseimbangan di alam, secara umum aktif dalam dekomposisi secara aerobik dan biodegradasi karena memainkan
kunci penting dalam siklus karbon. Sama dengan spesies Pseudomonas lainnya bakteri ini memiliki habitat alami di air dan tanah. Pseudomonas sp. juga dapat ditemukan di kulit, mukosa membran dan feses. Infeksi oleh P. pseudomallei
dapat menyebabkan infeksi pada luka, abses, diare, infeksi pada traktus urinari,
genital dan telinga. Tingkat infektif bakteri ini dapat meningkat jika adanya
kombinasi dengan infeksi Streptococcus dan Staphylococcus (Carter and Wise 2004).
d. Morganella morgani
Morganella morganii adalah spesies bakteri Gram negatif bacillus.
Morganella morganii merupakan anggota Proteae dan family Enterobacteriaceae.
Dari hasil uji biokimia yang telah dilakukan didapatkan bahwa
Morganella morganii memilki oksidase negatif, katalase positif, Indol negatif ,
Simmons Citrate Agar (SCA) negatif , Lysin dekarboksilase/Lysin Iron Agar
(LIA) positif, produksi H2S negatif dan Urea positif. Infeksi polimikroba yang
paling berlimpah disebabkan oleh mikroba tambahan yang merusak kulit, jaringan
lunak, dan saluran urogenital dapat disembuhkan melalui penggunaan antibiotik
tersebut. Morganella morganii sebagai bakteri yang diindikasikan paling besar membentuk histamin pada ikan golongan scombroidae juga mempunyai
kemampuan pembentukan histamin yang berbeda pada berbagai jenis ikan. Pada
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, bakteri hanya ditemukan pada
sampel ikan yang terdapat luka, pada sampel ikan yang tidak memiliki luka tidak
ditemukan bakteri. Bakteri yang ditemukan pada luka ikan patin (Pangasius sp.) adalah Aeromonas hydrophila, Pseudomonas aeruginosa, Pseudomonas pseudomallei dan Morganella morgani.
4.2Saran
Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai adanya bakteri lain yang
mungkin ditemukan pada luka ikan patin (Pangasius sp.) serta dilakukan penelitian lanjutan mengenai cara menanggulangi penyakit ikan yang disebabkan
DAFTAR PUSTAKA
Carter GR, Wise DJ. 2004. Veterinary Bacteriology and Micology. USA:Iowa State Press. Lowa.
Dewi, S. 2011. Jurus Tepat Budidaya Ikan Patin. Pustaka Baru Press. Yogyakarta.
Giyarti, D. 2000. Efektivitas Ekstrak daun Jambu Biji (Psidium guajava L.), Sambiloto (Andrographis paniculata (Burms. f.) Nees) dan Sirih (Piper betle L) Terhadap Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila Pada Ikan Patin
(Pangasius hypophthalmus).Skripsi. Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor.
Hayes J. 2000. Aeromonas hydrophila. Oregon State University.
Hidayati, D. 2009. Pengaruh Induksi Bakteri Pseudomonas aeruginosa terhadap
Human Umbilical Vein Endothelial Cells (HUVECs) Culture. Fakultas Kedokteran. Universitas Brawijaya. Malang.
Husna R. 2007. Pengaruh Pemberian Ekstrak Tumbuhan Meniran (Phyllanthus niruri L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus Dan
Pseudomonas aeruginosa. [Skripsi]. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. Malang.
Indriani, N. 2007. Aktivitas Antibakteri daun Senggugu (Clerodendron serratum
[L.] Spr.). Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Kim, S.H., R.J. Price, M.T. Morrissey, K.G. Field, C.I. Wei, dan H. An. 2002. Histamine Production by Morganella morganii in Mackerel, Albacore, Mahi-mahi, dan Salmon at Various Storage Temperature. J. of Food Science. 67 (4) : 1522-1528.
Kordi, G. H. 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. Rineka Cipta. Jakarta.
Kordi, G. H. 2010. Budidaya Ikan Patin di Kolam Terpal. Lily Publisher. Yogyakarta.
Mayasari, E. 2005. Pseudomonas aeruginosa ; Karakteristik, Infeksi dan Penanganan. Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Medan.
Pelczar, M. J dan Chan, E. C. S. 2008 Dasar-dasar Mikrobiologi. UI-Press. Jakarta.
Rahmaningsih, S. Wilis, S dan Mulyana, A. 2012. Bakteri Patogen Dari Perairan Pantai Dan Kawasan Tambak Di Kecamatan Jenu Kabupaten Tuban. Jurnal ekologia 12 (1) : 1 -5.
Rahmaningsih, S. 2012. Pengaruh Ekstrak Sidawayah dengan Konsentrasi yang Berbeda untuk Mengatasi Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophyla pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan.
Rosidah dan Wila, M, A. 2012. Potensi Ekstrak daun Jambu Biji Sebagai Antibakterial Untuk Menanggulangi Serangan Bakteri Aeromonas hydrophila Pada Ikan Gurame (Osphronemus Gouramy lacepede). Jurnal akuatika 3 (1) : 19 - 27.
Sands, D. C. 1990. Physiological Criteria-Determinative Test. Hlm. 133 – 143 dalam Methods in Phystobacteriology. Z. Klement k. Rudolph, dan D. C. Sands (peny). Akademiai Kiado and Nyoma. Bupadest.
Saparinto, C. 2009. Budidaya Ikan di Kolam Terpal. Penebar Swadaya. Bogor.
Sarjito, Anisa Minaka, Ocky K. Radjasa, Agus Sabdono, S Budi Prayitno. 2012. The Richness of Bakteria Associated with Bacterial Diseases on the Giant Gouramy (Osphronemos gouramy). Procceding ICAI Akuakultur Indonesia. Semarang (inpress).
Setiaji, A. 2009. Efektifitas Ekstrak Daun Pepaya Carica papaya L. Untuk Pencegahan dan Pengobatan Ikan lele dumbo Clarias sp. yang Diinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor
Sulistiyaningsih. 2010. Uji Kepekaan Beberapa Sediaan Antiseptik Terhadap Bakteri Pseudomonas aeruginosa dan Pseudomonas aeruginosa Multi Resisten (PAMR). Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran. Jatinangor.
Sutrisno dan Purwandari. 2004. Lesi Patologik Organ dan Jaringan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang di Infeksi Bakteri Staphylococcus sp.
Lampiran 1. Lokasi Pengambilan Sampel Ikan Patin
a. Kolam pendederan b. Kolam pembesaran
c. Kolam indukan
a. Kolam pendederan b. Kolam indukan
c. Kolam indukan d. Kolam pembesaran
Lampiran 2. Alat dan Bahan
a. Labu Erlenmeyer b. Gelas ukur
e. Objek glass f. Hot plate
g. Autoclave h. Oven
k. inkubator l. Gram (A, B, C, D)
m. Pipet tetes n. Cover glass
q. Hand spray r. Parafin
q. Hand spray r. Parafin
t. Aluminium foil u. Tisu gulung
v. Masker w. Sarung tangan
x. Kertas label y. Tusuk gigi steril
z. Media-media uji Lampiran 3. Metode Identifikasi
Metode kegiatan identifikasi bakteri pada ikan menggunakan SNI (Standar
Nasional Indonesia) yaitu: sterilisasi alat dan bahan, pembuatan media, preparasi
sampel uji, isolasi bakteri dan identifikasi bakteri (uji fisiologis (pewarnaan
Gram), uji differensial (uji katalase dan uji o/f), uji biokimia (uji TSIA, uji citrate,
uji motilitas, uji indol, uji gelatin, uji LIA, uji ornithin), uji media gula-gula
(glukosa, laktosa, sukrosa, arabinosa, dulcitol, inositol, manitol, sorbitol,dan
salicin) dan pembacaan hasil dan pelaporan).
1. Strerilisasi Alat dan Bahan
Untuk melakukan pengujian, alat dan bahan sebelumnya dilakukan
sterilisasi yang bertujuan untuk membersihkan atau membebaskan alat dan bahan
dari semua mikroorganisme.
Alat yang akan disterilisasi, dicuci terlebih dahulu dengan menggunakan
deterjen setelah itu dikeringkan. Kemudian dimasukkan ke dalam autoklaf dengan
suhu 121oC selama 15 menit setelah di autoklaf semua alat dipindahkan pada oven
untuk disterilisasi kering dengan suhu 225oC selama 2 jam.
a. Penimbangan Media b. Pencampuran akuades c. Pelarutan media
d. Penuangan Media e. Media Jadi
3. Preparasi Sampel Uji
Tujuan preparasi sampel uji adalah melakukan pembedahan terhadap
sampel uji agar didapat organ yang menjadi target pada sampel uji yaitu luka ikan,
hati dan ginjal. Pada luka ikan dibersihkan dengan kapas yang telah dibasahi
alkohol 70%, lalu Ikan dibedah dengan menggunakan peralatan bedah steril
(disecting set) Secara aseptis, tusukkan jarum ose ke organ target.
a. Luka Ikan b. Hati Ikan c. Ginjal Ikan
Tujuan dari isolasi bakteri adalah untuk menumbuhkan/membiakkan
bakteri pada media tumbuh TSA sehingga memperoleh koloni bakteri yang sudah
murni. Adapun tahapan isolasi bakteri adalah penggoresan dan pemurnian.
a. Penggoresan
Tujuan dari penggoresan adalah untuk menumbuhkan/membiakkan bakteri
pada media TSA. Prosedur dari penggoresan bakteri, Permukaan laminar air flow
dibersihkan dengan alkohol 70% Secara aseptis, ditusuk atau inokulasikan
organ-organ target tersebut dengan menggunakan jarum ose yang telah
disterilkan, kemudian ambil jarum ose yang digoreskan ke organ target lalu
digoreskan pada media agar TSA atau media selektif, Cawan Petri diletakkan
dengan posisi terbalik dan diberi label keterangan, Cawan Petri diinkubasikan
pada suhu 25–30 oC selama 36-48 jam.
Penggoresan luka ikan
b. Pemurnian Kultur Bakteri
Tujuan pemurnian kultur bakteri adalah untuk mendapatkan/memperoleh
satu koloni bakteri yang sudah murni. Satu koloni bakteri diambil dengan ciri-ciri
yang paling dominan yang berada di dalam goresan dari media yang telah
diinokulasikan dengan menggunakan jarum ose steril, diinokulasikan kembali
dengan posisi terbalik dan diberi label keterangan, selama ± 24 jam diinkubasikan
pada temperatur 25 – 30oC.
Apabila setelah dilakukan pemurnian belum memperoleh koloni yang
homogen (sama) dilakukan kembali pemurnian dengan langkah-langkah yang
sama.
Pemurnian kultur bakteri
5. Identifikasi Bakteri
Tujuan identifikasi bakteri adalah untuk dapat menganalisa koloni bakteri
yang tumbuh dari hasil isolat.Isolat yang digunakan pada tahap analisa berumur
12 – 24 jam. Koloni bakteri yang tumbuh dari hasil isolasi diamati dengan melihat
karakteristik yang ada seperti bentuk koloni, produksi pigmen, motilitas dan
toleransi terhadap kadar garam. Adapun tahapan identifikasi bakteri adalah uji
fisiologis karakteristik morfologi bakteri, uji differensial, uji biokimia dan uji
media gula-gula.
a. Uji Fisiologis karakteristik morfologi bakteri
Tujuan uji fisiologis karakteristik morfologi bakteri adalah mengetahui
Gram dan bentuk bakteri melalui pewarnaan Gram dan pengamatan mikroskop.
dan diberi label, satu tetes akuades diteteskan pada permukaan gelas obyek, isolat
diambil dengan jarum Ose steril, campur akuades dan ulas merata pada
permukaan gelas objek, difiksasikan dengan melewatkan preparat di atas api
(kurang lebih jarak 15 cm) beberapa kali sampai terlihat kering, larutan crystal
violet diteteskan pada preparat sampai merata, dan diamkan selama satu menit.
Preparat dicuci dengan air mengalir, larutan iodine lugol diteteskan pada
preparat sampai merata, dan diamkan selama satu menit, preparat kemudian dicuci
dengan air mengalir dan dikering-anginkan. Larutan alkohol aseton diteteskan
pada preparat sampai merata dan diamkan selama tiga puluh detik, preparat
kemudian dicuci dengan air mengalir dan dikering-anginkan, larutan safranin
diteteskan pada preparat sampai merata dan diamkan selama dua menit, Preparat
kemudian dicuci dengan air dan dikering-anginkan, preparat diamati
menggunakan mikroskop.
Bakteri Gram negatif ditandai dengan warna merah sedangkan bakteri
Gram positif ditandai dengan warna ungu, bentuk bakteri bulat yaitu Coccus dan batang yaitu Basil.
a. Persiapan pewarnaan b. Ditetesi akuades c. Pengambilan isolat bakteri
d. Pengeringan ulasan e. Proses pewarnaan f. Pengamatan mikroskopis
isolat
b. Uji Differensial
Uji yang dilakukan untuk dapat membedakan sifat tertentu.Uji diferensial
diantaranya adalah uji katalase dan uji O-F.
c. Uji Katalase
Menggunakan reagen hidrogen peroksida (H2O2 3%), hidrogen peroksida
bersifat toksik terhadap sel karena menginaktifasikan enzim dalam sel. Katalase
merupakan enzim yang digunakan mikroorganisme untuk menguraikan hidrogen
peroksida menjadi H2O dan O2. Cara kerjanya adalah disediakan objek glass yang
telah dibersihkan dengan alkohol 70% kemudian ambil isolat murni bakteri
dengan menggunakan jarum ose yang sudah disterilkan dan diletakkan ke objek
glass dan ditetesi dengan larutan H2O2 3%, diamati perubahannya, jika terdapat
gelembung maka bakteri tersebut positif mengandung enzim katalase, tetapi jika
tidak terdapat gelembung maka bakteri dikatakan negatif, tidak menghasilkan