43
Lampiran 1. Flowchartpelaksanaan penelitian
Pengamatan Parameter
Data
Analisis Data
Selesai Mulai
Persiapan Alat
Pembersihan Alat
Persiapan Bahan
Menimbang Bahan (2 kg)
Pengujian Alat
Penyalaan Alat
Pemasukan Bahan
Penggorengan Bahan
Lampiran 2. Data kehilangan minyak goreng (gr)
Bahan Ulangan Total Rataan
I II III
K1 105,2 93,6 97,8 296,6 98,87
K2 64,6 71,6 77,5 213,7 71,23
K3 55,1 45,7 48,4 149,2 49,73
K4 41,7 36,5 31,8 110 36,67
K5 14,3 21,1 16,9 52,3 17,43
Total 280,9 268,5 272,4 821,8
Rataan 56,18 53,7 54,48 54,79
Analisis Sidik Ragam
SK DB JK KT F Hitung F 0,05 F 0,01
Perlakuan 4 11888,044 2972,011 109,332 ** 3,48 5,99 Galat 10 271,833 27,183
Total 14 12159,877
Ket : tn = tidak nyata * = nyata
** = sangat nyata
KK (Koefisien Keseragaman) = 9,52 % Uji LSR (Least Significant Range)
Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi
0,05 0,01 0,05 0,01
- K5 17,43 a A
2 9,49 13,49 K4 36,67 b B
3 9,91 14,06 K3 49,73 c B
4 10,16 14,42 K2 71,23 d C
45
Lampiran 3. Data Pengamatan Kadar Air (%)
Bahan Ulangan Total Rataan
1 2 3
K1 22,7 22,2 22,1 67,000 22,333
K2 25,0 24,8 24,9 74,700 24,900
K3 20,3 20,3 19,9 60,500 20,167
K4 28,3 28,3 27,9 84,500 28,167
K5 26,7 25,7 26,3 78,700 26,233
Total 304.900
Rataan 40.600
Analisis Sidik Ragam
SK db JK KT F Hitung F0,05 F0,01
Perlakuan 4 119,789 29,947 307,478 ** 3,48 5,99
Galat 10 0,974 0,097
TOTAL 14 120,763
Ket : tn = tidak nyata * = nyata
** = sangat nyata
KK (Koefisien Keseragaman) = 1,47 % Uji LSR (Least Significant Range)
Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi
0,05 0,01 0,05
- K3 20,167 a A
2 2,2021 3,1323 K5 22.333 b AB
3 2,3013 3,2644 K4 24,900 c BC
4 2,3593 3,3468 K1 26,233 d CD
Lampiran 4. Data Aroma
Bahan Ulangan Total Rataan
1 2 3
K1 3,4 3,8 3,9 11.100 3.700
K2 3,4 3,7 3,5 10.600 3.533
K3 3,6 3,4 3,5 10.500 3.500
K4 3,6 3,5 3,5 10.600 3.533
K5 3,4 3,8 3,5 10.700 3.567
Total 53.500
Rataan 5.944
Analisis Sidik Ragam
SK db JK KT Fhitung F0,05 F0,01
Perlakuan 4 0,0733 0,0183 0,6111 tn 3.4780 5,9943 Galat 10 0,3000 0,0300
Total 14 0,3733
Ket : tn = tidak nyata * = nyata
47
Lampiran 5. Data Rasa
Perlakuan Ulangan Total Rataan
1 2 3
K1 2,95 2,11 3,09 8,150 2,717
K2 2,39 2,52 2,45 7,360 2,453
K3 2,56 2,63 2,29 7,480 2,493
K4 2,58 2,65 2,47 7,700 2,567
K5 2,40 2,18 2,45 7,030 2,343
Total 37,720
Rataan 4,191
Tabel Sidik Ragam
SK db JK KT Fhitung F0,05 F0,01
Perlakuan 4 0,23124 0,05781 0,83476 tn 3,4780 5,9943 Galat 10 0,69253 0,06925
Total 14 0,92377
Ket : tn = tidak nyata * = nyata
Lampiran 6. Data Pengamatan Organoleptik Kerenyahan
Perlakuan Ulangan Total Rataan
1 2 3
K5 2.59 2.56 2.6 7.750 2.583
K2 2.60 2.63 2.64 7.870 2.623
K3 2.68 2.71 2.72 8.110 2.703
K4 2.71 2.73 2.73 8.170 2.723
K1 2.75 2.74 2.76 8.250 2.750
Total 40.150
Rataan 4.461
Analisis Sidik Ragam
SK db JK KT Fhitung F0,05 F0,01
Perlakuan 4 0,05947 0,01487 48,4783 ** 3.47 5.99 Galat 10 0,00307 0,00031
Total 14 0,06253
Ket : tn = tidak nyata * = nyata
** = sangat nyata
KK (Koefisien Keseragaman) Uji LSR (Least Significant Range)
Jarak LSR
Perlakuan Rataan Notasi
0,05 0,01 0,05 0,01
- - - K5 2,583 a A
2 0,0319 0,0453 K2 2,623 b AB
3 0,0333 0,0472 K3 2,703 c BC
4 0,0341 0,0484 K4 2,723 cd C
49
Lampiran 7.Data pengamatan nilai organoleptik penerimaan keseluruhan
Perlakuan Ulangan Total Rataan
1 2 3
K1 3,23 3,50 3,7 10,430 3,477
K2 3,16 3,46 3,2 9,820 3,273
K3 3,23 3,16 3,3 9,690 3,230
K4 3,19 3,25 3,3 9,740 3,247
K5 3,21 3,34 3,5 10,050 3,350
Total 49,730
Rataan 5,526
Analisis Sidik Ragam
SK db JK KT Fhitung F0,05 F0,01
Perlakuan 4 0,12297 0,03074 1,38234 tn 3,4780 5,9943 Galat 10 0,2224 0,02224
Total 14 0,34537
Ket : tn = tidak nyata * = nyata
53
Lampiran 10.Gambar buah cempedak
Keripik cempedak yag sudah digoreng dengan mesin vakum
Lampiran11.Gambar buah belimbing yang telah dipotong
55
Lampiran 12. Gambar buah mangga yang telah dipotong
Keripik mangga yag sudah digoreng dengan mesin vakum
Lampiran13.Gambar buah sawo yang telah dipotong
Lampiran 14. Gambar buah Nangka yang telah dipotong
41
DAFTAR PUSTAKA
Agrindo, 20 Juli 2013].
Bappenas, 2010. Kajian Evaluasi Revitalisasi Pertanian dalam Rangka Peningkatan Kesejahteraan Petani. Direktorat Evaluasi Kinerja Pembangunan Sektoral Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS). Jakarta.
Bisnisukm
Dwiari, S. R., Danik D. A., Nurhayati, Mira S., Sandi Frida. A. R. Y., dan Ida Bagus K. W. Y., 2008. Teknologi Pengolahan Pangan Jilid 1. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Engelen, A Pangan [diakses 15 Juli 2013].
Jamaluddin, Budi R., Pudji H., dan Rachmadi, 2008. Model Matematis Perpindahan Panas dan Massa Proses Penggorengan Buah pada Keadaan Hampa. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Ketaren, S., 1986. Minyak dan Lemak Pangan. UI Press. Jakarta.
Kulubro, 20 14 Juli 2013].
Lintasnews, Juli 2013].
Massiani, R., dkk., 2005. Pengolahan Sekunder Buah-buahan Menggunakan Vacuum frying. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Kalimantan Tengah.
Moreira, R.G Cooking Temperature [diakses 14 Juli 2013].
Nugraha, S., Sugiyanto, Sulvana N.F., Tito R., Titis K., 2012. Makalah Tataniaga Pertanian “Elastisitas dan Permintaan Hasil Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Plantamor Priatman, K. 2000. Sawo. Menegristek Bidang Pembangunan dan Pemasyrakatan
Rukmana, R., 1999. Prospek Agribisnis dan Teknik Usaha Tani. Kanisius. Yogyakarta.
Sartika, R. A. D., 2009. Pengaruh Suhu dan Proses Menggoreng (Deep Frying) terhadap Pembentukan Asam Lemak Trans. Universitas Indonesia. Depok.
Setyawan, N., Widyaningrum, K. T. Dewandri. 2011. Efisiensi Penggunaan Penggorenga Hampa dalam Menekan Pembentukan Alkrilamida pada Makanan yang Digoreng. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Jakarta.
SNI., 1996. Syarat Mutu Keripik Nangka. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta. Sugiyono dan N. Wulandari,
Penggorengan [diakses 11 Juli 2013].
Susanti, 1993.Penanganan dan Pengolahan Buah.Penebar Swadaya. Jakarta. UPI., 2010. Modul Minyak. Universitas Pendidikan Indonesia. Jakarta.
Yamsaengsung, R., C. Rungsee, and K. Prasertit, 2008. Simulation of the Heat and Mass Transfer Process During the Vacuum Frying of Potato Chips. Prince of Songkhla University. Songhkla.
Frederich dan Setiawan,2009. Pengolahan buah mangga Van Steenis, C.G.G.J.1981.Flora,untukseko/ah di Indonesia.PT Pradnya Paramita.
27
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, mulai pada bulan Pebruari - Mei 2015. Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan adalah Cempedak, belimbing, mangga, sawo, nangka, minyak goring dan air.
Alat-alat yang digunakan adalah penggoreng vakum (vacuum frying) tipe vacuum pump, pisau, sarung tangan, telenan, ember / baskom, timbangan, kompor, spinner, termometer, barometer, stopwatch, mikrometer sekrup, alat tulis, kalkulator, oven, kamera dan komputer
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap Non Faktorial dengan lima bahan dan tiga kali perlakuan sebagai berikut:
K1 = Cempedak K2 = Belimbing K3 = Mangga K4 = Sawo K5 = Nangka
dengan K adalah bahan yang akan digoreng. Model rancangan yang digunakan yaitu:
Yik = μ + Ti+ εik...(1)
Yik = hasil pengamatan dari perlakuan suhu pada taraf ke – i dan pada ulangan
μ = nilai tengah umum
Ti = pengaruh perlakuan ke – i
εik = pengaruh galat percobaan dari perlakuan suhu pada taraf ke – i dan
pengulangan ke - k Persiapan Penelitian
Sebelumpenelitian dilaksanakan,terlebihdahulu dilakukan persiapan untukpenelitianyaitumerancangbentukdan ukuran alatpenggorengvakum (vacuumfrying)tipevacuumpumpdan disajikan dalam gambarteknik, mempersiapkan peralatan dan bahan-bahan yang akan digunakan dalam penelitian, antara lain sebagai berikut:
1. Persiapan Alat
a. Komponen Alat Penggorengan
Alat penggorengan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat penggoreng vakum (vacuum frying) tipe vacuum pump buatan mahasiswa Keteknikan Pertanian Angkatan 2008 (Sitorus,2012) Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Alat ini terdiri dari:
1. Wadah penggorengan 2. Pompa Vakum 3. Kondensor
29
Persiapan Bahan
Bahan yang akan digunakan pada penelitian ini adalahcempadak, belimbing, mangga, sawo, nangkayang diperoleh dari pasar tradisional yang ada di kota Medan.
Prosedur Penelitian
1. Dipilih buah cempedak, belimbing, mangga, sawo, nangkayang bermutu baik dengan syarat dalam keadaan segar, berbau khas, dan diusahakan tidak memiliki cacat di bagian kulit (kalaupun ada jumlahnya sangat sedikit dan tidak mempengaruhi kualitas isibuah).
2. Dikupas buah dan dibersihkan
3. Dipisahkan biji buah dari dagingnya.
4. Ditimbang bahan yang akan dijadikan keripik.
5. Dibekukan buah yang akan dijadikan keripik selama satu malam 6. Dimasukkan air ke dalam wadah kondensor dan bak air.
7. Dimasukkan minyak goreng ke dalam wadah penggorengan.
8. Dimasukkan bahan ke dalam keranjang penggorengan dan ditutup rapat dalam wadah penggorengan.
9. Dihidupkan kompor hingga suhu dalam wadah penggorengan mencapai 85oC.
10.Dihidupkan pompa vakum hingga di dalam wadah penggorengan hingga bertekanan -70 mmHg.
12.Dibiarkan terjadi proses penggorengan hingga keripik matang dan proses diatas diulang untuk parameter suhu berikutnya untuk suhu 85oC,
13.Dimatikan pompa vakum dan kompor serta diangkat keranjang penggorengan.
14.Dibuka katup udara pada tutup wadah penggorengan secara perlahan. 15.Dibuka tutup wadah penggorengan.
16.Diangkat keripik yang telah selesai digoreng.
17.Ditiriskan keripik yang telah digoreng dengan alat peniris (spinner) buatan mahasiswa Keteknikan Pertanian Angkatan 2008 (Khairul Hadi Lubis, 2012) selama 60 detik dengan kecepatan putaran sebesar 405 rpm.
18.Ditimbang keripik yang diperoleh. 19.Dilakukan pengamatan parameter. Parameter penelitian
1. Kehilangan minyak
Kehilangan minyak adalah selisih berat keripik yang digoreng sebelum ditiriskan dengan yang sudah ditiriskan. Kehilangan minyak diperoleh dengan menimbang keripik yang telah selesai digoreng dengan alat penggoreng vakum sebelum ditiriskan, kemudian setelah ditiriskan ditimbang kembali. Lalu dimasukkan ke dalam rumus:
Kehilangan Minyak = A – B...(2) Dimana:
31
2. Kadar air
Kadarairbahanmenunjukkanbanyaknyakandunganairpersatuanbobotbahan .Kadarairdihitungdengancaramengambilsampel 5grtiapperlakuan di dalam aluminium foil yang telah diketahui berat kosongnya. Kemudian
dikeringkan di dalam oven dengan suhu 105oC selama 4 jam atau sampai beratnya konstan. Kemudiandidinginkanlaluditimbangberatakhirnya.Kadarair kemudiandihitungmenggunakanrumus:
�������� = ����������������ℎ��(��)−�������ℎ�� (��)
(��) × 100%...(3)
Uji organoleptik
Uji organoleptik digunakan sebagai parameter penelitian ini untuk menguji kualitas penggorengan keripik yang meliputi uji keadaan hasil penggorengan secara fisik yaitu uji bau, rasa, dan warna. Uji menggunakan panelis sebanyak 10 orang.
Tabel 6. Uji organoleptik untuk tingkat Aroma
Skala Hedonik Skala Numerik (skor)
Sangat suka 4
Suka 3
Agak suka 2
Tidak suka 1
Tabel 7. Uji organoleptik untuk tingkat Rasa
Skala Hedonik Skala Numerik (skor)
Sangat suka 4
Suka 3
Agak suka 2
Tidak suka 1
Tabel8. Uji organoleptik untuk tingkat Kerenyahan
Skala Hedonik Skala Numerik (skor)
Amat Sangat renyah 4
Sangat renyah 3
Renyah 2
Agak tidak renyah 1
Tabel 9. Uji organoleptik untuk penerimaan keseluruhan
Skala Hedonik Skala Numerik (skor)
Sangat suka 4
Suka 3
Agak suka 2
Tidak suka 1
Sumber: Suyanti, Satuhu. 1994Standarmutu organoleptik keripik buah dan sayur
33
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian pengaruh jenis bahan terhadap parameter yang diamati dapat dilihat pada Table 10.
Tabel 10. Pengaruh jenis bahan terhadap parameter yang diamati. Perlak
Aroma Rasa Kerenyahan Penerimaan Keseluruhan
Dari Tabel 10diatas dapat dilihat bahwa kehilangan minyak tertinggi diperoleh pada perlakuanK1 (Cempedak)yaitu sebesar 98,8gram dan terendah pada perlakuan K5(nangka) yaitu sebesar 17,43gram. Kadar air tertinggi diperoleh pada perlakuan K2(belimbing)yaitu sebesar 28.167% dan terendah pada K3(mangga)yaitu sebesar 20.167%. Nilai uji organoleptik secara keseluruhan tertinggi diperoleh pada perlakuan K1(cempedak)yaitu sebesar 3.477(sangat suka) dan terendah pada perlakuan K3 (mangga)yaitu sebesar 3.230 (suka), peroses penggorengan vakum ini dapat menghasilkan keripik sehat tanpa mengubah bentuk aslinya hal ini sesuai dengan literatur (Massinai, dkk., 2005) yang menyatakan penggorengan vakum ialah penggorengan yang mencegah terjadinya perubahan rasa, aroma, warna dan nutrisi bahan makanan.
Kehilangan Minyak
minyak goreng.Hasil pengujian menggunakan LSR (Least Significant Range) menunjukkan pengaruh penggorengan vakum terhadap kehilangan minyak.
Tabel 11. Penggorengan vakum terhadap kehilangan minyak goreng (gram)
Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi
Keterangan: notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuanmemberikanpengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyatapada taraf 1%.
Perlakuan K1 memberikan pengaruh sangat nyata terhadap perlakuan K2, K3, K4 dan K5.
Gambar 1. Menunjukkanhubungan jenis bahan dan kehilangan minyak
35
Dari Gambar 1dapat dilihat bahwakehilangan minyaktertinggi dihasilkan pada perlakuan K1 (cempedak) dan terrendah dihasilkan pada perlakuanK2 (belimbing), K3 (mangga), K4 (sawo), dan K5 (nangka).Karna cempedak lebih banyak menyerap minyak dibandingkan buah belimbing, mangga, sawo, dan nangka. pada saat peroses penggorengan, dan cempedak dari jenis daging buahnya mengandung airsedikit lembek dan berlendir dibanding dengan buah belimbing banyak mengandung air tapi buah nya tidak berlendir dan sedikit keras, mangga sedikit mengandung air tidak berlendir dan buah nya agak sedikit keras, sawo jenis buah nya banyak mengandung air tidak berlendir dan sedikit mengkal, nangka jenis buah nya keras sedikit mengandung air dan tidak berlendir, sehingga cempedak lebih banyak menyerap minyak. Pada saat peroses penggorengan dan penirisan keripik cempedak lebih banyak kehilangan minyak dibandingkan dengan keripikbelimbing, mangga, sawo dan nangka.
Kadar Air
Pada analisa sidik ragam (Lampiran 3) dapat dilihat bahwa perlakuan berbagai jenis bahan memberikan pengaruh nyata terhadap kadar air dapatdilihat pada Tabel 12 berikut.
Tabel12.Penggorengan vakum terhadap kadar air (%)
Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi
0,05 0,01 0,05 0,01
- K3 20,167 a A
2 2,2021 3,1323 K5 22.333 b AB
3 2,3013 3,2644 K4 24,900 c BC
4 2,3593 3,3468 K1 26,233 cd CD
5 2,3971 3,4041 K2 28,167 d D
Gambar 2.Menunjukkan hubungan jenis bahan dengankadar air
Gambar 2. Hubungan jenis bahan dengankadar air
Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwakadar air tertinggi dihasilkan pada perlakuan K2(belimbing)dan terendah dihasilkan pada perlakuan K1 (cempedak), K4 (Sawo), K5 (Nangka),K3 (mangga), karna pada dasarnya buah belimbingdari jenis buahnya banyak mengandung kadar air dan berserat, , sehingga setelah peroses penggorengan dan penirisan keripik belimbing tidak begitu renyah, karna jumlah kadar air belimbing lebih tinggi daripadabuah cempedak, sawo, nangka, dan mangga (Suyanti, Satuhu. 1994).
Aroma
Pada analisa sidik ragam (Lampiran 4)dapat dilihat bahwa perlakuan berbagai jenis bahan memberikan pengaruh tidaknyata terhadap kerenyahan sehingga pengujian dengan menggunakan analisa Least Significant Range (LSR) tidak dilanjutkan. Sekala hedonik untuk aroma adalah suka
Rasa
Pada analisa sidik ragam (Lampiran 5)dapat dilihat bahwa perlakuan berbagai jenis bahan memberikan pengaruh tidaknyata terhadap kerenyahan
37
sehingga pengujian dengan menggunakan analisa Least Significant Range (LSR) tidak dilanjutkan. Sekala hedonik untuk rasa adalah kurang suka
Kerenyahan
Pada analisa sidik ragam (Lampiran6) dapat dilihat bahwa perlakuan berbagai jenis bahan memberikan pengaruh nyata terhadap kerenyahan sehinggapengujian dengan menggunakan analisaleast significant range (LSR) menunjukkan pengaruh perbedaanterhadap kerenyahan untuk tiap perlakuan dapat dilihat uji organoleptik kerenyahan pada table 13.
Tabel 13. Pengaruh jenis bahan terhadap kerenyahan
Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi
0,05 0,01 0,05 0,01
- K5 2.583 a A
2 0,0319 0,0453 K2 2.623 b AB
3 0,0333 0,0472 K3 2.703 c BC
4 0,0341 0,0484 K4 2.723 cd C
5 0,0347 0,0492 K1 2.750 d C
Keterangan: notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuanmemberikanpengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyatapada taraf 1%.
Pengaruh jenis bahan terhadap kerenyahan dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3.Hubungan bahan terhadap kerenyahan.
Dari Gambar3 dapat dilihat bahwa nilai organoleptik kerenyahan tertinggi diperoleh pada perlakuan K1 (cempedak)dan terendah pada perlakuan K4 (sawo), K3 (mangga), K2 (belimbing) dan K5 (nangka). Pada buah cempedak dari jenis daging buah nya tipis dan lembek daripada bahan buah sawo, mangga, belimbing, dan nangka yang jenis daging buah nya tebal dan tidak lembek, sehingga setelah peroses penggorengan dan penirisan keripik cempedak lebih renyah. Sekala hedonic untuk kerenyahan adalah kurang suka.
Penerimaan Keseluruhan
Pada analisa sidik ragam (Lampiran 7)dapat dilihat bahwa perlakuan berbagai jenis bahan memberikan pengaruh tidaknyata terhadap penerimaan keseluruhan sehingga pengujian dengan menggunakan analisa Least Significant Range (LSR) tidak dilanjutkan.Sekala hidonik untuk penerimaansecara keseluruhan adalah suka
39
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Perbedaan bahan baku memberikan pengaruh sangat nyata terhadap kehilangan minyak dan memberikan pengaruh yang nyata terhadap uji oranoleptik aroma, rasa serta memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap kadar air dan uji organoleptik kerenyahan serta penerimaan keseluruhan. 2. Persentase kehilangan minyak tertinggi dihasilkan oleh K1 bahanbaku
cempedak yaitu sebesar 98,87% dan persentase kehilangan minyak terendah dihasilkan oleh bahan baku nangka K5 yaitu sebesar 17,43%.
3. Persentase kadar air tertinggi dihasilkan oleh bahan baku belimbing (K2) yaitu sebesar 28,167% dan terendah pada bahan baku mangga (K3) yaitu sebesar 20,167%.
4. Nilai organoleptik aroma tertinggi pada bahan baku cempedak (K1) yaitu 3.700(sangat suka) dan terendah pada bahan belimbing (K2) yaitu 3.500
5. Nilai organoleptik rasa tertinggi pada bahan baku cempedak (K1) yaitu sebesar 2,717(agak suka) dan terendah pada bahan baku nangka (K5) yaitu sebesar 2,343(agak suka).
6. Nilai organoleptik kerenyahan pada bahan baku Cempedak (K1) yaitu sebesar 2,750 (sangat renyah) dan terendah pada bahan baku Nangka (K5) yaitu sebesar 2,583 (agak tiadak renyah)
Saran
5
TINJAUAN PUSTAKA
Cempedak
Cempedak adalah salah satu jenis tanaman yang banyak ditanam di daerah tropis.Cempedak cukup terkenal di Indonesia bahkan di dunia dan daerah pedesaan. Tanaman ini berasal dari India bagian selatan yang kemudian menyebar ke daerah tropis lainnya termasuk Indonesia.Biji cempedak berbentuk bulat lonjong, agak gepeng, berukuran 2 –4 cm yang tertutup oleh kulit biji yang tipis coklat seperti kulit. Biji cempedak memiliki kandungan gizi seperti protein, lemak, karbohidrat, fosfor, kalium, besi, vitamin C, vitamin B1(Sumeru, 2006). botani tanaman cempedak adalah sebagai beikut :
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Urticales
Famili : Moraceae (suku cempedak-cempedakan) Genus : Artocarpus
Spesies : Artocarpus champeden
biasa, biji relatif bulat dan ukurannya dua kali lebih besar dari pada biji cempedak biasa. Salah satu alternatif dalam pengolahan produk termasuk cempedak, pengolahan cempedak menjadi keripik diharapkan menghasilkan produk baruan memperpanjang umur simpan buah serta memberikan nilai tambah terhadap cempedak, pengaruh suhu dan waktu penggorengan hampa untuk mendapatkan keripik memiliki sifat fisik dan organoleptik yang dapat diterima oleh konsumen, buah cempedak digoreng oleh suhu yang ditentukan dan meliputi kadar air produk, kekerasan dan pengukuran warna selain itu dilakukan uji organoleptik.
Syarat Mutu Keripik Cempedak
Menurut SNI. 01-0222-1987, keripik cempedak adalah makanan yang dibuat dari daging buah cempedak (Artocarpus champeden) masak, dipotong/disayat dan digoreng memakai minyak secara vakum dengan atau tanpa penambahan gula serta bahan tambahan makanan yang diizinkan.
7
Tabel 1. SNI Keripik Cempedak
No. Kriteria uji Satuan Persyaratan 1
Bahan Tambahan Makanan Pewarna
Pengawet Pemanis buatan -sakarin
-siklamat Cemaran logam Timbal (Pb) Cemaran mikroba Angka Lempeng Total E. Coli
Sesuai SNI. 01-0222-1987 Sesuai SNI. 01-0222-1987 Negatif Sumber : Badan Standarisasi Nasional SNI 01-4269-1996
Nangka
Nangka diperkirakan berasal dari India, yakni wilayah ghats bagian barat, dimana jenis-jenis liarnya masih didapati tumbuh tersebar di hutan hujan disana, kini nangka telah menyebar luas di berbagai daerah tropis, terutama di daerah Asia Tenggara (Wikipedia, 2013).
Beberapa nama asing yaitu: jacfruit, jack (Inggris), nangka (Malaysia), kapiak (Papua Nugini), liangka (Filipina), peignai (Myanmar), khnaor (Kamboja), mimiz, miiz hnang (laos), khanun (Thailand), mit (Vietnam) (IPTEKnet, 2005).
Botani Tanaman Nangka
Nangka merupakan tanaman hutan yangpohonnya dapat mencapai tinggi
25 meter. Seluruh bagian tanaman bergetah,yang biasa disebut pulut. Daunnya
bulat, lonjong, dan lebar. Kayunya keras,apabila telah tua berwarna kuning
sampai kemerahan. Bunganya ada duamacam, yakni bunga jantan dan bunga
betina (Sunaryono, 2005).
Nangka sebenarnya merupakan tanaman tropika dataran rendah,
tetapitanaman ini dapat pula tumbuh di dataran tinggi yang beriklim dingin.
Pohon inidapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, tetapi pertumbuhan yang paling
baikadalah pada tanah endapan dalam (Lembaga Biologi Nasional, 1977).
Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, kedudukan tanaman nangka diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan) Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) Sub-divisi : Angiospermae (berbiji tertutup) Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping dua)
Ordo : Morales
Famili : Moraceae Genus : Artocarpus
9
Buah Nangka
Buah nangka relatif besar, berbiji banyak, dan kulitnya berduri lunak.
Setiap biji dibalut oleh daging buah (endokarp) dan eksokarp yang mengandung
gelatin. Sebenarnya buah nangka merupakan buah majemuk (sinkarpik), yakni
berbunga banyak tersusun tegak lurus pada tangkai buah (porosnya) membentuk
bangunan besar yang kompak, bentuknya bulat sampai bulat lonjong. Duri buah
yang dilihat sebenarnya bekas kepala putiknya. Kulit buah berwarna hijau sampai
kuning kemerahan. Daging buahnya tipis sampai tebal yang setelah matang
berwarna kuning merah, lunak, manis, dan aromanya spesifik (Sunaryono, 2005).
Buah nangka yang dikenal orang sebenarnya adalah buah majemuk yang
terdiri dari kumpulan banyak buah, sedangkan yang dinamakan satu buah nangka
yang sebenarnya dikenal dengan satu buah nyamplung dan di dalamnya berisi satu
biji. Diantarabuah terdapat /serabut/jerami yang sebenarnya merupakan bunga
yang tidak diserbuki. Dami-dami tersebut ada yang tebal, berukuran besar dan
manis sehingga dapat dimakan. Sifat-sifat dari jerami nangka, baik sifat fisik dan
kimianya diduga hampir menyerupai buah nangkanya (Muchtadi dalam
Novandrini, 2003).
Ciri-ciri buah nangka yang dapat dipanen yakni :
1. Diperolehnya suara rendah, seperti yang biasanya didapatkan dari
benda-benda berongga, jika buahnya diketuk dengan jari
2. Daun terakhir pada tangkai buah telah menguning
3. Duri-duri kulit telah berkembang penuh dan berjauhan antara satu dengan
4. Duri-duri kulit dapat dibengkokkan hanya dengan memberikan tekanan
lemah
5. Telah timbul bau aromatik
Buah nangka yang akan langsung dikonsumsi, sebaiknya dipetik bila
kulitnya sudah cukup lunak, daun-daun pada tangkai buah telah berwarna jingga,
dan buah mengeluarkan bau aromatik. Pada tingkat ini daging buah nangka
berlendir, berair dan berwarna kuning jingga (Pantastico, 1986).
Buah nangka sebaiknya disimpan pada suhu 52 – 550F dengan kelembaban
85 – 90%. Apabila disimpan dengan cara yang benar, buah nangka dapat bertahan
sampai enam minggu (Satuhu, 2004).
Syarat Mutu Keripik Nangka
Menurut SNI-01-4269-1996, keripik nangka adalah makanan yang dibuat dari daging buah nangka (Artocarpus integra) masak, dipotong/disayat dan digoreng memakai minyak secara vakum dengan atau tanpa penambahan gula serta bahan tambahan makanan yang diizinkan.
11
Tabel 2. Syarat Mutu Keripik NangkaSNI
No. Kriteria uji Satuan Persyaratan 1
Bahan Tambahan Makanan Pewarna
Pengawet Pemanis buatan -sakarin
-siklamat Cemaran logam Timbal (Pb) Cemaran mikroba Angka Lempeng Total E. Coli
Sesuai SNI. 01-0222-1987 Sesuai SNI. 01-0222-1987 Negatif Sumber : Badan Standar Nasional SNI 01-4306-1996
Mangga
yang berasal dari biji pada umumnya tegak, kuat dan tinggi sedangkan yang berasal dari sambungan atau tempel lebih pendek dan cabang membentang.
Daun yang masih muda biasanya berwarna kemerahan, keunguan, atau kekuningan yang kemudian hari akan berubah pada bagian permukaan sebelah atas menjadi hijau mengkilat, sedangkan bagian permukaan bawah berwara hijau muda. Bunga Mangga biasanya bertangkai pendek,jarang sekali yang bertangkai panjang, dan berbau harum seperti bunga lili. Kelopak bunga biasanya bertaju 5.Buah Mangga termasuk buah batu yang berdaging, dengan ukuran dan bentuk yang sangat berubah-ubah bergantung pada macamnya, mulai dari bulat, bulat telur, hingga lonjong memanjang.Panjang buah kira-kira 2.5 -3.0 cm (VanSteenis, 1981).
13
ini.Penggorengan dengan suhu terlalu tinggi dapat menurunkan nilai gizi produk karena banyak komponen gizi pangan yang mudah rusak akibat tingginya suhu penggorengan.
Buah mangga merupakan buah dengan kadar air dan kadar gula tinggi,sehingga tidak bisa digoreng dengan penggorengan biasa, maka diperlu adanya alternatif pengolahan agar produksi mangga dalam jumlah besar dapat termanfaatkan secara maksimal. Yaitu pengolahan keripik buah mangga dengan menggunakan Vacuum frying merupakan suatu alat yang dugunakan untuk mengolah buah-buahan menjadi kripik buah. Kapasitas dari alat yang penyusungunakan adalah sebesar 3,5 kg daging buah segar dengan lama waktu penggorengan kurang lebih 80-90 menit dan bekerja pada suhu operasi 65– 70oC,serta pada tekanan -70 cmHg. Bahan bakar yang digunakan adalah gas LPG. Vacuum frying terdiri atas tabung penggorengan, pompa, kondensor,unit pemanas, pengaduk penggorengan, bak penampung air, unit pemanas, unit pengendali operasi,dan spinneryang berfungsi untuk menghilangkan minyak yang menempel pada kripik hasil penggorengan (Setiawan, 2009)
Adapun sistematika Tumbuhan Mangga adalah sebagai berikut
:
Kingdom : PlantaeDevisi : Spermatophyta Class : Dicotylendonae Ordo : Anarcardiales Famili : Anarcardiaceae Genus : Mangifera
Buah yang dihasilkan oleh vacuum frying memiliki rasa yang khas dan rasa buahnya sangat terasa serta renyah. Dalam praktik, bahan yang digunakan adalah buah mangga sebagai bahan baku untuk membuat kripik buah, dan dari hasil percobaan didapatkan hasil kripik mangga dengan warna kuning keemasan, aroma khas buah mangga, renyah dan rasa yang enak.
Daging buah mangga jika masak berwarna merah jingga, kuning, berserabut atau tidak, manis sampai masam dengan banyak air dan berbau kuat sampai lemah. Biji berwarna putih, gepeng memanjang tertutup endokrap yang tebal, mengayu dan berserat. Biji ini terdiri dari, ada yang monoembrional dan ada pula yang poliembrional (Rukmana,1997).
Syarat Mutu Keripik Mangga
Menurut SNI-01-3164-1992, keripik mangga adalah makanan yang dibuat dari daging buah mangga (Mangifera indica) masak, dipotong/disayat dan digoreng memakai minyak secara vakum dengan atau tanpa penambahan gula serta bahan tambahan makanan yang diizinkan.
15
Tabel 3. Syarat Mutu Keripik Mangga SNI
No. Kriteria uji Satuan Persyaratan 1
Bahan Tambahan Makanan Pewarna
Pengawet Pemanis buatan -sakarin
-siklamat Cemaran logam Timbal (Pb) Cemaran mikroba Angka Lempeng Total E. Coli
Sesuai SNI. 01-0222-1987 Sesuai SNI. 01-0222-1987 Negatif Sumber : Badan Standar Nasional SNI 01-3164-. 1992
Sawo
sudah menunjukkan ciri fisiologis untuk dipanen (tua). Ciri-ciri buah sawo yang sudah tua adalah ukuran buah maksimal, kulit berwarna cokelat muda, daging buah agak lembek, bila dipetik mudah terlepas dari tangkainya, serta bergetah relatif sedikit. Pemetikan buah yang masih muda sebaiknya dihindari karena memerlukan waktu yang lama untuk pemeramannya dan rasa buah tidak manis (sepat).
Jenis tanaman
Tanaman sawo dalam taksonomi tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)
Sub Divisi : Angiospermae (Berbiji tertutup) Kelas : Dicotyledonae (Biji berkeping dua) Ordo : Ebenales
Famili : Sapotaceae
Genus : Achras atau Manilkara
Spesies :Acrhras zapota. L sinonim dengan Manilkaraachras
Sawo Budidaya
Berdasarkan bentuk buahnya, sawo budidaya dibedakan atas dua jenis, yaitu: Sawo Manila
17
Sawo Apel
Sawo apel dicirikan oleh buahnya yang berbentuk bulat atau bulat telur mirip buah apel, berukuran kecil sampai agak besar, dan bergetah banyak. Termasuk dalam kelompok sawo apel adalah: sawo apel kelapa, sawo apel lilin dan sawo duren (Anonim, 2000).
Kandungan Kimia
Daun dan batang Achras zapotaL mengandung flavonoid, disamping itu daun juga mengandung saponin dan batangnya juga mengandung tanin Selain menggunakan getahnya, buah muda dari sawo juga dapat digunakan untuk obat diare. sebagai obat diare dapat digunakan satu buah muda, kemudian diparut, lalu diperas dan disaring. air hasil saringannya direbus selama 15 menit (Anonim, 2010).
Syarat Mutu Keripik Sawo
Menurut SNI. 01-0222-1987, keripik sawo adalah makanan yang dibuat dari daging buah sawo (Acrhras zapota) masak, dipotong/disayat dan digoreng memakai minyak secara vakum dengan atau tanpa penambahan gula serta bahan tambahan makanan yang diizinkan.
Berdasar Sesuai SNI. 01-0222-1987syarat mutu keripik sawodapat dilihat dari tabel 4 berikut.
Tabel 4. Syarat Mutu Keripik Sawo SNI
No. Kriteria uji Satuan Persyaratan 1
Bahan Tambahan Makanan Pewarna
Pengawet Pemanis buatan -sakarin
-siklamat Cemaran logam Timbal (Pb) Cemaran mikroba Angka Lempeng Total E. Coli
19
Belimbing
Belimbing merupakan tanaman buahberupa pohon yang berasal dari kawasan Malaysia, kemudian menyebar luas ke berbagai negara yang beriklim tropis lainnya di dunia termasuk Indonesia. Pada umumnya belimbing ditanam dalam bentuk kultur pekarangan (home yard gardening), yaitu diusahakan sebagai usaha sambilan sebagai tanaman peneduh di halaman-halaman rumah. Di kawasan Amerika, jenis belimbing yang populer dan digemari masyarakat adalah belimbing “Florida”.DiIndonesia dikenal cukup banyak ragam varietas belimbing, diantaranya varietas Sembiring, Siwalan, Dewi, Demak kapur, Demak kunir, Demak jingga, Pasar minggu, Wijaya, Paris, Filipina, Taiwan, Bangkok, dan varietas Malaysia. Tahun 1987 telah dilepas dua varietas belimbing unggul nasional yaitu: varietas Kunir dan Kapur, Belimbing Manis merupakan tanamanberbentuk pohon, tinggi mencapai 12 m. (Wijayakusuma dan Dalimartha, 2000).
Jenis tanaman
Dalam taksonomi tumbuhan, belimbing diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Spermatphyta (tumbuhan berbiji) Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup) Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping dua) Ordo : Oxalidales
Famili : Oxalidaceae Genus : Averrhoa
Manfaat tanaman
Manfaat utama tanaman ini sebagai makan buah segar maupun makanan buah olahan ataupun obat tadisional. Manfaat lainnya sebagai stabilisator & pemeliharaan lingkungan, antara lain dapat menyerap gas-gas beracun buangan kendaraan bermotor, dll, menyaring debu, meredam getaran suara, dan memelihara lingkungan dari pencemaran karena berbagai kegiatan manusia.
Olahan belimbing
Salah satu alternatif dalam pengolahan produk termasuk belimbing, pengolahan belimbing menjadi keripik buah diharapkan menghasilkan produk baruan memperpanjang umur simpan buah serta memberikan nilai tambah terhadap belimbing, pengaruh suhu dan waktu penggorengan hampa untuk mendapatkan keripik memiliki sifat fisik dan organoleptik yang dapat diterima oleh konsumen, buah belimbing digoreng oleh suhu yang ditentukan dan meliputi kadar air produk, kekerasan dan pengukuran warna selain itu dilakukan uji organoleptik.
Ciri dan Umur Panen
21
Kandungan Kimia dan Khasiat Tumbuhan
Kandungan kimia buah belimbing manis mengandung saponin, flavonoid, steroid/triterpenoid, glikosida, protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, B1, dan C (Wijayakusuma dan Dalimartha, 2000).
Khasiat dari buah belimbing manis ini adalah sebagai batuk rejan, gusi berdarah, sakit gigi, bisul, koreng, dan mencret (Sirait, 1989).
Syarat Mutu Keripik belimbing
Menurut SNI. 01-0222-1987, keripik belimbing adalah makanan yang dibuat dari daging buah belimbing (Averrhoa carambola) masak, dipotong/disayat dan digoreng memakai minyak secara vakum dengan atau tanpa penambahan gula serta bahan tambahan makanan yang diizinkan.
Tabel 5.Syarat Mutu Keripik belimbing SNI
No. Kriteria uji Satuan Persyaratan 1
Bahan Tambahan Makanan Pewarna
Pengawet Pemanis buatan -sakarin
-siklamat Cemaran logam Timbal (Pb) Cemaran mikroba Angka Lempeng Total E. Coli
Sesuai SNI. 01-0222-1987 Sesuai SNI. 01-0222-1987 Negatif Sumber : Badan Standar Nasional SNI 01-4306-1987
Peroses Pengggorengan dan Minyak Goreng
23
Minyak goreng adalah minyak pangan yang terdiri dari asam lemak dan gliserol yang berfungsi sebagai media penghantar panas. Secara umum, dipasaran ditawarkan dua macam minyak goreng yaitu minyak goreng yang berasal dari tumbuhan (minyak nabati), dan minyak goreng yang berasal dari hewan yang terkenal tallow (minyak atau lemak berasal dari sapi) dan lard (minyak atau lemak berasal dari babi). Minyak goreng nabati contohnya minyak sawit, minyak kelapa, minyak jagung, minyak kedelai, minyak zaitun, dan lain – lain (UPI, 2010).
Prosespenggorengan dapatdipandangsebagaisuatusistem yang tersusun olehempat komponen, yaitu (a) sistem mekanis, yang menggerakkanproduk masuk,melewati dan keluar ketel penggorengan,(b)sistem lemak/minyakyang berperan sebagai medium pemanas dan salah satu bagian bumbu (penyedap rasa) pada produk akhir,(c) sistem termal yang berfungsi sebagai alat pemindahan panas keminyak goreng dan (d) sistem pengontrol suhu penggorengan (Ketaren, 1986).
Proses penyerapan minyak pada penggorengan terjadi ketika sejumlah massa minyak secara perlahan masuk pada awal proses penggorengan kedalam bahan yang digoreng. Akan meningkat suhu semakin meningkat seiring dengan penurunan tekanan vakum. Massa minyak masuk kedalam bahan yang digoreng dengan cara difusi, disebabkan karena adanya perbedaan konsentrasi massa minyak pada bagian permukaan dengan bagian dalam bahan. Proses penyerapan minyak pada bahan lebih cepat terjadi ketika penurunan kandungan kadar air bahan semakin rendah (Jamaluddin,dkk,2008).
dalam medium pemanas yang digunakan. Penggorengan menggunakan minyak goreng, sedangkan pengeringan umumnya menggunakan udara panas. Berdasarkan pada suhu suhu minyak goreng, proses penggorengan dibedakan menjadi dua, yakni (1) penggorengan dengan suhu rendah (suhu 130-170°C) dan (2) penggorengan dengan suhu tinggi (suhu 180-200°C) (Setyawan, dkk., 2011).
Menurut Ketaren (1986), suhu optimum untuk penggorengan biasa adalah 161-190oC. Hal ini disebabkan adanya pertimbangan pengaruh langsung terhadap warna bahan pangan, rasa, lemak yang terserap, serta denaturasi protein pada bahan pangan, terutama dalam pemasakan daging, sehingga menghasilkan bahan pangan dengan warna dan flavor yang tidak disukai.
Selain itu, sesuai juga dengan literatur Sartika (2009) yang menyatakan bahwa penggorengan sebaiknya menggunakan api sedang (< 200oC) karena akan memicu terjadinya pembentukkan asam lemak trans pada minyak goreng dimana senyawa asam lemak trans berpengaruh secara metabolik pada tubuh manusia. Penggorengan Vakum
Penggorengan vakum merupakan teknologi pengolahan yang efisien untuk mengurangi kandungan minyak dalam panganan digoreng, mempertahankan kualitas produk, dan mengurangi kehilangan minyak. Teknologi ini dapat digunakan dalam memproduksi gorengan jenis buah dan sayuran tanpa harus mengalami pencoklatan atau gosong akibat penggorengan pada produk (Morreira, 2008).
25
diturunkan sebesar 35 – 40oC, sehingga suhu penggorengan dapat turun mencapai 90 – 100oC (Yamsseung, et.al., 2008).
Prinsip yang digunakan dalam penggorengan vakum adalah prinsip hukum Gay Lussac. Dalam hukum Gay Lussac dikatakan bahwa pada volume konstan, tekanan gas berbanding lurus dengan suhu mutlak. Secara umum bisa kita katakan, bahwa semakin tinggi tekanan udara pada suatu ruang tertutup, maka semakin tinggi suhu pada ruang tersebut. Sebaliknya, semakin rendah tekanan udaranya, semakin rendah pula suhunya. Dengan menurunkan tekanan pada tabung penggorengan, maka suhu di dalamnya juga akan semakin turun. Dengan tekanan dibuat vakum, maka suhu akan turun semakin jauh sehingga bisa dilakukan penggorengan pada suhu rendah. Dengan proses inilah kemudian bahan – bahan yang semestinya tidak bisa digoreng, akhirnya bisa digoreng menghasilkan produk baru, diantaranya keripik buah dan keripik sayuran (Agrindo, 2012).
Keripik
Menurut Engelen (2013), keripik adalah sejenis makanan ringan berupa irisan tipis dari umbi-umbian, buah-buahan, atau sayuran yang digoreng di dalam minyak nabati. Keripik buah merupakan hasil olahan produk buah segar dalam bentuk makanan ringan (chip) yang diolah dengan teknologi penggoreng sistem hampa udara (vacuum frier) (Engelen, 2013).
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia adalah negeri yang kaya akan hasil alamnya karena didukung dengan tanah yang subur. Sehingga tanaman dapat tumbuh dengan subur baik secara budidaya maupun tumbuh secara liar. Hal ini berhubungan dengan panen raya dimana komoditi pertanian menjadi melimpah ruah. Sehingga terjadi penurunan harga yang tidak wajar yang membuat petani harus menjual hasilnya dengan harga yang sangat murah. Beberapa hasil pertanian yang banyak dijumpai dipasaran seperti belimbing, sawo, nangka, cempedak, dan mangga sering mudah rusak yang tidak mampu bertahan lama, sehingga akan merusak mutunya dan dijual dengan harga yang sangat rendah untuk itu perlu adanya tehnik tertentu untuk dapat mempertahankan mutu yang baik, komoditi hasil pertanian dengan daya tahan yang lama, yang nilai jualnya lebih tinggi. (Bappenas, 2010).
Belimbing, nangka, cempedak, dan mangga merupakan tumbuhan tropik yang beriklim panas dan lembab. Tanaman belimbing berbentuk pohon, tinggi mencapai 12m, produktipitas buah belimbing saat usia delapan tahun sampai 20 tahun, produktivitasnya ketika pohon belimbing berusia 10 tahun, satu pohon bisa menghasilkan 400 kg buah, dan hasil 400 kg buah belimbing akan dipasarkan ke petani berbagai tempat.
perkilonya lebih tinggi dibandingkan dengan harga nilai jual belimbing, cempedak dan nangka, cempedak perkilonya mencapai Rp.10.000, dan nangka mencapai Rp.30.000 perkilonya, pada buah nangka umumnya buah ini masak setelah 8 bulan sejak bunganya muncul.
Sedangkan cempedak cukup terkenal di Indonesia bahkan di dunia dan daerah pedesaan. Tanaman ini berasal dari India bagian selatan yang kemudian menyebar kedaerah bagian teropis lainnya termasuk Indonesia. Jika kita lihat tanaman cempedak di tahun pertama cempedak peroduktif buah, satu pohon rata-rata berbuah 50-500 buah di tahun kedua produktif, tanaman cempedak bisa berbuah 2-5x lipat.
3
Sawo berasal dari Amerika Tengah dan Meksiko. Di India, Venezuela, Guatemala, dan Amerika Tengah, buah sawo sudah dibudidayakan secara komersial. Di Indonesia, tanaman sawo telah banyak dikenal dan banyak ditanam mulai dari dataran rendah sampai tempat dengan ketinggian 1200 m dpl, seperti jawa dan madura, ideal buah sawo potensial terutama dari segi ekonomi sawo umumnya dibudidayakan sebagai tanaman pekarangan untuk dinikmati buahnya.
Salah satu produk olahan buah yang dapat dikembangkan dan mempunyai pasar yang cukup baik adalah keripik. Keripik buah lebih tahan disimpan dibandingkan buah segarnya karena kadar airnya rendah dan tidak lagi terjadi proses fisiologis seperti buah segarnya. Pengolahan buah menjadi keripik perlu dukungan teknologi sehingga kualitas keripik yang dihasilkan dapat diterima konsumen.
karena suhu tinggi dapat diminimalkan karena proses dilakukan pada suhu dan tekanan rendah.
Suhu penggorengan berpengaruh terhadap rendemen dan kadar air sehingga berpengaruh terhadap nilai organoleptik. Melakukan penelitian untuk menguji berbagai ukuran Suhu penggorengan menjadi hal yang penting dilakukan sehingga dapat ditentukan suhu penggorengan yang baik pada keadaan vakum.Pada saat dilakukan proses pemasakan, suhu penggorengan tidak boleh melebihi 100°C atau pada keadaan vakum. Menurut Satuhu (1994), kerusakan buah terjadi karena perlakukan-perlakuan fisik, misalnya karena pendinginan (chilling injuri) atau dapat juga karena proses pemanasan (case hardering), yakni kerusakan dengan penggunaan dengan suhu tinggi pada proses pengolahan.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji kehilangan minyak, kadar air, dan nilai organoleptik keripik yang dihasilkan dengan alat penggorengan vakum (vacuum frying) tipe vacuum pump.
Kegunaan Penelitian
1. Bagi penulis adalah sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang merupakan syarat untuk dapat menyelesaikan pendidikan di Program Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
2. Bagi mahasiswa, sebagai informasi pendukung untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan penggoreng vakum.
ABSTRAK
AGUSTAMI RAMADHANI : UJI MUTU KERIPIK BUAH PADA ALAT
PENGGORENGAN VAKUM (Vacuum Frying) TIPE VACUUM PUMP mp, dibimbing oleh AINUN ROHANAH dan SUMONO.
Proses pengolahan hasil-hasil pertanian menjadi bahan pangan adalah hal yang menarik untuk diketahui. Ternyata banyak hasil pertanian setelah mengalami proses pengolahan tambahan memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi dibandingkan sebelum dilakukan proses pengolahan. Salah satu proses pengolahan adalah dengan proses penggorengan. Penilitian ini menggunakan berbagaikomoditi pertanian yaitu (K1), (K2), (K3), (K4), (K5). Tujuan penelitian ini menguji kadar air, Kehilangan minyak, dan uji organoleptik keripik (rasa, kerenyahan, dan penerimaan keseluruhan).
Hasil penelitian menunjukkan bahwaperlakuan kelima komoditi memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap Kehilangan minyak dan nilai organoleptik rasa. Memberikan pengaruh tidak nyata terhadap kadar air, nilai oganoleptik kerenyahan dan penerimaan keseluruhan. Nilai rendeman untuk K1, K2, dan K3 secara berurutan yaitu sebesar 23,512%; 39,509%; 31,68. Kadar air untuk K1, K2, dan K3 yaitu sebesar 2,715%; 2,454%; 2,493%. Nilai uji organoleptik rasa untuk K1, K2, dan K3 yaitu sebesar 3,600; 3,167; 3,167. Kerenyahan untuk K1, K2, dan K3 yaitu sebesar 3,700; 3,533; 3,500. Penerimaan keseluruhan untuk K1, K2, dan K3 yaitu sebesar 3,477; 3,273; 3,230.
ABSTRACT
AGUSTAMI RAMADHANI : Fruit Crisps Quality Test Of (vacuum pump frying).Supervised by AINUN ROHANAH and SUMONO.
Manufacturing Process of agricultural crops into foodstuff is an interesting things to be known. It appeared that many agricultural crops that has been processed further become more economics than before. One of the manufacturing process is frying. This research usedpotato (K1), (K2), (K3), (K4),(K5). The parameters used werewater content, yield andchips organoleptic test (taste, crunchness, and total acceptance).
UJI MUTU KERIPIK BUAH PADA ALAT PENGGORENGAN
VAKUM (Vacuum Frying) TIPE VACUUM PUMP
SKRIPSI
OLEH :
AGUSTAMI RAMADHANI 090308065
PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UJI MUTU KERIPIK BUAH PADA ALAT PENGGORENGAN
VAKUM (Vacuum Frying) TIPE VACUUM PUMP
SKRIPSI
OLEH :
AGUSTAMI RAMADHANI
Usulan Penelitian Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Melakukan Penelitian di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2015
Prof. Dr. Ir. Sumono, MS) Anggota
ABSTRAK
AGUSTAMI RAMADHANI : UJI MUTU KERIPIK BUAH PADA ALAT
PENGGORENGAN VAKUM (Vacuum Frying) TIPE VACUUM PUMP mp, dibimbing oleh AINUN ROHANAH dan SUMONO.
Proses pengolahan hasil-hasil pertanian menjadi bahan pangan adalah hal yang menarik untuk diketahui. Ternyata banyak hasil pertanian setelah mengalami proses pengolahan tambahan memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi dibandingkan sebelum dilakukan proses pengolahan. Salah satu proses pengolahan adalah dengan proses penggorengan. Penilitian ini menggunakan berbagaikomoditi pertanian yaitu (K1), (K2), (K3), (K4), (K5). Tujuan penelitian ini menguji kadar air, Kehilangan minyak, dan uji organoleptik keripik (rasa, kerenyahan, dan penerimaan keseluruhan).
Hasil penelitian menunjukkan bahwaperlakuan kelima komoditi memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap Kehilangan minyak dan nilai organoleptik rasa. Memberikan pengaruh tidak nyata terhadap kadar air, nilai oganoleptik kerenyahan dan penerimaan keseluruhan. Nilai rendeman untuk K1, K2, dan K3 secara berurutan yaitu sebesar 23,512%; 39,509%; 31,68. Kadar air untuk K1, K2, dan K3 yaitu sebesar 2,715%; 2,454%; 2,493%. Nilai uji organoleptik rasa untuk K1, K2, dan K3 yaitu sebesar 3,600; 3,167; 3,167. Kerenyahan untuk K1, K2, dan K3 yaitu sebesar 3,700; 3,533; 3,500. Penerimaan keseluruhan untuk K1, K2, dan K3 yaitu sebesar 3,477; 3,273; 3,230.
ABSTRACT
AGUSTAMI RAMADHANI : Fruit Crisps Quality Test Of (vacuum pump frying).Supervised by AINUN ROHANAH and SUMONO.
Manufacturing Process of agricultural crops into foodstuff is an interesting things to be known. It appeared that many agricultural crops that has been processed further become more economics than before. One of the manufacturing process is frying. This research usedpotato (K1), (K2), (K3), (K4),(K5). The parameters used werewater content, yield andchips organoleptic test (taste, crunchness, and total acceptance).
RIWAYAT HIDUP
AGUSTAMI RAMADHANIl, dilahirkan di Marbau Labuhan Batu Utara, Sumatera Utara pada tanggal 28 Maret 1990 dari ayahanda Syukur SP, dan ibunda Hartini. Penulis merupakan anak ke empat dari lima bersaudara. Penulis menyelesaikan Sekolah Dasar di Sekolah Dasar Negeri 115482 Marbau Labuhan Batu Utara Sumatera Utara pada tahun 2003, tamat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dari Negeri 1 Marbau pada tahun 2006 dan tamat Sekolah Menengah Atas (SMA) dari SMA Negeri 1 Marbau pada tahun 2009. Pada tahun 2009 penulis lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Mandiri, Program Studi Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang MahaEsa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan draft ini yang berjudul Uji Mutu Keripik Buah Pada Alat Penggoreng Vakum (Vacum Frying) Tipe Vacuump Pumpyang merupakan salah satu syarat untuk dapat melakukan penelitianini di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ainun Rohanah, STP, M.Si, selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Prof, Dr, Ir. Sumono,M.S.selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan masukan, saran, dan kritik yang sangat berharga bagi penulis sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik.
Untuk lebih menyempurnakan, maka penulis sangat mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun.Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, September 2015
DAFTAR GAMBAR
No. Hal
DAFTAR TABEL
No. Hal
1. SNI Keripik Cempedak ... 7
2. Syarat Mutu Keripik Nangka SNI ... 11
3. Syarat Mutu Keripik Mangga SNI ... 15
4. Syarat Mutu Keripik Sawo SNI ... 18
5. Syarat Mutu Keripik belimbing SNI ... 22
6.Uji organoleptik untuk tingkat Aroma ... 32
7. Uji organoleptik untuk tingkat Rasa ... 32
8. Uji organoleptik untuk tingkat Kerenyahan ... 32
9. Uji organoleptik untuk penerimaan keseluruhan ... 32
10. Pengaruh jenis bahan terhadap parameter yang diamati. ... 33
11. Penggorengan vakum terhadap kehilangan minyak goreng ... 34
12. Penggorengan vakum terhadap kadar air ... 35
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal
1. Flowchart pelaksanaan penelitian ... 43
2. Data kehilangan minyak goreng (gr)... 44
3. Data Pengamatan Kadar Air (%) ... 45
4. Data Aroma ... 46
5. Data Rasa ... 47
6. Data Pengamatan Organoleptik Kerenyahan ... 48
7. Data pengamatan nilai organoleptik penerimaan keseluruhan ... 49
8. Gambar Teknik Alat ... 50
9. Alat Penggoreng Vakum (Vacuum Frying) Tipe Vacuum Pump ... 53
10. Gambar buah cempedak ... 54
11. Gambar buah belimbing yang telah dipotong ... 54
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR GAMBAR ... ii
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR LAMPIRAN ... iv
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 4
Kegunaan Penelitian ... 4
TINJAUAN PUSTAKA ... 5
Cempedak ... 5
Syarat Mutu Keripik Cempedak... 6
Nangka ... 7
Botani Tanaman Nangka ... 8
Buah Nangka ... 9
Syarat Mutu Keripik Nangka ... 10
Mangga ... 11
Sawo ... 15
Jenis tanaman ... 16
Sawo Budidaya ... 16
Kandungan Kimia ... 17
Syarat Mutu Keripik Sawo ... 18
Belimbing ... 19
Jenis tanaman ... 19
Manfaat tanaman ... 20
Olahan belimbing ... 20
Ciri dan Umur Panen ... 20
Kandungan Kimia dan Khasiat Tumbuhan ... 21
Syarat Mutu Keripik belimbing ... 21
Peroses Pengggorengan dan Minyak Goreng ... 22
Penggorengan Vakum ... 24
Keripik ... 25
BAHAN DAN METODE ... 27
Tempat dan Waktu Penelitian ... 27
Bahan dan Alat ... 27
Metode Penelitian ... 27
Persiapan Penelitian ... 28
1. Persiapan Alat ... 28
Persiapan Bahan ... 29
Prosedur Penelitian ... 29
Parameter Penelitian ... 30
Kehilangan minyak ... 30
Kadar air ... 31
Uji organoleptik ... 31
Kehilangan Minyak ... 33
Kadar Air ... 35
Aroma ... 36
Rasa ... 37
Kerenyahan ... 37
Penerimaan Keseluruhan ... 38
KESIMPULAN DAN SARAN ... 49
Kesimpulan ... 49
Saran ... 40