• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Pendidikan dan Manajemen Pendidikan Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Manajemen Pendidikan dan Manajemen Pendidikan Islam"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

AYAT-AYAT AL-QUR’AN TENTANG MANAJEMEN PENDIDIKAN DAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

Dosen Pengampu: Dra. Romlah, M.Pd.I

Disusun Oleh:

1. Ayu Wahyuningrum Npm: 1511090016 2. Riki Karomatush Sholehah

Npm: 1511090242

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah swt yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami ucapkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Manajemen Pendidikan yang berjudul “Ayat-Ayat Al-Qur’an Tentang Manajemen Pendidikan Dan Manajemen Pendidikan Islam”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga memperlancar pembuatan makalah ini. Dengan demikian kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu.

Sebagai penyusun kami menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahsanya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Bandar Lampung, April 2017

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah...1 B. Rumusan Masalah...1 C. Tujuan...2 BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Pendidikan... 3

B. Pengertian Manajemen Pendidikan Islam dan Implikasinya... 7

C. Karakteristik Manajemen Pendidikan Islam... 8

D. Ayat-ayat tentang Manajemen Pendidikan dan Manajemen Pendidikan Islam

... 13

E. Ciri-ciri dan Fungsi Manajemen Pendidikan dan Manajemen Pendidikan Islam

... 15

BAB III PENUTUP... 21

(4)
(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam pandangan ajaran Islam, segala sesuatu harus dilakukan secara rapi, benar, tertib dan teratur. Proses-prosesnya pun harus diikuti dengan baik, tidak boleh asal-asalan. Hal ini merupakan prinsip dalam ajaran Islam, sebagaimana sabda Rasulullah dalam hadits yang diriwatkan oleh Imam Thabrani yang artinya “Sesungguhnya Allah sangat mencintai orang yang jika melakukan suatu pekerjaan dilakukan secara Itqan (tepat, terarah, jelas, dan tuntas)”.

Dengan demikian timbulah yang namanya manajemen. Manajemen sebagai ilmu begitu popular sehingga banyak kajian yang difokuskan pada manajemen baik berupa pelatihan, seminar, kuliah, maupun pembukaan program studi. Awal mulanya, tema manajemen ini hanya popular dalam dunia perusahaan atau bisnis. Kemudian, tema ini digunakan dalam profesi lainnya, termasuk oleh pendidikan.

Untuk mempertegas itu semua, maka dalam Al-Qur’an pun membahas mengenai manajemen pendidikan ini. Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas mengenai Ayat-ayat Al-Qur’an tentang manajemen pendidikan dan manajemen pendidikan Islam.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian manajemen pendidikan? 2. Apakah pengertian manajemen pendidikan Islam?

3. Apa saja ayat-ayat yang menggambarkan mengenai manajemen pendidikan dan manajemen pendidikan Islam?

(6)

C. Tujuan

1. Agar mahasiswa/i mengetahui pengertian manajemen pendidikan. 2. Agar mahasiswa/i mengetahui pengertian manajemen pendidikan Islam. 3. Agar mahasiswa/i mengetahui ayat-ayat yang menggambarkan mengenai

manajemen pendidikan dan manajemen pendidikan Islam.

(7)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Pendidikan 1. Pengertian Manajemen

Manajemen sering diartikan sebagai ilmu, kiat, dan profesi. Dikatakan sebagai ilmu oleh Luther Gulick karena manajemen dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan yang secara sistematik berusaha memahami menagapa dan bagaimana orang bekerja sama. Dikatakan sebagai kiat oleh Follet karena manajemen mencapai sasaran melalui cara-cara dengan mengatur orang lain menjalankan dalam tugas. Dipandang sebagai profesi karena manajemen dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai suatu prestasi manajer, dan para professional dituntun oleh suatu kode etik.

Manajemen merupakan suatu proses yang dilakukan manajer dikaitkan dengan aspek organisasi (orang-struktur-tugas-teknologi) dan bagaimana mengaitkan aspek yang satu dengan yang lain, serta bagaimana mengaturnya sehingga tercapai tujuan system.

Banyak ahli memberikan pengertian tentang manajemen. Sebagaimana dikemukakan oleh beberapa penulis buku manajemen , di antaranya Malayu S.P. Hasibuan dalam manajemen, dasar, pengertian, dan masalah, ia mengatakan bahwa manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan tenaga dan profesionalitas orang lain

Mark Parker Follet mengatakan bahwa manajemen adalah suatu seni karena untuk melakukan suatu pekerjaan orang lain dibutuhkan keterampilan khusus, terutama ketrampilan mengarahkan, memengaruhi, dan membina para pekerja agar melaksanakan keinginan pemimpin demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

(8)

proses khas yang terdiri atas tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian yang dilakukan untuk menetukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.

2. Pengertian Pendidikan

Walaupun telah sama-sama mengarah pada suatu tujuan tertentu, para ahli masih belum seragam dalam mendefinisikan istilah pendidikan. Driyarkarya (1980) mengatakan bahwa pendidikan itu adalah memanusiakan manusia muda. Pengangkatan manusia muda ke taraf mendidik. Dalam Dictionary of Education dinyatakan bahwa pendidikan adalah:

(a) Proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan tingkah laku lainnya di dalam masyarakat tempat mereka hidup.

(b) Proses sosial yang terjadi pada orang yang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga mereka dapat memperoleh perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum. Dengan kata lain pendidikan dipengaruhi oleh lingkungan atas individu untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang sifatnya permanen (tetap) pengertian lain dikemukakan oleh Crow and Crow (1960) : Modern ecucational theory and practice not only are aimed at preparation for future living but also are operative in determining the patern of present, day-by-day attitude and behavior. Pendidikan tidak hanya dipandang sebagai sarana untuk persiapan hidup yang akan datang, tetapi juga untuk kehidupan yang sekarang yang dialami idividu dalam perkembangannya menuju ke tingkat kedewasaannya. Berdasarkan pengertian tersebut dapat diidentifikasikan beberapa ciri pendidikan antara lain yaitu :

(9)

b. Untuk mencapai tujuan itu, pendidikan melakukan usaha yang terencana dalam memilih isi (materi), strategi, dan teknik penilaiannya yang sesuai.

c. Kegiatan pendidikan dilakukan dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat (formal dan non formal).

Adapula fungsi-fungsi manajerial yang terdapat dalam proses kegiatan pendidikan adalah:

1. Fungsi edukatif, artinya mendidik dengan tujuan memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik agar terbebas dari kebodohan. 2. Fungsi pengembangan kedewasaan terhadap kebenaran yang

diyakini dengan pemahaman ilmiah.

3. Fungsi penguatan keyakinan terhadap kebenaran yang diyakini dengan pemahaman ilmiah.

4. Fungsi religious, sebagai bagian dari pengabdian hamba kepada Sang Pencipta yang telah menganugrahkan kesempurnaan jasmani dan rohani kepada manusia. Fungsi yang diatur oleh agama, yang setiap ajaran agama mewajibkan umatnya untuk mencari ilmu dan membebaskan diri dari kebodohan.

Dengan demikian manajemen pendidikan adalah proses yang terus-menerus yang dilakukan organisasi pendidikan melalui fungsionalisasi unsur-unsur manajemen tersebut, yang didalamnya terdapat upaya saling memengaruhi, saling mengarahkan, dan saling mengawasi sehingga seluruh aktivitas dan kinerja organisasi pendidikan dapat tercapai sesuai dengan tujuan. Manajemen pendidikan juga dapat diartikan sebagai pelayanan atau pengabdian terhadap dunia pendidikan. Karena pada masanya manajemen dikenakan pada pekerjaan yang berkaitan dengan pengabdian dalam tugas penyelenggaraan pendidikan.

(10)

manajemen pendidikan dan manajemen lain terletak pada prinsip-prinsip operasionalnya, dan bukan pada prinsip-prinsip yang sifatnya umum. Dengan demikian, meskipun untuk memahami manajemen pendidikan diperlukan pemahaman atau penguasaan prinsip-prinsip manajemen secara umum, tidak berarti bahwa pengetahuan manajemen lain dapat diterapkan dalam manajemen pendidikan karena prinsip operasionalnya berbeda.

Pada dasarnya, perhatian manajemen pendidikan adabnlah tuuan, manusia, sumber, dan juga waktu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manajemen pendidikan adalah subsistem dari lembaga pendidikan itu sendiri yang unsur-unsurnya terdiri atas unsur organisasi, yaitu tujuan, orang-orang, sumber, dan waktu.

Manajemen pendidikan berbeda dengan pendidikan. Tidak semua kegiatan pencapaian tujuan pendidikan adalah manjemen pendidikan. Kata manajemen apabila digabungkan dengan pendidikan, menjadi manajemen pendidikan maka manajemen yang dimaksudkan adalah seluruh pengelolaan unsur-unsur pendidikan sebagai upaya pencapaian tujuan pendidikan dengan cara-cara yang efektif dan efisien. Dalam manajemen pendidikan terdapat proses yang sinergis, yaitu sebagai berikut:

1. Proses pengarahan dan pengintegritasian segala sesuatu, baik personal, spiritual, dan materiil yang berhubungan dengan pencapaian tujuan pendidikan.

2. Proses keseluruhan pelaksanaan kegiatan bersama dalam bidang pendidikan, meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengoordinasasian, pengawasan, pe,biyaan, dan pelaporan dengan menggunakan atau memanfaatkan fasilitas yang tersedi, baik personal, materiil, maupun spiritual untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisisen.

(11)

4. Proses pelaksanaan kepemimpinan untuk mewujudkan aktivitas kerja sama yang efektif bagi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. 5. Proses pelaksanaan semua kegiatan sekolah dari yang usaha-usaha

besar sperti perumusan kurikulum, koordinasi, konsultasi, korespondensi, control, samapai pada usaha-usaha kecil dan sederhana, seperti menjaga sekolah, menyapu halaman.

6. Proses pembinaan atau supervise pendidikan. 7. Proses pengawasan seluruh kinerja kependidikan.

Manajemen pendidikan merupakan suatu cabang ilmu yang usianya relative maish muda sehingga tidaklah aneh apabila banyak yang belum mengenal. Istilah lama yang digunakan adalah administrasi. Sebenarnya pengertian kedua istilah tersebut tidak sama persis. Istilah administrasi lebih cenderung menunjuk pada pekerjaan tulis menulis, sedangkan manajemen lebih cenderung pada suatu pekerjaan yang dilakukan pimpinan, jadi lebih menunjuk pada kegiatan sebuah organsasi. Dengan semikian manajemen pendidikan adaflah aktivitas memadukan pada kegiatan sebuah organisasi.

B. Pengertian Manajemen Pendidikan Islam dan Implikasinya

Manajemen pendidikan islam adalah suatu proses pengelolaan lembaga pendidikan islam secara islami dengan cara menyiasati sumber-sumber belajar dan hal-hal lain yang terkait untuk mencapai tujuan pendidikan islam secara efektif dan efisien. Makna definitive ini selanjutnya memiliki implikasi-implikasi yang saling terkait dan membentuk satu-kesatuan system dalam manajemen pendidikan islam. Berikut ini penjabarannya.

(12)

seacra khusus diarahkan untuk menangani lembaga pendidikan Islam dengan segala keunikannya. Ketiga, proses pengelolaan lembaga pendidikan Islam secara islami menghendaki adanya sifat inklusif dan eksklusif. Sikap inklusif, yang berarti kaidah-kaidah manajerial yang bisa dipakai untuk pengelolaan pendidikan selain pendidikan Islam selama ada kesesuaian sifat dan misinya. Sebaliknya, kaidah-kaidah manajemen pendidikan secara umum bisa juga dipakai dalam mengelola pendidikan Islam sesuai dengan nilai-nilai Islam, realita, dan kultur yang dihadapi lembaga pendidikan Islam. Sementara itu, lembaga pendidikan Islam menunjukkan keadaan ekslusif karena menjadi objek langsung dari kajian ini, yang hanya terfokus pada lembaga pendidikan Islam. Keempat, dengan cara menyiasati. Hal ini mengandung strategi yang menjadi salah satu pembeda antara administrasi dengan manajemen. Manajemen penuh siasat atau strategi yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan. Demikian pula dengan manajemen pendidikan Islam yang senantiasa diwujudka melalui strategi tertentu.

C. Karakteristik Manajemen Pendidikan Islam

Manajemen pendidikan Islam memiliki objek bahasan yang cukup kompleks. Berbagai objek bahasan tersebut dapat dijadikan bahan yang kemudian diintegrasikan untuk mewujudkan manajemen pendidikan yang berciri khas Islam.

(13)

pendidikan secara umum. Maka, pembahasan ini akan mempertimbangkan bahan-bahan sebagai berikut:

a. Teks-teks wahyu baik Al-Qur’an maupun hadits yang terkait dengan manajemen pendidikan.

b. Perkataan-perkataan (aqwal) para sahabat Nabi maupun ulama dan cendikiawan muslim yang terkait dengan manajemen pendidikan. c. Realitas perkembangan lembaga pendidikan Islam.

d. Kultur komunitas (pimpinan dan pegawai) lembaga pendidikan Islam.

e. Ketentuan kaidah-kaidah manajemen pendidikan.

Selanjutnya, penerapan manajemen pendidikan Islam dalam pengelolaan lembaga pendidikan juga menghadapi berbagai kendala/hambatan, baik yang bersifat politis, ekonomik-finansial, intelektual, maupun dakwah. Hambatan-hambatan tersebut dapat dirinci sebagai berikut:

1. Ideology, Politik, dan Tekanan (Pressure) Kelompok-kelompok Kepentingan

Politik pendidikan adalah segala penjelasan atau pemahaman umum yang ditentukan dengan masalah pendidikan. Dalam perkembangan selanjutnya politik pendidikan adalah penjelasan atau pemahaman umum yang ditentukan oleh penguasa tertinggi untuk mengarahkan pemikiran dan menetukan tindakan dengan perangkat pendidikan dalam berbagai kesamaan dan keanekaragaman beserta tujuan dan program untuk merealisasikannya. Dengan demikian politik pendidikan adalah segala kebijakan pemerintahan suatu negara dalam bidang pendidikan yang berupa peraturan perundangan atau lainnya untuk menyelenggarakan pendidikan demi tercapainya tujuan negara.

(14)

kesesuaian antara pelaksana program dengan perencanaannya. Akan tetapi lebih pada seberapa besarnya pimpinanan tersebut memberikan keutungan bagi organisaasinya sehingga profesionalisme tidak dibutuhkan lagi. Tentu saja, fenomena ini sangat mengancam kemajuan lembaga pendidikan Islam. Lembaga pendidikan hanya menjadi ajang oerebutan kekuasaan dan pengarush.

Berbagai kasus ideology, politik, organisasi, dan tekanan kelompok kepentingan tersebut snagat mewarnai lembaga pendidikan Islam negeri. Berbeda dengan lembaga pendidikan umum. Jika dilihat dari segi problem yang dihadapi dan konsekuensinya, dibutuhkan strategi khusus untuk mengatasi dan menyelesaikan masalah.

2. Kondisi Sosio-Ekonomik Masyarakat dan Animo-Finansial Lembaga

Masyarakat santri di Indonesia secara sosio-ekonomik rata-rata berada dalam kategori kelas menengah kebawah. Ekonomi oramgtua siswa lemah, ekonomi karyawan, pengajar, dan bahkan pimpinannya juga le,ah. Ini merupakan kendala serius bagi lembaga pendidikan Islam untuk memacu kemajuan yang signifikan.

Ekonomi orangtua siswa yang lemah menyebabkan pendapatan keuangan pada lembaga pendidikan Islam sangat minim, sebab mayoritas kehidupan lembaga pendidikan Islam swasta hanya tergantung atau mengandalkan keuangan dari SPP, sumbangan uang gedung, dan iuran lainnya yang kesemuanya berasal dari orangtua siswa atau mahasiswa.

3. Komposisi Status Kelembagaan dan Diskriminasi Kebijakan Pemerintah

(15)

zaman Orde Baru, anggaran untuk empat belas IAIN di seluruh Indonesia sama dengan anggaran satu IKIP negeri.

Sekarang, zaman sudah berganti menjadi Prda Reformasi, tetapi saying kebijakan pemerintah tentang keseimbangan anggaran itu belum juga tereformasi. Anggaran untuk lembaga pendidikan Islam masih tetap jauh di bawah lembaga pendidikan umum, meskipun ada sedikit peningkatan. Hal ini berdampak negative terhadap seluruh komponen lembaga pendidikan Islam, baik pada guru/dosen, siswa/mahasiswa, maupun fasilitas yang dibutuhkan untuk memajukan lembaga pendidikan Islam.

4. Keadaan Potensi Intelektual Siswa/Mahasiswa

Disamping secara ekonomi siswa/mahasiswa dalam lembaga pendidikan Islam berada dalam kategori kelas menengah kebawah, secara intelektual, potensial mereka juga lemah. Rata-rata siswa/mahasiwa mendaftar diberbagai lembaga pendidikan Islam karena mereka merasa tidak mungkin diterima di lembaga pendidikan umum yang maju dan terutama yang berstatus negri. Sebagian dari mereka yang telah gagal masuk di lembaga pendidikan umum negri kemudian memilih lembaga pendiidkan Islam.

Dengan demikian, lembaga pendidikan Islam menjadi tempat pelarian siwa/mahasiswa yang gagal masuk lembaga pendidikan umum negeri, atau karena menyadari kemampuannya rendah dan mungkin amat rendah sehingga sengaja tidak pernah mendaftar di lembaga pendidikan umum negeri.

(16)

bahasa arab). Demikian juga yang dihadapi oleh mahasiswa perguruan tinggi Islam.

5. Keberadaan Motif Dakwah Pada Pendirian Lembaga Pendidikan Islam

Keberadaan lembaga pendidikan Islam kebanyakan berangkat dari bawah, berawal dari inisiatif tokoh-tokoh agama yang kemudian didukung oleh masyarakat sekitar. Mereka mendirikan lembaga pendiidkan tersebut dengan motif dakwah, upaya sosialisasi, dan penanaman ajaran-ajaran Islam ke tengah-tengah masyarakat.

Dengan adanya motif dakwah tersebut, timbullah konsekuensi-konsekuensi yamg menjadi akibat. Misalnya, lembaga tersebut didirikan secara asal-asalan tanpa melalui perencanaan matang untuk memenuhi berbagai komponen pendukungnya. Motif dakwah dalam pendirian pendidikan Islam ini membawa dampak poditif dan dampak neatif. Dampak positifnya adalah memiliki kekuatan besar untuk bertahan dan hidup meskipun jumlah siswa/mahasiswa hanya sedikit. Tidak menyerah dalam meneruskan keberadaan lembaga pendidikan. Sementara itu segi negatifnya terkadang menimbulkan kondisi serba tidak teratur, serba tidak terencana, serba tidak terancang.

Demikianlah lima macam hambatan yang mewarnai keberlangsungan lembaga pendidikan Islam. Hambatan-hambatan yang dihadapi manajemen pendidikan Islam tersebut selama ini cukup sulit diselesaikan, meskipun kita yakin ada jalan keluar yang strategis.

(17)

D. Ayat-ayat tentang Manajemen Pendidikan dan Manajemen Pendidikan Islam

Pada surah Al-Hasyr ayat 18 yang berbunyi:

اوققتتتاوت ددغتلل تتمتدتتقت امت سسفتنت رتظقنتتتلتوت هتلتتلا اوققتتتا اونقمتآ نتيذللتتا اهتيتقأت ايت

)

نتولقمتعتتت امتبل رسيبلخت هتلتتلا نتتإل هتلتتلا

١٨

(

Arti nya:

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memerhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Menurut Muhammad ‘Ali Al-Shabuni, yang dimaksud dengan adalah hendaknya masing-masing individu memerhatikan amal-amal saleh apaa yang diperbuat untuk menghadapi hari Kiamat.

Ayat ini memberi pesan kepada orang-orang yang beriman untuk memikirkan masa depan. Dalam bahasa manajemen, pemikiran masa depan yang dituangkan dalam konsep yang jelas dan sistematis ini disebut perencanaan (planning). Perencanaan ini sangat penting karena berfungsi sebagai pengarah bagi kegiatan, target-tatget, dan hasil-hasilnya di masa depan sehingga apa pun kegiatan yang dilakukan dapat berjalan dengan tertib.

Perkataan (qawl) sayyidina Ali bin Abi Thalib

ملاظتنتللابل لقطلابتلتا هقبقللغتيت مداظتنل التبل قتقحتلتات

Artinya:

“Kebenaran yang tidak terorganisasi dapat dikalahkan oleh kebatilan yang terorganisasi.”

(18)

yang konkret dan strategi-strategi yang mantap. Maka, perkumpulan apa pun yang menggunakan identitas Islam meski memenangi pertandingan, persaingan, maupun perlawanan tidak memiliki garansi jika tidak diorganisasi dengan baik.

Oleh karena itu, qawl sayyidina Ali ini menginspirasi pendidikan berorganisasi. Dari sisi wadah, organisasi memayungi manajemen, yang berarti organisasi lebih luas daripada manajemen. Akan tetapi, dari sisi fungsi, organisasi (organizing) merupakan bagian dari fungsi manajemen, yang berarti organisasi lebih sempit daripada manajemen.

Dalam hadits riwayat Al-Bukhari berikut:

رداستيت نتعت ءداطتعت نتعت يلتدعت نقبت لقالتهل انتثت دتتحت نلانتسل نقبت دقمتتحتمق انتثت دتتحت

:

هليتلتعت هقلتتلا ىلتتصت هللتتلا لقوتسقرت لتاقت لتاقت هقنتعت هقلتتلا يتضلرت ةترتيترتهق يبلأت نتعت

:

.

:

ايت اهتتقعتاضتإل فتيتكت لتاقت ةتعتاستتلا رلظلتتنتافت ةقنت امت لتا تلعتيتلضق اذتإل متلتتستوت

:

ةتعتاستتلا رلظلتتنت افت هلللهتأت رليتغت ىلتإل رقمتلتات دتنلستأق اذتإل لتاقت ؟هللتتلا لتوتسقرت

Artinya:

“(Imam Al-Bukhari menyatakan) Muhammad bin Sinan menyampaikan (riwayat) kepada kami, Qulaih bin Sulaiman telah menyampaikan (riwayat) kepada kami, Hilal bin ‘Ali telah menyampaikan (riwayat) kepada kami, (riwayat itu) dari Atha’, dari Yasar, dari Abu Hurairah ra yang berkata: Rasulullah Saw bersabda: Apabila suatu amanah disia-siakan, maka tunggulah saat kehancurannya. (Abu hurairah) bertanya: Bagaimana meletakkan amanah itu, ya Rasullah? Beliau menjawab. Apabila suatu perkara diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya..”

(19)

dilakukan secara langsung, tanpa menunggu satu bulan sekali atau satu semester sekali.

Dengan pengertian lain, hadis tersebut berisi pendidikan penghargaan, dan dalam mengelola suatu lembaga, termasuk lembaga pendidikan Islam, penghargaan ini sangat kondusif untuk mewujudkan kepuasan pegawai yang selanjutnya mampu membangkitkan tanggung jawab dan kedisipilan. Menurut Jamal Madhi, “Kedisiplinan merupakan gizi bagi pekerjaan.”

Allah berfirman dalam surah Al-Kahfi ayat 2 yang berbunyi:

نتولقمتعتيت نتيذللتتا نتينلملؤتمقلتا رتشتلبتيقوت هقنتدقلت نتمل ادديدلشت اسدأتبت رتذلنتيقلل امديتلقت

)

اندستحت اردجتأت متهقلت نتتأت تلاحتللاصتتلا

٢

(

Artinya:

“Sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mengajarkan amal saleh, bahwa mereka akan mendapat pembalasan yang baik”.

Suatu contoh pelaksanaan dari fungsi manajemen dapat ditemukan pada pribadi agung, nabi Muhammad ketika ia memerintahkan sesuatu pekerjaan, beliau menjadikan dirinya sebagai model dan teladan bagi umatnya. Rasulullah adalah Al-Qur’an yang hidup. Artinya, beliau adalah pelaksana pertama semua perintah Allah dan meninggalkan semua larangan-Nya. Oleh karena itu, para sahabat dimudahkan dalam mengamalkan ajaran Islam yaitu dengan meniru perilaku Rasulullah saw.

E. Ciri-ciri dan Fungsi Manajemen Pendidikan dan Manajemen Pendidikan Islam

(20)

mewarnai system pendidikan tersebut. Berbagai komponen yang terdapat dalam suatu system pendidikan tersebut, pola, hubungan guru murid dan lain sebagainya harus didasarkan pada nilai-nilai moral dan etis ajaran islam. Hal inilah yang selanjutnya menjadi ciri khas yang membedakan antara pendidikan yang islami dengan pendidikan yang tidak islami. Lebih jauh lagi berbagai komponen yang terdapat dalam ajaran Islam ini dapat dikemukakan sebagai berikut:

1) Dasar Pendidikan yang Islami

Dalam struktur ajaran Islam, tauhid merupakan hal yang amat fundamental dan mendasari segala aspek kehidupan para penganutnya, tak terkucualinya aspek pendidikan. Dalam kaitan ini seluruh pakar sependapat bahwa dasar pendidikan Islam advalah tauhid. Melalui dasar ini dapat dirumuskan hal-hal sebagai berikut: a. Kesatuan Kehidupan

Bagi manusia ini berarti bahwa kehidupan duniawi menyatu dengan kehidupan ukhrawinya. Sukses atau kegagalan ukhrawi ditentukan oleh amal duniawinya.

b. Kesatuan Ilmu

Tidak ada pemisahan antara ilmu-ilmu umum, karena semuanya bersumber dan satu sumber itu adalah Allah swt.

c. Kesatuan Iman dan Rasio

Karena masing-masing dibutuhkan dan masing-masing mempunyai wilayahnya sehingga harus saling melengkapi.

d. Kesatuan Agama

Agama yang dibawa oleh para babi semuanya bersumber dari Allah swt, prinsip-prinsippokoknya menyangkut akidah, syariah, dan akhlak tetap sama dari zaman dahulu hingga zaman sekarang. e. Kesatuan kepribadian manusia

Mereka semua diciptakan dari tanah dan ruh Illahi. f. Kesatuan individu dan masyarakat

(21)

Dengan dasar tauhid ini maka pendidikan yang dikembangkan oleh Islam akan mengaruh kepada kesatuan dengan Tuhan, manusia (masyarakat), dan alam semesta. Wawasan tentang ketuhanan akan menumbuhkan ideology, idealism, cita-cita daan perjuangan. Wawasan tentang manusia akan menumbuhkan kearifan, kebijaksanaan, kebersamaan, demokrasi, egalitarian, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, dan sebaliknya menentang anarkisme dan kesewenang-wenangan.

Sementara itu wawasan tentang alam akan melahirkan semangat dan sikap ilmiah, sehingga melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kesadaran yang mendalam untuk melestarikannya karena lam bukan semata-mata sebagai objek yang harus dieksploitasi seenaknya, melainkan sebagai mitra dan sahabt yang ikut menetukan corak kehidupan.

Ketiga wawasan yang dibangun dan dasar tauhid tersebut diharapkan dapat melahirkan kebudayaan yang berkualitas (amal saleh), sebagaimana yang dikehendaki oleh nurani manusia. Bukan kebudayaan yang justru menumbuhkan ketakutan, kekejaman, dan menurunkan derajat kemanusian.

2) Fungsi dan Tujuan Pendidikan yang Islami

(22)

Dalam proses manajemen terlibat fungsi fungsi-fungsi pokok yang ditampilkan oleh seseorang manajer atau pimpinan, yaitu: Perencanaan (Planning), Pengorganisasian (Oragnizing), Pemimpinan (Leading), dan Pengawasan (Controling). Oleh karena itu, manajemen diartikan sebagai proses merencana, mengorganisasi, memimpin, dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien.

Fungsi perencanaan antara lain menentukan tujuan atau kerangka tindakan yang diperlukan untuk pencapaian tujuan tertentu. Ini dilakukan dengan mengkaji kekuatan dan kelemahan organisasi, menentukan kesempatan dan ancama, menentukan strategi, kebijakan, taktik, dan program. Semua itu dilakukan berdasarkan proses pengambilan keputusan secara ilmiah.

Adapun ayat yang menjelaskan mengenai fungsi perencanaan, yaitu terdapat dalam surah Al-Hasyr ayat 18, yang berbunyi:

اوققتتتاوت ددغتلل تتمتدتتقت امت سسفتنت رتظقنتتتلتوت هتلتتلا اوققتتتا اونقمتآ نتيذللتتا اهتيتقأت ايت

)

نتولقمتعتتت امتبل رسيبلخت هتلتتلا نتتإل هتلتتلا

١٨

(

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memerhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Pada surah Al-Qoshosh ayat 77, yang berbunyi:

نتسلحتأتوت ايتنتدتقلا نتمل كتبتيصلنت ستنتتت التوت ةترتخلآلتا رتادتتلا هقلتتلا كتاتتآ امتيفل غلتتبتاوت

(23)

bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat

baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”.

Dari segi jangka waktunya, perencanaan ada yang berupa jangka pendek, menengah dan panjang. Ketiga perencanaan tersebut dibuat dalam cakupan kehidupan dunia yang itu juga dibolehkan Allah yang kesemuannya merupakan proses awal untuk menuju kehidupan yang abadi yaitu kehidupan dikampung akhirat. Untuk itulah rencanaan jangka pendek harus menunjang pencapaian rencanaan jangka menengah. Rencana jangka menengah harus menuju tercapainya rencana jangka panjang dalam upaya menacapai tujuan rencana jangka abadi.

Fungsi pengorganisasian meliputi penentuan fungsi, hubungam dan struktur. Fungsi berupa tugas-tugas yang dibagi kedalam fungsi garis, staf, dan fungsional. Hubungan terdiri atas tanggung jawab dan wewenang. Memperlancar strukturnya dapat horizontal dan vertical. Semuanya itu menimplementasikan rencana.

Ayat yang berkaitan dengan fungsi pengorganisasian terdapat dalam surah Ash-Shaff ayat 4 yang berbunyi:

)

صسوصقرتمت نسايتنتبق متهقنتتأتكت افتدصت هللليبلست يفل نتولقتلاقتيق نتيذللتتا بتقحليق هتلتتلا نتتإل

٤

(

Artinya:

“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur, mereka seakan-akan seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh”.

(24)

sangat dibutuhkan untuk terwujudnya pengoganisasian yang baik.

Fungsi pemimpin menggambarkan bagaimana manajer mengarahkan dan mempengaruhi para bawahan, bagaiman orang lain melaksanakan tugas yang esensial dengan menciptakan suasana yang menyenangkan untuk bekerja sama.

Fungsi pengawasan meliputi penutupan standar, supervisi, dan mengukur penampilan atau pelaksanaan terhadap standar dan memberikan kaitannya dengan perencanaan, karena melalui pengawasan efektivitas manajemen dapat diukur.

Controlling juga adalah penilaian dan pengawasan terhadap segala hal yang dilakukan anggota organisasi sehingga dapat diarahkan ke jalan yang benar sesuai tujuan. Kisah nabi Sulaiman yang termuat dalam Al-Qur’an yang memberikan inspirasi akan pentingnya controlling ini. Saat mendengarkan laporan dari salah satu anak buahnya, beliau lalu mengucapakan:

نتيبلذلاكتلتا نتمل تتنتكق متأت تتقتدتصتأت رقظقنتنتست لتاقت

Artinya:

“Berkata Sulaiman: "Akan kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta.”(An-Naml:27)

Bahkan pengawasan tidak hanya dilakukan oleh manusia saja, namun juga dilakukan oleh malaikat-malaikat. Sebagaimana ayat berikut ini:

)

نتيظلفلاحتلت متكقيتلتعت نتتإلوت

١٠

)

نتيبلتلاكت امدارتكل

(

١١

(

امت نتومقلتعتيت

)

نتولقعتفتتت

١٢

(

(25)

Allah menugaskan para malaikat untuk mengawasi dan mencatat apa saja yang dilakukan oleh manusia. Ini memberikan inspirasi bahwa pengawasan itu penting.

BAB III PENUTUP

Allah swt telah memberi akal pada manusia untuk berpikir. Segala sesuatu yang ada di dunia merupakan “ayat kauniyah” yang menimbulkan penyadaran bagi manusia yang mau berpikir. Segala sesuatu di alam yang tercipta seimbang mengilhami manusia untuk mencontohnya demi kemslahatan hidupnya seperti memanaj sesuatu. Allah yang Maha Rahman tidak melepaskan manusia begitu saja dengan pikirkannya tanpa petunjuk pasti, tetapi Allah selalu memberi bimbingan melalui para Rasul-Nya untuk suatu kaum agar mendapat kemaslahatan dalam hidupnya, baik di dunia maupun diakhirat.

(26)
(27)

DAFTAR PUSTAKA

Abuddin, Nata. Manajemen Pendidikan (Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia). Jakarta: Kencana Prenada

Media Group. 2008

Bukhari, dkk. Azaz-azaz Manajemen. Yogyakarta: Aditya Media. 2005

Fattah, Nanang. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2003

Hikmat. Manajemen Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia. 2009 Made, Pidarta. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: Rineka

Cipta. 2011

Referensi

Dokumen terkait

10 Selanjutnya sebagai mana dalam pandangan Mujamil Qomar dalam Imron Fauzi mengatakan bahwa manajemen pendidikan Islam adalah suatu proses pengelolaan lembaga

Hendaknya disain pendidikan Islami yang mampu menjawab tantangan perubahan ini, antara lain: Pertama, lembaga- lembaga pendidikan Islam perlu mendisain ulang fungsi

Berdasarkan pemaparan pada penelitian manajemen pembiayaan pendidikan dalam meningkatkan mutu lembaga pendidikan Islam ini dapat disimpulkan bahwa manajemen

Dasar tujuan dari pendidikan Islam adalah pendidikan yang dapat membentuk lulusannya menjadi manusia dengan kepribadian Islami (ber- akhlaqulkarimah), dan hal

11 Sitohang, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT.. 50 Islam karena SDM pendidikan Islam merupakan faktor keberhasilan dalam mencapai tujuan lembaga pendidikan Islam di

10 Selanjutnya sebagai mana dalam pandangan Mujamil Qomar dalam Imron Fauzi mengatakan bahwa manajemen pendidikan Islam adalah suatu proses pengelolaan lembaga

13 Selanjutnya sebagai mana dalam pandangan Mujamil Qomar dalam Imron Fauzi mengatakan bahwa manajemen pendidikan Islam adalah suatu proses pengelolaan lembaga

Transformasi dan inovasi manajemen pendidikan agama Islam dapat diartikan sebuah perubahan total dan menyeluruh serta mencakup segala aspek sampai menjadi sesuatu