PERBEDAAN PERSEPSI MASYARAKAT KELAS
MENENGAH DENGAN KELAS BAWAH
TERHADAP PENDIDIKAN SEBAGAI
INVESTASI EKONOMI DAN
INVESTASI SOSIAL
(Studi di Masyarakat Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
NITA CHAIRUNNISA NIM 1112015000016
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
i
ABSTRAK
Nita Chairunnisa (NIM.1112015000016). Perbedaan Persepsi Masyarakat Kelas Menengah Dengan Kelas Bawah terhadap Pendidikan sebagai Investasi Ekonomi dan Investasi Sosial. (Studi di Masyarakat Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat). Skripsi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Program Studi Ekonomi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui adakah perbedaan persepsi masyarakat kelas menengah dengan masyarakat kelas bawah terhadap pendidikan sebagai investasi ekonomi dan sosial. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif deskriptif. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket dengan bentuk cheklist, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah Uji T-test Independent Sample Test. Hasil penelitian ini menunjukkan hasil signifikasi mengenai Persepsi Masyarakat Kelas Menengah dan Kelas Bawah terhadap Pendidikan sebagai Investasi Ekonomi dan Investasi Sosial (Studi di Masyarakat Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat). Hasil ini ditunjukan pada nilai Sig sebesar .0,145 > 0,05, perbedaan persentase 3,21% dan thitung > ttabel 2,296 > 2,002. Maka dalam
penelitian ini Ha = diterima dan Ho = ditolak. Dengan demikian terdapat Perbedaan Persepsi Masyarakat Kelas Menengah dan Kelas Bawah terhadap Pendidikan sebagai Investasi Ekonomi dan Investasi Sosial (Studi di Masyarakat Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat)
ii
ABSTRACT
Nita Chairunnisa (NIM. 1112015000016). The different Perception Middle Class Social from Low Class Social toward Education as Economic Invest and Social Invest. (Study at Society Kamal Village Kalideres West Jakarta). Thesis, Department of Social Education, Study Program Economy, Faculty of Tarbiyah and Teachers, The State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. This research was done with aim in order to know there is different perception middle class social from low class social toward education as economic invest and social invest. The method is used in this research is descriptive quantitative method. Sample taking was done with purposive sampling technic. The research instrument used is questionnaire formed checklist, interview. and documentation. And data analysis technic used is T-test Independent Sample Test. The result of this research showed significant result about Perception Middle Class Social and Low Class Social toward Education as Economic Invest and Social Invest (Study at Society Kamal Village Kalideres West Jakarta). This result was showed at value Sig to run at 0.145 > 0.05, the different of percentage 3.21% and t count > t table 2.296 > 2.002. So in this research
Ha = received and Ho= rejected. So that is the different Perception Middle Class Social from Low Class Social toward Education as Economic Invest and Social Invest (Study at Society Kamal Village Kalideres West Jakarta).
ABSTRACT
Nita Chairunnisa (NIM. 1112015000016). The different Perception Middle Class Social from Low Class Social toward Education as Economic Invest and Social Invest. (Study at Society Kamal Village Kalideres West Jakarta). Thesis, Department of Social Education, Study Program Economy, Faculty of Tarbiyah and Teachers, The State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. This research was done with aim in order to know there is different perception middle class social from low class social toward education as economic invest and social invest. The method is used in this research is descriptive quantitative method. Sample taking was done with purposive sampling technic. The research instrument used is questionnaire formed checklist, interview. and documentation. And data analysis technic used is T-test Independent Sample Test. The result of this research showed significant result about Perception Middle Class Social and Low Class Social toward Education as Economic Invest and Social Invest (Study at Society Kamal Village Kalideres West Jakarta). This result was showed at value Sig to run at 0.145 > 0.05, the different of percentage 3.21% and t count > t table 2.296 > 2.002. So in this research
Ha = received and Ho= rejected. So that is the different Perception Middle Class Social from Low Class Social toward Education as Economic Invest and Social Invest (Study at Society Kamal Village Kalideres West Jakarta).
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah menmberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Perbedaan Persepsi Masyarakat Kelas Menengah dengan Kelas Bawah terhadap Pendidikan sebagai Investasi Ekonomi dan Investasi Sosial “.
Shalawat serta salam tidak lupa penulis panjatkan kepada pemimpin umat Islam Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya menjadi umat yang berakhlakul karimah, berpengetahuan dan berintelektual.
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Pendidikan S1 (S.Pd) pada Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Konsentrasi Ekonomi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan rasa syukur atas rahmat dan karunia Allah SWT dan berbagai pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun material baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap penulis dalam menyelesaikan skripsi ini hingga selesai. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, rektor Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Studi Pendidikan
iv
4. Bapak Dr. Abd Rozak, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi 1 dan Neng Sri Nuraeni, M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi 2 yang dengan tulus telah banyak meluangkan waktunya guna memberikan bimbingan, petunjuk, serta motivasi untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan IImu Pengetahuan (P.IPS) yang
telah memberikan ilmu pengetahuan serta pengalamannya kepada penulis, sehingga penulis mendapatkan ilmu pengetahuan yang bermanfaat dan sangat berguna.
6. Seluruh Civitas Akademik dan Staf Administrasi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
7. Seluruh staf Perpustakaan Utama Perpustkaan Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam mencari referensi yang terkait dengan skripsi ini.
8. Bapak Abdul Karim Yunis selaku Lurah Kamal Kalideres Jakarta Barat beserta Stafnya, Bapak Hidayat M selaku Ketua RT 008/01, dan seluruh masyarakat Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat yang sekiranya telah mengizinkan dan menerima penulis dengan baik untuk melakukan penelitian, sehingga penulis memperoleh data-data dan kepada seluruh masyarakat Kelurahan yang dapat mendukung dalam penulis skripsi ini. 9. Teristimewa Kedua orang tua penulis Abi Drs. H. Ahmad Uluwan Zein
dan Ummi Hj. Neneng Salwati yang telah mencurahkan cinta, kasih sayang, do’a, kesabaran, semangat, nasihat, motivasi, pengorbanan baik dari segi moril, maupun material kepada penulis tiada henti dan tiada lelah sampai pada saat ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga mereka diberikan kesehatan dan rezeki yang melimpah.Aamiin. Love you more dad and mom!
v
11.Nenek penulis Hj. Ayamu yang telah memberikan kasih sayang, do’a, cinta, dan materi selayaknya ibu kepada seorang anak, dan kepada Almarhum Engkong H. Satibi, Buyah H. Moh. Zein serta Endeh Hj. Mumun Muntiyah yang senantiasa semasa hidup memberikan kasih sayang kepada penulis semoga di tempatkan di sisi yang layak oleh Allah SWT.
12.Aulia Rofi yang senantiasa memberikan motivasi, semangat, do’a, dukungannya dan selalu bersedia meluangkan waktu, pikiran untuk mendengarkan dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga urusan kita diperlancar.
13. Sahabat penulis para Babons Maimunah Permata Hati Hasibuan, S.Sos dan Ana Mariana Ulfah Rahayu yang selalu mendengarkan keluh kesah, menemani dalam setiap kesulitan, memberikan motivasi yang tiada henti, serta mengajarkan arti persahabatan yang keren dan tak ternilai kepada penulis.
14. Sahabat penulis KAL1AN Gajah ”Aida Sri Rahayu”, Mega Dhaniswara, Arifa, Sheila Muria Prihatini, S.Pd. Ardhana Erviani, Hanni Khairunisa, Nurits Nadia Khafiyah, Fikri Kautsar Afdholi,S.Pd. Muhamad Fadilah, dan Ikhsan Tila Mahendra, yang saling membantu dan menjalin silahturrahmi, semoga sampai akhir hayat.
15.Teman-teman seperjuangan Pendidikan IPS angkatan 2012, terutama Wulan Permatasari, Nurhikmalasari, Nur Aini, dan Ismah yang telah sering direpotkan, menemani bimbingan dan memotivasi dalam penyelesaian skripsi ini.
16.Annisa yang telah membantu penulis dalam ide judul skripsi, Kak Nining Astriani, S.Pd.I yang selalu mensupport dari awal pembuatan proposal hingga skripsi ini selesai, Mar’atul Qibtiyah sahabat semasa MTs hingga sekarang, Kak Lia Yuliawati, Vio Gemifany dan Arie Wiranti yang bersedia mendengarkan keluh kesah penulis, serta murid-murid penulis khususnya Habita Septiyani dan Dita Ermawati yang telah menemani
vi
17.Keluarga Besar Yayasan Tahdzibun Nufus Family Zein, Keluarga Besar Alm. H. Satibi dan Hj Ayamu, Dewan Guru beserta siswa-siswi Madrasah Aliyah Tahdzibun Nufus, serta Baba H. Yasin dan Emak Hj. Manis.
18.Semua pihak yang telah membantu penulis baik moril maupun material yang penulis tidak ddapat sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan. Oleh karena itu penulis sangat terbuka terhadap kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa yang akan datang.
Atas do’a, bantuan, dan semangat yang sangat berharga. Penulis
mengucapkan terima kasih, semoga Allah senantiasa membalas kebaikan kepada kalian. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan mempunyai nilai yang beguna bagi pembacanya.
Wa’alalaikum sallam Wr.Wb
Jakarta, 07 Oktober 2016
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
LEMBAR PERSETUJUAN DOSEM PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK ……… i
ABSTRACT ………. ii
KATA PENGANTAR………. iii
DAFTAR ISI ……… vii
DAFTAR GAMBAR ……… v
DAFTAR TABEL ………. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ……… xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1
B. Identifikasi Masalah ……….. 8
C. Batasan Masalah ……… 8
D. Rumusan Masalah ……….. 8
E. Tujuan Masalah ……….. 9
F. Manfaat Masalah ……… 9
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoritik ………. 10
1. Persepsi ……… 10
a. Pengertian Persepsi ……… 10
b. Aspek Persepsi ………... 11
c. Faktor-faktor Mendorong Tumbuhnya Persepsi…. 12
B. Konsep Kelas dalam Masyarakat ……….. 13
1. Masyarakat ……….. 13
a. Pengertian Masyarakat ……….. 13
viii
c. Lapisan Masyarakat (Stratifikasi Sosial)………… 15
2. Masyarakat Kelas Sosial Menengah ……… 20
a. Pengertian Kelas Sosial Menengah ……… 20
b. Ciri-ciri Kelas Sosial Menengah ……… 20
3. Masyarakat Kelas Sosial Bawah ………. 23
a. Pengertian Kelas Sosial Bawah ………. 23
b. Ciri-ciri Kelas Sosial Bawah ………. 23
C. Pendidikan sebagai Investasi Ekonomi dan Investasi Sosial ……….. 26
1. Pengertian, Tujuan, dan Komponen Pendidikan……. 26
a. Pengertian Pendidikan ………... 26
b. Tujuan Pendidikan ………. 28
c. Komponen Pendidikan ……….. 29
2. Pendidikan sebagai Investasi Ekonomi dan Investasi Sosial ……… 30
a. Investasi Ekonomi ………. 30
b. Investasi Sosial ……….. 35
D. Hasil Penelitian yang Relevan ………... 37
E. Kerangka Berpikir ………. 40
F. Hipotesis Penelitian ……… 43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ……… 44
B. Metode Penelitian ……….. 44
C. Populasi dan Sampel Penelitian ……… 45
D. Teknik Pengumpulan Data ……… 45
1. Observasi ……… 45
2. Kuesioner ………... 46
3. Interview (Wawancara) ………. 46
4. Studi Dokumenter ……….. 46
E. Instrumen Penelitian ………. 46
ix
a. Persepsi Masyarakat Kelas Menengah dengan
Kelas Bawah ………. 46
b. Pendidikan sebagai Investasi Ekonomi dan Investasi Sosial ……… 47
2. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ……… 44
F. Teknik Pengelolaan Data ………. 50
1. Tahap Pra-Lapangan ……….. 50
2. Tahap Editing dan Skoring ………. 50
3. Tabulasi ……….. 51
4. Interval ………... 52
5. Persentase ……….. 53
G. Teknik Analisis Data ……… 53
1. Validitas ………. 53
2. Reabilitas ……… 53
3. Uji Asumsi Klasik .……… 54
a. Uji Normalitas ………. 54
b. Uji Linearitas ……… 54
c. Uji Homogenitas ……….……… 55
d. Uji Hipotesis Komperatif ………. 56
H. Hipotesisi Statistik ……… 57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data………. 58
1. Wilayah Kelurahan Kamal ……… 58
a. Kondisi Geografis ……… 58
b. Kondisi Demografi ……….. 59
c. Kondisi Sosial ……….. 60
d. Pendidikan ……… 62
e. Data Sarana dan Prasana ……….. 64
2. Karakteristik Responden ……… 64
x
b. Karakteristik Responden Berdasarkan
Tingkat Pendidikan Pasangan Responden ……… 66
c. Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan Per Bulan ………. 67
d. Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan Per Bulan Pasangan Responden …. 69
e. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Anak ……… 71
3. Deskripsi Variabel Penelitian a. Variabel Persepsi Masyarakat Kelas Menengah Dan Kelas Bawah ………. 74
b. Variabel Pendidikan sebagai Investasi Ekonomi dan Sosial ………. 79
B. Pengajuan Persyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis ………. 90
1. Pengajuan Persyaratan Analisis ………. 90
a. Uji Validitas ……… 90
b. Uji Reabilitas ………... 92
c. Uji Normalitas ………. 93
d. Uji Linearitas ……… 94
e. Uji Homogenitas ………. 95
2. Pengujian Hipotesis ……….. 96
C. Pembahasan Penelitian ……… 98
D. Keterbatasan Penelitian ……….. 103
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan ……… 104
B. Implikasi ………. 104
C. Saran ……… 104
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ………. …. 40
Gambar 4.1 Kondisi Geografis ……….. 56
Gambar 4.2 Jumlah Penduduk Kelurahan Kamal Kalideres
Jakarta Barat ………..……… 60
Gambar 4.3 Jumlah Penduduk Kelurahan Kamal Kalideres
Berdasarkan Jenis Kelamin ……… 60
Gambar 4.4 Data Pekerjaan di Kelurahan Kamal Kalideres
Jakarta Barat ……… 62
Gambar 4.5 Tingkat Pendidikan Terakhir Masyarakat di
Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat ……….. 63
Gambar 4.6 Tingkat Pendidikan Terakhir Masyarakat di Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat
Berdasarkan Jenis Kelamin ………. 63
Gambar 4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat
Pendidikan Kelas Menengah ……… 65
Gambar 4.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat
Pendidikan Kelas Bawah ………. 66
Gambar 4.9 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat
Pendidikan Pasangan Responden Kelas Menengah ……. 66
Gambar 4.10 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat
Pendidikan Pasangan Responden Kelas Bawah ……….. 67
Gambar 4.11 Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan
Per Bulan Kelas Menengah …….…….…….…….……. 68
Gambar 4.12 Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan
Per Bulan Kelas Bawah …….…….…….…….…….…. 69
Gambar 4.13 Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan
Per Bulan Pasangan Responden Kelas Menengah …….. 70
Gambar 4.14 Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan
xii
Gambar 4.15 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat
Pendidikan Anak Responden Kelas Menengah ……… 72
Gambar 4.16 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat
Pendidikan Anak Kelas Bawah …….…….…….……. 73
Gambar 4.17 Kategori Persepsi Masyarakat Kelas Menengah ……… 76
Gambar 4.18 Kategori Persepsi Masyarakat Kelas Bawah …………. 78
Gambar 4.19 Kategori Pendidikan sebagai Investasi Ekonomi
Kelas Menengah ………. 82
Gambar 4.20 Kategori Pendidikan sebagai Investasi Ekonomi
Kelas Bawah ..…….…….…….……. …….…….……… 84
Gambar 4.21 Kategori Pendidikan sebagai Investasi Sosial
Kelas Menengah …….…….…….…….…….…….……. 87
Gambar 4.22 Kategori Pendidikan sebagai Investasi Sosial
Kelas Bawah ……….. 89
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kelurahan
Kamal Kalideres Jakarta Barat …….…….…….……. 4
Tabel 1.2 Data Pekerjaan di Kelurahan Kamal Kalideres
Jakarta Barat ……….. 7
Tabel 2.1 Penelitian Relevan ………. 39
Tabel 3.1 Waktu Penelitian ……… 44
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian Perbedaan Persepsi Masyarakat Kelas Menengah dengan
Kelas Bawah terhadap Pendidikan sebagai Investasi
Ekonomi dan Investasi Sosial ……… 48
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Wawaancara Penelitian Perbedaan Persepsi Masyarakat Kelas Menengah dengan
Kelas Bawah terhadap Pendidikan sebagai Investasi
Ekonomi dan Investasi Sosial ………. 49
Tabel 3.4 Skor Angket ……… 51
Tabel 4.1 Batas-batas Wilayah Kelurahan Kamal Kalideres ……. 58
Tabel 4.2 Data Jumlah Penduduk dan Jumlah Kartu Keluarga
Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat……… 59
Tabel 4.3 Data Pekerjaan di Kelurahan Kamal Kalideres
Jakarta Barat ………. 61
Tabel 4.4 Data Tingkat Pendidikan Terakhir Masyarakat di
Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat ……… 62
Tabel 4.5 Data Sarana dan Prasarana Kelurahan
Kamal Tahun 2015 ……… 64
Tabel 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan
Tingkat Pendidikan Kelas Menengah ……… 64
Tabel 4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat
Pendidikan Kelas Bawah ……….. 65
xiv
Pendidikan Pasangan RespondenKelas Menengah ……… 66
Tabel 4.9 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat
Pendidikan Pasangan Responden Kelas Bawah ... 67
Tabel 4.10 Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan
Per Bulan Kelas Menengah …….…….…….…….……... 68
Tabel 4.11 Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan
Per Bulan Kelas Bawah …….…….…….…….…….….. 69
Tabel 4.12 Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan
Per Bulan Pasangan Responden Kelas Menengah ... 70
Tabel 4.13 Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan
Per Bulan Pasangan Responden Kelas Bawah …….……. 71
Tabel 4.14 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat
Pendidikan Anak Kelas Menengah …….…….…….……. 72
Tabel 4.15 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat
Pendidikan Anak Kelas Bawah ……… 73
Tabel 4.16 Skor Variabel Persepsi Masyarakat Kelas Menengah…… 74
Tabel 4.17 Kategori Persepsi Masyarakat Kelas Menengah ………. 75
Tabel 4.18 Skor Variabel Skor Variabel Persepsi Masyarakat
Kelas Bawah ……… 77
Tabel 4.19 Kategori Persepsi Masyarakat Kelas Bawah ... 78
Tabel 4.20 Skor Variabel Pendidikan sebagai Investasi Ekonomi
Kelas Menengah ……….. 80
Tabel 4.21 Kategori Pendidikan sebagai Investasi Ekonomi
Kelas Menegah ……… 81
Tabel 4.22 Skor Variabel Pendidikan sebagai Investasi Ekonomi
Kelas Bawah ……… 82
Tabel 4.23 Kategori Pendidikan sebagai Investasi Ekonomi
Kelas Bawah ……… 84
Tabel 4.24 Pendidikan sebagai Investasi Sosial
Kelas Menengah ... 85
xv
Kelas Menengah ……… 86
Tabel 4.26 Skor Variabel Pendidikan sebagai Investasi Sosial …… Kelas Bawah ……… 88
Tabel 4.27 Kategori Pendidikan sebagai Investasi Sosial Kelas Bawah ………... 89
Tabel 4.28 Variabel Persepsi Masyarakat Kelas Menengah dan Kelas Bawah ………. 90
Tabel 4.29 Variabel Pendidikan sebagai Investasi Ekonomi ……… 91
Tabel 4.30 Variabel Pendidikan sebagai Investasi Sosial ………….. 92
Tabel 4.31 Uji Reliabilitas ... 92
Tabel 4.32 Kolmogorov-Smirva ………. 93
Tabel 4.33 Uji Linearitas ANOVA Table ………. 94
Tabel 4.34 Test of Homogeneity of Variance ……… 95
Tabel 4.35 Group Statistics ………. 96
Table 4.36 Independent Samples Test ……….. 97
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Angket
Lampiran 2 Hasil Angket
Lampiran 3 Pedoman Wawancara
Lampiran 4 Hasil Wawancara
Lampiran 5 Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 6 Uji Analisis Data
Lampiran 8 Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 9 Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 10 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Lampiran 11 Dokumentasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di zaman era globalisasi seperti saat ini, tentunya pendidikan merupakan salah satu hal yang sangat penting. Pendidikan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan dan merupakan kebutuhan hidup yang harus dipenuhi sepanjang hayat.
Melalui pendidikan manusia akan tumbuh dan berkembang terutama untuk menghadapi masa depannya. Sasaran pendidikan merupakan upaya memajukan dan meningkatkan sumber daya manusia dalam memperbaiki hidup, baik dalam skala pribadi, masyarakat, maupun bangsa.
Menurut Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Bab I pasal I tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi :
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”.1
Selanjutnya, dalam pandangan Ki Hajar Dewantara kata
“pendidikan” mempunyai arti sesuatu yang menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai warga negara dapat mencapai mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.2
Dalam menjalankan pendidikan sesuai dalam Undang-undang perlu adanya kajian ekonomi yang menyatu (inheren) dalam kegiatan-kegiatan pendidikan. Menurut Theodere Schultz dalam Agus Irianto.
1
Abdul Kadir, Dasar-dasar Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media Group, 2012), Cet. 1, h, 62
2
2
bahwa nilai-nilai ekonomi pendidikan adalah untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam berpodusen dan konsumen dilakukan dengan cara berinvestasi sendiri dan pendidikan merupakan investasi terbesar dalam pengembangan modal manusia. Menurutnya, pendidikan bukan hanya konsumsi semata-mata, akan tetapi juga merupakan bentuk investasi.3
Pendidikan dapat dipandang sebagai konsumsi dan investasi, tergantung dari persepsi individu itu sendiri. Pendidikan sebagai konsumsi adalah pendidikan sebagai hak manusia, seperti aturan pemerintah yang mewajibkan masyarakat belajar 9 tahun pada tingkat satuan pendidikan,
yaitu Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Sedangkan, pendidikan sebagai investasi menegaskan bahwa manusia sebagai modal dan biaya pendidikan sebagai jumlah yang ditanam, untuk memperoleh pendapatan yang lebih besar di masa yang akan datang.4
Pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu investasi ekonomi dan investasi sosial. Pendidikan sebagai investasi ekonomi menurut Hector Corea, sebagaimana dikutip oleh Agus Irianto bahwa permintaan pendidikan penggambarkan kebutuhan dan dimanifestasikan oleh keinginan untuk diberi pelajaran tertentu.5 Lebih lanjut ditegaskan bahwa, pendidikan sebagai investasi ekonomi adalah di mana masyarakat semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang dan semakin luas cakrawalanya, maka kondisi tersebut mampu untuk meraih atau mendapatkan pekerjaaan yang layak dan tingkat sosialnya pun akan lebih berbeda. Penghargaan yang diberikan kepada seseorang tergantung pada tingkat pendidikan, apabila tingkat pendidikannya tinggi, maka tinggi pula kinerjaya. Konsekuensinya, pemberian penghargaan berupa gaji dikaitkan dengan tinggiya tingkat pendidikan seseorang sesuai dengan propesionalismenya.6
3
Agus Irianto, Pendidikan sebagai Investasi Suatu Pembangunan Suatu Bangsa,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013). Cet. 2, h. 3
4
Ibid., h. 52-54
5
Ibid., h. 51
6
3
Pendidikan selain sebagai investasi ekonomi, pendidikan juga merupakan investasi sosial. Pendidikan sebagai investasi sosial menurut Caroline Pascarina dalam Rusli Yusuf mengatakan bahwa investasi sosial yang terbaik adalah pada bidang pendidikan. Investasi pada pendidikan seumur hidup (life long learning), kesehatan dan pengembangan komunitas sebagai basis modal sosial merupakan langkah strategis untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa mendatang.7
Dalam hal pendidikan, tidak pandang bulu. Siapun dia berasal baik masyarakat kelas atas, menengah maupun bawah, semua berhak
mendapatkan pendidikan. Hal ini sesuai dengan landasan hukum (yuridis) pendidikan menurut UUD 1945, yakni terdapat pada pasal 31 ayat 1 yang berbunyi “Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran, yang diatur dengan undang-undang”.8
Tidak wajar apabila di zaman yang serba canggih, serta modern ini, masih ada anak-anak Indonesia yang tidak bersekolah dan buta huruf. Pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan taraf hidup semua masyarakat dengan mewajibkan masyarkat untuk mengenyam pendidikan, dan memberikan bantuan kepada sekolah, berupa Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Bantuan Operasional Pendidikan (BOP), dan untuk pelajar di Jakarta dengan golongan tidak mampu, mendapatkan Kartu Jakarta Pintar (KJP).
Namun saat ini yang terjadi di dalam masyarakat rendahnya tingkat pendidikan di masyarakat kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat. Hal ini dibuktikan dengan data berikut ini:
7
Rusli Yusuf, Pendidikan dan Investasi Sosial, (Bandung: Alfabeta, 2011), Cet. 1, h. 3
8
4
Tabel 1.1
Data Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat
Kelurahan
Kamal
Tingkat Pendidikan Terakhir Jumlah
Tidak
Sekolah
Tidak
Tamat
SD/MI
SD/
MI
SMP
/MTs
SMA/
MA
PT
Laki-laki 4.351 2.461 5.482 6.893 8.756 739 28.682
Perempuan 3.776 2.758 5.613 5.389 8.124 907 26.563
Jumlah 8.127 5.219 11.095 12.278 16.880 1.646 55.245
Sumber : Kantor Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat data Bulan September Tahun 2015.
Dari data di atas dapat diketahui, bahwa tingkat pendidikan terakhir masyarakat di kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat dalam jumlah persentase sebagai berikut: Tidak sekolah 14,7%, Tidak Tamat
SD/MI 9,4%, Tamat SD/MI 20,1%, Tamat SMP/MTs 22,2%, Tamat SMA/MA 30,6% dan Tamat PT 3%. Sehingga penulis dapat menyimpulkan pendidikan di Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat masih rendah, sangat sedikit masyarakat yang melanjutkan ke tingkat perguruan tinggi. Tetapi angka tertinggi per-tama dan ke-dua ada pada tingkat pendidikan SMA/MA 30,6% dan SMP/MTs 22,2%.9
Kenyataan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya yang berhubungan dengan pendidikan dan faktor-faktor yang mempengaruhi arti pentingnya pendidikan bervariasi seperti budaya, politik, dan ekonomi. Adapun faktor-faktor permintaan individu secara agregat (keseluruhan), antara lain: pendapatan orang tua, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, biaya pendidikan, kebijaksanaan umum (pemerintah), kebijaksanaan lembaga, dan persepsi individu terhadap tiap-tiap jenis pendidikan10.
9
Sumber dari : Kantor Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat data Bulan September Tahun 2015.
10
5
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Makhsus, menyimpulkan bahwa terdapat persepsi negatif 52,5% dan persepsi positif 47,5% tentang pentingnya pendidikan formal 12 tahun di kampung penjamuran, desa pasilian, kecamatan kronjo.11
Peneliti melakukan wawancara dengan masyarakat Kelurahan Kamal Kalideres yang berasal dari masyarakat kelas menengah salah satunya keluarga Ibu Hj. Neneng yang anak-anaknya sampai ke perguruan tinggi dengan alasan pendidikan itu penting dan sangat berguna buat masa depan anak dan mempunyai penghasilan yang lebih sehingga cukup untuk membiayai anak dalam mengenyam pendidikan. Berbeda dengan keluarga
Ibu Cartini yang keluarga dan anak-anaknya hanya sampai di sekolah dasar dengan alasan lulusan sekolah dasar sudah cukup yang penting langsung dapat pekerjaan waktu lulus sekolah dasar dan tidak memiliki penghasilan yang cukup, sehingga anak putus sekolah. 12
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan masyarakat sekitar, baik dari kelas menengah maupun dengan kelas bawah diperoleh kesimpulan, bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan di antaranya, persepsi dan pendapatan masyarakat tersebut.
Persepsi Menurut Leavit dalam Desmita, perception dalam pengertian sempit adalah “penglihatan”, yaitu bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas, perception adalah “pandangan”, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu.13
Pada umumnya masyarakat memiliki persepsi yang berbeda antara satu sama lain, baik dari golongan kelas atas, menengah maupun bawah. Di dalam masyarakat tentunya kita sering menjumpai keadaan yang
11
Makhsus, “Persepsi Masyarakat Tentang Pentingnya Pendidikan Formal 12 Tahun (Studi Kasus Kampung Pejamuran, Desa Pasilian, Kecamatan Kronjo, Kabupaten Tangerang)”,
Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, h. iii
12
Wawancara dengan Ibu Hj. Neneng Salwati dan Ibu Carlita masyarakat kelurahan kamal Rt 008/01 Kalideres Jakarta Barat
13
6
bervariasi dan tidak sama. Masyarakat merupakan sekumpul manusia hidup bersama, bercampur untuk waktu yang cukup lama, sadar bahwa mereka merupakan kesatuan di mana mereka merupakan sistem hidup bersama. Di dalam masyarakat sering kita temui kategori masyarakat berpendapatan rendah, mayarakat yang berpendapatan sedang, dan masayarakat yang berpendapatan tinggi14 dan menyebut sebagian masyarakat dengan sebutan orang kaya, orang biasa dan orang miskin.
Namun, istilah kelas juga tidak selalu mempunyai arti yang sama, walaupun pada hakikatnya mewujudkan sistem kedudukan-kedudukan yang pokok dalam masyarakat.15
Menurut Pitrim A. Sorikin dalam Yesmil Anwar dan Adang yang dimaksud dengan kelas sosial adalah “Pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarchis). Dimana perwujudannnya adalah lapisan-lapisan atau kelas-kelas tinggi, sedang, ataupun kelas-kelas yang rendah”.16
Istilah kelas ekonomi mempunai arti kelas relatif sama dengan kelas sosial, kriteria ekonomi selalu berkaitan dengan aktivitas pekerjaan, kepemilikan, atau kedua-duanya.
Dalam kehidupan sosial menunjukkan perbedaan serta pengalaman pendidikan antara keluarga yang berada di kelas menengah lebih tinggi tingkat pendidikan dan mempunyai persepsi bagus terhadap pendidikan. Sedangkan, masayarakat kelas bawah memiliki tingkat pendidikan yang rendah dan mempunyai persepsi buruk terhadap pendidikan.
Keluarga yang dapat dikategorikan sebagai masyarakat kelas menengah adalah mereka yang hidupnya tidak miskin dan tidak juga kaya. Kebutuhan primer dan sekunder mereka terpenuhi dengan baik. Berbeda, apabila dibandingkan dengan keluarga yang berada di kelas bawah untuk
14
Yesmil Anwar dan Adang, Sosiologi untuk Universitas, (Bandung: PT Refika Aditama, 2013), Cet. 1, h. 215
15
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), Cet .44, h. 205
16
7
memenuhi kebutuhan primer atau kebutuhan sehari-hari itu sangat kesulitan. Mereka yang termasuk masyarakat kelas menengah biasanya terdiri dari: pejabat tinggi menengah, pengusaha menengah, guru, dosen, TNI dan pegawai negeri yang telah berkecukupan, guru sekolah, pekerja sosial, perawat, salesman, dan karyawan. Sedangkan, mereka yang termasuk kelas bawah terdiri dari: buruh tani, pekerja kasar, pedagang kecil, buruh harian lepas, pengangguran.17
Berikut merupakan data berbagai pekerjaan masyarakat kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat, seperti pada tabel di bawah ini:
Tabel 1.2
Data Pekerjaan di Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat Jenis Pekerjaan Laki-laki Perempuan Jumlah
Tani 17 4 21
Karyawan Swasta/ Pemerintah/Abri
8.671 6.354 15.025
Pedagang 4.372 4.821 9.193
Nelayan 342 95 437
Buruh Tani 24 7 31
Pensiun 94 69 163
Buruh Harian Lepas 4.732 4.180 8.912
Pengangguran 2.352 3.169 5.521
Fakir Miskin 4.971 5.193 10.164
Lain-lain 3.107 2.671 5.778
Sumber: Kantor Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat data Bulan September Tahun 2015.
Berdasarkan dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa masyarakat yang berdomisili di kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat, terdiri dari masyarakat kelas menegah dan kelas bawah. Masyarakat kelas menengah
berjumlah 24.128 orang (43,8%) dan masyarakat kelas bawah berjumlah 31.117 orang (56,3%).18
Dari latar belakang di atas, maka peneliti perlu melakukan penelitian yang berkaitan dengan judul: “Perbedaan Persepsi
17
Ng. Philipus dan Nurul Aini, Sosiologi dan Politik, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), h. 85
18
8
Masyarakat Kelas Menengah dengan Kelas Bawah terhadap Pendidikan sebagai Investasi Ekonomi dan Investasi Sosial. (Studi di Masyarakat Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat)”
B.
Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah merupakan kegiatan mendeteksi, melacak, dan menjelaskan aspek permasalahan di dalam area penelitian. Berdasarkan
latar belakang masalah yang dipaparkan di atas maka masalah yang dapat diidentifiksi adalah :
1. Kurangnya perhatian masyarakat Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat terhadap pendidikan yang ditandai dengan rendahnya tingkat pendidikan masyarakat
2. Tingkat ekonomi masyarakat di wilayah Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat masih relatif rendah yang ditandai dengan data pekerjaan.
C. Batasan Masalah
Dalam tulisan ini penulis tidak akan membahas seluruh permasalah yang ada, maka untuk itu perlu adanya pembatasan masalah yang akan diteliti sehingga tidak terlalu luas dan terarah. Dalam penelitian ini, masalah yang diteliti dibatasi pada: “Perbedaan persepsi masyarakat kelas menengah dengan kelas bawah terhadap pendidikan sebagai investasi ekonomi dan investasi sosial (Studi di Masyarakat Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat)”
D.
Rumusan Masalah
9
E.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Adakah Perbedaan persepsi masyarakat kelas menengah dengan kelas bawah terhadap pendidikan sebagai investasi ekonomi dan investasi sosial (Studi
di Masyarakat Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat).
F.
Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya ilmu pengetahuan, khususnya di bidang pendidikan. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi dan sumbangan pemikiran kepada akademik maupun jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial tentang pendidikan
2. Manfaaat Praktis
a. Bagi Masyarakat Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat, di harapkan dapat member arah dan motivasi untuk menjadi manusia cerdas dan berpendidikan yang berguna bagi bangsa dan negara.
b. Bagi PEMDA, diharapkan dapat menjadi masukan dalam
merumuskan kebijakan pendidikan yang adil dan merata bagi seluruh masyarakat.
c. Bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
d. Bagi Peneliti, diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang pendidikan, pengalaman peneliti dalam terjun ke masyarakat dan
10
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritik
1. Persepsi
a. Pengertian Persepsi
Persepsi merupakan salah satu aspek kognitif manusia yang sangat penting. Memungkinkan manusia untuk mengetahui dan
memahami dunia sekelilingnya. Tanpa persepsi yang benar, manusia mustahil menangkap dan memaknai fenomena, informasi atau data yang senantiasa mengitarinya.
Persepsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesa (KBBI) adalah “tanggapan langsung atau sesuatu”.1
Selanjutnya, Persepsi menurut Desmita adalah “proses kognitif yang kompleks untuk menghasilkan suatu gambaran yang unik tentang realitas yang barangkali sangat berbeda dengan kenyataan sesungguhnya”.2 Persepsi mengenai apa pun, baik objek sosial maupun non-sosial yang akan mengikuti proses perseptual yang sama, tidak mempersoalkan bagaimana alur informasi yang masuk melalui panca indra kita.
Selanjutnya, menurut Leavit dalam Desmita, perception dalam pengertian sempit adalah “penglihatan”, yaitu bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas, perception adalah “pandangan”, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu.3
Persepsi individu atau masyarakat terhadap objek tertentu akan mempengaruhi pikirannya dan memberikan penilaian kondisi stimulus yang dilakukan dalam proses kognitif.
1
Tim Prima Pena, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,(Gitamedia Press),h. 513
2
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 119
3
11
Selanjutnya, menurut Chaplin dalam Desmita, mengartikan persepsi sebagai proses mengetahui atau mengenali objek dan kajian objektif dengan bantuan indra.4
Menurut Slameto, persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia, melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat indranya, yaitu indra pengelihat, pendengar, peraba, perasa,dan pencium.5
Dari beberapa pengertian persepsi menurut para ahli, dapat dipahami bahwa persepsi adalah Proses individu mengenali atau mengartikan objek melalui bantuan alat indra seperti indra pengelihat, pendengar, peraba, perasa, dan pencium. Persepsi merupakan keadaan menerima stimulus, apa yang ada dalam diri individu baik perasaan, pengalaman akan ikut berperan aktif dalam proses persepsi oleh individu dalam memaknai objek tersebut.
b. Aspek Persepsi
Dalam persepsi terdapat aspek-aspek yang bisa dipengaruhi oleh proses persepsi tersebut, aspek persepsi menurut Mc Dowwel
& Newel, yaitu :
1) Kognisi
Aspek kognisi merupakan aspek yang melibatkan bagaiman cara berpikir, mengenali, memaknai suatu stimulus yang diterima oleh panca indra, serta pengalaman atau yang pernah dilihat dalam kehidupan sehari-hari. Hurlock menambahkan bahwa selain aspek kognitif berdasarkan atas suatu konsep informasi, aspek kognitif ini juga didasarkan pada pengalaman pribadi dan apa yang telah dipelajari.6
2) Afeksi
Aspek afeksi merupakan aspek yang membangun aspek kognitif. Aspek afeksi mencakup cara individu dalam merasakan,
4
Ibid.,
5
Ben Fauzi Ramadhan,“ Persepsi siswa/i SMA terhadap keselamatan berkendara sepeda motor”, Skripsi, pada Universitas Indonesia, h. 6-7
6
Makhsus, “Persepsi Masyarakat Tentang Pentingnya Pendidikan Formal 12 Tahun (Studi Kasus Kampung Pejamuran, Desa Pasilian, Kecamatan Kronjo, Kabupaten Tangerang),
12
mengeksperasikan emosi terhadap stimulus berdasarkan nilai-nilai yang ada pada dirinya dan kemudian mempengaruhi persepsinya.7
c. Fator-faktor Mendorong Tumbuhnya Persepsi
Persepsi dalam prosesnya itu dipengaruhi dengan beberapa faktor-faktor yang membuat proses persepsi itu tumbuh. Menurut Sarlito W. Sarwono bahwa perbedaan persepsi dapat disebabkan oleh hal-hal di bawah ini:
1) Perhatian
Biasanya kita tidak menangkap seluruh rangsangan yang ada di sekitar kita sekaligus, tetapi kita memfokuskan perhatian kita pada perhatian kita pada suatu objek atau dua objek saja. Perbedaan fokus antara satu orang dengan orang lainnya, menyebabkan perbedaan persepsi antara mereka.
2) Set
Set adalah harapan seseorang akan rangsangan yang akan timbul. Misalnya, pada seorang pelari yang siap di garis “start”terdapat set bahwa akan terdengar bunyi pistol di saat mana ia harus mulai berlari, perbedaan set dapat menyebabkan perbedaan persepsi.
3) Kebutuhan
Kebutuhan-kebutuhan sesaat maupun menetap pada diri seseorang tersebut akan mempengaruhi persepsi. Dengan demikian, kebutuhan-kebutuhan yang berbeda akan menyebakan pula perbedaan persepsi.
4) Sistem nilai
Sistem nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat berpengaruh pula terhadap persepsi. Suatu eksperimen di Amerika serikat yang dilakukan oleh Bruner dan Goddam tahun 1947, Carter dan Schooler tahun 1949 dikutip dalam Sarlito Wirawan Sarwanto, menunjukan bahwa anak-anak yang berasal dari keluarga miskin mempersepsikan mata uang logam lebih besar dari pada ukuran yang sebenarnya. Gejala ini ternyata tidak terdapat pada anak-anak yang berasal dari keluarga kaya.8
5) Ciri kepribadian
Ciri kepribadian akan mempengaruhi pula persepsi seperti dua orang yang bekerja di kantor yang sama berada di bawah pengawas satu orang atasan, orang yang pemalu dan orang yang tinggi kepercayaan dirinya akan berbeda dalam mempersiapkan atasannnya.9
7
Ibid.,
8
Sarlito Wirawan Sarwanto, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta, bulan bintang, 2003) h. 49-50
9
13
Perbedaan persepsi itu dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya perhatian, set, kebutuhan, sistem, nilai, dan ciri kepribadian.
B.
Konsep Kelas dalam Masyarakat
1. Masyarakata. Pengertian Masyarakat
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) “masyarakat adalah sejumlah orang dalam kelompok tertentu yang membentuk perikehidupan berbudaya”.10
Adapun definisi masyarakat menurut para ahli sosiologi, sebagai berikut :
1) Ralph Linton mengemukakan, bahwa Masyarakat adalah sekelompok manusia yang telah cukup lama dan bekerja sama, sehingga mereka dapat mengorganisasikan dirinya sebagai salah satu kesatuan sosila dengan batas-batas tertentu.
2) Menurut Auguste Comte mengatakan bahwa masyarakat merupakan sekumpulan makhluk hidup dengan realitas-realitas baru yang berkembang menurut pola perkembangan yang tersendiri.
3) Mac Iver dan Page, mengatakan, masyarakat ialah suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara, dari wewenang serta kerja sama antara berbagai kelompok dan penggolongan, dari pengawasan tingkah laku serta kebebasan-kebebasan manusia. Keseluruhan yang selalu berubah ini kita namakan masyarakat11
4) Menurut Koentjoroningrat, istilah masyarakat dalam bahasa inggris dipakai istilah society yang berasal dari kata Latin socius, berarti “kawan”. Istilah masyarakat berasal dari akar bahasa arab “syaraka” yang berarti ikut serta, berpartisipasi. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling “bergaul”, atau dengan istilah ilmiah, saling “berinteraksi”. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana agar warganya dapat saling berinteraksi.”.12. Maka definisi masyarakat secara khusus adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem tertentu sistem adat-istiadat tertentu
10
Tim Prima Pena, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Gitamedia Press), h. 438
11
Basrowi, Pengantar Sosiologi, ( Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), Cet. 1, h. 37-39
12
14
bersifat kontinu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama.13
Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli sosiologi dapat diambil kesimpulan bahwa masyarakat adalah sekelompok manusia yang telah lama hidup bersama dan berinteraksi dalam jangka waktu yang lama dan merupakan sistem sosial yang saling mempengaruhi satu sama lain.
b. Ciri-ciri Masyarakat
Menurut Durkheim, masyarakat bukanlah hanya sekedar suatu penjumlahan individu semata, melainkan suatu sistem yang dibentuk dari hubungan antarmereka (anggota keluarga), sehingga menampilkan suatu realita tertentu mempunya ciri-cirinya sendiri.
Berikut merupakan ciri-ciri masyarakat menurut para ahli : a) Menurut Soerjono Soekanto ciri-ciri masyarakat, antara lain
sebagai berikut:
1) Masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama. Di dalam ilmu sosial tidak ada ukuran yang mutlak ataupun angka yang pasti untuk menentukan berapa jumlah manusia yang harus ada. Akan tetapi, secara teoritas, angka minimumnya ada dua orang yang hidup bersama.
2) Bercampur dengan waktu yang cukup lama. Manusia berkumpul akan menimbulkan manusia baru, Manusia juga dapat bercakap-cakap, merasa dan mengerti; mempunyai keinginan-keinginan untuk menyampaikan kesan-kesan atau perasaan-perasaannya, sebagai akibat hidup bersama itu, timbullah sistem komunikasi dan timbul peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antarmanusia dengan kelompok tersebut.14
3) Mereka sadar bahwa mereka suatu kesatuan.
4) Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupannya bersama menimbulkan kebudayaan, oleh karena setiap anggota kelompok merasa dirinya terikat satu dengan yang lain.15
b) Abu Ahmadi menambahkan bahwa ciri-ciri masyarakat sebagai berikut :
13
Ibid., h. 118
14
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012), Cet. 44, h. 22
15
15
1) Harus ada pengumpulan manusia dan harus banyak, bukan pengumpulan binatang;
2) Telah bertempat tinggal dalam waktu yang lama di suatu daerah tertentu;
3) Adanya aturan-aturan atau undang-undang yang
mengatur mereka untuk menuju kepada kepentingan dan tujuan bersama.16
Berdasarkan ciri-ciri di atas, dapat disimpulkan bahwa masyarakat adalah kumpulan orang yang di dalamnya hidup bersama dalam waktu cukup lama, memiliki kesadaran bahwa mereka satu kesatuan, dan menciptakan nilai, norma, dan kebudayaan bagi kehidupan mereka.
c. Lapisan masyarakat (Stratifikasi Sosial) 1) Pengertian Kelas Sosial
Di dunia tentunya kita akan menjumpai masyarakat yang
bervariasi dan dalam suatu masyarakat pasti ada sesuatu yang dihargai oleh masyarakat. Bagi negara agraris, tanah merupakan sesuatu yang paling dihargai, sedangkan bagi masyarakat industri uang yang paling di hargai, dan untuk masyarakat kota, pendidikan hal yang paling dihargai. Dari sumber-sumber tersebut baik tanah, uang, maupun pendidikan tinggi akan menempati lapisan atas dalam suatu masyarakat.17
Dalam ilmu sosiologi, pelapisan sosial dalam masyarakat lebih dikenal dengan istilah stratifikasi sosial. Stratifikasi berasal dari kata stratum (jamaknya adalah strata yang berarti lapisan).18
Menurut Soerjono Soekanto dalam J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, menjelaskan bahwa di dalam setiap masyarakat di mana pun selalu dan pasti mempunyai sesuatu yang dihargai. Baik berupa kekayaan, ilmu pengetahuan, status
16
Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009), Cet.5, h. 107
17
Yesmil Anwar dan Adang, Sosiologi untuk Universitas, (Bandung: PT Refika Aditama, 2013), h. 215
18
16
haji, status “darah biru” atau keturunan keluarga tertentu yang terhormat, atau apa pun yang bernilai ekonomis. Namun, di berbagai masyarakat tentunya sesuatu yang dihargai tidaklah selalu sama. Misalnya, di lingkungan masyarakat pedesaan bahwa tanah dan sawah lebih berharga dibandingkan gelar pendidikan akademis atau perguruan tinggi, sedangkan di masayarakat modern pendidikan gelar akademis atau perguruan lebih berharga.19
Namun, istilah kelas juga tidak selalu mempunyai arti yang sama, walaupun pada hakikatnya mewujudkan sistem kedudukan-kedudukan yang pokok dalam masyarakat. Penjumlahan kelas-kelas dalam masyarakat disebut class-system. Artinya, semua orang dan keluarga yang sadar akan
kedudukan mereka itu diketahui dan diakui oleh masyarakat umum. Max Weber tetap menggunakan istilah kelas bagi semua lapisan. Adanya kelas yang bersifat ekonomis di bagi nya lagi ke dalam sub yang bergerak dalam bidang ekonomi.20
Adapun definisi dari kelas sosial menurut para ahli
sosiologi, yaitu:
a) Max Weber menyatakan, bahwa sebuah kelas terdiri atas orang-orang yang life chances nya sama, ialah kepentingan ekonomis dalam milik barang-barang dan kesempatan mendapatkan penghasilan, menurut syarat-syarat pasaran barang dan tenaga buruh.21
b) Hassan Shadily, menyatakan bahwa kelas sosial adalah sebagai golongan yang terbentuk karena adanya perbedaan kedudukan yang tinggi dan rendah, dan karena adanya rasa segolongan dalam kelas itu masing-masing, sehingga kelas yang satu dapat dibedakan dari kelas yang lain.22
19
J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 152
20
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta:Rajawali Pers, 2012), Cet .44, h. 205
21
Ibid.,
22
17
c) Menurut Pitrim A. Sorikin yang dimaksud dengan kelas sosial adalah “Pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarchis). Dimana perwujudannnya adalah lapisan-lapisan atau kelas-kelas tinggi, sedang, ataupun kelas-kelas yang rendah.23
d) Peter Berger, mendefinisikan kelas sebagai “a type of stratification in which one’s general position in society is basically determinate by economic criteria“.24 Seperti yang dirumuskan Max dan Weber, konsep kelas dikaikan dengan posisi seorang dalam masyarakat berdasarkan kriteria ekonomi. Apabila semakin tinggi perekonomian seserang maka semakin tinggi pula kedudukannya dan bagi mereka perekonomiannya bagus termasuk kategori kelas tinggi (high class), begitu juga sebaliknya bagi mereka yang perekonomiannya cukup, termasuk kategori kelas menengah (middle class), mereka yang perekonomiannya rendah termasuk kategori kelas bawah (lower class).
Dari beberapa definisi yang dikemukakan para ahli sosiologi di atas penulis menyimpulkan bahwa kelas sosial adalah pembedaan masyarakat ke dalam kelas-kelas bertingkat (hierarchis) yang didasarkan pada faktor ekonomi, pendidikan,
pekerjaan, dan keterkitan (jabatan). Adapun perwujudannya adalah lapisan-lapisan atau kelas-kelas tinggi, sedang, ataupun
kelas-kelas yang rendah.
2) Ukuran atau Kriteria Kelas Sosial
Ukuran atau kriteria yang biasa di pakai untuk menggolongkan anggota masyarakat ke dalam lapisan-lapisan masyarakat sebagai berikut :
a) Kekayaan dan penghasilan
Seseorang yang memiliki kekayaan paling banyak akan menempati kelas teratas. Kekayaan tersebut bisa dilihat seperti, mobil pribadi, rumah, cara berpakaian atau kebiasaan berbelanja. 25
23
Anwar dan Adang. loc.cit
24
Komanto Sunarto, Pengantar Sosiologi. (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2012), h. 93
25
18 b) Pekerjaaan
Berbagai pekerjaan juga mempengaruhi pada sisitem pelapisan sosial. Penilaian orang terhadap profesi penarik becak, kuli bangunan, buruh pabrik, dan para pekerja kantoran yang berpakaian bersih, berpenampilan rapi, berdasi dengan mengendarai mobil, selalu membawa Hp tentu memiliki perbedaan status sosial yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok penarik becak. c) Pendidikan
Jenjang pendidikan seseorang biasanya mempengaruhi status sosial seseorang di dalam struktur sosial. Maka tinggi rendahnya tingkat pendidikan akan mempengaruhi pola-pola kehidupan orang tersebut. Oleh karena itu, seseseorang yang berpendidikan tinggi hingga dokter akan berstatus lebih tinggi dibandingkan dengan seseorang yang lulusan SD.26
3) Macam-macam Kelas Sosial
Dikalangan para ahli sosiologi kita menjumpai
keanekaragaman dalam penentuan kelas. Marx, membagi kelas dalam dua kelompok, yaitu Borjuis dan Proletar.27 Namun
sejumlah ilmuan sosial membedakan menjadi tiga kelas atau lebih, yakni:28
a) Kelas atas, kelas ini ditandai oleh kekayaan, pengaruh baik dalam sektor-sektor masyarakat perorangan ataupun umum, berpenghasilan tinggi, tingkat pendidikan yang tinggi, dan kestabilan kehidupan keluarga.
b) Kelas menengah, kelas ini ditandai oleh tingkat pendidikan yang tinggi, penghasilan dan mempunyai penghargaan yang tinggi terhadap kerja keras, pendidikan, kebutuhan
26
F. Zahroh , “Pandangan Keluarga Kelas Sosial Menengah Terhadap Pendidikan Agama Islam di Masyarakat Dersa Murocalan Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan” Skripsi pada UIN Sunan Ampel Surabaya, 2011, h. 25
27
Ng. Philipus dan Nurul Aini, Sosiologi dan Politik, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004), h. 85
28
19
menabung dan perencanaan masa depan, serta mereka dilibatkan dalam kegiatan komunitas.
c) Kelas bawah, terdiri dari kaum buruh kasar, penghasilannya pun relatif lebih rendah sehingga mareka tidak mampu menabung, lebih berusaha memenuhi kebutuhan masa depan, berpendidikan rendah, dan penerima dana kesejahteraan dari pemerintah.
Adapun Daniel Rossidies mengungkapkan adanya lima kelas masyarakat, yaitu :
a) Kelas atas, terdiri dari keluarga kaya dan berkuasa, yang diperolehnya secara turun-temurun. Anggota kelas ini biasanya menduduki jabatan-jabatan kunci dalam perusahaan, bank, asuransi dan lainnya. Mereka menikmati prestise tinggi dan sangat berorientasi pada budaya konsumsi elit seperti musik dan kesenian lainnya.29
b) Kelas menengah atas, terdiri dari manajer bisnis yang sukses, para profesional (dokter, arsistek, pengacara), dan pejabat-pejabat tinggi sipil dan militer. Anggotanya berpenghasilan tinggi dan menghimpun kekayaan melalui investasi dan tabungan.
c) Kelas menengah bawah, terdiri dari pengusaha kecil, profesi rendahan (guru sekolah, pekerja sosial, perawat), salesman, dan karyawan. Pendapatan mereka umumnya hanta dapat menabung sedikit.
d) Kelas pekerja, terdiri dari pekerjaan yang terampil, atau tanpa keterampilan, dan pelajar. Kelompok ini memiliki angka pengangguran yang tinggi, tidak memiliki tabungan, dan prestise rendah.
e) Kelas bawah, terdiri dari orang-orang yang hidup dalam kemisikinan, misalnya para pengangguran, penganggur tak kentara, ibu-ibu terlantar, dan orang-orang miskin yang sakit-sakitan. Kelompok ini menderita karena tekanan ekonomi dan memiliki prestise sosial yang sangat rendah. Mereka sering dianggap sampah masyarakat, pemalas, dan tak berguna. 30
Penelitian ini difokuskan pada masyarakat kelas menengah dan masyarakat kelas bawah.
29
Philipus dan Aini, op.cit., h. 84
30
20
2. Masyarakat Kelas Sosial Menengah a. Pengertian Kelas Sosial Menengah
Definisi kelas menengah adalah lapisan masyarakat yang terdiri atas pejabat tinggi menengah, pengusaha menengah, guru, dosen, TNI dan pegawai negeri yang telah berkecukupan atau Kelas menengah terdiri dari guru sekolah, pekerja sosial, perawat, salesman, dan karyawan.31
b. Ciri-ciri Kelas Sosial Menengah
1) Kekayaan
Dalam hal kepemilikan lahan atau tanah pertanian kelas sosial menengah pada umumnya menguasai separuh bagian lahan pertanian dari kelas sosial atas. Fakta sosial yang lain juga terlihat antara lain pada bentuk rumah, dari strata atas adalah bagi kelas menengah mereka memilki desain rumah yang kebalikan dari strata atas (berbentuk sederhana, lantai keramik) bagi strata menengah ini juga mereka ada yang berumah panggung belakangnya dan Rumah batu depannya yang disatukan (semi permanen)32. Luas bangunan ruangan 8
M2 per orang, dilengkapi dengan fasilitas kamar mandi tidak campur dengan rumah tangga lain.33
2) Pendidikan
Dalam hal tingkat pendidikan yang dalam hal stratifikasinya, yang strata menengah adalah yang bertamatan S1, D3 dan D2. Dalam pergaulan dengan masyarakat juga terlihat di mana kelas menengah adalah tokoh-tokoh masyarakat.34
31
Ibid.,
32
Zahroh, op.cit., h. 29-30
33
Dunia Iptek, Indikator Keluarga Sejahtera, 2016, (http://duniaiptek.com/indikator-keluarga-sejahtera)
34
21 3) Ekonomi
Batasan ekonomi dalam mengklasifikasikan masyarakat sebenarnya masih abstrak dalam artian tidak ada patokan apakah masyarakat yang mempunyai penghasilan dengan jumlah uang tertentu dapat menjadikan patokan untuk dapat masuk ke dalam kelas sosial tertentu. Akan tetapi klasifikasi dari faktor ekonomi ini dapat kita lihat dari gaya hidup masyarakat tersebut, seperti masyarakat kelas sosial atas kebutuhan hidup selalu terpenuhi dari kebutuhan primer, kebutuhan sekunder, dan kebutuhan tersier semuanya serba berkecukupan, dan untuk golongan kelas sosial menengah biasanya kebutuhan primer dan sekunder mereka bisa terpenuhi.35 Biasanya hampir setiap hari mengkonsumsi daging, ikan, atau susu.36
4) Gaya hidup (life Style)
Menurut Horton dan Hunt Gaya hidup (life Style) yang ditampilkan antara kelas sosial satu dengan kelas sosial bawah
berbeda dengan jelas sosial. Sebuah keluarga yang berasal dari kelas menengah, tempat untuk berlibur biasanya tidak di luar
negeri, tetapi cukup di Bali, Lombok, Yogyakarta, atau Jakarta, biasanya paling kurang rekreasi sekali dalam tiga bulan, serta dalam hal berpakaian biasanya kelas menengah memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerja/sekolah, dan berpergian dan akan gengsi atau malu bila sebagai penggemar musik dangdut atau penonton setia film India.37
5) Peluang Hidup dan Kesehatan
Studi yang dilakukan oleh Brooks, semakin tinggi kelas sosial orang tua, semakin kecil kemungkinan terjadinya
35
Ibid.,
36
Dunia Iptek. loc.cit
37
22
kematian bayi pada tahun pertama. Anggota yang ekonominya lebih tinggi biasanya menikmati sanitas, tindakan-tindakan pencegahan seperti perawatan medis yang lebih baik dan jika jatuh sakit mereka biasanya mempunyai tabungan yang biasanya disisihkan dari penghasilan untuk berobat.38 Biasanya anak sakit dibawa ke sarana/petugas kesehatan, serta biasanya memiliki asuransi kesehatan.39
6) Respons Terhadap Perubahan
Setiap kali terjadi proses perubahan, Kelas menengah di mana sebagian besar berpendidikan relatif memadai cenderung lebih responsive terhadap ide-ide baru, sehingga lebih sering bisa memetik manfaat dengan cepat atau program baru atau inovasi yang di ketahui.40
7) Peluang Bekerja dan Berusaha
Tingkat pendidikan yang tinggi dan uang yang dimiliki akan lebih mudah untuk membuka usaha atau mencari pekerjaan yang sesuai dengan minatnya. 41
8) Kebahagiaan dan Sosialisasi dalam Keluarga
Menurut Horton dan Hunt, Orang-orang kaya umumnya lebih mampu untuk memenuhi kebutuhan mereka, sehingga
lebih kemungkinan untuk merasa bahagia daripada orang-orang yang kurang berada perselisihan dan terjadinya tindakan kekerasan di antara anggota keluarga dalam satu sama lainnya di kalangan keluarga yang berada dalam banyak hal relatif kecil.
9) Perilaku Politik
Kelas menengah yang berafiliasi merasa karir politiknya tengah menanjak biasa akan cenderung bersika sama seperti
38
Ibid., h.185
39
Dunia Iptek, loc. cit
40
Ibid., h.186
41
23
kelas atas, yakni konservatif dan sama sekali jauh dari sikap radikal.42
3. Masyarakat Kelas Sosial Bawah a. Pengertian Kelas Sosial Bawah
Definisi kelas bawah adalah lapisan masyarakat yang terdiri Kelas terdiri dari orang-orang yang hidup dalam kemiskinan, seperti: buruh tani, buruh bangunan, buruh perkebunan, pekerja kasar, pedagang kecil, buruh harian lepas, pengangguran, pengangguran tak kentara, ibu-ibu terlantar, dan orang miskin yang sakit-sakitan. Kelompok ini menderita karena tekanan ekonomi dan memili prestise sosial yang rendah. Mereka sering dianggap sampah masyarakat, pemalas, dan tak berguna.43
b. Ciri-ciri Kelas Sosial Bawah
1) Kekayaan
Masyarakat kelas bawah adalah mereka biasanya yang berumah gedek yang pondasinya sudah dibangun tapi belum jadi (ditembok)44 dan luas lantai tempat tinggal kurang dari 8 m2 dan memiliki fasilitas kamar mandi bersama rumah tangga
lainnya.45 2) Pendidikan
Dalam pendidikan masyarakat Kelas bawah adalah tamatan SMA,SMP, SD, dan buta huruf. Sedangkan dalam pergaulan kelas bawah adalah dari kalangan masyarakat biasa.46 Dalam pendidikan anak mereka tidak mampu untuk membiayai anak dan mendapatkan bantuan pendidikan dari pemerintah.47
3) Ekonomi
42
Ibid., h. 189-190.
43
Philipus dan Aini. loc.cit
44
Ibid.,
45
Dunia Iptek. loc.cit
46
Zahroh. loc.cit
47
24
Batasan ekonomi dalam mengklasifikasikan masyarakat sebenarnya masih abstrak dalam artian tidak ada patokan apakah masyarakat yang mempunyai penghasilan dengan jumlah uang tertentu dapat menjadikan patokan untuk dapat masuk ke dalam kelas sosial tertentu. Namun, klasifikasi dari faktor ekonomi ini dapat kita lihat dalam memenuhi kebutuhan primer pun mereka harus berjuang lebih keras untuk memenuhinya.48 Biasanya mereka mengkonsumsi daging, ikan dan susu seminggu sekali atau bahkan ssetahun sekali dan makan dalam sehari hanya sekali atau dua kali. 49
4) Gaya hidup (life Style)
Kalau kelas bawah, biasanya mereka hanya berlibur di kota-kota terdekat yang tempatnya lebih sejuk atau sekedar jalan-jalan ke pusat perbelanjaan untuk menghabisi waktu luang, bahkan hanya mengisi waktu uang dengan menonton televisi di rumah atau sesekali pergi ke Kebun Binatang, pantai ancol,. Masyarakat kelas bawah terkadang meniru pakaian yang dikenakan gaya hidup kelas sosial di atasnya dengan
membeli barang-barang tiruan.50 Biasnaya membeli pakaian baru setahun sekali
5) Peluang Hidup dan Kesehatan
Studi yang dilakukan oleh Robert Chambers pada tahun 1987 menemukan bahwa di lingkungan keluarga yang miskin, tidak berpendidikan dan rentan, mereka umumnya lemah jasmani, dan mudah terserang penyakit. 51
Studi yang dilakukan oleh Brooks pada tahun 1975 menemukan bahwa kecenderungan terjadinya kematian bayi ternyata dipengaruhi oleh tinggi-rendahnya kelas sosial. Kaum
48
Zahroh. loc.cit
49
Dunia Iptek. loc.cit
50
Narwoko dan Suyanto, op.cit., h. 183-184
51
25
ibu yang kurang berpendidikan, kematian bayi relatif tinggi, karena rendahnnya pendidikan ibu erat kaitannya dengan tingkat pengertiannya terhadap perawatan kesehatan dan biasanya masyarakat bawah ketika mereka jatuh sakit tidak mempunyai tabungan karena upah mereka cukup untuk makan sehari-hari.52 Biasanya mereka mendapatkan bantuan kesehatan dari pemerintah.53
6) Respons Terhadap Perubahan
Setiap kali terjadi proses perubahan, berbeda-beda respons kelas menengah dan kelas bawah. Kelas bawah cenderung yang paling lambat dalam menerapkan ha-hal baru, khususnya dalam hal mengambil keputusan. Menurut I.B Irawan dalam J. Dwi Narwono dan Bagong Suyanto petani miskin dan berpendidikan rendah, umumnya mereka cenderung lebih lambat program KB mandiri daripada kelas sosial di atasnya. 7) Peluang Bekerja dan Berusaha
Kelas bawah akibat belitan atau perangkap kemiskinan dan pendidikannya rendah, mereka umumnya rentan, dan tak
berdaya dan kecil kemungkinan untuk bisa memperoleh pekerjaan yang memadai atau kemungkinan untuk melakukan
diversikasi.
Orang-orang miskin sering mendapatkan bantuan kredit permodalan baik lewat KUD (Koperasi Unit Desa), BRI Unit Desa, tetapi sering kali tidak bisa menyelesaikan masalah kemiskinan dengan tuntas. Tunggakan kredit terus meningkat dan ada kecenderungan untuk tidak bisa terbayar. Banyak ternyata digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
52
Ibid.,
53
26
Masyarakat kelas bawah boros dan tidak memiliki etos kewirausahaan yang baik.54
8) Kebahagiaan dan Sosialisasi dalam keluarga
Horton dan Hunt pada tahun 1984, menyatakan bahwa tindak kekerasan paling besar di alami oleh keluarga-keluarga yang serba susah artinya mengalami berbagai macam masalah dan kemiskinan yang mencekik.55
Menurut Staus, Gelles, dan Stainmets pada tahun 1980 figur ayah dalam keluarga biasanya kasar, tidak berpendidikan pengangguranm atau terjepit oleh pekerjaan yang rendah gaji. 9) Perilaku Politik
Di lingkungan orang yang tidak berpendidikan, khususnya kalangan kelas bawah, cenderung kuran berpendidikan dan kurang sikap kritis mereka. 56
C. Pendidikan sebagai Investasi Ekonomi dan Sosial
1. Pengertian, Tujuan, dan Komponen Pendidikana. Pengertian Pendidikan
Mendidik secara insting segera diikuti oleh mendidik yang bersumber dari pikiran dan pengalaman manusia. Manusia mampu menciptakan cara-cara mendidik karena perkembangan pikirannnya. Demikianlah banyak ragam mendidik orang tua terhadap anak.
Pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), yaitu:
“Proses perubahan sikap dan perilaku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan”.57
54
Narwoko dan Suyanto, op.cit., h. 185
55
Ibid, h. 186-189
56
Ibid., h. 190
57
27
Menurut Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa :
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. 58
Para ahli pendidikan memberikan pengertian pendidikan dengan bermacam-macam pengertiannya, diantaranya adalah 1) Mudyahardjo, mengatakan bahwa pendidikan adalah segala
situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan hidup.
2) J. J Rousseau, berpendapat pendidikan adalah memberi kita pembekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak akan tetapi diperlukan masa dewasa.59
3) Menurut Ki Hajar Dewantara kata “pendidikan” mempunyai arti sesuatu yang menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai warga negara dapat mencapai mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.60
4) Zamroni dalam Rusli Yusuf mengatakan bahwa, pendidikan memegang peranan penting dalam usaha keras untuk menciptakan pembangunan kehidupan yang lebih beradab dan
berbudaya tinggi peranan pendidikan dalam pembangunan guna mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan semakin penting.61
Dari definisi tersebut, ternyata ada yang membatasi pendidikan pendidikan sampai dewasa. Artinya, kalau seseorang sudah dewasa dalam arti sudah bisa berdiri sendiri dan bertanggung jawab susila atas segala tindakan yang dipilihnya sendiri, baik untuk
58
Abdul Kadir, op.cit., h. 62
59
Ibid., h. 59
60
Made Pidarta, Landasan Kependidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2009), Cet.2,