DALAM FILM BULAN TERBELAH DI LANGIT AMERIKA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk memenuhi
syarat mencapai gelar Sarjana Komunikasi Islam
(S.Kom.I)
Oleh:
Nurul Latifah NIM. 1112051000118
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
ANALISIS SEMIOTIK PESAN DAKWAH
DALAM FILM BULAN TERBELAH DI LANGIT AMERIKA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
Nurul Latifah NIM. 1112051000118
Di Bawah Bimbingan:
Prof. DR. H. M. Yunan Yusuf, MA NIP. 19490119 198003 1 001
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tangerang Selatan, 1 September 2016
ABSTRAK
Nurul Latifah
NIM: 11120510001118
Analisis Semiotik Pesan Dakwah dalam Film “Bulan Terbelah di Langit Amerika”
Film adalah media dakwah yang penting, sebab ia merupakan media
audio-visual yang dapat dinikmati dimana dan kapan saja. Film Bulan Terbelah di
Langit Amerika yang diproduksi oleh Maxima Picture mengisahkan perilaku
seorang muslim Pasca tragedi World Trade Center (WTC) 11 September 2001 dalam kehidupan bersosial sehari-hari ditengah kehidupan masyarakat Amerika
yang notabene sebagian besar mereka ialah masyarakat non Muslim.
Berdasarkan konteks di atas, maka tujuan tulisan ini untuk menjawab
pertanyaan mayor dan minor. Adapun mayornya Bagaimana makna denotasi,
konotasi dan mitos dalam film Bulan Terbelah di Langit Amerika? Kemudian,
minornya adalah Pesan dakwah apa saja yang terkandung dalam film Bulan
Terbelah di Langit Amerika?
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, dengan metode semiotik,
maksudnya penulis meneliti film Bulan Terbelah di Langit Amerika dengan
menganalisis simbol-simbol, dalam hal ini pesan-pesan dakwah yang terkandung
di dalamnya, baik dalam makna denotatif maupun konotatif.
Hasil penelitian menunjukkan beberapa pesan dakwah yang terkandung
dalam film Bulan Terbelah di Langit Amerika. Film ini sarat akan pesan dakwah
mengenai ajaran Islam dalam bidang syari‟ah, diantaranya: menyayangi anak
kecil, gemar berderma, berperilaku baik terhadap tetangga, cinta damai, bersikap
sabar,t oleransi a ntar manusia yang berbeda Agama dan menolong penganut
agama lain.
Kata kunci: Film Bulan Terbelah di Langit Amerika, Pesan Dakwah,
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillahirabbil’alamin, adalah kata yang pantas diiucapkan, dengan
memanjatkan puja serta syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
kenikmatan dan anugerah-Nya. Shalawat serta salam semoga Allah limpahkan
kepada Rasulullah Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabat, para
tabi’ut tabi’in, dan mudah-mudahan kepada kita semua.
Dengan ridho Allah SWT penulis mendapatkan kemampuan untuk
menyelesaikan skripsi ini, yang menjadi impian orang-orang terdekat, dan
khususnya impian penulis. Tidak ada satupun karya manusia yang tidak ada ikut
campur tangan manusia lainnya, dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak
mendapatkan bantuan, bimbingan dan motivasi.
Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Dr. H. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi.
2. Suparto, M.Ed, Ph. D, selaku Wakil Dekan I. Dr. Hj Roudhonah M.Ag,
selaku Wakil Dekan II. Dr. Suhaimi M.Si selaku Wadek III Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
3. Bapak Drs. Masran, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam beserta Ibu Fita Fathurokhmah, M.Si, selaku Sekretaris
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
4. Prof. Yunan Yusuf, M.A selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberi
masukan-masukan dalam penulisan skripsi ini.
5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
mendidik serta memberikan beragam ilmu yang sangat bermanfaat.
6. Seluruh staff dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
yang telah membantu penulis dalam hal administrasi selama perkuliahan
dan penelitian skripsi ini.
7. Kepada Ibu dan Ayah tercinta, Ibu Hj.Badriah dan Ayah H.Sulaiman yang
telah memberikan kebahagiaan dan semangat penulis sejak kecil hingga
berhasil menjadi sarjana.
8. Keluarga besar CAPOLISTA ’12 dan UKM Bahasa-FLAT UIN Jakarta
yang telah ikut andil dalam memberikan bantuan dan dorongan semangat
kepada penulis.
9. Kakak dan adik-adik tercinta, Rina Sulaiman, Komarudin Sulaiman,
Kamaludin, Badri Sulaiman, Hikmah Fauzia dan Siti Rahmah. Yang selalu
memberikan kebahagiaan dan semangat kepada penulis.
10.Sahabat terbaik, sahabat seperjuangan Dinda Tiara Alfianti, Noni
Wildasari, Savinatunnajah, Natasha Anissa dan Mutia Sholeha yang selalu
belajar bersama penulis sejak semester awal hingga akhir.
11.Teman-teman seangkatan seperjuangan kelas KPI D 2012, yang telah ikut
andil dalam memberikan bantuan dan dorongan semangat kepada penulis.
12.Keluarga besar KKN CETAR, Faqih, Arab, Dhiba, Azila, Tasha, Rinrin,
Noni, Irul, Ali, Dinda, Fahmi, Tohir, Rahmat, Adila, Pandy, Fakhri, Syem.
13.Sahabat-sahabat tersayang Ema Amalia Zulfa , Syifa Fatimah, Sumiyati,
Siti Nuraini, Wina Winarti, Nurdillah, Nurmillah, Siti Maemunah dan Ida
Farida yang selalu ada sebagai tempat keluh kesah dan selalu memberi
semangat kepada penulis.
14.Keluarga Kosan KECE, Ummu Kalsum Andi Lajeng, Syarifatul Hilwa,
dan Iyan Cahriani yang selalu mendukung dan saling tukar pikiran
sehingga penulis dapat menyelasaikan skripsi ini dengan baik.
15.Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu yang telah
membantu kelancaran penulisan skripsi ini.
Begitu besar ucapan terimakasih yang penulis sampaikan untuk mereka
tersayang, baik yang selalu disamping penulis maupun pelukan dari do’a do’a
yang dikirimkan. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah
diberikan, Amin ya Rabbal’alamin.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak lepas dari kekurangan.
Karena itu, kritik dan saran yang membangun. Semoga skripsi ini dapat
memberikan kontribusi positif, memperluas wawasan keilmuan serta menambah
Khazanah perpustakaan.
Wassalamu‟alaikum Wr.Wb
Jakarta, 1 September 2016 Penulis
Nurul Latifah Nim: 1112051000118
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4
D. Tinjauan Pustaka ... 6
E. Metodologi Penelitian ... 8
F. Sistematika Penulisan... 10
BAB II TINJAUAN TEORITIS DAN KONSEP A. Tinjauan Tentang Dakwah ... 12
1. Pengertian Dakwah ... 12
2. Unsur-unsur Dakwah... 13
3. Tujuan Dakwah ... 15
B. Pesan Dakwah ... 17
C. Tinjauan Umum Tentang Film ... 22
1. Konseptualisasi Film ... 22
2. Film Sebagai Media Dakwah ... 22
D. Analisis Semiotika... 30
1. Pengertian Analisis Semiotika ... 30
2. Analisis Semiotika Roland Barthes ... 31
BAB III GAMBARAN UMUM FILM “BULAN TERBELAH DI LANGIT AMERIKA”
A. Produksi Film “Bulan Terbelah di Langit Amerika ... 36 1. Sekilas Film “Bulan Terbelah di Langit Amerika” ... 36
2. Pemeran-Pemeran Dalam Film “Bulan Terbelah di Langit
Amerika” ... 37
B. Sinopsis Film “Bulan Terbelah di Langit Amerika” ... 44 C. Biografi Sutradara Rizal Mantovani ... 46
BAB IV ANALISIS DATA FILM “BULAN TERBELAH DI LANGIT AMERIKA”
A. Analisis Makna Denotasi, Konotasi, dan Mitos dalam Film “Bulan
Terbelah di Langit Amerika” ... 54
B. Makna Pesan Dakwah dalam Film “Bulan Terbelah di Langit Amerika ... 74
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan... 76
B. Saran ... 77
DAFTAR PUSTAKA ... 79
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1 Peta Tanda Roland Barthes... 33
Gambar 3.1 Foto Acha Septriasa... 37
Gambar 3.2 Foto Abimana Aryasatya... 39
Gambar 3.3 Foto Nino Fernandez... 41
Gambar 3.4 Foto Rianti Cartwright... 42
Gambar 3.5 Foto Hannal Al-Rashid... 43
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 4.1 Scene 1... 54
Tabel 4.2 Scene 26... 56
Tabel 4.3 Scene 17... 59
Tabel 4.4 Scene 28... 61
Tabel 4.5 Scene 16 &19... 63
Tabel 4.6 Scene 13 &15... 65
Tabel 4.7 Scene 27... ... 68
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pengangkatan tema mengenai keagamaan merupakan suatu hal yang
beresiko tinggi. Jika terdapat hal yang menyinggung pihak lain, maka akan timbul
konflik. Begitu juga halnya dalam sebuah film yang menyampaikan pesan agama,
propaganda atau kritik sosial, pesan divisualisasikan dalam adegan-adegan visual
ataupun suara dalam film. Salah satu film yang mengambil tema tersebut adalah
film Bulan Terbelah di Langit Amerika karya Rizal Mantovani yang diproduksi
oleh Maxima Pictures.
Film ini mengambil latar belakang sebuah peristiwa terorisme
penyerangan Menara Kembar World Trade Center (WTC) di New York, Amerika Serikat pada 11 september 2001. Pada pukul 09.00 pagi waktu New York tiba-tiba
sebuah Pesawat Boeing 757 Americans Airlines menabrak menara utara gedung
World Trade Center (WTC) yang 18 menit kemudian disusul Pesawat Boeing 757 yang menabrak menara selatan WTC yang mengakibatkan kedua menara tersebut
runtuh.1 Paska kejadian serangan tersebut, wajah dunia Islam kian menjadi sorotan. Gencarnya media-media yang memberitakan bahwa otak serangan itu
adalah teroris muslim, membawa khalayak kepada konstruksi identitas agama
Islam sebagai agama yang penuh dengan kekerasan dan radikalisme.
1
2
Film “Bulan Terbelah di Langit Amerika” membahas mengenai
masyarakat di Barat yang tidak terlalu bisa menerima kehadiran Islam di dunia,
terutama di Amerika Serikat, dan mengangkat isu rasial dan keagamaan setelah
peristiwa tersebut, dimana paska pengeboman (WTC), terjadi diskriminasi dan
penyerangan-penyerangan terhadap Muslim di Amerika Serikat. Dalam film ini
digambarkan masyarakat Amerika Serikat yang seolah menyalahkan warga
muslim atas peristiwa 9/11.
Bulan Terbelah di Langit Amerika juga merupakan film yang sangat padat
dan lengkap mengungkapkan sisi kehidupan keislaman masyarakat Islam yang
tinggal di Barat. Ia bercerita tentang Suami Istri yang bernama Rangga dan
Hanum seorang muslim yang tinggal di negara Barat. Hanum yang bekerja
sebagai wartawan di Negara Muslim minoritas mendapat tugas baru yang berat
dari kantornya yang mengharuskannya menulis artikel berjudulkan “Akankah
Lebih Baik Dunia Ini Tanpa Islam”. Film ini menyampaikan pesan dakwah
tentang kemanusiaan, hidup saling tolong menolong tanpa memandang agama,
ras, ataupun bahasa dan itulah sebenarnya yang diajarkan oleh Al-Qur’an dan
Islam, dan bahwa apa yang di pahami tentang Islam sebagai agama “kekerasan” adalah salah. Karena sesungguhnya Islam adalah agama yang cinta damai dan
Karena itu selain isu SARA juga isu sosial yang melibatkan Islam di
dalamnya juga pemahaman umum terhadap Islam dan berbagai aspek yang
mengunggulkan film ini. Dari apa yang telah dipaparkan di atas, maka dari itu
penulis tertarik untuk melakukan penelitian mendalam terhadap film tersebut yang
berjudul: Analisis Semiotik Pesan Dakwah dalam Film ”Bulan Terbelah di Langit Amerika”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan judul dan latar belakang masalah di atas, untuk membatasi
serta mempermudah penyusunan, maka penulis akan melakukan analisis secara
semiotik dalam film “Bulan Terbelah di Langit Amerika” dengan menggunakan
metode analisis semiotik Roland Barthes, dan materi yang diteliti dalam film
tersebut dikhususkan pada bagian yang berkaitan dengan konsep dan nilai-nilai
keislaman , yang ditampilkan dalam film baik oleh aktor utama ataupun oleh alur
cerita.
2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan menjadi objek penelitian ini
terangkum dalam beberapa poin pertanyaan, yaitu:
1. Bagaimana makna denotasi, konotasi dan mitos dalam film “Bulan
Terbelah di Langit Amerika” berdasarkan konsep semitioka Roland
4
2. Pesan dakwah apa saja yang terkandung dalm film “Bulan Terbelah di
Langit Amerika” di tengah latar kehidupan sosial Amerika?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka ada beberapa tujuan
yang hendak dicapai dalam penelitian ini, yaitu:
Tujuan Teoritis:
a. Untuk mengetahui makna denotasi, konotasi dan mitos dalam film
”Bulan Terbelah di Langit Amerika” dilihat dari perspektif
semiotika.
b. Untuk mengetahui pesan dakwah Islam yang dikonstruksikan
dalam film “Bulan Terbelahdi Langit Amerika”
Tujuan Praktis:
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
kepada pembaca terhadap sesuatu yang merujuk kepada pembahasan
mengenai semiotika film, atau bagaimana bagaimana film dapat
menyampaikan suatu pesan. Serta diharapkan dapat digunakan sebagai
bahan kajian yang bermanfaat bagi mahasiswa-mahasiswa UIN Jakarta,
2. Manfaat penelitian
Adapun terdapat manfaat penelitian yang dibagi dalam dua aspek
yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.
Manfaat Teoritis:
a. Memperkaya kajian komunikasi massa melalui kajian semiotik
model Roland Bartes, khususnya bagi mahasiswa Fakultas Dakwah
Komunikasi (FDK) Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
b. Dapat dijadikan pengetahuan terhadap bentuk dan makna pesan
dakwah yang terkandung dalam sebuah film bagi mahasiswa
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam, khususnya tentang analisis
Semiotik.
Manfaat Praktis:
a. Sebagai pertimbangan dalam mengembangkan dakwah Islam
dengan kemasan yang menarik dan berbeda yaitu dengan media
popular seperti film.
b. Menambah ilmu tentang cara pengambaran film bagi para
mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam khususnya,
serta mahasiswa lain yang mempunyai minat dalam bidang
6
D. Tinjauan Pustaka
Pada penelitian ini penulis juga menggunakan skripsi yang memiliki
beberapa persamaan dengan penelitian ini, sebagai referensi atau rujukan bagi
penulis dalam merumuskan permasalahan, dan sekaligus sebagai referensi
tambahan selain buku, koran dan artikel. Adapun beberapa judul penelitian yang
penulis dapatkan sebagai berikut:
Pertama “Analisis Semiotik Film Turtles Can Fly” oleh Istianah tahun
2009, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam , UIN Jakarta.2 Skripsi tersebut memiliki persamaan dengan penelitian ini dalam hal penggunaan metode analisis
semiotik Roland Barthes. Tetapi meskipun begitu makna yang ditangkap dalam
skripsi tersebut adalah tentang konsep perang dalam film Turtles Can Fly, juga perbedaan objek penelitian yang mana film yang diangkat adalah film
internasional.
Berikutnya “Analisis Semiotik Terhadap Film Animasi UPIN dan IPIN”
oleh Ahmad Bayhaki, tahun 2009, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, UIN
Jakarta. 3 Pisau analisis yang digunakan dan wacana yang diteliti berbeda dengan penelitian ini. Pada skripsi ini digunakan pisau analisis semiotika model Charles
Sanders Pierce dan wacana yang ditelitipun merupakan sebuah film animasi. Film
animasi Upin dan Ipin menyajikan pesan dakwah dalam dunia Islam. Semua itu
tercermin dalam simbol-simbol serta perilaku tokoh yang menjalankan puasa,
2Istihanah, “
Analisis Semiotik Film Turtles Can Fly‟ (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, 2009).
3
sahur, tarawih, serta ibadah-ibadah lain yang terdapat di bulan Ramadhan dan hari
raya Idul Fitri.
Selain dua skripsi tersebut penelitian ini juga merujuk pada skripsi
“Analisis Semiotik Makna Nasionalisme Pada Film Nagabonar Jadi Dua karya
Deddy Mizwar” oleh Elviras tahun 2008 Universitas Muhammadiyah Malang,
Jurusan Komunikasi.4 Tujuan penelitian ini adalah untuk mendskripsikan konstruksi nilai nasionalisme dan patriotisme di era globalisasi dengan metode
analisis semiotika Roland barthes yang mana untuk mengungkap makna
tanda-tanda yang terkandung dalam setiap adegan dan dialog yang berhubungan dengan
konstruksi nilai nasionalisme dan patriotism dalam Film Naga Bonar Jadi 2.
Meskipun penelitian ini mendapat rujukan dari skripsi-skripsi di atas dan
sama-sama meneliti tentang film, akan tetapi penelitian ini memiliki perbedaan
daripada skripsi-skripsi di atas yaitu pada fokus penelitiannya. Penelitian ini fokus
pada bentuk dan makna pesan dakwah ditampilkan dalam film “Bulan Terbelah di Langit Amerika”. Penelitian ini menggunakan analisis semiotik Roland Barthes
yang meneliti bagaimana pesan dakwah digambarkan dalam adegan-adegan
visual, audio atau narasi di dalam film “Bulan Terbelah di Langit Amerika”.
4
Elviras, “Analisis Semiotik Makna Nasionalisme Pada Film Nagabonar Jadi Dua”(
8
E. Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif semiotik yaitu
penelitian yang tidak menggunakan data data statistik dan jenis penelitiannya
adalah deskriptif seperti yang didefinisikan oleh Jalaludin Rachmat sebagai
metode yang hanya memaparkan situasi dan peristiwa dan tidak mencari atau
menjelaskan hubungan. Penelitian deskriptif timbul karena adanya suatu peristiwa
yang menarik perhatian peneliti namun belum ada kerangka teoritis yang
menjelaskannya.5
A. Subjek dan Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah film “Bulan Terbelah di Langit Amerika”,
sedangkan subjek penelitiannya adalah potongan adegan visual ataupun narasi
dialog dalam film “Bulan Terbelah di Langit Amerika” yang berkaitan dengan pesan dakwah yang ingin disampaikan di dalam film “Bulan Terbelah di Langit
Amerika”.
B. Tahapan Penelitian
a. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data, data dibagi menjadi dua, yaitu: 1) Data
primer adalah berupa data yang diperoleh dari rekaman video film “Bulan
Terbelah di Langit Amerika”. Yang kemudian di bagi per scene dan dipilih
adegan-adegan sesuai rumusan masalah, yang digunakan untuk penelitian. 2)
5
Data sekunder adalah data yang di peroleh dari dokumen, atau
literatur-literatur yang mendukung data primer, seperti buku-buku yang sesuai dengan
penelitian, artikel koran, catatan kuliah, kamus istilah, internet dan
sebaginya.
b. Teknik pengolahan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara, yang pertama
observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung dan bebas
terhadap objek penelitian dan unit analisis. Dengan cara menonton dan
mengamati adegan-adegan dan dialog dalam film “Bulan Terbelah di
Langit Amerika”. Kemudian, memilih dan menganalisa sesuai dengan
model penelitian yang dinginkan.
Kedua adalah, studi dokumentasi yaitu mengumpulkan data-data
melalui telaah dan mengkaji berbagai literatur yang sesuai dan ada
hubungnnya dengan bahan penelitian yang kemudian dijadikan bahan
argumentasi. Seperti buku-buku, artikel koran, arsip, kamus istilah,
internet dan sebagainya.
c. Teknik Analisis Data
Setelah data primer dan sekunder terkumpul kemudian
diklasifikasikan sesuai dengan pertanyaan penelitian yang telah
ditentukan. setelah data terklasifikasi dilakukan analisis data menggunakan
10
semiotika menjadi dua tingkatan penandaan, yaitu tingkat denotasi dan
konotasi yang menghasilkan makna eksplisit untuk memahami makna
tanda-tanda dalam film “Bulan Terbelah di Langit Amerika” mengenai Islam.
Dalam penelitian ini digunakan teknik analisis data yaitu Analisis
semiotik, sebagi sarana komunikasi massa penyampai pesan, dan cerminan
realitas masyarakat, sebuah film dan berbagai unsur di dalamya dapat
dikaji salah satunya dengan analisis semiotika.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembatasan skripsi ini, secara sistematis penulisannya
dibagi ke dalam lima bab beserta sub-babnya sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN, Yaitu berupa latar belakang masalah yang membahas
film sebagai media komunikasi dakwah, sekilas tentang film “Bulan Terbelah di Langit Amerika” juga tentang peristiwa teror 11 september
2001 pengeboman World Trade Center yang melatar belakangi isu rasial
pembutan film tersebut. Kemudian bab ini juga mencakup pembatasan dan
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka,
metodologi penelitian, sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN TEORITIS, bab ini memuat teori-teori yang menunjang dan
mempunyai hubungan dengan permaslahan yang diangkat dalam skripsi
ini juga menngandung penjelasan konsep umum semiotika, konsep
semiotika Roland Barthes dan pesan dakwah.
BAB III: GAMBARAN UMUM FILM “Bulan Terbelah di Langit Amerika”, bab ini menjelaskan secara umum segala sesuatu mengenai film ”Bulan
Terbelah di Langit Amerika” jalan cerita dan penokohan dan pemeran
dalam film sinopsis dan biografi sutradara film tersebut.
BAB IV: ANALISIS DATA, bab ini yaitu berupa analisis semiotik terhadap data
dari film “Bulan Terbelah di Langit Amerika” dan tentang pesan dakwah
yang terkandung dalam film tersebut.
BAB V: PENUTUP, bab ini berupa simpulan dan saran dari penelitian yang telah
12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Tentang Dakwah 1. Pengertian Dakwah
Secara etimologi dakwah berasal dari bahasa Arab “da’wah” yang berarti
seruan, ajakan dan panggilan. Dengan demikian secara etimologi dakwah
merupakan suatu proses penyampaian (tabligh) pesan-pesan tertentu yang berupa
ajakan atau seruan dengan tujuan agar orang lain memenuhi ajakan tersebut.6 Pengertian dakwah secara terminologi menurut beberapa ahli yang
diantaranya adalah H. M Arifin mengatakan dakwah adalah kegiatan menyeru,
baik dalam bentuk lisan dan tulisan, maupun tingkah laku dan lain sebagainya
yang dilakukan secara individual atau kelompok. Supaya timbul dalam dirinya
suatu pengetahuan kesadaran, sikap penghayatan serta pengalaman terhadap
ajaran agama, sebagai pesan yang disampaikan kepada mereka tanpa unsur
paksaan.7
Jadi, pengertian dakwah merupakan sebuah kegiatan atau ajakan, yang
mana dakwah tersebut dapat dilakukan secara sadar dan berencana, tentunya
dalam upaya mempengaruhi orang lain baik secara individu maupun secara
kelompok, supaya timbul dalam dirinya sebuah kesadaran, baik dalam sikap
penghayatan maupun pengalaman terhadap ajaran agama Islam, dan sebagai pesan
yang disampaikan kepadanya tanpa ada faktor keterpaksaan dari siapapun.
6
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta:Gaya Media Pratama 1997), cet-2, h.31
7
Secara umum definisi dakwah yang dikemukakan para ahli menunjuk pada
kegiatan yang bertujuan perubahan positif dalam diri manusia. Perubahan positif
ini diwujudkan dengan peningkatan iman, mengingat sasaran dakwah adalah
iman. Dakwah sering dipahami sebagai upaya untuk memberikan solusi islam
terhadap berbagai masalah dalam kehidupan. Untuk itu dakwah harus dikemas
dengan cara yang menarik dan tampil secara actual, faktual dan konstektual.
Aktual berarti dapat memecahkan masalah yang kekinian dan hangat di tengah
masyarakat. Faktual berarti konkret dan nyata, sedangkan konstektual dalam arti
relavan dan menyangkut problema yang sedang dihadapi oleh masyarakat.8
Dakwah mengharapkan komunikannya bersikap dan berbuat sesuai
dengan isi pesan yang disampaikan oleh komunikatornya. Dakwah merupakan
komunikasi yang khas dengan cara pendekatan persuasif.
Maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan dakwah merupakan kegiatan
yang menyeru atau mengajak orang lain baik secara individu ataupun kelompok,
agar menjalankan syariat islam sebaik mungkin tentunya sesuai dengan pedoman
Al-Qur’an dan hadist dengan tujuan mendapatkan kehidupan yang berharga baik
di dunia maupun di akhirat.
2. Unsur-unsur Dakwah
Unsur-unsur dakwah adalah factor atau muatan-muatan yang mendukung
aktivitas dakwah itu sendiri, artinya satu kesatuan yang saling mendukung dan
mempengaruhi antara unsur satu dengan yang lainnya, antara lain:
8
14
a. Subjek Dakwah
Yang dimaksud dengan subjek dakwah adalah da’i. Da’i adalah orang
yang melaksanakan dakwah baik lisan maupun tulisan atau pun perbuatan baik
secara individu, kelompok atau berbentuk organisasi atau lembaga. Da’i
sering disebut kebanyakan orang dengan mubaligh (orang yang
menyampaikan ajaran Islam).
b. Objek Dakwah
Mad’u atau (objek dakwah) adalah isim maf’ul dari kata da’a berarti
orang yang diajak, atau yang dikenakan perbuatan dakwah mad’u adalah objek
sekaligus subjek dakwah, baik sebagai individu maupun kelompok, baik yang
beragama Islam maupun tidak, atau dengan kata lain manusia secara
keseluruhan.9
c. Metode Dakwah
Secara etimologi,metode berasal dari bahasa Yunani, motodos yang
artinya cara atau jalan.10 Jadi metode dakwah adalah jalan atau cara untuk mencapai tujuan dakwah yang dilaksanakan secara efektif dan efesien.
Menurut H. Toto Tasmara, metode dakwah adalah cara-cara tertentu
seorang da’I (komunikator) kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang.11
9
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2004), h.90
10
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), h.96
11
Bagaimana pun caranya. Ada beberapa dasar metode dalam melakukan
dakwah yang lebih efisien, diantaranya adalah:
1) Metode Ceramah
Metode seperti ini biasanya dilakukan oleh para penceramah yang
berhadapan langsung dengan masyarakat (Mad’u), teknik seperti ini biasanya
penceramah sudah mempersiapkan materi yang disampaikan.
2) Metode Konseling
Metode yang dilakukan dengan bertukar pikiran antara dia orang
individu, dimana seorang konselor berusaha membantu kepada kliennya
dalam memecahkan masalah. Disinilah peran seorang konselor yang harus
bisa berperan dalam menjalankan dakwahnya ketika berhadapan langsung
dengan kliennya.
3) Metode Karya Tulis
Dakwah dalam kategori bil-al-qalam tentu sangat efektif jika dalam
karya tulis akan kita sampaikan berbagai media, baik media cetak maupun
media lainnya, tulisan yan mengandung unsur dakwah tersebut senantiasa
dibuat sedemikian menarik sehingga unsur dakwah yang dimasukan dalam
karya tulis tersebut bisa mencera pola pikir para pembacanya.
3. Tujuan Dakwah
Dakwah bertujuan menciptakan suatu tatanan kehidupan individu dan
16
jasmani maupun rohani, dalam pancaran sinar agama Allah dengan mengharap
ridho-Nya.12
Tujuan dakwah adalah suatu faktor yang menjadi pedoman arah proses
yang dikendalikan secara sistematis dan konsisten. Dalam kegiatan dakwah selalu
terjadi proses interkasi, yaitu antara hubungan Da’I dengan mad’u (Objek dakwah). Interaksi dalam proses dakwah ini ditujukan mempengaruhi Mad’u yang
akan membawa perubahan sikap dengan tujuan dakwah itu mencapai kebahagiaan
dunia dan akhirat.
Selain itu tujuan dakwah dapat dilihat dari tujuan, yaitu tujuan umum dan
tujuan khusus. Tujuan umum dakwah adalah mengajak umat manusia (meliputi
orang mu’min maupun orang kafir atau musyrik) kepada jalan yang benar yang
diridhai Allah SWT,13sedangkan tujuan khusus dakwah itu sendiri adalah mengajak umat Islam untuk selalu meningkatkan taqwanya kepada Allah SWT,
dan selalu mencegah atau meninggalkan perkara yang dilarang-Nya.
Dengan demikian, tujuan dakwah adalah merubah perilaku sasaran
dakwah agar menerima dan mengamalkan ajaran Islam dalam dataran kenyataan
kehidupan sehari-hari, baik dengan masalah pribadi, keluarga ataupun
permasalahan sosial yang berhubungan dengan masyarakat agar setiap kehidupan
yang dijalankan penuh dengan keberkahan. Karena setiap aktivitas dakwah pasti
memiliki tujuan yang yang harus dicapai, tujuan ini pun sudah pasti
12Bambang S. Maarif, Komunikasi Dakwah “Paradigma Untuk Aksi”, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2010), h.26
13
diperhitungkan para aktivis dakwah agar proses dakwah itu sendiri mencapai hasil
serta efek yang diharapkan yaitu Islam yang kaffah.
B. Pesan Dakwah
Pesan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti suruhan, perintah, nasihat, harus disampaikan kepada orang lain.14 Dalam bahasa Inggris kata pesan adalah message yang memiliki arti pesan, warta, dan perintah suci. Ini diartikan bahwa pesan adalah perintah suci. Dimana terkandung nilai-nilai
kebaikan.
Menurut H.A.W Widjaja mengartikan pesan adalah keseluruhan dari apa
yang disampaikan oleh komunikator.15 Penyampaian pesan dapat dilakukan melalui lisan, tatap muka, langsung atau menggunakan media tulisan. Isi pesan
dapat berupa anjuran atau masukan. Onong Uchjana mengartikan pesan sebagai
seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator.16 Pesan adalah informasi yang dikirim kepada si penerima. Pesan ini dapat berupa verbal
maupun nonverbal, pesan secara verbal dapat secara tertulis seperti buku.
Pesan dalam Islam ialah nasehat, permintaan, amanah yang harus
disampaikan kepada orang lain. Sedangkan, Pesan dakwah menurut Mustafa Bisri
mengandung pengertian segala pernyataan yang berupa seperangkat lambang
yang bermakna yang disampaikan untuk mengajak manusia agar mengikuti ajaran
14
Wjs. Purwa Darminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), edisi Ke-3, h.883
15
H.A.W. Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), cet. Ke-3, h.14
16
18
Islam dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari yang bertujuan untuk
mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.17 Maka dari itu pesan dakwah adalah setiap pesan komunikasi yang mengandung nilai-nilai keislaman baik yang tertulis
maupun tidak tertulis.
Dalam buku Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Wardi Bachtiar
menjelaskan bahwa pesan dakwah tidak lain adalah Al-Islam yang bersumber dari
Al-Qur’an dan Hadist sebagai sumber utama yang meliputi Aqidah, Syariah dan
Akhlak dengan berbagai sumber ilmu yang diperoleh darinya.18
Adapun pesan dakwah secara garis besar dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Tentang Aqidah
Secara etimologi, aqidah berasal dari kata Al-Aqdu yang berarti ikatan,
kepastian, penetapan, pengukuhan dengan kuat, juga berarti yakin dan mantap.
Sedangkan secara terminologi, terdapat dua pengertia, yaitu pengertian secara
umum dan pengertian secara khusus. Secara umum, aqidah yaitu “pemahaman
yang benar seperti keimanan dan ketauhidan kepada Allah, iman kepada
Malaikat, Rasul, Kitab-kitab Allah, Hari Akhir, serta Qada dan Qadar. Secara
khusus akidah bersifat keyakinan bathiniyah yang mencakup ruku iman tapi
pembahasannya tidak hanya tertuju pada masalah yang wajib diimani tetapi
juga masalah-masalah yang dilarang oleh Islam”.19
17
Mustofa Bisri, Saleh Ritual Saleh Sosial, (Bandung: Mizan, 1995), h.28
18
Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Ciputat: Logos Wacana Ilmu, 1997), cet. Ke-1, hal.33-34
19
a. Iman Kepada Allah
Iman kepada Allah keyakinan yang kuat bahwa Allah adalah Rabb dan
Raja segala sesuatu, Dialah Yang Mencipta, Yang Memberi Rizki, Yang
Menghidupkan, dan Yang Mematikan, hanya Dia yang berhak diibadahi.
Kepasrahan, kerendahan diri, ketundukan, dan segala jenis ibadah tidak boleh
diberikan kepada selain-Nya, Dia memiliki sifat-sifat kesempurnaan,
keagungan, dan kemuliaan, serta Dia bersih dari segala cacat dan kekurangan.
b. Iman Kepada Malaikat
Iman kepada malaikat adalah keyakinan yang kuat bahwa Allah
memiliki malaikat-malaikat, yang diciptakan dari cahaya. Mereka,
sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Allah, adalah hamba-hamba Allah
yang dimuliakan. Adapun yang diperintahkan kepada mereka, mereka
laksanakan. Mereka bertasbih siang dan malam tanpa berhenti. Mereka
melaksanakan tugas masing-masing sesuai dengan yang diperintahkan oleh
Allah. Jadi, setiap gerakan di langit dan di bumi, berasal dari para malaikat
yang ditugasi di sana, sebagai pelaksanaan perintah Allah.
c. Iman Kepada Kitab
Maksudnya adalah, meyakini dengan sebenarnya bahwa Allah
memiliki kitab-kitab yang diturunkan-Nya kepada para nabi dan rasul-Nya,
yang benar-benar merupakan Kalam (firman, ucapan)-Nya. Ia adalah cahaya
dan petunjuk. Apa yang dikandungnya adalah benar. Tidak ada yang
20
d. Iman Kepada Rasul
Rasul dan nabi sama-sama mendapatkan wahyu, tetapi seringkali
seorang Nabi diutus Allah kepada kaum yang memang sudah beriman
sehingga perannya hanya menjalankan syari’ah yang sudah ada itu dan tidak
membawa ajaran yang baru. Seperti para Nabi yang pernah Allah utus kepada
Bani Israil setelah ditinggalkan Nabi Musa, mereka bertugas mengajarkan dan
mengamalkan Taurat, tidak membawa ajaran yang baru/bukan dari Taurat.
e. Iman Kepada Hari Akhir
Beriman kepada hari Akhir artinya meyakini dengan teguh apa yang
diberitakan oleh Allah dalam kitab-Nya dan apa yang disampaikan oleh
Rasulullah SAW dalam haditsnya terkait dengan peristiwa yang terjadi
sesudah mati, mulai fitnah kubur, azab dan nikmat kubur dan seterusnya
sampai surga dan neraka.
f. Iman Kepada Qada dan Qadar
Pengertian Qadha dan Qadar menurut bahasa Qadha memiliki
beberapa pengertian yaitu: hokum, ketetapan, pemerintah, kehendak,
pemberitahuan, penciptaan. Menurut istilah Islam, yang dimaksud dengan
qadha adalah ketetapan Allah sejak zaman Azali sesuai dengan iradah-Nya
tentang segala sesuatu yan berkenan dengan makhluk. Sedangkan Qadar arti
qadar menurut bahasa adalah: kepastian, peraturan, ukuran. Adapun menurut
Islam qadar perwujudan atau kenyataan ketetapan Allah terhadap semua
2. Tentang Akhlak
Secara etimologi akhlak berarti budi pekerti, peringai, prilaku, atau tabiat.
Secara umum ada beberapa definisi tentang akhlak: Menurut Ibrahim Anis, akhlak
adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah
perbuatan-perbuatan, baik ataupun buruknya tanpa membutuhkan pemikiran dan
pertimbangan.20
Akhlak adalah kekuatan yang timbul dari hasil perpaduan hati nurani,
pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan menyatu, membentuk suatu kesatuan
tindak akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian. Dari kealukan itu
lahirlah perasaan moral yang terdapat di dalam diri manusia sebagai fitrah,
sehingga ia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang jahat, mana
yang bermanfaat dan mana yang tidak berguna, mana yang cantik dan mana yang
buruk.
Pada dasarnya akhlak itu terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
a. Akhlak yang baik atau terpuji (Al-Akhlaqul Mahmudah) yaitu, perbuatan
baik terhadap Tuhan, sesama manusia dan makhluk lainnya.
b. Akhlak yang buruk atau tercela (Al-Akhlaqul Madzmumah) yaitu,
perbuatan baik terhadap Tuhan, sesama manusia dan makhluk lainnya.21
20
Tutty Alawiyah, Strategi Dakwah di Lingkungan Majlis Taklim (Bandung: Mizan, 1997), h.39
21
22
3. Tentang Syariah
Syariah secara bahasa berarti jalan keluarnya air minum, secara istilah
syariah adalah segala sesuatu yang disyariatkan Allah kepada hamba-hamba-Nya,
termasuk peraturan-peraturan dan hukum segala hal yang telah ditetapkan oleh
Allah. Syariah sangat erat hubungannya dengan akidah, kalau akidah adalah iman
atau keyakinan maka syariah adalah hal yang perlu dilakukan sesudah keimanan,
yakni amal shaleh atau perbuatan sehari-hari sesuai dengan syariat Islam,
seperangkat aturan yang mengatur kehidupan manusia dari segala aspek.
C. Tinjauan Umum Tentang Film 1. Konseptualisasi Film
Film (cara pengucapan: [Filêm] atau Félêm) adalah gambar-hidup, juga
sering disebut movie semula pelesetan untuk berpindah gambar. Film, secara
kolektif, sering disebut sinema. Gambar-hidup adalah bentuk seni, bentuk populer
dari hiburan, dan juga bisnis.22 Film dihasilkan dengan rekaman dari orang dan benda termasuk fantasi dan figur palsu dengan kamera, dan atau oleh animasi.
Film memiliki banyak pengertian yang dapat dijabarkan secara luas. Film
merupakan media komunikasi sosial yang terbentuk dari penggabungan dua indra,
penglihatan dan pendengaran, yang mempunyai inti atau tema untuk
mengungapkan realita sosial yang terjadi di sekitar lingkungan tempat dimana
film itu sendiri tumbuh.
22
Film hadir dalam bentuk penglihatan dan pendengaran, dengan
penglihatan dan pendengaran inilah penonton dalam terlihat langsung nilai-nilai
yang terkandung dalam film.23 Film sendiri dapat juga berarti sebuah industri yang mengutamakan eksistensi dan ketertarikan cerita yang dapat mengajak
banyak orang terlibat.
Asas sinematografi tidak dapat digabungkan dengan asas-asas lainnya
karena asas ini berkaitan dengan pembuatan film. Asas sinematografi berisikan
bagaimana tata letak kamera sebagai alat pengambilan gambar, bagaimana tata
letak properti dalam film, tata artistik, dan berbagai pengaturan pembuatan film
lainnya. Film sebagai genre seni adalah merupakan produk sinematografi.24
Film adalah sekumpulan gambar-gambar bergerak yang dijadikan satu
untuk disajikan kepada penonton (publik). Film mempunyai kelebihan bermain
pada sisi emosional dan mempunyai pengaruh yang lebih tajam untuk memainkan
emosi pemirsa.
2. Film Sebagai Media Dakwah
Film adalah alat komunikasi massa yang mengoperkan lambang-lambang
komunikasinya dalam bentuk bayangan hidup di atas bayangan putih, hal ini
dilakukan atas bantuan proyektor, sedangkan filmnya sendiri adalah rentetan foto
di atas seloid.25 Maka, melihat sebuah film adalah melihat sebuah kenyataan
23
Syukriardi Sambas, Komunikasi Penyiaran Islam, (Bandung: Benang Merah Press, 2004), hal.93
24Heru Efendy, Mari Membuat Film, Panduan Menjadi Produser,….hal. 20
-21
25
24
dalam sebuah layar, yang kadang-kadang ceritanya bisa juga hadir dalam realitas
kehidupan sehari-hari.
Film menunjukkan pada kita jejak-jejak yang ditinggalkan pada masa
lampau, cara menghadapi masa kini, dan keinginan manusia terhadap masa yang
akan datang, sehingga dalam perkembangannya film bukan lagi sekedar usaha
menampilkan citra bergerak (Moving Images), namun juga diikuti oleh muatan-muatan kepentingan tertentu, seperti halnya politik, kapitalisme, dan hak-hak
manusia.26
Maka dengan perkembangan teknologi informasi yang semakin menggiat,
yang telah menciptakan perubahan pada banyak hal, sehingga dari berbagai
kalangan berolomba-lomba memanfaatkan teknologi canggih untuk dijadikan
media komunikasi massa sebagai sarana dakwah.
Dakwah Islami melalui kecanggihan teknologi dengan memanfaatkan
media informasi modern seperti film misalnya akan lebih efesien dari pada
dakwah kultural yang masih harus menyesuaikan dengan kondisi budaya
masing-masing daerah.
Karena selain film dapat berfungsi sebagai media komunikasi, film juga
dapat berfungsi sebagai media dakwah, yaitu media untuk mengajak kepada
kebenaran dan kembali pada jalan Allah SWT.
26
Film sebagai media dakwah, tentunya mempunyai kelebihan –kelebihan tersendiri dibandingkan dengan media-media lainnya. Dengan
kelebihan-kelebihan itulah, film dapat menjadi media dakwah yang efektif, dimana
pesan-pesannya dapat disampaikan kepada penonton atau mad‟u secara halus dan
menuyentuh relung hati. Hal ini senada dengan ajaran Allah SWT, bahwa untuk
mengkomunikasikan pesan, hendaknya dilakukan secara qawlan syadidan, yaitu pesan yang dikomunikasikan dengan benar, menyentuh, dan membekas dalam
hati.27
Oleh karena itu, selain film hadir dalam bentuk penglihatan dan
pendengaran, film juga dapat memberikan pengalaman-pengalaman baru kepada
para penonton, seperti adanya nuansa perasaan dan pemikiran. Film merupakan
sebuah nilai yang dapat memenuhi kebutuhan penonton yang bersifat spiritual,
yaitu keindahan dan transedental. Dan film dapat memberikan pengaruh yang
cukup besar kepada jiwa manusia disaat menonton, sehingga akan terjadi suatu
gejala yang menurut ilmu jiwa sosial sebagai identifikasi psikologis. Ketika
proses decoding terjadi, para penonton kerap menyamakan atau meniru seluruh
pribadinya dengan salah seorang pemeran dalam adegan film yang ditontonnya.
Maka sangat wajar ketika dakwah modern-film dapat menjangkau
pelosok-pelosok dunia dengan cepat, dan diakses dengan mudah oleh khalayak luas,
karena film merupakan mediaum komunikasi yang ampuh, bukan saja untuk
hiburan, tetapi juga untuk penerangan dan pendidikan kegamaan.
27
26
Berkaitan dengan karakternya film dapat menyampaikan pesan dengan
cara qawlan syadidan, menurut Graeme Turner, film dapat membentuk dan menghadirkan kembali realitas berdasarkan kode-kode, konvensi-konvensi, dan
ideology dari kebudayaan masyarakatnya.28
Dengan demikian, film dengan menampilkan kebudayaan Islam dan
membawa misi keselamatan bagi seluruh umat manusia, Nampak sudah semakin
penting untuk menjadikan bahan pemikiran yang agak serius bagi kalangan
muslim, khususnya mereka yang bergerak di bidang dakwah. Karena, sesuai
dengan misi yang dibawanya, bahwa muslim dan Islam merupakan rahmatan lil-„alamin.
3. Jenis dan Klasifikasi Film
Secara umum film dapat dibagi menjadi tiga jenis (genre), yaitu, Non Fiksi (Nyata), Fiksi (Rekaan), dan Eksprimental (Abstrak) :
a. Film Non Fiksi
Film Non Fiksi adalah film yang penyajiannya berdasarkan fakta, serta
tokoh, peristiwa, dan lokasi yang benar-benar nyata. Yang termasuk dalam
Non Fiksi adalah:
1) Film Dokumenter (Documentary Films)
Film dokumenter adalah film yang menyajikan realita melalui berbagai
macam tujuan, namun harus diakui film dokumenter tidak pernah lepas dari
tujuan penyebaran informasi, pendidikan, dan propaganda bagi orang atau
28
kelompok tertentu. Film dokumenter juga dapat membawa kuntungan dalam
jumlah yang cukup memuaskan. Diantaranya film dokumenter yang
menayangkan program tentang keragaman alam dan budaya.29
Kunci utama dari film dokumenter adalah penyajian fakta. Film
dokumenter berhubungan dengan orang-orang, tokoh, peristiwa atau kejadian,
namun merekam peristiwa yang sungguh-sungguh terjadi atau otentik. Film
dokumenter juga tidak memiliki tokoh protagonist dan antagonis, seperti
halnya film fiksi. Struktur bertutur film dokumenter umumnya sederhana
dengan tujuan agar memudahkan penonton untuk memahami dan
mempercayai fakta-fakta yang disajikan.30 2) Film Berita
Film Berita adalah yang mengenai atau peristiwa yang benar-benar
terjadi. Film berita berkewajiban menayangkan film yang mempunyai
nilai-nilai berita nyata (New Velue) kepada masyarakat atau publik.
3) Film Cerita
Film Cerita adalah jenis film yang mengandung suatu cerita yang
lazim dipertunjukan di gedung-gedung bioskop dengan para film terkenal dan
film ini didistribusikan sebagai barang dagangan yang diperuntukkan pada
publik.
29
Onung Uchjana Effendi, Ilmu Teori Dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: Rosda Karya,2008), h. 211
30
28
Film cerita ini disajikan kepada public dengan cerita yang
mengandung unsur-unsur yang dapat menyentuh rasa Manusia.31
b. Film Fiksi
Film Fiksi adalah film yang penyajiannya sering menggunakan cerita
rekaan diluar kejadian nyata serta memiliki konsep pengadeganan yang telah
dirancang sejak awal.32 Yang termasuk dalam film fiksi antara lain: 1) Film Kartun
Film Kartun adalah sebuah film yang berkaitan dengan cerita anak
yang didesain dalam bentuk animasi guna menyajikan hasil film yang lucu
dan menarik, film kartun berguna sebagai hiburan kepada publik dan
memberikan sajian menarik.
2) Film Horor
Film Horor adalah film yang berkaitan dengan mistik, yang selalu
menyajikan hal-hal diluar akal manusia, film ini disajikan untuk memberikan
nuansa yang berbeda dengan film-film lainnya.33
Film memiliki tujuan utama memberikan efek rasa takut, kejutan, serta
terror yang mendalam bagi penontonnya. Plot film horror sebenarnya
sederhana, yakni bagaimana usaha manusia untuk melawan kekuatan jahat dan
biasanya berhubungan dengan dimensi supernatural atau sisi gelap manusia.
31Onong Uchjana Effendi, Ilmu Teori Dan FIlsafat Komunikasi, …h. 212 32
Himawan Pratista, Memahami Film, (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), h. 6
33
Film umumnya menggunakan karakter antagonis non-manusia yang berwujud
fisik menyeramkan.
Film horor umumnya mempunyai suasana setting gelap dengan dukungan ilustrasi music yang mencekam. Suasana film horror biasanya
ditujukan untuk kalangan remaja dan dewasa.34 3) Film Religius
Film Religius adalah suatu film yang mengandun dan menceritakan
sesuatu yang berkaitan dengan agama, baik berupa dakwah maupun hal-hal
yang terkait, dan didalamnya mengandung unsur-unsur agama, seperti halnya
film Mengaku Rasul, karena adegan serta dialog dalam film tersebut banyak
mengandung pesan-pesan dakwah yang bersumber dari al-Qur’an dan Hadist.
c. Film Eksperimental (Abstrak)
Film Eksperimental merupakan jenis film yang sangat berbeda dengan
dua jenis film lainnya. Struktur dari Film eksperimental sangat dipengaruhi
oleh subyektif sineas seperti gagasan, ide, emosi, serta pengalaman batin
mereka. Film Eksperimental tidak bercerita tentang apapun bahkan kadang
menentang kausalitas. Film Eksperimental umumnya berbentuk abstrak dan
tidak mudah dipahami. Hal ini disebabkan karena mereka menggunakan
simbol-simbol personal yang mereka ciptakan sendiri.35
34
Himawan Pratista, Memahami Film, (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), h. 16-17
35
30
D. Analisis Semiotika 1. Pengertian Semiotika
Semiotika berasal dari kata Yunani: semion, yang berarti tanda. Semiotika
menurut Berger memiliki dua tokoh, yakni Ferdinand de Saussure (1857-1913)
dan Charles Sander Peirce (1839-1914). Kedua tokoh tersebut mengembangkan
ilmu semiotika secara terpisah dan tidak mengenal satu sama lain. Saussure di
demikian, semiotik mempelajari hakikat tentang keberadaan suatu tanda.
Saussure menyebut ilmu yang dikembangkannya semiologi (semiology). Sedangkan Peirce menyebut ilmu yang dibangunnya semiotika (semiotics). Bagi
Peirce yang ahli filsafat dan logika, “….Penalaran manusia senantiasa dilakukan
lewat tanda. Artinya, manusia hanya dapat bernalar lewat tanda. Dalam pikirannya
logika sama dengan semiotika dan semiotika dapat diterapkan pada segala macam
tanda….” Dalam perkembangan selanjutnya istilah semiotika lebih popular
daripada semiologi.37
Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tanda (sign), berfungsinya tanda,
dan produksi makna. Tanda adalah sesuatu yang bagi seseorang berarti sesuatu
36
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing, (Bandung: Rosdakarya, 2006), cet. 6, h. 87
37
yang lain. Dalam pandangan Zoest, segala sesuatu yang diamati atau dibuat
teramati dapa disebut tanda. Karena itu tanda tidaklah terbatas pada benda.
Adanya peristiwa tidak adanya peristiwa struktur yang ditemukan dalam sesuatu,
suatu kebiasaan, semua itu dapa disebut tanda. Sebuah bendera kecil, sebuah
isyarat tangan, sebuah kata. Suatu keheningan, suatu, suatu kebiasaan makan,
sebuah gejala mode, suatu gerak syaraf, peristiwa memerahnya wajah, suatu
kesukaan tertentu, letak bintang tertentu, suatu sikap, setangkai bunga, rambut
uban, sikap diam membisu, gagap, berbicara cepat, berjalan sempoyongan,
menatap, api, putih, bentuk, bersudut tajam, kecepatan, kesabaran, kegilaan,
kekhawatiran, kelengahan, semua itu dianggap sebagai tanda.38
Menurut Saussure, tanda adalah kesatuan dari dua bidang yang tidak dapat
dipisahkan, seperti halnya selembar kertas. Dimana ada tanda, disana ada sistem.
Artinya, sebuah tanda (berwujud kata atau gambar) mempunyai dua aspek yang
ditangkap oleh indra kita yang disebut dengan signifier, bidang penanda atau bentuk. Aspek lainnya disebut signified, bidang petanda atau konsep atau makna. Aspek kedua terkandung di dalam aspek pertama. Jadi, petanda merupakan
konsep atau apa yang dipresentasikan oleh aspek pertama.
2. Analisis Semiotika Roland Barthes
Salah satu pengikut Sausure, Roland Barthes, membuat sebuah model
sistematis dalam menganalisis makna dari tanda-tanda. Fokus Barthes lebih
tertuju pada gagasan signifikasi dua tahap. Roland Barthes menggunakan istilah
38
32
order of signification. First order of signification adalah denotasi. Sedangkan konotasi second order of signification.39
Semasa hidupnya Barthes telah banyak menulis buku, diantaranya adalah
le degree zero de l‟ecriture atau “nol derajat di bidang menulis”(1953,
diterjemahkan kedalam bahasa inggris, writing degree zero 1977).
Roland Barthes lahir pada tahun 1915 dari keluarga menengah Protestan di
Cherbourg dan dibesarkan di Bayonne, kota kecil dekat pantai Atlantik di sebelah
baratdaya Prancis. Dia dikenal sebagai salah seorang pemikir strukturalis yang
getol mempraktikkan model linguistik dan semiologi sausurean.40
Roland Barthes membuat sebuah model sistematis dalam menganalisis
makna dari tanda-tanda. Fokus perhatian Barthes lebih tertuju kepada gagasan
tentang signifikasi dua tahap (two order of signification). Two order of signification (signifikasi dua tahap atau dua tatanan pertandaan) Barthes terdiri dari first order of signification yaitu denotasi, dan second order of signification
yaitu konotasi. Tatanan yang pertama mencakup petanda yang berbentuk tanda.
Tanda yang disebut makna denotasi.41
39
M. Antonius Birowo, M.A, Metode Penelitian Komunikasi, (Yogyakarta ; Gitanyali 2004), h.45
40
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung ;Remaja Rosdakarya, 2006), h 115
41
Gambar 2.1
Sumber : Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar, (Bandung ;Remaja Rosdakarya) h. 127
Dalam gambar diatas Barthes seperti dikutip Fiske menjelaskan :
signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara signifier dan signified di dalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Barthes menyebutnya sebagai
denotasi, yaitu makna paling nyata dari tanda. Konotasi ialah kata yang digunakan
Barthes untuk menjelaskan signifikasi tahap kedua. Hal ini menggambarkan yang
terjadi ketika gambar bertemu dengan perasaan atau emosi dari pembaca serta
nilai-nilai dari kebudayaannya. Konotasi mempunyai nilai subyektif atau paling
tidak intersubyektif. Pemilihan kata-kata kadang merupakn pilihan terhadap
konotasi, misalnya kata “penyuapan” dengan “memberi uang pelicin”. Dengan
kata lain, denotasi adalah apa yang digambarkan tanda terhadap sebuah objek;
sedangkan konotasi adalah bagimana menggambarkannya (Fiske, 1990:88).42
42
34
Jadi, dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna
tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi
keberadaannya. Sesungguhnya, inilah sumbangan Barthes yang sangat berarti bagi
penyempurnaan semiology Saussure, yang berhenti pada penandaan dalam tataran
denotatif.
Pada signifikasi tahap kedua yang berhubungan dengan isi, tanda bekerja
melalui mitos (myth). Mitos adalah bagimana kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam.43 Jadi, mitos dalam pemahaman semiotika Roland Barthes adalah pengkodean makna dan nilai-nilai
sosial sebagai sesuatu yang dianggap alamiah.
Dalam gambar di atas tanda panah pada signified mengarah pada mitos.
Ini berarti mitos muncul pada tataran konsep mental suatu tanda. Mitos dikatakan
sebagai ideologi dominan pada waktu tertentu. Denotasi dan konotasi memiliki
potensi untuk menjadi ideologi yang bisa dikategorikan sebagai third order of signification (bukan istilah dari Barthes), Barthes menyebut konsep ini sebagi
myth (mitos).44
Kita dapat menemukan ideologi dalam teks dengan jalan meneliti
konotasi-konotasi yang terdapat di dalamnya (Van Zoest,1991:70). Salah satu cara
adalah mencari mitologi dalam teks-teks semacam itu. Ideologi adalah sesuatu
yang abstrak. Mitologi (kesatuan mitos-mitos yang koheren) menyajikan inkarnasi
43
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar, ( Bandung ;Remaja Rosdakarya, 2006) h. 128
44
makna-makna yang memiliki wadah dalam ideologi. Ideologi harus dapat
diceritakan. Cerita itulah mitos.45
45
36
BAB III
GAMBARAN UMUM FILM “BULAN TERBELAH DI LANGIT AMERIKA”
A. Produksi Film “Bulan Terbelah di Langit Amerika” 1. Sekilas Film “Bulan Terbelah di Langit Amerika”
Film Drama "Bulan Terbelah Di Langit Amerika" 2015 merupakan sebuah
film yang di ambil ceritanya dari sebuah novel best seller karya Hanum Salsabiela
Rais dan Rangga Almahendra berjudul 'Bulan Terbelah Di Langit Amerika'. Film
ini disutaradai oleh Rizal Mantovani dan di bintangi artis papan atas Indonesia
seperti, Acha Septriasa, Abimana Aryasatya dan Nino Fernandez. Maxima
Pictures merilis film Bulan Terbelah Di Langit Amerika pada akhir tahun 2015.46 Film Bulan Terbelah Di Langit Amerika menceritakan tentang kisah
petualanan tokoh bernama Hanum dan Rangga ketika di Amerika dengan
background tragedi runtuhnya gedung WTC pada 11 September.
Sekilas dari cerita dari tragedi WTC diatas, kita kembali pada alasan dari
film ini dibuat. Film ini memang digarap dari sebuah novel karya Hanum Rais
tetapi kita tidak memungkiri bahwa film ini mencoba menyampaikan pesan yang
sangat berharga untuk warga dunia dalam memperbaiki nama baik Islam. Bahwa
Islam adalah agama damai, Islam tidak pernah mengajarkan umatnya untuk
membunuh orang lain apalagi membumihanguskan sebuah gedung seperti yang
46
Hiburan.lintas.info, nama-nama pemeran dan sinopsis film (2015), artikel ini diakses pada tanggal 17 Desember 2015 dari
terjadi di WTC hingga menelan korban ribuan manusia. Suatu yang menarik dari
film ini adalah satu pertanyaan yang akan dijawab jika menonton film ini yaitu
pertanyaan “Akankah Dunia Lebih Baik Tanpa Islam? (Would The World be
Better Without Islam?)”.47
Ternyata yang menulis novel Bulan Terbelah Di Langit Amerika, juga
menulis beberapa novel best seller lainnya seperti, "99 Cahaya Di Langit Eropa"
dan "Berjalan di atas Cahaya". Dan film ini juga memiliki sebuah kesan dan pesan
yang sangat bermakna bermakna. Banyak sekali makna yang bisa di ambil
pasangan suami istri tersebut. saat mereka mencoba melakukan sebuah
perjalannan ke New York.
2. Pemeran-Pemeran Dalam Film “Bulan Terbelah di Langit Amerika” a. Acha Septriasa
Gambar 3.1 Foto Acha Septriasa
Mengawali karir artis yang berdarah Minangkabau, Acha menjadi GADIS
Sampul pada tahun 2004. Dan kemudian terjun ke dunia akting melalui film
pertamanya yang berjudul "Apa Artinya Cinta?" ditahun 2005 dengan
47
Hiburan.lintas.info, nama-nama pemeran dan sinopsis film (2015), artikel ini diakses pada tanggal 17 Desember 2015 dari
38
memerankan pemain pendukung Shandy Aulia. Dan kemudian bermain dalam
film Heart bersama Nirina Zubir dan Irwansyah sekaligus membuat namanya semakin dikenal dalam dunia akting. Selain memainkan peran dalam film
tersebut, Acha juga menjadi penyanyi untuk lagu tema dalam film yang berduet
bersama Irwansyah, kekasihnya pada saat itu. Karena kesuksesan Film "Heart"
tersebut yang membawa pasangan kekasih ini kembali memerankan film “Love is
Cinta” serta sinetron "Andai Ku Tahu". Hubungan cinta mereka pun berakhir
menjelang akhir tahun 2008 silam yang disebabkan karena jarak, yang mana pada
saat itu Acha memilih melanjutkan pendidikannya di Malaysia.48
Acha juga merupakan salah satu Artis yang memiliki bayaran termahal
dalam memerangi sebuah film. Acha berada pada posisi ke-4 pada daftar
"Highest-Paid Actresses" dengan bayaran Rp 180 juta/ film. Dia berada dibawah Nirina Zubir yang saat itu memiliki honor Rp.250 juta/ film dan Luna Maya
Rp.200 juta/ film. Acha kemudian di kabarkan mendapat gaji yang lebih besar
pada saat menjadi bintang utama dalam film “Love” di tahun 2008 dengan honor
sebesar Rp 250 juta. Dan film-film selanjutnya Acha diberitakan mengalami
kenaikan honor hingga berkisar antara Rp 250-280 juta/ filmnya. Adapun
Filmografi Acha diantaranya: Apa Artinya Cinta? (2005), Heart (2006), Love is
Cinta (2007), Love (2008), In the Name of Love (2008), Krazy Crazy Krezy
(2009), Sst...Jadikan Aku Simpanan (2010), Menebus Impian (2010), Love Story
(2011), Test Pack (2012), Rectoverso (2013), Bangun Lagi Dong Lupus (2013),
48
99 Cahaya di Langit Eropa (2013), 99 Cahaya di Langit Eropa Part 2 (2014). Aku
Cinta Kamu (2014), Bulan Terbelah di Langit Amerika (2015), dan Mars
(2016).49
b. Abimana Aryasatya
Gambar 3.2
Foto Abimana Aryasatya
Abimana memulai kariernya sejak tahun 90an yang tergabung dengan
penggarapan Film Lupus dimana film ini telah beberapa kali digarap dengan versi
yang berbeda.Pria kelahiran Jakarta, 24 Oktober 1982 pada saat itu nama belum
begitu populer dan pada tahun 2011 dimana dia ikut membintangi sebuah film
layar lebar berjudul Catatan Si Boy dimana film ini sendiri telah dirilis ulang
dengan versi yang berbeda telah menjadikan nama Abimana dikenal masyarakat
luas.
Sejak pemutaran Film Catatan Si Boy tahun itu, hampir setiap tahunnya
Abimana selalu disibukkan dengan film film lain yang selalu menjadi salah satu
film yang laris dipasaran. Nama Abimana sendiri disandang belum lama ini
49
40
karena sebelumnya diawal karier Abimana menggunakan nama Robertino. Dari
penuturan Abimana, Nama Robertinbo sendiri adalah nama yang dimiliki sejak
lahir, namun nama itu merupakan nama dari ayah kandungnya. Penggantian Nama
ini sendiri dilakukan dengan alasan karena Abimana tidak pernah bertemu dengan
ayahnya.
Diceritakan bahwa Abimana terlahir dari keluarga yang sudah tidak utuh
lagi. Masa kecil Abimana memang bersama ibunya. Selain itu, Abimana juga
menambahkan bahwa penggantian Nama dari Robertino menjadi Abimana karena
Nama Robertino sendiri tidak mencerminkan Nama seorang Muslim. Seperti
diketahui bahwa Abimana sendiri memang sering membintangi film film dengan
nuansa religi dan agaknya Nama Robertino sudah tak ingin dia sandang lagi.
Beberapa film yang telah dibintangi diantaranya adalah Missing yang
dirilis pada tahun 2006, 12:00 am yang dirilis pada tahun 2006, Miracle
"Menantang Maut" yang dirilis pada tahun 2006, Catatan (Harian) Si Boy yang
dirilis pada tahun 2011, Republik Twitter yang dirilis pada tahun 2012, Dilema
yang dirilis pada tahun 2012, Keumala yang dirilis pada tahun 2012, Sang Pialang
yang dirilis pada tahun 2013, Belenggu yang dirilis pada tahun 2013, Coboy
Junior The Movie yang dirilis pada tahun 2013, Laskar Pelangi 2: Edensor yang
dirilis pada tahun 2013, 99 Cahaya di Langit Eropayang dirilis pada tahun 2013,
2014, 99 Cahaya di Langit Eropa part 2 pada tahun 2014, dan Bulan Terbelah di
Langit Amerika pada tahun 2015.50
c. Nino Fernandez
gambar 3.3
Foto Nino Fernandez
Nino ini lahir di Hamburg pada tanggal 13 Januari tahun 1984, ia
merupakan seorang aktor Indonesia yang sudah memiliki tempat di hati para
fansnya. Aktor yang sering bermain film ini memang memiliki karisma yang luar
biasa terhadap wanita-wanita yang di dekatnya.
Nino menjalani profesi sebagai Model Dan Aktor dari tahun 2006 Hingga
Sekarang. Putra dari pasangan Jeffrey Fernandez dan Marita Fernandez telah
banyak membintangi beberapa Film diantaranya adalah Kangen (2007), Coklat
Stroberi (2007), Terowongan Casablanca (2007), In The Name Of Love (2008),
Claudia/Jasmine (2008), Ruma Maida (2009), Get Married 2 (2009), Cowok
Bikin Pusing (2011), Bidadari-Bidadari Surga (2012), Get M4rried (2013),
Honeymoon (2013), Operation Wedding (2013), 99 Cahaya Di Langit Eropa
50
42
(2013), Guardian (2014), Hijab (2014), 99 Cahaya Di Langit Eropa Part 2 (2014),
dan Bulan Terbelah di Langit Amerika (2015).51
d. Rianti Cartwright
Gambar 3.4
Foto Rianti Cartwright
Rianti Cartwright adalah seorang VJ MTV, model, dan aktris Indonesia, ia
lahir di Bandung, Jawa Barat, tepatnya tanggal 22 September 1983.
Untuk menambah uang saku sendiri, gadis cantik bernama Rianti
Rhiannon Cartwright ini sudah terbiasa bekerja sejak kecil. Yakni di usianya yang
masih 16 tahun ia sudah terjun ke dunia model. Kemudian sempat menjadi editor
bahasa di Bandung dalam majalah Maxx-M. Setelah itu Rianti terjun ke dunia
akting. Dan tawaran pertama adalah dari Soraya Intercine Film yang menawarkan
dirinya untuk bermain dalam Eiffel I'm in Love yang dibintangi Shandy Aulia dan
Samuel Rizal. Kemudian pada tahun 2005 Rianti bermain dalam Inikah Rasanya
Cinta?
51