• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Semiotik Pesan Dakwah Dalam Film Bulan Terbelah Di Langit Amerika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Semiotik Pesan Dakwah Dalam Film Bulan Terbelah Di Langit Amerika"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

DALAM FILM BULAN TERBELAH DI LANGIT AMERIKA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk memenuhi

syarat mencapai gelar Sarjana Komunikasi Islam

(S.Kom.I)

Oleh:

Nurul Latifah NIM. 1112051000118

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

ANALISIS SEMIOTIK PESAN DAKWAH

DALAM FILM BULAN TERBELAH DI LANGIT AMERIKA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

Nurul Latifah NIM. 1112051000118

Di Bawah Bimbingan:

Prof. DR. H. M. Yunan Yusuf, MA NIP. 19490119 198003 1 001

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

(3)
(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tangerang Selatan, 1 September 2016

(5)

ABSTRAK

Nurul Latifah

NIM: 11120510001118

Analisis Semiotik Pesan Dakwah dalam Film “Bulan Terbelah di Langit Amerika”

Film adalah media dakwah yang penting, sebab ia merupakan media

audio-visual yang dapat dinikmati dimana dan kapan saja. Film Bulan Terbelah di

Langit Amerika yang diproduksi oleh Maxima Picture mengisahkan perilaku

seorang muslim Pasca tragedi World Trade Center (WTC) 11 September 2001 dalam kehidupan bersosial sehari-hari ditengah kehidupan masyarakat Amerika

yang notabene sebagian besar mereka ialah masyarakat non Muslim.

Berdasarkan konteks di atas, maka tujuan tulisan ini untuk menjawab

pertanyaan mayor dan minor. Adapun mayornya Bagaimana makna denotasi,

konotasi dan mitos dalam film Bulan Terbelah di Langit Amerika? Kemudian,

minornya adalah Pesan dakwah apa saja yang terkandung dalam film Bulan

Terbelah di Langit Amerika?

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, dengan metode semiotik,

maksudnya penulis meneliti film Bulan Terbelah di Langit Amerika dengan

menganalisis simbol-simbol, dalam hal ini pesan-pesan dakwah yang terkandung

di dalamnya, baik dalam makna denotatif maupun konotatif.

Hasil penelitian menunjukkan beberapa pesan dakwah yang terkandung

dalam film Bulan Terbelah di Langit Amerika. Film ini sarat akan pesan dakwah

mengenai ajaran Islam dalam bidang syari‟ah, diantaranya: menyayangi anak

kecil, gemar berderma, berperilaku baik terhadap tetangga, cinta damai, bersikap

sabar,t oleransi a ntar manusia yang berbeda Agama dan menolong penganut

agama lain.

Kata kunci: Film Bulan Terbelah di Langit Amerika, Pesan Dakwah,

(6)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Alhamdulillahirabbil’alamin, adalah kata yang pantas diiucapkan, dengan

memanjatkan puja serta syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan

kenikmatan dan anugerah-Nya. Shalawat serta salam semoga Allah limpahkan

kepada Rasulullah Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabat, para

tabi’ut tabi’in, dan mudah-mudahan kepada kita semua.

Dengan ridho Allah SWT penulis mendapatkan kemampuan untuk

menyelesaikan skripsi ini, yang menjadi impian orang-orang terdekat, dan

khususnya impian penulis. Tidak ada satupun karya manusia yang tidak ada ikut

campur tangan manusia lainnya, dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak

mendapatkan bantuan, bimbingan dan motivasi.

Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Dr. H. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi.

2. Suparto, M.Ed, Ph. D, selaku Wakil Dekan I. Dr. Hj Roudhonah M.Ag,

selaku Wakil Dekan II. Dr. Suhaimi M.Si selaku Wadek III Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

3. Bapak Drs. Masran, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan

Penyiaran Islam beserta Ibu Fita Fathurokhmah, M.Si, selaku Sekretaris

Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

4. Prof. Yunan Yusuf, M.A selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia

meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberi

masukan-masukan dalam penulisan skripsi ini.

(7)

5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah

mendidik serta memberikan beragam ilmu yang sangat bermanfaat.

6. Seluruh staff dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

yang telah membantu penulis dalam hal administrasi selama perkuliahan

dan penelitian skripsi ini.

7. Kepada Ibu dan Ayah tercinta, Ibu Hj.Badriah dan Ayah H.Sulaiman yang

telah memberikan kebahagiaan dan semangat penulis sejak kecil hingga

berhasil menjadi sarjana.

8. Keluarga besar CAPOLISTA ’12 dan UKM Bahasa-FLAT UIN Jakarta

yang telah ikut andil dalam memberikan bantuan dan dorongan semangat

kepada penulis.

9. Kakak dan adik-adik tercinta, Rina Sulaiman, Komarudin Sulaiman,

Kamaludin, Badri Sulaiman, Hikmah Fauzia dan Siti Rahmah. Yang selalu

memberikan kebahagiaan dan semangat kepada penulis.

10.Sahabat terbaik, sahabat seperjuangan Dinda Tiara Alfianti, Noni

Wildasari, Savinatunnajah, Natasha Anissa dan Mutia Sholeha yang selalu

belajar bersama penulis sejak semester awal hingga akhir.

11.Teman-teman seangkatan seperjuangan kelas KPI D 2012, yang telah ikut

andil dalam memberikan bantuan dan dorongan semangat kepada penulis.

12.Keluarga besar KKN CETAR, Faqih, Arab, Dhiba, Azila, Tasha, Rinrin,

Noni, Irul, Ali, Dinda, Fahmi, Tohir, Rahmat, Adila, Pandy, Fakhri, Syem.

(8)

13.Sahabat-sahabat tersayang Ema Amalia Zulfa , Syifa Fatimah, Sumiyati,

Siti Nuraini, Wina Winarti, Nurdillah, Nurmillah, Siti Maemunah dan Ida

Farida yang selalu ada sebagai tempat keluh kesah dan selalu memberi

semangat kepada penulis.

14.Keluarga Kosan KECE, Ummu Kalsum Andi Lajeng, Syarifatul Hilwa,

dan Iyan Cahriani yang selalu mendukung dan saling tukar pikiran

sehingga penulis dapat menyelasaikan skripsi ini dengan baik.

15.Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu yang telah

membantu kelancaran penulisan skripsi ini.

Begitu besar ucapan terimakasih yang penulis sampaikan untuk mereka

tersayang, baik yang selalu disamping penulis maupun pelukan dari do’a do’a

yang dikirimkan. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah

diberikan, Amin ya Rabbal’alamin.

Akhirnya, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak lepas dari kekurangan.

Karena itu, kritik dan saran yang membangun. Semoga skripsi ini dapat

memberikan kontribusi positif, memperluas wawasan keilmuan serta menambah

Khazanah perpustakaan.

Wassalamu‟alaikum Wr.Wb

Jakarta, 1 September 2016 Penulis

Nurul Latifah Nim: 1112051000118

(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

D. Tinjauan Pustaka ... 6

E. Metodologi Penelitian ... 8

F. Sistematika Penulisan... 10

BAB II TINJAUAN TEORITIS DAN KONSEP A. Tinjauan Tentang Dakwah ... 12

1. Pengertian Dakwah ... 12

2. Unsur-unsur Dakwah... 13

3. Tujuan Dakwah ... 15

B. Pesan Dakwah ... 17

C. Tinjauan Umum Tentang Film ... 22

1. Konseptualisasi Film ... 22

2. Film Sebagai Media Dakwah ... 22

(10)

D. Analisis Semiotika... 30

1. Pengertian Analisis Semiotika ... 30

2. Analisis Semiotika Roland Barthes ... 31

BAB III GAMBARAN UMUM FILM “BULAN TERBELAH DI LANGIT AMERIKA”

A. Produksi Film “Bulan Terbelah di Langit Amerika ... 36 1. Sekilas Film “Bulan Terbelah di Langit Amerika” ... 36

2. Pemeran-Pemeran Dalam Film “Bulan Terbelah di Langit

Amerika” ... 37

B. Sinopsis Film “Bulan Terbelah di Langit Amerika” ... 44 C. Biografi Sutradara Rizal Mantovani ... 46

BAB IV ANALISIS DATA FILM “BULAN TERBELAH DI LANGIT AMERIKA”

A. Analisis Makna Denotasi, Konotasi, dan Mitos dalam Film “Bulan

Terbelah di Langit Amerika” ... 54

B. Makna Pesan Dakwah dalam Film “Bulan Terbelah di Langit Amerika ... 74

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 76

B. Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 79

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1 Peta Tanda Roland Barthes... 33

Gambar 3.1 Foto Acha Septriasa... 37

Gambar 3.2 Foto Abimana Aryasatya... 39

Gambar 3.3 Foto Nino Fernandez... 41

Gambar 3.4 Foto Rianti Cartwright... 42

Gambar 3.5 Foto Hannal Al-Rashid... 43

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 4.1 Scene 1... 54

Tabel 4.2 Scene 26... 56

Tabel 4.3 Scene 17... 59

Tabel 4.4 Scene 28... 61

Tabel 4.5 Scene 16 &19... 63

Tabel 4.6 Scene 13 &15... 65

Tabel 4.7 Scene 27... ... 68

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengangkatan tema mengenai keagamaan merupakan suatu hal yang

beresiko tinggi. Jika terdapat hal yang menyinggung pihak lain, maka akan timbul

konflik. Begitu juga halnya dalam sebuah film yang menyampaikan pesan agama,

propaganda atau kritik sosial, pesan divisualisasikan dalam adegan-adegan visual

ataupun suara dalam film. Salah satu film yang mengambil tema tersebut adalah

film Bulan Terbelah di Langit Amerika karya Rizal Mantovani yang diproduksi

oleh Maxima Pictures.

Film ini mengambil latar belakang sebuah peristiwa terorisme

penyerangan Menara Kembar World Trade Center (WTC) di New York, Amerika Serikat pada 11 september 2001. Pada pukul 09.00 pagi waktu New York tiba-tiba

sebuah Pesawat Boeing 757 Americans Airlines menabrak menara utara gedung

World Trade Center (WTC) yang 18 menit kemudian disusul Pesawat Boeing 757 yang menabrak menara selatan WTC yang mengakibatkan kedua menara tersebut

runtuh.1 Paska kejadian serangan tersebut, wajah dunia Islam kian menjadi sorotan. Gencarnya media-media yang memberitakan bahwa otak serangan itu

adalah teroris muslim, membawa khalayak kepada konstruksi identitas agama

Islam sebagai agama yang penuh dengan kekerasan dan radikalisme.

1

(14)

2

Film “Bulan Terbelah di Langit Amerika” membahas mengenai

masyarakat di Barat yang tidak terlalu bisa menerima kehadiran Islam di dunia,

terutama di Amerika Serikat, dan mengangkat isu rasial dan keagamaan setelah

peristiwa tersebut, dimana paska pengeboman (WTC), terjadi diskriminasi dan

penyerangan-penyerangan terhadap Muslim di Amerika Serikat. Dalam film ini

digambarkan masyarakat Amerika Serikat yang seolah menyalahkan warga

muslim atas peristiwa 9/11.

Bulan Terbelah di Langit Amerika juga merupakan film yang sangat padat

dan lengkap mengungkapkan sisi kehidupan keislaman masyarakat Islam yang

tinggal di Barat. Ia bercerita tentang Suami Istri yang bernama Rangga dan

Hanum seorang muslim yang tinggal di negara Barat. Hanum yang bekerja

sebagai wartawan di Negara Muslim minoritas mendapat tugas baru yang berat

dari kantornya yang mengharuskannya menulis artikel berjudulkan “Akankah

Lebih Baik Dunia Ini Tanpa Islam”. Film ini menyampaikan pesan dakwah

tentang kemanusiaan, hidup saling tolong menolong tanpa memandang agama,

ras, ataupun bahasa dan itulah sebenarnya yang diajarkan oleh Al-Qur’an dan

Islam, dan bahwa apa yang di pahami tentang Islam sebagai agama “kekerasan” adalah salah. Karena sesungguhnya Islam adalah agama yang cinta damai dan

(15)

Karena itu selain isu SARA juga isu sosial yang melibatkan Islam di

dalamnya juga pemahaman umum terhadap Islam dan berbagai aspek yang

mengunggulkan film ini. Dari apa yang telah dipaparkan di atas, maka dari itu

penulis tertarik untuk melakukan penelitian mendalam terhadap film tersebut yang

berjudul: Analisis Semiotik Pesan Dakwah dalam Film ”Bulan Terbelah di Langit Amerika”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Berdasarkan judul dan latar belakang masalah di atas, untuk membatasi

serta mempermudah penyusunan, maka penulis akan melakukan analisis secara

semiotik dalam film “Bulan Terbelah di Langit Amerika” dengan menggunakan

metode analisis semiotik Roland Barthes, dan materi yang diteliti dalam film

tersebut dikhususkan pada bagian yang berkaitan dengan konsep dan nilai-nilai

keislaman , yang ditampilkan dalam film baik oleh aktor utama ataupun oleh alur

cerita.

2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan menjadi objek penelitian ini

terangkum dalam beberapa poin pertanyaan, yaitu:

1. Bagaimana makna denotasi, konotasi dan mitos dalam film “Bulan

Terbelah di Langit Amerika” berdasarkan konsep semitioka Roland

(16)

4

2. Pesan dakwah apa saja yang terkandung dalm film “Bulan Terbelah di

Langit Amerika” di tengah latar kehidupan sosial Amerika?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka ada beberapa tujuan

yang hendak dicapai dalam penelitian ini, yaitu:

Tujuan Teoritis:

a. Untuk mengetahui makna denotasi, konotasi dan mitos dalam film

”Bulan Terbelah di Langit Amerika” dilihat dari perspektif

semiotika.

b. Untuk mengetahui pesan dakwah Islam yang dikonstruksikan

dalam film “Bulan Terbelahdi Langit Amerika”

Tujuan Praktis:

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

kepada pembaca terhadap sesuatu yang merujuk kepada pembahasan

mengenai semiotika film, atau bagaimana bagaimana film dapat

menyampaikan suatu pesan. Serta diharapkan dapat digunakan sebagai

bahan kajian yang bermanfaat bagi mahasiswa-mahasiswa UIN Jakarta,

(17)

2. Manfaat penelitian

Adapun terdapat manfaat penelitian yang dibagi dalam dua aspek

yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.

Manfaat Teoritis:

a. Memperkaya kajian komunikasi massa melalui kajian semiotik

model Roland Bartes, khususnya bagi mahasiswa Fakultas Dakwah

Komunikasi (FDK) Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

b. Dapat dijadikan pengetahuan terhadap bentuk dan makna pesan

dakwah yang terkandung dalam sebuah film bagi mahasiswa

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) Jurusan

Komunikasi dan Penyiaran Islam, khususnya tentang analisis

Semiotik.

Manfaat Praktis:

a. Sebagai pertimbangan dalam mengembangkan dakwah Islam

dengan kemasan yang menarik dan berbeda yaitu dengan media

popular seperti film.

b. Menambah ilmu tentang cara pengambaran film bagi para

mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam khususnya,

serta mahasiswa lain yang mempunyai minat dalam bidang

(18)

6

D. Tinjauan Pustaka

Pada penelitian ini penulis juga menggunakan skripsi yang memiliki

beberapa persamaan dengan penelitian ini, sebagai referensi atau rujukan bagi

penulis dalam merumuskan permasalahan, dan sekaligus sebagai referensi

tambahan selain buku, koran dan artikel. Adapun beberapa judul penelitian yang

penulis dapatkan sebagai berikut:

Pertama “Analisis Semiotik Film Turtles Can Fly” oleh Istianah tahun

2009, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam , UIN Jakarta.2 Skripsi tersebut memiliki persamaan dengan penelitian ini dalam hal penggunaan metode analisis

semiotik Roland Barthes. Tetapi meskipun begitu makna yang ditangkap dalam

skripsi tersebut adalah tentang konsep perang dalam film Turtles Can Fly, juga perbedaan objek penelitian yang mana film yang diangkat adalah film

internasional.

Berikutnya “Analisis Semiotik Terhadap Film Animasi UPIN dan IPIN”

oleh Ahmad Bayhaki, tahun 2009, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, UIN

Jakarta. 3 Pisau analisis yang digunakan dan wacana yang diteliti berbeda dengan penelitian ini. Pada skripsi ini digunakan pisau analisis semiotika model Charles

Sanders Pierce dan wacana yang ditelitipun merupakan sebuah film animasi. Film

animasi Upin dan Ipin menyajikan pesan dakwah dalam dunia Islam. Semua itu

tercermin dalam simbol-simbol serta perilaku tokoh yang menjalankan puasa,

2Istihanah, “

Analisis Semiotik Film Turtles Can Fly‟ (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, 2009).

3

(19)

sahur, tarawih, serta ibadah-ibadah lain yang terdapat di bulan Ramadhan dan hari

raya Idul Fitri.

Selain dua skripsi tersebut penelitian ini juga merujuk pada skripsi

“Analisis Semiotik Makna Nasionalisme Pada Film Nagabonar Jadi Dua karya

Deddy Mizwar” oleh Elviras tahun 2008 Universitas Muhammadiyah Malang,

Jurusan Komunikasi.4 Tujuan penelitian ini adalah untuk mendskripsikan konstruksi nilai nasionalisme dan patriotisme di era globalisasi dengan metode

analisis semiotika Roland barthes yang mana untuk mengungkap makna

tanda-tanda yang terkandung dalam setiap adegan dan dialog yang berhubungan dengan

konstruksi nilai nasionalisme dan patriotism dalam Film Naga Bonar Jadi 2.

Meskipun penelitian ini mendapat rujukan dari skripsi-skripsi di atas dan

sama-sama meneliti tentang film, akan tetapi penelitian ini memiliki perbedaan

daripada skripsi-skripsi di atas yaitu pada fokus penelitiannya. Penelitian ini fokus

pada bentuk dan makna pesan dakwah ditampilkan dalam film “Bulan Terbelah di Langit Amerika”. Penelitian ini menggunakan analisis semiotik Roland Barthes

yang meneliti bagaimana pesan dakwah digambarkan dalam adegan-adegan

visual, audio atau narasi di dalam film “Bulan Terbelah di Langit Amerika”.

4

Elviras, “Analisis Semiotik Makna Nasionalisme Pada Film Nagabonar Jadi Dua”(

(20)

8

E. Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif semiotik yaitu

penelitian yang tidak menggunakan data data statistik dan jenis penelitiannya

adalah deskriptif seperti yang didefinisikan oleh Jalaludin Rachmat sebagai

metode yang hanya memaparkan situasi dan peristiwa dan tidak mencari atau

menjelaskan hubungan. Penelitian deskriptif timbul karena adanya suatu peristiwa

yang menarik perhatian peneliti namun belum ada kerangka teoritis yang

menjelaskannya.5

A. Subjek dan Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah film “Bulan Terbelah di Langit Amerika”,

sedangkan subjek penelitiannya adalah potongan adegan visual ataupun narasi

dialog dalam film “Bulan Terbelah di Langit Amerika” yang berkaitan dengan pesan dakwah yang ingin disampaikan di dalam film “Bulan Terbelah di Langit

Amerika”.

B. Tahapan Penelitian

a. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data, data dibagi menjadi dua, yaitu: 1) Data

primer adalah berupa data yang diperoleh dari rekaman video film “Bulan

Terbelah di Langit Amerika”. Yang kemudian di bagi per scene dan dipilih

adegan-adegan sesuai rumusan masalah, yang digunakan untuk penelitian. 2)

5

(21)

Data sekunder adalah data yang di peroleh dari dokumen, atau

literatur-literatur yang mendukung data primer, seperti buku-buku yang sesuai dengan

penelitian, artikel koran, catatan kuliah, kamus istilah, internet dan

sebaginya.

b. Teknik pengolahan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara, yang pertama

observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung dan bebas

terhadap objek penelitian dan unit analisis. Dengan cara menonton dan

mengamati adegan-adegan dan dialog dalam film “Bulan Terbelah di

Langit Amerika”. Kemudian, memilih dan menganalisa sesuai dengan

model penelitian yang dinginkan.

Kedua adalah, studi dokumentasi yaitu mengumpulkan data-data

melalui telaah dan mengkaji berbagai literatur yang sesuai dan ada

hubungnnya dengan bahan penelitian yang kemudian dijadikan bahan

argumentasi. Seperti buku-buku, artikel koran, arsip, kamus istilah,

internet dan sebagainya.

c. Teknik Analisis Data

Setelah data primer dan sekunder terkumpul kemudian

diklasifikasikan sesuai dengan pertanyaan penelitian yang telah

ditentukan. setelah data terklasifikasi dilakukan analisis data menggunakan

(22)

10

semiotika menjadi dua tingkatan penandaan, yaitu tingkat denotasi dan

konotasi yang menghasilkan makna eksplisit untuk memahami makna

tanda-tanda dalam film “Bulan Terbelah di Langit Amerika” mengenai Islam.

Dalam penelitian ini digunakan teknik analisis data yaitu Analisis

semiotik, sebagi sarana komunikasi massa penyampai pesan, dan cerminan

realitas masyarakat, sebuah film dan berbagai unsur di dalamya dapat

dikaji salah satunya dengan analisis semiotika.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembatasan skripsi ini, secara sistematis penulisannya

dibagi ke dalam lima bab beserta sub-babnya sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN, Yaitu berupa latar belakang masalah yang membahas

film sebagai media komunikasi dakwah, sekilas tentang film “Bulan Terbelah di Langit Amerika” juga tentang peristiwa teror 11 september

2001 pengeboman World Trade Center yang melatar belakangi isu rasial

pembutan film tersebut. Kemudian bab ini juga mencakup pembatasan dan

rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka,

metodologi penelitian, sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN TEORITIS, bab ini memuat teori-teori yang menunjang dan

mempunyai hubungan dengan permaslahan yang diangkat dalam skripsi

(23)

ini juga menngandung penjelasan konsep umum semiotika, konsep

semiotika Roland Barthes dan pesan dakwah.

BAB III: GAMBARAN UMUM FILM “Bulan Terbelah di Langit Amerika”, bab ini menjelaskan secara umum segala sesuatu mengenai film ”Bulan

Terbelah di Langit Amerika” jalan cerita dan penokohan dan pemeran

dalam film sinopsis dan biografi sutradara film tersebut.

BAB IV: ANALISIS DATA, bab ini yaitu berupa analisis semiotik terhadap data

dari film “Bulan Terbelah di Langit Amerika” dan tentang pesan dakwah

yang terkandung dalam film tersebut.

BAB V: PENUTUP, bab ini berupa simpulan dan saran dari penelitian yang telah

(24)

12

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Tentang Dakwah 1. Pengertian Dakwah

Secara etimologi dakwah berasal dari bahasa Arab “da’wah” yang berarti

seruan, ajakan dan panggilan. Dengan demikian secara etimologi dakwah

merupakan suatu proses penyampaian (tabligh) pesan-pesan tertentu yang berupa

ajakan atau seruan dengan tujuan agar orang lain memenuhi ajakan tersebut.6 Pengertian dakwah secara terminologi menurut beberapa ahli yang

diantaranya adalah H. M Arifin mengatakan dakwah adalah kegiatan menyeru,

baik dalam bentuk lisan dan tulisan, maupun tingkah laku dan lain sebagainya

yang dilakukan secara individual atau kelompok. Supaya timbul dalam dirinya

suatu pengetahuan kesadaran, sikap penghayatan serta pengalaman terhadap

ajaran agama, sebagai pesan yang disampaikan kepada mereka tanpa unsur

paksaan.7

Jadi, pengertian dakwah merupakan sebuah kegiatan atau ajakan, yang

mana dakwah tersebut dapat dilakukan secara sadar dan berencana, tentunya

dalam upaya mempengaruhi orang lain baik secara individu maupun secara

kelompok, supaya timbul dalam dirinya sebuah kesadaran, baik dalam sikap

penghayatan maupun pengalaman terhadap ajaran agama Islam, dan sebagai pesan

yang disampaikan kepadanya tanpa ada faktor keterpaksaan dari siapapun.

6

Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta:Gaya Media Pratama 1997), cet-2, h.31

7

(25)

Secara umum definisi dakwah yang dikemukakan para ahli menunjuk pada

kegiatan yang bertujuan perubahan positif dalam diri manusia. Perubahan positif

ini diwujudkan dengan peningkatan iman, mengingat sasaran dakwah adalah

iman. Dakwah sering dipahami sebagai upaya untuk memberikan solusi islam

terhadap berbagai masalah dalam kehidupan. Untuk itu dakwah harus dikemas

dengan cara yang menarik dan tampil secara actual, faktual dan konstektual.

Aktual berarti dapat memecahkan masalah yang kekinian dan hangat di tengah

masyarakat. Faktual berarti konkret dan nyata, sedangkan konstektual dalam arti

relavan dan menyangkut problema yang sedang dihadapi oleh masyarakat.8

Dakwah mengharapkan komunikannya bersikap dan berbuat sesuai

dengan isi pesan yang disampaikan oleh komunikatornya. Dakwah merupakan

komunikasi yang khas dengan cara pendekatan persuasif.

Maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan dakwah merupakan kegiatan

yang menyeru atau mengajak orang lain baik secara individu ataupun kelompok,

agar menjalankan syariat islam sebaik mungkin tentunya sesuai dengan pedoman

Al-Qur’an dan hadist dengan tujuan mendapatkan kehidupan yang berharga baik

di dunia maupun di akhirat.

2. Unsur-unsur Dakwah

Unsur-unsur dakwah adalah factor atau muatan-muatan yang mendukung

aktivitas dakwah itu sendiri, artinya satu kesatuan yang saling mendukung dan

mempengaruhi antara unsur satu dengan yang lainnya, antara lain:

8

(26)

14

a. Subjek Dakwah

Yang dimaksud dengan subjek dakwah adalah da’i. Da’i adalah orang

yang melaksanakan dakwah baik lisan maupun tulisan atau pun perbuatan baik

secara individu, kelompok atau berbentuk organisasi atau lembaga. Da’i

sering disebut kebanyakan orang dengan mubaligh (orang yang

menyampaikan ajaran Islam).

b. Objek Dakwah

Mad’u atau (objek dakwah) adalah isim maf’ul dari kata da’a berarti

orang yang diajak, atau yang dikenakan perbuatan dakwah mad’u adalah objek

sekaligus subjek dakwah, baik sebagai individu maupun kelompok, baik yang

beragama Islam maupun tidak, atau dengan kata lain manusia secara

keseluruhan.9

c. Metode Dakwah

Secara etimologi,metode berasal dari bahasa Yunani, motodos yang

artinya cara atau jalan.10 Jadi metode dakwah adalah jalan atau cara untuk mencapai tujuan dakwah yang dilaksanakan secara efektif dan efesien.

Menurut H. Toto Tasmara, metode dakwah adalah cara-cara tertentu

seorang da’I (komunikator) kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang.11

9

Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2004), h.90

10

Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), h.96

11

(27)

Bagaimana pun caranya. Ada beberapa dasar metode dalam melakukan

dakwah yang lebih efisien, diantaranya adalah:

1) Metode Ceramah

Metode seperti ini biasanya dilakukan oleh para penceramah yang

berhadapan langsung dengan masyarakat (Mad’u), teknik seperti ini biasanya

penceramah sudah mempersiapkan materi yang disampaikan.

2) Metode Konseling

Metode yang dilakukan dengan bertukar pikiran antara dia orang

individu, dimana seorang konselor berusaha membantu kepada kliennya

dalam memecahkan masalah. Disinilah peran seorang konselor yang harus

bisa berperan dalam menjalankan dakwahnya ketika berhadapan langsung

dengan kliennya.

3) Metode Karya Tulis

Dakwah dalam kategori bil-al-qalam tentu sangat efektif jika dalam

karya tulis akan kita sampaikan berbagai media, baik media cetak maupun

media lainnya, tulisan yan mengandung unsur dakwah tersebut senantiasa

dibuat sedemikian menarik sehingga unsur dakwah yang dimasukan dalam

karya tulis tersebut bisa mencera pola pikir para pembacanya.

3. Tujuan Dakwah

Dakwah bertujuan menciptakan suatu tatanan kehidupan individu dan

(28)

16

jasmani maupun rohani, dalam pancaran sinar agama Allah dengan mengharap

ridho-Nya.12

Tujuan dakwah adalah suatu faktor yang menjadi pedoman arah proses

yang dikendalikan secara sistematis dan konsisten. Dalam kegiatan dakwah selalu

terjadi proses interkasi, yaitu antara hubungan Da’I dengan mad’u (Objek dakwah). Interaksi dalam proses dakwah ini ditujukan mempengaruhi Mad’u yang

akan membawa perubahan sikap dengan tujuan dakwah itu mencapai kebahagiaan

dunia dan akhirat.

Selain itu tujuan dakwah dapat dilihat dari tujuan, yaitu tujuan umum dan

tujuan khusus. Tujuan umum dakwah adalah mengajak umat manusia (meliputi

orang mu’min maupun orang kafir atau musyrik) kepada jalan yang benar yang

diridhai Allah SWT,13sedangkan tujuan khusus dakwah itu sendiri adalah mengajak umat Islam untuk selalu meningkatkan taqwanya kepada Allah SWT,

dan selalu mencegah atau meninggalkan perkara yang dilarang-Nya.

Dengan demikian, tujuan dakwah adalah merubah perilaku sasaran

dakwah agar menerima dan mengamalkan ajaran Islam dalam dataran kenyataan

kehidupan sehari-hari, baik dengan masalah pribadi, keluarga ataupun

permasalahan sosial yang berhubungan dengan masyarakat agar setiap kehidupan

yang dijalankan penuh dengan keberkahan. Karena setiap aktivitas dakwah pasti

memiliki tujuan yang yang harus dicapai, tujuan ini pun sudah pasti

12Bambang S. Maarif, Komunikasi Dakwah “Paradigma Untuk Aksi”, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2010), h.26

13

(29)

diperhitungkan para aktivis dakwah agar proses dakwah itu sendiri mencapai hasil

serta efek yang diharapkan yaitu Islam yang kaffah.

B. Pesan Dakwah

Pesan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti suruhan, perintah, nasihat, harus disampaikan kepada orang lain.14 Dalam bahasa Inggris kata pesan adalah message yang memiliki arti pesan, warta, dan perintah suci. Ini diartikan bahwa pesan adalah perintah suci. Dimana terkandung nilai-nilai

kebaikan.

Menurut H.A.W Widjaja mengartikan pesan adalah keseluruhan dari apa

yang disampaikan oleh komunikator.15 Penyampaian pesan dapat dilakukan melalui lisan, tatap muka, langsung atau menggunakan media tulisan. Isi pesan

dapat berupa anjuran atau masukan. Onong Uchjana mengartikan pesan sebagai

seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator.16 Pesan adalah informasi yang dikirim kepada si penerima. Pesan ini dapat berupa verbal

maupun nonverbal, pesan secara verbal dapat secara tertulis seperti buku.

Pesan dalam Islam ialah nasehat, permintaan, amanah yang harus

disampaikan kepada orang lain. Sedangkan, Pesan dakwah menurut Mustafa Bisri

mengandung pengertian segala pernyataan yang berupa seperangkat lambang

yang bermakna yang disampaikan untuk mengajak manusia agar mengikuti ajaran

14

Wjs. Purwa Darminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), edisi Ke-3, h.883

15

H.A.W. Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), cet. Ke-3, h.14

16

(30)

18

Islam dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari yang bertujuan untuk

mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.17 Maka dari itu pesan dakwah adalah setiap pesan komunikasi yang mengandung nilai-nilai keislaman baik yang tertulis

maupun tidak tertulis.

Dalam buku Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Wardi Bachtiar

menjelaskan bahwa pesan dakwah tidak lain adalah Al-Islam yang bersumber dari

Al-Qur’an dan Hadist sebagai sumber utama yang meliputi Aqidah, Syariah dan

Akhlak dengan berbagai sumber ilmu yang diperoleh darinya.18

Adapun pesan dakwah secara garis besar dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Tentang Aqidah

Secara etimologi, aqidah berasal dari kata Al-Aqdu yang berarti ikatan,

kepastian, penetapan, pengukuhan dengan kuat, juga berarti yakin dan mantap.

Sedangkan secara terminologi, terdapat dua pengertia, yaitu pengertian secara

umum dan pengertian secara khusus. Secara umum, aqidah yaitu “pemahaman

yang benar seperti keimanan dan ketauhidan kepada Allah, iman kepada

Malaikat, Rasul, Kitab-kitab Allah, Hari Akhir, serta Qada dan Qadar. Secara

khusus akidah bersifat keyakinan bathiniyah yang mencakup ruku iman tapi

pembahasannya tidak hanya tertuju pada masalah yang wajib diimani tetapi

juga masalah-masalah yang dilarang oleh Islam”.19

17

Mustofa Bisri, Saleh Ritual Saleh Sosial, (Bandung: Mizan, 1995), h.28

18

Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Ciputat: Logos Wacana Ilmu, 1997), cet. Ke-1, hal.33-34

19

(31)

a. Iman Kepada Allah

Iman kepada Allah keyakinan yang kuat bahwa Allah adalah Rabb dan

Raja segala sesuatu, Dialah Yang Mencipta, Yang Memberi Rizki, Yang

Menghidupkan, dan Yang Mematikan, hanya Dia yang berhak diibadahi.

Kepasrahan, kerendahan diri, ketundukan, dan segala jenis ibadah tidak boleh

diberikan kepada selain-Nya, Dia memiliki sifat-sifat kesempurnaan,

keagungan, dan kemuliaan, serta Dia bersih dari segala cacat dan kekurangan.

b. Iman Kepada Malaikat

Iman kepada malaikat adalah keyakinan yang kuat bahwa Allah

memiliki malaikat-malaikat, yang diciptakan dari cahaya. Mereka,

sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Allah, adalah hamba-hamba Allah

yang dimuliakan. Adapun yang diperintahkan kepada mereka, mereka

laksanakan. Mereka bertasbih siang dan malam tanpa berhenti. Mereka

melaksanakan tugas masing-masing sesuai dengan yang diperintahkan oleh

Allah. Jadi, setiap gerakan di langit dan di bumi, berasal dari para malaikat

yang ditugasi di sana, sebagai pelaksanaan perintah Allah.

c. Iman Kepada Kitab

Maksudnya adalah, meyakini dengan sebenarnya bahwa Allah

memiliki kitab-kitab yang diturunkan-Nya kepada para nabi dan rasul-Nya,

yang benar-benar merupakan Kalam (firman, ucapan)-Nya. Ia adalah cahaya

dan petunjuk. Apa yang dikandungnya adalah benar. Tidak ada yang

(32)

20

d. Iman Kepada Rasul

Rasul dan nabi sama-sama mendapatkan wahyu, tetapi seringkali

seorang Nabi diutus Allah kepada kaum yang memang sudah beriman

sehingga perannya hanya menjalankan syari’ah yang sudah ada itu dan tidak

membawa ajaran yang baru. Seperti para Nabi yang pernah Allah utus kepada

Bani Israil setelah ditinggalkan Nabi Musa, mereka bertugas mengajarkan dan

mengamalkan Taurat, tidak membawa ajaran yang baru/bukan dari Taurat.

e. Iman Kepada Hari Akhir

Beriman kepada hari Akhir artinya meyakini dengan teguh apa yang

diberitakan oleh Allah dalam kitab-Nya dan apa yang disampaikan oleh

Rasulullah SAW dalam haditsnya terkait dengan peristiwa yang terjadi

sesudah mati, mulai fitnah kubur, azab dan nikmat kubur dan seterusnya

sampai surga dan neraka.

f. Iman Kepada Qada dan Qadar

Pengertian Qadha dan Qadar menurut bahasa Qadha memiliki

beberapa pengertian yaitu: hokum, ketetapan, pemerintah, kehendak,

pemberitahuan, penciptaan. Menurut istilah Islam, yang dimaksud dengan

qadha adalah ketetapan Allah sejak zaman Azali sesuai dengan iradah-Nya

tentang segala sesuatu yan berkenan dengan makhluk. Sedangkan Qadar arti

qadar menurut bahasa adalah: kepastian, peraturan, ukuran. Adapun menurut

Islam qadar perwujudan atau kenyataan ketetapan Allah terhadap semua

(33)

2. Tentang Akhlak

Secara etimologi akhlak berarti budi pekerti, peringai, prilaku, atau tabiat.

Secara umum ada beberapa definisi tentang akhlak: Menurut Ibrahim Anis, akhlak

adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah

perbuatan-perbuatan, baik ataupun buruknya tanpa membutuhkan pemikiran dan

pertimbangan.20

Akhlak adalah kekuatan yang timbul dari hasil perpaduan hati nurani,

pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan menyatu, membentuk suatu kesatuan

tindak akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian. Dari kealukan itu

lahirlah perasaan moral yang terdapat di dalam diri manusia sebagai fitrah,

sehingga ia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang jahat, mana

yang bermanfaat dan mana yang tidak berguna, mana yang cantik dan mana yang

buruk.

Pada dasarnya akhlak itu terbagi menjadi dua bagian, yaitu:

a. Akhlak yang baik atau terpuji (Al-Akhlaqul Mahmudah) yaitu, perbuatan

baik terhadap Tuhan, sesama manusia dan makhluk lainnya.

b. Akhlak yang buruk atau tercela (Al-Akhlaqul Madzmumah) yaitu,

perbuatan baik terhadap Tuhan, sesama manusia dan makhluk lainnya.21

20

Tutty Alawiyah, Strategi Dakwah di Lingkungan Majlis Taklim (Bandung: Mizan, 1997), h.39

21

(34)

22

3. Tentang Syariah

Syariah secara bahasa berarti jalan keluarnya air minum, secara istilah

syariah adalah segala sesuatu yang disyariatkan Allah kepada hamba-hamba-Nya,

termasuk peraturan-peraturan dan hukum segala hal yang telah ditetapkan oleh

Allah. Syariah sangat erat hubungannya dengan akidah, kalau akidah adalah iman

atau keyakinan maka syariah adalah hal yang perlu dilakukan sesudah keimanan,

yakni amal shaleh atau perbuatan sehari-hari sesuai dengan syariat Islam,

seperangkat aturan yang mengatur kehidupan manusia dari segala aspek.

C. Tinjauan Umum Tentang Film 1. Konseptualisasi Film

Film (cara pengucapan: [Filêm] atau Félêm) adalah gambar-hidup, juga

sering disebut movie semula pelesetan untuk berpindah gambar. Film, secara

kolektif, sering disebut sinema. Gambar-hidup adalah bentuk seni, bentuk populer

dari hiburan, dan juga bisnis.22 Film dihasilkan dengan rekaman dari orang dan benda termasuk fantasi dan figur palsu dengan kamera, dan atau oleh animasi.

Film memiliki banyak pengertian yang dapat dijabarkan secara luas. Film

merupakan media komunikasi sosial yang terbentuk dari penggabungan dua indra,

penglihatan dan pendengaran, yang mempunyai inti atau tema untuk

mengungapkan realita sosial yang terjadi di sekitar lingkungan tempat dimana

film itu sendiri tumbuh.

22

(35)

Film hadir dalam bentuk penglihatan dan pendengaran, dengan

penglihatan dan pendengaran inilah penonton dalam terlihat langsung nilai-nilai

yang terkandung dalam film.23 Film sendiri dapat juga berarti sebuah industri yang mengutamakan eksistensi dan ketertarikan cerita yang dapat mengajak

banyak orang terlibat.

Asas sinematografi tidak dapat digabungkan dengan asas-asas lainnya

karena asas ini berkaitan dengan pembuatan film. Asas sinematografi berisikan

bagaimana tata letak kamera sebagai alat pengambilan gambar, bagaimana tata

letak properti dalam film, tata artistik, dan berbagai pengaturan pembuatan film

lainnya. Film sebagai genre seni adalah merupakan produk sinematografi.24

Film adalah sekumpulan gambar-gambar bergerak yang dijadikan satu

untuk disajikan kepada penonton (publik). Film mempunyai kelebihan bermain

pada sisi emosional dan mempunyai pengaruh yang lebih tajam untuk memainkan

emosi pemirsa.

2. Film Sebagai Media Dakwah

Film adalah alat komunikasi massa yang mengoperkan lambang-lambang

komunikasinya dalam bentuk bayangan hidup di atas bayangan putih, hal ini

dilakukan atas bantuan proyektor, sedangkan filmnya sendiri adalah rentetan foto

di atas seloid.25 Maka, melihat sebuah film adalah melihat sebuah kenyataan

23

Syukriardi Sambas, Komunikasi Penyiaran Islam, (Bandung: Benang Merah Press, 2004), hal.93

24Heru Efendy, Mari Membuat Film, Panduan Menjadi Produser,….hal. 20

-21

25

(36)

24

dalam sebuah layar, yang kadang-kadang ceritanya bisa juga hadir dalam realitas

kehidupan sehari-hari.

Film menunjukkan pada kita jejak-jejak yang ditinggalkan pada masa

lampau, cara menghadapi masa kini, dan keinginan manusia terhadap masa yang

akan datang, sehingga dalam perkembangannya film bukan lagi sekedar usaha

menampilkan citra bergerak (Moving Images), namun juga diikuti oleh muatan-muatan kepentingan tertentu, seperti halnya politik, kapitalisme, dan hak-hak

manusia.26

Maka dengan perkembangan teknologi informasi yang semakin menggiat,

yang telah menciptakan perubahan pada banyak hal, sehingga dari berbagai

kalangan berolomba-lomba memanfaatkan teknologi canggih untuk dijadikan

media komunikasi massa sebagai sarana dakwah.

Dakwah Islami melalui kecanggihan teknologi dengan memanfaatkan

media informasi modern seperti film misalnya akan lebih efesien dari pada

dakwah kultural yang masih harus menyesuaikan dengan kondisi budaya

masing-masing daerah.

Karena selain film dapat berfungsi sebagai media komunikasi, film juga

dapat berfungsi sebagai media dakwah, yaitu media untuk mengajak kepada

kebenaran dan kembali pada jalan Allah SWT.

26

(37)

Film sebagai media dakwah, tentunya mempunyai kelebihan –kelebihan tersendiri dibandingkan dengan media-media lainnya. Dengan

kelebihan-kelebihan itulah, film dapat menjadi media dakwah yang efektif, dimana

pesan-pesannya dapat disampaikan kepada penonton atau mad‟u secara halus dan

menuyentuh relung hati. Hal ini senada dengan ajaran Allah SWT, bahwa untuk

mengkomunikasikan pesan, hendaknya dilakukan secara qawlan syadidan, yaitu pesan yang dikomunikasikan dengan benar, menyentuh, dan membekas dalam

hati.27

Oleh karena itu, selain film hadir dalam bentuk penglihatan dan

pendengaran, film juga dapat memberikan pengalaman-pengalaman baru kepada

para penonton, seperti adanya nuansa perasaan dan pemikiran. Film merupakan

sebuah nilai yang dapat memenuhi kebutuhan penonton yang bersifat spiritual,

yaitu keindahan dan transedental. Dan film dapat memberikan pengaruh yang

cukup besar kepada jiwa manusia disaat menonton, sehingga akan terjadi suatu

gejala yang menurut ilmu jiwa sosial sebagai identifikasi psikologis. Ketika

proses decoding terjadi, para penonton kerap menyamakan atau meniru seluruh

pribadinya dengan salah seorang pemeran dalam adegan film yang ditontonnya.

Maka sangat wajar ketika dakwah modern-film dapat menjangkau

pelosok-pelosok dunia dengan cepat, dan diakses dengan mudah oleh khalayak luas,

karena film merupakan mediaum komunikasi yang ampuh, bukan saja untuk

hiburan, tetapi juga untuk penerangan dan pendidikan kegamaan.

27

(38)

26

Berkaitan dengan karakternya film dapat menyampaikan pesan dengan

cara qawlan syadidan, menurut Graeme Turner, film dapat membentuk dan menghadirkan kembali realitas berdasarkan kode-kode, konvensi-konvensi, dan

ideology dari kebudayaan masyarakatnya.28

Dengan demikian, film dengan menampilkan kebudayaan Islam dan

membawa misi keselamatan bagi seluruh umat manusia, Nampak sudah semakin

penting untuk menjadikan bahan pemikiran yang agak serius bagi kalangan

muslim, khususnya mereka yang bergerak di bidang dakwah. Karena, sesuai

dengan misi yang dibawanya, bahwa muslim dan Islam merupakan rahmatan lil-„alamin.

3. Jenis dan Klasifikasi Film

Secara umum film dapat dibagi menjadi tiga jenis (genre), yaitu, Non Fiksi (Nyata), Fiksi (Rekaan), dan Eksprimental (Abstrak) :

a. Film Non Fiksi

Film Non Fiksi adalah film yang penyajiannya berdasarkan fakta, serta

tokoh, peristiwa, dan lokasi yang benar-benar nyata. Yang termasuk dalam

Non Fiksi adalah:

1) Film Dokumenter (Documentary Films)

Film dokumenter adalah film yang menyajikan realita melalui berbagai

macam tujuan, namun harus diakui film dokumenter tidak pernah lepas dari

tujuan penyebaran informasi, pendidikan, dan propaganda bagi orang atau

28

(39)

kelompok tertentu. Film dokumenter juga dapat membawa kuntungan dalam

jumlah yang cukup memuaskan. Diantaranya film dokumenter yang

menayangkan program tentang keragaman alam dan budaya.29

Kunci utama dari film dokumenter adalah penyajian fakta. Film

dokumenter berhubungan dengan orang-orang, tokoh, peristiwa atau kejadian,

namun merekam peristiwa yang sungguh-sungguh terjadi atau otentik. Film

dokumenter juga tidak memiliki tokoh protagonist dan antagonis, seperti

halnya film fiksi. Struktur bertutur film dokumenter umumnya sederhana

dengan tujuan agar memudahkan penonton untuk memahami dan

mempercayai fakta-fakta yang disajikan.30 2) Film Berita

Film Berita adalah yang mengenai atau peristiwa yang benar-benar

terjadi. Film berita berkewajiban menayangkan film yang mempunyai

nilai-nilai berita nyata (New Velue) kepada masyarakat atau publik.

3) Film Cerita

Film Cerita adalah jenis film yang mengandung suatu cerita yang

lazim dipertunjukan di gedung-gedung bioskop dengan para film terkenal dan

film ini didistribusikan sebagai barang dagangan yang diperuntukkan pada

publik.

29

Onung Uchjana Effendi, Ilmu Teori Dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: Rosda Karya,2008), h. 211

30

(40)

28

Film cerita ini disajikan kepada public dengan cerita yang

mengandung unsur-unsur yang dapat menyentuh rasa Manusia.31

b. Film Fiksi

Film Fiksi adalah film yang penyajiannya sering menggunakan cerita

rekaan diluar kejadian nyata serta memiliki konsep pengadeganan yang telah

dirancang sejak awal.32 Yang termasuk dalam film fiksi antara lain: 1) Film Kartun

Film Kartun adalah sebuah film yang berkaitan dengan cerita anak

yang didesain dalam bentuk animasi guna menyajikan hasil film yang lucu

dan menarik, film kartun berguna sebagai hiburan kepada publik dan

memberikan sajian menarik.

2) Film Horor

Film Horor adalah film yang berkaitan dengan mistik, yang selalu

menyajikan hal-hal diluar akal manusia, film ini disajikan untuk memberikan

nuansa yang berbeda dengan film-film lainnya.33

Film memiliki tujuan utama memberikan efek rasa takut, kejutan, serta

terror yang mendalam bagi penontonnya. Plot film horror sebenarnya

sederhana, yakni bagaimana usaha manusia untuk melawan kekuatan jahat dan

biasanya berhubungan dengan dimensi supernatural atau sisi gelap manusia.

31Onong Uchjana Effendi, Ilmu Teori Dan FIlsafat Komunikasi, …h. 212 32

Himawan Pratista, Memahami Film, (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), h. 6

33

(41)

Film umumnya menggunakan karakter antagonis non-manusia yang berwujud

fisik menyeramkan.

Film horor umumnya mempunyai suasana setting gelap dengan dukungan ilustrasi music yang mencekam. Suasana film horror biasanya

ditujukan untuk kalangan remaja dan dewasa.34 3) Film Religius

Film Religius adalah suatu film yang mengandun dan menceritakan

sesuatu yang berkaitan dengan agama, baik berupa dakwah maupun hal-hal

yang terkait, dan didalamnya mengandung unsur-unsur agama, seperti halnya

film Mengaku Rasul, karena adegan serta dialog dalam film tersebut banyak

mengandung pesan-pesan dakwah yang bersumber dari al-Qur’an dan Hadist.

c. Film Eksperimental (Abstrak)

Film Eksperimental merupakan jenis film yang sangat berbeda dengan

dua jenis film lainnya. Struktur dari Film eksperimental sangat dipengaruhi

oleh subyektif sineas seperti gagasan, ide, emosi, serta pengalaman batin

mereka. Film Eksperimental tidak bercerita tentang apapun bahkan kadang

menentang kausalitas. Film Eksperimental umumnya berbentuk abstrak dan

tidak mudah dipahami. Hal ini disebabkan karena mereka menggunakan

simbol-simbol personal yang mereka ciptakan sendiri.35

34

Himawan Pratista, Memahami Film, (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), h. 16-17

35

(42)

30

D. Analisis Semiotika 1. Pengertian Semiotika

Semiotika berasal dari kata Yunani: semion, yang berarti tanda. Semiotika

menurut Berger memiliki dua tokoh, yakni Ferdinand de Saussure (1857-1913)

dan Charles Sander Peirce (1839-1914). Kedua tokoh tersebut mengembangkan

ilmu semiotika secara terpisah dan tidak mengenal satu sama lain. Saussure di

demikian, semiotik mempelajari hakikat tentang keberadaan suatu tanda.

Saussure menyebut ilmu yang dikembangkannya semiologi (semiology). Sedangkan Peirce menyebut ilmu yang dibangunnya semiotika (semiotics). Bagi

Peirce yang ahli filsafat dan logika, “….Penalaran manusia senantiasa dilakukan

lewat tanda. Artinya, manusia hanya dapat bernalar lewat tanda. Dalam pikirannya

logika sama dengan semiotika dan semiotika dapat diterapkan pada segala macam

tanda….” Dalam perkembangan selanjutnya istilah semiotika lebih popular

daripada semiologi.37

Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tanda (sign), berfungsinya tanda,

dan produksi makna. Tanda adalah sesuatu yang bagi seseorang berarti sesuatu

36

Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing, (Bandung: Rosdakarya, 2006), cet. 6, h. 87

37

(43)

yang lain. Dalam pandangan Zoest, segala sesuatu yang diamati atau dibuat

teramati dapa disebut tanda. Karena itu tanda tidaklah terbatas pada benda.

Adanya peristiwa tidak adanya peristiwa struktur yang ditemukan dalam sesuatu,

suatu kebiasaan, semua itu dapa disebut tanda. Sebuah bendera kecil, sebuah

isyarat tangan, sebuah kata. Suatu keheningan, suatu, suatu kebiasaan makan,

sebuah gejala mode, suatu gerak syaraf, peristiwa memerahnya wajah, suatu

kesukaan tertentu, letak bintang tertentu, suatu sikap, setangkai bunga, rambut

uban, sikap diam membisu, gagap, berbicara cepat, berjalan sempoyongan,

menatap, api, putih, bentuk, bersudut tajam, kecepatan, kesabaran, kegilaan,

kekhawatiran, kelengahan, semua itu dianggap sebagai tanda.38

Menurut Saussure, tanda adalah kesatuan dari dua bidang yang tidak dapat

dipisahkan, seperti halnya selembar kertas. Dimana ada tanda, disana ada sistem.

Artinya, sebuah tanda (berwujud kata atau gambar) mempunyai dua aspek yang

ditangkap oleh indra kita yang disebut dengan signifier, bidang penanda atau bentuk. Aspek lainnya disebut signified, bidang petanda atau konsep atau makna. Aspek kedua terkandung di dalam aspek pertama. Jadi, petanda merupakan

konsep atau apa yang dipresentasikan oleh aspek pertama.

2. Analisis Semiotika Roland Barthes

Salah satu pengikut Sausure, Roland Barthes, membuat sebuah model

sistematis dalam menganalisis makna dari tanda-tanda. Fokus Barthes lebih

tertuju pada gagasan signifikasi dua tahap. Roland Barthes menggunakan istilah

38

(44)

32

order of signification. First order of signification adalah denotasi. Sedangkan konotasi second order of signification.39

Semasa hidupnya Barthes telah banyak menulis buku, diantaranya adalah

le degree zero de l‟ecriture atau “nol derajat di bidang menulis”(1953,

diterjemahkan kedalam bahasa inggris, writing degree zero 1977).

Roland Barthes lahir pada tahun 1915 dari keluarga menengah Protestan di

Cherbourg dan dibesarkan di Bayonne, kota kecil dekat pantai Atlantik di sebelah

baratdaya Prancis. Dia dikenal sebagai salah seorang pemikir strukturalis yang

getol mempraktikkan model linguistik dan semiologi sausurean.40

Roland Barthes membuat sebuah model sistematis dalam menganalisis

makna dari tanda-tanda. Fokus perhatian Barthes lebih tertuju kepada gagasan

tentang signifikasi dua tahap (two order of signification). Two order of signification (signifikasi dua tahap atau dua tatanan pertandaan) Barthes terdiri dari first order of signification yaitu denotasi, dan second order of signification

yaitu konotasi. Tatanan yang pertama mencakup petanda yang berbentuk tanda.

Tanda yang disebut makna denotasi.41

39

M. Antonius Birowo, M.A, Metode Penelitian Komunikasi, (Yogyakarta ; Gitanyali 2004), h.45

40

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung ;Remaja Rosdakarya, 2006), h 115

41

(45)

Gambar 2.1

Sumber : Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar, (Bandung ;Remaja Rosdakarya) h. 127

Dalam gambar diatas Barthes seperti dikutip Fiske menjelaskan :

signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara signifier dan signified di dalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Barthes menyebutnya sebagai

denotasi, yaitu makna paling nyata dari tanda. Konotasi ialah kata yang digunakan

Barthes untuk menjelaskan signifikasi tahap kedua. Hal ini menggambarkan yang

terjadi ketika gambar bertemu dengan perasaan atau emosi dari pembaca serta

nilai-nilai dari kebudayaannya. Konotasi mempunyai nilai subyektif atau paling

tidak intersubyektif. Pemilihan kata-kata kadang merupakn pilihan terhadap

konotasi, misalnya kata “penyuapan” dengan “memberi uang pelicin”. Dengan

kata lain, denotasi adalah apa yang digambarkan tanda terhadap sebuah objek;

sedangkan konotasi adalah bagimana menggambarkannya (Fiske, 1990:88).42

42

(46)

34

Jadi, dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna

tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi

keberadaannya. Sesungguhnya, inilah sumbangan Barthes yang sangat berarti bagi

penyempurnaan semiology Saussure, yang berhenti pada penandaan dalam tataran

denotatif.

Pada signifikasi tahap kedua yang berhubungan dengan isi, tanda bekerja

melalui mitos (myth). Mitos adalah bagimana kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam.43 Jadi, mitos dalam pemahaman semiotika Roland Barthes adalah pengkodean makna dan nilai-nilai

sosial sebagai sesuatu yang dianggap alamiah.

Dalam gambar di atas tanda panah pada signified mengarah pada mitos.

Ini berarti mitos muncul pada tataran konsep mental suatu tanda. Mitos dikatakan

sebagai ideologi dominan pada waktu tertentu. Denotasi dan konotasi memiliki

potensi untuk menjadi ideologi yang bisa dikategorikan sebagai third order of signification (bukan istilah dari Barthes), Barthes menyebut konsep ini sebagi

myth (mitos).44

Kita dapat menemukan ideologi dalam teks dengan jalan meneliti

konotasi-konotasi yang terdapat di dalamnya (Van Zoest,1991:70). Salah satu cara

adalah mencari mitologi dalam teks-teks semacam itu. Ideologi adalah sesuatu

yang abstrak. Mitologi (kesatuan mitos-mitos yang koheren) menyajikan inkarnasi

43

Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar, ( Bandung ;Remaja Rosdakarya, 2006) h. 128

44

(47)

makna-makna yang memiliki wadah dalam ideologi. Ideologi harus dapat

diceritakan. Cerita itulah mitos.45

45

(48)

36

BAB III

GAMBARAN UMUM FILM “BULAN TERBELAH DI LANGIT AMERIKA”

A. Produksi Film “Bulan Terbelah di Langit Amerika” 1. Sekilas Film “Bulan Terbelah di Langit Amerika”

Film Drama "Bulan Terbelah Di Langit Amerika" 2015 merupakan sebuah

film yang di ambil ceritanya dari sebuah novel best seller karya Hanum Salsabiela

Rais dan Rangga Almahendra berjudul 'Bulan Terbelah Di Langit Amerika'. Film

ini disutaradai oleh Rizal Mantovani dan di bintangi artis papan atas Indonesia

seperti, Acha Septriasa, Abimana Aryasatya dan Nino Fernandez. Maxima

Pictures merilis film Bulan Terbelah Di Langit Amerika pada akhir tahun 2015.46 Film Bulan Terbelah Di Langit Amerika menceritakan tentang kisah

petualanan tokoh bernama Hanum dan Rangga ketika di Amerika dengan

background tragedi runtuhnya gedung WTC pada 11 September.

Sekilas dari cerita dari tragedi WTC diatas, kita kembali pada alasan dari

film ini dibuat. Film ini memang digarap dari sebuah novel karya Hanum Rais

tetapi kita tidak memungkiri bahwa film ini mencoba menyampaikan pesan yang

sangat berharga untuk warga dunia dalam memperbaiki nama baik Islam. Bahwa

Islam adalah agama damai, Islam tidak pernah mengajarkan umatnya untuk

membunuh orang lain apalagi membumihanguskan sebuah gedung seperti yang

46

Hiburan.lintas.info, nama-nama pemeran dan sinopsis film (2015), artikel ini diakses pada tanggal 17 Desember 2015 dari

(49)

terjadi di WTC hingga menelan korban ribuan manusia. Suatu yang menarik dari

film ini adalah satu pertanyaan yang akan dijawab jika menonton film ini yaitu

pertanyaan “Akankah Dunia Lebih Baik Tanpa Islam? (Would The World be

Better Without Islam?)”.47

Ternyata yang menulis novel Bulan Terbelah Di Langit Amerika, juga

menulis beberapa novel best seller lainnya seperti, "99 Cahaya Di Langit Eropa"

dan "Berjalan di atas Cahaya". Dan film ini juga memiliki sebuah kesan dan pesan

yang sangat bermakna bermakna. Banyak sekali makna yang bisa di ambil

pasangan suami istri tersebut. saat mereka mencoba melakukan sebuah

perjalannan ke New York.

2. Pemeran-Pemeran Dalam Film “Bulan Terbelah di Langit Amerika” a. Acha Septriasa

Gambar 3.1 Foto Acha Septriasa

Mengawali karir artis yang berdarah Minangkabau, Acha menjadi GADIS

Sampul pada tahun 2004. Dan kemudian terjun ke dunia akting melalui film

pertamanya yang berjudul "Apa Artinya Cinta?" ditahun 2005 dengan

47

Hiburan.lintas.info, nama-nama pemeran dan sinopsis film (2015), artikel ini diakses pada tanggal 17 Desember 2015 dari

(50)

38

memerankan pemain pendukung Shandy Aulia. Dan kemudian bermain dalam

film Heart bersama Nirina Zubir dan Irwansyah sekaligus membuat namanya semakin dikenal dalam dunia akting. Selain memainkan peran dalam film

tersebut, Acha juga menjadi penyanyi untuk lagu tema dalam film yang berduet

bersama Irwansyah, kekasihnya pada saat itu. Karena kesuksesan Film "Heart"

tersebut yang membawa pasangan kekasih ini kembali memerankan film “Love is

Cinta” serta sinetron "Andai Ku Tahu". Hubungan cinta mereka pun berakhir

menjelang akhir tahun 2008 silam yang disebabkan karena jarak, yang mana pada

saat itu Acha memilih melanjutkan pendidikannya di Malaysia.48

Acha juga merupakan salah satu Artis yang memiliki bayaran termahal

dalam memerangi sebuah film. Acha berada pada posisi ke-4 pada daftar

"Highest-Paid Actresses" dengan bayaran Rp 180 juta/ film. Dia berada dibawah Nirina Zubir yang saat itu memiliki honor Rp.250 juta/ film dan Luna Maya

Rp.200 juta/ film. Acha kemudian di kabarkan mendapat gaji yang lebih besar

pada saat menjadi bintang utama dalam film “Love” di tahun 2008 dengan honor

sebesar Rp 250 juta. Dan film-film selanjutnya Acha diberitakan mengalami

kenaikan honor hingga berkisar antara Rp 250-280 juta/ filmnya. Adapun

Filmografi Acha diantaranya: Apa Artinya Cinta? (2005), Heart (2006), Love is

Cinta (2007), Love (2008), In the Name of Love (2008), Krazy Crazy Krezy

(2009), Sst...Jadikan Aku Simpanan (2010), Menebus Impian (2010), Love Story

(2011), Test Pack (2012), Rectoverso (2013), Bangun Lagi Dong Lupus (2013),

48

(51)

99 Cahaya di Langit Eropa (2013), 99 Cahaya di Langit Eropa Part 2 (2014). Aku

Cinta Kamu (2014), Bulan Terbelah di Langit Amerika (2015), dan Mars

(2016).49

b. Abimana Aryasatya

Gambar 3.2

Foto Abimana Aryasatya

Abimana memulai kariernya sejak tahun 90an yang tergabung dengan

penggarapan Film Lupus dimana film ini telah beberapa kali digarap dengan versi

yang berbeda.Pria kelahiran Jakarta, 24 Oktober 1982 pada saat itu nama belum

begitu populer dan pada tahun 2011 dimana dia ikut membintangi sebuah film

layar lebar berjudul Catatan Si Boy dimana film ini sendiri telah dirilis ulang

dengan versi yang berbeda telah menjadikan nama Abimana dikenal masyarakat

luas.

Sejak pemutaran Film Catatan Si Boy tahun itu, hampir setiap tahunnya

Abimana selalu disibukkan dengan film film lain yang selalu menjadi salah satu

film yang laris dipasaran. Nama Abimana sendiri disandang belum lama ini

49

(52)

40

karena sebelumnya diawal karier Abimana menggunakan nama Robertino. Dari

penuturan Abimana, Nama Robertinbo sendiri adalah nama yang dimiliki sejak

lahir, namun nama itu merupakan nama dari ayah kandungnya. Penggantian Nama

ini sendiri dilakukan dengan alasan karena Abimana tidak pernah bertemu dengan

ayahnya.

Diceritakan bahwa Abimana terlahir dari keluarga yang sudah tidak utuh

lagi. Masa kecil Abimana memang bersama ibunya. Selain itu, Abimana juga

menambahkan bahwa penggantian Nama dari Robertino menjadi Abimana karena

Nama Robertino sendiri tidak mencerminkan Nama seorang Muslim. Seperti

diketahui bahwa Abimana sendiri memang sering membintangi film film dengan

nuansa religi dan agaknya Nama Robertino sudah tak ingin dia sandang lagi.

Beberapa film yang telah dibintangi diantaranya adalah Missing yang

dirilis pada tahun 2006, 12:00 am yang dirilis pada tahun 2006, Miracle

"Menantang Maut" yang dirilis pada tahun 2006, Catatan (Harian) Si Boy yang

dirilis pada tahun 2011, Republik Twitter yang dirilis pada tahun 2012, Dilema

yang dirilis pada tahun 2012, Keumala yang dirilis pada tahun 2012, Sang Pialang

yang dirilis pada tahun 2013, Belenggu yang dirilis pada tahun 2013, Coboy

Junior The Movie yang dirilis pada tahun 2013, Laskar Pelangi 2: Edensor yang

dirilis pada tahun 2013, 99 Cahaya di Langit Eropayang dirilis pada tahun 2013,

(53)

2014, 99 Cahaya di Langit Eropa part 2 pada tahun 2014, dan Bulan Terbelah di

Langit Amerika pada tahun 2015.50

c. Nino Fernandez

gambar 3.3

Foto Nino Fernandez

Nino ini lahir di Hamburg pada tanggal 13 Januari tahun 1984, ia

merupakan seorang aktor Indonesia yang sudah memiliki tempat di hati para

fansnya. Aktor yang sering bermain film ini memang memiliki karisma yang luar

biasa terhadap wanita-wanita yang di dekatnya.

Nino menjalani profesi sebagai Model Dan Aktor dari tahun 2006 Hingga

Sekarang. Putra dari pasangan Jeffrey Fernandez dan Marita Fernandez telah

banyak membintangi beberapa Film diantaranya adalah Kangen (2007), Coklat

Stroberi (2007), Terowongan Casablanca (2007), In The Name Of Love (2008),

Claudia/Jasmine (2008), Ruma Maida (2009), Get Married 2 (2009), Cowok

Bikin Pusing (2011), Bidadari-Bidadari Surga (2012), Get M4rried (2013),

Honeymoon (2013), Operation Wedding (2013), 99 Cahaya Di Langit Eropa

50

(54)

42

(2013), Guardian (2014), Hijab (2014), 99 Cahaya Di Langit Eropa Part 2 (2014),

dan Bulan Terbelah di Langit Amerika (2015).51

d. Rianti Cartwright

Gambar 3.4

Foto Rianti Cartwright

Rianti Cartwright adalah seorang VJ MTV, model, dan aktris Indonesia, ia

lahir di Bandung, Jawa Barat, tepatnya tanggal 22 September 1983.

Untuk menambah uang saku sendiri, gadis cantik bernama Rianti

Rhiannon Cartwright ini sudah terbiasa bekerja sejak kecil. Yakni di usianya yang

masih 16 tahun ia sudah terjun ke dunia model. Kemudian sempat menjadi editor

bahasa di Bandung dalam majalah Maxx-M. Setelah itu Rianti terjun ke dunia

akting. Dan tawaran pertama adalah dari Soraya Intercine Film yang menawarkan

dirinya untuk bermain dalam Eiffel I'm in Love yang dibintangi Shandy Aulia dan

Samuel Rizal. Kemudian pada tahun 2005 Rianti bermain dalam Inikah Rasanya

Cinta?

51

Gambar

Gambar 2.1 Peta Tanda Roland Barthes............................................     33
Tabel
Gambar 2.1
Gambar 3.1  Foto Acha Septriasa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah Aspek Moral dalam Novel Pasung Jiwa Karya Okky Madasari: Tinjauan

ditulis oleh Saiful Hamdi, Asna Husin dan Eka Srimulyani yang menyajikan fakta keterlibatan perempuan di ruang publik masih terkesan terbungkus dengan paradigma gender yang

Kaum kolaboratif mungkin lebih arif memandang bias gender dalam wacana hukum Islam, teori kolaboratif bukan jalan tengah dari teori konservatif dan liberal, tetapi lebih

(untuk hadis marfu’) dalam proses al-jarh wa al-ta’dil dan merasa cukup dengan slogan “setiap sahabat itu adil”. Lebih penting lagi, pendekatan historis dilakukan Mernissi

Jadi menurut bahasa kata “gender” yang dibaca dan ditulis dalam Bahasa Indonesia dengan “ gender ” berarti jenis kelamin atau lebih tepat diartikan sebagai perbedaan

Dari data hasil penelitian dan setelah dilakukan uji Spearman Rho untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan perawatan kaki diabetes dengan tingkat motivasi

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pada penyakit ginjal kronik stadium 5 non-dialisis terjadi gangguan keseimbangan kadar natrium dan klorida

(2005) yang mengkaji suhu ion dan elektron di lapisan F ionosfera pada kawasan India ketika suria minimum tahun 1995 - 1996 mendapati bahawa suhu ion dan elektron adalah berkadar