• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan pemerintahannya. Terlebih lagi pemerintahan yang bersih

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan pemerintahannya. Terlebih lagi pemerintahan yang bersih"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perekonomian Indonesia saat ini sedang menghadapi tantangan yang berat. Realisasi APBN tahun 2015 telah mengalami defisit sebesar 318,5 triliun atau sekitar 2,8% dari total PDB. Indonesia membutuhkan biaya yang besar dalam menjalankan pemerintahannya. Terlebih lagi pemerintahan yang bersih (clean government) sulit untuk diwujudkan. Tindak korupsi merajalela dari tingkat paling rendah hingga tingkat puncak. Pola birokrasi yang kurang transparan menyebabkan APBN semakin terpangkas sehingga kinerja keuangan negara semakin memburuk. Selain itu, negara juga terjebak dalam utang luar negeri yang semakin besar jumlahnya. Dalam ketidakstabilan nilai tukar rupiah saat ini maka sulit bagi Indonesia untuk dapat melunasi utangnya dalam jangka pendek (Sumiyem, 2015). Untuk membiayai pengeluaran negara, Indonesia mengandalkan pajak sebagai sumber penerimaan utama negara. Akan tetapi, realisasi penerimaan pajak hanyalah sebesar Rp 1.055 triliun atau hanya mencapai 81,5% dari target penerimaan pajak yang tercantum dalam APBNP 2015 yaitu sebesar Rp 1294,25 triliun. Realisasi penerimaan pajak tahun 2015 kembali meleset dari targetnya. Padahal menurut Sigit Priadi, Direktur Jenderal Pajak, tahun 2015 disebut-sebut sebagai tahun kebangkitan Direktorat Jenderal Pajak. Hal ini dikarenakan adanya pemilihan pimpinan secara transparan yaitu melalui proses lelang jabatan, terdapat penguatan kelembagaan, dan renumerasi pegawai.

(2)

2 Akibat tidak terpenuhinya target penerimaan pajak, pemerintah melakukan berbagai upaya untuk mencapai target baik dengan cara intensifikasi (kegiatan optimalisasi penggalian penerimaan pajak terhadap objek serta subjek pajak yang telah tercatat atau terdaftar dalam administrasi Dirjen Pajak) maupun ekstensifikasi (kegiatan yang berkaitan dengan penambahan jumlah wajib pajak terdaftar) perpajakan (Rahmawati, 2009). Alternatif yang sebelumnya pernah dipilih oleh pemerintah di antaranya yaitu kebijakan sunset policy dan pengampunan pajak (tax amnesty). Beberapa negara di luar Indonesia telah berhasil menerapkan kebijakan pengampunan pajak seperti Afrika Selatan (1995, 1996, dan 2003), India (1997), Italia (1982, 1984, 2001/2002), dan Irlandia (1988). Ada pula negara yang gagal dalam menerapkan pengampunan pajak seprti Argentina (1987) dan Perancis (1982 dan 1986). Sebelumnya Indonesia pun pernah menerapkan kebijakan pengampunan pajak pada tahun 1984. Pemerintah mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1984 yang menyatakan bahwa masyarakat akan diberikan pengampunan pajak, baik yang belum atau pun yang sudah terdaftar sebagai wajib pajak. Namun kebijakan ini dinilai tidak berhasil karena pajak belum menjadi sumber utama penerimaan negara dan kebijakan pengampunan pajak tidak diikuti kebijakan lain berupa perbaikan sistem administrasi perpajakan. Selain itu, penerapan kebijakan sunset policy pada tahun 2008 juga tidak berhasil. Pada kenyataannya, walaupun sunset policy berhasil meningkatkan wajib pajak baru sebanyak 5,6 juta wajib pajak, menambah 804.814 lembar SPT, dan meningkatkan PPh sebesar Rp 7,46 triliun, namun kepatuhan tingkat wajib pajak cenderung tetap dan tax ratio tidak meningkat

(3)

3 secara signifikan. Berdasarkan data dari LKPP, tax ratio Indonesia ada tahun 2008 yaitu sebesar 13,3% meningkat sebesar 0,9% dari tax ratio tahun 2007 yang nilainya 12,4%, namun tax ratio tahun 2009 kembali mengalami penurunan hingga mencapai 11,1%.

Untuk mengoptimalkan penerimaan pajak, pemerintah saat ini ingin menerapkan kebijakan pengampunan pajak (tax amnesty). Rencana kebijakan tersebut telah tertuang dalam RUU Pengampunan Nasional. Kebijakan pengampunan pajak tersebut ditargetkan berlaku paling lambat pada tahun 2016 dan diharapkan mampu mengejar target pajak secara cepat dan dalam jangka panjang. Kebijakan ini dapat berpeluang untuk mengambil kembali pajak yang hilang atau belum dibayar. Terlebih lagi munculnya kasus Dokumen Panama (Panama Papers) yang mengungkapkan adanya ribuan orang Indonesia yang memiliki rekening dan perusahaan di negara-negara yang memberikan pajak murah (tax heaven). Hal ini mengindikasikan bahwa orang Indonesia lebih memilih untuk menyimpan dananya di luar negeri sehingga terdapat potensi ekonomi yang hilang dan semestinya dapat dimanfaatkan untuk kepentingan Indonesia (Prasetiantono, 2016). Sebagian besar pengemplang pajak merupakan pemodal besar yang mendapatkan banyak untung dari korporasi yang dijalankannya, tetapi tidak menunaikan kewajibannya membayar pajak. Berdasarkan data dari ICW, sejak tahun 2008 jumlah perusahaan minyak dan gas yang menunggak membayar pajak semakin banyak. Sebelumnya, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengumumkan terdapat 14 perusahaan migas belum membayar pajaknya yang bernilai hingga Rp 1,6 triliun. Sedangkan Indonesian Corruption Watch (ICW) menyatakan terdapat 33 perusahaan migas

(4)

4 yang bermasalah dengan pajak yang nilainya hingga USD 583 juta (Munir,

2016). Adanya kebijakan pengampunan pajak diharapkan dapat

mengembalikan potensi ekonomi yang hilang dan mampu mendorong investasi dalam negeri serta meningkatkan penerimaan pajak.

Akan tetapi, kebijakan pengampunan pajak dapat berisiko menurunkan kepatuhan wajib pajak. Wajib pajak yang selama ini patuh membayar pajak dapat menyepelekan dan tidak ingin membayar pajak karena berharap dapat memperoleh pengampunan pajak di kemudian hari. Kebijakan ini masih menuai pro dan kontra dari masyarakat. Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persepsi Wajib Pajak Badan di Yogyakarta terhadap kebijakan pengampunan pajak. Persepsi wajib pajak merupakan hal yang penting karena kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh persepsi wajib pajak terhadap kewajibannya dalam membayar pajak.

1.2 Rumusan Masalah

a) Bagaimana pengaruh persepsi pemahaman terhadap sikap Wajib Pajak Badan atas kebijakan pengampunan pajak?

b)Bagaimana pengaruh persepsi sosialisasi terhadap sikap Wajib Pajak Badan atas kebijakan pengampunan pajak?

c) Bagaimana pengaruh persepsi kebermanfaatan terhadap sikap Wajib Pajak Badan atas kebijakan pengampunan pajak?

d)Bagaimana pengaruh persepsi keadilan terhadap sikap Wajib Pajak Badan atas kebijakan pengampunan pajak?

(5)

5 a) Mengetahui pengaruh persepsi pemahaman terhadap sikap Wajib Pajak

Badan atas kebijakan pengampunan pajak

b) Mengetahui pengaruh persepsi sosialisasi terhadap sikap Wajib Pajak Badan atas kebijakan pengampunan pajak

c) Mengetahui pengaruh persepsi kebermanfaatan terhadap sikap Wajib Pajak Badan atas kebijakan pengampunan pajak

d) Mengetahui pengaruh persepsi keadilan terhadap sikap Wajib Pajak Badan atas kebijakan pengampunan pajak

1.4 Kontribusi Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak baik dalam bidang pemerintahan maupun bidang akademik. Diharapkan penelitian ini juga dapat memberikan kontribusi terhadap:

a) Teoritis

Diharapkan hasil penelitian dapat menambah referensi pengembangan ilmu pengetahuan yang telah ada terutama di bidang akuntansi perpajakan. b) Praktis

1) Bagi peneliti selanjutnya

Sebagai referensi untuk melakukan penelitian-penelitian lain yang relevan dengan penelitian ini

2) Bagi Wajib Pajak Badan

Dapat meningkatkan kesadaran membayar pajak serta mengetahui rencana pemerintah yang terkait dengan kebijakan dalam bidang perpajakan

(6)

6

3) Bagi Pemerintah

- Sebagai sarana sosialisasi kepada masyarakat terutama Wajib Pajak

Badan mengenai kebijakan pengampunan pajak (Tax Amnesty)

- Sebagai salah satu pertimbangan pemerintah dalam menentukan kebijakan lain yang berkaitan dengan kebijakan pengampunan pajak - Sebagai salah satu kajian yang memberi pertimbangan kepada pemerintah dalam membuat kebijakan lain yang dapat meningkatkan penerimaan pajak

1.5 Batasan Penelitian

Agar pembahasan dalam penelitian ini tidak meluas dan dapat fokus, maka penelitian ini dibatasi pada:

1. Responden dalam penelitian ini merupakan Wajib Pajak Badan di

Yogyakarta yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

2. Aspek yang dibahas dalam penelitian ini meliputi pemahaman Wajib Pajak Badan terhadap pengampunan pajak, sosialisasi pengampunan pajak, kebermanfaatan pengampunan pajak, keadilan pengampunan pajak, dan sikap Wajib Pajak Badan terhadap pengampunan pajak.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini disusun menjadi lima bab pembahasan yang terdiri dari:

BAB I PENDAHULUAN

Bagian ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kontribusi penelitian, batasan penelitian, dan sistematika penulisan.

(7)

7

BAB II LANDASANAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Bagian ini menjelaskan landasan teori yang mendasari penelitian serta pengembangan hipotesis penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bagian ini membahas metode yang digunakan dalam penelitian antara lain mencakup tipe studi, variabel penelitian, populasi dan sampel, jenis dan teknik pengumpulan data, dan metode analisis data

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bagian ini mencakup hasil pengujian data dan hasil analisis data menggunakan regresi logistik

BAB V PENUTUP

Bagian ini berisi kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi yang berjudul Implementasi Bahan Ajar Lembar Kerja Siswa (LKS) Sebagai Media Pembelajaran Fiqih Di Madrasah Tsanawiah Negeri 3 Tanah Laut Kabupaten Tanah Laut, ditulis oleh

Saya percaya melalui seminar-seminar seperti ini pemimpin-pemimpin UMNO yang nadir dari seluruh peringkat bukan sahaja akan dapat memahami dengan lebih mendalam segala dasar

Dengan membuat sistem informasi penjualan tas berbasis web pada Gikita Online Shop, kita dapat membantu pengelola agar tidak lagi menggunakan cara manual dalam

Anak mengontrol Gerakan tangan yang menggunakan otot halus melalui kegiatan membuat bentuk geometri dan bus dari plastisin, kegiatan meronce.. Anak mengkreasikan sesuatu

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang sebelumnya yaitu untuk mengetahui penerimaan pajak penghasilan pasal 4 ayat (2) dan mengetahui tingkat pertumbuhan wajib pajak

Pandangan Eksklusif adalah sebuah pa ndanga n yang bersikukuh bahwa tidak ada rahm at di luar agam a tertentu.. Pandangan Inklusif adalah sebuah pandangan yang

Secara singkat, faktor yang dapat menjadi daya tarik pusat kota bagi masyarakat untuk memilih tinggal di pusat kota tersebut yang dapat menyebabkan permukiman tumbuh

Meskipun saat ini saya mengambil jurusan sesuai dengan bidang saya, saya masih bingung mba dengan pekerjaan nantinya di masa depan, karena persaingan di dunia kerja