• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Limbah Sagu (Metroxylon Sagu Rottb.) sebagai Media Tanam pada Pembibitan Tanaman Sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemanfaatan Limbah Sagu (Metroxylon Sagu Rottb.) sebagai Media Tanam pada Pembibitan Tanaman Sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen)"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

i - j r

-2

-

PEMANFAATAN LIMBAH SAGU

1 (Metro-xylon sngzi Rottb.) SEBAGAI MEDIA TANAM PADA PEMBIBITAN TANAMAN SENGON

(Pnrserinntlzes f(~lcntnric~

(L.)

Nielsen)

Oleh

WNOTO A 28.1437

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

RINGKASAN

WINOTO (A 28.1437). Pemanfaatan Limbah Sagu (Me/roxylot~ sngrr Rottb.) Seba- gai Media.Tanam &da Pembibitan Tanaman Sengon (Pnmserinr~thes fnlcntnrin

&.)

Nielsen). (Dibimbing oleh M. H. BINTORO DJOEFRIE dan ISWANDI ANAS).

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh penggunaan limbah sagu seba- gai media tanam terhadap pertumbuhan bibit sengon.

Percobaan dilalcukan di rumah kaca Jurusan Tanah, Fak~lltas Pertanian, Insti- tut Pertanian Bogor dari bulan September 1995 sampai Januari 1997.' Pembiakan mi- kroorganisme dilakukan selama 2 minggu dari akhir bulan September 1995 sampai Olctober 1995. Proses delcomposisi limbah sagu dilakulcan selama 18 minggu dari bulan Olctober 1995 sampai Februari 1996. Icemudian limbah sagu hasil delcomposisi selama 18 minggu dihamparkan di atas plast<k selama 4 bulan. Icetebalan hamparan malcsimal

5

cm agar tidalc terjadi proses dekomposisi. Selanjutnya limbah sagu dico- bakan ke tanaman dari bulan Juni 1996 sampai Januari 1997 Analisis tanah dan lim- bah sag; dilakukan 8i Laboratorium Jurusan Tanah, Fakultis Pertanian, Institut Per- tanian Bogor
(3)

kg tanah (L2) dan 1.5 kg limbah sagu pada 4.0 kg tanah (L3). ICombinasi perlakuan sebanyak 12 buah. Setiap kombinasi perlakuan terdapat 5 ulangan sehingga seluruh- nya terdapat 60 satuan percobaan.

Penambahan limbah sagu sebagai media tanam meninglcatkan pertumbuhan tinggi tanaman, diameter batang dan bobot kering tajuk. Perlakuan jenis mikroorga-

. .

nisme berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, diameter batang, bobot kering ta- julc dan bobot kering alcar. Perlalcuan mikroorganisme tanah lapisan atas memberikan'

pengaruh paling baik.

(4)

PEMANFAATAN LIMBAB SAGU

(Metroxylon sngu Rottb.) SEBAGAI MEDIA TANAM PADA PEMBTBITAN TANAMAN SENGON

(Pnmseric~nthes fnlcntnrin (L.) Nielsen)

Sliripsi

sebngni safnl~ satu synrat untuli rnernperolel~ gelnr Snrjana Pertaninn pnda Faliultns Pertaninn

Institut Pertnninn Bogor

Oleh WINOTO A 28.1437

SURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN FAICULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Judul

:

PEMANFAATAN LIMB

AH SAGU (IC.ietro.~yyEon stfgn Ro tt b.)

SEBAGAI MEDIA TANAM PADA PENBIBITAN TANAMAN

SENGON

(Pnrmerinntlzes fnlcatnrin

(L.)

Nielsen )

Nama :

WINOTO

. .

Pembimbing I Pembimbing II

Prof.

D r Ir

H. M. H.

hintoro Djoefrie, MAgr Dr I r Iswarldi Anas, MSc

NIP

: 130422690 NIP : 130607613
(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadhirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang

berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.

Karya ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertaniail pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof Dr Ir H. M. H. Bintoro

Djoefrie, MAgr dan Bapak Dr Ir Iswandi Anas, MSc selaku dosen pembimbing yang

telah memberikan bimbingan sehingga kegiatan penelitian dan penulisan karya ilmiah

inl dapat diselesaikan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada' Bapak Ir Iskandar

Lubis, MS selaku dosenpenguji yang telah memberikan masukan kepada penulis da-'

lam penulisan karya ilmiah ini.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, kakak dan adik

serta rekan-rekan di Ekasari. Disamping itu penulis mengucapkan terima kasih

ke-pada semua pihak yang telah membantu kegiatan penelitian dan penulisan karya

ilmi-ah ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Mei 1998

(7)

RIWAYATHIDUP

Penulis 、ゥャ。セゥイォ。ョ@ di Kebumen pada tanggal 21 Agustus 1971 dari pasangan

Bapak Sodari dan Ibu Doniyah, merupakan anak kedua dari tujuh bersaudara.

Pada tahun 1978 penulis masuk ke Pendidikan Taman Kanak-kanak

Kuwa-yuhan dan lulus pada tahun 1979. Penulis meneruskan ke SD Negeri 2 KuwaKuwa-yuhan

dan lulus pada tahun 1985. Penulis kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 3

Kebu-men dan lulus pada tahun 1988. Penulis Kebu-meneruskan ke SMA Ne'geri 1 KebuKebu-men dan

lulus pada tahun 1991.

Penulis meneruskan pendidikan ke Institut Pertanian Bogor melalui jalur

Un-dangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 1991. Pada tahun 1992 penulis

dite-rima di Program Studi Agronomi, Jurusan Budidaya Pert ani an, Fakultas Pertanian,

(8)

DAFTARISI

Halaman

DAFTAR TABEL...

ii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan... 4

Hipotesis ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Bahan Organik... 5

Mikroorganisme Tanah... ... ... ... ... ... 6

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat... 10

Bahan dan Alat... 10

Metode... 11

Pelaksanaan Percobaan ... ... .... ... ... ... ... ... ... ... ... 12

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil... 15

Pembahasan... ... .... ... ... ... ... 26

KESlMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... 30

Saran ... 30

DAFTARPUSTAKA. ... 31

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman teks

1. Suhu Limbah Sagu selama Proses Dekomposisi pada Berbagai

Perlakuan J enis Mikroorganisme... 17 2. Derajat Keasaman Limbah Sagu selama Proses Dekomposisi. pada

Berbagai Perlakuan J enis Mikroorganisme ... 19 3. Hasil Analisis Kimia Limbah Sagu selama Proses Dekomposisi

pada Berbagai Pelakuan Jenis Mikroorganisme ... ... ... 20 4. Sifat Kimia Berbagai Campuran Media Tanam.. ... ... ... ... 21 5. Pengaruh Pelakuan Dosis Limbah Sagu dan Jenis

Mikroorga-nisme terhadap Tinggi Tanaman pada 2, 6, 10, 14, 18, 22,

26 dan 30 MST... 22 6. Pengaruh Inteniksi Perlakuan Dosis Limbah Sagu dan Jenis

Mi-kroorganisme terhadap Tinggi Tanaman pada 2 dan 6 MST ... 23 7. Pengaruh Perlakuan Dosis Limbah Sagu dan Jenis

Mikroorganis-me terhadap DiaMikroorganis-meter Batang pada 2, 6, 10, 14, 18, 22, 26

dan 30 MST ... 23 8. Pengaruh Interaksi Perlakuan Dosis Limbah Sagu dan Jenis

Mi-kroorganisme terhadap Diameter Batang pada 2 dan 6 MST ... 24 9. Pengaruh Perlakuan Dosis Limbah Sagu dan Jenis

Mikroorganis-me terhadap Bobot Kering Tajuk dan Bobot Kering Akar

pada 30 MST... 25 Lampiran

(10)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman sengon (Paraserianthesjalcataria (L.) Nielsen) merupakan

tanam-an tropis ytanam-ang tumbuh cepat. Menurut Perhimpi dtanam-an Balitbtanam-ang Kehuttanam-antanam-an (1990)

ta-naman sengon pernah dipilih sebagai pohon ajaib (miracle tree) karena sebagai

po-hon-pohonan, sengon dapat tumbuh dengan cepat dan jika ditanam pada tanah yang

subur dan iklim yang sesuai, tingginya dapat mencapai 7 meter pada umur 1 tahun, 18

meter pada umur 3 tahun dan 30 meter pada umur 9-10 tahun. Dalam kondisi opti-.

mal, pertumbuhan diameter batang dapat mencapai 5-7 cmltahun.

Sengon merupakan tanaman yang mempunyai banyak kegunaan. Sengon

da-pat ditanam sebagai tanaman pelindung pada tanaman perkebunan. Kayu sengon 、。セ@

pat dimanfaatkan untuk pembuatan papan, peti kemas, atau bahan baku industri

ker-tas. Menurut Atmosuseno (1994) kayu sengon banyak digunakan sebagai bahan

ba-ku pembuatan peti, papan penyekat, pengecoran semen dalam konstruksi, industri

ko-rek api, pensil, papan partikel dan bahan baku industri pulp.

Pengusahaan sengon relatif mudah dan menguntungkan. Menurut

Atmosu-seno (1994) dengan modal sekitar Rp 6 juta, pengusahaan sengo.n dalam waktu 6

ta-hun akan memberikan keuntungan bersih kurang lebih Rp 21 500000.00 (Tabel

Lam-piran I). Apabila pengusahaan sengon dilakukan dalam bentuk usaha pembibitan

maka dengan modal sekitar Rp 13 juta dalam waktu I tahun akan diperoleh

(11)

2

Permintaan kayu sengon datang dari dalam maupun luar negeri. Atmosuseno

(1994) mengatakan kayu sengon dari Indonesia diekspor terutama ke 'negara Jepang,

Amerika, Korea dan negara-negara yang tergabung dalam Masyarakat Ekonomi

Ero-pa. Dewasa ini sengon merupakan salah satu jenis tanaman yang diprioritaskan pada

pengusahaan hutan tanaman industri (BTl). Menurut Basri dan Hidayat (1993)

se-ngon dipilih sebagai salah satu jenis tanaman yang dikembangkan HTI karena

sifat-nya yang cepat tumbuh dan mampu beradaptasi di tanah kritis. Kayu sengon dapat

dimanfaatkan sejak tanaman berumur muda, kurang lebih lima tahun. Al Rasjid

(1973) mengatakan pengusahaan HTl memerlukan pohon-pohon dengan kriteria

me-miliki produksi tinggi, cepat tumbuh, cepat dipungut hasilnya dan memenuhi

persya-ratan industri. Sengon merupakan jenis tanaman yang memenuhi persyapersya-ratan tersebut

Pengusahaan sengon dalam HTI merilbutuhkan bibit dala,m jumlah besar dan

berkualitas. Dalam hal ini diperlukan media pembibitan yang baik. Hartman dan

Kester (1978) menyarankan media untuk pembib1tan sebaiknya memenuhi

persya-ratan seperti subur, daya menahan air baik, sarang, bebas gulma dan patogen, serta.

kemasaman yang optimal bagi pertumbuhan tanaman. Kondisi media tersebut dapat

diperoleh dengan rr:enambahkan bahan organik ke tanah. Limbah sagu merupakan

limbah pertanian yang dapat digunakan sebagai bahan organik unt'uk memperbaiki

sifat media di pembibitan.

Ketersediaan limbah sagu di Indonesia cukup besar. Nasution, Basri dan

Kar-sinah (1995) melaporkan dewasa ini Indonesia memiliki cadangan sagu terbesar

de-ngan luas mencakup 50.9% dari perkiraan populasi dunia. Soekarto dan Wijandi

(12)

terse-3

bar terutama di daerah Irian Jaya, Maluku, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur,.

Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Bengkulu, pulau Mentawai, pantai barat

Su-matera Barat, pantai timur Riau dan SuSu-matera Utara serta beberapa temp at di Aceh,

Bogar, Banten, Sukabumi, Cianjur dan pantai utara Jawa Tengah. Purnomo dan

Pra-hasto (1984) melaporkan potensi produksi sagu di Irian Jaya kurang lebih 12.3 juta

tonltahun, sedangkan di Maluku kurang lebih 800 ribu ton Itahun.

Menurut Haryanto dan Pangloli (1992) dewasa ini sagu mulai banyak

diperha-tikan para ahli, peneliti, perencana, pengambil keputusan (pemerintah), para

pengu-. saha, karena selain sebagai sumber pangan, sagu menjanjikan banyak harapan untuk

dijadikan bahan baku berbagai macam keperluan industri. Supriadi dan Hakim

(1991) mengatakan khusus untuk keperluan bahan pangan, pemanfaatan sagu akan

semakin berkembang dengan dikeluarkan Instruksi Presiden No. 20 tahun 1979

ten-tang usaha diversifikasi pangan dalam susunan makanan masyarakat Indonesia.

Apabila ketersediaan limbah sagu yang cukup besar tidak diimbangi dengan

pemanfaatan yang maksimal maka banyak limbah sagu yang terbuang. Dewasa ini

pemanfaatan limbah sagu masih sedikit. Haryanto dan Pangloli. (1992) mengatakan

pemanfaatan limbah sagu masih sangat sedikit baru terbatas sebagai media tumbuh

Jamur.

Limbah sagu perlu dimanfaatkan secara maksimal diantaranya sebagai media

tanam dan sumber bahan organik di pembibitan untuk mengatasi terbatasriya jumlah

pupuk kandang. Pe}llanfaatan limbah sagu juga akan mengurangi kemungkinan

(13)

4

Pemberian limbah sagu ke media tanam sebaiknya telah matang atau nisbah

CIN-nya rendah agar berpengaruh positif terhadap pertumbuhan tanaman.

Pemberi-an limbah sagu segar ke media tPemberi-anam akPemberi-an merugikPemberi-an tPemberi-anamPemberi-an. BuntPemberi-an (1982)

me-ngatakan penambahan ampas sagu dengan nisbah elN tinggi mendorong

pertum-buhan j asad renik dan mengikat beberapa unsur hara tanaman sehingga terlihat

ta-naman kekurangan unsur hara sementara.

Penggunaan· T. harzianum Rifai Aggr. dan mikroorganisme tanah lapisan atas

diharapkan dapat mempercepat proses dekomposisi limbah sagu. Trichoderma

harzi-anum Rifai Aggr. merupakan golongan kapang yang dapat menghasilkan enzim

selu-lase sehingga diharapkan akan mendegradasi limbah sagu yang mempunyai

kandung-an selulosa cukup tinggi. Menurut Harykandung-anto dkandung-an Pkandung-angloli (1992) kkandung-andungkandung-an selulosa

limbah sagu sekitar 62%.

Tujuan Penelitian

Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh penggunaan limbah sagu sebagai

media tanam terhadap pertumbuhan bibit sengon.

Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam percobaan ini yaitu :

1. Penggunaan mikroorganisme mempercepat proses dekomposisi limbah sagu.

2. Pemberian limbah sagu mempercepat pertumbuhan bibit sengon

3. Terdapat interaksi pengaruh antara dosis dengan penggunaan mikroorganisme

yang berbeda pada proses dekomposisi limbah sagu terhadap pertumbuhan bibit

(14)

TINJAUAN PUSTAKA

Bahan Organik

Bahan organik mempunyai peranan penting dalam memperbaiki sifat fisik,

ki-mia dan biologi tanah dan selanjutnya terhadap pertumbuhan tanaman. Pemberian

bahan organik ke dalam tanah akan meningkatkan kapasitas tukar kation dan daya

pe-gang tanah terhadap air. Menurut Soepardi (1983) setengah dari kapasitas tukar

kati-on tanah biasanya berasal dari bahan organik dan merupakan pemantap agregat tanah

yang tiada taranya. Stevenson (1982) mengatakan pertumbuhan tanaman yang

di-tanam pada tanah yang diberi bahan organik ternyata lebih vigor, lebih sehat dan

ha-ranya lebih banyak dibandingkan dengan tanaman yang ditanam pada tanah dengan

pemberian hara anorganik dalam jumlah yang sarna dalam bentuk pupuk buatan.

Bahan organik dapat diperoleh dari jaringan tumbuhan atau hewan. Menurut

Soepardi (1983) sumber asli bahan organik yaitu jaringan tumbuhan. Binatang

bia-sanya dianggap sebagai penyumbang bahan organik sekunder setelah tumbuhan.

Me-nurut Leiwakabessy (1988) bahan organik tanah secara umum dibedakan atas :

ba-han organik yang relatif sulit didekomposisikan selanjutnya oleh jasad renik, yang

di-sebut humus dan bahan organik yang mudah didekomposisikan. Bentuk terakhir

ter-sebut berkisar dari sisa-sisa tanaman yang masih segar sampai dengan bentuk terakhir

menj elang bentuk yang resist en.

Bahan organik yang akan ditambahkan ke media tumbuh tanaman sebaiknya

(15)

pertum-6

buhan tanaman. Menurut Leiwakabessy (1988) nisbah CIN dari tanaman, humus atau

tanah memberikan gambaran tentang mudah tidaknya bahan tersebut didekomposisi,

tingkat kematangan dari bahan organik tersebut atau tentang mobilisasi nitrogen

ta-nah. Apabila bahan organik yang akan dihancurkan mempunyai nisbah CIN lebih

besar dari 30 maka akan teIjadi imobilisasi nitrogen tanah. Jika nisbah CIN 20-30

tidak terjadi imobilisasi nitrogen maupun maupun pelepasan nitrogen dari bahan

organik sedangkan jika nisbah CIN lebih kecil dari 20 maka cepat teIjadi pelepasan

nitrogen dari bahan organik ke dalam tanah. Menurut Soepardi (1983) jika sejumlah

besar sisa tumbuhar; yang mempunyai nisbah CIN tinggi dimasukkan ke dalam tanah

maka flora heterotrofik, yaitu bakteri, fungi dan aktinomisetes menjadi aktif dan

ber-kembang biak secara cepat serta menghasilkan CO2 dalam jumlah besar. Dalam

kea-daan tersebut nitrat di dalam tanah akan berkurang karena akan dimanfaatkan oleh

jazad mikro untuk membentuk jaringan tubuhnya. Selama pelapukan nisbah C

de-ngan N menurun karena karbon dibebaskan sedangkan nitrogen tidak.

Limbah sagu merupakan limbah pertanian yang dapat dimanfaatkan sebagai

sumber bahan organik untuk memperbaiki sifat media tanam terutama sifat fisiknya.

Limbah sagu merupakan sisa empulur sagu setelah diambil patinya. Limbah sagu

be-rupa serat-serat kecil tidak memadat sehingga akan mempunyai daya pegang air yang

cukup tinggi.

Mikroorganisme Tanah

Beberapa mikroorganisme tanah telah diketahui mempunyal peranan yang

penting dalam pertanian. Mikroorganisme tersebut berperan penting dalam proses

(16)

7

tanah dari golongan fungi yang mempunyai peranan penting dalam pertanian dan mempunyai adaptasi lingkungan yang luas. Soepardi (1983) mengatakan kapang ber-kembang baik dalam suasana masam, netral, atau alkalin. Kapang akan berber-kembang lebih baik dalam suasana masam karena persaingan bakteri maupun aktinomisetes sa-ngat terbatas.

Kapang dijumpai di setiap horison tanah terutama dalam lapisan olah yang banyak mengandung bahan organik dan aerasi tanah baik. Jenis kapang yang banyak dijumpai yaitu Penicillium spp., Mucor spp., Trichoderma spp. dan Aspergillus spp. (Soepardi, 1983). Trichoderma spp. memiliki kemampuan menghasilkan enzim se-lulase yang dapat merombak kristal selulosa secara efisien (Sasaki et. al., dalam

Taguchi, 1983). Macris dan Galiotou-Panayotou (1986) mengatakan T. harzianum

Rifai Aggr. merupakan salah satu jenis mikroorganisme yang mempunyai kemam-puan tinggi dalam memproduksi enzim selulase.

Disamping dapat menghasilkan enzim selulase, T. harzianum Rifai Aggr. me-rupakan jenis kapang yang bersifat hiper parasit, yaitu dapat membunuh patogen yang dapat menyerang tanaman. Penggunaan T. harzianum Rifai Aggr. diharapkan akan mempercepat proses dekomposisi limbah sagu. Haryanto dan Pangloli (1992) me-ngatakan limbah sagu mengandung selulosa yang cukup tinggi, ウセォゥエ。イ@ 62%.

(17)

8

Enzim selulase merupakan enzim yang dapat menguraikan biomassa seluloli-tik menjadi glukosa. Enzim selulase dapat memutuskan ikatan glikosidik B-l,4 di da-lam molekul selulosa serta mengubah selulosa, selodekstrin, se.lobiosa dan turunan selulosa lainnya menjadi glukosa (Enari, dalam Forgarty, 1983). Beberapa mikroor-ganisme prokariotik dan eukariotik memiliki kemampuan menghasilkan enzim selu-lase sebagai respon terhadap selulosa di lingkungan hidupnya. Kemampuan mengha-silkan enzim selulosa tersebut membuat mikroorganisme selulolitik dapat menghidro-lisis selulosa menjadi gula terlarut yang kemudian digunakan sebagai sumber karbon bagi pertumbuhannya (Gong dan Tsao, 1978).

Enzim selulase paling tidak terdiri atas 3 komponen enzim yaitu : Cl, aktif menghidrolisis selulosa ·alami, seperti kapas; Cx, aktif merombak selulosa terlarut, seperti Carboxy Methyl Cellulose (CMC); dan selubiase (Reese, Siu dan Levinson; 1950). Enzim selulase paling tidak terdiri atas 2 komponen Cx., yaitu Cx Endoglu-kanase (Endo B 1,4-gluEndoglu-kanase) dan Cx EksogluEndoglu-kanase (Ekso B 1,4-gluEndoglu-kanase). Cx Endoglukanase akan menghidrolisis molekul selulosa secara acak, sedangkan Cx Ek-soglukanase akan aktif melepaskan unit-unit glukosa dalam bentuk selobiosa mulai dari kedua ujung rantai molekul glukosa. Selobiosa kemudian dihidrolisis oleh enzim selubiase (B 1,4-gl':l-kosidase) menjadi glukosa (Brown, dalam Powel dan Bu'lock 1975).

(18)

9

(19)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Percobaan dilakukan di rumah kaca Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian,

Insti-tut PertanianBogor dari bulan September 1995 sampai Januari 1997. Pembiakan

mi-kroorganisme dilakukan selama 2 minggu dari akhir bulan September 1995 sampai

Oktober 1995. Proses dekomposisi limbah sagu dilakukan selama 18 minggu dari

bulan Oktober 1995 sampai Februari 1996. Kemudian limbah ウ。セオ@ hasil dekomposisi

selama 18 minggu dihamparkan di atas plastik selama 4 bulan. Selanjutnya limbah

sagu dicobakan ke tanaman dari bulan Juni 1996 sampai Januari 1997. Tanaman yang

digunakan pada percobaan ini rencananya yaitu tanaman nilam (Pogostemon cablin

Benth.), tetapi kemudian diganti dengan sengon (P. falcataria (L.) Nielsen) karena

bahan tanaman nilam yang akan digunakan tidak memenuhi kebutuhan percobaan

meskipun perbanyakan telah dilakukan. Kegiatan tersebut menyebabkan penanaman

di polibag tidak dapat segera dilakukan sehingga waktu percobaan menjadi lebih lama

dari rencana sebelumnya.

Bahan dan Alat

Percobaan menggunakan limbah sagu yang diperoleh dari pabrik pengolahan

sagu di daerah Kedung Halang, Bogor. Bahan tanaman yang digunakan berupa bibit

sengon berumur 40 hari. Benih sengon diperoleh dari Balai Benih Kehutanan Bogor.

Trichoderma harziamml Rifai Aggr. dan mikrorganisme tanah lapisan atas digunakan

pada proses dekomposisi limbah sagu. Trichoderma harzianum Rifai Aggr. diperoleh

(20)

Perta-11

nian Bogor; sedangkan mikroorganisme tanah lapisan atas diperoleh dari tanah

lapis-an atas di bawah timbunlapis-an limbah sagu dari pabrik pengolahlapis-an sagu di daerah

Ke-dung Halang, Bogor.

Media tanam yang digunakan yaitu eampuran tanah lapisan atas Latosol

Dar-maga dengan limbah sagu sesuai masing-masing perlakuan. Limbah sagu yang

di-gunakan telah mengalami proses dekomposisi selama 18 minggu dan dihamparkan

di atas plastik selama 4 bulan. Limbah sagu pada bak pengomposan diambil pada

bu-lan Februari 1996 dan sebu-lanjutnya dihamparkan di atas plastik. Pada bubu-lan Juni 1996

limbah sagu tersebut diambil untuk dieampur dengan tanah lapisan atas Latosol

Dar-maga. Selanjutnya eampuran tanah dan limbah tersebut digunakan sebagai media

ta-nam bibit sengon. Media tata-nam ditempatkan di polibag berukuran 25 em X 35 em

sejumlah 60 polibag. Pada setiap media tanam diberikan pupuk Urea (45% N) 25

kg N/ha, SP-36 (36% P20s) 50 kg P20s/ha dan KCI (60% K20) 37.5 kg K20/ha.

Metode

Pereobaan menggunakan raneangan aeak lengkap dua faktor yang disusun

se-eara faktorial. Faktor pertama yaitu jenis mikroorganisme yang digunakan pada

pro-ses dekomposisi limbah sagu yaitu : tanpa mikroorganisme (MO), T. harzianum Rifai

Aggr. (Ml) dan mikroorganisme tanah lapisan atas (M2). Faktor kedua yaitu dosis

limbah sagu sebagai media tanam yaitu 0.0 kg limbah sagu pada 4.0 kg tanah (LO),

0.5 kg limbah sagu pada 4.0 kg tanah (Ll), 1.0 kg limbah sagu pada 4.0 kg tanah

(L2), dan 1.5 kg limbah sagu 4.0 kg tanah (L3). Kombinasi perlakuan berjumlah 12

(21)

Model yang digunakan pada penelitian ini yaitu :

Yijk = U

+

Mi

+

Lj

+

(ML)ij

+

Eijk

Yijk

=

nilai pengamatan pada perlakuan jenis mikroorganisme ke-i (i

=

0, 1, 2),

dosis limbah sagu ke-j

G

= 0, 1, 2, 3), dan ulangan ke-k (k = 1, 2, 3, 4, 5)

U = rataan umum

Mi = pengaruh jenis mikroorganisme ke-i

Lj = pengaruh dosis limbah sagu ke-j

(ML)ij = pengaruh interaksi perlakuanjenis mikroorganisme ke-i dan dosis limbah

sagu ke-j.

Yijk = galat percobaan pada ulangan ke-k, pengaruh jenis mikroorganisme ke-i

dan dosis limbah sagu ke-j

12

Asumsi dari model tersebut yaitu galat timbul secara acak, menyebar secara

normal dan nilai tengah sarna dengan no!.

Pelaksanaan Percobaan

Dekomposisi limbah sagu

Proses dekomposisi limbah sagu dilakukan selama 18 minggu menggunakan

tiga buah kotak dari bambu berukuran 1 m X 1 m X 1 m. Limbah sagu segar

dirna-sukkan ke dalam kotak masing-masing 400 kg. Pada kotak tersebut dicampurkan

ser-buk gergaji sebanyak 10% dari bobot limbah sagu segar agar diperoleh aerasi yang

baik. Pada setiap kotak diberi N dan P, masing-masing sebanyak 5 kg/ton campuran

(22)

13

Limbah sagu yang terdapat di kotak I diberi perlakuan tanpa mikroorganisme,

kotak II T. harzianum Rifai Aggr. dan kotak III mikroorganisme tanah lapisan atas.

Banyaknya inokulan dari mikroorganisme yang digunakan masing-masing 2.5% dari

bobot lim-bah sagu dan serbuk gergaj i.

Selama proses dekomposisi dilakukan pengadukan seminggu sekali agar

aera-si tetap baik. Setelah 18 minggu limbah sagu haaera-sil dekompoaera-siaera-si dihamparkan diatas

plastik selama 4 bulan. Ketebalan hamparan maksimal 5 em agar tidak terjadi proses

dekomposisi. Limbah sagu tersebut kemudian dieobakan ke tanaman.

Dalam proses dekomposisi limbah sagu dilakukan pengamatan yang terdiri

atas tiga tahap, yait\l : 1) Tahap awal , pengamatan terhadap ampas sagu segar

meli-puti analisis kandungan C, N, P,dan pH, 2) Selama dekomposisi, pengamatan

terha-dap CfN, suhu dan pH. Suhu diamati setiap hari pada pukul 09.00, 12.00, dan 15.00

Pengukuran CfN dilakukan dua minggu sekali. Pengukuran pH dilakukan seminggu

sekali. Pada pengukuran pH, sampel diambil sebanyak 10 gram ditambah aquades 25

m! dan dikoeok selama 25 menit. Cairan hasil pengoeokan diukur pH-nya dengan

menggunakan pH meter, dan 3) Tahap akbir (setelah 18 minggu), pengamatan

terha-dap ampas sagu hasil dekomposisi meliputi analisis kandungan C, N, P, K, Ca, dan

Mg, serta pH .

Persemaian

Persemaian benih sengon dilakukan pada bak plastik berisi media pasir yang

(23)

14

Benih disemai pada larikan pasir dengan kedalaman 1 em. Jarak antar larikan

5 em. Penyiraman dilakukan 2 kali kali sehari pada pagi dan sore hari sampai bibit

siap dipindah ke polibag.

Pemindahan ke polibag

Bibit dari pesemaian yang telah berumur 40 hari dipindahkan ke polibag yang

berisi media tanam berupa eampuran tanah lapisan atas dan limbah sagu hasil

dekom-posisi selama 18 minggu.

Pupuk SP-36 diberikan pada saat peneampuran tanah dengan limbah sagu,

se-dangkan pupuk Urea dan KCI diberikan satu minggu setelah tanam dengan eara

me-lingkar di sekeliling tanaman. Pemeliharaan bibit meliputi penyjraman dan

pember-sihan gulma yang tumbuh di polibag. Penyiraman dilakukan setiap hari sekali pada

pagi hari.

Pengamatan

Pengamatan dilakukan terhadap seluruh bibit di polibag yaitu 60 buah bibit.

Peubah yang diama.ti yaitu tinggi tanaman, diameter batang, bobot kering tajuk dan

bobot kering akar. Pengamatan tinggi tanaman dan diameter batang dilakukan empat

minggu sekali sejak dua minggu setelah tanam sampai 30 minggu setelah tanam.

Pengamatan bobot kering tajuk dan bobot kering akar dilakukan sekali pada 30

(24)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Selama proses dekomposisi limbah sagu dengan berbagai perlakuan jenis mi-kroorganisme terjadi perubahan warna, plastisitas, fluktuasi suhu dan pH. Limbah sa-gu hasil dekomposisi selama 18 mingsa-gu berwama coklat kehitaman. Wama limbah sagu yang mendapat perlakuan mikroorganisme lebih gelap dibandingkan yang tidak mendapat perlakuan mikroorganisme tetapi dengan perbedaan keci!. Suhu limbah sa-gu selama proses dekomposisi berfluktuasi dan cenderung semakin menurun. Suhu tertinggi yang teramati 59.330C, sedangkan suhu terendah 30.000C. Suhu tersebut terjadi pada hari ke-6 proses dekomposisi dengan perlakuan tanpa mikroorganisme. Suhu tertinggi limbah sagu dengan perlakuan T. harzianum Rifai Aggr. ataupun mi-kroorganisme tanah lapisan atas yaitu 59.000C, terjadi pada hari ke-7 proses dekom-posisi. Suhu terendah limbah sagu dengan perlakuan tanpa mikrooganisme terjadi pada hari ke-41, 99 dan 126. Pada perlakuan T. harziallllm Rifai Aggr., suhu teren-dah limbah sagu terjadi pada hari ke-99; sedangkan pada perlakuan mikroorganisme tanah lapisan atas, suhu terendah terjadi pada hari ke-55, 56, 57, 58 dan 99.

(25)

mikroorga-16

nisme. Aerasi yang baik dapat diperoleh dengan pengadukan dan pembalikan. Me-nurut Murbandono (1982) dengan pengadukan maka timbunan yang semula padat akan mendapat

02

yang eukup sehingga proses pengomposan berjalan baik. Pada ha-ri ke-70, 80 dan 90; suhu limbah sagu yang mendapat perlakuan mikroorganisme le-bih tinggi dibandingkan yang tidak mendapat perlakuan mikroorganisme. Pada saat tersebut perombakan limbah sagu yang mendapat perlakuan mikroorganisme lebih baik, diduga karena mikroorganisme yang diinokulasikan pada awal proses dekompo-sisi telah beradaptasi dengan baik. Pada saat yang sarna jumlah N dan P yang ditam-bahkan pada awal proses dekomposisi masih eukup tersedia. Pada hari kel0, 20, 30, 40, 100, 110, 120 dan 126; suhu limbah sagu yang mendapat perlakuan mikroorganis-me relatif sarna dengan yang tidak mikroorganis-mendapat perlakuan mikrootganismikroorganis-me. Pada saat tersebut perombakan pada limbah sagu yang mendapat perlakuan mikroorganisme berjalan seperti pada limbah sagu yang mendapat perlakuan tanpa mikroorganisme. Proses perombakan yang kurang baik pada hari ke-l0, 20, 30, 40 diduga karena adaptasi mikroorganisme yang diinokulasikan pada awal proses belum baik meskipun jumlah N dan P eukup tersedia; sedangkan pada hari ke-l00, 11 0, 120 dan 126,

pe-rombakan tidak berjalan baik diduga karena jumlah N dan P tinggal sedikit meskipun mikroorganisme yang ada telah beradaptasi dengan baik.

(26)

17

Tabel l. Suhu Limbah Sagu selama Proses Dekomposisi

pada Berbagai Perlakuan Jenis Mikroorganisme

Hari Suhu(OC) Hari Suhu (OC) Hari Suhu t0C)

ke- MO M1 M2 ke- MO MI M2 ke- MO M1 M2

1 35.00 37.00 36.33 43 33.00 33.00 33.00 85 33.00 35.00 34.00

2 41.00 43.00 43.00 44 32.00 32.00 33.00 86 33.00 35.00 34,00

3 51.00 52.33 52.00 45 31.33 31.67 31.67 87 33.00 35.00 SUセoo@

セ@ 55.67 55.67 55.67 46 32.00 32.00 32.00 88 33.00 35.00 35.00

5 59.00 58.67 58.00 47 33.00 32.00 31.67 89 33.00 35.00 35.00

6 59.33 58.33 58.33 48 33.00 32.00 31.33 90 33.00 35.00 35.00

7 59.00 59.00 59.00 49 33.00 32.00 31.00 91 33.00 34.00 33.50

8 49.67 49.33 49.33 50 35.00 33.00 32.33 92 34.00 35.00 34.67

9 55.33 55.00 55.33 51 35.33 33.00 31.33 93 34.00 35.00 35.00

10 56.33 56.00 57.00 52 35.00 33.50 32.50 94 34.00 35.00 35.00

11 56.33 56.00 57.00 53 34.00 32.67 30.67 95 33.00 34.00 34.00

12 55.67 55.33 55.33 54 35.67 32.33 30.67 96 33.00 34.00 33.00

13 54.33 54.33 54.67 55 39.67 32.33 30.00 97 32.00 32.67 32.00

14 47.00 47.50 47.50 56 41.00 31.50 30.00 98 30.50 30.50 30.50

15 45.33 46.67 46.33 57 41.67 33.00 30.00 99 30.00 30.00 30.00

16 49.67 50.33 51.33 58 40.67 33.00 30.00 100 32.00 31.33 30.67

17 50.00 51.00 52.00 59 40.67 33.33 30.33 101 33.67 33.33 32.33

18 49.67 51.33 52.33 60 41.00 34.33 30.67 102 35.67 34.67 34.00

19 48.33 51.00 51.67 61 41.00 37.33 31.00 103 37.00 36.33 33.67

20 47.67 50.33 51.00 62 40.00 40.33 31.67 104

21 43.00 45.00 45.00 63 38.50 40.00 32.50 105 32.00 31.50 30.50

22 46.67 47.00 48.33 64 40.00 42.67 35.67 106 31.33 32.00 31.00

23 45.67 52.33 50.67 65 40.33 42.00 38.00 107 32.67 33.67 32.33

24 43.33 52.00 48.33 66 39.00 40.00 39.33 108 33.67 35.67 34.33

25 40.67 47.67 44.67 67 38.33 40.00 40.00 109 35.67 37.67 36.00

26 39.33 44.00 42.00 68 38.33 40.33 40.33 110 35.33 37.33 35.33

27 38.33 41.00 40.33 69 38.00 40.00 40.00 111 33.33 36.33 34.67

28 35.50 36.50 36.50 70 35.50 38.50 38.00 112 31.50 33.50 32.50

29 37.67 37.67 39.67 71 36.00 39.67 39.67 113 32.00 33.00 32.67

30 39.67 39.67 42.00 72 35.00 40.00 40.00 114 32.67 33.67 33.33

31 43.00 40.67 45.00 73 35.00 39.33 38.67 115 33.67 34.67 34.67

32 44.33 41.67 44.67 74 35.00 39.33 39.00 116 34.33 35.33 35.33

33 42.67 42.67 43.00 75 35.00 40.00 38.00 117 34.00 35.33 35.33

34 42.00 42.00 42.33 76 35.00 39.00 38.00 118 33.33 34.33 34.67

35 . 37.50 38.00 39.00 77 33.50 37.50 35.50 119 32.00 33.00 32.50

36 34.67 37.00 40.67 78 33.00 38.00 36.00 120 31.00 32.33 31.33

37 34.00 36.00 40.00 79 33.00 38.00 36.00 121 31.67 32.67 32.00

38 33.00 34.67 37.00 80 33.00 37.33 36.00 122 32.67 33.00 32.33

39 81 33.00 38.00 35.33 123 33.00 33.67 33.33

40 . 31.33 33.33 32.67 82 33.00 37.00 35.00 124 32.67 33.67 33.33

41 30.00 31.00 31.00 83 33.00 37.00 35.00 125 32.00 33.00 32.67

42 31.00 31.50 32.00 84 3UO 35.00 33.50 126 30.00 32.50 3UO

Keterangan セ@ -MO : tanpa'mikroorganisme -- " - -

--M1 : T. harzianllnl Rifai Aggr.

[image:26.550.42.472.114.670.2]
(27)

18

Derajat keasaman limbah sagu selama proses dekomposisi berfluktuasi dan eenderung semakin menurun. Nilai pH limbah sagu pada akhir proses dekomposisi selama 18 minggu pada perlakuan : tanpa mikroorganisme, T. harziallum Rifai Aggr. dan mikroorganisme tanah lapisan atas; berturut-turut 5.10, 5.20 dan 4.70. Berdasar-kan nilai tersebut maka ketiga limbah sagu bereaksi masam.

Selama proses dekomposisi berlangsung, pH limbah sagu pada ketiga perla-kuan mempunyai perbedaan yang keeil. Hal tersebut menunjukan proses dekomposi-si limbah sagu yang mendapat perlakuan mikroorganisme berjalan seperti pada lim-bah sagu yang tidak mendapat perlakuan mikroorganisme. Fluktuasi pH dengan perubahan keeil menunjukan proses dekomposisi tidak berjalan dengan baik. Derajat keasaman limbah sagu selama proses dekomposisi pada berbagai perlakuan j enis mi-kroorganisme terlihat pada Tabel2.

Nisbah

e/N

limbah sagu selama proses dekomposisi semakin menurun. Hal tersebut sesuai dengan pemyataan Soepardi (1983) bahwa selama proses pengom-posan nisbah

e/N

akan semakin rendah sampai meneapai suatu keseimbangan. Pada akhir proses dekomposisi, nisbah

e/N

limbah sagu yang mendapat perlakuan mikro-organisme lebih rendah dibandingkan yang tidak mendapat perlakuan mikroorganis-me tetapi dengan perbedaan keci!. Nisbah

e/N

pada akhir proses dekomposisi pada perlakuan : tanpa mikroorganisme, T. harziallum Rifai Aggr. dan mikroorganisme ta-nah lapisan atas; berturut-turut 17.74, 15.18 dan 14.48. Berdasarkan nisbah

e/N

(28)

Tabel 2. Derajat Keasaman Limbah Sagu selama Proses Dekomposisi pada

Berbagai Perlakuan J enis Mikroorganisme

19

Mingguke- Tanpa mikroorganisme T. harzianum Mikroorganisme tanah

laElisan atas

1 6.83 6.79 6.92

2 6.79 6.83 6.67

3 6.34 6.41 6.49

4 6.85 6.72 6.80

5 6.65 6.66 6.66

6 6.80 6.85 6.74

7 6.50 6.94 6.73

8 6.27 6.50 6.70

9 6.05 6.18 6.53

10 5.90 6.12 5.95

11 5.89 5.86 6.20

12 5.90 5.92 6.08

13 5.98 6.05 5.95

14 5.95 6.12 6.00

15 7.16 7.08 6.90

16 6.88 6.85 6.75

17 6.90 7.05 7.08

18 5.10 5.20 4.70

Pada akhir proses dekomposisi, limbah sagu mengandung nitrogen

se-besar 2.46% (tanpa mikroorganisme), 2.91% (T. harzianum) dan 2.95%

(mikroorga-nisme tanah lapisan atas), kandungan fosfor berturut-turut 2.15%, 2.59% dan 2.22%;

serta kalium berturut-turut 1.10%, 1.05% dan 0.95%. Berdasarkan nilai tersebut,

kan-dungan N dan P limbah sagu cukup baik. Gaur (1982) mengatakan kompos yang

berkualitas baik mengandung 1.0-1.5% N, 0.44% P dan 1.25% K. Hasil analisis

ki-mia limbah sagu selama proses dekomposisi pada berbagai perlakuan jenis

mikroor-ganisme terlihat pada Tabel3.

Limbah sagu hasil dekomposisi selama 18 minggu yang ditambahkan pada

ta-nah di polibag meningkatkan KTK, basa-basa dapat dipertukarkan (kalium, kalsium,

[image:28.550.67.475.134.417.2]
(29)

20

Tabel3. Hasil Analisis Kimia Limbah Sagu selama Proses Dekomposisi pada Berbagai Perlakuan J enis Mikroorganisme

Perlakuan

Mingguke-0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

Tanpa

mikroorganisme

C(%) 50.78 47.74 48.03 43.71 45.82 43.63 41.64 43.63 41.85 (43.63)

N(%)

1.21 2.46 1.31 (2.46)

P(%) 1.34 0.71 2.06 2.24 1.48 2.26 2.15 2.15

K(%) 1.10

Ca(%) 0.22

Mg(%) 0.27

pHI-hO 5.10

CIN 41.97 19.52 34.98 (17.74)

T. harzianum Rifai Aggr.

C(%) 50.56 47.69 44.50 45.58 44.17 42.54 44.17 30.65 (44.17)

N(%)

0.69 2.91 1.08 (2.91)

P(%) 1.26 1.12 1.99 1.92 1.27 2.42 1.93 2.59

K(%) 1.05

Ca(%) 0.67

Mg(%) 0.29

pH H20 5.20

CIN 16.39 42.20 (15.18)

Mikrorganisme tanah lapisan atas

C(%) 41.13 47.04 47.63 43.91 45.96 42.72 41.85 42.73 41.95 (42.73)

N(%)

2.95 1.06 (2.95)

P(%) 1.08 1.98 2.06 1.12 1.40 1.94 2.22 2.22

K(%) 0.95

Ca(%) 0.72

Mg(%) 0.32

pH H20 4.70

CIN 16.15 43.36

-

(14.48)

Tinggi tanaman

Perlakuan dosis limbah sagu berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman

mu-Ifli 6 MST (Tabel Lampiran 3). Perlakuan dosis limbah sagu LO (0.0 kg) memberikan

pengaruh paling buruk. Perlakuan dosis limbah sagu Ll (0.5 kg), L2 (1.0 kg) dan L3

(30)

21

saling tidak berbeda nyata. Pengaruh perlakuan dosis limbah sagu terhadap tinggi

ta-naman terlihat pada Tabel S.

Perlalcuan j enis mikroorganisme berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman

(Tabel Lampiran 3). Perlakuanjenis mikroorganisme M2 (mikroorganisme tanah

la-pisan atas) memberikari pengaruh lebih baik dibandingkan dengan perlalcuan MO

(tanpa mikroorganisme). Pengaruh perlakuan jenis mikroorganisme M2

(mikroor-ganisme tanah lapis an atas) tidak berbeda nyata dengan perlakuan Ml (T. harzianum

Rifai Aggr.) (TabeIS).

Tabel 4. Sifat Kimia Berbagai Campuran Media Tanam

Media Tanam

Tanah MOLl MOL2 MOL3 MiLl MIL2 MIL3 M2Ll M2L2 M2L3

pH H20 (1:1) 4.50 5.00 5.20 4.80 5.10 5.10 5.00 4.90 5.00 5.50

pH KCI (1:1) 4.05 4.50 4.50 4.30 4.50 4.60 4.55 4.40 4.55 4.50

C(%) 1.75 5.99 3.51 4.28 2.16 2.12 3.92 3.20 4.92 7.28

N total (%) 0.09 0.31

om

0.03 0.25 0.35 0.11 0.27 0.39 0.47

Basa

dapat-dipertukarkan (meflOOg)

K 0.10 1.54 3.08 3.34 1.49 2.21 4.62 1.26 3.34 3.08

Ca 1.18 4.44 6.38 8.27 3.24 4.16 5.91 S.65 8.76 7.15

Mg 0.42 3.09 6.53 9.38 3.57 3.98 7.49 3.89 8.26 6.69

Na 0.17 1.22 1.83 2.17 1.13 1.30 2.30 1.04 1.91 1.74

KTK

(mefl00g) 14.35 21.52 20.97 22.62 18.21 19.86 28.69 20.14 25.11 18.48 AI (mefl00g) 1.67 0.07

H (meflOOg) 0.23 1.41 1.90 2.47 0.98 0.85 2.54 0.71 1.63 0.85

Keterangan :

-MOL I : Tanah (4 kg) + Limbah sagu hasil dekomposisi tanpa mikroorganisme (0.5 kg) -MOL2: Tanah (4 kg) + Limbah sagu hasH dekomposisi tanpa mikroorganisme (1.0 kg) -MOL3 : Tanah (4 kg) + Limbah sagu hasH dekomposisi tanpa mikroorganisme (1.5 kg) -MiLl: Tanah (4 kg) + Limbah sagu hasil dekomposisi T. harzianum Rifai Aggr. (0.5 kg) -MIL2 : Tanah (4 kg) + Limbah sagu hasH dekomposisi T. harzianum Rifai Aggr.(100 kg) -MIL3 : Tanah (4 kg) + Limbah sagu hasH dekomposisi T. harzianum Rifai Aggr.(105 kg)

(31)

22

Tabel 5. Pengaruh Perlakuan Dosis Lirnbah Sagu dan Jenis Mikroorganisrne terhadap Tinggi Tanarnan pada 2,6, 10, 14, 18,22,26 dan 30 MST

Perlakuan

2 6 10

Minggu

[image:31.550.53.481.100.322.2]

ke-14 18 22 26 30

... cm ... .

Dosis

LO

LI L2 L3 4.670a 4.783a 4.837a 4.880a Jenis Mikro-orgamsrne

MO 4.695b

MI 4.482b

M2 5.200a

13.513b 24.737b 18.967a 36.713a 18.613a 35.453a 16.283ab 32.273a

13.480c 28.098b 17.032b 33.193ab 20.020a 35.593a

38.333b 58.923a 60.180a 57.977a 47.978b 53.643ab 59.940a

43.900b 49.880b 54.313b

72.823a 87.810a lO0.497a 73.823a 88.313a 101.847a

72.057a 82.1l7a 94.930a

59.693b 107.163a 107.777a 101.530a

58.948b 70.372b 82.290b 88.322b

65.617ab 77.195ab 87.815ab 94.515ab

72.388a 83.522a 93.585a 99.285a

Keterangan; Angka pada kolorn yang sarna yang diikuti hurufyang sarna tidak ber-beda nyata pada uji DMRT pada tarafO.05.

Interaksi perlakuan dosis lirnbah sagu dan j enis rnikroorganisrne berpengaruh

nyata terhadap tinggi tanarnan pada 6 dan 22 MST (Tabel Larnpiran 3). Pada 6 MST,

tinggi tanarnan paling baik diperoleh pada dosis lirnbah sagu L1 (0.5 kg) yang

dikorn-binasikan dengan perlakuan jenis rnikroorganisme M2 (mikroorganisme tanah

lapis-an atas). Dosis limbah sagu L3 (1.5 kg) ylapis-ang dikombinasiklapis-an denglapis-an perlakulapis-an MO

(tanpa mikroorganisme) memberikan pengaruh paling buruk. Pada 22 MST, tinggi

tanaman paling baik pada dosis limbah sagu L1 (0.5 kg) diperoleh pada perlakuan

je-nis mikroorgaje-nisme M2(mikroorgaje-nisme tanah lapisan atas). Pada semua perlakuan

jenis mikroorganisme, dosis limbah sagu LO (0.0 kg) memberikan pengaruh paling

buruk. Pengaruh interaksi perlakuan dosis Iimbah sagu dan jenis mikroorganisme

ter-hadap tinggi tanaman terlihat pada Tabel6.

Diameter batang

Perlakuan dosis limbah sagu berpengaruh nyata terhadap diameter batang

mu-lai 6 MST (Tabel Lampiran 4). Perlakuan dosis limbah sagu LO (0.0 kg) memberikan

(32)

23

(1.5 kg) berpengaruh positif terhadap diameter batang. Pengaruh perlakuan dosis

lim-bah sagu terhadap diameter batang terlihat pada Tabel 7.

Perlakuan jenis mikroorganisme berpengaruh nyata terhadap diameter batang

(Tabel Lampiran 4). Perlakuan jenis mikroorganisme M2 (mikroorganisme tanah

la-pisan atas) memberikan pengaruh paling baik (Tabel 7).

LO

L1

L2 L3

Tabel 6. Pengaruh Interaksi Perlakuan Dosis Limbah Sagu dan Jenis Mikroorganisme terhadap Tinggi Tanaman pada 6 dan 22 MST

MO

6MST

Ml M2

... cm ...

12.930 def 14.950 cdef 12.660 ef

16.870 bcdef 15.370 cdef 24.660 a

13.650 edef 19.540 abed 22.650ab

10.470 f 18.270 abcde 20.110 abe

MO

22MST

M1 M2

... cm ...

50.820 d 51.500 d 47.320 d

82.150 be 80.000 be 101.280 a

80.390 be 94.060 ab 90.610 ab

68.130 e 83.220 be 95.000 ab

Keterangan : Angka yang diikuti hurufyang sarna tidak berbeda nyata pada uji DMRT pada taraf 0.05.

Tabel7. Pengaruh Perlakuan Dosis Limbah Sagu dan Jenis Mikroorganisme terhadapDiameter Batang pada 2,6, 10,.14, 18,22,26, dan 30 MST

Perlakuan Minggu

ke-2 6 10 14 18 22 26 30

... mm ... Dosis

LO 1.l00a 2.403b 4.247b 6.480b 9.307b 11.420b 12.507b 13.013b

Ll 1.050a 3.117a 5.617a 8.457a 11.270a 13.740a 14.673a IS.100a

L2 1.017a 2.910a 5.437a 8.910a 11.71Oa 14.223a 15.220a 15.680a

L3 1.097a 2.850a 4.790ab 8.527a 11.347a 13.900a . 15.190a 15.567a

Jenis Mikro-organisme

MO 0.993b 2.327e 4.455b 7.362b 10.367b 12.955b 13.995b 14.470b

Ml 1.045b 2.71Ob 5.090ab 8.198ab 10.750ab 13.010b 14.095b 14.440b

M2 1.160a 3.423a 5.522a 8.720a 11.608a 13.997a 15.103a 15.610a

(33)

24

Interaksi perlakuan dosis limbah sagu dan jenis mikroorganisme berpengaruh

nyata terhadap diameter batang pada 2 dan 6 MST (Tabel Lampiran 4). Pada 6 MST,

diameter batang paling baik diperoleh pada dosis L1 (0.5 kg), L2 (1.0 kg) dan L3 (1.5

kg) yang dikombinasikan dengan perlakuan mikroorganisme M2 (mikroorganisme

tanah lapisan atas). Pada perlakuan mikroorganisme M2 (mikroorganisme tanah

lapisan atas),dosis limbah sagu LO (0.0 kg) memberikan pengaruh paling buruk.

Pe-ngaruh interaksi perlakuan dosis limbah sagu dan jenis mikroorganisme terhadap

dia-meter batang terlihat pada Tabel 8.

LO. L1 L2 L3

Tabel 8. Pengaruh Interaksi Perlakuan Dosis Limbah Sagu dan Jenis Mikroorganisme terhadap Diameter Batang pada 2 dan 6 MST

MO

2MST

[image:33.555.57.478.324.454.2]

Ml M2

... mm ...

1.150 ab 1.130 ab 1.060 ab

0.940 be 1.000 abc 1.210 a

0.850 c 1.000 abc 1.200 a

1.030 abc 1.050 abc 1.210 a

MO

6MST

Ml M2

... mm ...

2.390 b 2.490 b 2.330 b

2.620 b 2.660 b 4.070 a

2.240 b 2.830 b 3.660 a

2.060 b 2.860 b 3.630 a

Keterangan : Angka yang diikuti hurufyang sarna tidak berbeda nyata pada uji DMRT pada tarafO.05.

Bobot kering tajuk

Perlakuan dosis limbah sagu berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk

pada 30 MST (Tabel Lampiran 5). Perlakuan dosis limbah sagu LO (0.0 kg)

membe-rikan pengaruh paling buruk. Perlakuan dosis limbah sagu L1 (0.5 kg), L2 (1.0 kg)

dan L3 (1.5 kg) berpengaruh positifterhadap bobot kering tajuk. Pengaruh perlakuan

dosis limbah sagu terhadap bobot kering tajuk terlihat pada Tabel 9.

Perlakuan jenis mikroorganisme berpengaruh nyata terhadap bobot kering

ta-juk pada 30 MST (Tabel Lampiran 5). Perlakuan jenis mikroorganisme M2

(34)

25

Interaksi periakuan dosis limbah sagu dan jenis mikroorganisme tidak

berpe-ngaruh nyata terhadap bobot kering tajuk (Tabel Lampiran 5).

Tabel 9. Pengaruh Perlakuan Dosis Limbah Sagu dan Jenis Mikroorganisme terhadap Bobot Kering Tajuk dan Bobot Kering Akar pada 30 MST

Perlakuan Bobot Kering Bobot Kering

[image:34.550.51.480.192.474.2]

Tajuk Akar

... gram ... Dosis

LO 30.409 b 16.445 a

L1 55.853 a 14.943 a

L2 56.310 a 15.082 a

L3 55.443 a 15.339 a

J enis mikro-organisme

MO 43.282 b 14.494 b

Ml 48.793 b 13.080 b

M2 56.393 a '18.783 a

Keterangan: Angka pada kolom yang sarna yang diikuti hurufyang sarna tidak ber-beda nyata pada uji DMRT pada tarafO.05.

Bobot kering akar

Perlakuan dosis limbah sagu tidak berpengaruh nyata terhadap bobot kering

akar pada 30 MST (Tabel Lampiran 5). Pengaruh perlakuan dosis limbah sagu

terha-dap bobot kering akar terlihat pada Tabel 9.

Perlakuan jenis mikroorganisme berpengaruh nyata terhadap bobot kering

a-kar pada 30 MST (Tabel Lampiran 5). Periakuan jenis mikroorganisme M2

(mikro-organisme tanah lapisan atas) memberikan pengaruh paling baik (Tabel 9).

Interaksi perlakuan dosis limbah sagu dan jenis mikroorganisme tidak

(35)

26

Pembahasan

Selama proses dekomposisi, Iimbah sagu mengalami perubahan warna, nisbah

elN, fluktuasi suhu.dan pH. Warna ketiga limbah sagu pada berbagai periakuan jenis

mikroorganisme berubah dari putih kekuningan menjadi coklat kehitaman. Limbah

sagu yang mendapat periakuan mikroorganisme berwarna lebih gelap dibandingkan

limbah sagu yang tidak mendapat periakuan mikroorganisme tetapi dengan perbedaan

yang keci!. Suhu dan pH ketiga limbah sagu selama proses dekomposisi juga

mem-punyai perbedaan keci!. Pada 8 minggu proses dekompossi, nisbah elN limbah sagu

yang mendapat periakuan mikroorganisme berbeda dengan yang tidak mendapat

per-lakuan mikroorganisme. Nisbah elN limbah sagu yang mendapat periakuan

mikroor-ganisme lebih tinggi dibandingkan yang tidak mendapat periakuan mikroormikroor-ganisme.

Hal tersebut diduga karena pada saat tersebut aerasi limbah sagu buruk sehingga akan

menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Mikroorganisme yang diinokulasikan

pada awa! proses dekomposisi tidak tumbuh optima!. Proses perombakan Iimbah

sa-gu berja!an lambat. Murbandono (1982) mengatakan aerasi yang baik menyebabkan

proses pengomposan berja!an dengan baik karena O2 tersedia dalam jumlah yang

cu-kup sehingga akan mendukung pertumbuhan mikroorganisme. Pada aerasi yang bu- .

ruk pertumbuhan mikroorganisme akan terhambat.

Disamping faktor aerasi limbah yang kurang baik, pertumbuhan

mikroorga-nisme yang tidak optimal diduga karena jumlah inokulan, N dan P yang diberikan

pa-da awal proses dekomposisi sedikit. Hadiwiyoto (1983) mengatakan apabila

(36)

berja-27

Ian lambat. Hal tersebut berhubungan dengan waktu adaptasi organisme perombak. Semakin banyakjumlahnya pada awal suatu proses maka adaptasinya semakin cepat.

Penambahan limbah sagu sebagai media tanam meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman, diameter batang dan bobot kering tajuk karena limbah sagu yang di-tambahkan tersebut telah matang. Limbah sagu akan memperbaiki sifat media ter-utama sifat fisiknya. Media yang baik menciptakan kondisi bagi pertumbuhan akar lebih baik dan selanjutnya berpengaruh positif terhadap pertumbuhan tanaman. Me-nurut Soepardi (1983) pengaruh bahan organik terhadap sifat fisik tanah yaitu me-rangsang granulasi, menurunkan plastisitas dan kohesi, serta meningkatkan kemam-puan menahan air. Disamping berpengaruh terhadap sifat fisik tanah, menurut Soe-pardi (1983) bahan organikjuga berpengaruh terhadap sifat kimia tanah. Bahan orga-nik akan meningkatkan kapasitas tukar kation dan berpengaruh terhadap suplai dan ketersediaan hara.

(37)

28

Penambahan limbah sagu dengan dosis yang berbeda memberikan pengaruh yang saling tidak berbeda nyata terhadap peningkatan tinggi tanaman, diameter ba-tang dan bobot kering tajuk; diduga karena ketiga limbah sagu dengan dosis yang berbeda tersebut memberikan pengaruh yang relatif sarna terhadap perbaikan media. Penambahan bahan organik dengan dosis lebih tinggi tidak selalu berpengaruh lebih baik terhadap perbaikan media, bahkan apabila bahan organik yang diberikan terlalu tinggi dapat berpengaruh negatifterhadap pertumbuhan tanaman, Devlin (1975) me-ngatakan apabila bahan organik yang diberikan terlalu tinggi maka mengakibatkan unsur hara yang ada terikat dalam bentuk yang tidak tersedia bagi tanaman, terlihat dari pertumbuhannya.

Media tanpa limbah sagu memberikan pengaruh paling buruk karena media tersebut hanya berupa tanah tanpa limbah sagu yang berfungsi sebagai bahan organik sehingga tidak terdapat perbaikan sifat media yang menyebabkan pertumbuhan ta-naman paling rendah. Disamping hal tersebut media tanpa limbah sagu akan lebih memadat dengan adanya penyiraman. Media yang memadat akan menghambat per-tumbuhan akar yang selanjutnya terhadap perper-tumbuhan tanaman secara keseluruhan. Media yang memadat berarti mempunyai aerasi yang buruk. Menurut Leiwakabessy (1988) media dengan aerasi buruk akan menekan absorpsi hara oleh tanaman. Faktor penyebabnya yaitu rasio 02/C02 dalam tanah. Semakin tinggi persentase

02

semakin tinggi pula serapan hara karena respirasi meningkat.
(38)

kua-29

(39)

KESIMPULAN PAN SARAN

Kesimpulan

Penambahan limbah sagu sebagai media tanam meningkatkan pertumbuhan

tinggi tanaman, diamete·r batang dan bobot karing tajuk. Perlakuan jenis

mikroor-ganisme berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, diameter batang, bobot kering

tajuk dan bobot kering akar. PerIakuan mikroorganisme tanah lapisan atas ュ・ュ「・イゥセ@

kan pengaruh paling baik.

Interaksi perlakuan dosis limbah sagu dan j enis mikroorganisme berpengaruh

nyata tehadap tinggi tanaman pada 6 dan 22 minggu setelah tanam serta diameter

ba-tang pada 2 adan 6 minggu setelah tanam. Kombinasi perlakuan dosis limbah sagu

0.5. kg dengan mikrQorganisme tanah lapisan atas memberikan pengaruh paling baik.

Samn

Pemanfaatan limbah sagu dengan perlakuan mikroorganisme perIu diteliti

le-bih lanjut dengan memperpendek interval waktu pembalikan sehingga diperoleh

kon-disi aerasi yang lebih baik untuk pertutnbuhan mikroorganisme pada limbah yang

di-dekomposisikan. Disamping itu perIu meningkatkan jumlah inokulan, N dan P yang

diberikan pada. proses dekomposisi limbah sagu agar mikroorganisme dapat

berkem-bang lebih baik dan perombakan berlangsung lebih cepat sehingga diperoleh limbah

(40)

DAFTAR PUSTAKA

AI Rasjid, H. 1973. Beberapa keterangan tentangAlbiziafalcataria (L.) Fosberg.

Laporan Lembaga Penelitian Hasil Hutan No. 157 : 22-26.

Atmosuseno, B. S. 1994. Budidaya, Kegunaan dan Prospek Sengon. Panebar Swa-daya. Jakarta. 143 hal.

Basri, E. dan S. Hidayat. 1993. Pengaruh asal dan umur pohon terhadap sifat penge-ringan kayu sengon. Penelitian Hasil Hutan. Pusat Penelitian dan Pengem-bangan Hasil Hutan dan Sosial Ekonomi Kehutanan. (11) 4: 129-133.

Brown, D. E. 1975. Production and use ofcellulases enzyme, p: 1-15. In A. J.

Po-wei and J. D. Bu'lock (ed.). Cellulosic Substrat. Octagon. PaperNo. 3. The University of Manchester, UK.

Buntan, A. 1982. Pengaruh bakteri pelarut P dan kompos terhadap produksi tanaman

jagung. Tesis Fakultas Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 74 hal (Tidak dipublikasikan).

Dalzell, H. W., A. J. Riddlestone, K. R. Gray and K. Thurairajan. 1987. Soil

Mana-gement : Compost production and use in tropical and subtropical environments. FAO of the United Nations. Rome.

Devlin, R. M. 1975. Plant Physiology. D' Van Nostrand Co. New York. 600p.

Enari, T. M. 1983. Microbial Cellulases, p : 183-223. In W. M. Forgarty (ed.).

Mi-crobial enzymes and biotechnology. Appl. Sci. New York.

Gaur, A. C. 1982. A manual of rural composting. Improving soil fertility through

organic recycling (F AO/UNDP region poject RAS175/004). Project Field

Do-cument No. 15. FAO of the United Nations.

Gong, C. S. and G. T. Tsao. 1978. Cellulase and biosynthesis regulation, p :

111-140. In D. Perlman (ed.). Annual Report on Fermentation Processes. Vol. III.

Academic Press. Inc., New York.

Hadiwiyoto, S. 1983. Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. Panebar Inti Idayu Press. Jakarta. 54 hal.

Hartman, H. T. and D. E. Kester. 1978. Plant Propagation 3rd (ed.). Prentice Hall of India Privat Ltd. New Jersey. 622p.

(41)

32

Kononova, M. M. 1966. Soil Organic Matter. Its Nature, its Role in Soil Formation and Soil Fertility. Pergamon Press. New York, Oxford, London. 544p

Leiwakabessy, F. M. 1988. Kesuburan Tanah. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 294 hal.

Macris, B. J. and M. Galiotou-Panayotou. 1986. Enhanced cellobiohydrolase

pro-duction from Aspergillus ustus and Trichoderma harzianum. Enzyme Microb.

Technology. 8: 141-144.

Murbandono,1. 1982. Membuat Kompos. Panebar Swadaya. Jakarta. 67 hal.

Nasution, R., E. Basri dan N. Karsinah. 1995. Penelitian dan pengembangan tanam-an industri. Warta. Pusat Penelititanam-an dtanam-an Pengembtanam-angtanam-an T.tanam-anamtanam-an Industri. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. (1) 2 : 1-4.

Perhimpi dan Balitbang Kehutanan. 1990. Peta Kesesuaian Agroklimat HTI Sengon

(Albiziajalcataria) di Pulau Jawa. 102 hal.

Purnomo, B. M., S. At dan H. Prahasto. 1984. Potensi hutan sagu rakyat Seram Ba-rat, Propinsi Maluku. Penelitian Hasil Hutan. Puslitbang Hutan. 1(3): 9-14.

Rao, N. S. S. 1982. Biofertilizer in Agriculture. Oxford and IBH Publishing. Bom-bay, New Delhi.

Reese, E. T., R. G. H. Siu dan H. S. Levinson. 1950. The biological degradation of soluble cellulose and derivates and its relationship to the mechanism of cellu-lose hydrolisis. J. Bacterial. 59: 485-497.

Sasaki, H., Y. Kamagata, S. Takao, P. Matangkasombut dan A. Bhumiratana. 1983.

Selection and classification of active cellulose decomposing fungi, p : 65-76.

In

H. Taguchi (ed.). Microbial Utilization of Renewable Resource. Vol. ill.

International Center of Cooperative Research in Biotechnology. Japan.

Soekarto, S. T. dan S. Wijandi. 1983. Prospek pengembangan sagu sebagai bahan pangan di Indonesia. Seri Monitering Strategis Perkembangan IPTEK No.4. Biro Koordinasi dan Kebijaksanaan Ilmiah-LIP1.

Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah, Fakuitas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 591 hal.

Stevenson, F. J. 1982. Humus Chemistry, Genesis, Composting, Reaction. John Wiley and Sons. New York. 401p.

(42)
(43)
[image:43.550.50.499.115.710.2]

No. 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 1 1 2 3 1 1 2 1 2 3

Tabel Lampiran I. Analisis Ekonomi Penanaman Sengon

Uraian

Biaya

TahunI:

Sewa tanah 1 ha selama 6 tahun@Rp 500 000.00 Bibit 2 000 batang @Rp 75.00

Pembuatan lobang 30 HOK @ Rp 2 750.00 Pupuk kandang 4 kg/tanaman@ Rp 40.00 Insektisida 10 I@Rp 9 000.00

Peralatan:

- Cangkul5 buah @ 7500.00 - Gergaji rantai (cliain saw) 1 unit

- Parang 10buali セrp@ 10 000.00

- Embrat 10 buah Rp 10 000.00

Pemeliharaan 2 ka I setahun, 7 HOK

Tahun II :

Urea 107 kg @Rp 350.00

Pemeliharaan 2 kali setahun, @ 7 HOK Penjarangan I, 10 HOK

Tahunill :

Pemeliharaan 2 kali setahun, @ 10 HOK

TahunIV :

Urea 64 kg@Rp 350.00

Pemeliharaan 2 kali setahun, @ 10 HOK Penjarangan II, 15 HOK

Tahun V:

Pemeliharaan 2 kali setahun, @ 10 HOK

Tahun VI:

Pemeliharaan 2 kali setahun, @ 10 HOK Pemanenan 30 HOK

Total = ... .

Pendapata'n

Kayu hasi! penjaransan dijual sebagai kayu bakar @

6 000.00/m3. Kayu hasll"pemanenan dijual sebaaai

ba-han baku kayu olaba-han @ Rp 50 000.00/m3.

l:'enda-patan dapat dihitung sebagai berikut :

Penjarangan I (40%) = 666 pohon@ 0.05 m3

Penjarangan II (40%) = 400 pohon @ 0.50 m3

Pemanenan 600 pohon @ 0.88 m3

Total = ... .

Keuntungan

Keuntungan = Pendapatan - Biaya

= (Rp 27 799 800.00 - Rp 6 334 660.00) =Rp21465140.00

Sumber: Atmosuseno (1994)

34 Nilai (Rp) 3000 000.00 150 000.00 82500.00 266560.00 90 000.00 37500.00 2 000 000.00 100 000.00 100 000.00 38500.00 37450.00 38500.00 27500.00

55 000.00

22400.00 55 000.00 41250.00

55 000.00

55 000.00 82500.00 6334660.00

199800.00 1200 000.00 26 400 000.00

(44)
[image:44.555.49.493.83.693.2]

35

Tabel Lampiran 2. Analisis Ekonomi Pembibitan Sengon

No. Uraian Nilai (Rp)

Biaya

1. Modal Dasar

1 Sewa tanah 0.5 ha (untuk satu tahun) 750000.00

2 Sarana bangunan pembibitan :.

- Sarlon 1 000 m2 @Rp 1 750.00 1 750000.00

- Kayu tiang dan papan 50 m3 @Rp 40 000.00 2000000.00

- Seng plastik bergelombang 50 lembar @ Rp 1 250.00 62500.00

- Kawat rem 1 000 m2 @Rp 550.00 550000.00

3 Peralatan:

- Sprayer 5 buah 100000.00

- Sekop 5 buah 50000.00

- Geobag dorong 3 buah 180000.00

- Gembor 3 buah 60000.00

-Drum4 buah 40000.00

- Selang plastik 100 m 150000.00

- Cangkul 5 buah 75000.00

- Ember 3 buah 15000.00

- Bak kecambah 300 buah 1050000.00

- Pancilcerek 2 buah 20000.00

- Kompor 2 buah 30000.00

Total 1= ... 6882500.00

II. Modal Lanjutan

1 Bahan

- Benih sengon 10 kg @Rp 12500.00 125000.00

- Pupuk NPK 300 kg 360000.00

- Pupuk kandang 20 kubik 500000.00

- Gandasil D 6 kg 75000.00

2 Pestisida.

- Furadan 3 G, 10 kg 40000.00

- Dithane M 45, 6 kg 84000.00

3 Formalin 90%, 3 liter 28500.00

4 Kantong polibag 290 000 buah 2030000.00

5 Minyak tanah 50 liter 20000.00

Total II = ... 3262500.00

ill. Tenaga kerja

1 Pembuatan shade house, bed eng tabur, gudang

dan bedeng pencampuran media, 150 HOK 412500.00

2 Pembuatan p.agar pembibitan, 75 HOK 206250.00

3 Pengumpulan dan pengolahan media, 90 HOK 247500.00

4 Pengisian ke polibag, 80 HOK 220500.00

(45)
[image:45.552.44.491.68.511.2]

Tabel Larnpiran 2. (Lanjutan)

No. Uraian

6 Penyirarnan, 200 HOK

7 Penyapihan, 25 HOK

8 Pernupukan, 60 HOK

9 Pengendalian harna dan penyakit

10 Penjaga pernbibitan, 200 HOK

Total III = ... .

IV. Lain-lain

1 Transportasi

2 Adrninistrasi

Total IV= ... .

Pendapatan .

Besar pendapatan dihitung berdasarkan jurnlah bibit

tersedia dil<alikan dengan harga jual bibit

@

Rp 75.00.

Jurnlah bibit tersedia daRat dihitung sebagal berikut :

- Jurnlah benih = 10 kg

rca

40 000 benih = 400000 benih

- Daya kecarnbah 80% =120 000 sernai - Kernatian 15% =48000 bibit

- Bibit tersedia = 320 000 - 48 000 bibit = 272 000 bibit

Pendapatan = 272 000 x Rp 75.00 = Rp 20 400000.00

Keuntungan = Pendapatan - Biaya

= Rp 20400000.00 - (Total I

+

II

+

III

+

IV)

= Rp 20 400 000.00 - Rp 13 340550.00 = Rp 7 059 450.00

Surnber: Atrnosuseno (1994)

36

Nilai (Rp) 550000.00 68750.00 165000.00 165000.00 550000.00 269555.00

(46)

37

Taber Lampiran 3. Sidik Ragam Tinggi Tanaman pada Minggu ke 2,6, 10, 14, 18,22,26, dan 30 Setelah Tanam.

Peubah Sumber Derajat lumlah Kuadrat F hit. P

Keragaman Bebas Kuadrat Tengah

Tinggi tanaman Ulangan 4 3.851 0.963

2MST M 2 5.433 2.717 5.480 * 0.008

L 3 0.370 0.123 0.250 0.862

MXL 6 2.287 0.381 0.770 0.599

Galat 44 21.827 0.496

Tinggi tanaman Ulangan 4 105.899 26.475

6MST M 2 428.780 214.390 9.970* 0.0003

L 3 285.659 95.220 4.430* 0.008

MXL 6 306.478 51.080 2.380* 0.044

Galat 44 945.699 21.493

Tinggi tanaman Ulangan 4 591.000 147.750

10 MST M 2 585.960 292.980 3.650* 0.034

L 3 1299.384 433.128 5.390* 0.00"3

MXL 6 559.219 93.203 1.160 0.345

Galat 44 3533.892 80.316

Tinggi tanaman Ulangan 4 972.793 243.198

14MST M 2 1432.348 716.174 4.470* 0.017

L 3 4854.058 1618.019 10.110* 0.0001

MXL 6 1434.587 239.098 1.490 0.D95

Galat 44 7044.663 160.106

Tinggi (anaman Ulangan 4 764.265 191.066

18 MST M 2 1806.369 903.185 5.100' 0.0102

L 3 9485.519 3161.840 17.840* 0.0001

MXL 6 2176.170 362.695 2.050 0.079

Galat 44 7797.714 177.221

Tinggi tan3man Ulangall 4 696.979 174.245

22MST M 2 1730.042 865.021 6.000* 0.005

L 3 15097.780 5032.593 34.880* 0.0001

MXL 6 2009.458 334.910 2.320* 0.049

Galat 44 6347.812 144.268

Tinggi tanaman Ulangan 4 1004.926 251.232

26MST M 2 1275.970 637.985 3.260' 0.048

L 3 22960.058 7653.353 39.060' 0.0001

MXL 6 2121.975 353.662 1.800 0.120

Galat 44 8621.515 195.944

Tinggi tanaman Ulangan 4 1368.157 342.039

30MST M 2 1208.509 604.255 2.700* 0.079

L 3 23950.672 7983.557 35.620* 0.0001

MXL 6 2124.392 354.065 1.580 0.176

Galat 44 9861.247 224.119

(47)
[image:47.555.43.466.115.634.2]

38

Tabel Lampiran 4. Sidik Ragam Diameter Batang I?ada Minggu ke 2, 6, 10, 14, 18,22,26, dan 30 Sptelah Tanam.

Peubah Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F hit. P

Keragaman Bebas Kuadrat Tengah

Diameter Batang Ulangan 4 0.036 0.009

2MST M 2 0.294 0.147 7.560* 0.002

L 3 0.072 0.024 1.230 0.309

MXL 6 0.362 0.060 3.110* 0.012

Galat 44 0.854 0.019

Dinmclcr Batang Ulangan 4 1.838 0.460

6MST M 2 12.353 6.177 20.060* 0.0001

L 3 4.059 1.353 4.400* 0.009

MXL 6 5.784 0.964 3.130* 0.012

Gaial 44 13.546 0.308

Diameter Batang Ulangan 4 9.622 2.405

IOMST M 2 11.532 5.766 3.810* 0.030

L 3 17.708 5.903 3.900* 0.015

MXL 6 8.779 1.463 0.970 0.458

Galat 44 66.551 1.513

Diameter Batang Ulangan 4 15.778 3.944

14 MST M 2 18.754 9.377 4.600* 0.015

L 3 53.844 17.948 8.810* 0.0001

MXL 6 22.924 3.821 1.880* 0.106

Galat 44 89.603 2.036

Diameter Batang Ulangan 4 21.178 5.294

18 MST M 2 16.128 8.064 4.340' 0.019 ,

L 3 52.964 17.655 9.500* 0.0001.

MXL 6 14.870 2.478 1.330 0.263

Gala! 44 81.797 1.859

Diameter Batang Ulangan 4 28.635 7.159

22 MST M 2 13.767 6.883 3.920' 0.027

L 3 74.082 24.694 14.050' 0.0001

MXL 6 9.376 1.563 0.890 0.511

Galat 44 77.342 1.758

Diameter Batang Ulangan 4 27.179 6.795

26MST M 2 15.011 7.505 3.760' 0.031

L 3 74.338 24.779 12.420* 0.0001

MXL 6 4.873 0.812 0.410 0.870

Galat 44 87.751 1.994

Diameter Batang Ulangan 4 37.224 9.306

30MST M 2 17.796 8.898 4.530' 0.016

L 3 69.569 23.190 11.800' 0.0001

MXL 6 4.745 0.791 00400 0.873

Galat 44 86.445 1.965

(48)

39

Tabel Lampiran 5. Sidik Ragam Bobot Kering Tajnk dan Bobot Kering Akar pada 30 Minggu Setelah Tanam.

Peubah Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F hit. P

Keragaman Bebas Kuadrat Tengah

Bobot Kering Tajuk Ulangan 4 602.001 150.500

M 2 1733.378 866.689 6.380' 0.004

L 3 7286.539 2428.846 17.870' 0.0001

MXL 6 848.191 141.365 / ' 1.040 . 0.413

Galat 44 5981.155 135.935

Bobot Kering Akar Ulangan 4 66.124 16.531

M 2 352.927 176.464 9.480' 0.0004

L 3 20.916 6.972 0.370 0.772

MXL 6 66.669 11.112 0.600 0.731

Galat .44 818.882 18.611

(49)

i - j r

-2

-

PEMANFAATAN LIMBAH SAGU

1 (Metro-xylon sngzi Rottb.) SEBAGAI MEDIA TANAM PADA PEMBIBITAN TANAMAN SENGON

(Pnrserinntlzes f(~lcntnric~

(L.)

Nielsen)

Oleh

WNOTO A 28.1437

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(50)

RINGKASAN

WINOTO (A 28.1437). Pemanfaatan Limbah Sagu (Me/roxylot~ sngrr Rottb.) Seba- gai Media.Tanam &da Pembibitan Tanaman Sengon (Pnmserinr~thes fnlcntnrin

&.)

Nielsen). (Dibimbing oleh M. H. BINTORO DJOEFRIE dan ISWANDI ANAS).

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh penggunaan limbah sagu seba- gai media tanam terhadap pertumbuhan bibit sengon.

Percobaan dilalcukan di rumah kaca Jurusan Tanah, Fak~lltas Pertanian, Insti- tut Pertanian Bogor dari bulan September 1995 sampai Januari 1997.' Pembiakan mi- kroorganisme dilakukan selama 2 minggu dari akhir bulan September 1995 sampai Olctober 1995. Proses delcomposisi limbah sagu dilakulcan selama 18 minggu dari bulan Olctober 1995 sampai Februari 1996. Icemudian limbah sagu hasil delcomposisi selama 18 minggu dihamparkan di atas plast<k selama 4 bulan. Icetebalan hamparan malcsimal

5

cm agar tidalc terjadi proses dekomposisi. Selanjutnya limbah sagu dico- bakan ke tanaman dari bulan Juni 1996 sampai Januari 1997 Analisis tanah dan lim- bah sag; dilakukan 8i Laboratorium Jurusan Tanah, Fakultis Pertanian, Institut Per- tanian Bogor
(51)

kg tanah (L2) dan 1.5 kg limbah sagu pada 4.0 kg tanah (L3). ICombinasi perlakuan sebanyak 12 buah. Setiap kombinasi perlakuan terdapat 5 ulangan sehingga seluruh- nya terdapat 60 satuan percobaan.

Penambahan limbah sagu sebagai media tanam meninglcatkan pertumbuhan tinggi tanaman, diameter batang dan bobot kering tajuk. Perlakuan jenis mikroorga-

. .

nisme berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, diameter batang, bobot kering ta- julc dan bobot kering alcar. Perlalcuan mikroorganisme tanah lapisan atas memberikan'

pengaruh paling baik.

(52)

PEMANFAATAN LIMBAB SAGU

(Metroxylon sngu Rottb.) SEBAGAI MEDIA TANAM PADA PEMBTBITAN TANAMAN SENGON

(Pnmseric~nthes fnlcntnrin (L.) Nielsen)

Sliripsi

sebngni safnl

Gambar

Tabel l. Suhu Limbah Sagu selama Proses Dekomposisi pada Berbagai Perlakuan Jenis Mikroorganisme
Tabel 2. Derajat Keasaman Limbah Sagu selama Proses Dekomposisi pada
Tabel 5. Pengaruh Perlakuan Dosis Lirnbah Sagu dan Jenis Mikroorganisrne
Tabel 8. Pengaruh Interaksi Perlakuan Dosis Limbah Sagu dan Jenis Mikroorganisme terhadap Diameter Batang pada 2 dan 6 MST
+6

Referensi

Dokumen terkait

gambar gerak di bawah ini yang sesuai dengan syair tersebut yaitu. 3 kolase adalah gambar yang dibuat

Hipotesis tindakan adalah penerapan model pembelajaran Imajinatif dapat meningkatkan keterampilan mengarang dalam Bahasa Indonesia siswa kelas V SDN Banyuagung II Surakarta

Pemakaian gaya bahasa di kalangan masyaakat sangat beragam, tidak hanya dipakai dalam berkomunikasi secara lisan akan tetapi juga dipakai dalam menyampaikan pikiran, informasi

Panitia Pengadaan Barang/Jasa pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Timur akan melaksanakan Pelelangan Umum (Ulang) dengan pascakualifikasi secara elektronik untuk paket

To evaluate the possibility of the indoor modelling using the rotating stereo frame camera system, we selected test bed and acquired image data sets using the

Random Forest Classifier diperoleh tingkat pengenalan tertinggi untuk ekstraksi menggunakan PCA sebesar 100% pada variasi data 95% ,sedangkan tingkat pengenalan

Modal ekonomi Saguer mencakup alat-alat produksi (pisau, bambu, tanki, rumah produksi dan tenaga pembuat saguer), materi (pendapatan dari hasil penjualan saguer)

Adapun yang dimaksud dengan probabilitas adalah kemungkinan yang dapat terjadi dalam.. suatu peristiwa tertentu (the chance of particular