• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN.pdf (259Kb)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN.pdf (259Kb)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN

2.1 Pengertian Model Pegambilan Keputusan

Model adalah percontohan yang mengandung unsure yang bersifat penyederhanaan untuk

dapat ditiru (jika perlu). Pengambilan keputusan itu sendiri merupakan suatu proses berurutan

yang memerlukan penggunaan model secara cepat dan benar.

Pentingnya model dalam suatu pengambilan keputusan, antara lain sebagai berikut:

 Untuk mengetahui apakah hubungan yang bersifat tunggal dari unsur-unsur itu ada relevansinya terhadap masalah yang akan dipecahkan diselesaikan itu.

 Untuk memperjelas (secara eksplisit) mengenai hubungan signifikan diantara unsur-unsur itu.

 Untuk merumuskan hipotesis mengenai hakikat hubungan-hubungan antar variabel. Hubungan ini biasanya dinyatakan dalam bentuk matematika.

 Untuk memberikan pengelolaan terhadap pengambilan keputusan.

Model merupakan alat penyederhanaan dan penganalisisan situasi atau system yang

kompleks. Jadi dengan model, situasi atau sistem yang kompleks itu dapat disederhanakan tanpa

menghilangkan hal-hal yang esensial dengan tujuan memudahkan pemahaman. Pembuatan dan

penggunaan model dapat memberikan kerangka pengelolaan dalam pengambilan keputusan.

Dalam analisis pengambilan keputusan ini ternyata semuanya menggunakan model

paling tidak secara implisit. Mengenai hal ini Hovey, memberikan contoh mengenai pengecatan

gedung sekolah.

1. Pengecatan gedung sekolah yang kotor dan tidak merata, secara tidak langsung dapat

berakibat kurangnya konsentrasi belajar para siswanya.

2. Pengecatan gedung sekolah yang tidak merata dan kotor pun, secara tidak langsung dapat

berakibat kurangnya konsentrasi mengajar para guru sekolah yang bersangkutan.

3. Begitu pula pengecatan gedung sekolah yang tidak merata dan kotor, akhirnya justru

(2)

4. ฀Pengecatan yang baik dan benar, perlu dilakukkan dengan perubahan warna setiap dua

tahun sekali. Pengecatan dengan cara demikian itu akan meningkatkan konsentrasi

belajar para siswa dan mengajar para guru sekolah yang bersangkutan.

5. Pengecatan gedung sekolah itu ada dalam keadaan baik dan tepat, apabila dilakukan

setiap dua tahun sekali.

Dari uraian tersebut, empat butir pertama masing-masing mendasarkan diri pada model

yang berbeda, tetapi secara implisit menunjukkan adanya hubungan antara pengecatan dan

pendidikan atau pelaksanaan pendidikan. Model kelima merupakan praktik pengecatan itu

sendiri (sebaiknya dilakukan dua tahun sekali).

Alasan-alasan yang dikemukakan pada butir (1) dan (2) dapat dibenarkan oleh yayasan

sekolah. Butir (3) merupakan model penarikan kesimpulan secara teknis mengenai hubungan

antara pengecatan dan struktur, jadi diluar prinsip-prinsip keahlian. Butir (1) dan (2)

menghubungkan antara pengecatan dengan pelaksanaan kegiatan siswa dan kegiatan guru.

Pada umumnya, semua model itu mempunyai aspek-aspek tertentu masing-masing adalah

idealisasi, atau abstraksi dari bagian dunia nyata (praktik nyata), atau dengan kata yang lebih

tepat dan jelas imitasi dari kenyataan, mengenai hal ini Olaf Helmer menyatakan bahwa:

karakteristik dari konstruksi. Model adalah abstraksi; elemen-elemen tertentu dari situasi yang

mungkin dapat membantu seseorang menganalisis keputusan dan memahaminya dengan lebih

baik. Untuk mengadakan abstraksi, maka pembuatan model sering kali dapat meliputi perubahan

konseptual. Setiap unsure dari situasi nyata merupakan tiruan dengan menggunakan sasaran

matematika atau sasaran fisik.

Hubungannya dengan unsur lain mencerminkan adanya kekayaan atau peralatan dan

hubungan lain berupa tiruan. Sebagai contoh, system lalu lintas kota dapat dibuat tiruannya

dengan membuat miniature yang menggambarkan adanya jaringan-jaringan, jalan-jalan,

rambu-rambu lalu lintas, beserta kendaraan persis seperti sesungguhnya.

Jika para analis membuat model, mereka biasanya melakukan hal itu supaya dapat

menetapkan tindakan yang paling tepat dalam situasi tertentu. Kemudian digunakan untuk

memberikan saran bagi pembuat keputusan. Dengan demikian pada hakikatnya model itu

merupakan pengganti hal yang nyata, mewakili kejadian sesungguhnya, dengan harapan agar

(3)

dengan menyesuaikan pada situasi dimana model itu akan dibuat. Di samping itu, model pun

dibuat sesuai dengan tujuan penggunaan model itu sendiri.

Pembuatan dan penggunaan model menurut Kast, memberikan kerangka pengelolaan.

Model merupakan alat penyederhanaan dan penganalisisan situasi atau system yang kompleks.

Jadi dengan menggunakan model situasi yang kompleks disederhanakan tanpa penghilangan

hal-hal yang esensial dengan tujuan untuk memudahkan pemahaman.

Berdasarkan pendekatan ilmu manajemen untuk memecahkan masalah digunakan model

matematika dalam menyajikan system menjadi lebih sederhana dan lebih mudah dipahaminya.

Pada umumnya model itu memberikan sarana abstrak untuk membantu komunikasi. Bahasa itu

sendiri merupakan proses abstraksi, sedangkan matematika merupakan bahasa simbolik khusus.

2.2 Klasifikasi Model Pengambilan Keputusan

Mengingat begitu banyaknya cara untuk mengadakan klasifikasi model, dibawah ini

disampaikan beberapa klasifikasi saja. Klasifikasi model dapat dilakukan berdasarkan sebagai

berikut:

1. Tujuannya : model latihan, model penelitian, model keputusan, model perencanaan, dan

lain sebagainya. Pengertian tujuan disini adalah dalam arti purpose.

2. Bidang penerapannya (field of application) : model tentang transportasi, model tentang

persediaan barang, model tentang pendidikan, model tentang kesehatan, dan sebagainya.

3. Tingkatannya (level) : model tingkat manajemen kantor, tingkat kebijakan nasional,

kebijakan regional, kebijakan local, dan sebagainya.

4. Ciri waktunya (time character) : model statis dan model dinamis.

5. Bentuknya (form) : model dua sisi, satu sisi, tiga dimensi, model konflik, model non

konflik, dan sebagainya.

6. Pengembangan analitik (analytic development) : tingkat dimana matematika perlu

digunakan; lain-lain.

7. Kompleksitas (complexity) : model sangat terinci, model sederhana, model global, model

(4)

8. Formalisasi (formalization) : model mengenai tingkat dimana interaksi itu telah

direncanakan dan hasilnya sudah dapat diramalkan, namun secara formal perlu dibicarakan

juga.

Quade membedakan model ke dalam dua tipe, yakni model kuantitatif dan model

kualitatif.

1. Model kuantitatif

Model kuantitatif (dalam hal ini adalah model matematika) adalah serangkaian

asumsi yang tepat yang dinyatakan dalam serangkaian hubungan matematis yang pasti. Ini

dapat berupa persamaan, atau analisis lainnya, atau merupakan instruksi bagi computer, yang

berupa program-program untuk computer. Adapun ciri-ciri pokok model ini ditetapkan

secara lengkap melalui asumsi-asumsi, dan kesimpulan berupa konsekuensi logis dari

asumsi-asumsi tanpa menggunakan pertimbangan atau intuisi mengenai proses dunia nyata

(praktik) atau permasalahan yang dibuat model untuk pemecahannya.

2. Model kualitatif

Model kualitatif didasarkan atas asumsi-asumsi yang ketepatannya agak kurang jika

dibandingkan dengan model kuantitatif dan ciri-cirinya digambarkan melalui kombinasi dari

deduksi-deduksi asumsi-asumsi tersebut dan dengan pertimbangan yang lebih bersifat

subjektif mengenai proses atau masalah yang pemecahannya dibuatkan model.

Gullet dan Hicks memberikan beberapa klasifikasi model pengambilan keputusan yang

kerapkali digunakan untuk memecahkan masalah seperti itu (yang hasilnya kurang diketahui

dengan pasti).

1. Model Probabilitas

Model probabilitas, umumnya model-model keputusannya merupakan konsep probabilitas

dan konsep nilai harapan member hasil tertentu (the concept of probability and expected value).

Adapun yang dimaksud dengan probabilitas adalah kemungkinan yang dapat terjadi dalam

suatu peristiwa tertentu (the chance of particular event occuring). Misalnya kartu bridge terdiri

atas 52 buah kartu; berarti tiap-tiap kartu hanya memiliki kemungkinan 1/52. Kartu heart 1

(jantung merah 1) hanya memiliki kemungkinan 1/52. Begitu pula halnya dengan dadu berisi 6,

(5)

Demikian juga halnya dengan probabilitas statistic atau proporsi statistic dikembangkan

melalui pengamatan langsung terhadap populasi atau melalui sampel dari populasi tersebut.

Sampel itu sendiri merupakan sebagian yang dianggap mewakili keseluruhan (populasi).

Kemungkinan yang dimiliki oleh setiap kartu bridge adalah 1/52 dan dadu adalah 1/6 itu

merupakan sebagian dari seluruh kemungkinan masing-masing (untuk kartu adalah 52 dan untuk

dadu adalah 6).

Banyak kemungkinan dalam rangka pengambilan keputusan dalam organisasi, yang semuanya

bertujuan mendapatkan sesuatu yang diharapkan masa mendatang, misalnya agar nantinya dapat

menanggulangi terhadap kesulitan-kesulitan dalam masa resesi, untuk dapat menaikkan

tingkatan pendapatan masyarakat, lain sebagainya.

2. Konsep tentang nilai-nilai harapan (the Concept of Expectedvalue)

Konsep tentang nilai harapan ini khususnya dapat digunakan dalam pengambilan

keputusan yang akan diambilnya nanti menyangkut kemungkinan-kemungkinan yang telah

diperhitungkan bagi situasi dan kondisi yang akan datang. Adapun nilai yang diharapkan dari

setiap peristiwabyang terjadi merupakan kemungkinan terjadinya peristiwa itu dikalikan dengan

nilai kondisional. Sedangkan nilai kondisionalnya adalah nilai dimana terjadinya peristiwa yang

diharapkan masih diragukan.

Sebagai contoh; pemerintah mengeluarkan undian social berhadiah Rp 400 juta. Jumlah

undian yang dijual sebanyak dua juta lembar dengan nilai nominal harga tiap lembarnya Rp

500,-. Kalau undian sebanyak dua juta lembar itu laku semuanya, maka pendapatan pemerintah

dari hasil penjualan sebesar Rp 1 milyar. Pendapatan bersih sebesar Rp 600 juta. Kemungkinan

memenangkan hadiah dari tiap lembar undian adalah seperdua juta. Nilai harapannya sebetulnya

hanyalah ½ juta x 400 juta = Rp 200 juta.

3. Model matriks

Selain model probabilitas dan nilai harapan (probability and expected value), ada juga

model lainnya. Model lain tersebut misalnya adalah model matriks (the payoff matrix

model).Model matriks merupakan model khusus yang menyajikan kombinasi antara strategi

yang digunakan dan hasil yang diharapkan.

Dalam hal ini Gullett dan Hicks mengatakan : The payoff matrix is a particularly

convenient method of displaying and summarizing the expected values alternative

(6)

mendatar, sedangkan lajur (column) bentuknya menegak (vertikal). Pada sisi baris berisi macam

alternative strategi yang digelarkan oleh pengambil keputusan, sedangkan pada sisi lajur berisi

kondisi dan nilai harapan dalam kondisi dan situasi yang berlainan.

Contoh dibawah ini menggambarkan adanya strategi ya ng berbeda-beda dalam konsep

atau pandangan eko nomi yang bervariasi.

Jika menggunakan strategi investasi yang sifatnya agresif (berani) sebesar Rp 100 juta,

hasil yang dimungkinkan dari investasi tersebut akan berkisar antara 5-25%-nya, tergantung

apakah keadaan ekonomi saat itu baru mengalami resesi, atau dalam keadaan normal, atau

malahan baru dalam keadaan baik sekali (boom). Apakah hal kedua yang dilakukan yakni

dengan menggunakan strategi penanaman modal yang termasuk moderat sebesar Rp 50 juta

diharapkan akan mendapat keuntungan sekitar 2-15%, tergantung dari keadaan ekonomi saat itu.

Yang ketiga adalah apabila kebijakan investasi yang ditempuh secara minimal dengan dana Rp

10 juta dan itu digunakan untuk penggantian bagian mesin beserta pemeliharaannya pada

keadaan ekonomi yang sedang membaik, diperkirakan dapat member keuntungan 1%, tetapi

apabila dalam keadaan resesi atau dalam keadaan normal diperkirakan tidak akan member

keuntungan.

4. Model pohon keputusan (Decision Tree Model)

Model ini merupakan suatu diagram yang cukup sederhana yang menunjukkan suatu

proses untuk merinci masalah-masalah yang dihadapinya kedalam komponen-komponen,

kemudian dibuatkan alternatif-alternatif pemecahan beserta konsekuensi masing-masing.

Dengan demikian, maka pimpinan tinggal memilih alternative mana yang sekiranya

paling tepat untuk dijadikan keputusan.

Pohon keputusan ini biasanya dipergunakan untuk memecahkan masalah-masalah yang

timbul dalam proyek yang sedang ditangani. Selanjutnya Welch dan Comer memberikan definisi

mengenai pohon keputusan (decision tree) sebagai berikut:

“The decision tree is a simple diagram showing the possible consequences of

alternative decisions. The tree includes the decision nodes chance modes, pay offs

for each combination, and the probabilities of each event.”

Menurut Welch, ada 4 komponen dari pohon keputusan yakni : simpul keputusan, simpul

kesempatan, hasil dari kombinasi, dan kemungkinan-kemungkinan akibat dari setiap peristiwa

(7)

haruslah secara aktif memilih dan mempertimbangkanbetul-betul alternative mana yang akan

dijadikan keputusan

Tipe analisis pembuatan keputusan mana yang akan digunakan sangat tergantung pada

kemungkinan-kemungkinan yang rasional dapat dikemukakan terhadap masalah yang

dihadapinya. Untuk keperluan tersebut dibutuhkan informasi yang lengkap,upto-date dan dap;at

dipercaya kebenarannya, sehingga memudahkan bagi pimpinan untuk mengambil keputusan

dengan baik.

Pohon keputusan itu dinamakan juga diagram pohon karena bentuknya berupa diagram.

Diagram ini bentuknya seperti pohon roboh. Diagram pohon ini merupakan salah satu langkah

yang diperlukan, misalnya dalam pengambilan rancangan bangun proyek. Konsep proses ini

pada dasarnya mengikuti teori system, dimana antara komponen yang satu dengan komponen

yang lain merupakan mata rantai proses yang berkesinambungan, yang saling bergantung.

Adapun langkah-langkah yang sekiranya perlu dilakukan secara berturut-turut sebagai berikut:

1. Mengadakan identifikasi jaringan hubungan komponen-komponen yang ada

yang secara bersama-sama membentuk masalah tertentu yang nantinya harus

dipecahkan melalui diagram keputusan. Masalah tertentu itulah yang merupakan

masalah utama.

2. Masalah utama itu kemudian dirinci kedalam masalah yang lebih kecil.

3. Masalah yang sudah mulai terinci itu kemudian dirinci lagi kedalam masalah

yang lebih kecil lagi. Begitu seterusnya, sehingga merupakan diagram pohon

yang bercabang-cabang.

Itulah sebabnya mengapa keputusan atau proses pengambilan keputusan yang dilakukan

semacam itu dinamakan diagram pohon. Diagram pohon itu sangat bermanfaat bagi tim yang

mengadakan analisi masalah untuk kemudian dipecahkan bersama-sama dalam tim itu karena

masalahnya dan pemecahaanya saling berkaitan. Tanpa bantuan anggota tim lainnya masalah

yang begitu kompleks tidak akan dapat dipecahkan.

5. Model Kurva Indiferen (Kurva Tak Acuh).

Kurva Indeferen merupakan kurva berbentuk garis dimana setiap titik yang berada pada

garis kurva tersebut mempunyai tingkat kepuasan atau kemanfaatan yang sama. Misalnya,

penggunaan barang A dan B meskipun kombinasi jumlah masing-masing berbeda, namun

(8)

Kurva Indeferen mempunyai 4 ciri penting, yakni sebagai berikut.

1. Kurva indeferen membentuk lereng yang negatif. Kemiringan yang negatif

menunjukan fakta atau asumsi bahwa satu komoditas dapat diganti dengan komoditas

lainnya sedemikian rupa sehingga konsumen mempunyai tingkat kepuasan yang tetap

sama.

2. Jika ada dua kurva indiferen dalam suatu keadaan atau lingkupan maka keduanya tidak

akan saling berpotongan.

3. Hasil yang diperoleh dari asumsi ialah bahwa kurva indiferen ditarik melalui setiap titik

sehingga membentuk garis kurva.

4. Kurva indeferen di butuhkan bagi pengorbanan tertentu untuk mendapatkan kepuasan

yang optimal.

6. Model Simulasi Komputer.

Menurut model ini, pengambilan keputusan diperlukan rancang bangun (design)

yang biasanya menggunakan komputer yang mampu menirukan apa-apa yang dilakukan

oleh organisasi. Karena dengan menggunakan komputer, hal ini lebih mudah dihitung

dan diketahui besarnya pengaruh variable terhadap dependen. Sebab dengan

menggunakan komputer jangkauan pikiran dan pemikirannya secara secara operasional

menjadi lebih luas dan panjang serta mampu memecahkan masalah yang kompleks

karena komputer dapat menciptakan simulasi (permainan,tiruan) yang dapat

menggambarkan dengan tepat seperti kegiatan yang sesungguhnya.

Sebagai contoh,setiap pilot pesawat terbang harus dapat memberi keputusan dengan

tepat dan cepat apa yang herus segera dilakukan jika menghadapi situasi yang cukup

riskan dalam atau selama penerbangan. Apabila keputusan dan tindakan itu tepat maka

selamatlah pesawat terbang dengan segala isinya tetapi apabila ternyata keputusan dan

tindakan yang diambil keliru maka akan fatallah penerbangan itu dan pilot bertanggung

jawab atas musibah yang dialaminya. Oleh karena itu,setiap calon pilot harus banyak

latihan memecahkan masalah penerbangan melalui cockpit tiruan yang bentuk,besar,dan

(9)

Dari hasil latihan simulasi itu calon pilot mendapat instruksi-instruksi yang harus

dikerjakan dengan tepat dan cepat untuk menyelamatkan pesawatnya. Jika ia telah cukup

mahir menjalankan instruksi, kemudian keteranpilan ditingkatkan dengan memberi

masalah kepada calon pilot untuk segera dipecahkan dengan cepat dan tepat. Simulasi

penerbangan tersebut semacam video game. Dengan melalui latihan bersimulasi yang

intensif calon pilot akan mahir mengemudikan pesawat terbang sungguhan dan barulah di

coba dengan pesawat sesungguhnya.

Selanjutnya Robert D.Spech mengelompokkan model dalam rangka analisis

kebijakan pengambilan keputusan ke dalam 5 kategori yakni sebagai berikut.

1. Model Matematika

Model matematika ini menggunakan teknik seperti misalnya linear programming,

teori jaringan kerja, dsb. komputer dapat digunakan begitu pula dengan kalkulator

yang dapat digunakan sebagai alat perhitungan saja bukan sebagai simulator.

2. Model Simulasi Komputer

Model ini merupakan tiruan dari kasus yang sesungguhnya. Ada yang dibuat

dengan peralatan dan ukuran yang sama persis dengan yang sesungguhnya misalnya

cockpit pesawat dimana calon pilot melatih diri melalui cockpit tiruan tersebut.

3. Model Permainan Operasional

Dalam model ini manusia dijadikan objek yang harus mengambil keputusan.

Informasi diperoleh dari komputer atau video game yang menyajikan masalahnya.

Misalnya seperti pada permainan perang-perangan (war games),video memberikan

informasi dan menyajikan masalah yang berupa datangnya musuh yang akan

menyerang kita dengan macam-macam cara penyerangan. Kita diminta

mempertahankan diri dan menghancurkan musuh dengan peralatan yang telah

disediakan pada video games tersebut.

(10)

Model verbal adalah model pengambilan keputusan berdasarkan analogi yang

lebih bersifat bukan kuantitatif. Dari analog itu kemudian dibuat dalilnya yang

kemudian diterapkan untuk menyimpulkan dan mengambil keputusan yang

nonkuantitatif.

Anthony down memberikan contoh model verbal yang berupa atau menyangkut

birokrasi. Down memandang birokrasi sebagai organisasi yang memiliki 4

ciri,sebagai berikut.

1. Birokrasi mempunyai lingkungan yang cukup luas dimana peringkat tertinggi

hanya mengetahui kurang dari setengah dari seluruh anggotanya secara pribadi.

Ini berarti bahwa birokrasi itu menghadapi masalah administratif

substansial.

2. Bagian terbesar dari anggotanya adalah karyawan penuh yang sangat

menggantungkan dari pada kesempatan kerja dan gajinya pada organisasi itu. Ini

berarti bahwa pada anggotanya sangat terikat pada pekerjaannya.

3. Upahnya, kenaikan pangkatnya, dan sebagainya itu sangat tergantung pada

prestasinya dalam organisasi itu atau ketentuan-ketentuan yang dibuat oleh

organisasi tersebut.

4. Sebagian besar dari hasil itu secara tidak langsung dinilai dalam pasaran. Prestasi

kerja para anggota atau karyawan secara tidak langsung juga ikut menentukan

pasaran hasil organisasinya/perusahaannya.

Dengan demikian, maka faktor intern (fungsi) dan faktor ekstern (lingkungan)

ikut berperan dan oleh karena itu perlu mendapat perhatian. Dalam pengambilan

keputusan yang dilakukan oleh pimpinan, maka analogi terhadap berlakunya dalil dan

faktor-faktor tersebut harus juga menjadi bahan pertimbangan.

5. Model fisik

Dalam menjalankan kebijakan pemerintah model fisik ini tidak begitu penting

untuk dianalisis. Model ini,misalnya model dalam rangka pembuatan bangunan atau

tata kota. Dalam model pengambilan bangunan misalnya berlaku model perencanaan

(11)

serangkaian keputusan dalam program pembangunan dan pengembangan yang cukup

kompleks. Bagian-bagian mana yang dapat dilakukan secara serentak, dalam arti

tidak usah berurutan dan bagian-bagian mana yang mengerjakan bagian berikutnya.

Ini lebih merupakan tugas dan pengambilan keputusan seorang insinyur daripada

policy maker.

CONTOH KASUS : MASALAH GROSIR

Salah satu permasalahan yang sering dihadapi grosir adalah bagaimana menentukan

tingkat persediaan (stock) barang agar permintaan konsumen terpenuhi dan biaya gudang

(tempat penyimpanan barang) tersebut tidak terlalu mahal. Hal ini selalu menjadi tujuan karena

ketidakmampuan memberikan solusi yang optimal akan menghasilkan dua jenis kerugian dalam

usaha grosir. Sebagai contoh khusus, diambil masalah grosir buah yang menjual buah

strawbarry. Buah ini mempunyai masa (waktu) jual yang terbatas, dalam arti jika tidak terjual

pada hari pengiriman, maka tidak akan laku dijual pada hari berikutnya. Jika diandaikan harga

pengambilan satu keranjang strawberry adalah $20, dan grosir akan menjualnya dengan harga

$50 satu keranjang. Berapa keranjangkah persediaan yang perlu diambil setiap hari oleh grosir

agar mendapat resiko kerugian minimum, atau agar mendapat keuntungan maximum? Hal ini

dapat diselesaikan dengan konsep peluang jika informasi tentang jumlah data penjualan

beberapa hari yang lalu ada dicatat. Untuk membahas kasus ini selanjutnya diandaikan data

penjualan selama 100 hari yang lalu tercatat sebagai berikut:

Tabel 1. Data Penjualan

Jumlah Strawbary terjual Jumlah Hari (Dalam

Satuan Keranjang)

Penjualan

10 15

11 20

12 40

13 25

Jumlah 100

(12)

Analisis keputusan yang dimaksud disini adalah suatu rangkaian proses dalam membahas

permasalahan yang dikemukakan di atas. Hal ini dapat dilakukan dengan memperkenalkan

konsep jenis kerugian yang ditimbulkan, pemakaian konsep peluang, dan perhitungan ekspektasi

kerugian.

Pendefinisian Jenis Kerugian

Bila dalam membahas permasalahan di atas kita fokuskan terhadap minimisasi kerugian

maka perlu didefinisikan dua jenis kerugian yang akan ditimbulkan dalam kasus tersebut. Jenis

kerugian yang pertama dikenal dengan obsolescence looses. Jenis kerugian ini disebabkan oleh

persediaan yang terlalu banyak sehingga harus dibuang pada hari berikutnya, (jenis ini hampir

sama dengan biaya gudang akibat terlalu lama penyimpanan). Misalnya dari kasus tersebut di

atas, jika jumlah strawberry yang disediakan oleh grosir adalah 12 keranjang namun permintaan

pada hari itu hanya 10 keranjang, maka grosir akan mengalami kerugian sebesar $40 (yaitu dari

harga pembelian 2 keranjang strawberry yang tidak terjual). Jenis kerugian yang kedua adalah

opportunity looses. Jenis kerugian ini disebabkan oleh kurangnya persediaan sehingga ada

pembeli yang tidak terlayani.

Dengan kata lain, kerugian ini timbul akibat keuntungan yang seharusnya diperoleh tetapi

tidak jadi diperoleh karena kekurangan stock. Misalnya dari kasus di atas, jika jumlah strawberry

yang disediakan oleh grosir adalah 10 keranjang sedangkan permintaan pada hari itu mencapai

12 keranjang, maka grosir akan mengalami kerugian sebesar $60 (yaitu keuntungan yang tidak

(13)

Tabel.2 Tabel Kerugian Bersyarat

Konsep peluang yang sudah didefinisikan sebelumnya dapat diadopsi untuk data

persoalan tersebut di atas. Jika tujuan grosir adalah untuk menentukan persediaan jumlah

strawberry dalam satuan keranjang pada hari tersebut, dimisalkan dengan X, maka berdasarkan

data di atas X adalah peubah acak diskrit yang dapat mengambil nilai 1O, 11, 12, dan 13. Dan

distribusi Peluang X (jumlah keranjang strawberry) dapat dinyatakan sebagai berikut:

Tabel 3. Distribusi Peluang X

Mengingat tujuan utama dari analisis ini adalah untuk menentukan jumlah stock

strawberry agar resiko (kerugian) minimum, maka analisis dilakukan dengan memperhitungkan

ekspektasi kerugian. Analisis perhitungan ekspektasi ini akan disajikan dalam tabel, dengan

memperhitungkan semua kemungkinan yang dapat terjadi, dimulai dari tabel ekspektasi kerugian

bila persediaan 10 keranjang sampai dengan tabel ekspaktasi kerugian bila persediaan 13

keranjang.

(14)

Jumlah

disediakan setiap hari selama masa yang panjang (long period), maka kerugian secara rata-rata

(ekspektasi kerugian) adalah $52.50. Tentu tidak ada jaminan bahwa jika besok diambil

persediaan 10 keranjang maka sudah pasti akan rugi %52.50. Dengan cara yang sama tabel 5, 6,

dan 7 dapat dibentuk dan diinterpretasikan.

Tabel 5. Ekspektasi Kerugian Dari Persediaan 11 Keranjang

Jumlah

digunakan untuk mengambit keputusan. Dapat dilihat bahwa minimum kerugian yang terjadi

adalah $17.50. Hal ini terjadi pada tingkat persediaan 12 keranjang Strawberry. Ini berarti grosir

lebih baik menyediakan 12 keranjang setiap harinya, untuk kasus tersebut di atas.

Seandainya untuk membahas permasalahan di atas dilakukan anatisis dengan

mempertimbangkan keuntungan yang maksimum, maka hasilnya tidak akan berbeda yaitu

dengan jumlah persediaan 12 keranjang perharinya.

(15)

Jumlah

Tabel 7. Ekspektasi Kerugian Dari Persediaan 13 Keranjang

Jumlah

Pemakaian Teori Peluang untuk membahas persoalan ketidakpastian dapat dilakukan

bilamana dimiliki suatu informasi yang dapat dimodifikasi menjadi frekwensi relatif. Contoh

kasus masalah grosir buah tetah menunjukkan bagaimana penggunaan konsep teori peluang dan

ekspektasi digunakan untuk mengambii keputusan. Dan perhitungan dapat diperoleh bahwa nilai

minimum kerugian adalah $17.50, dengan jumlah persediaan perharinya 12 keranjang.

DAFTAR PUSTAKA

M. Iqbal Ansam, Teori Pengambilan Keputusan

Darnius, Open, 2004 Pemakaian Peluang Dalam Membuat Keputusan,Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

(16)

Andri YuzarLi

Gambar

Tabel 1. Data Penjualan
Tabel 3. Distribusi Peluang X
Tabel 5. Ekspektasi Kerugian Dari Persediaan 11 Keranjang
Tabel 7. Ekspektasi Kerugian Dari Persediaan 13 Keranjang

Referensi

Dokumen terkait

Walaupun dimungkinkan untuk membuat suatu kontrak yang lahirnya atau batalnya digantungkan pada suatu peristiwa tertentu, namun kalau peristiwa yang dimaksud adalah suatu peristiwa

Suatu informasi dapat diperoleh dari konsultan atau bagian pemasaran atau manajer mengenai kemungkinan hasil pada masing-masing kondisi bisnis umum... KRITERIA

Merk seperti halnya intangible asset yang lain memang sangat rapuh, merk harus dibangun dan dijaga dari waktu ke waktu tapi karena suatu peristiwa tertentu merk bisa

Pengambilan Keputusan adalah proses kognitif yang dihasilkan dalam pemilihan keyakinan atau tindakan di antara beberapa kemungkinan alternatif, di. mana semua kemungkinan

Event, sesuatu kejadian penting atau peristiwa khusus, baik yang terjadi secara internal, local, maupun nasional, bahkan berkaitan dengan dengan suatu peristiwa

Salah satu pendekatan probabilitas adalah pendekatan klasik, besarnya probabilitas suatu peristiwa adalah banyaknya peristiwa tersebut akan terjadi dibagi dengan banyaknya

 Jika kita mengetahui keseluruhan probabilitas dari kemungkinan outcome yang terjadi, seluruh probabilitas kejadian tersebut akan membentuk suatu distribusi

Knight melukiskan suatu keadaan sebagai suatu keadaan yang berisiko jika kita dapat menentukan probabilitas obyektif secara pasti terhadap hasil atau kejadian.. Sementara itu,