• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fisioterapi PDF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Fisioterapi PDF"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

2.1

2.1 FisioterapiFisioterapi

Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada

individu dan/atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan individu dan/atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan

gerak dan fungsi tubuh sepanjang rentang kehidupan dengan menggunakan gerak dan fungsi tubuh sepanjang rentang kehidupan dengan menggunakan

 penanganan

 penanganan secara secara manual, manual, peningkatan peningkatan gerak, gerak, peralatan peralatan (fisik,(fisik, elektroterapeutiselektroterapeutis

dan mekanis) pelatihan fungsi, komunikasi. Kegiatan fisioterapi dilakukan oleh dan mekanis) pelatihan fungsi, komunikasi. Kegiatan fisioterapi dilakukan oleh

sorang fisioterapis. Fisioterapis adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan sorang fisioterapis. Fisioterapis adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan

fisioterapi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. (Peraturan Menteri fisioterapi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. (Peraturan Menteri

Kesehatan RI no 80, 2013) Kesehatan RI no 80, 2013)

2.1.1

2.1.1 Macam – macam Fisioterapi (Hasuki, Macam – macam Fisioterapi (Hasuki, 2011)2011)

a.

a. Exercise Therapy atau Terapi LatihanExercise Therapy atau Terapi Latihan

Terapi ini dimaksudkan untuk mengembalikan fungsi Terapi ini dimaksudkan untuk mengembalikan fungsi

sekaligus memberi penguatan dan pemeliharaan gerak agar bisa sekaligus memberi penguatan dan pemeliharaan gerak agar bisa

kembali normal atau setidaknya mendekati kondisi normal. Kepada kembali normal atau setidaknya mendekati kondisi normal. Kepada

anak, akan diberikan latihan memegang maupun menggerakkan anak, akan diberikan latihan memegang maupun menggerakkan

tangan dan kakinya. Setelah mampu, akan dilanjutkan dengan tangan dan kakinya. Setelah mampu, akan dilanjutkan dengan

latihan mobilisasi, dimulai dengan berdiri, melangkah, berjalan, latihan mobilisasi, dimulai dengan berdiri, melangkah, berjalan,

lari kecil, dan seterusnya. Pada kasus patah kaki, contohnya, akan lari kecil, dan seterusnya. Pada kasus patah kaki, contohnya, akan

dilakukan fisioterapi secara bertahap, kapan si anak harus sedikit dilakukan fisioterapi secara bertahap, kapan si anak harus sedikit

menapak sampai bisa menapak penuh. Latihan-latihan yang menapak sampai bisa menapak penuh. Latihan-latihan yang

diberikan bertujuan mempertahankan kekuatan otot-otot dan diberikan bertujuan mempertahankan kekuatan otot-otot dan

(2)
(3)

kemampuan fungsionalnya dengan mempertahankan kemampuan fungsionalnya dengan mempertahankan

sendi-sendinya agar tak menjadi kaku. Hal ini perlu dilakukan karena sendinya agar tak menjadi kaku. Hal ini perlu dilakukan karena

kaki patah yang dipasangi gips umumnya akan mengalami kaki patah yang dipasangi gips umumnya akan mengalami

 pengecilan otot, sehingga kekuatanny

 pengecilan otot, sehingga kekuatannya pun berkurang. Lewat terapia pun berkurang. Lewat terapi

yang dilakukan sambil bermain akan kelihatan bagian mana yang yang dilakukan sambil bermain akan kelihatan bagian mana yang

mengalami penurunan fungsi. mengalami penurunan fungsi.

 b.

 b. Heating Therapy atau Terapi PemanasanHeating Therapy atau Terapi Pemanasan

Sesuai dengan namanya, terapi ini memanfaatkan kekuatan Sesuai dengan namanya, terapi ini memanfaatkan kekuatan

 panas

 panas yang biasyang biasanya anya digunakan digunakan pada pada kelainan kelainan kulit, kulit, otot, otot, maupunmaupun

 jaringan

 jaringan tubuh tubuh bagian bagian dalam dalam lainnya. lainnya. Penggunaannya Penggunaannya tentu tentu sajasaja

disesuaikan dengan tingkat keluhan. Bila hanya sampai di bagian disesuaikan dengan tingkat keluhan. Bila hanya sampai di bagian

kulit, maka pemanasannya pun hanya diperuntukkan bagi kulit saja kulit, maka pemanasannya pun hanya diperuntukkan bagi kulit saja

dengan menggunakan Infra Red Radiation (IRR) atau radiasi infra dengan menggunakan Infra Red Radiation (IRR) atau radiasi infra

merah. Bila gangguan terjadi pada otot, digunakanlah micro merah. Bila gangguan terjadi pada otot, digunakanlah micro

diathermy atau diatermi mikro. Sementara, jika gangguan muncul diathermy atau diatermi mikro. Sementara, jika gangguan muncul

di bagian terdalam seperti rangka tubuh, maka yang digunakan di bagian terdalam seperti rangka tubuh, maka yang digunakan

adalah short

adalah short wave diathermy wave diathermy atau diateratau diatermi gelombang mi gelombang pendek.pendek.

Intinya, jenis terapi yang dilakukan akan disesuaikan dengan hasil Intinya, jenis terapi yang dilakukan akan disesuaikan dengan hasil

diagnosis. diagnosis.

Terapi pemanasan biasanya diberikan bersamaan dengan Terapi pemanasan biasanya diberikan bersamaan dengan

 jenis

 jenis terapi terapi lain. lain. Seperti Seperti pada pada terapi terapi inhalasi inhalasi untuk untuk anak-anakanak-anak

dengan masalah lendir pada saluran napas; pada nyeri otot maupun dengan masalah lendir pada saluran napas; pada nyeri otot maupun

sendi. Bila dikombinasikan dengan bentuk pengobatan lain tentu sendi. Bila dikombinasikan dengan bentuk pengobatan lain tentu

(4)

lebih menguntungkan karena dosis obat yang harus diminum anak lebih menguntungkan karena dosis obat yang harus diminum anak

 jadi lebih kecil untuk meminimalisir efek negatifnya.  jadi lebih kecil untuk meminimalisir efek negatifnya.

c.

c. Electrical Stimulations Therapy atau Terapi Stimulasi ListrikElectrical Stimulations Therapy atau Terapi Stimulasi Listrik

Terapi yang menggunakan aliran listrik bertenaga kecil ini Terapi yang menggunakan aliran listrik bertenaga kecil ini

cocok diterapkan pada anak yang menderita kelemahan otot akibat cocok diterapkan pada anak yang menderita kelemahan otot akibat

 patah

 patah tulang tulang ataupun ataupun kerusakan kerusakan saraf saraf otot. otot. Cara Cara penggunaannya,penggunaannya,

dengan menempelkan aliran listrik pada otot-otot untuk mengatasi dengan menempelkan aliran listrik pada otot-otot untuk mengatasi

rasa nyeri. Terapi ini bertujuan untuk mempertahankan massa otot rasa nyeri. Terapi ini bertujuan untuk mempertahankan massa otot

dan secara tidak langsung merangsang regenerasi saraf. dan secara tidak langsung merangsang regenerasi saraf.

Pada pasien anak yang menderita gangguan pernapasan, Pada pasien anak yang menderita gangguan pernapasan,

terapi ini pun bisa digunakan untuk pengobatan. Efeknya, sirkulasi terapi ini pun bisa digunakan untuk pengobatan. Efeknya, sirkulasi

darah di rongga dada dan saluran pernapasan menjadi lebih lancar, darah di rongga dada dan saluran pernapasan menjadi lebih lancar,

sehingga dapat membantu relaksasi serta membantu mengeluarkan sehingga dapat membantu relaksasi serta membantu mengeluarkan

lendir dari saluran pernapasan, sehingga akan mempercepat proses lendir dari saluran pernapasan, sehingga akan mempercepat proses

 penyembuhan.  penyembuhan.

d.

d. Cold Therapy atau Terapi DinginCold Therapy atau Terapi Dingin

Terapi dingin biasanya diberikan bila cedera anak masih Terapi dingin biasanya diberikan bila cedera anak masih

akut sehingga proses peradangan tidak menjadi kronis. Terapi ini akut sehingga proses peradangan tidak menjadi kronis. Terapi ini

umumnya hanya diperuntukkan bagi otot saja, biasanya akibat umumnya hanya diperuntukkan bagi otot saja, biasanya akibat

terjatuh dan mengalami memar. Nah, terapi dingin ini pun berguna terjatuh dan mengalami memar. Nah, terapi dingin ini pun berguna

mengurangi bengkak. Itulah kenapa, ketika anak terjatuh dan mengurangi bengkak. Itulah kenapa, ketika anak terjatuh dan

 bagian tubuhnya ada yang benjol, orang

 bagian tubuhnya ada yang benjol, orang tua sering mengompresnyatua sering mengompresnya

dengan air dingin. Namun terapi dingin harus dengan pengawasan dengan air dingin. Namun terapi dingin harus dengan pengawasan

(5)

ketat karena kalau fase akutnya sudah lewat, tapi masih terus diberi

terapi, justru dapat merusak jaringan.

e. Chest Physiotherapy atau Terapi Bagian Dada

Anak dengan keluhan batuk-pilek biasanya mendapat chest

 physiotherapy yang bermanfaat membersihkan saluran pernapasan

dan memperbaiki pertukaran udara. Yang termasuk dalam

fisioterapi ini di antaranya inhalasi/nebulizer, clapping, vibrasi dan

 postural drainage.

Inhalasi yaitu memasukkan obat-obatan ke dalam saluran

 pernapasan melalui penghirupan. Jadi, partikel obat dipecah

terlebih dulu dalam sebuah alat yang disebut nebulizeer hingga

menjadi molekul-molekul berbentuk uap. Uap inilah yang

kemudian dihirup anak, hingga obat akan langsung masuk ke

saluran pernapasan. Keuntungan cara ini, dosis obat jauh lebih

kecil, hingga dapat mengurangi efek samping obat.

Obat-obat inhalasi yang umum diberikan adalah obat untuk

melonggarkan saluran napas, pengencer dahak, dan NaCl sebagai

 pelembab saluran napas. Sedangkan lamanya setiap inhalasi cukup

sekitar 10 menit. Tindakan lanjut untuk membantu pengeluaran

lendirnya, antara lain clapping atau tepukan pada dada dan

 punggung. Bisa di sisi kanan, kiri, depan dada. Tepukan dilakukan

secara kontinyu dan ritmik. Sertai pula dengan pengaturan posisi

anak (postural drainage), semisal anak ditengkurapkan dengan

(6)

mengalir ke cabang pernapasan utama sekaligus lebih mudah untuk

dibatukkan. Ini akan menguntungkan karena biasanya anak tak bisa

meludah, hingga lendir yang menyumbat saluran pernapasan sulit

dikeluarkan.

Khusus pada bayi atau anak di bawah usia 2 tahun, bila

 perlu, lakukan tindakan suction atau penyedotan lendir dengan alat

khusus lewat hidung atau mulut. Bisanya tindakan ini dilakukan

 pada bayi dimana refleks batuknya belum cukup kuat untuk

mengeluarkan lendir.

f. Hydro Therapy atau Aquatik Therapy

Terapi dengan air berguna bagi anak-anak yang mengalami

gangguan, terutama gangguan gerak akibat spastisitas, misal pada

anak CP (Cerebral Palsy). Sedangkan pada anak yang terlambat

 berjalan, tentu saja sebelum diterapi mereka akan dievaluasi dulu

 baik dari usia, tingkat kemampuan, maupun tingkat kesulitan yang

dialami. Untuk bisa berjalan, anak tentu saja harus melalui

 berbagai tahapan yang dimulai dengan tengkurap, duduk,

merangkak sampai berdiri. Biasanya anak tidak akan langsung

diajarkan berjalan bila tahap sebelumnya belum mampu ia lakukan.

Pada anak yang mengalami kesulitan bergerak karena

spastisitas/kekakuan, ketika di air, umumnya dia akan lebih mudah

 bergerak. Dengan demikian diharapkan spastisitas anak akan

 berkurang mengingat adanya bantuan berupa dorongan air yang

(7)

dengan gangguan tersebut dapat diberikan hidro terapi air, tapi

terapi ini bisa dijadikan sebagai salah satu alternatif.

g. Orthopedhic dan Rheumathoid Arthritis

Sebetulnya fisioterapi ortopedik ini dilakukan untuk

mengatasi gangguan tulang dan otot akibat patah tulang, post

fracture (retak), artritis sendi, keseleo, atau terkilir. Umumnya

ditujukan untuk kalangan dewasa karena kasusnya jarang sekali

terjadi pada anak.

Pada bayi, terapi ortopedik ini akan dipakai jika ia

mengalami proses pemendekan otot leher (lehernya jadi miring)

akibat pembengkakan otot leher yang membuat ototnya tertarik ke

satu arah. Fiosioterapi ini dilakukan dalam bentuk latihan-latihan

gerakan, pijat, dan peregangan. Bisa juga dibarengi dengan

ultrasound (gelombang suara berfrekuensi lebih tinggi dari yang

dapat didengar manusia) dan pemanasan untuk melepaskan

 perlengketan/gumpalan di leher. Fisioterapi ini bisa diterapkan

sejak bayi berusia 2 minggu.

Fisioterapi rheumathoid arthritis dilakukan pada anak

dengan keluhan kaki bengkak atau mengalami gangguan sendi.

Untuk mengurangi rasa nyeri, terapi dingin diberikan saat akut dan

selanjutnya diberikan terapi panas dengan electrical stimulations

therapy. Ini bisa dilakukan pada anak usia 4-5 tahunan, tergantung

(8)

2.1.2 Alat Fisioterapi Latihan Berjalan

Fisioterapi latihan berjalan merupakan salah satu bagian dari

exercise therapy  atau terapi berjalan. Terapi ini dimaksudkan untuk

mengembalikan fungsi sekaligus memberi penguatan dan pemeliharaan

gerak agar bisa kembali normal atau setidaknya mendekati kondisi normal.

Kepada anak, akan diberikan latihan memegang maupun menggerakkan

tangan dan kakinya. Setelah mampu, akan dilanjutkan dengan latihan

mobilisasi, dimulai dengan berdiri, melangkah, berjalan, lari kecil, dan

seterusnya.

Pada kasus patah kaki, contohnya, akan dilakukan fisioterapi

secara bertahap, kapan si anak harus sedikit menapak sampai bisa

menapak penuh.Latihan-latihan yang diberikan bertujuan mempertahankan

kekuatan otot-otot dan kemampuan fungsionalnya dengan

mempertahankan sendi-sendinya agar tak menjadi kaku. Hal ini perlu

dilakukan karena kaki patah yang dipasangi gips umumnya akan

mengalami pengecilan otot, sehingga kekuatannya pun berkurang. Lewat

terapi yang dilakukan sambil bermain akan kelihatan bagian mana yang

mengalami penurunan fungsi.

Ada beberapa metode untuk melatih berjalan pada pasien, antara lain :

1. Metode latihan berjalan secara manual atau tanpa bantuan alat,

Artinya pasien berlatih berjalan secara mandiri tanpa bantuan dari

siapapun atau alat apapun. Proses ini dapat memakan waktu yang

(9)

 potensi juga cedera terjadi kembali dikarenakan tidak ada

 pengamanan untuk untuk metode ini.

2. Metode latihan berjalan menggunakan alat bantu manual

Metode ini menggunakan alat bantu berjalan namun digunakan

secara manual digerakan oleh pasien. Alat ini memudahkan pasien

 berjalan

Gambar 1. Metode latihan berjalan manual menggunakan paralel bar 

Gambar 2 Metode latihan berjalan manual menggunakan walker  (Sumber: www.google.com: fisioterapi berjalan)

(10)

3. Metode latihan berjalan dengan menggunakan alat bantu mekanik

(mesin)

Metode ini menggunakan alat bantu mekanik berjalan yang

dirancang untuk memudahkan pasien dalam melatih alat gerak

motorik kakinya dan tidak dibebani oleh berat tubuhnya sehingga

 pasien dapat menggerakan dan melatih kakinya secara lebih

leluasa. Alat ini belum diproduksi di Indonesia

Metode ini yang dipilih untuk perancangan tugas akhir,

akan berguna untuk membantu terapi berjalan bagi pasien

 penderita patah tulang alat gerak bawah (kaki), dengan

menggunakan sistem treadmill agar pergerakan kecepatannya dapat

diatur dan dikontrol sesuai kebutuhan pasien.

Gambar 3. Metode latihan berjalan menggunakan sistem mekanik  (Sumber: www.google.com: fisioterapi berjalan)

(11)

2.2 Metode Perancangan Pahl & Beitz

Harsokoesoemo (2004) Perancangan merupakan kegiatan awal dari usaha

merealisasikan suatu produk yang kebutuhannya sangat dibutuhkan oleh

masyarakat. Setelah perancangan selesai maka kegiatan yang menyusul adalah

 pembuatan produk. Kedua kegiatan tersebut dilakukan dua orang atau dua

kelompok orang dengan keahlian masing-masing, yaitu perancangan dilakukan

oleh tim perancang dan pembuatan produk oleh ti m kelompok pembuat produk.

 Pahl dan  Beitz   mengusulkan cara merancang produk sebagaimana yang

dijelaskan dalam bukunya;  Engineering Design : A Systematic Approach. Cara

merancang Pahl dan Beitz  tersebut terdiri dari 4 kegiatan atau fase, yang

masing-masing terdiri dari beberapa langkah. Keempat fase tersebut adalah :

1. Perencanaan dan penjelasan tugas

2. Perancangan konsep produk

3. Perancangan bentuk produk (embodiment design)

4. Perancangan detail

Sebenarnya langkah-langkah dalam keempat fase proses perancangan

diatas tidaklah perlu dikelompokkan dalam 4 fase secara kaku, sebab seperti

misalnya, pada langkah pada fase perancangan detail (fase ke-4) cara pembuatan

komponen produk sudah diperlukan detail dan banyak lain contohnya seperti itu.

Setiap fase proses perancangan berakhir pada hasil fase, seperti fase

 pertama menghasilkan daftar persyaratan dan spesifikasi perancangan. Hasil

setiap fase tersebut kemudian menjadi masukan untuk fase berikutnya dan

(12)

fase itu sendiri setiap saat dapat berubah oleh umpan balik yang diterima dari hasil

fase-fase berikutnya.

2.2.1 Perencanaan Proyek dan Penjelasan Tugas

Tugas fase ini adalah menyusun spesifikasi produk yang

mempunyai fungsi khusus dan karakteristik tertentu yang memenuhi

kebutuhan masyarakat. Produk ini dengan fungsi khusus dan karakteristik

tertentu tersebut merupakan olahan hasil survei bagian pemasaran atau atas

 permintaan segmen masyarakat. Fase pertama tersebut perlu diadakan

untuk menjelaskan secara lebih detail sebelum produk tersebut

dikembangkan lebih lanjut. Pada fase ini dikumpulkan semua informasi (Sumber: buku pengantar perancangan teknik (perancangan produk)

(13)

tentang semua persyaratan atau requirement   yang harus dipenuhi oleh

 produk dan kendala-kendala yang merupakan batas-batas untuk produk.

Hasil fase ini adalah spesifikasi produk yang dimuat dalam suatu daftar

 persyartan teknis. Fase perencanaan produk tersebut baru dapat

memberikan hasil yang baik, jika fase tersebut memperhatikan kondisi

 pasar, keadaan perusahaan dan ekonomi negara.

Pada perencanaan proyek dibuat jadwal kegiatan dan waktu

 penyelesaian setiap kegiatan dalam proses perancangan.

2.2.2 Perancangan Konsep Produk

Berdasarkan spesifikasi produk hasil fase pertama, dicarilah

 beberapa konsep produk yang dapat memenuhi persyaratan-persyaratan

dalam spesifikasi tersebut. Konsep produk tersebut merupakan solusi dari

masalah perancangan yang harus dipecahkan. Beberapa alternatif konsep

 produk dapat ditemukan. Konsep produk biasanya berupa gambar skets

atau gambar skema yang sederhana, tetapi telah memuat semua.

Beberapa alternatif konsep produk kemudian dikembangkan lebih

lanjut dan setelah dievaluasi. Evaluasi tersebut haruslah dilakukan

 beberapa kriteria khusus seperti kriteria teknis, kriteria ekonomis dan

lain-lain. Konsep produk yang tidak memenuhi persyaratan-persyaratan dalam

spesifikasi produk, tidak diproses lagi dalam fase-fase berikutnya,

sedangkan dari beberapa konsep produk yang memenuhi kriteria dapat

dipilih solusi yang terbaik.Mungkin terjadi, ditemukan beberapa konsep

(14)

Dari diagaram alir cara merancang  Pahl dan  Beitz   dapat dilihat

 bahwa fase perancangan konsep produk terdiri dari beberapa langkah.

2.2.3 Perancangan Bentuk (Embodiment Design)

Dari diagram alir cara merancang  Pahl dan  Beitz   dapat dilihat

 bahwa fase perancangan bentuk terdiri dari beberapa langkah, yang

 jumlahnya lebih banyak dari jumlah langkah-langkah pada fase

 perancangan konsep produk.

Pada fase perancangan bentuk ini, konsep produk “diberi bentuk”,

yaitu komponen-komponen konsep produk yang dalam gambar skema atau

gambar skets masih berupa garis atau batang saja, kini harus diberi bentuk,

sedemikian rupa sehingga komponen-komponen tersebut secara bersama

menyusun bentuk produk, yang dalam geraknya tidak saling bertabrakan

sehingga produk dapat melakukan fungsinya. Konsep produk yang sudah

digambarkan pada  preliminary layout, sehingga dapat diperoleh beberapa

 preliminary layout.

Preliminary layout masih dikembangkan lagi menjadi layout yang

lebih baik lagi dengan meniadakan kekurangan dan kelemahan yang ada

dan sebagainya. Kemudian dilakukan evaluasi terhadap beberapa

 preliminary layout yang sudah dikembangkan lebih lanjut berdasarkan

kriteria teknis, kriteria ekonomis dan lain-lain yang lebih ketat untuk

memperoleh layout yang terbaik yang disebut definitive layout.

Definitive layout telah dicek dari segi kemampuan melakukan

(15)

2.2.4 Perancangan Detail

Pada fase perancangan detail, maka susunan komponen produk,

 bentuk, dimensi, kehalusan permukaan, material dari setiap komponen

 produk ditetapkan. Demikian juga kemungkianan cara pembuatan setiap

 produk sudah dijajagi dan perkiraan biaya sudah dihitung. Hasil akhir fase

ini adalah gambar rancangan lengkap dan spesifikasi produk untuk

 pembuatan; kedua hal tersebut disebut dokumen untuk pembuatan produk.

2.3 Perhitungan Kekuatan Bahan Dalam Perancangan 2.3.1 Tegangan (Mott, 2009)

a. Tegangan statis

Bila suatu komponen menerima beban yang diberikan secara lambat, tanpa kejutan dan ditahan pada nilai konstan, maka tegangan yang dihasilkan pada komponen tersebut disebut tegangan statis ( static  stress). Contohnya beban pada sebuah struktur karena bobot mati dari  bahan – bahan bangunan. Dengan adanya gaya luar dengan besar yang tetap untuk selamanya, maka tegangan akan naik dari nol hingga maksimum dan terus tetap/constant.

 b. Tegangan berulang dan berbalik

Tegangan berbalik terjadi bila suatu elemen tertentu pada bagian suatu struktur pembawa beban menerima tingkat tegangan tarik tertentu yang diikuti oleh tegangan tekan dalam tingkat yang sama. Jika siklus tegangan ini berulang beberapa ribu kali, maka tegangannya disebut tegangan berulang dan berbalik. Beban maksimum diberikan sewaktu  – waktu maka tegangan naik dari nol ke harga tertinggi lalu kembali ke

nol dan terus berulang – ulang. c. Tegangan yang berubah – ubah

Bila suatu bagian struktur pembawa beban dikenai trgangan bolak –  balik dengan nilai rata-rata tidak nol, maka pembebanan ini akan

(16)

 besar yang sama diberikan dengan arah berganti – ganti, maka tegangan akan naik ke harga positif dan turun melewati harga 0 ke harga negative.

2.3.2 Pembebanan dan Tegangan (Hakim, 2010)

Dilihat dari arah beban yang diberikan dan berpengaruh terhadap komponen yang menahannya. Serta tegangan adalah gaya dalam yang terjadi ditahan oleh penampang potong batang, maka didalam batang tersebut terjadi tegangan, jadi definisi tegangan adalah gaya per satuan luar  penampang, pembebanan dan tegangan terdiri dari 5 jenis.

1. Pembebanan dan Tegangan Tarik : Gaya bekerja sejajar sumbu/ tegak lurus penampang kearah luar (menjauh), yang mengakibatkan  batang/elemen konstruksi mengalami perpanjangan.



=

 

 

(1)

σt : Tegangan tarik (N/mm ) Fn : Gaya tarik (N)

A : Luas penampang (mm2)

2. Pembebanan dan Tegangan Tekan : Gaya bekerja sejajar sumbu/tegak lurus penampang kearah dalam (menuju), yang mengakibatkan  batang/elemen konstruksi mengalami perpendekan.



=

 

 

(2)

σd : Tegangan tekan (N/mm ) Fn : Gaya tarik (N)

A : Luas penampang (mm2)

3. Pembebanan dan Tegangan Bengkok (Bending) : Gaya bekerja dengan jarak tertentu terhadap penampang, yang mengakibatkan momen bengkok batang/elemen konstruksi mengalami bengkokan.



=



 

(3)



=

 . 

 

(4)

σb : Tegangan bengkok (N/mm2) Mb : Momen Bengkok (Nmm)

Wb : Momen Tahanan Bengkok (mm ) Ix : Momen Inersia penampang (mm4) Y : Jarak elemen terhadap sumbu

(17)

4. Pembebanan dan Tegangan Geser : Gaya bekerja sejajar  penampang/tegak lurus sumbu yang mengakibatkan batang/elemen

konstruksi mengalami geseran.



=



 

(5)

τg : Tegangan geser (N/mm2) Fg : Gaya Geser (N)

A : Luas penampang (mm )

5. Pembebanan dan Tegangan Puntir : Gaya bekerja sejajar penampang dengan radius tertentu terhadap sumbu batang, yang mengakibatkan momen puntir sehingga batang konstruksi men

galami puntiran



=





(6)

τp : Tegangan puntir (N/mm2) Mp : Momen puntir (Nmm)

Wp : Momen tahanan puntir (mm ) 2.3.3 Faktor keamanan

Supriyanto (2010) Faktor keamanan adalah angka yang menjamin agar benda yang dipakai atau direncanakan aman.

dibutuhkan

 yang 

kekua

 sebenarnya

kekua

keamanan

 Faktor 

tan

tan

Faktor keamanan haruslah lebih besar daripada 1,0. Untuk

menghindari kegagalan, biasanya angka ini berkisar antara 1,0 sampai 15.

Faktor keamanan dapat ditentukan dengan mempertimbangkan berikut ini.

a. Kemungkinan pembebanan melampaui batas dari struktur.

 b. Jenis pembebanan (statis, dinamis).

c. Ketidaktelitian dalam struktur.

d. Variasi dalam sifat-sifat bahan.

e. Keburukan yang disebabkan kondisi atau efek-efek lingkungan yang

(18)

Apabila pengambilan faktor keamanan sangat rendah, maka kemungkinan kegagalan akan menjadi tinggi. Karena itu, rancangan strukturnya mungkin tidak diterima. Sebaliknya, bila faktor keamanan sangat besar, maka pemakaian bahan akan boros dan struktur menjadi  berat sehingga tidak cocok dari segi fungsi. Dalam praktek terdapat  beberapa cara melaksanakan faktor keamanan. Untuk kebanyakan struktur,  perlu diperhatikan agar bahannya tetap berada dalam jangkauan elastis untuk menghindari adanya deformasi permanen apabila bebannya diambil. Oleh karena itu, metode perencanaan yang lazim adalah menggunakan faktor keamanan terhadap tegangan luluh maupun tegangan batas dari  bahan, sehingga diperoleh tegangan izin (allowable stress) atau tegangan

kerja working stress), yang tak boleh dilampaui di setiap bagian dalam struktur.

Klasifikasi faktor keamanan berdasarkan bahan (Mott, 2009) : Bahan – bahan ulet :

1.  N = 1,25 hingga 2,0. Perancangan struktur yang menerima bahan  beban statis dengan tingkat kepercayaan yang tinggi untuk semua data  perancangan.

2.  N = 2,0 hingga 2,5. Perancangan elemen – elemen mesin yang menerima pembebanan dinamis dengan tingkat kepercayaan rata-rata untuk semua data perancangan.

3.  N = 2,5 hingga 4,0. Perancangan struktur statis atau elemen – elemen mesin yang menerima pembebanan dinamis dengan ketidakpastian mengenai beban, sifat - sifat bahan, analisis tegangan, atau lingkungan. 4.  N = 4,0 atau lebih. Perancangan struktur statis atau elemen – elemen

mesin yang menerima pembebanan dinamis dengan ketidakpastian mengenai beberapa kombinasi beban, sifat-sifat bahan, analisis tegangan, atau lingkungan. Keinginan untuk memberikan keamanan ekstra komponen yang kritis dapat juga memilih nilai-nilai ini.

(19)

2.3.4 Pemilihan Bahan

(Mott, 2009) Menentukan bahan dari suatu komponen individu sebuah produk yang akan dibuat merupakan hal yang sangat penting,  proses pemilihan bahan harus dimulai dengan pemahaman yang jelas

mengenai fungsi, syarat perancangan, dan kriteria evaluasi untuk produk dan komponen individu.

1. Fungsi  menyatakan apa yang harus dikerjakan oleh peralatan itu, dengan menggunakan pernyataan umum yang menggunakan frasa aksi, seperti :

a. Untuk menyangga suatu beban,  b. Untuk mengangkat peti kayu,

c. Untuk mentransmisikan daya, atau

d. Untuk menopang dua batang struktural secara bersamaan.

2. Syarat perancangan  adalah pernyataan terperinci yang biasanya  bersifat kuantitatif mengenai:

a. tingkat unjuk kerja yang diharapkan,

b.  Kondisi lingkungan di mana peralatan harus beroperasi, c.  Keterbatasan ruang atau berat, atau bahan – bahan, d.  Komponen yang tersedia yang dapat digunakan, e.  Nilai efisiensi peralatan,

 f. Standar keamanan dari pemerintah dan industri harus terpenuhi,  g.  Banyaknya jumlah produksi perhari.

3. Kriteria evaluasi  adalah pernyataan tentang karakteristik kualitatif yang diharapkan dari perancangan yang membantu perancang dalam memutuskan alternatif perancangan mana yang optimal, yaitu  perancangan yang memperbesar manfaat, seperti :

a.  Keamanan

b. Unjuk kerja (tingkat di mana konsep perancangan melebihi syarat  – syaratnya),

c.  Kemudahan dalam pembuatan,

(20)

 f.  Biaya awal yang murah,

 g.  Biaya pengoperasian dan perawatan yang murah, h. Ukuran yang kecil dan berat yang rendah,

i.  Kebisingan dan getaran yang rendah (operasi yang halus atau lancar),

 j.  Penggunaan yang siap sedia dan komponen yang siap beli,

k.  Penggunaan yang hati-hati baik terhadap bagian-bagian yang dirancang secara khusus atau terhadap komponen - komponen  yang tersedia secara komersial,

2.4 Perencanaan Elemen Mesin

Elemen – elemen mesin yang digunakan dalam perancangan alat fisioterapi treadmill diantaranya:

1. Motor penggerak (Motor listrik) 2. Transmisi (V- Belt)

3. Walking belt (Belt Conveyor) 4.  Roller (Poros)

5.  Bearing (Bantalan)

6. Sambungan pengikat ( baut, las)

7. Sistem Kontrol (Variable speed drive sistem inverter, push button dan emergency stop button)

2.4.1 Motor Penggerak (Motor Listrik)

Motor penggerak yang digunakan adalah motor AC. Motor AC

atau motor arus bolak-balik menggunakan arus listrik yang membalikkan

arahnya secara teratur pada rentang waktu tertentu. Motor listrik memiliki

dua buah bagian dasar listrik, yakni stator dan rotor. Stator adalah

komponen listrik statis sedangkan rotor adalah komponen listrik yang

 berputar untuk memutarkan as motor. Motor AC itu sendiri dibagi menjadi

(21)

a. Motor Sinkron

Motor sinkron adalah motor AC yang bekerja pada kecepatan tetap

 pada sistem frekuensi tertentu. Motor ini memerlukan arus searah (AC)

untuk pembangkit daya dan memiliki torque awal yang rendah.

Oleh sebab itu, motor sinkron cocok untuk penggunaan awal

dengabeban rendah, contohnya kompresor, perubahan frekuensi dan

generator motor.

 b. Motor Induksi

Motor induksi merupakan motor yang paling umum digunakan pada

 berbagai peralatan industri. Hal ini dikarenakan motor induksi

memiliki rancangan yang sederhana, murah dan mudah didapat serta

dapat langsung disambungkan dengan ke sumber daya AC.

Motor induksi diklasifikasikan menjadi 2 kelompok, yaitu :

1. Motor induksi satu fase. Motor ini hanya memiliki satu gulungan

stator, beroperasi dengan pasokan daya satu fase, memiliki sebuah

rotor kandang tupai dan memerlukan sebuah alat untuk

menghidupkan motornya. Motor ini untuk penggunaan daya

sampai 4 Hp.

2. Motor induksi tiga fase. Medan magnet yang berputar dihasilkan

oleh pasokan tiga fase yang seimbang. Motor tersebut memiliki

kemampuan daya yang tinggi, dapat memiliki rotor kandang tupai

atau gulungan rotor dan penyalaan sendiri. Motor tiga fase tersedia

(22)

Pemilihan daya motor diperhitungkan berdasarkan kebutuhan, adapun cara

untuk menghitung daya motor yang diperlukan sebagai berikut.

P = F f x V (W) (7)

P = N x μx V (W) (8)

Dengan P adalah daya motor (satuan W) , F f adalah gaya gesek maksimum

yang terjadi (satuan N), V adalah kecepatan maksimum yang terjadi

(satuan m/s), N adalah gaya normal (satuan N), dan μ adalah koefisien

gesek bahan.

2.4.2 Transmisi

Sularso, dan Kiyokatsu (1983) Sistem transmisi dalam otomotif adalah sistem yang berfungsi untuk konversi torsi dan kecepatan (putaran) dari mesin menjadi torsi dan kecepatan yang berbeda-beda untuk diteruskan ke penggerak akhir. Konversi ini mengubah kecepatan putar yang tinggi menjadi lebih rendah tetapi lebih bertenaga, atau sebaliknya.

Jarak yang jauh antara 2 buah poros sering tidak memungkinkan transmisi langsung dengan menggunakan roda gigi. Untuk kondisi seperti ini, cara transmisi yang dapat diterapkan adalah dengan menggunakan Belt atau Chain yang dibelitkan sekeliling puli atau sprocket pada poros.

Transmisi belt dapat dibagi menjadi 3 type : a. Sabuk datar (Flat belt)

 b. Sabuk-V (V-belt)

c. Sabuk bergigi (Toothed belt)

Flat belt dapat digunakan pada jarak antar poros yang relative lebih jauh dari pada type belt yang lain. Cara untuk menghitung sabuk – V sebagai  berikut :

Daya rencana

(23)

Pemilihan penampang V-belt       max n  Pd  belt  V   Penampang    ..

(Menggunakan diagram pemilihan sabuk – V)

Pemilihan diameter puli

dp = diameter lingkar jarak bagi (pada tabel, mm) din = dp – 2.ko (mm) (10) dout = dp + 2.k (mm) (11) dp.n1 = Dp.n2 (mm) (12) Dp =  . 1 2 (mm) (13) Dout = Dp + 2.k (mm) (14)

Gambar 5. Diagram pemilihan sabuk - V

(24)

Kecepatan belt

60 . .dp n

V       (12)

Pengecekan C terhadap diameter puli

2

 Dout  dout 

C     (14)

Kapasitas daya transmisi dari satu V-be ( Po - Kw

(menggunakan tabel kapasitas daya yang ditransmisikan)

Sudut kontak 0 0 57 . 180 c dp  Dp       (15)

θ

 Ko = factor koreksi Tabel 2. Ukuran Puli - V

Tabel 3. Kapasitas daya yang ditransmisikan untuk satu sabuk tunggal, Po(kW)

(25)

Jumlah V- belt  Ko  Po  Pd  .    (16) Panjang V - belt

2 . 4 1 2 . 2  Dp dp c dp  Dp c  L        (17) Keterangan :

Daya yang akan ditransmisikan P : W Putaran poros motor penggerak n1 : rpm Putaran poros mesin/alat n2 : rpm Perbandingan putaran i : n1/n2 Jarak antar sumbu poros c : mm

2.4.3

Walking Belt 

 (Belt Conveyor)

Konveyor atau ban berjalan adalah ban atau sabuk yang terhubung

ke dua atau lebih poros yang berputar yang digunakan untuk mengangkut

material. Satu atau lebih katrol terhubung ke motor sehingga akan

menggerakkan rangkaian ban atau sabuk tersebut. Belt konveyor khusus

treadmill tersedia dipasaran (standar)

2.4.4

Roller

(Poros)

Dalam alat fisioterapi treadmill ini dibutuhkan poros untuk (Sumber: www.google.com: belt conveyor)

(26)

Poros adalah suatu bagian yang berputar, biasanya berpenampang bulat

dimana terpasang elemen-elemen seperti roda gigi, puli,  flywheel , engkol,

 sprocket , dan elemen pemindah lainnya. Poros bisa menerima beban

lenturan, beban tarikan, beban tekan, atau beban puntiran yang bekerja

sendiri-sendiri atau berupa gabungan satu dengan yang lainnya, adapun

 pembagian poros seperti ini.

Poros transmisi lebih dikenal dengan sebutan  shaft . Shaft  akan mengalami

 beban punter berulang, beban lentur berganti ataupun kedua-duanya. Pada

 shaft, daya dapat ditransmisikan melalui roda gigi, puli, flywheel , sprocket,

dan lain-lain.

Hal – hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan poros adalah :

a. Kekuatan poros

Poros transmisi akan menerima beban puntir, beban lentur, ataupun

gabungan antara beban puntir dan lentur. Dalam perancangan poros perlu

memperhatikan beberapa factor, misalnya kelelahan, tumbukan dan

 pengaruh konsentrasi tegangan bila menggunakan poros bertangga ataupun

 penggunaan alur pasak pada poros tersebut. Poros yang dirancang tersebut

harus cukup aman untuk menahan beban-beban tersebut.

 b. Kekakuan poros

Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup aman dalam

menahan pembebanan tetapi adanya lenturan atau defleksi yang terlalu

 besar akan mengakibatkan ketidaktelitian (pada mesin perkakas), vibration

(getaran mesin), dan noise  (suara). Oleh karena itu diamping

(27)

dan sisesuaikan dengan jenis mesin yang akan ditransmisikan dayanya

dengan poros tersebut.

Sularso, dan Kiyokatsu Suga (1983) Untuk menghitung poros dengan

 beban puntir, dapat diperoleh persamaan sebagai berikut :

Daya rencana Pd : P. fc (W) (18)

Torsi / Momen puntir  Pd  T . T   Pd (Nmm)

     

   (19)

Beban Lentur M : N.mm / kg.mm

Tegangan geser yang diijinkan

τ

a (N/mm2) Tegangan geser dihitung atas dasar kelelahan puntir. Kelelahan puntir = 40 % . kelelahan tarik Kelelahan tarik = 45 % . kekuatan tarik (

σ

u)

τ

a = 40 % . 45 % .

σ

u

τ

a = 1 / 5,6 .

σ

u Untuk bahan SF

τ

a = 1 / 6 .

σ

u Untuk bahan SC Faktor ini dinyatakan dengan Sf 1

3 3 , 1 tan

2

Sf   tegangan i konsentras  gga ber   poros  pasak   Alur  ) / ( . 2 2 1

mm

 N 

Sf  

Sf  

u

a

     

  (20)

Faktor ini dinyatakan dengan Sf 2

Faktor koreksi momen puntir (Kt)

tan 3 5 , 1 tan 5 , 1 1 sec 1 keju dengan dikenakan  Beban  Kt  keju  sedikit  dikenakan  Beban  Kt  halus ara dikenakan  Beban  Kt         

Faktor koreksi momen lentur (Km)

ringan Tumbukan  Km halus Tumbukan  Km  2 1 5 , 1

(28)

Poros Pejal

  

3 / 1 2 2 . . . 1 , 5

 Km M   Kt  a ds   (mm) (21) Poros Berongga

  

3 / 1 2 2 4 . . . 1 . 1 , 5

 Km M   Kt  k  a do   (mm) (22) Keterangan :

Daya yang akan ditransmisikan P : Watt Putaran poros motor penggerak n1 : rpm Faktor koreksi daya yang akan fc : 1 - 2 ditransmisikan.

2.4.5

Bearing

(Bantalan)

Bearing adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai  penumpu poros berbeban, sehingga gerakan yang terjadi yaitu gerakan  berputar atau menggelinding dan gerakan bolak-balik dapat berlangsung

dengan halus, aman, dan panjang umur.

Pemilihan bantalan haruslah benar sesuai dengan kaidah dan ketentuannya sehingga memungkinkan poros serta elemen mesin lainnya akan bekerja secara baik, apabila bantalan tidak bekerja denganbaik maka kerja suatu sistem akan menurun atau dapat dikatakan tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya. Jadi bantalan dalam suatu kontruksi mesin dapat  juga dikatakan sebagai pondasinya.

Klasifikasi Bearing berdasarkangerakan bearing terhadap poros ada 2, antara lain:

a.  Journal bearing  / bantalan luncur

Pada  journal bearing   terjadi gesekan luncur antara poros dengan  journal bearing , karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan  journal bearing dengan perantaraan lapisan pelumas

(29)

 b.  Rolling bearing  / bantalan gelinding

Pada rolling bearing   terjadi gesekan gelinding antara bagian yang  berputar dengan bagian yang diam melalui elemen gelinding (ball , roll ).

2.4.6 Sambungan Pengikat Las

Suatu proses penyambungan dua keping logam atau lebih, dilakukan pada logam yang sama atau pada logam yang tidak sama menjadi suatu sambungan yang tetap (permanen), dengan menggunakan sumber panas listrik dan bahan tambah/pengisi berupa elektroda terbungkus.

Pada proses las elektroda terbungkus, busur api listrik yang terjadi antara ujung elektroda dan logam induk (base metal ) akan menghasilkan

Gambar 7. Bantalan Luncur 

Gambar 8. Bantalan Gelinding

Gambar 9. Mesin Las Listrik  (Sumber: www.google.com: bantalan luncur)

(Sumber: www.google.com: bantalan gelinding)

(30)

 benda kerja secara setempat. Dengan adanya pencairan ini maka kampuh las akan terisi oleh logam cair yang berasal dari elektroda dan logam induk, terbentuklah kawah cair, lalu membeku maka terjadilah logam las-andan terak ( slag ).

Parameter pengelasan: Panjang busur, Voltage, dan Arus (Current) Cara menghitung kekuatan sambungan las sebagai berikut [10] : 1. Tegangan Geser yang terjadi pada welding :

)

/

(

 N 

mm

2

 A

 F 

    (23) troat = 0,707 x h (mm) (24) A = troat x L (mm2) (25) Keterangan: F = Beban (N) A = Luas pengelasan (mm2) L = Panjang Pengelasan (mm) h = Kaki las (mm)

2. Tegangan Geser yang diijinkan :

)

/

(

 N 

mm

2

Sf  

 y

a

         (26) Keterangan:

σ

y = Yield strength (N/mm2)

(Sumber: buku bahan ajar elemen mesin I) Gambar 10. Penunjukan troat dan kaki las

(31)

τ

= 0,58 x

σ

y (N/mm2) Sf = Safety factor

a

 

 

  (25)

3. Gaya max yang dapat di terima

F =

  

(N) (28)

2.4.7 Sambungan Pengikat Baut

Cara menghitung kekuatan sambungan baut beban eksentrik tegak lurus dan sejajar sumbu baut sebagai berikut[10] :

Beban geser langsung.

n W  Ws =  .  (N) (29) W = Beban eksentrik (N) Wo = Beban Rencana (N) Fc = Faktor koreksi ( 1-2) n = Jumlah baut

Beban pada setiap baut untuk jarak Ln :

 Ln C 

Wtn .   (30)

Wtn = Beban tarik pada baut yang ke n (N) C = Beban baut setiap satuan jarak (N/mm)

Ln = Jarak baut yang ke n ke titik berat sambungan (mm)

Beban tarik ekivalen :

max max 4

..( ) 2 1 2 2  N  Ws Wt  Wt  Wte     (31)

Beban geser ekivalen :

max 4

..( ) 2 1 2 2  N  Ws Wt  Wse    (32)

Diameter inti baut :

a Wte d        . . 4 1 d1 diambil terbesar (mm) (33) (27)

(32)

a Wse d        . . 4 1 d1 diambil terbesar (mm) (34) 2.4.8 Sistem Kontrol

Alat fisio treadmill ini menggunakan sistem kontrol pengatur  putaran menggunakan variable speed drive sistem inverter. Aplikasi variable speed drive banyak digunakan digunakan di industri. Jika sebelumnya banyak dipergunakan sistem mekanik, kemudian beralih ke motor slip/pengereman, maka saat ini bnyak menggunakan semi

(33)

konduktor. Inverter menggunakan frekuensi tegangan masuk untuk mengatur kecepatan motor.

RPM = 120 .   [12]

 

(35)

Dimana : RPM : Speed motor (Rpm) f : Frekuensi (Hz)  p : Kutub motor (pole)

Jadi, dengan memainkan perubahan frekuensi tegangan yang masuk pada motor, kecepatan akan berubah. Karena itu inverter disebut  juga variable frequency drive.

2.5

F inite E lement Analysis

 (FEA)

Effendi (2015) Sebelumnya metoda penelitian analisis elemen hanya pada tingkat makro. Pendekatan ini disebut dengan pendekatan tradisional yang menitikberatkan merancang analisis melibatkan penerapan klasik atau teknik analitis. Pendekatan ini memiliki kekurangan yaitu penyebaran kondisi dan informasi dari material tidak menyebar secara merata. Informasi yang memadai tidak akan tersedia pada tegangan kritis pada bagian pada komponen. Perlu untuk

(34)

kompleks dan sistem. Jika analisis rancangan dilakukan dengan cara konvensional.

FEA merupakan alat yang memudahkan untuk analisis struktur sederhana dan kompleks. Analisis elemen hingga tidak terbatas pada sistem teknik mesin saja. FEA dapat diaplikasikan secara luas di bidang teknik listrik, teknik elektronika, elektro mikro, sistem mekanik, biomedis rekayasa dll. Pada dunia manufaktur, FEA digunakan dalam simulasi dan optimalisasi proses manufaktur seperti pengecoran, permesinan, molding, forging, forming, heat treatment,  pengelasan dan lain sebagainya. Permasalahan struktur, dynamic, thermal, magnetic potencial, dan aliran fluida dapat ditangani dengan mudah dan akurat dengan FEA. Metode elemen hingga merupakan prosedur numeric. Metode ini melibatkan pemodelan struktur menggunakan sejumlah elemen kecil yang saling  berhubungan. Contoh dengan mempertimbangkan sebuah plat 2D yang diberikan

gaya P.

Struktur plat 2D tersebut dibagi menjadi 20 elemen dan 33 nodal yang dilustrasikan pada Gambar 11 Nodal dalam hal ini adalah titik sudut dari setiap elemen persegi empat. Nodal dari nomor 1 sampai 33, masing-masing dibentuk oleh elemen persegi.Solusi didapatkan dengan perkiraaan FEA. Akurasi pada solusi tergantungn pada type elemen dan jumlah elemen yang digunakan.Sangat  penting untuk memahami permasalahan fisik untuk menentukan elemen yang

sesuai pada permasalahan yang diberikan.

Gambar 12. Contoh aplikasi metode elemen hingga plat 2D (Sumber: www.google.com, metode elemen hingga )

(35)

 2.5.1

Skema

F inite E lement Analysis

Secara garis besar kegiatan pada  finite element modeling terdiri dari preprocessor, solving dan post- processor.

Kegiatan pada  finite element modeling kegiatan yang dilakukan adalah pembuatan model geometri, meshing, menentukan kondisi batas dan beban, menentukan properti material, dan menentukan tipe analisis.Pada tahapan  solving dilakukan analisis solusi yang ditampilkan  pada tahap post-processor .

 2.5.2

Mesh

F inite E lement Analysis

Jaringan elemen dan nodal yang membagi model menjadi elemen kecil disebutsebagai mesh. Jenis elemen pada mesh diilustrasikan pada. Kerapatan mesh meningkat sebagai elemen lainnya ditempatkan dalam suatu wilayah tertentu. perbaikan mesh adalah ketika mesh dimodifikasi dari satu model analisis ke analisis selanjutnya untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Hasil umumnya menjadi lebih baik ketika kerapatan mesh meningkat pada daerah stress gradien yang tinggi atau ketika zona transisi geometris dibuat mesh yang hasul. Umumnya, hasil the FEA konvergen menuju hasil yang lebih tepat apabila mesh terus diperbaiki. Untuk menilai

(Sumber: www.google.com, Finite Elemen Analysis ) Gam bar 13. Skema Finite Elemen Analysis

(36)

struktur dapat diperbaiki dengan kerapatan mesh yang lebih tinggi di lokasi yang diberbaiki. Jika ada perubahan dalam minimal dalam nilai maksimum tegangan.Ini adalah hasil yang wajar ketika setelah mengalami konvergen.

2.6 Teori Kegagalan Distorsi Energi Maksimum (Maximum Distorsi Energy Theory)

Jokowiyono dan Mulyadi (2012) Teori kegagalan ini digunakan untuk menentukan posisi tegangan terbesar dimana pada posisi ini akan terjadi awal kerusakan/kegagalan. Pertama kali diusulkan oleh M.T. Hueber (1904) kemudian diperbaiki dan diperjelas oleh  R. Von Mises (1913) dan oleh H. Hencky (1925). Teori ini lebih dikenal dengan nama teori kegagalan Von Mises. Teori kegagalan ini dianalisa pertama melalui tegangan oktahedral yang menyatakan bahwa luluh akan terjadi bilategangan geser oktahedral maksimum yang terjadi melebihi harga  batas yang diketahui dari hasiltes tarik material standar dengan beban uniaksial.

Dapat dirumuskan sebagai berikut:

 = √ 22[



1

− 

2

2 +



2

− 

1

2 +



3

− 

1

2]½ (N/m2) (33)

Dimana :

Sy = Tegangan luluh material (N/m2)

1,

 2,

 3 = Tegangan – tegangan principal (

 1>

 2>

 3)

Pemodelan analisa menggunakan bantuan  software CATIA. Dan dari hasil  pemodelan analisa didapatkan hasil komputasi analisa tegangan yang terjadi pada rangka dengan bantuan  software CATIA, adapun contoh struktur yang diuji dengan menggunakan software CATIA adalah sebagai berikut :

Gambar

Gambar 1.  Metode latihan berjalan manual menggunakan paralel bar 
Gambar 3. Metode latihan berjalan menggunakan sistem mekanik (Sumber: www.google.com: fisioterapi berjalan)
Gambar 4. . Diagram alir proses perancangan Pahl dan Beitz
Gambar 5. Diagram pemilihan sabuk - V
+7

Referensi

Dokumen terkait

Yang akan dibahas dalam makalah ini adalah pencarian solusi optimal dari permasalahan tersebut dengan menggunakan Algoritma Branch and Bound.. Pengenalan Algoritma Branch

Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen pengetahuan pada MIN Teluk Daun dan MIN Telaga Bamban telah dijalankan dengan baik, meskipun terdapat beberapa

Hasil ini juga menunjukkan bahwa, pemberian pupuk cair dari ekstrak kran- dalit yang disertai atau dikombinasikan dengan pemberian bahan organik dan kalium (A2)

2 LUTHFI KURNIAWAN SMK NEGERI 1 SAPURAN Kabupaten Wonosobo. 3 SUMIARTI SMK NEGERI 1 KEPIL

Pembentukan Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Timur dan Kota Bontang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 175,

Pada tahap ini aplikasi yang telah dibuat ini akan dilakukan. beberapa skenario uji coba dan dievaluasi untuk

Masalah dari penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh model pembelajaran webbed unttik Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa kelas V I I I pada Materi Fotosintesis di SMP

Rataan persentase kadar pati pada kulit singliong yang ciiberi perlakuan penarnbahan asam propionat, a'sam cuka, nira dan kontrol clan lama penyimpanan disaji-.