• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Kurikulum Pondok Pesantren Madinatunnajah Jombang Tangerang Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Manajemen Kurikulum Pondok Pesantren Madinatunnajah Jombang Tangerang Selatan"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN KURIKULUM PONDOK PENSANTREN

MADINATUNNAJAH JOMBANG TANGERAGN SELATAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

Mr. Nawawee Maeroh NIM. 1111018200044

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAKSI

Nama : Mr. Nawawee Maeroh (1111018200044) Judul: Manajemen

Kurikulum Pondok Pesantren Madinatunnajah Jombang

Tangerang Selatan. Skripsi ini di bawah bimbingan Dr. Jejen Musfah, MA Jurusan Manajen Pendidikan. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Syafir Hidayatullah Jakarta 2016.

Pesantren merupakan suatu lembaga pendidikan Islam yang tumbuh serta diakui oleh masyarakat sekitar dan mempunyai kekhasan tersendiri, dimana kiai sebagai figure pemimpin dan santri sebagai objek yang diberikan ilmu agama dan asrama sebagi tempat tinggal para santri. Pendidikan ini bertujuan untuk membina warga negara agar berkepribadian muslim sesuai dengan ajaran-ajaran agama Islam dan menanamkan rasa keagamaan tersebut pada semua aspek kehidupannya serta menjadikannya sebagai orang yang berguna bagi agama, masyarakat, bangsa dan negara.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan manajemen kurikulum pondok pesantren madinatunnajah. Ada 3 hal yang dideskripsikan sehubungan dengan manajemen kurikulum pondok pesantren madinatunnajah, yaitu: perencanaan kurikulum, pelaksanaan kurikulum dan evaluasi kurikulum. Untuk mengetahui bagaimana manajemen kurikulum Pondok Pesantren Madinatunnajah Jombang Tangerang Selatan ini, penulis menggunakan metode penelitian lapangan seperti observasi, studi dokumen dan wawancara. Analisis yang digunakan adalah analisi kualitatif.

Hasil penelitian menunjukan bahwa kurikulum Pondok Pesantren Madinatunnajah Jombang Tangerang Selatan menggunakan kurikulum perpaduan antara kurikulum pesantren dengan kurikulum pemerintah (Kementerian Agama). Manajemen kurikulum pondok pesantren berjalan cukup baik dan sistematis, dimana kurikulum dirumuskan oleh tim penyusun kurikulum untuk menentukan arah kebijakan pendidikan atau tujuan kurikulum, mulai dari; perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Dengan didukung oleh sumberdaya manusia, sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung proses pembelajaran, serta dukungan masyarakat yang tinggi. Namun demikian penulis memberikan saran bagi pesantren agar lebih meningkatkan efektivitas manajemen kurikulum, agar pesantren lebih meningkat dan unggul dalam bidang pendidikan.

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillaahi robbil ‘aalamiin, segala puji hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam, yang telah memberikan limpahan nikmat dan

karunia-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Sholawat teriringai salam semoga tercurah kepada junjungan besar

Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga dan sahabatnya yang

senantiasa menjadi suri tauladan bagi ummat manusai menuju jalan

yang benar hingga akhir zaman.

Dengan penuh keinsafan dan kelemah yang dimiliki oleh penulis

dalam proses menyelesaikan skripsi ini. Alhamdulillaah dengan barokah do‟a, bantuan, bimbingan, motivasi serta dukungan dari berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Dengan selesai skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih banyak

kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA sebagai Dekan Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan.

2. Dr. Jejen Musfah, MA. dan Dr. Mua‟rif SAM, M.Pd, selaku

Dosen Pembimbing yang tak henti-henti memberi bimbingan,

masukan, pengarahan serta meluangkan waktu banyak untuk

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Dr. Hasyim Asy‟ari, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Manajemen

Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

4. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Manajemen Pendidikan atas ilmu

dan pengalaman yang telah diberikan selama penulis belajar di

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. KH. M. Agus Abdul Ghofur Rochim, M.Pd, selaku Pimpinan

Pondok Pesantren , EkoTristiono, S.Pd.I, MM, selaku Sekretasi,

Muhammad Sukron, S.TAh.I, MM, selaku Kepala Biro

Pendidikan Pondok Pesantren Madinatunnajah dan para

(8)

ustadz yang telah mengizinkan serta membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

6. Kedua orang tuaku tercinta ibunda Robiyah dan ayahanda Hj.

Abdullah yang telah berjuang tak kenal lelah untuk do‟a,

mengasuh, mendidik, membimbing, kasih sayang dengan segala

pengorbanan beliau sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini.

7. Adik-adikku tercinta, Suhaimi, Toyibah dan Fakhruddin serta

seluruh saudara-saudaraku sekalian, yang selalu memberi

motivasi dan selalu mendo‟akan sehingga penulis dapat

menyelesiakan skripsi ini.

8. Semua temam-teman Jurusan Manajemen Pendidikan Angkatan

2011, Zulfahmi, Saefullah, Saeful Bahri, Uswatun Hasanah dan

yang lain, yang penulis tidak bisa disebutkan, terimakasih atas

motivasinya untuk penulis.

9. Rekan-rekan seperjuangan senasib sebangsa Melayu Patani serta

rekan-rekan Organisasi Himpunan Pelajar Patani di Indonesia

(HIPPI-JAKARTA) yang selalu memberi semangat dan motivasi

tak terhingga kepada penulis.

Terimakasih atas segalanya. Hanya Allah yang bisa membalas

segala kebaikan yang telah diberikan semua pihak.

Akhir ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum

senpurna oleh keterbatasan pengetahuan, pengalaman dan waktu

pembuatan yang penulis miliki, oleh sebab itu penulis mengharap kritik

dan saran yang dapat dijadikan bahan untuk melengkapi dan

memperbaiki skripsi ini. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi

semua. Aamiiin.

Jakarta, 23 Oktober 2015

Penulis

(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATAPENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

BAB II : KAJIAN TEORI A. Pondok Pesantren ... 9

1. Pengertian Pondok Pesantren ... 9

2. Tipologi Pondok Pesantren ... 10

3. Elemen Pondok Pesantren ... 11

4. Tujuan Pondok Pesantren ... 12

5. Fungsi Pondok Pesantren ... 14

6. Kurikulum Pondok Pesantren ... 15

7. Pelaksanaan Kurikulum Pondok Pesantren ... 19

B. Manajemen Kurikulum ... 21

1) Pengertian Manajemen Kurikulum ... 21

2) Ruanglingkup Manajemen Kurikulum ... 25

3) Pedoman Pelaksanaan Kurikulum ... 26

4) Komponen-Komponen Kurikulum ... 28

5) Fungsi-Fungsi Manajemen Kurikulum ... 30

6) Pengembangan Kurikulum Pesantren ... 34

(10)

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat Waktu dan Penelitian ... 36

B. Sumber Data ... 36

C. Metode Penelitian ... 36

D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrutmen ... 37

E. Teknik Analisa Data ... 39

BAB IV: HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Madinatunnajah ... 41

1) Letak Geografi ... 41

2) Sejarah Singkat ... 41

3) Visi dan Misi serta Motto dan Prinsip ... 42

4) Keadaan Guru dan Siswa ... 43

5) Keadaan Sarana dan Prasarana ... 44

6) Profil Kurikulum ... 45

B. Analisa Manajemen Kurikulum Pondok Pesantren ... 46

1) Manajemen Kurikulum Pondok Pesantren ... 46

a. Perencanaan Kurikulum ... 46

b. Pelaksanaan Kurikulum ... 48

c. Evaluasi Kurikulum ... 61

C. Faktor Pendukung dan Penghambat ... 62

1) Faktor Pendukung ... 62

2) Faktor Penghambat ... 62

BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan ... 64

B. Saran-saran ... 66 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 : Lembar Pengesahan Revisi Proposal Skripsi

LAMPIRAN 2 : Surat Bimbingan Skripsi

LAMPIRAN 3 : Surat Permohonan Izin Penelitian

LAMPIRAN 4 : Keadaan Sarana dan Prasarana

LAMPIRAN 5 : Pedoman Wawancara dan Instrutmen Penelitian

LAMPIRAN 6 : Susunan Pengurus Harian Pondok Pesantren

LAMPIRAN 7 : Job Deskripsi Pondok Pesantren

LAMPIRAN 8 : Poto Kegiatan Penunjang Pembelajaran

LAMPIRAN 9 : Surat Keterangan Penelitian

LAMPIRAN 10 : Daftar Referensi

(12)

DAFTAR TABEL

TABEL 3.1 : Instrutmen Penelitian

TABEL 3.2 : Instrutmen Observasi

TABEL 3.3 : Jenis Dokumen

TABEL 4.4 : Jumlah Santri Tahun Pelajaran 2015-2016

TABEL 4.5 : Jumlah Guru Tahun Pelajaran 2015-2016

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pesantren adalah lembaga pendidikan yang memiliki karakter

tersendiri yang merupakan fenomena unik khas Indonesia dan telah

teruji eksistensi dan peranannya dalam sejarah perjalanan bangsa

Indonesai. Keberadaan pesantren pun telah lebih dulu ada sebelum

berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia karena pesantren

didirikan oleh masyarakat (Ulama/Kiai) dengan asas kemandirian dan

keikhlasan. Pada awalnya pesantren adalah lembaga pendidikan dan

penyiaran Islam yang berbasis masyarakat, namun sejalan dengan

perubahan dan dinamika yang berkembang di tengah-tengah

masyarakat, pesantren pun dituntut harus mampu menjadi jembatan

tranformasi sosial budaya bagi masyarakat dimana pesantren berada

dalam segala bidang pendidikan dan kehidupan.

Pesantren dengan berbagai macam karakter sebagai miniatur Islam

lagir untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang Islam

secara menyeluruh. Baik melalui peran pendidikan, dakwah, sosial,

budaya, ekonomi dan lain sebagainya. Meskipun sebagian orang

berangapan bahwa pesantren merupakan benteng tradisionalisme yang

sangat tidak kreatif dan inovatif, namun lembaga pendidikan pesantren

memiliki peran yang ideal dalam melakukan transformasi kultural

meskipun berjalan dalam jangka waktu sangat panjang.1

Pada masa sebelum Indonesia merdeka pesantren telah berperan

besar dalam melahirkan pejuang-pejuang yang tangguh dalam

memperjuangkan kemerdekaan. Setelah kemerdekaan pesantren juga

terus berperan dalam mencerdaskan anak bangsa, hal ini sangat senada

dengan tujuan pendidikan nasional sendiri, yaitu mencerdaskan

1

Rohinah M. Noor, MA, KH.Hasyim Asy‟ari Memodernisasi NU & Pendidikan Islam, (Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu, 2012), Cet. I, h. 88

(14)

kehidupan bangsa, sedangkan pesantren di era globalisasi walaupun

sudah mendapat legitimasi dari pemerintah, namun ada juga pandangan

dari kalangan masyarakat bahwa lulusan pesantren hanya bisa shalat

dan mengaji.

Pesantren sebagai lembaga pendidikan yang memiliki karakter

khusus dalam perspektif wacana pendidikan nasional sekarang ini,

sistem pesantren mendukung spekulasi yang bermacam-macam.

Minimal ada tujuh teori yang mengungkap spekulasi tersebut. Teori

pertama menyebutkan bahwa pesantren merupakan bentuk tiruan

terhadap pendidikan Hindu dan Budha sebelum Islam datang di

Indonesia. Teori kedua mengklaim berasal dari India. Teori ketiga

menyatakan bahwa pesantren ditemukan di Baghdad. Teori keempat

sumber dari perpaduan Hindu dengan Budha (pra Muslim di Indonesia).

Teori kelima mengungkapkan dari kebudayaan Hindu-Budha dan Arab.

Teori keenam menegaskan dari India dan orang Islam Indonesia. Teori

ketujuh menilai dari India, Timur Tengah dan tradisi lokal yang lebih

tua.2

Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam yang tertua di

Indonesia, pesantren memiliki akar sejarah yang jelas. Menurut para

ahli sejarah orang yang pertama kali mendirikan pesantren terdapat

perselisihan pendapat, sehingga mareka menyebutkan Syaikh Maulana

Malik Ibrahim, yang dikenal dengan Syaikh Maghribi, dari Gurajat,

India, sebagai pendiri pesantren yang pertama di jawa. Pesantren bukan

hanya menekan misi pendidikan saja, melaikan juga dakwah, justeru

misi kedua ini lebih menonjol. Lembaga pendidikan tertua ini selalu

mencari lokasi untuk menyalur dakwah tersebut tepat sasaran sehingga

terjadi benturan antara nilai-nilai yang dibawanya dengan nilai-nilai

yang telah mengakar di masyarakat setempat.3

2

Mujamil Qomar, M.Ag, Pesantren dari Transformasi Metodelogi Menuju Demokratisasi Institusi, (Jakarta: PT Glora Aksara Pertama, 2005), h. 10

3

(15)

Pengembangan yang mendesak untuk dilakukan di pesantren

adalah pembaharuan yang bersifat horizontal, pembaharuan ini meliputi

sistem pendidikan dan manajemen pesantren. Pembaharuan sistem

pendidikan ini meliputi; jenis, jenjang dan sumberdaya pendidikan.

Pembaharuan jenis pendidikan adalah dengan memasukan jenis

pendidikan lain disamping pendidikan agama seperti pendidikan

akademik atau pendidikan kejuruan (keterampilan). Jenis pendidikan

akademik dimaksud untuk mengantisipasi pesatnya perkembangan ilmu

pengetahuan di luar dunia pesantren, sehingga diperlukan sebuah

pendekatan yang bersifat religius-dokteriner dalam menyampaikan misi

pesantren, sedangkan pembaharuan pendidikan kejuruan adalah untuk

menciptakan relevansi antara dunia pendidikan pesantren dengan

kebutuhan masyarakat. Adapun pembaharuan jenjang pendidikan

tingkat tinggi, pengembangan ini juga erat kaitnya dengan pesatnya

perkembangan ilmu pengetahuan di luar pesantren, sebagian pesantren

sejak lama sudah mengadakan pembaharuan ini. Namun masih terbatas

dengan pendidikan tinggi “keagamaan”, sedangkan pembaharuan

sumber daya manusia adalah pengembangan pendukung dan penunjang

pelaksanaan pendidikan, baik manusia, dana, sarana prasarana.

Pembaharuan ini erat kaitnya degnan kelangsungan hidup pesantren

dimasa depan.4

Dalam manajemen pendidikan nasional, ada tiga faktor dalam

sistem manajemen yaitu manajemen sebagai faktor upaya, organisasi

sebagai faktor sarana, dan administrasi sebagai faktor karsa. Tiga

kategori ini dapat diberikan arah dan perpaduan dalam merumuskan,

mengendalikan pelaksanaan, mengawasi serta menilai pelaksanaan

kebijakan-kebijakan dalam upaya mencapai suatu tujuan, kebutuhan

pesantren akan kebutuhan manajemen yang mendukung dapat

dikatakan cukup mendesak terutama bagi pesantren yang besar dan

4

(16)

memiliki jenis pendidikan yang beragam dengan jumlah santri yang

besar pula. Untuk kategori ini dipandang perlunya menejer yang handal

dan sangat mungkin seorang kiai dalam satu saat bertindak sebagai

menejer. Karena ditangannyalah terletak tanggung jawab, wewenang,

dan kiai harus bertanggu jawab terhadap setiap tindakan dan hasil yang

dibuat oleh satuan organisasi yang menjadi tanggung jawabnya.5

Perkembangan dalam dunia pendidikan yang sangat memberi

pengaruh besar tidak terlepas dengan kurikulum di dalam satuan

pendidikan itu sendiri, karena kurikulum merupakan alat yang penting

dalam keberhasilan suatu pendidikan, tanpa kurikulum yang baik dan

tepat maka akan sulit dalam mencapai tujuan dan sasaran pendidikan

yang telah dicita-cita oleh suatu lembaga pendidikan, karena segala hal

harus ada manajemennya bila ingin menghasilkan sesuatu yang baik,

sesuai dengan apa yang diharapkan, maka hal yang menjadi tolak ukur

paling berpengaruh di antaranya adalah kurikulum yang dikelola

dengan baik, dimana kurikulum senantiasa mengalami perubahan sesuai

dengan perkembangan zaman.

Berkaitkan dengan pesantren sebagai lembaga pendidikan, konsep

kurikulum yang digunakan dalam pesantren tidak hanya mengacu

kepada pengertian kurikulum sebagai materi semata-mata, malaikan

jauh lebih luas dari itu, yakni menyangkut keseluruhan pengalaman

belajar santri yang masih berada dalam tanggung jawab pesantren,

sehingga misi dan cita-cita pesantren dapat berperan dalam

pembangunan masyarakat.

Kurikulum yang digunakan di pondok pesantren Madinatunnajah

Jombang Tangerang Selatan adalah kurikulum perpaduan antara

kurikulum pemerintah (Kementerian Agama) dengan kurikulum

pendidikan pesatren, yang tentunya hal ini akan banyak mata pelajaran

yang diambil oleh santri sehingga manajemen kurikulum harus

dipersiapkan secara tepat dan memberikan kenyamanan dalam belajar

5

(17)

para santri, sehingga lulusannya dapat melanjutkan ke jenjang

pendidikan yang lebih tinggi, baik di dalam maupun di luas negeri.

Manajemen kurikulum dengan sistem Tarbiyatul Mu‟alimin wal

Mu‟alimat Al-Islamiyah (TMI) harus bisa merubah cara pandang masyarakat yang keliru, hal ini juga harus didukung dengan prestasi

yang dikuasai para santri, sehingga pandangan masyarakat terhadap

pendidikan yang diterapkan di pondok pesatren pada akhirnya bisa

memberi kontribusi besar kepada masyarakat.

Dari gambaran di atas tentunya tidak terlepas dengan peran seorang

pimpinan atau tim penyusun kurikulum pesantren dalam manajemen

kurikulum yang sangat berpengaruh bagi kemajuan lembaganya serta

mempunyai kebijakan strategis untuk mendukung program pemerintah

dalam hal mencerdaskan anak bangsa agar mempunyai sumber daya

manusia yang berkualitas dan berakhlak mulia. Hal yang perlu

dipertimbangkan atau yang menjadi tolak ukur dalam menyusun

kurikulum diantaranya adalah; guru, siswa (santri), sarana prasarana,

dan tenaga kependidikan.

Perpaduan kurikulum pemerintah (Kementerian Agama) dengan

kurikulum pendidikan pesantren pasti akan mempengaruhi proses

pembelajaran yang berlangsung selama 24 (dua puluh empat) jam baik

kegiatan intra kurikuler dan ekstra kurikuler, diantara progam ekstra

kurikuler adalah sperti program Praktik Pengabdian Masyarakat (PPM),

Keterampilan Wirausaha (Koperasi), Tahfiz al-qur‟an dan Pidato Tiga

Bahasa (Arab, Inggeris dan Indonesai) dll, agar terbentuk karakter

kepemimpinan, mental, dan kecekapan hidup kepada setiap santri.

Proses pembelajaran yang efektif, mulai dari proses perencanaan,

pelaksanaan dan evaulasi pembelajaran, karena pembelajaran yang

dikelola dengan manajemen yang efektif diharapkan dapat

mengembangkan potensi santri sehingga memiliki pengetahuan,

(18)

membantu santri untuk berkembang dan menyesuaikan diri dengan

lingkungannya.

Dari uraian di atas, manajemen dan kurikulum yang baik sangat

penting dilakukan oleh pondok pesantren, maka peneliti merasa tertarik

dan terpanggil untuk melakukan penelitian dengan judul “Manajemen

Kurikulum Pondok Pesantren Madinatunnajah Jombang

Tangerang Selatan”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengidentifikasi

masalah sebagai berikut:

1. Manajemen kurikulum dan sistem pembelajaran pondok

pesantren kurang efektif.

2. Banyaknya mata pelajaran yang harus diambil oleh peserta

didik.

3. Sarana dan prasarana kurang menunjang kegiatan pembelajaran.

4. Masih adanya masyarakat yang belum mengakui pendidikan

pesantren.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, banyak

variabel yang memengaruhi menejemen kurikulum pesantren. Namun

keterbatasan pada waktu, biaya, tenaga dan sebagainya maka penelitian

ini penulis membatasi pada masalah Manajemen Kurikulum Pondok

Pesantren Madinatunnajah Jombang Tangerang Selatan.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis dapat

merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana manajemen kurikulum pondok pesantren

(19)

2. Faktor apa saja sebagai pendukung dan penghambat dalam

manajemen kurikulum pondok pesantren madinatunnajah

jombang tangerang selatan.?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

a. Mengetahui bagaimana manajemen kurikulum pondok

pesantren madinatunnajah jombang tangerang selatan.

b. Mengetahui faktor apa saja yang mendukung dan faktor

pengambat dalam manajemen kurikulum pondok pesantren

madinatunnajah jombang tangerang selatan.

2. Manfaat Penelitian

a. Akademis

1. Penelitian ini diharapakan dapat menjadi salah satu

bahan kajian dalam upaya untuk mendalami manajemen

kurikulum di suatu lembaga pendidikan, khususnya di

Pondok Pesantren Madinatunnajah Jombang Tangerang

Selatan.

2. Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui manajemen

kurikulum pondok pesantren mu‟adalah, khusunya

Pondok Pesantren Madinatunnajah Jombang Tangerang

Selatan.

3. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar

studi perbandingan bagi penelitian lain yang sejenis.

b. Praktis

1. Sebagai bahan masukan kepada pengelola madrasah di

Pondok pesantren Madinatunnajah Jombang Tangerang

Selatan, khususnya manajemen kurikulum, sehingga

(20)

dengan jelas berhasil tidaknya dalam melaksanakan

manajemen kurikulum pondok pesantren.

2. Untuk memperbanyak tetang teori dan konsep

manajemen kurikulum di pondok pesantren. Disamping

itu agar dapat dijadikan suatu perbaikan bila dalam

(21)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pondok Pesantren

1. Pengertian Pondok Pesantren

Kata pesantren yang berasal dan kata santri dengan mendapat

awalan “pe” dan akhiran “an”, yang artinya tempat tinggal para santri

atau tempat murid-murid belajar mengaji dan sebagainya, istilah santri

berasal dari bahasa Tamil yang berarti guru mengajar. Sumber lain

menyebut bahwa kata itu berasal dari kata India Chasti dari akar kata

Shastra yang berarti buku-buku suci, buku-buku agama atau buku-buku

tentang lmu pengetahuan.6

Istilah pesantren sering disebut dalam bahasa sehari-hari dengan

tambahan kata “pondok” menjadi “pondok pesantren”. Dari segi bahasa, kata pondok dengan kata pesantren tidak ada perbedaan yang

mendasar karena kata pondok berasal dari bahasa Arab Funduq yang

artinya hotel atau pesantren. Dalam pemahaman masyarakat Indonesia

dapat diartikan sebagai tempat berlangsungnya suatu pendidikan agama

Islam yang telah melembaga sejak zaman dahulu, jadi pada hakikatnya

pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan agama Islam.7

Dalam buku berjudul Pedoman Pembina Pondok Pesantren yang di

keluar oleh Departemen Agama mendefinisikan pondok pesantren

adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam yang pada

umumnya pendidikan dan pengajaran tersebut diberikan dengan cara

non-klasikal di mana seorang kiai mengajar santri-santri berdasarkan

kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh ulama-ulama besar

sejak abad pertengahan, sedangkan para santri biasanya tinggal dalam

pondok pesantren tersebut.8

6

Iskandar Engku, M.A & Siti Zubaidah, M.Ag, Sejarah Pendidikan Islam, (Bandung: PT Rosdakarya, 2012), Cet. I, h. 172

7

Ibid., h. 172

8

Ibid., h. 172

(22)

Secara umum pesantren dapat diklasifikasi menjadi dua, yaitu

pesantren salaf (tradisional) dan pesantren khalaf atau modern.

Pesantren salaf adalah pendidikannya semata-mata berdasarkan pada

pola pengajaran klasikal atau lama, yakni berupa pengajian kitab

kuning dengan metode klasikal serta belum dikombinasikan dengan

pola pendidikan modern, jenis pesantren ini pun bisa meningkat dengan

membuat kurikulum tersendiri. Pesantren khalaf adalah pesantren yang

disamping tetap dilestarikan unsur-unsur utama pesantren, juga

memasukan kedalamnya unsur-unsur modern yang ditadai dengan

sistem klasikal atau sekolah yang adanya ilmu-ilmu umum yang

digabung dengan pola pedidikan pesantren klasikal.

Dengan demikian pesantren modern merupakan pendidikan yang

diperbarui pada segi-segi tertentu untuk disesuaikan dengan sistem

sekolah. Pesantren ini menyelenggarakan kegiatan kepesantrenan dan

kegiatan pendidikan formal, baik itu jalur umum (SD, SMP dan SMA)

maupun jalur berciri khas agama Islam (MI, MTs, MA, MAK).

Biasanya kegiatan pembelajaran kepesantrenan pada pondok pesantren

yang ini memiliki kurikulum pondok pesantren yang klasikal dan

berjenjang.9

Dengan demikian dapat dikatakan, pondok pesantren merupakan

lembaga pendidikan Islam yang mempunyai kekhasan tersendiri,

dimana seorang kiai sebagai figure pemimpin dan santri sebagai objek

yang diberikan ilmu agama dan asrama sebagi tempat tinggal para

santri.

2. Tipologi Pondok Pesantren

Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam mengalamai

perkembangan bentuk sesuia dengan perubahan zaman, terutama

adanya dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perubahan

bentuk pesantren bukan berarti sebagai pondok pesantren yang telah

9

(23)

hilang keikhlasannya. Dalam hal ini pondok pesantren tetap menjadi

lembaga pendidikan Islam yang tumbuh dan berkembang dimasyarakat

untuk masyarakat.

Secara umum masyarakat mengelompokan pondok pesantren

dalam dua kategori yaitu: (1) pondok pesantren salaf dan (2) pondok

pesantren modern. Sebenarnya ada tiga betuk pondok pesantren yaitu:

(1) bentuk salaf murni, dengan karakteristik yaitu: hanya

menyelenggarakan kajian kitab-kitab kuning yang dikategorikan

sebagai mu‟tabarah dengan sistem bejalar seorang dan badongan, (2)

bentuk salaf yang dikombinasikan dengan sistem lain yaitu

menyelenggarakan pengajian kitab kuning dan membuka sistem

madrasi (klasika) dan (3) Bentuk non-salaf yaitu pesantren yang

menyelenggarakan sistem klasikal dan tidak membuka pengajian kitab

kuning sebagai materi utamanya.10

3. Elemen Pondok Pesantren

Setidaknya pesantren memiliki lima elemen dasar, yaitu: kiai,

santri, masjid, pondok, dan kitab kuning sebagai elemen unik yang

membedakan sistem pendidikan pesantren dengan lembaga pendidikan

liannya. Secara rinci kelima elemen tersebut dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1. Kiai

Kiai memiliki peran yang sangat esensial dalam pendirian,

pertumbuhan, perkembangan dan pengurusan pondok pesantren.

Sebagai pemimpin pesantren, keberhasilan pesantren banyak

bergantung pada keahlian dan kedalaman ilmu, karisma dan

wibawa, serta keterampilan seorang Kiai.

2. Masjid

Hubungan antara pendidikan Islam dan masjid sangat erat dalam

tradisi Islam di seluruh dunia. Masjid sebagai pusat pendidikan

10

(24)

rohani, sosial, politik, dan pendidikan Islam, masjid memiliki peran

yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari dalam

masyarakat. Dalam konteks pesantren, masjid diangap sebagai

“tempat praktek solat lima waktu, khutbah, pengajaran kitab-kitab

Islam klasik dan solat jum‟at”

3. Santri

Santri merupakan unsur yang penting dalam perkembangan sebuah

pesantren, karena langkah pertama dalam membangun pesantren

adalah harus ada murid yang datang belajar dari seorang alim.

Sanrti biasanya terdiri dari dua kelompok, yaitu: santri kalong dan

santri mukim. Santri kalong adalah santri yang tidak menetap

dalam pondok pesantren. Sedangkan santri mukim adalah santri

yang menetap dalam pondok pesantren.

4. Pondok

Pondok adalah tempat sederhana yang merupakan tempat tinggal

kiai bersama para santri. Selain sebagai asrama para santri, pondok

juga digunakan untuk tempat mengembangkan keterampilan

kemandiriannya agar mareka siap hidup mendiri dalam masyarakat

sesudah tamat dari pesantren.

5. Kitab Kuning

Kitab Islam klasik yang dikarang oleh para ulama dahulu.

Dikalangan pesantren kitab Islam klasik sering disebut kitab

kuning. Pada zaman dahulu pengajaran kitab kuning merupakan

satu-satunya pengajaran formal yang diberikan dalam lingkungan

pesantren.11

4. Tujuan Pondok Pesantren

Tujuan umum pondok pesantren adalah membina warga negara

agar berkepribadian muslim sesuai dengan ajaran-ajaran agama Islam

dan menanamkan rasa keagamaan tersebut pada semua aspek

11

(25)

kehidupannya serta menjadikannya sebagai orang yang berguna bagi

agama, masyarakat, bangsa dan negara.

Adapun tujuan khusus pondok pesantren adalah sebagai berikut:

a. Mendidik santri anggota masyarakat untuk menjadi orang muslim

yang bertakwa kepada Allah SWT, berkhlak mulia, memiliki

kecerdasan, keterampilan dan sehat lahir batin sebagai warga

negara yang berpancasila.

b. Mendidik santri untuk menjadi manusia muslim selaku kader-kader

ulama yang mubaligh yang berjiwa ikhlas, tabah tangguh,

wiraswasta dalam mengamalkan ajaran Islam secara utuh dan

dinamis.

c. Mendidik santri agar menjadi tenaga-tenaga yang cakap dalam

berbagai sektor pembangunan, khususnya pembangunan mental

spiritual.

d. Mendidik santri untuk membantu meningkatkan kesejahteraan

sosial masyarakat lingkungan dalam rangka usaha pembangunan

masyarakat bangsa.12

Menurut M. Arifin bahwa tujuan didirikannya pendidikan

pesantren pada dasarnya terbagi pada dua yaitu:

a. Tujuan Khusus

Yaitu mempersiapkan para santri untuk menjadi orang alim dalam

ilmu agama yang diajarkan oleh Kiai yang bersangkutan serta

mengamalkannya dalam masyarakat.

b. Tujuan Umum

Yakni membimbing anak didik agar menjadi manusia yang

berkepribadian Islam yang sanggup dengan ilmu agamanya

menjadi mubaligh Islam dalam masyarakat sekitar dan melalui

ilmu dan amalnya.

Dari beberapa tujuan di atas dapat disimplkan bahwa tujuan

pondok pesantren berfungsi sebagai alat Islamisasi sekaligus

12

(26)

memadukan tiga unsur pendidikan yakni: 1) ibadah untuk menanamkan

iman, 2) tabligh untuk menyebarkan ilmu, dan 3) amal untuk

mewujudkan kegiatan masyarakat sehari-hari.

5. Fungsi Pondok Pesantren

Dari waktu ke waktu fungsi pesantren berjalan secara dinamis,

berubah dan berkembang mengikuti dinamika sosial masyarakat global.

Pada awalnya lembaga tradisional ini mengembangkan fungsi sebagai

lembaga sosial dan penyiaran agama. Azyumardi Azra menyebut ada

tiga fungsi utama pesantren, yaitu 1) transmisi dan transfer ilmu-ilmu

Islam, 2) pemeliharaan tradisi Islam, dan 3) reproduksi ulama.

Dalam perjalannya hingga sekarang pesantren sudah

menyelenggarakan pendidikan formal baik berupa sekolah umum,

madrasah dan perguruan tinggi. Disamping itu pesantren sudah

menyelenggarakan pendidikan non formal berupa madrasah diniyah

yang mengajarkan bidang ilmu-ilmu agama saja. Pesantern juga

mengembangkan pendidikan fungsinya sebagai lembaga solidaritas

sosial dengan melayani semua lapisan masyarakat muslim tanpa

membedakan sosial ekonomi mareka.13

Fungsi dan peran pesantren dalam kaitan dengan arus perubahan

adalah memproyeksikan nilai-nilai transendental dalam dataran praksis

sebagai nilai yang hidup dan dipraktikan melalui proses pembinaan

yang dilakukan secara sistematis dan simultan.14 Pondok pesantren

memiliki fungsi yang sesuai dengan fungsi pendidikan nasional sebagai

pencetak generasi bangsa yang intelek yang dilandasi nilai-nilai

keislaman dan integritas. Pondok pesantren sebagai lembaga

pendidikan yang berperan terhadap perubahan dan pembangunan

nasional.

13

Sulthon & Khusnurdilo, Manajemen Pondok Pesantren, (Jakarta: Diva Pustaka, 2005), h. 91.

14

(27)

Dengan demikian pesantren telah terlibat dalam menegakan negara

dan mengisi pembangunan sebagai pusat perhatian pemerintah. Hanya

saja dalam kiatan dengan peran tradisional, sering diidentifikasi

memiliki tiga peran penting dalam masyarakat Indonesia; 1) Sebagai

pusat berlangsungnya transmisi ilmu-ilmu Islam tradisional, 2) Sebagai

penjaga dan pemelihara keberlangsungan Islam tradisional, dan 3)

Sebagai pusat reproduksi ulama. Lebih dari itu pesantren tidak hanya

memainkan tiga peran tersebut, tetapi juga menjadi pusat penyuluh

kesehatan, pusat pengembangan teknologi tepat guna bagi masyarakat

pedesaan, pusat usaha-usaha penyelamatan dan pelestarian lingkungan

hidup dan lebih penting lagi menjadi pusat pemberdayaan ekonomi

masyarakat di sekitarnya.15

6. Kurikulum Pondok Pesantren

Kurikulum pesantren senantiasa mengacu pada pengertian yang

luas, sehingga bisa meliputi kegiatan-kegiatan intra-kurikuler maupun

ekstra-kurikuler, dan bisa melibatkan di samping aktivitas yang

diperankan oleh santri juga diperankan oleh kiai. Demikian juga

kegiatan-kegiatan yang memiliki bobot wajib diikuti maupun sekadar

anjuran termasuk liputan kurikulum.16

Pemaknaan kurikulum dalam pandangan para ahli pendidikan telah

mengalami pergeseran secara horizontal. Kurikulum dipahami sebagai

sejumlah mata pelajaran di sekolah yang harus ditempuh untuk

mendapat ijazah atau tingkat, maka sekarang pengertian tersebut

berusaha diperluaskan. Kurikulum yang dimaksudkan adalah segala

sesuatu usaha yang ditempuh sekolah untuk memengaruhi belajar, baik

berlangsung di dalam kelas dan di halaman sekolah, maupun di luar

kelas. Kurikulum pesantren dalam wacana selanjutnya senantiasa

mengacu kepada pengertian yang luas, sehinga bisa meliputi

15

Mujamil Qomar, M.Ag, Op. Cit., h. 25

16

(28)

kegiatan intra-kurikuler maunpun ekstra-kurikuler, dan bisa melibakan

disamping aktivitas yang diperankan santri juga diperankan kiai.17

Dengan variasinya kurikulum, maka ada lembaga pendidikan

pesantren yang lebih mengkhususkan diri pada bidang fikih, ada pula

yang mengkhususkan nahwu shoraf dan lain sebagainya. Bahkan pada

perkembangan selajutnya terdapat beberapa pesantren yang khusus

muncul keahlian tidak hanya dibidang keagamaan, misalnya pertanian,

koperasi dan sebagainya.

Kurikulum yang dikembangakan di pesantren pada saat ini dapat

dibedakan menjadi dua jenis sesuai dengan jenis pola pesantren itu

sendiri, yaitu:

1. Pesantren Salaf (tradisional)

Kurikulum pesantren salaf yang statusnya sebagai lembaga

pendidikan non-formal hanya mempelajari kitab-kitab klasik yang

meliputi: Tauhid, Tafsir, Hadis, Usul Fiqh, Tasawuf, Bahasa Arab

(Nahwu, Shoraf, Balaghoh Dan Tajuwid), Mantik, Akhlak.

Pelaksanaan kurikulum pesantren ini berdasarkan kemudahan dan

kompleksitas ilmu atau masalah yang dibahas dalam kitab. Jadi ada

tingkat awal, menengah, dan lanjutan.

Itulah gambaran sekilas isi kurikulum pesantren salafi yang

umumnya keilmuan Islam digali dari kitab-kitab klasik dan

pemberian keterampilan yang bersifat pragmatis dan sederhana.

2. Pesantren Modern

Pesantren jenis ini yang mengkombinasikan antara pesantren

salafi dengan medel pendidikan formal dengan mendirikan satuan

pendidikan semacam SD/MI,SMP/MTs, SMA/SMK/MA bahkan

sampai pada perguruan tinggi. Kurikulum yang digunakan adalah

kurikulum pesantren salaf yang diadaptasikan dengan kurikulum

pendidikan Islam yang disponsori oleh pemerintah (Kementrian

Agama) dalam sekolah (Madrasah), sedangkan kurikulum khusus

17

(29)

pesantren dialokasikan dalam muatan lokal atau diterapkan malalui

kebijaksanaan sendiri.

Gambaran kurikulum lainnya adalah pada pembagian waktu

belajar, yaitu mareka belajar keilmuan sesuai dengan kurikulum

yang ada di perguruan tinggi (madrasah) pada waktu kuliah,

sedangkan waktu selebihnya dengan jam pelajaran yang dapat dari

pagi sampai malam untuk mengkaji keilmuan Islam khas pesantren

(pengajian kitab klasik).18

Kurikulum pondok pesantren yang setara (mu‟adalah) dengan

pemerintah penulis akan uraikan sebagai mana berikut:

a. Landasan Filosofi

Kurikulum Satuan Pendidikan Mu‟adalah dikembangkan dengan

landasan filosofi yang berdasarkan nilai-nilai kepesantrenan untuk

mengembangkan memberikan dasar bagi upaya mengembangkan

kapasitas peserta didik menjadi manusia muslim Indonesia yang

berkualitas yang mengenai ilmu-ilmu agama Islam dan mampu

berkontribusi dalam kehidupan sosial. Landasan filosofi yang dijadikan

pijakan dalam pengembangan kurikulum satuan pendidikan mu‟adalah

seperti berikut:

1) Pendidikan Mu‟adalah berakar pada tradisi pesantren dalam rangka

membentuk manusia seutuhnya yang mampu menjalankan peran

kekhalifahan di muka bumi dan sekaligus sebagai hamba Allah

yang harus mengabdikan dirinya semata-mata kepada Allah dalam

menjalankan peran tersebut.

2) Kurikulum satuan pendidikan mu‟adalah dikembangkan dalam

rangka dasar yang menempatkan peserta didik sebagai subjek

pengetahuan. Kurikulum diarahkan untuk dapat mengembangkan

kapasitas peserta didik sebagai pribadi yang bukan hanya sekadar

mendapatkan pengetahuan keagamaan dari kyai atau ustad, tetapi

18

(30)

juga dapat memperoleh dan mengembang pengetahuan melalui

interaksi dengan sesama santri, masyarakat atau sumber belajar

lain.

b. Landasan Sosiologi

Kurikulum satuan pendidikan mu‟adalah dikembangkan atas dasar

pengakuan adanya praktik pendidikan yang sangat baik yang

berlangsung di pesantren dalam rangka mengembang potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah

SWT, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warga negara yang demokratis serta bertanggujawab sebagaimana

termaktub dalam tujuan pendidikan nasional. Praktik pendidikan yang

sangat baik ini mengkristal pada tradiri kultural yang ada di pesantren.

Pendidikan di pesantren tidak bertujuan untuk mengajar materi,

kekuasaan dan keagungan duniawi, tetapi dilakukan semata-mata

merupakan pengamalan atas kewajiban dan pengabdian kepada Allah

SWT.

Pengembangan kurikulum pada satuan pendidikan mu‟adalah juga

didasarkan atas tradisi yang berorientasi pada pengauasaan kitab kuning

yang merupakan salah satu karakteristik pesantren di tanah air dalam

upaya mencetak kader ulama yang mutafaqqih fid din yang bertumpu

pada nilai-nilai kultural yang mederat (tasamuh). Kegiatan penguasaan

kitab kuning ini dilakukan tidak hanya di ruang kelas, tetapi juga di luar

kelas, dengan masjid sebagai sentral berbagai kegiatan pesantren.

c. Landasan Psikopedagogis

Kurikulum satuan pendidikan mu‟adalah dikembangkan atas dasar

tradisi epistemologi Islam yang meyakini bahwa ilmu tidak hanya

diperoleh melalui kajian eksperimen yang dikalukan secara rasional,

tetapi juga merupakan nur Allah yang terpacar kedalam hati manusia

yang meniscayakan adanya kesucian. Seiring dengan itu maka

pembelajaran dalam kurikulum satuan pendidikan mu‟adalah dipahami

(31)

merupakan suatu proses intuitif suci secara ladunni dari Allah SWT

kepada peserta didik. Oleh karena itu, dalam pembelajaran satuan

pendidikan mu‟adalah perlu dibarengi dengan proses penyucian hati

yang dilakukan melalui berbagai kegiatan ubudiyah, mujahadah dan

riyadhah untuk mendekatkan diri kepada Allah dan bukan untuk

mencari kemegahan dan kedudukan.19

d. Landasan Yuridis

Landasan yuridis pengembangan kurikulum pada satuan

pendidikan mu‟adalah adalah:

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Ungang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional;

3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar

Nasional Pendidikan sebagaimana telah dua kali diubah terakhir

dengan Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2015 tentang

perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun

2005 tentang Standar Nasional Pendidikan;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan

Agama dan Pendidikan keagamaan;

5. Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia nomor 13 tahun

2014 tentang Pendidikan Keagamaan Islam;

6. Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 18 Tahun

2014 tentang Satuan Pendidikan Mu‟adalah dapa Pondok

Pesantren.20

7. Pelaksanaan Kurikulum Pondok Pesantren

Terkait dengan pelaksanaan kurikulum pesantren, seorang guru

dalam melaksanakan pembelajaran untuk dapat mengadopsi atau

19

Kementerian Agama RI, Kerangka Dasar Dan Strutur Kurikulum Satuan Pendidikan Mu‟adalah Salafiyah Setingkat Madrasah Aliyah, Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pesantren Tahun 2015. h. 7-9

20

(32)

mengadaptasi teori-teori pembelajaran dari teori yang digunakan

dengan teori yang baru, yang salah satunya sebagaimana tertuang dalam

peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006 tentang

Standar Isi (SI) sebagai berikut:

1. Pelaksanaan kurikulun didasarkan pada kompetensi,

perkembangan dan kondisi santri untuk menguasai kompetensi

yang berguna bagi dirinya. Dalam hal ini santri harus

mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu, serta

memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara

bebas, dinamis dan menyenangkan.

2. Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar

belajar, yaitu: (1) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa; (2) belajar untuk memahami dan

menghayati; (3) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat

secara efektif; (4) belajar untuk hidup bersama dan

berguna bagi orang lain; dan (5) belajar untuk membangun dan

menemukan jati diri, melalui proses pembelajaran yang efektif,

aktif, kreatif, dan menyenangkan.

3. Pelaksanaan kurikulum memungkinkan santri mendapat

pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan/atau

percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan

kondisi santri dengan tetap memperhatikan keterpaduan

pengembangan pribadi santri yang berdimensi ketuhanan,

keindividuan, kesosialan, dan moral.

4. Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan santri dan

pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka,

dan hangat dengan prinsip tut wuri handayani, ing madyo

mangun karso, ing ngarso sung tulodo (di belakang memberikan

daya dan kekuatan, di tengah membangun semangat dan

(33)

5. Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan

multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang

memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber

belajar.

6. Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam,

sosial dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan

pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal.

7. Kurikulum dilaksanakan mencakup seluruh komponen

kompetensi mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan

diri, diselenggarakan dalam keseimbangan, keterkaitan, dan

kesinambungan yang cocok dan memadai antara kelas dan jenis

serta jenjang pendidikan.21

Dengan demikian dapat katakan bahwa ketujuh prinsip tersebut

harus diperhatikan, karena pembelajaran merupakan proses

menciptakan santri belajar. Untuk itu, pembelajaran harus dimulai dari

perencanaan, pelaksanaan (proses) dan penilaian hasil belajar. Evaluasi

proses pembelajaran dengan kata lain, pelaksanaan kurikulum

merupakan proses pembelajaran atau interaksi edukatif antara guru

yang menciptakan suasana belajar dan santri yang merespon terhadap

usaha guru tersebut.

B. Manajemen Kurikulum

1. Pengertian Manajemen Kurikulum

Manajemen kurikulum adalah suatu sistem pengelolaan kurikulum

yang kooperatif, komprehensif, sistemik, dan sistematis dalam rangka

mewujudkan tercapainya kurikulum. Dalam pelaksanaannya

manajemen kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan konteks

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP). Oleh karena itu, otonomi yang diberikan kepada

lembaga pendidikan dalam mengelola kurikulum secara mandiri dengan

(34)

memprioritaskan kebutuhan dan ketercapaian sasaran dalam visi misi

lembaga pendidikan atau sekolah tidak mengambil kebijakan nasional

yang telah ditetapkan.22

Manajemen kurikulum mencakup kegiatan perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi kurikulum. Dalam manajemen kurikulum

kegiatan dititikberatkan pada usaha-usaha pembinaan situasi belajar di

sekolah agar selalu terjamin kelancarannya. Kegiatan manajemen

kurukulum di antaranya sebagai berikut:

a. Perencanaan kurikulum

Perencanaan kurikulum adalah perencanaan

kesempatan-kesempatan belajar yang dimaksudkan untuk membina siswa

kearah perubahan tingkah laku yang diinginkan dan menilai

sampai mana perubahan-perubahan telah terjadi pada diri siswa.

Di dalam perencanaan kurikulum minimal ada lima hal yang

memengaruhi perencanaan dan pembuat keputusan, yaitu

filosopis, materi, manajemen pembelajaran, pelatihan guru, dan

sistem pembelajaran.

b. Pelaksanaan kurikulum

Pembelajaran di kelas merupakan tempat melaksanakan

kurikulum dan menguji kurikulum. Dalam kaitan pembelajaran

semua konsep, prinsip, nilai, pengetahuan, metode, alat dan

kemampuan guru diuji dalam bentuk perbuatan, yang akan

mewujudkan bentuk kurikulum yang nyata. Oleh karena itu guru

adalah kunci pemegang pelaksanaan dan keberhasilan

kurikulum. Guru bertindak sebagai perencana, pelaksana dan

penilai serta pengembang kurikulum yang sebenarnya.

c. Evaluasi kurikulum

Evaluasi kurikulum yang efektif lebih bersifat komprehensif

yang di dalamnya meliputi pengukuran. Di samping itu evaluasi

pada hakikatnya merupakan suatu proses membuat keputusan

22

(35)

tentang nilai suatu objek. Keputusan evaluasi tidak hanya

didasarkan pada hasil pengukuran saja, dapat pula didasarkan

pada hasil pengamatan. Baik yang didasarkan pada hasil

pengukuran maupun bukan pengukuran, pada akhirnya

menghasilkan keputusan nilai tentang suatu program atau

kurikulum.23

Terdapat lima prinspi yang harus diperhatikan dalam melaksanakan

manajemen kurikulum, yaitu:

1. Produktivitas, hasil yang akan diperoleh dalam kegiatan kurikulum

merupakan aspek yang harus dipertimbangkan dalam manajemen

kurikulum. Pertimbangan bagaimana peserta didik dapat mencapai

hasil belajar sesuai dengan tujuan kurikulum yang harus menjadi

sasaran dalam manajemen kurikulum.

2. Demokratisasi, pelaksanaan manajemen kurikulum harus

berasaskan demokrasi yang menempatkan pengelola, pelaksanaan

dan subjek didik pada posisi yang seharusnya dalam melaksanakan

tugas dengan penuh tanggungjawab untuk mencapai kurikulum.

3. Koopratif, untuk memperoleh hasil yang diharapkan dalam

kegiatan manajemen kurikulum perlu adanya kerja sama yang

positif dari berbagai pehak yang terlibat.

4. Efektifitas dan efisiansi, rangkaian manajemen kurikulum harus

mempertimbangkan efektifitas dan efisiansi untuk mencapai tujuan

kurikulum sehingga kegiatan kurikulum tersebut memberi hasil

yang berguna dengan biaya, tenaga, dan waktu yang relatif singkat.

5. Mengarahkan visi mivi dan tujuan, yang ditetapkan dalam

kurikulum, proses manajemen kurikulum harus dapat memperkuat

dan mengarahkan visi, misi dan tujuan kurikulum.24

Dalam proses pendidikan perlu dilaksanakan manajemen

kurikulum agar perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum

23

Ibid., h. 21

24

(36)

berjalan lebih efektif, efisian dan optimal dalam memberdayakan

berbagi sumber belajr, pengalaman belajr, maupun komponen

kurikulum. Ada beberapa fungsi dari manajemen kurikulum di

antaranya sebagai berikut:

1. Meningkatkan efisiansi pemanfaatan sumberdaya kurikulum,

pemberdayaan sumber maupun komponen kurikulum dapat

ditingkatkan melalui pengelolaan yang terencana dan efektif.

2. Meningkatkan keadilan dan kesempatan pada siswa untuk

mencapai hasil yang maksimal, kemampuan yang maksimal dapat

dicapai oleh peserta didik tidak hanya melaui kegiatan

instrakurikuler, tapi juga ekstrakurikuler dan kokurikuler yang

dikelola secara integritas dalam mencapai tujuan kurikulum.

3. Meningkatkan relevansi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan

peserta didik maupun lingkungan sekitar peserta didik, kurikulum

yang dikelola secara efektif dapat memberikan kesempatan dan

hasil yang relevan dengan kebutuhan peserta didik maupun

lingkuangan sekitar.

4. Meningkatkan efektivitas kinerja guru maupun aktivitas siswa

dalam mencapai tujuan pembelajran, pengelolaan kurikulum yang

profesional, efektif dan terpadu dapat memberikan motivasi pada

kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam belajar.

5. Meningkatkan efisiansi dan efektifitas proses belajar mengajar,

proses pembelajaran selalu dipantau dalam rangka melihat

konsistensi antara desain yang telah direncanakan dengan

pelaksanaan pembelajaran. Dengan demikian ketidaksesuaian

antara desain dengan implementasi dapat dihindarkan.

6. Meningkatkan partisipasi masyarakat untuk membantu

mengembangkan kurikulum, kurikulum yang dikelola secara

(37)

bahan ajar atau sumber belajar perlu disesuaikan dengan ciri khas

kebutuhan pembangunan daerah setempat.25

Keberhasilan manajemen kurikulum sangat dipengaruhi oleh faktor

manusianya, mulai dari tingkat tpo leader (ditingkat pusat) sampai

dengan tingkat pelaksana dilapangan (guru). Tentu dalam

pelaksanaannya, orang tersebut harus didukung oleh sumber-sumber

lian, seperti sarana dan prasarana, biaya, waktu, teknologi, termasuk

kemampuan manajerialnya.26

Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

manajemen kurikulum adalah suatu kegiatan yang dirancang untuk

memudahkan mengelola pendidikan dalam pelaksanaan kegiatan belajar

mengajar yang di awali dari tahap perencanaan dan di akhiri dengan

evaluasi program, agar kegiatan belajar mengajar dapat terarah dengan

baik.

2. Runglingkup Manajemen Kurikulum

Manajemen kurikulum merupakan bagian integral dari kurikulum

tingkat satuan pendidikan (KTSP) dan manajemen berbasis sekolah

(MBS). Runglingkup manajemen kurikulum meliputi perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi kurikulum. Pada tingkat

satuan pendidikan kegiatan kurikulum lebih mengutamakan untuk

merealisasikan dan merelevansikan kebutuhan daerah dan kondisi di

sekolah yang bersangkutan, sehingga kurikulum tersebut merupakan

kurikulum yang intergritas dengan peserta didik maupun dengan

lingkungan sekolah.27

Pokok kegiatan utama studi manajemen kurikulum adalah meliputi

bidang perencanaan dan pengembangan, pelaksanaan dan perbaikan

kurikulum. Manajemen perencanaan dan pengembangan kurikulum

berdasarkan asumsi bahwa: telah tersedia informasi dan data tentang

25

Ibid., h. 5

26

Zainal Arifin, M.Pd, Konsep dan Model Perkembangan Kurikulum, (Bandung :PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 23-26.

27

(38)

masalah-masalah dan kebutuhan yang mendasari disusunnya

perencanaan yang tepat. Manajemen pelaksanaan kurikulum

berdasarkan asumsi bahwa kurikulum telah direncanakan sebelumnya

dan siap dioprasionalkan. Manajemen perbaikan kurikulum berdasarkan

asumsi bahwa, perbaikan kurikulum di sekolah perlu diperbaiki dan

dikembangkan lebih lanjut untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Evaluasi kurikulum berdasarkan asumsi bahwa perbaikan, perencanan

dan pengembangan, pelaksanaan, pengadministrasian, evaluasi dan

perbaikan kurikulum bergerak dalam satuan sistem dalam siklus yang

berkesinambungan dalam lingkaran proses sistem pendidikan

menyeluruh.28

3. Pedoman-Pedoman Pelaksanaan Kurikulum

Di samping perencanaan yang merupakan tujuan pendidikan dan

susunan bahan pelajaran, pemerintah pusat mengeluarkan

pedoman-pedoman umum yang harus diikuti oleh sekolah untuk menyusun

perencanaan yang sifatnya operasional di sekolah, pedoman-pedoman

tersebut antara lain berupa: struktur program, program penyusunan

akademik, pedoman penyusunan program pelajaran, pedoman program

rencana mengajar, pedoman penyusunan program satuan pelajaran,

pembagian tugas guru, pengaturan siswa ke dalam kelas.

a. Struktur Program

Struktur program adalah susunan bidang pelajaran yang harus

dijadikan pedoman pelaksanaan kurikulum disuatu jenis dan

jenjang pendidikan. Berdasarkan struktur sekolah dapat menyusun

jadual pelaksanaan pelajaran disesuaikan dengan kondisi sekolah

asal tidak menyimpang dari ketentuan yang ada

b. Penyusunan Jadual Pelajaran

Penyusunan Jadual Pelajaran adalah urutan mata pelajaran sebagai

pedoman yang harus diikuti dalam pelaksanaan pembagian

28

(39)

pelajaran. Jadual bermanfaat sebagai pedoman bagi guru, siswa

maupun kepala sekolah

c. Penyusunan kalender pendidikan

Menyusun rencana kerja sekolah untuk kegiatan selama satu tahun

merupakan bagian manajemen kurikulum terpenting yang harus

sudah tersusun sebelum ajaran baru

d. Pembagian tugas guru

Prinsip manajemen yang sering di kehendaki dilaksanakan di

Indonesia adalah “bottom up policy” bukan “top down policy” yaitu menampung pendapat bawahan sebelum pimpinan memutuskan

suatu kebijakan, atau keputusan didasarkan atas musyawarah

bersama. Oleh karena itu maka mengadakan pembagian tugas guru,

kepala sekolah tidak main perintah atau main tunjuk tetapi

dibicarakan dalam rapat meja guru sebelum tahun ajaran dimulai.

e. Pengaturan atau penempatan siswa dalam kelas

Pengaturan siswa dalam kelas sebaiknya sudah dilakukan bersama

waktu dengan pendaftaran ulang siswa tersebut. Hal ini akan

mempermudah siswa baru pada peristiwa hari baru masuk ke

sekolah. Oleh karena kemampuan siswa belum kenal, maka yang di

pakai untuk pertimbangan penempatan ke kelas antara lain: jenis

kelamin, asal sekolah, dll.

f. Penyusunan rencana mengajar

Langkah pertama yang harus dilakukan oleh guru setelah

menerima tugas untuk tahun ajaran yang akan datang adalah

mempersiapkan segala sesuatu agar apabila sudah sampai saat

melaksanakan mengajar tinggal memusatkan perhatian pada

lingkup yang khusus yaitu interaksi belajar mengajar.29

29

(40)

4. Komponen-Komponen Kurikulum

Mengingat bahwa fungsi kurikulum dalam proses pendidikan

adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan, maka hal ini

berarti bahwa sebagai alat pendidikan, kurikulum memiliki

bahgian-bahgian penting dan penunjang yang dapat mendukung oprasinya

dengan baik. Bahgian-bagian ini disebut komponen yang saling

berkaitan, berintraksi dalam berupaya mencapai tujuan.

a. Menurut Hasan Langgulung ada 4 komponen utama kurikulum

yaitu:

1) Tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh pendidikan itu. Dengan

lebih tegas lagi orang yang bagaimana yang ingin kita bentuk

dengan kurikulum tersebut.

2) Pengetahuan (knowledge), informasi-informasi, data-data,

aktifitas-aktifitas dan pengalaman-pengalaman dari mana

terbentuk kurikulum itu. Bagian inilah yang disebut mata

pelajaran.

3) Metode dan cara-cara mengajar yang dipakai oleh guru-guru

untuk mengajar dan memotivasi murid untuk membawa mareka

ke arah yang dikehendaki oleh kurikulum.

4) Metode dan cara penilaian yang dipergunakan dalam mengukur

dan menilai kurikulum dan hasil proses pendidikan yang

direncanakan kurikulum tersebut.

b. Menurut Penulis komponen kurikulum itu meliputi:

1) Tujuan yang ingin dicapai meliputi: (a) tujuan akhir, (b) tujuan

umum, (c) tujuan khusus, (d) tujuan sementara. Di dalam

kurikulum berbasis kompetensi seorang pendidik harus pula

dapat merumuskan kompetensi yang ingin dicapai yaitu: (1)

kompetensi lulusan, (2) kompetensi lintas kurikulum, (3)

(41)

2) Isi kurikulum

Berupa materi pembelajaran yang diprogram untuk mencapai

tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Materi tersebut disusun

kedalam silabus, dan dalam mengaplikasikannya dicantumkan

pula dalam satuan pembelajaran dan rencana pembelajaran.

3) Media (sarana dan prasarana)

Media sebagai sarana perantara dalam pembelajaran untuk

menjabarkan isi kurikulum agar lebih mudah dipahami oleh

peserta didik. Media tersebut berupa benda (materi) dan bukan

benda (non materi).

4) Strategi

Strategi merujuk pada pendekatan dan metode serta teknik

mengajar yang digunakan. Dalam strategi termasuk juga

komponen penunjang lain seperti : (a) sistem administrasi, (b)

pelayanan BK, (c) remedial, (d) pengayaan, dsb.

5) Proses pembelajaran

Komponen ini sangat penting, sebab diharapkan melalui proses

pembelajaran ini akan terjadi perubahan tingkah laku pada diri

peserta didik sebagai indikator keberhasilan pelaksanaan

kurikulum. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran dituntut

sarana pembelajaran yang kondusif, sehingga memungkinkan

dan mendorong kreativitas peserta didik dengan panduan

pendidik.

6) Evaluasi

Dengan evaluasi (penilaian) dapat di ketahui cara pencapaian

tujuan.30 Evaluasi ditunjukan untuk menilai pencapaian tujuan

yang telah ditentukan serta menilai proses pelaksanaan mengajar

secara keseluruhan.

30

(42)

5. Fungsi-Fungsi Manajemen Kurikulum

Paradigma baru pendidikan tersebut akan berpengaruh terhadap

tatanan manajemen kurikulum, khususnya pada perecanaan kurikulum,

pelaksanaan kurikulum, dan evaluasi kurikulum. Secara garis besar

terdapat beberapa kegiatan berkenaan dengan fungsi manajemen

kurikulum dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Perencanaan kurikulum

Perencanaan kurikulum adalah perencanaan kesempatan belajar

yang dimaksudkan untuk membina siswa ke arah perubahan

tingkah laku yang diinginkan dan penilaian hingga mana

perubahan-perubahan telah terjadi dapa diri siswa.

a. Fungsi perencanaan kurikulum

Pimpinan perlu menyusun rencana kurikulum secara cermat, teliti,

menyeluruh dan rinci, karena memiliki multi fungsi sebagai

berikut:

1. Perencanaan kurikulum berfungsi sebagai pedoman atau alat

manajemen, yang berisi petunjuk tentang jenis dan sumber

peserta yang diperlukan, media penyampaiannya, tindakan

yang perlu dilakukan, sumber biaya, tenaga, sarana yang

diperlukan, sistem kontrol dan evaluasi, peran dan

unsur-unsur ketenagaan untuk mencapai tujuan manajemen

operasional.

2. Perencanaan kurikulum sebagai penggerak roda organisasi

untuk menciptakan perubahan dalam masyarakat sesuai

dengan tujuan organisasi. Perencanaan kurikulum yang

matang besar sumbangannya terhadap pembuatan keputusan

oleh pimpinan, dan oleh karenanya perlu memuat informasi

kebijakan yang relevan, disamping seni kepemimpinan dan

(43)

3. Perencanaan kuruikulum berfungsi sebagai motivasi untuk

melaksanakan sistem pendidikan sehingga mencapai hasil

optimal.31

2. Pelaksanaan kurikulum

Pelaksanaan kurikulum dibagi menjadi dua tingkat yaitu

pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah dan tingkat kelas. Dalam

tingkat sekolah yang berperan adalah kepala sekolah, dan pada

tingkat kelas yang berperan adalah guru. Walaupun dibedakan

tugas kepala sekolah dengan guru dalam pelaksanaan kurikulum

serta diadakan perbedaan tingkat dalam pelaksanaan administrasi,

yaitu tingkat kelas dan tingkat sekolah, namun dalam pelaksanaan

administrasi kurikulum tersebut senantiasa bergandengan dan

bersama-sama bertanggungjawab melaksanakan proses

administrasi kurikulum.

a. Pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah

Pada tingkat ini kepala sekolah bertanggung jawab untuk

malaksanakan kurikulum di lingkungan sekolah yang

dipimpinnya. Kepala sekolah wajib melakukan

kegiatan-kegiatan yakni menyusun rencana tahunan, menyusun jadual

pelaksanaan kegiatan, memimpin rapat dan membuat notula

rapat, membuat statistik dan menyusun laporan.

Pada umumnya pimpinan harus memiliki sikap/tingkah laku

tertentu yang justru merupakan kelebihan dibandingkan dengan

bawahannya yang dipimpin sikap/tingkah laku tersebut antara lain:

1) Mampu mengelola sekolah, 2) Kemampuan profesional atau

keahlian dalam jabatannya, 3) Bersikap rendah hati dan sederhana,

4) Bsersikap menolong, 5) Sabar dan memiliki kestabialan emosi.

(6) Percaya diri, 7) Berfikir kritis.

31

(44)

b. Pelaksanaan kurikulum tingkat kelas

Pembagian tugas guru harus diatur secara administrasi untuk

menjamin kelancaran pelaksanaan kurikulum di lingkungan

kelas. Pembagian tugas tersebut meliputi tiga jenis kegiatan

administrasi yaitu: 1) Pembagian tugas mengajar, 2)

Pembagian tugas pembinaan ekstra kurikulum, 3) Pembagian

tugas bimbingan belajar.

3. Penilain kurikulum

Sistem penialaian kurikulum adalah proses pembuatan

pertimbangan berdasarkan seperangakt kriteria yang disepakati dan

dapat dipertanggungjawabkan untuk membuat keputusan mengenai

kurikulum. Ada tiga faktor utama yang perlu diperhatikan

antaranya adalah:

1. Pertimbangan adalah pangkal pembuatan keputusan yang

menentukan hasil penilaian untuk ini dibutuhkan informasi

yang akurat, releven dan dapat dipercayai, sehingga

pertimbangan yang dilakukan dan keputusan yang

dihasilkan efektif.

2. Deskripsi objek penilaian adalah perubahan yang terjadi

sebagai produk suatu kurikulum pendidikan. Produk itu

perlu dirinci agar lebih jelas, dapat diamati dan terukur.

3. Kriteria yang dapat dipertanggungjawabkan adalah

ukuran-ukuran yang digunakan untuk menilai suatu objek, dalam

hal ini adalah kurikulum diklat tenaga program.

a. Fungsi penilaian kurikulum

1) Edukatif, untuk mengetahui kedayagunaan dan keberhasilan

kurikulum dalam rangka mencapai tujuan pendidikan dan

latihan.

2) Intruksional, untuk mengetahui pendayagunaan dan

keterlaksanaan kurikulum dalam rangka pelaksanaan proses

(45)

3) Diagnosis, untuk memperoleh informasi masukan dalam

rangka perbikan kurikulum diklat.

4) Administratif, untuk memperoleh informasi masukan dalam

rangka pengelolaan program diklat.

Penilaian kurikulum diklat berdasarkan asas-asas sebagai

berikut: 1) Rasional, artinya berdasarkan pertimbangan yang

mendasarkan objektif, 2) Spesifikasi, artinya mengandung tujuan

yang jelas dan khusus, 3) Manfaat, artinya bermanfaat sesuai

dengan hakikat peserta yang mempelajari kurikulum tersebut, 4)

Efektivitas, artinya mengacu kepada ciri-ciri dan kondisi yang

perlu untuk menentukan dampak kurikulum, 5) Kondisi, artinya

persyaratan yang diperlukan untuk melaksanakan kurikulum, 6)

Praktis, artinya mengacu kepada faktor-faktor dasar yang

menunjang kurikulum, 7) Desiminasi, artinya berhubungan

dengan pelaksanaan komunikasi yang efektif.

b. Tujuan penilaian kurikulum

Untuk memperoleh informasi yang akurat sebagai bahan

pertimbangan untuk membuat keputusan tentang kurikulum

yang meliputi:

1) Keputusan tentang perencanaan kurikulum yang mengarah ke

pencapaian tujuan umum dan tujuan khusus.

2) Keputusan tentang komponen masukan kurikulum, seperti

ketenagaan, sarana prasarana, waktu dan biaya.

3) Keputusan tentang implementasi kurikulum yang

mengarahkan kegiatan-kegiatan pengajaran dan latihan.

4) Keputusan tentang produk kurikulum yang menyangkut efek

dan dampak program pendidikan.32

Sebagai sebuah lembaga pendidikan, lebih banyak memfokuskan

diri kepada kegiatan akademik. Visi sekolah merupakan sebuah janji

sekolah kepada manyarakat yang harus dicapai melalui berbagai

32

Gambar

TABEL 3.1 : Instrutmen Penelitian
Gambaran kurikulum lainnya adalah pada pembagian waktu
Tabel 3.1 Instrutmen Wawancara
Tabel 3.2 Instrutmen Observasi
+4

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pemikiran tersebut maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang penerapan kurikulum di pondok pesantren tersebut yaitu Fauzul Muslimin, dengan rumusan

Metode wawancara yang akan penulis lakukan adalah untuk mendapatkan data dari pengasuh pondok pesantren tentang kurikulum yang diterapkan di pondok pesantren, gambaran

Dibuktikan dengan terjadi perubahan visi, logo, struktur organisasi, sistem kerja (manajemen pondok), sarana prasarana, kurikulum, dan SDM di Pondok Pesantren

Kurikulum pondok pesantren merupakan hal yang sangat urgen dalam mencapai sebuah keberhasilan pembelajaran. Padahal yang kita ketahui pondok pesantren tidak

Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan untuk mendeskripsikan kepemimpinan Kiai dalam mengembangkan kurikulum pendidikan di pondok pesantren (studi kasus:

Sementara itu, di pondok pesantren terutama pondok pesantren salaf yang memiliki basis ustadz dan santri cukup banyakjarang membuka madrasah diniyah yang terlalu formal

Keberhasilan pelaksanaan kurikulum di Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok- pesantren Al Mas’udiyyah sesalu diperhatikan, baik itu kuantitas maupun

Perencanaan kurikulum Perencanaan berbasis IT Pondok Pesantren Nur El-Falah menggunakan perpaduan kurikulum Departemen Agama dan muatan lokal kurikulum Pondok dengan pemanfaatan sarana