• Tidak ada hasil yang ditemukan

RELEVANSI KURIKULUM PONDOK PESANTREN DENGAN ERA GLOBALISASI (Studi pada Pondok Pesantren Al-Manar dan Al Mas’udiyyah Kab.Semarang Tahun 2015 ) - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "RELEVANSI KURIKULUM PONDOK PESANTREN DENGAN ERA GLOBALISASI (Studi pada Pondok Pesantren Al-Manar dan Al Mas’udiyyah Kab.Semarang Tahun 2015 ) - Test Repository"

Copied!
191
0
0

Teks penuh

(1)

RELEVANSI KURIKULUM PONDOK PESANTREN

DENGAN ERA GLOBALISASI

(Studi pada Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren

Al Mas’udiyyah

Kab. Semarang Tahun 1914-2015)

Oleh SIYONO NIM : MI.13.027

Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan untuk gelar Magister Pendidikan Islam ( M.PdI )

PROGRAM PASCASARJANA

(2)
(3)

KEMENTERIAN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA PROGAM PASCASARJANA

Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323 706, 323 433 Salatiga 50721

Website : www.ppsstainsalatiga.ac.id E-mail : administrasi@stainsalatiga.ac.id

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA PROGAM STUDI: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

LEMBAR PERSETUJUAN TESIS Nama : Siyono, S.Pd.I

NIM : M1.13.027

Progam Studi : Pendidikan Agama Islam Konsentrasi : Pembelajaran PAI Tanggal Ujian : 7 April 2016

Judul Tesis : Relevansi Kurikulum Pondok Pesantren pada Era Globalisasi (Studi Pada Pondok Pesantren Al-Manar dan Pondok Pesantren Al Mas’udiyah Kab. Semarang Tahun 2015)

Tanggal Ujian :

Panitia Munaqosah Tesis

Ketua Penguji : Dr. H. Zakiyuddin, M.Ag.

Sekretaris Penguji : Dr. Phil.Widiyanto, M.A. Penguji I : Prof. Dr. H. Zulfa, M.Ag. Penguji II : Dr. H. Muh. Saerozi, M.Ag.

(4)

KEMENTERIAN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA PROGAM PASCASARJANA

Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323 706, 323 433 Salatiga 50721

Website : www.ppsstainsalatiga.ac.id E-mail : administrasi@stainsalatiga.ac.id

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Siyono, S.Pd.I

NIM : M1.13.027

Progam Studi : Pendidikan Agama Islam

Konsentrasi : Pembelajaran PAI

Menyatakan bahwa tesis yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya

saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam tesis ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik

ilmiah.

Salatiga, 23 Maret 2016

Saya yang menyatakan,

(5)

MOTTO

يمحرلا نحمرلا الله مسب

دجو دج نم

Barang siapa yang bersungguh-sungguh

pasti akan berhasil “

(6)

PERSEMBAHAN

Tesis ini Kami Persembahkan

Kepada Al-Mamater Tercinta

Jurusan Tarbiyah

Program Pasca Sarjana

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

(7)

ABSTRAK

RELEVANSI KURIKULUM PONDOK PESANTREN DENGAN ERA GLOBALISASI (Studi pada Pondok Pesantren Al-Manar dan Al Mas‟udiyyah

Kab.Semarang Tahun 2015 )

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini ialah untuk mengetahui kurikulum dan landasan kurikulum Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al

Mas‟udiyyah, serta relevansinya dengan era globalisasi

Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Adapun tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan tiga pendekatan, yaitu: (1) pengamatan terlibat, (2) wawancara, dan (3) metode dokumentasi. Teknik analisa data yang dilakukan dengan tiga alur kegiatan yaitu: Reduksi data, Penyajian data Penarikan kesimpulan.

Penelitian ini menghasilkan beberapa penemuan; pertama, secara umum kurikulum Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟diyyah dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu kurikulum salaf dan khalaf. Serta dapat dikatakan perpaduan kurikulum pendidikan formal dengan kurikulum Pesantren. Akan tetapi kurikulum tersebut bersifat integral, artinya kegiatan-kegiatan yang di laksanakan merupakan satu rangakaian dan bersifat saling mendukung.

Kedua, landasan yang digunakan oleh ke dua Pondok-pesantren tersebut ada dua, yaitu landasan umum dan khusus. Landasan umum adalah Undang RI No.20 tahun 2003, pasal 1 dan pasal 19. Sedangkan untuk landasan khususnya

yaitu untuk mempersiapkan para santri untuk menjadi orang yang „Alim dalam

ilmu Agama, dikarenakan berubahnya zaman era globalisasi.

Ketiga, keberadaan kurikulum pesantren Al-Manar dan

Pondok-pesantren Al Mas‟diyyah di katakan masih relevan, dikatakan demikian karena

Pondok- pesantren Al-Manar dan Al Mas‟diyyah terbuka kepada seluruh masyarakat umum, berkesinambungan dalam jenjang pendidikan, terstruktur dalam penguasaan bahan ajar. Itu terbukti dengan masih banyak masayarakat yang masih percaya kepada Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren

Al-Mas‟udiyyah memondokkan putra-putrinya, agar mendapatkan ilmu

(8)

ABSTRACT

COTTAGE BOARDING SCHOOL CURRICULUM RELEVANCE TO THE GLOBALIZATION ERA ( Studies in Pondok Pesantren Al-Manar and Al Mas'udiyyah Kab.Semarang 2015 )

Objectives to be achieved in this research is to determine the curriculum and curriculum foundation Pondok Pesantren Al-Manar and Al Mas'udiyyah Pondok boarding, as well as its relevance to the era of globalization

The study was conducted using a qualitative approach. The data collection techniques in this research is using three approaches, namely: (1) participant observation, (2) interviews, and (3) the method of documentation. Data analysis is done with three grooves of activities, namely: data reduction, data presentation inference.

This research resulted in several discoveries; First, the general curriculum Pondok Pesantren Al-Manar and Al Mas'diyyah Pondok boarding can be classified into two types, namely, curriculum Salaf and khalaf. And can be said to be a mix of formal education curriculum with boarding school curriculum.

(9)

KATA PENGANTAR

ِميِحَّرلا ِنمْحَّرلا ِالله ِمْسِب

ِهْيِدْهَتْسَن َو ْهُرِفْغَتْسَن َو ُهُنْيِعَتْسَن َو ُهُدَم ْحَن ِ َّ ِلِلّ َدْمَحْلا َّنِإ

ِتاَئِّيَس ْنِم َو اَنِسُفْنَأ ِر ْوُرُش ْنِم ِلِلّاِب ُذوُعَن َو

الله َّلاِإ َهَلِإ َلا ْنَأ ُدَهْشَأ .ُهَل َيِداَه َلاَف ْلِلْضُي ْنَم َو ُهَل َّل ِضُم َلاَف ُالله ِهِدْهَي ْنَم ،اَنِلاَمْعَأ

َّنَأ ُدَهْشَأ َو

ِّلَص َّمُهَّللَا .ُهُل ْوُسَر َو ُهُدْبَع اًدَّمَحُم

ىَدَتْها ِنَم َو ِهِبْحَص َو ِهِلآ ىَلَع َو ٍدَّمَحُم ىَلَع ْكِراَب َو ْمِّلَس َو

ِةَماَيِقْلا ِم ْوَي ىَلِإ ُهاَدُهِب

" دعب امأ "

Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya dan meminta pertolongan, pengampunan, dan petunjuk-Nya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kita dan keburukan amal kita. Shalawat beserta salam kiranya terlimpah kepada al Musthafa. Sang Rasul yang terjaga dan mulia, berlimpah pula kepada keluarga, para sahabat dan pengikut yang setia.

Berkat rahmat dan hidayah Allah, penulis mampu menyelesaikan penyusunan tesis yang sederhana ini, untuk memenuhi tugas dan syarat guna memperoleh gelar Magister dalam Ilmu Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI). Semoga penulis dan pembaca umumnya bisa mengambil manfaat dari tulisan ini. Penulis menulis tesis dengan judul: RELEVANSI KURIKULUM PONDOK PESANTREN DENGAN ERA GLOBALISASI (Studi pada Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah Kab. Semarang)

Terima kasih, penulis sampaikan kepada yang terhormat :

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M. Ag, Rektor IAIN Salatiga .

(10)

3. Bapak dan Ibu dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan berbagai ilmu pengetahuan kepada penulis selama menuntut ilmu di bangku kuliah.

4. Bapak Suprapto Al marhum dan Ibu Supinah tercinta, Kakak-kakakku yang (Kang Tumidi, Mbak Mursiyah, Mbak Triyanti, Mas Slamet, Mbak Torseh, Kang Hari, Mbak Siyam, Mbak Titik, Mbak Lasmi, Kang Pratik). Yang selalu mendukung adikmu yang terakhir ini untuk mencari ilmu.

5. Abah K. As’ad Haris Nasution, Ibu Nyai Ulfa beserta sekeluarga yang saya takdhimi yang telah mengajarkan, membimbing, mendidik dengan kasih sayang dan tulus ikhlas.

6. Segenap dewan guru MTs, MA dan Madrasah Diniah Al-Manar, Para Santri Al-Manar yang saya Banggakan.

7. Segenap dewan Pengurus Pesantren Putra-Putri Al-Manar dan Pondok-Pesantren Putra-Putri Al-Mas’udiyyah Blater

8. Sahabat-sahabat senasib seperjuangan khususnya Pasca Sarjana PAI 2013 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Besar harapan penulis, semoga amal baik tersebut diterima dan dicatat Allah SWT sebagai amal saleh dan mendapatkan balasan kebaikan yang berlipat ganda serta menjadi perantara kesuksesan-kesuksesan berikutnya di dunia dan di akhirat. Tak lupa penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi penyempurnaan tesis ini, hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki penulis.

Salatiga, 30 Maret 2016

Penulis

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN LOGO IAIN ...ii

HALAMAN PENGESAHAN ………...iii

HALAMAN PERNYATAAN...iv

HALAMAN ABSTRAK ...v

HALAMAN KATA PENGANTAR ...vii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...viii

DAFTAR ISI ...x

DAFTAR TABEL ...xv

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN ...xvii

DAFTAR LAMPIRAN ...xxii

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Rumusan Masalah Pembatasan Masalah ...8

C. Signifikansi Penelitian ...9

D. Kajian Pustaka ...11

E. Metode Penelitian ...16

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ...16

2. Lokasi Penelitian ...17

3. Sumber Data ...17

(12)

5. Analisis Data ...21

F. Sistematika Penulisan ...22

BAB II PERSPEKTIF TEORI ...25

A. Kurikulum Pesantren...25

1. Arti Kurikulum ...25

2. Komponen Kurikulum ...28

a. Tujuan Kurikulum ...28

b. Isi Kurikulum ...30

c. Bahan Ajar ...31

d. Metode/ Cara ...33

3. Evaluasi ...36

B. Karakteristik Pondok pesantren unggu ...38

C. Globalisasi ...40

1. Pengertian Globalisasi...40

2. Karakteristik Globalisasi...44

3. Dampak Globalisasi ...45

a. Dapak Positif ...45

b. Dampak Negatif ...46

D. Relevansi Pondok-pesantren dalam era globalisasi ...47

E. Kurikulum Pesantren yang relevan dengan era globalisasi ...49

BAB III PROFIL PONDOK-PESANTREN MANAR DAN AL-MASUDIYYAH ...51

(13)

1. Rintisan awal tahun 1914-1950 ...51

2. Tahun 1963-1982 K H Djalal Suyuti………...52

3. Tahun 1982-1992 K.H. Fathurrohman ...53

4. Tahun 1992-2000 K. Muhammad Imam Fauzi ...56

5. Tahun 2000-(2015) ...58

a. Susunan Pengurus ...59

b. Keadaan Santri ...61

c. Aktivitas Harian ...63

d. Berbagai Tata Cara atau Peraturan Yang Berlaku ...65

e. Keadaan Guru / Ustadz ... ...66

B. Tujuan Pondok-Pesantren Al-Manar pada Masa Sekarang ...67

1. Visi ...68

2. Misi ...68

3. Tujuan...69

C. Sarana dan Prasarana Pondok-Pesantren Al-Manar ...71

1. Sarana Bangunan...71

2. Sarana Pendukung...72

3. Kegiatan Ekstra Pesantren Al-Manar ...72

D. Kurikulum Pondok-Pesantren Al-Manar ...73

1. Tujuan ...73

2. Isi ...74

3. Bahan ...77

(14)

5. Landasan Kehidupan Santri Al-Manar ...96

E. Sejarah singkat dan Perkembangan Pondok Pesantren Al-Mas‟udiyyah...98

1. Rintisan awal tahun 1963 ...98

2. Tahun 1969 -1990... 98

3. Tahun 1990 – 2015 ...100

4. Susunan Pengurus Pesantren ...101

5. Keadaan Santri ...103

6. Aktifitas Harian ...104

7. Keadaan Guru ...106

8. Sarana Prasarana Pesantren Al-Mas‟udiyyah...106

9. Kegiatan ekstra Pondok-pesantren Al-Mas‟udiyyah...108

F. Tujuan Pondok-Pesantren Al-Mas‟udiyyah pada Masa Sekarang………...109

1. Kelembagaan...110

2. Kurikulum Pondok-pesanten Al Mas‟udiyyah...110

3. Cara ...118

4. Evaluasi pembelajaran yang digunakan ...118

BAB IV HASIL PENELITIAN ...123

(15)

1. Tujuan kurikulum pendidikan Pondok-Pesantren Al-Manar dan Pondok-Pesantren Al Mas‟udiyyah di kaitkan dengan Era

Globalisasi...123

2. Isi Kurikulum Pesantren Al-Manar dan Pondok-Pesantren Al Mas‟udiyyah di kaitkan dengan Era Globalisasi...125

3. Cara kurikulum Pesantren Al-Manar dan Pondok-Pesantren Al Mas‟udiyyah di kaitkan dengan Era Globalisasi...130

B. Landasan pengembangan Kurikulum Pondok- Pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah...128

C. Relevansi Kurikulum yang diterapkan di Pondok- Pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah dengan Era Globalisasi...134

1. Prinsip Fleksibilitas ...138

2. Prinsip kontinuitas...139

3. Prinsip praktis dan Efisiensi...140

4. Prinsip Efektifitas...141

5. Prinsip Khusus...143

BAB V PENUTUP ...148

A. Kesimpulan...148

(16)

C. Penutup ...152 DAFTAR PUSTAKA

(17)

DAFTAR TABEL DAN BAGAN

TABEL Halaman

TABEL 3.1: Jumlah Santri Al Manar 61

TABEL 3.2: Daerah Asal Santri 61

TABEL 3.3: Pekerjaan Orang Tua Santri 62

TABEL 3.4: Kegiatan Harian 63

TABEL 3.5: Kegiatan Pekan 64

TABEL 3.6: Kegiatan Bulanan 64

TABEL 3.7: Kegiatan Tahunan 65

TABEL 3.8: Kegiatan Ekstra 72

TABEL 3.9: Struktur kurikulum Madrasah Diniyah Awaliyah Al-Manar 74 TABEL 3.10: Struktur kurikulum Madrasah Diniyah Wustha Al-Manar 75 TABEL 3.11: Struktur kurikulum Madrasah Diniyah Ulya Al-Manar 76 TABEL 3.12: Struktur kurikulum Pondok-pesantren Al-Manar 76 TABEL 3.13: Nama kitab Taukhid 78

TABEL 3.14: Nama kitab Tajwid 79

TABEL 3.15: Nama kitab Akhlak/ Tasawuf 80

TABEL 3.16: Nama kitab Nahwu 82

TABEL 3.17: Nama kitab Ilmu Fiqih 83

TABEL 3.18: Nama kitab Usul Fiqih 84

TABEL 3.19: Nama kitab Ilmu Tafsir 85

TABEL 3.20: Nama kitab Hadist 86

TABEL 3.21: Nama kitab Ulumul Hadist 87

(18)

TABEL 3.23: Jumlah Santri Al Mas‟udiyyah 104

TABEL 3.24: Daerah Asal Santri Al Mas‟udiyyah 104

TABEL 3.25: Kegiatan Harian 104

TABEL 3.26: Kegiatan Pekan 105

TABEL 3.27: Kegiatan Bulanan 106

TABEL 3.28: Kegiatan Tahunan 106

TABEL 3.29: Nama kitab Taukhid 112

TABEL 3.30: Nama kitab Tajwid 112

TABEL 3.31: Nama kitab Akhlak/ Tasawuf 113

TABEL 3.32: Nama kitab Nahwu 114

TABEL 3.33: Nama kitab Ilmu Fiqih 114

TABEL 3.34: Nama kitab Usul Fiqih 115

TABEL 3.35: Nama kitab Ilmu Tafsir 116

TABEL 3.36: Nama kitab Hadist 117

TABEL 3.37: Nama kitab Ulumul Hadist 117

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Riwayat Hidup

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangMasalah

Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang tertua di Indonesia.1 Pesantren juga sebagai lembaga pendidikan tradisional Islam untuk

mempelajari, memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari.2

Eksistensi pesantren sebagai lembaga tidak hanya identik dengan makna keislaman, tetapi juga mengandung makna keaslian (indigenous) Indonesia,3 sebab keberadaannya mulai dikenal di bumi Nusantara pada abad ke-13.4

Pesantren merupakan bagian dari sejarah pendidikan dan peradaban Indonesia yang dibangun sebagai institusi pendidikan keagamaan bercorak

tradisional (pendidikan tradisonal Islam) yang merupakan lembaga pendidikan formal tertua bagi masyarakat Islam di Indonesia.5

Sebagai lembaga pendidikan dengan kurikulum yang hanya mengajarkan

ilmu-ilmu keagamaan (agama Islam), pesantren dianggap kurang memberikan arah yang prospektif bagi masa depan dibandingkan dengan lembaga-lembaga

formal seperti sekolah dan perguruan tinggi. Di sisi lain juga dianggap kurang

1

Mastuhu, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999,1.

2

Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, Jakarta: INIS, 1994, 55. 3

Madjid Nurcholish, Bilik-bilik Pesantren: sebuah Potret Perjalanan, Jakarta: Paramadina, 1997, 3.

4

Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, Jakarta:INIS, 1994, 6.

5

(21)

dalam mengimbangi tuntutan zaman. Karena kurangnya dalam mengimbangi tuntutan zaman, beserta faktor-faktor lain yang beragam, oleh Nurcholish Madjid pesantren dianggap kurang siap untuk “lebur” dalam mewarnai kehidupan

modern. 6

Guna membenahi kekurangan-kekurangan tersebut banyak para tokoh dari

kalangan pesantren mulai mengembangkan visi-misi dan kurikulumnya. Pesantren mulai melakukan akomodasi dan penyesuaian seperti adanya sistem penjenjangan, kurikulum yang lebih jelas dan sistem klasikal.

Seiring dengan perubahan tersebut muncullah tipologi pesantren yang mana diklasifikasikan menjadi dua yaitu, pesantren salaf dan pesantren khalaf.

Sebuah pesantren disebut salaf apabila dalam kegiatan pendidikanya semata-mata berdasarkan pola pengajaran klasik/ lama yakni berupa pengajian kitab kuning dengan metode pembelajaran tradisional. Kemudian pesantren disebut khalaf/

modern adalah pesantren yang disamping tetap melestarikan unsur-unsur utama pesantren, memasukkan juga ke dalamnya unsur-unsur modern yang ditandai

dengan sistem klasikal/ sekolah dan adanya materi ilmu-ilmu umum dalam muatan kurikulumnya.7

Menurut Ronald Alam Lukens Bull, Syekh Maulana Malik Ibrahim mendirikan Pondok-pesantren salaf di Jawa pada tahun 1399 M untuk menyebarkan Islam di Jawa.8 Pondok-pesantren yang panjang usianya kiranya

sudah cukup alasan untuk menyatakan bahwa pondok pesantren telah menjadi

6 Nurcholish Madjid, Bilik-bilik Pesantren: sebuah Potret Perjalanan, Jakarta:

Paramadina, 1997, 7.

7

Maksum, Pola Pembelajaran di Pesantren, Jakarta: Departemen Agama RI, 7-8. 8

(22)

milik budaya bangsa dalam bidang pendidikan, dan telah ikut mencerdaskan kehidupan bangsa.9

Sejak dekade 80 dan 90-an, banyak pemikiran-pemikiran progresif yang

membahas seluk-beluk pesantren, mulai dari kultur, tradisi, pemikiran, dan sebagainya. Ide-ide pemikiran itu muncul dari gagasan untuk membuat pesantren

beberapa langkah lebih maju. Ini biasanya muncul dari ilmuan yang pernah mengenyam pendidikan pesantren lalu melanjutkan studinya di luar pesantren. Mereka seakan melihat, bahwa ada yang kurang dan tidak pas di pesantren. Ada

hal-hal yang masih perlu dibenahi.10

Salah satu penyebab pemikiran progresif adalah globalisasi. Globalisasi

sebagai akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menimbulkan adanya sistem satelit informasi dunia, konsumsi global, gaya hidup kosmopolitan, mundurnya kedaulatan suatu negara kesatuan dan tumbuhnya kesadaran global

bahwa dunia adalah sebuah lingkungan yang terbentuk secara berkesinambungan,11 dalam hal itu muncul kebudayaan global yang membawa

pengaruh terhadap perkembangan social budaya yang beraneka ragam. Menurut John Naisbitt, kebudayaan Negara-negara yang berbahasa Inggris akan

mendominasi gaya hidup yang memunculkan perubahan nilai dan mempengaruhi

9

Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, Jakarta: INIS, 1994, 7. 10

Mohammad Achyat Ahmad, Liberalisasi Islam di Pesantren, cet I, Pasuruan: Sidogiri Pustaka, 25.

11

(23)

masyarakat lain, maka akan terjadi pergeseran nilai dalam masyarakat penerima pengaruh.12

Kondisi ini telah mengubah pola pikir dan gaya hidup masyarakat dunia,

termasuk masyarakat Indonesia. Perubahan masyarakat Indonesia terjadi dari masyarakat agraris menjadi masyarakat informatif yang bertumpu pada teknologi

informatika. Masyarakat muslim di Indonesia, mau tidak mau juga merasakan dampak dari globalisasi ini, walaupun sebenarnya fenomena ini menurut Azyumardi Azra bukanlah fenomena baru sama sekali.13

Jika pada akhir abad 19 dan awal abad 20 globalisasi yang bersifat religio-intelektual telah dirasakan oleh bangsa Indonesia yaitu bersumber dari Timur

Tengah. Proses globalisasi dewasa ini, bersumber dari Barat, yang terus memegang supremasi dan hegemoni dalam berbagai lapangan kehidupan masyarakat dunia umumnya.14

Dengan melihat sumber globalisasi saat ini, maka dalam proses globalisasi ini ada nilai-nilai yang tidak sesuai dengan nilai-nilai bangsa Indonesia pada

umumnya dan umat Islam pada khususnya. Dalam era ini, kehebatan suatu negara-bangsa tidak lagi didasarkan atas sumber daya alam yang melimpah dan

alat-alat produksi masal, tetapi sandaran terpenting yang akan menentukan keberlangsungan hidup dan kemajuan negara-bangsa adalah mutu sumber daya

12

John Naisbitt dan Patrica Aburdence, Megatrend 2000, Terj, Fx. Budijanto, Jakarta: Bumi Aksara, 1990, 126.

13

Azyumardi, Konflik Baru antara Peradaban Globalisasi, Radikalisme & Pruralitas, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002.

14

(24)

manusia yang dimiliki.15 Dari sini dapat dilihat betapa pentingnya pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas.

Pondok pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam yang ada

di Indonesia sebenarnya mempunyai peluang dalam menciptakan SDM yang berkualitas dengan catatan pondok pesantren mampu mempertahankan nilai-nilai

tradisional yang telah hidup berabad-abad, menjadi pendidikan alternatif yang ideal, mencetak generasi muda yang ber-akhlakul karimah, di era globalisasi yang sedang terjadi dengan tanpa meninggalkan watak kepesantrenannya.

Menurut Edy Supriyono, minimal ada tiga alasan mengapa pesantren peluangnya lebih besar dibandingkan lembaga pendidikan yang lain;”

1. Pesantren yang ditempati generasi bangsa (mulai anak-anak hinggga pemuda),

dengan pendidikan yang tidak terbatas oleh waktu sebagaimana pendidikan

umum.

2. Pendidikan pesantren yang mencoba memberikan keseimbangan antara

pemenuhan lahir dan batin.

3. Pendidikan pesantren terbuka untuk semua kalangan”. 16

Serta jika pesantren melakukan inovasi dalam pendidikannya maka pada hakikatnya pesantren akan lebih terbuka kesempatannya di pilih oleh masyarat.

Inovasi pendidikan dapat menyangkut berbagai bidangdi Pondok-pesantren.

15

Bachrudin Musthafa, Kecenderungan Global dan tuntutan Pendidikan Abad Informasi, Jurnal Ilmu Pendidikan, November 2002, Jilid 9, Nomor 4 ISSN 0215-9613, Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) dan Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI), 248.

16

(25)

Kurikulum sebagai salah satu bagian dari software merupakan salah satu aspek yang cukup urgen untuk di perbaharui agar sesuai dengan perkembangan zaman.

Kurikulum merupakan komponen instrumen pendidikan yang penting

keberadaannya, karena dengan kurikulum segala bentuk aktivitas pendidikan akan terarah dalam rangka pencapain tujuan pendidikan yang tercantum dalam UU

SISDIKNAS.17

Sistem pendidikan serta kurikulum pesantren kini menjadi banyak perbincangan bukan hanya sekedar karena kebijakan pengembangan kurikulum

pendidikan nasional yang selalu berubah, tetapi karena dinamisasi pesantren dalam mengembangankan kurikulum, dengan membentuk lembaga pendidikan

formal yang menyerap muatan kurikulum yang dibutuhkan dalam konteks kebutuhan masyarakat akan pendidikan modern yang membutuhkan lembaga legal formal yang mampu mengeluarkan ijazah, sebagai suatu formalitas

kelulusan dalam menjalani program pendidikan, dan penambahan mata pelajaran umum di dalam sekolah keagamaan (dalam hal ini adalah pesantren dan lembaga

pendidikan Islam) sebagai suatu wujud tantangan kebutuhan zaman akan kebutuhan pendidikan yang memberikan orientasi pengajaran, dan pemberian

bekal hidup yang berbeda. Keadaan yang seperti ini juga belaku pada pengembangan pendidikan Islam (terutama dalam pengembangan kurikulum pendidikan) Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah.

17

(26)

Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah di antara Pondok-pesantren yang berada di Kab. Semarang yang sudah lama berdiri Fakta ini diperoleh dari dokumen yang penulis dapatkan. Serta Pondok-pesantren

Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah menyatakan bahwa selain melaksanakan kurikulum salafiyah seperti model bandongan, sorogan dan

takhassus, pesantren juga melaksanakan kurikulum khalafiyah (modern) yaitu dengan berdirinya lembaga formal.

Kurikulum Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al

Mas‟udiyyah memberikan pendidikan kepada para santrinya secara integral

pengetahuan umum dan agama, pesantren Al-Manar dan

Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah terus berusaha memenuhi tuntutan kemajuan dan

pendidikan, baik itu tuntutan ilmu umum atau megenai system pendidikan Nasional, dan SKB tiga menteri, serta ilmu Agama. Pondok-pesantren Al-Manar

dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah mengakomodir tuntutan masyarakat serta tidak menghilangkan ciri khas sebagai pesantren. Problem adaptasi dengan

kemajuan dan system pendidikan ini sedikit banyak telah mempengaruhi pengembangan kurikulum, baik di pesantren Al-Manar dan

Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah. Sehingga pesantren mengupayakan dengan

menambah Ustadz dan para Guru yang mempunyai pengalaman baru dan gelar kesarjanaan di harapka menambah pengetahuan dan pengalaman yang belum

(27)

Bentuk asal kurikulum Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren

Al Mas‟udiyyah adalah pesantren tradisional yang mengajarkan kitab klassik

(kitab kuning) yang menjadi muatan inti dalam pengajaran agama di

Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah, baik itu di ajarkan dalam Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah

bentuk hafalan bait, lafal makna, maupun membaca kitab secara keseluruhan. Pengembangan keilmuan membaca kitab kuning melalui nahwu dan sharaf, dengan metode pembelajaran sorogan dan bandongan. Kegiatan pembelajaran

pesantren klassik diatas mengalami perubahan dan dinamika seiring dengan perubahan dan dinamika pengembangan seiring dengan meningkatnya tuntutan

zaman, sistem pendidikan, dan alumni dan ustadz yang mempunyai paradigma modern pada Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al

Mas‟udiyyah.

Dari paparan di atas dapat dilihat betapa pentingnya fungsi kurikulum dalam pendidikan, sehinggga dari sinilah peneliti tertarik untuk meneliti

penerapan kurikulum Pondok-pesantren dalam era globalisasi

B.Rumusan Masalah

Penilitian ini ditujukan untuk mengkaji tentang kurikulum dalam perkembangan lembaga pendidikan Islam, terutama menyangkut topik relevansi

kurikulum di pondok pesanren. Penelitian ini penulis batasi permasalahan pada pengembangan kurikulum di Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren

(28)

dikarenakan fokus penelitian hanya membatasi pada kurikulum pondok pesantren. Pengembangan kurikulum pondok pesantren, penulis mengambil setting penelitian pada Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al

Mas‟udiyyah bertempat di Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah.

Dari latar belakang di atas, maka akan diuraikan beberapa rumusan

masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana kurikulum yang di terapkan di Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah?

2. Apa landasan pengembangan kurikulum di Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah ?

3. Apa kurikulum yang diterapkan di pesantren Al-Manar dan

Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah masih relevan dengan era globalisasi ?

C.Signifikan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini secara umum

bertujuan :

1. Untuk mengetahui kurikulum di pesantren Al-Manar dan

Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah.

2. Untuk mengetahui landasan yang di gunakan dalam pengembangan kurikulum di Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al

(29)

3. Mengetahui relevansi kurikulum di pondok-pesantren Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah dengan era globalisasi.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada dua hal : 1. Manfaat secara teoritif substantif

a. Memberikan masukan keilmuan dalam pengembangan dunia pendidikan pesantren

b. Memperkaya teori tentang pengembangan kurikulum di lembaga

pendidikan Islam.

c. Menyumbangkan pemikiran tentang kurikulum yang relevan bagi

pendidikan di Indonesia umumnya dan pendidikan di pondok pesantren pada khususnya dalam menghadapi era globalisasi.

d. Memberikan bahan kajian dan rujukan bagi penelitian di bidang yang

serupa.

2. Manfaat secara praktis empirik

a. Sebagai tugas akhir untuk menyeleisaikan studi Pascasarjana program Magister Pendidikan Islam

b. Sebagai sumbangan informasi mengenai perkembangan praktis kurikulum pesantren dan lembaga pendidikan Islam.

c. Sebagai masukan dan pertimbangan kepada pesantren dan lembaga

(30)

D.Kajian Pustaka

Adapun penelitian yang berkaitan dengan tema, penulis menemukan antara lain:

Mujamil Qomar, Politik Pendidikan Pesantren Melacak Transformasi Institusi, dan Metode, kemudian dicetak menjadi buku dengan judul: Pesantren

Dari Transformasi metodologi Menuju Demokratisasi Institusi. Dalam penelitian

ini dikemukakan bahwa kurikulum pesantren itu jika diamati dengan melihat kondisi pada dua kutub secara ekstrim (masa permulaan dan keadaan sekarang)

memang menunjukkan perubahan yang sangat fundamental, tetapi ketika perubahan itu dilihat secara setahap demi setahap, ternyata hanya terjadi

perubahan yang amat lamban. Perubahan yang terjadi lebih imitatif daripada upaya pembuatan model sendiri. 18

Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren : Suatu Kajian Tentang

Unsur dan Nilai Sistem Pendidikan Pesantren, kemudian oleh INIS diterbitkan pada tahun 1994. Penelitian yang mengambil 6 pesantren sebagai situsnya

mengemukakan bahwa jenis pendidikan di pesantren ada yang bersifat formal dan non formal. Untuk yang bersifat non formal, hanya mempelajari agama yang

bersumber dari kitab-kitab klasik. Kurikulum pada jenis pendidikan ini berdasarkan tingkat kemudahan dan kompleksitas ilmu atau masalah yang dibahas dalam kitab. Sedangkan untuk pendidikan formal (madrasah dan sekolah umum)

berlaku kurikulum yang ditentukan oleh pemerintah (Depag dan Depdikbud). 19

18

Mujamil Qomar, Pesantren dan Transformasi Metodologi menuju Demokrasi Institusi, Jakarta: Erlangga, 1996

19

(31)

Nur Ali, Manajemen pengembangan kurikulum sekolah menengah kejuruan di pesantren (studi multi kasus di Pesantren Darum Ulum Jombang dan Pesantren Al-Yasini Wonorejo Pasuruan). Fokus penelitian ini adalah ingin

mengetahui latar belakang diadakannya pengembanban kurikulum, kegiatan pengembangan kurikulum pesantren, dan implikasi manajemen pengembangan

kurikulum terhadap citra sekolah menengah kejuruan (SMK). 20

Amir Mahmud, Dinamika pengembangan Kurikulum Pesantren Rifaiyah, Penelitian ini merupakan penelitian pendidikan yang menggunakan perspektif

sejarah untuk menggali data secara kronologis-historis dalam menganalisa pengembangan kurikulum pendidikan dalam suatu lembaga pendidikan.

Kesimpulan penelitian ini adalah mengenai pengaruh kepemimpinan pesantren dalam pengembangan kurikulum pendidikan pesantren, pergantian pemimpin membawa dampak yang signifikan terhadap kebijakan dan orientasi

perubahan kurikulm pendidikan pesantren, pergantian pemimpinan pesantren membawa sebuah dinamika perubahan dan perkembangan. Perubahan dan

dinamika pengembangan kurikulum pesantren Rifaiyah lebih banyak dipengaruhi faktor kepemimpinan pesantren yang membawa orientasi pendidikan pesantren,

bahkan perubahan kurikulum pesantren tidak banyak terlihat ketika perubahan kurikulum pendidikan nasional mengalami banyak perubahan. 21

Disertasi, Modernisasi Pesantren; Studi Transforma si Kepemimpinan

Kiai dan Sistem Pendidikan Pesantren oleh Abd. Halim Soebahar. Disertasi ini

20

Nur Ali, Manajemen Pengembangan Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan di Lingkungan Pesantren, Tesis Pascasarjana UNM, 2014.

21

Amir Mahmud, Dinamika Pengembangan Kurikulum Pendidikan di Pesantren

(32)

kemudian diterbitkan oleh LkiS dengan judul yang sama pada tahun 2013. Halim dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa sistem pembaharuan dan proses perjalanan pesantren mengusung tema modern bukanlah hal yang mudah.

Dijelaskannya bahwa kehidupan pesantren penuh dengan kultural tradisinya terkadang sulit untuk disinggung dengan semacam realitas kehidupan nyata diluar.

Namun apa yang ditelitinya dari lima lembaga pendidikan pesantren, yaitu; pesantren Syaikhona Kholil, At-Taroqqi, Banyuanyar, Annuqayah, dan pesantren Al Amin, menunjukkan bahwa modernisasi yang terjadi di lima pesantren tersebut

berangkat dari peran kiai pesantren.

Kompetensi yang dimiliki masing–masing pesantren tersebut

ditransformasikan dalam sistem pendidikan pesantren. Maka secara garis besar apa yang terjadi dari pembaharuan dalam pendidikan pesantren adalah respon kiai terhadap inovasi dalam proses transformasi. Pola inovasi oleh masing-masing kiai

pesantren memiliki hampir pandangan yang sama mengenai perlunya dilakukan inovasi sistem kurikulum pendidikan pesantren, yaitu al muhafadzotu ala qodimi

as sholih wal akhzu bil jadidi al aslah, yang berarti memelihara tradisi lama yang masih relevan dan melakukan inovasi yang lebih konstruk. 22

Penelitian Tesis, Model Pengembangan Kurikulum Pesantren (Studi di

Pondok Pesantren An-Nur Bululawang Malang) oleh Edy Sutrisno. Dalam

penelitiannya digambarkan bahwa kurikulum pesantren terus mengalami

pengembangan. Meskipun dalam temuannya terjadi berbagai dialektika dalam

22

(33)

proses perjalanan pengembangan kurikulum disana. Model pendidikan yang diterapkan dipesantren ini dalam sejarahnya mengambil dua seting model pendidikan, yaitu keagamaan dan umum. Pendidikan keagamaan yang

dimaksudnya terfokus pada pendidikan yang bermuatan dengan mata pelajaran agama dengan mengandalkan kitab kuning. Sedangkan pendidikan umum hanya

mengajarkan mata pelajaran umum selain yang berbau agama. Namun dalam perjalanannya dua model pendidikan ini mulai dilebur menjadi satu. Pemisahan waktu yang sebelumnya sudah lama dilakukan membuat kurikulum di pesantren

ini berjalan lambat. Sampai akhir tahun 2008, Peleburan dan penyatuan dua model pendidikan mulai digabungkan dan dirumuskan dalam kurikulum. 23

Tesis, Dinamika Pengembangan Kurikulum Ma’had Aly Pondok

Pesantren Wahid Hasyim Sleman. Oleh zainul Arifin. Tesis ini mendeskripsikan

pengembangan kurikulum Ma‟had Aly dengan menggunakan analisis pendekatan

emic dan total quality managemen. Dalam penelitianya ia mengklasifikasikan pengembangan kurikulum kedalam tiga hal; pengembangan kurikulum sebagai

ide, sebagai dokumen, dan sebagai proses. Pengembangan kurikulum sebagai ide, kurikulum dirancang berdasarkan analisis kebutuhan, dan akhirnya terbentuklah

ide untuk menggabungkan kurikulum pesantren dengan kurikulum perguruan tinggi. Sebagai dokumen, pengembangan kurikulum dilakukan dengan membuat draft kurikulum, yang berisikan silabus dan distribusi mata pelajaran. Dan

sebagai proses, ide pengembangan kurikulum pada pesantren Ma‟had Aly tidak

23

(34)

selesai pada bentuk dokumen, tetapi diimplementasikan dalam proses pembelajaran. 24

Tesis Manajemen Kurikulum Program Keagamaan Man 1 Surakarta. Oleh

Asykar Nurul Hidayah. Tesis ini berangkat dari kegelisahan tentang kondisi madrasah yang kurang begitu diminati oleh masyarakat, dan minimnya minat

tersebut disebabkan oleh rendahnya mutu manajemen, serta kualitas kurikulum sekolah. Penelitian ini berusaha mengungkap proses manajemen kurikulum program keagamaan, dengan menjelaskan faktor yang menjadi pendukung dan

kendala pengembangan mutu sekolah tersebut. Dalam penelitianya ia memaparkan faktor pendukung yang berupa pengasramaan siswa, pengauatan

bahasa asing sebagai pengantar, perbaikan manajemen kurikulum serta pembenahan sistem rekrutmen yang baik. Sedangkan hal-hal yang menjadi kendala pengembangan kurikulum keagamaan adalah kebijakan nasional yang

kurang mendukung, kurangnya kualitas dan kompetensi guru, serta kurangnya dukungan masyarakat luas terhadap keberadaan MAN. 25

Dari beberapa kajian pustaka, banyak peneliti pengembangan kurikulum dengan implikasinya, ada juga pengaruh pemimpin/ Kyai dalam

mengembangangkan kurikulum Pondok-pesantren. Serta manajemen pengembangan kurikulum. Untuk itu penulis tertarik meneliti kurikulum pesantren yang sekarang digunakan, apakah masih relevan dengan kondisi zaman

yang sudah modern. Menurut penulis belum menemukan penelitian yang

24

Zainul Arifin, Dinamika Pengembangan Kurikulum Ma’had Aly Pondok Pesantren Wahid Hasyim Sleman, Tesis Pascasarjana UIN Kalijaga, 2014.

25

(35)

membahas masalah kurikulum di pesantren yang sekarang masih di gunakan. Perbedaan penelitian yang terdahulu, penulis meneliti kurikulum Pondok-pesantren salaf. Yang pada penelitian ini penulis mengambil Pondok-Pondok-pesantren

Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah yang keduanya berada di Kabupaten Semarang.

E.Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif (qualitative research), yaitu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktifitas sosial, sikap,

kepercayaan, persesi, pemikiran orang secara individu maupun kelompok, 26 dimana data yang disajikan tidak dalam bentuk angka-angka melainkan dalam

bentuk kata-kata dan gambaran-gambaran, 27 sehingga hasil penelitiannya berupa deskripsi, interpretasi, dan tentatif-situasional.

Menurut Nasir, Penelitian kualitatif adalah penyelidik yang hati-hati testematik, dan terus menerus terhadap suatu masalah dengan tujuan tertentu dan keperluan tertentu. 28 penelitian ini di dilakukan terhadap suatu kesatuan sistem

yang bisa berupa program, kegiatan, peristiwa atau sekelompok individu yang

26

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung. Remaja Rosdakarya, 2010), 60-61

27

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian: Format-Format Kuantitatif dan Kualitatif (Surabaya: Airlangga University Press, 2005), 103.

28

(36)

terikat oleh tempat, waktu, atau ikatan tertentu. 29 Dalam hal ini, sesuatu yang dijadikan kasus bisa berupa masalah, kesulitan, hambatan, penyimpangan, tetapi bisa juga berupa sesuatu yang tidak ada masalah di dalamnya, melainkan karena

keunggulan atau keberhasilannya. 30

2. Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian yang penulis lakukan adalah di Pondok

Pesantren Al Manar dan Pondok Pesantren Al Mas‟udiyyah yang keduanya adalah

pondok pesantren salaf yang berada di Kabupaten Semarang.

Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan pada beberapa kelebihan yang

dimiliki oleh masing-masing pondok pesantren tersebut. Diantaranya adalah kemampuan lembaga dalam mempertahankan eksistensinya serta terus berusaha mengembangkan lembaga secara menyeluruh, dari segi jumlah santri, keduanya

pesantren dengan jumlah santrinya lumayan banyak. Serta Pondok-pesantren yang masih mempertahankan pendidikan salaf di tengah-tengah

pendidikan yang berkembang.

3. Sumber Data

Sumber data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh sumber informasi yang akan dijadikan rujukan penelitian. Sumber data utama dalam

29

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian…,64. 30

(37)

penelitian kualitatif ialah berupa kata-kata dan tindakan selebihnya adalah sumber data tambahan seperti dokumen, buku-buku yang relevan dan lain-lain. 31

Penentuan sumber data dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan snowball sampling. Snowball sampling adalah teknik pengambilan sumber data, yang pada mulanya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar. 32

Adapun subyek penelitian yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah Pengasuh Pesantren/ Kyai, para pengurus, para ustad/ ustadzah, santri, komite sekolah baik Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al

Mas‟udiyyah. Serta buku bank data, dokumen administrasi, buku pedoman

penyelenggaraan baik di Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al

Mas‟udiyyah.

4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data ini digunakan untuk mendapatkan informasi data yang

terkait dengan fokus penelitian. Penentuan subyek penelitian yang disesuaikan tujuan penelitian dan subyek tersebut akan menjadi semakin banyak untuk

mendapatkan informasi yang lebih komplek. Bertambah banyaknya subyek penelitian itu seperti bola salju yang menggelinding, sehingga lama-lama menjadi

besar.

Untuk mengumpulkan data-data terkait penelitian yang dilakukan, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai beriku:

a. Metode Observasi

31

Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung:PT Remaja Rosda Karya, 2001,157.

32

(38)

Observasi atau pengamatan merupakan suatu cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Observasi dapat dilaksanakan secara partisipatif ataupun

nonpartisipatif. Dalam observasi partisipatif(participatory observation), pengamat ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung. Sedangkan dalam observasi

nonpartisipatif(nonparticipatory observation), pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan melainkan hanya berperan mengamati kegiatan. 33

Dalam penelitian ini, metode observasi yang digunakan adalah observasi partisipan yang bersifat moderat (moderate participation) artinya, dalam mengumpulkan data terkait dengan penelitian, peneliti mengamati subyek yang

diteliti sambil turut terlibat dalam sebagian besar kegiatan yang diamati. Langkah tersebut dilakukan oleh peneliti untuk menjaga keseimbangan peran nya sebagai

orang dalam dan orang luar (insider and outsider). 34

Peneliti dalam hal ini turut berpartisipasi dalam beberapa kegiatan di Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah, tetapi tidak

secara keseluruhan. Motode observasi partisipatif ini digunakan oleh peneliti untuk menggali informasi mengenai relevansi kurikulum pendidikan Islam di

Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah. Data utama yang akan diperoleh dengan metode observasi ini adalah proses pengembangan

33Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung. Remaja Rosdakarya, 2010, 220.

(39)

kurikulum pendidikan Islam di pondok tersebut, terutama pada tahap pelaksanaan kurikulum dan implikasi pengembangan kurikulum terhadap era globalisasi.

b. Metode Interview atau Wawancara

Dalam penelitian ini, teknik wawancara yang digunakan adalah

wawancara mendalam (in-depthinterview), yaitu metode pengumpulan data yang berupa pertemuan antara dua orang atau lebih secara langsung dengan tujuan untuk memperoleh informasi dan ide melalui tanya jawab secara lisan sehingga

dibangun makna dalam suatu topik tertentu. 35

Dalam hal ini, peneliti mengajukan beberapa pertanyaan kepada

pihak-pihak terkait secara mendalam yang berhubungan dengan fokus permasalahan, yaitu tentang kurikulum yang di gunakan di Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah, di Era Globalisasi. Teknik wawancara ini

peneliti gunakan untuk mencari informasi dari beberapa informan terkait seperti pimpinan Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah.

yaitu Kyai As‟ad Haris, Kyai Fatkurrokhim pengasuh, guru yayasan, kepala sekolah formal, pengurus pesantren, serta beberapa santri.

c. Metode Dokumentasi

Di samping menggunakan metode observasi partisipatif dan in-depth

interview, untuk mendapatkan data yang terkait dengan penelitian, peneliti juga

35

Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian, Yogyakarta:Ar-Ruzz Media, 2012, 220

(40)

menggunakan metode dokumentasi ataustudi dokumenter (documentary study), yaitu suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik berupa dokumen tertulis, gambar,

maupun elektronik. 36

Metode ini peneliti gunakan untuk memperoleh data tentang profil

ma‟had, sejarah berdirinya, visi dan misinya, struktur organisasi, data pendidik,

data mahasantri, dokumen-dokumen kurikulum Pondok-pesantren, serta data-data lain yang terkait dengan fokus penelitian.

5. Analisis Data

Proses penelitian adalah hal yang penting dalam penelitian kualitatif, maka data yang dikumpulkan akan dianalisa dengan narasi induktif, dan kemudian disajikan secara kronologis-analitis, yaitu dalam bentuk hasil analisis yang berupa

rangkaian kalimat yang menggambarkan keadaan nyata dilapangan. 37

Sedangkan dalam menjelaskan penelitian kualitatif, Moleong menyatakan

bahwa penelitian kualitatif itu berakar pada seting dunia empiris sebagai mengandalkan keutuhan manusia sebagai instrument penelitian. Dengan

menggunakan metode penelitian kualitatif, analisis data dilakukan secara induktif, serta lebih menekankan pada kualitas proses penelitian, membatasi studi tentang

36

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, 221. 37

(41)

fokus penelitian, dan memilih seperangkat kriteria untuk validitas rancangan penelitian serta subjek penelitian. 38

Karakteristik penelitian kualitatif meliputi; latar alamiyah, manusia

sebagai alat, metode kualitatif, analisis data secara induktif, grounded the ory,

deskriptif, lebih meningkatkan proses daripada hasil, adanya “batas” yang di

tentukan oleh”focus”, adanya criteria khusus untuk keabsahan data, desain yang

bersifat sementara, dan hasil penelitian di rundingkan dan disepakati bersama. 39

F.Sistematika Penulisan

Tesis ini dibagi kedalam Lima bab yaitu:

Bab I : PENDAHULUAN

Yang tediri dari enam sub bab. Yang Pertama adalah latar belakang masalah yang merupakan titik awal dari proses penelitian yang

memberikan gambaran dari substansi permasalahan yang ada dalam penelitian, maka dimunculkan dalam sub bab ini seputar latar belakang

pemilihan tema dan judul penelitian. Kedua, rumusan masalah yang merupakan penegasan lebih lanjut dari latar belakang masalah yang

mana akan ditindak lanjuti dalam aktifitas penelitian ini. Ketiga, signifikan penelitian, berangkat dari rumusan masalah tersebut maka

38

Lexy J. Moleong, , Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2002,4-8.

39

(42)

signifikan penelitian yaitu diantaranya tujuan penelitian, manfaat yang akan dijelaskan urgensi dan kontribusi yang akan dihasilkan dari penelitian ini baik besifat teoritik-akademik maupun praktis. Keempat,

kajian pustaka, berisi penelusuran pustaka yang berkaitan dengan objek penelitian. Kelima, metode penelitian berisi cara-cara yang ditempuh

dalam rangkaian penelitian. Keenam, sistematika pembahasan yang menguraikan kronologi berfikir dalam pencarian kebenaran.

Bab II : PERSPEKTIF TEORI

Bab ini membahas teori yang digunakan sebagai landasan kaitanya dengan permasalahan sehingga menghasilkan kesimpulan yang sesuai

tujuan penelitian, yaitu tentang relevansi kurikulum di pesantren di era Globalisasi. Teori yang menjadi landasan dan pijakan dari penelitian ini terbagi menjadi tiga sub bab agar memudahkan pemahaman (kerangka

dalam memahami) persoalan yang diteliti. Sub bab pertama, pembahasan seputar Kurikulum. Sub bab kedua, pembahasan tentang Pondok

pesantren. Sub bab ketiga era globalisasi. Sub bab ke empat yaitu kurikulum pondok pesantren yang relevan dengan era globalisasi.

Bab III : PROVIL LOKASI PENELITIAN

Membahas gambaran umum pesantren Al-Manar dan

Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah, sejarah singkat dan perkembanganya

(43)

Bab IV : HASIL PENELITIAN

Membahas mengenai relevansi kurikulum di pondok pesantren di era globalisasi di Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al

Mas‟udiyyah, yang terdiri dari kurikulum Pondok-pesantren Al-Manar

dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah, landasan pengembangan

kurikulum di Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al

Mas‟udiyyah, kurikulum yang diterapkan di Pondok-pesantren Al-Manar

dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah berkaitan dengan relevansi

dengan era globalisasi. Bab V : PENUTUP

Dalam bab ini penyusun menguraikannya kedalam tiga sub bab. Sub bab pertama, berisi kesimpulan dari pembahasan sebelumnya. Sub bab kedua, saran-saran yang berkaitan dengan kesimpulan untuk

(44)

BAB II

PERSPEKTIF TEORI

A. Kurikulum pesantren

1. Arti Kurikulum

Kata “kurikulum” berasal dari bahasa Yunani yang semula digunakan

dalam bidang olah raga yaitu currere yang berarti jarak tempuh lari, yaitu jarak yang harus ditempuh dari start sampai ke finish. Lambat laun pengertian ini

digunakan dalam dunia pendidikan. Dalam bahasa Arab diistilahkan dengan

manhaj, yaitu jalan yang terang, atau jalan yang terang yang dilalui manusia pada kehidupanya. Dalam konteks pendidikan, kurikulum berarti jalan terang yang

diikuti oleh guru dan peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai-nilai kependidikan.40

Dalam Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat (19) dinyatakan bahwa “ kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran

serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”. 41 Kurikulum

dikembangkan kearah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

40

Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, di Sekolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi, Jakarta; Raja Grafindo Persada, 2012, 1.

41

(45)

Di dalam proses pembelajaran, kurikulum merupakan elemen penting yang harus diperhatikan. Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik

dan kesesuainya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan

jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan.42

Sedangkan kurikulum dalam pendidikan modern tidak lagi terbatas pada materi yang di berikan dilingkungan sekolah saja, melainkan meliputi hal-hal

yang menyangkut aspek kehidupan di luar sekolah. Perluasan jangkauan kurikulum di zaman modern terlihat dalam definisi sebagai berikut:

a. Kurikulum adalah sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan, sosial, olah raga dan kesenian yang disediakan oleh sekolah bagi peserta didik di dalam dan di luar sekolah dengan maksud menolongnya berkembang secara

menyeluruh dalam segala segi dan mengubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan.43

b. Kurikulum adalah sejumlah kekuatan, faktor-faktor pada lingkungan pengajaran dan pendidikan yang disediakan oleh sekolah bagi peserta didik

di dalam dan di luar sekolah dan sejumlah pengalaman yang lahir daripada interaksi dengan kekuatan dan faktor-faktor itu.44

42

Tim Redaksi Nuansa Aulia, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, Bandung; Fokus Media, 2005, 121-122.

43

Hasan Langgulung,Manusia dan Pendidikan, Jakarta: Al-Husna,1986, 40.

44

(46)

Kedua definisi di atas merupakan cerminan dari pengertian kurikulum dalam pendidikan modern, yang ruang lingkupnya mencakup berbagai aspek di luar sekolah. Dalam pendidikan modern tampaknya kurikulum berisi materi yang

cenderung ditujukan ke arah pengembangan potensi murid guna kepentingan hidupnya di masyarakat. Namun pada dasarnya kurikulum tersebut tersusun oleh

berbagai aspek (komponen) utama yang menjadi cirinya, yaitu ada tujuan, isi, bahan ajar serta cara/ metode.

Kurikulum pada dasarnya menempati posisi sentral di dalam keseluruhan

proses pendidikan. Hal ini berarti bahwa kurikulum merupakan sesuatu yang sangat strategis untuk mengendalikan jalannya proses pendidikan. Berkaitan

dengan posisi kurikulum yang demikian akan menjadi semakin dipandang penting apabila kurikulum itu dikembalikan kepada pengertian-pengertian kurikulum itu sendiri, dimana dalam salah satu pengertiannya disebutkan bahwa kurikulum itu

adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan aktivitas lembaga pendidikan yang dapat merangsang berkembangnya kegiatan pembelajaran peserta didik.

Hal ini menunjukan kebijakan-kebijakan pendidikan yang dilakukan oleh pihak manajemen lembaga pendidikan atau pemerintah. Jika batasan seperti ini

yang digunakan, maka dengan sendirinya kedudukan atau posisi kurikulum di dalam keseluruhan proses pendidikan menempati posisi yang sangat sentral.

Kurikulum merupakan hal yang sangat penting dalam pendidikan, karena

(47)

dalam kurikulum itu. Begitu juga segala hal yang harus diajarkan oleh pendidik kepada peserta didik, harus dijabarkan di dalam kurikulum.

Dengan demikian, dalam kurikulum tergambar jelas secara berencana

bagaimana dan apa saja yang harus terjadi dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik. Jadi kurikulum menggambarkan

kegiatan pembelajaran dalam suatu lembaga pendidikan.

Di dalam kurikulum tidak hanya dijabarkan serangkaian ilmu pengetahuan yang harus diajarkan oleh pendidik kepada peserta didik, dan peserta didik

memepelajarinya, akan tetapi juga segala kegiatan yang bersifat kependidikan yang dipandang perlu, karena mempunyai pengaruh terhadap peserta didik dalam

rangka mencapai tujuan pendidikan. Jadi dalam kurikulum tidak hanya berisi ilmu pengetahuan yang diajarkan dalam kelas, melainkan menyangkut juga semua hal yang mempengaruhi proses belajar mengajar. 45

2. Komponen Kurikulum

Seperti yang telah di uraikan di atas pada dasarnya kurikulum tersusun oleh berbagai aspek (komponen) utama yang menjadi cirinya yaitu;

a. Tujuan kurikulum

1) Tujuan Pendidikan Nasional

Kurikulum merupakan suatu sistem pembelajaran yang digunakan untuk

mencapai tujuan karna berhasil atau tidaknya sistem pembelajaran diukur dari banyaknya tujuan-tujuan yang tercapai. Menurut Wina sanjaya tujuan pendidikan

45

(48)

nasional adalah tujuan umum yang sarat dengan muatan filosofis. Tujuan Pendidikan Nasional merupakan sasaran akhir yang harus di jadikan pedoman oleh setiap usaha pendidikan artinya setiap lembaga dan penyelenggaraan itu, baik

pendidikan yang di selenggarakan oleh lembaga pendidikan formal, informal

maupun non formal.46

Tujuan pendidikan umum biasanya di rumuskan dalam bentuk perilaku yang ideal sesuai dengan pandangan hidup dan filsafat suatu bangsa yang di

rumuskan oleh pemerintah dalam bentuk Undang-Undang. Tujuan Pendidikan Nasional merupakan sumber dan pedoman dalam usaha penyelenggaraan pendidikan.

Secara jelas tujuan Pendidikan Nasional yang bersumber dari sistem nilai pancasila di rumuskan dalam undang-undang No.20 tahun 2003, pasal 3, yang

merumusakan bahwa pendidkan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

didik, agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara

yang demokratis serta bertanggung jawab.47

2) Tujuan Pendidikan Pesantren

46

Wina Sanjaya, Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.2006, 25- 27

47

(49)

Tujuan pendidikan pesantren adalah berupaya menanamkan nilai-nilai Islam dalam diri santri serta mewujudkan manusia dan masyarakat muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt. 48 Dalam kaitan ini secara lebih khusus

lagi, pondok pesantren bahkan diharapkan berfungsi lebih dari pada itu, ia diharapkan agar memikul tugas yang tak kalah pentingnya, yakni mencetak

genersi yang berakhlakul karimah. Dengan kualitas keislaman, keimanan, keilmuan dan akhlaknya, para santri diharapkan mampu membangun dirinya dan masyarakat sekelilingnya. Di sini, para santri diharapkan dapat memainkan

fungsinya. 49

Selain itu juga pondok pesantren juga bertujuan untuk menciptakan

manusia muslim mandiri dan kultur pondok pesantren yang cukup menonjol yang mempunyai swakarya dan swadaya keterkungkungan kultural maupun pemikiran untuk kalangan pesantren merupakan penilaian publik yang sebetulnya tidak

terlalu jauh dengan kondisi nyatanya.

b. Isi Kurikulum

Isi kurikulum adalah materi yang diberikan kepada peserta didik untuk

bahan pembelajaran guna mencapai tujuan. Isi kurikulum merupakan komponen yang berhubungan dengan pengalaman belajar yang harus dimiliki peserta didik. Isi kurikulum itu menyangkut semua aspek baik yang berhubungan dengan

pengetahuan atau materi pelajaran yang biasanya tergambarkan pada isi setiap materi pelajaran yang diberikan maupun aktivitas dan kegiatan peserta didik. Baik

48

A. Mukti Ali, Beberapa Persoalan Agama Dewasa Ini, Jakarta: Rajawali, 1987, 73-74

(50)

materi maupun aktivitas itu seluruhnya diarahkan untuk mencapai tujuan yang ditentukan.

Isi kurikulum menurut standar isi sebagaimana dimaksud oleh Peraturan

Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013, yang secara keseluruhan mencakup:

1) Kerangka dasar dan struktur kurikulum yang merupakan pedoman dalam

penyusunan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan,

2) Beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan dasar dan menengah,

3) Kurikulum tingkat satuan pendidikan yang akan dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan panduan penyusunan kurikulumsebagai

bagian tidak terpisahkan dari standar isi, dan

4) Kalender pendidikan untuk penyelenggaraan pendidikan pada satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah. 50

Standar Isi dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan

(BSNP) yang dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005.

c. Bahan Ajar

Bahan ajar adalah seperangkat alat pembelajaran yang berisikan materi pembelajaran, dan cara mengevaluasi yang didesain secara sistematis dan menarik

50

(51)

dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu mencapai kompetensi atau

subkompetensi dengan segala kompleksitasnya. 51 Pengertian ini menjelaskan

bahwa suatu bahan ajar haruslah dirancang dan ditulis dengan kaidah intruksional karena akan digunakan oleh guru untuk membantu dan menunjang proses pembelajaran. Bahan atau materi pembelajaran pada dasarnya adalah “isi” dari

kurikulum, yakni berupa mata pelajaran atau bidang studi dengan topik/subtopik

dan rinciannya. 52

Bahan ajar yang di ajarkan di pondok pesantren atau juga disebut dengan materi, pada awalnya yang diajarkan banyak ilmu agama dan ilmu alat yang

mendukungnya, misalkan ilmu Sorof, Nahwu, Fiqih, Tafsir, ilmu Kalam, Tasawuf dan sebaganya Seiring dengan perkembangan waktu, pondok pesantren mulai mengadopsi materi-materi umum dan ketrampilan.

Bahan ajar yang digunakan di pondok pesantren melalui kitab-kitab standar yang disebut al-kutub al qodimah, karena kitab-kitab tersebut dikarang

lebih dari seratus tahun yang lalu. Ada juga yang menyebutnya sebagai al-kutub al-shafra’ atau “kitab kuning” karena biasanya kitab-kitab itu dicetak di atas

kertas yang berwarna kuning. Selain itu ciri lain dari kitab-kitab yang diajarkan di pondok-pesantren itu ialah beraksara gundul (huruf arab tanpa harokat atau

syakal). Keadaannya yang gundul itu pada sisi lain ternyata merupakan bagian

51

Widodo dan Jasmadi, Panduan Menyusun Bahan Ajar Berbasis Kompetensi, Elex Media Komputind, Jakarta , 2008.

52

(52)

dari pembelajaran, sehingga keberhasilan menemukan harokat-harokat yang

benar merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan pembelajaran di pesantren.53

Untuk kriteria bahan kurikulum adalah sebagai berikut: 1) Sesuai, tepat dan bermakna bagi perkembangan siswa 2) Mencerminkan kenyataan sosial

3) Mengandung pengetahuan ilmiah yang tahan uji 4) Menunjang tercapainya tujuan pendidikan

d. Metode/ cara

Istilah metode dapat digunakan dalam berbagai bidang kehidupan, sebab

secara umum menurut kamus Purwadarminta (1976), metode adalah cara yang telah teratur dan terfikir baik-baik untuk mencapai sesuatu maksud. Sedangkan

menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Metode berasal dari kata method, artinya melalui, melewati, jalan atau

cara untuk memperoleh sesuatu.

Berdasarkan pengertian tersebut di atas jelas bahwa pengertian Metode

pada prinsipnya sama yaitu merupakan suatu cara dalam rangka pencapaian tujuan, dalam hal ini dapat menyangkut dalam kehidupan ekonomi, sosial, politik,

maupun keagamaan. Unsur–unsur metode dapat mencakup prosedur, sistimatik, logis, terencana dan aktivitas untuk mencapai tujuan. Adapun metode dalam pembahasan ini yaitu metode yang digunakan dalam proses pembelajaran.

53

(53)

Pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap upaya yang sistimatik dan disengaja untuk menciptakan kondisi-kondisi agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien. Dalam kegiatan pembelajaran tersebut tidak

dapat lepas dari interaksi antara sumber belajar dengan warga belajar, sehingga untuk melaksanakan interaksi tersebut diperlukan berbagai cara dalam

pelaksanaannya. Interaksi dalam pembelajaran tersebut dapat diciptakan interaksi satu arah, dua arah atau banyak arah. Untuk masing-masing jenis interaksi tersebut maka jelas diperlukan berbagai metode yang tepat sehingga tujuan akhir

dari pembelajaran tersebut dapat tercapai.

Tujuan pembelajaran merupakan arah dari proses pembelajaran yang pada

hakikatnya adalah rumusan tingkah laku yang di harap yang di harapkan di kuasai

oleh peserta didik setelah menerima atau menempuh pengalaman belajar.54 Serta

tujuan pembelajaran dapat diperlukan pelaksanaannya yang baik dalam menghantarkan peserta didik ke tujuan pendidikan, yang merupakan tolak ukur dari program pembelajaran (kurikulum). Alat ukur kurikulum dinamakan evaluasi

yang bertujuan memeriksa tingkat ketercapaian tujuan suatu kurikulum dalam proses dan hasil belajar peserta didik yang memiliki peranan penting dalam

memberikan keputusan dari hasil evaluasi guna dalam pengembangan model kurikulum sehingga mampu mengetahui tingkat keberhasilan suatu siswa dalam

mencapai tujuannya.

54 Masnur Muslich, Melaksanakan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) itu Mudah.

(54)

Untuk merumusan cara pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran pendidikan maka dapat di bagi menjadi dua metode yaitu;

1) Metode umum

Metode merupakan komponen yang memiliki peran yang sangat penting, sebab berhubungan dengan implementasi kurikulum. Bagaimana bagus dan

idealnya tujuan yang harus dicapai tanpa strategi yang tepat untuk mencapainya, maka tujuan itu tidak mungkin dapat tercapai. Strategi meliputi rencana, metode dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu.

Metode umum yang di gunakan dalam metode umum seperti ceramah, demonstrasi, diskusi, simulasi, laboratorium, pengalaman lapangan,

brainstorming, debat, simposium, dll. 2) Metode Pesantren

Mastuhu menyebutkan sepuluh jenis metode yang digunakan oleh pondok

pesantren, yaitu; sorogan, bandongan, musyawarah/ bahtsul masa’il, pengajian pasaran, hafalan (muhafadzah), praktek ibadah, rihlah imlak, muhawarh/

muhadatsah, mudzaaroh, dan riyadhah. 55 Adapun strategi pembelajaran

merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode

dan pemanfaatan berbagai sumber daya/ kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti penyusunan atau strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja, belum sampai pada tindakan. Sedangkan strategi disusun untuk mencapai tujuan

tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian penyusunan langkah–langkah

55

Gambar

Tabel 3.1.Jumlah Santri
Tabel 3. 3.Pekerjaan Orang  Tua Santri
Tabel 3.4.Kegiatan Harian
Tabel 3.6. Kegiatan Bulanan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat praktis berguna bagi Pondok Pesantren Wirausaha Agrobisnis Abdurrahman bin Auf dalam memberikan informasi untuk mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan

Dibuktikan dengan terjadi perubahan visi, logo, struktur organisasi, sistem kerja (manajemen pondok), sarana prasarana, kurikulum, dan SDM di Pondok Pesantren

Untuk menjelaskan dan menganalisis dampak dari strategi yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Tahfidh terhadap keberhasilan menghafal Alquran santri di pondok pesantren tahfidh

Sebagaimana hasil wawancara peneliti dengan pengasuh pondok pesantren Al Fattahiyyah mengungkapkan dengan berbagai argument bahwa penanaman nilai social sangat

(2) Kendala-kendala yang ditemui pondok pesantren Hidayatul Mubtadi-ien Ngunut dan Pondok Pesantren Al Fattahiyyah Boyolangu dalam upaya peningkatan mutu pembelajaran

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI TASAWUF OLEH KALANGAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN DALAM MENGHADAPI ERA-GLOBALISASI Studi Kasus di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin Jombang

Mencermati dari penjelasan di atas, pondok pesantren Al- Iman Bulus Purworejo adalah salah satu pondok pesantren yang mencoba menginovasi pendidikan dengan

Pemaparan kurikulum fiqih pendidikan seks Dari hasil wawancara dan observasi di pondok pesantren Al Manshuriyah, dapat diidentifikasi bahwa, pendidikan seks yang diimplementasikan di