MAHASISWA TINGKAT PERTAMA FKIK UMY 2015/2016
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh
Derajat Sarjana Ilmu Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh
LATANTSA FIKRI
20120320138
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
i
MAHASISWA TINGKAT PERTAMA FKIK UMY 2015/2016
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh
Derajat Sarjana Ilmu Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh
LATANTSA FIKRI
20120320138
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
iii
Rasulullah Muhammad SAW. Skripsi yang berjudul " Hubungan Tingkat Spiritulitas Dengan Tingkat Kecemasa Dan Mekanisme Koping Mahasiswa Tingkat Pertama FKIK Umy 2015/2016 Dalam Menghadapi Perkuliahan." ini kami susun untuk memenuhi persyaratan kurikulum sarjana strata-1 (S-1) pada Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Peneliti mengucapkan rasa terimasih yang sebesar-besarnya atas semua bantuan yang telah diberikan, baik secara langsung maupun tidak langsung selama penyusunan karya tulis ilmiah ini hingga selesai. Secara khusus rasa terimakasih tersebut kami sampaikan kepada:
1. Sri Sumaryani, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Mat., HNC Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Shanti Wardaningsih, Ns., M.Kep., Sp.Jiwa., PhD selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan dorongan dalam penyusunan tugas akhir ini.
3. Ns. Sutejo, M.Kep., Sp.Kep.,J
4. Seluruh dosen dan karyawan Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, atas ilmu, bimbingan dan bantuannya hingga peneliti selesai menyusun tugas akhir ini.
iv
Peneliti menyadari bahwa tugas akhir ini belum sempurna, baik dari segi materi maupun dari segi penyajian. Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan dalam penyempurnaan tugas akhir ini.
Terakhir peneliti berharap, semoga tugas akhir ini dapat memberikan hal yang bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca dan khususnya bagi peneliti juga.
Yogyakarta, 18 Agustus 2016
v
d. Faktor-faktor Yang Memperngaruhi Spiritualitas ...13
3. Kecemasan...15
a. Pengertian Kecemasan ...15
b. Faktor Predisposisi Kecemasan ...16
c. Faktor Presipitasi Kecemasan ...17
d. Tingkat Kecemasan...20
e. Gejala Kecemasan...22
4. Mekanisme Koping ...24
a. Pengertian Koping ...24
b. Sumber Koping ...25
c. Penggolongan Mekanisme Koping ...26
B. KERANGKA KONSEP ...29
C. HIPOTESIS ...30
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian...31
B. Populasi dan Sampel Penelitian ...31
C. Tempat dan Waktu Penelitian ...34
D. Definisi Oprasional ...35
E. Variabel Penelitian ...36
F. Instrumen Penelitian...36
G. Cara Pengumpulan Data...40
H. Jalannya Penelitian ...41
I. Uji Validitas dan Reliabilitas ...42
vi
1. Analisa Univariat ...53
a. Gambaran Karakteristik Responden ...53
b. Gambaran Tingkat Spiritualitas ...54
c. Gambaran Tingkat Kecemasan ...56
d. Gambaran Mekanisme Koping ...58
2. Analisi Bivariate...60
a. Hubungan Tingkat Spiritualitas Dengan Tingkat Kecemasan ...60
b. Hubungan Tingkat Spiritualitas Dengan Mekanisme Koping...61
c. Hubungan Tingkat Spiritualitas, Tingkat Kecemasan dan Mekanisme Koping dengan Data Demografi ...61
C. Pembahasan Hasil Penelitian ...62
1. Gambaran Karakteristik Responden...62
a. Usia ...62
b. Jenis Kelamin ...65
c. Hubungan Tingkat Spiritualitas Dengan Tingkat Kecemasan ...67
d. Hubungan Tingkat Spiritualitas Dengan Mekanisme Koping ...68
D. Kekuatan Dan Kelemahan Penelitian ...69
1. Kekuatan Penelitian...69
2. Kelemahan Penelitian ...69
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...71
B. Saran...71 DAFTAR PUSTAKA
vii
Table 3.4Kisi-kisi soal mekanisme koping pada remaja ...40 Table 3.5Gambaran Karakteristik Responden...50
Table 3.6Gambaran Tingkat Spiritualitas .51
Table 3.7Gambaran Tingkat Spiritualitas berdasarkan Jenis Kelamin
dan Program Studi ...52 Table 3.8Gambaran Tingkat Kecemasan ...53 Table 3.9Distribusi Tingkat Kecemasan Berdasarkan Jenis Kelamin
Dan Program Studi ...53 Table 4.0Gambaran Mekanisme Koping...54 Tabel 4.1Distribusi Mekanisme Koping Berdasarkan Jenis Kelamin dan
Program Studi ...55 Tabel 4.2Hasil Uji Spearman Hubungan Tingkat Spiritualitas Dengan
Tingkat kecemasan ...56 Tabel 4.3Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Tingkat Spiritualitas Dan
viii INTISARI
Latar belakang: Spiritualitas merupakan bagian inti dari individu (core of individuals)yang memberikan makna, tujuan hidup dan keterhubungan. Manusia merupakan mahluk yang holistik atau terdiri dari dimensi fisik, sosial, emosional, intelektual, dan spiritual yang menjadi satu kesatuan utuh, dimana bila salah satu dimensi terganggu maka akan berpengaruh kepada dimensi yang lain. Dalam konsep ini spiritualitas mahasiswa berperan penting dalam proses adaptasi mahasiswa tahun pertama, dimana mahasiswa mulai masuk kedalam lingkungan hidup yang baru di kampus yang dapat menyebabkan kecemasan. Spiritualitas mahasiswa akan berpengaruh pada mekanisme koping yang dilakukan mahasiswa untuk mengatasi kecemasan yang dialami mahasiswa dalam menghadapi lingkungan perkuliahan.
Tujuan: Mengetahui hubungan tingkat spiritualitas dengan tingkat kecemasan dan mekanisme koping mahasiswa tahun pertama FKIK UMY.
Metode: Cross-sectional dengan uji korelasi Spearman untuk hubungan tingkat spiritualitas dan tingkat kecemasan. Uji Kolmogorov-Smirnov untuk hubungan tingkat kecemasan dengan mekanisme koping. Dengan jumlah sample 224 mahasiswa dengan proportional random sampling sesuai perbandingan jumlah mahasiswa masing-masing program studi.
Hasil: Hasil uji korelasi sprearman untuk hubungan tingkat spiritualitas dengan tingkat kecemasan p=0,827 (p>0,05) dan hasil uji Kolmogorov-Smirnov untuk hubungan tingkat spiritualitas dengan mekanisme koping p=0,636.
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan tingkat spiritualitas dengan tingakat kecemasan dan mekanisme koping mahasiswa tahun pertama FKIK UMY.
ix ABSTRACT
Background: Spirituality is a core part of the individual (core of individuals) that give meaning, purpose in life and connectedness. Man is a holistic creature consist of physical dimension, social, emotional, intellectual, and spiritual being one unified whole, where if one of the dimensions is interrupted it will affect other dimensions. In this concept student spirituality plays an important role in the process of adaptation of the first year students, where students begin to enter into the new environment on campus that can cause anxiety. Student spirituality will affect the mechanisms of coping committed by students to overcome the anxiety experienced by the students in the campus.
Purpose: To find out correlation of spirituality level with anxiety level and coping Mechanism in the first year students of FKIK UMY.
Method: Cross-sectional with Spearman correlation test for the correlation of spirituality level with the level of anxiety. Kolmogorov-Smirnov test for correlation anxiety level with Coping mechanisms. With the number of samples 224 students with proportional random sampling proportioned with the number of students in each major.
Result: Result of Correlation with spearman test for the relationship of the level of spirituality with the anxiety level result in p = 0.839 (p > 0.05) and Kolmogorov-Smirnov test for correlation of spirituality level with the coping mechanism result in p = 0,636 (p > 0.05).
Conclusion: There is no correlation between spirituality level with anxiety level and coping Mechanism in the first year students of FKIK UMY.
INTISARI
Latar belakang: Spiritualitas merupakan bagian inti dari individu (core of individuals)yang memberikan makna, tujuan hidup dan keterhubungan. Manusia merupakan mahluk yang holistik atau terdiri dari dimensi fisik, sosial, emosional, intelektual, dan spiritual yang menjadi satu kesatuan utuh, dimana bila salah satu dimensi terganggu maka akan berpengaruh kepada dimensi yang lain. Dalam konsep ini spiritualitas mahasiswa berperan penting dalam proses adaptasi mahasiswa tahun pertama, dimana mahasiswa mulai masuk kedalam lingkungan hidup yang baru di kampus yang dapat menyebabkan kecemasan. Spiritualitas mahasiswa akan berpengaruh pada mekanisme koping yang dilakukan mahasiswa untuk mengatasi kecemasan yang dialami mahasiswa dalam menghadapi lingkungan perkuliahan.
Tujuan: Mengetahui hubungan tingkat spiritualitas dengan tingkat kecemasan dan mekanisme koping mahasiswa tahun pertama FKIK UMY.
Metode: Cross-sectional dengan uji korelasi Spearman untuk hubungan tingkat spiritualitas dan tingkat kecemasan. Uji Kolmogorov-Smirnov untuk hubungan tingkat kecemasan dengan mekanisme koping. Dengan jumlah sample 224 mahasiswa dengan proportional random sampling sesuai perbandingan jumlah mahasiswa masing-masing program studi.
Hasil: Hasil uji korelasi sprearman untuk hubungan tingkat spiritualitas dengan tingkat kecemasan p=0,827 (p>0,05) dan hasil uji Kolmogorov-Smirnov untuk hubungan tingkat spiritualitas dengan mekanisme koping p=0,636.
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan tingkat spiritualitas dengan tingakat kecemasan dan mekanisme koping mahasiswa tahun pertama FKIK UMY.
ABSTRACT
Background:Spirituality is a core part of the individual (core of individuals) that give meaning, purpose in life and connectedness. Man is a holistic creature consist of physical dimension, social, emotional, intellectual, and spiritual being one unified whole, where if one of the dimensions is interrupted it will affect other dimensions. In this concept student spirituality plays an important role in the process of adaptation of the first year students, where students begin to enter into the new environment on campus that can cause anxiety. Student spirituality will affect the mechanisms of coping committed by students to overcome the anxiety experienced by the students in the campus.
Purpose:To find out correlation of spirituality level with anxiety level and coping Mechanism in the first year students of FKIK UMY.
Method: Cross-sectional with Spearman correlation test for the correlation of spirituality level with the level of anxiety. Kolmogorov-Smirnov test for correlation anxiety level with Coping mechanisms. With the number of samples 224 students with proportional random sampling proportioned with the number of students in each major.
Result: Result of Correlation with spearman test for the relationship of the level of spirituality with the anxiety level result in p = 0.839 (p > 0.05) and Kolmogorov-Smirnov test for correlation of spirituality level with the coping mechanism result in p = 0,636 (p > 0.05).
Conclusion: There is no correlation between spirituality level with anxiety level and coping Mechanism in the first year students of FKIK UMY.
1 ✁. ✠✡☛ ✡☞ ✌✍✡✎✡✏✑
Spiritualitas merupakan bagian inti dari individu (core of individuals) yang tidak terlihat (unseen, invisible) yang berkontribusi terhadap keunikan dan menyatu dengan nilai-nilai transcendental (suatu kekuatan yang maha tinggi/high power dan Tuhan/God) yang memberikan makna, tujuan hidup dan keterhubungan (McEwen, 2005). Menusia merupakan mahluk yang holistic atau terdiri dari dimensi fisik, sosial, emosional, intelektual, dan spiritual yang menjadi satu kesatuan utuh, dimana bila salah satu dimensi terganggu maka akan berpengaruh kepada dimensi yang lain (Kozier et al, 2010). Dalam konsep ini setiap dimensi berperan penting dalam proses adaptasi individu kususnya dimensi spiritual yang dapat diukur melalui tingkat spiritualitas seseorang.
pula seorang remaja dituntut untuk beradaptasi dari lingkungan yang berbeda yaitu dari lingkungan sekolah sebagai sorang siswa menuju lingkungan perguruan tinggi sebagai mahasiswa dimana mahasiswa sangat rentan mengalami kecemasan yang berhubungan dengan perkuliahannya.
Spiritualitas mahasiswa akan berpengaruh pada tingkat kecemasan mahasiswa dan bagaimana mahasiswa mengatasi kecemasan tersebut. Dalam banyak penelitian banyak disebutkan bahwa secara umum ada korelasi negative antara tingkat spiritualitas dengan tingkat kecemasan yang berarti semakin tinggi tingkat spiritualitas individu maka semakin rendah pula tingkat kecemasannya dan juga sebaliknya. Bahkan dalam kitab suci Al-Quran yang artinya (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS. Ar Ra du : 28).
Antara Kematangan Beragama Dengan Kecenderungan Strategi Koping menyatakan bahwa ada hubungan antara kematangan beragama dengan strategi koping yang digunakan individu dimana semakin tinggi kematangan beragama semakin tinggi kecenderungan individu menggunakan Problem Focused Coping.
Hasil studi pendahuluan terkait dengan spiritualitas mahasiswa yang dilakukan pada mahasiswa baru UMY yang mengikuti kegiatan kuliah intensif Al-Islam (KIAI) menunjukan bahwa tingkat spiritualitas mahasiswa baru di UMY bervariasi ditunjukan dengan jawaban dari pertanyaan yang diajukan peneliti terkait kegiatan ibadah sehari-hari dengan hasil yang berbeda setiap mahasiswanya. Sebagian mahasiswa baru yang dilakukan studi pendahuluan dapat dikategorikan memiliki tingkat spiritualitas yang tinggi namun sebagian memiliki tingkat spiritualitas yang sedang hingga rendah, yang menunjukan pentingnya dilakukan penelitian terkait tingkat spiritualitas pada mahasiswa baru.
fakultas lain di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta serta diharuskannya mahasiswa melakukan pretest sebelum melaksanakan praktikum dan tidak dapat mengikuti praktikum bila hasil presest yang dilakukan kurang dari standar minimal yang ditetapkan.
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan, maka peneliti menyimpulkan bahwa penelitian mengenai tingkat spiritualitas, tingkat kecemasan maupun mekanisme kopingg akan akan menjadi informasi yang sangat penting bagi instani pendidikan terkait dalam pengembangan proses belajar mengajar, sehingga peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul Hubungan Tingkat Spiritualitas dengan Tingkat Kecemasan Dan Mekanisme Koping Mahasiswa Tingkat Pertama FKIK UMY 2015/2016 .
✒. ✓✔✕✖ ✗✖✘ ✙✚✛ ✙✘ ✙✜✙✢
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan pada latar belakang diatas dapat disimpulkan rumusan masalah pada penelitan ini adalah, Apakah ada hubungan tingkat spiritualitas dengan tingkat kecemasan dan mekanisme koping Mahasiswa Tingkat pertama di FKIK UMY.?
✣. ✤✖ ✥✖ ✙✚
Mengetahui adanya hubungan tingkat spiritualitas dengan tingkat kecemasan dan mekanisme koping mahasiswa baru.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tingkat kecemasan mahasiswa tahun pertama. b. Mengetahui tingkat spiritualitas mahasiswa tahun pertama.
c. Mengetahui mekanisme koping mahasiswa baru terhadap kecemasan. d. Mengetahui jenis koping yang digunakan mahasiswa tahun pertama. e. Mengetahui hubungan tingkat spiritualitas terhadap tingkat kecemasan
tahun pertama.
f. Mengetahui hubungan tingkat spiritualitas terhadap mekanisme koping tahun pertama.
✦. ✧ ★✩faat Penelitian 1.Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan peneliti tentang hubungan tingkat kecemasan, mekanisme koping dan tingkat spiritualitas mahasiswa FKIK UMY.
2. Bagi FKIK UMY
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Sebagai rujukan dan pengetahuan bagi peneliti selanjutnya yang hendak melakukan penelitian dengan topic yang berhubungan dengan tingkat kecemasan, mekanisme koping maupun tingkat spiritualitas.
4. Bagi Pengembangan Teori
Sebagai rujukan untuk memperkuat maupun mengembangkan teori terkait tingkat spiritualitas, Mekanisme koping dan tingkat kecemasan yang sudah ada.
5. Bagi Praktik Keperawatan
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi data yang dapat digunakan oleh perawat sebagai dasar dalam pemberian asuhan keperawatan, kususnya terkait dengan spiritualitas klien.
E. Penelitian Terkait
Peneliti menemukan beberapa penelitian yang berhubungan dan telah dilakukan sebelumnya :
Perbedaan penelitian tersebut dengan dengan penelitian ini adalah perbedaan variabel yaitu tingkat kecemasan komunikasi dan hubungannya dengan konsep diri dan kemampuan adaptasi mahasiswa baru. Persamaan penelitian ini adalah Populasi yang diteliti yaitu mahasiswa baru dengan variabel kecemasan.
2. Nadhiroh (2014) dengan judul Analisis nilai-nilai spiritual dalam kepemimpinan mahasiswa: studi kasus kepemimpinan organisasi kemahasiswaan di tingkat fakultas di Universitas Gajah Mada. Merupakan sebuah penelitian qualitatif dengan bentuk wawancara dan observasi. Narasumber dalam penelitian ini adalah 18 mahasiswa Universitas Gajah Mada yang menjadi pemimpin organisasi kemahasiswaan.
Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakaukan adalah metode penelitian, variabel penelitian, serta populasi dan sample penelitian yang digunakan. Pada penelitiannya Iis menggunakan metode kualitatif dan observasi sedangkan penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Dari segi perbedaan variabel penelitian Iis adalah menganalisa variabel nilai-nilai spiritualtas yang hanya dilakukan pada ketua organisasi kemahasiswaan.
9
Kecemasan, spiritualitas dan mekanisme koping juga kerangka konsep yang
memberikan alur pikir hubungan antar variable dalam penelitian.
✪. ✰ ✱✲ ✱✳ ✱n n✫ ✴or✵
1. ✯on✳✴p M✱✶ ✱✳ ✵✱sw
a. Definisi Mahasiswa (Rahmawati, 2006)
Mahasiswa merupakan kalangan muda yang berumur antara 19
sampai 28 tahun yang memang dalam usia tersebut mengalami suatu
peralihan dari tahap remaja ke tahap dewasa. Sosok mahasiswa juga
kental dengan nuansa kedinamisan dan sikap kenyataan objektif,
sistematik dan rasional. Kenniston mengatakan bahwa mahasiswa
adalah suatu periode yang disebut dengan studenthood yang terjadi
hanya pada individu yang memasuki post secondary education dan
sebelum masuk ke dalam dunia kerja yang menetap.
b. Mahasiswa Sebagai Agen Perubahan
Mahasiswa mempunyai peran penting sebagai agen perubahan
(agent of change) bagi tatanan kehidupan yang secara realistis dan
logis diterima oleh masyarakat (Chaerul, 2002). Sejalan dengan
pendapat Chaerul, Kartono (Rahmawati, 2006) menyebutkan bahwa
mahasiswa merupakan anggota masyarakat yang mempunyai ciri-ciri
1) Mempunyai kemampuan dan kesempatan untuk belajar di
perguruan tinggi sehingga dapat digolongkan sebagai kaum
intelegensia.
2) Mahasiswa diharapkan nantinya dapat bertindak sebagai pemimpin
masyarakat ataupun dalam dunia kerja.
3) Mahasiswa diharapkan dapat menjadi daya penggerak yang
dinamis bagi proses modernisasi.
4) Mahasiswa diharapkan dapat memasuki dunia kerja sebagai tenaga
yang berkualitas dan profesional.
c. Ditinjau dari kepribadian individu
Mahasiswa merupakan suatu kelompok individu yang
mengalami proses menjadi orang dewasa yang dipersiapkan atau
mempersiapkan diri dalam sebuah perguruan tinggi dengan keahlian
tertentu.
2. ✷p✸ tu✹✺✸t✹✻
a. Pengertian Spiritualitas
Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang
Maha Kuasa dan Maha Pencipta. Sebagai contoh seseorang yang
percaya kepada Allah sebagai Pencipta atau sebagai Maha Kuasa.
Dimensi spiritual berupaya untuk mempertahankan keharmonisan atau
keselarasan dengan dunia luar, berjuang untuk menjawab atau
penyakit fisik, atau kematian (Hamid, 2008).
Spiritualitas (spirituality) merupakan sesuatu yang dipercayai
oleh seseorang dalam hubungannya dengan kekuatan yang lebih tinggi
(Tuhan), yang menimbulkan suatu kebutuhan serta kecintaan terhadap
adanya Tuhan, dan permohonan maaf atas segala kesalahan yang
pernah diperbuat (Asmadi, 2008). Stoll (1989; dalam Hamid, 2008)
menguraikan bahwa spiritualitas sebagai konsep dua dimensi, yaitu
dimensi vertikal dan dimensi horizontal. Dimensi vertikal adalah
hubungan dengan Tuhan atau Yang Maha Tinggi yang menuntun
kehidupan seseorang.Dimensi horizontal adalah hubungan seseorang
dengan diri sendiri, dengan orang lain, dan dengan lingkungan.
Spiritualitas mencakup esensi keberadaan individu dan
keyakinannya tentang makna hidup dan tujuan hidup. Spiritualitas
dapat mencakup keyakinan kepada Tuhan atau kekuatan yang lebih
tinggi, praktik keagamaan, keyakinan dan praktik budaya, dan
hubungan dengan lingkungan (Videback, 2008).
b. Konsep Spiritualitas
Konsep yang berhubungan dengan spiritualitas menurut Kozieret
al(2010) yaitu agama, keyakinan, harapan, transendensi, pengampunan.
Agama merupakan sistem keyakinan dan praktik yang terorganisasi.
Agama memberi suatu cara mengekspresikan spiritual dan memberikan
pertanyaan dan tantangan hidup. Perkembangan keagamaan individu
mengacu pada penerimaan keyakinan, nilai, pedoman pelaksanaan, dan
ritual tertentu.
Keyakinan adalah meyakini atau berkomitmen terhadap sesuatu
atau seseorang. Keyakinan memberi makna bagi kehidupan, memberi
kekuatan pada saat individu mengalami kesulitan dalam kehidupannya.
Keyakinan memberi kekuatan dan harapan (Kozier et al,2010).
Harapan merupakan konsep yang tergabung dengan spiritualitas.
Yaitu proses antisipasi yang melibatkan interaksi berpikir, bertindak,
merasakan, dan keterkaitan yang diarahkan ke pemenuhan di masa
yang akan datang yang bermakna secara personal. Tanpa harapan,
pasien menyerah, kehilangan semangat, dan penyakit kemungkinan
semakin cepat memburuk (Kozieret al,2010).
Transendensi melibatkan kesadaran seseorang bahwa ada
sesuatu yang lain atau yang lebih hebat dari diri sendiri dan suatu
pencarian dan penilaian terhadap sesuatu yang lebih hebat tersebut, baik
itu adalah mahluk, kekuatan, atau nilai yang paling hebat (Kozieret al,
2010).
Kebutuhan akan ampunan merupakan kebutuhan akan ampunan
dari Tuhan, diri sendiri, dan orang lain serta kebebasan individu untuk
mencintai Tuhan, diri sendiri, dan orang lain. Bagi banyak pasien,
penyakit atau kecacatan menimbulkan rasa malu atau rasa bersalah.
dilakukan di masa lalu. Perawat dapat berperan penting dalam
membantu pasien memahami proses pengampunan (Kozier et al,
2010).
c. Komponen Spiritualitas
Pengertian spiritualitas oleh Wigglesworth ini memiliki dua
komponen, yaitu vertikal dan horizontal:
1) Komponen vertikal, yaitu sesuatu yang suci, tidak berbatas tempat
dan waktu, sebuah kekuatan yang tinggi, sumber, kesadaran yang
luar biasa. Keinginan untuk berhubungan dengan dan diberi
petunjuk oleh sumber ini.
2) Komponen horizontal, yaitu melayani teman-teman manusia dan
alam secara keseluruhan.
d. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Spiritualitas
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi spiritualitas seseorang
adalah tahap perkembangan, keluarga, latar belakang etnik dan budaya,
pengalaman hidup sebelumnya, krisis dan perubahan, terpisah dari
ikatan spiritual, isu moral terkait dengan terapi, dan asuhan
keperawatan yang kurang sesuai (Hamid, 2008).
1) Tahap Perkembangan
Tahap perkembangan spiritual manusia dapat dilihat dari
tahap perkembangan mulai dari bayi, anak-anak, pra sekolah, usia
dan lanjut usia. Asmadi (2008) menyatakan, usia perkembangan
dapat menentukan proses pemenuhan kebutuhan spiritual, karena
setiap tahap perkembangan memiliki cara meyakini kepercayaan
terhadap Tuhan.
2) Keluarga
Peran orang tua sangat menentukan perkembangan
spiritualitas anak, yang penting bukan apa yang diajarkan oleh
orang tua kepada anaknya tentang Tuhan, tetapi apa yang anak
pelajari mengenai Tuhan, kehidupan, dan diri sendiri dari perilaku
orang tua mereka. Oleh karena itu keluarga merupakan lingkungan
terdekat dan pengalaman pertama anak dalam mempersepsikan
kehidupan di dunia, pandangan anak pada umumnya diwarnai oleh
pengalaman mereka dalam berhubungan dengan orang tua dan
saudaranya.
3) Latar belakang etnik dan budaya
Sikap, keyakinan, dan nilai dipengaruhi oleh latar belakang
etnik dan sosial budaya. Pada umumnya, seseorang akan mengikuti
tradisi agama dan spiritual keluarga. Anak belajar pentingnya
menjalankan kegiatan agama, termasuk nilai moral dari hubungan
keluarga dan peran serta dalam berbagai bentuk kegiatan
keagamaan.
4) Pengalaman hidup sebelumnya
negatif dapat mempengaruhi spiritualitas seseorang. Sebaliknya,
juga dipengaruhi oleh bagaimana seseorang mengartikan secara
spiritual kejadian atau pengalaman tersebut. Pengalaman hidup
yangmenyenangkan sekalipun dapat menimbulkan perasaan
bersyukur kepada Tuhan, tetapi ada juga yang merasa tidak perlu
mensyukurinya. Peristiwa dalam kehidupan sering dianggap
sebagai suatu cobaan yang diberikan Tuhan kepada manusia untuk
menguji kekuatan imannya.
5) Krisis dan perubahan
Krisis dan perubahan dapat menguatkan spiritual seseorang.
Krisis sering dialami ketika seseorang menghadapi penyakit,
penderitaan, proses penuaan, kehilangan, dan bahkan kematian.
Perubahan dalam kehidupan dan krisis yang dihadapi tersebut
merupakan pengalaman spiritual selain juga pengalaman yang
bersifat fisik dan emosional. Krisis dapat berhubungan dengan
perubahan patofisiologi, terapi/pengobatan yang diperlukan, atau
situasi yang mempengaruhi seseorang.
3.✼ ✽c✽m✾s✾ ✿
a. Pengertian Kecemasan
Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar
yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan
secara subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal (Stuart,
2013).
Kecemasan adalah suatu keadaan kekhawatiran pikiran, ketakutan
atau perasaan tidak berdaya yang berhubungan terhadap ancaman atau
kemampuan mengantisipasi bahaya yang tidak teridentifikasi bagi
individu (Kozier, B, 2010).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
pengertian kecemasan adalah suatu keadan dimana seseorang
mengalami gelisah, kekhawatiran dalam berespon terhadap ancaman
yang tidak jelas dan tidak spesifik dan dihubungkan dengan perasaan
tidak menentu dan tidak berdaya.
b. Faktor Predisposisi Kecemasan
Faktor predisposisi adalah faktor-faktor yang mendorong
individu mengalami kecemasan dan bukan merupakan factor pencetus
kecemasan. Menurut Stuart (2013) faktor predisposisi kecemasan, yaitu:
1) Faktor Psikoanalitik, kecemasan adalah konflik emosional yang
terjadi antara dua elemen kepribadian id dan superego. Id mewakili
dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego
mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh
norma-norma nilai yang dimiliki seseorang. Ego atau Aku, berfungsi
menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan, dan fungsi
ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal.
Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti
perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kelemahan spesifik.
Orang dengan harga diri rendah terutama mudah mengalami
perkembangan kecemasan yang berat.
3) Faktor Perilaku, kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala
sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.
4) Faktor Keluarga, kecemasan merupakan hal yang biasa ditemui
dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan
kecemasan dan gangguan kecemasan dengan depresi.
5) Faktor Biologik, menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor
khusus untuk benzodiazepines. Reseptor ini mungkin membantu
mengatur kecemasan. Penghambat asam aminobutirik-gamma
neuroregulator (GABA) juga mungkin memainkan peran utama
dalm mekaisme biologis berhubungan dengan kecemasan.
c. Faktor Presipitasi Kecemasan
Faktor presipitasi adalah factor yang mencetuskan terjadinya
kecemasan. Menurut Stuart (2013) ada 2 faktor presipitasi kecemasan,
yaitu:
a) Ancaman integritas diri, meliputi ketidakmampuan fisiologis
atau gangguan terhadap kebutuhan dasar (penyakit, trauma fisik,
pembedahan yang akan dilakukan).
b) Ancaman sistem diri antara lain : ancaman terhadap identitas
diri, harga diri dan hubungan interpersonal, kehilangan serta
perubahan status/peran.
2) Internal:
Menurut Stuart (2013) kemampuan individu dalam merespon
terhadap penyebab kecemasan ditentukan oleh :
a) Stressor
Stressor psikososial merupakan setiap keadaan atau
peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan
seseorang sehingga orang itu terpaksa mengadakan adaptasi.
b) Individu
Seseorang yang memiliki kematangan kepribadian lebih
sukar mengalami gangguan akibat kecemasan, karena individu
yang matur mempunyai daya adaptasi yang lebih besar terhadap
kecemasan.
c) Pendidikan dan Status Ekonomi
Tingkat pendidikan dan status ekonomi yang rendah pada
seseorang akan menyebabkan orang tersebut mudah mengalami
kecemasan. Tingkat pendidikan seseorang atau individu akan
tingkat pendidikan akan semakin mudah berfikir rasional dan
menangkap informasi baru termasuk dalam menguraikan
masalah yang baru.
d) Keadaan fisik
Seseorang yang mengalami gangguan fisik seperti cidera,
operasi akan mudah mengalami kelelahan fisik sehingga lebih
mudah mengalami kecemasan, di samping itu orang yang
mengalami kelelahan fisik lebih mudah mengalami kecemasan.
e) Tipe kepribadian
Orang yang berkepribadian A lebih mudah mengalami
gangguan akibat kecemasan daripada orang dengan kepribadian
B. Adapun ciri-ciri orang dengan kepribadian Aadalah tidak
sabar, kompetitif, ambisius, ingin serba sempurna, merasa
diburu-buru waktu, mudah gelisah, tidak dapat tenang, mudah
tersinggung, otot-otot mudah tegang.Sedangkan orang dengan
kepribadian B mempunyai ciri-ciri yang berlawanan dengan tipe
kepribadian A. Karena orang dengan tipe kepribadian B adalah
orang yang penyabar, tenang, teliti, dan rutinitas.
f) Lingkungan dan situasi
Seseorang yang berada di lingkungan asing ternyata lebih
mudah mengalami kecemasan dibanding bila dia berada
dilingkungan yang biasa dia tempati.
Seseorang yang mempunyai umur lebih muda ternyata
lebih mudah mengalami gangguan akibat kecemasan dari pada
seseorang yang lebih tua, tetapi ada juga yang berpendapat
sebaliknya.
d. Tingkat Kecemasan
Menurut Stuart (2013) tingkat kecemasan ada 4 yaitu:
1) Kecemasan Ringan
Kecemasan ini berhubungan dengan ketegangan dalam
kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi
waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan dapat
memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
Respon cemas ini seperti sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan
darah naik, gejala ringan pada lambung, muka berkerut, bibir
bergetar, lapang perpepsi meluas, konsentrasi pada masalah,
menyelesaikan masalah secara selektif, tidak dapat duduk dengan
tenang, tremor halus pada tangan.
2) Kecemasan Sedang
Kecemasan ini memungkinkan seseorang untuk
memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang
lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun
dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Respon kecemasan ini
seperti sering nafas pandek, nadi dan tekanan darah meningkat,
rangsang dari luar tidak mampu di terima, bicara banyak, susah
tidur, dan perasaan tidak enak.
3) Kecemasan Berat
Kecemasan ini mengurangi lahan persepsi seseorang.
Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang
terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir tentang hal lain.
Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang
tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan
pada suatu area lain. Respon kecemasan ini seperti nafas pendek,
nadi dan tekanan darah meningkat, berkeringat, sakit kepala,
penglihatan kabur, ketegangan, lapang persepsi sangat sempit,tidak
mampu menyelesaikan masalah, verbalitas, dan perasaan ancaman
meningkat.
4) Tingkat Panik
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Rincian
terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan kendali,
orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu
walaupun dengan pengarahan. Panik mengakibatkan disorganisasi
kepribadian. Dengan panik, terjadi peningkatan aktivitas motorik,
menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain,
persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran rasional.
Respon kecemasan ini seperti nafas pendek, rasa tercekik,
sempit, marah, ketakutan, berteriak- teriak, dan persepsi kacau.
Antisipasi Ringan Sedang Berat
Panik
Rentang respon kecemasan terdiri dari respon adaptif dan
maladaptif. Respon adaptif seseorang menggunakan koping yang
bersifat membangun (kontruktif) dalam menghadapi kecemasan
berupa antisipasi. Respon maladaptif merupakan koping yang
bersifat merusak (destruktif). Seperti individu menghindar dari
orang lain atau mengurung diri dan tidak mau mengurus diri
(Stuart, 2013).
e. Gejala Kecemasan
Menurut Stuart (2013) gejala kecemasan ditandai dari 4 aspek
respon yaitu :
1) Respon fisiologis
a) Kardiovaskuler, meliputi: palpitasi, jantung berdebar, tekanan
darah meningkat, rasa mau pingsan, pingsan, tekanan darah
menurun, denyut nadi menurun.
b) Pernafasan, meliputi: nafas sangat pendek, nafas sangat cepat,
tekanan pada dada, napas dangkal, pembengkakan pada
tenggorokan, sensasi tercekik, terengah-engah.
c) Neuromuskuler, meliputi: refleks meningkat, reaksi kejutan,
mata berkedip-kedip, insomnia, tremor frigiditas, wajah
tegang, kelemahan umum kaki goyah, gerakan yang janggal.
d) Gastrointestinal, meliputi: kehilangan nafsu makan, menolak
makanan, rasa tidak nyaman pada abdomen, mual, rasa
terbakar pada jantung, diare.
e) Traktus urinarius, meliputi: tidak dapat menahan kencing,
sering berkemih.
f) Kulit, meliputi: wajah kemerahan sampai telapak tangan, gatal,
rasa panas, wajah pucat, berkeringat seluruh tubuh.
2) Respon perilaku
Respon perilaku yang sering terjadi yaitu: gelisah, ketegangan
fisik, tremor, gugup, bicara cepat, kurang kordinasi, cenderung
mendapat cidera, menarik dari masalah, menhindar, hiperventilasi.
3) Respon kognitif
Perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam
memberikan penilaian, preokupsi, hambatan berfikir bidang
persepsi menurun, kreativitas menurun, produktivitas menurun,
bingung, sangat waspada, kesadaran diri meningkat, kehilangan
takut pada cedera dan kematian.
4). Respon afektif
Mudah tersinggung, tidak sabar, gelisah, tegang, nervus,
katakutan, terror, gugup, gelisah.
4. M❀❁❂❃❄sm❀❅op❄ng a. Pengertian Koping
Menurut Lazarus seperti yang dikutip oleh Stuart (2013) koping
terdiri atas usaha kognitif dan perilaku yang dilakukan untuk mengatur
hubungan eksternal dan internal tertentu yang membatasi sumber
seseorang. Koping dapat adaptif (efektif) dan maladaptif (inefektif),
sedangkan Pearlin dan Schooler mengemukakan bahwa koping adalah
suatu respon (perilaku atau persepsi kognitif) terhadap ketegangan
hidup eksternal yang bertindak untuk mencegah, menghindari,
mengontrol distress emosi.
Koping individu didefinisikan sebagai respon yang positif, sesuai
dengan masalah, afektif, persepsi dan respon perilaku yang digunakan
individunya dan subsistemnya untuk memecahkan suatu masalah atau
mengurangi stress yang diakibatkan oleh masalah atau peristiwa.
Koping individu merupakan proses yang aktif dimana individu
menggunakan sumber-sumber dalam individu dan mengembangkan
perilaku baru yang bertujuan untuk menumbuhkan kekuatan dalam
b. Sumber koping
Untuk mengatasi suatu kecemasan, individu akan menggerakkan
sumber koping di lingkungannya. Menurut Kozier dan Erb (2009), ada
5 sumber koping yang mampu membantu individu beradaptasi dengan
stressor yaitu modal ekonomi, ketrampilan dan kemampuan
menyelesaikan masalah, tehnik pertahanan, dukungan sosial dan
motivasi. Menurut Stuart (2013), sumber koping individu terdiri dari
dua jenis yaitu sumber koping internal dan eksternal.
1) Sumber koping internal
Sumber internal ini meliputi kesehatan dan energi yang
dimilikinya, kepercayaan seseorang menyangkut kepercayaan iman
atau agama dan juga kepercayaan eksistensi, komitmen atau tujuan
hidup, harga diri, kontrol dan kemahiran seseorang. Selain itu
pengetahuan, keterampilan pemecahan masalah dan keterampilan
sosial juga mempengaruhi mekanisme Koping individu yang
bersumber dari internal. Karakteristik kepribadian yang tersusun
atas kontrol, komitmen dan tantangan merupakan sumber
mekanisme Koping yang paling tangguh. Pribadi yang tangguh
menerima stresor sebagai sesuatu yang dapat diubah sehingga dapat
dikontrol. Individu tersebut menerima situasi yang berpotensi
menimbulkan stres menjadi suatu hal yang menarik dan berarti
dipandang sebagai kesempatan untuk bertumbuh sehingga
dianggap sebagai tantangan.
2) Sumber koping eksternal
Dukungan sosial merupakan sumber-daya eksternal yang
utama. Dukungan sosial sebagi rasa memiliki informasi terhadap
seseorang atau lebih dengan tiga kategori. Kategori informasi
pertama membuat orang percaya bahwa dirinya diperhatikan atau
dicintai. Kategori ini sering muncul dalam hubungan antara dua
orang dimana kepercayaan mutual dan keterikatan diekspresikan
dengan cara saling menolong untuk memenuhi kebutuhan bersama.
Kategori informasi yang kedua menyebabkan seseorang merasa
bahwa dirinya dianggap atau dihargai. Hal ini paling efektif saat
ada pengumuman publik mengenai betapa kedudukannya di dalam
kelompok cukup terpandang. Keadaan tersebut akan menaikkan
perasaan harga diri sehingga disebut sebagai dukungan harga diri.
Kategori informasi ketiga membuat seseorang merasa bahwa
dirinya merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan saling
ketergantungan. Informasi disebarkan oleh anggota jaringan,
dimana setiap anggota jaringan memahami informasi tersebut dan
menyadari bahwa informasi tersebut telah disebarkan diantara
mereka. Dukungan sosial akan meningkatkan kepribadian mandiri,
sebaliknya tidak menyebabkan ketergantungan.
Stategi yang dipakai dalam masing-masing penggolongan
mekanisme koping menurut Nasir dan Muhith (2011):
1) Strategi yang digunakan dalamproblem focused coping:
a) Confrontatitive coping
Usaha untuk mengubah keadaan yang dianggap menekan
dengan cara yang agresif, tingkat kemarahan yang cukup
tinggi, dan pengambilan risiko.
b) Seeking social support
Usaha untuk mendapatkan kenyamanan emosional dan
bantuan informasi dari orang lain.
c) Planful problem solving
Usaha untuk mengubah keadaan yang dianggap menekan
dengan cara yang hati-hati, bertahap, dan analitis.
2) Strategi yang digunakan dalamemotional focused coping:
a) Self control
Usaha untuk mengatur perasaan ketika menghadapi situasi
yang menekan.
b) Distancing
Usaha untuk tidak terlibat dalam permasalahan, seperti
menghindar dari permasalahan atau dengan menciptakan
pandangan-pandangan yang positif terhadap permasalahan.
Usaha mencari makna positif dari permasalahan dengan
berfokus pada pengembangan diri, biasanya juga melibatkan
hal hal yang bersifat religious.
d) Accepting responsibility
Usaha untuk menyadari tanggung jawab diri sendiri dalam
permasalahan yang dihadapinya dan mencoba menerima untuk
membuat semua menjadi lebih baik. Strategi ini sangat baik
jika permasalahan yang terjadi karena pikiran dan tindakan
yang dilakukan oleh diri sendiri.
e) Escape / avoidance
Usaha untuk mengatasi situasi menekan dengan lari dari
siruasi tersebut atau menghindarinya dengan beralih pada hal
lain seperti makan, minum, merokok, atau menggunakan
B. ❆❇r❈❉g❊❈❆❋❇onp
Cemas
Mekanisme Koping
Tingkat Kecemasan
Lebih Rendah Lebih Tinggi
External :
1. Beban kuliah 2. Ujian
Internal:
1. Stressor 2. Individu
3. Pendidikan dan Status Ekonomi.
4. Keadaan fisik 5. Tipe kepribadian 6. Lingkungan dan situasi 7. Usia
Keluarga
Interpersonal
Psikososial
Perilaku
Biologi Internal
1. Spiritualitas
External
Faktor Presipitasi
Faktor Predisposisi
C. H●pot❍■ ●s
a. Hubungan antara tingkat kecemasan dan pola koping
H0 : Tidak ada hubungan antara tingkat spiritualitas dan mekanisme koping
H1: Ada hubungan antara tingkat spiritualitas dan mekanisme koping
b. Hubungan antara tingkat spiritualitas. dengan tingkat kecemasan
H0 : Tidak ada hubungan tingkat spiritualitas dengan tingkat kecemasan.
H1 : Ada hubungan tingkat spiritualitas dengan tingkat kecemasan. : Diteliti
❏ ❑
waktu penelitian, instrument yang digunakan dalam penelitian serta teknik
pengambilan dan pengolahan data dalam penelitian ini. Selain itu dalam Bab III
ini juga dijelaskan tentang etika penelitian.
▼❲❙esa❚❳inn elitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi
yaitu untuk melihat hubungan antara variabel satu dengan yang lainya
(Nursalam, 2013). Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui hubungan
antara tingkat Spiritualitas Terhadap tingkat kecemasan dan mekanisme koping
mahasiswa tingkat pertama FKIK UMY 2015/2016. Sedangkan pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah ❨❩❬ ❭❭ ❭ ❪ ❨❫❴❬ ❵❛ ❜ yaitu melakukan
pengukuran atau pengamatan dalam sewaktu (Hidayat, 2007).
▲❲ ❚opulasi dan ❝ampel ❚ ❳nlitiaen
1. Populasi
Populasi merupakan seluruh objek atau subjek penelitian yang memiliki
kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan ditarik kesimpulan (Nursalam, 2013). Populasi dalam
penelitian ini adalah mahasiswa tingkat pertama FKIK UMY tahun ajaran
2015/2016 dari semua jurusan yang ada di FKIK yaitu Kedokteran Umum
(170 Mahasiswa), Farmasi (90 Mahasiswa), PSIK (140 Mahasiswa) dan
2. Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang diteliti atau sebagian jumlah
dan karakteriktik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2007). Sampel
dalam penelitian ini adalah mahasiswa tingkat pertama FKIK UMY
angkatan 2015. Pemilihan sampel menggunakan tehnik ❢❣ ❤✐ ❤❣ ❥❦ ❤❧♠ ♥
♦♠❧♣❤q r♠q✐ ♥❦ ❧s yaitu dengan menentukan jumlah keseluruhan sampel
yang dibutuhkan lalu membagi setiap sampel sesuai dengan perbandingan
jumlah mahasiswa setiap jurusan di FKIK UMY. Pada pengambilan
sampel penelitian, peneliti menggunakan rumus untuk menentukan besar
sampel yang kurang dari 1000, dengan jumlah populasi 510 yaitu :
n =
t t224
Dimana :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d = Tingkat signifikan (0,05)
KU : 170/224x100 = 68
Farmasi : 90/224x100 = 42
KG : 110/224x100 = 52
PSIK : 140/224x100 = 62
Jadi jumlah total sampel dalam penelitian adalah mahasiswa 224
mahasiswa. Dengan sampel masing-masing jurusan yaitu Kedokteran Umum
responden yang akan dipilih dalam penelitian peneliti menggunakan bantuan
✈ ✇①②③ ④⑤ ⑥ ⑦ ⑧⑨⑤ ✇⑩ ✇①② Office Excel dengan rumus =Rand() dengan
memisahkan antara jenis kelamin laki-laki dan jenis kelamin perempuan
untuk menghindari pemilihan sample laki-laki yang terlalu sedikit.
3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Penentu kriteria sampel sangat membantu penelitian untuk
mengurangi bias hasil penelitian, khususnya jika terdapat variabel- variabel
(control atau perancu) yang ternyata mempunyai pengaruh variabel yang
kita teliti. Kriteria sampel dapat dibedakan menjadi dua yaitu inklusidan
eksklusi(Nursalam, 2013).
a. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari
suatu populasi target yang terjangkau yang diteliti. Pertimbangan ilmiah
harus menjadi pedoman dalam menentukan kriteria inklusi (Nursalam,
2013). Kriteriainklusidalam penelitian ini adalah :
1) Mahasiswa aktif FKIK UMY angkatan 2015.
2) Mahasiswa Indonesia.
3) Sehat secara fisik dan mental.
4) Sudah mengikuti masa ta aruf mahasiswa baru.
5) Bersedia menjadi koresponden.
b. Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek
yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab
1) Mahasiswa yang sudah menikah/ berusia lebih dari 22
tahun.
2) Mahasiswa yang tidak hadir/ tidak bersedia mengisi
kuesioner.
3) Mahasiswa yang sakit
❸❹❺empat dan ❻❼❽tu ❾enelitian
1. Tempat Penelitian.
Penelitian ini dilakukan di FKIK UMY dengan mempertimbangkan
perbedaan system pembelajaran di FKIK karena menggunakan sistem Blok
yang berbeda dengan fakultas lain di UMY. Sistem blok mengharuskan
mahasiswa dalam satu jurusan mengambil mata kuliah yang sama, sehingga
dapat mengurangi bias yang berpengaruh terhadap penyebab kecemasan
mahasiswa tingkat pertama.
2. Waktu Penelitian.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan juni hingga juli 2015.
❿❹❿efinisi ➀perasional
➃abel ➄ ➅ ➆➇efinisi ➈perasional
No Variabel Definisi Operasional
Alat Ukur Hasil Ukur Skala
➊➋➌ariabe➍l enelitian
a. Variabel Bebas (independent).
Variabel bebas (independent) adalah variabel yang nilainya
menentukan variabel lain. Suatu kegiatan stimulus yang dimanipulasi oleh
peneliti menciptakan suatu dampak pada variabel dependent (Nursalam,
2013). Dalam penelitian ini variabelindependent adalah tingkat spiritualitas
mahasiswa tingkat pertama.
b. Variabel Tergantung (dependent ).
Variabel tergantung (dependent) adalah variabel yang nilainya
ditentukan oleh variabel lain. Variabel respon muncul sebagai akibat dari
manipulasi variabel-variabel lain (Nursalam, 2013). Dalam penelitian ini
variabel dependent adalah tingkat kecemasan mahasiswa tingkat pertama
dan mekanisme koping mahasiswa tingkat pertama.
➎➋ ➏ ➐strumne ➍enelitian
Alat yang digunakan dalam pengumpulan data kuesioner. Kuesioner
merupakan alat ukur berupa angket atau kuesioner dengan beberapa
pertanyaan (Nursalam, 2013). Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari 3
kuesioner, yaitu:
1. Kuesioner ZSAR-S (Zung Self Anxiety Rating-Scale)
Untuk mengetahui tingkat kecemasan mahasiswa tingkat pertama,
peneliti menggunakan instrumen berupa kuesioner. Peneliti menggunakan
kuesioner Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS/SRAS). Zung Self-Rating
WK Zung, dikembangkan berdasarkan gejala kecemasan dalamDiagnostic
and Statistical Manual of Mental Disorders(DSM-II).
Zung Self-Rating Anxiety Scalememiliki 20 pertanyaan yang terdiri
dari 15 pertanyaanUnfavourabledan 5 pertanyaanFavourable.
➓abe➔→l ➣↔rtaenya➓nai ngkat Kecemasan
Setiap pertanyaanfavourabledanunfavourablememiliki penilaian/
penskoran yang berbeda, penilaiannya sebagai berikut:
➓bea➔→l ➔➓ik penkenilaian instrumen Zung Self-Rating Anxiety Scale
Selanjutnya skor yang di capai dari semua item pertanyaan di
jumlahkan, kemudian skor yang di dapat dikategorikan menjadi 4 kriteria
tingkat kecemasan (Nursalam, 2013) yaitu:
1. Normal/tidak cemas : Skor 20-44
2. Kecemasan ringan : Skor 45-59
3. Kecemasan sedang : Skor 60-74
4. Kecemasan berat : Skor 75-80
2. KuesionerSpirituality Perspective Scale
Kuisioner Spirituality Perspective Scale merupakan kuisioner yang
terdiri dari 10 pertanyaan yang menggunakan skala likert dengan pilihan
jawaban:
a. Hampir Setiap Hari
b. Hampir Setiap Minggu
c. Hampir setiap bulan
d. Hampir setiap tahun
e. Tidak pernah sama sekali
Dengan kategori skor :
a. 46-50 : Spiritualitas Sangat Tinggi
b. 37-45 : Spiritualitas Tinggi
c. 28-36 : Spiritualitas Sedang
d. 19-27 : Spiritualitas Rendah
e. 10-18 : Spiritualitas Sangat Rendah
Semua pertanyaan dalam kuisioner ini bersifatfavorable.
3. COPE SCALE (Kuisioner Mekanisme Koping)
Kuesinoer mekanisme koping menggunakan kuesioner Cope scale
dari Lazarus and Folkman (University of California, San Francisco)
Carver et al (1989) yang telah di modifikasi menjadi 20 butir pertanyaan.
Instrumen penelitian ini menggunakan daftar pertanyaan yang berbentuk
kuesioner, terdiri dari pertanyaanunfavourable dan pertanyaan favourable
Responden hanya diminta untuk memberikan tanda centang () pada
jawaban yang dianggap sesuai dengan responden. Penilaian pada kuesioner
ini yaitu dengan skor 1 (Tidak pernah), 2 (kadang-kadang), 3 (sering), 4
(selalu).
Skor individu dihitung dengan menjumlahkan masing-masing
komponen PFC dan EFC sehingga didapat 2 skor pada setiap individu.
Dari distribusi kedua skor tersebut dapat diperoleh mean (M) dan standar
deviasi (S) masing-masing yaitu MPFC, MEFC, SPFC, SEFC, skor mentah
subjek diubah menjadi skor Z, yaitu:
ZPFC=(XPFC-MPFC)/SPFC
ZEFC=(XEFC-MEFC)/SEFC
Skor Z inilah yang digunakan sebagai dasar pengkategorian
mekanisme koping menjadi PFC dan EFC dengan kriteria, jika:
ZPFC> ZEFCtergolong kelompok PFC
➞able ➟ ➠➡Kisi➢kisi soal mismnakee koping pada remaja
➤➠➥ara ➦engumpulan ➧ata
1. Cara Pengumpulan Data.
a. Data Primer.
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung oleh peneliti,
data yang dikumpulkan merupakan data yang langsung diperoleh dari
responden dengan menggunakan kuesioner (Sarwono, 2006). Dalam
penelitian ini data primer didapat dari pengumpulan data berupa kuisioner
identitas, tingkat kecemasan, tingkat spiritualitas dan mekanisme koping.
b. Data Sekunder.
Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari
berbagai catatan atau informasi yang telah ada atau telah dikumpulkan
oleh orang lain dan dapat digunakan kapan saja saat dibutuhkan
(Sarwono, 2006). Dalam penelitian ini data sekunder didapat dari
bagian kemahasiswaan yang berupa jumlah mahasiwa tingkat pertama
laki-laki dan perempuan di setiap jurusan FKIK UMY.
➨o Komponen yang diukur
➨omor item
pertanyaan ➩otal ➫ Emotional focused coping
Confrontive coping 7, 11, 16 3
Seeiking social support 2, 3, 12 3
Planful problem solving 1, 9, 14, 15 4 ➭ Problem focused coping
Self controlling 10, 4, 20 3
Distancing 6, 8 2
Positive reappraisal 13, 17, 18 3
Escape / avoidance 5, 19 2
➸➺➻➼ ➽annya➾enelitian
1. Persiapan
Tahap persiapan dilakukan pada bulan September hingga bulan
Oktober tahun 2015. Pada tahap persiapan peneliti menentukan topik
penelitian dan melakukan studi fenomena sesuai dengan topik penelitian
yang dipilih di FKIK UMY. Selanjutnya peneliti mengajukan judul sesuai
dengan fenomena yang ditemukan yaitu kecemasan pada mahasiswa baru
FKIK UMY. Peneliti menyusun proposal penelitian mengikuti ujian
proposal, melakukan revisi proposal penelitian, kemudian mengurus izin
untuk melakukan penelitian di FKIK UMY.
2. Pelaksanaan
Peneliti memulai proses penelitian pada bulan Juni 2015 yang meliputi:
a. Meminta izin setiap prodi untuk melakukan penelitian.
b. Meminta bantuan kosema masing-masing prodi untuk menyebarkan
informasi mengenai penelitian yang meliputi tujuan penelitian, waktu
dan tempat pengambilan data, serta teknis pengambilan data.
c. Meminta ketersediaan mahasiswa untuk ikut serta sebagai responded
penelitian.
d. Memberikan mahasiswa lembar permohonan dan persetujuan menjadi
responden penelitian.
e. Mahasiswa yang bersedia menjadi responden diberikan lampiran yang
berisi kuisioner kecemasan, kuisioner tingkat spiritualitas dan kuisioner
f. Responden mengsisi kuisioner yang telah diberikan.
g. Responden mengumpulkan kuisioner di wadah yang telah disediakan
peneliti.
3. Tahap Penilaian
Setelah semua kuisioner dikumpulkan peneliti memeriksa kelengkapan
data yang disisi oleh responden kemudian dianalisa menggunakan
perangkat lunak SPSS.
4. Tahap Akhir
Pada tahap ini dilakukan pembahasan hasil data yang sudah diolah.
Kemudian seminar hasil penelitian dan revisi hasil penelitian yang sudah
dilakukan.
➶➹ ➘ji ➴alidita➷s daeliabilitans
1. Uji Validitas
a. Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS/SRAS)
Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS/SRAS) merupakan kuesioner
baku dalam bahasa inggris yang dirancang oleh William WK Zung.
Kemudian kuesioner ini telah dialih bahasakan ke dalam bahasa
indonesia dan dijadikan sebagai alat pengukur kecemasan yang sudah
teruji validitas dan reliabilitasnya (Nursalam, 2013). Hasil uji validitas
tiap pertanyaan kuesioner dengan nilai terendah 0,663 dan tertinggi
adalah 0,918 (Nasution, et al., 2013) Suatu pertanyaan dikatakan valid
pertanyaan tidak valid. Tingkat signifikansi yang digunakan 5% atau
0,05 (Hidayat, 2007).
b. Kuisioner Spirituality Perspective Scale
Kuisioner Spirituality Perspective Scale memiliki koefisien korelasi
total sebesar 0.20 sehingga kuisioner tersebut dikatakan vaid dan layak
untuk digunakan dalam penelitian ini.
c. Kuisioner Pola Koping
Kuisioner pola koping yang digunakan untuk mengukur pola
koping merupakan adaptasi dari kuisioner COPE yang telah dilakukan
uji validitas dengan hasil uji reliabilitas kuesioner mekanisme koping
sebesar 0,79.
2. Uji Reliabilitas
a. Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS/SRAS)
Uji reliabilitas merupakan cara untuk mengukur kosistensi sebuah
instrumen penelitian. Instrumen dikatakan reliabel jika alat ukur yang
digunakan tersebut menunjukan hasil yang konsisten. Instrument yang
reliabel menghasilkan data yang di percaya. Pertanyaan dikatakan
reliabel apabila didapatkan nilai Alpha Cronbach lebih dari konstanta
(>0,6). Hasil uji reliabilitas menunjukan angka 0,829 sehingga kuesioner
dikatakan reliabel (Nasution,et al., 2013).
Peneliti tidak melakukan uji validitas dan reliabilitas karena
kuesioner yang di adobsi merupakan kuesioner baku dan di jadikan
2013). Nilai validitas terendah 0,663 dan tertinggi adalah 0,918
sedangkan hasil uji reliabilitas diperoleh nilai alpha sebesar 0,829
(Nasution,et al., 2013)
d. Kuisioner Spirituality Perspective Scale
Kuisioner Spirituality Perspective Scale merupakan kuisioner yang
reliable dengan koefisien alpha conbach 0,780 dan dapat digunakan untuk
penelitian ini.
e. Kuisioner Pola Koping COPE
Kuesioner mekanisme koping diadopsi dari kuesioner baku Cope
scale yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Pusat
Pelatihan Bahasa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Kuesioner
mekanisme koping sudah dilakukan uji validitas pada mahasiswa Program
Studi Ilmu Keperawatan Tahun Ajaran 2014/2015 Universitas Aisyiyah
Yogyakarta pada 35 mahasiswa dengan menggunakan ujiPearson Product
Moment.Pada kuesioner ini terdapat 20 item yang valid dari 66 pertanyaan
meliputi nomor 1, 5, 8, 10, 11, 12, 17, 21, 26, 27, 28, 31, 38, 39, 52, 55,
56, 57, 58, 63 dengan hasil uji validitas bergerak antara 0,34 0,53 dan
dianggap valid.
✃❐ ❒eknik ❮engola❰han danalin s is Ïata
1. Teknik Pengolahan Data.
Data yang telah dikumpulkan (data mentah) kemudian diolah.
Pengolahan data dimaksudkan sebagasi suatu proses untuk memperoleh
tertentu. Data tersebut bisa berupa jumlah (total), rata-rata (average),
persentasi (percentage) dan sebagainya (Sugiyono, 2005).
Dalam melakukan pengolahan data meliputi langkah-langkah sebagai
berikut :
a. Memeriksa (editing).
Tahap ini dimaksudkan untuk menyunting data yang terkumpul
dengan cara memeriksa kelengkapan, kesalahan pengisian dan
konsentrasi dalam setiap jawaban pertanyaan. Editing dilakukan oleh
peneliti ditempat pengumpulan data, dari hasil pemeriksaan kuesioner
tidak didapatkan kuesioner yang rusak atau kesalahan dalam pengisian.
b. Memberi Kode (coding).
Coding harus dilakukan secara konsisten karena hal tersebut sangat
menentukan reliabiltas. Memberi kode pada setiap variabel digunakan
untuk mempermudah peneliti dalam melakukan tabulasi dan analisis
data. Hal ini penting untuk dilakukan karena alat yuang digunakan
untuk analisis data adalah komputer melalui program SPSS yang
memerlukan kode tertentu. Kode yang diberikan untuk masing-masing
interpretasi dari hasil pengisian kuesioner yaitu :
1) KuesionerSirituality Perspective Scale
a) Spiritualitas Sangat Tinggi : 1
b) Spiritualitas Tinggi : 2
c) Spiritualitas Sedang : 3
e) Spiritualitas Sangat Rendah : 5
2) KuesionerSAR-S
a) Normal/tidak cemas : 1
b) Kecemasan ringan : 2
c) Kecemasan sedang : 3
d) Kecemasan berat : 4
3) KuesionerCOPE
a) EFC : 1
b) PFC : 2
4) Jenis Kelamin
a) Perempuan : 1
b) Laki-laki : 2
5) Program Studi
a) KU : 1
b) PSIK : 2
c) KG : 3
d) Farmasi : 4
c. Tabulasi Data (tabulating).
Kegiatan memasukkan data hasil penelitian ke dalam tabel-tabel
sesuai dengan kriterianya. Peneliti membuat tabel-tabel bantu untuk
pengelompokan data agar mudah dibaca dan dipahami.
d. Memasukan data (data entry)
tertentu untuk selanjutnya dilakukan analisis data dengan
menggunakan komputerasisasi.
e. Pembahasan hasil penelitian
Membahas hasil penelitian dan mengkonsultasikannya kepada
pembimbing (Sugiyono, 2005).
2. Analisis Data.
Pengelolaan data dan analisis data dilakukan dengan komputer
menggunakan SPSS (Statistical Program and Service Solution). Data yang
diperoleh dianalisis dengan teknik sebagai berikut :
a. AnalisisUnivariate.
Analisis univariate digunakan untuk mendeskripsikan
masing-masing variabel, analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan
prosentase dari tiap variable baik variabel bebas maupun variabel
terikat (Notoatmodjo, 2005). Dalam penelitian ini analisis univariate
dilakukan pada variabel tingkat kecemasan, tingkat spiritualitas dan
mekanisme koping.
b. AnalisisBivariate.
Analisa bivariate yaitu analisis yang dilakukan untuk mengetahui
hubungan dua variabel yang meliputi variabel bebas dan variabel
terikat. Pada penelitian ini aka nada 2 analisis bivariat yaitu :
1) Analisa hubungan tingkat spiritualitas dengan tingkat kecemasan
Uji yang digunakan adalah uji korelasi spearman karena data
Ordinal-Ordinal untuk hubungan tingkat spiritualitas dengan tingkat
kecemasan. Peneliti menggunakan bantuan software SPSS
melakukan analisa data pada penelitian ini.
2) Analisa hubungan tingkat spiritualitas dengan mekanisme koping
Skala yang digunakan dalam analisa data ini adalah skala
Ordinal-nominal untuk hubungan tingkat spiritualitas dengan
mekanisme koping dengan singkat spiritualitas sebagai variable
independen dan mekanisme koping sebagai variabel dependen.
Analisis data yang digunakan adalah analisis data
Kolmogorov-Smirnov dengan nilai p < ,0,05 (Nursalam, 2013). Uji
kolmogorov-Smirnov dilakukan sebagai pengganti uji Chi-Square karena data
penelitian tidak memenuhi syarat untuk dilakukan uji Chi-Square
karena ada lebih dari 20% data dengan expected countkurang dari
5 Peneliti menggunakan bantuan software SPSS dalam melakukan
analisa data penelitian ini.
KÖ×tika Øenelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan mengutamakan dasar etik melalui
berbagai pertimbangan namun tetap menjunjung tinggi hak-hak otonomi
manusia sebagai responden. Penelitian ini sebelumnya sudah diuji etik
dengan nomor 252/EP-FKIK UMY/VIII/2016. Adapun prinsip yang harus
diperhatikan dalam penelitian:
Pada penelitian ini peneliti menghormati hak-hak responden untuk
mengetahui tujuan dari penelitian yang dilaksanakan serta hak-hak untuk
berpartisipasi dengan cara menyediakan lembar persetujuan (informed
consent) yang berisi penjelasan mengani manfaat penelitian, resiko dan
ketidaknyamanan yang ditimbulkan, manfaat yang didapat, kesediaan
peneliti untuk menjawab pertanyaan responden mengenai responden,
persetujuan untuk mengundurkan diri, dan jaminan anonimitas dan
kerahasiaan informasi responden. Lembar persetujuan kemudian
ditandatangani apabila responden bersedia.
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for
privacy and confidentiality).
Peneliti menjaga kerahasiaan informasi dan identitas responden
dalam lembar pengumpulan data penelitian. Responden tidak disarankan
untuk menuliskan nama, namun apabila responden menuliskan nama
maka nama dirubah dengan kode pada input data. Informasi yang dapat
dicantumkan hanya informasi yang sesuai dengan perintah yang terdapat
pada lembar kuesioner.
3. Keadilan dan inklusivitas/keterbukaan (respect for justice and
inclusiveness).
Peneliti menjaga prinsip keterbukaan dan keadilan dengan kejujuran,
keterbukaan, dan kehati-hatian. keterbukaan disini dijaga dengan
latar belakang jender, agama, dan etnis responden dalam melakukan
intervensi.
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing
harms and benefits).
Peneliti berusaha semaksimal mungkin untuk meminimalisir dampak
yang merugikan responden dan memaksimalkan manfaat yang didapat
selama proses penelitian. Hasil penelitian ini juga tidak digunakan untuk
Ý Þ A. Gambaran Tempat Penelitian
ßàá àâãäãå áã áãæãâåç èçå áæãéåçèâäå êëâì èí àæ îçä àïå áðå áëâì èí àêàñåäå áò óáãôàïêãäå ê õè ñåì ìåæ ãå ñy öî÷å çå ïä åy yå á÷ ä àïâ àäåç æã øåâå á ùã á÷çåï ú àâåäå áò ûåì å áäã ïä îò íå êã ñå áò üå áä èâò öî÷åç å ïy äå ýóáãôàï êãäå êõèñåìì åæãå ñy öî÷å çå ïäåy ì àï èþåçå áêåâå ñêåä èóáãôàïêãäå êúÿå êäå åôî ïãäæàá÷å áåçïàæ ãäå êã ✁æ ã ð ëöý éåç èâäå êíàæîç ä àïå áðå á ëâì è íàêàñåäå áóõöê àáæã ïã ì àï èþåçå á êåâå ñêåä è åçèâäå êå á÷y åæåæ ãóáãôàï êãäå êõè ñåìì åæãå ñy öî÷åç å ïäåy æàá ÷å á ✂ èì âå ñ ìå ñå êã êÿå ñã á÷ ÷å ✄☎☎ ñã á÷÷å ✆☎☎ ìå ñåã êÿå æ ã ê àäãåþ å á÷çåä å ááåy y
å á÷ä àï✝å÷ãå çàæ åâåì ✞ þïî÷ïåì êä èæã yåãä è íàæîç ä àïå áóìèìò íàæîç ä àïå á ✟ã÷ãòíàþàïåÿåäå áæ å áéå ïì å êã ý
✠ã êã éåç èâäå ê ëâìè íàæîç ä àïå á æ å á ëâì è íàêàñåäå á óáãôàï êãäåê õèñåìì åæãå ñy öî÷åy ç å ïäå ê àáæ ã ïã yåãä è þåæ å äå ñè á ✡☎ ✡☎ ìàá✂åæ ã éåçèâäå ê íàæ îçä àïå áæ å á ëâìèí àêàñåäå áå á÷y ✝àïäåä åç àâ îâå ✝åãç æå áìå áæã ïãò✝àï✝å êã ê ✝èçäã æ åâåì þàá÷àì✝å á÷å á ãâìè æ å á ä àçáîâ î÷ãò ✝àïåç å ï þåæå ê î êã î ☛✝èæååy ëáæîá àêãå yå á÷ ã êâåì ãò ✝àïìå áååä èáä èç çàìå êâå ñåäå á èì åä æ å á ä àïì å ê èç y
å á÷ê à✝å÷åã yå á÷ä àï✝åãçæã✁ êãå ý