• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN TINGKAT SPIRITUALITAS DENGAN TINGKAT KECEMASAN DAN MEKANISME KOPING MAHASISWA TINGKAT PERTAMA FKIK UMY 2015/2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN TINGKAT SPIRITUALITAS DENGAN TINGKAT KECEMASAN DAN MEKANISME KOPING MAHASISWA TINGKAT PERTAMA FKIK UMY 2015/2016"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

MAHASISWA TINGKAT PERTAMA FKIK UMY 2015/2016

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh

Derajat Sarjana Ilmu Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh

LATANTSA FIKRI

20120320138

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(2)

i

MAHASISWA TINGKAT PERTAMA FKIK UMY 2015/2016

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh

Derajat Sarjana Ilmu Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh

LATANTSA FIKRI

20120320138

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(3)
(4)

iii

Rasulullah Muhammad SAW. Skripsi yang berjudul " Hubungan Tingkat Spiritulitas Dengan Tingkat Kecemasa Dan Mekanisme Koping Mahasiswa Tingkat Pertama FKIK Umy 2015/2016 Dalam Menghadapi Perkuliahan." ini kami susun untuk memenuhi persyaratan kurikulum sarjana strata-1 (S-1) pada Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Peneliti mengucapkan rasa terimasih yang sebesar-besarnya atas semua bantuan yang telah diberikan, baik secara langsung maupun tidak langsung selama penyusunan karya tulis ilmiah ini hingga selesai. Secara khusus rasa terimakasih tersebut kami sampaikan kepada:

1. Sri Sumaryani, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Mat., HNC Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Shanti Wardaningsih, Ns., M.Kep., Sp.Jiwa., PhD selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan dorongan dalam penyusunan tugas akhir ini.

3. Ns. Sutejo, M.Kep., Sp.Kep.,J

4. Seluruh dosen dan karyawan Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, atas ilmu, bimbingan dan bantuannya hingga peneliti selesai menyusun tugas akhir ini.

(5)

iv

Peneliti menyadari bahwa tugas akhir ini belum sempurna, baik dari segi materi maupun dari segi penyajian. Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan dalam penyempurnaan tugas akhir ini.

Terakhir peneliti berharap, semoga tugas akhir ini dapat memberikan hal yang bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca dan khususnya bagi peneliti juga.

Yogyakarta, 18 Agustus 2016

(6)

v

d. Faktor-faktor Yang Memperngaruhi Spiritualitas ...13

3. Kecemasan...15

a. Pengertian Kecemasan ...15

b. Faktor Predisposisi Kecemasan ...16

c. Faktor Presipitasi Kecemasan ...17

d. Tingkat Kecemasan...20

e. Gejala Kecemasan...22

4. Mekanisme Koping ...24

a. Pengertian Koping ...24

b. Sumber Koping ...25

c. Penggolongan Mekanisme Koping ...26

B. KERANGKA KONSEP ...29

C. HIPOTESIS ...30

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian...31

B. Populasi dan Sampel Penelitian ...31

C. Tempat dan Waktu Penelitian ...34

D. Definisi Oprasional ...35

E. Variabel Penelitian ...36

F. Instrumen Penelitian...36

G. Cara Pengumpulan Data...40

H. Jalannya Penelitian ...41

I. Uji Validitas dan Reliabilitas ...42

(7)

vi

1. Analisa Univariat ...53

a. Gambaran Karakteristik Responden ...53

b. Gambaran Tingkat Spiritualitas ...54

c. Gambaran Tingkat Kecemasan ...56

d. Gambaran Mekanisme Koping ...58

2. Analisi Bivariate...60

a. Hubungan Tingkat Spiritualitas Dengan Tingkat Kecemasan ...60

b. Hubungan Tingkat Spiritualitas Dengan Mekanisme Koping...61

c. Hubungan Tingkat Spiritualitas, Tingkat Kecemasan dan Mekanisme Koping dengan Data Demografi ...61

C. Pembahasan Hasil Penelitian ...62

1. Gambaran Karakteristik Responden...62

a. Usia ...62

b. Jenis Kelamin ...65

c. Hubungan Tingkat Spiritualitas Dengan Tingkat Kecemasan ...67

d. Hubungan Tingkat Spiritualitas Dengan Mekanisme Koping ...68

D. Kekuatan Dan Kelemahan Penelitian ...69

1. Kekuatan Penelitian...69

2. Kelemahan Penelitian ...69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...71

B. Saran...71 DAFTAR PUSTAKA

(8)

vii

Table 3.4Kisi-kisi soal mekanisme koping pada remaja ...40 Table 3.5Gambaran Karakteristik Responden...50

Table 3.6Gambaran Tingkat Spiritualitas .51

Table 3.7Gambaran Tingkat Spiritualitas berdasarkan Jenis Kelamin

dan Program Studi ...52 Table 3.8Gambaran Tingkat Kecemasan ...53 Table 3.9Distribusi Tingkat Kecemasan Berdasarkan Jenis Kelamin

Dan Program Studi ...53 Table 4.0Gambaran Mekanisme Koping...54 Tabel 4.1Distribusi Mekanisme Koping Berdasarkan Jenis Kelamin dan

Program Studi ...55 Tabel 4.2Hasil Uji Spearman Hubungan Tingkat Spiritualitas Dengan

Tingkat kecemasan ...56 Tabel 4.3Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Tingkat Spiritualitas Dan

(9)

viii INTISARI

Latar belakang: Spiritualitas merupakan bagian inti dari individu (core of individuals)yang memberikan makna, tujuan hidup dan keterhubungan. Manusia merupakan mahluk yang holistik atau terdiri dari dimensi fisik, sosial, emosional, intelektual, dan spiritual yang menjadi satu kesatuan utuh, dimana bila salah satu dimensi terganggu maka akan berpengaruh kepada dimensi yang lain. Dalam konsep ini spiritualitas mahasiswa berperan penting dalam proses adaptasi mahasiswa tahun pertama, dimana mahasiswa mulai masuk kedalam lingkungan hidup yang baru di kampus yang dapat menyebabkan kecemasan. Spiritualitas mahasiswa akan berpengaruh pada mekanisme koping yang dilakukan mahasiswa untuk mengatasi kecemasan yang dialami mahasiswa dalam menghadapi lingkungan perkuliahan.

Tujuan: Mengetahui hubungan tingkat spiritualitas dengan tingkat kecemasan dan mekanisme koping mahasiswa tahun pertama FKIK UMY.

Metode: Cross-sectional dengan uji korelasi Spearman untuk hubungan tingkat spiritualitas dan tingkat kecemasan. Uji Kolmogorov-Smirnov untuk hubungan tingkat kecemasan dengan mekanisme koping. Dengan jumlah sample 224 mahasiswa dengan proportional random sampling sesuai perbandingan jumlah mahasiswa masing-masing program studi.

Hasil: Hasil uji korelasi sprearman untuk hubungan tingkat spiritualitas dengan tingkat kecemasan p=0,827 (p>0,05) dan hasil uji Kolmogorov-Smirnov untuk hubungan tingkat spiritualitas dengan mekanisme koping p=0,636.

Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan tingkat spiritualitas dengan tingakat kecemasan dan mekanisme koping mahasiswa tahun pertama FKIK UMY.

(10)

ix ABSTRACT

Background: Spirituality is a core part of the individual (core of individuals) that give meaning, purpose in life and connectedness. Man is a holistic creature consist of physical dimension, social, emotional, intellectual, and spiritual being one unified whole, where if one of the dimensions is interrupted it will affect other dimensions. In this concept student spirituality plays an important role in the process of adaptation of the first year students, where students begin to enter into the new environment on campus that can cause anxiety. Student spirituality will affect the mechanisms of coping committed by students to overcome the anxiety experienced by the students in the campus.

Purpose: To find out correlation of spirituality level with anxiety level and coping Mechanism in the first year students of FKIK UMY.

Method: Cross-sectional with Spearman correlation test for the correlation of spirituality level with the level of anxiety. Kolmogorov-Smirnov test for correlation anxiety level with Coping mechanisms. With the number of samples 224 students with proportional random sampling proportioned with the number of students in each major.

Result: Result of Correlation with spearman test for the relationship of the level of spirituality with the anxiety level result in p = 0.839 (p > 0.05) and Kolmogorov-Smirnov test for correlation of spirituality level with the coping mechanism result in p = 0,636 (p > 0.05).

Conclusion: There is no correlation between spirituality level with anxiety level and coping Mechanism in the first year students of FKIK UMY.

(11)
(12)

INTISARI

Latar belakang: Spiritualitas merupakan bagian inti dari individu (core of individuals)yang memberikan makna, tujuan hidup dan keterhubungan. Manusia merupakan mahluk yang holistik atau terdiri dari dimensi fisik, sosial, emosional, intelektual, dan spiritual yang menjadi satu kesatuan utuh, dimana bila salah satu dimensi terganggu maka akan berpengaruh kepada dimensi yang lain. Dalam konsep ini spiritualitas mahasiswa berperan penting dalam proses adaptasi mahasiswa tahun pertama, dimana mahasiswa mulai masuk kedalam lingkungan hidup yang baru di kampus yang dapat menyebabkan kecemasan. Spiritualitas mahasiswa akan berpengaruh pada mekanisme koping yang dilakukan mahasiswa untuk mengatasi kecemasan yang dialami mahasiswa dalam menghadapi lingkungan perkuliahan.

Tujuan: Mengetahui hubungan tingkat spiritualitas dengan tingkat kecemasan dan mekanisme koping mahasiswa tahun pertama FKIK UMY.

Metode: Cross-sectional dengan uji korelasi Spearman untuk hubungan tingkat spiritualitas dan tingkat kecemasan. Uji Kolmogorov-Smirnov untuk hubungan tingkat kecemasan dengan mekanisme koping. Dengan jumlah sample 224 mahasiswa dengan proportional random sampling sesuai perbandingan jumlah mahasiswa masing-masing program studi.

Hasil: Hasil uji korelasi sprearman untuk hubungan tingkat spiritualitas dengan tingkat kecemasan p=0,827 (p>0,05) dan hasil uji Kolmogorov-Smirnov untuk hubungan tingkat spiritualitas dengan mekanisme koping p=0,636.

Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan tingkat spiritualitas dengan tingakat kecemasan dan mekanisme koping mahasiswa tahun pertama FKIK UMY.

(13)

ABSTRACT

Background:Spirituality is a core part of the individual (core of individuals) that give meaning, purpose in life and connectedness. Man is a holistic creature consist of physical dimension, social, emotional, intellectual, and spiritual being one unified whole, where if one of the dimensions is interrupted it will affect other dimensions. In this concept student spirituality plays an important role in the process of adaptation of the first year students, where students begin to enter into the new environment on campus that can cause anxiety. Student spirituality will affect the mechanisms of coping committed by students to overcome the anxiety experienced by the students in the campus.

Purpose:To find out correlation of spirituality level with anxiety level and coping Mechanism in the first year students of FKIK UMY.

Method: Cross-sectional with Spearman correlation test for the correlation of spirituality level with the level of anxiety. Kolmogorov-Smirnov test for correlation anxiety level with Coping mechanisms. With the number of samples 224 students with proportional random sampling proportioned with the number of students in each major.

Result: Result of Correlation with spearman test for the relationship of the level of spirituality with the anxiety level result in p = 0.839 (p > 0.05) and Kolmogorov-Smirnov test for correlation of spirituality level with the coping mechanism result in p = 0,636 (p > 0.05).

Conclusion: There is no correlation between spirituality level with anxiety level and coping Mechanism in the first year students of FKIK UMY.

(14)

1 ✁. ✠✡☛ ✡☞ ✌✍✡✎✡✏✑

Spiritualitas merupakan bagian inti dari individu (core of individuals) yang tidak terlihat (unseen, invisible) yang berkontribusi terhadap keunikan dan menyatu dengan nilai-nilai transcendental (suatu kekuatan yang maha tinggi/high power dan Tuhan/God) yang memberikan makna, tujuan hidup dan keterhubungan (McEwen, 2005). Menusia merupakan mahluk yang holistic atau terdiri dari dimensi fisik, sosial, emosional, intelektual, dan spiritual yang menjadi satu kesatuan utuh, dimana bila salah satu dimensi terganggu maka akan berpengaruh kepada dimensi yang lain (Kozier et al, 2010). Dalam konsep ini setiap dimensi berperan penting dalam proses adaptasi individu kususnya dimensi spiritual yang dapat diukur melalui tingkat spiritualitas seseorang.

(15)

pula seorang remaja dituntut untuk beradaptasi dari lingkungan yang berbeda yaitu dari lingkungan sekolah sebagai sorang siswa menuju lingkungan perguruan tinggi sebagai mahasiswa dimana mahasiswa sangat rentan mengalami kecemasan yang berhubungan dengan perkuliahannya.

Spiritualitas mahasiswa akan berpengaruh pada tingkat kecemasan mahasiswa dan bagaimana mahasiswa mengatasi kecemasan tersebut. Dalam banyak penelitian banyak disebutkan bahwa secara umum ada korelasi negative antara tingkat spiritualitas dengan tingkat kecemasan yang berarti semakin tinggi tingkat spiritualitas individu maka semakin rendah pula tingkat kecemasannya dan juga sebaliknya. Bahkan dalam kitab suci Al-Quran yang artinya (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS. Ar Ra du : 28).

(16)

Antara Kematangan Beragama Dengan Kecenderungan Strategi Koping menyatakan bahwa ada hubungan antara kematangan beragama dengan strategi koping yang digunakan individu dimana semakin tinggi kematangan beragama semakin tinggi kecenderungan individu menggunakan Problem Focused Coping.

Hasil studi pendahuluan terkait dengan spiritualitas mahasiswa yang dilakukan pada mahasiswa baru UMY yang mengikuti kegiatan kuliah intensif Al-Islam (KIAI) menunjukan bahwa tingkat spiritualitas mahasiswa baru di UMY bervariasi ditunjukan dengan jawaban dari pertanyaan yang diajukan peneliti terkait kegiatan ibadah sehari-hari dengan hasil yang berbeda setiap mahasiswanya. Sebagian mahasiswa baru yang dilakukan studi pendahuluan dapat dikategorikan memiliki tingkat spiritualitas yang tinggi namun sebagian memiliki tingkat spiritualitas yang sedang hingga rendah, yang menunjukan pentingnya dilakukan penelitian terkait tingkat spiritualitas pada mahasiswa baru.

(17)

fakultas lain di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta serta diharuskannya mahasiswa melakukan pretest sebelum melaksanakan praktikum dan tidak dapat mengikuti praktikum bila hasil presest yang dilakukan kurang dari standar minimal yang ditetapkan.

Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan, maka peneliti menyimpulkan bahwa penelitian mengenai tingkat spiritualitas, tingkat kecemasan maupun mekanisme kopingg akan akan menjadi informasi yang sangat penting bagi instani pendidikan terkait dalam pengembangan proses belajar mengajar, sehingga peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul Hubungan Tingkat Spiritualitas dengan Tingkat Kecemasan Dan Mekanisme Koping Mahasiswa Tingkat Pertama FKIK UMY 2015/2016 .

. ✓✔✕✖ ✗✖✘ ✙✚✛ ✙✘ ✙✜✙✢

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan pada latar belakang diatas dapat disimpulkan rumusan masalah pada penelitan ini adalah, Apakah ada hubungan tingkat spiritualitas dengan tingkat kecemasan dan mekanisme koping Mahasiswa Tingkat pertama di FKIK UMY.?

. ✤✖ ✥✖ ✙✚

(18)

Mengetahui adanya hubungan tingkat spiritualitas dengan tingkat kecemasan dan mekanisme koping mahasiswa baru.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui tingkat kecemasan mahasiswa tahun pertama. b. Mengetahui tingkat spiritualitas mahasiswa tahun pertama.

c. Mengetahui mekanisme koping mahasiswa baru terhadap kecemasan. d. Mengetahui jenis koping yang digunakan mahasiswa tahun pertama. e. Mengetahui hubungan tingkat spiritualitas terhadap tingkat kecemasan

tahun pertama.

f. Mengetahui hubungan tingkat spiritualitas terhadap mekanisme koping tahun pertama.

. ✧ ★✩faat Penelitian 1.Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan peneliti tentang hubungan tingkat kecemasan, mekanisme koping dan tingkat spiritualitas mahasiswa FKIK UMY.

2. Bagi FKIK UMY

(19)

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Sebagai rujukan dan pengetahuan bagi peneliti selanjutnya yang hendak melakukan penelitian dengan topic yang berhubungan dengan tingkat kecemasan, mekanisme koping maupun tingkat spiritualitas.

4. Bagi Pengembangan Teori

Sebagai rujukan untuk memperkuat maupun mengembangkan teori terkait tingkat spiritualitas, Mekanisme koping dan tingkat kecemasan yang sudah ada.

5. Bagi Praktik Keperawatan

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi data yang dapat digunakan oleh perawat sebagai dasar dalam pemberian asuhan keperawatan, kususnya terkait dengan spiritualitas klien.

E. Penelitian Terkait

Peneliti menemukan beberapa penelitian yang berhubungan dan telah dilakukan sebelumnya :

(20)

Perbedaan penelitian tersebut dengan dengan penelitian ini adalah perbedaan variabel yaitu tingkat kecemasan komunikasi dan hubungannya dengan konsep diri dan kemampuan adaptasi mahasiswa baru. Persamaan penelitian ini adalah Populasi yang diteliti yaitu mahasiswa baru dengan variabel kecemasan.

2. Nadhiroh (2014) dengan judul Analisis nilai-nilai spiritual dalam kepemimpinan mahasiswa: studi kasus kepemimpinan organisasi kemahasiswaan di tingkat fakultas di Universitas Gajah Mada. Merupakan sebuah penelitian qualitatif dengan bentuk wawancara dan observasi. Narasumber dalam penelitian ini adalah 18 mahasiswa Universitas Gajah Mada yang menjadi pemimpin organisasi kemahasiswaan.

Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakaukan adalah metode penelitian, variabel penelitian, serta populasi dan sample penelitian yang digunakan. Pada penelitiannya Iis menggunakan metode kualitatif dan observasi sedangkan penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Dari segi perbedaan variabel penelitian Iis adalah menganalisa variabel nilai-nilai spiritualtas yang hanya dilakukan pada ketua organisasi kemahasiswaan.

(21)
(22)

9

Kecemasan, spiritualitas dan mekanisme koping juga kerangka konsep yang

memberikan alur pikir hubungan antar variable dalam penelitian.

. ✰ ✱✲ ✱✳ ✱n n✫ ✴or

1.on✳✴p M✱✶ ✱✳ ✵✱sw

a. Definisi Mahasiswa (Rahmawati, 2006)

Mahasiswa merupakan kalangan muda yang berumur antara 19

sampai 28 tahun yang memang dalam usia tersebut mengalami suatu

peralihan dari tahap remaja ke tahap dewasa. Sosok mahasiswa juga

kental dengan nuansa kedinamisan dan sikap kenyataan objektif,

sistematik dan rasional. Kenniston mengatakan bahwa mahasiswa

adalah suatu periode yang disebut dengan studenthood yang terjadi

hanya pada individu yang memasuki post secondary education dan

sebelum masuk ke dalam dunia kerja yang menetap.

b. Mahasiswa Sebagai Agen Perubahan

Mahasiswa mempunyai peran penting sebagai agen perubahan

(agent of change) bagi tatanan kehidupan yang secara realistis dan

logis diterima oleh masyarakat (Chaerul, 2002). Sejalan dengan

pendapat Chaerul, Kartono (Rahmawati, 2006) menyebutkan bahwa

mahasiswa merupakan anggota masyarakat yang mempunyai ciri-ciri

(23)

1) Mempunyai kemampuan dan kesempatan untuk belajar di

perguruan tinggi sehingga dapat digolongkan sebagai kaum

intelegensia.

2) Mahasiswa diharapkan nantinya dapat bertindak sebagai pemimpin

masyarakat ataupun dalam dunia kerja.

3) Mahasiswa diharapkan dapat menjadi daya penggerak yang

dinamis bagi proses modernisasi.

4) Mahasiswa diharapkan dapat memasuki dunia kerja sebagai tenaga

yang berkualitas dan profesional.

c. Ditinjau dari kepribadian individu

Mahasiswa merupakan suatu kelompok individu yang

mengalami proses menjadi orang dewasa yang dipersiapkan atau

mempersiapkan diri dalam sebuah perguruan tinggi dengan keahlian

tertentu.

2.ptu✹✺✸t✹✻

a. Pengertian Spiritualitas

Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang

Maha Kuasa dan Maha Pencipta. Sebagai contoh seseorang yang

percaya kepada Allah sebagai Pencipta atau sebagai Maha Kuasa.

Dimensi spiritual berupaya untuk mempertahankan keharmonisan atau

keselarasan dengan dunia luar, berjuang untuk menjawab atau

(24)

penyakit fisik, atau kematian (Hamid, 2008).

Spiritualitas (spirituality) merupakan sesuatu yang dipercayai

oleh seseorang dalam hubungannya dengan kekuatan yang lebih tinggi

(Tuhan), yang menimbulkan suatu kebutuhan serta kecintaan terhadap

adanya Tuhan, dan permohonan maaf atas segala kesalahan yang

pernah diperbuat (Asmadi, 2008). Stoll (1989; dalam Hamid, 2008)

menguraikan bahwa spiritualitas sebagai konsep dua dimensi, yaitu

dimensi vertikal dan dimensi horizontal. Dimensi vertikal adalah

hubungan dengan Tuhan atau Yang Maha Tinggi yang menuntun

kehidupan seseorang.Dimensi horizontal adalah hubungan seseorang

dengan diri sendiri, dengan orang lain, dan dengan lingkungan.

Spiritualitas mencakup esensi keberadaan individu dan

keyakinannya tentang makna hidup dan tujuan hidup. Spiritualitas

dapat mencakup keyakinan kepada Tuhan atau kekuatan yang lebih

tinggi, praktik keagamaan, keyakinan dan praktik budaya, dan

hubungan dengan lingkungan (Videback, 2008).

b. Konsep Spiritualitas

Konsep yang berhubungan dengan spiritualitas menurut Kozieret

al(2010) yaitu agama, keyakinan, harapan, transendensi, pengampunan.

Agama merupakan sistem keyakinan dan praktik yang terorganisasi.

Agama memberi suatu cara mengekspresikan spiritual dan memberikan

(25)

pertanyaan dan tantangan hidup. Perkembangan keagamaan individu

mengacu pada penerimaan keyakinan, nilai, pedoman pelaksanaan, dan

ritual tertentu.

Keyakinan adalah meyakini atau berkomitmen terhadap sesuatu

atau seseorang. Keyakinan memberi makna bagi kehidupan, memberi

kekuatan pada saat individu mengalami kesulitan dalam kehidupannya.

Keyakinan memberi kekuatan dan harapan (Kozier et al,2010).

Harapan merupakan konsep yang tergabung dengan spiritualitas.

Yaitu proses antisipasi yang melibatkan interaksi berpikir, bertindak,

merasakan, dan keterkaitan yang diarahkan ke pemenuhan di masa

yang akan datang yang bermakna secara personal. Tanpa harapan,

pasien menyerah, kehilangan semangat, dan penyakit kemungkinan

semakin cepat memburuk (Kozieret al,2010).

Transendensi melibatkan kesadaran seseorang bahwa ada

sesuatu yang lain atau yang lebih hebat dari diri sendiri dan suatu

pencarian dan penilaian terhadap sesuatu yang lebih hebat tersebut, baik

itu adalah mahluk, kekuatan, atau nilai yang paling hebat (Kozieret al,

2010).

Kebutuhan akan ampunan merupakan kebutuhan akan ampunan

dari Tuhan, diri sendiri, dan orang lain serta kebebasan individu untuk

mencintai Tuhan, diri sendiri, dan orang lain. Bagi banyak pasien,

penyakit atau kecacatan menimbulkan rasa malu atau rasa bersalah.

(26)

dilakukan di masa lalu. Perawat dapat berperan penting dalam

membantu pasien memahami proses pengampunan (Kozier et al,

2010).

c. Komponen Spiritualitas

Pengertian spiritualitas oleh Wigglesworth ini memiliki dua

komponen, yaitu vertikal dan horizontal:

1) Komponen vertikal, yaitu sesuatu yang suci, tidak berbatas tempat

dan waktu, sebuah kekuatan yang tinggi, sumber, kesadaran yang

luar biasa. Keinginan untuk berhubungan dengan dan diberi

petunjuk oleh sumber ini.

2) Komponen horizontal, yaitu melayani teman-teman manusia dan

alam secara keseluruhan.

d. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Spiritualitas

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi spiritualitas seseorang

adalah tahap perkembangan, keluarga, latar belakang etnik dan budaya,

pengalaman hidup sebelumnya, krisis dan perubahan, terpisah dari

ikatan spiritual, isu moral terkait dengan terapi, dan asuhan

keperawatan yang kurang sesuai (Hamid, 2008).

1) Tahap Perkembangan

Tahap perkembangan spiritual manusia dapat dilihat dari

tahap perkembangan mulai dari bayi, anak-anak, pra sekolah, usia

(27)

dan lanjut usia. Asmadi (2008) menyatakan, usia perkembangan

dapat menentukan proses pemenuhan kebutuhan spiritual, karena

setiap tahap perkembangan memiliki cara meyakini kepercayaan

terhadap Tuhan.

2) Keluarga

Peran orang tua sangat menentukan perkembangan

spiritualitas anak, yang penting bukan apa yang diajarkan oleh

orang tua kepada anaknya tentang Tuhan, tetapi apa yang anak

pelajari mengenai Tuhan, kehidupan, dan diri sendiri dari perilaku

orang tua mereka. Oleh karena itu keluarga merupakan lingkungan

terdekat dan pengalaman pertama anak dalam mempersepsikan

kehidupan di dunia, pandangan anak pada umumnya diwarnai oleh

pengalaman mereka dalam berhubungan dengan orang tua dan

saudaranya.

3) Latar belakang etnik dan budaya

Sikap, keyakinan, dan nilai dipengaruhi oleh latar belakang

etnik dan sosial budaya. Pada umumnya, seseorang akan mengikuti

tradisi agama dan spiritual keluarga. Anak belajar pentingnya

menjalankan kegiatan agama, termasuk nilai moral dari hubungan

keluarga dan peran serta dalam berbagai bentuk kegiatan

keagamaan.

4) Pengalaman hidup sebelumnya

(28)

negatif dapat mempengaruhi spiritualitas seseorang. Sebaliknya,

juga dipengaruhi oleh bagaimana seseorang mengartikan secara

spiritual kejadian atau pengalaman tersebut. Pengalaman hidup

yangmenyenangkan sekalipun dapat menimbulkan perasaan

bersyukur kepada Tuhan, tetapi ada juga yang merasa tidak perlu

mensyukurinya. Peristiwa dalam kehidupan sering dianggap

sebagai suatu cobaan yang diberikan Tuhan kepada manusia untuk

menguji kekuatan imannya.

5) Krisis dan perubahan

Krisis dan perubahan dapat menguatkan spiritual seseorang.

Krisis sering dialami ketika seseorang menghadapi penyakit,

penderitaan, proses penuaan, kehilangan, dan bahkan kematian.

Perubahan dalam kehidupan dan krisis yang dihadapi tersebut

merupakan pengalaman spiritual selain juga pengalaman yang

bersifat fisik dan emosional. Krisis dapat berhubungan dengan

perubahan patofisiologi, terapi/pengobatan yang diperlukan, atau

situasi yang mempengaruhi seseorang.

3.✼ ✽cms✾ ✿

a. Pengertian Kecemasan

Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar

yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan

(29)

secara subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal (Stuart,

2013).

Kecemasan adalah suatu keadaan kekhawatiran pikiran, ketakutan

atau perasaan tidak berdaya yang berhubungan terhadap ancaman atau

kemampuan mengantisipasi bahaya yang tidak teridentifikasi bagi

individu (Kozier, B, 2010).

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

pengertian kecemasan adalah suatu keadan dimana seseorang

mengalami gelisah, kekhawatiran dalam berespon terhadap ancaman

yang tidak jelas dan tidak spesifik dan dihubungkan dengan perasaan

tidak menentu dan tidak berdaya.

b. Faktor Predisposisi Kecemasan

Faktor predisposisi adalah faktor-faktor yang mendorong

individu mengalami kecemasan dan bukan merupakan factor pencetus

kecemasan. Menurut Stuart (2013) faktor predisposisi kecemasan, yaitu:

1) Faktor Psikoanalitik, kecemasan adalah konflik emosional yang

terjadi antara dua elemen kepribadian id dan superego. Id mewakili

dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego

mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh

norma-norma nilai yang dimiliki seseorang. Ego atau Aku, berfungsi

menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan, dan fungsi

ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.

(30)

terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal.

Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti

perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kelemahan spesifik.

Orang dengan harga diri rendah terutama mudah mengalami

perkembangan kecemasan yang berat.

3) Faktor Perilaku, kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala

sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai

tujuan yang diinginkan.

4) Faktor Keluarga, kecemasan merupakan hal yang biasa ditemui

dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan

kecemasan dan gangguan kecemasan dengan depresi.

5) Faktor Biologik, menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor

khusus untuk benzodiazepines. Reseptor ini mungkin membantu

mengatur kecemasan. Penghambat asam aminobutirik-gamma

neuroregulator (GABA) juga mungkin memainkan peran utama

dalm mekaisme biologis berhubungan dengan kecemasan.

c. Faktor Presipitasi Kecemasan

Faktor presipitasi adalah factor yang mencetuskan terjadinya

kecemasan. Menurut Stuart (2013) ada 2 faktor presipitasi kecemasan,

yaitu:

(31)

a) Ancaman integritas diri, meliputi ketidakmampuan fisiologis

atau gangguan terhadap kebutuhan dasar (penyakit, trauma fisik,

pembedahan yang akan dilakukan).

b) Ancaman sistem diri antara lain : ancaman terhadap identitas

diri, harga diri dan hubungan interpersonal, kehilangan serta

perubahan status/peran.

2) Internal:

Menurut Stuart (2013) kemampuan individu dalam merespon

terhadap penyebab kecemasan ditentukan oleh :

a) Stressor

Stressor psikososial merupakan setiap keadaan atau

peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan

seseorang sehingga orang itu terpaksa mengadakan adaptasi.

b) Individu

Seseorang yang memiliki kematangan kepribadian lebih

sukar mengalami gangguan akibat kecemasan, karena individu

yang matur mempunyai daya adaptasi yang lebih besar terhadap

kecemasan.

c) Pendidikan dan Status Ekonomi

Tingkat pendidikan dan status ekonomi yang rendah pada

seseorang akan menyebabkan orang tersebut mudah mengalami

kecemasan. Tingkat pendidikan seseorang atau individu akan

(32)

tingkat pendidikan akan semakin mudah berfikir rasional dan

menangkap informasi baru termasuk dalam menguraikan

masalah yang baru.

d) Keadaan fisik

Seseorang yang mengalami gangguan fisik seperti cidera,

operasi akan mudah mengalami kelelahan fisik sehingga lebih

mudah mengalami kecemasan, di samping itu orang yang

mengalami kelelahan fisik lebih mudah mengalami kecemasan.

e) Tipe kepribadian

Orang yang berkepribadian A lebih mudah mengalami

gangguan akibat kecemasan daripada orang dengan kepribadian

B. Adapun ciri-ciri orang dengan kepribadian Aadalah tidak

sabar, kompetitif, ambisius, ingin serba sempurna, merasa

diburu-buru waktu, mudah gelisah, tidak dapat tenang, mudah

tersinggung, otot-otot mudah tegang.Sedangkan orang dengan

kepribadian B mempunyai ciri-ciri yang berlawanan dengan tipe

kepribadian A. Karena orang dengan tipe kepribadian B adalah

orang yang penyabar, tenang, teliti, dan rutinitas.

f) Lingkungan dan situasi

Seseorang yang berada di lingkungan asing ternyata lebih

mudah mengalami kecemasan dibanding bila dia berada

dilingkungan yang biasa dia tempati.

(33)

Seseorang yang mempunyai umur lebih muda ternyata

lebih mudah mengalami gangguan akibat kecemasan dari pada

seseorang yang lebih tua, tetapi ada juga yang berpendapat

sebaliknya.

d. Tingkat Kecemasan

Menurut Stuart (2013) tingkat kecemasan ada 4 yaitu:

1) Kecemasan Ringan

Kecemasan ini berhubungan dengan ketegangan dalam

kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi

waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan dapat

memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.

Respon cemas ini seperti sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan

darah naik, gejala ringan pada lambung, muka berkerut, bibir

bergetar, lapang perpepsi meluas, konsentrasi pada masalah,

menyelesaikan masalah secara selektif, tidak dapat duduk dengan

tenang, tremor halus pada tangan.

2) Kecemasan Sedang

Kecemasan ini memungkinkan seseorang untuk

memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang

lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun

dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Respon kecemasan ini

seperti sering nafas pandek, nadi dan tekanan darah meningkat,

(34)

rangsang dari luar tidak mampu di terima, bicara banyak, susah

tidur, dan perasaan tidak enak.

3) Kecemasan Berat

Kecemasan ini mengurangi lahan persepsi seseorang.

Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang

terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir tentang hal lain.

Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang

tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan

pada suatu area lain. Respon kecemasan ini seperti nafas pendek,

nadi dan tekanan darah meningkat, berkeringat, sakit kepala,

penglihatan kabur, ketegangan, lapang persepsi sangat sempit,tidak

mampu menyelesaikan masalah, verbalitas, dan perasaan ancaman

meningkat.

4) Tingkat Panik

Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Rincian

terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan kendali,

orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu

walaupun dengan pengarahan. Panik mengakibatkan disorganisasi

kepribadian. Dengan panik, terjadi peningkatan aktivitas motorik,

menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain,

persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran rasional.

Respon kecemasan ini seperti nafas pendek, rasa tercekik,

(35)

sempit, marah, ketakutan, berteriak- teriak, dan persepsi kacau.

Antisipasi Ringan Sedang Berat

Panik

Rentang respon kecemasan terdiri dari respon adaptif dan

maladaptif. Respon adaptif seseorang menggunakan koping yang

bersifat membangun (kontruktif) dalam menghadapi kecemasan

berupa antisipasi. Respon maladaptif merupakan koping yang

bersifat merusak (destruktif). Seperti individu menghindar dari

orang lain atau mengurung diri dan tidak mau mengurus diri

(Stuart, 2013).

e. Gejala Kecemasan

Menurut Stuart (2013) gejala kecemasan ditandai dari 4 aspek

respon yaitu :

1) Respon fisiologis

a) Kardiovaskuler, meliputi: palpitasi, jantung berdebar, tekanan

darah meningkat, rasa mau pingsan, pingsan, tekanan darah

menurun, denyut nadi menurun.

(36)

b) Pernafasan, meliputi: nafas sangat pendek, nafas sangat cepat,

tekanan pada dada, napas dangkal, pembengkakan pada

tenggorokan, sensasi tercekik, terengah-engah.

c) Neuromuskuler, meliputi: refleks meningkat, reaksi kejutan,

mata berkedip-kedip, insomnia, tremor frigiditas, wajah

tegang, kelemahan umum kaki goyah, gerakan yang janggal.

d) Gastrointestinal, meliputi: kehilangan nafsu makan, menolak

makanan, rasa tidak nyaman pada abdomen, mual, rasa

terbakar pada jantung, diare.

e) Traktus urinarius, meliputi: tidak dapat menahan kencing,

sering berkemih.

f) Kulit, meliputi: wajah kemerahan sampai telapak tangan, gatal,

rasa panas, wajah pucat, berkeringat seluruh tubuh.

2) Respon perilaku

Respon perilaku yang sering terjadi yaitu: gelisah, ketegangan

fisik, tremor, gugup, bicara cepat, kurang kordinasi, cenderung

mendapat cidera, menarik dari masalah, menhindar, hiperventilasi.

3) Respon kognitif

Perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam

memberikan penilaian, preokupsi, hambatan berfikir bidang

persepsi menurun, kreativitas menurun, produktivitas menurun,

bingung, sangat waspada, kesadaran diri meningkat, kehilangan

(37)

takut pada cedera dan kematian.

4). Respon afektif

Mudah tersinggung, tidak sabar, gelisah, tegang, nervus,

katakutan, terror, gugup, gelisah.

4. M❀❁❂❃❄sm❀❅opng a. Pengertian Koping

Menurut Lazarus seperti yang dikutip oleh Stuart (2013) koping

terdiri atas usaha kognitif dan perilaku yang dilakukan untuk mengatur

hubungan eksternal dan internal tertentu yang membatasi sumber

seseorang. Koping dapat adaptif (efektif) dan maladaptif (inefektif),

sedangkan Pearlin dan Schooler mengemukakan bahwa koping adalah

suatu respon (perilaku atau persepsi kognitif) terhadap ketegangan

hidup eksternal yang bertindak untuk mencegah, menghindari,

mengontrol distress emosi.

Koping individu didefinisikan sebagai respon yang positif, sesuai

dengan masalah, afektif, persepsi dan respon perilaku yang digunakan

individunya dan subsistemnya untuk memecahkan suatu masalah atau

mengurangi stress yang diakibatkan oleh masalah atau peristiwa.

Koping individu merupakan proses yang aktif dimana individu

menggunakan sumber-sumber dalam individu dan mengembangkan

perilaku baru yang bertujuan untuk menumbuhkan kekuatan dalam

(38)

b. Sumber koping

Untuk mengatasi suatu kecemasan, individu akan menggerakkan

sumber koping di lingkungannya. Menurut Kozier dan Erb (2009), ada

5 sumber koping yang mampu membantu individu beradaptasi dengan

stressor yaitu modal ekonomi, ketrampilan dan kemampuan

menyelesaikan masalah, tehnik pertahanan, dukungan sosial dan

motivasi. Menurut Stuart (2013), sumber koping individu terdiri dari

dua jenis yaitu sumber koping internal dan eksternal.

1) Sumber koping internal

Sumber internal ini meliputi kesehatan dan energi yang

dimilikinya, kepercayaan seseorang menyangkut kepercayaan iman

atau agama dan juga kepercayaan eksistensi, komitmen atau tujuan

hidup, harga diri, kontrol dan kemahiran seseorang. Selain itu

pengetahuan, keterampilan pemecahan masalah dan keterampilan

sosial juga mempengaruhi mekanisme Koping individu yang

bersumber dari internal. Karakteristik kepribadian yang tersusun

atas kontrol, komitmen dan tantangan merupakan sumber

mekanisme Koping yang paling tangguh. Pribadi yang tangguh

menerima stresor sebagai sesuatu yang dapat diubah sehingga dapat

dikontrol. Individu tersebut menerima situasi yang berpotensi

menimbulkan stres menjadi suatu hal yang menarik dan berarti

(39)

dipandang sebagai kesempatan untuk bertumbuh sehingga

dianggap sebagai tantangan.

2) Sumber koping eksternal

Dukungan sosial merupakan sumber-daya eksternal yang

utama. Dukungan sosial sebagi rasa memiliki informasi terhadap

seseorang atau lebih dengan tiga kategori. Kategori informasi

pertama membuat orang percaya bahwa dirinya diperhatikan atau

dicintai. Kategori ini sering muncul dalam hubungan antara dua

orang dimana kepercayaan mutual dan keterikatan diekspresikan

dengan cara saling menolong untuk memenuhi kebutuhan bersama.

Kategori informasi yang kedua menyebabkan seseorang merasa

bahwa dirinya dianggap atau dihargai. Hal ini paling efektif saat

ada pengumuman publik mengenai betapa kedudukannya di dalam

kelompok cukup terpandang. Keadaan tersebut akan menaikkan

perasaan harga diri sehingga disebut sebagai dukungan harga diri.

Kategori informasi ketiga membuat seseorang merasa bahwa

dirinya merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan saling

ketergantungan. Informasi disebarkan oleh anggota jaringan,

dimana setiap anggota jaringan memahami informasi tersebut dan

menyadari bahwa informasi tersebut telah disebarkan diantara

mereka. Dukungan sosial akan meningkatkan kepribadian mandiri,

sebaliknya tidak menyebabkan ketergantungan.

(40)

Stategi yang dipakai dalam masing-masing penggolongan

mekanisme koping menurut Nasir dan Muhith (2011):

1) Strategi yang digunakan dalamproblem focused coping:

a) Confrontatitive coping

Usaha untuk mengubah keadaan yang dianggap menekan

dengan cara yang agresif, tingkat kemarahan yang cukup

tinggi, dan pengambilan risiko.

b) Seeking social support

Usaha untuk mendapatkan kenyamanan emosional dan

bantuan informasi dari orang lain.

c) Planful problem solving

Usaha untuk mengubah keadaan yang dianggap menekan

dengan cara yang hati-hati, bertahap, dan analitis.

2) Strategi yang digunakan dalamemotional focused coping:

a) Self control

Usaha untuk mengatur perasaan ketika menghadapi situasi

yang menekan.

b) Distancing

Usaha untuk tidak terlibat dalam permasalahan, seperti

menghindar dari permasalahan atau dengan menciptakan

pandangan-pandangan yang positif terhadap permasalahan.

(41)

Usaha mencari makna positif dari permasalahan dengan

berfokus pada pengembangan diri, biasanya juga melibatkan

hal hal yang bersifat religious.

d) Accepting responsibility

Usaha untuk menyadari tanggung jawab diri sendiri dalam

permasalahan yang dihadapinya dan mencoba menerima untuk

membuat semua menjadi lebih baik. Strategi ini sangat baik

jika permasalahan yang terjadi karena pikiran dan tindakan

yang dilakukan oleh diri sendiri.

e) Escape / avoidance

Usaha untuk mengatasi situasi menekan dengan lari dari

siruasi tersebut atau menghindarinya dengan beralih pada hal

lain seperti makan, minum, merokok, atau menggunakan

(42)

B. ❆❇r❈❉g❊❈❆❋❇onp

Cemas

Mekanisme Koping

Tingkat Kecemasan

Lebih Rendah Lebih Tinggi

External :

1. Beban kuliah 2. Ujian

Internal:

1. Stressor 2. Individu

3. Pendidikan dan Status Ekonomi.

4. Keadaan fisik 5. Tipe kepribadian 6. Lingkungan dan situasi 7. Usia

Keluarga

Interpersonal

Psikososial

Perilaku

Biologi Internal

1. Spiritualitas

External

Faktor Presipitasi

Faktor Predisposisi

(43)

C. Hpot❍■ ●s

a. Hubungan antara tingkat kecemasan dan pola koping

H0 : Tidak ada hubungan antara tingkat spiritualitas dan mekanisme koping

H1: Ada hubungan antara tingkat spiritualitas dan mekanisme koping

b. Hubungan antara tingkat spiritualitas. dengan tingkat kecemasan

H0 : Tidak ada hubungan tingkat spiritualitas dengan tingkat kecemasan.

H1 : Ada hubungan tingkat spiritualitas dengan tingkat kecemasan. : Diteliti

(44)

❏ ❑

waktu penelitian, instrument yang digunakan dalam penelitian serta teknik

pengambilan dan pengolahan data dalam penelitian ini. Selain itu dalam Bab III

ini juga dijelaskan tentang etika penelitian.

▼❲❙esa❚❳inn elitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi

yaitu untuk melihat hubungan antara variabel satu dengan yang lainya

(Nursalam, 2013). Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui hubungan

antara tingkat Spiritualitas Terhadap tingkat kecemasan dan mekanisme koping

mahasiswa tingkat pertama FKIK UMY 2015/2016. Sedangkan pendekatan

yang digunakan dalam penelitian ini adalah ❨❩❬ ❭❭ ❭ ❪ ❨❫❴❬ ❵❛ ❜ yaitu melakukan

pengukuran atau pengamatan dalam sewaktu (Hidayat, 2007).

▲❲ ❚opulasi danampel ❚ ❳nlitiaen

1. Populasi

Populasi merupakan seluruh objek atau subjek penelitian yang memiliki

kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan ditarik kesimpulan (Nursalam, 2013). Populasi dalam

penelitian ini adalah mahasiswa tingkat pertama FKIK UMY tahun ajaran

2015/2016 dari semua jurusan yang ada di FKIK yaitu Kedokteran Umum

(170 Mahasiswa), Farmasi (90 Mahasiswa), PSIK (140 Mahasiswa) dan

(45)

2. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang diteliti atau sebagian jumlah

dan karakteriktik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2007). Sampel

dalam penelitian ini adalah mahasiswa tingkat pertama FKIK UMY

angkatan 2015. Pemilihan sampel menggunakan tehnik ❢❣ ❤✐ ❤❣ ❥❦ ❤❧♠ ♥

♦♠❧♣❤q r♠q✐ ♥❦ ❧s yaitu dengan menentukan jumlah keseluruhan sampel

yang dibutuhkan lalu membagi setiap sampel sesuai dengan perbandingan

jumlah mahasiswa setiap jurusan di FKIK UMY. Pada pengambilan

sampel penelitian, peneliti menggunakan rumus untuk menentukan besar

sampel yang kurang dari 1000, dengan jumlah populasi 510 yaitu :

n =

t t

224

Dimana :

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

d = Tingkat signifikan (0,05)

KU : 170/224x100 = 68

Farmasi : 90/224x100 = 42

KG : 110/224x100 = 52

PSIK : 140/224x100 = 62

Jadi jumlah total sampel dalam penelitian adalah mahasiswa 224

mahasiswa. Dengan sampel masing-masing jurusan yaitu Kedokteran Umum

(46)

responden yang akan dipilih dalam penelitian peneliti menggunakan bantuan

✈ ✇①②③ ④⑤ ⑥ ⑦ ⑧⑨⑤ ✇⑩ ✇①② Office Excel dengan rumus =Rand() dengan

memisahkan antara jenis kelamin laki-laki dan jenis kelamin perempuan

untuk menghindari pemilihan sample laki-laki yang terlalu sedikit.

3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Penentu kriteria sampel sangat membantu penelitian untuk

mengurangi bias hasil penelitian, khususnya jika terdapat variabel- variabel

(control atau perancu) yang ternyata mempunyai pengaruh variabel yang

kita teliti. Kriteria sampel dapat dibedakan menjadi dua yaitu inklusidan

eksklusi(Nursalam, 2013).

a. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari

suatu populasi target yang terjangkau yang diteliti. Pertimbangan ilmiah

harus menjadi pedoman dalam menentukan kriteria inklusi (Nursalam,

2013). Kriteriainklusidalam penelitian ini adalah :

1) Mahasiswa aktif FKIK UMY angkatan 2015.

2) Mahasiswa Indonesia.

3) Sehat secara fisik dan mental.

4) Sudah mengikuti masa ta aruf mahasiswa baru.

5) Bersedia menjadi koresponden.

b. Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek

yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab

(47)

1) Mahasiswa yang sudah menikah/ berusia lebih dari 22

tahun.

2) Mahasiswa yang tidak hadir/ tidak bersedia mengisi

kuesioner.

3) Mahasiswa yang sakit

❸❹❺empat dan ❻❼❽tuenelitian

1. Tempat Penelitian.

Penelitian ini dilakukan di FKIK UMY dengan mempertimbangkan

perbedaan system pembelajaran di FKIK karena menggunakan sistem Blok

yang berbeda dengan fakultas lain di UMY. Sistem blok mengharuskan

mahasiswa dalam satu jurusan mengambil mata kuliah yang sama, sehingga

dapat mengurangi bias yang berpengaruh terhadap penyebab kecemasan

mahasiswa tingkat pertama.

2. Waktu Penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan juni hingga juli 2015.

❿❹❿efinisiperasional

(48)

abel ➄ ➅ ➆➇efinisi perasional

No Variabel Definisi Operasional

Alat Ukur Hasil Ukur Skala

(49)

➊➋➌ariabel enelitian

a. Variabel Bebas (independent).

Variabel bebas (independent) adalah variabel yang nilainya

menentukan variabel lain. Suatu kegiatan stimulus yang dimanipulasi oleh

peneliti menciptakan suatu dampak pada variabel dependent (Nursalam,

2013). Dalam penelitian ini variabelindependent adalah tingkat spiritualitas

mahasiswa tingkat pertama.

b. Variabel Tergantung (dependent ).

Variabel tergantung (dependent) adalah variabel yang nilainya

ditentukan oleh variabel lain. Variabel respon muncul sebagai akibat dari

manipulasi variabel-variabel lain (Nursalam, 2013). Dalam penelitian ini

variabel dependent adalah tingkat kecemasan mahasiswa tingkat pertama

dan mekanisme koping mahasiswa tingkat pertama.

➎➋ ➏ ➐strumneenelitian

Alat yang digunakan dalam pengumpulan data kuesioner. Kuesioner

merupakan alat ukur berupa angket atau kuesioner dengan beberapa

pertanyaan (Nursalam, 2013). Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari 3

kuesioner, yaitu:

1. Kuesioner ZSAR-S (Zung Self Anxiety Rating-Scale)

Untuk mengetahui tingkat kecemasan mahasiswa tingkat pertama,

peneliti menggunakan instrumen berupa kuesioner. Peneliti menggunakan

kuesioner Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS/SRAS). Zung Self-Rating

(50)

WK Zung, dikembangkan berdasarkan gejala kecemasan dalamDiagnostic

and Statistical Manual of Mental Disorders(DSM-II).

Zung Self-Rating Anxiety Scalememiliki 20 pertanyaan yang terdiri

dari 15 pertanyaanUnfavourabledan 5 pertanyaanFavourable.

abe➔→l ➣↔rtaenyanai ngkat Kecemasan

Setiap pertanyaanfavourabledanunfavourablememiliki penilaian/

penskoran yang berbeda, penilaiannya sebagai berikut:

bea➔→l ➔➓ik penkenilaian instrumen Zung Self-Rating Anxiety Scale

Selanjutnya skor yang di capai dari semua item pertanyaan di

jumlahkan, kemudian skor yang di dapat dikategorikan menjadi 4 kriteria

tingkat kecemasan (Nursalam, 2013) yaitu:

1. Normal/tidak cemas : Skor 20-44

2. Kecemasan ringan : Skor 45-59

3. Kecemasan sedang : Skor 60-74

4. Kecemasan berat : Skor 75-80

(51)

2. KuesionerSpirituality Perspective Scale

Kuisioner Spirituality Perspective Scale merupakan kuisioner yang

terdiri dari 10 pertanyaan yang menggunakan skala likert dengan pilihan

jawaban:

a. Hampir Setiap Hari

b. Hampir Setiap Minggu

c. Hampir setiap bulan

d. Hampir setiap tahun

e. Tidak pernah sama sekali

Dengan kategori skor :

a. 46-50 : Spiritualitas Sangat Tinggi

b. 37-45 : Spiritualitas Tinggi

c. 28-36 : Spiritualitas Sedang

d. 19-27 : Spiritualitas Rendah

e. 10-18 : Spiritualitas Sangat Rendah

Semua pertanyaan dalam kuisioner ini bersifatfavorable.

3. COPE SCALE (Kuisioner Mekanisme Koping)

Kuesinoer mekanisme koping menggunakan kuesioner Cope scale

dari Lazarus and Folkman (University of California, San Francisco)

Carver et al (1989) yang telah di modifikasi menjadi 20 butir pertanyaan.

Instrumen penelitian ini menggunakan daftar pertanyaan yang berbentuk

kuesioner, terdiri dari pertanyaanunfavourable dan pertanyaan favourable

(52)

Responden hanya diminta untuk memberikan tanda centang () pada

jawaban yang dianggap sesuai dengan responden. Penilaian pada kuesioner

ini yaitu dengan skor 1 (Tidak pernah), 2 (kadang-kadang), 3 (sering), 4

(selalu).

Skor individu dihitung dengan menjumlahkan masing-masing

komponen PFC dan EFC sehingga didapat 2 skor pada setiap individu.

Dari distribusi kedua skor tersebut dapat diperoleh mean (M) dan standar

deviasi (S) masing-masing yaitu MPFC, MEFC, SPFC, SEFC, skor mentah

subjek diubah menjadi skor Z, yaitu:

ZPFC=(XPFC-MPFC)/SPFC

ZEFC=(XEFC-MEFC)/SEFC

Skor Z inilah yang digunakan sebagai dasar pengkategorian

mekanisme koping menjadi PFC dan EFC dengan kriteria, jika:

ZPFC> ZEFCtergolong kelompok PFC

(53)

able ➟ ➠➡Kisikisi soal mismnakee koping pada remaja

➤➠➥araengumpulanata

1. Cara Pengumpulan Data.

a. Data Primer.

Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung oleh peneliti,

data yang dikumpulkan merupakan data yang langsung diperoleh dari

responden dengan menggunakan kuesioner (Sarwono, 2006). Dalam

penelitian ini data primer didapat dari pengumpulan data berupa kuisioner

identitas, tingkat kecemasan, tingkat spiritualitas dan mekanisme koping.

b. Data Sekunder.

Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari

berbagai catatan atau informasi yang telah ada atau telah dikumpulkan

oleh orang lain dan dapat digunakan kapan saja saat dibutuhkan

(Sarwono, 2006). Dalam penelitian ini data sekunder didapat dari

bagian kemahasiswaan yang berupa jumlah mahasiwa tingkat pertama

laki-laki dan perempuan di setiap jurusan FKIK UMY.

o Komponen yang diukur

omor item

pertanyaanotalEmotional focused coping

Confrontive coping 7, 11, 16 3

Seeiking social support 2, 3, 12 3

Planful problem solving 1, 9, 14, 15 4 ➭ Problem focused coping

Self controlling 10, 4, 20 3

Distancing 6, 8 2

Positive reappraisal 13, 17, 18 3

Escape / avoidance 5, 19 2

(54)

➸➺➻➼ ➽annyaenelitian

1. Persiapan

Tahap persiapan dilakukan pada bulan September hingga bulan

Oktober tahun 2015. Pada tahap persiapan peneliti menentukan topik

penelitian dan melakukan studi fenomena sesuai dengan topik penelitian

yang dipilih di FKIK UMY. Selanjutnya peneliti mengajukan judul sesuai

dengan fenomena yang ditemukan yaitu kecemasan pada mahasiswa baru

FKIK UMY. Peneliti menyusun proposal penelitian mengikuti ujian

proposal, melakukan revisi proposal penelitian, kemudian mengurus izin

untuk melakukan penelitian di FKIK UMY.

2. Pelaksanaan

Peneliti memulai proses penelitian pada bulan Juni 2015 yang meliputi:

a. Meminta izin setiap prodi untuk melakukan penelitian.

b. Meminta bantuan kosema masing-masing prodi untuk menyebarkan

informasi mengenai penelitian yang meliputi tujuan penelitian, waktu

dan tempat pengambilan data, serta teknis pengambilan data.

c. Meminta ketersediaan mahasiswa untuk ikut serta sebagai responded

penelitian.

d. Memberikan mahasiswa lembar permohonan dan persetujuan menjadi

responden penelitian.

e. Mahasiswa yang bersedia menjadi responden diberikan lampiran yang

berisi kuisioner kecemasan, kuisioner tingkat spiritualitas dan kuisioner

(55)

f. Responden mengsisi kuisioner yang telah diberikan.

g. Responden mengumpulkan kuisioner di wadah yang telah disediakan

peneliti.

3. Tahap Penilaian

Setelah semua kuisioner dikumpulkan peneliti memeriksa kelengkapan

data yang disisi oleh responden kemudian dianalisa menggunakan

perangkat lunak SPSS.

4. Tahap Akhir

Pada tahap ini dilakukan pembahasan hasil data yang sudah diolah.

Kemudian seminar hasil penelitian dan revisi hasil penelitian yang sudah

dilakukan.

➶➹ ➘ji aliditas daeliabilitans

1. Uji Validitas

a. Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS/SRAS)

Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS/SRAS) merupakan kuesioner

baku dalam bahasa inggris yang dirancang oleh William WK Zung.

Kemudian kuesioner ini telah dialih bahasakan ke dalam bahasa

indonesia dan dijadikan sebagai alat pengukur kecemasan yang sudah

teruji validitas dan reliabilitasnya (Nursalam, 2013). Hasil uji validitas

tiap pertanyaan kuesioner dengan nilai terendah 0,663 dan tertinggi

adalah 0,918 (Nasution, et al., 2013) Suatu pertanyaan dikatakan valid

(56)

pertanyaan tidak valid. Tingkat signifikansi yang digunakan 5% atau

0,05 (Hidayat, 2007).

b. Kuisioner Spirituality Perspective Scale

Kuisioner Spirituality Perspective Scale memiliki koefisien korelasi

total sebesar 0.20 sehingga kuisioner tersebut dikatakan vaid dan layak

untuk digunakan dalam penelitian ini.

c. Kuisioner Pola Koping

Kuisioner pola koping yang digunakan untuk mengukur pola

koping merupakan adaptasi dari kuisioner COPE yang telah dilakukan

uji validitas dengan hasil uji reliabilitas kuesioner mekanisme koping

sebesar 0,79.

2. Uji Reliabilitas

a. Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS/SRAS)

Uji reliabilitas merupakan cara untuk mengukur kosistensi sebuah

instrumen penelitian. Instrumen dikatakan reliabel jika alat ukur yang

digunakan tersebut menunjukan hasil yang konsisten. Instrument yang

reliabel menghasilkan data yang di percaya. Pertanyaan dikatakan

reliabel apabila didapatkan nilai Alpha Cronbach lebih dari konstanta

(>0,6). Hasil uji reliabilitas menunjukan angka 0,829 sehingga kuesioner

dikatakan reliabel (Nasution,et al., 2013).

Peneliti tidak melakukan uji validitas dan reliabilitas karena

kuesioner yang di adobsi merupakan kuesioner baku dan di jadikan

(57)

2013). Nilai validitas terendah 0,663 dan tertinggi adalah 0,918

sedangkan hasil uji reliabilitas diperoleh nilai alpha sebesar 0,829

(Nasution,et al., 2013)

d. Kuisioner Spirituality Perspective Scale

Kuisioner Spirituality Perspective Scale merupakan kuisioner yang

reliable dengan koefisien alpha conbach 0,780 dan dapat digunakan untuk

penelitian ini.

e. Kuisioner Pola Koping COPE

Kuesioner mekanisme koping diadopsi dari kuesioner baku Cope

scale yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Pusat

Pelatihan Bahasa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Kuesioner

mekanisme koping sudah dilakukan uji validitas pada mahasiswa Program

Studi Ilmu Keperawatan Tahun Ajaran 2014/2015 Universitas Aisyiyah

Yogyakarta pada 35 mahasiswa dengan menggunakan ujiPearson Product

Moment.Pada kuesioner ini terdapat 20 item yang valid dari 66 pertanyaan

meliputi nomor 1, 5, 8, 10, 11, 12, 17, 21, 26, 27, 28, 31, 38, 39, 52, 55,

56, 57, 58, 63 dengan hasil uji validitas bergerak antara 0,34 0,53 dan

dianggap valid.

✃❐ ❒eknikengolahan danalin s is Ïata

1. Teknik Pengolahan Data.

Data yang telah dikumpulkan (data mentah) kemudian diolah.

Pengolahan data dimaksudkan sebagasi suatu proses untuk memperoleh

(58)

tertentu. Data tersebut bisa berupa jumlah (total), rata-rata (average),

persentasi (percentage) dan sebagainya (Sugiyono, 2005).

Dalam melakukan pengolahan data meliputi langkah-langkah sebagai

berikut :

a. Memeriksa (editing).

Tahap ini dimaksudkan untuk menyunting data yang terkumpul

dengan cara memeriksa kelengkapan, kesalahan pengisian dan

konsentrasi dalam setiap jawaban pertanyaan. Editing dilakukan oleh

peneliti ditempat pengumpulan data, dari hasil pemeriksaan kuesioner

tidak didapatkan kuesioner yang rusak atau kesalahan dalam pengisian.

b. Memberi Kode (coding).

Coding harus dilakukan secara konsisten karena hal tersebut sangat

menentukan reliabiltas. Memberi kode pada setiap variabel digunakan

untuk mempermudah peneliti dalam melakukan tabulasi dan analisis

data. Hal ini penting untuk dilakukan karena alat yuang digunakan

untuk analisis data adalah komputer melalui program SPSS yang

memerlukan kode tertentu. Kode yang diberikan untuk masing-masing

interpretasi dari hasil pengisian kuesioner yaitu :

1) KuesionerSirituality Perspective Scale

a) Spiritualitas Sangat Tinggi : 1

b) Spiritualitas Tinggi : 2

c) Spiritualitas Sedang : 3

(59)

e) Spiritualitas Sangat Rendah : 5

2) KuesionerSAR-S

a) Normal/tidak cemas : 1

b) Kecemasan ringan : 2

c) Kecemasan sedang : 3

d) Kecemasan berat : 4

3) KuesionerCOPE

a) EFC : 1

b) PFC : 2

4) Jenis Kelamin

a) Perempuan : 1

b) Laki-laki : 2

5) Program Studi

a) KU : 1

b) PSIK : 2

c) KG : 3

d) Farmasi : 4

c. Tabulasi Data (tabulating).

Kegiatan memasukkan data hasil penelitian ke dalam tabel-tabel

sesuai dengan kriterianya. Peneliti membuat tabel-tabel bantu untuk

pengelompokan data agar mudah dibaca dan dipahami.

d. Memasukan data (data entry)

(60)

tertentu untuk selanjutnya dilakukan analisis data dengan

menggunakan komputerasisasi.

e. Pembahasan hasil penelitian

Membahas hasil penelitian dan mengkonsultasikannya kepada

pembimbing (Sugiyono, 2005).

2. Analisis Data.

Pengelolaan data dan analisis data dilakukan dengan komputer

menggunakan SPSS (Statistical Program and Service Solution). Data yang

diperoleh dianalisis dengan teknik sebagai berikut :

a. AnalisisUnivariate.

Analisis univariate digunakan untuk mendeskripsikan

masing-masing variabel, analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan

prosentase dari tiap variable baik variabel bebas maupun variabel

terikat (Notoatmodjo, 2005). Dalam penelitian ini analisis univariate

dilakukan pada variabel tingkat kecemasan, tingkat spiritualitas dan

mekanisme koping.

b. AnalisisBivariate.

Analisa bivariate yaitu analisis yang dilakukan untuk mengetahui

hubungan dua variabel yang meliputi variabel bebas dan variabel

terikat. Pada penelitian ini aka nada 2 analisis bivariat yaitu :

1) Analisa hubungan tingkat spiritualitas dengan tingkat kecemasan

Uji yang digunakan adalah uji korelasi spearman karena data

(61)

Ordinal-Ordinal untuk hubungan tingkat spiritualitas dengan tingkat

kecemasan. Peneliti menggunakan bantuan software SPSS

melakukan analisa data pada penelitian ini.

2) Analisa hubungan tingkat spiritualitas dengan mekanisme koping

Skala yang digunakan dalam analisa data ini adalah skala

Ordinal-nominal untuk hubungan tingkat spiritualitas dengan

mekanisme koping dengan singkat spiritualitas sebagai variable

independen dan mekanisme koping sebagai variabel dependen.

Analisis data yang digunakan adalah analisis data

Kolmogorov-Smirnov dengan nilai p < ,0,05 (Nursalam, 2013). Uji

kolmogorov-Smirnov dilakukan sebagai pengganti uji Chi-Square karena data

penelitian tidak memenuhi syarat untuk dilakukan uji Chi-Square

karena ada lebih dari 20% data dengan expected countkurang dari

5 Peneliti menggunakan bantuan software SPSS dalam melakukan

analisa data penelitian ini.

KÖ×tika Øenelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan mengutamakan dasar etik melalui

berbagai pertimbangan namun tetap menjunjung tinggi hak-hak otonomi

manusia sebagai responden. Penelitian ini sebelumnya sudah diuji etik

dengan nomor 252/EP-FKIK UMY/VIII/2016. Adapun prinsip yang harus

diperhatikan dalam penelitian:

(62)

Pada penelitian ini peneliti menghormati hak-hak responden untuk

mengetahui tujuan dari penelitian yang dilaksanakan serta hak-hak untuk

berpartisipasi dengan cara menyediakan lembar persetujuan (informed

consent) yang berisi penjelasan mengani manfaat penelitian, resiko dan

ketidaknyamanan yang ditimbulkan, manfaat yang didapat, kesediaan

peneliti untuk menjawab pertanyaan responden mengenai responden,

persetujuan untuk mengundurkan diri, dan jaminan anonimitas dan

kerahasiaan informasi responden. Lembar persetujuan kemudian

ditandatangani apabila responden bersedia.

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for

privacy and confidentiality).

Peneliti menjaga kerahasiaan informasi dan identitas responden

dalam lembar pengumpulan data penelitian. Responden tidak disarankan

untuk menuliskan nama, namun apabila responden menuliskan nama

maka nama dirubah dengan kode pada input data. Informasi yang dapat

dicantumkan hanya informasi yang sesuai dengan perintah yang terdapat

pada lembar kuesioner.

3. Keadilan dan inklusivitas/keterbukaan (respect for justice and

inclusiveness).

Peneliti menjaga prinsip keterbukaan dan keadilan dengan kejujuran,

keterbukaan, dan kehati-hatian. keterbukaan disini dijaga dengan

(63)

latar belakang jender, agama, dan etnis responden dalam melakukan

intervensi.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing

harms and benefits).

Peneliti berusaha semaksimal mungkin untuk meminimalisir dampak

yang merugikan responden dan memaksimalkan manfaat yang didapat

selama proses penelitian. Hasil penelitian ini juga tidak digunakan untuk

(64)

Ý Þ A. Gambaran Tempat Penelitian

ßàá àâãäãå áã áãæãâåç èçå áæãéåçèâäå êëâì èí àæ îçä àïå áðå áëâì èí àêàñåäå áò óáãôàïêãäå ê õè ñåì ìåæ ãå ñy öî÷å çå ïä åy yå á÷ ä àïâ àäåç æã øåâå á ùã á÷çåï ú àâåäå áò ûåì å áäã ïä îò íå êã ñå áò üå áä èâò öî÷åç å ïy äå ýóáãôàï êãäå êõèñåìì åæãå ñy öî÷å çå ïäåy ì àï èþåçå áêåâå ñêåä èóáãôàïêãäå êúÿå êäå åôî ïãäæàá÷å áåçïàæ ãäå êã ✁æ ã ð ëöý éåç èâäå êíàæîç ä àïå áðå á ëâì è íàêàñåäå áóõöê àáæã ïã ì àï èþåçå á êåâå ñêåä è åçèâäå êå á÷y åæåæ ãóáãôàï êãäå êõè ñåìì åæãå ñy öî÷åç å ïäåy æàá ÷å á ✂ èì âå ñ ìå ñå êã êÿå ñã á÷ ÷å ✄☎☎ ñã á÷÷å ✆☎☎ ìå ñåã êÿå æ ã ê àäãåþ å á÷çåä å ááåy y

å á÷ä àï✝å÷ãå çàæ åâåì ✞ þïî÷ïåì êä èæã yåãä è íàæîç ä àïå áóìèìò íàæîç ä àïå á ✟ã÷ãòíàþàïåÿåäå áæ å áéå ïì å êã ý

✠ã êã éåç èâäå ê ëâìè íàæîç ä àïå á æ å á ëâì è íàêàñåäå á óáãôàï êãäåê õèñåìì åæãå ñy öî÷åy ç å ïäå ê àáæ ã ïã yåãä è þåæ å äå ñè á ✡☎ ✡☎ ìàá✂åæ ã éåçèâäå ê íàæ îçä àïå áæ å á ëâìèí àêàñåäå áå á÷y ✝àïäåä åç àâ îâå ✝åãç æå áìå áæã ïãò✝àï✝å êã ê ✝èçäã æ åâåì þàá÷àì✝å á÷å á ãâìè æ å á ä àçáîâ î÷ãò ✝àïåç å ï þåæå ê î êã î ☛✝èæååy ëáæîá àêãå yå á÷ ã êâåì ãò ✝àïìå áååä èáä èç çàìå êâå ñåäå á èì åä æ å á ä àïì å ê èç y

å á÷ê à✝å÷åã yå á÷ä àï✝åãçæã✁ êãå ý

Gambar

Tabel 3.5 Gambaran karakteristik responden
Tabel 3.6 Gambaran Tingkat Spiritualitas
Tabel 3.8 Gambaran Tingkat Kecemasan
Tabel 3.9 Distribusi Tingkat Kecemasan Berdasarkan Jenis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Teknik analisa data dengan uji Kendall tau, yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat kecemasan keluarga dengan mekanisme koping yang digunakan oleh

Mengetahui hubungan antara tingkat kecemasan dengan mekanisme koping keluarga pada kasus cidera kepala di ruang ICU RSI Surakarta.

Mengetahui hubungan antara strategi koping dengan kecemasan menghadapi masa depan pada mahasiswa sudah menikah dan belum menikah. Mengetahui tingkat kecemasan menghadapi masa

Berdasarkan hasil penelitian dan uji statistik deskriptif dan inferensial dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan mekanisme koping individu dengan kecemasan

Tujuan penelitian melihat hubungan spiritualitas dengan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina.. Padang.Jenis penelitian deskriptif

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:Apakah ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan perilaku ketergantungan

Hasil penelitian menunjukkan hampir seluruh responden memiliki mekanisme koping baik (77%), sebagian besar tingkat kecemasan responden pada kategori ringan (73%) dan

Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan dengan mekanisme koping pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisa di RS PKU