• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN MEKANISME KOPING MENGHADAPI OBJECTIVE STRUCTURED CLINICAL EXAMINATION (OSCE)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN MEKANISME KOPING MENGHADAPI OBJECTIVE STRUCTURED CLINICAL EXAMINATION (OSCE)"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

1

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN MEKANISME KOPING MENGHADAPI OBJECTIVE STRUCTURED CLINICAL

EXAMINATION (OSCE) MAHASISWA SEMESTER II STIKES JENDERAL ACHMAD YANI

YOGYAKARTA SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

Disusun oleh:

DAENG MUHAMMAD RAFIKI 2213080

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA

(2)

2

HALAMAN JUDUL

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN MEKANISME KOPING MENGHADAPI OBJECTIVE STRUCTURED CLINICAL

EXAMINATION (OSCE) MAHASISWA SEMESTER II STIKES JENDERAL ACHMAD YANI

YOGYAKARTA SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

Disusun oleh:

DAENG MUHAMMAD RAFIKI 2213080

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

5

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Mekanisme Koping Menghadapi Objective Structured Clinical Examination (Osce) Mahasiswa Semester II Stikes Jendral A. Yani Yogyakarta”.

Skripsi ini dapat diselesaikan, atas bimbingan, arahan, dan bantuan berbagai pihak yang tidak bisa di sebutkan satu persatu, dan pada kesempatan ini penulis dengan rendah hati mengucapkan terima kasih dengan setulus-tulusnya kepada:

1. dr. Kuswanto Hardjo, M.Kes, selaku direktur Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.

2. Tetra Saktika.A, M.Kep.,Ns.Sp.Kep.MB selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.

3. Fajriyati Nur Azizah M. Kep.,Sp. Kep. J selaku Pembimbing dalam penyusunan skripsi.

4. Retno Sumiyar Rini, M.Med.,Ed selaku penguji atas segala masukan, bimbingan, dan arahan sehingga terselesaikan skripsi ini.

5. dr. Kuswanto Hardjo, M.Kes selaku direktur Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

6. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan tahun 2016 selaku responden yang telah mengisi kuesioner.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kebaikan kepada semuanya, sebagai imbalan atas segala amal kebaikan dan bantuannya. Akhirnya besar harapan semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua.

Yogyakarta, September 2017

(6)

6 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN ii PERNYATAAN iii KATA PENGANTAR iv DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN ix INTISARI x ABSTACT xi BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1 B. Rumusan Masalah 5 C. Tujuan Penelitian 6 D. Manfaat Penelitian 6 E. Keaslian Penelitian 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10

A. Kecemasan 10

1. Definisi Kecemasan 10

2. Proses Terjadi Kecemasan 11

3. Gejala Kecemasan 14

4. Tingkat Kecemasan 15

5. Alat Ukur Kecemasan 17

B. Mekanisme Koping 17

1. Definisi 17

2. Sumber Koping 18

3. Model Mekanisme Koping 18

4. Gaya Mekasinisme Koping 19

5. Respon Koping 21

6. Alat Ukur Mekanisme Koping 22

C. Objective Structured Clinical Examination (OSCE) 22

1. Definisi 22

2. Keuntungan 23

3. Kelemahan 24

4. Pelaksanaan dan Situasi OSCE 25

D. Kerangka Teori 27

E. Kerangka Konsep Penelitian 28

F. Hipotesis 28

BAB III METODE PENELITIAN 29

A. Rancangan Penelitian 29

B. Waktu dan Tempat 29

(7)

7

D. Variabel Penelitian 32

E. Definisi Operasional 32

F. Alat dan Metode Pengumpulan Data 33

G. Validitas dan Reliabilitas 36

H. Pengolahan dan Analisis Data 37

I. Etika Penelitian 40

J. Rencana Penelitian 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 44

A. Hasil 44

B. Pembahasan 47

C. Keterbatasan Penelitian 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 54

A. Kesimpulan 54

B. Saran 54

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(8)

8

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 Definisi Operasional Kecemasan dan Kemampuan Adaptasi 32

Tabel 3.2 Kisi-kisi Variabel Kecemasan 34

Tabel 3.3 Teknik Penelitian Instrument Zung Self-Rating Anxiety Scale 34 Tabel 3.4 Kisi-kisi Kuesioner Mekanisme Koping 35 Tabel 4.1 Distribusi Frekuesi Karakteristik Mahasiswa 45 Tabel 4.2 Tingkat kecemasan mahasiswa menghadapi OSCE 46 Tabel 4.3 Mekanisme Koping mahasiswa menghadapi OSCE 46

(9)

9

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Rentang Respon Kecemasan 16

Gambar 2 Kerangka Teori 27

(10)

10

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Permohonan Menjadi Respoden Lampiran 2 Lempar Persetujuan Responden

Lampiran 3 Kuesioner Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS/ SRAS) Lampiran 4 Kuesioner Mekanisme Koping

Lampiran 5 Uji Statistik Coefficient Lambda

Lampiran 6 Surat Izin Studi Pendahuluan dari Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

Lampiran 7 Surat Izin Studi Pendahuluan dari Dinas Perizinan Kabupaten Sleman

Lampiran 8 Surat Izin Penelitiian dari Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

Lampiran 9 Surat Izin Penelitian dari Dinas Perizinan Kabupaten Sleman Lampiran 10 Jadwal Bimbingan Skripsi

(11)

11

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN MEKANISME KOPING MENGHADAPI OBJECTIVE STRUCTURED CLINICAL

EXAMINATION (OSCE) MAHASISWA SEMESTER II STIKES JENDERAL ACHMAD YANI

YOGYAKARTA

Daeng Muhammad Rafiki1, Fajriyati Nur Azizah2, Retno Sumiyar Rini3

INTISARI

Latar Belakang : Mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari pasti pernah mengalami kecemasan. Kecemasan muncul antara lain ketika menghadapi tes keterampilan objective structured clinical examination (OSCE), sikap penguji, situasi ujian, standar kelulusan ujian dan keefektifan keterampilan mahasiswa. Kecemasan yang timbul pada saat ujian keterampilan keperawatan diperkirakan dapat mengganggu konsentrasi dan kemampuan dalam berpikir dan bertindak saat ujian. Sehingga akan sangat berpengaruh terhadap hasil yang dicapai pada ujian. Karena semakin tinggi level kecemasan maka perlu adanya mekanisme koping yang di gunakan individu dalam mengatasi kecemasan yang terjadi. Individu yang memiliki mekanisme koping positif (adaptif) dan efektif maka dapat meredakan atau menghilangkan kecemasan, sebaliknya jika mekanisme koping yang negatif (maladaptif) dan tidak efektif akan memperburuk kesehatan dan memperbesar potensi terjadinya sakit.

Tujuan Penelitian : Mengetahui hubungan kecemasan terhadap mekanisme koping menghadapi Objective Structured Clinical Examination (OSCE) mahasiswa semester II Stikes Jenderal A. Yani Yogyakarta.

Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif non eksprimental, dengan rancangan deskriptif korelasional dan pendekatan cross sectional. Sampel sebanyak 98 responden dari semester II menggunakan simple random sampling. Analisa data yang digunakan adalah analisis univariabel dan analisis bivariabel menggunakan coefficient lambda dengan tingkat kemaknaan p<0,05 berarti terdapat hubungan yang bermakna antar variabel.

Hasil Penelitian : Hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas responden tidak memiliki cemas (44,3%) dan mekanisme koping adaptif 74,7% sedangkan maladaptif 25,3%. Hasil analisis hipotesis korelasi antara tingkat kecemasan dengan mekanisme koping menghadapi OSCE (p=0,018).

Kesimpulan : Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan dengan mekanisme koping menghadapi Objective Structured Clinical Examination (OSCE). Saran untuk institusi keperawatan dapat mengalokasikan waktu pada mahasiswa untuk latihan mandiri. Bagi peneliti selanjutnya melakukan penelitian lainya dengan observasi, wawancara atau memberikan pendidikan kesehatan tentang cara mengurangi kecemasan.

Kata Kunci : Kecemasan, Mekanisme Koping, OSCE.

1Mahasiswa PSIK Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta. 2Dosen Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.

(12)

12

RELATIONSHIP WITH AN AFFORDABLE LEVEL OF COOPERATIVE MECHANISM OBJECTIVE STRUCTURED CLINICAL EXAMINATION (OSCE) STUDENTS SEMESTER II STIKES JENDERAL ACHMAD YANI

YOGYAKARTA

Daeng Muhammad Rafiki1, Fajriyati Nur Azizah2, Retno Sumiyar Rini3

ABSTRACT

Background : Students in everyday life must have experienced anxiety. Anxiety arises, among others, when facing the objective structured clinical examination (OSCE) skills test, the attitude of the examiner, the test situation, the exam passing standards and the effectiveness of student skills. The anxiety that arises during the nursing skills exam is thought to interfere with the concentration and ability to think and act during the exam. So it will greatly affect the results achieved on the exam. Because of the higher level of anxiety it is necessary to have coping mechanisms that individuals use in overcoming anxiety that occurs. Individuals who have positive (adaptive) and effective coping mechanisms can relieve or eliminate anxiety, whereas negative coping mechanisms (maladaptive) and ineffective will worsen health and increase the potential for illness.

Method : This research uses non exprimental quantitative method, with correlational descriptive design and cross sectional approach. The sample was 98 respondents from the second semester using simple random sampling. Data analysis used is univariable analysis and bivariable analysis using lambda coefficient with significance level p <0,05 means there is significant relation between variable.

Results : The results showed that the majority of respondents did not have anxiety (44.3%) and adaptive coping mechanism 74.7% while maladaptif 25.3%. The result of hypothesis correlation analysis between anxiety level with coping mechanism facing OSCE (p = 0,018).

Conclusion : There is a significant relationship between anxiety levels and coping mechanisms against Objective Structured Clinical Examination (OSCE). Suggestions for nursing institutions can allocate time to students for self-training. For the next researcher to conduct other research by observation, interview or provide health education on how to reduce anxiety.

Keywords : Anxiety, Coping Mechanism, OSCE.

1Student of Nursing Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.

2

Lecturer of Nursing Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta. 3

(13)

13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Gangguan mental emosional merupakan suatu keadaan individu yang mengalami perubahan emosional yang dapat menyebabkan keadaan patologis apabila terus berkembang, sehingga perlu dilakukan antisipasi agar kesehatan jiwa mahasiswa dapat terjaga (Idaiani, Suhardi, & Kristanto, 2009). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia 1,7 per mil. Gangguan jiwa berat terbanyak di DI Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, Bali, dan Jawa Tengah. Proporsi rumah tangga yang pernah memasung ART gangguan jiwa berat 14,3 persen dan terbanyak pada penduduk yang tertinggi di pedesaan (18,2%), serta pada kelompok penduduk dengan kuintil indeks kepemilikan terbawah (19,5%). Prevelensi gangguan mental emosional pada penduduk Indonesia 6,0 persen. Provinsi dengan prevalensi gangguan mental emosional tertinggi adalah Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, DI Yogyakarta, dan Nusa Tenggara Timur. Gangguan mental emosional apabila tidak ditangani secara optimal akan menyebabkan gangguan jiwa. Menurut Depertemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes, 2013), gangguan mental emosional adalah istilah yang sama dengan distres psikologik. Kondisi ini adalah keadaan yang mengindikasikan seseorang sedang mengalami perubahan psikologis. Gangguan jiwa yang dimaksud tidak hanya gangguan jiwa berat psikosis dan skizofrenia, tetapi kecemasan, depresi, penggunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adatif (NAPZA) juga menjadi masalah jiwa.

Kecemasan merupakan salah satu gangguan mental emosional berupa kekhawatiran atau ketakutan yang obyeknya atau sumbernya tidak jelas dan tidak diketahui terhadap ancaman yang akan datang. Menurut Nanda (2015), cemas merupakan perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon otonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu) perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya

(14)

14

bahaya dan memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman. Menurut Keliat, Wiyono, Susanti (2011), kecemasan yang dialami oleh setiap individu biasanya disebabkan oleh beberapa hal seperti perasaan takut tidak diterima dalam lingkungan tertentu, rasa frustasi akibat kegagalan dalam mencapai tujuan, pengalaman traumatis seperti trauma perpisahan, kehilangan atau bencana, ancaman terhadap konsep diri, dan ancaman terhadap integritas diri. Kecemasan yang muncul pada setiap individu kadang disertai dengan respon fisik yang tidak menentu, respon kognitif, dan respon perilaku serta emosi.

Kecemasan umumnya adalah suatu hal yang sulit, tidak menyenangkan dan tidak menikmati situasi-situasi tertentu. Namun, masyarakat lebih sering menghindari situasi yang membuat mereka merasa cemas. Akibatnya masyarakat kehilangan kesempatan untuk menikmati hidup mereka atau sesuatu yang sangat mereka nikamti (Richard &Susun, 2010). Jika tidak diobati, maka tingkat kecemasan yang dimulai pada kehidupan cenderung akan bertambah meningkat dan menyebabkan gangguan jiwa (Essau, Sasagawa & Ishikawa, 2010). Mahasiswa pun rentan mengalami kecemasan, tuntutan sehari-hari yang dihadapi mahasiswa biasanya berupa perubahan lingkungan belajar, tugas, praktikum laboratorium dan ujian. Kecemasan mempengaruhi hasil belajar mahasiswa terutama kecemasan sedang hingga panik. Karena semakin tinggi level kecemasan maka perlu adanya mekanisme koping yang di gunakan individu dalam mengatasi kecemasan yang terjadi. Pada penelitian Hidayati, Reni, dkk (2012) yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan spiritual remaja dengan mekanisme koping yang digunakan. Dimana semakin tinggi kecerdasan spiritual seorang remaja semakin adaptif pula mekanisme koping yang digunakan untuk mengatasi kecemasan yang dialami remaja.

Mahasiswa keperawatan merupakan seorang calon perawat professional yang akan melaksanakan asuhan keperawatan di pelayanan kesehatan. Pada hasil penelitian Rizka (2009) dikatakan bahwa terdapat hubungan antara kecemasan dengan prestasi belajar pada remaja. Sebanyak 33,3% remaja mengalami kecemasan sedang dan sebanyak 66,7% mengalami kecemasan ringan. Remaja yang mengalami kecemasan sedang cenderung mempunyai mekanisme koping

(15)

15

yang kurang baik sehingga nilai prestasi belajar remaja kurang baik dibandingkan remaja yang memiliki mekanisme koping yang baik mengalami kecemasan ringan.

Koping adalah usaha-usaha yang dilakukan individu untuk mengatasi stres psikologis (Potter & Perry 2010). Faktor yang terpenting dalam menyelesaikan gejala kecemasan adalah penggunaan mekanisme koping adaptif. Individu yang memiliki mekanisme koping positif (adaptif) dan efektif maka dapat meredakan atau menghilangkan kecemasan, sebaliknya jika mekanisme koping yang negatif (maladaptif) dan tidak efektif akan memperburuk kesehatan dan memperbesar potensi terjadinya sakit (Sholeh, 2006). Menurut Stuart (2013) mengatakan bahwa biasanya individu menghadapi kecemasan menggunakan mekanisme koping yang berfokus pada masalah, mekanisme koping berfokus pada kognitif, dan mekanisme koping berfokus pada emosi.

Berdasarkan penelitian Al-dubai, et al., (2011) mahasiswa yang sedang mempelajari ilmu kesehatan menggunakan berbagai stretegi koping, yaitu strategi yang positif seperti, koping keagamaan (religius) 15%, aktif koping 13%, dan penerimaan 13%, selebihnya menggunakan stretegi pengingkaran seperti, penolakan 15%, mencela diri sendiri (16%), merokok (14%), dan konsumsi alkohol atau obat-obatan terlarang (14%). Berbagai faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan koping adaptif seseorang. Salah satunya adalah karakteristik psikologis yang dimiliki oleh seseorang, termasuk di dalamnya kemampuan keseimbangan emosi (Sholeh, 2006).

Individu yang mempunyai pengendalian diri yang baik, maka akan dapat mengelola emosi yang dirasakan dengan baik. Seseorang yang memiliki emosi baik, akan mengambil tindakan cukup simpatik ketika dihadapkan pada situasi yang menegangkan, sehingga ketika menghadapi masalah seseorang dapat mengendalikan emosi dengan menggunakan mekanisme koping yang efektif (Goleman, 2009).

(16)

16

Stikes Jenderal A. Yani Yogyakarta merupakan salah satu institusi penyelenggara pendidikan kesehatan yang berdiri pada tanggal 05 Juni 2006 di Yogyakarta untuk menyelenggarakan Program Studi Ilmu Keperawatan jenjang program sarjana (S-1), Program Studi Kebidanan jenjang program diploma (D-III) dan Program Studi Rekam medis jenjang program diploma (D-III). Mahasiswa S1 keperawatan merupakan mahasiswa yang mengikuti perkuliahan di kelas dan pembelajaran praktek di laboratorium. Pembelajaran materi diberikan pada saat dilakukan perkulihan sebelum mahasiswa melakukan praktek di laboratorium.

Salah satu metode penilaian yang bisa menjadi pemicu kecemasan adalah OSCE selain stressor psikososial, beragamnya metode pembelajaran di Program Studi Ilmu Keperawatan merupakan salah satu stressor pencetus kecemasan. Seperti yang dikatakan Cornell (2007), kecemasan akademik adalah hasil proses biokimia dalam tubuh dan otak yang meningkatkan dan membutuhkan perhatian, perubahan terjadi dalam respon terhadap situasi akademik, seperti menyelesaikan tugas-tugas di sekolah, diskusi di kelas atau ketika ujian.

Objective Structured Clinical Examination (OSCE) dikembangkan untuk menjawab problem-problem yang berhubungan dengan ujian klinik konvensional berdasarkan standar bangsal (Rumah Sakit). OSCE disusun sedemikian rupa sehingga semua mahasiswa menghadapi bahan-bahan yang identik dan sangat mirip, demikian penguji yang sama atau sistem penilaian yang merujuk pada kriteria dan terstandardisasi sehingga tidak ada variasi dalam penilaian penguji (Riwanto, 2008). Ujian OSCE pada sebagian mahasiswa sering dirasakan sebagai stressor yang dapat menimbulkan kecemasan. Kecemasan yang timbul pada saat ujian keterampilan keperawatan diperkirakan dapat mengganggu konsentrasi dan kemampuan dalam berpikir dan bertindak saat ujian. Sehingga akan sangat berpengaruh terhadap hasil yang dicapai pada ujian tersebut, menurut hasil (Dwi 2016), terdapat korelasi antara kecemasan terhadap tes keterampilan (OSCE) terhadap skor OSCE (р=0,036). Mahasiswa yang mengalami kecemasan pada umumnya adalah mahasiswa yang memiliki mekanisme koping yang kurang baik. Hal ini sesuai yang dinyatakan oleh Apastolo, Mendes, Azeredo (2006), yang

(17)

17

mengemukakan bahwa kecemasan sering timbul pada mereka yang sukar beradaptasi di lingkungan yang baru.

Berdasarkan fenomena yang terjadi pada mahasiswa S1 keperawatan Stikes Jenderal A. Yani Yogyakarta dan dari pengalaman pribadi, merasakan kecemasan pada saat akan menghadapi OSCE. Wawancara dilakukan pada tanggal 03 Febuari 2017 terhadap 25 responden yang terdiri dari 5 mahasiswa semester IV yang pernah melakukan OSCE dan 20 mahasiswa semester II yang baru melakukan OSCE. Hasil wawancara didapatkan 23 mengatakan cemas pada saat akan menghadapi OSCE dan 2 orang mengatakan biasa saja. Kecemasan dirasakan karena berbagai hal dan mekanisme koping setiap individu yang berbeda-beda. Hal ini mempengaruhi saat mereka ujian, diantaranya tremor saat melakukan praktik, hilang konsentrasi dan gugup. Kemampuan keterampilan yang belum maksimal sebagai faktor pemicu timbulnya kecemasan. Adapun karena fenomena dan hasil wawancara diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Mekanisme Koping Menghadapi Objective Structured Clinical Examination (OSCE) Mahasiswa Semester II Stikes Jendral A. Yani Yogyakarta”. Peneliti memilih semester II, karena mahasiswa pada semester ini baru satu kali melakukan OSCE, sehingga tingkat kecemasan mereka masih tinggi dengan tingkat stase yang berbeda dari sebelumnya, sedangkan dari hasil observasi belum ada yang meneliti tentang tingkat kecemasan OSCE di Stikes Jenderal A. Yani Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah : adakah hubungan kecemasan terhadap mekanisme koping menghadapi Objective Structured Clinical Examination (OSCE) mahasiswa semester II Stikes Jenderal A. Yani Yogyakarta?

(18)

18

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan kecemasan terhadap mekanisme koping menghadapi Objective Structured Clinical Examination (OSCE) mahasiswa semester II Stikes Jenderal A. Yani Yogyakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran tingkat kecemasan mahasiswa dalam menghadapi OSCE.

b. Mengetahui mekanisme koping mahasiswa menghadapi OSCE.

c. Mengetahui keeratan hubungan tingkat kecemasan dengan mekanisme koping mahasiswa menghadapi OSCE.

D. Manfaat Penelitian 1. Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya mengenai hubungan tingkat kecemasan terhadap mekanisme koping menghadapi Objective Structured Clinical Examination (OSCE) mahasiswa semester II Stikes Jenderal A. Yani Yogyakarta.

2. Praktis

a. Bagi responden/mahasiswa

Meningkatkan pengetahuaan bagi mahasiswa sehingga diharapkan lebih mempersiapkan mental dan psikologis, berkaitan dengan menghadapi OSCE.

b. Bagi institusi Stikes Jenderal A. Yani Yogyakarta

Bahan refrensi untuk mengambil lanjut, terkait hal-hal yang diperlukan untuk mendapatkan persiapan mahasiswa untuk menghadapi OSCE. c. Bagi Laboratorium

Penelitian ini diharapkan menambah masukan dan informasi mengenai hubungan tingkat kecemasan terhadap mekanisme koping menghadapai OSCE mahasiswa II Stikes Jenderal A. Yani Yogyakarta dan dari pihak

(19)

19

laboratorium untuk memfasilitasi atau membantu kesiapan mahasiswa dalam menghadapi OSCE.

d. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai media pembelajaran untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan tentang keperawatan jiwa yang didapat di bangku kuliah, serta dapat menambah wawasan dan kepekaan peneliti terhadap kondisi-kondisi nyata pada mahasiswa menghadapi OSCE berkaitan dengan hubungan tingkat kecemasan terhadap mekanisme koping menghadapi OSCE mahasiswa semester II serta menjadi dasar penelitian dengan topik yang sama atau sejenis.

E. Keaslian Penelitian

Sejauh yang penulis ketahui berdasarkan telaah pustaka, belum pernah dilakukan penelitian mengenai hubungan tingkat kecemasan terhadap mekanisme koping menghadapi OSCE mahasiswa semester II Stikes Jenderal A. Yani Yogyakarta, penelitian yang berkaitan dengan OSCE pernah dilakukan adalah : 1. Fikri (2016), melakukan suatu penelitian mengenai Hubungan Tingkat

Spiritualitas Dengan Tingkat Kecemasan Dan Mekanisme Mahasiswa Tingkat Pertama FKIK UMY 2015/2016. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat spiritualitas dengan tingkat kecemasan dan mekanisme koping mahasiswa tahun pertama FKIK UMY. Menggunakan metode non eksperimental, survei dengan rencana penelitian cross sectional. Hasil penelitian ini uji korelasi spreaman untuk hubungan tingkat spiritualitas dengan tingkat kecemasan p=0,827 (p>0,05) dan hasil uji kolmogorov-Smirnov untuk hubungan tingkat spiritualitas dengan mekanisme koping p=0,636.

Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada variabel penelitian dan tempat penelitiannya. Subyek penelitian ini adalah hubungan tingkat kecemasan dengan mekanisme koping mahasiswa yang telah melakukan OSCE dan tempat penelitiannya di Stikes Jenderal A. Yani Yogyakarta.

(20)

20

2. Rahmawati (2016), merupakan suatu penelitian mengenai Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan Mekanisme Koping Pada Mahasiswa Tahun Pertama Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecedaran emosional dengan mekanisme koping. Metode penelitian ini bersifat deskriptif, sistem pengambilan sampel dengan cara random sampling dan pengukaran data menggunakan kuisioner. Data yang diperoleh menggunakan Contingency Coefficient. Hasil penelitian semakin tinggi kecerdasan emosional maka mekanisme koping semakin adaptif, dengan nilai r=0,452 yang berarti keeratan hubungan sedang.

Perbedaan dengan penelitian ini adalah variabel penelitian dan tempat penelitiannya. Subyek penelitian mahasiswa semester II dan tempat penelitian di Stikes Jenderal A. Yani Yogyakarta.

3. Rosita (2011), melakukan suatu penelitian mengenai Gambaran Tingkat Kecemasan Mahasiswa Dalam Menghadapi Praktek Klinik Keperawatan Jiwa di STIKES Yarsi Surabaya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kecemasan mahasiswa dalam menghadapi praktek klinik keperawatan jiwa di STIKES Yarsis. Desain penelitian ini adalah deskriptif, menggunakan tehnik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kecemasan mahasiswa dalam menghadapi praktek klinik keperawatan jiwa di STIKES Yarsis sebagian besar mengalami kecemasan sedang.

Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada metode penelitian, variabel penelitian dan tempat penelitiannya. Metode penelitian ini menggunakan korelasi, subyek penelitian mahasiswa semester II dan bertempat di Stikes Jenderal A. Yani Yogyakarta.

4. Dwi (2016), melakukan suatu penelitian mengenai Hubungan antara Kecemasan Mahasiswa PSIK UMY saat Menghadapi ujian Objective Structured Clinical Examination (OSCE) terhadap skor OSCE. Tujuan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara ketidakyakinan standar kelulusan OSCE dan kecemasan terhadap tes keterampilan OSCE terhadap skor OSCE. Desain penelitian ini adalah kuantitatif non-eksperimental yang

(21)

21

bersifat deskriptif korelasional dengan rancangan cross sectional. Hasil penelitian menujukan skor OSCE didominasi oleh 3 skill yang lulus berjumlah 29 responden (32,2%), analisa korelasi antara kecemasan terhadap tes ketarampilan (OSCE) terhadap skor OSCE (р=0,036).

Perbedaan dengan ini adalah variabel penelitian dan tempat penelitiannya. Subyek penelitian ini adalah mekanisme koping menghadapi OSCE dan tempat penelitianya di Stikes Jenderal A. Yani Yogyakarta.

(22)

56 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta terletak di Jalan Ring Road Barat, Gamping, Ambarketawang, Sleman, Yogyakarta. Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta memiliki 5 Program Studi, yaitu Prodi Kebidanan, Prodi Teknologi Bank Darah, Prodi Farmasi, Prodi Rekam Medis, Prodi Ilmu Keperawatan, dan Prodi Profesi Ners.

Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta mempunya visi menjadi Program Studi ners yang menghasilkan ners profesional yang unggul dalam bidang gerotik dan komunitas, berjiwa pemimpin dan patriot, serta mampu bersaing di era global pada tahun 2020. Misi Program studi Ilmu Keperawatan meningkatkan kualitas pendidikan keperawatan melalui penyediaan tenaga pengajar yang professional, penyelenggaraan proses pendidikan yang bermutu dan ditunjang dengan fasilitas pendidikan yang sesuai standar pendidikan tinggi keperawatan, mendorong mahasiswa dan dosen untuk melakukan kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat dalam mengembangkan ilmu keperawatan terutama di bidang komunitas dan gerontik, membekali calon perawat professional dengan ilmu dan ketrampilan di bidang komunitas dan gerontik serta pengembangan jiwa kepemimpinan dan patriotisme, mengembangkan kerjasama di bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat dengan institusi pemerintah dan pendidikan yang bertaraf nasional dan internasional.

Lama pendidikan Program Studi Ilmu Keperawatan adalah 5 tahun (10 semester) yang terbagi atas Pendidikan Ilmu Keperawatan selama 4 tahun (8 semester) dan pendidikan profesi selama 1 tahun. Selain itu mempunyai fasilitas ruangan full AC seperti ruangan kuliah, ruangan Keperawatan (skill lab), ruangan tutorial, ruangan komputer dan perpustakaan dilengkapi dengan internet yang dapat di akses oleh setiap mahasiswa.

(23)

57

Selama mengikuti Pendidikan Sarjana Keperawatan di Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta perkuliahan yang digunakan adalah Problem based learning, terdiri dari kuliah, tutorial dan skill lab dan OSCE yang dilakukan di laboratorium Keperawatan. Laboratorium Keperawatan didesain seperti Mini Hospital dan terbagi menjadi beberapa unit/ruangan yaitu keperawatan dasar, keperawatan maternitas, keperawatan gawat darurat, keperawatan gerotik, keperawatan maternitas, keperawatan jiwa, keperawatan komunitas. Dengan adanya laboratorium keperawatan diharapkan mahasiswa sudah terbiasa dengan suasana perawatan yang ada di rumah sakit.

Objective Structured Clinical Examination (OSCE) adalah ujian keterampilan (skills) yang dilaksanakan diakhir semester. Dalam OSCE akan diujikan seluruh keterampilan yang telah dipelajari selama satu semester (keterampilan dalam tiga blok). Mahasiswa dinyatakan lulus jika mendapatkan nilai minimal 56.mahasiswa dengan nilai yang kurang dari nilai tersebut wajib mengikuti ujian ulang (remediasi) sesuai dengan waktu yang ditentukan. Mahasiswa yang masih belum lulus setelah satu kali ujian remediasi boleh mengikuti ujian remediasi disemster lain pada saat Blok yang bersangkutan berjalan. Syarat mengikuti ujian OSCE di Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta adalah kehadiran praktikum 100%.

2. Analisa Hasil Penelitian

Subyek penelitian adalah mahasiswa keperawatan semester II Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta yang 79 mahasiswa. Gambaran tentang karakteristik subjek penelitian dijelaskan dalam bentuk distribusi frekuensi berdasarkan variabel dalam penelitian.

a. Analisis Univariabel

Hasil analisis univariabel bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik dari subyek penelitian sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang berguna. Homogenitas dan karakteristik responden pada penelitian ini disajikan dalam tabel 4.1.

1) Karakteristik responden terdiri dari jenis kelamin dan usia sebagai berikut:

(24)

58

Tabel 4.1 Distribusi Frekuesi Karakteristik Mahasiswa di Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta pada Bulan Agustus Tahun 2017

(n=79)

Karakter Mahasiswa Frekuensi (f) Persentase (%) Jenis kelamin Laki-laki 24 30,4% Perempuan 55 69,6% Total 79 100% Usia 18-19 tahun 50 63,3% ≥ 20 tahun 29 36,7% Total 79 100%

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa karakteristik mahasiswa menurut jenis kelamin yang terbanyak adalah perempuan yang berjumlah 55 mahasiswa (69,6%) dan berdasarkan usia terbanyak adalah 18-19 tahun yang berjumlah 50 mahasiswa (63,3%).

2) Tingkat Kecemasan mahasiswa menghadapi OSCE

Gambaran tingkat kecemasan mahasiwa menghadapi OSCE dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini:

Tabel 4.2 Tingkat kecemasan mahasiswa menghadapi OSCE di Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta pada Bulan Agustus Tahun 2017

(n=79)

Tingkat Kecemasan Frekuensi (f) Presentase (%)

Normal/tidak cemas 35 44,3

Ringan 32 40,5

Sedang 10 12,7

Berat 2 2,5

(25)

59

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa mayoritas mahasiswa tidak mengalami cemas dengan jumlah 35 mahasiswa (44,3%), mengalami kecemasan berat 2 mahasiswa (2,5%).

3) Mekanisme Koping mahasiwa menghadapi OSCE

Gambaran mekanisme koping mahasiswa menghadapi OSCE dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini:

Tabel 4.3 Mekanisme Koping mahasiswa menghadapi OSCE di Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta pada Bulan Agustus Tahun 2017

(n=79)

Mekanisme Koping Frekuensi (f) Presentase (%)

Adaptif 59 74,7

Maladaptif 20 25,3

Jumlah 79 100

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa presentase tertinggi adalah mahasiswa yang adaptif 59 mahasiswa (74,7%), sedangkan yang maladaptif 20 mahasiswa (25,3%).

b. Analisis Bivariabel

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas yaitu tingkat kecemasan mahasiswa menghadapi OSCE terhadap variabel terikat yaitu mekanisme koping mahasiswa menghadapi OSCE. Uji statistik yang digunakan adalah koefisien lambda untuk melihat hubungan tingkat kecemasan dengan mekanisme koping mahasiwa menghadapi OSCE semester II sebagai berikut:

Tabel 4.4 Hasil Uji Koefisien Lambda tingkat kecemasan dan mekanisme koping

Mekanisme koping P value Adaptif Maladaptif Normal 32 3 0,018 Kecemasan Ringan 24 8 Kecemasan Sedang 3 7 Kecemasan Berat 0 2 Total 59 20

(26)

60

Berdasarkan tabel 4.4 mengenai hasil uji statistik koefisien lambda antara tingkat kecemasan dengan mekanisme koping didapatkan nilai p=0,018<0,05 maka diterima, artinya ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan mekanisme koping. Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi tingkat kecemasan maka semakin maladaptif mekanisme koping mahasiswa.

B. Pembahasan

1. Tingkat kecemasan mahasiswa menghadapi OSCE

Mahasiswa yang sudah menghadapi OSCE pada umumya memiliki tingkat kecemasan mahasiswa dalam menghadapi OSCE bervariatif mulai dari tidak ada cemas, ringan, dan sedang, berat. Menurut Sadock (2010), kecemasan merupakan “kesulitan” atau “kesusahan” dan menjadikan konsekuensi normal dari pertumbuhan, perubahan, pengalaman baru, penemuan identitas dan makna hidup.

Berdasarkan hasil penelitian ini sebagian besar mahasiswa tidak merasakan cemas saat menghadapi OSCE sebanyak 44,3%. Hal ini dilatar belakangi bahwa kecemasan tentang situasi ujian dapat teratasi dengan adanya sistem belajar mandiri mahasiswa sebelum OSCE dan adanya sumber koping menunjukan koping adaptif. Belajar mandiri dengan sistem simulasi terbukti mengurangi stres mahasiswa yang pada akhirnya berpengaruh pada performa yang lebih baik ketika melakukan ujian keterampilan dibandingkan dengan mahasiswa yang latihan simulasi didampingi instruktur (Mills, et al., 2016). Stunden, et al., (2015), menambahkan bahwa mahasiswa yang telah terpapar simulasi skenario sebelum OSCE atau OSCA menunjukan koping yang lebih baik selama OSCE/OSCA.

Kecemasan berat terdapat pada penelitian ini 2,5% mahasiswa. Hal ini menunjukan tingkat cemas berat sangat sedikit dibandingakan dengan cemas sedang sesuai hasil penelitian pada mahasiswa yang mengalami

(27)

61

kecemasan berat disebabkan oleh aspek perilaku dan afektif. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Rushfortr (2007) bahwa kecemasan pada saat melaksanakan tes keterampilan adalah peristiwa yang penuh tekanan meskipun mahasiswa sudah mempersiapkan dengan baik, dan berdampak buruk terhadap pada performa mahasiswa.

Tes keterampilan (OSCE) merupakan salah satu bentuk evaluasi atau ujian keterampilan untuk penilaian kemampuan klinik,teknik dan prosedur keterampilan secara terstruktur dan bersifat objektif, melalui tes keterampilan mahasiswa dinilai secara bersamaan kemampuan pengetahuan, psikomotorik dan sikap (Zayyan, 2011). Tes keterampilan (OSCE) telah valid dan riliabel serta dapat digunakan un tuk menilai keterampilan klinis sebagai bagian dari pendidikan profesi kesehatan seperti dokter, farmasi, perawat dan intitusi kesehatan lainya. Mahasiswa yang mengikuti ujian OSCE diwajibkan bisa mendemonstrasikan kemampuan skill yang dimiliki dengan pos/ruangan yang dibuat berbeda-beda. Mahasiswa akan melewati beberapa stasiun yang setiap stasiun menguji skill yang berbeda dengan penguji yang berbeda-beda, pada setiap stasiun mahasiswa akan diuji dalam waktu 5-10 menit dibawah pengamatan penguji, selain itu akan terdengar tanda dan mahasiswa harus berpindah ke pos/ruangan berikutnya (Widyandana, 2008).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mery (2014) yang menjelaskan bahwa kecemasan mahasiswa timbul ketika menghadapi tes keterampilan (OSCE). Agustiar (2010) mengatakan bahwa timbulnya kecemasan mengahadapi ujian karena ujian dipersepsikan sebagai suatu yang sulit, menentang dan mengancam, individu memandang dirinya sendiri sebagai seorang yang tidak sanggup atau mampu mengerjakan ujian. Selain itu, individu hanya terfokus pada bayangan-byangan konsekuensi buruk yang tidak diinginkannya.

Menurut Colbert-Getz JM, et al., (2013) mahasiswa yang mengalami kecemasan dengan tingkat kecemasan ringan mempunyai performa dan prestasi yang baik yang lebih baik dibandinkan mahasiswa yang memiliki

(28)

62

tingkat sedang dan berat. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Akbar (2015) yang menjelaskan bahwa prestasi mahasiswa yang dipengaruhi oleh rasa cemas seperti misalnya mahasiswa yang memiliki kecemasan yang berat tidak akan bisa berprestasi sebaik siswa yang memiliki kecemasan yang rendah. Dengan kata lain mahasiswa yang memiliki kecemasan yang tinggi akan memiliki prestasi yang lebih rendah dari pada siswa yang mengalami kecemasan rendah.

2. Mekanisme Koping mahasiswa menghadapi OSCE

Mekanisme koping pada mahasiswa Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta dapat diketahui sebagian besar responden adalah adaptif sebanyak 74,7% mahasiswa. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Indra (2012) yang menunjukan bahwa sebagian besar mahasiswa baru lebih banyak menggunakan mekanisme koping konstruktif atau positif. Responden yang berada dalam rentang usia 18-20 digolongkan kedalam remaja akhir. Berdasarkan tugas perkembangan, remaja akhir sudah mendapatkan kebebasan emosional dari orang tua dan meningkatkan tingkah kekanak-kanakan (Gunarsa, 2004). Sehingga mekanisme koping adaptif dapat mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan belajar untuk mencapai tujuan dimana dapat ditandai dengan mampu berbicara dengan orang lain, dapat memecahkan masalah dengan afektif, dan dapat melakukan aktifitas konstriktif dalam menghadapi stressor, sedangkan mekanisme koping maladaptif dapat menghambat fungsi integrasi, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai sepertihanya bekerja berlebihan, menghindar atau kehilangan kendali (Stuart, 2013).

Mahasiswa yang bereaksi negatif (maladaptif) sebanyak 25,3% mahasiswa. salah satu hal yang menyebabkan munculnya koping maladaptif adalah situasi lingkungan yang baru atau masa transisi dari masa disekolah menengah atas menuju masa perkuliahan sehingga mahasiswa belum mampu beradaptasi. Hal ini sesuai dengan penelitian

(29)

63

Augesti, G., Lisiswanti, R., Saputra, O., Nisa, K. (2015) mahasiswa tingkat awal mengalami masa adaptasi dari lingkungan sekolah ke lingkungan perkuliahan, terkait dengan jadwal perkuliahan seperti tugas, kuliah, tutorial dan clinical skill lab yang padat dan baru dirasakan pertama kali setelah memasuki dunia perkuliahan, sedangkan pada mahasiswa yang tingkat akhir sudah mampu beradaptasi dengan lingkungan dan perkuliahan sehingga membantu mahasiswa dalam proses pembelajaran. Individu yang memiliki mekanisme koping positif (adaptif) dan efektif maka dapat meredakan atau menghilangkan stres, sebaliknya jika mekanisme koping yang negatif (maladaptif) dan tidak efektif akan memperburuk kesehatan dan memperbesar potensi terjadinya sakit (Sholeh, 2006).

Mekanisme koping seseorang dipengaruhi oleh karakteristik individu seperti usia, jenis kelamin, tempat tinggal, dan suku. Menurut Jahja (2011) perkembangan remaja terbagi dalam 3 tahap yaitu: remaja tahap awal (usia 12-15 tahun), remaja tahap menengah (usia 15-18 tahun), remaja tahap akhir (19-22 tahun), dan perkembangan dewasa awal berkisar antara umur 21-40 tahun. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa remaja yang menjadi responden dalam penelitian ini sebagian besar berusia 19 tahun yaitu pada tahap remaja akhir. Pada tahap remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa. Hal ini didukung oleh teori yang dijelaskan oleh Lukman (2009) bahwa usia mempengaruhi daya tangkap dan pola fikir seseorang. Semakin bertambah usia semakin berkembang pula daya tanggap dan pola fikir sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin baik, sehingga dalam proses berfikir individu lebih memungkinkan untuk menggunakan koping yang positif (Hurlock, 2004).

3. Hubungan tingkat kecemasan dengan mekanisme koping pada mahasiswa menghadapi OSCE

Berdasarkan pada tabel 4.4 hasil tabulasi silang menunjukan bahwa nilai p=0,018 yang mana nilai p-value tersebut lebih kecil dari 0,05

(30)

64

sehingga hipotesisnya diterima yang berarti ada hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan dengan mekanisme koping mahasiswa menghadapi OSCE semester II Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tri (2015) dengan hasil terdapat hubungan antara tingkat kecemasan dengan mekanisme koping mahasiswa. Hal ini diperkuat dengan penelitian penelitiaan Rizka (2009) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kecemasan dengan prestasi belajar pada remaja. Sebanyak 33,3% remaja mengalami kecemasan sedang dan sebanyak 66,7% mengalami kecemasan ringan. Remaja yang mengalami kecemasan sedang cenderung memiliki mekanisme koping yang kurang baik sehingga nilai prestasi belajar remaja kurang baik dibandingkan remaja yang memiliki mekanisme koping yang baik mengalami kecemasan ringan. Penelitian Dwi (2016), di PSIK UMY bahwa ada hubungan kecemasan mahasiswa PSIK UMY saat menghadapi ujian Objective Structured Clinical Examination (OSCE) terhadap skor OSCE. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2016) yaitu mereka yang memiliki mekanisme koping baik mengambil keputusan dan melakukan tindakan yang tepat saat situasi kritis dan mendesak.

Penelitian Cazzell & Rodriguez (2011) dalam studi kualitatif yang dilakukan pada mahasiswa keperawatan setelah melaksanakan OSCE dengan hasil bahwa, mahasiswa keperawatan mengalami kecemasan mengenai standar kelulusan, kehilangan kendali dan bahkan merasa dibawah tekanan. Hal tersebut diperkuat oleh Delaney, et al., (2015). Yang menyatakan bahwa, kecemasan yang dialami mahasiswa keperawatan mengenai performa akademik dan ujian keterampilan dapat memicu stres selama masa pendidikan.

Penelitian yang dilakukan oleh Untari (2014) mengenai hubungan antara kecemasan dengan Prestasi ujian OSCE pada Mahasiswa Akper PKU Muhammadiyah Surakarta yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kecemasan dengan prestasi ujian. Fidment (2012)

(31)

65

menjelaskan bahwa mahasiswa merasakan cemas saat melaksanakan tes keterampilan (OSCE). Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan Rushfort (2007) bahwa kecemasan pada saat tes keterampilan adalah peristiwa yang penuh tekanan meskipun mahasiswa sudah mempersiapkan dengan baik, dari dampak buruk terhadap pada performa mahasiswa. Menurut Cato (2013), lingkungan ujian, teknologi dan metode dalam ujian keperawatan yang diadakan oleh setiap institusi keperawatan bisa menyebabkan kecemasan pada mahasiwa yang selanjutnya terbukti dapat mengganggu proses pembelajaran. Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Goleman (2009) mengatakan bahwa seseorang yang memiliki emosi yang baik, akan mengambil tindakan yang cukup simpatik ketika dihadapkan pada situasi yang menegangkan, sehingga ketika menghadapi masalah seseorang dapat mengendalikan emosi dengan menggunakan mekanisme koping yang efektif. Individu yang memiliki mekanisme koping positif (adaptif) dan efektif maka dapat meredakan atau menghilangkan kecemasan, sebaliknya jika mekanisme koping yang negatif (maladaptif) dan tidak efektif akan memperburuk kesehatan dan memperbesar potensi terjadinya sakit (Sholeh, 2006).

Mekanisme koping pada dasarnya adalah mekanisme pertahanan diri terhadap perubahan yang terjadi baik dalam diri maupun di luar diri (Stuart, 2013). Penelitian yang dilakukan oleh Shaban, et al., (2013) mengatakan bahwa, koping strategi yang paling umum yang digunakan oleh mahasiswa adalah problem-solving behaviour diikuti oleh sikap optimis. Dalam strategi ini mahasiswa melakukan perubahan dalam proses belajar yang awalnya malas belajar menjadi lebih rajin belajar, dan percaya diri terhadap kemampuan yang dimilikinya.

Menurut Stuart (2013) ketika mahasiwa mengalami kecemasan, individu menggunakan berbagai mekanisme koping untuk mengatasi cemas, kemampuan individu, dukung sosial, asset material, keyakinan positif individu. Apabila individu tidak mampu mengatasi keccemasan secara konstruktif, maka dapat menjadi penyebab terjadinya perilaku yang

(32)

66

patologis. Model yang dipakai dalam pengolongan mekanisme koping menurut Stuart (2013) mekanisme koping yang berfokus pada masalah adalah mekanisme koping yang melibatkan tugas dan upaya langsung untuk melibatkan tugas dan upaya langsung untuk mengatasi ancaman itu sendiri, mekanisme koping berfokus pada kognitif adalah dimana seseorang mencoba untuk mengontrol makna dari suatu masalah dan dengan menetralisirnya, dan mekanisme koping berfokus pada emosi adalah dimana pasien berorientasi pada tekanan emosional moderat,yang dikenal sebagai mekanisme pertahanan, melindungi orang dari perasaan tidak mampu dan tidak berharga dan mencegah kecemasan.

Sikap optimis sering dihubungkan dengan adanya hasil positif termasuk harapan mengenai masa depan, kesehatan secara umum, kesehatan mental yang lebih baik, peningkatan keberhasilan dalam kerja dan strategi koping ketika menghadapi situasi yang mengarah pada stres (Parashar, 2012). Zhao, et al., (2015), menyatakan bahwa strategi koping yang baik melalui sikap optimis mahasiswa keperawatan terbukti mampu membawa mereka kehasil ujian keterampilan yang baik, mengurangi stres, dan menimbulkan kepercayaan diri ketika akan menghadapi situasi OSCE. Jan & Popescu (2014) menambahkan, sikap dan pemikiran optimis merupakan koping yang baik dan terbukti membawa pemikiran mahasiwa ke arah pemikiran dan perasaan positif dalam menghadapi lingkungan yang dapat memicu kecemasan.

C. Keterbatasan Penelitian

1. Pengambilan data tidak dilakukan langsung dengan bertatap muka sehingga hasilnya tergantung dengan kejujuran responden.

2. Penelitian ini dilakukan setelah mahasiswa mengikuti OSCE, hasil pengukuran kecemasan lebih baik dilakukan saat mahasiswa akan menghadapi OSCE.

(33)

67 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan mengenai “Hubungan Tingkat kecemasan dengan mekanisme koping menghadapi Objective Structured Clinical Examination (OSCE) semester II Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta”, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Tingkat Kecemasan mahasiswa sebagian besar adalah Normal. Dibuktikan dari hasil penelitian, diperoleh distribusi sebanyak 44,3% mahasiswa.

2. Mekanisme Koping menghadapi Objective Structured Clinical Examination (OSCE) adalah adaptif. Dibuktikan dari hasil penelitian, diperoleh distribusi sebanyak 74,7% mahasiswa.

3. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan dengan mekanisme koping menghadapi Objective Structured Clinical Examination (OSCE) semester II Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta nilai signifikansi 0,018 (p<0,05).

B. Saran 1. Bagi Mahasiswa

Perlunya persiapan mental dalam menghadapi OSCE dan menguasai materi dan skill yang akan diujikan, tidak hanya persiapan ilmu pengetahuan. 2. Bagi Intitusi Keperawatan

Saran yang dapat diberikan adalah mengalokasikan waktu kepada mahasiswa untuk latihan mandiri, berdiskusi tentang tips sukses menghadapi OSCE, dan untuk menurunkan kecemasan mahasiswa.

3. Bagi Peneliti selanjutnya

Disarankan pada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian dengan metode yang lainya yaitu dengan observasi, wawancara atau memberikan pendidikan kesehatan tentang cara mengurangi kecemasan pada saat ujian. Serta dapat meneliti lebih lanjut tentang faktor-faktor kecemasan seperti jenis kelamin dan usia.

(34)

68

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Djumadi. (2015). Hubungan Antara Tingkat Kecemasan dengan Prestasi

Akademik Mahasiswa di Fakultas Psikologis Universitas

Muhammadiyah Surakarta. Skripsi. Naskah Publikasi.

Agustiar, W., & Asmi, Y. (2010). Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional dan Motivasi belajar pada Siswa Kelas XII SMA Negeri “X” Jakarta Selatan. Jurnal Psikologi. Vol 8. No1, 9 - 15.

Ahmed, C.N., & Abu, B. R. (2009). Assessing Nursing Clinical Skills Performance Using Objective Structured Clinical Examination (OSCE) for open distance learning students in Open University Malaysia. Proceedings of the International Conference on Information, Kuala Lumpar.

Al- Dubai, S. A., R., Al- Naggar, R. A., Alshagga, M. A., & Rampal, K., G. (2011, Juli-September). Stress and Coping Strategies of Students in aMedical Faculty in Malaysia. Original Article of University Sains

Malaysia. Diaskes 26 Juni 2017.

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3216229/

Al-senany, S., & Al-said, A. (2012). Developing Skills in Managing Objective Structured Clinical Examination (OSCE). Life secience journal. Diaskes 10 Januari 2017. http://mcc.ca/media/OSCE-Booklet-2014.pdf

Apastolo, Mendes AC, Azeredo. (2006). Adaptation Portuguese of Depression, Anricty and Stress Scales (DASS). www.eerp.usp.br/rlae.

Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Diaskes 10 Januari 2017. http://a-research.upi.edu/operator/upload/s_c0451_0607515_bibliography.pdf Augesti, G., Lisiswanti, R., Saputra, O., Nisa, K. (2015). Diffrences In Stress

Level Between First Year and Last Year Medical Students In Medical Faculty of Lampung University. J Majority. 4 (4), 50-56. Diaskes 10 Januari 2017. http://jukeunila.com/wp-content/uploads/2016/03/Gita-Augesti.pdf

Bartfay, W.J., Rombough ,R., Howse, E., & Leblanc, R. (2004). The OSCE Approach in Nursing Education: Objective Structured Clinical Examinations can be Effective Vehicles for Nursing Education and Practice by Promoting the Mastery of Clinical Skills and Decision-making in Controlled and Safe Learning Environments. The Canadian

Nurse. pp: 18-25. Diaskes 10 Januari 2017.

(35)

69

Brannick, M.T., korkmaz, H.T., & Prewett, M. (2011). A systematic Review of the Reliability of Objective Structured Clinical Examination Scores. Medical Education 45 : 1181-1189. Diaskes 10 Januari 2017.

http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1365-2923.2011.04075.x/epdf

Cato, M. L.(2013). Nursing Student Anxiety in Simulation Setting: A Mixed Methods Study. A Dissertation Submitted in Partial Fullfillment if the Requirement for the Degre of Doctor of Education in Educational Ledership: Post Secondary Education, Portland University. Diaskes 10

Januari 2017.

http://pdxscholar.library.pdx.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=2034&cont ext=open_access_etds

Cazzell, M., & Rodriguez, A. (2011). Qualitative Analysis of Student Beliefs and Attitudes After an Objective Structured Clinical Evaluation: Implications forAffective Domain Learning in Undergraduate Nursing Education(Abtract). Nursing Education. Vol. 12, 711-715.

Colbert - Getz JM. (2013). How do gender and anxiety affect students’self - assasment and actual performance on a high - stakes clinical skills examination?. Academic Medicine; 88(1): 44 - 8.

Corell,et.al., (2007). An affirmed self and an open mind: self-affrmation and sensitivity to argument strengh. Journal of experimental social psychology, 40, 350-356.

Dahlan, S. (2013). Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan : Deskriptif Bivariat dan Multivariat, Dilengkapai Aplikasi dengan Menggunakan SPSS (5 Ed). Jakarta: Saemba Medika.

Delaney, C., Barrere, C., Robertson, S., Zuhourek, R., Diaz, D., & Lachapelle, L. (2015). Pilot Testing Of The NURSE Stres Management Intervention. Jurnal Of Holistic Nursing.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Diaskes 10 Januari 2017.

http://www.depkes.go.id/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf

Dwi. (2016). Hubungan Antara Kecemasan Mahasiswa PSIK UMY Saat Menghadapi Ujian Objective Structured Clinical Examination (OSCE) Terhadap Skor OSCE. Karya Tulis Ilmiah.

El-Darir, A. S., & Abd-El-Hamid, N. A. (2013). Objective Structured Clinical Examination versus Traditional Clinical Students Achievement at Maternity Nursing; a comparative approach. Journal of Dental and Medical Sciences, 4, 63-68.

(36)

70

Tri. (2015). Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Mekanisme Koping Mahasiswa Semester II D-III Keperawatan dalam Menghadapi Praktek Klinik Keperawatan Di Universitas Nusantara PGRI Kediri. Skripsi. Essau, C.A, Sasagawa, S, Ishikawa, S. (2010). Early Learning Lxperience and

Adolescent Anxiety: A Ross-cultural Comparison Between Japan and England. Springer. 20 (1), 196-204.

Fahmi. (2011). Gambaran Tingkat Kecemasan Mahasiswa Semester IV dan Semester VI Prodi S1 keperawatan STIKES Yarsi Surabaya Menghadapi Praktik Klinik di Rumah Sakit Islam Surabaya. Skripsi. Tidak dipublikasikan.

Fidment, S. (2012). The Objective Structured Clinical Exam (OSCE): A Qualitive Study Exploring the Healthcare Student’s Experience. Student Engagement and Experience Journal, 1(1). DIASKES 26 Juni 2017.

http://research.shu.ac.uk/SEEJ/index.php/seej/article/download/37/Fidme nt

Fikri. (2016). Hubungan Tingkat Spiritualitas dengan Tingkat Kecemasan dan Mekanisme Koping Mahasiswa Tingkat Pertama FKIK UMY 2015/2016. Karya tulis ilmiah.

Goleman, Daniel. (2009). Emtional Intlligence “kecerdasan Emosional EL lebih penting dari pada IQ’’. Jakarta: Gramedia Pustaka.

Goleman, Daniel. Dkk. (2006). Emotional Intlligence “kecerdasan Emosional EL lebih penting dari pada IQ”. Jakarta: Gramedia Pustaka.

Gunarsa, S. D. (2004). Bunga Rampai Psikologi Perkembangan dari Anak sampai Usia Lanjut. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Handayani, Nurlia. (2014). Kemampuan Adaptasi dengan Kepuasan Kerja pada Karyawan. Jurnal Online Psikologi. Vol. 02. No.1 Hal 93-107. Universitas Muhamadiyah Malang.

Hawari, D. (2011). Managemen stress, Cemas, dan Depresi .Jakarta: Balai penerbit FKUI.

Herlianita. (2011). Nursing Student’s Emergency Skills Competencies Achievenment Using Peer Assessiment Approach in OSCE. Universitas Muhammadiyah malang.

Hidayat. A.A.A. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Tekhnik Analisa Data.Jakarta: Salemba Medika.

(37)

71

Hidayati, Reni. dkk. 2012. Kecerdasan emosi, stress kerja dan kinerja karyawan. Jurnal Psikologi. Volume 2, No.1. Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

HPEQ Project (Health Professional Education Quality Project). (2011). Panduan penyelenggaran ujian OSCE: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Hurlock, E. (2004). Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka. James, A. (2001). The Objective Structured Clinical Examination. 2 Edition.

Association For Surgical Education.

Jan, L. K., & Popescu, L. (2014). Israel Nursing Students Stress Sources And Coping Strategies During Their First Clinical Experience In Hospital Wards - A Qualitative Research. Revista De Asistenta Sociala, Anul XIII. Vol. 4, 163 - 188.

Junger, J., Schafer, S., Roth, C., Schellberg, D., Friedman, B. D. M., & Nikendei, C. (2005). Effect of Basic Clinical Skills Training on Objective Structured Clinical Examination Performance. Medical Education, 39, pp. 1015-1020.

Ibrahim, AS. (2012). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Edisi Pertama.Jakarta: Salemba Medika.

Idaiati. S, Suhardi, Kristanto, A.Y.(2009). Artikel Penelitian; Analisis Gejala Gangguan Mental Emosional Penduduk Indonesia. Diaskes 10 Januari

2017.

http://e-journal.unair.ac.id/index.php/JBE/article/download/1308/1067

Indra, S., F. (2012). Perbedaan Mekanisme Koping Mahasiswa Baru FKM UI Reguler 2011 yang Tinggal Bersama Orang Tua Dengan yang Tidak Tinggal Bersama Orang Tua. Skripsi Strata Satu, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Irniati. (2008). Hubungan Antara Kecemasan dengan Kemampuan Adaptasi Pada Mahasiswa Tahun Kedua Kelas Internasional Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada. Tesis. Tidak dipublikasikan.

Kaplan HI, Saddock BJ, Grebb JA. (2010) Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Tangerang: Bina Rupa Aksara.

Keliat BA, Wiyono AP, Susanti H. (2011). Manajemen Kasus Gangguan Jiwa : CMHN (intermedian course). Jakarta: EGC.

Kusmawati, F dan Hartono Y. (2011). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

(38)

72

Lallo, D. A., Kandou, L. F. J., & Munayang, H. (2013). Hubungan kecemasan dan hasil ujian UAS-1 mahasiswa baru fakultas kedokteran universitas Sam Ratulangi Manado tahun ajaran 2012/2013. E-Journal Universitas Sam Ratulangi. Vol 1, no 2.

Lukman. (2009). Ansietas pada Fraktur. Jakarta: Salemba Medika.

Mansur, H. (2009). Psikologi Ibu dan Anak Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Martin, Andrew J, et al. (2012). Adaptability: Conceptual and Empirical Perspectives on Responses to Change, Novelty and Uncertainty. Dalam Australian Journal of Guidance and Counselling. Vol. 22. Hal. 58–81. Mary R. A., Marslin, G., Franklin G., & Sheeeba, C. J. (2014). Test Anxiety Level

of Board Exam Going Student in Tamil Nadu, India. Hindawi Publishing Corporation. No: 1- 9.

McCluskey, D. (2008). Kemampuan Praktis Esensial Dalam OSCE di Bidang Kedokteran. Ahli bahasa, Riwanto: editor edisi bahasa Indonesia. Jakarta: EGC.

Mills, B., Carter, O. B., Ross, N. P., Quick, J. K., & Reid, C. J. (2016). The Contribution Of Instuctor Presence To Social Evaluation Anxiety, Immersion And Performance Within Simulation-Based Learning Environmrnts: A With In – Subject Randomised Cross - Over Trial With Paramedic Students (Abstract). Australian Journal Of Paramedicine. Vol. 13, No. 2.

Nadra. (2015). Hubungan Manifestasi Klinis dari Perubahan Fisiologis dengan Kemampuan Adaptasi Ibu Primigravida Trimester 1 Kelurahan Sako Palembang. Tesis. Tidak dipublikasikan.

Nanda. (2015). Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Alih bahasa. Budi Anna Kelia [et al.]. Ed.10. Jakarta : EGC.

Nasir, A, dan Abduk., M. (2011). Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Reneka Cipta. Núñez-Peña, M.I., Suárez-Pellicioni, M., & Bono, R. (2013). Effects of math anxiety on student success in higher education. International Journal of Educational Research, Volume 58, 2013, Pages 36–43

Nursalam. (2013). Konsep dan penerapan meteodeologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

(39)

73

Parashar, F. (2012). Optimism And Pessimism. Diaskes 26 Juni 2017.

Http://Positivepsychology.Org.Ik/Pp-Theory/Optimism/98-Optimism-And-Pessimism.Html.

Pieter, H. Z. Janiwarti. B & Saragih. M. (2011). Pengantar Psikopatologi untuk Keperawatan. Jakarta: Kencana.

Potter dan Perry. (2010). Fundamental Keperawatan. Buku 2. Edisi &. Jakarta: Salemba Medika.

Prato, C. A. (2009). Biofeedback assisted relaxation training program to decrease test anxiety in nursing students.UNLV Theses/ Dissertations/ Professional Papers/Capstones. Paper 81.

Priyati, Suis. (2014). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mekanisme Koping Mahasiswa S1 Keperawatan FIK UNISSULA Angkatan 2012. Tesis. Fakultas Ilmu Keperawatan UNISSULA.

Rahmawati. (2016). Hubungan Kecerdasan Emosianal Dengan Mekanisme Koping Pada Mahasiswa Tahun Pertama Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Karya Tulis Ilmiah.

Redayani, P. (2013). Gangguan Cemas Menyeluruh. Sylvia D. Elvira & Gitayanti. H (Eds), Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.

Richard, & Susun. (2010). Stress, Appraisal and Coping. New York: Springer Publishing Company.

Riset Kesehatan Dasar (2013). Diaskes 10 Januari 2017.

http://www.depkes.go.id/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf

Riwanto. (2008). Kemampuan Praktis Esensial Dalam OSCE di Bidang Kedokteran. Jakarta: EGC.

Rizka. (2009). Hubungan Kecemasan dengan Prestasi Belajar pada Remaja Putri dengan Obesitas pada Remaja Putri dengan Obesitas di SMU 1, SMU 2 dan SMU 10 Padang Tahun 2009. Tesis, Fakultas Kedokteran.

Rosita. (2011). Gambaran Tingkat Kecemasan Mahasiswa dalam Menghadapi Praktek Klinik Keperawatan Jiwa di STIKES Yarsi Surabaya. Skripsi. Tidak dipublikasikan.

Rosnani. (2006). Hubungan Perubahan Fisiologis Dan Psikologis dengan Kemampuan Adaptasi Ibu Hamil Bekerja dan Ibu Rumah Tangga Di Kota Bengkulu. Jurnal Keperawatan Indonesia.

(40)

74

Rufaidah. (2006). Konsep Holistik Dalam Keperawatan Melalui Pendekatan Model Adaptasi Sistem Callista Roy. Volume 2 Nomor 1. Sumatra Utara: Jurnal Keperawatan.

Rushfort, H.E. (2007). Objective Structured Clinical Examination (OSCE): Review of Literature and Implications for Nursing Education. Nurse Education Today. 27: 481 - 490.

Saryono. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jogjakarta: Nuha Medika. Shaban, I. A., Khater, W. A., & Akhu - Zaheya, L. M. (2013). Undergranduate

Nursing Student Stress Sources And Coping Behaviours During Their Initial Period Of Clinical Training: A Jordanian Perspective. Nurse Education Today. Vol. 12. Issue 4, 2014 - 209.

Shadia, A. E., Hanaa, A. E., Hewida, A. H., Nagwa, A. E. F., & Anas, H. E. S. (2010). An Introduction of OSCE versus Traditional Methods in Nursing Education: Faculty Capacity Building and Students Perspec- tives. Journal of American Science, 6, 1002-1014.

Sholeh, Moh. (2006). Terapi Shalat Tahajud. Jakarta: Hikmah.

Stuart, G. W. (2013). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Alih Bahasa Ramona P. Kapoh & Egi Komara Yudha. Jakarta: EGC.

Stunden, A., Halcomb, E., & Jefferies, D. (2015). Tools To Reduce First Year Nursing Students Anxiety Levels Prior To Undergoing Objective Structured Clinical Assessment (OSCA) And How This Impacts On The Students Experience Of Their First Clinical Placement. Nurse Education Today. Vol. 35. Issue 9, 987 - 991

Su, B. H., Shen, W.C., & Chen, W. (2005). Objective Structured Clinical Examination (OSCE): A comparison of Interpersonal Skills Scores with Written OSCE score. Mid Taiwan J MED, 10: 32-37.

Sugiyono. (2011). Metode penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

. Statistika untuk Penelitian dan Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. Suliswati, Payapo, T.A, Maruhawa, J, Sianturi, Y, Sumijatun. (2005). Konsep

Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Suryani, E, Widyasih, H. (2010). Psikologi Ibu dan Anak. Yogyakarta: Fitramaya. Tilton, S.R. (2008). Review of The State-Trait Anxiety Inventory (STAI). New

Notes, Volume 48, Issue 2. Diaskes 26 Juni 2017.

(41)

75

Untari, I. (2014). Hubungan Antara Kecemasan dengan Prestasi Uji OSCE pada mahasiswa Akper PKU Muhammdiyah Surakarta. Jurnal Kebidanan. Vol. VI, No. 01.

Widyandana, & Mufida, D. N. (2008). Persepsi Mahasiswa terhadap Ujian Ketrampilan Medis di Skills Lab Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada. Journal Pendidikan Kedokteran dan Profesi Kesehatan Indonesia, Vol. 7 no.3: 93 -103.

White, C. B., Ross, P. T., & Gruppen, L. D. (2009). Remediating Students Failed OSCE Performances at One School: The Effects of self Assesment, Reflection, and Feedback. Academic Medicine. 84(5): 651-654.

Yudrik. (2011). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana.

Zayyan, M. (2011). Objective Structured Clinical Examination: The Assessment of Choice. Oman Medical Jurnal, No. 219 - 222.

Zhao, F. F., Lei, X. L., He, W., Gu, Y. H., & Li, D. W. (2015). The Study Of Perceived Stress, Coping Strategy And Self - Efficacy Of Chinese Undergraduate Nursing Students In Clinical Practice, International. Journal Of Nursing Practice. Vol. 21. Issue 4, 401 - 409.

(42)

78 Lampiran 3

Kuisioner Kecemasan (Zung Self Anxiety Rating-Scale)

Berilah tanda centang (√) pada jawaban yang paling tepat sesuai dengan keadaan anda atau apa yang anda rasakan pada saat melaksanakan OSCE.

Keterangan: 1. TD : Tidak Pernah 2. KK : Kadang-kadang 3. SR : Sering 4. SL : Selalu No Pernyataan Jawaban TP KK SR SL

1 Saya merasa lebih gelisah atau gugup dan cemas dari biasanya

2 Saya merasa takut tanpa alasan yang jelas 3 Saya merasa seakan tubuh saya berantakan

atau hancur

4 Saya mudah marah, tersinggung atau panic 5 Saya selalu merasa semuanya baik-baik saja

dan tidak ada hal buruk yang akan terjadi 6 Kedua tangan dan kaki saya sering gemetar 7 Saya sering terganggu oleh sakit kepala,

nyeri leher atau nyeri otot

8 Saya merasa badan saya lemah dan mudah lelah

9 Saya dapat istirahat atau duduk dengan tenang

10 Saya merasa jantung saya berdebar-debar dengan keras dan cepat

11 Saya sering mengalami pusing

12 Saya sering pingsan atau merasa ingin pingsan

13 Saya dapat bernafas dengan nyaman/mudah 14 Saya merasa kaku atau mati rasa dan

kesemutan pada jari-jari saya

15 Saya merasakan sakit perut atau gangguan pencernaan

16 Saya sering kencing dari pada biasannya 17 Tangan saya biasanya kering dan

(43)

79

No Pernyataan TP KK SR SL

18 Wajah saya terasa panas dan kemerahan 19 Saya dapat tidur dengan mudah dan dapat

istirahat malam dengan baik

Gambar

Tabel 3.2 Kisi-kisi Variabel Kecemasan  34
Gambar 1 Rentang Respon Kecemasan  16
Tabel 4.1 Distribusi Frekuesi Karakteristik Mahasiswa di Stikes  Jenderal Achmad Yani Yogyakarta pada Bulan Agustus Tahun 2017
Tabel 4.3 Mekanisme Koping mahasiswa menghadapi OSCE di Stikes  Jenderal Achmad Yani Yogyakarta pada Bulan Agustus Tahun 2017

Referensi

Dokumen terkait

LATAR BELAKANG   

perwujudan dari hasil kreativitas masyarakat pendukungnya.Mereka adalah seorang yang hidup dan dibesarkan di lingkungan keluarga pemain seni Topeng Banjet yang di

Sekarang sebagian besar pemain menggunakan motor yang mereka kredit sebagai alat transportasi dan tidak perlu sewa motor atau menumpang mobil angkutan barang/peralatan yang

Siswa biasanya dalam hal menulis teks eksplansi tidak berpedoman dengan struktur dan ejaan yang benar sehingga karangan atau hasil tulisan tidak sesuai dengan ketentuan

Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa komunikasi tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap keterlambatan penyusunan laporan keuangan Dinas

Sebaliknya apabila butiran yang dirujuk itu merujuk kepada situasi atau berada di luar wacana, ia dikenali sebagai rujukan eksofora ( exophora ) atau rujukan situasi (Halliday

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin,

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif asosiatif, yaitu untuk menjelaskan hubungan variabel bebas (volume