1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Anxiety (kecemasan) merupakan suatu keadaan emosional yang
mempunyai ciri keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak meyenangkan, dan kekhawatiran bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi.1
Kecemasan dapat dialami 2-4% di setiap kehidupan. Di Amerika Serikat, terdapat 40 juta orang mengalami gangguan cemas terjadi pada usia 18 tahun sampai usia lanjut. Prevalensi kecemasan di Indonesia diperkirakan 2-6 juta jiwa dari 220 juta populasi masyarakat Indonesia.
Kecemasan merupakan suatu kondisi yang pernah dialami oleh hampir semua individu, hanya saja kadar dan tarafnya yang berbeda-beda. Ada individu yang dapat menyelesaikan masalahnya hingga kecemasan yang dialami tidak berkepanjangan, tetapi tidak jarang kecemasan tersebut mendatangkan gangguan bagi yang mengalaminya.2Kecemasan adalah suatu sinyal yang membuat seseorang waspada akan adanya suatu bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman. Berbagai macam upaya dilakukan untuk mereduksi kecemasan, dan tindakan yang sering dilakukan adalah merokok.3Tingkat kecemasan seseorang diukur dengan
menggunakan kuisioner Depression Anxiety Stress Scale (DASS).
Menurut data WHO 2008 Indonesia menduduki posisi peringkat ke 3 dengan jumlah perokok terbesar setelah China dan India.Prevalensi merokok di Indonesia sangat tinggi di berbagai lapisan masyarakat, terutama pada laki-laki mulai dari anak-anak, remaja, dan dewasa. Survei Sosial Ekonomi (Susenas) dan Riskesdas menunjukkan bahwa prevalensi merokok untuk semua kelompok umur terus mengalami lonjakan.4juga tampak prevalensi yang lebih tinggi pada penduduk yang tinggal di pedesaan, tingkat pendidikan rendah (tidak tamat SD), pekerjaan informal sebagai petani,buruh,nelayan dan status ekonomi rendah.5
2
Secara Nasional presentase penduduk merokok tiap hari tampak tinggi pada kelompok usia produktif (25-64 tahun). Menurut Global Adult Tobacco Survey (GATS) 2011 prevalensi perokok seluruhnya 34,8% atau 59,9 juta orang dewasa saat ini telah merokok. Data Riskesdas 2010prevalensi perokok dewasa 31,9% adalah dari kalangan berpendidikan rendah (tidak sekolah dan tidak tamat SD) sedangkan pada kalangan berpendidikan tinggi hanya 25,5%juga tampak pada kalangan berpendapatan rendah, sebanyak 35% sedangkan pada kalangan berpendapatan tinggi hanya 32%.6
Penelitian yang dilakukan oleh Komalasari dan Helmi tentang faktor-faktor perilaku merokok kondisi yang paling banyak perilaku merokok adalah subjek dalam tekanan, konsumsi rokok merupakan upaya-upaya mengatasi masalah yang bersifat emosional atau sebagai kompensatoris kecemasan yang dialihkan terhadap perilaku merokok. Saat pertama kali mengkonsumsi rokok, gejala-gejala yang mungkin terjadi adalah batuk-batuk, lidah terasa getir, dan perut mual. Namun demikian sebagian dari para pemula tersebut mengabaikan perasaan tersebut, biasanya berlanjut menjadi kebiasaan dan akhirnya menjadi ketergantungan. Ketergantungan ini dipersepsikan sebagai kenikmatan yang memberikan kepuasan psikologis. Hal ini disebabkan efek nikotin yang bersifat adiktif.Nikotin menyebabkan ketergantungan karena dapat memicu dopamine yaitu unsur kimia di dalam otak yang berhubungan dengan perasaan senang.7Tingkat ketergantungan seseorang terhadap rokok diukur dengan
menggunakan Glover Nilsson Smoking Behaviour Questionnaire.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:Apakah ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan perilaku ketergantungan merokok pada pengendara becak bermotor di Kelurahan Siringo-ringo Rantauprapat?
3
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara tingkat kecemasan dengan perilaku ketergantungan merokok pada pengendara becak bermotor di Kelurahan Siringo-ringo Rantauprapat
1.3.2. Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
1. Menilai kekuatan hubungan tingkat kecemasan dengan perilaku ketergantungan merokok pada pengendara becak bermotor di Kelurahan Siringo-ringo Rantauprapat
2. Distribusi frekuensi tingkat kecemasan pada pengendara becak bermotor di Kelurahan Siringo-ringo Rantauprapat
3. Distribusi frekuensi perilaku ketergantungan merokok pada pengendara becak bermotor di Kelurahan Siringo-ringo Rantauprapat
4. Profil perilaku ketergantungan merokok pada pengendara becak bermoto di Kelurahan Siringo-ringo Rantauprapat berdasarkan usia dan pendidikan
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.4.1. Bagi Pengendara Becak Bermotor
Untuk memberikan informasi tentang adanya hubungan tingkat kecemasan dengan perilaku ketergantungan merokok.
1.4.2. Bagi Peneliti Lain
Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya.
4
1.4.2. Bagi Penulis
Untuk meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan wawasan peneliti, dan membuktikan ada tidaknya hubungan tingkat kecemasan dengan perilaku ketergantungan merokok pada pengendara becak bermotor.