HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN DENGAN
MOTIVASI BELAJAR SISWA
(Studi Korelasi pada kelas 6 SDN Sukagalih Bandung, Tahun 2013)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi pada Jurusan Psikologi
Oleh: Febi Rosalia Indah
0901449
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN DENGAN
MOTIVASI BELAJAR SISWA
(Studi Korelasi pada kelas 6 SDN Sukagalih Bandung, Tahun 2013)
Oleh:
Febi Rosalia Indah
Sebuah Skripsi Yang Diajukan Untuk Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Psikologi Pada Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan
© Febi Rosalia Indah
Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2014
Hak cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
ABSTRAK
Febi Rosalia Indah (0901449). Hubungan antara Kelekatan dengan Motivasi
Belajar Siswa. Skripsi, Jurusan Psikologi FIP UPI, Bandung (2013).
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kelekatan dengan motivasi
belajar siswa. Subjek dalam penelitian adalah 88 siswa kelas 6 SDN Sukagalih
Bandung yang dipilih dengan metode populasi. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif dengan metode korelasional. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara ketiga komponen
gaya kelekatan dengan motivasi belajar. Selain itu semua komponen gaya
kelekalatan, yaitu gaya kelekatan aman dan cemas berkorelasi positif dan
signifikan dengan motivasi belajar siswa, kecuali gaya kelekatan menghindar
berkorelasi negatif dan signifikan dengan motivasi belajar siswa. Diharapkan dari
hasil penelitian ini, hendaknya pihak sekolah terutama guru dapat meningkatkan
kelekatan dan motivasi belajar siswa, dengan menciptakan lingkungan belajar
yang kondusif, yaitu lingkungan yang nyaman untuk kegiatan belajar mengajar.
Misalnya dengan cara mewajibkan guru menyambut dengan ramah dan sapaan
salam ketika bertemu dengan siswa, sehingga siswa merasa senang ketika
berinteraksi dengan guru
ABSTRACT
Febi Rosalia Indah (0901449). The Relationship Between Attachment with
The Students’ Motivation. S1 Thesis, Department of Psychology, Faculty of Education, Indonesia University of Education, Bandung (2013).
This research is aimed to reveal the relationship between attachment with the
students’ motivation. The participants of this research are 88 6th grade students of
SDN Sukagalih Bandung, that chosen by the population method. This research
uses quantitative approach with a correlation method. The result of the research
shows there is significant relationship between the three components of
attachment style with the students’ motivation. In addition, all the components of
attachment style, namely secure and anxiety correlated positively and significantly
with the students’ motivation, except avoidant attachment correlated negatively and significantly with the students’ motivation. From this research, teachers are expected to be able to raise the student's motivation of learning, by creating a
comfortable learning condition, for example, by ruling the teachers to welcome
the students friendly, and greet them when they meet, so they'll feel excited when
they interact with the teachers.
DAFTAR ISI
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Struktur Organisasi Skripsi ... 9
BAB II KELEKATAN DAN MOTIVASI BELAJAR ... 10
A. Kelekatan ... 10
1. Definisi Kelekatan dan Tingkah Laku Lekat ... 10
2. Proses Pembentukan Kelekatan ... 13
3. Kondisi yang Mempengaruhi Kelekatan ... 14
4. Gaya Kelekatan ... 16
B. Motivasi Belajar ... 18
1. Definisi Motivasi Belajar ... 18
2. Jenis-jenis Motivasi Belajar ... 19
3. Fungsi Motivasi ... 20
4. Ciri-ciri Motivasi Belajar ... 22
5. Faktor yang Memperngaruhi Motivasi Belajar ... 23
6. Upaya Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar ... 25
D. Hipotesis ... 31
BAB III METODE PENELITIAN ... 32
A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 32
1. Lokasi Penelitian ... 32
2. Populasi Penelitian ... 32
3. Sampel dan Teknik Sampling Penelitian ... 32
B. Metode Penelitian ... 33
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 33
D. Teknik Pengumpulan Data ... 34
E. Instrumen Penelitian ... 35
1. Kuesioner Gaya Kelekatan ... 35
a. Penyekoran Kuesioner Gaya Kelekatan ... 35
b. Kategorisasi Skor Gaya Kelekatan ... 36
2. Kuesioner Motivasi Belajar ... 38
F. Uji Coba Alat Ukur Penelitian ... 40
1. Validitas Isi ... 40
2. Uji Keterbacaan Instrumen ... 40
3. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 40
a. Validitas Instrumen dan Reliabilitas Gaya Kelekatan ... 41
b. Validitas Instrumen dan Reliabilitas Motivasi Belajar Siswa ... 43
G. Teknik Analisis Data ... 44
H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 52
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 54
A. Hasil Penelitian ... 54
1. Gambaran Gaya Kelekatan di SDN Sukagalih ... 54
3. Hubungan antara Kelekatan dengan Motivasi Belajar Siswa di SDN
Sukagalih ... 56
B. Pembahasan ... 58
1. Gaya Kelekatan di SDN Sukagalih ... 58
2. Motivasi Belajar Siswa di SDN Sukagalih ... 60
3. Hubungan antara Gaya Kelekatan dengan Motivasi Belajar di SDN Sukagalih ... 62
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 65
A. Kesimpulan ... 65
B. Rekomendasi ... 66
DAFTAR PUSTAKA ... 67
LAMPIRAN 1 Instrumen Awal dan Instrumen Terpakai Gaya Kelekatan dan Motivasi Belajar ... 71
LAMPIRAN 2 Skoring Uji Coba, Skoring Responden dan Kategorisasi Gaya Kelekatan dan Motivasi Belajar ... 78
LAMPIRAN 3 Hasil Perhitungan SPSS dan Hasil Uji Keterbacaan ... 97
LAMPIRAN 4 Surat-surat Penelitian dan Kartu Bimbingan ... 108
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Penyekoran Kuesioner Gaya Kelekatan ... 36
Tabel 3.2 Skor Maksimal Gaya Kelekatan ... 37
Tabel 3.3 Penyekoran Kuesioner Motivasi Belajar ... 39
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Gaya Kelekatan ... 42
Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Motivasi Belajar ... 44
Tabel 3.6 Hasil Uji Linearitas ... 45
Tabel 3.7 Interpretasi Kategori Persentase ... 48
Tabel 3.8 Rumusan Dua Kategori ... 49
Tabel 3.9 Interpretasi Koefisien Korelasi r ... 51
Tabel 4.1 Gambaran Gaya Kelekatan di SDN Sukagalih ... 54
Tabel 4.2 Motivasi pada Siswa Kelas 6 SDN Sukagalih ... 55
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Salah satu usaha yang memiliki arah dan sifatnya sistematis demi
perubahan tingkah laku yang menjadi lebih baik dari siswa adalah pendidikan.
(Sadirman, 2011). Dengan pendidikan, siswa akan menjalankan tugas
perkembangannya sesuai dengan semestinya karena mendapat bimbingan dari
guru. Bimbingan guru akan sangat berguna untuk kehidupan siswanya kelak.
Tugas guru bukan hanya menyampaikan bahan pengajaran pada siswa, tetapi
harus menguasi bahan tersebut secara keseluruhan agar siswa memiliki motivasi
belajar yang lebih baik (Sadirman, 2011).
Hubungan antara siswa dan guru merupakan hal cukup penting dalam
proses belajar dan mengajar terutama di sekolah. Selama di sekolah, siswa
melakukan interaksi dengan guru dalam menerima pelajaran. Interaksi tersebut
dapat tumbuh positif maupun negatif pada setiap siswa. Hubungan yang positif
antara siswa dan guru dapat membuat pengalaman belajar dan menumbuhkan
motivasi belajar siswa (Ahmad & Sahak, 2009). Suatu keadaan yang dapat
membuat seseorang menjadi lebih bersemangat dan lebih fokus mencapai tujuan,
disebut motivasi. Perilaku yang menunjukkan seseorang memiliki motivasi
adalah orang tersebut mempunyai fokus terhadap arah dan tujuannya, selain itu
hal tersebut bertahan tidak sebentar (Santrock, 2004).
Menurut Whittaker (Soemanto, 2006), motivasi mampu membuat
seseorang menjadi lebih terdorong untuk mencapai tujuannya. Sama halnya
dengan Whittaker, Morgan mengatakan bahwa motivasi berhubungan dengan
aspek-aspek sebagai berikut, yaitu keadaan yang dapat menimbulkan perilaku
termotivasi (motivating states), perilaku yang ditimbulkan akibat keadaan itu
(motivated behavior), dan tujuan dari perilaku itu (goals or ends of such
Motivasi merupakan aspek penting dari proses belajar dan mengajar.
Seorang siswa yang memiliki motivasi belajar yang rendah tidak akan berusaha
keras belajar untuk menggapai cita-citanya. Sedangkan Siswa yang memiliki
motivasi tinggi akan senang pergi ke sekolah dan menikmati proses belajar
(Santrock, 2004:509).
Terdapat dua jenis motivasi yang ada dalam diri seseorang, yaitu motivasi
ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik merupakan suatu keadaan
yang dapat membuat sesorang terdorong melakukan usaha untuk mendapatkan
sesuatu (tujuan). Sesuatu yang datang dari luar tersebut dapat berupa imbalan
atau hukuman. Contohnya, seorang siswa rajin belajar karena agar mendapat
uang jajan lebih dari orang tuanya. Sedangkan motivasi intrinsik adalah suatu
dorongan yang datang dari diri sesorang untuk melakukan usaha dalam
medapatkan sesuatu (tujuan). Contohnya, siswa rajin belajar karena menyukai
pelajarannya (Santrock, 2004).
Motivasi belajar adalah Motivasi belajar dapat timbul karena faktor
instrinsik, misalnya seorang siswa mempunyai keinginan untuk berhasil karena ia
menyukai proses yang ditempuh untuk mendapatkan keberhasilan itu. Sedangkan
faktor ekstrinsiknya, dapat berupa imbalan atau penghargaan yang datang dari
lingkungan belajar. Lingkungan belajar yang mendukung seperti adanya
perhatian orang-orang terdekat anak, yaitu orang tua, guru, teman dekat dan
lainnya akan sangat membantu anak menumbuhkan motivasi belajarnya (Uno,
2006:23).
Beberapa peran yang dimiliki guru dalam proses belajar dan mengajar
diataranya adalah, guru tidak hanya betugas sebagai “pengajar” menyampaikan
bahaan pelajaran, tetapi juga seorang “pendidik” yang mampu membimbing
siswanya mengembangkan potensi yang dimiliki siswanya agar menjadi lebih
optimal. Artinya, seorang guru memiliki peranan yang cukup penting dalam
proses pencapaian tujuan pendidikan. Dalam proses belajar dan mengajar,
siswa untuk belajar. Melalui interaksi tersebut seorang guru diharapkan dapat
mengembangkan potensi yang dimiliki siswanya, karena siswa tersebut akan
lebih termotivasi dalam belajar dan berusaha optimal dalam menggapai
cita-citanya. Pernyataan di atas sesuai dengan pendapat Hawley (Yusuf, 1993), siswa
yang memiliki motivasi belajar yang tinggi, maka usaha yang dilakukannya akan
lebih optimal dibandingankan dengan siswa yang memiliki motivasi yang
rendah.
Menurut Stipek (dalam Santrock, 2008) siswa yang bermasalah di sekolah
pada umumnya memiliki interaksi yang negatif dengan gurunya. Interaksi yang
baik antara guru dengan siswa, akan membuat siswa merasa nyaman belajar di
kelas, sedangkan jika siswa sendiri merasa kurang nyaman dengan guru maka
proses belajar pun akan terhambat. Perhatian orang tua, guru, dan teman dalam
bentuk dukungan akan memungkinkan anak untuk lekat yang ditunjukan anak
terhadap figur lekatnya (Bashori, 2003). Dalam usaha menunjukkan tingkah laku
lekatnya ini, anak akan berusaha untuk mempertahankan hubungan ini dengan
cara menaruh rasa percaya dan menjalin komunikasi dengan figur lekatnya.
Menurut Bowlby, kelekatan (attachment) sendiri adalah ikatan kasih sayang yang
berkembanng antara anak dan pengasuhnya (Bashori, 2003:31). Pengasuh dalam
hal ini adalah guru, sebagai orang tua pengganti ketika siswa berada di sekolah.
Guru adalah salah satu figur lekat siswa di sekolah.
Ainsworth (1978) menggambarkan tiga jenis gaya kelekatan, yaitu gaya
kelekatan aman (secure), cemas (anxious) dan menghindar (avoidant).
Orang-orang yang memiliki gaya kelekatan aman (secure) memiliki kepercayaan pada
orang lain. Mereka sangat menyambut jika orang lain membuat hubungan dekat
dengan mereka dan hubungan mereka cenderung bertahan lama. Sedangkan
orang-orang yang menunjukkan gaya kelekatan cemas (anxious) berpikir bahwa
orang lain enggan untuk membuat hubungan yang dekat dengan mereka. Mereka
memiliki rasa takut untuk ditolak, selain itu hubungan mereka cenderung tidak
menghindar (avoidant), orang-orang yang memiliki gaya kelekatan ini tidak
nyaman berada dekat dengan orang lain. Mereka sulit untuk mempercayai orang
lain. Selain itu, mereka juga tidak bisa membiarkan diri mereka tergantung pada
orang lain.
Terdapat beberapa hasil peneltian yang berhubungan dengan kelekatan dan
motivasi belajar. Penelitian dari Ahmad & Sahak (2009) tentang kelekatan
siswa-guru dan sikap guru terhadap kerja dilakukan pada 242 orang guru di 17
sekolah Malaysia. Penelitian ini hanya diujikan pada guru biasa (tidak termasuk
kepala sekolah, wakil kepala sekolah, dan guru konseling). Hasilnya
menunjukan bahwa terdapat hubungan antara kelekatan siswa pada guru dengan
sikap guru terhadap kerja. Hubungan yang positif antara siswa dan guru
membuat kenyamanan pada saat proses belajar mengajar, dengan begitu guru
akan lebih termotivasi untuk mengajar. Menurut Sadirman (2011) dengan
adanya motivasi yang dimiliki oleh guru, guru akan melakukan usaha dalam
membimbing dan menumbuhkan motivasi pada siswanya agar dapat belajar
secara optimal.
Penelitian dari Helmi (1999) tentang gaya kelekatan dan konsep diri yang
dilakukan terhadap mahasiswa jurusan psikologi negeri (33 orang) dan swasta
(58 orang), menunjukkan bahwa ketiga jenis gaya kelekatan merupakan
konstruksi yang bersifat kecenderungan, artinya jenis gaya kelekatan tersebut
tidak selamanya melekat pada diri seseorang dan dapat berubah seiring waktu,
sesuai intensitas interaksi seseorang dengan figur lekatnya. Selain itu, dalam
penelitian ini gaya kelekatan aman mempunyai kontribusi lebih besar dalam
konsep diri seseorang dibandingkan dengan gaya kelekatan cemas dan gaya
kelekatan menghindar.
Rienties dkk (2008) melakukan penelitian tentang virtual tim dan
attachment khusus untuk motivasi intrinsik. Penelitian ini dilakukan pada 82
beda. 45% partisipan diantaranya adalah perempuan. Hasilnya menyatakan
dalam 3 profil yang dibentuk sebelumnya yaitu: 1. motivasi intrinsik rendah,
motivasi eksrinsik tinggi, 2. motivasi intrinsik dan ekstrinsik sedang, 3. motivasi
intrinsik tinggi dan motivasi ekstrinsik tinggi. Ternyata setelah diujikan hasilnya
profil motivasi mempengaruhi dengan siapa partisipan berinteraksi. Partisipan
dengan motivasi intrinsik tinggi lebih mudah berinteraksi atau menjalin
hubungan kelekatan dengan profil lain, sedangkan partisipan dengan motivasi
intrinsik rendah dan sedang lebih fokus pada kelompok profilnya sendiri
daripada dengan kelompok profil lain. Hal tersebut menyiratkan motivasi yang
timbul dari dalam diri siswa memiliki peran lebih besar daripada motivasi yang
datang dari orang lain, seperti orang tua ataupun guru di sekolah. Dengan kata
lain kelancaran pembelajaran dengan virtual tim tersebut dipengaruhi oleh
motivasi intrinsik siswa itu sendiri.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dilihat bahwa kelekatan merupakan
konstruksi yang bersifat kecenderungan, artinya kelekatan tersebut dapat
berubah seiring waktu sesuai intensitas interaksi seseorang dengan figur
lekatnya. Seseorang akan merasa nyaman jika memiliki interaksi atau kelekatan
(attachment) yang positif dengan figur lekatnya. Dalam setting sekolah, guru
merupakan salah satu figur lekat. Figur lekat sendiri termasuk faktor ekstrinsik
dalam motivasi belajar siswa. Interaksi positif antar guru dan siswa dapat
menciptakan suasana yang nyaman, sehingga guru akan termotivasi untuk lebih
mengembangkan potensi siswanya agar memiliki motivasi belajar yang tinggi.
Namun, dalam penelitian lain ternyata motivasi instrinsik pada anak (siswa)
memiliki peran yang lebih besar daripada motivasi yang datang dari pihak lain,
siswa yang memiliki motivasi intrinsik tinggi lebih mudah berinteraksi atau
melakukan kelekatan dengan orang lain. Dengan adanya keragaman dari hasil
penelitian di atas, peneliti tertarik untuk mengungkap dan mengidentifikasi
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah
Dalam proses belajar dan mengajar, guru mempunyai peran yang cukup
penting. Salah satunya memotivasi siswa untuk giat belajar agar mencapai
prestasi yang dicita-citakan. Kelekatan siswa pada guru akan mempengaruhi
proses belajar mengajar tersebut. Interaksi yang baik antara guru dengan siswa,
akan membuat siswa merasa nyaman belajar di kelas, sedangkan jika siswa
sendiri merasa kurang nyaman dengan guru maka proses belajar pun akan
terhambat. Menurut Ainsworth (1978) ada tiga jenis gaya kelekatan, yaitu gaya
kelekatan aman, gaya kelekatan cemas dan gaya kelekatan menghindar
(avoidant). Dari ketiga jenis gaya kelekatan ini dikentarai akan berbeda-beda
pula hubungannya dengan motivasi belajar siswa.
Dengan begitu, secara imum fokus permasalah yang ingin peneliti kaji
adalah,“Apakah terdapat hubungan antara kelekatan dengan motivasi belajar
siswa?”
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dirumuskan pertanyaan penelitian
sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran gaya kelekatan di SDN Sukagalih Bandung?
2. Bagaimana gambaran motivasi belajar siswa di SDN Sukagalih Bandung?
3. Apakah terdapat hubungan antara gaya kelekatan dengan motivasi belajar
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian berdasarkan rumusan masalah tersebut, adalah sebagai
berikut:
1. Untuk memperoleh temuan mengenai kelekatan di SDN Sukagalih Bandung.
2. Untuk memperoleh temuan mengenai motivasi belajar siswa di SDN
Sukagalih Bandung.
3. Untuk memperoleh temuan mengenai hubungan antara kelekatan dengan
motivasi belajar siswa di SDN Sukagalih Bandung.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dari segi teoritik
maupun empirik, yaitu:
1. Kegunaan Teoritis
Memberikan sumbangan aspek teoritik yaitu bagi perkembangan ilmu
psikologi khususnya pada bidang psikologi pendidikan melalui pendekatan serta
metode-metode yang digunakan terutama yang menyangkut kelekatan siswa
pada guru dan motivasi belajar siswa, sehingga diharapkan dapat memberikan
sumbangan bagi para akademisi dalam pengembangan teori kelekatan dan
motivasi belajar.
2. Kegunaan Praktis
a. Untuk Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat menambah sumber keilmuan mengenai
hubungan antara kelekatan dengan dengan motivasi belajar siswa yang
nantinya dapat dijadikan masukan bagi bagi sekolah untuk membangun
suasana belajar yang lebih nyaman, sehingga mampu mencapai tujuan belajar
yang sudah ditetapkan. Misalnya melalui cara mewajibkan guru menyambut
b. Untuk Guru
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan bagi guru agar mampu
membuat hubungan kelekatan yang baik dengan siswanya agar siswanya lebih
termotivasi untuk giat belajar, misalnya dengan cara mengajar yang ramah
namun tegas dan memberikan hadiah atau hukuman pada siswa sesuai dengan
kebutuhan.
c. Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu referensi bagi
peneliti selanjutnya untuk mengembangkan penelitian lain, khususnya yang
E. Struktur Organisasi Skripsi
Struktur organisasi skripsi dirancang untuk mengetahui alur pikir dalam
penelitian ini dan berfungsi sebagai pedoman pembuatan laporan penelitian.
Pemaparannya adalah sebagai berikut:
Skripsi ini terdiri atas lima bab, yaitu Bab I merupakan pendahuluan, yang
meliputi latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi. Bab II terdiri atas kajian
pustaka mengenai kelekatan dan motivasi belajar, kerangka pemikiran, dan
hipotesis penelitian. Bab III menjelaskan tentang metode penelitian yang
digunakan, terdiri atas lokasi dan sampel penelitian, definisi operasional,
instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, uji validitas dan reliabilitas
instrumen, dan analisis data penelitian. Bab IV memaparkan hasil penelitian dan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini bertempat di SDN Sukagalih Bandung yang berlokasi di Jalan
Sukagalih No. 108, Bandung.
2. Populasi Penelitian
Populasi merupakan keseluruhan objek yang digunakan dalam penelitian
(Arikunto, 2006:130). Dalam penelitian ini, menggunakan populasi siswa kelas 6
SDN Sukagalih Bandung yang berjumlah 88 orang.
3. Sampel dan Teknik Sampling Penelitian
Menurut Arikunto (2006), sampel merupakan bagian dari populasi dalam
penelitian. Apabila responden kurang dari 100 orang lebih baik diambil
seluruhnya, sehingga penelitian yang dilakukan termasuk penelitian populasi.
Sebaliknya, untuk jumlah responden lebih dari 100 orang atau lebih, maka sample
yang digunakan sejumlah 10%-15% dari keseluruhan responden sampai dengan
20%-25% atau lebih, sesuai dengan:
a. Kesanggupan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana.
b. Lokasi pengamatan, karena dapat berpengaruh pada banyak atau sedikitnya
responden.
c. Resiko yang kemungkinan didapat oleh peneliti ketika melakukan peneltian.
Karena populasi siswa kelas 6 SDN Sukagalih Bandung berjumlah 88 orang,
maka sampel yang diambil adalah sebanyak 88 orang. Jadi penelitian ini
merupakan penelitian populasi.
B.Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Sugioyono (2009),
metode penelitian kuantitatif yaitu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
positivism dan digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Teknik
pengambilan sampel metode peneltian ini, pada umumnya dilakukan secara random.
Sedangkan pengumpulan data dapat menggunakan instrumen penelitian dan analisis
data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang
telah ditetapkan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Metode
penelitian korelasional, yaitu penelitian yang dapat mencari tahu hubungan antara
variabel-variabel dan melihat bagaimana hubungan tersebut dapat terjadi (Sugiyono,
2009). Penelitian ini menggunakan metode korelasional karena ingin mendapatkan
gambaran yang jelas mengenai hubungan antara kelekatan siswa pada guru dengan
motivasi belajar siswa.
C.Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah gaya kelekatan dan motivasi belajar, definisi
operasional dari kedua variabel tersebut yaitu:
1. Gaya kelekatan merupakan hubungan yang terjalin secara emosional yang kuat
antara anak dengan figur lekatnya, dalam hal ini digambarkan oleh siswa dengan
gurunya. Gaya kelekatan ini dapat diungkap melalui tiga dimensi gaya kelekatan
menurut Ainsworth (1978) yaitu gaya kelekatan aman, cemas dan menghindar.
a. Gaya Kelekatan Aman ditandai dengan: siswa merasa senang dengan kelekatan
b. Gaya Kelekatan Cemas ditandai dengan: siswa merasa cemas jika ditolak dan
diterlantarkan oleh guru.
c. Gaya Kelekatan Menolak ditandai dengan: siswa tidak senang atau menolak jika
berada di dekat guru.
2. Variabel yang berikutnya adalah motivasi belajar. Motivasi belajar merupakan
dorongan seorang siswa untuk belajar agar mendapat atau mencapai tujuan yang
diinginkan. Tinggi rendahnya motivasi belajar, dilihat dari indikator
sebagaimana dikemukakan oleh Makmun (2003:40), yaitu:
1. Jumlah waktu yang diluangkan siswa untuk belajar.
2. Seberapa sering siswa belajar di sekolah maupun di rumah.
3. Fokus siswa untuk mendapat atau mencapai tujuan yang diinginkan.
4. Siswa tidak mudah putus asa ketika mendapat kesulitan dan berusaha mencari
jalan keluarnya.
5. Pengorbanan siswa dari segi moral maupun materil untuk mencapai tujuan.
6. Tingkat tujuan yang ingin diraih siswa.
7. Prestasi yang sudah didapat dengan usaha siswa.
8. Sikap yang dilakukan siswa dalam mencapai tujuan.
D.Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2012:137) pengumpulan data penelitian kuantitatif dapat
dilakukan dengan cara wawancara, kuesioner/angket, dan observasi. Kuesioner
adalah sejumlah pernyataan yang dibuat untuk mengetahui informasi tentang
responden yang bersifat pribadi Arikunto (2006)
Pengumpulan data, menggunakan instrumen berupa kuesioner yang disebarkan
E.Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan berupa kuesioner dengan menggunakan skala
bertingkat (rating scale). Kuesioner skala bertingkat merupakan sebuah pernyataan
yang mempunyai kolom yang dapat melihat tingkat persepsi yang dirasakan oelh
responden, misalnya mulai dari sangat sesuai sampai dengan sangat tidak sesuai
(Arikunto, 2006). Kuesioner dalam penelitian ini adalah kuesioner gaya kelekatan
dan kuesioner motivasi belajar.
1. Kuesioner Gaya Kelekatan
Kuesioner gaya kelekatan yang digunakan dalam penelitian dikembangkan
oleh peneliti dengan menurunkan langsung ketiga gaya kelekatan dari
Ainsworth (1978), yaitu gaya kelekatan aman, cemas, dan menghindar.
Kuesioner tersebut terdiri atas 30 item, yang berbentuk skala rating. Tingkat
reliabilitas kuesioner untuk gaya kelekatan aman tergolong sangat reliable
(0,950), gaya kelekatan cemas tergolong reliable (0,796), dan gaya kelekatan
menghindar tergolong reliable (0,799). Kuesioner gaya kelekatan digunakan
untuk mengetahui jenis kelekatan responden.
Untuk dapat mengelompokkan reponden ke dalam jenis kelekatan, maka
a. Penyekoran Kuesioner Gaya Kelekatan
Penyekoran kuesioner dilakukan dengan cara memberikan skor pada setiap
pilihan jawaban responden, dengan ketentuan seperti tertera pada tabel 3.1
Tabel 3.1
Penyekoran Kuesioner Gaya Kelekatan
Pilihan Jawaban Skor
Favorable Unfavorable
Sangat Sesuai 5 1
Sesuai 4 2
Ragu 3 3
Tidak Sesuai 2 4
Sangat Tidak Sesuai 1 5
b.Kategorisasi Skor Gaya Kelekatan
Kategorisasi pada instrumen gaya kelekatan akan mengelompokkan
responden penelitian ke dalam tiga gaya kelekatan yaitu, aman, cemas dan
menghindar. Kategorisasi ini dilakukan dengan cara penyekoran secara terpisah
pada pernyataan-pernyataan yang mewakili setiap dimensi gaya kelekatan,
sehingga setiap responden penelitian memiliki tiga skor pada instrumen gaya
kelekatan. Skor tertinggi yang dimiliki responden menunjukkan kecenderungan
Terdapat tiga langkah untuk mengkategorisasikan responden pada gaya
kelekatan tertentu, yaitu:
1)Menetapkan skor maksimal untuk tiap gaya kelekatan
Skor maksimal untuk tiap gaya kelekatan didasarkan pada perhitungan
jumlah pilihan jawaban. Berikut ini adalah tabel skor maksimal untuk
masing-masing gaya kelekatan:
Tabel 3.2
Skor Maksimal Gaya Kelekatan
Gaya Kelekatan Jumlah Item
Skor Maksimal
Pilihan Jawaban
Skor Maksimal
Gaya Kelekatan
Aman 10 5 50
Cemas 10 5 50
Menghindar 10 5 50
2)Menghitung Skor Gaya Kelekatan Responden
Adapun rumus perhitungan skor untuk setiap gaya kelekatan responden adalah sebagai berikut:
3)Menggolongkan Responden ke dalam Jenis Gaya Kelekatan
Untuk dapat digolongkan ke dalam salah satu gaya kelekatan,
responden harus memiliki skor maksimal salah satu gaya kelekatan yang
paling tinggi dari skor maksimal dua gaya kelekatan yang lain.
2. Kuesioner Motivasi Belajar
Kuesioner motivasi yang digunakan dalam penelitian dikembangkan oleh
peneliti dengan menurunkan langsung dari indikator motivasi belajar yang
dikemukakan oleh Makmum (2003:40). Indikator tersebut yaitu: jumlah waktu
yang diluangkan siswa untuk belajar, seberapa sering siswa belajar di sekolah
maupun di rumah, fokus siswa untuk mendapat atau mencapai tujuan yang
diinginkan, siswa tidak mudah putus asa ketika mendapat kesulitan dan berusaha
mencari jalan keluarnya, pengorbanan siswa dari segi moral maupun materil untuk
mencapai tujuan, tingkat tujuan yang ingin diraih siswa, prestasi yang sudah
didapat dengan usaha siswa, sikap yang dilakukan siswa dalam mencapai tujuan.
Skor Gaya Kelekatan Menghindar =
Skor Gaya Kelekatan Cemas =
Skor Gaya Kelekatan Aman =
Kuesioner terdiri atas 30 item, yang berbentuk skala rating, dengan tingkat
reliabilitas sebesar 0,953 (sangat reliable).
Penyekoran kuesioner dilakukan dengan cara memberikan skor pada setiap
pilihan jawaban responden, dengan ketentuan seperti yang tertera pada tabel 3.3
Tabel 3.3
Penyekoran Kuesioner Motivasi Belajar
Pilihan Jawaban Skor
Favorable Unfavorable
Sangat Sesuai 5 1
Sesuai 4 2
Ragu 3 3
Tidak Sesuai 2 4
Sangat Tidak Sesuai 1 5
Kemudian dilakukan perhitungan jumlah total skor yang didapat dari
masing-masing responden, sehingga setiap responden memiliki skor motivasi belajar. Skor
F.Uji Coba Alat Ukur Penelitian
1. Validitas Isi
Arikunto (2006) mengemukakan bahwa ukuran yang mampu melihat
tingkat kevalidan instrumen disebut dengan validitas. Pada penelitian ini
dilakukan uji validitas isi dan daya diskriminasi item untuk menilai validitas
instrumen. Validitas isi dapat dilakukan dengan uji analisis rasional menurut
para ahli, yaitu professional judgment (Azwar, 2011).
Dalam penelitian ini professional judgement dilakukan oleh dua orang
dosen jurusan Psikologi Unversitas Pendidikan Indonesia yang di dalamnya
dilakukan analisis item yang telah disusun peneliti untuk dilihat
pernyataan-pernyataan mana saja yang cocok dengan indikator ataupun item yang harus
diganti atau bahkan dibuang.
2. Uji Keterbacaan Instrumen
Uji keterbacaan ini dimaksudkan untuk mengetahui efektifitas fungsi
aspek-aspek penilaian dan kalimat-kalimat yang dipakai. Hal ini dilakukan, agar dapat
meminimalisir kesalahan yang mungkin terjadi karena kurang sesuainya tujuan
yang ingin dinilai oleh peneliti dengan persepsi yang diterima oleh responden
terhadap setiap item kuisioner. Pada penelitian ini, uji keterbacaan instrumen
dilakukan 1 orang guru SD dan 8 orang siswa SD. Perubahan susunan kalimat
pada setiap item gaya kelekatan dan motivasi belajar dapat dilihat pada tabel
yang terdapat di lampiran halaman 106-107.
3. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Setelah dilakukan professional judgement dan uji keterbacaan, kemudian
dilakukan pengujian daya diskriminasi untuk mengetahui item yang layak dengan
melihat Corrected Item-Total Correlation dan uji reliabilitas dilakukan dengan
Item yang layak merupakan item yang memiliki daya beda, yaitu item yang
dapat melihat perbedaan atribut yang ingin diukur pada responden atau kelompok
responden (Azwar, 2011). Item-item yang mencapai koefesien korelasi minimal
0,30 daya bedanya dianggap memuaskan, namun apabila item yang layak masih
belum sesuai dengan jumlah yang diinginkan, maka peneliti dapat
mempertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria koefisien korelasi dari
0,30 menjadi 0,25, sehingga jumlah item yang diinginkan dapat tercapai (Azwar,
2011). Batas koefisien korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0,25.
a. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Gaya Kelekatan
Sebelum dilakukan uji validasi, instrumen gaya kelekatan terdiri atas 30 item.
Setelah dilakukan perhitungan daya diskriminasi item dengan melihat Corrected
Item-Total Correlation diperoleh 25 item yang memiliki indeks daya
diskriminasi yang dianggap sesuai dengan kriteria. Rincian item tersebut dapat
dilihat pada lampiran halaman 97-101.
Semua item yang layak kemudian digunakan dalam instrumen penelitian yang
sebenarnya, sedangkan item-item yang tidak layak dibuang karena tidak mampu
membedakan atribut yang ingin diukur pada responden atau kelompok
responden.
Setelah melakukan uji validitas, dilakukan uji reliabilitas untuk melihat sejauh
mana alat ukur yang digunakan tersebut memiliki taraf ketelitian atau
kekonsitenan dalam pengukuran. Uji reliabilitas instrumen dalam penelitian ini
menggunakan formula Cronbach’s Alpha yang dihitung pada item-item yang
telah valid menggunakan bantuan program SPSS versi 16.00.
Untuk pedoman interpretasi koefisien reliabilitas dipergunakan kriteria
Koefesien Reliabilitas Alpha Cronbach
Kriteria Koefesien
Sangat Reliabel > 0.900
Reliabel 0.700 – 0.900
Cukup Reliabel 0.400 – 0.700
Kurang Reliabel 0.200 – 0.400
Tidak Reliabel < 0.200
Adapun sebaran jumlah item yang valid dan reliabilitas gaya kelekatan siswa
pada guru dapat dilihat pada tabel 3.4 berikut:
Tabel 3.4
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Instrumen Gaya Kelekatan
No Dimensi
Kelekatan
Jumlah
Item Valid
Reliabilitas
1 Aman 9 0,950
2 Cemas 8 0,796
3 Menghindar 8 0,799
Seperti yang terlihat pada tabel 3.4, untuk dimensi gaya kelekatan aman setelah
dilakukan uji validasi ternyata dari 10 item ada 1 item yang tidak layak
tergolong sangat reliable. Pada dimensi gaya kelekatan cemas, dari 10 item ada 2
item yang tidak layak sehingga tersisa 8 item dan nilai reliabilitasnya 0,796
tergolong reliable. Pada dimensi gaya kelekatan menghindar ternyata dari 10 item
ada 2 item yang tidak layak sehingga tersisa 8 item dan nilai reliabilitasnya 0,799
tergolong reliabel.
b. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Motivasi Belajar
Sebelum dilakukan uji validasi instrumen motivasi belajar terdiri atas 30 item.
Setelah dilakukan perhitungan daya diskriminasi item dengan melihat Corrected
Item-Total Correlation diperoleh 24 item yang memiliki indeks daya
diskriminasi item sesuai dengan kriteria. Rincian item tersebut dapat dilihat pada
lampiran halaman 101-104.
Semua item yang layak kemudian digunakan dalam instrumen penelitian yang
sebenarnya, sedangkan item yang tidak layak dibuang dan tidak dipergunakan
karena tidak mampu membedakan atribut yang ingin diukur pada responden.
Setelah melakukan uji validitas, dilakukan uji reliabilitas untuk mengetahui
sejauh mana alat ukur yang digunakan tersebut memiliki taraf ketelitian atau
kekonsitenan dalam pengukuran. Uji reliabilitas instrumen dalam penelitian ini
menggunakan formula Cronbach’s Alpha yang dihitung pada item-item yang
telah valid menggunakan bantuan program SPSS versi 16.00.
Untuk pedoman interpretasi koefisien reliabilitas dipergunakan kriteria
Adapun hasil uji yang valid itu dan reliabilitas instrument motivasi belajar
dapat dilihat pada tabel 3.5 di bawah:
Tabel 3.5
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Instrumen Motivasi Belajar
Sebelum Uji Coba Sesudah Uji Coba
Jumlah Item Reliabilitas Jumlah Item Reliabilitas
30 0,927 24 0,953
Seperti terlihat pada tabel 3.6, pada Instrumen Motivasi Belajar dari 30 item
diperoleh reliabilitas instrument sebesar 0,927. Namun karena terdapat 6 item
yang tidak valid, maka peneliti hanya menggunakan 24 item yang valid dengan
reliabilitas instrumen sebesar 0,953 (sangat reliable).
G. Teknik Analisis Data
Untuk menjawab pertanyaan penelitian, sebelumnya peneliti menguji
normalitas data untuk mengetahui dan menentukan teknik statistik yang akan
digunakan pada pengolahan selanjutnya. Dari hasil perhitungan uji normalitas
menggunakan one sample Kolmogorof-Smirnov, diperoleh skor signifikasi
sebesar 0,06 (p > 0,05) untuk variable motivasi belajar dan skor signifikasi
sebesar 0,350 (p > 0,05) untuk variable gaya kelekatan. Dengan demikian dapat
dinyatakan bahwa kedua instrument berdistribusi normal.
Selanjutnya peneliti melakukan uji linearitas untuk mengetahui hubungan
antara variabel satu yaitu gaya kelekatan (attachment) dan variabel dua yaitu
motivasi belajar. Menurut Sudjana (2002), hubungan yang linear dapat terjadi jika
Maksudnya adalah, apakah garis regresi antara variabel X dan Y membentuk
garis yang linear atau tidak. Jika signifikansi < 0.05 maka dapat dikatakan
hubungan antara variabel X dan Y adalah hubungan yang linear. Untuk melihat
linearitas regresi menggunakan bantuan program SPSS versi 16.00.
Tabel 3.6
Hasil Uji Linearitas
Predictors Dependent Variable F Signifikansi
Aman Motivasi belajar 60.203 0.000
Cemas Motivasi belajar 4.537 0.040
Menghindar Motivasi Belajar 49.000 0.000
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai F hitung untuk gaya kelekatan
aman – motivasi belajar sebesar 60.203 pada tingkat signifikansi 0,000, untuk
gaya kelekatan cemas – motivasi belajar sebesar 4.537 pada tingkat
signifikansi 0,040, dan untuk gaya kelekatan menghindar – motivasi belajar
sebesar 49.000 pada tingkat signifikansi 0,000. Karena F hitung lebih besar
daripad F tabel (3,95288), maka semua variabel linier.
Setelah melakukan uji normalitas dan uji linearitas, selanjutnya peneliti
1. Gambaran Gaya Kelekatan
Untuk menjawab pertanyaan penelitian pertama, yaitu bagaimana
gambaran gaya kelekatan siswa pada guru di SDN Sukagalih dilakukan
perhitungan dengan menggunakan teknik statitistik persentase. Rumus
umum persentase adalah sebagai berikut:
(Kuntjaraningrat dalam Efendi, 2007)
Keterangan :
X = presentase jumlah responden
n = jumlah responden
N = jumlah total responden
Diaplikasikan pada peneltian ini, maka rumus persentase yang
digunakan adalah sebagai berikut:
a. Persentase gaya kelekatan aman
Keterangan:
Xa = persentase jumlah responden pada gaya kelekatan aman
n = jumlah responden yang memilih gaya kelekatan aman
b. Persentase gaya kelekatan cemas
Keterangan:
Xc = persentase jumlah responden pada gaya kelekatan cemas
n = jumlah responden yang memilih gaya kelekatan cemas
N = jumlah total responden
c. Presentase gaya kelekatan menghindar
Keterangan:
Xm= presentase jumlah reponden pada gaya kelekatan menghindar
n = jumlah responden yang memilih gaya kelekatan menghindar
Kategori presentase dapat diinterpretasikan sesuai besar presentase
(Kuntjaraningrat dalam Efendi, 2007), yaitu:
Tabel 3.7
Interpretasi Kategori Presentase
Besar Presentase Interpretasi
0% Tidak ada
1%-49% Sebagian kecil
50% Setengahnya
51%-99% Sebagian besar
100% Seluruhnya
2. Gambaran Motivasi Belajar
Untuk menjawab pertanyaan penelitian kedua, yaitu bagaimana
gambaran motivasi belajar siswa kelas 6 SDN Sukagalih, maka
dilakukan perhitungan statistic dengan langkah sebagai berikut:
a. Menghitung jumlah skor total masing-masing responden
b. Menghitung skor rata-rata instrument motivasi belajar, dengan
rumus:
=
=
c. Mengelompokkan responden ke dalam kategorisasi motivasi belajar
berdasarkan tinggi rendahnya motivasi belajar. Kategorisasi
motivasi belajar digolongkan pada kriteria sebagai berikut:
Tabel 3.8
Rumusan Dua Kategori
Kriteria Kategori
Rendah
Tinggi
Keterangan:
X = skor total jawaban responden
= Besaran skor rata-rata instrument motivasi belajar
d. Menghitung persentase jumlah responden pada masing-masing
kategori, dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
Xmo = presentase jumlah reponden pada motivasi belajar
n = jumlah responden yang memiliki motivasi belajar
tinggi/rendah
3. Hubungan Gaya Kelekatan dengan Motivasi Belajar
Untuk menjawab pertanyaan penelitian yang ketiga yaitu apakah
terdapat hubungan yang signifikan antara kelekatan dengan motivasi
belajar siswa di SDN Sukagalih, maka dilakukan uji korelasi.
Teknik korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
korelasi Pearson Product Moment. Teknik korelasi ini digunakan
karena data dalam penelitian ini berdistribusi normal dan data yang
dihubungkan berpola linear. Berikut adalah rumus korelasi Pearson
Product Moment:
(Riduwan, 2009: 217)
Koefesien korelasi menunjukkan derajat hubungan antara
variabel-variabel yang ingin diteliti. Koefisien korelasi Pearson Product Moment
dilambangkan (r) dengan ketentuan (-1 r 1). Sedangkan harga (r) akan
Tabel 3.9
Interpretasi Koefesien Korelasi r
Interval Koefesien Tingkat Hubungan
0,00 – 0, 199 Sangat Lemah
0,20 – 0,399 Lemah
0,40 – 0,599 Cukup
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,00 Sangat Kuat
H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti membagi prosedur pelaksanaan menjadi
empat tahap yaitu:
1. Tahap Persiapan
a. Pemilihan masalah yang ingin diungkap dalam penelitian.
b. Menentukan rumusan masalah, variabel, hipotesis, metode penelitian
dan sumber data.
c. Pembuatan proposal penelitian dan pengajuan kepada Dewan Skripsi
dan dosen pembimbing.
d. Penyusunan instrumen penelitian, alat ukur yang dibuat berupa
kuesioner. Kuisioner tersebut dibuat sendiri dengan mengembangkan
teori yang telah dikemukakan oleh para ahli. Kemudian dilakukan
judgement oleh professional judgement oleh dua orang dosen jurusan
Psikologi untuk menilai sesuai atau tidaknya item yang akan dipakai
untuk kuesioner dengan tujuan yang diinginkan. Setelah itu juga
dilakukan uji keterbacaan instrumen oleh 1 orang guru SD dan 8 orang
siswa SD.
e. Pembuatan surat izin pada pihak-pihak terkait.
f. Melakukan uji coba instrumen penelitian.
2.Tahap Pelaksanaan
Peneliti menyebarkan kuesioner kepada siswa kelas 6 SDN Sukagalih
Bandung dan telah memperoleh ijin dari pihak sekolah. Penyebaran
kuesioner ini disertai dengan penjelasan maksud dan tujuan dari pengisian
3.Tahap Pengolahan Data
a. Verifikasi Data
Verifikasi data dilakukan dengan tujuan untuk mengecek kelengkapan
jumlah angket yang terkumpul dan kelengkapan pengisian angket yang
diisi oleh subjek. Setelah semuanya lengkap kemudian dilakukan
pengolahan data.
b. Tabulasi Data
Tabulasi data adalah langkah dimana peneliti merekap semua data
yang diperoleh untuk kemudian dilakukan perhitungan dengan
menggunakan teknik statistika.
c. Penyekoran Data
Penyekoran data dilakukan dengan menggunakan pedoman
penyekoran yang telah dibuat dan ditetapkan sebagai acuan dalam
menentukan skor setiap jawaban subjek.
d. Pengelompokan Data
Jenis data yang diperoleh dikelompokan ke dalam dua kelompok,
yaitu gaya kelekatan yang diperoleh dengan kuesioner gaya kelekatan dan
motivasi belajar yang diperoleh dengan kuesioner motivasi belajar.
4.Penyelesaian
a. Menampilkan hasil penelitian
b. Membahas hasil penelitian berdasarkan teori yang digunakan
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan
oleh peneliti, maka dapat disimpulkan:
1. Gaya kelekatan yang paling dominan dimiliki siswa kelas 6 SDN
Sukagalih adalah gaya kelekatan aman. Hal ini menunjukkan bahwa
siswa kelas 6 SDN Sukagalih merasa aman dan nyaman ketika berada di
dekat guru sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif.
2. Motivasi belajar yang dimiliki sebagian besar siswa kelas 6 SDN
Sukagalih adalah tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa para siswa memiliki
tujuan dan keinginan yang kuat untuk mencapai apa yang mereka
cita-citakan.
3. a. Terdapat hubungan yang positif dan kuat antara gaya kelekatan aman
dengan motivasi belajar pada siswa kelas 6 SDN Sukagalih.
b. Terdapat hubungan yang positif dan lemah antara gaya kelekatan cemas
dengan motivasi belajar pada siswa kelas 6 SDN Sukagalih.
c. Terdapat hubungan yang negatif dan cukup kuat antara gaya kelekatan
B. Rekomendasi
Dengan memperhatikan hasil yang diperoleh dari penelitian, berikut
ini disampaikan beberapa rekomendasi yang dapat peneliti berikan, yaitu:
1. Bagi Sekolah
Hendaknya pihak sekolah terutama guru di SDN Sukagalih dapat
meningkatkan kelekatan siswa pada guru dan motivasi belajar siswa,
dengan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yaitu lingkungan
yang nyaman untuk kegiatan belajar mengajar, misalnya dengan cara
mewajibkan guru menyambut dengan ramah dan sapaan salam ketika
bertemu dengan siswa, sehingga siswa merasa senang ketika berinteraksi
dengan guru.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk meneliti mengenai gaya
kelekatan dan motivasi belajar siswa lebih mendalam sehingga dapat
diketahui seberapa jauh gaya kelekatan dapat mempengaruhi motivasi
belajar siswa, karena dalam penelitian ini telah diketahui bahwa terdapat
Daftar Pustaka
Affizal Ahmad dan Rafidah Sahak. (2009). Teacher-Student Attachment and Teachers’ Attitudies Toward Work. Jurnal Pendidik dan Pendidikan, Jil. 24, 55–72, 2009. [online]. Tersedia: jpp24_affizal_55-72.pdf [7 November 2012]
Ainsworth, M., Blehar, M., Waters, E., & Wall, S. (1978). Patterns of Attachment. Hillsdale, NJ: Erlbaum.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, S. (2011). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Bashori, K. (2003). Problem Psikologis Kaum Santri, Risiko Insekuritas Kelekatan. Jogjakarta: FkBA.
Berndt, T.J., (1992). Child Development. Harcourt: Brace Jovanovich College Publishers
Bowlby, J. (1969). Attachment and Loss: Volume 1 Attachment. New York: Penguin Group.
Bretherton, I., Golby, B., & Cho, Eunyoung., (1997). Attachment and Transmission of Values dalam Grusec,J.E. & Kuczynski, L.
Parenting and Children’s Internalization of Values: A Handbook of
Contemporary Theory. Halaman 103-134. John Willey & Sons Inc.
Brophy, J. (2004). Motivating Student to Learn. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Inc.
Durkin, K. (1995). Developmental Social Psychology. Massachussets: Blackwell Publisher Inc.
Efendi, S. & Singarimbun, M. (2007). Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES.
Haditono, S.R., dkk, (1994). Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Helmi, A.F. (1999). Gaya Kelekatan dan Konsep Diri. Jurnal Psikologi 1999, no, 1, 19-17. [Online]. Tersedia: gayakelekatan_avin.pdf [10 Januari 2013]
Hetherington, E.M & Parke R.D.,(Ed). (1999). Child Psychology : A Contemporary View Point. Fifth Edition. Mc Graw-Hill College.
Maccoby, Eleanor E. (1980). Social Development, Psychological Growth and The Parent-Child Relationship. New York: Hartcourt Brace Javanovich, Inc.
Makmun, A.S., (2003). Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Mc Cartney, K. & Dearing, E., (Ed). (2002). Child Development. Mc Millan Refference USA
Ormrod, J. E. (2003). Educational Psychology, Developing Learners. (4d ed.). Merrill: Pearson Education, Inc.
Papalia, D.E. & Olds, S.W., (1986). Human Development. New York: Mc Graw Hill Book Company.
Pintrich, Paul R (2003). Motivation and Classroom Learning. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
Sudjana. (2003). Teknik Analisis Regresi dan Korelasi. Bandung: Tarsito
Schunk, D. H., Pintrich, P. R., & Meece, J. L. (2008). Motivation in education: Theory, research, and applications. Upper Sadle River, NJ: Pearson Education.
Raymond J.W. & Judith H.j., (2004). Motivasi Belajar. Jakarta: Cerdas Pustaka
Riduwan. ( 2009). Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfa Beta
Rienties, B., Tempelaar, D.T., Giesbers, B., Segers, M., & Gijselaers, W. H., H. (2008). Virtual teams and preferential attachment for intrinsic motivation. Paper presented at the Knowledge construction in E-learning. context: CSCL, ODL, ICT and SNA in Education, 1-2 September 2008, Cesena, Italy. pp.100-118. [online]. Tersedia: Cesena_Bart_Rienties_30_07_2008.pdf [7 November].
Santrock, J. W. (2008). Educational psychology (3rd ed.). New York: McGraw-Hill.
Santrock, J. W. (2004). Educational psychology (2nd ed.). New York: McGraw-Hill.
Sardiman, A.M. (2011). Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo: Jakarta.
Soemanto, W. (2006). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Stams, J.M., Juffer, F., Ijzendoorn, M.H. (2002). Maternal Sensitivity , Infant Attachment and Temperament in Early Childhood Predict Adjustment in Middle Childhood: The Case of Adopted Children and Their Biologically Unrelated Parents . Journal of Developmental Psychology Volume 33 No 5 806-821. American Psychological Association Inc
Uno, H. B. (2006). Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.