• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kemandirian Pembudidaya Ikan Patin di Kolam Lahan Gambut Desa Tangkit Baru, Kec. Kumpe Ulu, Kab. Muaro Jambi, Provinsi Jambi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kemandirian Pembudidaya Ikan Patin di Kolam Lahan Gambut Desa Tangkit Baru, Kec. Kumpe Ulu, Kab. Muaro Jambi, Provinsi Jambi"

Copied!
211
0
0

Teks penuh

(1)

KEMANDIRIAN PEMBUDIDAYA IKAN PATIN DI KOLAM LAHAN GAMBUT DI DESA TANGKIT BARU,

KEC. KUMPE ULU, KAB. MUARO JAMBI, PROVINSI JAMBI

APROLLITA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Judul Penelitian : Kemandirian Pembudidaya Ikan Patin di Kolam Lahan Gambut Desa Tangkit Baru, Kec. Kumpe Ulu, Kab. Muaro Jambi, Provinsi Jambi

Nama : Aprollita NIM : P. 051050031

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Siti Amanah, M.Sc Prof (Riset) Dr. Ign Djoko Susanto, SKM, APU Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Departemen Komunikasi dan Dekan Sekolah Pascasarjana

Pengembangan Masyarakat

Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS Prof. Dr. Ir.Khairil A. Notodiputro, MS

(3)

KEMANDIRIAN PEMBUDIDAYA IKAN PATIN DI KOLAM LAHAN GAMBUT DI DESA TANGKIT BARU,

KEC. KUMPE ULU, KAB. MUARO JAMBI, PROVINSI JAMBI

APROLLITA

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Kemandirian Pembudidaya Ikan Patin di Kolam Lahan Gambut di Desa Tangkit Baru, Kec. Kumpe Ulu, Kab. Muaro Jambi, Provinsi Jambi adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah dipublikasikan. Semua informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Januari 2008

Aprollita

(5)

ABSTRACT

APROLLITA. Self Reliance of Patin Fish Farmers in Peatlands Area of Tangkit Baru Village, Kumpe Ulu District, Muaro Jambi Regency, Province of Jambi. Under Direction of SITI AMANAH, and Ign DJOKO SUSANTO

Self reliance of the patin fish farmers in Tangkit Baru Village is very important to promote better quality of life. Self reliance of the fish farmers the reflect ability of them in coping the problems and finding out of alternatives solution. The objectives of the study were: (1) To indentify the characteristics of patin fish farmers in peatlands, (2) To analyze self reliance of the patin fish cultivator in managing of aquaculture, (3) To analyze the relationship between the self reliance of the patin fish farmers rwith their characteristics.

Population of this study were the patin fish cultivator in Tangkit Baru. The number were the respondens are 69 patin fish cultivator in Tangkit Baru which were taken. The data were collect on May to July 2007. The data were analyzed by using Correlation Spearman.

The results of the study were: (1) Cultivation of patin fish in Tangkit Baru village is very successful. The fish farmers could modify their business well, as they conducted their budiness independently (not depend on nature condition), (2) Patin fish farmers have been done a good action in capital management, production process and marketing, (3) There were differentiation between self reliance of the patin fish cultivator and their characteristics, namely in formal education, mptivation, family dependent members, cosmopolite, man power, and experience in business.

(6)

RINGKASAN

APROLLITA. Kemandirian Pembudidaya Ikan Patin di Kolam Lahan Gambut di Desa Tangkit Baru, Kec. Kumpe Ulu, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi. Dibimbing oleh: SITI AMANAH dan Ign. DJOKO SUSANTO.

Kemandirian pembudidaya ikan patin di Desa Tangkit Baru tidak terlepas dari keinginan untuk hidup lebih baik dengan pendapatan yang semakin meningkat. Masyarakat dikatakan mandiri apabila telah dapat menolong dirinya sendiri dalam mengidentifikasi masalah dan mencari jalan keluar penyelesaiannya, dengan kata lain masyarakat yang mandiri. Pembudidaya ikan patin dapat dikatakan berhasil apabila bisa merangsang munculnya kemandirian, yaitu kemandirian dalam usaha budidaya ikan patin.

Untuk menjawab permasalahan yang dikemukakan di atas, penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengidentifikasi keragaan pengelolaan budidaya ikan patin yang dilakukan oleh pembudidaya ikan patin di lahan gambut, (2) menganalisis kemandirian pembudidaya ikan patin di lahan gambut dalam mengelola usaha budidayanya, yang meliputi aspek modal/keungan, produksi, dan pemasaran, dan (3) mengkaji hubungan antara kemandirian pembudidaya dengan karakteristik yang dimiliki pembudidaya ikan patin di lahan gambut.

Penelitian dilakukan pada bulan Mei sampai bulan Juni 2007 di Desa Tangkit Baru, Kecamatan Kumpe Ulu, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi. Sampel penelitian adalah pembudidaya Ikan patin di lahan gambut. Sampel penelitian diambil dengan acak sederhana, jumlah sampel sebanyak 69 orang pembudidaya. Data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data skunder. Instrumen pengumpulan data disusun berdasarkan definisi operasional masing-masing variabel. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan analisis kuantitatif untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan uji korelasi Rank Spearman (rs).

(7)

© Hak cipta milik IPB, tahun 2008 Hak cipta dilindungi

(8)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkah dan hidayah-Nyalah karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Judul penelitian yang dipilih adalah ”Kemandirian Pembudidaya Ikan Patin di Lahan Gambut di Desa Tangkit Baru, Kec. Kumpe Ulu, Kab. Muaro Jambi, Provinsi Jambi.”

Penyelesaian karya ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada komisi pembimbing yaitu Ibu Dr. Ir. Siti Amanah, M.Sc dan Bapak Prof (Ris) Dr. Ign. Djoko Susanto, SKM, APU yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dengan sabar dalam penuh perhatian dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. Bapak Prof. Dr H. Pang S Asngari sebagai penguji luar komisi terima kasih atas saran dan masukannya. Rasa terima kasih juga penulis sampaikan kepada:

(1) Alm Ayahanda Djuras Suhid, yang merupakan pendorong semangat untuk maju.

(2) Ibunda Rochma, yang senantiasa memberikan doa dan dukungannya kepada penulis.

(3) Suami (Syamsul Rizal) dan anak (Muthia Zahra Muthmainnah), terima kasih atas perhatian dan kasih sayangnya serta doa dan dukungannya.

(4) Kakak-kakak dan adik-adik (Rahmat Noprison, Evie Dwi Yasti, Aprizal, Agustina, Erni Rospika, Hasanuddin) yang banyak mendukung dalam doa. (5) Ibu Mertua (Marwah Thaif) dan Adik Ipar (Kiki, Ida Mutahajiddah) terima

kasih atas pengertiannya.

(6) PEMDA Provinsi Jambi atas bantuannya. (7) Universitas Jambi atas bantuannya.

(8) Bapak Ketua Kelompok Perikanan Desa Tangkit Baru (Baso Patolai) yang telah banyak memberikan masukkan baik data maupun saran kepada penulis dalam melakukan penelitian ini.

(9) Pembudidaya Ikan Patin yang menjadi sampel dalam penelitian, penulis sampaikan terimakasih atas kerjasamanya.

(10) Teman-temanku Mahasiswa PPN S2 dan S3 angkatan 2005, tak lupa untuk Malta dan Kodir, terimakasih atas masukannya serta bantuannya.

(11) Para sahabat yang tidak bisa disebutkan satu persatu di Fakultas Pertanian Universitas Jambi.

(12) Semua pihak yang telah membantu hingga penulis dapat menyelesaikan studi di Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat. Amin.

Bogor, Januari 2008

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 1 April 1975 di Jambi dari Ayah yang bernama (Alm) Djuras Suhid dan Ibu Rochma. Penulis merupakan anak ke-3 dari 6 bersaudara.

Pada tahun 1984 penulis lulus SDN 42 Jambi. Kemudian penulis melanjutkan studi di SMPN 7 Jambi, lulus tahun 1990. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan studi di SMAN 4 Jambi, lulus tahun 1993. Pada tahun 1993 penulis melanjutkan studi strata satu di Fakultas Pertanian Universitas Jambi pada Program Studi Penyuluhan Pertanian, dan lulus pada Agustus 1998. Penulis diterima menjadi Staf pengajar tetap di Fakultas Pertanian Universitas Jambi Program Studi Penyuluhan Pertanian bulan Maret 1999 sampai sekarang. Pada bulan Januari 2002 penulis menikah dengan Syamsul Rizal.

(10)
(11)

iv DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang... 1

Masalah Penelitian... 3

Tujuan Penelitian... 4

Kegunaan Penelitian... 5

Definisi Istilah... 6

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Kemandirian... 7

Pembudidaya Ikan di Kolam ... 10

Karakteristik Pembudidaya Ikan Patin... 11

Faktor Internal... 11

Umur ... 11

Motivasi... 12

Pengalaman Usaha ... 12

Pendidikan Formal ... 13

Tanggungan Keluarga ... 14

Tingkat Kekosmopolitan ... 15

Faktor Eksternal ... 15

Tenaga Kerja ... 16

Akses Kredit... 17

Teknik Budidaya yang Perlu Dikuasai Pembudidaya Dalam Budidaya Ikan Patin Lingkungan Pembesaran Ikan Patin... 18

Rawa ... 18

Rawa Pasang Surut ... 18

Rawa Nonpasang Surut... 19

Usaha Budidaya Ikan Patin di Kolam Pembesaran... 19

Tahap Persiapan Kolam ... 20

Penebaran Benih ... 22

Pemberian Pakan... 23

Panen... 23

Pengolahan Hasil ... 24

Modal ... 25

Pemasaran Hasil... 25

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Budidaya Ikan Patin ... 26

Produksi ... 27

(12)

v

Umur dengan Kemandirian... 29

Motivasi dengan Kemandirian ... 29

Pengalaman Usaha dengan Kemandirian... 30

Pendidikan Formal dengan Kemandirian... 30

Tanggungan Keluarga dengan Kemandirian... 31

Tingkat Kekosmopolitan dengan Kemandirian ... 31

Tenaga Kerja dengan Kemandirian... 32

Akses Kredit dengan Kemandirian ... 32

Kemandirian dengan Pendapatan... 33

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Kerangka Berpikir... 34

Hipotesis ... 34

METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel ... 36

Desain Penelitian ... 36

Data dan Instrumen ... 36

Data ... 36

Instrumen ... 39

Validitas Instrumen ... 39

Reliabilitas Instrumen ... 40

Pengumpulan Data ... 41

Pengolahan Data ... 41

Analisis Data ... 42

HASIL PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian... 45

Mendayagunakan Lahan Gambut ... 46

Keragaan Budidaya Ikan Patin di Lahan Gambut... 47

Persiapan Kolam Pembesaran... 48

Pengairan... 49

Seleksi dan Penebaran Benih ... 49

Pengelolaan Pakan ... 50

Pengamatan Kesehatan dan Pertumbuhan ... 51

Pengendalian Hama dan Penyakit... 52

Pemanenan dan Pengemasan ... 52

Pengolahan Hasil ... 53

Pengelolaan Modal... 54

Pemasaran ... 54

Saluran Pemasaran ... 55

Karakteristik Pembudidaya Ikan Patin di Desa Tangkit Baru ... 56

Umur Pembudidaya Ikan Patin ... 58

Motivasi Pembudidaya Ikan Patin ... 59

Pengalaman Usaha Pembudidaya Ikan Patin ... 60

Pendidikan Formal Pembudidaya Ikan Patin ... 61

Tanggungan Keluarga Pembudidaya Ikan Patin... 62

(13)

vi

Jumlah Tenaga Kerja Pembudidaya Ikan Patin ... 64

Akses Kredit Pembudidaya Ikan Patin ... 65

Tingkat Kemandirian Pembudidaya Ikan Patin ... 66

Kemandirian Pembudidaya dalam Usaha Budidaya Ikan Patin di Lahan Gambut ... 67

Tingkat Kemandirian dalam Pengelolaan Modal ... 69

Tingkat Kemandirian dalam Proses Produksi... 70

Tingkat Kemandirian dalam Proses Pemasaran Hasil ... 71

Dampak Kemandirian Pembudidaya Ikan Patin Terhadap Pendapatan ... 72

Hubungan Karakteristik Pembudidaya Ikan Patin di Lahan Gambut dengan Kemandirian ... 73

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 77

Saran ... 77

(14)

vii DAFTAR TABEL

Halaman 1. Variabel, Indikator, dan Cara Pengukuran dalam Penenlitian ... 43 2. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik ... 57 3. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kemandirian dalam

Budidaya Ikan Patin di Lahan Gambut ... 68 4. Hubungan Karakteristik Pembudidaya Ikan Patin dengan

(15)

viii DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Kegiatan Budidaya Ikan... 10 2. Alur Proses Produksi Budidaya Ikan Patin di Kolam

(16)

ix DAFTAR LAMPIRAN

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kemampuan pembudidaya mengakomodasikan sifat-sifat baik manusia saat ini sangat diperlukan, untuk ditampilkan di dalam sikap dan perilaku yang tepat berdasarkan situasi dan kondisi yang dihadapi oleh seorang individu, yaitu kemandirian pembudidaya. Hanya pembudidaya yang memiliki kemampuan untuk meraih berbagai peluang dan kesempatan berusaha secara mandirilah yang mampu bersaing dan bertahan dalam mengusahakan pembudidayaan secara menguntungkan.

Kemandirian pembudidaya ikan patin di Desa Tangkit Baru tidak terlepas dari keinginan untuk hidup lebih baik dengan pendapatan yang semakin meningkat. Masyarakat dikatakan mandiri apabila telah dapat menolong dirinya sendiri dalam mengidentifikasi masalah dan mencari jalan keluar penyelesaiannya, dengan kata lain masyarakat yang mandiri. Pembudidaya ikan patin dapat dikatakan berhasil apabila bisa merangsang munculnya kemandirian, yaitu kemandirian dalam usaha budidaya ikan patin.

Pada dasarnya orang mau berperanserta dalam kegiatan bilamana dia akan memperoleh manfaat atau kepuasan. Motifnya adalah adanya kepuasan yang akan diperoleh dari kegiatan tersebut baik ekonomi maupun non ekonomi. Motif ini menjadi pendorong kuat, dan individu mengetahui dengan benar makna kegiatan tersebut, programnya, tujuan, langkah, prosesnya dan lain-lain dipahami betul.

Kemandirian (self reliance) adalah suatu konsep yang sering dihubungkan dengan pembangunan. Dalam konsep ini program-program pembangunan dirancang secara sistematis agar individu maupun masyarakat menjadi subjek dari pembangunan.

Dalam konteks pembangunan sikap mandiri harus dijadikan tolok ukur keberhasilan, yakni rakyat atau masyarakat menjadi lebih mandiri (bebas) atau malah semakin bergantung. Misalnya apakah pembudidaya ikan patin lebih bebas dalam melakukan usaha budidaya.

(18)

Tujuan pembangunan adalah masyarakat yang berkeadilan, terbebaskan, dan demokratis. Program pemerintah pada sektor budidaya perikanan haruslah dapat memberdayakan masyarakat sekitarnya. Hal ini dapat dilihat dari kebijakan-kebijakan yang ditempuh (Suyono. 2006).

Kebijakan yang ditempuh dalam upaya memanfaatkan potensi yang ada secara optimal adalah mengembangkan sentra kawasan produksi. Desa Tangkit Baru merupakan salah satu sentra kawasan produksi perikanan budidaya air tawar Provinsi Jambi dengan komoditas unggulan ikan patin jenis siam. Areal budidaya perikanan di Desa ini merupakan lahan gambut.

Gambut terjadi pada areal yang tergenang atau sering tergenang air. Akibatnya pada lapisan gambut tadi tertumpuk bahan-bahan berbagai unsur kimia. Lahan gambut di Desa Tangkit Baru mempunyai pH sangat rendah yaitu (3.0 – 4.5) membuat unsur-unsur kimia tersebut menjadi racun bagi tanaman. Ditambah air yang terus menggenangi lahan membuat areal gambut sulit dimanfaatkan untuk pertanian tanpa campur tangan manusia (Trubus. 1995).

Optimasi penggunaan lahan gambut di Desa Tangkit Baru saat ini telah berkembang kolam ikan sebanyak 559 kolam ( ± 18 ha atau 10% dari potensi yang ada) yang dikelola oleh 230 kepala keluarga. Tingkat produksi yang dicapai saat ini adalah 1 – 2 ton/kolam/musim tanam untuk luas kolam antara 200 – 400 m²/ kolam, sehingga kawasan ini setiap harinya rata-rata dapat diproduksi ikan patin sebanyak 4 - 5 ton. Saat ini kebutuhan ikan patin di pasaran Provinsi Jambi setiap harinya sebesar 5 ton.

Dengan tingkat produksi yang dicapai, telah menimbulkan animo masyarakat yang sangat tinggi untuk berusaha di bidang budidaya kolam. Ketertarikan pembudidaya dalam usaha budidaya ikan patin dapat dilihat dengan perkembangan areal yang semakin meningkat setiap tahunnya.

(19)

Bila kita lihat dari visi pembangunan kelautan dan perikanan yakni pembangunan kelautan dan perikanan adalah terwujudnya masyarakat nelayan/pembudidaya yang makin sejahtera. Misi pembagunan kelautan dan perikanan adalah meningkatkan pengelolaan sumber daya kelautan secara optimal dan merata, meningkatkan sumber daya manusia, nelayan dan pembudidaya ikan, serta menjaga kelestarian sumber daya kelautan dan perikanan (www.dkp.go.id.com).

Sektor perikanan sebagai salah satu sektor yang menopang pertumbuhan ekonomi diharapkan mampu berkembang, sehingga dapat meningkatkan laju kontribusinya terhadap ekonomi nasional. Dengan tantangan tersebut, termasuk untuk mengatasi krisis moneter yang berkepanjangan dan peningkatan kesejahteraan rakyat, pertumbuhan sektor perikanan perlu mendapat perhatian dalam meningkatkan ekonomi masyarakat.

Kemandirian pembudidaya ikan patin dalam hal ini adalah kemampuan mereka memanfaatkan potensi dirinya sendiri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dan mampu bekerjasama dengan orang lain. Kemandirian pembudidaya ikan patin dalam mengelola usahanya dapat dicirikan oleh kemampuan mereka menguasai beberapa aspek agribisnis usahanya dan kebebasan mereka untuk menentukan pilihan dalam mengelola usahanya, sehingga mereka memperoleh keuntungan atas hasil kerja kerasnya. Aspek-aspek tersebut adalah: (1) permodalan dan keuangan, (2) produksi (persiapan kolam pembesaran, pengairan, seleksi dan penebaran benih, pengelolaan pakan, pengamatan kesehatan dan pertumbuhan, pengendalian hama dan penyakit, pemanenan dan pengemasan, dan pengolahan hasil), dan (3) pemasaran.

(20)

Masalah Penelitian

Kemandirian pembudidaya merupakan sikap positif dari pembudidaya agar mereka tidak terlalu bergantung pada orang lain atau masyarakat lain. Kemandirian perwujudan kemampuan seseorang untuk memanfaatkan potensi dirinya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, dicirikan oleh kemampuan dan kebebasan menentukan perilaku yang terbaik.

Keberhasilan dalam mengelola budidaya ikan patin, tidak hanya tergantung pada keterampilan pembudidaya, tetapi juga aspek permodalan atau keuangan dan pemasaran memegang peranan sangat penting. Dalam hal ini pembudidaya ikan patin, masih memiliki keterbatasan untuk menguasainya. Oleh karenanya, perlu diupayakan agar mereka menjadi pembudidaya yang tangguh dan mandiri dalam mengelola budidaya ikan patin.

Berdasarkan hal di atas, maka permasalahan yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(1) Apa yang dilakukan pembudidaya ikan patin di kolam lahan gambut ?

(2) Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kemandirian pembudidaya ikan patin dalam mengelola usaha budidayanya ?

(3) Bagaimana langkah-langkah atau upaya untuk menjamin keberlanjutan atau kemandirian pembudidaya dalam mengelola usaha budidaya ikan patin ?

Tujuan Penelitian

Kemandirian pembudidaya ikan patin dapat dilihat dari pencapaian keberhasilan dalam usaha budidaya yang akan berdampak langsung pada hasil budidaya yang diperoleh per masa tanam, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

(1) Mengidentifikasi keragaan pengelolaan budidaya ikan patin yang dilakukan oleh pembudidaya ikan patin di kolam lahan gambut.

(21)

(3) Mengkaji hubungan antara kemandirian pembudidaya dengan karakteristik pembudidaya ikan patin di kolam lahan gambut.

Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan bagi lembaga terkait, khususnya di Pemerintahan Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi dalam merumuskan program pembangunan pada bidang perikanan darat. Penelitian ini juga dapat berguna bagi pihak lain yang membutuhkan data dan masalah lain yang berkaitan dengan budidaya ikan patin di lahan kolam gambut.

Selain pemerintah dan pihak yang membutuhkan, pihak lain yang cukup penting untuk memperoleh nilai guna penelitian ini adalah masyarakat, khususnya pembudidaya ikan patin. Pembudidaya dapat memperoleh informasi mengenai kemandirian dalam usaha budidaya ikan patin di kolam lahan gambut yang mempengaruhi keberhasilan dalam budidaya ikan patin.

Saat ini pemerintah telah mencanangkan budidaya ikan patin yang dikembangkan dengan sistem keramba pada aliran Sungai Batanghari, hal ini membuktikan bahwa budidaya ikan patin mempunyai prospek cerah dalam meningkatkan perekonomian masyarakat sehingga memberi peluang kepada pembudidaya untuk meningkatkan kemampuan dalam usaha budidaya agar mencapai keberhasilan yang diinginkan. Penelitian ini mengarahkan perhatian utama terhadap pembudidaya sebagai pelaku usaha budidaya ikan patin, sehingga diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih akurat mengenai faktor-faktor yang mendukung keberhasilan budidaya ikan patin di kolam pada lahan gambut.

Secara khusus penelitian ini dapat berguna untuk :

(1) Lembaga terkait antara lain: Balai Benih Air Tawar Sei. Gelam Kab. Muaro Jambi, Dinas Perikanan Pemerintahan Kabupaten Muaro Jambi, dan Instansi terkait lainnya sehubungan dengan upaya mendorong/mengembangkan usaha budidaya ikan patin.

(22)

(3) Peneliti sebagai sarana pembelajaran tentang kemandirian dalam melakukan usaha budidaya ikan patin di kolam lahan gambut dalam menempuh pendidikan di Program Studi Penyuluhan Pembangunan.

Definisi Istilah

Penelitian diarahkan untuk menjelaskan kemandirian pembudidaya ikan patin sebagai peubah bebas dan terikat. Definisi istilah diperlukan untuk memberikan batasan konsep terhadap lingkup peubah yang akan diteliti.

Adapun definisi istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

(1) Kemandirian pembudidaya ikan patin adalah kemampuan seseorang untuk memanfaatkan potensi dirinya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, yang dicirikan oleh kemampuan dan kebebasan menentukan perilaku yang terbaik. Atau dapat juga diartikan keberadaan individu atau kelompok dalam melangsungkan kehidupan yang serasi dan berkelanjutan dengan kemampuan sendiri.

(2) Pembudidaya diartikan sebagai orang-orang yang melakukan pekerjaan pemeliharaan ikan di kolam.

(3) Faktor internal disebut faktor murni atau faktor sebenarnya, yang berasal dari dalam diri pembudidaya, misalnya keinginan untuk mendapatkan keterampilan tentang budidaya ikan patin, memperoleh informasi-informasi pemahaman, mengembangkan sikap untuk berhasil, menikmati kehidupan, secara sadar memberikan sumbangan kepada kelompok, dan lain-lain. (4) Faktor eksternal adalah faktor-faktor di luar usaha budidaya ikan patin yang

berpengaruh terhadap berhasilnya usaha budidaya ikan patin.

(23)

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Kemandirian

Kemandirian adalah hakikat dari kemerdekaan, yaitu setiap bangsa dapat menentukan nasibnya sendiri dan menentukan sesuatu yang terbaik bagi dirinya. Kemandirian adalah aspek penting dalam falsafah pembangunan (Kartasasmita. 1996). Kartasasmita mengemukakan bahwa kemandirian sesungguhnya mencerminkan sikap seseorang atau suatu bangsa mengenali dirinya, masyarakatnya, serta semangat dalam menghadapi tantangan-tantangan, kemandiriannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, yang dicirikan oleh kemampuan dan kebebasan menentukan perilaku terbaik.

Menurut Padmowiharjo (1994), kemandirian meliputi kemandirian material, kemandirian intelektual dan kemandirian pembinaan. Kemandirian material, memiliki kapasitas untuk memanfaatkan secara optimal potensi sumber daya alam yang mereka miliki sendiri tanpa harus menunggu bantuan orang lain atau tergantung dari luar. Kemandirian intelektual, memiliki kapasitas untuk mengkritisi dan mengemukakan pendapat tanpa dibayangi rasa takut atau tekanan pihak lain. Kemandirian pembinaan, yaitu individu memiliki kapasitas untuk mengembangkan dirinya sendiri melalui proses pembelajaran discovery learning tanpa harus tergantung atau menunggu sampai adanya pembinaan atau agen pembaharuan dari luar sebagai guru mereka.

Petani yang mandiri menurut Sumardjo (1999: 192) berarti mampu mengambil keputusan dalam kegiatan usahataninya secara cepat, tepat, tanpa harus bergantung atau tersubordinat oleh pihak lain, mampu beradaptasi secara optimal dan inovatif terhadap berbagai perubahan lingkungan fisik dan sosialnya, serta mampu bekerjasama dengan pihak lain dalam situasi yang saling menguntungkan sehingga terjadi kesaling tergantungan (interdependencies) dan bukan ketergantungan.

(24)

keberanian menghadapi resiko, dan prakarsa seseorang bertindak atas dasar kekuatan sendiri dalam kebersamaan. Aspirasi adalah dinamika untuk mencapai sesuatu dengan kerja keras atau ulet. Kreativitas adalah kecepatan menemukan pemecahan baru terhadap masalah-masalah yang dihadapinya. Berani menghadapi resiko adalah ciri petani yang rasional, dengan ditandai oleh sifat inovatif yang senantiasa mencari peluang untuk mneingkatkan kehidupannya dan memiliki kemampuan mengantisipasi masa depannya. Adapun prakarsa untuk bertindak adalah inisiatif untuk memulai suatu kegiatan ke arah tercapainya tujuan.

Petani atau pembudidaya yang mandiri juga dicirikan oleh perilakunya yang efisien dan berdaya saing tinggi. Berperilaku efisien berarti berpikir dan bertindak disertai sikap positif dalam menggunakan sarana secara tepat guna atau berdaya guna. Perilaku berdaya saing tinggi artinya dalam berpikir dan bertindak senantiasa disertai sikap berkarya dalam hidup yang berorientasi pada mutu dan kepuasan konsumen atas produk atau jasa yang dihasilkan (Sumardjo. 1999).

Havighurst (1972) menambahkan bahwa kemandirian terdiri atas beberapa aspek, yaitu:

(1) Emosi, aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan mengontrol emosi dan tidak tergantungnya kebutuhan emosi dari orang tua (orang lain).

(2) Ekonomi, aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan mengatur ekonomi dan tidak tergantungnya kebutuhan ekonomi pada orang tua (orang lain). (3) Intelektual, aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengatasi

berbagai masalah yang dihadapi.

(4) Sosial, aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengadakan interaksi dengan orang lain dan tidak tergantung atau menunggu aksi dari orang lain.

(25)

Menumbuhkan dan membina kemandirian petani perlu diarahkan agar dengan kekuatan dan kemampuannya berupaya untuk bekerjasama mencapai segala yang dibutuhkan dan diinginkannya. Kemandirian tidak berarti anti terhadap kerjasama atau menolak saling keterkaitan dan saling ketergantungan. Kemandirian justru menekankan perlunya kerjasama yang disertai tumbuh dan berkembangnya: (1) aspirasi, (2) kreativitas, (3) keberanian menghadapi resiko, dan (4) prakarsa seseorang bertindak atas dasar kekuatan sendiri dalam kebersamaan (Slamet. 2000).

Berdasarkan kajian secara deduktif, Inkeles dan Smith ( Sumardjo. 1999), ciri-ciri kemandirian petani (farmer autonomy) yang selanjutnya diacu dalam penelitan ini adalah sebagai berikut: (1) Petani mandiri mempunyai percaya diri dan mampu memutuskan atau mengambil suatu tindakan yang dinilai paling menguntungkan (efficient) secara cepat dan tepat dalam mengelola usahanya di bidang pertanian tanpa tergantung atau tersubordinasi oleh pihak lain, baik itu berupa perintah, ancaman, petunjuk atau anjuran (self dependence); (2) Senantiasa mengembangkan kesadaran diri dan kebutuhan akan pentingnya memperbaiki diri dan kehidupannya, serta punya inisiatif dan kemauan keras untuk mewujudkan harapan (optimistik dan daya juang); (3) Mampu bekerjasama dengan pihak lain dalam kedudukan setara hingga terjadi kesaling tergantungan dalam situasi saling menguntungkan dalam suatu kemitraan usaha yang berkelanjutan (interdependence); (4) Mempunyai daya saing yang tinggi dalam menetapkan pilihan tindakan terbaik bagi alternatif usaha yang ditempuh dalam kehidupannya (filter system); (5) Senantiasa berusaha memperbaiki kehidupannya (hidup modern) melalui berbagai upaya memperluas wawasan berpikir dan pengetahuan, sikap dan keterampilannya (kosmopolit), sehingga berespon secara positif terhadap perubahan situasi (dinamis) dan berusaha secara sadar mengatasi permasalahan dengan prosedur yang dinilai paling tepat (progresif) (Soebiyanto. 1998).

(26)

pengendalian hama dan penyakit, pemanenan dan pengemasan, dan pengolahan hasil); dan (3) pemasaran

Pembudidayaan Ikan di Kolam

Budidaya ikan sebenarnya sudah lama dikenal banyak orang namun metode yang digunakan masih bersifat tradisional dan sederhana. Untuk meningkatkan produksi ikan perlulah kiranya dilakukan pengembangan di bidang metode budidaya ikan. Yang dimaksud dengan budidaya ikan di sini adalah usaha manusia dengan segala tenaga dan kemampuan untuk memelihara ikan dengan cara menciptakan kondisi lingkungan alam yang cocok bagi ikan ( Afrianto dan Liviawati. 2003). Secara ringkas kegiatan budidaya ini dapat digambarkan seperti terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kegiatan budidaya ikan

Pada kegiatan pembudidayaan, pembudidaya diartikan sebagai orang-orang yang melakukan pekerjaan pemeliharaan ikan. Pembudidaya ikan mampu mengetahui jumlah, tempat, serta waktu ikan ditangkap sehingga pola pemanenan lebih terkontrol. Pembudidaya ikan mampu meramalkan hasil (output) yang diperoleh dari sejumlah input produksi dalam bentuk benih, pakan, teknik pemeliharaan, serta teknologi yang dipakai (Ghufran. 2005).

Makanan

Metode budidaya

Ikan yang di pasarkan

(27)

Karakteristik Pembudidaya Ikan Patin

Karakteristik pembudidaya menentukan pemahaman pembudidaya ikan patin terhadap informasi budidaya, karakteristik pembudidaya ikan patin pada penelitian ini terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Berdasarkan hal-hal di atas, maka karakteristik yang mempengaruhi kemandirian pembudidaya ikan patin guna mencapai keberhasilan budidaya ikan patin adalah: umur, motivasi, pengalaman usahatani, tingkat pendidikan formal, tanggungan keluarga, kekosmopolitan, tenaga kerja, dan akses kredit.

Faktor Internal

Menurut Djamarah (1993: 112), karakteristik internal adalah faktor-faktor yang tercakup dalam situasi belajar yang bersumber dari kebutuhan dan tujuan-tujuan pembudidaya sendiri. Faktor internal ini sering disebut faktor murni atau faktor sebenarnya, yang timbul dari dalam diri pembudidaya, misalnya keinginan untuk mendapatkan keterampilan tentang budidaya patin, memperoleh informasi-informasi pemahaman, mengembangkan sikap untuk berhasil, menikmati kehidupan, secara sadar memberikan sumbangan kepada kelompok, dan lain-lain.

Umur

Umur merupakan salah satu karakteristik penting yang diperkirakan dapat menentukan kemampuan dan kekuatan seseorang dalam mencari nafkah atau melakukan aktivitas budidaya. Soekartawi (1988) menyatakan bahwa semakin muda umur seseorang biasanya memiliki semangat untuk ingin tahu tentang hal-hal yang belum mereka ketahui, sehingga akan berusaha untuk lebih cepat dalam melakukan adopsi inovasi walaupun masih belum berpengalaman dalam adopsi inovasi tersebut. Umur merupakan aspek yang berhubungan terhadap kemampuan fisik, psikologis, dan biologis seseorang (Setiawan et al. 2006: 47).

(28)

Berdasarkan hasil penelitian dan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa usia berkaitan dengan kemandirian pembudidaya untuk mencapai keberhasilan dalam budidaya ikan patin di kolam lahan gambut. Karena itu, penelitian ini akan mengkaji umur yang akan mempengaruhi kemandirian pembudidaya dalam mencapai keberhasilan budidaya ikan patin.

Motivasi

Kemandirian seseorang itu hakekatnya ditentukan oleh keinginannya untuk mencapai beberapa tujuan. Keinginan itu istilah lainnya ialah motivasi. Dengan demikian motivasi merupakan pendorong agar seseorang itu melakukan suatu kegiatan untuk mencapai tujuannya (Thoha. 2001: 22).

Motivasi terbagi atas: motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti: makanan, minuman, pakaian, perumahan dan kesehatan, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah dorongan yang berasal dari luar diri pembudidaya bersifat menekan, sehingga pembudidaya meningkatkan usahanya (Pakpahan et al. 2006: 29-30).

Motivasi merupakan usaha yang dilakukan oleh manusia untuk menimbulkan dorongan berbuat atau melakukan tindakan. Motivasi dapat menjelaskan alasan seseorang melakukan sesuatu tindakan, karena motivasi merupakan daya pendorong yang menyebabkan seseorang berbuat sesuatu guna mencapai tujuan yang diinginkan ( Padmowihardjo. 1994: 34).

Motivasi diduga mempengaruhi kemandirian seseorang dalam melakukan usaha budidaya, karena seseorang akan melakukan proses budidaya apabila orang itu termotivasi untuk mendapatkan perolehan imbalan berkaitan langsung dengan usaha budidaya yang dilakukannya. Dengan demikian motivasi merupakan salah satu faktor yang diduga mendukung kemandirian pembudidaya untuk mencapai keberhasilan budidaya ikan patin di kolam lahan gambut.

Pengalaman Usaha

(29)

budidaya, maka dia memiliki perasaan optimis akan keberhasilan di masa mendatang. Sebaliknya, seseorang yang pernah memiliki pengalaman mengecewakan, maka dia akan memiliki perasaan pesimis untuk dapat berhasil. Menurut Mardikanto (1992), proses belajar dipengaruhi oleh pengalaman, artinya pengalaman yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi semangat seseorang untuk belajar. Hal ini dikarenakan pengalaman masa lalu akan mempengaruhi kecenderungan untuk merasa memerlukan dan siap menerima pengetahuan baru. Pengalaman seseorang akan memberikan kontribusi terhadap minat dan harapannya untuk belajar lebih baik. Pengalaman seorang pembudidaya berpengaruh dalam mengelola usaha budidaya yang dilakukan. Hal ini secara tidak langsung dapat disimpulkan bahwa pengalaman usaha merupakan salah satu faktor yang diduga mendukung kemandirian pembudidaya ikan patin untuk mencapai keberhasilan budidaya ikan patin di kolam lahan gambut.

Pendidikan Formal

Salah satu upaya yang sangat pokok dalam pembudidayaan ikan patin adalah peningkatan taraf hidup yang sangat erat kaitannya dengan perbaikan pendidikan. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Suyono. 2006).

Menurut Winkel (Papilaya. 1998), sekolah merupakan lingkungan pendidikan formal karena di sekolah terlaksana serangkaian kegiatan yang terencana dan terorganisir, termasuk kegiatan belajar mengajar yang bertujuan menghasilkan perubahan-perubahan positif dalam diri seseorang.

(30)

Menurut Kim (Riyanti. 2003), orang yang berpendidikan tinggi cenderung lebih berhasil dari pada orang yang berpendidikan rendah. Ini mungkin disebabkan pendidikan tinggi membekali mereka dengan pengetahuan dan teknik manajemen modern, ini membuat mereka lebih sadar akan realitas dunia usaha dan menggunakan kemampuan belajarnya untuk mengelola bisnis mereka sehingga menjadi lebih baik.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan formal merupakan salah satu faktor yang diduga mendukung kemandirian pembudidaya ikan patin untuk tercapainya keberhasilan budidaya ikan patin di kolam lahan gambut. Dengan asumsi bahwa pendidikan yang lebih baik akan memberikan pengetahuan yang lebih baik dalam mengelola usaha budidaya.

Tanggungan Keluarga

Jumlah anggota keluarga merupakan banyaknya orang yang menjadi tanggungan keluarga (Soekartawi. 1988). Jumlah tanggungan keluarga berhubungan dengan kemampuan keluarga dalam penyediaan tenaga kerja. Keluarga petani merupakan kesatuan unit produksi dan kesatuan unit konsumsi. Pendapat ini selaras dengan hasil penelitian Mulyarindari (2001) yang menyatakan bahwa jumlah anggota keluarga memberikan pengaruh secara nyata terhadap kemandirian pembudidaya.

(31)

Tingkat Kekosmopolitan

Tingkat kekosmopolitan adalah kesediaan seseorang untuk berusaha mencari ide-ide baru dari luar lingkungannya atau tingkat keterbukaan seseorang dalam menerima pengaruh dari luar (Rogers. 1983). Kekosmopolitan merupakan kemampuan petani atau pembudidaya untuk membuka diri terhadap suatu pembaharuan dan atau informasi yang berkaitan dengan unsur pembaharuan.

Orang yang bersifat kosmopolit tinggi biasanya mencari informasi dari sumber di luar lingkungannya, sebaliknya orang yang rendah kosmopolitnya cenderung mempunyai ketergantungan yang tinggi pada tetangganya atau teman-teman dalam lingkungan yang sama sebagai sumber informasi ( Sugiharto. 2004: 15).

Hal ini berkaitan dengan perkembangan proses belajar mandiri yang menuntut petani untuk mampu membuka wawasannya terhadap berbagai sumber informasi yang mendukung kemandiriannya dalam berusaha. Kriteria sifat kosmopolit dapat dilihat: (1) sering kontak dengan sumber-sumber penemuan teknologi baru; (2) seringnya berhubungan dengan orang-orang yang mengetahui pengetahuan lebih banyak serta berkaitan dengan kemajuan pekerjaannya seperti agen pembaharuan, guru dan konsumen; (3) menggunakan media massa seperti radio, televisi, surat kabar dan informasi lainnya yang berkaitan dengan jenis usahanya; dan (4) bepergian ke luar sistem sosialnya guna memperoleh pengetahuan perbandingan di dalam memajukan kegiatan-kegiatan yang sedang dilakukan serta mencari ide-ide baru yang nantinya bisa diterapkan (Rogers dan Shoemaker. 1971).

Berdasarkan beberapa pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat kekosmopolitan merupakan salah satu faktor yang diduga mendukung kemandirian pembudidaya dalam mencapai keberhasilan budidaya ikan patin di kolam lahan gambut yang akan diteliti.

Faktor Eksternal

(32)

sehingga pembudidaya termotivasi untuk meningkatkan usaha budidayanya. Berdasarkan hal di atas, maka karakteristik eksternal yang mempengaruhi keberhasilan budidaya ikan patin di kolam lahan gambut adalah: tenaga kerja, akses kredit.

Tenaga Kerja

Tenaga kerja dalam usahatani/budidaya merupakan faktor produksi kedua selain tanah, modal. Tenaga kerja manusia dibedakan atas tenaga kerja pria, wanita dan anak-anak. Tenaga kerja manusia dapat mengerjakan semua jenis pekerjaan usahatani/budidaya berdasarkan tingkat kemampuannya. Kerja manusia dipengaruhi oleh: umur, pendidikan, keterampilan, pengalaman, tingkat kecukupan, tingkat kesehatan, faktor alam seperti iklim dan kondisi lahan usaha ( Hernanto. 1993: 64).

Jenis tenaga kerja dalam usahatani terbagi dalam tiga jenis yaitu: (1) tenaga kerja manusia, (2) tenaga kerja ternak, dan (3) tenaga kerja mekanik. Tenaga kerja manusia dapat mengerjakan semua jenis pekerjaan usahatani berdasarkan tingkat kemampuannya, dibedakan atas pria, wanita dan anak-anak ( Hernanto. 1993: 63).

Adanya kemajuan di bidang mekanisasi pertanian, menimbulkan gejala pemakaian tenaga kerja dibidang usahatani yang semakin menurun. Mesin-mesin menggantikan mereka. Alat-alat produksi lainnya menaikan efisiensi kerja dengan sangat besar. Sistem produksi yang tadinya bersifat padat karya menjadi padat modal. Mesin-mesin dan segala peralatan produksi lainnya mampu menghasilkan lebih banyak dari pada manusia (Kadarsan. 1995: 20).

(33)

Akses Kredit

Seringkali orang mengatakan bahwa meminjam merupakan satu-satunya jalan untuk mengisi kebutuhan-kebutuhan karena ketidak mampuan pembudidaya. Ini memang ada benarnya, tetapi mungkin juga terlalu berlebih-lebihan. Bahkan di daerah-daerah banyak terdapat pembudidaya yang miskin, tetapi ada juga beberapa orang yang mempunyai simpanan.

Untuk memproduksi lebih banyak biasanya pembudidaya lebih banyak mengeluarkan uang seperti untuk pembukaan lahan, pembelian bibit, dan alat-alat. Pengeluaran seperti itu harus dibiayai dari tabungan atau dengan menggunakan akses kredit yang ada.

Kredit mempunyai arti sebagai suatu transaksi antara dua pihak, pihak pertama disebut sebagai kreditor (yang menyediakan sumber-sumber ekonomi berupa uang, barang, atau jasa) dan pihak kedua disebut debitor (pengutang), dengan perjanjian bahwa pihak pengutang akan membayar kembali utang tersebut pada waktu yang ditentukan yang kadang-kadang ditambah dengan persyaratan tertentu seperti denda keterlambatan, bunga dan lain sebagainya (Daniel. 2004: 77).

Mubyarto (1987) menyatakan bahwa kredit pedesaan adalah kredit atau kepercayaan yang diperuntukan kepada petani kecil dan golongan ekonomi lemah di pedesaan baik pedagang, pengrajin, petani kecil maupun pengusaha kecil lainnya. Pemberian kredit baik melalui lembaga formal maupun informal, pada hakekatnya bertujuan untuk menolong atau memberikan bantuan bagi sasaran atau penerima kredit.

(34)

akses kredit yang mempermudah pembudidaya dalam mendapatkan modal guna mendukung usaha budidaya ikan patin yang diusahakannya.

Teknik Budidaya yang Perlu Dikuasai Pembudidaya dalam Budidaya Ikan Patin

Lingkungan Pembesaran Ikan Patin

Lingkungan pembesaran ikan atau dikenal dengan istilah habitat ikan dapat diartikan sebagai wilayah yang digunakan ikan untuk melangsungkan proses pertumbuhan. Beberapa habitat pembesaran ikan air tawar diantaranya adalah sungai, rawa, danau, waduk, embung, sawah, kolam irigasi dan kolam tadah hujan. Berikut ini akan dibahas lingkungan pembesaran ikan hanya di rawa, hal ini disebabkan penelitian yang akan dilakukan adalah budidaya ikan patin di rawa (Jangkaru. 2005: 3).

Rawa

Rawa merupakan kawasan lahan rendah yang senantiasa memiliki kepekaan tergenang air pada kurun waktu tertentu sepanjang tahun. Sumber air rawa meliputi air hujan, air luapan akibat rambatan pasang air laut, dan air luapan banjir di bagian hulu. Berdasarkan sumber airnya, rawa dibedakan menjadi rawa pasang surut dan non pasang surut (Jangkaru. 2005: 4).

Rawa Pasang Surut

(35)

Rawa Nonpasang Surut

Rawa nonpasang surut atau lebak merupakan lahan rendah yanng memiliki kepekaan tergenang air yang berasal dari curah hujan atau luapan banjir di hulu. Rawa nonpasang surut memiliki badan air yang stabil dan tingkat keasaman air masih tinggi sehingga hanya organisme yang tahan terhadap keasaman tinggi saja yang dapat hidup. Dengan kata lain, badan air rawa nonpasang surut relatif kurus. Populasi ikan didominasi ikan rawa yaitu jenis ikan yang tahan terhadap keasaman dan kandungan oksigen rendah misalnya: gabus, lele, patin, tambakan, gurami dan lain-lain. Metode pemeliharaan yang dapat dipraktikan misalnya kolam tadah hujan atau model sawah tambak (Jangkaru. 2005: 5).

Usaha Budidaya Ikan Patin di Kolam Pembesaran

Ikan patin merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan panjang berwarna putih perak dengan punggung berwarna kebiru-biruan. Ikan patin dikenal sebagai komoditi yang berprospek cerah, karena memiliki harga jual yang tinggi. Hal ini menyebabkan ikan patin mendapat perhatian dan diminati oleh para pengusaha untuk membudidayakannya (Afrianto dan Liviawati. 2003).

Kegiatan usaha budidaya ikan patin di kolam dimulai dengan tahap persiapan kolam untuk mendapatkan kolam yang berkualitas. Tahap persiapan kolam meliputi beberapa kegiatan, yaitu: (i) pencucian, (ii) pengeringan, (iii) pengolahan tanah, (iv) pengapuran, (v) pemupukan, dan (vi) pengisian air. Setelah kolam siap untuk digunakan dalam usaha pembesaran, maka benih yang telah disiapkan dapat ditebar dan dilakukan kegiatan pemeliharaan selama 4 – 6 bulan. Setelah ikan patin mencapai ukuran siap panen, maka dilakukan pemanenan yang hasilnya akan segera dipasarkan untuk disalurkan ke pedagang/konsumen (Sugiharto. 2004).

(36)

Persiapan kolam pembesaran

Penebaran benih

Kegiatan pembesaran

Out put

Pemanenan

[image:36.595.250.375.85.294.2]

Pemasaran

Gambar 2. Alur proses produksi budidaya ikan patin di kolam pembesaran

Tahap Persiapan Kolam

Sebelum kolam siap pakai, kolam harus dipersiapkan terlebih dahulu. Tahap persiapan kolam meliputi:

Pencucian

Pengeringan

Pengolahan tanah

Pengapuran (kapur tohor)

Pemupukan (pupuk organik dan anorganik)

Pengisian air

Kolam siap digunakan

(37)

Pencucian kolam dilakukan untuk membersihkan kolam dari kotoran, seperti sisa-sisa pakan, sampah, dan bahan-bahan beracun. Pencucian dilakukan dengan mengisi air, sementara itu semua pintu air dibuka. Setelah pencucian dilakukan maka dasar kolam dikeringkan dengan cara dijemur selama beberapa hari, biasanya sekitar 3-4 hari atau lamanya penjemuran tergantung cuaca sampai bagian tengahnya kering betul (ditandai oleh tanah yang retak-retak atau jika diinjak hanya terbenam 1cm). Dengan dilakukan pengeringan, maka sisa bahan organik dan gas beracun akan menguap (teroksidasi) serta mematikan bibit-bibit penyakit yang mungkin akan timbul (Sugiharto. 2004).

Setelah dilakukan pengeringan kemudian dasar kolam dibersihkan dan tanahnya diratakan dengan cangkul atau bajak. Tanggul dan pintu air diperbaiki, saluran air diperbaiki agar jalan air lancar. Tanah dasar dikapur untuk memperbaiki pH tanah dan membantu memberantas hama. Kapur yang digunakan adalah kapur alam (CaCo3) dengan dosis 2 kg/100 m² dan diberi dolomit dengan dosis yang disesuaikan menurut tingkat kesuburan tanah (Djarijah dan Siregar. 2001).

Menurut Murtidjo (1989) manfaat pengapuran antara lain:

(1) Menormalkan asam-asam bebas dalam air, sehingga pH meningkat

(2) Mencegah kemungkinan terjadinya perubahan pH air/tanah yang mencolok

(3) Mendukung kegiatan bakteri pengurai bahan organik sehingga garam dan zat hara akan terbebas

(4) Mengendapkan koloid yang melayang-layang dalam air kolam

Jumlah kapur yang diperlukan untuk pengapuran kolam dengan keasaman rendah sesuai dengan kondisi dan komposisi tanah dasar kolam. Kapur yang digunakan adalah kapur mentah (CaO), jadi bukan kapur matang atau yang sudah dibakar di dapur pembakaran.

(38)

Pupuk yang bisa digunakan adalah pupuk kandang (organik), pupuk buatan (anorganik), maupun pupuk hijau. Pupuk kandang yang bisa digunakan untuk kolam pembesaran ikan patin adalah kotoran hewan dari sapi, kerbau, kuda, kambing atau unggas.

Penggunaan pupuk buatan untuk kolam pembesaran ikan patin harus diketahui dulu jenis tanah dan airnya (asam atau basa). Untuk kolam yang bersifat agak asam atau netral, sebaiknya menggunakan pupuk TS agar sifat kolam tidak bertambah asam . Dosis yang dibutuhkan kira-kira 100 – 200 kg pupuk TS kasar atau setara 30 kg P2O2 untuk setiap satu hektar kolam. Kolam yang bersifat agak basa, hendaknya diberi pupuk superfosfat (biasanya diperdagangkan sebagai ES atau (engkel superfosfat) agar air bersifat netral kembali. Pemupukan pada umumnya dilakukan dengan cara menebarkan pupuk secara merata ke seluruh permukaan dasar kolam sesuai dengan dosis (Djarijah dan Siregar. 2001).

Penebaran benih

Penebaran ikan ke kolam baru dapat dilakukan bila kondisi air kolam diperkirakan sudah stabil. Artinya, pengaruh pupuk sudah hilang dan makanan alami sudah cukup tersedia.

Kepadatan penebaran untuk ikan patin yang dibesarkan di kolam secara monokultur adalah 1 ekor/m2 untuk benih berukuran 100 gr/ekor. Kepadatan penebaran ini tergantung pada ukuran benih. Makin besar ukuran benih yang ditebarkan maka makin jarang kepadatan penebarannya, demikian pula sebaliknya (Djarijah dan Siregar. 2001).

(39)

Pemberian Pakan

Pemberian pakan tambahan pada proses pembesaran ikan patin di kolam sangat mutlak untuk memacu pertumbuhan. Pakan tambahan itu berupa pellet atau sisa-sisa kegiatan dapur.

Jumlah pakan tambahan biasanya 3-4% dari bobot total ikan per hari. Pelet ini ada yang dibuat sendiri (pellet lokal) dan ada pula pellet buatan pabrik (pellet komersil). Pakan tambahan lainnya yang juga bisa diberikan adalah limbah ikan, udang-udangan, moluska, dan bekicot. Pemberian pakan jenis ini sesuai dengan pakan ikan patin di alam ( Susanto dan Amri. 1997: 25).

Mana yang baik bagi pertumbuhan ikan patin, penggunaan pellet lokal atau pellet komersil, sejauh pellet lokal lebih menguntungkan secara ekonomi. Namun kadang-kala standar nutrisi yang dibutuhkan ikan tidak dapat terpenuhi secara tepat. Oleh karena itu, agar lebih aman sebaiknya digunakan pellet komersil yang mengandung protein lebih dari 20% (Jangkaru. 2005).

Pemberian pakan buatan dilakukan tiga sampai empat kali (pagi, siang, sore, malam). Dalam pelaksanaanya, pemberian pakan buatan ini baru dihentikan setelah hampir 25% dari ikan yang ada telah meninggalkan tempat pemberian pakan. Hal ini menandakan bahwa sebagian besar ikan patin sudah mulai kenyang. Jarak waktu antara pemberian pakan yang satu dengan pemberian pakan berikutnya adalah 4 jam karena biasanya ikan kembali lapar setiap 3 – 4 jam setelah makan terakhir ( Susanto dan Amri . 1997: 26).

Seperti ikan-ikan jenis lainnya, ikan patin yang dipelihara secara monokultur di kolam yang bisa dilatih untuk makan pada tempat tertentu dan jam tertentu pula. Untuk itu, maksimal tiga tempat yang digunakan untuk pemberian makan. Apabila sudah waktunya makan, diharapkan ikan patin akan berkumpul ke tempat tersebut.

Panen

(40)

kolam akan menurun secara perlahan-lahan dan ikan secara naluriah akan berenang menuju kebagian kolam yang masih mengandung air. Agar ikan patin tidak ada yang lolos maka pada pintu pengeluaran diberi krei bambu atau saringan (Djarijah dan Siregar. 2001: 73).

Untuk menjaga agar ikan tidak stress, penurunan air hendaknya tidak dilakukan secara tergesa-gesa. Khusus pada kolam yang berukuran besar, penutupan saluran pemasukan air dan pembukaan saluran pengeluaran air sebaiknya dilakukan pada sore hari, yaitu sehari sebelum panen dilakukan. Pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali ikan patin sudah berkumpul di dalam bak penampungan dapat segera ditangkap dengan alat-alat penangkapan ikan seperti serok, jaring, dan scoop net. Demi keamanan, pemanenan ikan patin sebaiknya tidak dilakukan secara langsung dengan tangan. Selanjutnya, ikan hasil panen ditampung di tempat khusus yang ada aliran airnya agar kondisi tetap segar (Jangkaru. 2005).

Pengolahan Hasil

Pelaksanaan proses produksi dalam agroindustri didasarkan pada rencana produksi yang telah dibuat. Pada tahap ini input-input yang telah direncanakan dan disediakan dimasukan ke proses produksi sesuai dengan jadwal, jumlah dan jenis, serta urutan yang telah direncanakan untuk menghasilkan output produksi (Said dan Intan. 2004: 55).

Hasil dari produk yang mudah busuk tidak dapat disimpan lama tanpa pengolahan (processing). Karena itu, pabrik untuk mengolah surplus musiman dari hasil panen yang mudah busuk adalah penting seperti: pengeringan, pengalengan, pembuatan produk olahan. Akan tetapi kemungkinan pengolahan itu tidak hanya terbatas pada hasil-hasil yang mudah busuk saja. Kebanyakan hasil pertanian/budidaya tidak dimakan dalam bentuk seperti ketika dipungut. Teknologi makanan yang modern memungkinkan pembuatan banyak produk-produk baru yang pasarannya dapat dikembangkan (Mosher. 1987: 80).

(41)

hasil, meningkatkan penyerapan tenaga kerja, meningkatkan keterampilan produsen, meningkatkan pendapatan produsen.

Modal

Modal atau kapital mengandung banyak arti, tergantung pada penggunaannya. Dalam arti sehari-hari, modal sama artinya dengan harta kekayaan seseorang. Terdiri atas semua harta berupa uang, tabungan, tanah, rumah, mobil dan lain sebagainya yang dimiliki. Modal tersebut dapat mendatangkan penghasilan bagi si pemilik modal, tergantung pada usahanya dan penggunaan modalnya (Daniel. 2004: 73-74).

Bagi kebanyakan pembudidaya semua kebutuhan uang tunai ini umumnya bersumber dari hasil penjualan produksi lahannya, kecuali kalau mereka mempunyai sumber-sumber lain, seperti uang pensiun, uang kiriman dari anggota keluarga, simpanan. Produksi pertanian/budidaya mungkin terbatas karena kekurangan modal. Jadi masalah mendapatkan dan mempergunakan modal merupakan hal yang amat penting pula bagi para pembudidaya. Ini berarti bahwa para pembudidaya harus memahami jaringan atau hubungan ekonomi yang terbuka baginya dan bagaimana memanfaatkan jaringan atau sumber dana tersebut (Mosher. 1987).

Modal adalah faktor penunjang utama dalam kegiatan budidaya. Tanpa adanya modal, pembudidaya akan sulit mengembangkan usaha budidayanya. Penciptaan modal oleh petani/pembudidaya dilakukan dengan menyisihkan sebagian hasil pembudidayaan yang lalu untuk tujuan produktif. Modal yang digunakan oleh pembudidaya untuk kegiatan budidaya dapat berasal dari miliknya sendiri maupun pinjaman dari lembaga keuangan ataupun yang lain (Mosher. 1987). Ketersediaan modal mempengaruhi kemampuan pembudidaya dalam upaya mengembangkan usaha budidayanya, karena ketersediaan modal mempengaruhi produktivitas hasil usaha secara optimal.

Pemasaran Hasil

(42)

tambah, memperbaiki mutu, atau bahkan menyimpan hasil produksi budidayanya. Kekurangan tersebut akan lebih menonjol lagi di dalam memasarkan hasil atau menjual hasil budidayanya. Seorang pembudidaya seharusnya menguasai atau mempunyai pengetahuan yang cukup tentang masalah-masalah pemasaran budidayanya. Dengan demikian pembudidaya akan paham apa yang harus dijual pada musim tertentu dan kepada siapa hasil budidaya akan dijual (Mosher. 1987).

Kebanyakan pembudidaya menjual hasil budidayanya pada saat panen tiba yang langsung dijual pada lahan budidaya atau dengan kata lain para pembeli membeli hasil panen dilahan budidaya atau juga pada pasar setempat. Karena itu, perangsang bagi mereka untuk memproduksi hasil, bukan sekedar untuk dimakan sendiri, lebih banyak tergantung pada harga setempat. Harga ini untuk sebagian tergantung pada efisiensi sistem tataniaga yang menghubungkan pasar setempat dengan pasar di kota-kota (Mosher. 1987).

Kegiatan pemasaran pada prinsipnya mencakup proses kegiatan mulai dari tingkat produsen sampai di tingkat konsumen. Kegiatan ini layak dipertimbangkan karena komoditi perikanan umumnya beresiko tinggi sehingga mempengaruhi efisiensi dan alokasi sumber daya. Banyaknya saluran pemasaran akan menentukan besarnya harga komoditi yang bersangkutan. Semakin panjang dan banyak saluran pemasaran akan menentukan besarnya harga komoditi yang bersangkutan (Oedjeo. 2001: 85).

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Budidaya Ikan Patin

Keberhasilan menurut Stoltz (Riyanti. 2003), berarti seberapa jauh orang bergerak ke depan dan menanjak, mengalami kemajuan usahanya, menyingkirkan semua bentuk hambatan.

Penelitian Cunningham (Riyanti. 2003: 7) terhadap 178 wirausaha dan manajer profesional di Singapura, menunjukkan bahwa keberhasilan berkaitan dengan sifat-sifat kepribadian (49%), seperti keinginan untuk melakukan pekerjaan dengan baik, keinginan untuk berhasil, motivasi diri, percaya diri dan berpikir positif, komitmen dan sabar.

(43)

(Wianti. 2005). Ciri-ciri keberhasilan adalah pertama kegiatan berjangka waktu kurang dari 12 bulan, kedua hasil kegiatan secara langsung dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, ketiga melibatkan berbagai kelompok dalam arti kegiatan ini memerlukan koordinasi sebanyak mungkin kelompok yang beragam, keempat kegiatan ini mempertimbangkan perilaku sosial dalam penggunaan dan pengelolaan sumberdaya (Anonim. 2006: 13).

Keberhasilan budidaya ikan patin akan terlihat dari tingkat produksi yang dihasilkan pembudidaya yang semakin meningkat, diikuti oleh pendapatan yang tinggi dan akhirnya tercapailah tujuan dari budidaya adalah kesejahteraan pembudidaya ikan patin dan keluarganya. Indikator dari keberhasilan adalah produksi dan pendapatan yang akan di jelaskan di bawah ini.

Produksi

Pada prinsipnya hasil merupakan terjemahan kata yield, yaitu keluaran (output) yang diperoleh dari pengolahan input produksi (sarana produksi/biasa disebut masukan) dari suatu usahatani/budidaya. Sedangkan produksi merupakan terjemahan dari kata production, yang merupakan sejumlah hasil dalam suatu lokasi dan waktu tertentu (Daniel. 2004: 121).

Proses produksi dalam agribisnis menjadi suatu kegiatan yang sangat menentukan keberhasilan usaha dan merupakan penyedot biaya paling besar. Dengan demikian, kegiatan produksi tersebut harus dilakukan secara efektif dan efisien untuk mencapai produktivitas yang tinggi. Efektivitas kegiatan produksi dapat dilihat dari alokasi sumber daya yang benar, perencanaan proses produksi yang benar, serta pelaksanaan yang benar. Dilain pihak, efisiensi produksi dapat dicapai dengan melaksanakan rencana dan proses produksi dengan benar dan meminimalkan pemborosan-pemborosan selama proses produksi berlangsung, baik pemborosan sumber daya, waktu, dan tenaga maupun pemborosan karena kehilangan alat serta kehilangan dan kerusakan produk (Said dan Intan. 2004: 51).

(44)

baik yang langsung maupun yang tidak langsung, untuk menghasilkan produk (Said dan Intan. 2004: 50).

Dalam usaha pertanian/budidaya, produksi diperoleh melalui suatu proses yang cukup panjang dan penuh resiko. Panjangnya waktu yang dibutuhkan tidak sama tergantung pada jenis usaha yang dilakukan. Tidak hanya waktu, kecukupan faktor produksi pun ikut menentukan pencapaian produksi ( Daniel. 2004: 49).

Proses produksi baru bisa berjalan bila persyaratan yang dibutuhkan tanaman, ternak, ataupun ikan dapat dipenuhi. Persyaratan ini lebih dikenal dengan nama faktor produksi. Faktor produksi terdiri dari empat komponen, yaitu tanah, modal, tenaga kerja, dan skill (manajemen) ( Daniel. 2004: 50).

Pendapatan

Tohir (1983: 173-175) menyatakan bahwa pendapatan adalah penghasilan petani yang diperoleh dari upah keluarga, keuntungan usaha, dan bunga harta sendiri. Soekartawi (1988: 2-3) menyatakan bahwa pendapatan merupakan cerminan kehidupan petani. Pendapatan petani yang rendah merupakan ciri petani kecil dan masuk dalam golongan petani miskin.

Pendapatan yang diterima seorang petani/pembudidaya dalam satu tahun berbeda dengan pendapatan yang diterima petani/pembudidaya lainnya. Bahkan seorang petani/pembudidaya yang mengusahakan luas tanah yang sama dari tahun ke tahun menerima pendapatan yang berbeda tiap tahunnya. Hal ini disebabkan karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi pendapatan petani/pembudidaya. Beberapa diantaranya: (1) luas usahatani/budidaya, luas usahatani/budidaya ini sangat mempengaruhi produksi usahatani/budidaya; (2) efisiensi kerja, efisiensi kerja adalah pekerjaan produktif yang berhasil diselesaikan seorang pekerja; dan (3) efisiensi produksi, cara-cara berusahatani/budidaya bersama-sama faktor iklim dan jenis tanah menentukan tinggi rendahnya hasil (Wianti. 2005).

(45)

tingkat dimana orang berada dalam keadaan terombang-ambing di antara hidup dan mati, atau pada tingkat kelaparan. Dari uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa pendapatan merupakan faktor yang diduga sangat mempengaruhi keberhasilan budidaya ikan patin di kolam lahan gambut.

Hubungan Kemandirian Pembudidaya dengan Karakteristik

Hubungan Umur dengan Kemandirian

Umur merupakan salah satu faktor yang diperkirakan dapat menentukan kemampuan dan kekuatan seseorang dalam berperilaku mandiri guna tercapainya keberhasilan dalam usaha budidaya sehingga umur mempengaruhi pembudidaya dalam berperilaku mandiri.

Soekartawi (1988) menyatakan bahwa semakin muda umur seseorang biasanya memiliki semangat untuk ingin tahu apa yang belum mereka ketahui, sehingga akan mempengaruhi perilakunya dalam melakukan usahatani/budidaya. Namun bertambahnya umur seseorang akan memupuk pengalaman yang merupakan sumberdaya yang sangat berguna bagi kesiapannya untuk belajar lebih lanjut. Hal ini disebabkan kemampuan seseorang untuk belajar berkembang secara bertahap sejalan dengan meningkatnya usia, dan akan berkurang secara bertahap pula setelah mencapai: usia tertentu (55-60 tahun) (Padmowihardjo. 1994).

Hubungan Motivasi dengan Kemandirian

(46)

Rogers dan Shoemaker (1971: 21), mengemukakan bahwa jika seseorang sadar akan kebutuhan yang dirasakan maka akan berusaha mencari informasi-informasi mengenai hal-hal baru, inovasi baru, guna untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Selanjutnya, dengan informasi yang mereka dapatkan maka akan dipergunakan untuk memperbaiki hal-hal yang dirasakan perlu diperbaharui, termasuk usahatani/budidaya mereka.

Hubungan Pengalaman Usaha dengan Kemandirian

Mardikanto (1993) mengemukakan bahwa proses belajar dipengaruhi oleh pengalaman, artinya pengalaman yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi semangat seseorang untuk belajar. Hal ini dikarenakan pengalaman masa lalu akan mempengaruhi kecenderungan untuk merasa memerlukan dan siap menerima pengetahuan baru. Pengalaman seseorang akan memberikan kontribusi terhadap minat dan harapannya untuk belajar lebih baik. Kesesuaian antara pengalaman dengan kejadian yang dialami pada masa-masa sebelumnya akan semakin meningkatkan pemahaman tentang suatu masalah.

Pengalaman seorang pembudidaya ikan berpengaruh pada kemandirian dalam mengelola usaha budidaya ikan yang dilakukannya sehingga tercapainya keberhasilan dalam usaha budidaya ikan patin di kolam lahan gambut. Hal ini secara tidak langsung berpengaruh pada proses pengambilan keputusan, sehingga pembudidaya yang memiliki pengalaman budidaya ikan lebih lama cenderung sangat selektif dalam proses pengambilan keputusan (Mardikanto. 1993).

Hubungan Pendidikan Formal dengan Kemandirian

Slamet (2003: 20) mengungkapkan bahwa perubahan perilaku yang disebabkan oleh kegiatan pendidikan berupa: (1) perubahan dalam pengetahuan atau hal yang diketahui, (2) perubahan dalam keterampilan atau kebiasaan dalam melakukan sesuatu, dan (3) perubahan dalam sikap mental atau segala sesuatu yang dirasakan.

(47)

wirausaha yang berpendidikan rendah. Ini disebabkan pendidikan tinggi membekali mereka dengan pengetahuan dan teknik manajemen modern. Ini membuat mereka lebih sadar akan realitas dunia usaha dan menggunakan kemampuan belajarnya untuk mengelola usaha mereka sehingga menjadi lebih baik.

Mardikanto (1993) menyatakan bahwa pendidikan petani umumnya mempengaruhi cara dan pola pikir petani dalam mengelola usahatani. Pendidikan yang relatif tinggi dan umur yang muda menyebabkan petani lebih dinamis. Sehingga dapat dikatakan pendidikan memiliki hubungan dengan kemandirian pembudidaya untuk mencapai keberhasilan budidaya ikan patin di kolam lahan gambut.

Hubungan Tanggungan Keluarga Dengan Kemandirian

Jumlah tanggungan keluarga berhubungan dengan kemandirian pembudidaya dalam menunjang keberhasilan usaha budidaya. Menurut Soekartawi (1988) Jumlah tanggungan keluarga merupakan banyaknya orang yang menjadi tanggungan baik keluarga maupun bukan keluarga, yang tinggal serumah dan menjadi tanggungjawabnya.

Jumlah tanggungan keluarga berhubungan dengan kemampuan keluarga akan penyediaan tenaga kerja. Hernanto (1993: 94) mengemukakan bahwa jumlah tanggungan keluarga berkaitan dengan masalah kebutuhan petani. Banyaknya tanggungan keluarga membutuhkan pendapatan yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Jika kebutuhan keluarga tidak terpenuhi akan berpengaruh pada terbatasnya produkstivitas, tingkat kecerdasan, dan akses terhadap lingkungan sekitar.

Hubungan Tingkat Kekosmopolitan dengan Kemandirian

(48)

proses belajar mandiri yang menuntut petani untuk mampu membuka wawasannya terhadap berbagai sumber informasi yang mendukung kemandiriannya dalam berusaha, sehingga dapat dikatakan bahwa kekosmopolitan berhubungan dengan kemandirian pembudidaya ikan patin untuk mencapai keberhasilan di kolam lahan gambut.

Hubungan Tenaga Kerja dengan Kemandirian

Kadangkala tenaga kerja merupakan faktor produksi utama. Hal ini menunjukan posisi petani/pembudidaya pada usahanya. Petani/pembudidaya bukan hanya pengelola usahtani/budidaya, tetapi juga tulang punggung keluarga. Sebagai sumber tenaga kerja utama petani/pembudidaya akan menumpahkan seluruh tambahan tenaga dari luar keluarga (Hernanto, 1993: 68).

Efisiensi kerja dipengaruhi oleh luas areal garapan/budidaya, cara budidaya, pendidikan, keterampilan, dan pola konsumsi. Makin luas usahatani maka pengelolaan tenaga kerja dapat direncanakan seoptimal mungkin (Hernanto, 1993: 80).

Kepemilikan tenaga kerja berkaitan dengan kuantitas tenaga kerja dalam keluarga yang dicurahkan dalam pengelolaan usaha budidaya. Dengan tersedianya tenaga kerja akan semakin meningkatkan keberhasilan pembudidaya untuk melaksanakan usaha budidayanya. Dengan demikian terlihat bahwa ada hubungan antara tenaga kerja dengan kemandirian pembudidaya dalam mencapai keberhasilan budidaya ikan patin di kolam lahan gambut.

Hubungan Akses Kredit dengan Kemandirian

Akses kredit berhubungan dengan kemandirian pembudidaya dalam usaha budidayanya guna mencapai keberhasilan. Untuk membantu pembentukan modal, pemerintah dan swasta telah cukup banyak membuka kesempatan melalui berbagai kegiatan perbankan, dalam bentuk kredit.

(49)

berupa simpanan harus dapat dibayar atau dikembalikan setiap saat menurut jumlah haknya, maka Bank dalam kegiatan pemberian kredit atau pinjaman kepada masyarakat juga harus dapat memastikan akan dapat menarik kembali sepenuhnya kredit yang diberikan tersebut (Hernanto, 1993: 85).

Hubungan Kemandirian dengan Pendapatan

Menurut FAO dan World Bank (Syafruddin. 2006: 13) secara umum terdapat lima strategi untuk meningkatkan pendapatan usahatani, yaitu: pola intensifikasi untuk ketersedian produksi, penganeka ragaman pengolahan produksi, perluasan lahan, meningkatkan pendapatan off farm untuk sektor pertanian, dan meningkatkan pendapatan off farm untuk sektor non pertanian

Petani/pembudidaya dan keluarganya membutuhkan sejumlah biaya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Biaya hidup itu diperoleh dari berbagai sumber, antara lain: dari sumber usahatani/budidaya sendiri, dari sumber usaha lain dibidang pertanian seperti halnya upah tenaga kerja pada usaha tani lainnya, pendapatan dari luar usahatani. Alokasi pendapatan tersebut digunakan untuk: kegiatan produktif antara lain untuk membiayai kegiatan usaha lainnya, kegiatan konsumtif antara lain untuk pangan, papan, kesehatan, pendidikan, rekreasi, dan pajak-pajak, pemeliharaan investasi, investasi tabungan.

(50)

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Kerangka Berpikir

Kemandirian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan pembudidaya ikan patin dalam mengelola usaha budidaya ikan patin yang dicirikan oleh kemampuan dalam menguasai beberapa aspek kegiatan usaha budidaya ikan patin, yaitu: produksi, modal, dan kebebasan mereka dalam memasarkan hasil dan melakukan usaha pengolahan hasil budidaya agar produksi patin tidak terbuang, sehingga tercapainya keberhasilan yang dapat dilihat dari Peningkatan produksi dan pendapatan.

Kemandirian pembudidaya adalah kondisi yang dapat ditumbuhkan melalui proses pemberdayaan (empowerment), yakni pemberian kekuatan atau daya kepada pembudidaya sehingga mampu mengendalikan masa depannya dalam meningkatkan taraf hidupnya.

Kemandirian pembudidaya ikan patin sebagai wujud kemampuannya ditentukan oleh karakteristik pembudidaya yang terdiri dari: umur, motivasi, pengalaman usaha, tingkat pendidikan, tanggungan keluarga, tenaga kerja, tingkat kekosmopolitan, dan kontak dengan penyuluh.

Dengan kemandirian pembudidaya ikan patin diharapkan dapat memperbaiki kesejahteraan pembudidaya dan keluarga yang ditandai dengan produksi yang dihasilkan dalam budidaya ikan patin semakin meningkat dan akan menyebabkan pendapatan juga akan semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.

Hipotesis

Mengacu pada tujuan penelitian dan kerangka pemikiran, maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

(51)

Dampak

[image:51.595.57.564.61.793.2]

Gambar 4. Kemandirian Pembudidaya Patin

Karakteristik Pembudidaya (X)

X1 = Umur X2 = Motivasi

X3 = Pengalaman Usaha X4 = Tingkat Pendidikan X5 = Tanggungan Keluarga X6 = Kekosmopolitan X7 = Tenaga Kerja X8 = Akses Kredit

Kemandirian (Y)

Y1= Pengelolaan Usaha Budidaya Ikan Patin Y2= Penggunaan Modal Y3= Pemasaran

Keberhasilan budidaya patin - Pendapatan

Keterangan:

(52)

METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah populasi yang homogen yaitu

pembudidaya ikan patin yang berada di Desa Tangkit Baru, Kec. Kumpe Ulu

Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi sebanyak 230 orang pembudidaya.

Penentuan Sampel di lakukan dengan acak sederhana, sebanyak 69 orang.

Pemilihan lokasi didasarkan pada potensi pengembangan usaha budidaya

ikan patin di kolam dengan karakteristik lahan berupa gambut, dan jenis ikan patin

yang dibudidayakan adalah jenis siam.

Desain Penelitian

Penelitian dilakukan dengan metode survei yang bersifat deskriptif

korelasional. Penelitian deskriptif adalah penenlitian yang dirancang untuk

mengumpulkan informasi tentang keadaan nyata sekarang (Sevilla et al. 1993). Dalam hal ini, yang dimaksud keadaan nyata sekarang adalah tingkat kemandirian

pembudidaya dalam mengelola usaha budidaya ikan patin di kolam lahan gambut

dan hubungan antar beberapa peubah terpilih dari faktor internal dan eksternal

dengan tingkat kemandirian serta peningkatan pendapatan.

Data dan Instrumentasi Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data

sekunder, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Pengkategorian data pada

masing-masing peubah berdasarkan sebaran normal pada lokasi penelitian. Data

primer yang akan dikumpulkan meliputi :

(A) Peubah-peubah penelitian

(a) Faktor internal pembudidaya

(1) Umur yaitu satuan usia dalam tahun yang dihitung sejak lahir sampai

(53)

dalam tiga kategori yaitu: kelompok umur muda berkisar dari 19 hingga

30 tahun, kategori sedang berkisar dari 33 sampai 39 tahun , dan kategori

umur tua berkisar dari 40 hingga 65 tahun.

(2) Motivasi pembudidaya ikan patin adalah dorongan yang timbul dari dalam

diri pembudidaya untuk melakukan kegiatan budidaya ikan patin, dalam

hal ini dibagi atas tiga kategori yaitu rendah, sedang, tinggi. Kategori

rendah berkisar dari skor 29 sampai 33 yakni pembudidaya yang hanya

ikut-ikutan membudidayakan ikan patin, skor 34 hingga 35 termasuk

kategori sedang yakni pembudidaya yang memiliki dorongan dari

pembudidaya lain dan memiliki keinginan yang kuat untuk mendapatkan

informasi yang lebih banyak lagi tentang budidaya ikan patin, dan skor 36

sampai 45 masuk dalam kategori tinggi yakni pembudidaya yang memiliki

dorongan dari dalam dirinya dan melihat keberhasilan pembudidaya lain

serta mengerti untung rugi dalam usaha ini.

(3) Pengalaman usaha adalah pengalaman atau lamanya pembudidaya ikan

patin dalam melaksanakan usaha budidayanya dalam tahun. Dihitung sejak

pembudidaya pertama kali melakukan usaha budidaya ikan patin sampai

saat penelitian ini. Pengalaman usaha dikategorikan sedikit, cukup, dan

banyak. Kategori sedikit lamanya adalah ≤ 1 tahun, kategori sedang berkisar dari 2 sampai 3 tahun, dan kategori banyak berkisar dari 4 sampai

10 tahun.

(4) Tingkat pendidikan formal adalah lamanya pembudidaya mengikuti

pendidikan formal, berdasar

Gambar

Gambar 1. Kegiatan budidaya ikan
Gambar 2. Alur proses produksi budidaya ikan patin di kolam pembesaran
Gambar 4. Kemandirian Pembudidaya Patin
Tabel 1. Variabel, indikator dan cara pengukuran dalam penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait