TUGAS AKHIR
Nama
: Laurentius Tri Yudha Prabowo
NIM
: 03.41010.0342
Program
: S1 ( Strata Satu )
Jurusan
: Sistem Informasi
SEKOLAH TINGGI
secara kacau, persediaan menumpuk, suku cadang/persediaan dipercepat/diperbanyak agar pesanan keluar tepat pada waktunya, salah satunya terdapat permasalahan pada Nix Catering. Nix Catering adalah perusahaan yang bergerak dibidang industri makanan yang menyediakan sajian makanan untuk karyawan. Dari pengamatan selama ini penanganan informasi dibidang perencanaan kebutuhan bahan baku, dan perencanaan produksi masih dilakukan secara manual, sehingga terjadi keterlambatan untuk melakukan proses produksi karena kurangnya persediaan bahan baku yang seharusnya tersedia. Juga sering kali terjadi penumpukan sisa bahan baku yang tidak terpakai, dan diantaranya ada bahan baku yang tidak tahan lama.
Untuk mengatasi permasalahan sistem inventory tersebut maka dibuat Sistem Informasi Manajemen Inventory yang khusus dipergunakan pada sebuah perusahaan jasa boga seperti Nix Catering dengan menggunakan metode MRP.
MRP (Material Requirements Planning) adalah prosedur logis, aturan keputusan dan teknik pencatatan terkomputerisasi yang dirancang untuk menterjemahkan MPS (Master Production Schedule) atau Jadwal Induk Produksi menjadi Net Requirement (kebutuhan bersih) untuk semua item.
Hasil uji coba menghasilkan sistem informasi persediaan bahan baku makanan yang dapat menunjukkan total permintaan bahan baku, menghitung nilai minimal toal biaya inventori, serta dapat membuat daftar komponen, komposisi dan jumlah dari setiap bagian yang diperlukan untuk membuat satu menu masakan.
iv
Halaman
ABSTRAK
………...
i
KATA PENGANTAR ……….
ii
DAFTAR ISI ………
iv
DAFTAR GAMBAR ………...
viii
DAFTAR TABEL ………
x
BAB I
PENDAHULUAN………
1
1.1 Latar Belakang Masalah ………....
1
1.2 Perumusan Masalah ………...
2
1.3 Pembatasan Masalah ………...
3
1.4 Tujuan ………...
4
1.5 Sistematika Penulisan ………
4
BAB II
LANDASAN TEORI ………
6
2.1 Sistem Informasi ………..
6
2.2 Pengertian Sistem Informasi Manufaktur……… 7
2.3 Inventory ………..
15
2.4 Material Requirement Planning (MRP)………
16
2.5 Logika Perencanaan Kebutuhan Material……….
19
v
2.9 Periodic Order Quantity (POQ)……….
22
2.10 Economic Order Quantity (EOQ)……….. 24
2.11 Algoritma Silver Meal……… 25
BAB III
PERANCANGAN SISTEM………
27
3.1 Analisis Sistem ……… 27
3.2 Perancangan Sistem ……… 29
3.2.1 System Flow Penjualan ……… 29
3.2.2 System Flow Pembelian Bahan Baku……… 30
3.2.3 System Flow Material Requirement Planning…………
31
3.2.4 Diagram Sistem Material Requirement Planning…….. 32
3.2.5 Context Diagram………..
33
3.2.6 Diagram Berjenjang ………
35
3.2.7 Data Flow Diagram (DFD)………
36
3.2.8 Entity Relationship Diagram (ERD) ……….
40
3.2.9 Struktur Database ……….
43
3.2.10 Rancangan Input Output………..
47
3.3 Prosedur Pengembangan ………..
54
BAB IV
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI …...
57
vi
BAB V
PENUTUP ………
75
5.1 Kesimpulan ………..
75
5.2 Saran ………
76
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah.
Banyak operasi manufaktur terutama pada tingkat kecil dan menengah
dimanajemeni secara kacau, persediaan menumpuk, suku cadang/persediaan
dipercepat/diperbanyak agar pesanan keluar tepat pada waktunya. Untuk
memperbaiki situasi ini diperlukan sistem perencanaan dan pengendalian
terkomputerisasi yang disebut perencanaan kebutuhan bahan (materials
requirement planning atau MRP)
Menurut Abdul (2002, 78) MRP tergantung pada 2 hal yaitu persediaan
permintaan-bebas (independent inventory) dan persediaan permintaan tak bebas
(depended inventory). Independent inventory adalah inventory yang tunduk pada
kondisi pasar. Contoh dari independent inventory adalah barang jadi dan suku
cadang didalam perusahaan manufaktur digunakan untuk memenuhi permintaan
pelanggan akhir. Inventory ini harus dimanajemeni oleh metode titik pesanan
(order-point method). Sebaliknya, inventory permintaan tak bebas (depended
inventory) tidak tunduk pada kondisi pasar. Inventory ini bergantung pada
permintaan akan suku cadang dan komponen tingkat yang lebih tinggi hingga
termasuk dalam jadwal produksi induk. Contoh dari depended inventory adalah
bahan mentah dan inventory barang dalam proses yang digunakan perusahaan
manufaktur untuk mendukung proses manufaktur itu sendiri, inventory ini harus
2
Nix Catering adalah perusahaan yang bergerak dibidang industri makanan
yang menyediakan sajian makanan untuk karyawan di perusahaan-perusahaan
lain, dari pengamatan selama ini penanganan informasi dibidang perencanaan
kebutuhan bahan baku, dan perencanaan produksi masih dilakukan secara manual,
sehingga terkadang terjadi keterlambatan untuk melakukan proses produksi
karena kurangnya persediaan bahan baku yang seharusnya tersedia. Selain itu juga
sering kali terjadi penumpukan sisa bahan baku yang tidak terpakai, dan
diantaranya ada bahan baku yang tidak tahan lama.
Untuk hal-hal tersebut diatas maka dibutuhkan suatu sistem informasi
yang dapat membantu mengurangi resiko kekurangan atau kelebihan bahan baku
sehingga dapat memperlancar proses produksi, dan mengurangi biaya
penyimpanan.
1.2Perumusan Masalah.
Perumusan masalah pada sistem ini antara lain:
1. Bagaimana membuat sistem yang dapat menggabungkan proses
bagian-bagian didalam Nix Catering, sehingga menjadi satu sistem
yang utuh.
2. Bagaimana menentukan aturan yang dapat digunakan oleh pihak
manajemen dalam rangka meminimalkan biaya inventory tetapi tetap
bisa memenuhi permintaan konsumen.
3. Bagaimana membuat sistem yang dapat mendukung proses kegiatan
produksi di Nix Catering dengan menerapkan Material Requirements
3
1.3Pembatasan Masalah.
Batasan masalah pada pembuatan sistem ini antara lain:
1. Kalkulasi MRP selain menghasilkan jumlah material yang dibutuhkan
juga menghasilkan informasi waktu kapan material tersebut harus
diorder ke supplier.
2. Aplikasi yang dibuat tidak sampai pada proses pengiriman.
3. Aplikasi hanya dalam ruang lingkup pemesanan dan pengambilan
4. Setiap akhir bulan perusahaan mengeluarkan daftar menu untuk bulan
berikutnya.
5. Perusahaan menerima daftar pesanan yang digunakan sebagai master
jadwal produksi dalam satu bulan.
6. Asumsi pembelian persediaan selalu tersedia dipasaran, dan tidak
tergantung dengan harga pasar.
7. Aplikasi hanya untuk perhitungan bahan baku untuk proses produksi
di Nix Catering.
8. Metode Lot Sizingyang digunakan adalah Lot For Lot, Perodic Order
Quantity, Economic Order Quantity dan Silver Meal.
9. Waktu yang dibutuhkan untuk produksi dianggap tetap berapapun
jumlah pesanannya yaitu 2 hari sebelum tanggal pengiriman.
4
1.4Tujuan.
Tujuan dari pembuatan sistem ini adalah sebagai berikut :
1. Membantu perusahaan dalam manajemen persediaan bahan baku
untuk kelancaran proses produksi.
2. Membantu pihak manajemen dalam proses pengambilan keputusan
yang berhubungan dengan kebutuhan bahan baku dalam proses
produksi.
1.5Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam penyusunan laporan Tugas
Akhir ini dibedakan dengan pembagian bab – bab dengan rincian sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini dijelaskan tentang latar belakang, perumusan masalah,
pembatasan masalah dan tujuan tugas akhir ini.
BAB II : LANDASAN TEORI
Dalam bab ini dijelaskan tentang teori Material Requirement Planning
(MRP), Bill Of Material (BOM), teori-teori Lot Sizing yang digunakan
dalam tugas akhir ini,
BAB III : METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM
Dalam bab ini dijelaskan tentang tahap-tahap yang dikerjakan dalam
penyelesaian Tugas Akhir mulai dari observasi pendahuluan, identifikasi
masalah dan tujuan, studi pustaka, studi lapangan, pengumpulan data
penentuan kriteria, desain Entity Relationship Diagram (ERD), struktur
5
implementasi dan evaluasi sampai didapatkan suatu kesimpulan dan
saran.
BAB IV : EVALUASI DAN IMPLEMENTASI
Dalam bab ini dijelaskan tentang evaluasi dari sistem yang dibuat, proses
implementasi dari perangkat lunak yang telah melalui tahap evaluasi.
BAB V : PENUTUP
Dalam bab ini dijelaskan tentang penutup yang berisi kesimpulan setelah
program aplikasi selesai dibuat dan saran untuk proses pengembangan
6 BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam penyusunan tugas akhir ini dibutuhkan beberapa landasan teori
sebagai acuan dalam penyusunannya. Landasan teori yang dibutuhkan antara lain
teori tentang Sistem Informasi, teori Sistem Informasi Manufaktur, teori
inventory, teori logika perencanaan kebutuhan bahan baku, teori pemrosesan rencana kebutuhan bahan baku, teori tentang mengenai metode yang digunakan
dalam penyelesaian Tugas Akhir ini, yaitu Material Requirements Planning, Lot
Sizing, Lot for Lot, Periodic Order Quantity (POQ), Economic Order Quantity (EOQ), Algoritma Silver Meal, dan juga penjelasan mengenai database, konsep dan arsitektur sistem database serta tool atau alat yang digunakan untuk menyelesaikan tugas akhir ini. Berikut ini penjelasan dari masing-masing teori.
2.1Sistem Informasi
Sistem adalah sekelompok elemen yang terintegrasi dengan maksud yang
sama untuk mencapai suatu tujuan (McLeod, 2001;11). Informasi sendiri
merupakan data yang telah diproses, atau data yang memiliki arti (McLeod,
2001;15).
Dari uraian diatas maka definisi Sistem Informasi adalah sekelompok
elemen yang telah terintegrasi dengan maksud untuk mencapai suatu tujuan
7
Menurut terjemahan McLeod (2001:11) ada beberapa cara berbeda untuk
mengklasifikasikan sistem, yaitu melalui:
a. Tingkat formalitasnya.
b. Tingkat penerapan otomasi yang diberikan.
c. Hubungan sistem tersebut dalam pembuatan keputusan.
d. Sifat-sifat input dan outputnya. e. Sumber dan tingkat kesesuaiannya.
f. Bobot sistem pada perusahaan.
2.2 Pengertian Sistem Informasi Manufaktur
Menurut McLeod (473,1998) Sistem Informasi Manufaktur termasuk
dalam kerangka kerja Sistem Informasi Manajemen (SIM) secara keseluruhan.
Sistem Informasi Manufaktur lebih menekankan kepada proses produksi yang
terjadi dalam sebuah lantai produksi, mulai dari input bahan mentah hingga output
barang jadi, dengan mempertimbangkan semua proses yang terjadi.
Sistem Informasi Manufaktur juga memerlukan data sebagai sumber untuk
mendukung pihak manajemen perusahaan dalam menentukan keputusan pada
gambar 1
8 2.2.1 INPUT
Data internal perusahaan merupakan data intern sistem keseluruhan yang mendukung proses pengolahan data menjadi informasi yang berguna. Data ini
meliputi sumber daya manusia (SDM), material mesin dan hal lainnya yang
mendukung proses secara keseluruhan seperti transportasi, spesifikasi kualitas
material, frekuensi perawatan dan lain-lain.
Data external perusahaan merupakan data yang berasal dari luar perusahaan yang mendukung proses pengolahan data menjadi informasi yang
berguna. Contoh data external adalah pemasok (supplier), kebijakan pemerintah tentang UMR, Listrik, dan lain-lain. Data-data ini biasanya
berguna untuk perhitungan cost dalam manufaktur mulai dari awal hingga akhir proses.
Data awal ini dapat diperoleh sejak awal perusahaan berdiri maupun
pada saat proses produksi berlangsung, kemudian data – data yang diperlukan
didokumentasikan kedalam sebuah database. Oleh karena abstraknya dan banyaknya data yang harus di dokumentasikan, maka kita harus bisa
mendefinisikan tujuan akhir dari informasi yang hendak kita buat. Pihak
manajemen puncak (eksekutif) harus memberikan pedoman kepada pihak
manajemen informasi untuk membuat sistem informasi yang dikehendaki.
Setelah itu, pihak manajemen informasi dapat memutuskan untuk
mengumpulkan data yang seperti apa untuk dapat menghasilkan informasi
9 2.2.2 Proses
Proses pengolahan data menjadi informasi selalu diidentikkan dengan
Database Management Sistem (DBMS). DBMS ini identik dengan manajemen data, dimana data yang ada harus dijamin akurasi, kemutakhiran,
keamanan, dan ketersediaannya bagi pemakai. Kegiatan yang terjadi didalam
manajemen data adalah:
1. Pengumpulan data atau pendokumentasian data
2. Pengujian data, agar tidak terjadi inkonsistensi data
3. Pemeliharaan data, untuk menjamin akurasi dan kemutakhiran data.
4. Keamanan data, untuk menghindari kerusakan serta penyalahgunaan
data.
5. Pengambilan data, bisa dalam bentuk laporan, untuk memudahkan
pengolahan data yang lain.
Seperti halnya data input, pengolahan data menjadi informasi
memerlukan proses khusus dengan menggunakan metode perhitungan yang
sesuai dengan kebutuhan industri yang bersangkutan. Apabila kita belum
mengetahui keinginan informasi dari pihak eksekutif, pengolahan data yang
ada dapat menimbulkan cost yang inefektif dan inefisien.
2.2.3 OUTPUT
Informasi yang dihasilkan dari hasil pengolahan data perlu
diklasifikasikan berdasarkan beberapa subsistem. Dalam hal ini, penulis
10
dan kualitas, dimana ketiganya ini tidak meninggalkan unsur biaya yang
terjadi didalamnya.
a. Persediaan.
Subsistem persediaan memiliki definisi setiap produk yang ada
dalam perusahaan baik yang disimpan ataupun yang akan dibutuhkan.
Subsistem persediaan memberikan jumlah stock, biaya holding, safety stock, dan lain-lain berdasarkan hasil pengolahan data dari input.
Subsistem persediaan biasanya memiliki proses pembelian
(purchasing) dan penyimpanan (inventory). Proses yang lain dapat dikembangkan sesuai kebutuhan perusahaan, namun kedua proses ini
sudah cukup mewakili keseluruhan proses dalam subistem persediaan.
Dalam proses pembelian pihak manajemen informasi perlu
mendokumentasikan proses pemilihan pemasok hingga kedatangan
material dari pemasok untuk kemudian diproses di dalam bagian produksi.
Menurut Katherine dan Yukie (2003;76), proses pembelian perlu
diperhitungkan dengan mempertimbangkan korelasi antara pembelian dan
penyimpanan. Apabila jumlah penyimpanan kecil, maka frekuensi
pembelian diperkirakan semakin banyak (dengan kuantitas produk yang
sedikit) dan biaya semakin besar. Namun apabila jumlah penyimpanan
besar, maka frekuensi pembelian sedikit (dengan kuantitas produk yang
banyak) dan biaya dapat ditekan tapi biaya penyimpanan juga bertambah
11
Perbandingan terbalik antara penyimpanan dan pembelian ini perlu
dihitung untuk mencari titik optimal untuk pembelian dan titik optimal
untuk penyimpanan agar tidak terjadi pembengkakan cost.
Proses penyimpanan juga memiliki peran dalam subsistem
persediaan. Penyimpanan yang terlalu banyak (berlebihan) dapat
mengakibatkan biaya (perawatan, kerusakan, dll) sehingga kuantitas
penyimpanan perlu diperkirakan sesuai dengan kapasitas gudang.
b. Produksi
Subsistem produksi perlu didokumentasikan dan perlu dijadikan
sebuah informasi untuk mendukung para eksekutif dalam menentukan
keputusannya. Definisi dari subsistem produksi adalah segala hal yang
bersangkutan dengan proses yang terjadi disetiap stasiun kerja ataupun
departemen. Informasi yang perlu untuk user adalah penjadwalan produksi (scheduling) dan transaksi antar stasiun kerja.
Penjadwalan produksi perlu memperhitungkan data demand dan kapasitas produksi. Data ini biasanya diambil dari pihak marketing yang mengetahui peramalan pasar mendatang. Sehingga produk tidak terlalu
12
Selain berubungan dengan pihak marketing, penjadwalan produksi berhubungan dengan pihak Human Resource dalam hal jumlah karyawan yang bekerja, kualifikasi karyawan, shift kerja, dll. Meski jumlah karyawan sedikit, apabila kualifikasi baik, maka hasil produksi pun
berkualitas. Oleh karena itu, performance kerja menentukan penjadwalan produksi.
Menurut Sofjan (153,1998) Bill of material (BOM) berhubungan sekali dengan penjadwalan produksi. Hubungan erat antara penjadwalan
dan persediaan dapat direlasikan melalui BOM. Tingkat persediaan akan
mempengaruhi jadwal produksi, sehingga BOM setiap produk perlu
dirinci agar tidak terjadi keterlambatan produksi. Keterlambatan
komponen setiap produk dapat dilihat dari hasil pengolahan data, sehingga
setiap kesalahan dapat diperbaiki untuk periode penjadwalan berikutnya.
Keterkaitan antar stasiun kerja perlu didukung oleh sistem yang
baik. Just in time (JIT) yang di publikasikan oleh jepang, menjadi sistem yang cukup terkenal di perusahaan besar karena adanya proses informasi
yang akan mengurangi keterlambatan pengiriman produk ke stasiun kerja
berikutnya (Sistem Kanban).
Dalam SIM pun perlu didokumentasikan setiap proses transaksi
(arus ambil, terima, retur antar stasiun kerja) yang terjadi untuk menjaga
kemungkinan terjadi kesalahan pengiriman, kerusakan pada waktu
pengiriman dll. Proses transaksi pun perlu mengatur sistem dokumentasi
penyimpanan dan barang jadi yang akan diproses lebih lanjut agar produk
13 c. Kualitas
Subsistem kualitas memiliki definisi yang sangat kompleks. Semua
hal berhubungan dengan kualitas, baik waktu, biaya, performa kerja,
maupun pemilihan supplier. Banyak hal lain yang bukan definisi mutlak
kualitas namun perlu masuk dalam unsur kualitas seperti proses
perawatan.
Proses yang perlu didokumentasikan dalam subsistem ini adalah
kontrol proses (Process Control), perawatan (Maintenance), dan spesifikasi (Specification) baik produk jadi maupun material. Masih banyak hal lain yang perlu didokumentasikan namun secara keseluruhan,
tiga proses ini dapat mencerminkan kualitas produk yang dihasilkan.
Proses perawatan termasuk dalam bagian kualitas karena gangguan
proses yang tersebar di bagian produksi adalah karena perawatan mesin.
Proses perawatan ini berhubungan dengan umur ekonomis mesin,
sekaligus berhubungan dengan lamanya perawatan yang dilakukan.
Informasi mengenai proses perawatan akan sangat mendukung
penjadwalan produksi, sehingga tidak terlalu banyak preemption (penghentian produksi) dalam setiap stasiun kerja.
Proses produksi yang terjadi disetiap setasiun kerja perlu
didokumentasi agar nantinya dapat menjadi informasi, stasiun kerja mana
yang paling berpengaruh terhadap kualitas produk saat ini. Penentuan ini
dapat dilakukan dengan pencatatan produk cacat yang terjadi disetiap
14
Kualitas sebuah produk sangat ditentukan oleh keinginan
konsumen. Konsumen memiliki standar kepuasan yang diterjemahkan
kedalam spesifikasi, dan spesifikasi tersebut menjadi tolak ukur kualitas
proses produksi yang sedang berjalan saat ini. Informasi mengenai
spesifikasi produk yang ada saat ini pun dapat menjadi pemikiran strategis
untuk kebijakan perusahaan dimasa mendatang.
d. Biaya
Komponen biaya termasuk dalam semua subsistem yang ada.
Tujuan perusahaan manufaktur secara umum adalah mencapai keuntungan
dari hasil penjualan produknya. Oleh karena itu, sebuah sistem informasi
tidak akan pernah lepas dari unsur biaya yang terjadi didalamnya.
Bagan sistem informasi manufaktur diatas menggambarkan bahwa
biaya merupakan komponen yang melingkupi keseluruhan output
informasi tersebut, dan biaya juga termasuk dalam setiap komponen
subsistem tersebut. Maksudnya, dalam menghasilkan produk untuk setiap
subsistem memerlukan biaya yang besar sekaligus ada biaya yang dapat
direduksi dari hasil informasi yang didapatkan dari sistem yang ada
2.3 Inventory
15
Tingkat persediaan merupakan keputusan distribusi fisik utama yang
mempengaruhi kepuasan pelanggan. Biaya persediaan meningkat dengan laju
yang semakin meningkat jika tingkat pelayanan pelanggan mendekati 100%.
Manajemen perlu mengetahui berapa peningkatan penjualan dan laba
karena menyimpan persediaan yang lebih besar dan menjanjikan pemenuhan
pemesanan yang lebih cepat dan tepat (Katherine & Yukie, 2003;31). Menurut
Katherine & Yukie dalam keputusan ini perlu diketahui kapan barang dipesan dan
berapa banyak barang yang akan dipesan. Semakin banyak barang yang dipesan,
semakin jarang jarak pemesanan yang dilakukan.
Dalam Sistem Manufaktur, permintaan bahan baku, komponen, sub
komponen atau rakitan, dan sebagainya bergantung pada rencana produksi untuk
produk akhir. Karena itu untuk menentukan berapa banyak komponen atau bagian
yang akan dibutuhkan dalam setiap periode, maka kita harus mengetahui jumlah
produksi akhir.
Pengendalian persediaan yang efektif adalah pengendalian dimana
persediaan dapat memaksimalkan jumlah keuntungan yang didapat perusahaan
(Stroholm & Kaufman, 1985:23), disamping itu juga menjaga jumlah biaya
persediaan seminimal mungkin dengan cara:
1. Memilih produk yang memiliki tingkat penjualan tinggi dan
menghentikan penjualan barang yang tidak laku dipasar.
2. Pembelian barang persediaan dengan jumlah yang tepat
16
4. Menjaga jumlah investasi persediaan selalu seimbang dalam
pemakaian produksi dan juga penjualan.
Setiap pengendalian inventori dapat mengurangi biaya yang dikeluarkan
untuk bagian persediaan dengan cara mengaplikasikan keputusan tentang stock
yang harus dan yang tidak harus disediakan ketika permintaan terhadap barang
jatuh ke level bawah atau tidak diminati konsumen, keputusan terhadap berapa jumlah barang yang harus disediakan dan juga kapan kita harus menyediakan
barang tersebut.
2.4. Material Requirement Planning (MRP).
Material Requirement Planning adalah suatu teknik atau prosedur untuk mengelola persediaan dalam suatu operasi manufaktur (Katherine & Yukie,
2003:51). Menurut Katherine dan Yukie (2003:53-54) didalam sistem Material
Requirement Planning terdapat 3 input dan output yang hendak dicapai, yang antara lain:
a. Input yang dibutuhkan oleh sistem MRP
1. Master Production Schedules (Jadwal Induk Produksi)
Jadwal Induk Produksi didasarkan pada peramalan atas kebutuhan
permintaan dependent (permintaan untuk item tersebut tergantung dengan jumlah item lain pada level yang lebih tinggi) dari setiap produk
akhir yang akan dibuat. MPS merupakan proses alokasi untuk membuat
17
yang dimiliki. Perencanaan atas suatu jadwal induk produksi dilakukan
dalam dua tahap:
a) Menentukan besarnya kapasitas atau kecepatan operasi yang
diinginkan.
b) Menentukan dari jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dan
jumlah mesin, serta shift yang diperlukan untuk penjadwalan.
2. Item master (status persediaan)
Menggambarkan status semua item yang ada dalam persediaan.
Setiap item persediaan harus didefinisikan untuk menjaga kekeliruan
perencanaan. Pencatatan-pentatan itu harus dijaga agar selalu
menggambarkan keadaan yang paling akhir dengan selalu melakukan
pencatatan tentang transaksi-transaksi yang terjadi, seperti penerimaan,
pengeluaran, produk gagal, lead time, persediaan cadangan, dan catatan-catatan penting lainnya dari semua item.
3. Bill Of Material (BOM)
Berisi Informasi tentang hubungan komponen satu dengan yang
lainnya dalam suatu perakitan, juga mengiformasikan kebutuhan tiap
komponen untuk membentuk setiap produk akhir. Informasi ini sangat
penting dalam penentuan kebutuhan kotor dan kebutuhan bersih suatu
produk akhir. Lebih jauh lagi, struktur produk memberikan informasi
18 4. Lead Time
Yang dimaksud dengan lead time dari suatu item atau komponen dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
a) Lead Time Purcashing
Yaitu selang waktu antara barang mulai dipesan dari supplier sampai dengan barang diterima di perusahaan (untuk material yang
harus dipesan dari supplier).
b) Lead Time Manufacturing
Yaitu selang waktu antara barang mulai diproduksi sampai
barang tersebut jadi dan siap digunakan (untuk material yang
diproduksi sendiri)
b. Output yang dihasilkan dari sistem MRP
Output yang dihasilkan dari input-input yang telah diolah dalam
sistem MRP yaitu:
1. Memberikan catatan tentang pesanan penjadwalan yang harus
dilakukan dan direncanakan dengan baik dari pabrik sendiri maupun
dari supplier.
2. Memberikan informasi untuk penjadwalan ulang.
3. Mengetahui jumlah pemesanan yang optimal dan periode pesanan.
4. Menganalisa apakah semua aktivitas produksi berjalan sesuai yang
19
5. Mengendalikan kinerja dalam proses produksi dengan
memperhitungkan kinerja yang optimum bagi mesin dan operator.
2.5. Logika Perencanaan Kebutuhan Material
Menurut Katherine dan Yukie (2003;61) didalam logika perencanaan
kebutuhan material terdapat 4 proses logika yang harus dijalankan, antara lain:
1. Netting
Proses untuk mencari jumlah kebutuhan bersih dari komponen,
yang didapat dengan mengurangi kebutuhan kotor dengan inventory yang ada dan penerimaan yang terjadi.
2. Lot Sizing
Proses untuk mendapatkan jumlah ukuran lot atau pemesanan
untuk memenuhi net requirement.
3. Offsetting
Proses untuk menetapkan waktu kapan suatu order harus
dilakukan.
4. Explosion
Proses untuk menghitung kebutuhan komponen yang
mempunyai level yang lebih tinggi dan untuk menetapkan rencana
20 2.6. Pemrosesan Rencana Kebutuhan Material
Menurut Katherine dan Yukie (2003:61-62) didalam rencana pemrosesan
kebutuhan atas material terdapat 2 metode yang digunakan, antara lain:
1. Metode Regenerative
Proses rencana kebutuhan material yang dilakukan setiap periode tertentu.
Rencana Induk Produksi (MPS) yang terakhir, secara keseluruhan di explode, sehingga dihasilkan rencana kebutuhan material yang paling baru. Periode yang
digunakan biasanya adalah mingguan.
2. Metode Net Change
Proses rencana kebutuhan material yang dilakukan secara terus menerus
pada setiap terjadi perubahan. Metode ini akan menjadikan kebutuhan yang selalu
up to date, tetapi dibutuhkan kehandalan yang tinggi. Metode Net Change diperlukan karena jika MPS berubah, maka level-level yang berada dibawahnya
akan ikut berubah.
2.7 Lot Sizing
Penentuan Lot Sizing ini dipengaruhi oleh 4 komponen utama, yaitu
Order Cost (biaya pemesanan ke supplier), Set Up Cost (biaya persiapan produksi), holding cost (biaya simpan),dan carrying cost (biaya angkut/ transportasi). Teknik Lot Sizing ini bertujuan untuk meminimumkan biaya persediaan. Beberapa teknik yang dipakai adalah:
1. Lot For Lot.
21 3. Economic Order Quantity (EOQ)
4. Algoritma Silver Meal
2.8 Lot For Lot
Lot For Lot merupakan teknik Lot Sizing yang dapat mengasumsikan pesanan yang bisa digunakan untuk jumlah yang sangat besar, dengan cara
memesan dalam jumlah yang tepat atas barang yang benar-benar dibutuhkan
(Fogarty,Blackstone dan Hoffman,1991:346). Teknik ini bagus digunakan untuk
barang-barang yang tidak tahan lama. Bilamana menggunakan teknik ini, saat
kelebihan kapasitas yang sudah ada dan biaya tenaga kerja telah ditetapkan , dan
biaya semakin menipis dari tambahan-tambahan mungkin mencapai nol. Didalam
penerapannya dapat di ilustrasikan sebagai berikut:
Diketahui: Lead Time = 1 minggu
Holding cost = $ 2/unit/minggu
Setup Cost = $200
Lot size = 1
Dengan tabel awal sebagai berikut:
Tabel 2.1. Contoh Tabel Awal Lot For Lot
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 GR 35 39 49 0 10 40 30 0 30 55
22
Tabel 2.2. Contoh Hasil Perhitungan Lot For Lot
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
GR 35 30 40 0 10 40 30 0 30 55
OHI 35 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
NR 30 40 10 40 40 30 55
POR 30 40 10 40 40 30 55
PORel 30 40 10 40 30 30 55
Dengan teknik Lot For Lot total biaya yang didapat adalah:
Biaya setup (pembelian): 7 x $ 200 =$ 1400
Biaya hold: 0 (tidak ada persediaan)
Total biaya: $ 1400.
2.9 Periodic Order Quantity (POQ)
Metode POQ menggunakan logika yang hampir sama dengan EOQ,
menghitung nomor yang tetap dari periode yang dibutuhkan untuk memasukkan
didalamnya beberapa pesanan (Fogart, Blackstone dan Hoffmann, 1991:350).
Menggunakan metode ini dapat menghindari barang sisa yang tidak lain adalah
jumlah yang tertinggal dalam persediaan sampai keutuhan selanjutnya.
Prosedur perhitungan POQ:
1. Menghitung EOQ menggunakan cara standar.
EOQ = (2CD/h)
Dimana:
EOQ = Jumlah pesanan yang optimal
23 D = Permintaan.
h = Biaya simpan per unit per tahun
2. Gunakan EOQ untuk menghitung N (banyaknya pesanan pertahun), kebutuhan
pertahun (R) dibagi dengan EOQ.
N = R/EOQ
3. Menghitung POQ dengan membagi rencana waktu banyaknya kebutuhan
pertahun dengan N
POQ = Planing Periods per Year / N
Dimana:
POQ = Jumlah periode permintaan yang harus dipenuhi.
N = Banyaknya pesanan per tahun.
4. Dimulai dengan periode pertama atas kebutuhan yang telah ada dan
menempatkan pesanan pertama dari periode pertama hingga periode ke – N
dengan membackup POQ.
2.10. Economic Order Quantity (EOQ).
Yang dimaksud EOQ adalah model matematika yang menentukan jumlah
barang yang harus dipesan untuk memenuhi permintaan yang diproyeksikan
dengan biaya persediaan yang diminimalkan. (Lunn, Terry, A.Neff, Susan 2000:
24
Jumlah pesanan yang ekonomis merupakan jumlah atau besarnya pesanan
yang dimiliki “ordering cost” dan ”carrying cost” per tahun yang paling minimal. (Sofjan Assauri 1999:182)
Salah satu keputusan yang terpenting dalam mengatur persediaan adalah
berapa banyak barang yang akan di pesan kepada supplier. Dengan EOQ dapat
dihitung berapa sebaiknya pesanan dilakukan dengan asumsi yang dapat diketahui
secara pasti yaitu: (Aquilani 2001 :517)
a) Permintaan diketahui dengan pasti dan relative konstan sepanjang
waktu
b) Waktu tunggu untuk penerimaan pesanan konstan
c) Harga per unit produk tetap
d) Biaya penyimpanan didasarkan pada rata-rata persediaan.
e) Biaya pemesanan tetap
f) Setiap permintaan terhadap bahan baku tidak ada pemesanan
kembali apabila ada tambahan permintaan barang jadi (tidak ada
Backorder).
EOQ dapat dihitung dengan menghubungkan antara biaya penyimpanan
per unit, biaya pemesanan setiap kali pesan, jumlah kebutuhan bahan baku untuk
satu periode dan harga beli barang per unit.
Rumus EOQ adalah :
EOQ =
Atau
EOQ =
25
=
Dimana :
D = jumlah permintaan suatu barang pada suatu periode waktu
tertentu
S = biaya pemesanan yang relevan setiap kali pemesanan
H = biaya pemeliharaan
H= iC dimana “i” adalah persentase dari biaya penyimpanan dan
“C” adalah harga per unit bahan baku.
2.11. Algoritma silver meal
Teknik ini mencoba mengkombinasikan beberapa periode perencanaan
27
BAB III
PERANCANGAN SISTEM
3.1 Analisis Sistem.
Nix Catering adalah perusahaan skala kecil yang bergerak di bidang jasa boga
yang memiliki kapasitas produksi kurang lebih sekitar 10000 unit per bulan. Sistem
inventory
jika diterapkan untuk perusahaan jasa boga biasanya memiliki
kelemahan-kelemahan yang secara umum mempengaruhi efisiensi kerja, masalah-masalah
tersebut misalnya mekanisme transaksi yang masih menggunakan hubungan
one to
one
, masalah
portioning, spoil, retur
, biaya produksi, desain basis data, dan
back up
transaksi. Masalah lainnya adalah sering terjadi kesalahan pada sistem baik saat
melakukan proses pelaporan atau proses lainnya.
Untuk mengatasi permasalahan sistem
inventory
tersebut maka dibuat Sistem
Informasi Manajemen Inventory yang khusus dipergunakan pada sebuah perusahaan
jasa boga seperti Nix Catering, Nix Catering dalam transaksi bisnisnya masih
menggunakan cara manual seperti pencatatan order dari
costumer
, pemesanan bahan
bahan baku, perhitungan rencana produksi, sehingga produksi menjadi terbatas.
Berdasarkan hasil analisa dari sistem yang ada pada Nix Catering, dapat
diidentifikasi masalahnya antara lain seringnya terjadi kesulitan untuk menentukan prioritas
pengerjaan order karena belum adanya suatu sistem yang dapat membantu dalam
memperhitungkan kebutuhan setiap item yang akan diproduksi. Apabila hal ini sering
28
keterlambatan produksi. Aliran dokumen didapatkan di Nix Catering digambarkan
pada gambar 3.1
Konsumen melakukan pemesanan melalui bagian marketing, kemudian bagian
marketing mencatat data pesanan dan data pemesan, data pesanan kemudian disimpan
dan diberikan nota yang berisi data masakan dan jumlah pembayaran untuk masakan
yang dipesan, nota salinan disimpan sebagai bukti pemesanan.
Dokumen hasil pencatatan diserahkan pada ke pihak manager, kemudian
membuat rencana produksi diberikan ke bagian produksi untuk membuat order
[image:32.612.103.528.308.688.2]costumer, seperti yang dijelaskan pada gambar 3.1.
Gambar 3.1. Manual Proses Produksi di Nix Catering.
Rencana Produksi
Mencatat Order dan Membuat
Nota DP Perhitungan
Rencana Proses Produksi
Produksi
Barang
Rencana Menu Produksi Order dan Nota
Barang
Costumer Marketing Pemilik Costumer
Order dan Nota
Order dan Nota
N
N
29
3.2 Perancangan Sistem
Dalam pembuatan sistem ini, dibuat suatu perancangan dengan
menggunakan model-model dan tahap-tahap dalam membuat sistem seperti
pada umumnya. Model-model dan tahap-tahap tersebut adalah :
a)
System Flow
Penjualan Makanan.
b)
System Flow
Pembelian Bahan Baku.
c)
System Flow Maintenance Data.
d)
System Flow Material Requirement Planning.
e)
Diagram sistem
Material Requirement Planning.
f)
Diagram Berjenjang.
g)
Context Diagram.
h)
Data Flow Diagram
(DFD)
i)
Entity Relationship Diagram
(ERD)
j)
Struktur Database.
k)
Rancangan
Input Output.
3.2.1
System Flow
Penjualan Makanan
Pada tahapan ini diberikan gambaran mengenai proses dilakukannya
penjualan makanan. Gambar 3.2 menunjukkan bagaimana proses penjualan makanan
30
Gambar 3.2 System Flow Penjualan makanan
Pada gambar 3.2 Menunjukkan proses dimulai dari permintaan pembeli, yang
kemudian akan dilakukan pengecekan menu terhadap status persediaan bahan baku.
Setelah semua proses penjualan dilakukan akan dibuatkan nota penjualan untuk
meng-
update
data penjualan makanan dan persediaan bahan baku.
3.2.2 System Flow Pembelian Bahan Baku
Pada tahap ini diberikan gambaran mengenai proses dilakukannya pembelian bahan
baku. Dalam sistem flow ini melibatkan proses yang berjalan dengan bantuan komputer,
gambar 3.3 menunjukkan bagaimana proses pembelian dilakukan.
Pada sistem flow ini dilakukan proses pengecekan status persediaan bahan baku oleh
31
Purchase Order (PO) sebanyak 3 lembar untuk pemilik sebagai pihak manajemen dan 2
[image:35.612.102.528.134.501.2]lembar untuk bagian gudang .
Gambar 3.3 Proses Pembelian Bahan Baku
3.2.3
System Flow Material Requirement Planning
Pada tahapan ini diberikan gambaran mengenai proses
material requirement
planning
, yang meliputi proses analisa hasil penjualan, proses Jadwal Induk Produksi
32
Gambar 3.4.
System Flow Material Requirement Planning
Pada gambar 3.4 menunjukkan proses data Penjualan yang akan menentukan
apakah produksi dapat dilakukan dengan persediaan yang ada digudang saat ini, jika
tidak maka sistem akan melakukan perhitungan berapa lama waktu yang dibutuhkan
untuk melakukan pemesanan bahan baku sehingga produksi dapat berjalan. Untuk
dapat melakukan hal ini maka dibutuhkan tabel penjualan. Proses pembuatan JIP
membutuhkan data
item master
, yang akan menghasilkan laporan persediaan untuk
pemilik usaha.
3.2.4. Diagram Sistem
Material Requirement Planning
Pada tahap ini diberikan gambaran mengenai alur proses
input
dan
output
dalam
Material Requirements Planning
(MRP). Program MRP memerlukan data
[image:36.612.106.527.83.463.2]33
(
Master Production Shcedule
). Hasilnya berupa rencana pembelian, dan laporan
[image:37.612.103.515.178.485.2]aktivitas produksi jangka pendek, seperti yang digambarkan pada .
Gambar 3.5 Diagram Sistem Material Requirement Planning
3.2.5 Context Diagram
Context diagram menggambarkan sistem pertama kali secara garis besar, dari semua
hubungan antara sistem informasi persediaan dengan lingkungan sekitarnya. Gambar context
diagram ditunjukkan pada gambar 3.6. Didalam pembuatan sistem informasi persediaan ini
terdapat enam kesatuan yang terlibat dalam sistem tersebut, yaitu bagian pembelian, bagian
34 Data Pelanggan
Data Supplier Data Supplier
Menu Masakan
Data Bahan Baku Menu Masakan
Data Pelanggan
Data Hasil Produksi
Menu Order
Data Bahan Baku
Data Order Bahan Baku
Data Order Bahan Baku Data Bahan Baku
Menu Order
0
Sistem Informasi Inventory
+ Marketing
Pemilik
[image:38.612.102.540.82.481.2]Produksi Supplier
Gambar 3.6 Diagram Konteks Sistem Informasi Persediaan
Pada gambar 3.6 Proses yang terlibat didalam sistem informasi persediaan
antara lain proses pembelian yang dilakukan oleh bagian pembelian (berhubungan
dengan pihak luar yaitu supplier), proses Penjualan (berhubungan dengan pihak luar
yaitu
Customer
),
Gudang,accounting
(pemilik) yang bertanggung jawab dalam35
3.2.6 Diagram Berjenjang
Diagram berjenjang ini dibuat agar dapat mempersiapkan penggambaran
data
Flow Diagram
(DFD) padalevel-level
bawah. Diagram berjenjang dari sisteminformasi persediaan bahan baku makanan dapat dilihat pada gambar 3.7.
! " #
$
"" % %
&
!
[image:39.612.103.528.201.533.2]&
Gambar 3.7 Diagram Berjenjang Sistem Informasi Persediaan
Proses Sistem Informasi Persediaan sebagai proses utama didalam sistem,
Proses sistem Informasi Persediaan ini memiliki beberapa sub proses, yaitu:
1. Proses M
aintenance
data yang terdiri dari beberapa sub proses lagi yaitu:a)
Maintenance
Supplier : berfungsi untuk mengorganisir data supplierb)
Maintenance
Menu : berfungsi untuk mengatur menu masakan.c)
Maintenance
Bahan Baku.d) Penyesuaian Komponen bahan baku : berfungsi untuk mengatur
konversi berat masing-masing bahan baku.
2. Proses Pembelian yang terbagi dalam 4 sub proses yaitu:
36
b) Pemesanan: berfungsi untuk melakukan pemesanan kepada supplier.
Proses ini terbagi menjadi 2 sub proses lagi yaitu proses Cek Pesanan
ke supplier dan Retur Barang supplier.
3. Proses Penjualan yang terbagi menjadi 2 sub proses yaitu:
a) Cek Pemesanan Menu
b) Pemesanan Menu
4. Proses MRP yang terbagi menjadi 2 sub proses yaitu:
a)
Master Production Schedule
yang didalamnya juga terdapat prosesLot
Sizing
b) Laporan persediaan.
3.2.7
Data Flow Diagram
(DFD)
DFD merupakan hasil turunan dari
context diagram
. DFD menggambarkanproses - proses yang ada secara lebih detail. DFD dapat menjadi beberapa
level
37
A. DFD Level 0
Detail Bahan Menu
Data Bahan Baku Menu Masakan
Data Hasil Produksi
Menu Order
Data Bahan Baku Data Order Bahan Baku
Data Order Bahan Baku Menu Order
Data Pelanggan Data Supplier
Data Pelanggan
Menu Masakan
[image:41.612.102.512.135.605.2]Data Bahan Baku Marketing Pemilik PemilikPemilik Supplier Supplier Produksi Produksi Marketing Marketing Produksi Pemilik 1 Maintainance Data + 2 Transaksi + PemilikPemilik
Gambar 3.8 DFD Level 0 Sistem Informasi Kebutuhan Bahan Baku
Pada gambar 3.8 menunjukkan bahwa data, hasil dari setiap proses menjadi
inputan
atau masukan untuk proses lainnya, secara garis besar proses dimulai dari38
melakukan perhitungan MRP, dari proses MRP hasil perhitungan sebagai inputan
proses Pembelian, hasil proses pembelian menjadi masukan proses
Maintenance
.B. DFD Level 1 Proses
Maintenance
Data
.
Pada gambar 3.8.1 digambarkan ada empat sub proses dari proses
maintenance
data
, antara lain prosesmaintenance supplier,
maintenance
menu danmaintenance
data pelanggan. Kesatuan luar yang terlibat, yaitu Pemilik dan bagian [image:42.612.101.518.289.610.2]Marketing.
Gambar 3.8.1 DFD Level 1 Proses Maintenance Data
Flow_1474
Input Detail Bahan Menu
Ambil Data menu Masakan Input Data Menu Masakan
[Detail Bahan Menu]
Ambil Data Pelanggan Update Data Pelanggan [Data Pelanggan]
[Data Pelanggan]
Ambil Detail Supplier Input Detail Supplier Ambil Data Supplier
Update Data Supplier
[Data Supplier] Ambil Data Bahan Dasar
Update Db Bahan Dasar
[Menu Masakan] [Data Bahan Baku]
Pemilik Pemilik Marketing Pemilik Pemilik 1.1
Maintenance Menu Dan Bahan Baku 1 Db Bahan Dasar
1.2
Maintenance Data Supplier
2 Db Supplier
3 Db Detail Supplier
1.3
Maintenance Data Pelanggan
4 Db Pelanggan Pemilik
13 Menu
Masakan
39
C. DFD Level 1 Proses Transaksi.
Pada gambar 3.8.2 digambarkan ada 2 sub proses dari proses pembelian,
antara lain proses cek persediaan dan proses pemesanan. Kesatuan luar yang terlibat,
[image:43.612.104.518.195.657.2]yaitu bagian Produksi, Pemilik (
accounting)
, bagian Marketing danSupplier.
Gambar 3.8.2 DFD Level 1 Proses Transaksi Detail Pembelian
Data Pembelian Bahan Baku
Data Pambelian
Detail Pembelian Data Pembelian Data Order Produksi
Data Bahan Dasar [Data Bahan Baku]
[Data Hasil Produksi]
[Menu Order]
Update Data Bahan Baku [Data Bahan Baku]
[Data Order Bahan Baku] Data Pembelian Bahan Baku
Detail Menu Order
Ambil Data Menu Order
[Data Order Bahan Baku] Ambil Detail Order Menu
Input Detail Order Menu
Ambil Data Order Menu Input Data Order Menu
[Menu Order] [Menu Masakan] Marketing Pemilik Pemilik Supplier Supplier Produksi Produksi Marketing Produksi 2.1
Transaksi Input Order Menu
5 Db Order Menu 6 Detail Order Menu
2.2
Proses Lotsizing
2.3
Transaksi Pembelian Bahan Dasar
9 Db Bahan Dasar2 2.4
Proses Produksi
11 Pembelian
12 PembeliaDetail n
40
3.2.8
Entity Relationship Diagram
(ERD)
Merupakan proses yang berfungsi untuk menunjukkan hubungan antar
entity
dan relasinya. ERD memiliki 2(dua) Model yaitu
Conceptual Data Model
(CDM)yang menjelaskan hubungan antara
entity
secara konseptual. CDM yang dimaksudmengacu pada gambar 3.9 Sedangkan yang sedua adalah model
Physical Data Model
(PDM) yang menggambarkan hubungan antar
entity
secara fisik, seperti yangdigambarkan pada gambar 3.10.
A.
Conceptual Data Model
(CDM)
Berikut ini akan diberikan gambaran mengenai basis data yang digunakan
dalam pembuatan sistem informasi ini. CDM ini menggambarkan diagram basis data
secara konseptual. Rancangan CDM dapat dilihat pada gambar 3.9. dari CDM ini
kemudian akan dilakukan proses
generate
hingga menghasilkanPhysical Data Model
41
Gambar 3.9 Conceptual Data Model
B.
Physical Data Model
(PDM)
Berikut ini akann diberikan gambaran mengenai PDM. Dari gambar 3.10 Ini
akan dapat dilihat struktur dari tabel yang digunakan dalam pembuatan sistem
informasi persediaan bahan baku pada Nix Catering. PDM merupakan hasil
generate
dari
Conceptual Data Model
(CDM). Sama halnya dengan CDM, PDM jugamenggambarkan struktur basis data yang digambarkan dalam PDM ini, dapat
dilakukan proses
generate
skrip yang kemudian hasil skrip ini dapat digunakan untukmembuat tabel beserta strukturnya kedalam
software database
yang diinginkan. Relation_137 Relation_136 Relation_135 Relation_134 Relation_133 Relation_132 Relation_131 Relation_130 Relation_129 Relation_126Db Bahan D asar Id Bahan Dasar Nama Bahan Dasar Satuan Bahan Dasar Stock
Holding Cost Db Suppl ier
Id Supplier Nama Supplier Alamat Supplier Keterangan Supplier Telp Supplier
Db Detail Supplier Id Supplier
Id Bahan Dasar Harga Bahan Dasar Lead Time Bahan Dasar Setup Cost Bahan Dasar Db Pelanggan
ID Pel anggan Nama Alamat No Telp Contact Person
Db Or der Menu Kd_Oder
ID Pelanggan Tanggal Kirim Menu Tanggal Lotsizi ng Menu Tanggal Memasak Tanggal Pemesanan Menu Status
Total H ar ga
Detail Order Menu Id Menu
Kd_Oder Nama Menu Jumlah Order Kuanti tas Harga Per Porsi
Pembelian No Nota Nama Suppl ier Jumlah Pembelian Tanggal Pembelian
Detail Pembelian No Nota
Id Bahan Dasar Harga Pembelian Jumlah Pembelian Nama Bahan Dasar Menu Masakan Id Menu Keterangan Kuanti tas Nama Menu Satuan Menu Gambar
Detail Menu Masakan Id Bahan Dasar Id Menu
IsBahanHasilProses Jumlah Bahan Dasar Lama Proses Menit Level
42
Dalam sistem ini menggunakan
software Microsoft Access Database
sebagai sistem [image:46.612.105.522.136.668.2]basis datanya.
Gambar 3.10 PDM (Physical data model)
ID_MENU = ID_MENU ID_PELANGGAN = ID_PELANGGAN
KD_ODER = KD_ODER
NO_NOTA = PEM_NO_NOTA
ID_BAHAN_DASAR = ID_BAHAN_DASAR ID_MENU = ID_MENU
NO_NOTA = NO_NOTA ID_SUPPLIER = ID_SUPPLIER
43
3.2.9 Struktur
Database
Pada tahap ini diberikan penjelasan mengenai tabel-tabel yang digunakan
dalam pembuatan sistem, yang dijelaskan yaitu nama tabel, nama atribut, dan tipe
data yang digunakan.
A. Tabel Master
Supplier
Tabel ini berfungsi untuk menyimpan data
Supplier
. Struktur tabel iniditunjukkan pada tabel 3.1. dalam tabel ini terdapat enam atribut yaitu: Id_supplier,
Nama, Alamat, Kota, Telp, Keterangan. Yang berperan sebagai
primary key
dalamtabel ini adalah attribut Id_supplier.
Tabel 3.1 Master Supplier
No
Nama Attribut
Tipe
Panjang
Keterangan
1. Id_supplier Autonumber 10 Primary key
2. Nama Varchar 100 Not Null
3. Alamat Varchar 150 Not Null
4. Kota Varchar 50 Not Null
5. Telp Varchar 50 Null
6. Keterangan Varchar 200 Null
B. Tabel Master Bahan Dasar
Tabel ini berfungsi untuk menyimpan data persediaan. Struktur tabel ini
ditunjukkan pada tabel 3.2. Dalam tabel ini terdapat lima attribut, yaitu
Id_BahanDasar, NamaBahanDasar,
Stock
, Satuan, Harga/Satuan. Didalam tabel ini44
Tabel 3.2 Master Bahan Dasar
No
Nama Atribut
Tipe
Panjang
Keterangan
1. Id_BahanDasar Autonumber 10 NotNull
2. NamaBahanDasar Varchar 50 Null
3. Stock Number 100 Null
4. Satuan Varchar 10 Null
5. Harga/Satuan Currency 100 Null
C. Tabel Master Menu
Tabel ini berfungsi untuk menyimpan data menu. Struktur tabel ini
ditunjukkan pada tabel 3.3. Dalam tabel ini terdapat enam attribut yaitu: Id_Menu,
Nama Menu, Kuantitas, Satuan, Keterangan, Gambar. Attribut yang menjadi
primary
key
adalah, Id_Menu.Tabel 3.3 Master Menu
No
Nama
Tipe
Panjang
Keterangan
1. Id_Menu AutoNumber 10 NotNull
2. Nama_Menu Text 100 Null
3. Min Order Number 100 Null
4. Satuan Text 10 Null
5. Keterangan Text 100 Null
45
D. Tabel Detail Bahan Menu
Tabel ini berfungsi untuk membuat resep atau formula atau
Bill Of Material
(BOM), tabel ini terdiri dari sepuluh attribut yaitu: Id_menu, IsBahanHasilProses,
Id_BahanDasar, NamaBahanDasar, NamaBahanHasilProses, Level,Harga Proses,
LamaProsesMenit, JumlahBahanDasar,Method. Struktur tabel ini sebagai lookup
terhadap tabel Master Bahan Dasar dan Master Menu.
Tabel 3.4 Detail Bahan Menu
No
Nama
Tipe
Panjang
Keterangan
1. Id_Menu Number 10 NotNull
2. IsBahanHasilProses Yes/No 3 Null
3. Id_BahanDasar Text 10 NotNull
4. NamaBahanDasar Text 100 Null
5. NamaBahanHasilProses Text 100 Null
6. Level Text 100 Null
7. HargaProses Currency 100 Null
8. LamaProsesMenit Number 100 Null
9. JumlahBahanDasar Number 100 Null
10. Method Text 150 Null
E. Tabel Master Pelanggan
Tabel ini berfungsi untuk menimpan data-data pelanggan yang memiliki lima
Attribut yaitu: Id_Pelanggan, Nama_pelanggan, Alamat, NoTelp, KontakPerson,
dengan Id_Pelanggan sebagai Primary Key nya seperti yang di gambarkan pada tabel
46
Tabel 3.5 Tabel Master Pelanggan
No
Nama
Tipe
Panjang
Keterangan
1. Id_Pelanggan AutoNumber 10 NotNull
2. Nama Text 100 Null
3. Alamat Text 100 Null
4. NoTelp Varchar 15 Null
5 KontakPerson Text 60 Null
F. Tabel Order Katering
Tabel ini memiliki enam attribut yaitu: Kode_order, Tanggal_pesan, Tanggal
Kirim, Pelanggan, TotalHarga, Status. Struktur tabel dengan Kode_Order sebagai
Primary Key
dan Pelanggan sebagaiForeign key
dari tabel Pelanggan seperti yangdigambarkan pada tabel 3.6.
Tabel 3.6 Order Katering
No
Nama
Tipe
Panjang
Keterangan
1. Kode_order AutoNumber 10 Primary Key
2. TanggalPesan Date 10 Null
3. TanggalKirim Date 10 Null
4. Pelanggan Number 10 Foreign Key
5. TotalHarga Currency 100 Null
47
3.2.10 Rancangan
Input Output.
Pada tahap ini dilakukan proses perancangan
input
danoutput
dari sisteminformasi persediaan yang dibuat. Perancangan
input
danoutput
sistem bergunasebagai gambaran
visual
dari sistem yang akan dibuat.A. Rancangan
Input
Rancangan input merupakan gambaran
visual
dari aplikasi yang berupaform
kerja. Rancangan input ini dapat menggambarkan aplikasi yang dibangun, berikut ini
penjelasan rancangan
input
yang ada.a.
Form Input Data Supplier
Form input data supplier ini digunakan untuk menyimpan data supplier.
Bentuk form ini ditunjukkan dalam gambar 3.11. didalam form ini terdapat
beberapa
field
inputan, yaitu Nama, Alamat, No Telp, Keterangan,dan untukfield ID_supplier dibuat otomatis, hasil inputan ini disimpan dalam tabel
[image:51.612.98.525.291.652.2]Supplier.
48 b.
Form Input
Bahan DasarForm input data bahan dasar ini digunakan untuk menyimpan data bahan
baku. Bentuk form ini ditunjukkan dalam gambar 3.12. didalam form ini
terdapat beberapa inputan, yaitu kode, nama, stock, dan satuan bahan dasar,
dan harga per satuan. Untuk
field
kode bahan dasar dibuat otomatis, hasil [image:52.612.101.521.251.564.2]inputan ini disimpan dalam tabel bahan baku.
49
c.
Form Input Data
Menu Masakan (Formula /Resep / BOM)Form input data
Bill Of Material
( BOM ) ini digunakan untukmenyimpan data komposisi bahan baku untuk setiap masakan, bentuk form ini
ditunjukkan dalam gambar 3.13. didalam form ini terdapat beberapa inputan,
yaitu nama menu, minim order, satuan, dan harga per satuan,
field
Id_menudibuat otomatis. Gambar 3.14 merupakan
sub form
dariform
input data menu [image:53.612.101.520.282.643.2]masakan.
Gambar 3.13. Form Master Menu Masakan
50 d.
Form Master
PelangganForm ini digunakan untuk memasukkan data-data pelanggan, bentuk
form ini ditunjukkan pada gambar 3.15 didalam form ini terdapat
field-field
yang digunakan sebagai inputan yaitu: Nama, No Telp, Alamat, Contact
Person, sedangkan
field
ID dibuat otomatis menghasilkan nomor yang bersifatunik. Data yang sudah dimasukkan akan disimpan dalam tabel Master
[image:54.612.102.522.282.503.2]Pelanggan.
Gambar 3.15. Form Inputan Master Pelanggan
e.
Form Input
OrderForm ini digunakan untuk memasukkan data Pesanan dari Pelanggan,
bentuk form seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.16 dengan
field-field
nyaadalah Tanggal Pemesanan, Tanggal Kirim, Nama Pelanggan, Alamat. Data
51
Gambar 3.16. Form Input Order
f. Form Lot Sizing
Form ini digunakan untuk menampilkan keseluruhan kebutuhan bahan dasar,
yang diperlukan dalam proses produksi berdasarkan periode tanggal seperti
[image:55.612.103.530.229.610.2]pada gambar 3.17.
52
g. Form Pembatalan Order
Form ini digunakan untuk membatalkan order dari pelanggan, hal yang
menyangkut pemotongan uang muka berdasarkan keputusan pemilik. Seperti
[image:56.612.104.525.191.644.2]yang digambarkan pada gambar 3.18.
Gambar 3.18. Form Pembatalan Order
h. Form Pembelian
Form ini digunakan untuk mencatat pembelian bahan dasar dari
pembelian secara manual, setelah data bahan dasar diinputkan dan disimpan
maka stock akan bertambah. Bentuk form ini digambarkan pada gambar 3.19.
53
i.
Form Data View Order
Form ini merupakan fasilitas untuk melihat order yang sudah tercatat
dalam database beserta statusnya, Filter berisi pilihan
ALL
untuk melihat semuarecord
,PENDING
untuk menampilkan semua order yang sedang atau akandikerjakan,
FINISH
untuk menampilkan order yang telah selesai dikerjakan dandikirim, dan BATAL untuk menampilkan semua order yang dibatalkan. Bentuk
form ini digambarkan pada gambar 3.20.
Gambar 3.20
Form Data view Order
j.
Form
LaporanData Order
Form ini berfungsi untuk memberikan laporan keseluruhan order yang
ada,
field
periode merupakanfield
dimana user menentukan tanggal data ordermana yang akan di cetak,
field
Status berfungsi sebagai Filter order apa sajayang akan dicetak dengan pilihan ALL untuk menampilkan semua order
berdasarkan tanggal periode, status
PENDING
untuk menampilkan order yangsedang atau akan dikerjakan atau belum selesai, status
FINISH
untuk [image:57.612.101.532.279.502.2]54
menampilkan Order yang dibatalkan berdasarkan periode seperti yang
[image:58.612.102.568.140.504.2]digambarkan pada gambar 3.21.
Gambar 3.21 Form Laporan Data Order
3.3. Prosedur Pengembangan
Tahap ini bertujuan untuk mempelajari kebutuhan sistem, baik spesifikasi,
data input yang diperlukan, maupun alur data sistem agar mendapatkan sistem yang
terstruktur. Berikut ini adalah prosedur penghitungan jumlah barang yang harus
dipesan dari pemasok, dan biaya inventory seperti yang digambarkan pada gambar
55
Gambar 3.22 Prosedur Penghitungan
Berikut ini adalah algoritma penghitungan Daging berdasarkan periode:
Langkah 1 :
Sebelum melakukan proses perhitungan MRP (Material Requirement
Planning).
Dilakukan pemilihan order berdasarkan periode bulan, untuk selanjutnyadilakukan
Lot Sizing
seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.23.Gambar 3.23
Form Order LotSizing
Input Order Pelanggan
MRP
Input BOM Input Data
Persediaan
Input Data Item Master
56
Langkah 2 : Untuk perhitungan MRP akan diberikan contoh menggunakan salah
satu metode yang digunakan, yaitu
Lot For Lot
Hasil dari perhitungan ini [image:60.612.105.530.164.496.2]diperlihatkan pada gambar 3.24.
Gambar 3.24.
Form Proses Lot Sizing
Selanjutnya menghitung total biaya
inventory
yang meliputi biayaSetup
(biaya Pengadaan Stock) dan biaya
Hold
(biaya Penyimpanan Stock). Persamaanyang digunakan sebagai berikut:
Biaya Setup = (jumlah rencana Pemesanan yang terjadi ) x Setup Cost
= 6 x Rp 200
= Rp 1200
Biaya Hold = (jumlah persediaan akhir) x Holding Cost
= 0 x Rp 10
57
EVALUASI DAN IMPLEMENTASI SISTEM
Bab ini membahas mengenai hasil pembuatan program, kebutuhan sistem serta
penjelasan pemakaian program dari aplikasi yang dibuat, secara keseluruhan. Serta
melakukan pengujian terhadap aplikasi yang dibuat untuk mengetahui aplikasi tersebut
telah dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi sesuai yang diharapkan.
4.1
Implementasi Sistem
Sesuai dengan siklus hidup pengembangan sistem, tahap selanjutnya setelah
dilakukan tahap perancangan sistem adalah tahap implementasi sistem. Tahap
implementasi sistem merupakan tahap penerapan sistem agar siap untuk dioperasikan,
termasuk didalamnya kegiatan menulis kode program.
Implementasi suatu sistem merupakan wujud dari analisa dan perancangan yang
telah disusun dan dibuat. Untuk dapat terlaksananya implementasi sistem dengan baik
maka diperlukan kesiapan dari kebutuhan – kebutuhan baik kebutuhan perangkat keras
maupun kebutuhan perangkat lunak.
4.1.1 Kebutuhan Perangkat Keras
Kebutuhan akan perangkat keras yang digunakan adalah sebuah komputer
dengan konfigurasi dan perlengkapannya minimal sebagai berikut:
a)
CPU Pentium IV 1.8 GHz
b)
Memori 128MB.
58
4.1.2 Kebutuhan Perangkat Lunak
Perangkat lunak yang dibutuhkan dalam desain dan implementasi sistem ini
adalah sebagai berikut:
a)
Sistem Operasi Windows XP Profesional.
b)
Power Designer 6.
c)
Microsoft Visio 2003.
d)
Microsoft Access 2003
e)
Microsoft Visual Basic .NET 2003
f)
Crystal Report 8.5
4.1.3 Instalasi Program
Dalam implementasi sistem ini diperlukan beberapa langkah sebagai syarat agar
implementasi sistem dapat berjalan dengan baik, berikut adalah langkah-langkah
tersebut:
a.
Install Power designer 6.
b.
Install Microsoft Office 2003
c.
Install Microsoft Visio 2003
59
a.
Jalankan file setup.exe
b.
Ikuti langkah-langkah berikutnya sampai ada perintah untuk memilih
direktori dalam meletakan file-file yang akan disimpan
c.
Pilih direktori untuk menimpan file instalasi aplikasi, kemudian klik
tombol
Next
dan ikuti langkah-langkah selanjutnya hingga selesai
d.
Aplikasi siap dijalankan.
4.2
Impelementasi Input dan Output
Implementasi input dan output menggambarkan program yang sudah jadi dan
siap pakai sehingga dapat digunakan untuk mengolah data yang tersedia.
Tahapan-tahapan dari implementasi sistem ini akan dijelaskan sebagai berikut:
4.2.1 Form Utama
60
Gambar 4.1 Form Utama
4.2.2 Form Master Bahan Baku
61
Gambar 4.2 Form Master Bahan Baku.
4.2.3 Form Master Resep
62
Gambar 4.3 Form Master Resep Masakan
4.2.4 Form Master Pelanggan
[image:66.612.107.541.68.481.2]Form master Pelanggan digunakan untuk menyimpan data-data pembeli. Form
Master pelanggan ditunjukkan pada gambar 4.4
63
[image:67.612.103.542.257.542.2]Form ini digunakan untuk menyimpan data-data suplier berserta
keterangan-keterangannya, suplier yang disimpan disini sudah menjadi langganan dan memiliki
harga barang yang lebih murah dan memenuhi standart perusahaan. Form ini
ditunjukkan pada gambar 4.5
Gambar 4.5 Form Master Supplier
4.2.6 Form Input Order
64
Gambar 4.6. Form Order
4.2.6.1 Form Lookup Pelanggan
Form ini digunakan untuk memilih dan mencari pelanggan, form ini merupakan
sub form dari form Order. Form ini ditunjukkan oleh gambar 4.6.1.
65
[image:69.612.104.540.285.623.2]Form
Lot Sizing
berfungsi untuk menampilkan keseluruhan pesanan dalam
jangka waktu tanggal tertentu sesuai keinginan
user
, selain itu form ini juga
menampilkan daftar bahan baku yang kurang yang ditandai dengan warna merah
sehingga user dapat segera melakukan proses kalkulasi
Lot Sizing
terhadap bahan baku
yang kurang tersebut dan segera melakukan pemesanan ke supplier berdasarkan
menggunakan metode pemesanan yang menghasilkan biaya yang paling sedikit. Form
ini ditunjukkan pada gambar 4.7
66
[image:70.612.103.542.227.502.2]Form ini digunakan untuk melakukan perhitungan terhadap bahan baku yang
kurang dari form
Lot Sizing
dengan menggunakan metode-metode yang sudah
disiapkan. Sebagai contoh akan dilakukan perhitungan
Lot Sizing
untuk bahan baku
Daging Ayam. Form ini ditunjukkan oleh gambar 4.8.
Gambar 4.8 Form Proses
Lot Sizing
4.2.8 Form Pembatalan Order.
67
Gambar 4.8 Form Pembatalan Order
4.2.9. Form Pengiriman Order
68
Gambar 4.9. Form Pengiriman Order
4.2.10. Form Pembelian Bahan Baku
69
Form 4.10. Form Pembelian
4.2.11. Form Laporan Order
70
Gambar 4.11 Form Laporan Order
4.3 Uji Validitas
Proses pengujian pada perangkat lunak y