KARYA TULIS ILMIAH
STUDI KUALITATIF TENTANG KEMBALINYA PERILAKU MEROKOK DI LINGKUNGAN KAMPUS UMY
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh :
FAIZ MUHAMMAD IQBAL 20120310264
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
KARYA TULIS ILMIAH
STUDI KUALITATIF TENTANG KEMBALINYA PERILAKU MEROKOK DI LINGKUNGAN KAMPUS UMY
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh :
FAIZ MUHAMMAD IQBAL 20120310264
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
ii
HALAMAN PENGESAHAN KTI
STUDI KUALITATIF TENTANG KEMBALINYA PERILAKU MEROKOK DI LINGKUNGAN KAMPUS UMY
Disusun Oleh: Faiz Muhammad Iqbal
20120310264
Telah disetujui dan diseminarkan pada tanggal 5 Mei 2016
Dosen pembimbing Dosen penguji
Dr. dr. Arlina Dewi, M.kes, AAK dr. Iman Permana M.kes, PhD NIK : 19683110200310173060 NIK : 197001312011041173146
Mengetahui
Kaprodi Pendidikan Dokter FKIK Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Faiz Muhammad Iqbal NIM : 20120310264
Program Studi : Pendidikan Dokter
Fakultas : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Menyatakan dengan sebenarnya bahwaKarya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks ini dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhirKarya Tulis Ilmiah ini.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Yogyakarta, 5 Mei 2016 Yang membuat pernyataan,
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa. Karena berkat limpahan rahmat dan karunianya sehingga saya dapat menyusun karya tulis ilmiah ini dengan baik. Dalam karya tulis ilmiah ini saya membahas mengenai faktor yang berhubungan dengan kembalinya perilaku merokok.
Penelitian ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan permasalahan yang ditemukan saat melakukan penelitianini.Oleh karena itu, saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Allah SWT, yang telah melimpahkan berkah, rahmah dan hidaya-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Dr. dr Arlina Dewi, M.kes, AAK sebagai dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terwujud.
3. Teman-teman semua yang telah mendukung dan memberi semangat kepada saya sebagai peneliti, dukungan kalian yang mendorong saya hingga saya dapat menyelesaikan penelitian ini.
4. Semua pihak yang terlibat dalam penelitian ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang turut membantu kelancaran dalam penyusunan penelitian ini.
Harapan saya sebagai peneliti semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak khususnya dalam ilmu kesehatan. Akhir kata saya ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum wr.wb
Yogyakarta, 5 Mei 2016
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN. ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR SINGKATAN ... viii
INTISARI ... ix
ABSTRACT ... x
BAB IPENDAHULUAN. A.LATAR BELAKANG MASALAH ... 1
B.RUMUSAN MASALAH ... 4
C.TUJUAN PENELITIAN ... 4
D.MANFAAT PENELITIAN ... 5
E.KEASLIAN PENELITIAN ... 5
BAB IITINJAUAN PUSTAKA A.TINJAUAN PUSTAKA ... 8
1. Pengertian Rokok ... 8
2. Zat Yang Terkandung Dalam Rokok ... 8
3. Tipe Perokok ... 9
4. Dampak Merokok ... 11
5. Tahapan berhenti merokok ... 11
6. Faktor sulit berhenti merokok ... 13
7. Penelitian Tentang Rokok ... 15
8. Teori Dan Konsep Perilaku ... 17
9. Teori perubahan perilaku ... 21
10. M-Power WHO ... 22
B.KERANGKA KONSEP ... 23
C.PERTANYAAN PENELITIAN ... 24
BAB IIIMETODE PENELITIAN A.DESAIN PENELITIAN ... 25
B.POPULASI DAN SAMPEL ... 25
C.LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN ... 27
D.VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 28
E.INSTRUMEN PENELITIAN ... 29
F.CARA PENGUMPULAN DATA ... 29
G.JALANNYA PENELITIAN ... 33
H.UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS ... 33
I.ANALISIS DATA ... 37
J.KESULITAN PENELITIAN ... 40
vi
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.DESKRIPSI INFORMAN PENELITIAN ... 43 B.DESKRIPSI HASIL PENELITIAN ... 46 C.PEMBAHASAN ... 58
BAB VKESIMPULAN & SARAN
A.KESIMPULAN ... 62 B.SARAN ... 63
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Penyebab Informan Kembali Merokok ... 47
Tabel 2. Penyebab Pertama Kali Informan Merokok ... 49
Tabel 3. Faktor Yang Membuat Informan Berhenti Merokok ... 51
Tabel 4. Perilaku Merokok Informan Saat Ini ... 54
viii
DAFTAR SINGKATAN
1. BBLR : Berat Badan Lahir Rendah 2. RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar
3. GYTS : Global Youth Tobacco Survey 4. GATS : Global Adult Tobacco survey
5. FGD : Focus Group Disccusion
6. SLTA : Sekolah Lanjutan Tingkat Atas 7. SLTP : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama 8. WHO : World Health Organization
ix
INTISARI
Latar Belakang : Dilihat dari bahaya yang disebabkan oleh rokok dan juga dari data-data yang didapatkan, peneliti tertarik untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kembalinya perilaku merokok.
Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk memahami secara mendalam gambaran faktor yang mempengaruhi kembalinya perilaku merokok khususnya untuk memahami pengaruh faktor lingkungan ,psikologis dan status sosial ekonomi terhadap kembalinya perilaku merokok.
Metode : Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif berupa wawancara mendalam dengan pendekatan fenomenologiss. Penelitian kualitatif yaitu penelitian yang dilakukan untuk memperoleh jawaban atau informasi yang mendalam tentang pendapat dan perasaan seseorang yang memungkinkan untuk mendapatkan hal-hal yang tersirat tentang sikap, kepercayaan, motivasi dan perilaku individu. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah fenomenologis yaitu penelitian yang berfokus pada penemuan fakta mengenai pengalaman seseorang yang pernah berhenti merokok.
Hasil dan pembahasan : Hasil wawancara mendalam dari 7 informan yang pernah mengalami masa relaps atau mengulang perilaku merokok setelah lebih dari 3 bulan berhenti, menunjukan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi diantaranya faktor lingkungan, psikologis, adiksi dan motivasi. Faktor yang paling mempengaruhi masa relaps adalah faktor lingkungan, faktor kedua terbesar yang mempengaruhi masa relaps adalah faktor psikologis kemudian faktor adiksi dan motivasi.
Kesimpulan : Terdapat pengaruh faktor lingkungan dan psikologis terhadap kembalinya perilaku merokok. Seperti yang sudah dijelaskan pada hasil dan pembahasan. tidak terdapat pengaruh faktor status sosial ekonomi terhadap kembalinya perilaku merokok, namun ada penyataan informan yang menyebutkan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan perokok di Indonesia tinggi itu adalah karena harga rokok yang sangat terjangkau.
x ABSTRACK
Background: seen from the harm caused by smoking and also from data obtained, researchers interested in knowing the factors that affect the return of the smoking behavior.
Objective: the research aims to understand the in-depth description of factors affecting the return of the smoking behavior in particular to understand the influence of environmental factors, psychological and socio-economic status against the return of the smoking behavior.
Methods: this study used a qualitative research method in the form of an in-depth interview with the phenomenological approach. Qualitative research i.e. research conducted to obtain answers or information about the opinions and feelings of someone who allows to get things that implied about the attitude, confidence, motivation and behavior of individuals. The approach used in this study is phenomenology research, namely focusing on the discovery of the facts regarding the experience of someone who had quit smoking
Results and discussion: the results of the in-depth interviews from 7 informants have experienced the period of relaps or repeating the behavior of smoking after more than 3 months to stop, indicates that there are several factors that affect them, there are environmental factors, psychological, addicted and motivation. The factors that most affect the time of relaps was environmental factors, the two biggest factors that affect the time of relaps is psychological factors then the factors addicted and motivation.
Conclusion: there are psychological and environmental factors influence against the return of the smoking behavior. As already described in the results and discussion. There is no socio-economic status influence against the return of smoking behavior, but there is a revelation of informants mentioned that one of the factors that causes smokers in Indonesia because prices very affordable cigarette.
ix
INTISARI
Latar Belakang : Dilihat dari bahaya yang disebabkan oleh rokok dan juga dari data-data yang didapatkan, peneliti tertarik untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kembalinya perilaku merokok.
Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk memahami secara mendalam gambaran faktor yang mempengaruhi kembalinya perilaku merokok khususnya untuk memahami pengaruh faktor lingkungan ,psikologis dan status sosial ekonomi terhadap kembalinya perilaku merokok.
Metode : Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif berupa wawancara mendalam dengan pendekatan fenomenologiss. Penelitian kualitatif yaitu penelitian yang dilakukan untuk memperoleh jawaban atau informasi yang mendalam tentang pendapat dan perasaan seseorang yang memungkinkan untuk mendapatkan hal-hal yang tersirat tentang sikap, kepercayaan, motivasi dan perilaku individu. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah fenomenologis yaitu penelitian yang berfokus pada penemuan fakta mengenai pengalaman seseorang yang pernah berhenti merokok.
Hasil dan pembahasan : Hasil wawancara mendalam dari 7 informan yang pernah mengalami masa relaps atau mengulang perilaku merokok setelah lebih dari 3 bulan berhenti, menunjukan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi diantaranya faktor lingkungan, psikologis, adiksi dan motivasi. Faktor yang paling mempengaruhi masa relaps adalah faktor lingkungan, faktor kedua terbesar yang mempengaruhi masa relaps adalah faktor psikologis kemudian faktor adiksi dan motivasi.
Kesimpulan : Terdapat pengaruh faktor lingkungan dan psikologis terhadap kembalinya perilaku merokok. Seperti yang sudah dijelaskan pada hasil dan pembahasan. tidak terdapat pengaruh faktor status sosial ekonomi terhadap kembalinya perilaku merokok, namun ada penyataan informan yang menyebutkan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan perokok di Indonesia tinggi itu adalah karena harga rokok yang sangat terjangkau.
x ABSTRACK
Background: seen from the harm caused by smoking and also from data obtained, researchers interested in knowing the factors that affect the return of the smoking behavior.
Objective: the research aims to understand the in-depth description of factors affecting the return of the smoking behavior in particular to understand the influence of environmental factors, psychological and socio-economic status against the return of the smoking behavior.
Methods: this study used a qualitative research method in the form of an in-depth interview with the phenomenological approach. Qualitative research i.e. research conducted to obtain answers or information about the opinions and feelings of someone who allows to get things that implied about the attitude, confidence, motivation and behavior of individuals. The approach used in this study is phenomenology research, namely focusing on the discovery of the facts regarding the experience of someone who had quit smoking
Results and discussion: the results of the in-depth interviews from 7 informants have experienced the period of relaps or repeating the behavior of smoking after more than 3 months to stop, indicates that there are several factors that affect them, there are environmental factors, psychological, addicted and motivation. The factors that most affect the time of relaps was environmental factors, the two biggest factors that affect the time of relaps is psychological factors then the factors addicted and motivation.
Conclusion: there are psychological and environmental factors influence against the return of the smoking behavior. As already described in the results and discussion. There is no socio-economic status influence against the return of smoking behavior, but there is a revelation of informants mentioned that one of the factors that causes smokers in Indonesia because prices very affordable cigarette.
1
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Rokok merupakan salah satu pembunuh paling berbahaya di dunia.
Setiap harinya, terdapat 1 1.176 orang di seluruh dunia meninggal
diakibatkan rokok (Ono, 2009). Hal ini dikarenakan rokok mengandung
kurang lebih 4000 senyawa kimia, dan setidaknya 200 diantaranya
beracun dan dinyatakan berbahaya bagi kesehatan, sementara 43 bahan
kimia lainnya dapat memicu kanker (Satiti, 2009). Oleh karena itu untuk
dapat menghindari dampak negatif dari rokok, seorang perokok harus
memulai untuk berhenti merokok. Jika tidak ada pencegahan yang serius
dalam menghambat pertumbuhan perilaku merokok, jumlah total rokok
yang dihisap tiap tahun adalah 9.000 triliun rokok pada tahun 2025.
Maka setidaknya 8 juta orang akan meninggal akibat rokok pada tahun
2030 dan pada abad 21 ini, akan ada 1 miliar orang meninggal akibat
penyakit disebabkan rokok (Evy , 2008).
Selain itu merokok juga dapat mengakibatkan masalah kesehatan seperti
penyempitan pembuluh darah, gangguan pada jantung, dan paru seperti
bronchitis kronik.(kaplan dkk, 1993). Bagi ibu hamil yang menjadi perokok
pasif dapat memicu terjadinya bayi BBLR, dimana dampak dari bayi BBLR
bisa menyebabkan masalah-masalah kesehatan bayi tersebut kedepannya.
2
Beberapa hasil survey di Indonesia, seperti RISKESDAS(Riset
Kesehatan Dasar),GYTS(Global Youth Tobacco Survey) dan GATS(Global
Adult Tobacco survey) menunjukkan besarnya masalah konsumsi rokok bagi
kesehatan masyarakat. RISKESDAS merupakan survey nasional kesehatan
berbasis populasi yang dilakukan secara rutin setiap tiga tahun di Indonesia.
GYTS adalah survey berbasis sekolah untuk masalah merokok pada anak
sekolah usia 13 – 15 tahun dan masyarakat sekolah yang telah dilakukan di
beberapa Negara termasuk di Indonesia. Survey mengenai konsumsi rokok
yang terkini adalah GATS 2011 dimana hasilnya menunjukan 67% laki-laki
merokok, 2.7% perempuan merokok, 80.4% dari populasi yang merokok saat
ini menghisap rokok kretek saja, 1.7% populasi mengkonsumsi tembakau
kunyah (L: 1.5%, P:2%)). Survei-survei besar tersebut diatas menggambarkan
besarnya masalah rokok dan dampaknya bagi kesehatan di Indonesia. Data
pertanian, industri dan cukai rokok di dapatkan dari beberapa sumber dari
Kementrian terkait di Indonesia. (GATS, 2011)
Dilihat dari dampak yang ditimbulkan perilaku merokok, sudah
seharusnya perilaku merokok dihentikan. Namun, menghentikan perilaku
merokok bukanlah hal yang mudah. Sampai saat ini sudah banyak metode
yang digunakan untuk membantu para perokok untuk menghentikan perilaku
merokok. Metode yang digunakan untuk berhenti merokok antara lain dengan
metode pengobatan yaitu mencari obat yang dapat menyembuhkan kecanduan
merokok. Metode lain yaitu perubahan perilaku dimana seseorang berubah
3
perilaku dengan menjauhi dan menghindari rokok. (makara kesehatan, 2005)
Meskipun lebih dari 70% perokok ingin berhenti, kurang dari 5% mencapai
tujuan ini setiap tahunnya. Efektif, aman, dan mudah untuk diakses sangat
diperlukan untuk perawatan ketergantungan nikotin. Karena rendahnya tingkat
pengendalian diri (20-30%) yang dicapai dalam terapi perilaku, efek samping
dari farmakoterapi, dan kurangnya aksesibilitas terhadap pengobatan. Bukti
terbaru mendukung peran sentral dalam menjaga keinginan untuk kembali
merokok. (Jennifer K Penberthy, 2013)
Surgeon General Report melaporkan intervensi farmakologis yang
dikombinasikan dengan konseling memungkinkan 20-25% perokok untuk
tetap berhenti merokok selama 1 tahun setelah pengobatan. Persentase
keberhasilan tersebut sedikit lebih tinggi dari hasil studi Universitas Gajah
Mada tahun 2001 pada perokok kelas menengah ke bawah di beberapa desa di
Jawa Tengah, dimana terapi kombinasi menghasilkan tingkat keberhasilan
berhenti merokok selama 12 bulan sebesar 15%. Walaupun angka ini masih
lebih tinggi daripada intervensi dengan nikotin saja (keberhasilan 12 bulan
adalah 7%) tetapi lebih rendah dari keberhasilan dengan metode konseling
saja (17%) ( Tobacco Control Paper, 2004). Nikotin sangat adiktif, bahkan
orang yang cukup berpendidikan dan sangat ingin berhenti, masih mengalami
kesulitan untuk berhenti merokok(Depkes, 2004). Salah satu indikator yang
meyakinkan tentang efek adiktif nikotin adalah perbedaan jumlah perokok
yang ingin berhenti dan yang berhasil berhenti merokok. Tingkat kesuksesan
4
Ketergantungan terhadap produk tembakau sangat tepat dianggap
sebagai penyakit khronis dengan remisi dan relaps. Walaupun telah dilakukan
intervensi baik minimal maupun intensif untuk berhenti merokok, tetapi
umumnya perokok dengan bantuan berhenti merokok akan mengalami
kambuhan dan membutuhkan pengulangan intervensi sebelum akhirnya
benar-benar berhasil berhenti merokok. (Office on Smoking and Health, 2000.)
Dilihat dari bahaya yang disebabkan oleh rokok dan juga dari data-data
yang sudah dijelaskan diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui faktor yang
mempengaruhi kembalinya perilaku merokok.
Al-Isra ayat 82(17:82)
Dan kami turunkan Al-Quran sesuatu yang menjadi penawar dan rahmat
bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang-orang yang zalim (al-Quran)
hanya akan menambah kerugian
B. RUMUSAN MASALAH
Dari penjelasan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah
“Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi kembalinya perilaku merokok di
lingkungan UMY?”
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk memahami secara mendalam gambaran
5
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat teoritis
Menambah referensi dalam bidang kesehatan yang berhubungan
dengan faktor yang mempengaruhi kembalinya perilaku merokok.
2. Manfaat praktis
1. Bagi profesi kedokteran
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dimasukan dalam daftar referensi
terbaru mengenai masalah kembalinya perilaku merokok.
2. Bagi masyarakat
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberi gambaran lebih spesifik
mengenai gambaran faktor yang mempengaruhi kembalinya perilaku
merokok. Agar masyarakat dapat mengatasi hal-hal tersebut.
3. Bagi pemerintah
Diharapkan hasil penelitian ini dapat mempermudah pemerintah untuk
melakukan tindakan yang lebih efektif dan efisien dalam upaya
pencegahan kembalinya perilaku merokok di indonesia.
E. KEASLIAN PENELITIAN
Penelitian terdahulu yang terkait dengan topik penelitian ini :
1. Rosdiana, Mappeaty Nyorong, Ida Leida (2013) tentang faktor yang
berhubungan dengan kejadian kekambuhan merokok di kecamatan
tamalate kota makassar. Hasil analisis penelitian ini menunjukan bahwa
variabel ancaman (p=0.060) dan variabel manfaat (p=0.114) tidak
6
variabel kepercayaan diri (p=0.034) merupakan variabel yang paling besar
pengaruhnya terhadap kejadian kekambuhan merokok, sehingga untuk
meningkatkan kepercayaan diri untuk berhenti merokok diperlukan suatu
kondisi yang mendukung seseorang tidak merokok yakni kawasan bebas
rokok. Yang membedakan penelitiannya adalah : tempat penelitian, waktu
penelitian, desain penelitian dan variabel penelitan.
2. Riska Rosita, Dwi Linna Suswardany, Zaenal Abidin (2012) tentang faktor
Penentu Keberhasilan Berhenti Merokok Pada Mahasiswa. Hasil analisis
penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
faktor frekuensi merokok (p=0,001; OR=5,181) dan faktor niat berhenti
merokok (p=0,001; OR=14,389) dengan keberhasilan berhenti merokok
pada mahasiswa FIK UMS. Tidak ada hubungan antara jumlah rokok
(p=0,158), lama merokok (p=0,093), alasan berhenti merokok (p=0,155),
dan faktor upaya berhenti merokok (p= 0,706) dengan keberhasilan
berhenti merokok. Simpulan penelitian adalah frekuensi merokok dan
faktor niat berhenti merokok berhubungan dengan keberhasilan berhenti
merokok pada mahasiswa. Yang membedakan penelitiannya adalah tempat
penelitian, waktu penelitian, desain penelitian dan variabel penelitan.
3. Ratih Fatma Ardini, Wiwin Hendriani (2012) tentang Proses Berhenti
Merokok Secara Mandiri Pada Mantan Pecandu Rokok Dalam Usia
Dewasa Awal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses penghentian
kebiasaan merokok di kedua peserta berbeda, dalam peserta pertama
7
peserta kedua adalah dengan menghentikan kebiasaan awal program
berhenti merokok secara independen mulai merokok. Alasan utama yang
mendasari dua peserta untuk menghentikan kebiasaan merokok adalah
ingin hidup dengan gaya hidup sehat. Dan alasan kedua peserta memilih
untuk menghentikan kebiasaan merokok independen adalah karena faktor
biaya. Faktor yang paling penting dalam proses menghentikan kebiasaan
merokok di kedua peserta adalah dukungan sosial dari anggota keluarga. .
Yang membedakan penelitiannya adalah tempat penelitian, waktu
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Rokok
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70
hingga 120 mm (bervariasi di setiap Negara ) dengan diameter sekitar 10
mm yang berisi daun - daun tembakau yang telah di cacah dan bahan -
bahan tambahan lainnya, seperti cengkeh.
2. Zat Yang Terkandung Dalam Rokok
Lebih dari 4.000 zat kimia ditemukan dalam rokok. Lebih dari 60 zat
diantaranya diketahui dapat menyebabkan kanker, seperti benzene,
cadmium dan cyanide. Bahan-bahan berbahaya lain yang terkandung
dalam rokok anatara lain :
a. Nikotin
Nikotin adalah cairan berminyak yang tidak berwarna dan
biasa membuat rasa perih. Nikotin ini menghalangi rasa lapar. Itu
sebabnya seseorang biasa merasakan tidak lapar karena merokok selain
itu, nikotin merupakan salah satu jenis obat perangsang serta
membuat pemakainya kecanduan. Nikotin juga menyebabkan di
hasilkannya adrenalin, yaitu hormon yang menyebabkan jantung
berdenyut lebih cepat dan bekerja lebih kuat. Nikotin juga
menyebabkan darah perokok lebih cepat membeku sehingga
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Rokok
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70
hingga 120 mm (bervariasi di setiap Negara ) dengan diameter sekitar 10
mm yang berisi daun - daun tembakau yang telah di cacah dan bahan -
bahan tambahan lainnya, seperti cengkeh.
2. Zat Yang Terkandung Dalam Rokok
Lebih dari 4.000 zat kimia ditemukan dalam rokok. Lebih dari 60 zat
diantaranya diketahui dapat menyebabkan kanker, seperti benzene,
cadmium dan cyanide. Bahan-bahan berbahaya lain yang terkandung
dalam rokok anatara lain :
a. Nikotin
Nikotin adalah cairan berminyak yang tidak berwarna dan
biasa membuat rasa perih. Nikotin ini menghalangi rasa lapar. Itu
sebabnya seseorang biasa merasakan tidak lapar karena merokok selain
itu, nikotin merupakan salah satu jenis obat perangsang serta
membuat pemakainya kecanduan. Nikotin juga menyebabkan di
hasilkannya adrenalin, yaitu hormon yang menyebabkan jantung
berdenyut lebih cepat dan bekerja lebih kuat. Nikotin juga
menyebabkan darah perokok lebih cepat membeku sehingga
9
b. Karbon Monoksida
Karbon monoksida merupakan sejenis gas yang tidak berbau
dan tidak berwarna. Gas ini dihasilakn oleh pembakaran yang tidak
sempurna dari unsure zat arang atau karbon. Zat ini sangat beracun
karena mudah terikat haemoglobin dari pada oksigen. Haemoglobin
adalah zat dalam sel darah merah yang bertugas mengikat oksigen.
Jika karbon monoksida terhirup maka haemoglobin mengikat gas ini
dengan kadar yang tinggi di bandingkan oksigen sehingga kadar
oksigen di dalam tubuh berkurang, akibat terhambatnya pengikatan
oksigen ini menyebabkan berbagai gangguan kesehatan, seperti
sakit kepala, pandangan menjadi kabur dan terganggunya
pendengaran.
c. Hidrogen sianida
Hydrogen sianida adalah sejenis gas yang tidak berwarna,
tidak berbau, dan tidak berasa. Zat ini merupakan zat yang paling
ringan, mudah terbakar dan sangat beracun karena dapat menghalangi
pernapasan. (Saktyowati, D.O.2008).
3. Tipe Perokok
Seperti yang telah diungkapkan oleh Leventhal & Clearly terdapat 4
tahapan dalam perilaku merokok sehingga menjadi perokok, yaitu:
a) Tahap Prepatory. Seseorang mendapatkan gambaran yang
menyenangkan mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat
10
b) Tahap initiation. Tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah
seseorang akan meneruskan atau tidak terhadap perilaku merokok.
c) Tahap Becoming a Smoker. Apabila seseorang telah mengkonsumsi
rokok sebanyak empat batang per hari maka mempunyai
kecenderungan menjadi perokok.
d) Tahap Maintenance of Smoker. Pada tahap ini merokok sudah menjadi
salah satu bagian dari cara pengaturan diri (self regulating). Merokok
dilakukan untuk mendapatkan efek fisiologis yang menyenangkan.
(nasution, 2007)
Ada beberapa macam tipe perokok yaitu perokok perokok berat,
perokok sedang, dan perokok ringan:
a. Perokok berat
Perokok yang mengonsumsi sekitar 21 - 30 batang per hari dengan
selang waktu sejak bangun pagi berkisat antara 6 - 30 menit.
b. Perokoksedang
Perokok yang mengahabiskan rokok 11-12 batang per hari dengan
selang waktu31-60 menit setelah bangun pagi.
c. Perokok ringan
Perokok yang mengahabiskan rokok sekitar 10 batang sehari dengan
11
4. Dampak Merokok
Dampak buruk akibat tembakau dan merokok pada kesehatan
masyarakat di Indonesia tampak jelas pada hasil kajian Badan Litbangkes
tahun 2013. Hasil kajian menunjukkan telah terjadi kenaikan kematian
prematur akibat penyakit terkait tembakau dari 190.260 (2010) menjadi
240.618 kematian (2013), serta kenaikan penderita penyakit akibat
konsumsi tembakau dari 384.058 orang (2010) menjadi 962.403 orang
(2013). Kondisi tersebut berdampak pula pada peningkatan total kumulatif
kerugian ekonomi secara makro akibat penggunaan tembakau. Jika dinilai
dengan uang, kerugian ekonomi naik dari 245,41 trilyun rupiah (2010)
menjadi 378,75 trilyun rupiah (2013). Nilai kerugian ini lebih besar bila
dibandingkan dengan jumlah uang yang diperoleh negara dari cukai rokok,
yakni 87 trilyun rupiah di tahun 2010 dan 113 trilyun rupiah di tahun
2013, tutur Menkes (Menkes,2014).
a) Tahapan berhenti merokok
1) Tahap pertama (memutuskan untuk berhenti)
Orang yang telah berhenti merokok mengatakan pentingnya
kejelasan alasan-alasan seperti merokok membunuh (satu dari dua
orang perokok seumur hidup akan mati karena kebiasaannya),
rokok penuh racun (kandungan dalam rokok), merokok
menimbulkan berbagai macam penyakit (empisema, penyakit
paru-paru, penyakit jantung, dll). Alasan lain untuk berhenti merokok
12
a) Kepercayaan diri; berhenti dari merokok merupakan suatu
tantangan. Sekali perokok telah berhenti, perokok akan
bertambah yakin bahwa perokok tersebut akan berhasil
mengatasi pekerjaan yang sulit dan mengendalikan
kehidupannya. Berhenti merokok membantu rasa percaya diri.
b) Kebugaran; merokok membuat orang malas berolahraga dan
mengurangi manfaat olahraga bagi tubuh. Perokok lebih
banyak mengeluhkan batuk pilek dan memerlukan waktu yang
lebih lama untuk membaik.
c) Penampilan; kulit yang kekurangan oksigen akan menjadi
kering dan pucat. Kerut disekitar mata dan mulut akan
terbentuk lebih dini, dan tar akan membuat gigi berwarna
gelap.
2) Tahap kedua (Bersiap untuk berhenti)
Perokok yang merencanakan proses berhentinya akan lebih
berhasil daripada perokok yang tidak merencanakannya terlebih
dahulu. Ada empat tahap untuk bersiap yaitu:
a) Pahami ketagihan nikotin
b) Ketahui apa penyebab utama merokok
c) Rencanakan cara mengatasinya
13
3) Tahap ketiga (Berhenti)
Perokok biasanya akan membayangkan akan kesulitannya dalam
berhenti merokok. Cara berhenti merokok yang baik adalah dengan
memilih pendekatan yang akan berhasil untuk perokok tersebut.
Berhenti total, artinya adalah berhenti seketika dan langsung
menjadi bukan perokok lagi, tanpa memakai tahap mengurangi
jumlah rokok atau frekuensi merokok. Cara ini merupakan cara
yang paling berhasil untuk sebagian besar perokok. Berhenti
bertahap, dengan cara mengurangi jumlah rokok. Jika perokok
memilih berhenti secara bertahap maka perokok tersebut harus
menentukan waktu dimana perokok tersebut telah benar-benar
berhenti merokok. (Priyoto, 2015)
5. Faktor sulit berhenti merokok
1) Faktor adiksi
Tidak sedikit perokok yang berusaha berhenti merokok. Namun
banyak yang gagal. Perokok mungkin dapat berhenti merokok selama
beberapa hari, minggu, atau bulan, tapi ada kemungkinan kambuh
kembali. Hal ini disebabkan adanya sifat adiksi pada tembakau. Sifat
adiksi ini menyebabkan seseorang menjadi ketergantungan pada rokok.
Perokok akan merasakan beberapa keluhan jika kebiasaan
merokoknya dihentikan. Perokok yang sudah ketagihan akan merasa
kurang percaya diri, sulit berkonsentrasi, dan tidak bersemangat. Itulah
14
2) Faktor lingkungan
Faktor lingkungan berpengaruh besar pada niatan seseorang untuk
berhenti merokok. Seseorang yang berada dalam lingkungan perokok
tentu saja lebih sulit berhenti. Sebaliknya, berada dalam lingkungan
bukan perokok membuat seseorang lebih mudah berhenti
merokok.(Priyoto, 2015)
3) Faktor pendidikan
Banyak perokok tidak mau berhenti merokok disebabkan mereka tidak
mengerti bahaya merokok. Kebanyakan mereka sulit menerima alasan
bahaya merokok bagi kesehatan. Terbukti mereka yang tetap merokok
merasa sehat-sehat saja. Itulah yang tidak disadari oleh perokok.
Bahaya rokok memang tidak langsung dirasakan oleh perokok saat itu
juga. Ada rentan waktu yang sangat panjang dari seseorang mulai
merokok hingga menderita berbagai penyakit. (Priyoto, 2015)
4) Faktor iklan
Iklan rokok terdapat di berbagai media dengan berbagai macam bentuk
promosinya. Diistilahkan seperti bak jamur dimusim hujan.
Kenyataanya, iklan rokok memberikan kesan positif pada perokok.
Iklan rokok yang bertebaran itu tidak diimbangi dengan iklan
antirokok yang mencukupi. Hal ini membuat perokok kurang
menyadari bahaya yang mengancam kehidupannya dan orang
15
5) Faktor kemudahan
Rokok merupakan barang yang sangat murah dan mudah didapat. Dari
supermarket sampai warung kecil, rokok selalu tersedia. Parahnya lagi,
banyak penjual yang menjual rokok batangan atau eceran. Hal ini tentu
saja mempermudah anak-anak dan remaja untuk membeli dan
menikmati rokok. Mudahnya mendapatkan rokok membuat anak-anak
dan remaja sulit berhenti merokok. (Priyoto, 2015)
6. Penelitian Tentang Rokok
Banyak penelitian yang terpaku hanya pada pencegahan perilaku
merokok. Namun yang tidak kalah penting adalah pengkajian tentang
bagaimana para perokok kemudian menghentikan perilakunya. Berhenti
merokok merupakan perubahan perilaku yang radikal. Efek candu/adiksi
nikotin menjadi salah satu hambatan terbesar dalam proses tersebut.
Berhenti merokok dipengaruhi oleh empat aspek yaitu fisiologis,
psikologis, lingkungan dan faktor sosial.
Hasil penelitian di Kabupaten Kudus menunjukkan bahwa faktor
sikap, norma subyektif dan Perceived Behavior Control berpengaruh
secara signifikan terhadap intensi berhenti merokok. Faktor paling
dominan yang berpengaruh terhadap intensi berhenti merokok pada santri
putra di Kabupaten Kudus adalah perceived behavior control.(Kumalasari
16
Yayasan kesehatan Indonesia, secara khusus mencatat bahwa 18%
remaja yang duduk dibangku SLTA diketahui telah merokok, dan 11%
diantaranya mampu menghabiskan 10 batang per hari.Hasil penelitian
Santoso (2004) menyatakan bahwa 54,24% penumpang angkutan umum
di kota Malang suka merokok.Dari jumlah tersebut, 13,55% diantaranya
adalah pelajar SLTP dan SLTA dengan rata-rata usia 12-19 tahun.
Pengetahuan, sikap, keyakinan, motivasi dan praktik merokok di
kalangan informan dari Fakultas kesehatan maupun non kesehatan
tidak terlalu jauh berbeda, walaupun pada pertanyaan tertentu
informan dari Fakultas kesehatan bisa memberi penjelasan sedikit
lebih banyak. Temuan menarik dari penelitian ini antara lain bahwa
walaupun beberapa informan dari Fakultas Kesehatan menyatakan
bahwa merokok adalah hak azasi dan mereka merasa kesulitan untuk
berhenti merokok, namun berdasarkan hasil FGD dan wawancara
diketahui bahwa mereka sebenarnya mempunyai beban, karena sebagai
calon petugas kesehatan mereka seharusnya bisa menjadi contoh,
sehingga sebagian besar dari mereka tetap berniat untuk berhenti bila
sudah bekerja. Hal tersebut tidak ditemuipada informan dari Fakultas
Non Kesehatan. Walaupun sebagian besar yakin bahwa merokok itu
berbahaya., namun mereka tidak yakin mampu berhentidan hanya berniat
mengurangi saja. Mereka tidak memiliki beban yang sama dengan
informan dari Fakultas Kesehatan, karena mereka bukan calon petugas
17
7. Teori Dan Konsep Perilaku
a. Teori Green
Teori Green(1980)dalam Notoadmojo menyatakan
bahwaperilaku kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh
3 faktor yaitu faktor-faktorpredisposisi/predisposing factor
(pengetahuan, sikap, kepercayaan, tingkat sosial ekonomi,
keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya),faktor-faktor
pemungkin/enabling factor (lingkungan fisik tersedia atau
tidaknyafasilitas-fasilitasatausarana-saranakesehatan),faktor-faktor
penguat/reinforcing factor (sikap dan perilaku petugas kesehatan atau
petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari
perilakumasyarakat).
b. Teori ABC
Teori ABC merupakan alat observasi langsung yang dapat
digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang peristiwa yang
terjadi. Dimana A (Antesenden) merupakan peristiwa yang
mendahului perilaku, B (Behaviour) merupakan perilaku yang diamati
dan C (Concequence) merupakan tindakan segera. Teori ABC ini
merupakan strategi untuk perubahan perilaku untuk memberikan
informasi pada audiens yang umumnya akan memungkinkan mereka
untuk menjawab pertanyaan atau melakukan sesuatu berdasarkan
tujuan perilaku. Menurut teori ini, perilaku dapat diubah menjadi dua
18
terjadi dan apa yang mempengaruhi perilaku setelah terjadi. (Priyoto,
2015)
1) Anatesenden
Antesenden merupakan pemicu terjadinya perilaku seseorang,
sedangkan menurut ahli lain (Holland & Skinner, 1961;
Sulzer-Azaroff & Mayer,1977;Bandura, 1977; Miller,1980) Antesenden
adalah peristiwa lingkungan yang membentuk tahap atau pemicu
perilaku. Antesenden dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:
a) Antesenden ilmiah
Merupakan perilaku yang timbul karena dipicu oleh
peristiwa-peristiwa lingkungan yang sudah terjadi. Misalnya,
peningkatan kasus DHF (Dengue Hemoragic Fever)
mendorong orang untuk berperilaku hidup sehat.
b) Antesenden terencana
Merupakan perilaku yang timbul karena untuk melakukan
sebuah persiapan. Misalnya, seseorang pernah mengalami
Penyakit demam tifoid karena tidak menjaga pola makannya,
sehingga untuk selanjutnya orang tersebut selalu
memperhatikan pola makan yang sehat.
2) Behavior
Behavior atau perilaku merupakan suatu kegiatan atau
aktivitas yang dilakukan oleh makhluk hidup. Menurut Geller
19
diamati orang lain. Robert Kwick dalam Notoadmodjo (2007)
mendefinisikan perilaku adalah tindakan-tindakan atau perbuatan
organisme yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari. Skinner
(1938) merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi
seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena itu
perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap
organisme dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori
ini disebut S-O-R (Stimulus-Organisme-Respon). Untuk respon itu
sendiri dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
a) Respon yang disengaja atau terjadi secara alamiah karena
stimulus dari lingkungan luar.
b) Operan respon atau instrumental respon, yaitu respon yang
timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau
rangsangan tertentu.
Dilihat dari jenis respon terhadap stimulus ini, perilaku dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
a) Perilaku tertutup (Covert behaviour)
Respon seseorang terhadap stimulant dalam bentuk
terselubung atau tertutup, ini masih terbatas pada reaksi
perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran dan sikap
yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut,
sehingga belum dapat diamati dengan jelas oleh orang lain.
20
b) Perilaku terbuka (Overt Behaviour)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan
nyata atau terbuka, ini sudah jelas dalam bentuk tidakan atau
praktik yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh
orang lain, contohnya anak diberi stimulus cubitan maka ia
langsung melakukan tindakan spontan yaitu menangis.
(Priyoto, 2015)
3) Consequence
Konsekuensi adalah peristiwa lingkungan yang mengikuti sebuah
perilaku. Yang juga menguatkan, melemahkan atau
menghentikan suatu perilaku (Holland & Skinner, 1961 ; Miller,
1980). Secara umum, orang cenderung mengulangi
perilaku-perilaku yang membawa hasil-hasil positif (konsekuensi positif)
dan menghindari perilaku-perilaku yang memberikan hasil-hasil
negatif.
a) Reinforcement positif adalah peristiwa menyenangkan dan
diinginkan, peristiwa ramah yang mengikuti sebuah
perilaku. Tipe reiforcement ini menguatkan perilaku atau
meningkatkan kemungkinan perilaku tersebut akan terjadi
lagi. (Baer, Wolf & Risley, 1969, Miller 1980)
b) Reinforcement negatif adalah peristiwa atau persepsi dari
suatu peristiwa yang tidak menyenangkan dan tidak
21
seseorang cenderung mengulangi sebuah perilaku yang
dapat menghentikan peristiwa yang tidak menyenangkan.
Orang akan mencoba menjalankan berbagai perilaku untuk
mengakhiri peristiwa negatif.
c) Hukuman (Punishment) adalah suatu konsekuensi negatif
yang menekan melemahkan perilaku. Peristiwa-peristiwa ini
berlaku sebagai hukuman karena perilaku yang mereka anut
kecil kemungkinannya terjadi lagi. (Priyoto, 2015)
8. Teori perubahan perilaku
a. Pre-contemplasi
Pada tahapan ini, individu masih belum menyadari bahwa dia memiliki
masalah, mereka masih belum memikirkan untuk merubah perilaku
mereka. Bahkan mereka menganggap orang lain terlalu
mempermasalahkan kondisi mereka.
b. Kontemplasi
Pada tahapan ini individu mulai terbuka untuk menilai apakah terdapat
masalah pada dirinya dan mulai berfikir untuk merubah perilakunya
agar dapat memperbaiki masalahnya tersebut. Pada tahapan ini belum
terbentuk komitmen untuk merubah perilakunya. Tetapi individu
tersebut sudah mulai mencari tahu tentang apa penyabab masalah yang
22
c. Aksi
Individu tersebut sudah menyadari bahwa terdapat masalah pada
dirinya, kemudian memutuskan untuk memulai memperbaiki
perilakunya.
d. Maintenance
Merupakan lanjutan dari tahapan aksi. Dimana individu tersebut sudah
merubah perilakunya selama lebih dari 3 bulan.
e. relaps
Merupakan tahapan dimana individu tersebut mengulangi kembali
perilakunya yang lama. (Child Matters, 2011)
9. M-Power WHO
MPOWER merupakan salah satu program WHO yang bekerja dalam
mengatasi masalah rokok di global. Dimana kepanjangan dari MPOWER
itu sendiri adalah sebagai berikut :
a. M : Monitor Mengatur dan memantau penggunaan temabakau
dan kebijakan mengenai pencegahannya.
b. P : Protect Melindungi masyarakat dari paparan asap tembakau.
c. O : offer Menawarkan bantuan untuk berhenti merokok.
d. W : Warn Memberikan peringatan tentang bahaya dari tembakau.
e. E : Enforce Melakukan larangan iklan, sponsorship, dan
promosi tembakau.
f. R : Raise Meningkatkan pajak yang berhubungan dengan
23
Pada penelitian ini, peneliti memasukan penelitiannya kedalam
kategori MPOWER terutama pada Protect (melindungi masyarakat dari
paparan asap tembakau), offer (menawarkan bantuan untuk berhenti
merokok) dan Warn (memberikan peringatan tentang bahaya dari
tembakau). (WHO, 2016)
B. KERANGKA KONSEP
Faktor B
Faktor C
Kembalinya perilaku merokok Motivasi berhenti
merokok
Berhenti merokok
24
C. PERTANYAAN PENELITIAN
1. Bagaimana faktor-faktor yang muncul mempengaruhi kembalinya perilaku
25
BAB III
METODE PENELITIAN
A. DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif berupa
wawancara mendalam dengan pendekatan fenomenologis. Penelitian kualitatif
yaitu penelitian yang dilakukan untuk memperoleh jawaban atau informasi
yang mendalam tentang pendapat dan perasaan seseorang yang
memungkinkan untuk mendapatkan hal-hal yang tersirat tentang sikap,
kepercayaan, motivasi dan perilaku individu. Pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah fenomenologis yaitu penelitian yang berfokus pada
penemuan fakta mengenai pengalaman seseorang yang pernah berhenti
merokok.
B. POPULASI DAN SAMPEL
1. Populasi (situasi sosial)
Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi,
tetapi oleh spradley dinamakan “social situation” atau situasi sosial yang
terdiri atas tiga elemen yaitu : tempat(place), pelaku(actor) dan
aktivitas(activity) yang berinteraksi secara sinergis. Situasi sosial tersebut
dapat dinyatakan sebagai objek penelitian yang ingin diketahui apa yang
terjadi didalamnya. Pada situasi sosial atau objek penelitian ini, peneliti
dapat mengamati secara mendalam aktivitas(activity) orang-rang(actors)
25
BAB III
METODE PENELITIAN
A. DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif berupa
wawancara mendalam dengan pendekatan fenomenologis. Penelitian kualitatif
yaitu penelitian yang dilakukan untuk memperoleh jawaban atau informasi
yang mendalam tentang pendapat dan perasaan seseorang yang
memungkinkan untuk mendapatkan hal-hal yang tersirat tentang sikap,
kepercayaan, motivasi dan perilaku individu. Pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah fenomenologis yaitu penelitian yang berfokus pada
penemuan fakta mengenai pengalaman seseorang yang pernah berhenti
merokok.
B. POPULASI DAN SAMPEL
1. Populasi (situasi sosial)
Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi,
tetapi oleh spradley dinamakan “social situation” atau situasi sosial yang
terdiri atas tiga elemen yaitu : tempat(place), pelaku(actor) dan
aktivitas(activity) yang berinteraksi secara sinergis. Situasi sosial tersebut
dapat dinyatakan sebagai objek penelitian yang ingin diketahui apa yang
terjadi didalamnya. Pada situasi sosial atau objek penelitian ini, peneliti
dapat mengamati secara mendalam aktivitas(activity) orang-rang(actors)
26
Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi, karena
penlitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi
sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan ke populasi,
tetapi ditransferkan ke tempat lain pada situasi sosial yang memiliki
kesamaan dengan situasi sosial pada kasus yang dibelajari. (Sugiyono,
2013)
2. Sampel/informan
Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden,
tetapi sebagai nara sumber atau partisipan, informan, teman dan guru
dalam penelitian. Sampel dalam penelitian kualitatif, juga bukan disebut
sampel statistik, tetapi sampel teoritis, karena tujuan penelitian kualitatif
adalah untuk menghasilkan teori. (Sugiyono, 2013). Konsep dalam
penelitian kualitatif berkaitan dengan bagaimana memilih informan atau
situasi sosial tertentu yang dapat memberikan informasi yang adekuat dan
terpercaya mengenai elemen-elemen yang ada. Pengambilan sampel dalam
penelitian kualitatif biasanya menggunakan purposive sampling dengan
berbagai pendekatan yang paling representatif untuk penelitian kualitatif.
Sampel yang akan diteliti pada penelitian ini adalah perokok yang pernah
berhenti tetapi merokok kembali. Pengambilan sampel dilakukan hanya
atas dasar pertimbangan penelitinya saja yang menganggap unsur-unsur
yang dikehendaki telah ada dalam anggota sampel yang diambil. Cara
mendapatkan sampel pada penelitian ini menggunakan metode snowball,
27
kemudian membesar. Dalam penentuan sampel, pertama-tama dipilih satu
atau dua orang sampel, tetapi karena dengan dua orang sampel ini belum
merasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencari orang
lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan
oleh dua orang sampel sebelumnya. Begitu seterusnya, sehingga jumlah
sampel semakin banyak.
Pemilihan sampel dilakukan menggunakan metode purposive
sampling dimana peneliti mencari sampel yang memang diperkirakan
memiliki informasi yang memadai mengenai masalah yang akan diteliti
(Sugiyono, 2013). Dan pengambilan data dihentikan ketika telah terjadi
saturasi data, atau sudah tidak ada lagi informasi baru yang didapat dari
informan.
C. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
1. Lokasi penelitian
Penelitian ini bertempat di lingkungan kampus UMY.
2. Waktu penelitian
28
D. VARIABEL/TEMA DAN DEFINISI OPERASIONAL
1. Variabel/Tema
Variabel/tema dalam penelitian ini adalah faktor yang mempengaruhi
kembalinya perilaku merokok.
2. Definisi operasional
a. Kembalinya perilaku merokok
Merupakan suatuproses dimana orang yang telah berhenti merokok
kemudian kembali melakukan perilaku merokok tersebut.
b. Faktor lingkungan
Merupakan tempat dimana informan bergaul/bersosialisasi dengan
teman-temannya.
c. Faktor psikologis
Merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi mental informan.
yang akan dilihat dari faktor psikologis ini adalah bagaimana cara
29
E. INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen pada penelitian ini adalah peneliti sebagai pewawancara dan
supaya hasil wawancara dapat terekam dengan baik, dan peneliti memiliki
bukti telah melakukan wawancara kepada informan atau sumber data, maka
diperlukan bantuanalat-alat sebagai berikut :
1. Buku catatan/laptop : berfungsi untuk mencatat semua percakapan
dengan sumber data.
2. Tape recorder : berfungsi merekam semua percakapan atau
pembicaraan.
F. CARA PENGUMPULAN DATA
Beberapa metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif, yaitu:
1. Wawancara
Wawancara merupakan alat re-checkingatau pembuktian terhadap
informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara
yang digunakan dalam penlitian kualitatif adalah wawancara mendalam.
Wawancara mendalam (in-depth interview) adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil
bertatap muka antara pewawancara dengan atau tanpa menggunakan
pedoman (guide) wawancara. (Dr. Saryono, 2013)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang peneliti saat
mewawancarai informan adalah intonasi suara, kecepatan berbicara,
sensitifitas pertanyaan, kontak mata dan kepekaan non verbal. Dalam
30
autoanamnesa (wawancara yang dilakukan dengan subyek atau informan
langsung) dan aloanamnesa (wawancara dengan keluarga atau kerabat
dekat subyek atau informan). (Dr. Saryono, 2013)
2. Observasi
Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang
(tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa,
waktu dan perasaan. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk
menyajikan gabaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab
pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk
evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan
umpan balik terhadap pengukuran tersebut. (Dr. Saryono, 2013)
Bungin (2007: 115) mengemukakan beberapa bentuk observasi yang
dapat digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu observasi partisipasi,
observasi tidak terstruktur dan observasi kelompok tidak terstruktur.
a. Observasi partisipasi (participant observation) adalah metode
pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian
melalui pengamatan dan pengindraan dimana observer atau peneliti
benar-benar terlibat dalam keseharian informan.
b. Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang dilakukan tanpa
menggunakan guide observasi. Pada observasi ini peneliti atau
pengamat harus mampu mengembangkan daya pengamatannya dalam
31
c. Observasi kelompok adalah observasi yang dilakukan secara
berkelompok terhadap sesuatu atau beberapa objek sekaligus.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam observasi adalah topografi,
jumlah dan durasi, intensitas atau kekuatan respon, stimulus kontrol
(kondisi dimana perilaku muncul) dan kualitas perilaku. (Dr. Saryono,
2013)
3. Focus Group Discussion(FGD)
Focus group discussion (FGD) adalah teknik pengumpulan data
yang umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan
menemukan makna sebuah tema menurut pemahaman sebuah kelompok.
Teknik ini digunakan untuk mengungkap pemaknaan dari suatu kelompok
berdasarkan hasil diskusi yang terpusat pada suatu permasalahan tertentu.
FGD juga dimaksudkan untuk menghidari pemaknaan yang salah dari
seorang peneliti terhadap fokus masalah yang sedang diteliti. (Dr.
Saryono, 2013)
Pada penelitian ini peneliti mengunakan teknik pengumpulan data
berupa wawancara mendalam, ini bertujuan untuk mengumpulkan
informasi yang kompleks yang sebagian besar berisi sikap, pendapat dan
pengalaman pribadi narasumber (informan).
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara tak
terstruktur yaitu wawancara yang bebas dimana peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis
32
berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. (Sugiyono,
2013)
Wawancara tidak tersturktur atau terbuka, sering digunakan dalam
penelitian pendahuluan atau untuk penelitan yang lebih mendalam tentang
subyek yang diteliti. Pada penelitian pendahuluan, peneliti berusaha
mendapatkan informasi awal tentang berbagai isu atau permasalahan yang
ada pada obyek, sehingga peneliti dapat menentukan secara pasti
permasalahan atau variabel apa yang harus diteliti. (Sugiyono, 2013)
Dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti belum mengetahui
secara pasti data apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak
mendengarkan apa yang akan diperoleh dan peneliti lebih banyak
33
G. JALANNYA PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode wawancara mendalam yang didapat
dari informan yaitu perokok relaps dilingkungan kampus UMY. Jalannya
penelitian ini dimulai dari :
1. Mencariinforman sesuai dengan kriteria yang diperlukan
2. Menjelaskan penelitian yang akan dilakukan terhadap informan
3. Membuat persetujuan dengan informan untuk melakukan wawancara
mendalam.
4. Membuat jadwal untuk melakukan wawancara
5. Melakukan wawancara mendalam kepada informan dan merekamnya
6. Mentranskripkan hasil rekaman
7. Melakukan analisis data dan koding pada hasil transkrip yang didapat
8. Melakukan member check pada informan
9. Merangkum hasil penelitian dan kemudian menyimpulkan hasil penelitian.
H. UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
Banyak hasil penelitian kualitatif yang diragukan kebenarannya karena
beberapa hal, yaitu subjektivitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam
penelitian kualitatif, alat penelitian yang diandalkan adalah wawancara dan
observasi mengandung banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka,
dan sumber data kualitatif yang kurang kredibel akan mempengaruhi akurasi
dari hasil penelitian. Oleh karena itu, dibutuhkan beberapa cara untuk
34
1. Kredibilitas
Apakah proses dari hasil penelitian dapat diterima atau dipercaya.
Kredibilitas merupakan kriteria untuk memenuhi nilai kebenaran dari data
dan informasi yang dikumpulkan. Artinya, hasil penelitian harus dapat
dipercaya oleh semua pembaca secara kritis. (Dr. Saryono, 2013)
Cara memperoleh tingkat kepercayaan hasil penelitian, yaitu:
a. Triangulasi
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain
diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap data tersebut. (Dr. Saryono, 2013)
b. Diskusi dengan teman sejawat
yaitu mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh
dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat. (Dr.
Saryono, 2013)
c. Mengadakan member check
Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh
peneliti kepada pemberi data. Apabila data yang ditemukan
disepakati oleh para pemberi data berarti data tersebut sudah valid,
sehingga semakin kredibel atau dipercaya, tetapi apabila data
yang ditemukan peneliti dengan berbagai penafsirannya tidak
disepakati oleh pemberi data, maka peneliti perlu melakukan
35
peneliti harus merubah temuannya, dan harus menyesuaikan dengan
apa yang diberikan oleh pemberi data. (UGM)
d. Analisis kasus negative
Peneliti mencari data yang berbeda atau yang bertentangan dengan
temuan data sebelumnya. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau
bertentangan dengan temuan, berarti data yang ditemukan sudah
dapat dipercaya. (UGM)
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kredibilitas dengan cara
merakam hasil wawancara dan mendengarkan secara berulang kali hasil
wawancara tersebut, hasil rekaman menjadi bukti keabsahan data yang
diteliti dan bukan merupakan hasil rekayasa peneliti. Wawancara sebagai
upaya untuk mengkontruksikan kejadian yang dialami partisipan, dengan
melakukan observasi memungkinkan upaya untuk memperoleh keyakinan
tentang keabsahan data peneliti tercapai.
2. Transferabilitas
Apakah hasil apakah penelitian ini dapat diterapkan pada situasi lain.
Kriteria ini digunakan untuk memenuhi kriteria bahwa hasil penelitian
yang dilakukan dalam konteks (setting) tertentu dapat ditransfer ke subjek
lain yang memiliki tipologi yang sama.
Dalam penelitian ini, peneliti menguraikan secara rinci hasil temuan
yang didapat menjadi beberapa tema, kemudian dibuat penjelasan tentang
36
penelitian menggunakan jurnal dan literatur yang sesuai dengan topik
penelitian yang didapat oleh peneliti.
3. Dependabilitas
Apakah hasil penelitian mengacu pada kekonsistenan peneliti dalam
mengumpulkan data, membentuk dan menggunakan konsep-konsep ketika
membuat interpretasi untuk menarik kesimpulan. Kriteria ini dapat
digunakan untuk menilai apakah proses penelitian kualitatif bermutu atau
tidak, dengan mengecek: apakah peneliti sudah cukup hati-hati, apakah
membuat kesalahan dalam mengkonseptualisasikan rencana penelitiannya,
pengumpulan data dan penginterpretasiannya. Teknik terbaik yang
digunakan adalah dependability audit dengan meminta dependent dan
independent auditor untuk mereview aktifitas peneliti. Reliabilitas peneliti
kualitatif dipengaruhi oleh definisi konsep yaitu suatu konsep dan definisi
yang dirumuskan berbeda-beda menurut pengetahuan peneliti, metode
pengumpulan data dan analisis data, situasi dan kondisi sosial, status dan
kedudukan peneliti dihadapan infroman, serta hubungan peneliti dengan
informan.
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan auditing (pemeriksaan)
dengan pembimbing penelitian.
4. Konfirmabilitas
Apakah hasil penelitian dapat dibuktikan kebenarannya dimana hasil
penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan dan dicantumkan dalam
37
dengan orang yang tidak ikut dan tidak berkepentingan dalam penelitian
dengan tujuan agar hasil dapat lebih objektif. Konfirmabilitas merupakan
kriteria untuk menilai mutu tidaknya hasil penelitian. Jika dependabilitas
digunakan untuk menilai kualitas dari proses yang ditempuh oleh peneliti,
maka konfirmabilitas untuk menilai kualitas hasil penelitian.
Konfirmabilitas pada penelitian ini dilakukan oleh peneliti pada saat
dilakukan wawancara yang kedua kepada partisipan untuk
mengkonfirmasi tema-tema sementara yang telah dibuat dalam deskripsi
tekstural agar lebih menambah keakuratan data penelitian.
I. ANALISIS DATA
Proses analisis dimulai segera setelah pengumpulan data dimulai.
Peneliti harus menjelaskan proses perekaman data, persiapan analisis
(penyusunan transkrip), proses analisis dan cara analisisnya. Tidak jarang
peneliti hanya menjelaskan informasi apa yang didapat, padahal informasi
mengenai bagaimana data diperoleh dan diproses dalam analisis juga perlu
dipaparkan. Proses analisis dalam penelitian kualitatif sangat berbeda dengan
penelitian kuantitatif, karena proses analisis dan pengumpulan data dilakukan
secara bersamaan. (Dr. Saryono, 2013)
Proses analisis merupakan proses mereduksi, merangkum, mengambil
intisari, dari segudang data yang telah dikumpulkan, sehingga lebih bermakna
dan lebih ringkas. Strategi didalam analisis data perlu dijelaskan secara detail.
Strategi ini dijalankan dengan melakukan proses koding yaitu suatu proses
38
unit-unit tersebut dan kemudian merangkum kembali unit-unit tersebut (
dalam bentuk kategori dan hubungan antar kategori). Unit koding dapat
berupa kata, kalimat atau paragraf, atau bagian dari data yang mempunyai
makna tersendiri. Untuk melakukan koding, perlu dipersiapkan kelengkapan
transkrip (yaitu catatan lengkap mengenai seluruh data yang diperoleh dari
partisipan/informan dalam bentuk aslinya). Kode atau label tersebut kemudian
dikelompokan (proses ini disebut open coding), dan dicari bentuk keterkaitan
antara satu kelompok dengan kelompok lain (disebut axial coding). (Dr.
Saryono, 2013)
Pada langkah awal, pendekatan umum analisis berupa indutif kemudian
tahap selanjutnya menjadi deduktif. Langkah umum analisis data kualitatif
adalah:
a. Pengaturan/penataan data
Sebelum mulai menganalisis data, penting untuk memastikan bahwa
semua data telah lengkap, tercatat dan diberi label dengan sistematis,
sehingga data menjadi teratur dan mudah dilacak/dipanggil.
b. Melakukan koding dan kategorisasi
Koding berguna untuk mengembangkan kategori, pola dan konsep.
Koding akan memudahkan dalam mengatur data yang begitu banyak dan
melengkapi tuntutan untuk menafsirkan fenomena-fenomena. Proses
koding dilakukan secara intuitif sekaligus kreatif. Koding dimulai setelah
semua data dibaca berulang-ulang. Susun kata kunci, tema, isu dan
39
membandingkan persamaan serta perbedaan materi data untuk membuat
susunan kategori.
c. Mencari pola dan proposisi penelitian
Banyaknya kategori yang berbeda-beda perlu dikelompokan menjadi
tema-tema besar sehingga lebih stabil, rapi dan logis.
d. Menafsirkan data
e. Mengevaluasi penafsiran
Analisis data kualitatif harus bermakna, berguna dan kredibel sehingga
hasil penafsiran perlu di evaluasi. Lakukan pencarian terhadap penjelasan
alternatif dan kasus negatif, melakukan validasi terhadap keabsahan data
partisipan/informan dan refleksikan terhadap interpretasi yang telah
dilakukan.(Dr. Saryono, 2013)
Pada tahap pembentukan konsep, peneliti melakukan pengkodean
malalui tiga tahap(level). Tahap pertama merupakan pengkodean pada
substansi data atau kata-kata partisipan (informan) dengan cara
menggarisbawahi kata-kata yang signifikan atau kata-kata kunci. Kode atau
kata kunci yang dihasilkan merupakan data berupa kata yang sering digunakan
oleh partisipan (informan) dan data implisit yang didasarkan pada konsep
yang diperoleh dari data. Tahap kedua peneliti membentuk kategori-kategori
yang berasal dari kelompok kata kunci dan selanjutnya dari kategori ini
dibentuk tema yang berasal dari pengelompokan serta keterkaitan antar
kategori. Penentuan tema-tema peneliti dibuat berdasarkan tujuan penelitian.
40
Proses analisis data dilanjutkan dengan mengembangkan konsep yang
terdiri dari mereduksi sampling, memilih sampling literatur dan memilih
sampling dari data yang diperoleh. Selama proses analisa jumlah kategori
yang dihasilkan sangat banyak. Peneliti membandingkan kategori-kategori
yang dihasilkan untuk melihat keterkaitannya dengan proses sosial yang
dipelajari. Selanjutnya reduksi kategori dilakukan untuk menentukan variabel
utama guna menemukan perilaku sosial yang diteliti. Setelah melakukan
reduksi, peneliti melakukan studi literatur untuk mendukung analisa data.
Literatur review dilakukan untuk membantu peneliti menghubungkan konsep
baru. Tahap terakhir pada langkah ini adalah memilih sampling data. Peneliti
mengumpulkan data tambahan untuk mengembangkan dan mengidentifikasi
kategori utama.
J. KESULITAN PENELITIAN
Pada penelitian ini peneliti menemukan beberapa kesulitan, seperti :
1. Sulitnya mencari informan yang merupakan perokok yang sempat
mengalami relaps.
2. Perlu usaha lebih untuk meyakinkan informan bahwa data yang