• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERILAKU MEMBOLOS SISWA (Studi Deskriptif Kualitatif tentang Perilaku Membolos Siswa di SMP Negeri 2 Delanggu, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERILAKU MEMBOLOS SISWA (Studi Deskriptif Kualitatif tentang Perilaku Membolos Siswa di SMP Negeri 2 Delanggu, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten)"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

PERILAKU MEMBOLOS SISWA

(Studi Deskriptif Kualitatif tentang Perilaku Membolos Siswa di SMP Negeri 2 Delanggu, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten)

Disusun Oleh : Wenny Graciani

D 0306063

Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Jurusan Sosiologi

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

ii

PERSETUJUAN

Telah Disetujui Untuk Dipertahankan di Hadapan Dosen Penguji Jurusan Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Mengetahui, Dosen Pembimbing

(3)

commit to user

iii

PENGESAHAN

Skripsi ini telah diterima dan disahkan oleh Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta Hari :

Tanggal :

Panitia Penguji

1. Drs. Bambang Santosa, M.Si (_________________)

NIP. 19560721 198303 1 002 Ketua

2. Dra. Rahesli Humsona, M.Si ( )

NIP.19641129 199203 2 002 Sekretaris

3. Dra. Suyatmi, MS ( )

NIP. 19520929 198003 2 001 Penguji

Disahkan Oleh :

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta

Dekan

(4)

commit to user

iv

MOTTO

“Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nya-lah Aku berkenan.”

(Matius, 3:17)

“There is only one happiness in life, to love and be loved”

(George Sand)

“Banyak orang gagal dalam hidup karena mereka menyerah saat

hampir berhasil”

(Thomas A. Edison)

“Semangat adalah dasar segala sesuatu.

Dengan semangat, ada pencapaian. Tanpa semangat hanya ada

alasan”

(5)

commit to user

v

PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini kupersembahkan untuk :

Masa depanku yang tlah menanti

Ibuku tersayang

Ayahku yang selalu ada dihati

Adik-adikku yang kusayangi

My special one at mj

9

Sahabat-sahabatku yang setia menemani

(6)

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih penulis pada Tuhan Yesus Kristus atas segala anugerah dan lindungan-Nya serta Salam tak lupa penulis persembahkan pada Bunda Maria yang selalu memberi rahmat dan penyertaan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugasnya dalam penyusunan skripsi ini. Penulis seringkali menemui rintangan dan hambatan, namun dengan adanya dukungan dan semangat dari berbagai pihak, baik secara materiil maupun spirituil yang berwujud pengarahan, bimbingan serta semangat, penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Proses penulisan skripsi ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak yang turut mendukung kelancaran penulis hingga terselesaikannya skripsi ini. Maka penulis hendak menyampaikan ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Drs. H. Supriyadi, SN. SU, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Dra. Hj. Trisni Utami, M.Si, selaku Ketua Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Dra. Suyatmi, MS selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang bersedia

meluangkan waktu untuk konsultasi pembuatan skripsi ini.

(7)

commit to user

vii

5. Gunarto, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Delanggu yang berkenan untuk menerima saya, untuk melakukan kegiatan penelitian di Instansi yang beliau pimpin.

6. Sri Handayani S.Pd dan Dra. Any Pudyastuti, selaku Guru Bimbingan dan Konseling, atas segala arahan, bimbingan dan informasi yang telah diberikan selama penulis melaksanakan kegiatan penelitian di SMP Negeri 2 Delanggu.

7. Seluruh staff pegawai dan guru SMP Negeri 2 Delanggu, atas segala perhatian, keramahan dan kesediaannya untuk membantu memberikan informasi dan data-data yang penulis butuhkan selama ini.

8. Semua responden dan informan, terimakasih atas kerjasamanya selama ini karena telah bersedia untuk diwawancarai dan bercerita sedikit banyak tentang pengalamannya.

9. Sahabat-sahabatku seperjuangan yang selalu setia menemaniku, my best pren Septi “oneng”, Indah “ indoet”, Novita Ayudi, Rahma, Arif, Iin Surya dan Sinung. Ayo semangat semoga kalian sukses selalu!!! 10.Danny Wahyujana my special one, karena kasihmu telah memberiku

senyum dan semangat menjalani hari

(8)

commit to user

viii

12.Teman-teman Sosiologi angkatan 2006 yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Terima kasih untuk kebersamaan kita dari awal hingga selama ini.

13.Semua pihak yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan di dalamnya. Semoga karya tulis dapat memberikan manfaat bagi semua pihak dan para pembaca sekalian. Terima kasih.

Surakarta, Februari 2011

(9)

commit to user

ix DAFTAR ISI

Judul ... i

Persetujuan ... ii

Pengesahan ... iii

Motto ………. iv

Persembahan ………. v

Kata Pengantar ……….. vi

Daftar Isi ……… ix

Daftar Tabel ………... xii

Daftar Gambar ………... xiii

Daftar Matriks ………... xiv

Abstrak ……….. xv

Abstract ………. xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………... 1

B. Rumusan Masalah ………...……... 7

C. Tujuan Penelitian ………...………. 8

D. Manfaat Penelitian ………...……... 8

E. Landasan Teori ………...…….... 9

F. Tinjauan Pustaka ………...………. 13

G. Kerangka Pemikiran ………...…….... 26

(10)

commit to user

x

I. Metodologi Penelitian ………....………. 28

1. Jenis Penelitian ………...……….. 28

2. Lokasi Penelitian ………....…….. 29

3. Jenis dan Sumber Data ………...….. 29

4. Teknik Pengambilan Sampel ………... 32

5. Teknik Pengumpulan Data ………... 33

6. Validitas Data ………... 34

7. Teknik Analisis Data ………... 35

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum SMP Negeri 2 Delanggu ……….... 38

1. Letak Geografis ………... 38

2. Sejarah Singkat ………..……... 39

3. Visi dan Misi ………...……. 39

4. Sistem Organisasi ………...…….. 40

5. Keadaan Guru, Karyawan dan Siswa ………...……... 46

6. Sarana dan Prasarana Penunjang ………...……... 48

7. Kegiatan Ekstrakurikuler ………...…... 49

B. Gambaran Khusus SMP Negeri 2 Delanggu………...…. 51

1. Tata Tertib ………...…. 51

2. Penerapan kedisiplinan siswa ………... 55

3. Penyimpangan terhadap peraturan sekolah………...… 56

(11)

commit to user

xi

B. Latar Belakang Siswa Membolos ………... 66

C. Dampak yang ditimbulkan dari perilaku membolos……..……... 75

D. Pola asuh orang tua dalam mendidik anak………....…...80

E. Pengaruh kelompok sebaya yang berperilaku negatif………....…. 87

BAB IV ANALISA PERILAKU MEMBOLOS SISWA A. Pola Perilaku Siswa Yang Membolos ………...……. 94

1. Interaksi Sosial pada siswa yang membolos ………...…….. 94

2. Aktivitas siswa yang membolos ………...…...… 98

B. Analisis ………...……... 102

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ………...…………. 111

B. Implikasi………...………….. 112

1. Implikasi Teoritis ………....…………..112

2. Implikasi Metodologis ………...…………..114

3. Implikasi Empiris ………...…………. 117

C. Rekomendasi ………...…………. 119 DAFTAR PUSTAKA

(12)

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

1. Tabel Distribusi Siswa Negeri 2 Delanggu ………...…….. 47

2. Tabel Jenis dan Skor Pelanggaran Siswa-Siswi ………...…... 52

3. Tabel Jumlah Skor dan Sanksi Pelanggaran ……….…...… 55

(13)

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

(14)

commit to user

xiv

DAFTAR MATRIKS

(15)

commit to user

xv ABSTRAK

WENNY GRACIANI, 2011, D 0306063, “PERILAKU MEMBOLOS SISWA”

(Studi Deskriptif Kualitatif tentang Perilaku Membolos Siswa di SMP Negeri 2

Delanggu, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten).

Penelitian ini mengambil lokasi di SMP Negeri 2 Delanggu, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang melatarbelakangi siswa membolos, dampak yang ditimbulkan dari perilaku membolos, bagaimana pendidikan dalam keluarga dan pengaruh teman sebaya dalam perilaku membolos. Sehingga dapat memperoleh gambaran perilaku membolos yang dilakukan oleh siswa di SMP Negeri 2 Delanggu, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan berpijak pada paradigma perilaku sosial dengan mengambil teori pertukaran sosial (social exchange

theory) dan teori kontrol sosial (social control theory). Teori pertukaran sosial

menitikberatkan pada asumsi bahwa orang terlibat dalam perilaku untuk memperoleh ganjaran (reward) atau menghindari hukuman (punishment). Sedangkan teori kontrol sosial menitikberatkan pada konsep kemampuan suatu kelompok atau lembaga sosial tertentu untuk mengefektifkan norma atau dan tertentu. Pengumpulan data melalui teknik wawancara mendalam, observasi non partisipan, dan dokumentasi. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling dan

snowball sampling. Sementara itu teknik analisis kualitatif bergerak dari

pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan kemudian penarikan kesimpulan.

(16)

commit to user

ABSTRACT

WENNY GRACIANI, 2011, D 0306063, "STUDENT TRUANT BEHAVIOR" (Qualitative Descriptive Study of Students in junior high school truant behavior Country 2 Delanggu, Delanggu District, Klaten Regency).

This research takes place in the Junior Country 2 Delanggu, Delanggu District, Klaten Regency. The purpose of this study was to determine the factors underlying the truant students, the impact of truant behavior, how education in family and peer influence in truant behavior. So to get a truant behavior conducted by students in the Junior Country 2 Delanggu, Delanggu District, Klaten Regency.

This research is a qualitative descriptive study based on the paradigm of social behavior by taking the theory of social exchange (social exchange theory) and theory of social control (social control theory). Social exchange theory focuses on the assumption that people engage in behavior to obtain reward (reward) or avoid punishment (punishment). Whereas social control theory focuses on the concept of the ability of a particular social group or institution to streamline and norms or certain. Data collection through in-depth interview techniques, non-participant observation, and documentation. The sampling technique is done by using purposive sampling and snowball sampling. Meanwhile, qualitative analysis techniques to move from data collection, data reduction, data presentation, and then conclusion.

(17)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan adalah segala kegiatan yang dilakukan negara untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Pembangunan Indonesia tertuang dalam program yang dikenal dengan Pembangunan Nasional. Pembangunan nasional pada hakikatnya pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia dengan Pancasila sebagai dasar tujuan dan pandangan Pembagunan Nasional. Kemajuan serta keberhasilan Pembangunan Nasional sangat tergantung pada kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang pengelolaannya merupakan produk pendidikan.

(18)

commit to user

dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa (Yahya Asnawi, 2010).

(19)

commit to user

di lingkungan alam pedesaan memiliki kepribadian yang berbeda dengan anak yang tumbuh berkembang di lingkungan masyarakat kota yang penuh kesibukan dan kebisingan yang seolah saling tak menghiraukan antara anggota masyarakat yang satu dengan lainnya. Demikian halnya anak yang dibesarkan di lingkungan masyarakat yang sangat agamis tentu akan berbeda bila dibandingkan dengan anak yang dibesarkan di lingkungan masyarakat yang sangat tidak memperdulikan masalah-masalah norma-norma agama. Pendidikan agama dalam keluarga sangat penting untuk membentuk anak agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa, serta berakhlak mulia yang mencakup etika, moral, budi pekerti, pemahaman dan pengalaman nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan sehari-hari. Dan hal itu merupakan sumbangan bagi pembangunan bangsa dan negara (Tepas Ahmad Heryawan, 2008)

(20)

commit to user

(1961:5) sekolah mempunyai peranan atau tanggung jawab penting dalam membantu para siswa mencapai tugas perkembangannya.

Pentingnya pendidikan di sekolah membuat personil sekolah menyadari arti pentingnya tata tertib yang harus dipatuhi oleh setiap anggota sekolah. Tata tertib ini bermanfaat untuk mengajarkan disiplin pada siswa. Meskipun di sekolah telah ada tata tertib yang mengajarkan untuk berdisiplin, tetapi masih saja ada siswa yang melanggarnya. Menciptakan kedisiplinan siswa bertujuan untuk mendidik siswa agar sanggup melatih diri sendiri. Mereka dilatih untuk dapat menguasai kemampuan, juga melatih siswa agar ia dapat mengatur dirinya sendiri, sehingga para siswa dapat mengerti kelemahan atau kekurangan yang ada pada dirinya sendiri. Permasalahan yang dialami oleh para siswa di sekolah sering kali tidak dapat dihindari meski dengan pengajaran yang baik sekalipun. Hal tersebut juga disebabkan oleh karena sumber-sumber permasalahan siswa banyak yang disebabkan oleh hal-hal di luar sekolah.

(21)

commit to user

pengarahan diri sehingga mereka dapat mengembangkan hati nurani untuk membimbing tindakan mereka. Salah satu pelanggaran yang biasa dilakukan siswa adalah membolos atau ketidakhadiran peserta didik tanpa alasan yang tepat.

Mengutip berita pada harian Solopos diberitakan bahwa “ Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Solo harus kejar-kejaran dengan para

siswa yang kedapatan main playstation saat jam sekolah, sedikitnya

meringkus 17 pelajar yang terbukti membolos saat jam pelajaran sekolah.

Tujuan razia tersebut dilakukan menjelang UN (Ujian Nasional)” (Sumber: Harian Solopos edisi 12 Januari 2010). Sementara itu kasus serupa terjadi di wilayah kabupaten Klaten, “ Delapan siswa kedapatan nongkrong di kawasan Objek Wisata Umbul Ingas, Desa Cokro,

Kecamatan Tulung, dirazia polisi pada Sabtu (6/1) pagi. Kedelapan

pelajar tersebut diantaranya empat pelajar dari SMK dan SMA di Solo,

dua pelajar dari SMK di Sukoharjo. Dan dua pelajar terakhir berasal dari

sebuah SMK di Klaten. Razia digelar setelah pihak Polres Klaten

mendapati laporan dari warga yang resah karena banyak pelajar yang

berkeliaran di Objek Wisata Umbul Ingas pada saat jam belajar

berlangsung” (Sumber: Harian Solopos edisi 6 Maret 2010).

(22)

commit to user

diri sendiri yaitu: 1) Siswa takut akan kegagalan; 2) Siswa merasa ditolak dan tidak disukai lingkungan. Penyebab dari lingkungan yaitu: 1) Keluarga tidak memotifasi dan tidak mengetahui pentingnya sekolah, 2) Masyarakat beranggapan bahwa pendidikan itu tidak penting. Penyebab membolos yang berasal dari dalam diri sendiri atau faktor internal terjadi karena pada masa remaja adalah masa yang penuh gelora dan semangat kreatifitas dalam usaha pencarian jati diri. Apabila kurang mendapat perhatian dan bimbingan maka anak merasa rendah diri dan takut gagal membawa dirinya dan akan merasa ditolak di lingkungan tempat tinggalnya.

Pada masa remaja, anak atau siswa mencoba melepaskan diri dari ketergantungan keluarga karena orang luar menjadi sangat penting untuknya. Siswa mencoba mencari kawannya sendiri, ia ikut dengan golongan menurut pilihannya sendiri. Ini yang disebut dengan kelompok sebaya yang memberi pengaruh terhadap perilaku siswa. Golongan itu dapat memilih, menerima, dan menghargainya. Apabila siswa yang baik tetapi berteman dengan golongan yang tidak baik maka ia akan menjadi siswa yang tidak baik pula. Sehingga siswa yang membolos adalah siswa yang berteman dengan golongan yang tidak baik.

(23)

commit to user

dan penghasilan yang pas-pasan, maka orang tua cenderung menyekolahkan anak di sekolah yang murah.

Dengan latar belakang tersebut, peneliti memilih SMP Negeri 2 Delanggu yang berlokasi di Sribit, Delanggu, Klaten. SMP Negeri 2 Delanggu dipilih menjadi lokasi penelitian karena banyaknya siswa yang menimbulkan masalah di sekolah dan masalah yang dihadapi sangatlah beragam. Namun yang sering muncul adalah masalah tentang kedisiplinan. Masih banyak pelanggaran kedisiplinan yang dilakukan siswa, diantaranya membolos atau ketidakhadiran siswa tanpa alasan yang jelas. Adanya siswa yang membolos di SMP Negeri 2 Delanggu mendorong peneliti untuk meneliti lebih dekat dan mendetail tentang penyebab perilaku membolos. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini mengambil judul Perilaku Membolos Siswa (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Perilaku Membolos Siswa Di SMP Negeri 2 Delanggu)

B. Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang masalah di atas, dalam penelitian ini dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

(24)

commit to user C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk menjelaskan latar belakang siswa membolos

2. Untuk menjelaskan dampak yang ditimbulkan dari membolos 3. Untuk mengetahui pola asuh orang tua dalam keluarga

4. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh kelompok sebaya D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis :

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran dalam rangka penyempurnaan konsep maupun implementasi praktik pendidikan sebagai upaya yang strategis dalam pengembangan kualitas sumberdaya manusia.

2. Manfaat praktis :

a. Bagi Pihak Sekolah, diharapkan untuk meningkatkan kedisiplinan peraturan sekolah dan memberikan sanksi yang tegas pada pelajar yang melanggar peraturan sekolah.

b. Bagi Guru, diharapkan dalam menyampaikan materi pelajaran, bisa menggunakan metode yang menarik bagi siswa.

(25)

commit to user

d. Bagi Siswa, diharapkan dapat mematuhi tata tertib sekolah, untuk mewujudkan keadaan yang kondusif dalam lingkungan sekolah.

E. Landasan Teori

Paradigma adalah suatu pandangan yang mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok persoalan (subject matter) yang semestinya dipelajari. Menurut George Ritzer, paradigma adalah pandangan yang mendasar dari ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari oleh cabang ilmu pengetahuan (discipline). Paradigma membantu merumuskan apa yang harus diikuti dalam mengintrepretasikan informasi yang dikumpulkan dalam rangka menjawab persoalan-persoalan tersebut (Ritzer, 1992:8). Menurut DR. Zamroni dalam bukunya Pengantar Pengembangan Teori Sosial”, pengertian paradigma adalah suatu jendela dimana peneliti akan menyaksikan dunia. Dengan jendela itu, para peneliti akan memahami dan menafsirkan secara obyektif berdasarkan kerangka acuan yang terkandung dalam paradigma tersebut baik itu konsep-konsep asumsi-asumsi dan kategori-kategori tertentu untuk menjelaskan dan mengkaji suatu fenomena (Zamroni, 1993:22).

(26)

commit to user

Johnson, 1985:55). Dalam penelitian ini menggunakan paradigma perilaku sosial. Paradigma perilaku sosial (social behavior) menekankan pendekatan obyektif empiris terhadap kenyataan sosial, yang lebih memusatkan perhatian pada perilaku nyata (overt behavior) (Johnson, 1988:56-63). Paradigma perilaku sosial memusatkan perhatiannya pada hubungan antar individu dengan lingkungannya. Lingkungan itu dibagi menjadi dua, yaitu bermacam-macam obyek sosial dan bermacam-macam obyek non sosial. Hubungan antara individu dengan obyek sosial dan hubungan antara individu dengan obyek non sosial dikuasai oleh prinsip yang sama. Singkatnya pokok persoalan sosiologi menurut paradigma perilaku sosial adalah tingkah laku individu yang berlangsung dalam hubungan dengan faktor lingkungan yang menghasilkan akibat-akibat atau perubahan dalam faktor lingkungan menimbulkan perubahan terhadap tingkah laku.

Masyarakat merupakan kerangka di mana segala bentuk aktivitas berlangsung. Keberadaan suatu aktivitas dengan sendirinya adalah cermin adanya perilaku atau tindakan-tindakan. Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungan yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon individu terhadap stimulus yang berasal dari dalam dirinya. Respon ini dapat dikelompokkan menjadi tiga :

(27)

commit to user

Kedua, perilaku berbentuk sikap, yaitu tanggapan batin terhadap keadaan rangsangan dari luar subyek, sehingga alam sendiri akan mencetak perilaku manusia yang hidup di dalamnya sesuai dengan sifat dan keadaan alam tersebut.

Ketiga, perilaku dalam bentuk perbuatan atau tindakan nyata berupa faktor perbuatan (action) terhadap situasi atau rangsangan dari luar (Soekidjo Notoatmodjo, 1983:5)

Perilaku juga dapat diartikan sebagai suatu reaksi yang dapat diartikan sebagai suatu reaksi yang dapat diamati secara umum atau obyektif sehingga hal-hal yang diperbuat akan nampak hasilnya dari perbuatan tersebut. Perilaku merupakan pengembangan dari kepribadian yang dimanifestasikan ke dalam tindakan individu yang diamati atau diobservasi secara obyektif. Selain itu perilaku juga merupakan suatu cara bertingkah laku yang diciptakan untuk ditiru oleh banyak orang. Suatu cara bertindak menjadi suatu pola bertindak yang tetap melalui proses pengulangan (peniruan) yang dilakukan oleh banyak orang dalam waktu yang relatif lama, sehingga terbentuklah suatu kebiasaan (Kartono, 1989)

Menurut Chaplin, perilaku mencakup empat pengertian : a) Semacam respon (reaksi, taggapan, jawaban, balasan) b) Secara khusus bagian dari satu pola kesatuan interaksi c) Suatu perbuatan atau aktivitas

(28)

commit to user

Pareto menekankan bahwa hidup bermasyarakat terdiri dari apa yang dilakukan oleh anggota-anggota individual. Mereka merupakan the material points or molecules dari sistem yang disebut masyarakat. Sebagian besar perilaku manusia bersifat mekanis dan otomatis. Menurutnya perilaku dibedakan menjadi dua, yakni :

- Perilaku logis yaitu perilaku yang direncanakan oleh akal budi dengan berpedoman pada tujuan yang mau dicapai, dan menurut kenyataan mencapai tujuan itu.

- Perilaku non logis merupakan perilaku yang tidak berpedoman secara rasional pada tujuan atau tidak mencapai tujuannya. Hampir seluruh kehidupan masyarakat terdiri dari perbuatan-perbuatan non logis (disarikan dari Veeger, 1993:71-72).

Menurut Skinner bahwa obyek studi sosiologi yang konkrit dan realistis adalah perilaku manusia yang nampak serta kemungkinan perulangannya (behavior of man and contingencies of reinforcement). Kebudayaan masyarakat tersusun dari tingkah laku yang terpola. Untuk memahami tingkah laku yang terpola itu tidak diperlukan konsep-konsep seperti ide-ide dan nilai-nilai.

(29)

commit to user

tindakan yang dilakukan seseorang bergantung pada ganjaran (rewards)

atau hukuman (punishment) yang diberikan terhadap tindakan tersebut. Sedangkan teori kontrol sosial memandang setiap manusia merupakan makhluk yang memiliki moral yang murni. Oleh karena itu setiap orang memiliki kebebasan memilih berbuat sesuatu. Apakah ia akan berbuat menaati aturan yang berlaku ataukah melanggar aturan-aturan yang berlaku. Tindakan yang dipilih itu didasarkan pada ikatan-ikatan sosial yang telah dibentuk dalam suatu kelompok atau lembaga. Bentuk kontrol sosial berkaitan dengan pemberian sanksi yang bertujuan untuk mencegah atau mengendalikan individu yang melakukan penyimpangan dari norma atau aturan yang berlaku (Maharani Juanda, 2010).

F. Tinjauan Pustaka

(30)

commit to user

perubahan pada payudara serta berpinggul besar setiap bulan mengeluarkan sel telur yang tidak disenyawakan. Masa puber bagi lelaki adalah ketika bermimpi basah yang pertama dan pada perempuan setelah haid. Rentangan usia remaja menurut Anonim (2000), mengemukakan batas-batas umur remaja menjadi dua periode, yaitu sebagai berikut :

1). Periode masa puber, usia 12-18 tahun.

a. Masa pra pubertas yaitu peralihan dari akhir masa kanak-kanak ke masa awal pubertas.

b. Masa pubertas atau masa remaja awal, usia 14-16 tahun. c. Masa akhir pubertas yaitu peralihan dari masa pubertas ke

masa adolescence, usia 17 -18 tahun.

2). Periode masa remaja, usia 19-21 tahun merupakan masa akhir remaja. Hurlock (1978) menulis bahwa jika dibagi berdasarkan bantuk-bentuk perkembangan dan pola-pola perilaku yang nampak khas bagi usia tertentu, maka ia menuliskan rentang usia remaja adalah:

a. Masa remaja awal, yaitu usia 13/14-17 tahun. b. Masa remaja akhir, yaitu usia 17-21 tahun.

Riyanti dkk (1996) mengungkapkan bahwa masa remaja terbagi menjadi dua, yaitu :

(31)

commit to user

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa masa remaja berada pada rentang usia 13-21 tahun, dimana masa remaja ini dibagi lagi menjadi dua rentang usia yaitu masa remaja awal yang berada pada rentang usia 13-17 tahun dan masa remaja akhir pada usia 17-21 tahun (Indah Oktavianti, 2009)

(32)

commit to user

Faktor yang dapat mempengaruhi anak menjadi nakal dan liar berasal dari kondisi keluarga yang kurang harmonis dan status sosial ekonomi yang rendah. Remaja yang berasal dari status sosial ekonomi rendah merasa tidak bisa mendapatkan obyek yang sangat diinginkannya sehingga mereka mengalami frustasi dan tekanan batin. Karena banyaknya rintangan, tekanan batin dan frustasi tersebut para remaja lalu menolak etika masyarakat dan segala norma sosial serta hukum yang dianggapnya sebagai tidak adil ( Kartono, 2003)

W.A Gerungan (2002) mengatakan bahwa keadaan status sosial ekonomi keluarga mempunyai peranan terhadap perkembangan anak-anaknya. Dengan adanya pengasilan yang cukup, lingkungan material yang dihadapi anak didalam keluarganya akan lebih memadahi, sehingga ia mendapat kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan bermacam-macam kecakapan. Hubungan sosial dengan orang tuanya pun agak berlainan coraknya bila orang tuanya hidup dalam status ekonomi serba cukup dan kurang mengalami tekanan-tekanan fundamental seperti dalam hal memperoleh nafkah hidup yang memadai. Orang tuanya dapat mencurahkan perhatian yang lebih mendukung kepada masalah pendidikan anak-anaknya dan tidak dibebani dengan masalah pemenuhan kebutuhan-kebutuhan primer dalam keluarga.

(33)

commit to user

kecil mempunyai kemungkinan lebih besar untuk memperlakukan anaknya secara demokratis dan lebih baik untuk kelekatan anak dengan orangtua (Hurlock, 1978). Dan seorang anak yang dilahirkan pada sebuah keluarga yang berstatus sosial ekonomi tinggi akan mengalami pola latihan yang berbeda dengan yang diberikan terhadap anak yang dilahirkan dalam keluarga yang berstatus ekonomi kurang. Hal ini dikarenakan perbedaan dalam skala kehidupan misalnya dalam hal jumlah dan kualitas barang serta jasa yang dikonsumsi. Oleh karena itu pola kebutuhan dan keinginan anak yang berasal dari keluarga berstatus ekonomi tinggi akan berbeda dengan anak-anak dari keluarga yang berstatus ekonomi rendah.

(34)

commit to user

tertentu. Pola asuhan itu menurut Stewart dan Koch (1983: 178) terdiri dari tiga kecenderungan.

a. Pola asuh otoriter :

Pola asuh yang otoriter akan terjadi komunikasi satu arah (hanya orang tua yang berbicara). Orang tua akan menentukan aturan-aturan dan mengadakan pembatasan-pembatasan terhadap perilaku anak yang boleh dan tidak boleh dilaksanakannya. Anak harus tunduk dan patuh terhadap orang tuanya, anak tidak dapat mempunyai pilihan lain. Orang tua memerintah dan memaksa tanpa kompromi. Anak melakukan perintah orang tua karena takut, bukan karena suatu kesadaran bahwa apa yang dikerjakan itu akan bermanfaat bagi kehidupannya kelak. Orang tua memberikan tugas dan menentukan berbagai aturan tanpa memperhitungkan keadaan anak, keinginan anak, keadaan khusus yang melekat pada individu anak yang berbeda-beda antara anak yang satu dengan yang lain. Perintah yang diberikan berorientasi pada sikap keras orang tua, sikap keras merupakan suatu keharusan bagi orang tua. Sebab tanpa sikap keras ini anak tidak akan melaksanakan tugas dan kewajibannya.

b. Pola asuh demokratis :

(35)

commit to user

menyatakan pendapat atau pertanyaan. Sehingga anak memiliki rasa percaya diri dan mampu mengendalikan diri (self control). Proses membentuk pribadi anak berjalan dengan lancar jika cinta kasih selalu tersirat dalam proses tersebut. Dalam suasana yang diliputi oleh rasa cinta kasih akan menimbulkan pertemuan sahabat karib, dalam pertemuan dua saudara. Dalam pertemuan itu dua pribadi bersatu padu. Dalam pertemuan yang bersatu padu akan timbul suasana keterbukaan. Dalam suasana yang demikian ini maka akan terjadi pertumbuhan dan pengembangan bakat-bakat anak yang dimiliki oleh anak dengan subur.

c. Pola asuh bebas :

(36)

commit to user

dan mungkin memarahi. Orang tua kurang bergaul dengan anak-anaknya, hubungan tidak akrab dan anak harus tahu sendiri tugas apa yang harus dikerjakan. Jika diperhatikan dua pola asuh (otoriter dan permisif) tersebut di atas kita dapat mengetahui bahwa pola asuh otoriter, memandang anak tidak ada pilihan lain kecuali mengikuti perintah dari orang tua. Pada pola asuh permisif, anak dipandang sebagai subjek yang diperbolehkan berbuat menurut pilihannya sendiri. Sikap orang tua juga berpengaruh terhadap keharmonisan keluarga terutama hubungan orang tua dengan anak-anaknya. Orang tua dengan pola asuh yang otoriter akan membuat suasana dalam keluarga menjadi tegang dan anak merasa tertekan. Anak tidak diberi kebebasan untuk mengeluarkan pendapatnya, semua keputusan ada ditangan orang tua. Sehingga membuat remaja itu merasa tidak mempunyai peran dan merasa kurang dihargai dan kurang kasih sayang serta memandang orang tuanya tidak bijaksana. Orang tua yang permisif cenderung mendidik anak terlalu bebas dan tidak terkontrol karena apa yang dilakukan anak tidak pernah mendapat bimbingan dari orang tua. Kedua sikap tersebut cenderung memberikan peluang yang besar untuk menjadikan anak berperilaku menyimpang, sedangkan orang tua yang bersikap demokratis dapat menjadi pendorong perkembangan anak ke arah yang lebih positif.

(Muazar Habibi, 2008 )

(37)

commit to user

kelompok kecil orang-orang yang satu sama lain saling mengenal baik dan saling berhubungan dengan erat. Suatu hal esensial adalah semangat disiplin, yaitu hormat pada aturan jarang dikembangkan dalam lingkungan keluarga. Hal ini akan berdampak ketika anak masuk dalam institusi pendidikan atau sekolah. Kurang mematuhi peraturan dan tidak mematuhi tata tertib atau dengan kata lain tidak disiplin. Siswa yang membolos merupakan siswa yang tidak disiplin karena melanggar peraturan dan tata tertib sekolah.

(38)

commit to user

penyimpangan perilaku lainnya. Sehingga perlu upaya pencegahan dan penanggulangan, dan disinilah arti penting disiplin sekolah.

Kelompok teman sebaya sebagai lingkungan sosial bagi remaja (siswa) mempunyai peranan yang cukup penting bagi perkembangan kepribadiannya. Peranannya itu semakin penting, terutama pada saat terjadinya perubahan dalam struktur masyarakat pada beberapa dekade terakhir ini, yaitu: (1) perubahan struktur keluarga, dari keluarga besar ke keluarga kecil, (2) kesenjangan antara generasi tua dan generasi muda, (3) ekspansi jaringan komunikasi di antara kawula muda, dan (4) panjangnya masa atau penundaan memasuki lingkungan masyarakat

Kebutuhan akan adanya penyesuaian diri remaja dalam kelompok teman sebaya, muncul sebagai akibat adanya keinginan bergaul remaja dengan teman sebaya mereka. Dalam hal ini, remaja sering dihadapkan pada persoalan penerimaan atau penolakan teman sebaya terhadap kehadirannya dalam pergaulan. Para ahli psikologi menyebutkan ada 5 jenis kelompok yang terbentuk dalam masa remaja, antara lain adalah :

a. Kelompok “Chums” (sahabat karib)

(39)

commit to user

terjadi perselisihan, tetapi dengan mudah mereka melupakannya.

b. Kelompok “Cliques” (komplotan sahabat)

Cliques biasanya terdiri dari 5-6 remaja yang memiliki minat, kemampuan dan kemauan yang relative sama. Cliques biasanya terjadi dari penyatuan dua pasang sahabat karib atau dua Chums yang terjadi pada tahun-tahun pertama masa remaja awal. Jenis kelamin dalam Cliques umumnya sama, seorang remaja putri bersahabat karib dengan remaja putri lainnya, seorang remaja putra bersahabat karib dengan remaja putra lainnya. Dalam Cliques inilah remaja mulai banyak melakukan kegiatan-kegiatan bersama, rekreasi, pesta, saling menelpon, dan menghabiskan waktu bersama sehingga sering menjadi sebab pertentangan dengan orang tua mereka.

c. Kelompok “Crowd” (kelompok banyak remaja)

(40)

commit to user d. Kelompok yang Diorganisir

Kelompok yang diorganisir merupakan kelompok yang sengaja dibentuk dan diorganisir oleh orang dewasa yang biasanya melalui lembaga-lembaga tertentu. Kelompok yang diorganisir terbentuk secara sengaja dan terbuka bagi semua remaja yang sudah memiliki kelompok maupun remaja yang belum memiliki kelompok.

e. Kelompok “Gang”

Gang merupakan kelompok yang terbentuk dengan sendirinya yang pada umumnya merupakan akibat pelarian dari empat jenis kelompok tersebut diatas. Remaja yang tidak dapat menyesuaikan diri, merasa ditolak dan tidak puas dengan kelompok sebelumnya akan membentuk kelompok sendiri yang dikenal dengan “Gang”. Anggota Gang dapat berlainan jenis kelamin dan dapat pula sama. Kebanyakan remaja anggota Gang menghabiskan waktu menganggur dan kadang-kadang mengganggu remaja lain dengan menunjukkan tingkah laku agresif. (Sumber: Buku Psikologi Remaja, Drs Andi Mappiare, 1982)

(41)

commit to user

“ Most adolescents have good quality friendships: they receive support from their friends, can count on them to talk about their problems and have fun spending time with them” (Ciairano et al, 2007)

Yang artinya, sebagian besar remaja memiliki kualitas persahabatan yang baik, mereka menerima dukungan dari temannya, mempercayai mereka untuk membicarakan tentang masalahnya dan menghabiskan waktu untuk bersenang-senang bersama mereka.

Menghabiskan waktu bersama teman-temannya dengan bersenang-senang membuat siswa tidak bisa membagi waktu antara bersama teman-temannya, belajar, dan waktu bersama keluarga. Sehingga peran orang tua dalam mengarahkan dan membimbing anaknya sangat dibutuhkan agar anak dapat mengatur waktunya dengan tepat. Komunikasi yang baik antara orang tua dan anak dapat membuat hubungan antara orang tua dan anak menjadi harmonis. Judith Brook dkk mengemukakan bahwa hubungan orang tua dan remaja yang sehat dapat melindungi remaja tersebut dari pengaruh teman sebaya yang tidak sehat (Sigelman&Shaffer,1995:380).

Kelompok sebaya cenderung memberikan pengaruh negatif bagi perilaku masing-masing anggota gangs, misalnya terlibat dalam perkelahian antar pelajar. Seperti yang dikutip dalam jurnal berikut :

“ gang members are more likely to experience violent victimization, as well as greater frequency of victimization, than do non-gang members” .

(Taylor et al, 2007)

(42)

commit to user

Siswa yang menjadi anggota gang sering mendapat tekanan dari anggota gangs lain karena biasanya terjadi persaingan antar kelompok gangs satu dengan lainnya, hal ini memicu konflik yang berujung pada perkelahian dan pada akhirnya menjadi korban kekerasan.

G. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran digunakan sebagai dasar atau landasan dalam pengembangan berbagai konsep dari teori yang digunakan dalam penelitian ini, serta hubungan dengan perumusan masalah yang telah dirumuskan. Mengacu pada konsep dan teori di atas, dalam menjelaskan siswa yang membolos maka diperlukan untuk mengetahui karakteristik yang melatarbelakangi perilaku membolos. Bagaimana pengaruh teman sebaya dan cara orang tua dalam mendidik anak serta akibat dari perilaku membolos. Setelah diketahui, dapat dikatakan bahwa perilaku membolos timbul pada anak SMP dipengaruhi oleh berbagai aspek yang berasal dari kondisi sekolah yang tidak kondusif, pengaruh teman sebaya yang berperilaku negatif, dan orang tua yang mengabaikan siswa. Pemikiran ini dapat digambarkan dalam satu bagan sebagai berikut:

(43)

commit to user H. Definisi Konseptual

Definisi konseptual merupakan upaya pendefinisian konsep-konsep utama sehingga antara peneliti dan pembaca terdapat persamaan pegertian perihal istilah yang digunakan agar tidak menimbulkan kekaburan dalam melakukan penelitian maka perlu ditegaskan batasan mengenai konsep yang digunakan.

1. Perilaku

Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, dan tujuan baik disadari maupun tidak disadari. Perilaku adalah cara bertingkah laku tertentu dalam situasi tertentu. Veeger menjelaskan bahwa perilaku manusia dapat bersifat lahiriah maupun batiniah, berupa perenungan, perencanaan, pengambilan keputusan dan entah kelakuan itu terdiri dari intervensi positif kedalam situasi atau sikap yang sengaja tidak mau terlibat. Dan kata perilaku hanya untuk perbuatan manusia yang mempunyai arti bagi dia. Kesadaran akan arti dari apa yang dibuat itulah ciri hakiki manusia. Tanpa kesadaran itu, suatu perbuatan tidak akan disebut perilaku manusia (K.J Veeger, 1986:171)

2. Membolos

(44)

commit to user

waktunya dan selalu datang terlambat (Kartini Kartono, 1985:77). Sedangkan membolos menurut Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional adalah tidak masuk kerja(sekolah, dan sebagainya).

3. Siswa

Siswa adalah orang yang terlibat langsung dalam dunia pendidikan. Siswa sebagai salah satu objek riset atau kajian sosiologi pendidikan yaitu, orang-orang yang sedang belajar, termasuk pendekatan, strategi, faktor yang mempengaruhi, dan prestasi yang dicapai. Siswa dibekali oleh sekolah tentang ilmu supaya dapat dimanfaatkan dengan baik. Sekolah juga merupakan tempat merubah perilaku siswa. Tujuan pendidikan selain merubah tingkah laku siswa, adalah output yang dihasilkan siswa dapat berprestasi sesuai dengan keahlian yang dimiliki.

I. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian

(45)

commit to user

studi pustaka (library research), terutama dalam menyusun tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Delanggu, yang beralamat di desa Sribit, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten. Peneliti memilih tempat tersebut dengan pertimbangan sebagai berikut:

· SMP Negeri 2 Delanggu tersebut merupakan SMP negeri yang tingkat pelanggaran tata tertibnya sangat tinggi termasuk perilaku membolos bila dibandingkan dengan SMP negeri lain yang ada di Kecamatan Delanggu.

· Lokasinya terletak cukup strategis sehingga memudahkan peneliti dalam penggalian data.

3. Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini dibedakan dalam dua kelompok, yaitu :

a. Data Primer

(46)

commit to user b. Data Sekunder

Yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung melalui penelaah kepustakaan mengenai permasalahan yang akan diteliti. Data sekunder ini berasal dari sumber data sekunder, yaitu data-data yang diperoleh dari arsip-arsip, dokumentasi, maupun catatan-catatan. Adapun sumber data sekunder dari penelitian ini diambil catatan-catatan maupun laporan hasil pelaksanaan kegiatan dengan penelitian ini.

Sumber data dalam penelitian ini meliputi :

a. Nara sumber (informan dan responden)

Dalam penelitian kualitatif ini, informasi dari narasumber (responden dan informan) sangat penting peranannya. Peneliti dan narasumber dalam penelitian ini memiliki posisi yang sama. Nara sumber penelitian ini adalah informan dan responden. Informan dalam penelitian ini adalah orang-orang yang mengetahui suatu peristiwa atau kejadian yang sedang diteliti (pihak-pihak yang tidak terlibat secara langsung) dan respondennya adalah siswa yang melakukan perilaku membolos (pihak yang terlibat secara langsung). Narasumber dalam penelitian ini adalah :

(47)

commit to user

4. Orang tua siswa sebagai sumber data (4)

5. Masyarakat sekitar sekolah sebagai sumber data (5)

b. Peristiwa (aktivitas)

(48)

commit to user

c. Dokumen

Dokumen merupakan sumber data bukan hanya tertulis, namun juga berupa rekaman, gambar, atau benda yang berkaitan dengan suatu aktivitas atau peristiwa tertentu. Adapun dokumen yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah : - Foto kegiatan siswa

- Dokumen SMP Negeri 2 Delanggu 4. Teknik Pengambilan sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan

purposive sampling dimana peneliti akan memilih informan yang dapat dipercaya untuk menjadi informan dan diharapkan mengetahui permasalahan secara mendetail.

Data dicari dan dikumpulkan dengan bersumber pada orang-orang yang tahu dan dapat dipercaya menjadi sumber data yang mengetahui permasalahan secara mendalam. Oleh karena itu penulis menggunakan pertimbangan tentang informan yang akan dipilih berdasarkan penilaian bahwa informan tersebut mengetahui tentang obyek yang diteliti.

(49)

commit to user 5. Teknik Pengumpulan Data

Ada beberapa teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini, dimana masing-masing teknik memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri-sendiri, sehingga penggunaan beberapa teknik pengumpulan data secara bersama-sama diharapkan dapat saling melengkapi satu sama lain. Adapun teknik pengumpulan data yang dimaksud:

1. Wawancara (interview)

Wawancara adalah kegiatan untuk memperoleh informasi dengan memberikan kerangka dan garis besar pokok-pokok yang akan ditanyakan dalam proses wawancara. (Moleong,2000:136). Wawancara dilakukan dengan mempersiapkan garis besar pertanyaan yang akan diajukan kepada responden untuk memperoleh data yang sesuai dengan penelitian ini. Dalam menggunakan metode wawancara dapat dilakukan secara formal maupun informal sehingga data yang diperoleh cukup lengkap dan mendalam. Kegiatan wawancara dalam penelitian ini dilakukan melalui kegiatan tanya jawab dengan menggunakan pedoman wawancara, dimana pedoman wawancara tersebut terlebih dahulu disusun agar relevan dengan permasalahan.

2. Observasi Non Partisipan

(50)

commit to user

dan mengamati objek atau sesuatu sehingga diperoleh pengetahuan mengenai apa yang dibutuhkan dan peneliti tidak menjadi anggota resmi dari kelompok yang diamatinya (Moleong,2000:126). Metode ini dipergunakan untuk lebih dapat meningkatkan validitas data.

3. Dokumentasi

Yaitu teknik pengumpulan data yang berasal dari catatan-catatan, laporan hasil pelaksanaan kegiatan maupun laporan tahunan. Dalam penelitian ini, dokumen yang digunakan adalah dokumen yang berhubungan dengan permasalahan penelitian.

6. Validitas Data

Untuk dapat meningkatkan keabsahan data yang diperoleh selama proses penelitian ini akan digunakan teknik triangulasi data. Teknik triangulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain dari luar data itu untuk pengecekan atau pembanding terhadap data tersebut. Ada empat macam triangulasi yaitu pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber/data, metodologis, penyidik, dan teoritis (Moleong:2000:178)

(51)

commit to user

terhadap suatu data. Triangulasi metodologis berarti dalam mengumpulkan data pada saat tertentu peneliti menggunakan metode wawancara, disaat lain menggunkan metode observasi atau dokumentasi, sehingga data yang diperoleh semakin terpercaya.

7. Teknik Analisis Data

Peneliti menggunakan teknik analisis data dengan teknik analisa interaktif. Model analisis interaktif adalah model analisis yang menyatu dengan proses pengumpulan data dalam satu siklus. Adapun langkah-langkah analisis tersebut diuraikan sebagai berikut :

a. Pengumpulan data

Langkah pengumpulan data ini sesuai dengan teknik pengumpulan data yang telah diuraikan sebelumnya, yaitu terdiri dari wawancara, observasi, dan dokumentasi. Pengumpulan data dilakukan selama data yang diperlukan belum memadai dan akan dihentikan apabila data yang diperlukan telah memadai.

b. Reduksi data

(52)

commit to user

tidak perlu, dan mengorganisir data sehingga dapat diambil kesimpulan terakhir.

c. Penyajian data

Inti dari penyajian data adalah mengorganisir informasi secara sistematis untuk mempermudah peneliti dalam menggabungkan dan merangkai keterikatan antar data dalam meyusun penggambaran proses dan fenomena yang ada pada obyek penelitian. Dengan melihat penyajian data, akan dapat dipahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan berdasarkan atas pemahaman yang didapat dari penyajian tersebut.

d. Penarikan kesimpulan/Verifikasi

(53)

commit to user Gambar 2

Model Analisis Interaktif

(Sumber : HB.Sutopo 2002:96) Pengumpulan data

Reduksi data Penyajian data

(54)

commit to user

38 BAB II

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Umum SMP Negeri 2 Delanggu

1. Letak Geografis

SMP Negeri 2 Delanggu terletak di desa Sribit, Kecamatan Delanggu,

Kabupaten Klaten. SMP ini berada di tengah pedesaan, jarak dari pusat

kecamatan Delanggu ± 5 km kearah utara. SMP ini cukup mudah dijangkau

dengan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum karena letaknya strategis.

Bangunan SMP Negeri 2 Delanggu terbagi menjadi dua bagian, yaitu utara

dan selatan dipisahkan oleh jalan desa Sribit.

Adapun batas-batas wilayah SMP Negeri 2 Delanggu yaitu disebelah

utara berbatasan dengan perumahan penduduk, disebelah barat berbatasan

dengan jalan utama antar desa, disebelah timur berbatasan dengan perumahan

penduduk, sebelah selatan berbatasan dengan jalan Sribit. SMP Negeri 2

Delanggu terletak ditengah pemukiman padat penduduk. Meskipun letaknya

berada cukup jauh dari jalan raya tetapi masih mudah dijangkau dengan

kendaraan. Letak SMP Negeri 2 Delanggu tidak pada pusat keramaian seperti

(55)

commit to user

yang cukup terkenal di Kabupaten Klaten yaitu wisata air Cokro dan Janti.

Sehingga termasuk salah satu daerah dengan tingkat mobilitas cukup tinggi.

2. Sejarah Singkat berdirinya SMP Negeri 2 Delanggu

SMP Negeri 2 Delanggu mulai berdiri pada tahun 1964. Proses

pembangunan dan perijinan selama tiga tahun dan pada tahun 1967 mulai

beroperasi. Dahulunya SMP Negeri 2 Delanggu adalah SMEP (Sekolah

Menengah Ekonomi Pertama). Kemudian pada tahun 1976 diubah menjadi

SMP (Sekolah Menengah Pertama) sesuai dengan SK dari Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan RI.

3. Visi dan Misi SMP Negeri 2 Delanggu

a. Visi

- Beriman dan Bertaqwa

- Santun dalam berperilaku

- Maju dalan prestasi

b. Misi

- Menumbuhkan penghayatan dan pengamalan ajaran agama yang

dianut secara etika moral sehingga menjadi sumber kearifan dan

kesantunan baik dalam bahasa maupun dalam bertindak

- Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif sehingga

setiap siswa dapat mengembangkan dirinya secara optimal sesuai

(56)

commit to user

4. Sistem Organisasi SMP Negeri 2 Delanggu

Sistem organisasi sekolah menganut sistem yang diterapkan oleh

Dinas Pendidikan Nasional, yang masing-masing mempunyai tugas sebagai

berikut :

a. Kepala Sekolah

Sebagai Kepala Sekolah, berfungsi dan bertugas sebagai Edukator,

Manajer, Administrator, Supervisor, Leader, Inovator, dan Motivator

(EMASLIM)

- Kepala Sekolah sebagai edukator bertugas melaksanakan proses

pembelajaran secara efektif dan efisien. Dan melaksanakan tugas

lain yang diberikan oleh atasan kepala dinas sesuai dengan bidang

tugasnya.

- Kepala Sekolah selaku manajer mempunyai tugas menyusun

perencanaan, mengorganisasikan kegiatan, melakukan evaluasi

terhadap kegiatan, menentukan kebijaksanaan, mengadakan rapat,

mengambil keputusan, mengatur proses belajar mengajar,

mengatur administrasi (ketatausahaan siswa, ketenagaan, sarana

prasarana, keuangan), mengatur OSIS, mengatur hubungan

sekolah dengan masyarakat dan instansi terkait.

- Kepala Sekolah selaku administrator bertugas menyelenggarakan

administrasi, perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,

(57)

commit to user

ketatausahaan, ketenagaan, kantor, keuangan, perpustakaan,

laboratorium, ruang ketrampilan dan kesenian, bimbingan dan

konseling, UKS, OSIS, media, gudang dan K7.

- Kepala Sekolah selaku supervisor bertugas menyelenggarakan

supervise terhadap semua kegiatan diatas.

- Kepala Sekolah selaku leader bertugas sebagai teladan di dalam

segala aspek kepemimpinan, mengambil keputusan, dengan cepat

dan tepat, mampu memberi pujian bagi yang berhasil, mampu

memberi sanksi bagi yang salah.

- Kepala Sekolah selaku inovator bertugas memciptakan iklim kerja

yang sejuk di sekolah, menciptakan lingkungan yang asri,

menciptakan panca tertib.

- Kepala Sekolah selaku motivator bertugas mendorong guru,

karyawan, dan siswa, agar lebih berprestasi.

b. Wakil Kepala Sekolah

Tugas Wakil Kepala Sekolah adalah membantu tugas-tugas kepala

sekolah yang didelegasikan kepadanya. Pada SMP Negeri 2 Delanggu,

memiliki seorang wakil kepala sekolah dengan dibantu empat orang wakil

kepala sekolah yang mempunyai fungsi berbeda. Tugas wakil kepala

sekolah, yaitu sebagai berikut :

- Wakil Kepala Sekolah bagian kurikulum tugasnya adalah

(58)

commit to user

dan jadwal pelajaran, menyusun jadwal dan pelaksanaan ulangan

umum dan ujian akhir, menerapkan kriteria naik atau tidak naik

dan kriteria kelulusan, mengatur jadwal penerimaan buku laporan

hasil belajar dan ijasah, mengkoordinir dan mengarahkan

penyusunan satuan pelajaran, membina kegiatan MGMP, membina

kegiatan-kegiatan bidang akademis.

- Wakil Kepala Sekolah bagian kesiswaan tugasnya adalah

menyusun program pembinaan kesiswaan (OSIS), melaksanakan

bimbingan, pengarahan dan pengendalian kegiatan siswa/OSIS

dalam rangka menegakkan disiplin dan tata tertib sekolah, serta

pemilihan pengurus OSIS, membina pengurus OSIS dalam

berorganisasi, menyusun jadwal dan program pembinaan siswa

secara berkala dan insidental, membina dan melaksanakan 7K,

menyusun kegiatan ekstrakurikuler, menyusun laporan

pelaksanaan kegiatan siswa secara berkala.

- Wakil Kepala Sekolah bagian hubungan masyarakat tugasnya

adalah, mengatur dan menyelenggarakan hubungan sekolah

dengan orang tua/wali siswa, membina hubungan sekolah dengan

komite sekolah, membina pengembangan hubungan antara sekolah

dengan lembaga pemerintah, dunia usaha dan lembaga sosial lain,

menyusun laporan pelaksanaan hubungan masyarakat secara

(59)

commit to user

- Wakil Kepala Sekolah urusan sarana dan prasarana tugasnya

adalah menyusun rencana kebutuhan sarana dan prasarana,

pengelola pembiayaan alat-alat pengajaran, menyusun laporan

pelaksanaan urusan sarana dan prasarana secara berkala.

c. Wali Kelas

Tugas Wali Kelas adalah membantu Kepala Sekolah dalam kegiatan

sebagai berikut :

- pengelolaan kelas

- penyelenggaraan administrasi kelas

- penyusunan pembuatan statistik bulanan siswa

- pengisian daftar kumpulan nilai siswa (Legger)

- pembuatan catatan khusus tentang siswa

- pencatatan motivasi siswa

- pengisian buku laporan hasil belajar

- pembagian buku laporan hasil belajar

d. Guru

Guru bertanggung jawab kepada kepala sekolah dan mempunyai tugas

melaksanakan proses belajar mengajar secara efektif dan efisien. Tugas

dan tanggung jawab guru meliputi :

- membuat program pengajaran

- melaksanakan kegiatan pembelajaran

(60)

commit to user

- menyusun dan melaksanakan program remidiasi dan pengayaan

- mengisi daftar nilai siswa yang dilaporkan kepada orang tua/wali

siswa

- mengadakan pengembangan bidang pengajaran yang menjadi

tanggung jawabnya

- mengikuti kegiatan pengembangan dan pemasyarakatan kurikulum

- melaksanakan tugas tertentu dari sekolah

- membuat catatan tentang kemajuan hasil belajar masing-masing

kelas

- meneliti daftar hadir siswa yang mengikuti mata pelajarannya

e. Guru Bimbingan dan Konseling

Guru Bimbingan dan Konseling membantu kepala sekolah dalam

kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

- menyusun program pelaksanaan bimbingan dan konseling

- melakukan koordinasi dengan wali kelas dalam rangka mengatasi

masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa tentang kesulitan

belajar

- memberikan layanan bimbingan kepada siswa agar lebih

berprestasi dalam kegiatan belajar

- memberikan saran dan pertimbangan kepada siswa dalam

memperoleh gambaran tentang lanjutan pendidikan dan lapangan

(61)

commit to user

- mengadakan penilaian pelaksanaan bimbingan dan konseling

- melaksanakan kegiatan analisis hasil evaluasi belajar

- menyusun dan melaksanakan program tindak lanjut bimbingan dan

konseling

- mengikuti musyawarah guru pembimbing

- menyusun laporan pelaksanaan bimbingan dan konseling

Sistem organisasi diatas digambarkan secara ringkas dalam bagian gambar

Gambar 3

Struktur Organisasi SMP Negeri 2 Delanggu Tahun 2009/2010

Kepala Sekolah

Komite Sekolah Kepala Tata Usaha

Urusan Kurikulum

Urusan Kesiswaan

Urusan Sarana/Prasarana

Urusan Kemasyarakatan

Perpustakaan Laboratorium

Wakil Kepala Sekolah

Wali Kelas

Guru

(62)

commit to user

5. Keadaan Guru, Karyawan dan Siswa

a. Keadaan Guru

Jumlah Guru pada tahun 2009/2010 yaitu terdiri dari 59 orang, terdiri dari:

- Guru Tetap (PNS/CPNS) : 43 orang

- Guru Honor : 16 orang

perlu diketahui bahwa keadaan guru di SMP Negeri 2 Delanggu ini selalu

berubah-ubah karena guru tidak tetap yang dinyatakan lulus ketika

mengikuti tes calon pegawai negeri sipil yang dinyatakan lulus

ditempatkan di lain daerah, sehingga SMP Negeri 2 Delanggu mencari

tenaga guru pengganti.

b. Keadaan Karyawan

Karyawan SMP Negeri 2 Delanggu berjumlah 12 orang terdiri dari 1

karyawan TU dan 11 orang tenaga honorer.

c. Keadaan Siswa

Siswa SMP Negeri 2 Delanggu pada tahun ajaran 2009/2010 berjumlah

708, yang terdiri dari 372 laki-laki dan 336 perempuan. Lebih lengkapnya

(63)

commit to user

Tabel 1

Distribusi Siswa SMP Negeri 2 Delanggu Tahun Ajaran 2009/2010

(64)

commit to user

6. Sarana dan Prasarana Penunjang

SMP Negeri 2 Delanggu mempunyai sarana dan prasarana untuk

penunjang kegiatan sekolah sebagai berikut :

- Ruang Kelas : 18

- Ruang Laboratorium : 1

- Ruang Perpustakaan : 1

- Ruang Lab. Komputer : 1

- Ruang Multimedia : 1

- Ruang Aula : 1

- Ruang UKS : 1

- Ruang Koperasi : 1

- Ruang BP/BK : 1

- Ruang OSIS : 1

- Ruang Pramuka : 1

- Ruang Agama : 1

- Ruang Kepala Sekolah : 1

- Ruang Guru : 1

- Ruang Tata Usaha : 1

- Ruang Tamu : 1

- Ruang Kamar Mandi/WC : 5

- Masjid/Mushola : 1

(65)

commit to user

- Gudang : 1

- Tempat Parkir : 3

- Lapangan Basket : 1

- Lapangan Tenis : 1

- Lapangan Sepak Bola : 1

7. Kegiatan Ekstrakurikuler

Untuk meningkatkan keberhasilan siswa dalam pendidikan, SMP

Negeri 2 Delanggu mengadakan berbagai macam kegiatan ekstrakurikuler.

Kegiatan ini dilaksanakan diluar jam sekolah dengan tujuan menambah

pengetahuan yang tidak terdapat dalam pelajaran sekolah. Kegiatan

ekstrakurikuler di SMP Negeri 2 Delanggu antara lain :

a) OSIS

OSIS merupakan organisasi siswa yang ada di SMP maupun SMA.

OSIS merupakan satu-satunya organisasi yang boleh bergerak

didalam/diluar sekolah yang mengatas namakan sekolah yang

bersangkutan. Tujuan OSIS antara lain :

- Mempersiapkan siswa menjadi kader penerus bangsa dan

pembangunan nasional dengan memberi bekal ketrampilan,

kepemimpinan, kesegaran jasmani, daya kreasi, patriotism,

(66)

commit to user

- Melibatkan semua siswa dalam proses kehidupan

berbangsa, bernegara serta melaksanakan pembangunan

nasional.

- Membina siswa berorganisasi untuk pembinaan

kepemimpinan.

b) Pramuka

Pramuka merupakan aktivitas yang membina remaja untuk

menjadi insan yang suka menolong, tulus hati dan ramah tamah.

Dari pernyataan diatas bahwa siswa yang menjadi anggota

pramuka dilatih untuk menjadi insan yang cinta sesama dan takwa

kepada Tuhan YME. Sedangkan materi yang diberikan lebih

menekankan pada kepemimpinan dan kedisiplinan. Sehingga, bagi

siswa tersebut sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter

siswa itu sendiri

c) Olah Raga

Kegiatan ekstrakurikuler bidang olahraga antara lain basket, bulu

tangkis, sepak bola. Kegiatan dilakukan sesuai dengan jadwal yang

sudah ditentukan. Siswa diberi waktu khusus untuk

mengembangkan bakat dibidang olahraga diluar mata pelajaran

olahraga pada jam sekolah. Mayoritas siswa yang ikut

ekstrakurikuler olahraga adalah karena hobi dan ingin mengasah

(67)

commit to user

atau perlombaan antar sekolah. Sehingga selain menguntungkan

siswa, ektrakulikuler olahraga dapat menambah prestasi sekolah

dengan menjuarai kompetisi atau perlombaan

d) Kesenian

Terdiri atas seni tari dan seni musik. Kebanyakkan peminatnya

adalah siswa-siswi yang memiliki bakat sesuai bidangnya

masing-masing. Karena, dalam wadah kegiatan ekstrakurikuler seni inilah

mereka dapat mengolah sekaligus mematangkan bakat yang

dimiliki.

B. Gambaran Khusus SMP Negeri 2 Delanggu

1. Tata Tertib SMP Negeri 2 Delanggu

Tata tertib SMP Negeri 2 Delanggu disusun oleh Badan yang

dinamakan Satuan Tugas Pelaksana Kegiatan Kesiswaan (STP2K). STP2K

berada dibawah koordinasi Wakasek bidang kesiswaan. STP2K yang ada di

SMP Negeri 2 Delanggu berjumlah 7 orang. Adapun tugas-tugasnya adalah

mendeteksi kerawanan sekolah sedini mungkin, memantau pelaksanaan tata

tertib sekolah, memberikan peringatan dan pembinaan kepada siswa yang

melanggar tata tertib sekolah, mengadakan koordinasi dengan wali kelas/BK,

mengadakan koordinasi dengan aparat keamanan. Berikut ini merupakan

jenis-jenis pelanggaran. Tata tertib beserta bobot sanksi yang diberlakukan

(68)

commit to user

Tabel 2

JENIS DAN SKOR PELANGGARAN SISWA-SISWI

SMP NEGERI 2 DELANGGU

No. JENIS PELANGGARAN SKOR

I

A

B

Aspek Kelakuan

1. Menikah, hamil atau berbuat zina

2. Pencurian dengan pemberatan dan atau tindak pidana lainnya

yang memiliki kekuatan hukum yang tepat

3. Menyimpan atau menggunakan NAZA (Narkotika, Zat

Adiktif lainnya, Ganja, Shabu-shabu, Obat daftar G)

4. Menganiaya Guru atau Karyawan

5. Berkelahi dengan sekolah lain

6. Bertindak Asusila/Abnormal yang mencemarkan nama baik

sekolah

7. Berkelahi dengan melibatkan orang luar

8. Menyimpan membawa dan atau meminum-minuman keras

baik di dalam maupun diluar sekolah, selama masih

menggunakan seragam sekolah

9. Berpacaran dan tidak senonoh

1. Berkelahi/tawuran di kelas dalam satu sekolah

2. Membawa, menyimpan dan atau memperlihatkan segala

sesuatu yang bersifat pornografi

3. Menganiaya sesama teman

4. Membawa senjata tajam yang membahayakan (dipergunakan

tidak semestinya).

5. Menyimpan dan atau merokok di lingkungan sekolah

(69)

commit to user

C

D

II

A

6. Melakukan praktek premanisme/pemerasan terhadap sesama

teman, baik satu atau beda sekolah

7. Mencuri di lingkungan sekolah dan sekitarnya

8. Berjudi di lingkungan sekolah/di luar sekolah selama masih

menggunakan seragam sekolah

1. Melakukan penipuan dan atau memalsukan tanda tangan surat

atau dokumen sekolah

2. Merusak sarana/prasarana sekolah

3. Melompat pagar atau jendela

4. Pelecehan, menentang, mengumpat dan berkata kotor

terhadap Guru atau Karyawan

5. Naik sepeda di halaman sekolah

1. Pelecehan, mengumpat, dan berkata kotor sesama teman

2. Membuat coretan pada sarana/prasarana sekolah (meja, kursi,

tembok,dll)

3. Bermain di tempat parker kendaraan/sepeda dan atau tempat

lain yang tidak pada tempatnya

4. Membawa sepeda motor ke sekolah

5. Tidak boleh membawa HP ( jika diketahui akan disita dan

yang berhak meminta kembali adalah orang tua)

Aspek Kerajinan

1. Meninggalkan jam pelajaran tanpa keterangan (Membolos)

2. Tidak masuk sekolah tanpa keterangan

3. Tidak mengikuti Upacara bendera yang diwajibkan oleh

(70)

commit to user

B

III

A

B

1. Datang terlambat di sekolah dengan alasan yang tidak tepat

atau tidak dapat dipertanggung jawabkan

2. Mengganggu kegiatan belajar mengajar di kelas

3. Tidak mengikuti kegiatan yang diwajibkan oleh sekolah

4. Tidak mengikuti Sholat Jama’ah

Aspek Kerapian

1. Siswa putra memakai anting, kalung, dan aksesories wanita

lainnya

2. Siswa putri menggunakan make-up dan atau perhiasan yang

berlebihan atau tidak pantas

3. Potongan rambut tidak rapi/gondrong dan tidak pantas

(disemir, dicat, dikliwir)

4. Menggunakan pakaian sekolah/seragam yang tidak sesuai

denga ketentuan yang berlaku

1. Kelengkapan pakaian seragam kurang, antara lain: atribut,

kaos kaki, ikat pinggang, sepatu hitam bertali (khusus topi

pada saat Upacara)

2. Menempatkan sepeda tidak pada tempatnya

3. Bersepatu tanpa kaos kaki dan atau kaos kaki kurang dari 10

cm diatas mata kaki

4. Membuat kotor kelas dan atau membuang sampah tidak pada

tempatnya

5. Makan dikelas pada waktu KBM

6. Pada jam sekolah memakai jaket, topi/peci.

(71)

commit to user

Tabel 3

JUMLAH SKOR DAN SANKSI PELANGGARAN

No. Jumlah Skor Tindakan Jenis Sanksi

1 0 – 25 Teguran Lisan Pembinaan Siswa

2 25 – 50 Sanksi I Peringatan Lisan kepada Siswa dan Orang tua

3 51 – 65 Sanksi II Peringatan Lisan II

4 66 – 80 Sanksi III Peringatan tertulis kepada siswa/Orang tua

5 81 – 100 Sanksi IV Dikeluarkan

Sumber : buku pengembangan sekolah SMP N 2 Delanggu

Dengan demikian Tata tertib yang diberlakukan di SMP N 2 Delanggu

tersebut diatas dapat dikatakan sudah tegas dalam memberikan sanksi-sanksi terhadap

pelanggaran yang dilakukan pelajar selama menjadi siswa pada sekolah tersebut.

Sehubungan dengan penelitian ini, sanksi yang diberlakukan bagi siswa pelanggaran

pada aspek kerajinan, khususnya membolos akan diberikan skor sebesar 10. Masih

terkait dengan masalah pada aspek kerajinan yaitu antara lain tidak masuk sekolah

tanpa keterangan dan tidak mengikuti kegiatan yang diwajibkan merupakan

pelanggaran yang sering dilakukan oleh siswa. Peraturan tersebut dibuat sebagai

upaya penyeragaman nilai Budi Pekerti di SMP se Kabupaten Klaten, sedangkan

tindak lanjut pemberian sanksi diserahkan sepenuhnya kepada sekolah disesuaikan

dengan keadaan sekolah.

2. Penerapan kedisiplinan siswa di SMP Negeri 2 Delanggu

Berdasarkan penelitian dilokasi, kedisiplinan sudah diterapkan di SMP

Gambar

Gambar 1      Kerangka Pemikiran
Gambar 3 Struktur Organisasi SMP Negeri 2 Delanggu Tahun 2009/2010
Tabel 1 Distribusi Siswa SMP Negeri 2 Delanggu
        Tabel 2
+4

Referensi

Dokumen terkait

Temuan data yang diperoleh adalah bahwa strategi orang tua dalam mendidik anak di daerah ini berbeda-beda di dalam sebuah keluarga, orang tua di daerah ini mendidik anaknya

tua mendidik anak. Pola asuh orang tua sangat berperan dalam proses pendidikan baik dalam keluarga maupun di sekolah, karena hal ini mencerminkan sejauh mana keterlibatan

sikap orang tua. Biasanya dalam mendidik anaknya, orang tua cenderung untuk mengulangi sikap dan pola asuh dahulu apalagi hal tersebut dirasakan manfaatnya. Sebaliknya orang

Masalah penelitian dalam penelitian ini adalah Bagaimana pola asuh orang tua dalam menumbuhkan kedisiplinan anak usia dini di lingkungan keluarga. Adapun tujuan

Menampilkan garis besar informasi tentang Peranan Orang tua dalam Mendidik Anak Dengan Pola Asuh untuk mewujudkan Keluarga Sejahtera, sehingga khalayak sasaran dapat

Diana Baumrind (dalam Tridhonanto dan Agency, 2014:11) mengemukakan 3 (tiga) pola asuh yang digunakan oleh orang tua dalam mendidik anak – anaknya yaitu pola asuh otoriter,

serba royal tanpa memikirkan pendapatan dari orang tua. Faktor lingkungan sekolah dimana sekolah merupakan tempat terjadinya proses belajar mengajar. Belajar akan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada orang tua mengenai pola asuh dan perilaku merokok, sehingga diharapkan orang tua dapat memahami dan