• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III KARAKTERISTIK RESPONDEN

B. Latar Belakang Siswa Membolos

Latar belakang siswa untuk membolos terbagi ke dalam dua faktor yang melatarbelakangi yaitu :

1. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri sendiri. Dari hasil penelitian di lapangan, sebagian besar responden mengaku malas mengikuti pelajaran sehingga memilih untuk membolos. Seperti yang diungkapkan oleh Shil sebagai berikut:

“ kalo mau mbolos bikin surat ijin dulu, alasannya sakit,trus saya tanda tangani sendiri. Sebenernya gak sakit tapi cuma males ikut palajaran, lha gurunya pas hari itu nganyelke kok mbak, mending bolos aja”

(Wawancara Kamis, 20 Mei 2010, Responden Shil)

Hal tersebut dilakukan untuk memudahkan dia untuk membolos, sebenarnya Shil berangkat sekolah dari rumah, akan tetapi tidak sampai disekolah. Malas mengikuti pelajaran dikarenakan Shil tidak menyukai pelajaran dan guru mata pelajaran tersebut. Hal serupa juga diungkapkan oleh responden lain sebagai berikut:

“ paling gak suka sama guru Biologi, namanya Bu Senia mbak. Laha suka njiwiti (mencubit) kok mbak, dikit-dikit dimarahi trus dijiwit, kalo gak ya disuruh keluar kelas “

(Wawancara Selasa, 18 Mei 2010, Responden Agu)

“ Pak Sumber (Guru Bahasa Inggris) itu aku gak suka, temen-temen juga banyak yang gak suka, kalo lagi ngajar galak banget.

commit to user

Pokoke nganyelke (menyebalkan) gitu mbak, gak sabaran “

(Wawancara Selasa 18 Mei 2010, Responden Dew)

Guru dan siswa kurang bekerja sama dalam menciptakan suasana belajar yang efektif dan tenang. Ada beberapa guru yang ditakuti dan disegani karena dianggap galak atau killer dalam mengajar. Seperti yang diungkapkan oleh Agu dan Shil tentang sikap guru mereka yang dianggap tidak menyenangkan. Karakteristik pribadi dan kompetensi guru ini sangat berpengaruh terhadap kualitas iklim kelas, proses pembelajaran di kelas, atau hubungan guru-siswa dikelas, dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa. Sehingga siswa tersebut membolos disebabkan karena tidak nyaman mengikuti pelajaran dan akhirnya mereka malas berada di kelas pada jam pelajaran tersebut. Sebaliknya bila guru mempunyai kesan bersahabat, ramah dan hangat maka siswa akan menyukai pelajaran yang diberikan guru tersebut, seperti yang diungkapkan oleh Dew dan Dwi di bawah ini :

“ aku seneng sama Bu Ratmi (Guru Bahasa Indonesia) mbak, ya dia sabar banget, kadang lucu juga. Dia itu tahu perkembangan anak didiknya gitu mbak gak kayak guru yan lain, jadi enak aja “

(Wawancara Senin, 17 Mei 2010, Responden Dew)

“ pelajaran Bahasa Indonesia yang paling gampang (mudah) mbak, Gurunya Bu Marni, sabar dan enak gak pernah marah-marah kayak yang lain, nilai saya ya lumayanlah mbak “

(Wawancara Sabtu, 15 Mei 2010, Responden Dwi) Belum mengerjakan tugas atau PR (Pekerjaan Rumah)

Selain karena faktor malas, siswa membolos dikerenakan belum mengerjakan tugas atau PR(Pekerjaan Rumah) yang harus diperiksa pada hari tersebut. Mereka takut akan mendapat hukuman dari guru

commit to user

karena tidak mengumpulkan tugas atau PR(Pekerjaan Rumah) mereka. Berikut penuturan Akh:

“ ya aku sering gak ngerjain pr kok mbak, takut dimarahin nanti kalo nggak ngumpulin, jadi aku mbolos aja pas pelajaran itu”

(Wawancara Sabtu, 15 Mei 2010, Responden Akh)

Guru memberikan tugas kepada siswa dengan tujuan supaya siswa belajar dimalam harinya. Sehingga pada pertemuan berikutnya, tugas tersebut dapat dikoreksi bersama-sama. Tetapi responden penelitian tersebut mengaku sering tidak mengerjakan PR karena dia tidak mengetahui ada PR. Hal itu disebabkan karena dia sering membolos sehingga ketinggalan pelajaran sekaligu tidak mengetahui ada tugas atau PR yang diberikan oleh guru.

“ dulu kalo mbolos itu gak dapet boncengan temen, mau pulang kerumah lagi nanti dimarahi ibu ya saya mending ke PS(playstation) sampe jam pulang sekolah. Biasanya PS deket SMP 1 Delanggu mbak” (Wawancara Senin, 10 Mei 2010, Responden Dim)

Dim tidak memiliki alat transportasi sendiri, alat tranportasi yang dimaksud adalah sepeda. Biasanya dia membonceng teman yang kebetulan melintas di depan rumahnya. Sehingga bila dia tidak mendapat boncengan, maka dia akan membolos. Karena jarak antara sekolah dan rumahnya sangat jauh. Dia mengaku bahwa orang tuanya tidak mampu membelikan sepeda karena untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari sudah pas-pasan. Ibu Dim adalah orang tua tunggal atau

single parent yang menjadi tulang punggung keluarga. Seperti yang diungkapkan oleh Dim, sebagai berikut :

“ ayah sudah meninggal mbak, waktu saya masih SD. Ibu kerja di warung bebek (warung makan) gitu mbak, ikut mbantu-mbatu disana. Brangkat kerja kalo malem trus pulangnya pagi. Jadi kalo malem saya

commit to user

di rumah cuma sama nenek trus adik saya yang masih kecil ”

(Wawancara Senin, 10 Mei 2010, Responden Dim)

Dim adalah siswa yang berasal dari keluarga tidak mampu, dan termasuk dalam keluarga yang single parent, ayahnya sudah meninggal dan dia tinggal bersama ibu, nenek, kakak dan adiknya yang masih kecil. Ibunya bekerja untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dengan membantu berjualan di warung makan.

Ada pula responden yang membolos karena mempunyai masalah dalam keluarganya. Dew sering membolos pada saat awal masuk sekolah. Dalam waktu seminggu dia hanya masuk satu sampai dua kali saja. Dia mengaku tidak mau masuk sekolah dan hanya di rumah saja. Sebelum bersekolah di SMP Negeri 2 Delanggu, Dew menuntut ilmu di sebuah pondok pesantren atas kehendak ayahnya. Tetapi Dew merasa tidak betah berada di asrama sehingga dia meminta dipindahkan. Kemudian dia masuk ke SMP Negeri 2 Delanggu juga atas kehendak ayahnya. Dew merasa selalu diatur dan harus menuruti kehendak ayahnya. Sebagai bentuk protes kepada ayanhya tersebut, dia tidak mau masuk sekolah dan membolos untuk waktu yang cukup lama.

2. Faktor Eksternal

SMP Negeri 2 Delanggu ini. Letak gedung sekolah yang berada di pinggiran kota atau termarginalkan membuat sekolah tersebut menemui banyak kendala dalam menciptakan lingkungan belajar yang efektif. Dari segi bangunan, gedung terbagi menjadi dua bagian, utara

commit to user

dan selatan dipisahkan oleh jalan desa. Pagar sekolah terletak pada bagian depan sekolah dan tidak dibuat mengelilingi bangunan sekolah. Disamping itu sekolah tidak mempunyai petugas penjaga yang bertugas di mengawasi bila ada siswa yang ingin keluar atau masuk ke sekolah. Dengan keadaan yang demikian dapat diketahui bahwa pengaman yang dilakukan untuk menciptakan stabilitas sekolah masih dirasa sangat kurang.

Letak SMP Negeri 2 Delanggu yang berada di tengah pemukinan padat penduduk, juga mempengaruhi kondisi lingkungan dalam sekolah. Salah satu penyebab siswa membolos berasal dari dekatnya jarak antara rumah-rumah penduduk dengan sekolahan. Ada beberapa warga disekitar sekolahan yang sengaja membuka jasa penitipan sepeda untuk siswa yang menggunakan sepeda ke sekolah, baik sepeda maupun motor. Peraturan sekolah melarang siswa membawa motor masuk ke area parkir yang berada di dalam gedung sekolah, dikarenakan mereka belum cukup umur untuk mengendarai motor dan belum mempunyai SIM (Surat Ijin Mengemudi) selain itu masalah keamanan juga menjadi alasan. Sehingga siswa yang membawa motor akan menitipkan motor di tempat titipan sepeda tersebut.

“ saya ke sekolah naek motor mbak, jadi ya dititipin di belakang sekolah, biasanya seribu sehari. Jadi kalo mbolos kan gampang, gak ketahuan sama guru “

(Wawancara Selasa, 18 Mei 2010, Responden Agu)

“ udah dari dulu nitipin sepeda di luar mbak, lha kalo brangkat sekolah kan rame-reme bareng temen-temen, jadi lebih enak dititipin di luar aja, bayar lima ratus untuk dua hari. Disana (di titipan sepeda)

commit to user

ada PS juga, sama warung jadi sering main PS skalian kalo pulang sekolah”

(Wawancara Selasa, 11 Mei 2010, Responden Akh)

Dengan adanya tempat penitipan sepeda di sekitar sekolah tersebut secara tidak langsung akan mempermudah siswa untuk membolos. Berdasarkan wawancara dengan responden, dapat diketahui bahwa mereka yang membolos pada saat pergantian jam pelajaran, mereka sengaja menitipkan sepeda di luar sekolah agar lebih mudah dalam membolos. Pihak sekolah tidak bisa berbuat apa-apa dengan keadaan demikian karena bagi warga yang membuka jasa penitipan tersebut adalah merupakan mata pencaharian mereka, sebagai contoh adalah penitipan sepeda milik Pak Dar(nama samaran) yang sengaja menyewakan playstation. Dengan adanya persewaan playstation tersebut, otomatis banyak siswa yang berminat untuk menitipkan sepeda ditempat miliknya. Sehingga hal tersebut dimanfaatkan oleh siswa yang tidak bertanggung jawab untuk membolos ke tempat tersebut. Sebagai pemilik tempat penitipan tersebut pak Dar cenderung untuk melindungi siswa yang membolos dengan berjaga-jaga di depan rumah apabila pihak sekolah mengadakan razia di tempat-tempat penitipan di belakang sekolah. Berdasarkan informasi dari salah satu guru, memang pemilik tempat penitipan yang ada di belakang sekolah sengaja melindungi atau menyembunyikan keberadaan siswa yang membolos di tempat penitipan miliknya. Seperti saat penulis mengikuti pihak sekolah mengadakan razia. Penulis mencoba menanyakan

commit to user

apakah ada siswa yang membolos ditempat penitipan sepeda miliknya, dan beginilah jawaban pemilik penitipan sepeda tersebut:

“ wong mboten enten sing mbolos ten mriki kok mbak, sampun mlebet sedoyo sing nitipke ten mriki niku”

(Wawancara Senin, 31 Mei 2010, Informan Pak Dar)

Hal serupa juga dikatakan oleh Ibu Tun(nama samaran) pemilik penitipan sepeda motor yang mengatakan bahwa tidak ada siswa yang bermain playstation dirumahnya yang juga penitipan sepeda motor sekaligus persewaan playtation dan warung. Berikut penuturannya:

“ lare-lare wau sampaun mlebet sedoyo, ten njero mboten enten sing maen kok mbak. Yen mboten percoyo nggih mang mlebet mriku”

(Wawancara Senin, 31 Mei 2010, Informan Ibu Tun)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa lingkungan di sekitar sekolah kurang mendukung kegiatan belajar mengajar di sekolah. Hal ini tidak lain karena motif ekonomi yang melatarbelakanginya. Sehingga adanya rental playstation yang terletak di belakang sekolah menjadi salah satu faktor penarik siswa untuk membolos di tempat penitipan sepeda tersebut.

Responden mudah terpengaruh oleh ajakan temannya untuk membolos. Seperti yang diungkapkan oleh Dew sebagai berikut:

“ aku kalo mbolos itu paling di rumah aja mbak, cuma lihat tivi, smsan ma temen, dah gitu aja. Tapi kadang diajak pergi ke Cokro (wisata air)kadang Janti juga ma temen-temen enam orang, jadi mbolosnya rame-rame biar seru, he..he..he “

(Wawancara Senin, 17 Mei 2010,Responden Dew)

Cokro adalah tempat sumber mata air yang merupakan obyek wisata air di Kecamatan Polanharjo. Sedangkan Janti adalah tempat pemancingan ikan yang merupakan obyek wisata di dekat daerah Cokro tersebut. Letak kedua tempat tersebut jauh dari sekolah. Siswa

commit to user

yang membolos di dua obyek wisata tersebut adalah siswa yang tergolong agak mampu, karena mereka membawa sepeda motor. Mereka pergi ke tempat tersebut beramai-ramai antara 5-6 orang. Dan biasanya mereka sudah membolos dari rumah dan tidak sampai di sekolah. Selain membolos hanya di rumah saja, siswa lebih sering membolos ke tempat-tempat yang mereka sukai sesuai dengan kesepakatan gangs. Dan biasanya antara responden laki-laki dan perempuan dalam menentukan tempat membolos berlainan. Siswa laki-laki lebih sering membolos ke rental PS(playstation), di warung belakang sekolah, di titipan sepeda dan di sungai dekat sekolah. Sedangkan pada siswa perempuan yang membolos (alpha/tanpa keterangan), mereka tidak masuk sekolah karena malas dan hanya dirumah saja ataupun main kerumah temannya dalam satu gangs tersebut. Tetapi siswa perempuan lebih sering membolos ke tempat wisata(Cokro dan Janti) karena mereka naik sepeda motor dan uang saku yang cukup. Walaupun siswa laki-laki ada juga yang ke tempat wisata tersebut tapi relatif sedikit

commit to user Matriks 1

Latar Belakang Siswa Membolos

No. Faktor/Alasan Keterangan

1. Faktor Internal a. Malas mengikuti pelajaran di kelas b. Tidak suka pada pelajaran dan guru mata

pelajaran tertentu

c. Belum mengerjakan tugas atau PR yang diberikan oleh guru pada hari tersebut. d. Tidak memiliki alat transportasi ke

sekolah atau terlambat masuk sekolah e. Ada masalah dalam keluarga

2. Faktor Eksternal a. Pengamanan sekolah yang kurang karena tidak ada penjaga sekolah

b. Bangunan sekolah yang tidak memiliki pagar membuat siswa keluar masuk sekolah dengan leluasa

c. Jasa penitipan sepeda di belakang sekolah mempermudah akses siswa untuk membolos

d. Persewaan playstation pada penitipan sepeda menjadi faktor penarik siswa membolos

commit to user

Dokumen terkait