• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISA PERILAKU MEMBOLOS SISWA

2. Aktivitas siswa yang membolos

Aktivitas yaitu perilaku aktual yang digambarkan pada tingkat yang sangat konkrit. Perilaku membolos yang dilakukan oleh siswa yang membolos (responden) di SMP Negeri 2 Delanggu dapat digambarkan secara konkrit karena dilakukan dalam berbagai bentuk aktivitas yang dapat diamati dan diteliti lebih dalam.

Ada cara-cara yang dilakukan siswa untuk membolos, yaitu mereka bekerja sama dengan teman yang akan diajak membolos, dalam wawancara yang dilakukan dengan responden, mereka menjelaskan cara-cara yang biasa dilakukan sebelum siswa tersebut membolos. Seperti yang dituturkan oleh Agu sebagai berikut :

“ kan pit’e (sepeda) dititipke di belakang sekolah itu mbak, trus pas jam ke empat ato jam kelima pas pergantian jam pelajaran, gurune belum dateng, nah trus tas’e diuncalke (dilempar) dari jendela ke luar. Disitu udah ada tiga ato empat orang yang nunggu diluar jendela “

(Wawancara Rabu, 2 Juni 2010, Responden Agu)

Hal serupa diceritakan oleh Ren, teman sekelas Agu dan Akh, berikut penuturannya :

“ saya mbolos dari jam pertama mbak, dari rumah gak nyampe ke sekolahan, tapi kadang jam ke empat. Biasanya janjian dulu ma temen di sungai, tas’e dilempar lewat gerbang belakang. Disitu udah ada temen yang nungguin “

commit to user

Pengamanan yang kurang menyebabkan siswa dengan mudah membolos, tanpa sepengetahuan guru atau penjaga sekolah. Mereka bekerja sama untuk membantu teman-temanya agar tidak ketahuan membolos. Hal ini juga ditambah dengan sikap siswa-siswa lain atau teman-teman sekelas responden. Mereka tidak peduli bila ada teman sekelasnya yang membolos, mereka cenderung diam saja bila melihat ada temannya yang mencoba membolos saat pergantian jam pelajaran. Teman-teman sekelas responden menganggap responden sebagai siswa yang nakal, sering mengganggu saat pelajaran dan membuat gaduh, jadi mereka merasa senang dan tenang bila responden membolos agar suasana kelas tidak gaduh atau ramai.

Siswa yang membolos dan tergabung dalam gangs maupun yang membolos secara individu sebagian besar akan nongkrong, atau duduk-duduk di suatu tempat yang telah dijadikan lokasi mangkal siswa-siswa yang membolos. Tempat nongkrong sebagian besar siswa dalam penelitian ini adalah di tempat penitipan sepeda, ditempat tersebut siswa merasa aman karena mendapat perlindungan dari pemilik penitipan sepeda tesebut. Pada saat peneliti mengadakan observasi di lokasi penitipan sepeda di belakang sekolah, peneliti mencoba mendatangi salah satu tempat penitipan sepeda yang sering digunakan siswa untuk membolos. Hal ini dilakukan karena pada hari itu banyak siswa yang tidak mengikuti upacara bendera pada hari senin. Banyak siswa yang membolos mengikuti upacara bendera, peneliti mencoba menanyakan apakah pemilik sepeda

commit to user

mengetahui keberadaan siswa yang tidak mengikuti upacara dan apakah mereka berada di sekitar lokasi penitipan tersebut, tetapi mereka mengatakan tidak mengetahuinya. Observasi dilakukan dengan cara mengamati menggambil dokumentasi tempat penitipan sepeda tersebut. Aktivitas nongkrong siswa yang membolos tidak hanya dilakukan di penitipan sepeda tetapi juga sering dilakukan siswa yang membolos di sungai belakang sekolah, pada hari Senin 31 Mei 2010, lebih dari 20 siswa laki-laki dari kelas VII dan VIII tidak mengikuti upacara bendera dan diketahui membolos secara beramai-ramai di sungai belakang sekolah. Seluruh siswa yang tercatat membolos tersebut diberi pembinaan oleh Guru BK.

Seringkali dijumpai beberapa anak membolos pada jam pelajaran berada di kantin atau warung sekolah. Mereka kadang meminta ijin guru kelas untuk ke kamar mandi, akan tetapi kesempatan beberapa menit tersebut mereka manfaatkan untuk merokok di kantin, mereka menyelinap masuk ke dalam warung agar tidak diketahui guru atau penjaga sekolah saat merokok. Sama seperti yang dilakukan oleh responden laki-laki, mereka sering diketahui berada di kantin sekolah bersama teman-temanya sedang asyik merokok. Tetapi sebagian responden memiih merokok di lokasi yang agak jauh dari sekolahan, yaitu di sungai dan di penitipan sepeda belakang sekolah. Pihak sekolah sudah memberikan pengarahan kepada pemiik kantin dan warung sekitar sekolah untuk tidak menjual rokok kepada siswa, akan tetapi siswa tidak kehabisan akal. Mereka

commit to user

membeli rokok di tempat penitipan sepeda yang sekaligus warung yang menyediakan makanan dan rokok. Seperti yang di katakan oleh responden Fer, dia mengaku sudah merokok sejak kelas 4 SD, berikut penuturannya :

“ aku ngrokok dari kelas empat SD sampe sekarang udah jadi kebiasaan mbak. Aku udah dapet SIM boleh ngrokok sama bapak, jadi gak dimarahin lha bapak juga ngrokok mbak “

(Wawancara Kamis, 3 Juni 2010, Responden Fer)

Dari penuturan Fer diatas, diketahui bahwa orang tua tidak memberikan pengarahan agar anak tidak merokok, justru orang tua memperbolehkan anak untuk merokok saat dia masih belum cukup umur dan belum mempunyai penghasilan sendiri. Hal ini hampir sama dengan yang dialami oleh responden Dwi, berikut penuturannya:

“ ngrokok dari kelas enam SD, ibu membolehkan merokok tapi kalau ketahuan sama bapak bias dipukulin mbak “

(Wawancara Kamis, 3 Juni 2010, Responden Dwi)

Rata-rata uang saku per hari responden antara dua ribu sampai tiga ribu rupiah, ada juga yang lebih dari lima ribu rupiah bahkan sampai sepuluh ribu rupiah karena siswa tersebut membawa sepeda motor. Berdasarkan wawancara dengan responden Ren, dia mengungkapkan bahwa temannya Agu sering membelikan rokok teman-temannya dalam gangs, berikut penuturannya :

“ uang saku tiap hari lima ribu mbak, itu buat beli sarapan kan dirumah gak pernah makan pagi. Kalo ngrokok itu di belikan sama teman mbak, biasanya dikasih sama Agus Pratama mbak “

(Wawancara Selasa, 1 Juni 2010, Responden Ren)

Ada pula responden yang membeli rokok secara patungan dengan temannya, karena uang saku yang terbatas. Sehingga mereka merokok secara bergantian dengan temannya. Seperti yang dituturkan oleh Akh sebagai berikut :

commit to user

“ saya mulai ngrokok dari awal kelas satu mbak, kalo beli rokok itu kadang patungan sama temen, satu rokok di pake bergantian “

(Wawancara Kamis, 3 Juni 2010, Responden Akh)

Aktivitas yang dilakukan siswa yang membolos lainnya adalah bermain PS (playstation). Mereka menuju tempat-tempat yang menyediakan permainan atau game yang sangat popular pada akhir-akhir ini. Mereka biasa menghabiskan waktu berjam-jam untuk duduk di depan layar televisi dengan memainkan stick playstation. Bermain playstation tampaknya sudah menjadi tren di kalangan pelajar. Mereka memilih bermain playstation daripada harus duduk di kelas untuk mengikuti pelajaran. Seperti yang dikatakan oleh responden Wah :

“ kalo mbolos ya cuma maen PS(playstation) di deket SMP 1 mbak, uang saku tiga ribu yang dua ribu habis untuk maen PS. Dari pagi sampe siang pulang sekolah cuma di tempat PS itu “

(Wawancara Selasa, 1 Juni 2010, Responden Wah)

Berdasarkan dari uraian diatas dapat diketahui bagaimana aktivitas dan pola interaksi siswa yang membolos (responden). Berbagai aktivitas dan kegiatan terjadi pada saat mereka membolos yang membentuk suatu perilaku masing-masing responden.

Dokumen terkait