PENGARUH POLA ASUH SINGLE PARENT TERHADAP
PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA
(Studi Kasus terhadap Siswa SMA Negeri 10 Kota Bandung)
SKRIPSI
Disusun untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Program Studi Pendidikan Sosiologi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial,
Universitas Pendidikan Indonesia
oleh
Yusni Oktaviani
1100884
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
PENGARUH POLA ASUH SINGLE PARENT TERHADAP PERILAKU
SEKS PRANIKAH REMAJA
(Studi Kasus terhadap Siswa SMA Negeri 10 Kota Bandung)
oleh
Yusni Oktaviani
1100884
Diajukan untuk memenuhi sebagaian syarat
gelar sarjana Pendidikan Sosiologi
©Yusni Oktaviani 2015
Universitas Pendidikan Indonesia
2015
Hak cipta dilindungi undang-undang
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
YUSNI OKTAVIANI
PENGARUH POLA ASUH SINGLE PARENT TERHADAP PERILAKU
SEKS PRANIKAH REMAJA
(Studi Kasus terhadap Siswa SMA Negeri 10 Bandung)
Disetujui dan disahkan oleh pembimbing:
Pembimbing I
Dra. Hj. Siti Komariah, M.Si, Ph.D NIP 196804031991032002
Pembimbing II
Dra. Wilodati, M.Si NIP 196801141992032002
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi
PENGARUH POLA ASUH SINGLE PARENT TERHADAP
PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA
(STUDI KASUS TERHADAP SISWA SMA NEGERI 10 BANDUNG)
Yusni Oktaviani (1100884)
ABSTRAK
Seiring perkembangan zaman dan tranformasi budaya, baik budaya masa maupun budaya populer di masyarakat, hal ini berdampak terhadap banyaknya para remaja yang mengubah gaya hidupnya. Pada kenyataannya perubahan gaya hidup ini berdampak kepada meningkatnya perilaku menyimpang di masyarakat. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah semakin meningkatnya perilaku seks pranikah yang dilakukan oleh remaja di kota Bandung terutama siswa SMA, serta kurangnya pengawasan dari orang tua dalam mencegah perilaku ini. Penelitian ini dilakukan pada siswa SMA Negeri 10 Bandung yang memiliki orang tua single parent. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pola asuh single parent yang diterapkan dan kondisi perilaku seks pranikah siswa serta adakah pengaruh dari pola asuh single parent terhadap perilaku seks pranikah remaja atau siswa di SMA Negeri 10 Bandung. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah pola asuh single parent dan perilaku seks pranikah remaja. Dimensi yang digunakan untuk pola asuh single parent ini adalah: pola asuh demokratis, permisif, dan otoriter, sedangkan dimensi perilaku seks pranikah remaja adalah bermesraan, bercumbu dan berhubungan kelamin. Penelitian ini menggunakan metode explanatory survey, teknik pengumpulan data dengan cara penyebaran angket (kuesioner). Instrumen yang digunakan adalah angket model skala Likert. Teknis analisis data yang digunakan adalah analisis regresi sederhana. Hasil penelitian menunjukkan : (1) Pola asuh permisif merupakan pola asuh yang paling dominan dalam pola asuh yang diterapkan oleh orang tua single parent pada siswa SMAN 10 Bandung, (2) Perilaku seks pranikah pada siswa SMAN 10 Bandung tergolong tinggi dimana memiliki rata-rata sebesar 2,77, (3) Terdapat pengaruh positif dan signifikan dari pola asuh
single parent terhadap perilaku seks pranikah remaja.
THE INFLUENCE OF SINGLE PARENT PARENTING STYLE ON
ADOLESCENTS’ PREMARITAL SEX BEHAVIOR
(A CASE STUDY OF 10 SENIOR HIGH SCHOOL STUDENTS IN
BANDUNG)
Yusni Oktaviani 1100884
ABSTRACT
The development and transformation of culture, either mass or popular culture among society, result in changes in many adolescents’ lifestyles. In fact, the changes affect the increase of deviant behavior among society. Two problems proposed in this current study are the increase of adolescents’ premarital sex behavior committed by adolescents, particularly high school students in Bandung, and the lack of monitoring by parents to prevent this behavior. This study is conducted to 10 Senior High School students’ who have single parent parenting style. The aims of the study are to discover the pattern of single parent parenting style implemented by the parents and to discover the influence of single parent parenting style on Bandung 10 Senior High School students’ premarital sex behavior. The variable analyzed in the current study is single parent parenting style pattern and adolescents’ premarital sex behavior. The dimensions utilized for single parent parenting style are: democratic, permissive and authoritative styles. Meanwhile, the dimensions for adolescents’ premarital sex behavior are intimacy, flattery and sexual activity. This study employs explanatory survey method, which settles questionnaire to collect the data. Likert scale is utilised as the research instrument. The data is analyzed through simple regression analysis. The study reveals that : (1) Permissive style is the most dominant parenting style implemented by single parent of Bandung 10 Senior High School Bandung students, (2) The premarital sex behavior among the students is considered high in which it counts 2,77 on average, (3) There is positive and significant influence of single parent parenting pattern on adolescents’ premarital sex behavior.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 6
1.5 Struktur Organisasi Skripsi ... 7
BAB II KERANGKA TEORETIS ... 10
2.1 Konsep Keluarga ... 10
2.1.1 Pengertian Keluarga ... 10
2.1.2 Fungsi Keluarga ... 12
2.1.3 Peranan Keluargaatau Orang Tua ... 15
2.2 Konsep Pola Asuh Orang Tua ... 17
2.2.1 Pengertian Pola Asuh Orang Tua ... 17
2.2.3 Dampak Pola Asuh Orang Tua ... 25
2.2.4 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pola Asuh ... 30
2.3 Single Parent ... 31
2.3.1 Pengertian Single Parent ... 31
2.3.2 Permasalahan-permasalahan Umum yang Dihadapi Oleh Single Parent ... 31
2.3.3 Pola AsuhSingle Parent ... 33
2.4 Perilaku Seks Pranikah ... 34
2.4.1 Pengertian Perilaku Seks Pranikah... 34
2.4.2 Aspek Perilaku Seksual ... 35
2.4.3 Faktor yang Memengaruhi Perilaku Seks Pranikah ... 37
2.4.4 Dampak Perilaku Seks Pranikah ... 40
2.5 Remaja... 41
2.5.1 Pengertian Remaja ... 41
2.5.2 Batas Usia Remaja ... 42
2.5.3 Ciri-ciri Remaja ... 44
2.5.4 Tugas Perkembangan Remaja ... 47
2.6 Penelitian Terdahulu ... 50
2.7 Kerangka Pikir ... 52
2.8 Hipotesis ... 54
BAB III METODE PENELITIAN ... 55
3.1 Desain Penelitian ... 55
3.2 Lokasi Penelitian ... 58
3.4 Instrumen Penelitian... 60
3.4.1 Sumber Data ... 60
3.4.2 Teknik Pengumpulan Data ... 62
3.4.3 Instrumen Penelitian ... 63
3.4.3.1 Variabel Penelitian ... 63
3.4.3.2 Uji Validitas ... 66
3.4.3.3 Uji Realibilitas ... 68
3.5 Prosedur Penelitian... 69
3.6 Analisis Data ... 71
3.6.1 Analisis Deskriptif ... 72
3.6.2 Metode Succesive Interval (MSI) ... 73
3.6.3 Uji Normalitas ... 74
3.6.4 Uji Linieritas ... 76
3.6.5 Analisis Regresi Sederhana ... 79
3.6.6 Pengujian Hipotesis ... 80
3.6.7 Koefisien Determinasi ... 81
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 82
4.1 Profil Tempat Penelitian ... 82
4.2 Temuan Penelitian ... 86
4.2.1 Hasil Uji Validitas dan Realibilitas ... 86
4.2.2 Hasil Identitas Responden ... 92
4.2.3 Gambaran Variabel Penelitian ... 94
4.2.4 Analisis Regresi Sederhana ... 164
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ... 179
5.1 Simpulan ... 179
5.2 Implikasi ... 181
5.3 Rekomendasi ... 181
DAFTAR PUSTAKA ... 183
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN
Di era keterbukaan informasi seperti sekarang ini, pergaulan bebas merupakan
fenomena yang tidak asing lagi. Pergaulan bebas dapat didefinisikan sebagai
melencengnya pergaulan seseorang dari pergaulan yang benar, pergaulan bebas
diidentikan sebagai bentuk dari pergaulan luar batas dan sering dihubungkan dengan
perilaku seks bebas.
Perilaku seksual remaja Indonesia dapat dikatakan sangat kompleks, karena telah
banyak pula penelitian mengenai hal tersebut diantaranya yang terdapat pada data
Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) pada 2007 lalu
menemukan bahwa perilaku seks bebas bukanlah sesuatu yang aneh dalam kehidupan
remaja Indonesia. Satu prosen remaja perempuan dan enam prosen remaja pria
mengaku telah menjalani perilaku seks bebas, begitupun pada remaja yang
mengetahui teman mereka melakukan seks bebas di luar nikah jumlahnya sangat
besar, mencapai 26 prosen. Masih berdasarkan sumber data yang sama menunjukkan
pengalaman berpacaran remaja di Indonesia cenderung semakin berani dan terbuka
seperti, berpegangan tangan, berciuman serta meraba dan merangsang.
Meningkatnya perilaku seksual pranikah di kalangan remaja diperkuat oleh data
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) 2009 dari penelitian di empat kota. Sebanyak
35,9 prosen remaja punya teman yang sudah pernah melakukan hubungan seksual
sebelum menikah, bahkan, 6,9 prosen responden telah melakukan hubungan
seks pranikah. Keempat kota itu adalah Jakarta Pusat, Medan, Bandung, dan
Surabaya.
(Tersedia:http://pergaulanremaja-1992.blogspot.com/2011/11/blog-post.html)
Kenakalan remaja kini lebih sering ditemukan dalam bentuk kasus seks pranikah.
Data Adolescent Reproductive Health, Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
2012 (SDKI12) menemukan kasus ini mencapai angka 14,6 prosen pada laki-laki dan
Ahli Komisi Perlindungan Anak berdasarkan survei terhadap kesehatan reproduksi
remaja yang dilakukan pada tahun 2007 remaja usia 15-19 tahun baik putra maupun
putri tidak sedikit yang sudah pernah melakukan hubungan seksual. Data terhadap
10.833 remaja laki-laki berusia 15-19 tahun didapatkan sekitar 72 prosen sudah
berpacaran, 92 prosen sudah pernah berciuman, 62 prosen sudah pernah meraba-raba
pasangan dan sekitar 10,2 prosen sudah pernah melakukan hubungan seksual.
Sedangkan hasil survei dari 9.344 remaja putri yang berusia 15-19 tahun didapatkan
data sekitar 77 prosen sudah berpacaran, 92 prosen sudah pernah berciuman, 62
prosen sudah pernah meraba-raba pasangan dan 6,3 prosen sudah pernah melakukan
hubungan seksual.
(Tersedia:http://poskotanews.com/2012/11/06/perilaku-seksual-remaja-kian-mengkhawatirkan/)
Al-Mighwar (2006, hlm. 63) mengemukakan bahwa:
Masa remaja dapat dikatakan sebagai suatu fase yang penting dalam setiap kehidupan sesorang, dimana pada masa tersebut mulai terjadi banyak perubahan baik fisik maupun non fisik, dan dapat dikatakan pula bahwa masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak yang berarti mereka harus meninggalkan segala hal yang kekanak-kanakan dan mempelajari pola tingkah laku serta sikap baru, remaja juga masa mereka melakukan pencarian jati diri atau identitas diri.
Ketika masa peralihan tersebut, mereka bukan lagi anak-anak, baik bentuk
jasmani, sikap, cara berfikir dan bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah
matang. Pada masa ini karakteristik remaja secara psikologis ditandai dengan kondisi
yang penuh gejolak, mudah mengambil jalan pintas, mudah larut dalam pergaulan,
hidup penuh dengan khayalan, bahkan seringkali berpikir kurang realistis.
Masa pra-pubertas dan pubertas sebenarnya itu penuh dengan titik-titik kritis dan
banyak kesulitan. Sehingga usaha bimbingan dan pendidikan bagi anak-anak puber
itu jadi berat, sulit, dan memerlukan kebijaksanaan (Kartono, 2007, hlm. 181). Pada
masa pubertas ini juga remaja lebih rentan terhadap masalah seksual, karena remaja
yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru apa yang
dilihat atau didengar dari pergaulan, teman maupun media massa karena pada
umumnya mereka belum pernah mengetahui masalah seksual secara lengkap dari
pendidikan seks yang baik kepada anak dan melakukan komunikasi yang terbuka
mengenai hal ini. Namun kenyataannya banyak orang tua yang menganggap
pendidikan seks pada anak merupakan hal yang tabu, sehingga jarang sekali
pendidikan seks tersebut diterapkan dalam sebuah keluarga.
Ketika hal tersebut terjadi, maka remaja cenderung akan mencari tahu melalui
sumber lain diantaranya melalui teman-temannya ataupun melalui berbagai media
cetak dan elektronik. Media ini dapat diakses siapa saja dan kapan saja sehingga
dapat mengakibatkan salah pengertian dan menjerumuskan remaja pada perilaku seks
bebas yang tidak sesuai dengan norma budaya ketimuran.
Dengan adanya berbagai fenomena pergaulan bebas di kalangan remaja yang
semakin banyak terjadi, membuat orang tua semakin khawatir dengan perilaku seks
para remaja mereka. Namun, seharusnya remaja mampu menyelesaikan tugas
perkembangan seksualitas mereka dengan baik. Karena bukan saja dapat
menimbulkan kehamilan, tapi perilaku seks yang salah dan sebelum waktunya seperti
itu juga dapat memperbesar resiko tertularnya banyak penyakit seksual.
Berbagai fenomena yang telah terjadi serta akibat yang ditimbulkan seperti di
atas dapat menjadi alasan bahwa perilaku seksual remaja merupakan permasalahan
yang sangat serius dan perlu dikaji lebih lanjut jalan keluarnya, karena hal tersebut
terjadi tidak hanya dipengaruhi oleh satu faktor saja melainkan juga berkaitan erat
dengan aspek-aspek sosial lainnya dan salah satu aspek yang paling berpengaruh
diantaranya adalah lingkungan keluarga.
Keluarga merupakan lembaga sosialisasi primer pertama bagi seorang individu,
dimana setiap individu pertama kali mendapatkan pendidikan mengenai berbagai hal
termasuk pendidikan nilai, norma, ataupun pendidikan agama adalah melalui adanya
keluarga terutama orang tua. Dalam hal ini sangat berkaitan erat pula dengan pola
asuh yang diterapkan oleh para orang tua dari masing-masing keluarga yang tentunya
belum tentu sama.
Sebagai lembaga sosial yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan diri
seorang individu, maka “keutuhan” orang tua (ayah dan ibu) dalam sebuah keluarga
dasar-dasar disiplin diri. Jika dalam keluarga terjadi kesenjangan hubungan, perlu
diimbangi dengan kualitas dan intensitas hubungan sehingga ketidakadaan ayah dan
atau ibu di rumah tetap dirasakan kehadirannya. Ini diperlukan agar pengaruh, arahan,
bimbingan, dan sistem nilai yang direalisasikan orang tua senantiasa tetap dihormati,
mewarnai sikap dan pola perilaku anak-anaknya.
Salah satu kondisi yang banyak dijumpai pada masyarakat saat ini adalah
keberadaan orang tua tunggal atau yang biasa disebut sebagai single parent.
Kematian salah seorang dari kedua orang tua sangatlah mungkin terjadi pada hidup seseorang, hal tersebut merupakan penyebab seseorang terpaksa harus menjalani kehidupan sebagai seorang single parent dan masih terdapat alasan lain yaitu dikarenakan perceraian, dan jika memang pasangan yang berpisah karena perceraian atau kematian yang memiliki anak dari perkawinan tersebut maka mau tidak mau akan terjadi pola asuh single parent dalam kurun waktu permanen atau sementara waktu. Tidak sedikit dari ibu yang memilih menjadi
single parent karena merasa cukup mampu mendirikan suatu keluarga meski tanpa didampingi pasangan (Hude, 2001, hlm. 34).
Maka ketika hal tersebut terjadi baik ayah atau ibu harus mampu menjalankan
peran ganda nya dengan baik, tentu bukanlah hal yang mudah terlebih lagi bagi
seorang ibu single parent terlepas dari perannya yang harus menafkahi anak-anaknya
sekaligus juga tidak melupakan hal penting lainnya dalam mendidik dan menjaga
anak-anaknya dari perilaku menyimpang. Karena berdasarkan fakta yang terjadi di
lapangan bahwa pada sebagian remaja yang memiliki ibu single parent sering kali
jarang mendapatkan kualitas dan intensitas hubungan yang baik dikarenakan
sibuknya sang ibu untuk mencari nafkah. Jadi, saat seorang remaja membutuhkan
pendidikan agama maupun pendidikan seks yang baik dari orang tuanya agar
terhindar dari pergaulan bebas, terkadang hal itu sulit didapatkan pada keluarga single
parent. Oleh karena itulah sangat dibutuhkan suatu pola pengasuhan yang tepat untuk
ibu single parent. Pola asuh sendiri berperan sangat penting dalam mendidik dan
membesarkan serta pembentukan dari suatu tingkah laku yang diharapkan.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di SMAN 10
Bandung pada 5 siswa kelas XII yang memiliki orang tua single parent menyatakan
wajar, asalkan mereka tidak sampai senggama. Selain itu, berdasarkan data BK guru
di SMA tersebut, pada tahun 2012 telah terjadi kasus seks bebas yang dilakukan
siswa dan siswi kelas X di kelas nya sendiri sepulang sekolah, dan siswa lain ada
yang mengetahuinya sehingga melaporkan peristiwa tersebut pada guru. Selain data
tersebut juga penulis sebagai guru yang sedang praktek di SMA tersebut, melakukan
berbagai pengamatan diantaranya dalam hal interaksi antara siswa siswi di kelas
ataupun di area sekolah yang semakin “bebas”, bahkan pacaran di kelas adalah suatu
hal yang sudah tidak dianggap aneh bagi siswa. Pada umumnya mereka tidak
mendapatkan pengetahuan tentang seksual dari orang tuanya tapi didapatkan dari
media massa baik cetak maupun elektronik. Oleh karena itulah penelitian ini
dilakukan di SMAN 10 Bandung untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara pola
asuh yang diterapkan oleh orang tua single parent terhadap perilaku seks pranikah
remaja.
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas, maka penulis tertarik
untuk mengetahui bagaimana pola asuh yang diterapkan dalam keluarga single parent
serta hubungan pola asuh single parent terhadap perilaku seks pranikah remaja. Maka
dari itu penulis akan melakukan penelitian dengan judul: PENGARUH POLA ASUH
SINGLE PARENT TERHADAP PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA (studi
deskriptif analitis terhadap siswa SMAN 10 Kota Bandung).
1.2 RUMUSAN MASALAH PENELITIAN
Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka penulis mengajukan
rumusan masalah pokok penelitian ini, yaitu: “Apakah terdapat pengaruh pola asuh
single parent terhadap perilaku seks remaja di SMAN 10 Bandung?”.
Mengingat luasnya kajian permasalahan pada masalah penelitian ini, maka
penulis membatasi masalah ke dalam beberapa rumusan, antara lain :
1. Bagaimana gambaran pola asuh yang diterapkan oleh orang tua single parent
pada siswa SMAN 10 Bandung?
2. Bagaimana gambaran/kondisi perilaku seks pranikah pada siswa SMAN 10
3. Seberapa besar pengaruh pola asuh single parent terhadap perilaku seks
pranikah siswa SMAN 10 Bandung?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk memeroleh gambaran
tentang pengaruh pola asuh single parent terhadap perilaku seks pranikah
siswa SMAN 10 Bandung.
2. Tujuan Khusus
Selain tujuan umum, penelitian ini juga memiliki tujuan yang lebih
khusus antara lain:
a. Untuk mendapatkan gambaran pola asuh yang diterapkan oleh orang tua
single parent pada siswa SMAN 10 Bandung;
b. Untuk mendapatkan gambaran/kondisi perilaku seks pranikah pada siswa
SMAN 10 Bandung;
c. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pola asuh single parent
terhadap perilaku seks pranikah siswa SMAN 10 Bandung.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat dari penelitian ini, adalah :
1. Secara Teoretis
Secara teoretis diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang sosiologi pada umumnya yang
berhubungan dengan pola asuh terhadap perilaku seks pranikah remaja.
2. Secara Praktis
a. Bagi Penulis
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan peneliti dalam bidang ilmu
sosiologi khususnya mengenai permasalahan dalam kajian sosiologi
b. Bagi Orang Tua
Memberi informasi kepada para orang tua khususnya pada ibu single
parent dalam menerapkan pola asuh anak yang tepat serta sebagai
masukan untuk meningkatkan pengawasan terhadap anak-anaknya
terutama dalam mencegah perilaku seks pranikah pada remaja.
c. Bagi Lembaga Pendidikan
Sebagai masukan yang membangun guna meningkatkan kualitas lembaga
pendidikan yang ada, termasuk para pendidik yang ada di dalamnya untuk
memberikan pendidikan seks yang benar bagi para remaja.
d. Bagi Pembaca
Memberikan informasi baik tertulis maupun sebagai referensi mengenai
pola asuh single parent terhadap perilaku seks pranikah remaja sehingga
tidak terjadi penyimpangan perilaku pada remaja yang memiliki orang tua
tunggal (single parent).
e. Bagi Penelitian Berikutnya
Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau dikembangkan lebih
lanjut, serta referensi terhadap penelitian yang sejenis.
1.5 STRUKTUR ORGANISASI SKRIPSI
Struktur organisasi skripsi berisi rincian mengenai urutan dari setiap bab dan
bagian bab dalam seluruh penulisan skripsi yang terdiri dari dari bab satu sampai bab
terakhir. Skripsi ini terbagi menjadi 5 (lima) bab, dimana masing-masing bab terdapat
keterkaitan antara satu dengan lainnya. Adapun gambaran yang jelas, akan diuraikan
dalam sistematika sebagai berikut.
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini, berisi sub-sub bab yang terdiri dari latar belakang penelitian yang
memaparkan berbagai alasan peneliti sehingga tertarik untuk mengangkat topik dan
isu yang ditujukan untuk bahan penulisan skripsi, sub bab lainnya adalah rumusan
masalah yang diuraikan menjadi beberapa pertanyaan penelitian berupa identifikasi
penelitian yang menyajikan hasil yang ingin dicapai peneliti setelah penelitian
tersebut selesai dilakukan, serta manfaat penelitian yang berisi tentang gambaran
mengenai nilai lebih atau kontribusi yang dapat diberikan oleh hasil penelitian yang
dilakukan, dan sub bab yang terakhir yaitu struktur organisasi skripsi, memaparkan
sistematika penulisan skripsi dengan memberikan gambaran kandungan setiap bab,
urutan penulisannya, serta keterkaitan antara satu bab dengan bab lainnya dalam
membentuk sebuah kerangka utuh skripsi.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab ini, akan dipaparkan mengenai teori-teori/sumber-sumber yang
digunakan seperti buku-buku atau bahan-bahan rujukan utama yang relevan dengan
masalah yang dikaji oleh peneliti. Kajian pustaka akan memberikan konteks yang
jelas terhadap topik atau permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini serta
memuat berbagai teori mengenai variabel-variabel yang ada di dalam penelitian, juga
teori pendukung variabel tersebut dan juga penelitian terdahulu. Selain itu, dalam bab
ini berisi kerangka pikir peneliti dalam melakukan penelitian dan ditutup dengan
hipotesis penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN
Dalam bab ini, berisi paparan secara rinci mengenai rancangan alur penelitian
yang dilakukan oleh peneliti, mulai dari pendekatan penelitian yang diterapkan,
instrumen yang digunakan, tahapan pengumpulan data yang dilakukan, hingga
langkah-langkah analisis data yang dijalankan.
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini, dipaparkan mengenai pembahasan dari hasil penelitian yang telah
diteliti oleh peneliti berupa informasi dan hasil data-data statistik yang telah diperoleh
sesuai dengan temuan di lapangan dalam rangka penulisan skripsi tentang pengaruh
pola asuh single parent terhadap perilaku seks pranikah siswa SMAN 10 Bandung.
Pada bab ini, memuat dua hal utama yaitu: temuan penelitian berdasarkan hasil
pengolahan dan analisis data dengan berbagai kemungkinan bentuknya sesuai dengan
urutan rumusan permasalahan penelitian dan pembahasan temuan penelitian untuk
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
Dalam bab ini, berisi simpulan, implikasi, dan rekomendasi, yang menyajikan
penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian sekaligus
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 DESAIN PENELITIAN
3.1.1 Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kuantitatif. Cresweel
(2010, hlm. 24) menyatakan bahwa, “pendekatan kuantitatif adalah pengukuran
data kuantitatif dan statistik objektif melalui perhitungan ilmiah berasal dari
sampel orang-orang atau penduduk yang diminta menjawab atas sejumlah
pertanyaan tentang survey untuk menentukan frekuensi dan prosentase tanggapan
mereka”.
Menurut Cresweel (2010) dalam pendekatan kuantitatif ini penelitian akan
bersifat pre-determinded, analisis data statistik serta interpretasi data statistik.
Peneliti yang menggunakan pendekatan kuantitatif akan menguji suatu teori
dengan cara merinci suatu hipotesis-hipotesis yang spesifik, lalu mengumpulkan
data untuk mendukung atau membantah hipotesis-hipotesis tersebut. Pendekatan
yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan analisis kuantitatif
berdasarkan informasi statistika. Pendekatan penelitian yang dalam menjawab
permasalahan penelitian memerlukan pengukuran yang cermat terhadap
variabel-variabel dari objek yang diteliti untuk menghasilkan kesimpulan yang dapat
digeneralisasikan terlepas dari konteks waktu, tempat dan situasi.
Selain itu, penelitian kuantitatif menurut Sugiyono (2012, hlm. 11) adalah
sebagai berikut:
Metode kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/ statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan
kuantitatif merupakan suatu pendekatan di dalam penelitian untuk menguji
hipotesis dengan menggunakan uji data statistik yang akurat. Berdasarkan latar
menggunakan pendekatan kuantitatif untuk mengukur pengaruh pola asuh single
parent terhadap perilaku seks pranikah siswa SMAN 10 Bandung.
3.1.2 Metode Penelitian
Metode penelitian harus ditentukan oleh peneliti sebelum melaksanakan
penelitiannya agar memberikan gambaran serta arahan dan pedoman dalam
penelitian. Menurut Cresweel (2010) ”metode penelitian merupakan suatu cara
untuk memeroleh pemecahan terhadap berbagai permasalahan penelitian”.
Sugiyono (2012, hlm. 1) mengungkapkan bahwa “metode penelitian pada
dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Metode penelitian dapat dijadikan pedoman bagi penulis dan memudahkan penulis dalam mengarahkan penelitiannya, sehingga tujuan dari
penelitian dapat tercapai.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang bertujuan untuk
menjelaskan serta meringkaskan berbagai kondisi, situasi, atau berbagai variabel
yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa
yang terjadi. Peneliti menggunakan metode deskriptif untuk melihat sebab-akibat
antara variabel bebas (pola asuh single parent) dengan variabel terikat (perilaku
seks pranikah remaja).
West (dalam Darmawan, 2013, hal.38) mengungkapkan bahwa:
Metode deskriptif merupakan metode penelitian berupa pengumpulan data untuk mengetes hipotesis yang berkaitan dengan keadaan dan kejadian sekarang. Melaporakan keadaan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya. Tujuan metode deskriptif adalah untuk menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat.
Metode deskriptif dapat dilakukan pada penelitian studi kasus ataupun survei,
dan dalam penelitian ini peneliti menggunakan format deskriptif survei. Survei
dalam penelitian ini dimaksudkan untuk dapat mengetahui seberapa besar
pengaruh pola asuh yang diterapkan oleh orang tua single parent terhadap
perilaku seks pranikah remaja.
Penelitian ini menggunakan metode survei eksplanasi (explanatory survey
merupakan metode penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil,
sehingga ditemukan deskripsi dan hubungan-hubungan antar variabel”.
Konsekuensi metode survey eksplanasi ini adalah diperlukannya operasional
variabel-variabel yang lebih mendasar kepada indikator-indikatornya
(ciri-cirinya). Metode ini dibatasi pada pengertian survey sampel yang bertujuan
menguji hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya (testing research).
Sugiyono (2011, hlm. 7) mengatakan bahwa:
Penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, sehingga ditemukan kejadian kejadian relatif, distribusi, dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis. Penelitian survey merupakan penelitian yang dilakukan terhadap sejumlah individu atau unit analisis, sehingga ditemukan fakta atau keterangan secara faktual mengenai gejala suatu kelompok atau perilaku individu dan hasilnya dapat digunakan sebagai bahan pembuat rencana atau pengambilan keputusan. Penelitian survey ini merupakan studi bersifat kuantitatif dan umumnya menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul datanya.
Tingkat eksplanasi dalam hal ini adalah tingkat penjelasan. Penelitian
eksplanasi yang dimaksud adalah menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang
diteliti serta hubungan antara satu variabel dengan variabel lain (Sugiyono, 2011,
hlm. 11). Sesuai dengan hipotesis yang peneliti ajukan, dalam penelitian ini akan
digunakan statistika yang tepat untuk tujuan hubungan sebab akibat. Walaupun
uraiannya juga mengandung deskripsi, tetapi sebagai penelitian eksplanasi
asosiatif, fokus penelitian terletak pada penjelasan hubungan-hubungan antar
variabel. Dengan digunakannya metode dan pendekatan yang telah disebutkan di
atas peneliti melakukan pengamatan untuk memperoleh gambaran antara dua
variabel yaitu variabel pola asuh single parent dan variabel perilaku seks pranikah
serta menganalisis apakah terdapat pengaruh pola asuh single parent terhadap
3.2 LOKASI PENELITIAN
Lokasi dalam penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 10 kota Bandung
yang terletak di Jalan CikutraNo 77, telepon 022-7213367. Sekolah ini memiliki
nuansa yang terbilang berbeda dibanding sekolah negeri lainnya, karena sekolah
ini berdekatan dengan pasar, namun hal tersebut tidak mengurangi semangat
belajar para siswa karena situasi belajar cukup mendukung dan menyenangkan.
Objek dalam penelitian ini adalah pola asuh single parent dan perilaku seks
pranikah siswa SMA Negeri 10 Bandung. Adapun yang menjadi objek penelitian
variabel bebas (independent variable) adalah pola asuh single parent sebagai
variabel X dan variabel terikatnya (dependent variable) adalah perrilaku seks
pranikah sebagai variabel Y. Sedangkan yang menjadi subjek dalam penelitian ini
adalah siswa SMA Negeri 10 Bandung yang memiliki orang tua tunggal (single
parent).
Alasan dipilihnya SMA Negeri 10 Bandung sebagai lokasi penelitian
didasarkan pada aspek aspek berikut:
a. Peneliti memilih SMA Negeri 10 Bandung karena berdasarkan informasi guru
BK di sekolah ini yang menyatakan bahwa pernah ada suatu kasus prostitusi
terselubung di sekolah tersebut, dimana siswanya lah yang menjadi pelaku
induk semang perempuan lacur (muncikari) dalam kasus tersebut. Dengan
mengetahui hal tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana perilaku
seks pranikah siswa di SMA tersebut saat ini.
b. Hasil studi pendahuluan yang telah peneliti lakukan sebelumnya dengan cara
wawancara terhadap lima orang siswa sekolah tersebut yang memiliki orang
tua tunggal, menunjukkan bahwa lima siswa tersebut pernah melakukan
hubungan seks pranikah dengan pacarnya, diantaranya berpegangan tangan,
berpelukan bahkan berciuman. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui
lebih dalam bagaimana perilaku seks pranikah subjek penelitian di sekolah ini
beserta kaitannya dengan pola asuh yang diterapkan oleh orang tua single
c. Lokasi ini merupakan tempat peneliti melakukan Program Pengalaman
Lapangan (PPL) sebagai guru sehingga selama kurang lebih lima bulan
peneliti telah mengamati bagaimana dan sejauh mana kedekatan siswa dengan
siswi di sekolah tersebut dalam bergaul.
3.3 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN
3.3.1 Populasi Penelitian
Menurut Arikunto (2013, hlm. 173), “populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian”. Sedangkan menurut Sugiyono (2012, hlm. 80) mengemukakan
bahwa:
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari yang kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan juga benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/ subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karaketristik/sifat yang dimiliki oleh subyek/obyek itu.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa populasi merupakan
keseluruhan subyek atau obyek yang menjadi fokus dalam penelitian dengan
memerhatikan beberapa karakteristik yang sesuai dengan penelitian yang sedang
dilakukan.
Populasi yang dijadikan objek penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi yang
bersekolah di SMA Negeri 10 Bandung yang memiliki orang tua tunggal (single
parent). Gambaran tentang jumlah populasi dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
Tabel 3.1 Populasi Siswa yang Memiliki Orang Tua Tunggal
No Kelas Jumlah Siswa
1. X 35 Orang
2. XI 39 Orang
3. XII 36 Orang
Jumlah 110 Orang
Penelitian ini merupakan penelitian populasi, di mana peneliti akan meneliti
semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian. Metode pengumpulan data
dengan jalan mencatat seluruh elemen yang menjadi objek penelitian adalah
sensus (Supranto, 2003, hlm. 68). Kelebihan yang ada pada penelitian sensus
diantaranya adalah peneliti akan mendapatkan nilai yang sebenarnya dari data
yang diperoleh. Selain itu, kesimpulan yang diambil berlaku umum dan pasti.
Seperti yang dikemukakan oleh Arikunto (2007, hlm. 126), “apabila jumlah
subjek penelitian berjumlah 100-150 dan menggunakan metode pengumpulan data
dengan angket atau kuesioner, maka peneliti dapat mempertimbangkan untuk
menggunakan semua subjek penelitian atau dengan kata lain menggunakan
sensus”. Hal ini didasari oleh elemen populasi yang jumlahnya relatif sedikit dan
mendukung ketelitian dan kecermatan yang tinggi sehingga mampu
mencerminkan hasil penelitian yang sebenarnya dari subjek yang diamati
dibandingkan sampling.
3.3.2 Sampel Penelitian
Menurut Sugiyono (2011, hlm. 118) “… sampel adalah bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Apa yang dipelajari dari sampel itu,
kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi”. Untuk itu sampel yang
diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili). Teknik
pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sampel
jenuh atau sampel total yang merupakan teknik penentuan sampel bila semua
anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila
jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin
membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil.
3.4 INSTRUMEN PENELITIAN
3.4.1 Sumber Data
Dalam setiap penelitian, peneliti dituntut untuk menguasai teknik
pengumpulan data sehingga menghasilkan data yang relevan dengan penelitian.
primer dan sumber sekunder. Menurut Arikunto (2010, hlm. 172) “sumber data penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh”. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian langsung
secara empirik kepada pelaku langsung atau yang terlibat langsung dengan
objek penelitian, data tersebut kemudian dikumpulkan dan diolah sendiri
oleh peneliti. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data primer
adalah seluruh data yang diperoleh dari angket yang disebarkan kepada
responden siswa SMAN 10 Bandung yang menjadi partisipan dalam
penelitian ini yaitu siswa yang memiliki orangtua single parent.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang tidak berhubungan langsung dengan
masalah penelitian tetapi data ini mendukung untuk memperoleh data.
Data sekunder dalam penelitian ini yaitu berupa buku, dokumen-dokumen,
artikel-artikel, situs internet, kepustakaan, jurnal baik berupa teori maupun
data yang berhubungan dengan permasalahan dalam penelitian.
Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Tabel 3.2 Sumber Data
No Keterangan Jenis Data
1. Data siswa SMAN 10 Bandung dengan
orangtua single parent
Primer
2. Data Kuesioner pra-penelitian Primer
3. Data kuisioner penelitian Primer
3.4.2 Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi Lapangan
Menurut Hadi (dalam Sugiyono, 2012, hlm. 145) ‘observasi merupakan suatu
proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis
dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan’. Observasi dalam penelitian ini dilakukan sebelum dilaksanakannya pengambilan data yaitu untuk mengamati perilaku siswa siswi di SMAN 10
Bandung secara umum dalam pergaulannya. Hal ini digunakan sebagai bahan
pertimbangan untuk menyusun instrumen penelitian.
b. Studi Kepustakaan
Studi ini digunakan sebagai pembanding atau untuk mendukung informasi
yang berkaitan dengan masalah penelitian. Teknik ini digunakan untuk
melengkapi data-data dalam rangka menganalisis masalah yang sedang diteliti.
Dalam hal ini terutama menyangkut masalah pola asuh serta perilaku seks
menyimpang remaja. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan masukan berupa
konsep-konsep, prinsip, teori dan peraturan pemerintah yang berhubungan dengan
penelitian yang dilaksanakan.
c. Kuesioner
Sugiyono (2012, hlm. 142) menyatakan “kuesioner merupakan teknik
pemgumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk menjawabnya”. Dalam penelitian ini kuisioner digunakan untuk mengumpulakan data dari para responden yang telah ditentukan.
Kuisioner berisi pertanyaan yang menyangkut tentang pola asuh yang diterapkan
oleh orang tua siswa yang single parent serta perilaku seks pranikah siswa di
SMAN 10 Bandung. Pertanyaan disusun dengan memperhatikan prinsip-prinsip
penulisan angket seperti isi dan tujuan pertanyaan, bahasa yang digunakan, tipe
dan bentuk pertanyaan, panjang pertanyaan, urutan pertanyaan, penampilan fisik
angket dan sebagainya.
Oleh karena itu, peneliti melakukan kontak langsung dengan responden yang
berada di SMAN 10 Bandung.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan angket tertutup yang disajikan
dengan serangkaian alternatif dan responden cukup memberi tanda silang,
melingkar ataupun mencentang (sesuai permintaan) pada jawaban yang
dianggapnya sesuai dengan keadaan dirinya.
3.4.3 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, instrument penelitian yang digunakan adalah kuisioner
(angket), dengan skala likert. Menurut Sugiyono (2012, hlm. 93) “skala likert
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial”.
Pernyataan yang dijawab oleh responden mendapat nilai sesuai dengan
alternatif jawaban yang bersangkutan. Kriteria penilaian dari pernyataan tersebut
memiliki 4 alternatif jawaban, yaitu untuk pernyataan positif mempunyai nilai
SS=4. S=3, TS=2, dan STS=1 sedangkan untuk pernyataan negatif mempunyai
nilai SS=1, S=2, TS=3, dan STS=4.
Berikut digambarkan rentang skala pada model likert.
Tabel 3.3 Rentang Skala Likert
Pernyataan
sikap
Sangat
sesuai
Sesuai Tidak
sesuai
Sangat
tidak
sesuai
Positif 4 3 2 1
Negatif 1 2 3 4
3.4.3.1 Variabel Penelitian
Operasional variabel penelitian dimaksudkan untuk mendeskripsikan dan
memudahkan dalam penetapan pengukuran terhadap variabel yang diamati.
Menurut Uep dan Sambas (2011, hlm. 86) “variabel adalah karakteristik yang
konsep variabel menjadi konsep yang lebih sederhana, yaitu indikator”. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel penelitian yaitu:
1) Variabel Independen (X)
Pengertian variabel independen menurut Sugiyono (2012, hlm. 64)
menyatakan bahwa, “variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus,
predictor, antecedent, dalam bahasa Indonesia sering disebut juga variabel bebas,
variabel bebas adalah merupakan variabel yang memengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)”.
Variabel independen atau variabel bebas pada penelitian ini adalah pola asuh
single parent (X)
2) Variabel Dependen (Y)
Pengertian variabel dependen menurut Sugiyono (2012, hlm. 39) “sering
disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia
sering disebut sebagai variabel terikat, variabel terikat merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”.
Pengertian variabel output menurut Sugiyono (2011, hlm. 4) menyatakan bahwa:
Sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat, variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam SEM (Structura Equation Modeling) Pemodelan Persamaan Struktural, variabel devenden disebut juga sebagai variabel indogen.
Maka yang menjadi variabel dependen atau variabel terikat (Y) pada
penelitian ini adalah perilaku seks pranikah remaja. Jadi dalam penelitian ini
terdapat dua variabel yang digambarkan dalam sebuah pola sebagai berikut:
Untuk lebih jelas mengenai gambaran kedua variabel tersebut dan agar
penelitian ini dapat dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan, maka perlu
Variabel Bebas (X)
Pola Asuh Single
Parent
dipahami berbagai unsur-unsur yang menjadi dasar dari suatu penelitian ilmiah
yang termuat dalam operasionalisasi variabel penelitian dapat dilihat pada tabel
sebagai beriku.
Tabel 3.4 Operasional Variabel
VARIABEL DIMENSI INDIKATOR SKALA NO. ITEM
Sumber: Diolah Oleh Peneliti
3.4.3.2 Uji Validitas
Sugiyono (2011, hlm. 267) mengatakan bahwa “validitas merupakan derajat
ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti”. Validitas adalah suatu keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen yang bersangkutan mampu mengukur yang hendak diukur.
Arikunto (2007, hlm. 65) mengemukakan bahwa “sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur”. Suatu tes dikatakan valid apabila mampu mengukur tujuan khusus tertentu yang sesuai dengan judul
penelitian.
1. Bermesraan Pengungkapan rasa dalam
Untuk menguji validitas kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini
digunakan analisis item dengan menguji karakteristik masing-masing item yang
menjadi bagian tes yang bersangkutan. Teknik penyusunan yang akan digunakan
adalah penyusunan skala sikap pada validitas konstruk. Validitas konstruk
(construk validity) dilihat dari bagaimana alat ukur yang dikembangkan mampu
mengemukakan seluruh aspek yang membangun kerangka dari konsep-konsep
yang diteliti. Uji validitas dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor tiap bulir
item dengan skor total. Rumus ini menggunakan Korelasi product moment yang
dikembangkan oleh Karl Pearson (Arikunto, 2010, hlm. 213), seperti berikut:
]
rxy = Koefisien korelasi product moment
n = Jumlah responden ∑Xi = Jumlah skor item ke i
∑ �2 = Jumlah dari kuadrat item ke i
∑Y = Total dari jumlah skor yang diperoleh tiap responden
∑ �2 = Total dari kuadrat jumlah skor yang diperoleh tiap responden
Setelah koefisien korelasi product moment setiap item pertanyaan
didapatkan, penentuan valid atau tidaknya suatu item pertanyaan dilakukan
dengan membandingkan nilai rxy dengan nilai r tabel. Nilai tabel r ditentukan pada
derajat bebas (db=n-2) dan tingkat signifikansi 95% atau α = 0.05. Nilai r tabel
pada taraf signifikansi 5% dengan objek 110 responden adalah 0,187. Keputusan
uji validitas ditentukan dengan kriteria sebagai berikut :
Jika rxy > r tabel, maka item pertanyaan dinyatakan valid.
Jika rxy < r tabel, maka item pertanyaan dinyatakan tidak valid
Instrumen yang valid dapat dilihat kriteria penafsirannya melalui indeks
Tabel 3.5 Kriteria Validitas
3.4.3.3 Uji Reliabilitas
Pengujian terhadap tingkat reliabilitas atau keandalan sebuah instrumen,
dimaksudkan untuk mengetahui apakah kuesioner dapat memberikan ukuran yang
konstan atau tidak. Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu
alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat ukur dipakai
lebih dari satu kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang
diperoleh relatif konsisten, maka alat ukur tersebut reliabel. Pengukuran
reliabilitas kuesioner dilakukan dengan menggunakan koefisien reliabilitas Alpha
dari Cronbach (Arikunto, 2010, hlm. 239), yaitu:
2
r = Koefisien Reliabilitas Alpha
k = Jumlah item pertanyaan σi2 = Varians item pertanyaan σt2 = Varians skor total
Rumus perhitungan nilai varians adalah sebagai berikut :
Keterangan: σ = Varians
∑X = Jumlah skor item pertanyaan ∑X2
= Jumlah dari kuadrat item pertanyaan
N = Jumlah responden
Koefisien reliabilitas Alpha yang dihasilkan kemudian dilihat nilainya dan
dibandingkan dengan kriteria yang telah ditentukan. Keputusan uji reliabilitas
ditentukan dengan kriteria sebagai berikut :
Jika r11 > r tabel, maka variabel tersebut dinyatakan reliabel
Jika r11 < r tabel, maka variabel tersebut dinyatakan tidak reliable
3.5 PROSEDUR PENELITIAN
Suatu penelitian haruslah berdasarkan data yang empiris dan juga harus
berdasarkan prosedur yang benar dengan sistematika yang jelas pula. Mengenai
prosedur penelitian, Arikunto (2013, hlm. 13) mengemukakan bahwa:
Alur pemikiran penelitian, apapun jenis penelitiannya selalu dimulai dari adanya permasalahan atau ganjalan, yang merupakan suatu kesenjangan yang dirasakan oleh peneliti. Kesenjangan tersebut terjadi karena adanya perbedaan kondisi antara kondisi nyata dengan kondisi harapan. Dengan adanya kesenjangan ini peneliti mencari teori yang tepat untuk mengatasi permasalahan melalui penelitian, yaitu mencari tahu tentang kemungkinan penyebab kondisi yang menjadi permasalahan itu. Hasil dari penelitiannya akan digunakan untuk mengatasi permasalahan yang dirasakan.
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti terlebih dahulu mencari berbagai
teori pendukung atas permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini. Setelah
teori pendukung ditemukan, kemudian peneliti merumuskan beberapa pertanyaan
penelitian dalam bentuk rumusan masalah. Di dalam rumusan masalah ini berisi
hal-hal yang menjadi fokus peneliti dalam mencari serta menganalisis data.
Setalah pengumpulan data dan analisis data selesai dilakukan, maka tahap terakhir
dalam penelitian ini adalah membuat kesimpulan. Penting sekali diingat bahwa
kesimpulan yang diperoleh haruslah merupakan jawaban dari rumusan masalah
penalaran untuk berbagai jenis penelitian sebetulnya sama, yaitu seperti tergambar
dalam bagan berikut.
Gambar 3.1 Alur Penalaran Penelitian
Selain alur pemikiran di atas, peneliti juga melakukan beberapa tahap
penelitian sebagai berikut.
1. Tahap persiapan
a. Peneliti melakukan studi pendahuluan dengan melakukan
wawancara kepada beberapa siswa di SMA Negeri 10 Bandung
mengenai pengaruh pola asuh single parent terhadap perilaku seks
pranikah siswa;
b. Merumuskan masalah penelitian yang akan peneliti lakukan;
c. Peneliti melakukan kajian teori yang relevan dari beberapa
referensi;
d. Untuk menguji hipotesis yang telah dibuat peneliti memilih
metode/pendekatan/desain penelitian yang sesuai. Dalam penelitian
Permasalahan Teori Pendukung
Rumusan Masalah
Pengumpulan Data
Analisis Data
ini peneliti menggunakan metode deskriptif survei dengan
pendekatan kuantitatif;
e. Menentukan dan menyusun instrumen penelitian. Instrumen ini
digunakan sebagai alat pengumpul data yang berbentuk angket;
f. Judgement instrumen;
g. Uji coba instrumen;
h. Analisis ujicoba instrumen berupa validitas dan realibilitas.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Penyebaran angket kepada 30 orang responden untuk melakukan uji
coba validitas dan realibilitas pertanyaan pada instrumen angket;
b. Penyebaran angket yang telah diuji coba validitas dan
realibilitasnya kepada 110 orang responden yang telah ditentukan.
3. Tahap Penyusunan Laporan
a. Pengumpulan data;
b. Menganalisis hasil data penelitian;
c. Melihat apakah hipotesis yang diajaukan ditolak atau diterima atau
apakah penemuan itu sesuai dengan hipotesis yang diajukan atau
tidak berdasarkan analisis data sebelumnya;
d. Membuat kesimpulan.
3.7 ANALISIS DATA
Data penelitian yang diperoleh dianalisis menggunakan metode kuantitatif
yang terdiri dari tahapan-tahapan berikut ini:
1. Editing
Proses yang dilakukan setelah data terkumpul untuk melihat apakah
jawaban-jawaban pada daftar pertanyaan sudah terisi dengan lengkap atau belum.
2. Cooding
Data yang telah di edit diberi identitas sehingga memiliki arti tertentu pada
saat dianalisis
3. Tabulating
Pengolahan data secara teratur dihitung dan dijumlah secara teratur dan
4. Teknik Analisis Data
3.5.1 Analisis Deskriptif
Dalam penelitian ini, statistika deskriptif dilakukan untuk menjawab
identifikasi masalah penelitian pertama dan kedua yang telah ditetapkan.
Sugiyono (2011, hlm. 169) menyatakan bahwa:
Statistika deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.
Teknik analisis deskriptif digunakan untuk manganalisis gambaran variabel.
Secara khusus, analisis data deskriptif yang digunakan adalah dengan menghitung
ukuran pemusatan dan penyebaran data yang telah diperoleh, dan kemudian
disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Untuk menjawab rumusan masalah
nomor 1 dan rumusan masalah nomor 2, maka teknik analisis data yang
digunakan adalah analisis deskriptif. Langkah-langkah analisis data deskriptif
yaitu sebagai berikut :
a. Penyajian data melalui tabel, berdasarkan angka frekuensi dan persentase
(%). Seperti contoh tabel di bawah ini :
Tabel 3.6 Distribusi Frekuensi
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
1. Sangat Sesuai
2. Sesuai
4. Tidak Sesuai
5. Sangat Tidak Sesuai
b. Membuat grafik. Penyajian data melalui tabel, yang kemudian
ipersentasekan dan dibuat grafiknya, sehingga terlihat gambaran pola asuh
single parent dan perilaku seks pranikah dalam bentuk grafik
c. Perhitungan skor rata-rata digunakan untuk mengetahui gambaran varibel
d. Perhitungan rata-rata jawaban responden dibandingkan dengan
menggunakan nilai kriteria yang telah ditetapkan sebagai berikut :
Tabel 3.7 Kriteria Penafsiran Deskripsi
Rentang Penafsiran
X Y
1 – 1.75 Sangat Buruk Sangat Rendah
1.76 – 2.50 Buruk Rendah
2.51 – 3.25 Baik Tinggi
3.26 – 4 Sangat Baik Sangat Tinggi
Sumber : Diadaptasi dari skor kategori Likert skala 4 (Sambas dan Maman, 2007, hlm. 146).
3.5.2 Metode Succesive Interval (MSI)
Mengingat data variabel penelitian seluruhnya diukur dalam bentuk skala
ordinal, sementara pengolahan data dengan penerapan statistik parametrik yaitu
analisis regresi linier sederhana mensyaratkan data sekurang-kurangnya harus
diukur dalam skala interval. Dengan demikian semua data ordinal yang terkumpul
terlebih dahulu akan ditransformasikan menjadi skala interval.
Pola pengubahan di atas digunakan untuk setiap item dari seluruh item
instrumen, secara teknis operasional pengubahan data dari ordinal ke interval
menggunakan Metode Succesive Interval (MSI). Metode Succesive Interval (MSI)
dapat dioperasikan dengan salah satu program tambahan pada Microsoft Excel,
yaitu Program Succesive Interval. Langkah kerja yang dapat dilakukan adalah
sebagai berikut :
1. Pertama perhatikan setiap butir jawaban responden dari angket yang
disebarkan.
2. Pada setiap butir ditentukan berapa orang yang mendapatkan skor 1, 2, 3,
4 dan 5 yang disebut sebagai frekuensi.
3. Setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya responden dan hasilnya disebut
4. Tentukan nilai proporsi kumulatif dengan jalan menjumlahkan nilai
proporsi secara berurutan per kolom skor.
5. Gunakan Tabel Distribusi Normal, hitung nilai Z untuk setiap proporsi
kumulatif yang diperoleh.
6. Tentukan nilai tinggi densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh
Nilai Densitas =
7. Menentukan nilai interval rata-rata untuk setiap pilihan jawaban melalui
persamaan berikut:
Nilai Skala = (Dencity at Lower Limit) - (Dencity at Upper Limit)
(Area Below Upper Limit) – (Area Below Lower Limit)
8. Tentukan nilai transformasi dengan menggunakan rumus :
(Riduwan dan Engkos, 2008, hlm. 30)
Data hasil transformasi dapat dianalisis dengan menggunakan analisis regresi
sederhana karena syarat data berupa data interval telah terpenuhi.
3.5.3 Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menguji kenormalan distribusi suatu data. Uji
normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang didapatkan
berdistribusi normal sehingga dapat dipakai dalam pengujian statistic parametric
seperti analisis regresi. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pengujian
normalitas dengan Liliefors. Kelebihan Liliefors Test adalah
penggunaan/perhitungannya yang sederhana, serta cukup kuat sekalipun dengan
ukuran sampel kecil (Rasyid dalam Muhidin dan Sontani, 2010, hlm. 93).
Langkah kerja uji normalitas dengan metode Liliefors menurut Muhidin
(2010, hlm. 93) adalah sebagai berikut:
a. Susunlah data dari kecil ke besar. Setiap data ditulis sekali, meskipun ada beberapa data yang sama.
b. Periksa data, berapa kali munculnya bilangan-bilangan itu (frekuensi harus ditulis).
c. Dari frekuensi susun frekuensi kumulatifnya.
d. Berdasarkan frekuensi kumulatif, hitunglah proporsi empirik (observasi). e. Hitung nilai z untuk mengetahui Theoretical Proportion pada table z. f. Menghitung Theoretical Proportion.
g. Bandingkan Empirical Proportion dengan Theoretical Proportion, kemudian carilah selisih terbesar titik observasinya.
h. Buatlah kesimpulan, dengan kriteria uji, tolak H0 jika D > D(n,α)
Berikut adalah tabel distibusi pembantu untuk pengujian normalitas data.
Tabel 3.8 Tabel Distribusi Pembantu untuk Pengujian Normalitas
= Nilai kuadrat X
n = populasi
s = Simpangan baku
(Muhidin, 2010, hlm. 93)
Kolom 6 : Theoretical Proportion (tabel z) : Proporsi Kumulalif Luas Kurva
Normal Baku dengan melihat nilai z pada label distribusi normal.
Kolom 7 : Selisih Empirical Proportion dengan Theoretical Proportion
dengan cara mencari selisih kolom (4) dan kolom (6)
Kolom 8 : Nilai mutlak artinya semua nilai harus bertanda positif. Tandai
selisih yang terbesar nilainya. Nilai tersebut adalah D hitung. Selanjutnya menghitung D tabel pada α = 0,05 dengan rumus perhitungan
nilai sebagai berikut : 0,886
n
n= populasi
(Muhidin, 2010, hlm. 93)
Langkah terakhir adalah membuat kesimpulan dengan kriteria :
D hitung < D tabel, maka H0 diterima, artinya data berdistribusi normal.
D hitung ≥ D tabel, maka H0 ditolak, artinya data tidak berdistribusi normal.
3.5.4 Uji Linieritas
Uji linieritas, dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel terikat
dengan variabel bebas bersifat linier. Uji linieritas dilakukan dengan uji kelinieran
regresi.
Langkah-langkah uji linearitas regresi (Somantri dan Muhidin, 2006, hlm.
296):
1. Menyusun tabel kelompok data variabel x dan variabel y.
2. Menghitung jumlah kuadrat regresi (JK reg(a)) dengan rumus:
3. Menghitung jumlah kuadrat regresi b І a (JK reg(a)) dengan rumus:
4. Menghitung jumlah kuadrat residu (JKres) dengan rumus:
JKres = Jumlah Kuadrat Residu
JKreg (b/a) = Jumlah Kuadrat Regresi
JKreg (a) = Jumlah Kuadrat Regresi Intersep
5. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat regresi a (RJKreg(a)) dengan rumus:
JKreg (a) = Jumlah Kuadrat Regresi Intersep
RJKreg (a) = Rata-rata Jumlah Kuadrat Regresi Intersep
6. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat regresi b/a (RJKreg(a)) dengan rumus:
JKreg (b/a) = Jumlah Kuadrat Regresi
RJKreg (a) = Rata-rata Jumlah Kuadrat Regresi Intersep
7. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat residu (RJKres) dengan rumus:
RJKres =
JKres = Jumlah Kuadrat Residu
RJKres = Rata-rata Jumlah Kuadrat Residu
N= populasi
8. Menghitung jumlah kuadrat error (JKE) dengan rumus:
sampai data yang paling besar berikut disertai pasangannya.
9. Menghitung jumlah kuadrat tuna cocok (JKTC) dengan rumus:
JKres = ΣY2– JKreg (b/a) – JK reg (a)
RJKreg(a) = JK reg (a)
RJKreg(a) = JKreg (b/a)
JK = JK – JK
JKTC = Jumlah kuadrat tuna cocok
JKres = Jumlah Kuadrat Residu
JKE = Jumlah Kuadrat Residu
10.Menghitung rata-rata jumlah kuadrat tuna cocok (RJKTC) dengan rumus:
2
RJKTC = Rata-rata Jumlah Kuadrat Tuna Cocok
JKTC = Jumlah Kuadrat Tuna Cocok
k = jumlah variabel bebas
11.Menghitung rata-rata jumlah kuadrat error (RJKE) dengan rumus:
E
RJKE = Rata-rata Jumlah Kuadrat Residu
JKE = Jumlah Kuadrat Residu
k = jumlah variabel bebas
N= populasi
12.Mencari nilai uji F dengan rumus:
TC
RJKTC = Rata-rata Jumlah Kuadrat Tuna Cocok
RJKE = Rata-rata Jumlah Kuadrat Residu
13.Menentukan kriteria pengukuran: Jika nilai uji F < nilai tabel F, maka
distribusi berpola linier.
14.Mencari nilai Ftabelpada taraf signifikan 95% atau α = 5 %
15.Membandingkan nilai uji F dengan nilai tabel F kemudian membuat
3.5.5 Analisis Regresi Sederhana
Dalam penelitian ini, statistika inferensial dilakukan untuk menjawab
identifikasi masalah penelitian ketiga yang telah ditetapkan. Sugiyono (2011, hlm. 170) menyatakan bahwa “statistika inferensial adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dan hasilnya diberlakukan untuk populasi”. Ciri analisis data inferensial adalah digunakan rumus statistik tertentu (misalnya uji t, uji F,
dan lain sebagainya).
Dalam penelitian ini, analisis regresi sederhana adalah alat statistik
inferensial yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian yang telah
ditetapkan. Analisis regresi sederhana didasarkan pada hubungan fungsional
ataupun kausal satu variabel independen dengan satu variabel dependen
(Sugiyono, 2011, hlm. 170). Analisis regresi sederhana dimulai berdasarkan
persamaan regresi sederhana sebagai berikut (Sugiyono, 2011, hlm. 237):
Ŷ= a + bX
Keterangan: Ŷ = variabel tak bebas (nilai duga)
X = variabel bebas
a = penduga bagi intersap (α)
b = penduga bagi koefisien regresi (β)
Rumus mencari nilai a dan b:
= jumlah total nilai variabel bebas Yi
= jumlah total nilai variabel terikat
2
Xi
= jumlah total nilai kuadrat variabel bebas XiYi
3.5.6 Pengujian Hipotesis
Pengujian adanya pengaruh antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat
(Y) memerlukan pengujian hipotesis atau pengujian signifikansi. Uji hipotesis
akan membawa pada kesimpulan untuk menerima atau menolak
hipotesis.Pengujian hipotesis secara parsial dilakukan dengan menggunakan
rumus uji t. Hipotesis yang diajukan peneliti adalah sebagai berikut :
H0: β=0: Tidak ada pengaruh variabel X terhadap variabel Y
H1: β≠0: Ada pengaruh variabel X terhadap variabel Y
Untuk mengetahui apakah hubungan yang ditemukan dapat digeneralisasikan
atau tidak, rumus pengujian hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut :
2 2
1
r n t
r
(Muhidin, 2010. hlm. 105)
Keterangan :
t : nilai t hitung
n : jumlah sampel
r : nilai koefisien korelasi
Nilai t hitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan t tabel sebagai
titik kritis atau daerah kritis. Kriteria yang digunakan adalah :
1. H0 ditolak dan H1 diterima, apabila thitung>ttabel dinyatakan signifikan
(diterima) atau nilai sig. < α.
2. H0 dterima dan H1 ditolak, apabila thitung≤ ttabel dinyatakan tidak signifikan
3.5.7 Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar variasi
perubahan variabel dependen yang dipengaruhi oleh variabel independen.
Koefisien determinasi akan menghasilkan persentase yang menunjukkan
persentase variabel independen dalam mempengaruhi perubahan nilai variabel
dependen di dalam model regresi. Adapun perhitungannya adalah dengan
menggunakan rumus Muhidin (2010, hlm. 105) sebagai berikut :
KD = r² x 100%
Keterangan :
KD : koefisien determinasi
r : koefisien korelasi
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
Bab V simpulan, implikasi dan rekomendasi merupakan bagian terakhir dalam
penelitian ini, bab ini didasarkan pada seluruh hasil penelitian yang telah dilakukan
peneliti untuk menjawab semuan pertanyaan atau hipotesis penelitian. Pada bab terakhir ini, peneliti menyimpulkan hasil penelitian yang berjudul “Pengaruh Pola Asuh Single Parentterhadap Perilaku Seks Pranikah Remaja”.
Pada bagian akhir dari penyusunan skripsi akan dikemukakan hal-hal pokok
yang disajikan sebagai pemaknaan penelitian terhadap hasil penelitian yang diperoleh
berdasarkan simpulan dan rekomendasi.
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis terhadap siswa SMAN
10 Bandung untuk mengetahui pengaruh dari pola asuh single parent terhadap
perilaku seks pranikah remaja dan berdasarkan hasil penelitian pada bab sebelumnya
serta pembahasan yang disertai teori-teori yang mendukung mengenai pengaruh pola
asuh single parent, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pola asuh yang diterapkan oleh orang tua single parent pada siswa SMAN 10
Bandung tergolong tinggi dimana memiliki rata-rata sebesar 2,72. Pola asuh
permisif merupakan pola asuh yang paling dominan dalam pola asuh yang
diterapkan oleh orang tua single parent pada siswa SMAN 10 Bandung
dimana pola asuh ini ini memiliki nilai rata-rata sebesar 2,81. Pola asuh yang
dominan selanjutnya adalah pola asuh otoriter dimana dimensi ini memiliki
rata-rata sebesar 2,73. Sementara itu, pola asuh demokratis merupakan pola
asuh yang paling sedikit penerapannya dimana dimensi ini memiliki rata-rata