• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pola Asuh Single Parent Terhadap Perilaku Seks Pranikah Remaja : studi kasus terhadap siswa SMA Negeri 10 Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pola Asuh Single Parent Terhadap Perilaku Seks Pranikah Remaja : studi kasus terhadap siswa SMA Negeri 10 Bandung."

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH POLA ASUH SINGLE PARENT TERHADAP

PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA

(Studi Kasus terhadap Siswa SMA Negeri 10 Kota Bandung)

SKRIPSI

Disusun untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Program Studi Pendidikan Sosiologi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial,

Universitas Pendidikan Indonesia

oleh

Yusni Oktaviani

1100884

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

PENGARUH POLA ASUH SINGLE PARENT TERHADAP PERILAKU

SEKS PRANIKAH REMAJA

(Studi Kasus terhadap Siswa SMA Negeri 10 Kota Bandung)

oleh

Yusni Oktaviani

1100884

Diajukan untuk memenuhi sebagaian syarat

gelar sarjana Pendidikan Sosiologi

©Yusni Oktaviani 2015

Universitas Pendidikan Indonesia

2015

Hak cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

(3)

YUSNI OKTAVIANI

PENGARUH POLA ASUH SINGLE PARENT TERHADAP PERILAKU

SEKS PRANIKAH REMAJA

(Studi Kasus terhadap Siswa SMA Negeri 10 Bandung)

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing I

Dra. Hj. Siti Komariah, M.Si, Ph.D NIP 196804031991032002

Pembimbing II

Dra. Wilodati, M.Si NIP 196801141992032002

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi

(4)

PENGARUH POLA ASUH SINGLE PARENT TERHADAP

PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA

(STUDI KASUS TERHADAP SISWA SMA NEGERI 10 BANDUNG)

Yusni Oktaviani (1100884)

ABSTRAK

Seiring perkembangan zaman dan tranformasi budaya, baik budaya masa maupun budaya populer di masyarakat, hal ini berdampak terhadap banyaknya para remaja yang mengubah gaya hidupnya. Pada kenyataannya perubahan gaya hidup ini berdampak kepada meningkatnya perilaku menyimpang di masyarakat. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah semakin meningkatnya perilaku seks pranikah yang dilakukan oleh remaja di kota Bandung terutama siswa SMA, serta kurangnya pengawasan dari orang tua dalam mencegah perilaku ini. Penelitian ini dilakukan pada siswa SMA Negeri 10 Bandung yang memiliki orang tua single parent. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pola asuh single parent yang diterapkan dan kondisi perilaku seks pranikah siswa serta adakah pengaruh dari pola asuh single parent terhadap perilaku seks pranikah remaja atau siswa di SMA Negeri 10 Bandung. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah pola asuh single parent dan perilaku seks pranikah remaja. Dimensi yang digunakan untuk pola asuh single parent ini adalah: pola asuh demokratis, permisif, dan otoriter, sedangkan dimensi perilaku seks pranikah remaja adalah bermesraan, bercumbu dan berhubungan kelamin. Penelitian ini menggunakan metode explanatory survey, teknik pengumpulan data dengan cara penyebaran angket (kuesioner). Instrumen yang digunakan adalah angket model skala Likert. Teknis analisis data yang digunakan adalah analisis regresi sederhana. Hasil penelitian menunjukkan : (1) Pola asuh permisif merupakan pola asuh yang paling dominan dalam pola asuh yang diterapkan oleh orang tua single parent pada siswa SMAN 10 Bandung, (2) Perilaku seks pranikah pada siswa SMAN 10 Bandung tergolong tinggi dimana memiliki rata-rata sebesar 2,77, (3) Terdapat pengaruh positif dan signifikan dari pola asuh

single parent terhadap perilaku seks pranikah remaja.

(5)

THE INFLUENCE OF SINGLE PARENT PARENTING STYLE ON

ADOLESCENTS’ PREMARITAL SEX BEHAVIOR

(A CASE STUDY OF 10 SENIOR HIGH SCHOOL STUDENTS IN

BANDUNG)

Yusni Oktaviani 1100884

ABSTRACT

The development and transformation of culture, either mass or popular culture among society, result in changes in many adolescents’ lifestyles. In fact, the changes affect the increase of deviant behavior among society. Two problems proposed in this current study are the increase of adolescents’ premarital sex behavior committed by adolescents, particularly high school students in Bandung, and the lack of monitoring by parents to prevent this behavior. This study is conducted to 10 Senior High School students’ who have single parent parenting style. The aims of the study are to discover the pattern of single parent parenting style implemented by the parents and to discover the influence of single parent parenting style on Bandung 10 Senior High School students’ premarital sex behavior. The variable analyzed in the current study is single parent parenting style pattern and adolescents’ premarital sex behavior. The dimensions utilized for single parent parenting style are: democratic, permissive and authoritative styles. Meanwhile, the dimensions for adolescents’ premarital sex behavior are intimacy, flattery and sexual activity. This study employs explanatory survey method, which settles questionnaire to collect the data. Likert scale is utilised as the research instrument. The data is analyzed through simple regression analysis. The study reveals that : (1) Permissive style is the most dominant parenting style implemented by single parent of Bandung 10 Senior High School Bandung students, (2) The premarital sex behavior among the students is considered high in which it counts 2,77 on average, (3) There is positive and significant influence of single parent parenting pattern on adolescents’ premarital sex behavior.

(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Struktur Organisasi Skripsi ... 7

BAB II KERANGKA TEORETIS ... 10

2.1 Konsep Keluarga ... 10

2.1.1 Pengertian Keluarga ... 10

2.1.2 Fungsi Keluarga ... 12

2.1.3 Peranan Keluargaatau Orang Tua ... 15

2.2 Konsep Pola Asuh Orang Tua ... 17

2.2.1 Pengertian Pola Asuh Orang Tua ... 17

(7)

2.2.3 Dampak Pola Asuh Orang Tua ... 25

2.2.4 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pola Asuh ... 30

2.3 Single Parent ... 31

2.3.1 Pengertian Single Parent ... 31

2.3.2 Permasalahan-permasalahan Umum yang Dihadapi Oleh Single Parent ... 31

2.3.3 Pola AsuhSingle Parent ... 33

2.4 Perilaku Seks Pranikah ... 34

2.4.1 Pengertian Perilaku Seks Pranikah... 34

2.4.2 Aspek Perilaku Seksual ... 35

2.4.3 Faktor yang Memengaruhi Perilaku Seks Pranikah ... 37

2.4.4 Dampak Perilaku Seks Pranikah ... 40

2.5 Remaja... 41

2.5.1 Pengertian Remaja ... 41

2.5.2 Batas Usia Remaja ... 42

2.5.3 Ciri-ciri Remaja ... 44

2.5.4 Tugas Perkembangan Remaja ... 47

2.6 Penelitian Terdahulu ... 50

2.7 Kerangka Pikir ... 52

2.8 Hipotesis ... 54

BAB III METODE PENELITIAN ... 55

3.1 Desain Penelitian ... 55

3.2 Lokasi Penelitian ... 58

(8)

3.4 Instrumen Penelitian... 60

3.4.1 Sumber Data ... 60

3.4.2 Teknik Pengumpulan Data ... 62

3.4.3 Instrumen Penelitian ... 63

3.4.3.1 Variabel Penelitian ... 63

3.4.3.2 Uji Validitas ... 66

3.4.3.3 Uji Realibilitas ... 68

3.5 Prosedur Penelitian... 69

3.6 Analisis Data ... 71

3.6.1 Analisis Deskriptif ... 72

3.6.2 Metode Succesive Interval (MSI) ... 73

3.6.3 Uji Normalitas ... 74

3.6.4 Uji Linieritas ... 76

3.6.5 Analisis Regresi Sederhana ... 79

3.6.6 Pengujian Hipotesis ... 80

3.6.7 Koefisien Determinasi ... 81

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 82

4.1 Profil Tempat Penelitian ... 82

4.2 Temuan Penelitian ... 86

4.2.1 Hasil Uji Validitas dan Realibilitas ... 86

4.2.2 Hasil Identitas Responden ... 92

4.2.3 Gambaran Variabel Penelitian ... 94

4.2.4 Analisis Regresi Sederhana ... 164

(9)

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ... 179

5.1 Simpulan ... 179

5.2 Implikasi ... 181

5.3 Rekomendasi ... 181

DAFTAR PUSTAKA ... 183

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

Di era keterbukaan informasi seperti sekarang ini, pergaulan bebas merupakan

fenomena yang tidak asing lagi. Pergaulan bebas dapat didefinisikan sebagai

melencengnya pergaulan seseorang dari pergaulan yang benar, pergaulan bebas

diidentikan sebagai bentuk dari pergaulan luar batas dan sering dihubungkan dengan

perilaku seks bebas.

Perilaku seksual remaja Indonesia dapat dikatakan sangat kompleks, karena telah

banyak pula penelitian mengenai hal tersebut diantaranya yang terdapat pada data

Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) pada 2007 lalu

menemukan bahwa perilaku seks bebas bukanlah sesuatu yang aneh dalam kehidupan

remaja Indonesia. Satu prosen remaja perempuan dan enam prosen remaja pria

mengaku telah menjalani perilaku seks bebas, begitupun pada remaja yang

mengetahui teman mereka melakukan seks bebas di luar nikah jumlahnya sangat

besar, mencapai 26 prosen. Masih berdasarkan sumber data yang sama menunjukkan

pengalaman berpacaran remaja di Indonesia cenderung semakin berani dan terbuka

seperti, berpegangan tangan, berciuman serta meraba dan merangsang.

Meningkatnya perilaku seksual pranikah di kalangan remaja diperkuat oleh data

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) 2009 dari penelitian di empat kota. Sebanyak

35,9 prosen remaja punya teman yang sudah pernah melakukan hubungan seksual

sebelum menikah, bahkan, 6,9 prosen responden telah melakukan hubungan

seks pranikah. Keempat kota itu adalah Jakarta Pusat, Medan, Bandung, dan

Surabaya.

(Tersedia:http://pergaulanremaja-1992.blogspot.com/2011/11/blog-post.html)

Kenakalan remaja kini lebih sering ditemukan dalam bentuk kasus seks pranikah.

Data Adolescent Reproductive Health, Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

2012 (SDKI12) menemukan kasus ini mencapai angka 14,6 prosen pada laki-laki dan

(11)

Ahli Komisi Perlindungan Anak berdasarkan survei terhadap kesehatan reproduksi

remaja yang dilakukan pada tahun 2007 remaja usia 15-19 tahun baik putra maupun

putri tidak sedikit yang sudah pernah melakukan hubungan seksual. Data terhadap

10.833 remaja laki-laki berusia 15-19 tahun didapatkan sekitar 72 prosen sudah

berpacaran, 92 prosen sudah pernah berciuman, 62 prosen sudah pernah meraba-raba

pasangan dan sekitar 10,2 prosen sudah pernah melakukan hubungan seksual.

Sedangkan hasil survei dari 9.344 remaja putri yang berusia 15-19 tahun didapatkan

data sekitar 77 prosen sudah berpacaran, 92 prosen sudah pernah berciuman, 62

prosen sudah pernah meraba-raba pasangan dan 6,3 prosen sudah pernah melakukan

hubungan seksual.

(Tersedia:http://poskotanews.com/2012/11/06/perilaku-seksual-remaja-kian-mengkhawatirkan/)

Al-Mighwar (2006, hlm. 63) mengemukakan bahwa:

Masa remaja dapat dikatakan sebagai suatu fase yang penting dalam setiap kehidupan sesorang, dimana pada masa tersebut mulai terjadi banyak perubahan baik fisik maupun non fisik, dan dapat dikatakan pula bahwa masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak yang berarti mereka harus meninggalkan segala hal yang kekanak-kanakan dan mempelajari pola tingkah laku serta sikap baru, remaja juga masa mereka melakukan pencarian jati diri atau identitas diri.

Ketika masa peralihan tersebut, mereka bukan lagi anak-anak, baik bentuk

jasmani, sikap, cara berfikir dan bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah

matang. Pada masa ini karakteristik remaja secara psikologis ditandai dengan kondisi

yang penuh gejolak, mudah mengambil jalan pintas, mudah larut dalam pergaulan,

hidup penuh dengan khayalan, bahkan seringkali berpikir kurang realistis.

Masa pra-pubertas dan pubertas sebenarnya itu penuh dengan titik-titik kritis dan

banyak kesulitan. Sehingga usaha bimbingan dan pendidikan bagi anak-anak puber

itu jadi berat, sulit, dan memerlukan kebijaksanaan (Kartono, 2007, hlm. 181). Pada

masa pubertas ini juga remaja lebih rentan terhadap masalah seksual, karena remaja

yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru apa yang

dilihat atau didengar dari pergaulan, teman maupun media massa karena pada

umumnya mereka belum pernah mengetahui masalah seksual secara lengkap dari

(12)

pendidikan seks yang baik kepada anak dan melakukan komunikasi yang terbuka

mengenai hal ini. Namun kenyataannya banyak orang tua yang menganggap

pendidikan seks pada anak merupakan hal yang tabu, sehingga jarang sekali

pendidikan seks tersebut diterapkan dalam sebuah keluarga.

Ketika hal tersebut terjadi, maka remaja cenderung akan mencari tahu melalui

sumber lain diantaranya melalui teman-temannya ataupun melalui berbagai media

cetak dan elektronik. Media ini dapat diakses siapa saja dan kapan saja sehingga

dapat mengakibatkan salah pengertian dan menjerumuskan remaja pada perilaku seks

bebas yang tidak sesuai dengan norma budaya ketimuran.

Dengan adanya berbagai fenomena pergaulan bebas di kalangan remaja yang

semakin banyak terjadi, membuat orang tua semakin khawatir dengan perilaku seks

para remaja mereka. Namun, seharusnya remaja mampu menyelesaikan tugas

perkembangan seksualitas mereka dengan baik. Karena bukan saja dapat

menimbulkan kehamilan, tapi perilaku seks yang salah dan sebelum waktunya seperti

itu juga dapat memperbesar resiko tertularnya banyak penyakit seksual.

Berbagai fenomena yang telah terjadi serta akibat yang ditimbulkan seperti di

atas dapat menjadi alasan bahwa perilaku seksual remaja merupakan permasalahan

yang sangat serius dan perlu dikaji lebih lanjut jalan keluarnya, karena hal tersebut

terjadi tidak hanya dipengaruhi oleh satu faktor saja melainkan juga berkaitan erat

dengan aspek-aspek sosial lainnya dan salah satu aspek yang paling berpengaruh

diantaranya adalah lingkungan keluarga.

Keluarga merupakan lembaga sosialisasi primer pertama bagi seorang individu,

dimana setiap individu pertama kali mendapatkan pendidikan mengenai berbagai hal

termasuk pendidikan nilai, norma, ataupun pendidikan agama adalah melalui adanya

keluarga terutama orang tua. Dalam hal ini sangat berkaitan erat pula dengan pola

asuh yang diterapkan oleh para orang tua dari masing-masing keluarga yang tentunya

belum tentu sama.

Sebagai lembaga sosial yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan diri

seorang individu, maka “keutuhan” orang tua (ayah dan ibu) dalam sebuah keluarga

(13)

dasar-dasar disiplin diri. Jika dalam keluarga terjadi kesenjangan hubungan, perlu

diimbangi dengan kualitas dan intensitas hubungan sehingga ketidakadaan ayah dan

atau ibu di rumah tetap dirasakan kehadirannya. Ini diperlukan agar pengaruh, arahan,

bimbingan, dan sistem nilai yang direalisasikan orang tua senantiasa tetap dihormati,

mewarnai sikap dan pola perilaku anak-anaknya.

Salah satu kondisi yang banyak dijumpai pada masyarakat saat ini adalah

keberadaan orang tua tunggal atau yang biasa disebut sebagai single parent.

Kematian salah seorang dari kedua orang tua sangatlah mungkin terjadi pada hidup seseorang, hal tersebut merupakan penyebab seseorang terpaksa harus menjalani kehidupan sebagai seorang single parent dan masih terdapat alasan lain yaitu dikarenakan perceraian, dan jika memang pasangan yang berpisah karena perceraian atau kematian yang memiliki anak dari perkawinan tersebut maka mau tidak mau akan terjadi pola asuh single parent dalam kurun waktu permanen atau sementara waktu. Tidak sedikit dari ibu yang memilih menjadi

single parent karena merasa cukup mampu mendirikan suatu keluarga meski tanpa didampingi pasangan (Hude, 2001, hlm. 34).

Maka ketika hal tersebut terjadi baik ayah atau ibu harus mampu menjalankan

peran ganda nya dengan baik, tentu bukanlah hal yang mudah terlebih lagi bagi

seorang ibu single parent terlepas dari perannya yang harus menafkahi anak-anaknya

sekaligus juga tidak melupakan hal penting lainnya dalam mendidik dan menjaga

anak-anaknya dari perilaku menyimpang. Karena berdasarkan fakta yang terjadi di

lapangan bahwa pada sebagian remaja yang memiliki ibu single parent sering kali

jarang mendapatkan kualitas dan intensitas hubungan yang baik dikarenakan

sibuknya sang ibu untuk mencari nafkah. Jadi, saat seorang remaja membutuhkan

pendidikan agama maupun pendidikan seks yang baik dari orang tuanya agar

terhindar dari pergaulan bebas, terkadang hal itu sulit didapatkan pada keluarga single

parent. Oleh karena itulah sangat dibutuhkan suatu pola pengasuhan yang tepat untuk

ibu single parent. Pola asuh sendiri berperan sangat penting dalam mendidik dan

membesarkan serta pembentukan dari suatu tingkah laku yang diharapkan.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di SMAN 10

Bandung pada 5 siswa kelas XII yang memiliki orang tua single parent menyatakan

(14)

wajar, asalkan mereka tidak sampai senggama. Selain itu, berdasarkan data BK guru

di SMA tersebut, pada tahun 2012 telah terjadi kasus seks bebas yang dilakukan

siswa dan siswi kelas X di kelas nya sendiri sepulang sekolah, dan siswa lain ada

yang mengetahuinya sehingga melaporkan peristiwa tersebut pada guru. Selain data

tersebut juga penulis sebagai guru yang sedang praktek di SMA tersebut, melakukan

berbagai pengamatan diantaranya dalam hal interaksi antara siswa siswi di kelas

ataupun di area sekolah yang semakin “bebas”, bahkan pacaran di kelas adalah suatu

hal yang sudah tidak dianggap aneh bagi siswa. Pada umumnya mereka tidak

mendapatkan pengetahuan tentang seksual dari orang tuanya tapi didapatkan dari

media massa baik cetak maupun elektronik. Oleh karena itulah penelitian ini

dilakukan di SMAN 10 Bandung untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara pola

asuh yang diterapkan oleh orang tua single parent terhadap perilaku seks pranikah

remaja.

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas, maka penulis tertarik

untuk mengetahui bagaimana pola asuh yang diterapkan dalam keluarga single parent

serta hubungan pola asuh single parent terhadap perilaku seks pranikah remaja. Maka

dari itu penulis akan melakukan penelitian dengan judul: PENGARUH POLA ASUH

SINGLE PARENT TERHADAP PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA (studi

deskriptif analitis terhadap siswa SMAN 10 Kota Bandung).

1.2 RUMUSAN MASALAH PENELITIAN

Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka penulis mengajukan

rumusan masalah pokok penelitian ini, yaitu: “Apakah terdapat pengaruh pola asuh

single parent terhadap perilaku seks remaja di SMAN 10 Bandung?”.

Mengingat luasnya kajian permasalahan pada masalah penelitian ini, maka

penulis membatasi masalah ke dalam beberapa rumusan, antara lain :

1. Bagaimana gambaran pola asuh yang diterapkan oleh orang tua single parent

pada siswa SMAN 10 Bandung?

2. Bagaimana gambaran/kondisi perilaku seks pranikah pada siswa SMAN 10

(15)

3. Seberapa besar pengaruh pola asuh single parent terhadap perilaku seks

pranikah siswa SMAN 10 Bandung?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Umum

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk memeroleh gambaran

tentang pengaruh pola asuh single parent terhadap perilaku seks pranikah

siswa SMAN 10 Bandung.

2. Tujuan Khusus

Selain tujuan umum, penelitian ini juga memiliki tujuan yang lebih

khusus antara lain:

a. Untuk mendapatkan gambaran pola asuh yang diterapkan oleh orang tua

single parent pada siswa SMAN 10 Bandung;

b. Untuk mendapatkan gambaran/kondisi perilaku seks pranikah pada siswa

SMAN 10 Bandung;

c. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pola asuh single parent

terhadap perilaku seks pranikah siswa SMAN 10 Bandung.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat dari penelitian ini, adalah :

1. Secara Teoretis

Secara teoretis diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi

perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang sosiologi pada umumnya yang

berhubungan dengan pola asuh terhadap perilaku seks pranikah remaja.

2. Secara Praktis

a. Bagi Penulis

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan peneliti dalam bidang ilmu

sosiologi khususnya mengenai permasalahan dalam kajian sosiologi

(16)

b. Bagi Orang Tua

Memberi informasi kepada para orang tua khususnya pada ibu single

parent dalam menerapkan pola asuh anak yang tepat serta sebagai

masukan untuk meningkatkan pengawasan terhadap anak-anaknya

terutama dalam mencegah perilaku seks pranikah pada remaja.

c. Bagi Lembaga Pendidikan

Sebagai masukan yang membangun guna meningkatkan kualitas lembaga

pendidikan yang ada, termasuk para pendidik yang ada di dalamnya untuk

memberikan pendidikan seks yang benar bagi para remaja.

d. Bagi Pembaca

Memberikan informasi baik tertulis maupun sebagai referensi mengenai

pola asuh single parent terhadap perilaku seks pranikah remaja sehingga

tidak terjadi penyimpangan perilaku pada remaja yang memiliki orang tua

tunggal (single parent).

e. Bagi Penelitian Berikutnya

Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau dikembangkan lebih

lanjut, serta referensi terhadap penelitian yang sejenis.

1.5 STRUKTUR ORGANISASI SKRIPSI

Struktur organisasi skripsi berisi rincian mengenai urutan dari setiap bab dan

bagian bab dalam seluruh penulisan skripsi yang terdiri dari dari bab satu sampai bab

terakhir. Skripsi ini terbagi menjadi 5 (lima) bab, dimana masing-masing bab terdapat

keterkaitan antara satu dengan lainnya. Adapun gambaran yang jelas, akan diuraikan

dalam sistematika sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini, berisi sub-sub bab yang terdiri dari latar belakang penelitian yang

memaparkan berbagai alasan peneliti sehingga tertarik untuk mengangkat topik dan

isu yang ditujukan untuk bahan penulisan skripsi, sub bab lainnya adalah rumusan

masalah yang diuraikan menjadi beberapa pertanyaan penelitian berupa identifikasi

(17)

penelitian yang menyajikan hasil yang ingin dicapai peneliti setelah penelitian

tersebut selesai dilakukan, serta manfaat penelitian yang berisi tentang gambaran

mengenai nilai lebih atau kontribusi yang dapat diberikan oleh hasil penelitian yang

dilakukan, dan sub bab yang terakhir yaitu struktur organisasi skripsi, memaparkan

sistematika penulisan skripsi dengan memberikan gambaran kandungan setiap bab,

urutan penulisannya, serta keterkaitan antara satu bab dengan bab lainnya dalam

membentuk sebuah kerangka utuh skripsi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Dalam bab ini, akan dipaparkan mengenai teori-teori/sumber-sumber yang

digunakan seperti buku-buku atau bahan-bahan rujukan utama yang relevan dengan

masalah yang dikaji oleh peneliti. Kajian pustaka akan memberikan konteks yang

jelas terhadap topik atau permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini serta

memuat berbagai teori mengenai variabel-variabel yang ada di dalam penelitian, juga

teori pendukung variabel tersebut dan juga penelitian terdahulu. Selain itu, dalam bab

ini berisi kerangka pikir peneliti dalam melakukan penelitian dan ditutup dengan

hipotesis penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Dalam bab ini, berisi paparan secara rinci mengenai rancangan alur penelitian

yang dilakukan oleh peneliti, mulai dari pendekatan penelitian yang diterapkan,

instrumen yang digunakan, tahapan pengumpulan data yang dilakukan, hingga

langkah-langkah analisis data yang dijalankan.

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini, dipaparkan mengenai pembahasan dari hasil penelitian yang telah

diteliti oleh peneliti berupa informasi dan hasil data-data statistik yang telah diperoleh

sesuai dengan temuan di lapangan dalam rangka penulisan skripsi tentang pengaruh

pola asuh single parent terhadap perilaku seks pranikah siswa SMAN 10 Bandung.

Pada bab ini, memuat dua hal utama yaitu: temuan penelitian berdasarkan hasil

pengolahan dan analisis data dengan berbagai kemungkinan bentuknya sesuai dengan

urutan rumusan permasalahan penelitian dan pembahasan temuan penelitian untuk

(18)

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Dalam bab ini, berisi simpulan, implikasi, dan rekomendasi, yang menyajikan

penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian sekaligus

(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 DESAIN PENELITIAN

3.1.1 Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kuantitatif. Cresweel

(2010, hlm. 24) menyatakan bahwa, “pendekatan kuantitatif adalah pengukuran

data kuantitatif dan statistik objektif melalui perhitungan ilmiah berasal dari

sampel orang-orang atau penduduk yang diminta menjawab atas sejumlah

pertanyaan tentang survey untuk menentukan frekuensi dan prosentase tanggapan

mereka”.

Menurut Cresweel (2010) dalam pendekatan kuantitatif ini penelitian akan

bersifat pre-determinded, analisis data statistik serta interpretasi data statistik.

Peneliti yang menggunakan pendekatan kuantitatif akan menguji suatu teori

dengan cara merinci suatu hipotesis-hipotesis yang spesifik, lalu mengumpulkan

data untuk mendukung atau membantah hipotesis-hipotesis tersebut. Pendekatan

yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan analisis kuantitatif

berdasarkan informasi statistika. Pendekatan penelitian yang dalam menjawab

permasalahan penelitian memerlukan pengukuran yang cermat terhadap

variabel-variabel dari objek yang diteliti untuk menghasilkan kesimpulan yang dapat

digeneralisasikan terlepas dari konteks waktu, tempat dan situasi.

Selain itu, penelitian kuantitatif menurut Sugiyono (2012, hlm. 11) adalah

sebagai berikut:

Metode kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/ statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan

kuantitatif merupakan suatu pendekatan di dalam penelitian untuk menguji

hipotesis dengan menggunakan uji data statistik yang akurat. Berdasarkan latar

(20)

menggunakan pendekatan kuantitatif untuk mengukur pengaruh pola asuh single

parent terhadap perilaku seks pranikah siswa SMAN 10 Bandung.

3.1.2 Metode Penelitian

Metode penelitian harus ditentukan oleh peneliti sebelum melaksanakan

penelitiannya agar memberikan gambaran serta arahan dan pedoman dalam

penelitian. Menurut Cresweel (2010) ”metode penelitian merupakan suatu cara

untuk memeroleh pemecahan terhadap berbagai permasalahan penelitian”.

Sugiyono (2012, hlm. 1) mengungkapkan bahwa “metode penelitian pada

dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Metode penelitian dapat dijadikan pedoman bagi penulis dan memudahkan penulis dalam mengarahkan penelitiannya, sehingga tujuan dari

penelitian dapat tercapai.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang bertujuan untuk

menjelaskan serta meringkaskan berbagai kondisi, situasi, atau berbagai variabel

yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa

yang terjadi. Peneliti menggunakan metode deskriptif untuk melihat sebab-akibat

antara variabel bebas (pola asuh single parent) dengan variabel terikat (perilaku

seks pranikah remaja).

West (dalam Darmawan, 2013, hal.38) mengungkapkan bahwa:

Metode deskriptif merupakan metode penelitian berupa pengumpulan data untuk mengetes hipotesis yang berkaitan dengan keadaan dan kejadian sekarang. Melaporakan keadaan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya. Tujuan metode deskriptif adalah untuk menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat.

Metode deskriptif dapat dilakukan pada penelitian studi kasus ataupun survei,

dan dalam penelitian ini peneliti menggunakan format deskriptif survei. Survei

dalam penelitian ini dimaksudkan untuk dapat mengetahui seberapa besar

pengaruh pola asuh yang diterapkan oleh orang tua single parent terhadap

perilaku seks pranikah remaja.

Penelitian ini menggunakan metode survei eksplanasi (explanatory survey

(21)

merupakan metode penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil,

sehingga ditemukan deskripsi dan hubungan-hubungan antar variabel”.

Konsekuensi metode survey eksplanasi ini adalah diperlukannya operasional

variabel-variabel yang lebih mendasar kepada indikator-indikatornya

(ciri-cirinya). Metode ini dibatasi pada pengertian survey sampel yang bertujuan

menguji hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya (testing research).

Sugiyono (2011, hlm. 7) mengatakan bahwa:

Penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, sehingga ditemukan kejadian kejadian relatif, distribusi, dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis. Penelitian survey merupakan penelitian yang dilakukan terhadap sejumlah individu atau unit analisis, sehingga ditemukan fakta atau keterangan secara faktual mengenai gejala suatu kelompok atau perilaku individu dan hasilnya dapat digunakan sebagai bahan pembuat rencana atau pengambilan keputusan. Penelitian survey ini merupakan studi bersifat kuantitatif dan umumnya menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul datanya.

Tingkat eksplanasi dalam hal ini adalah tingkat penjelasan. Penelitian

eksplanasi yang dimaksud adalah menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang

diteliti serta hubungan antara satu variabel dengan variabel lain (Sugiyono, 2011,

hlm. 11). Sesuai dengan hipotesis yang peneliti ajukan, dalam penelitian ini akan

digunakan statistika yang tepat untuk tujuan hubungan sebab akibat. Walaupun

uraiannya juga mengandung deskripsi, tetapi sebagai penelitian eksplanasi

asosiatif, fokus penelitian terletak pada penjelasan hubungan-hubungan antar

variabel. Dengan digunakannya metode dan pendekatan yang telah disebutkan di

atas peneliti melakukan pengamatan untuk memperoleh gambaran antara dua

variabel yaitu variabel pola asuh single parent dan variabel perilaku seks pranikah

serta menganalisis apakah terdapat pengaruh pola asuh single parent terhadap

(22)

3.2 LOKASI PENELITIAN

Lokasi dalam penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 10 kota Bandung

yang terletak di Jalan CikutraNo 77, telepon 022-7213367. Sekolah ini memiliki

nuansa yang terbilang berbeda dibanding sekolah negeri lainnya, karena sekolah

ini berdekatan dengan pasar, namun hal tersebut tidak mengurangi semangat

belajar para siswa karena situasi belajar cukup mendukung dan menyenangkan.

Objek dalam penelitian ini adalah pola asuh single parent dan perilaku seks

pranikah siswa SMA Negeri 10 Bandung. Adapun yang menjadi objek penelitian

variabel bebas (independent variable) adalah pola asuh single parent sebagai

variabel X dan variabel terikatnya (dependent variable) adalah perrilaku seks

pranikah sebagai variabel Y. Sedangkan yang menjadi subjek dalam penelitian ini

adalah siswa SMA Negeri 10 Bandung yang memiliki orang tua tunggal (single

parent).

Alasan dipilihnya SMA Negeri 10 Bandung sebagai lokasi penelitian

didasarkan pada aspek aspek berikut:

a. Peneliti memilih SMA Negeri 10 Bandung karena berdasarkan informasi guru

BK di sekolah ini yang menyatakan bahwa pernah ada suatu kasus prostitusi

terselubung di sekolah tersebut, dimana siswanya lah yang menjadi pelaku

induk semang perempuan lacur (muncikari) dalam kasus tersebut. Dengan

mengetahui hal tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana perilaku

seks pranikah siswa di SMA tersebut saat ini.

b. Hasil studi pendahuluan yang telah peneliti lakukan sebelumnya dengan cara

wawancara terhadap lima orang siswa sekolah tersebut yang memiliki orang

tua tunggal, menunjukkan bahwa lima siswa tersebut pernah melakukan

hubungan seks pranikah dengan pacarnya, diantaranya berpegangan tangan,

berpelukan bahkan berciuman. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui

lebih dalam bagaimana perilaku seks pranikah subjek penelitian di sekolah ini

beserta kaitannya dengan pola asuh yang diterapkan oleh orang tua single

(23)

c. Lokasi ini merupakan tempat peneliti melakukan Program Pengalaman

Lapangan (PPL) sebagai guru sehingga selama kurang lebih lima bulan

peneliti telah mengamati bagaimana dan sejauh mana kedekatan siswa dengan

siswi di sekolah tersebut dalam bergaul.

3.3 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

3.3.1 Populasi Penelitian

Menurut Arikunto (2013, hlm. 173), “populasi adalah keseluruhan subjek

penelitian”. Sedangkan menurut Sugiyono (2012, hlm. 80) mengemukakan

bahwa:

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari yang kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan juga benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/ subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karaketristik/sifat yang dimiliki oleh subyek/obyek itu.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa populasi merupakan

keseluruhan subyek atau obyek yang menjadi fokus dalam penelitian dengan

memerhatikan beberapa karakteristik yang sesuai dengan penelitian yang sedang

dilakukan.

Populasi yang dijadikan objek penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi yang

bersekolah di SMA Negeri 10 Bandung yang memiliki orang tua tunggal (single

parent). Gambaran tentang jumlah populasi dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

Tabel 3.1 Populasi Siswa yang Memiliki Orang Tua Tunggal

No Kelas Jumlah Siswa

1. X 35 Orang

2. XI 39 Orang

3. XII 36 Orang

Jumlah 110 Orang

(24)

Penelitian ini merupakan penelitian populasi, di mana peneliti akan meneliti

semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian. Metode pengumpulan data

dengan jalan mencatat seluruh elemen yang menjadi objek penelitian adalah

sensus (Supranto, 2003, hlm. 68). Kelebihan yang ada pada penelitian sensus

diantaranya adalah peneliti akan mendapatkan nilai yang sebenarnya dari data

yang diperoleh. Selain itu, kesimpulan yang diambil berlaku umum dan pasti.

Seperti yang dikemukakan oleh Arikunto (2007, hlm. 126), “apabila jumlah

subjek penelitian berjumlah 100-150 dan menggunakan metode pengumpulan data

dengan angket atau kuesioner, maka peneliti dapat mempertimbangkan untuk

menggunakan semua subjek penelitian atau dengan kata lain menggunakan

sensus”. Hal ini didasari oleh elemen populasi yang jumlahnya relatif sedikit dan

mendukung ketelitian dan kecermatan yang tinggi sehingga mampu

mencerminkan hasil penelitian yang sebenarnya dari subjek yang diamati

dibandingkan sampling.

3.3.2 Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2011, hlm. 118) “… sampel adalah bagian dari jumlah

dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Apa yang dipelajari dari sampel itu,

kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi”. Untuk itu sampel yang

diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili). Teknik

pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sampel

jenuh atau sampel total yang merupakan teknik penentuan sampel bila semua

anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila

jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin

membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil.

3.4 INSTRUMEN PENELITIAN

3.4.1 Sumber Data

Dalam setiap penelitian, peneliti dituntut untuk menguasai teknik

pengumpulan data sehingga menghasilkan data yang relevan dengan penelitian.

(25)

primer dan sumber sekunder. Menurut Arikunto (2010, hlm. 172) “sumber data penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh”. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian langsung

secara empirik kepada pelaku langsung atau yang terlibat langsung dengan

objek penelitian, data tersebut kemudian dikumpulkan dan diolah sendiri

oleh peneliti. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data primer

adalah seluruh data yang diperoleh dari angket yang disebarkan kepada

responden siswa SMAN 10 Bandung yang menjadi partisipan dalam

penelitian ini yaitu siswa yang memiliki orangtua single parent.

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang tidak berhubungan langsung dengan

masalah penelitian tetapi data ini mendukung untuk memperoleh data.

Data sekunder dalam penelitian ini yaitu berupa buku, dokumen-dokumen,

artikel-artikel, situs internet, kepustakaan, jurnal baik berupa teori maupun

data yang berhubungan dengan permasalahan dalam penelitian.

Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Tabel 3.2 Sumber Data

No Keterangan Jenis Data

1. Data siswa SMAN 10 Bandung dengan

orangtua single parent

Primer

2. Data Kuesioner pra-penelitian Primer

3. Data kuisioner penelitian Primer

(26)

3.4.2 Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi Lapangan

Menurut Hadi (dalam Sugiyono, 2012, hlm. 145) ‘observasi merupakan suatu

proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis

dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan’. Observasi dalam penelitian ini dilakukan sebelum dilaksanakannya pengambilan data yaitu untuk mengamati perilaku siswa siswi di SMAN 10

Bandung secara umum dalam pergaulannya. Hal ini digunakan sebagai bahan

pertimbangan untuk menyusun instrumen penelitian.

b. Studi Kepustakaan

Studi ini digunakan sebagai pembanding atau untuk mendukung informasi

yang berkaitan dengan masalah penelitian. Teknik ini digunakan untuk

melengkapi data-data dalam rangka menganalisis masalah yang sedang diteliti.

Dalam hal ini terutama menyangkut masalah pola asuh serta perilaku seks

menyimpang remaja. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan masukan berupa

konsep-konsep, prinsip, teori dan peraturan pemerintah yang berhubungan dengan

penelitian yang dilaksanakan.

c. Kuesioner

Sugiyono (2012, hlm. 142) menyatakan “kuesioner merupakan teknik

pemgumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk menjawabnya”. Dalam penelitian ini kuisioner digunakan untuk mengumpulakan data dari para responden yang telah ditentukan.

Kuisioner berisi pertanyaan yang menyangkut tentang pola asuh yang diterapkan

oleh orang tua siswa yang single parent serta perilaku seks pranikah siswa di

SMAN 10 Bandung. Pertanyaan disusun dengan memperhatikan prinsip-prinsip

penulisan angket seperti isi dan tujuan pertanyaan, bahasa yang digunakan, tipe

dan bentuk pertanyaan, panjang pertanyaan, urutan pertanyaan, penampilan fisik

angket dan sebagainya.

(27)

Oleh karena itu, peneliti melakukan kontak langsung dengan responden yang

berada di SMAN 10 Bandung.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan angket tertutup yang disajikan

dengan serangkaian alternatif dan responden cukup memberi tanda silang,

melingkar ataupun mencentang (sesuai permintaan) pada jawaban yang

dianggapnya sesuai dengan keadaan dirinya.

3.4.3 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, instrument penelitian yang digunakan adalah kuisioner

(angket), dengan skala likert. Menurut Sugiyono (2012, hlm. 93) “skala likert

digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau

sekelompok orang tentang fenomena sosial”.

Pernyataan yang dijawab oleh responden mendapat nilai sesuai dengan

alternatif jawaban yang bersangkutan. Kriteria penilaian dari pernyataan tersebut

memiliki 4 alternatif jawaban, yaitu untuk pernyataan positif mempunyai nilai

SS=4. S=3, TS=2, dan STS=1 sedangkan untuk pernyataan negatif mempunyai

nilai SS=1, S=2, TS=3, dan STS=4.

Berikut digambarkan rentang skala pada model likert.

Tabel 3.3 Rentang Skala Likert

Pernyataan

sikap

Sangat

sesuai

Sesuai Tidak

sesuai

Sangat

tidak

sesuai

Positif 4 3 2 1

Negatif 1 2 3 4

3.4.3.1 Variabel Penelitian

Operasional variabel penelitian dimaksudkan untuk mendeskripsikan dan

memudahkan dalam penetapan pengukuran terhadap variabel yang diamati.

Menurut Uep dan Sambas (2011, hlm. 86) “variabel adalah karakteristik yang

(28)

konsep variabel menjadi konsep yang lebih sederhana, yaitu indikator”. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel penelitian yaitu:

1) Variabel Independen (X)

Pengertian variabel independen menurut Sugiyono (2012, hlm. 64)

menyatakan bahwa, “variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus,

predictor, antecedent, dalam bahasa Indonesia sering disebut juga variabel bebas,

variabel bebas adalah merupakan variabel yang memengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)”.

Variabel independen atau variabel bebas pada penelitian ini adalah pola asuh

single parent (X)

2) Variabel Dependen (Y)

Pengertian variabel dependen menurut Sugiyono (2012, hlm. 39) “sering

disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia

sering disebut sebagai variabel terikat, variabel terikat merupakan variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”.

Pengertian variabel output menurut Sugiyono (2011, hlm. 4) menyatakan bahwa:

Sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat, variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam SEM (Structura Equation Modeling) Pemodelan Persamaan Struktural, variabel devenden disebut juga sebagai variabel indogen.

Maka yang menjadi variabel dependen atau variabel terikat (Y) pada

penelitian ini adalah perilaku seks pranikah remaja. Jadi dalam penelitian ini

terdapat dua variabel yang digambarkan dalam sebuah pola sebagai berikut:

Untuk lebih jelas mengenai gambaran kedua variabel tersebut dan agar

penelitian ini dapat dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan, maka perlu

Variabel Bebas (X)

Pola Asuh Single

Parent

(29)

dipahami berbagai unsur-unsur yang menjadi dasar dari suatu penelitian ilmiah

yang termuat dalam operasionalisasi variabel penelitian dapat dilihat pada tabel

sebagai beriku.

Tabel 3.4 Operasional Variabel

VARIABEL DIMENSI INDIKATOR SKALA NO. ITEM

(30)

Sumber: Diolah Oleh Peneliti

3.4.3.2 Uji Validitas

Sugiyono (2011, hlm. 267) mengatakan bahwa “validitas merupakan derajat

ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti”. Validitas adalah suatu keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen yang bersangkutan mampu mengukur yang hendak diukur.

Arikunto (2007, hlm. 65) mengemukakan bahwa “sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur”. Suatu tes dikatakan valid apabila mampu mengukur tujuan khusus tertentu yang sesuai dengan judul

penelitian.

1. Bermesraan  Pengungkapan rasa dalam

(31)

Untuk menguji validitas kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini

digunakan analisis item dengan menguji karakteristik masing-masing item yang

menjadi bagian tes yang bersangkutan. Teknik penyusunan yang akan digunakan

adalah penyusunan skala sikap pada validitas konstruk. Validitas konstruk

(construk validity) dilihat dari bagaimana alat ukur yang dikembangkan mampu

mengemukakan seluruh aspek yang membangun kerangka dari konsep-konsep

yang diteliti. Uji validitas dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor tiap bulir

item dengan skor total. Rumus ini menggunakan Korelasi product moment yang

dikembangkan oleh Karl Pearson (Arikunto, 2010, hlm. 213), seperti berikut:

]

rxy = Koefisien korelasi product moment

n = Jumlah responden ∑Xi = Jumlah skor item ke i

2 = Jumlah dari kuadrat item ke i

∑Y = Total dari jumlah skor yang diperoleh tiap responden

∑ �2 = Total dari kuadrat jumlah skor yang diperoleh tiap responden

Setelah koefisien korelasi product moment setiap item pertanyaan

didapatkan, penentuan valid atau tidaknya suatu item pertanyaan dilakukan

dengan membandingkan nilai rxy dengan nilai r tabel. Nilai tabel r ditentukan pada

derajat bebas (db=n-2) dan tingkat signifikansi 95% atau α = 0.05. Nilai r tabel

pada taraf signifikansi 5% dengan objek 110 responden adalah 0,187. Keputusan

uji validitas ditentukan dengan kriteria sebagai berikut :

Jika rxy > r tabel, maka item pertanyaan dinyatakan valid.

Jika rxy < r tabel, maka item pertanyaan dinyatakan tidak valid

Instrumen yang valid dapat dilihat kriteria penafsirannya melalui indeks

(32)

Tabel 3.5 Kriteria Validitas

3.4.3.3 Uji Reliabilitas

Pengujian terhadap tingkat reliabilitas atau keandalan sebuah instrumen,

dimaksudkan untuk mengetahui apakah kuesioner dapat memberikan ukuran yang

konstan atau tidak. Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu

alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat ukur dipakai

lebih dari satu kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang

diperoleh relatif konsisten, maka alat ukur tersebut reliabel. Pengukuran

reliabilitas kuesioner dilakukan dengan menggunakan koefisien reliabilitas Alpha

dari Cronbach (Arikunto, 2010, hlm. 239), yaitu:

2

r = Koefisien Reliabilitas Alpha

k = Jumlah item pertanyaan σi2 = Varians item pertanyaan σt2 = Varians skor total

Rumus perhitungan nilai varians adalah sebagai berikut :

(33)

Keterangan: σ = Varians

∑X = Jumlah skor item pertanyaan ∑X2

= Jumlah dari kuadrat item pertanyaan

N = Jumlah responden

Koefisien reliabilitas Alpha yang dihasilkan kemudian dilihat nilainya dan

dibandingkan dengan kriteria yang telah ditentukan. Keputusan uji reliabilitas

ditentukan dengan kriteria sebagai berikut :

Jika r11 > r tabel, maka variabel tersebut dinyatakan reliabel

Jika r11 < r tabel, maka variabel tersebut dinyatakan tidak reliable

3.5 PROSEDUR PENELITIAN

Suatu penelitian haruslah berdasarkan data yang empiris dan juga harus

berdasarkan prosedur yang benar dengan sistematika yang jelas pula. Mengenai

prosedur penelitian, Arikunto (2013, hlm. 13) mengemukakan bahwa:

Alur pemikiran penelitian, apapun jenis penelitiannya selalu dimulai dari adanya permasalahan atau ganjalan, yang merupakan suatu kesenjangan yang dirasakan oleh peneliti. Kesenjangan tersebut terjadi karena adanya perbedaan kondisi antara kondisi nyata dengan kondisi harapan. Dengan adanya kesenjangan ini peneliti mencari teori yang tepat untuk mengatasi permasalahan melalui penelitian, yaitu mencari tahu tentang kemungkinan penyebab kondisi yang menjadi permasalahan itu. Hasil dari penelitiannya akan digunakan untuk mengatasi permasalahan yang dirasakan.

Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti terlebih dahulu mencari berbagai

teori pendukung atas permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini. Setelah

teori pendukung ditemukan, kemudian peneliti merumuskan beberapa pertanyaan

penelitian dalam bentuk rumusan masalah. Di dalam rumusan masalah ini berisi

hal-hal yang menjadi fokus peneliti dalam mencari serta menganalisis data.

Setalah pengumpulan data dan analisis data selesai dilakukan, maka tahap terakhir

dalam penelitian ini adalah membuat kesimpulan. Penting sekali diingat bahwa

kesimpulan yang diperoleh haruslah merupakan jawaban dari rumusan masalah

(34)

penalaran untuk berbagai jenis penelitian sebetulnya sama, yaitu seperti tergambar

dalam bagan berikut.

Gambar 3.1 Alur Penalaran Penelitian

Selain alur pemikiran di atas, peneliti juga melakukan beberapa tahap

penelitian sebagai berikut.

1. Tahap persiapan

a. Peneliti melakukan studi pendahuluan dengan melakukan

wawancara kepada beberapa siswa di SMA Negeri 10 Bandung

mengenai pengaruh pola asuh single parent terhadap perilaku seks

pranikah siswa;

b. Merumuskan masalah penelitian yang akan peneliti lakukan;

c. Peneliti melakukan kajian teori yang relevan dari beberapa

referensi;

d. Untuk menguji hipotesis yang telah dibuat peneliti memilih

metode/pendekatan/desain penelitian yang sesuai. Dalam penelitian

Permasalahan Teori Pendukung

Rumusan Masalah

Pengumpulan Data

Analisis Data

(35)

ini peneliti menggunakan metode deskriptif survei dengan

pendekatan kuantitatif;

e. Menentukan dan menyusun instrumen penelitian. Instrumen ini

digunakan sebagai alat pengumpul data yang berbentuk angket;

f. Judgement instrumen;

g. Uji coba instrumen;

h. Analisis ujicoba instrumen berupa validitas dan realibilitas.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Penyebaran angket kepada 30 orang responden untuk melakukan uji

coba validitas dan realibilitas pertanyaan pada instrumen angket;

b. Penyebaran angket yang telah diuji coba validitas dan

realibilitasnya kepada 110 orang responden yang telah ditentukan.

3. Tahap Penyusunan Laporan

a. Pengumpulan data;

b. Menganalisis hasil data penelitian;

c. Melihat apakah hipotesis yang diajaukan ditolak atau diterima atau

apakah penemuan itu sesuai dengan hipotesis yang diajukan atau

tidak berdasarkan analisis data sebelumnya;

d. Membuat kesimpulan.

3.7 ANALISIS DATA

Data penelitian yang diperoleh dianalisis menggunakan metode kuantitatif

yang terdiri dari tahapan-tahapan berikut ini:

1. Editing

Proses yang dilakukan setelah data terkumpul untuk melihat apakah

jawaban-jawaban pada daftar pertanyaan sudah terisi dengan lengkap atau belum.

2. Cooding

Data yang telah di edit diberi identitas sehingga memiliki arti tertentu pada

saat dianalisis

3. Tabulating

Pengolahan data secara teratur dihitung dan dijumlah secara teratur dan

(36)

4. Teknik Analisis Data

3.5.1 Analisis Deskriptif

Dalam penelitian ini, statistika deskriptif dilakukan untuk menjawab

identifikasi masalah penelitian pertama dan kedua yang telah ditetapkan.

Sugiyono (2011, hlm. 169) menyatakan bahwa:

Statistika deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.

Teknik analisis deskriptif digunakan untuk manganalisis gambaran variabel.

Secara khusus, analisis data deskriptif yang digunakan adalah dengan menghitung

ukuran pemusatan dan penyebaran data yang telah diperoleh, dan kemudian

disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Untuk menjawab rumusan masalah

nomor 1 dan rumusan masalah nomor 2, maka teknik analisis data yang

digunakan adalah analisis deskriptif. Langkah-langkah analisis data deskriptif

yaitu sebagai berikut :

a. Penyajian data melalui tabel, berdasarkan angka frekuensi dan persentase

(%). Seperti contoh tabel di bawah ini :

Tabel 3.6 Distribusi Frekuensi

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

1. Sangat Sesuai

2. Sesuai

4. Tidak Sesuai

5. Sangat Tidak Sesuai

b. Membuat grafik. Penyajian data melalui tabel, yang kemudian

ipersentasekan dan dibuat grafiknya, sehingga terlihat gambaran pola asuh

single parent dan perilaku seks pranikah dalam bentuk grafik

c. Perhitungan skor rata-rata digunakan untuk mengetahui gambaran varibel

(37)

d. Perhitungan rata-rata jawaban responden dibandingkan dengan

menggunakan nilai kriteria yang telah ditetapkan sebagai berikut :

Tabel 3.7 Kriteria Penafsiran Deskripsi

Rentang Penafsiran

X Y

1 – 1.75 Sangat Buruk Sangat Rendah

1.76 – 2.50 Buruk Rendah

2.51 – 3.25 Baik Tinggi

3.26 – 4 Sangat Baik Sangat Tinggi

Sumber : Diadaptasi dari skor kategori Likert skala 4 (Sambas dan Maman, 2007, hlm. 146).

3.5.2 Metode Succesive Interval (MSI)

Mengingat data variabel penelitian seluruhnya diukur dalam bentuk skala

ordinal, sementara pengolahan data dengan penerapan statistik parametrik yaitu

analisis regresi linier sederhana mensyaratkan data sekurang-kurangnya harus

diukur dalam skala interval. Dengan demikian semua data ordinal yang terkumpul

terlebih dahulu akan ditransformasikan menjadi skala interval.

Pola pengubahan di atas digunakan untuk setiap item dari seluruh item

instrumen, secara teknis operasional pengubahan data dari ordinal ke interval

menggunakan Metode Succesive Interval (MSI). Metode Succesive Interval (MSI)

dapat dioperasikan dengan salah satu program tambahan pada Microsoft Excel,

yaitu Program Succesive Interval. Langkah kerja yang dapat dilakukan adalah

sebagai berikut :

1. Pertama perhatikan setiap butir jawaban responden dari angket yang

disebarkan.

2. Pada setiap butir ditentukan berapa orang yang mendapatkan skor 1, 2, 3,

4 dan 5 yang disebut sebagai frekuensi.

3. Setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya responden dan hasilnya disebut

(38)

4. Tentukan nilai proporsi kumulatif dengan jalan menjumlahkan nilai

proporsi secara berurutan per kolom skor.

5. Gunakan Tabel Distribusi Normal, hitung nilai Z untuk setiap proporsi

kumulatif yang diperoleh.

6. Tentukan nilai tinggi densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh

Nilai Densitas =

7. Menentukan nilai interval rata-rata untuk setiap pilihan jawaban melalui

persamaan berikut:

Nilai Skala = (Dencity at Lower Limit) - (Dencity at Upper Limit)

(Area Below Upper Limit) – (Area Below Lower Limit)

8. Tentukan nilai transformasi dengan menggunakan rumus :

(Riduwan dan Engkos, 2008, hlm. 30)

Data hasil transformasi dapat dianalisis dengan menggunakan analisis regresi

sederhana karena syarat data berupa data interval telah terpenuhi.

3.5.3 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji kenormalan distribusi suatu data. Uji

normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang didapatkan

berdistribusi normal sehingga dapat dipakai dalam pengujian statistic parametric

seperti analisis regresi. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pengujian

normalitas dengan Liliefors. Kelebihan Liliefors Test adalah

penggunaan/perhitungannya yang sederhana, serta cukup kuat sekalipun dengan

ukuran sampel kecil (Rasyid dalam Muhidin dan Sontani, 2010, hlm. 93).

Langkah kerja uji normalitas dengan metode Liliefors menurut Muhidin

(2010, hlm. 93) adalah sebagai berikut:

(39)

a. Susunlah data dari kecil ke besar. Setiap data ditulis sekali, meskipun ada beberapa data yang sama.

b. Periksa data, berapa kali munculnya bilangan-bilangan itu (frekuensi harus ditulis).

c. Dari frekuensi susun frekuensi kumulatifnya.

d. Berdasarkan frekuensi kumulatif, hitunglah proporsi empirik (observasi). e. Hitung nilai z untuk mengetahui Theoretical Proportion pada table z. f. Menghitung Theoretical Proportion.

g. Bandingkan Empirical Proportion dengan Theoretical Proportion, kemudian carilah selisih terbesar titik observasinya.

h. Buatlah kesimpulan, dengan kriteria uji, tolak H0 jika D > D(n,α)

Berikut adalah tabel distibusi pembantu untuk pengujian normalitas data.

Tabel 3.8 Tabel Distribusi Pembantu untuk Pengujian Normalitas

(40)

= Nilai kuadrat X

n = populasi

s = Simpangan baku

(Muhidin, 2010, hlm. 93)

Kolom 6 : Theoretical Proportion (tabel z) : Proporsi Kumulalif Luas Kurva

Normal Baku dengan melihat nilai z pada label distribusi normal.

Kolom 7 : Selisih Empirical Proportion dengan Theoretical Proportion

dengan cara mencari selisih kolom (4) dan kolom (6)

Kolom 8 : Nilai mutlak artinya semua nilai harus bertanda positif. Tandai

selisih yang terbesar nilainya. Nilai tersebut adalah D hitung. Selanjutnya menghitung D tabel pada α = 0,05 dengan rumus perhitungan

nilai sebagai berikut : 0,886

n

n= populasi

(Muhidin, 2010, hlm. 93)

Langkah terakhir adalah membuat kesimpulan dengan kriteria :

 D hitung < D tabel, maka H0 diterima, artinya data berdistribusi normal.

 D hitung ≥ D tabel, maka H0 ditolak, artinya data tidak berdistribusi normal.

3.5.4 Uji Linieritas

Uji linieritas, dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel terikat

dengan variabel bebas bersifat linier. Uji linieritas dilakukan dengan uji kelinieran

regresi.

Langkah-langkah uji linearitas regresi (Somantri dan Muhidin, 2006, hlm.

296):

1. Menyusun tabel kelompok data variabel x dan variabel y.

2. Menghitung jumlah kuadrat regresi (JK reg(a)) dengan rumus:

(41)

3. Menghitung jumlah kuadrat regresi b І a (JK reg(a)) dengan rumus:

4. Menghitung jumlah kuadrat residu (JKres) dengan rumus:

JKres = Jumlah Kuadrat Residu

JKreg (b/a) = Jumlah Kuadrat Regresi

JKreg (a) = Jumlah Kuadrat Regresi Intersep

5. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat regresi a (RJKreg(a)) dengan rumus:

JKreg (a) = Jumlah Kuadrat Regresi Intersep

RJKreg (a) = Rata-rata Jumlah Kuadrat Regresi Intersep

6. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat regresi b/a (RJKreg(a)) dengan rumus:

JKreg (b/a) = Jumlah Kuadrat Regresi

RJKreg (a) = Rata-rata Jumlah Kuadrat Regresi Intersep

7. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat residu (RJKres) dengan rumus:

RJKres =

JKres = Jumlah Kuadrat Residu

RJKres = Rata-rata Jumlah Kuadrat Residu

N= populasi

8. Menghitung jumlah kuadrat error (JKE) dengan rumus:

 

sampai data yang paling besar berikut disertai pasangannya.

9. Menghitung jumlah kuadrat tuna cocok (JKTC) dengan rumus:

JKres = ΣY2– JKreg (b/a) – JK reg (a)

RJKreg(a) = JK reg (a)

RJKreg(a) = JKreg (b/a)

JK = JK – JK

(42)

JKTC = Jumlah kuadrat tuna cocok

JKres = Jumlah Kuadrat Residu

JKE = Jumlah Kuadrat Residu

10.Menghitung rata-rata jumlah kuadrat tuna cocok (RJKTC) dengan rumus:

2

RJKTC = Rata-rata Jumlah Kuadrat Tuna Cocok

JKTC = Jumlah Kuadrat Tuna Cocok

k = jumlah variabel bebas

11.Menghitung rata-rata jumlah kuadrat error (RJKE) dengan rumus:

E

RJKE = Rata-rata Jumlah Kuadrat Residu

JKE = Jumlah Kuadrat Residu

k = jumlah variabel bebas

N= populasi

12.Mencari nilai uji F dengan rumus:

TC

RJKTC = Rata-rata Jumlah Kuadrat Tuna Cocok

RJKE = Rata-rata Jumlah Kuadrat Residu

13.Menentukan kriteria pengukuran: Jika nilai uji F < nilai tabel F, maka

distribusi berpola linier.

14.Mencari nilai Ftabelpada taraf signifikan 95% atau α = 5 %

15.Membandingkan nilai uji F dengan nilai tabel F kemudian membuat

(43)

3.5.5 Analisis Regresi Sederhana

Dalam penelitian ini, statistika inferensial dilakukan untuk menjawab

identifikasi masalah penelitian ketiga yang telah ditetapkan. Sugiyono (2011, hlm. 170) menyatakan bahwa “statistika inferensial adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dan hasilnya diberlakukan untuk populasi”. Ciri analisis data inferensial adalah digunakan rumus statistik tertentu (misalnya uji t, uji F,

dan lain sebagainya).

Dalam penelitian ini, analisis regresi sederhana adalah alat statistik

inferensial yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian yang telah

ditetapkan. Analisis regresi sederhana didasarkan pada hubungan fungsional

ataupun kausal satu variabel independen dengan satu variabel dependen

(Sugiyono, 2011, hlm. 170). Analisis regresi sederhana dimulai berdasarkan

persamaan regresi sederhana sebagai berikut (Sugiyono, 2011, hlm. 237):

Ŷ= a + bX

Keterangan: Ŷ = variabel tak bebas (nilai duga)

X = variabel bebas

a = penduga bagi intersap (α)

b = penduga bagi koefisien regresi (β)

Rumus mencari nilai a dan b:



 = jumlah total nilai variabel bebas Yi

 = jumlah total nilai variabel terikat

2

Xi

 = jumlah total nilai kuadrat variabel bebas XiYi

(44)

3.5.6 Pengujian Hipotesis

Pengujian adanya pengaruh antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat

(Y) memerlukan pengujian hipotesis atau pengujian signifikansi. Uji hipotesis

akan membawa pada kesimpulan untuk menerima atau menolak

hipotesis.Pengujian hipotesis secara parsial dilakukan dengan menggunakan

rumus uji t. Hipotesis yang diajukan peneliti adalah sebagai berikut :

H0: β=0: Tidak ada pengaruh variabel X terhadap variabel Y

H1: β≠0: Ada pengaruh variabel X terhadap variabel Y

Untuk mengetahui apakah hubungan yang ditemukan dapat digeneralisasikan

atau tidak, rumus pengujian hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut :

2 2

1

r n t

r

 

(Muhidin, 2010. hlm. 105)

Keterangan :

t : nilai t hitung

n : jumlah sampel

r : nilai koefisien korelasi

Nilai t hitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan t tabel sebagai

titik kritis atau daerah kritis. Kriteria yang digunakan adalah :

1. H0 ditolak dan H1 diterima, apabila thitung>ttabel dinyatakan signifikan

(diterima) atau nilai sig. < α.

2. H0 dterima dan H1 ditolak, apabila thitung≤ ttabel dinyatakan tidak signifikan

(45)

3.5.7 Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar variasi

perubahan variabel dependen yang dipengaruhi oleh variabel independen.

Koefisien determinasi akan menghasilkan persentase yang menunjukkan

persentase variabel independen dalam mempengaruhi perubahan nilai variabel

dependen di dalam model regresi. Adapun perhitungannya adalah dengan

menggunakan rumus Muhidin (2010, hlm. 105) sebagai berikut :

KD = r² x 100%

Keterangan :

KD : koefisien determinasi

r : koefisien korelasi

(46)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Bab V simpulan, implikasi dan rekomendasi merupakan bagian terakhir dalam

penelitian ini, bab ini didasarkan pada seluruh hasil penelitian yang telah dilakukan

peneliti untuk menjawab semuan pertanyaan atau hipotesis penelitian. Pada bab terakhir ini, peneliti menyimpulkan hasil penelitian yang berjudul “Pengaruh Pola Asuh Single Parentterhadap Perilaku Seks Pranikah Remaja”.

Pada bagian akhir dari penyusunan skripsi akan dikemukakan hal-hal pokok

yang disajikan sebagai pemaknaan penelitian terhadap hasil penelitian yang diperoleh

berdasarkan simpulan dan rekomendasi.

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis terhadap siswa SMAN

10 Bandung untuk mengetahui pengaruh dari pola asuh single parent terhadap

perilaku seks pranikah remaja dan berdasarkan hasil penelitian pada bab sebelumnya

serta pembahasan yang disertai teori-teori yang mendukung mengenai pengaruh pola

asuh single parent, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pola asuh yang diterapkan oleh orang tua single parent pada siswa SMAN 10

Bandung tergolong tinggi dimana memiliki rata-rata sebesar 2,72. Pola asuh

permisif merupakan pola asuh yang paling dominan dalam pola asuh yang

diterapkan oleh orang tua single parent pada siswa SMAN 10 Bandung

dimana pola asuh ini ini memiliki nilai rata-rata sebesar 2,81. Pola asuh yang

dominan selanjutnya adalah pola asuh otoriter dimana dimensi ini memiliki

rata-rata sebesar 2,73. Sementara itu, pola asuh demokratis merupakan pola

asuh yang paling sedikit penerapannya dimana dimensi ini memiliki rata-rata

Gambar

Tabel 3.1 Populasi Siswa yang Memiliki Orang Tua Tunggal
Tabel 3.2 Sumber Data
Tabel 3.3 Rentang Skala Likert
Tabel 3.4 Operasional Variabel
+6

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, dapat disimpulkan (1) Peran pola asuh demokratis pada orang tua tunggal

pola asuh demokratis dan pola asuh permisif. Namun yang mendominasi penggunaannya ialah pola asuh permisif. Kedua pola asuh ini diterapkan dalam lingkungan

a) Frekuensi jumlah pola asuh yang diterapkan oleh orang tua di PAUD Al-Hasanah Tebing Tinggi Okura, peneliti menyimpulkan bahwa tipe pola asuh permisif merupakan

Adapun pola asuh yang penulis maksud dalam pembahasan ini adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja oleh orang tua single parent terhadap pendidikan agama Islam anak

Dampak pola asuh orang tua tunggal (single parent) pada prestasi belajar siswa di SD N 08 Indralaya Palembang, yaitu: Anak yang diasuh dengan pola asuh otoritative (otoriter)

single parent dalam perkembangan kepribadian anak di Desa Jetis Kecamatan Selopampang Kabupaten Temanggung yaitu: 1) Pola asuh otoriter terjadi pada orang tua

Pola asuh demokratis lebih banyak diterapkan oleh orang tua, menyusul pola asuh otoriter dan permisif.4 orang tua dengan pola asuh demokratis, 1 orang tua dengan pola asuh otoriter dan

Pada penelitian pola asuh permisif aspek yang paling tinggi adalah orang tua kurang kontrol dengan persentase sebesar 42%, artinya sebagian besar penggemar BTS pada penelitian ini