• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA (Studi Tentang Pelaksanaan Prinsip Partisipasi, Transparansi dan Akuntabilitas di Desa Kurungan Nyawa Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA (Studi Tentang Pelaksanaan Prinsip Partisipasi, Transparansi dan Akuntabilitas di Desa Kurungan Nyawa Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran)"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

ANALISIS PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA (Studi Tentang Pelaksanaan Prinsip Partisipasi, Transparansi dan Akuntabilitas di Desa Kurungan Nyawa Kecamatan Gedong Tataan

Kabupaten Pesawaran)

Oleh

INDAH YULYANTI

(2)

Pesawaran. Metode penelitian yang digunakan adalah tipe deskriptif, yaitu memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sosial tertentu di Desa Kurungan Nyawa melalui prinsip-prinsip Good Governance . Teknik pengumpulan data diperoleh melalui data primer dan data sekunder, data yang dianalisis bersifat kualitatif yakni menggambarkan dan menguraikan hasil penelitian kedalam bentuk kalimat secara lengkap, sistematis dan dilakukan pembahasan untuk memperoleh suatu pengertian sehingga dapat ditarik kesimpulan.

(3)

ABSTRAK

ANALYSIS PRINCIPLES IMPLEMENTATION OF GOOD GOVERNANCE IN VILLAGE GOVERNANCE

(Study of the implementation of the principles of participation, transparency and accountability in village of Kurungan Nyawa sub district

Gedong Tataan of Pesawaran )

Oleh

INDAH YULYANTI

In realizing good governance, the village needs to manage the government with the principles of transparency, and accountability for the partition of the village government to improve. Service to the community so that this principle be a method of fulfilling the public interest, the village where it’s presence is directly related to community and rural development as the spearhead of getting sued readiness in improving the service, this thus the principle of good government has become very important to be translated in village governance, a problem that arises is how to realize these principles when society has passive character in addition to cultural, barriers and lack of understanding about good governance, both at the level of village government and the community.

(4)

confinement governance. Data collection techniques obtained through primary and secondary data, a qualitative analysis of data that describes and outline the result of research into sentence form a complete, systematic and conducted discussions to gain an understanding allows for interchangeable drawn a conclusion.

The results of this study indicate that the implementation of good governance in the principles of participation,transparency and accountability in Kurungan Nyawa’s village has not run optimally, it is caused by human resource constraints

(5)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Good Governance

Terselenggaranya pemerintahan yang baik, bersih, dan berwibawa menjadi cita-cita dan harapan setiap bangsa. Konsep “governance” dalam “clean and goog

governance seringkali terjadi kerancuan pemahaman dengan konsep

“government”. Menurut Sadu Wasistiono, perbedaan antara government dan

governance yaitu konsep government lebih merujuk pada suatu badan/ lembaga atau fungsi yang dijalankan oleh organ tertinggi dalam suatu Negara, sedangkan goveranance merupakan suatu cara, penggunaan atau pelaksanaan (Syarief Makhya, 2004 : 64)

Menurut Ganie Rochman, konsep Government menunjuk pada suatu organisasi pengelolaan berdasarkan wewenang tertinggi (negara dan pemerintah), sedangkan konsep Governance menunjukkan tidak sekedar melibatkan pemerintah dan negara, tetapi juga peran berbagai aktor diluar pemerintah dan negara, sehingga pihak-pihak yang terlibat juga sangat luas. (Joko Widodo, 2001 : 41)

(6)

Perbedaan paradigma antara ”government” dan ”governance” , berikut ini ditampilkan tabel perbedaan istilah government dan governance.

Tabel 1. Perbedaan istilah government dan governance

No Unsur Perbandingan Kata Goverment Kata Governance

1 Pengertian-pengertian fungsi yang dijalankan oleh organ tertinggi dalam suatu negara.

Cara, penggunaan atau pelaksana

2 Hubungan Hirarkis yang memerintah diatas, yang diperintah dibawah.

Hierarkis, kesetaraan kedudukan dan hanya berada dalam fungsi

3 Komponen yang terlibat Sebagai subyek hanya ada satu yaitu instansi

Kepatuhan warga negara Partisipasi warga negara

6 Hasil ( output) yang

(7)

Menurut J.S Endarlin bahwa governance merupakan suatu terminologi yang digunakan untuk menggantikan istilah government, yang menunjukkan penggunanan otoritas politik, ekonomi, dan administrasi dalam mengelola masalah-masalah kenegaraan. Istilah ini secara khusus menggambarkan perubahan peranan pemerintah dari pemberi pelayanan kepada enabler atau fasilitator, dan perubahan kepemilikan yaitu dari milik negara menjadi milik rakyat. (Dharma, 2002 : 223)

Tata kepemerintahan yang baik merupakan suatu konsepsi tentang penyelenggaraan dan pengelolaan pemerintahan yang bersih, demokratis, dan efektif yang berlandaskan pada prinsip-prinsip, antara lain transparan, akuntabel, profesional, efisien dan efektif. Upaya membangun tata kepemerintahan yang baik pada hakikatnya merupakan upaya membangun sistem nilai penyelenggaraan administrasi negara yang menyangkut seluruh aspek berbangsa dan bernegara. (Joko Widodo, 2001 : 23)

Menurut Lembaga Administrasi Negara / LAN dinyatakan bahwa good governance adalah penyelenggaraan pemerintahan negara yang solid dan bertanggung jawab, serta efektif dan efesien, dengan menjaga “kesinergian”

interaksi yang konstruktif diantara domain-domain negara, sektor swasta dan masyarakat. Governance adalah mekanisme pengelolaan sumber daya ekonomi dan sosial yang melibatkan pengaruh sektor negara dan sektor non pemerintahan dalam kegiatan kolektif. (Joko Widodo, 2001 : 18)

(8)

meningkatkan kemampuan rakyat yang dalam pencapaian tujuan ( nasional ) kemandirian pembangunan berkelanjutan dan keadilan sosial. Kedua, aspek-aspek fungsional dari pemerintahan yang efektif dan efesien dalam pelaksanaan tugasnya untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. (Joko Widodo, 2001 : 23)

Berdasarkan pengertian ini, Lembaga Administrasi Negara (LAN) kemudian mengemukakan bahwa good governance berorientasi pada, yaitu : Pertama, orientasi ideal negara yang diarahkan pada pencapaian tujuan nasional. Kedua, pemerintahan yang berfungsi secara ideal yaitu secara efektif, efesien dalam melakukan upaya mencapai tujuan nasional. (Joko Widodo, 2001 : 23)

Orientasi pertama mengacu pada demokratisasi dalam kehidupan bernegara dengan elemen-elemen konstituennya seperti legitimacy (apakah dipilih dan mendapat kepercayaan dari masyarakat), acountability (akuntabilitas), scuring of human right (perlindungan hak-hak azasi manusia), autonomy and devolution power, dan ssurance ao civillian control. Sedangkan orientasi yang kedua, tergantung sejauhmana pemerintah mempunyai kompetensi dan sejauhmana struktur serta mekanisme politik dan administrasi berfungsi secara efektif dan efesien.

Bedasarkan pengertian yang telah diuraikan diatas penulis menyimpulkan bahwa pengertian good governance adalah penyelenggaraan pemerintahan negara yang solid dan bertanggung jawab, serta efektif dan efesien, dengan menjaga “kesinergian” interaksi yang konstruktif diantara domain-domain negara, sektor

(9)

(nasional) kemandirian pembangunan berkelanjutan dan keadilan sosial serta aspek-aspek fungsional dari pemerintahan yang efektif dan efesien dalam pelaksanaan tugasnya untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.

Penyelenggaraan good governance dalam pelaksanaannya menuntut keterlibatan seluruh elemen yang ada dalam masyarakat dan dapat segera diwujudkan manakala pemerintah didekatkan dengan yang diperintah. Pemerintah yang didekatkan dengan yang diperintah berarti desentralisasi dan otonomi. (Joko Widodo, 2001 : 29)

Pemerintah yang didekatkan dengan yang diperintah ( rakyat ) akan mengenali apa yang menjadi kebutuhan, permasalahan keinginan dan kepentingan serta aspirasi masyarakat secara baik dan benar, karenanya kebijakan yang dibuat akan dapat mencerminkan apa yang menjadi kepentingan dan aspirasi masyarakat yang dilayaninya. ( Arif Budiman, 2001: 25)

Smith menegaskan bahwa pemerintah lokal lebih mampu daripada pemerintah pusat dalam merespon perubahan tuntutan, melakukan eksperimen dan mengantisipasi perubahan-perubahan pada masa mendatang. Pemerintah lokal memberikan bentuk pemerintahan sehingga rakyat dari kelompok-kelompok non produser (pengatur kebijakan) dapat lebih mudah berpartisipasi. (Arief Budiman, 2001 : 26)

(10)

integrasi nasional yang kesemuanya aakan mendekatkan pemerintahan kepada rakyat dan memberikan pelayanan yang lebih baik kepada rakyat dan untuk melatih rakyat terlibat dalam proses politik baik pada skala lokal maupun nasional, dengan demikian pemerintah dapat lebih responsibel, akuntabel, dan responsif terhadap permasalahan, tuntutan dan aspirasi rakyat.

1. Prinsip-Prinsip Good Governance.

Menurut UNDP (1997), prinsip-prinsip Good Governance itu terdapat 9 (sembilan) prinsip untuk melaksanakan praktik tata pemerintahan yang baik, meliputi :

a. Partisipasi Masyarakat

Setiap warga masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan harus memiliki hak suara yang sama dalam proses pengambilan keputusan, baik secara langsung atau melalui perwakilan, sesuai dengan kepentingan dan aspirasinya masing-masing.

b. Aturan Hukum ( Rule Of Law )

Kerangka aturan hukum dan perundang-undangan haruslah berkeadilan, ditegakkan dan dipatuhi secara utuh.

c. Transparansi

(11)

d. Daya tangkap

Setiap institusi harus diarahkan pada upaya untuk melayani berbagai pihak yang berkepentingan.

e. Berorientasi konsensus

Pemerintah yang baik harus bertindak sebagai penengah bagi berbagai kepentingan yang berbeda untuk mencapai konsensus atau kesepakatan yang terbaik bagi kepentingan masing-masing pihak dan dimungkinkan dapat diberlakukan terhadap berbagai kebijakan yang ditetapkan pemerintah.

f. Berkeadilan

Pemerintahan yang baik harus memberikan kesempatan yang sama baik laki-laki atau perempuan dalam upaya mereka meningkatkan dan memelihara kualitas hidupnya.

g. Efektifitas dan efisiensi

Setiap proses kegiatan dan kelembagaan diarahkan untuk menghasilkan sesuatu yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan melalui pemanfaatan yang sebaik-baiknya berbagai sumber-sumber yang tersedia.

h. Akuntabilitas

Para pengambil keputusan dalam organisasi sektor publik, swasta atau masyarakat memiliki pertanggung jawaban kepada publik.

i. Visi strategi

(12)

membangun manusia, bersama dengan dirasakannya kebutuhan untuk pembangunan tersebut.

Sedangkan menurut I Wayan Gede Suacana dalam Ringkasan Disertasi Program Doktor Kajian Budaya Universitas Udayana, 2008 mengemukakan bahwa :

”dalam pelaksanaan tata pemerintahan yang baik dalam era transisi demokrasi terdapat tiga aspek dasar yang perlu dikembangkan yaitu : prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas dan partisipasi‟. (http://iwayan-gedesuacana.blogspot.com)

Menurut Genie-Rochman terdapat empat unsur utama dalam good governance yaitu, accountability, adanya kerangka hukum (rule of law), informasi dan transparansi. (Joko Widodo, 2001: 26)

(13)

2. Definisi Partisipasi, Transparansi, dan Akuntabilitas

a. Partisipasi

Menurut UNDP, partisipasi yakni setiap warga masyarakat memiliki hak suara yang sama dalam proses pengambilan keputusan, baik langsung maupun tidak langsung sesuai dengan kepentingan dan aspirasinya masing-masing. (Hadi, 2006 : 150 ).

Menurut Lalolo (2003 : 17 ), partisipasi adalah prinsip bahwa setiap orang memiliki hak untuk terlibat dalam pengambilan keputusan disetiap kegiatan penyelenggaraan pemerintahan.

Berdasarkan kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan partisipasi merupakan suatu hak dari masyarakat untuk terlibat dalam kegiatan penyelenggaraan pemerintahan baik langsung maupun tidak langsung.

b. Transparansi

Menurut UNDP, Transparansi yakni adanya kebebasan aliran informasi yang harus dibangun. (Hadi, 2006 : 150)

Menurut Lalolo (2003 : 13), transparansi adalah prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan, yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaannya, serta hasil-hasil yang dicapai.

(14)

untuk mendapatkan kebebasan dalam memperoleh informasi tentang kegiatan penyelenggaraan pemerintahan.

c. Akuntabilitas

Menurut UNDP, akuntabilitas yakni para pengambil keputusan dalam organisasi sektor publik, swasta, dan masyarakat madani memiliki pertanggung jawaban (akuntabilitas) kepada publik (masyarakat umum), sebagaimana halnya kepada pemilik kepentingan (stakeholder). (Hadi, 2006:150)

Menurut Lalolo (200 : 8), akuntabilitas yakni sebagai pertanggung jawaban pihak yang diberi mandat untuk memerintah kepada mereka yang memberi mandat.

Berdasarkan kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan akuntabilitas merupakan suatu tindakan dari aparat pemerintah sebagai pihak yang diberi mandat untuk mempertanggung jawabkan segala kegiatan yang pernah dilakukan kepada masyarakat sebagai pihak yang memberi mandat.

3. Indikator Prinsip Good Governance

Berikut merupakan beberapa indikator untuk mengukur prinsip-prinsip good governance :

a. Partisipasi

(15)

1. Keterlibatan aparat melalui terciptanya nilai dan komitmen diantara aparat.

2. Adanya forum untuk menampung partisipasi masyarakat yang representatif, jelas arahannya dan dapat dikontrol, bersifat terbuka dan harus ditempatkan sebagai mimbar masyarakat mengekspresikan keinginan.

3. Kemampuan masyarakat untuk terlibat dalam proses pembuatan keputusan.

4. Fokus pemerintah adalah memberikan arahan dan mendukung orang lain untuk berpartisipasi.

5. Visi dan pengembangan berdasarkan pada konsensus antara pemerintah dan masyarakat.

6. Akses bagi masyarakat untuk menyampaikan pendapat dalam proses pengambilan keputusan.

b. Transparansi

Prinsip transparansi dapat diukur melalui sejumlah indikator seperti : 1. Mekanisme yang menjamin sistem keterbukaan dan standarisasi dari

semua proses-proses pelayanan publik.

2. Mekanisme yang memfasilitasi pertanyaan-pertanyaan publik tentang berbagai kebijakan dan pelayanan publik, maupun proses-proses didalam sektor publik.

(16)

kegiatan melayani keterbukaan pemerintah atas berbagai aspek pelayanan publik.

c. Akuntabilitas

Prinsip Akuntabilitas publik adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar tingkat kesesuaian penyelenggaraan pelayanan dengan ukuran nilai-nilai atau norma-norma eksternal yang dimiliki oleh para stakeholder yang berkepentingan dengan pelayanan tersebut. Sehingga berdasarkan tahapan sebuah program, akuntabilitas dari setiap tahapan adalah :

1. Pada Tahap proses pembuatan suatu keputusan, beberapa indikator untuk menjamin akuntabilitas publik adalah :

a. Pembuatan suatu keputusan harus dibuat secara tertulis dan tersedia bagi setiap warga yang membutuhkan.

b. Pembuatan keputusan sudah memenuhi standar etika dan nilai-nilai yang berlaku, artinya sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar maupun nilai-nilai yang berlaku di stakeholders (pemilik kepentingan)

c. Adanya kejelasan dari sasaran kebijakan yang diambil, dan sudah sesuai dengan visi dan misi organisasi, serta standar yang berlaku.

(17)

e. Konsistensi maupun kelayakan dari target operasional yang telah ditetapkan maupun prioritas dalam mencapai target tersebut. 2. Pada tahap sosialisasi kebijakan, beberapa indikator untuk menjamin

akuntabilitas publik adalah :

a. Penyebarluasan informasi mengenai suatu keputusan, melalui media massa, maupun komunikasi personal.

b. Akurasi dan kelengkapan informasi yang berhubungan dengan cara-cara mencapai sasaran suatu program.

c. Akses publik pada informasi atas suatu keputusan setelah keputusan dibuat dan mekanisme pengaduan masyarakat.

d. Ketersediaan sistem informasi menajemen dan monitoring hasil yang telah dicapai oleh pemerintah.

4. Pilar - Pilar Good Governance

Prinsip-prinsip good governance tidak akan bermakna ketika tidak ditopang oleh pilar-pilar yang menjadi pendukungnya. Yakni negara, masyarakat, dan sektor swasta. Kolaborasi antara ketiganya akan menyempurnakan pelaksanaan konsep good governance.

(18)

a. Negara / Pemerintah

Konsepsi kepemerintahan pada dasarnya adalah kegiatan kenegaraan, tetapi lebih jauh dari itu melibatkan pula sektor swasta dan kelembagaan masyarakat madani (Civil Society Organization). Pengertian negara (state) atau pemerintahan dalam hal ini secara umum mencakup keseluruhan lembaga politik dan sektor publik. Peranan dan tanggung jawab negara atau pemerintah adalah meliputi penyelenggaraan kekuasaan untuk memerintah, dan membangun lingkungan yang kondusif bagi tercapainya tujuan pembangunan baik pada level local, nasional, maupun internasional dan global.

b. Sektor Swasta

Pelaku sektor swasta mencakup perusahaan swasta yang aktif dalam interaksi dalam sistem pasar, seperti : industri pengelolaan, perdagangan, perbankan, dan koperasi termasuk juga sebagai kegiatan informal. Peran swasta sangat penting dalam pola kepemerintahan dan pembangunan, karena perannya sebagai sumber peluang untuk meningkatkan produktifitas, penyerapan tenaga kerja, sumber penerimaan, investasi publik, mengembangkan usaha dan pertumbuhan ekonomi.

c. Masyarakat Madani (civil society)

(19)

sipil tersebut pada umumnya dapat dirasakan oleh masyarakat, melalui kegiatan fasilitasi partisipasi masyarakat melalui mobilisasi.

Interaksi diantara ketiga pelaku governance secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1 . Interaksi antar pelaku dalam kerangka kepemerintahan Sumber : Idup Suhady dan Desi Fernanda. 2001

Berikut merupakan fungsi pilar-pilar good governance yang menjadi penopang dan relasi pemerintah untuk mendukung pelaksanakan pemerintahan.

1. Negara

a. Menciptakan kondisi politik, ekonomi, dan sosial yang stabil. b. Membuat peraturan yang efektif dan berkeadilan.

c. Menyediakan public service yang efektif . d. Menegakkan HAM

e. Melindungi lingkungan hidup.

f. Mengurus standar kesehatan dan standar-standar keselamatan publik.

2. Sektor Swasta

a. Menjaga agar hak-hak masyarakat terlindungi. b. Mempengaruhi kebijakan publik.

c. Sebagai sarana cheks and balances pemerintah.

d. Mengawasi penyalahgunaan kewenangan sosial pemerintah e. Mengembangkan SDM.

f. Sarana berkomunikasi antar anggota masyarakat .

3. Masyarakat Sipil

a. Menciptakan kondisi politik, ekonomi, dan sosial yang stabil. b. Membuat peraturan yang efektif dan berkeadilan.

c. Menyediakan publik service yang efektif. d. Menegakkan HAM

e. Melindungi lingkungan hidup.

Pemerintahan

(20)

f. Mengurus standar kesehatan dan standar keselamatan publik.

Pada level Pemerintahan Desa pilar-pilar good governance yang menjadi penopang dan relasi pemerintah desa untuk mendukung pelaksanaan pemerintahan yang baik adalah : Pemerintah Desa, pelaksananya adalah Kepala Desa dan perangkatnya, Masyarakat Politik, pelaksananya adalah Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Masyarakat Sipil, pelaksananya adalah institusi sosial, organisasi sosial dan warga masyarakat. Masyarakat ekonomi pelaksananya adalah personal atau organisasi ekonomi. Berikut tabel pilar good governance di level pemerintahan desa.

(21)

Unsur-unsur good governance menurut Oentoro (Taliziduhu Ndara, 2003 : 18) meliputi :

1. Adanya perbedaan antara individu, antar organisasi, antar regional, nasional dan kelembagaan.

2. Adanya interaksi antar aktor dalam proses kepemerintahan. 3. Rasionalisasi peran pemerintah.

4. Memberdayakan individu, masyarakat, dan swasta untuk melakukan peran baru dan tanggung jawab dalam proses pemerintahan.

5. Terciptanya sinergi antara swasta dengan pemerintah, antara pemerintah dengan masyarakat.

6. Pembangunan kapasitas yang memerlukan pengembangan SDM, meningkatkan kebijakan dan administrasi fiscal, membangun kemitraan untuk menumbuhkan ekonomi baik tingkat local maupun nasional.

B. Tinjauan Tentang Pemerintahan

Secara etimologis pemerintahan berasal dari kata “perintah”, sedangkan pemerintahan berasal dari kata pemerintah yang menurut S. Pamudji ( 1987 :3), berarti :

a. Perintah adalah perkataan yang dimaksudkan menyeluruh untuk melakukan sesuatu.

b. Pemerintah adalah kekuasaan memerintah suatu negara atau daerah negara atau badan, orang yang memerintah.

c. Pemerintahan menunjukkan perbuatan, cara atau urusan memerintah.

(22)

“Pemerintahan dalam arti luas adalah perbuatan-perbuatan pemerintah yang dilakukan oleh organ atau badan-badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif dalam mencapai tujuan pemerintahan negara ( tujuan nasional ), sedangkan pemerintahan dalam arti sempit adalah memerintah yang dilakukan oleh organ eksekutif saja dan jajarannya dalam rangka mencapai tujuan pemerintahan negara atau tujuan nasional”.

Taliziduhu Ndraha ( 1997 : 6 ), mengemukakan defenisinya tentang pemerintahan, yaitu

“Suatu gejala sosial, artinya terjadi di dalam hubungan antara anggota masyarakat, baik individu dengan individu, kelompok dengan kelompok, maupun antara individu dengan kelompok. Gejala ini terdapat pada suatu saat dalam sebuah masyarakat, dimana seseorang atau sekelompok orang dalam proses interaksi sosial tersebut terlihat lebih dominant dibandingkan orang atau sekelompok orang lainnya yang ada

dalam masyarakat.”

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pemerintahan dalam penelitian ini dalam arti sempit yaitu perbuatan memerintah yang dilakukan oleh eksekutif terutama segenap jajarannya ( aparat atau alat pemerintah ) yang berada pada tingkat lokal yaitu desa.

C. Tinjauan Tentang Desa

Kata desa berasal dari bahasa India yaitu swadesi yang berarti tempat asal, tempat tinggal, negara asal, atau tanah leluhur yang merujuk pada kesatuan hidup, dengan satu kesatuan norma, serta memiliki batas yang jelas. (Sadu Wasistiono, 2006 : 7 )

(23)

institusi yang otonom dengan tradisi, adat istiadat, dan hukum sendiri yang mengakar kuat, serta relatif mandiri dari campur tangan entitas kekuasaan dari luar. ( Ari Dwipayana, 2006 : 2 )

Desa berdasarkan Undang-undang Pemerintahan Daerah Nomor 32 Tahun 2004 adalah desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Desa yang dimaksud dalam ketentuan Undang-Undang Pemerintah Deerah Nomor 32 Tahun 2004, dalam penjelasannya, yaitu antara lain Nagari di Sumatera Barat, Gampong di provinsi NAD, lembang di Sulawesi Selatan, Kampung di Kalimantan Selatan dan Papua, Serta Nagari di Maluku.

Bintarto (dalam Wasistiono, 2006 : 8 ) memandang desa dari segi geografi, mendefenisikan desa sebagai :

“Suatu hasil dari perwujudan antara kegiatan sekelompok manusia dengan lingkungannya. Hasil dari perpaduan itu ialah suatu wujud atau penampakan dimuka bumi yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografi, sosial ekonomis, politis dan cultural yang saling berinteraksi antara unsure tersebut dan juga dalam hubungannya dengan daerah lain.”

Desa juga dapat dilihat dari pergaulan hidup, seperti yang dikemukakan oleh Bouman ( dalam Wasistiono, 2006 : 8 ) yang mendefenisikan desa :

(24)

tinggal itu terdapat banyak ikatan-ikatan keluarga yang rapat, ketaatan pada tradisi dan kaidah-kaidah sosial”.

Desa adalah kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa untuk melaksanakan pemerintahan sendiri. Sedangkan persyaratan terbentuknya desa terdiri dari lima syarat : (Widjaja, 2001 : 46)

1. Jumlah Penduduk minimal 1500 atau 33 kepala keluarga. 2. Luas wilayah;

3. Sosial budaya;

4. Potensi Desa / Marga; 5. Sarana dan Prasarana.

Desa didefenisikan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 tentang Desa, menyebutkan yang dimaksud dengan desa atau nama lain, selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dirjen Pembangunan Desa menetapkan tiga klasifikasi tingkat perkembangan desa yaitu :

1. Desa Swadaya, adalah desa yang sifatnya masih tradisional, yaitu adat istiadatnya mengikat, hubungan antar manusia sangat erat, pengawasan sosial didasarkan atas kekeluargaan.

(25)

pengaruh dari luar sudah mulai masuk ke desa, sehingga mata pencaharian penduduk mulai berkembang dari sektor primer ke sektor sekunder, produktifitas mulai meningkat diimbangi dengan makin bertambahnya prasarana desa.

3. Desa Swasembada, adalah desa yang setingkat lebih maju dari desa swakarya dimana adat istiadat masyarakat sudah tidak mengikat, hubungan antar manusia masih bersifat rasional, mata pencaharian penduduk sudah beraneka ragam dan bergerak ke sektor tersier, teknologi baru sudah mulai benar-benar dimanfaatkan dibidang pertanian, sehingga priduktifitasnya tinggi diimbangi dengan prasarana desa yang cukup,

Orang kebanyakan (umum) memahami desa sebagai tempat dimana bermukim penduduk dengan “peradaban” yang lebih terbelakang ketimbang kota. Biasanya,

dicirikan dengan bahasa ibu yang kental, tingkat pendidikan yang relatif rendah, maka pencarian yang umumnya dari sektor pertanian. Bahkan terdapat kesan kuat, pemahaman umum memandang desa sebagai tempat bermukim para petani.

Pengertian desa dapat dijumpai dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1993:200) yang menyebutkan bahwa desa adalah :

a. Sekelompok rumah di luar kota yang merupakan kesatuan, kampung, dusun; b. Udik atau dusun (dalam) arti daerah pedalaman sebagai lawan kota;

(26)

Pengertian ini menunjuk beberapa ciri:

a. Bahwa desa merupakan suatu lokasi pemukiman diluar kota sekaligus bukan kota;

b. Desa adalah suatu komunitas kesatuan. Sangat jelas ditunjuk bahwa desa merupakan komunitas yang homogen;

c. Desa merupakan suatu sifat dari lokasi sebagai akibat dari posisinya yang berada di pedalaman – udik (memuat arti terbelakang). Pengertian ini mengandung unsur sosiologis, selain bias kota yang sangat kentara – dengan demikian, posisi marginal orang desa dalam wacana, merupakan konstruksi orang kota.

Ciri Umum Desa yang dapat kita lihat diantaranya :

a. Desa umumnya terletak di, atau sangat dekat dengan, pusat wilayah usaha tani (sudut pandang ekonomi)

b. Dalam wilayah itu, pertanian merupakan kegiatan ekonomi dominan. c. Faktor penguasaan tanah menentukan corak kehidupan masyarakatnya d. Tidak seperti di kota ataupun kota besar yang penduduknya sebagian

merupakan pendatang, populasi penduduk desa lebih bersifat „terganti dari

dirinya sendiri‟

e. Kontrol sosial lebih bersifat informal dan interaksi antara warga desa lebih bersifat personal dalam bentuk tatap muka, dan

(27)

Roucek dan Warren sebagaimana dikutip Raharjo (1999 : 42), menyebutkan karakteristik desa sebagai berikut:

a. Besarnya peranan kelompok primer

b. Faktor geografik yang menentukan dasar pembentukan kelompok/ asosiasi c. Hubungan lebih bersifat intim dan awet

d. Homogen

e. Mobilitas sosial rendah

f. Keluarga lebih ditekankan fungsinya sebagai unit ekonomi g. Populasi anak dalam proporsi yang lebih besar

Karakteristik yang disebutkan di atas pada dasarnya merupakan karakteristik yang sebagian menjadi ciri dari desa tradisional. Desa masa kini, pada dasarnya telah mengalami sejumlah perubahan, sejalan dengan bekerjanya kekuatan eksternal yang mendorong perubahan sosial di desa. Ikatan sosial yang ketat, sebagai contoh telah mulai dilihat memudar seiring dengan munculnya ekonomi uang dan industrialisasi yang memasuki desa. Pada saat itulah desa bergerak mencapai tingkat „kemajuan‟ tertentu, yang kemudian dapat berkembang menjadi daerah

kota, yang tentu saja dengan ciri yang berbeda.

(28)

1. Pemerintahan Desa

Menurut HAW. Widjaja (2001 : 44 ) pemerintahan desa atau marga adalah kegiatan pemerintahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah desa atau marga dan Badan Perwakilan Desa atau Marga.

.

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa, memberikan defenisi pemerintahan desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam Sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Tujuan penyelenggaraan pemerintahan desa dapat dirumuskan dari berbagai segi, yaitu :

a. Dari segi politis bertujuan untuk menjaga tetap tegak dan utuhnya Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, yang dikonstruksikan dalam sistem pemerintahan yang memberi peluang turut sertanya rakyat dalam mekanisme penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.

(29)

c. Dari segi operasional yang bertujuan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan di desa, terutama pelaksanaan pembangunan dan pelayanan terhadap masyarakat.

d. Dari segi administrasi pemerintah, yang bertujuan untuk lebih memperlancar dan menertibkan tata pemerintahan agar dapat terselenggara secara efektif, efesien, dan produktif dengan menerapkan prinsip-prinsip rule of law dan demokrasi.

Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa mencakup :

a. Urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal-usul desa. b. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kebupaten / kota yang

diserahkan pengaturannya kepada desa.

c. Tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi, dan/atau pemerintah kabupaten/kota.

d. Urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang-undangan diserahkan kepada desa.

2. Organisasi Pemerintahan Desa

Organisasi Pemerintahan Desa adalah Organisasi institusionil maupun administratif. Adapun susunan organisasi Pemerintahan Desa terdiri dari :

1. Kepala Desa dan Badan Perwakilan Desa 2. Perangkat Desa

Perangkat Desa terdiri atas :

(30)

a. Sekretaris Desa b. Kepala-kepala Dusun c. Unsur Kewilayahan

3. Tugas dan Fungsi Pemerintah Desa dan Perangkat Desa

a. Kepala Desa

Kepala Desa berkedudukan sebagai alat pemerintah, alat pemerintah daerah dan alat pemerintah desa yang memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa.

Kepala Desa mempunyai tugas :

a. Menyelenggarakan urusan pemerintahan; b. Pembangunan;

c. Kemasyarakatan.

Yang dimaksud dengan “urusan pemerintahan” antara lain pengaturan kehidupan

masyarakat sesuai dengan kewenangan desa seperti pembuatan peraturan desa, pembentukan lembaga kemasyarakatan, pembentukan Badan Usaha Milik Desa, kerjasama antar desa.

Yang dimaksud dengan “urusan pembangunan” antara lain pemberdayaan

masyarakat dalam penyediaan sarana prasarana fasilitas umum desa seperti jalan desa, jembatan desa, irigasi desa, pasar desa.

Yang dimaksud dengan “urusan kemasyarakatan” antara lain pemberdayaan

(31)

Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Desa mempunyai wewenang :

a. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama BPD;

b. Mengajukan rancangan peraturan desa;

c. Menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD;

d. Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai APBDes; e. Membina kehidupan masyarakat desa;

f. Membina perekonomian desa;

g. Mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif;

h. Mewakili desa didalam dan diluar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan

i. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan

Dalam melaksanakan tugas dan wewenang, Kepala Desa mempunyai kewajiban : a. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan UUD 1945,

dan mempertahankan NKRI;

b. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat;

c. Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat; d. Melaksanakan kehidupan demokrasi;

e. Melaksanakan prinsip tata pemerintahan desa yang bersih dan bebas dari Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme;

(32)

g. Menaati dan menegakkan seluruh peraturan perundang-undangan; h. Menyelenggarakan administrasi pemerintahan desa yang baik; i. Melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan desa;

j. Mendamaikan perselisihan masyarakat desa;

k. Melaksanakan dan mempertanggung jawabkan pengelolaan keuangan desa; l. Membina, mengayomi, dan melestarikan nilai-nilai sosial budaya dan adat

istiadat;

m. Mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan lingkungan hidup.

Kepala Desa mempunyai kewajiban untuk memberikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada Bupati/Walikota, memberikan laporan keterangan pertanggung jawaban kepada BPD, serta menginformasikan laporan penyelenggarakan pemerintahan desa kepada masyarakat. Dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai penanggung jawab utama dibidang pembangunan dan kemasyarakatan, Kepala Desa dibantu oleh lembaga-lembaga lain yang ada di Desa

b. Badan Permusyawaratan Desa

(33)

Masa jabatan anggota BPD adalah 6 (enam) tahun dan dapat diangkat / diusulkan kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.

BPD mempunyai fungsi : a. Mengayomi adat istiadat; b. Membuat peraturan desa;

c. Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat; d. Pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan desa.

Tujuan pembentukan Badan Perwakilan Desa adalah untuk memperkuat pemerintah desa serta mewadahi perwujudan pelaksanaan Demokrasi berdasarkan Pancasila. Badan Perwakilan Desa berkedudukan sejajar dan menjadi mitra dari pemerintahan Desa.

BPD mempunyai wewenang :

a. Membahas rancangan peraturan desa bersama kepala desa;

b. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa dan peraturan kepala desa;

c. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala desa; d. Membentuk panitia pemilihan kepala desa;

e. Menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan aspirasi masyarakat; dan

f. Menyusun tata tertib BPD.

BPD mempunyai hak :

(34)

Anggota BPD mempunyai hak :

a. Mengajukan rancangan peraturan desa; b. Mengajukan pertanyaan;

c. Menyampaikan usul dan pendapat; d. Memilih dan dipilih; dan

e. Memperoleh tunjangan.

Anggota BPD mempunyai kewajiban :

a. Mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-undang 1945, dan menaati segala peraturan perundang-undangan.

b. Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa;

c. Mempertahankan dan memelihara hukum nasional serta keutuhan NKRI; d. Menyerap, menampung, menghimpun dan menindaklanjuti aspirasi

masyarakat;

e. Mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi, kelompok dan golongan;

f. Menghormati nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat masyarakat setempat

g. Menjaga norma, dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga kemasyarakatan.

(35)

c. Perangkat Desa

Perangkat desa bertugas membatu kepala desa dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. Dalam melaksanakan tugasnya, perangkat desa bertanggung jawab kepada Kepala Desa.

1. Sekretaris Desa

Sekretaris desa berkedudukan sebagai unsur staf pembantu Kepala Desa dan memimpin Sekretariat Desa. Sekretaris desa mempunyai tugas menjalankan administrasi pemerintahan; pembangunan dan kemasyarakatan di desa serta memberikan pelayanan administrasi kepada Kepala Desa.

Untuk melaksanakan tugasnya Sekretaris Desa mempunyai fungsi : a. Melaksanakan urusan surat menyurat, kearsipan dan laporan; b. Melaksanakan urusan keuangan;

c. Melaksanakan administrasi pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan;

d. Melaksanakan tugas dan fungsi kepala desa apabila kepala desa berhalangan melakukan tugasnya.

(36)

D. Tinjauan Penerapan atau Implementasi Good Governance

Penerapan adalah perihal kekuatan atau suatu proses, cara, perbuatan, dalam melaksanakan suatu rancangan atau keputusan. (W.J.S Poerwadarminta. 1991 : 88).

Penerapan atau implementasi adalah perwujudan dalam tindakan dari rencana yang telah di gariskan guna mencapai tujuan atau target organisasi yang telah digariskan, implementasi merupakan bagian dari rencana yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan. (Kusnadi,dkk. 202 : 247 )

Berdasarkan uraian diatas maka penerapan Good Governance adalah : Serangkaian proses pelaksanaan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujan membentuk suatu tatanan pemerintahan yang baik.

E. Tinjauan Hambatan-hambatan Pelaksanaan Prinsip Good Governance

Hambatan merupakan suatu halangan atau rintangan yang menghalangi untuk mencapai sasaran atau hasil yang akan didapat (target) . (Sudarsono. 1996 : 38) 1. Hambatan Penerapan Prinsip Partisipasi

a. Pemerintah desa kurang menggerakkan masyarakat agar ikut berpartisipasi dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan desa.

b. Kurang atau tidak adanya suatu informasi mengenai hak dan kewajiban masyarakat.

(37)

d. Masyarakat yang kurang memahami akan pentingnya keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan desa.

2. Hambatan Penerapan Prinsip Transparansi

a. Pemerintah Desa yang belum memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam mengakses informasi.

b. Pemerintah desa masih menganggap bahwa masyarakat desa tidak terlalu penting untuk mengetahui masalah pemerintahan desa.

3. Hambatan Penerapan Prinsip Akuntabilitas

a. Tidak cukupnya pengetahuan dan informasi serta standar pengukuran kinerja.

b. Implementasi perencanaan yang belum dilaksanakan dengan baik c. Kontrol yang belum dilaksanakan dengan baik.

F. Kerangka Pikir

Menurut Sukaran dalam Sugiyono (2006 : 91), menyebutkan bahwa kerangka pikir adalah merupakan suatu model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.

(38)

kepemerintahan desa yang baik pada hakikatnya merupakan upaya membangun sistem nilai penyelenggaraan administrasi yang menyangkut seluruh aspek berbangsa dan bernegara.

Namun demikian, impelementasi konsep akuntabilitas, transparansi dan partisipasi di Indonesia bukan tanpa hambatan. Beberapa hambatan yang menjadi kendala dalam penerapan konsep tersebut di Indonesia antara lain adalah; rendahnya standar kesejahteraan pegawai sehingga memicu pegawai untuk melakukan penyimpangan guna mencukupi kebutuhannya dengan melanggar azas akuntabilitas, transparansi dan partisipasi, faktor budaya seperti kebiasaan mendahulukan kepentingan keluarga dan kerabat dibanding pelayanan kepada masyarakat, dan lemahnya sistem hukum yang mengakibatkan kurangnya dukungan terhadap faktor punishment jika sewaktu-waktu terjadi penyimpangan khususnya dibidang keuangan dan administrasi.

Semua hambatan tersebut pada dasarnya akan dapat terpecahkan jika pemerintah dan seluruh komponennya memiliki pemahaman yang sama akan pentingnya implementasi nilai-nilai good governance disamping faktor moral hazard individu pelaksana untuk menjalankan kepemerintahan secara amanah.

(39)

sejauhmana Desa Kurungan Nyawa Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran mampu menerapkan prinsip akuntabilitas, transparansi dan partisipasi, dengan diukur melalui indikator-indikator sebagaimana tabel kerangka pikir dibawah ini :

a. Proses pembuatan sebuah keputusan yang dibuat secara tertulis dan tersedia bagi warga.

b. Akurasi dan kelengkapan informasi.

c. Kejelasan dari sasaran kebijakan yang diambil dan dikomunikasikan. d. Akses publik pada informasi atas suatu keputusan.

e. Sistem informasi manajemen dan monitoring hasil. 2. Indikator Prinsip Transparansi

a. Penyediaan dan Kemudahan Akses Informasi

b. Penyusunan mekanisme pengaduan terhadap pelanggaran peraturan. c. Peningkatan arus informasi.

3. Indikator Prinsip Partisipasi.

a. Adanya forum bagi masyarakat untuk menampung partisipasi masyarakat.

b. Kemampuan masyarakat untuk terlibat dalam proses pembuatan keputusan.

c. Fokus pemerintah dalam pemberian arah dan undangan kepada masyarakat untuk berpartisipasi.

d. Visi dan pengembangan berdasarkan pada konsensus antara pemerintah dan masyarakat.

(40)

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan secara terperinci, mengenai fenomena-fenomena sosial tertentu yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti, yaitu berusaha menggambarkan pelaksanaan prinsip-prinsip good governance dalam penyelenggaraan pemerintahan desa.

Menurut Winarno Surakhman (1978:131) menyatakan bahwa

“Sifat umum dari penelitian deskripsi adalah menuturkan dan menafsirkan data yang ada, misalnya tentang situasi yang dialami, satu hubungan, kegiatan, pandangan, sikap yang nampak, atau tentang suatu proses yang sedang berlangsung, pengaruh yang sedang bekerja, kelainan yang muncul, kecenderungan yang menampak, pertentangan yang sedang meruncing dan sebagainya”

Penelitian deskriftif adalah suatu metode penelitian yang bertujuan mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku, di dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat, analisis dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada. Mardalis (2006 : 26).

(41)

tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dai suatu fenomena, metosde penelitian deskriptif juga ingin mempelajari norma-norma atau standar-standar.

Penelitian deskriptif mempunyai cirri-ciri sebagai berikut : 1. Berhubungan dengan keadaan yang terjadi, 2. menguraikan satu variabel saja atau beberapa variabel namun diuraikan satu persatu, 3. variabel yang diteliti tidak dimanipulasi atau tidak ada perlakuan ( treatment). Ronny Kuntur, (2003 : 105).

Berdasarkan dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang digunakan untuk mendeskripsikan suatu fenomena tertentu, sesuai dengan fakta yang ada.

Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Ronny Kuntur (2003 : 18) mendefinisikan penelitian kualitatif adalah penelitian yang datanya adalah kualitatif, umumnya berbentuk narasi atau gambar-gambar. Mungkin saja pada penelitian kualitatif ada data berupa angka-angka tetapi sebenarnya angka-angka tersebut hanya menjelaskan sesuatu.

(42)

Metode penelitian kualitatif diarahkan eksploitasi teori-teori yang diawali dengan penelusuran data melalui abstraksi dan analisis secara induktif ( khusus – umum). Penelitian ini akan mencoba mendeskripsikan atau fenomena yang ada dilapangan mengenai penerapan prinsip-prinsip good governance (akuntabilitas, partisipasi masyarakat, dan transparansi) dalam penyelenggaraan pemerintahan Desa Kurungan Nyawa, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran.

B. Fokus Penelitian

Dalam penelitian kualitatif yang harus diperhatikan adalah masalah dan fokus penelitian. Fokus memberikan batasan dalam studi dan batasan dalam pengumpulan data, sehingga dalam pembatasan ini penelitian akan fokus memahami masalah-masalah yang menjadi tujuan penelitian. Menurut Lexy J.Moleong ( 200:63 ), fokus penelitian merupakan suatu hal yang sangat penting untuk di tekankan dalam suatu penelitian. Fokus penelitian di maksudkan untuk membatasi suatu studi, sekaligus membatasi penelitian guna memilih mana data yang relevan dan mana yang tidak relevan.

Memfokuskan dan membatasi pengumpulan data dapat dipandang kemanfaatannya sebagai reduksi data yang sudah diantisipasi sebelumnya dan merupakan pra-analisa yang mengesampingkan variabel-variabel dan untuk menghindari pengumpulan data yang berlimpah. I Gusti Ngurah Agung. (1992

(43)

2. Penentuan Fokus secara efektif menetapkan criteria sumber informasi untuk menjaring informasi yang mengalir masuk sehingga temuannya memiliki arti dan nilai strategi bagi informan.

Perumusan fokus atau masalah dalam penelitian kualitatif bersifat tentatif, artinya penyempurnaan rumusan fokus atau masalah itu masih tetap dilakukan sewaktu penelitian sudah berada di lapangan berkaitan erat, bahkan sering di samakan dengan masalah yang akan di rumuskan dan menjadi acuan dalam penentuan fokus penelitian.

Fokus Peneliian ini sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian yaitu untuk menjawab pertanyaan : Bagaimana penerapan prinsip-prinsip good governance dalam penyelenggaraan pemerintahan Desa Kurungan Nyawa . Yang dapat dilihat jika penerapan prinsip-prinsip Good Governance sesuai atau menyentuh indikator dari prinsip-prinsip good governance yaitu :

1. Prinsip Partisipasi.

a.Adanya forum bagi masyarakat untuk menampung partisipasi masyarakat. b.Kemampuan masyarakat untuk terlibat dalam proses pembuatan keputusan. c.Fokus pemerintah dalam pemberian arah dan undangan kepada masyarakat

untuk berpartisipasi

d.Visi dan pengembangan berdasarkan pada konsensus antara pemerintah dan masyarakat.

e.Akses bagi masyarakat untuk menyampaikan pendapat. 2. Transparansi.

(44)

b. Penyusunan mekanisme pengaduan terhadap pelanggaran peraturan. c. Peningkatan arus informasi.

3. Prinsip Akuntabilitas

a. Proses pembuatan keputusan yang dibuat secara tertulis dan tersedia bagi warga masyarakat.

b. Akurasi dan kelengkapan informasi.

c. Kejelasan dari sasaran kebijakan yang diambil dan dikomunikasikan. d. Akses publik pada informasi atas suatu keputusan.

e. monitoring hasil yang telah dicapai oleh pemerintah desa

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lexy J.Moleong (200:86) menyatakan bahwa dalam penentuan lokasi penelitian cara terbaik yang ditempuh dengan jalan menjajaki lapangan untuk mencari kesesuaian dengan kenyataan yang ada dilapangan, sementara itu keterbatasan geografis dan praktis, seperti waktu, biaya, dan tenaga perlu dijadikan pertimbangan dalam penentuan lokasi penelitian.

(45)

Waktu penelitian atau turun lapangan di lakukan dari awal bulan Maret 2009 penelitian dengan menggunakan teknik wawancara mendalam yang dilakukan di Balai Desa Kurungan Nyawa dan sebagian di kediaman informan.

D. Jenis Data dan Sumber Informasi

1. Jenis Data

Pada proses penelitian, sumber data penelitian berkaitan erat dengan jenis data penelitian, maka untuk menentukan data penelitian, peneliti harus mengetahui jenis data yang akan digunakan, yang antara lain :

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber asli atau pertama, di mana data primer harus secara langsung peneliti ambil dari sumber aslinya, melalui narasumber yang tepat dan dapat kita jadikan responden dalam penelitian ini. Sarwoko (2006 : 123-124).

Dalam penelitian ini data primer di peroleh di lapangan melalui wawancara mendalam ( in-depth interview ) dengan panduan wawancara kepada sumber data mengenai bagaimana penerapan prinsip Good Governance dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Data primer untuk penelitian ini peneliti mendapatkan data primer yang bersumber dari: Aparat Desa Kurungan Nyawa, dengan mengadakan wawancara. b. Data Sekunder

(46)

Singarimbun (1989 : 11), data sekunder adalah data yang merupakan hasil survey yang belum di analisa lebih lanjut, dapat menghasilkan sesuatu yang amat berguna, juga dapat berupa studi-studi yang telah dilakukan. Data Sekunder dalam penelitian bersumber dari bahan-bahan pustaka penunjang dan informasi yang diperoleh melalui pihak ketiga yang di anggap berkaitan dengan masalah yang di teliti, seperti buku-buku, dokumen-dokmen, dan peraturan-peraturan serta undang-unang yang berkaitan dengan penelitian ini.

Data Sekunder dari penelitian ini berupa Undang-Undang 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 tentang desa, Peraturan Daerah Kabupaten Pesawaran Nomor 29 tahun 2000 tentang organisasi Pemerintah Desa, catatan-catatan berupa notulensi rapat atau musyawarah desa, monografi Desa Kurungan Nyawa, dan buku-buku

2. Sumber Informasi

Penentuan sumber informasi di lakukan dengan sengaja ( purposive ) sesuai dengan kebutuhan penelitian ini. Adapun sumber informasi dalam penelitian ini diperoleh dari :

a. Kepala Desa Kurungan Nyawa : Abdurohim.T. b. Aparat Desa Kurungan Nyawa, yang terdiri dari :

(47)

5. Kaur Keuangan : Bevi Mustika Rani 6. Kaur Kesra : Jelly Marlin Aprilia 7. Ketua BPD : Hamdani Hadi c. Kepala Dusun Kurungan Nyawa, yang terdiri dari :

1. Kepala Dusun Gedong Dalom: Bpk. Mahyudin 2. Kepala Dusun Pal 12 : Bpk. Buchori Yusuf 3. Kepala Dusun Sukaraja : Bpk. Wahyan 4. Kepala Dusun Kejadian : Bpk. Zulkifli.M 5. Kepala Dusun Margorejo I : Bpk. Atip

6. Kepala Dusun Margorejo II : Bpk. Saman Hudi 7. Kepala Dusun Umbul Pelem : Bpk. Muklas

8. Kepala Dusun Wonoharjo : Bpk. Wignyo Mastoto 9. Tokoh-tokoh masyarakat : Bpk. Sutoto

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data di lakukan untuk memperoleh data yang benar dan akurat sehingga mampu menjawab permasalahan penelitian. Pengumpulan data sebenarnya merupakan suatu kegiatan operasional agar tindakannya masuk pada pengertian penelitian yang sebenarnya. Subagyo (1997 : 37)

Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data menurut Tatang M.Amirin (1999:94) yaitu sebagai berikut:

1. Wawancara mendalam ( In- Depth Interview )

(48)

wawancara. Hal ini di maksudkan agar pertanyaan yang diajukan peneliti terarah dan sistematis.

Wawancara adalah usaha mengumpulkan informasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan, untuk menjawab secara lisan pula. Ciri utama dari wawancara adalah langsung dengan tatap muka antara si pencari informasi dengan sumber informasi. Hadani Nawawi (2001 : 111)

Wawancara yang akan di lakukan oleh penulis untuk mendapatkan suatu keterangan yaitu yang menjadi narasumber adalah : Kepala Desa Kurungan Nyawa, Aparatur Desa Kurrungan Nyawa, Perangkat Desa Kurungan Nyawa dan kepala-kepala dusun desa. Wawancara dilakukan di balai Desa Kurungan Nyawa Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.

2. Dokumentasi

Teknik dokumentasi yaitu di maksudkan sebagai cara pengumpulan data dengan menggunakan pencatatan terhadap dokumen-dokumen yang ada pada objek penelitian, seperti arsip-arsip, peraturan-peraturan, dan dokumen-dokumen lain yang berkaitan dengan permasalahan yang di teliti. Berfungsi untuk menjelaskan objek yang di teliti dan sebagai komparasi data yang diperoleh dari hasil wawancara mendalam.

Teknik dokumentasi merupakan teknik suatu kajian mengumpulkan data dengan cara membaca surat-surat, pengumuman, pernyataan tertulis dan bahan-bahan tulisan lainnya. Sarwoko (2006:225)

(49)

tetapi kualitatif tetap menggunakan kata-kata, yang biasanya disusun ke dalam teks. Hadani Nawawi (2001 : 111).

Dokumentasi dalam penelitian ini berupa : Undang-Undang 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 tentang desa, Peraturan Daerah Kabupaten Pesawaran Nomor 29 tahun 2000 tentang organisasi Pemerintah Desa, catatan-catatan berupa notulensi rapat atau musyawarah desa, monografi Desa Kurungan Nyawa, dan buku-buku

3. Observasi

Teknik observasi merupakan suatu kegiatan yang meliputi pencatatan secara sistematik kejadian-kejadian, perilaku, obyek-obyek yang di lihat dan hal-hal lain yang di perlukan dalam mendukung penelitian. Sarwoko (2006:224)

Teknik observasi berguna untuk menjelaskan dan merinci gejala yang terjadi, di maksudkan sebagai pengumpulan data selektif sesuai dengan pandangan seorang peneliti. Selain itu ada data yang tidak dapat dinyatakan kepada informan, ada di antaranya membutuhkan pengamatan secara langsung peneliti.

F. Teknik Pengolahan Data

(50)

1. Teknik Editing Data

Teknik editing data merupakan proses di mana peneliti melakukan klarifikasi, keterbacaan, konsistensi dan kelengkapan data yang sudah terkumpul. Pada tahap ini data yang di peroleh, di teliti kembali untuk mengetahui dan memeriksa kembali apakah data yang ada merupakan data yang benar, sehingga tidak ada kekeliruan penggunaan data. Sarwoko (2006 : 135)

2. Interprestasi Data

Merupakan suatu kegiatan menarik suatu kesimpulan-kesimpulan sebagai hasil dari penelitian. Pada tahap ini, penarikan kesimpulan-kesimpulan di lakukan berdasarkan data yang telah di peroleh dan di deskripsikan oleh peneliti. Singarimbun dan Effendi (1995:278)

G. Teknik Analisis Data

Penelitian ini bersifat menggambarkan dan menguraikan hasil penelitian kedalam bentuk kalimat secara lengkap, sistematis, dan di lakukan pembahasan untuk memperoleh suatu pengertian sehingga dapat di tarik kesimpulan. Teknik analisa data menurut , Singarimbun dan Effendi (1995:263) merupakan suatu proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah di baca dan di interprestasikan.

(51)

1. Reduksi Data

Data yang di peroleh di lapangan di masukkan ke dalam laporan, selanjutnya di reduksi, di rangkum, di fokuskan ke hal-hal yang penting, di cari tema dan polanya di susun secara sistematis. Data yang di reduksi memberikan gambaran yang tajam sebagai hasil pengamatan, juga mempermudah penelitian untuk mencari kembali data yang di peroleh jika di perlukan.

2. Penyajian Data

Penyajian data yang di maksud dalam penelitian ini untuk melihat gambaran keseluruh bagian tertentu dari penelitian di usahakan membuat grafik, matrik, jaringan dan bahan atau dapat pula dalam bentuk naratif, oleh karena itu informasi yang kompleks akan di sederhanakan ke dalam kata-kata yang mudah dimengerti.

Penyajian data dalam penelitian ini dilakukan dengan memilih data yang lebih relevan sesuai dengan konteks penelitian/disajikan dalam kalimat baku dan mudah dimengerti.

3. Verifikasi data (Penarikan Kesimpulan)

(52)

di uji selama penelitian berlangsung, dalam hal ini di laksanakan dengan cara penambahan data baru.

(53)

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pemahaman terhadap Good Governance dan prinsipnya

Hasil dan pembahasan dalam bab ini, penulis akan mendeskripsikan pemahaman para informan terhadap pengertian good governance beserta prinsip-prinsipnya karena akan memudahkan penulis menarik kesimpulan dalam penelitian ini.

1. Pemahaman Informan terhadap pengertian Good Governance ( Tata

Pemerintahan yang baik )

Sejumlah pihak di Desa Kurungan Nyawa Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran menerjemahkan Governance sebagai tata pemerintahan yang baik. Tata pemerintahan yang baik di sini bukan hanya dalam pengertian struktur dan manajemen lembaga yang di sebut eksekutif, karena pemerintah (government) hanyalah salah satu dari tiga aktor besar yang membentuk lembaga yang disebut governance. Dua aktor lain adalah private sektor (sektor swasta) dan civil society (masyarakat madani). Oleh karenanya memahami governance adalah memahami bagaimana integrasi peran antara pemerintah (birokrasi), sektor swasta dan civil society dalam suatu aturan main yang di sepakati bersama.

(54)

yang baik juga memberikan pelayanan yang baik, cepat, tepat dan tanpa adanya perbedaan.

Berbeda dengan pendapat yang di berikan oleh Kasi Pembangunan yang menyatakan bahwa tata pemerintahan yang baik adalah pemerintahan yang semua jalannnya roda pemerintahan harus transparan terhadap seluruh masyarakat. Apapun program yang di berikan oleh pemerintah kecamatan atau pusat, harus di sampaikan oleh pemerintah desa kepada seluruh masyarakat tanpa terkecuali.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat di ketahui aparatur Pemerintah Desa Kurungan Nyawa mengartikan good governance sebagai tata pemerintahan yang harus mengikuti peraturan baik formal dan non formal dan menekankan pada pelaksanaan prosedur, dari pemerintahan di atasnya seperti Kecamatan dan Kabupaten. Aparat pemerintah Desa Kurungan Nyawa juga kurang menyadari bahwa pemerintahan desa merupakan lembaga yang otonom sehingga di harapkan dapat menjalankan pemerintahan berdasarkan prinsip-prinsip desentralisasi atau secara garis besar konsep yang informan pegang pada dasarnya sama halnya dengan konsep yang di pegang oleh para akademisi. Jika informan memahami good governance dengan istilah “kepemerintahan yang baik”, sedangkan pada umumnya akademisi menggunakan istilah “Tata Pemerintahan Yang Baik”.

(55)

2. Prinsip-prinsip Tata Pemerintahan Yang Baik ( Good Governance )

Undang-undang Nomor 22 dan 25 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Keuangan Daerah yang selanjutnya diubah oleh Undang-undang nomor 32 dan 33 tahun 2004, telah mengantarkan Indonesia memasuki proses pemerintahan desentralisasi setelah lebih dari 30 tahun berada di bawah rezim orde baru yang serba sentralistis. Implementasi kedua undang-undang tersebut menjadi momentum perpindahan pengawasan, sumber daya fiskal, otonomi politik dan tanggung jawab pelayanan publik dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.

Selama rentang perpindahan yang lebih dari satu dasawarsa tersebut, berbagai pengalaman lokal yang heterogen telah muncul ke permukaan, seiring longgarnya pengawasan pusat atas daerah dan meningkatnya wewenang dan tanggung jawab pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan publik, maka dari itu perlu di sadari bahwa proses kesadaran pembelajaran tentang prinsip-prinsip desentralisasi Desa Kurungan Nyawa menjadi tantangan yang terbilang baru baik terhadap aparatur desa maupun masyarakat di tingkat bawah.

Prinsip-prinsip good governance dalam di Desa Kurungan Nyawa Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran menitikberatkan pada aspek masyarakat sebagai aktor terdepan di samping nilai-nilai moralitas personal dan kelembagaan, hal ini tercermin dari pendapat para informan di lapangan.

(56)

transparan terhadap masyarakat, sehingga membangun opini untuk kepercayaan dari masyarakat kepada pemerintah desa, dan juga pemerintah harus bertanggung jawab dalam hal apapun.

Kaur Keuangan berpendapat bahwa beberapa prinsip yang harus terkandung yang di antaranya adalah transparansi, apalagi dalam tatanan pemerintah desa, masyarakat desa menginginkan pemerintah itu harus terbuka. Kepala desa selaku pemegang amanah untuk menjalankan keinginan masyarakat harus mampu melaksanakan tuntutan tersebut.

Berdasarkan pemaparan para informan di atas pada umumnya para informan mengetahui prinsip-prinsip yang terkandung dalam prinsip good governance, walaupun prinsip yang mereka sebutkan hanya di ketahui dan berkembang sebatas pengetahuan umum mereka, untuk menciptakan pelayanan pemerintahan yang baik, atau dengan kata lain pemaparan informan hanya berdasarkan prinsip yang hidup dan berkembang di kalangan masyarakat Desa Kurungan Nyawa.

3. Analisis pemahaman informan terhadap Good Governance dan

prinsipnya

Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan maka dapat di analisis bahwa ada perbedaan istilah mengenai good governance tetapi tidak memiliki perbedaan secara substansi. Jika para informan memahami good governance dalam pemahaman “ Kepemerintahan Yang Baik”, sedangkan yang di maksud penulis

(57)

sebutkan dalam hasil wawancara merupakan prinsip utama dari pemahaman good governance dalam arti tata pemerintahan yang baik. Berdasarkan hal tersebut terlihat bahwa aparat Desa Kurungan Nyawa memahami good governance dalam koridor pemahaman yang hidup dan berkembang di masyarakat.

Penulis melihat bahwa pemahaman good governance bagi aparat Desa lebih banyak di artikan sebagai tindakan aplikatif ketimbang pengistilahan yang menjadi perdebatan akademis, oleh karena itu berkaitan dengan hal ini good governance terkait dengan perencanaan suatu program untuk bisa mencapai target seoptimal mungkin mulai dari kemampuan mengkonsep sampai dengan kemampuan dalam teknis operasional, sehingga aparat desa menerjemahkan keberhasilan good governance adalah apabila aparatur sudah mampu mengkonsep suatu program dengan matang kemudian sampai penerapannya secara teknis dapat di terjemahkan dalam program aksi sehingga dapat terealisasi. Dari pendapat informan di atas, pemahaman sederhana ini lebih pada bagaimana menerjemahkan konsep ke dalam kegiatan aksi yang sesungguhnya.

B. Penerapan Prinsip Partisipasi dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Kurungan Nyawa Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran

(58)

tinggi keinginan dan kehendak rakyat dan nilai-nilai yang dapat meningkatkan kemampuan rakyat dalam pencapaian tujuan kemandirian pembangunan berkelanjutan dan keadilan sosial serta mensinergikan hubungan antara pemerintah, masyarakat dan sektor swasta dalam pencapaian tujuan tersebut, dengan demikian sistem pemerintahan yang baik adalah partisipasi yang melibatkan semua institusi dan memiliki hak suara dalam mempengaruhi sebuah keputusan.

(59)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan wawncara secara langsung pada tanggal 3 Desember 2009 dengan Bapak Abdurohim. T selaku Kepala Desa Kurungan Nyawa Kecamatan Gedong Tataan mengatakan bahwa :

“ Partisipasi atau keikut sertaan masyarakat dalam setiap proses pembangunan desa merupakan hal terpenting dalam menentukan dukungan dan keberhasilan pembangunan di Desa Kurungan Nyawa, partisipasi/ keterlibatan masyarakat antara lain adalah pada musyawarah desa dalam merumuskan perencanaan program kegiatan desa hingga pelaksanaan pembangunan dan pengawasan pembangunan desa itu sendiri selain itu sebagai wujud demokrasi masyarakat juga terlibat dalam Pemilihan Kepala Desa secara langsung”.

Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat di ketahui bahwa partisipasi politik masyarakat sebagai alat guna memperoleh suatu informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat yang tanpa kehadirannya program pembangunan desa serta proyek akan gagal, masyarakat sangat menentukan berjalannya dan keberhasilan pembangunan desa serta pembangunan masyarakat desa itu sendiri, selain itu partisipasi mendorong masyarakat untuk lebih mempercayai program pembangunan di desa, jika merasa di libatkan dalam proses persiapan, perencanaannya dan pengambilan keputusan terhadap prioritas pembangunan yang sesuai kebutuhan masyarakat.

(60)

Tabel 9. Kegiatan Partisipasi Masyarakat Desa Kurungan Nyawa Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran

KEGIATAN DESA

PARTISIPASI MASYARAKAT/ SWASTA

Perencanaan Pelaksanaan Pengawasan Musyawarah Pengambilan

Kebijakan Desa dalam pembuatan Peraturan desa

Kegiatan Pemilihan Kepala Desa ada ada ada Sumber : Observasi di lapangan dan wawancara terhadap informan

Berdasarkan penjelasan dan tabel di atas maka dapat di ketahui bahwa pemerintah Desa Kurungan Nyawa Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran menempatkan masyarakat desa sebagai pijakan atau titik tolak setiap program pembangunannya dengan artian bahwa masyarakat Desa Kurungan Nyawa merupakan subjek terpenting dalam proses pembangunan Desa Kurungan Nyawa dan pemberdayaan masyarakatnya, hal ini ditandai dengan indikator partisipasi Desa sebagai berikut :

1. Adanya forum bagi masyarakat untuk menampung partisipasi Masyarakat

(61)

aspirasi dari masyarakat melalui Rapat Koordinasi yang dilakukan sebulan sekali walaupun tingkat partisipasi dan inisiatif masyarakat terbilang kurang

Forum partisipasi masyarakat juga merupakan wahana dalam menampung aspirasi masayarakat, hal ini di tandai dengan berdirinya lembaga-lembaga yang menopang jalannya roda pemerintahan Desa Kurungan Nyawa antara lain : PKK, Kader Pembangunan Desa, Lembaga Kegotong-royongan Adat, Karang Taruna, Pos Pelayanan Terpadu, Kelompok Remaja Islam Masjid, dengan menilik kondisi faktual kelembagaan pemerintahan desa saat ini yang berada dalam situasi yang memprihatinkan secara organisasional maupun manajerial. Sebagai unit birokrasi-pemerintahan, pemerintah Desa Kurungan Nyawa menghadapi persoalan keterbatasan daya-kreasi untuk menginisiasi gagasan-pembaruan.

(62)

2. Kemampuan Masyarakat Untuk Terlibat Dalam Proses Pembuatan Keputusan

Pada indikator ini, masyarakat di haruskan untuk mempunyai kemampuan terlibat dalam proses pembuatan suatu keputusan. Hal ini di perlukan agar masyarakat dalam mengikuti proses pembuatan keputusan bersama aparat desa dapat bersama-sama menghasilkan suatu keputusan yang bermanfaat bagi masyarakat desa itu sendiri.

Gambar

Tabel 1. Perbedaan istilah government dan governance
Gambar 1 . Interaksi antar pelaku dalam kerangka kepemerintahan
Tabel 2 . Pilar-Pilar Pendukung Penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
Gambar  2. Kerangka Pikir
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini akan ditentukan daya dukung tekan aksial pondasi tiang pancang spunpile dengan analisis perhitungan menggunakan analisa daya dukung berdasarkan

Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan (Studi Kasus: Desa Sungai Langka, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran).. Pesawaran: Pemerintah

Penciptaan karya ini menitik beratkan pada prosesi ruwatan cukur rambut gimbal dari awal prosesi hingga selesai. Rangkaian prose- si ruwatan dibagi menjadi 7 karya dan 1 karya

27 Rajah berikut menunjukkan keluk permintaan dan penawaran bagi suatu barang di sebuah

Peraturan Walikota Samarinda Nomor 24 Tahun 2008 tentang Penjabaran Fungsi dan Tata Kerja Struktur Organisasi Inspektorat, Badan Perencanaan Daerah dan Lembaga

Sebagai implementasi dari Undang-Undang serta TAP MPR RI tersebut, maka Pemerintah Kabupaten Madiun mendirikan Dinas Koperasi dan UKM sebagai instansi yang bertugas

Faktor apa yang menjadi kendala penerapan prinsip Transparansi, Akuntabilitas, dan Partisipasi Masyarakat good Governance dalam meningkatkan pelayanan Publik di