• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI MASYARAKAT TINGGIHARI TERHADAP KEBERADAAN SITUS MEGALITIK TINGGIHARI KECAMATAN GUMAY ULU KABUPATEN LAHAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERSEPSI MASYARAKAT TINGGIHARI TERHADAP KEBERADAAN SITUS MEGALITIK TINGGIHARI KECAMATAN GUMAY ULU KABUPATEN LAHAT"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI MASYARAKAT TINGGIHARI TERHADAP KEBERADAAN SITUS MEGALITIK TINGGIHARI KECAMATAN

GUMAY ULU KABUPATEN LAHAT

Oleh: Khairiah

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK (Intisari)

PERSEPSI MASYARAKAT TINGGIHARI TERHADAP KEBERADAAN SITUS MEGALITIK TINGGIHARI KECAMATAN GUMAY ULU

KABUPATEN LAHAT Oleh

Khairiah

Daerah Kabupaten Lahat memiliki banyak peninggalan benda-benda purbakala yang bernilai budaya tinggi. Salah satu peninggalan purbakala tersebut adalah situs megalitik Tinggihari Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten Lahat. Peninggalan ini terbagi kedalam tiga komplek peninggalan yaitu komplek situs Tinggihari I, komplek situs Tinggihari II, dan komplek situs Tinggihari III. Ke tiga komplek situs ini terletak di tengah kebon kopi masyarakat, yaitu di samping kanan dan kiri jalan menuju ke kecamatan Pulau Pinang Kabupaten Lahat.

Berdasarkan uraian tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana persepsi masyarakat Tinggihari terhadap keberadaan situs megalitik Tinggihari Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten Lahat dilihat berdasarkan perhatian, pengetahuan, dan cara berfikir masyarakat. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi masyarakat Tinggihari terhadap keberadaan situs megalitik Tinggihari Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten Lahat. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, teknik angket, teknik wawancara, dan teknik dokumentasi. sedangkan untuk menganalisis data menggunakan analisis data kualitatif.

(3)
(4)
(5)
(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... i

DAFTAR LAMPIRAN ... ii

DAFTAR GAMBAR ...iii

1. PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Analisis Masalah... 6

1. Identifikasi Masalah ... 6

2. Pembatasan Masalah ... 6

3. Rumusan Masalah... 6

C.Tujuan Penelitian ... 7

D.Kegunaan Penelitian ... 7

E.Ruang Lingkup Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A.Tinjauan Pustaka... 10

1. Konsep Persepsi ... 10

2. Konsep Masyarakat ... 15

3. Konsep Keberadaan ... 16

4. Konsep Situs ... 17

5. Konsep Megalitikum ... 18

6. Konsep Tinggihari ... 19

B.Kerangka Pikir ... 20

C.Paradigma ... 22

III. METODE PENELITIAN ... 25

A.Metode Penelitian... 25

(7)

1. Populasi ... 28

2. Sampel ... 29

3. Teknik Pengambilan Sampel... 30

E.Teknik Pengumpulan Data ... 31

1. Observasi ... 32

2. Angket ... 32

3. Wawancara ... 33

4. Dokumentasi ... 33

F. Teknik Pengolahan Data ... 34

G.Teknik Analisis Data ... 35

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 39

A. HASIL ... 39

1. Letak Geografis Desa Tinggihari ... 39

2. Sejarah Singkat Desa Tinggihari ... 40

3. Keadaan penduduk desa Tinggihari ... 41

B. DESKRIPSI DATA ... 45

1. Legenda situs megalitik Tinggihari ... 45

2. Bentuk peningalan situs megalitik Tinggihari ... 47

3. Bahan dan cara pembuatan situs megalitik Tinggihari ... 50

4. Letak situs megalitik Tinggihari ... 53

5. Karakteristik Responden ... 54

6. Persepsi masyarakat Tinggihari Terhadap Keberadaan situs megalitik Tinggihari Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten Lahat ... 56

1. Persepsi masyarakat Tinggihari terhadap keberadaan situs megalitik Tinggihari di Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten Lahat dilihat dari perhatian masyarakat ... 57

2. Persepsi masyarakat Tinggihari terhadap keberadaan situs megalitik Tinggihari di Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten Lahat dilihat dari Pengetahuan masyarakat ... 68

3. Persepsi masyarakat Tinggihari terhadap keberadaan situs megalitik Tinggihari di Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten Lahat dilihat dari Cara Berfikir masyarakat ... 77

4. Analisis Data Hasil Penelitian ... 89

C. PEMBAHASAN ... 93

(8)

Lahat dilihat dari Pengetahuan masyarakat ... 95

3. Persepsi masyarakat Tinggihari terhadap keberadaan situs megalitik Tinggihari di Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten Lahat dilihat dari Cara Berfikir masyarakat ... 98

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 102

A. SIMPULAN ... 102

B. SARAN ... 103

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jumlah Anggota Populasi. ... 29

2. Jumlah Anggota Sample ... 30

3. Nama-nama Kepala Desa yang pernah memimpin desa Tinggihari ... 40

4. Nama-nama Sekertaris Desa Tinggihari ... 41

5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 42

6. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia ... 42

7. Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku/Etnis ... 43

8. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencarian ... 44

9. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 54

10.Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 55

11.Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 56

12.Tabel Soal No 1 yang terdapat di Angket ... 57

13.Tabel Soal No 2 yang terdapat di Angket ... 58

14.Tabel Soal No 3 yang terdapat di Angket ... 59

15.Tabel Soal No 4 yang terdapat di Angket. ... 60

16.Tabel Soal No 5 yang terdapat di Angket. ... 61

17.Tabel Soal No 6 yang terdapat di Angket. ... 62

18.Tabel Soal No 7 yang terdapat di Angkat ... 63

19.Tabel Soal No 8 yang terdapat di Angket ... 64

20.Tabel Soal No 9 yang terdapat di Angket ... 65

21.Tabel Soal No 10 yang terdapat di Angket ... 67

22.Tabel Soal No 11 yang terdapat di Angket ... 68

23.Tabel Soal No 12 yang terdapat di Angket ... 69

24.Tabel Soal No 13 yang terdapat di Angket ... 70

25.Tabel Soal No 14 yang terdapat di Angket ... 71

26.Tabel Soal No 15 yang terdapat di Angket ... 72

27.Tabel Soal No 16 yang terdapat di Angket ... 72

28.Tabel Soal No 17 yang terdapat di Angket ... 73

29.Tabel Soal No 18 yang terdapat di Angket ... 74

30.Tabel Soal No 19 yang terdapat di Angket ... 75

31.Tabel Soal No 20 yang terdapat di Angket ... 76

(10)

33.Tabel Soal No 22 yang terdapat di Angket ... 79

34.Tabel Soal No 23 yang terdapat di Angket ... 80

35.Tabel Soal No 24 yang terdapat di Angket ... 81

36.Tabel Soal No 25 yang terdapat di Angket ... 82

37.Tabel Soal No 26 yang terdapat di Angket ... 83

38.Tabel Soal No 27 yang terdapat di Angket ... 85

39.Tabel Soal No 28 yang terdapat di Angket ... 86

40.Tabel Soal No 29 yang terdapat di Angket ... 87

41.Tabel Soal No 30 yang terdapat di Angket ... 88

(11)
(12)
(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar halaman

1. Peta Kecamatan Gumay ulu ... 109

2. Peta Desa Tinggihari ... 110

3. Gambar Kantor Camat Gumay Ulu... 111

4. Gambar Kantor Kepala Desa Tinggihari... 112

5. Gambar Peninggalan Komplek Situs Tinggihari I ... 113

6. Gambar Peninggalan Komplek Situs Tinggihari II ... 116

7. Gambar Peninggalan Komplek Situs Tinggihari III ... 118

(14)

1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kepulauan Indonesia adalah tuan rumah budaya megalitik Austronesia di masa lalu

dan sekarang. Bangunan megalitik hampir tersebar di seluruh kepulauan Indonesia,

dengan bentuk yang bermacam-macam. Perkembangan megalitik di Indonesia

diawali sejak masa neolitik atau bercocok tanam. Hal ini diungkapkan dengan di

temukannya berbagai bentuk peninggalan tradisi megalitik yang didominasi oleh

bangunan-bangunan seperti: menhir, dolmen, sarkofagus, bangunan teras berundak,

arca menhir, batu lumpang, batu bergores, kubur batu, dan lain sebagainya, yang

tersebar diberbagai daerah seperti Sumatera, Jawa, Sulawesi, Bali dan Indonesia

bagian Timur (Poesponegoro, 1993: 210-238).

Persebaran megalitik di Indonesia tersebut merupakan bukti pada masa neolitik

(bercocok tanam), masyarakat Indonesia sudah mulai memanfaatkan benda-benda

yang terdapat di lingkungannya, diantaranya ada yang dibuat sebagai alat dalam

memenuhi kebutuhan pribadi, atau untuk memenuhi keperluan kebutuhan bersama.

Menurut Sutaba, luas wilayah perkembangan tradisi megalitik di Indonesia dipandang

(15)

tempat yang lainnya di masa lampau dengan membawa konsepsi-konsepsi yang

bercorak megalitik yang menghasilkan berbagai bentuk bangunan-bangunan

megalitik dari batu-batu (Sutaba, 1996: 1).

Setiap pendirian peninggalan megalitik yang tersebar di Indonesia, mempunyai tujuan

dan maksud tertentu bagi masyarakat pendukungnya pada masa prasejarah. Tujuan

pendirian megalitik tersebut umunya sebagai sarana untuk pemujaan, penguburan dan

ada juga sebagai bentuk penghormatan masyarakat pada masa itu terhadap para

pemimpin mereka.

Peninggalan megalitik yang tersebar di Indonosia sudah tentu mempunyai sejarah dan

bentuk yang berbeda-beda. Tetapi ada juga diantaranya yang memiliki kesamaan,

namun biasanya persamaannya terlihat dalam bentuk wujud peninggalan megalitik

tersebut. Walaupun dari segi bentuk mempunyai kesamaan namun hal itu bukan

berarti betuk peninggalan megalitik tersebut mempunyai kesamaan persis dalam segi

bentuk apapun, karena setiap peninggalan yang tersebar di wilayah Indonesia sudah

tentu mempunyai ciri khusus tersendiri, yang biasanya ciri-ciri khusus tersebut sesuai

dengan keadaan daerah dimana letak peninggalan situs megalitik itu berada.

Peniggalan situs megalitik di Indonesia biasanya mempunyai hubungan dengan cerita

legenda yang tersebar di kalangan masyarakat Indonesia, yang mana setiap cerita

legenda yang tersebar dimasyarakat memiliki perberbedaan-perbedaan dari satu

daerah dengan daerah lainnya. Biasanya masyarakat yang menetap atau yang dekat

(16)

sangat mempercayai cerita legenda tersebut sebagai sebuah cerita yang seolah-olah

merupakan sebuah cerita yang benar-benar terjadi dalam suatu daerah tersebut.

Begitu juga dengan peniggalan-peninggalan megalitik yang tersebar di dataran tinggi

Pasema, yang secara umum memiliki cerita legenda seperti masyarakat Indonesia

lainnya. Cerita legenda yang tersebar dan terkenal pada situs megalitik pasemah yaitu

cerita legenda Si Pahit Lidah atau Serunting Sakti. Tokoh dalam cerita tersebut

diyakini masyarakat sebagai penyebab terbentuknya peninggalan-peningalan

megalitik yang tersebar di wilayah pasemah.

Peniggalan di situs megalitik Tinggihari ini termasuk ke dalam megalitik Pasemah,

sehingga cerita legenda yang tersebar pada peninggalan megalitik ini mempunyai

kesamaan. Masyarakat di daerah Tinggihari mempercayai akan cerita legenda yang

diyakini berhubungan dengan leluhur atau nenek moyang mereka. Seperti yang

diceritakan oleh bapak Ahmad Rifai, rata-rata masyarakat Tinggihari percaya situs ini

merupakan hasil dari kutukan Si Pahit Lidah atau Serunting Sakti. Tokoh ini disebut

Si Pahit Lidah karena ia memiliki kekuatan pada lidahnya. Semua yang terkena

jilatan lidahnya atau kutukannya akan berubah menjadi batu, seperti cerita “Patung

Batu Putri”. Di ceritakan pada zaman dulu, sang putri merasa terhina saat Si Pahit

Lidah menanyakan padanya ke mana ia akan pergi. Sang putri tidak menjawab

teguran tersebut. Si Pahit Lidah tersinggung oleh sikap itu, maka dikutuklah sang

putri menjadi batu. Namun berbagai cerita tentang legenda situs Tinggihari tidak

(17)

ini (wawancara dengan bapak Ahmad Rifai, Penduduk desa Tinggihari yang dianggap

dan mengetahui legenda situs Tinggihari 52 tahun, 1 Januari 2013).

Situs megalitik Tinggihari ini terletak di desa Tinggihari Kecamatan Gumay Ulu

Kabupaten Lahat. Peninggalan benda-benda megalitiknya terdiri dari tiga komplek

situs, yaitu situs Tinggihari satu, situs Tinggihari dua, dan situs Tinggihari tiga. Situs

megalitik Tinggihari ini mempunyai keunikan tersendiri baik dari segi bentuk

maupun lukisannya. dan juga merupakan situs yang sering dikunjungi oleh para

sejarawan, mahasiswa maupun pelajar SMA.

Benda-benda megalitik di situs Tinggihari dibuat dengan bentuk bervariasi, yang

dapat dilihat dari jenis dan ukurannya. Dari segi jenis peninggalnya berupa menhir,

arca megalitik, lumpang batu, umpak-umpak batu, susunan batu gelang (stone enclosure). Dari segi ukuran ada yang panjang, pendek, bulat dan lebar. Megalitik di situs Tinggihari

ini juga rata-rata berbentuk perkasa. Tujuan pembuatan megalitik tersebut adalah

sebuah bentuk penghormatan kepada pemimpin masyarakat yang sudah meninggal.

Bentuk-bentuk keperkasaan megalitik Tinggihari, membuat para ahli berfikir benda

ini dibuat untuk menggambarkan seorang pemimpin masyarakat yang dihormati dan

disegani. Hal ini dijelaskan oleh Ayu Kusuma, dalam buku Megalitik Bumi Pasemah

Peranan Serta Fungsinya, yaitu: karena keperkasaan bentuknya, banyak para

ahli-ahli menyebutya sebagai penggambaran pemimpin masyarakat (Ayu Kusuma, 2003:

(18)

Keberadaan situs megalitik Tinggihari di Tinggihari, serta adanya perbedaan bentuk,

jenis dan cerita legenda pada situs megalitik Tinggihari ini, menjadi penyebab

timbulnya persepsi masyarakat yang berbeda-beda mengenai situs megalitik

Tinggihari. Perbedaan persepsi tersebut juga dilatar belakangi oleh faktor perhatian,

pengetahuan dan cara berfikir pada masyarakat Tinggihari.

Masyarakat yang memiliki perhatian terhadap situs megalitik Tinggihari memiliki

persepsi yang berbeda dengan masyarakat yang tidak memiliki perhatian terhadap

situs megalitik Tinggihari. Masyarakat yang memiliki pengetahuan terhadap situs

megalitik Tinggihari memiliki persepsi yang berbeda dengan masyarakat yang tidak

memiliki pengetahuan terhadap situs megalitik Tinggihari, begitu juga cara berfikir

masyarakatnya akan berbeda dengan masyarakat yang tidak mempunyai perhatian

dan pengetahuan mengenai situs megalitik Tinggihari. Keberadaan situs megalitik

Tinggihari di tengah-tengah masyarakat Tinggihari Kecamatan Gumay Ulu

Kabupaten Lahat mempunyai arti penting bagi pelestarian nilai-nilai budaya sejarah

di daerah ini.

Kurang jelasnya persepsi masyarakat Tinggihari terhadap keberadaan situs megalitik

Tingggihari mendorong melakukan penelitian tentang persepsi masyarakat Tinggihari

terhadap keberadaan situs megalitik Tinggihari Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten

(19)

B. Analisis Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka identifikasi masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Jarak peninggalan situs megalitik Tinggihari terhadap desa Tinggihari Kecamatan

Gumay Ulu Kabupaten Lahat.

2. Lokasi peninggalan situs megalitik Tinggihari Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten

Lahat.

3. Persepsi masyarakat Tinggihari terhadap keberadaan situs megalitik Tinggihari

Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten Lahat.

2. Pembatasan Masalah

Agar permasalahan dalam penelitian tidak terlalu luas maka penulis membatasi

permasalahan yang akan dibahas pada, persepsi masyarakat Tinggihari terhadap

keberadaan situs megalitik Tinggihari Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten Lahat.

Persepsi yang akan dilihat berdasarkan perhatian masyarakat, pengetahuan

masyarakat dan cara berfikir masyarakat.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

(20)

Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten Lahat dilihat berdasarkan perhatian masyarakat,

pengetahuan masyarakat, dan cara berfikir masyarakat?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui bagaimana persepsi masyarakat terhadap keberadaan situs

megalitik Tinggihari Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten Lahat ditinjau dari perhatian

masyarakat, pengetahuan masyarakat dan cara berfikir masyarakat.

D. Kegunaan Penelitian

Setiap penelitian tentunya mempunyai kegunaan pada pihak-pihak yang

membutuhkan, adapun kegunaan dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk menambah wawasan bagi penulis, pembaca serta masyarakat pada

umumnya dan penulis khususnya mengenai persepsi masyarakat Tinggihari

Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten Lahat terhadap keberadaan situs megalik

Tinggihari.

2. Sebagai sumbangan pustaka yang dapat dimanfaatkan bagi mahasiswa

(21)

E. Ruang Lingkup Penelitian

Mengingat masalah di atas cukup umum dalam penelitian, maka untuk menghindari

kesalah pahaman, dalam hal ini peneliti memberikan kejelasan tentang sasaran dan

tujuan penelitian mencakup :

1. Obyek Penelitian : Persepsi masyarakat Tinggihari terhadap keberadaan situs

megalitik Tinggihari dilihat berdasakan perhatian

masyarakat, pengetahuan masyarakat dan cara berfikir

masyarakat.

2. Subyek Penelitian : Masyarakat Tinggihari Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten

Lahat.

3. Tempat Penelitian : Desa Tinggihari, Kecamatan Gumay Ulu, Kab. Lahat.

4. Waktu Penelitian : 2013

(22)

REFERENSI

Poesponegoro. 1993. Sejarah Nasional Indonesia 1. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Balai Pustaka. Jakarta. Halaman 210-238.

Sutaba. 1996.Masyarakat Megalitik Di Indonesia. Balai Arkiologi. Bandung. Halaman 1.

Wawancara dengan Bapak Ahmad Rifai 52 tahun. 1 Januari 2013. Pukul 13.30 WIB

(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang akan

menjadi topik penelitian ini akan dicari konsep-konsep yang dapat dijadikan

landasan teori bagi penelitian yang akan dilakukan. Adapun tinjauan pustaka

dalam penelitian ini.

1. Konsep Persepsi

Untuk memberikan gambaran yang dapat memperjelas permasalahan yang

akan di bahas dalam penelitian ini, berikut penulis uraikan beberapa defenisi

tentang persepsi:

Menurut Bimo Walgito, persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris. Namun proses itu tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi (Bimo Walgito, 2010: 99).

Menurut Onang Uchyana Effendi, “persepsi adalah penginderaan terhadap

suatu kesan yang timbul dalam lingkungannya, penginderaan ini dipengaruhi

oleh pengalaman, kebiasaan dan kebutuhan” (Onang Uchyana Effendi, 1986:

(24)

Menurut Mar’at, persepsi adalah pengamatan seseorang yang berasal dari kelompok kognisi. Aspek kognisi merupakan aspek penggerak perubahan karena informasi yang diterima akan menentukan perasaan dan kemauan untuk berbuat. Jadi komponen kognisi akan berpengaruh terhadap predisposisi seseorang untuk bertidak senang atau tidak terhadap suatu objek, yang merupakan jawaban atas pertanyaan apa yang dipikirkan atau dipersepsikan tentang objek tersebut (Mar’at, 1981: 21).

Dalam Ensiklopedia Indonesia dijelaskan, yang dimaksud dengan persepsi adalah: proses mental yang menghasilkan bayangan pada diri individu, sehingga dapat mengenal suatu obyek dengan jalan sosiasi dengan suatu ingatan tertentu baik secara indera penglihatan, indera peraba, dan sebagainya, sehingga akhirnya bayangan tersebut dapat disadari (Van Hoven, 1988: 866).

Dari pengertian tentang persepsi, maka penulis simpulkan bahwa persepsi

adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam

otak manusia yang kemudian melahirkan pendapat-pendapat tertentu

mengenai suatu objek, yang dimaksud objek disini adalah persepsi masyarakat

Tinggihari terhadap keberadaan situs megalitik Tinggihari Kecamatan Gumay

Ulu Kabupaten Lahat.

a. Faktor-Faktor Yang Berperan Terhadap Adanya Persepsi

Menurut Bimo Walgito (2010: 101), faktor-faktor yang berperan terhadap

adanya persepsi yaitu:

1. Perhatian, dapat diartikan sebagai pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada suatu objek atau sekumpulan objek. Ditinjau dari segi timbulnya perhatian, perhatian dapat dibedakan atas perhatian spontan dan perhatian tidak spontan. a.Perhatian spontan, yaitu perhatian yang timbul dengan sendirinya. b.Perhatian secara tidak spontan, yaitu perhatian yang ditimbul dengan

sengaja.

(25)

pengetahuan seseorang dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.

3. Cara berfikir, merupakan sebuah proses dimana representasi mental baru dibentuk melalui transformasi informasi dengan interaksi yang komplek atribut-atribut mental seperti penilaian, abstraksi, logika, imajinasi, dan pemecahan masalah. Proses atau jalannya berpikir itu pada pokoknya ada tiga langkah, yaitu :

1.Pembentukan pengertian 2.Pembentukan pendapat

3.Penarikan kesimpulan atau pembentukan keputusan

Jadi dapat disimpulkan bahwa: perhatian, pengetahuan, dan cara berfikir

masyarakat merupakan faktor yang berperan terhadap timbulnya persepsi

di dalam masyarakat. Tanpa adanya perhatian, pengetahuan dan cara

berfikir masyarakat maka tidak akan ada persepsi yang timbul di dalam

pemikiran masyarakat mengenai suatu objek.

Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui tentang persepsi

masyarakat terhadap keberadaan situs megalitik Tinggihari di desa

Tinggihari Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten Lahat dilihat berdasarkan

perhatian, pengetahuan, dan cara berfikir masyarakat.

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi

Proses persepsi terjadi karena banyak rangsangan yang ada pada individu,

karena rangsangan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

adanya persepsi. Suatu stimulus yang sama bisa dipersepsi berbeda-beda

(26)

Menurut Bimo Walgito, faktor-faktor yang berperan terhadap adanya persepsi yaitu:

1.Objek yang dipersepsikan, objek akan menimbulkan stimulus yang mengenai alat idera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsikan, tetapi juga dapat datang dari dalam individu.

2.Alat indera, syaraf dan pusat susunan syarap merupakan alat untuk menerima rangsangan yang diteruskan oleh saraf sinsorik untuk diterima dan diolah di pusat susunan syaraf yaitu otak sebagai pusat kesadaran. 3.Adanya perhatian terhadap objek merupakan langka pertama dalam

mengadakan persepsi, karena tanpa ada perhatian maka tidak akan ada persepsi (Bimo Walgito 2010: 101).

Menurut Mar’at, faktor yang mempengaruhi tingkat persepsi seseorang yaitu:

1.Faktor pengalaman

2.Faktor cakrawala/cara berfikir

3.Faktor proses belajar (sosialisai), dan 4.Faktor pengetahuan

Faktor pengalaman, proses belajar atau sosialisasi memberikan bentuk dan struktur terhadap apa yang dilihat. Sedangkan pengetahuan dan cakrawala memberikan arti terhadap objek psikologi tertentu (Mar’at, 1981: 22).

Dari pendapat di atas dapat dilihat bahwa setiap persepsi pasti ada

faktor-faktor yang mempengaruhinya. Sehingga melahirkan pandangan atau

pendapat yang berbeda-beda pada suatu masyarakat mengenai objek

tertentu.

c. Proses Terjadinya Persepsi

Menurut Bimo Walgito (2010: 102), proses terjadinya persepsi berkaitan

erat dengan faktor-faktor yang mempengaruhi, seperti kita ketahui bersama

bahwa setelah objek menimbulkan stimulus dan mampu memberikan

(27)

penginderaan atau proses fisiologi yang kemudian diteruskan oleh syaraf

sensorik ke otak sebagai pusat kesadaran yang disebut proses psikologi.

d. Bentuk-bentuk Persepsi

Persepsi secara umum merupakan suatau tanggapan terhadap suatu objek

yang dilihat. Bentuk-bentuk persepsi adalah pandangan yang berdasarkan

penilaian terhadap suatu objek yang terjadi, kapan saja dan dimana saja

jika stimulus mempengaruhinya. Dengan demikian dapat diketahui ada dua

bentuk persepsi yaitu yang bersifat positif dan negatif.

1. Persepsi Positif

Persepsi positif yaitu persepsi atau pandangan terhadap suatu objek dan

menuju pada suatu keadaan dimana subjek yang mempersepsikan

cenderung menerima objek yang ditangkap karena sesuai dengan

pribadinya.

2. Persepsi Negatif

Persepsi negative yaitu persepsi atau pandangan terhadap suatu objek

dan menunjukkan pada keadaan dimana subjek yang mempersepsikan

cenderung menolak objek yang ditangkap karena tidak sesuai dengan

(28)

2. Konsep Masyarakat

Menurut Poerwadarminta, “masyarakat merupakan sebagai pergaulan hidup

manusia atau sehimpun orang yang hidup bersama dalam suatu tempat dengan

ikatan-ikatan aturan yang tentu” (Poerwadarminta, 1986: 117). Menurut

Koentjaraningrat, “masyarakat sebagai kesatuan hidup manusia yang

berinteraksi menurut sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan

terikat oleh suatu rasa identitas bersama”(Koentjaraningrat, 1979: 160).

Dalam Soerjono Soekanto dijelaskan beberapa pendapat mengenai

masyarakat:

a. Mac Iver dan Page

Masyarakat adalah suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara, dari wewenang dan kerjasama antara beberapa kelompok dan penggolongan, dari pengawasan tingkah laku serta kebebasan manusia. Keseluruhan yang berubah ini dinamanakan masyarakat.

b. Ralp Linton

Mengatakan masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja sama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka satu kesatuan social dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas.

c. Selo Soemardjan

Masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan (Soerjono Soekanto, 1984: 190).

(29)

Berdasakan pendapat-pendapat di atas maka dapat peneliti simpulkan bahwa

masyarakat adalah kumpulan individu-individu yang tinggal dalam suatau

daerah, yaitu individu yang hidup dan mendiami desa Tinggihari Kecamatan

Gumay Ulu Kabupaten Lahat. Kemudian mereka berinteraksi anatara individu

yang satu dan lainnya dalam jangka waktu yang lama dan lingkungan yang

sama.

3. Konsep Keberadaan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “keberadaan adalah kehadiran atau

sesuatu yang menunjukkan tempat objek itu berada” (Van Hoven, 1988:

702). Menurut Junus Satrio Atmojo, “keberadaan adalah kehadiran tempat

ataupun objek lain yang di mana manusia itu bisa melihat dan merasakan

kehadiran objek tersebut” (Junus Satrio Atmojo, 2013: 2). Menurut Suputro,

keberadaan menimbulkan tiga segi pandangan, yaitu:

1. Keberadaan dipandang dari segi jumlah, banyak (kuanntitas), artinya

berapa banyak kenyataan yang paling dalam itu.

2. Keberadaan dipandang dari segi sifat ( kualitas).

3. Keberadaan dipandang dari segi proses, kejadian atau perubahan aliran

(Suputro, 2011: 1-3).

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keberadaan merupakan

kehadiran suatu objek yang dapat dilihat dan dirasakan kehadirannya. Dalam

(30)

megalitik Tinggihari, yang mana situs ini sangat penting sebagai peninggalan

sejarah di desa Tinggihari dan juga bagi para peneliti-peneliti sejarah.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan konsep keberadaan karena ingin

melihat sejauhmana persepsi masyarakat Tinggihari terhadap keberadaan situs

megalitik Tinggihari di Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten Lahat dilihat

berdasarkan perhatian masyarakat, pengetahuan masyarakat, dan cara berfikir

masyarakat.

4. Konsep Situs

Berdasarkan undang-undang RI nomor 11 tahun 2010, pemerintah

mengatakan bahwa yang dimaksud dengan situs adalah:

Lokasi yang berada di darat atau di air yang mengandung benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, atau struktur cagar budaya sebagai hasil kegiatan manusia atau bukti kejadian pada masa lalu. Adapun pengertian cagar budaya dalam undang-undang adalah: “warisan budaya bersifat kebendaan berupa benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, struktur cagar budaya, situs cagar budaya, dan kawasan cagar budaya di darat atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan kebudayaan melalui proses penetapan (UU RI Nomor 11 tahun 2010 pasal 1).

Sedangkan menurut Ayatrohaedi dkk mengatakan bahwa “situs adalah satu

bidang tanah atau tempat lainnya yang di atas atau didalamnya terdapat

(31)

Menurut Halwany Michrob menyatakan bahwa “situs adalah suatu tempat

atau wilayah atau diatas permukaannya ada unsur yang mengandung data

arkeologi”(Halwany Michrob, 1995: 19).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa situs

merupakan suatu wilayah yang mengandung benda-benda kepurbakalaan dan

peninggalan sejarah maupun prasejarah sehingga memiliki nilai-nilai sejarah.

5. Konsep Megalitikum

Menurut Poesponegoro dalam buku Sejarah Nasional Indonesia, “megalitik

berasal dari kata “mega” yang berarti besar dan “lithos” yang berarti batu”

(Poesponegoro, 1993: 205).

Menurut Wagner dalam buku Megalitik Bumi Pasemah Peranan Serta

Funginya menyebutkan bahwa: “walaupun batunya dibuat dalam bentuk

kecil bukan dari batu besar (megalitik) tetapi jika tujuan pembuatan bangunan

tersebut berorentasi pada pemujaan arwah maka disebut megalitik” (Ayu

Kusuma, 2003: 7).

Menurut Ayatrohaedi dalam buku Kamus Istilah Arkeologi 1 menyebutkan

bahwa:“megalitik adalah tradisi kebudayaan batu besar, yang muncul setelah

tadisi bercocok tanam”(Ayatrohaedi, 1981: 56).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

(32)

bersifat primitive, mereka hanya bisa menggunakan alat-alat yang terbuat dari

batu yang masih kasar sehingga pada zaman ini disebut zaman batu besar.

6. Konsep Tinggihari

Menurut Kristantina Indriastuti, “Tinggihari adalah nama sebuah komplek

megalitik yang terdapat di desa Tinggihari kecamatan Gumay Ulu Kabupaten

Lahat, yang secara administratif terletak sekitar 20 km dari kota Lahat”

(Kristantina Indriastuti, 2010: 1).

Daerah ini ditempuh dengan waktu kurang lebih 45 menit dari pusat kota

Lahat. Menempuh jalan yang agak terjal dan sempit serta berliku. Walaupun

demikian, kondisi jalan tetap aman untuk dilewati.

Di daerah ini mempunyai bermacam-macam bentuk tinggalan benda masa

prasejarah. Menurut Kristantina Indriastuti, bentuk tinggalan arkeologi yang

terdapat di komplek ini kebanyakan berupa “menhir, arca, lumpang batu,

umpak-umpak batu, dan susunan batu gelang. Peninggalan-peninggala di situs

Tinggihari ini terbagai kedalam tiga komplek” (Kristantina Indriastuti, 2010:

1-5).

Berdasarkan pendapat di atas dapat disumpulkan bahawa, Tinggihari

merupakan nama lokasi tempat peninggalan-peninggalan megalitik berada.

Peninggala-peninggan tersebut berlokasi di atas bukit dan di tengah

(33)

Dari penjelasan di atas, persepsi masyarakat terhadap situs megalitik

Tinggihari dapat disimpulkan berupa tanggapan atau pandangan dari proses

pengamatan individu dalam suatu masyarakat, terhadap keberadaan suatu

objek, yang selanjutnya terdapat penilaian masyarakat terhadap keberadaan

objek tersebut. Dalam hal ini yang menjadi objek dalam persepsi masyarakat

Tinggihari tersebut adalah situs megalitik Tinggihari.

B. Kerangka Pikir

Peninggalan sejarah yang ditemukan di situs Tinggihari pada umumnya dapat

dikategorikan ke dalam masa tradisi megalitik, yaitu masa yang menghasilkan

kebudayaan bangunan-bangunan dari batu besar. Pendirian megalitik ini

merupakan salah satu dasar kepercayaan yang berhubungan dengan antara

yang hidup dan yang mati, terutama pengaruh kuat dari yang mati terhadap

kesejahteraan masyarakat.

Situs megalitik Tinggihari ini berlokasi di pinggir jalan menuju kecamatan

Pulau Pinang tepatnya di tengah perkebunan masyarakat. Selain itu juga situs

ini terdiri dari tiga (3) komplek situs, yaitu: situs Tinggihari I, situs Tinggihari

II, dan situs Tinggihari III, yang mana jarak antara situs satu dan situs lainnya

bisa ditempuh sekitar lima (5) menit dengan berjalan kaki.

Bentuk-bentuk pada peninggalan megalitik Tinggihari ini juga memiliki

(34)

jenisnya ada menhir, arca megalitik, lumpang batu, umpak-umpak batu, batu

tegak, dan susunan batu gelang (stone enclosure). Dari ukuran ada yang

panjang, pendek, persegi, dan bulat.

Untuk tetap menjaga nilai-nilai sejarah situs megalitik Tinggihari, maka harus

ada upaya pelestarian pada situs ini. Agar pelestarian ini terlaksana dengan

baik maka perlu adanya kesadaran masyarakat akan pentingnya sejarah itu.

Dengan adanya kesadaran sejarah maka dapat terlihat sejauh mana persepsi

masyarakat terhadap peninggalan sejarah yang ada diwilayah mereka.

Berdasarkan perhatian, pengetahuan, dan cara berfikir masyarakat akan timbul

persepsi yang bermacam-macam mengenai situs megalitik Tinggihari.

Masyarakat yang memiliki rasa perhatian terhadap keberadaan situs megalitik

Tinggihari sudah barang tentu akan memiliki persepsi yang berbeda dengan

masyarakat yang tidak memiliki rasa perhatian. Masyarakat yang mempunyai

pengetahuan mengenai situs megalitik Tinggihari sudah tentu akan memiliki

persepsi yang berbeda dengan masyarakat yang tidak mempunyai

pengetahuan, begitu juga dengan cara berfikir masyarakatnya, akan berbeda

dengan masyarakat yang memiliki rasa perhatian dan mempunyai

pengetahuan terhadap keberadaan peninggalan situs megalitik Tinggihari.

Perbedaan persepsi masyarakat desa Tinggihari Kecamatan Gumay Ulu

Kabupaten Lahat yang disebabkan oleh perhatian, pengetahuan dan cara

(35)

kategori persepsinya juga, yaitu ada yang tergolong ke dalam persepsi positif

dan ada yang tergolong ke dalam persepsi negatif. Persepsi tergolong positif

apabila masyarakat Tinggihari peduli terhadap keberadaan situs megalitik

Tinggihari. Persepsi tergolong negatif apabila masyarakat Tinggihari tidak

peduli terhadap keberadaan situs megalitik Tinggihari.

C. Paradigma

Keberadaan Situs Megalitik Tinggihari

Perhatian Masyarakat

Pengetahuan Masyarakat

Cara Berfikir Masyarakat

Persepsi Masyarakat Tinggihari Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten Lahat

Keterangan:

: Garis Hubungan

(36)

REFERENSI

Bimo Walgito. 2010.Pengantar Psikologi Umum. Andi Offset. Yogyakarta. Halaman 99.

Onang Uchyana Effendi. 1986.Komunikasi dan Moderenisasi. Penerbit Alumni Bandung. Halaman 27.

Mar’at. 1981. Sikap Manusia, Perubahan dan Pengukurannya. Ghalia Indonesia. Jakarta. Halaman 21.

Van Hoven. 1988.Eksiklopedi Indonesia.Ikhtiat. Jakarta. Halaman 866.

Bimo Walgito. 2010.Op. Cit.Halaman 101.

Mar’at. 1981.Op. Cit.Halaman 22.

Bimo Walgito. 2010.Op. Cit.Halaman 102.

Poerwadarmita. 1986.Kamus Besar Baha Indonesia.Balai Pustaka. Jakarta. Halaman 117.

Koentjaraningrat. 1979. Pengantar Ilmu Antropologi. Angkasa Baru. Jakarta. Halaman 160.

Soerjono Soekanto. 1984.Sosiologi Suatu Pengantar.Raja Grafindo Persada. Jakarta. Halaman 190.

Abdul Syani. 1987. Sosiologi Kelompok dan Masalah Sosial. Pajar Agung. Jakarta. Halaman 68.

Van Hoven. 1988.Op. Cit.Halaman 702.

(37)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Menurut Moh.Nazir,“para peneliti dapat memilih berjenis-jenis metode dalam

melaksanakan penelitiannya. Metode yang dipilih berhubungan erat dengan

prosedur, alat, serta desain penelitian yang digunakan. Desain penelitian harus

sesuai dengan metode penelitian yang dipilih. Prosedur serta alat yang

digunakan” (Moh.Nazir, 2005: 48).

Menurut Kartini Kartono, metodologi adalah “cara berfikir dan berbuat yang

dipersiapkan sebaik-baiknya untuk mengadakan penelitian dan untuk

mencapai tujuan berdasarkan kebenaran”(Kartini Kartono, 1980:15).

Berdasakan pendapat-pendapat di atas, langkah-langkah yang dilakukan dalam

penggunaan metode penelitian adalah sebagai berikut:

1. Menentukan masalah yang menjadi pokok pembahasan

2. Menentukan ruang lingkup penelitian

3. Mengumpulkan data menjawab permasalahan penelitian

4. Pengelolaan data berdasarkan data-data yang terkumpul

5. Menarik kesimpulan dari data yang telah disusun

(38)

Berdasakan pendapat di atas dapat simpulkan bahwa metode penelitian

merupakan cara untuk mencapai tujuan dari suatu penelitian. Sehingga metode

penelitian sangat dibutuhkan dalam memecahkan suatu penelitian.

B. Metode yang digunakan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

Menurut Muhammad Ali, metode deskriptif adalah “metode yang digunakan

untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi pada situasi sekarang yang

dilakukan dalam menempuh langkah–langkah pengumpulan data, klarifikasi

dan analisis pengolahan dan membuat gambaran tentang suatu keadaan secara

obyektif dan suatu deskriptif” (Muhammad Ali, 1982: 120).

Menurut Hadarari Nawawi, metode deskriptif dapat diartikan sebagai

“prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan

menggambarkan/melukiskan keadaan subjek/objek penelitian (seseorang,

lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta

yang tampak atau sebagaimana adanya”(Hadarari Nawawi, 1996: 63).

Sedangkan menurut Moh. Nazir metode deskriptif adalah: Suatu motode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifa serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Moh. Nazir, 2005: 54).

Jadi berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan metode deskriptif

(39)

fakta yang ada pada masa sekarang. Dalam penelitian ini akan dijelaskan

tentang persepsi masyrakat Tinggihari terhadap keberadaan situs megalitik

Tinggihari Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten Lahat dilihat berdasarkan

perhatian, pengetahuan, dan cara berfikir masyarakat.

C. Variabel Penelitian 1. Variabel Penelitian

Menurut Arikunto, variabel adalah “suatu penelitian atau apa yang menjadi

titik perhatian suatu penelitian” (Suharsemi Arikunto, 1989: 91). Menurut

Hadari Nawawi, variabel merupakan “himpunan sebuah gejala yang

dimiliki beberapa aspek atau unsur didalamnya, yang dapat bersumber dari

kondisi objek penelitian, tapi dapat pula berada di luar dan berpengaruh

pada objek penelitian”(Hadari Nawawi, 1996: 58).

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel tunggal.

Adapun pengertian “variabel tunggal adalah himpunan sejumlah gejala

yang memiliki berbagai aspek atau kondisi di dalamnya yang berfungsi

mendominasi dalam kondisi atau masalah tanpa dihubungkan dengan

lainnya” (Hadari Nawawi, 1996: 58).

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan variabel penelitian adalah

sesuatu yang hendak diamati dan diambil datanya. Di samping itu variabel

penelitian sering juga dinyatakan sebagai faktor-faktor yang berperan

(40)

megalitik Tinggihari Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten Lahat dilihat

berdasarkan perhatian, pengetahuan, dan cara berfikir masyarakat.

Penggunaan variabel tunggal bertujuan untuk memudahkan peneliti dalam

merumuskan objek atau inti penelitian yang hanya terdiri dari satu objek

penelitian.

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut Suharsimi Arikunto, “populasi adalah keseluruhan objek

penelitian” (Suharsimi Arikunto, 1989: 20). Menurut Kartini Kartono,

“populasi adalah seluruh jumlah individu dari daerah yang akan di teliti”

(Kartini Kartono, 1980: 116). Menurut Hadari Nawawi, menjelaskan bahwa

“populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang dapat terdiri dari

manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai test,

atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik

tertentu di dalam suatu penelitian” (Hadari Nawawi, 1996: 141).

Berdasarkan pendapat di atas yang menjadi populasi di dalam penelitian ini

adalah keseluruhan masyarakat Tinggihari Kecamatan Gumay Ulu

Kabupaten Lahat. Masyarakat yang menjadi populasi di dalam penelitian

ini adalah masyarakat yang telah berusia 20 tahun ke atas atau sudah

menikah yang berjumlah 468 orang. Untuk lebih jelasnya tentang populasi

(41)

Tabel 1. Jumlah Anggota Populasi Desa Tinggihari

No Nama Dusun Jumlah Masyarakat

1 Dusun I 240

2 Dusun II 228

Jumlah 468

Sumber: Monografi desa Tinggihari Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten Lahat tahun 2013.

2. Sampel

Dalam setiap penelitian pada umumnya menggunakan sampel.

Sebagaimana dikatakan “sampel adalah sebagian atau wakil yang akan

diteliti”(Suharsimi Arikunto, 1989: 21). Menurut Hadari Nawawi, “sampel

secara sederhana diartikan sebagai bagian dari populasi yang menjadi

sumber data sebenarnya dalam suatu penelitian. Sudjana menyebutkan

sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi dengan menggunakan

cara-cara tertentu”(Hadari Nawawi, 1996: 144).

Dari beberapa pengertian sampel yang ada maka penulis akan

menggunakan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Untuk

besarnya sampel yang diambil pada prinsipnya tidak ada peraturan yang

ketat untuk menentukan secara mutlak berapa persen sampel tersebut harus

didapat dari populasi. Namun Suharsemi Arikunto mengatakan, “untuk

sekedar ancar-ancar maka apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik

diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi,

selanjutnya jika jumlah subjeknya lebih dari 100 dapat diambil antara

(42)

mengambil 20 % dari jumlah populasi. Jadi sampel yang di ambil adalah :

20% X 468 orang = 23 orang.

Jadi, sampel yang diambil yaitu:

Dusun I : 240 X 20% = 12 Orang

Dusun II : 228 X 20% = 11 Orang

Jumlah 23 Orang

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam table di bawah ini:

Tabel 2. Jumlah Sampel

No Nama Dusun Jumlah Masyarakat

1 Dusun I 12

2 Dusun II 11

Jumlah 23

Sumber: Monografi Desa Tinggihari Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten Lahat Tahun 2013.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti membuat pertimbangan tertentu yaitu,

karena jumlah penduduk di desa Tinggihari berjumalah 468 orang, maka

penulis hanya mengambil 23 orang untuk dijadikan sampel.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengambilan sampel

purposive sampling, menurut pendapat Masri S, dan Sofian E, purposive

samplingadalah:

(43)

akan ditarik diusahakan mempunyai sifat-sifat seperti populasi tersebut. Hal ini berarti bahwa purposive sampling tidak akan dilakukan dari populasi yang belum kita kenal sifat-sifatnya, atau yang harus dikenal terlebih dahulu (Masri S, dan Sofian E, 1989: 169)

Kemudian Suharsimi Arikunto, menjelaskan tentang purposive sampling

sebagai berikut:

Purposive sampling (sampling bertujuan) dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan berdasarkan atas strata, random atau daerah, tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu sebagai berikut:

1. Pengambilan sampel harus didasarkan ciri-ciri, sifat-sifat atau karakteristik tertentu, yang merupakan ciri-ciri pokok populasi. 2. Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan

subjek yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi.

3. Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam studi pendahuluan (Suharsimi Arikunto, 1989: 102).

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan, purposive sampling

adalah metode pemilihan sampel dengan cara memilih sub grup dari

populasi sehingga sampel yang dipilih memiliki sifat-sifat yang sesuai

dengan populasi.

E. Teknik Pengumpulan Data

Informasi-informasi yang dibutuhkan untuk memaparkan tentang sesuatu

hal maupun peristiwa termuat di dalam data. Jelas artinya untuk

mendapatkan informasi tersebut harus menggunakan teknik-teknik

pengumpulan data, sehingga informasi yang diperlukan akan lebih mudah

(44)

penelitian ini adalah:

1. Teknik Observasi

Menurut Moh.Nazir, “observasi adalah pengamatan mata tanpa ada

bantuan dari alat standar lain untuk keperluan tersebut” (Moh.Nazir,

2005: 175). Sedangkan menurut Hadari Nawawi, “observasi merupakan

pengamatan langsung dilakukan terhadap objek ditempat terjadinya

atau berlangsungnya peristiwa, sehingga observer berada bersama objek

yang diselidiki”(Hadari Nawawi, 1986: 100).

Teknik observasi dalam penelitian ini adalah penulis melakukan

pengamatan langsung terhadap situs megalitik Tinggihari dan

masyarakat desa Tinggihari, yang pada akhirnya bertujuan untuk

mengetahui seberapa besar jumlah masyarakat Tinggihari yang akan

dijadikan populasi dan sampel dalam penelitian ini.

2. Teknik Angket atau Kuesioner

Angket adalah salah satu instrumen pengumpulan data berupa

serangkaian pertanyaan serta alternatif jawabannya secara tertulis yang

hendak diberikan dan dijawab oleh seseorang atau sekelompok orang.

Sebagaimana dikatakan bahwa “angket adalah suatu penyelidikan

mengenai suatu masalah yang umumnya banyak menyangkut

(45)

jawaban atau tanggapan seperlunya” (Kartini Kartono, 1980: 200).

Teknik angket dimaksudkan untuk mendapatkan data yang berupa

jawaban tertulis yang diajukan peneliti untuk mengetahui bagaimana

persepsi masyarakat Tinggihari terhadap keberadaan situs megalitik

Tinggihari Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten Lahat dilihat berdasarkan

perhatian, pengetahuan, dan cara berfikir masyarakat.

3. Wawancara

Wawancara merupakan “alat pengumpul data dengan mempergunakan

Tanya jawab antara pencari informasi dan sumber informasi” (Hadari

Nawawi, 1996: 111). Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan

wawancara tidak terarah (non directed). Wawancara tidak terarah yakni

wawancara yang bersifat santai, bebas dan memberi informan

kebebasan sebesar-besarnya untuk memberikan keterangan yang

ditanyakan. Wawancara tidak terarah ini penting dilakukan pada tahap

pertama penelitian dilakukan karena dapat memberikan

keterangan-keterangan tidak terduga yang tidak kita dapatkan dan ketahui jika kita

menanyakan dengan wawancara terarah. Wawancara dilakukan untuk

memperoleh informasi yang belum didapat pada angket.

4. Dokumentasi

Dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui pencatatan dan

(46)

penelitian, seperti buku-buku, arsip-arsip, catatan harian dan dokumen

yang berkenaan dengan permasalahan yang akan diteliti.

Teknik dokumentasi adalah “teknik mencari data-data mengenai hal-hal

atau variabel berupa catatan transkip, buku-buku, surat kabar, majalah,

notulen, legger, agenda, dan sebagainya” (Suharsimi Arikunto, 1989:

188). Teknik dokumentasi dalam penelitian ini dimaksud untuk

mendapat data-data yang berupa catatan dan foto-foto yang berkaitan

dengan masalah yang diteliti.

E. Teknik Pengolahan Data

Dalam penelitian ini, tahap-tahap pengolahan data dilakukan dengan cara:

1. Editing

Dalam tahap ini data-data yang telah diperoleh dan dikumpulkan dari

lapangan, kemudian diperiksa atau dikoreksi untuk melihat dan

memeriksa kesalahan atau perbaikan data-data yang diragukan.

2. Konding

Suatu usaha untuk mengklasifikasikan jawaban-jawaban responden

menurut macamnya. Hal ini dilakukan dengan cara memberi tanda pada

masing-masing jawaban tersebut dengan kode tertentu. Langkah ini

dilakukan untuk menghemat waktu dan tenaga yang semestinya

(47)

3. Tabulasi

Kegiatan atau langkah merumuskan data kedalam tabel setelah data

diklasifikasikan berdasarkan kategori yang sama. Selanjutnya data

disederhanakan kedalam bentuk tabel tunggal, sehingga mudah dibaca.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancar, catatan lapangan, dan

bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat

diinformasikan kepada orang lain (Sugiyono, 2013 : 244 ). Teknik Analisis

data merupakan hal kritis dalam proses penelitian kualitatif. Analisis

digunakan untuk memahami hubungan dan konsep dalam data sehingga

hipotesis dapat dikembangkan dan dievaluasi ( Spradley dalam Sugiyono,

2012 : 244 ).

Berdasarkan pengertian para ahli tersebut, maka teknik analisis data

merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam

pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan

dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang didasarkan oleh data.

Di dalam sebuah penelitian yang dianggap penting setelah data terkumpul

adalah menganalisis data guna menguji data-data yang telah terkumpul

tersebut. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis bersifat

kualitatif yaitu memberikan arti dan data yang ada sesuai kenyataan yang

(48)

situs megalitik Tinggihari Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten Lahat dilihat

berdasarkan perhatian, pengetahuan, dan cara berfikir masyarakat. Data

yang diperoleh melalui angket kemudian diuji dengan menggunakan uji

prosentase.

Uji prosentase akan diuji dengan menggunakan

rumus: p F N

X100% ...%

Keterangan: P = Prosentase

F = Jumlah yang diperoleh N= Jumlah responden

Menurut Suharsimi Arikunto kriteria penilaian dapat dijabarkan sebagai

berikut:

Baik : Masyarakat yang mengetahui, peduli, dan memahami

tentang keberadaan situs megalitik Tinggihari

Cukup Baik : Masyarakat yang mengetahui dan peduli namun tidak

memahami tentang keberadaan situs megalitik

Tinggihari

(49)

Tinggihari

Tidak Baik : Masyarakat yang tidak mengetahui, tidak peduli dan

tidak memahami tentang arti keberadaan situs megalitik

Tinggihari

Kemudian mendiskripsikan melalui distribusi frekuensi untuk menilai

(50)

REFERENSI

Moh Nazir. 2005.Metode Penelitian.Ghalia Indonesia. Jakarta. Halaman 48.

Kartini Kartono. 1980. pengantar Metodologi Riserch Sosial. Alumni Bandung. Halaman 15.

Muhammad Ali. 1982.Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi.Angkasa. Bandung. Halaman 120.

Hadari Nawawi. 1996. Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Gadjah Mada Universitas Pres. Yogyakarta. Halaman 63.

Moh Nazir. 2005.Op. Cit.Halaman 54.

Suharsimi Arikunto. 1989.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Bina Aksara. Jakarta. halaman 91.

Hadari Nawawi. 1996.Op. Cit.Halaman 58.

Ibid. Halaman 58.

Suharsimi Arikunto. 1989.Op. Cit. Halaman 20.

Kartini Kartono. 1980.Op. Cit. Halaman 116.

Hadari Nawawi. 1996.Op. Cit.Halaman 141.

Suharsimi Arikunto. 1989.Op. Cit. Halaman 21.

(51)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan tentang persepsi masyarakat

Tinggihari terhadap keberadaan situs megalitik Tinggihari dilihat berdasarkan

perhatian, pengetahuan dan cara berfikir masyarakat dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Persepsi masyarakat Tinggihari terhadap keberadaan situs megalitik Tinggihari

Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten Lahat dilihat berdasarkan perhatian

masyarakat tergolong kedalam perhatian yang positif, hal ini diketahui

berdasarkan dari hasil analisis data yang menunjukkan 82% masyarakat

Tinggihari perhatian terhadap keberadaan situs megalitik Tinggihari. Salah satu

perhatian masyarakat tersebut dapat dilihat dari kepedulian masyarakat dalam

melestarikan situs megalitik Tinggihari.

2. Persepsi masyarakat Tinggihari terhadap keberadaan situs megalitik Tinggihari

Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten Lahat dilihat berdasarkan pengetahuan

masyarakat tergolong kedalam pengetahuan yang banyak, hal ini diketahaui

(52)

Tinggihari dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan pada angket dengan benar,

sehingga masyarakat Tinggihari dapat dikatakan mempunyai pengetahuan yang

banyak mengenai keberadaan situs megalitik Tinggihari.

3. Persepsi masyarakat Tinggihari terhadap keberadaan situs megalitik Tinggihari

Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten Lahat dilihat berdasarkan cara berfikir

masyarakat dapat digolongkan ke dalam cara berfikir yang baik, hal ini diketahaui

berdasarkan dari hasil analisis data yang menunjukkan 81% masyarakat

Tinggihari dapat menjawab pertanyaan dengan benar.

Berdasarkan uraian di atas, dapat di simpulkan bahwa persepsi masyarakat

Tinggihari terhadap keberadaan situs megalitik Tinggihari Kecamatan Gumay

Ulu Kabupaten Lahat dilihat dari perhatian, pengetahuan, dan cara berfikir

masyarakat dapat di kategorikan persepsi yang positif.

B. Saran

1. Secara keseluruhan perhatian masyarakat terhadap keberadaan situs megalitik

Tinggihari sudah baik, akan tetapi untuk menambah keindahan pada situs

megalitik Tinggihari, diharapkan masyarakat mampu berpartisipasi dalam

menanam bunga pada sekitar peninggalan situs tersebut. Tujuannnya adalah agar

situs tersebut terlihat lebih indah sehingga para pengunjung merasa nyaman saat

berkunjung.

2. Secara keseluruhan pengetahuan masyarakat Tinggihari Kecamatan Gumay Ulu

(53)

yang secara keseluruhan mendukung keberadaan maupun pelestarian pada situs

Tinggihari, dan mengetahui situs Tinggihari dari masa dahulu sampai masa

sekarang. Untuk itu hendaknya masyarakat selalu menjaga dan mempertahankan

pengetahuan yang mereka miliki, agar semakin tercipta kesadaran masyarakat

mengenai arti pentingnya keberadaan situs Tinggihari di desa Tinggihari.

3. Dari cara berfikir berfikir masyarakat Tinggihari juga sudah baik, untuk itu

diharapkan masyarakat mampu mempertahankan cara berfikir mereka dalam

(54)

DAFTAR PUSTAKA

A.BUKU

Ali, Muhammad. 1982. Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi. Angkasa. Bandung. 215 Halaman.

Aman. 1976. Si Pahit Lidah Folk Tales From Indonesia, Jakarta: Djambatan, 45

Halaman.

Arikunto, Suharsimi. 1989. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Bina Aksara. Jakarta. 314 halaman.

Ayatrohaedi. 1981. Kamus Istilah Arkeologi 1. Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa. Depdikbud. Jakarta. 250 Halaman.

Hoven, Van. 1988. Eksiklopedi Indonesia. Ikhtiat. Jakarta. 1005 Halaman.

Indriastuti, Kristantina. 2010. Laporan Penelitian Situs Megalitik Tinggi Hari

Kecamatan Pulang Pinang Kabupaten Lahat. Pusat Arkeologi Palembang. 10

Halaman.

Kartono, Kartini. 1980. pengantar Metodologi Riserch Sosial. Alumni Bandung. 221 Halaman.

Koentjaraningrat. 1979. Pengantar Ilmu Antropologi. Angkasa Baru. Jakarta. 220 Halaman.

Kusumawati, Ayu. 2003. Megalitik Bumi Pasemah Peranan serta Fugsinya. Pusat Penelitian Arkiologi. Jakarta. 203 Halaman.

(55)

Yayasan Baluarti. Jakarta. 201 Halaman.

Monografi Desa Tinggihari Tahun 2013. 25 Halaman .

Nawawi, Hadari. 1996. Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Gadjah Mada Universitas Pres. Yogyakarta. 320 Halaman.

Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. 542 Halaman.

Poerwadarmita. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta. 1005 Halaman.

Poesponegoro. 1993. Sejarah Nasional Indonesia 1. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Balai Pustaka. Jakarta. 501 Halaman

Sekunder, Haris. 1993. Peranan Menhir Dalam Masyarakat Prasejarah. Copyright PIA. Jakarta. 1309 Halaman.

Singaribun, Masri dan Sofian. 1989. Metode Penelitian Survei. Pustaka LP3ES Indonesia. Jakarta. 336 Halaman.

Soekanto, Soerjono. 1984. Sosiologi Suatu Pengantar. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 205 Halaman.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung. 334 Halaman.

Sutaba. 1996. Masyarakat Megalitik Di Indonesia. Balai Arkiologi. Bandung. 205 Halaman.

Syani, Abdul. 1987. Sosiologi Kelompok dan Masalah Sosial. Pajar Agung. Jakarta. 189 Halaman.

Uchyana, Onang Effendi. 1986. Komunikasi dan Moderenisasi. Penerbit Alumni Bandung. Halaman.

(56)

B. Sumber Lain

Dedi Irwanto. 2012. Belajar Dari Onggokan Nan Terabaikan.Diakses pada tanggal 20 Mei 2013. Pukul 11.00. 12 Halaman.

Junus Satrio Atmodjo. http://rovicky.wordpress.com/2013/05/08/belajar-arkeologi-mengapa-situs-purbakala-penting-untuk-dilindungi-1/. Diakses Pada Tanggal 20 Mei 2013, Pukul 11.00.

Suputro. http://www.siputro.com/2011/10/aliran-filsafat-dalam-persoalan-keberadaan/. Diakses Pada Tanggal 20 Mei 2013, Pukul 13.00.

Wawancara dengan Bapak Ahmad Rifai 52 tahun. 1 Januari 2013 pukul 13.30 WIB.

Wawancara dengan Bapak Darmawan 52 tahun. Pada tanggal 25 mei 2013. pukul

Gambar

Tabel 1. Jumlah Anggota Populasi Desa Tinggihari
Tabel 2. Jumlah Sampel

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi langsung masyarakat terhadap pupuk organik dan keberadaan hutan serta cara masyarakat memperlakukan limbah pertanian

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, maka yang menjadi perumusan masalah adalah: Bagaimana pengaruh karakteristik (meliputi: umur, pendidikan, pendapatan) dan

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Persepsi Masyarakat Terhadap

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah pada (1) bagaimana persepsi masyarakat terhadap pendidikan perempuan di Desa Bangun Jaya Kecamatan Katingan Kuala, (2) apa saja faktor

Disimpulkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan persepsi masyarakat terhadap keberadaan hutan mangrove di Desa Dusun Besar

Berdasarkan hasil kajian tentang persepsi masyarakat sekitar terhadap keberadaan lokalisasi PSK Batu Merah Tanjung Kecamatan Sirimau Kota Ambon maka dapat disimpulkan bahwa

Dengan demikian terdapat perbedaan frekuensi dan terdapat hubungan faktor pengetahuan dan kosmopolitan terhadap persepsi masyarakat Desa Senakin mengenai Keberadaan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi masyarakat terhadap keberadaan rumah potong hewan di desa oi maci Kecamatan Sape Kabupaten Bima adalah dari variabel Bau