PERSEPSI MASYARAKAT TINGGIHARI TERHADAP KEBERADAAN SITUS MEGALITIK TINGGIHARI KECAMATAN
GUMAY ULU KABUPATEN LAHAT
Oleh: Khairiah
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK (Intisari)
PERSEPSI MASYARAKAT TINGGIHARI TERHADAP KEBERADAAN SITUS MEGALITIK TINGGIHARI KECAMATAN GUMAY ULU
KABUPATEN LAHAT Oleh
Khairiah
Daerah Kabupaten Lahat memiliki banyak peninggalan benda-benda purbakala yang bernilai budaya tinggi. Salah satu peninggalan purbakala tersebut adalah situs megalitik Tinggihari Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten Lahat. Peninggalan ini terbagi kedalam tiga komplek peninggalan yaitu komplek situs Tinggihari I, komplek situs Tinggihari II, dan komplek situs Tinggihari III. Ke tiga komplek situs ini terletak di tengah kebon kopi masyarakat, yaitu di samping kanan dan kiri jalan menuju ke kecamatan Pulau Pinang Kabupaten Lahat.
Berdasarkan uraian tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana persepsi masyarakat Tinggihari terhadap keberadaan situs megalitik Tinggihari Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten Lahat dilihat berdasarkan perhatian, pengetahuan, dan cara berfikir masyarakat. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi masyarakat Tinggihari terhadap keberadaan situs megalitik Tinggihari Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten Lahat. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, teknik angket, teknik wawancara, dan teknik dokumentasi. sedangkan untuk menganalisis data menggunakan analisis data kualitatif.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... i
DAFTAR LAMPIRAN ... ii
DAFTAR GAMBAR ...iii
1. PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Analisis Masalah... 6
1. Identifikasi Masalah ... 6
2. Pembatasan Masalah ... 6
3. Rumusan Masalah... 6
C.Tujuan Penelitian ... 7
D.Kegunaan Penelitian ... 7
E.Ruang Lingkup Penelitian ... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10
A.Tinjauan Pustaka... 10
1. Konsep Persepsi ... 10
2. Konsep Masyarakat ... 15
3. Konsep Keberadaan ... 16
4. Konsep Situs ... 17
5. Konsep Megalitikum ... 18
6. Konsep Tinggihari ... 19
B.Kerangka Pikir ... 20
C.Paradigma ... 22
III. METODE PENELITIAN ... 25
A.Metode Penelitian... 25
1. Populasi ... 28
2. Sampel ... 29
3. Teknik Pengambilan Sampel... 30
E.Teknik Pengumpulan Data ... 31
1. Observasi ... 32
2. Angket ... 32
3. Wawancara ... 33
4. Dokumentasi ... 33
F. Teknik Pengolahan Data ... 34
G.Teknik Analisis Data ... 35
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 39
A. HASIL ... 39
1. Letak Geografis Desa Tinggihari ... 39
2. Sejarah Singkat Desa Tinggihari ... 40
3. Keadaan penduduk desa Tinggihari ... 41
B. DESKRIPSI DATA ... 45
1. Legenda situs megalitik Tinggihari ... 45
2. Bentuk peningalan situs megalitik Tinggihari ... 47
3. Bahan dan cara pembuatan situs megalitik Tinggihari ... 50
4. Letak situs megalitik Tinggihari ... 53
5. Karakteristik Responden ... 54
6. Persepsi masyarakat Tinggihari Terhadap Keberadaan situs megalitik Tinggihari Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten Lahat ... 56
1. Persepsi masyarakat Tinggihari terhadap keberadaan situs megalitik Tinggihari di Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten Lahat dilihat dari perhatian masyarakat ... 57
2. Persepsi masyarakat Tinggihari terhadap keberadaan situs megalitik Tinggihari di Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten Lahat dilihat dari Pengetahuan masyarakat ... 68
3. Persepsi masyarakat Tinggihari terhadap keberadaan situs megalitik Tinggihari di Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten Lahat dilihat dari Cara Berfikir masyarakat ... 77
4. Analisis Data Hasil Penelitian ... 89
C. PEMBAHASAN ... 93
Lahat dilihat dari Pengetahuan masyarakat ... 95
3. Persepsi masyarakat Tinggihari terhadap keberadaan situs megalitik Tinggihari di Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten Lahat dilihat dari Cara Berfikir masyarakat ... 98
V. SIMPULAN DAN SARAN ... 102
A. SIMPULAN ... 102
B. SARAN ... 103
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Jumlah Anggota Populasi. ... 29
2. Jumlah Anggota Sample ... 30
3. Nama-nama Kepala Desa yang pernah memimpin desa Tinggihari ... 40
4. Nama-nama Sekertaris Desa Tinggihari ... 41
5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 42
6. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia ... 42
7. Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku/Etnis ... 43
8. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencarian ... 44
9. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 54
10.Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 55
11.Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 56
12.Tabel Soal No 1 yang terdapat di Angket ... 57
13.Tabel Soal No 2 yang terdapat di Angket ... 58
14.Tabel Soal No 3 yang terdapat di Angket ... 59
15.Tabel Soal No 4 yang terdapat di Angket. ... 60
16.Tabel Soal No 5 yang terdapat di Angket. ... 61
17.Tabel Soal No 6 yang terdapat di Angket. ... 62
18.Tabel Soal No 7 yang terdapat di Angkat ... 63
19.Tabel Soal No 8 yang terdapat di Angket ... 64
20.Tabel Soal No 9 yang terdapat di Angket ... 65
21.Tabel Soal No 10 yang terdapat di Angket ... 67
22.Tabel Soal No 11 yang terdapat di Angket ... 68
23.Tabel Soal No 12 yang terdapat di Angket ... 69
24.Tabel Soal No 13 yang terdapat di Angket ... 70
25.Tabel Soal No 14 yang terdapat di Angket ... 71
26.Tabel Soal No 15 yang terdapat di Angket ... 72
27.Tabel Soal No 16 yang terdapat di Angket ... 72
28.Tabel Soal No 17 yang terdapat di Angket ... 73
29.Tabel Soal No 18 yang terdapat di Angket ... 74
30.Tabel Soal No 19 yang terdapat di Angket ... 75
31.Tabel Soal No 20 yang terdapat di Angket ... 76
33.Tabel Soal No 22 yang terdapat di Angket ... 79
34.Tabel Soal No 23 yang terdapat di Angket ... 80
35.Tabel Soal No 24 yang terdapat di Angket ... 81
36.Tabel Soal No 25 yang terdapat di Angket ... 82
37.Tabel Soal No 26 yang terdapat di Angket ... 83
38.Tabel Soal No 27 yang terdapat di Angket ... 85
39.Tabel Soal No 28 yang terdapat di Angket ... 86
40.Tabel Soal No 29 yang terdapat di Angket ... 87
41.Tabel Soal No 30 yang terdapat di Angket ... 88
DAFTAR GAMBAR
Gambar halaman
1. Peta Kecamatan Gumay ulu ... 109
2. Peta Desa Tinggihari ... 110
3. Gambar Kantor Camat Gumay Ulu... 111
4. Gambar Kantor Kepala Desa Tinggihari... 112
5. Gambar Peninggalan Komplek Situs Tinggihari I ... 113
6. Gambar Peninggalan Komplek Situs Tinggihari II ... 116
7. Gambar Peninggalan Komplek Situs Tinggihari III ... 118
1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kepulauan Indonesia adalah tuan rumah budaya megalitik Austronesia di masa lalu
dan sekarang. Bangunan megalitik hampir tersebar di seluruh kepulauan Indonesia,
dengan bentuk yang bermacam-macam. Perkembangan megalitik di Indonesia
diawali sejak masa neolitik atau bercocok tanam. Hal ini diungkapkan dengan di
temukannya berbagai bentuk peninggalan tradisi megalitik yang didominasi oleh
bangunan-bangunan seperti: menhir, dolmen, sarkofagus, bangunan teras berundak,
arca menhir, batu lumpang, batu bergores, kubur batu, dan lain sebagainya, yang
tersebar diberbagai daerah seperti Sumatera, Jawa, Sulawesi, Bali dan Indonesia
bagian Timur (Poesponegoro, 1993: 210-238).
Persebaran megalitik di Indonesia tersebut merupakan bukti pada masa neolitik
(bercocok tanam), masyarakat Indonesia sudah mulai memanfaatkan benda-benda
yang terdapat di lingkungannya, diantaranya ada yang dibuat sebagai alat dalam
memenuhi kebutuhan pribadi, atau untuk memenuhi keperluan kebutuhan bersama.
Menurut Sutaba, luas wilayah perkembangan tradisi megalitik di Indonesia dipandang
tempat yang lainnya di masa lampau dengan membawa konsepsi-konsepsi yang
bercorak megalitik yang menghasilkan berbagai bentuk bangunan-bangunan
megalitik dari batu-batu (Sutaba, 1996: 1).
Setiap pendirian peninggalan megalitik yang tersebar di Indonesia, mempunyai tujuan
dan maksud tertentu bagi masyarakat pendukungnya pada masa prasejarah. Tujuan
pendirian megalitik tersebut umunya sebagai sarana untuk pemujaan, penguburan dan
ada juga sebagai bentuk penghormatan masyarakat pada masa itu terhadap para
pemimpin mereka.
Peninggalan megalitik yang tersebar di Indonosia sudah tentu mempunyai sejarah dan
bentuk yang berbeda-beda. Tetapi ada juga diantaranya yang memiliki kesamaan,
namun biasanya persamaannya terlihat dalam bentuk wujud peninggalan megalitik
tersebut. Walaupun dari segi bentuk mempunyai kesamaan namun hal itu bukan
berarti betuk peninggalan megalitik tersebut mempunyai kesamaan persis dalam segi
bentuk apapun, karena setiap peninggalan yang tersebar di wilayah Indonesia sudah
tentu mempunyai ciri khusus tersendiri, yang biasanya ciri-ciri khusus tersebut sesuai
dengan keadaan daerah dimana letak peninggalan situs megalitik itu berada.
Peniggalan situs megalitik di Indonesia biasanya mempunyai hubungan dengan cerita
legenda yang tersebar di kalangan masyarakat Indonesia, yang mana setiap cerita
legenda yang tersebar dimasyarakat memiliki perberbedaan-perbedaan dari satu
daerah dengan daerah lainnya. Biasanya masyarakat yang menetap atau yang dekat
sangat mempercayai cerita legenda tersebut sebagai sebuah cerita yang seolah-olah
merupakan sebuah cerita yang benar-benar terjadi dalam suatu daerah tersebut.
Begitu juga dengan peniggalan-peninggalan megalitik yang tersebar di dataran tinggi
Pasema, yang secara umum memiliki cerita legenda seperti masyarakat Indonesia
lainnya. Cerita legenda yang tersebar dan terkenal pada situs megalitik pasemah yaitu
cerita legenda Si Pahit Lidah atau Serunting Sakti. Tokoh dalam cerita tersebut
diyakini masyarakat sebagai penyebab terbentuknya peninggalan-peningalan
megalitik yang tersebar di wilayah pasemah.
Peniggalan di situs megalitik Tinggihari ini termasuk ke dalam megalitik Pasemah,
sehingga cerita legenda yang tersebar pada peninggalan megalitik ini mempunyai
kesamaan. Masyarakat di daerah Tinggihari mempercayai akan cerita legenda yang
diyakini berhubungan dengan leluhur atau nenek moyang mereka. Seperti yang
diceritakan oleh bapak Ahmad Rifai, rata-rata masyarakat Tinggihari percaya situs ini
merupakan hasil dari kutukan Si Pahit Lidah atau Serunting Sakti. Tokoh ini disebut
Si Pahit Lidah karena ia memiliki kekuatan pada lidahnya. Semua yang terkena
jilatan lidahnya atau kutukannya akan berubah menjadi batu, seperti cerita “Patung
Batu Putri”. Di ceritakan pada zaman dulu, sang putri merasa terhina saat Si Pahit
Lidah menanyakan padanya ke mana ia akan pergi. Sang putri tidak menjawab
teguran tersebut. Si Pahit Lidah tersinggung oleh sikap itu, maka dikutuklah sang
putri menjadi batu. Namun berbagai cerita tentang legenda situs Tinggihari tidak
ini (wawancara dengan bapak Ahmad Rifai, Penduduk desa Tinggihari yang dianggap
dan mengetahui legenda situs Tinggihari 52 tahun, 1 Januari 2013).
Situs megalitik Tinggihari ini terletak di desa Tinggihari Kecamatan Gumay Ulu
Kabupaten Lahat. Peninggalan benda-benda megalitiknya terdiri dari tiga komplek
situs, yaitu situs Tinggihari satu, situs Tinggihari dua, dan situs Tinggihari tiga. Situs
megalitik Tinggihari ini mempunyai keunikan tersendiri baik dari segi bentuk
maupun lukisannya. dan juga merupakan situs yang sering dikunjungi oleh para
sejarawan, mahasiswa maupun pelajar SMA.
Benda-benda megalitik di situs Tinggihari dibuat dengan bentuk bervariasi, yang
dapat dilihat dari jenis dan ukurannya. Dari segi jenis peninggalnya berupa menhir,
arca megalitik, lumpang batu, umpak-umpak batu, susunan batu gelang (stone enclosure). Dari segi ukuran ada yang panjang, pendek, bulat dan lebar. Megalitik di situs Tinggihari
ini juga rata-rata berbentuk perkasa. Tujuan pembuatan megalitik tersebut adalah
sebuah bentuk penghormatan kepada pemimpin masyarakat yang sudah meninggal.
Bentuk-bentuk keperkasaan megalitik Tinggihari, membuat para ahli berfikir benda
ini dibuat untuk menggambarkan seorang pemimpin masyarakat yang dihormati dan
disegani. Hal ini dijelaskan oleh Ayu Kusuma, dalam buku Megalitik Bumi Pasemah
Peranan Serta Fungsinya, yaitu: karena keperkasaan bentuknya, banyak para
ahli-ahli menyebutya sebagai penggambaran pemimpin masyarakat (Ayu Kusuma, 2003:
Keberadaan situs megalitik Tinggihari di Tinggihari, serta adanya perbedaan bentuk,
jenis dan cerita legenda pada situs megalitik Tinggihari ini, menjadi penyebab
timbulnya persepsi masyarakat yang berbeda-beda mengenai situs megalitik
Tinggihari. Perbedaan persepsi tersebut juga dilatar belakangi oleh faktor perhatian,
pengetahuan dan cara berfikir pada masyarakat Tinggihari.
Masyarakat yang memiliki perhatian terhadap situs megalitik Tinggihari memiliki
persepsi yang berbeda dengan masyarakat yang tidak memiliki perhatian terhadap
situs megalitik Tinggihari. Masyarakat yang memiliki pengetahuan terhadap situs
megalitik Tinggihari memiliki persepsi yang berbeda dengan masyarakat yang tidak
memiliki pengetahuan terhadap situs megalitik Tinggihari, begitu juga cara berfikir
masyarakatnya akan berbeda dengan masyarakat yang tidak mempunyai perhatian
dan pengetahuan mengenai situs megalitik Tinggihari. Keberadaan situs megalitik
Tinggihari di tengah-tengah masyarakat Tinggihari Kecamatan Gumay Ulu
Kabupaten Lahat mempunyai arti penting bagi pelestarian nilai-nilai budaya sejarah
di daerah ini.
Kurang jelasnya persepsi masyarakat Tinggihari terhadap keberadaan situs megalitik
Tingggihari mendorong melakukan penelitian tentang persepsi masyarakat Tinggihari
terhadap keberadaan situs megalitik Tinggihari Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten
B. Analisis Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka identifikasi masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Jarak peninggalan situs megalitik Tinggihari terhadap desa Tinggihari Kecamatan
Gumay Ulu Kabupaten Lahat.
2. Lokasi peninggalan situs megalitik Tinggihari Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten
Lahat.
3. Persepsi masyarakat Tinggihari terhadap keberadaan situs megalitik Tinggihari
Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten Lahat.
2. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian tidak terlalu luas maka penulis membatasi
permasalahan yang akan dibahas pada, persepsi masyarakat Tinggihari terhadap
keberadaan situs megalitik Tinggihari Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten Lahat.
Persepsi yang akan dilihat berdasarkan perhatian masyarakat, pengetahuan
masyarakat dan cara berfikir masyarakat.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten Lahat dilihat berdasarkan perhatian masyarakat,
pengetahuan masyarakat, dan cara berfikir masyarakat?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui bagaimana persepsi masyarakat terhadap keberadaan situs
megalitik Tinggihari Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten Lahat ditinjau dari perhatian
masyarakat, pengetahuan masyarakat dan cara berfikir masyarakat.
D. Kegunaan Penelitian
Setiap penelitian tentunya mempunyai kegunaan pada pihak-pihak yang
membutuhkan, adapun kegunaan dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk menambah wawasan bagi penulis, pembaca serta masyarakat pada
umumnya dan penulis khususnya mengenai persepsi masyarakat Tinggihari
Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten Lahat terhadap keberadaan situs megalik
Tinggihari.
2. Sebagai sumbangan pustaka yang dapat dimanfaatkan bagi mahasiswa
E. Ruang Lingkup Penelitian
Mengingat masalah di atas cukup umum dalam penelitian, maka untuk menghindari
kesalah pahaman, dalam hal ini peneliti memberikan kejelasan tentang sasaran dan
tujuan penelitian mencakup :
1. Obyek Penelitian : Persepsi masyarakat Tinggihari terhadap keberadaan situs
megalitik Tinggihari dilihat berdasakan perhatian
masyarakat, pengetahuan masyarakat dan cara berfikir
masyarakat.
2. Subyek Penelitian : Masyarakat Tinggihari Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten
Lahat.
3. Tempat Penelitian : Desa Tinggihari, Kecamatan Gumay Ulu, Kab. Lahat.
4. Waktu Penelitian : 2013
REFERENSI
Poesponegoro. 1993. Sejarah Nasional Indonesia 1. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Balai Pustaka. Jakarta. Halaman 210-238.
Sutaba. 1996.Masyarakat Megalitik Di Indonesia. Balai Arkiologi. Bandung. Halaman 1.
Wawancara dengan Bapak Ahmad Rifai 52 tahun. 1 Januari 2013. Pukul 13.30 WIB
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang akan
menjadi topik penelitian ini akan dicari konsep-konsep yang dapat dijadikan
landasan teori bagi penelitian yang akan dilakukan. Adapun tinjauan pustaka
dalam penelitian ini.
1. Konsep Persepsi
Untuk memberikan gambaran yang dapat memperjelas permasalahan yang
akan di bahas dalam penelitian ini, berikut penulis uraikan beberapa defenisi
tentang persepsi:
Menurut Bimo Walgito, persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris. Namun proses itu tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi (Bimo Walgito, 2010: 99).
Menurut Onang Uchyana Effendi, “persepsi adalah penginderaan terhadap
suatu kesan yang timbul dalam lingkungannya, penginderaan ini dipengaruhi
oleh pengalaman, kebiasaan dan kebutuhan” (Onang Uchyana Effendi, 1986:
Menurut Mar’at, persepsi adalah pengamatan seseorang yang berasal dari kelompok kognisi. Aspek kognisi merupakan aspek penggerak perubahan karena informasi yang diterima akan menentukan perasaan dan kemauan untuk berbuat. Jadi komponen kognisi akan berpengaruh terhadap predisposisi seseorang untuk bertidak senang atau tidak terhadap suatu objek, yang merupakan jawaban atas pertanyaan apa yang dipikirkan atau dipersepsikan tentang objek tersebut (Mar’at, 1981: 21).
Dalam Ensiklopedia Indonesia dijelaskan, yang dimaksud dengan persepsi adalah: proses mental yang menghasilkan bayangan pada diri individu, sehingga dapat mengenal suatu obyek dengan jalan sosiasi dengan suatu ingatan tertentu baik secara indera penglihatan, indera peraba, dan sebagainya, sehingga akhirnya bayangan tersebut dapat disadari (Van Hoven, 1988: 866).
Dari pengertian tentang persepsi, maka penulis simpulkan bahwa persepsi
adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam
otak manusia yang kemudian melahirkan pendapat-pendapat tertentu
mengenai suatu objek, yang dimaksud objek disini adalah persepsi masyarakat
Tinggihari terhadap keberadaan situs megalitik Tinggihari Kecamatan Gumay
Ulu Kabupaten Lahat.
a. Faktor-Faktor Yang Berperan Terhadap Adanya Persepsi
Menurut Bimo Walgito (2010: 101), faktor-faktor yang berperan terhadap
adanya persepsi yaitu:
1. Perhatian, dapat diartikan sebagai pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada suatu objek atau sekumpulan objek. Ditinjau dari segi timbulnya perhatian, perhatian dapat dibedakan atas perhatian spontan dan perhatian tidak spontan. a.Perhatian spontan, yaitu perhatian yang timbul dengan sendirinya. b.Perhatian secara tidak spontan, yaitu perhatian yang ditimbul dengan
sengaja.
pengetahuan seseorang dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.
3. Cara berfikir, merupakan sebuah proses dimana representasi mental baru dibentuk melalui transformasi informasi dengan interaksi yang komplek atribut-atribut mental seperti penilaian, abstraksi, logika, imajinasi, dan pemecahan masalah. Proses atau jalannya berpikir itu pada pokoknya ada tiga langkah, yaitu :
1.Pembentukan pengertian 2.Pembentukan pendapat
3.Penarikan kesimpulan atau pembentukan keputusan
Jadi dapat disimpulkan bahwa: perhatian, pengetahuan, dan cara berfikir
masyarakat merupakan faktor yang berperan terhadap timbulnya persepsi
di dalam masyarakat. Tanpa adanya perhatian, pengetahuan dan cara
berfikir masyarakat maka tidak akan ada persepsi yang timbul di dalam
pemikiran masyarakat mengenai suatu objek.
Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui tentang persepsi
masyarakat terhadap keberadaan situs megalitik Tinggihari di desa
Tinggihari Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten Lahat dilihat berdasarkan
perhatian, pengetahuan, dan cara berfikir masyarakat.
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi
Proses persepsi terjadi karena banyak rangsangan yang ada pada individu,
karena rangsangan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
adanya persepsi. Suatu stimulus yang sama bisa dipersepsi berbeda-beda
Menurut Bimo Walgito, faktor-faktor yang berperan terhadap adanya persepsi yaitu:
1.Objek yang dipersepsikan, objek akan menimbulkan stimulus yang mengenai alat idera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsikan, tetapi juga dapat datang dari dalam individu.
2.Alat indera, syaraf dan pusat susunan syarap merupakan alat untuk menerima rangsangan yang diteruskan oleh saraf sinsorik untuk diterima dan diolah di pusat susunan syaraf yaitu otak sebagai pusat kesadaran. 3.Adanya perhatian terhadap objek merupakan langka pertama dalam
mengadakan persepsi, karena tanpa ada perhatian maka tidak akan ada persepsi (Bimo Walgito 2010: 101).
Menurut Mar’at, faktor yang mempengaruhi tingkat persepsi seseorang yaitu:
1.Faktor pengalaman
2.Faktor cakrawala/cara berfikir
3.Faktor proses belajar (sosialisai), dan 4.Faktor pengetahuan
Faktor pengalaman, proses belajar atau sosialisasi memberikan bentuk dan struktur terhadap apa yang dilihat. Sedangkan pengetahuan dan cakrawala memberikan arti terhadap objek psikologi tertentu (Mar’at, 1981: 22).
Dari pendapat di atas dapat dilihat bahwa setiap persepsi pasti ada
faktor-faktor yang mempengaruhinya. Sehingga melahirkan pandangan atau
pendapat yang berbeda-beda pada suatu masyarakat mengenai objek
tertentu.
c. Proses Terjadinya Persepsi
Menurut Bimo Walgito (2010: 102), proses terjadinya persepsi berkaitan
erat dengan faktor-faktor yang mempengaruhi, seperti kita ketahui bersama
bahwa setelah objek menimbulkan stimulus dan mampu memberikan
penginderaan atau proses fisiologi yang kemudian diteruskan oleh syaraf
sensorik ke otak sebagai pusat kesadaran yang disebut proses psikologi.
d. Bentuk-bentuk Persepsi
Persepsi secara umum merupakan suatau tanggapan terhadap suatu objek
yang dilihat. Bentuk-bentuk persepsi adalah pandangan yang berdasarkan
penilaian terhadap suatu objek yang terjadi, kapan saja dan dimana saja
jika stimulus mempengaruhinya. Dengan demikian dapat diketahui ada dua
bentuk persepsi yaitu yang bersifat positif dan negatif.
1. Persepsi Positif
Persepsi positif yaitu persepsi atau pandangan terhadap suatu objek dan
menuju pada suatu keadaan dimana subjek yang mempersepsikan
cenderung menerima objek yang ditangkap karena sesuai dengan
pribadinya.
2. Persepsi Negatif
Persepsi negative yaitu persepsi atau pandangan terhadap suatu objek
dan menunjukkan pada keadaan dimana subjek yang mempersepsikan
cenderung menolak objek yang ditangkap karena tidak sesuai dengan
2. Konsep Masyarakat
Menurut Poerwadarminta, “masyarakat merupakan sebagai pergaulan hidup
manusia atau sehimpun orang yang hidup bersama dalam suatu tempat dengan
ikatan-ikatan aturan yang tentu” (Poerwadarminta, 1986: 117). Menurut
Koentjaraningrat, “masyarakat sebagai kesatuan hidup manusia yang
berinteraksi menurut sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan
terikat oleh suatu rasa identitas bersama”(Koentjaraningrat, 1979: 160).
Dalam Soerjono Soekanto dijelaskan beberapa pendapat mengenai
masyarakat:
a. Mac Iver dan Page
Masyarakat adalah suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara, dari wewenang dan kerjasama antara beberapa kelompok dan penggolongan, dari pengawasan tingkah laku serta kebebasan manusia. Keseluruhan yang berubah ini dinamanakan masyarakat.
b. Ralp Linton
Mengatakan masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja sama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka satu kesatuan social dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas.
c. Selo Soemardjan
Masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan (Soerjono Soekanto, 1984: 190).
Berdasakan pendapat-pendapat di atas maka dapat peneliti simpulkan bahwa
masyarakat adalah kumpulan individu-individu yang tinggal dalam suatau
daerah, yaitu individu yang hidup dan mendiami desa Tinggihari Kecamatan
Gumay Ulu Kabupaten Lahat. Kemudian mereka berinteraksi anatara individu
yang satu dan lainnya dalam jangka waktu yang lama dan lingkungan yang
sama.
3. Konsep Keberadaan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “keberadaan adalah kehadiran atau
sesuatu yang menunjukkan tempat objek itu berada” (Van Hoven, 1988:
702). Menurut Junus Satrio Atmojo, “keberadaan adalah kehadiran tempat
ataupun objek lain yang di mana manusia itu bisa melihat dan merasakan
kehadiran objek tersebut” (Junus Satrio Atmojo, 2013: 2). Menurut Suputro,
keberadaan menimbulkan tiga segi pandangan, yaitu:
1. Keberadaan dipandang dari segi jumlah, banyak (kuanntitas), artinya
berapa banyak kenyataan yang paling dalam itu.
2. Keberadaan dipandang dari segi sifat ( kualitas).
3. Keberadaan dipandang dari segi proses, kejadian atau perubahan aliran
(Suputro, 2011: 1-3).
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keberadaan merupakan
kehadiran suatu objek yang dapat dilihat dan dirasakan kehadirannya. Dalam
megalitik Tinggihari, yang mana situs ini sangat penting sebagai peninggalan
sejarah di desa Tinggihari dan juga bagi para peneliti-peneliti sejarah.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan konsep keberadaan karena ingin
melihat sejauhmana persepsi masyarakat Tinggihari terhadap keberadaan situs
megalitik Tinggihari di Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten Lahat dilihat
berdasarkan perhatian masyarakat, pengetahuan masyarakat, dan cara berfikir
masyarakat.
4. Konsep Situs
Berdasarkan undang-undang RI nomor 11 tahun 2010, pemerintah
mengatakan bahwa yang dimaksud dengan situs adalah:
Lokasi yang berada di darat atau di air yang mengandung benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, atau struktur cagar budaya sebagai hasil kegiatan manusia atau bukti kejadian pada masa lalu. Adapun pengertian cagar budaya dalam undang-undang adalah: “warisan budaya bersifat kebendaan berupa benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, struktur cagar budaya, situs cagar budaya, dan kawasan cagar budaya di darat atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan kebudayaan melalui proses penetapan (UU RI Nomor 11 tahun 2010 pasal 1).
Sedangkan menurut Ayatrohaedi dkk mengatakan bahwa “situs adalah satu
bidang tanah atau tempat lainnya yang di atas atau didalamnya terdapat
Menurut Halwany Michrob menyatakan bahwa “situs adalah suatu tempat
atau wilayah atau diatas permukaannya ada unsur yang mengandung data
arkeologi”(Halwany Michrob, 1995: 19).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa situs
merupakan suatu wilayah yang mengandung benda-benda kepurbakalaan dan
peninggalan sejarah maupun prasejarah sehingga memiliki nilai-nilai sejarah.
5. Konsep Megalitikum
Menurut Poesponegoro dalam buku Sejarah Nasional Indonesia, “megalitik
berasal dari kata “mega” yang berarti besar dan “lithos” yang berarti batu”
(Poesponegoro, 1993: 205).
Menurut Wagner dalam buku Megalitik Bumi Pasemah Peranan Serta
Funginya menyebutkan bahwa: “walaupun batunya dibuat dalam bentuk
kecil bukan dari batu besar (megalitik) tetapi jika tujuan pembuatan bangunan
tersebut berorentasi pada pemujaan arwah maka disebut megalitik” (Ayu
Kusuma, 2003: 7).
Menurut Ayatrohaedi dalam buku Kamus Istilah Arkeologi 1 menyebutkan
bahwa:“megalitik adalah tradisi kebudayaan batu besar, yang muncul setelah
tadisi bercocok tanam”(Ayatrohaedi, 1981: 56).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
bersifat primitive, mereka hanya bisa menggunakan alat-alat yang terbuat dari
batu yang masih kasar sehingga pada zaman ini disebut zaman batu besar.
6. Konsep Tinggihari
Menurut Kristantina Indriastuti, “Tinggihari adalah nama sebuah komplek
megalitik yang terdapat di desa Tinggihari kecamatan Gumay Ulu Kabupaten
Lahat, yang secara administratif terletak sekitar 20 km dari kota Lahat”
(Kristantina Indriastuti, 2010: 1).
Daerah ini ditempuh dengan waktu kurang lebih 45 menit dari pusat kota
Lahat. Menempuh jalan yang agak terjal dan sempit serta berliku. Walaupun
demikian, kondisi jalan tetap aman untuk dilewati.
Di daerah ini mempunyai bermacam-macam bentuk tinggalan benda masa
prasejarah. Menurut Kristantina Indriastuti, bentuk tinggalan arkeologi yang
terdapat di komplek ini kebanyakan berupa “menhir, arca, lumpang batu,
umpak-umpak batu, dan susunan batu gelang. Peninggalan-peninggala di situs
Tinggihari ini terbagai kedalam tiga komplek” (Kristantina Indriastuti, 2010:
1-5).
Berdasarkan pendapat di atas dapat disumpulkan bahawa, Tinggihari
merupakan nama lokasi tempat peninggalan-peninggalan megalitik berada.
Peninggala-peninggan tersebut berlokasi di atas bukit dan di tengah
Dari penjelasan di atas, persepsi masyarakat terhadap situs megalitik
Tinggihari dapat disimpulkan berupa tanggapan atau pandangan dari proses
pengamatan individu dalam suatu masyarakat, terhadap keberadaan suatu
objek, yang selanjutnya terdapat penilaian masyarakat terhadap keberadaan
objek tersebut. Dalam hal ini yang menjadi objek dalam persepsi masyarakat
Tinggihari tersebut adalah situs megalitik Tinggihari.
B. Kerangka Pikir
Peninggalan sejarah yang ditemukan di situs Tinggihari pada umumnya dapat
dikategorikan ke dalam masa tradisi megalitik, yaitu masa yang menghasilkan
kebudayaan bangunan-bangunan dari batu besar. Pendirian megalitik ini
merupakan salah satu dasar kepercayaan yang berhubungan dengan antara
yang hidup dan yang mati, terutama pengaruh kuat dari yang mati terhadap
kesejahteraan masyarakat.
Situs megalitik Tinggihari ini berlokasi di pinggir jalan menuju kecamatan
Pulau Pinang tepatnya di tengah perkebunan masyarakat. Selain itu juga situs
ini terdiri dari tiga (3) komplek situs, yaitu: situs Tinggihari I, situs Tinggihari
II, dan situs Tinggihari III, yang mana jarak antara situs satu dan situs lainnya
bisa ditempuh sekitar lima (5) menit dengan berjalan kaki.
Bentuk-bentuk pada peninggalan megalitik Tinggihari ini juga memiliki
jenisnya ada menhir, arca megalitik, lumpang batu, umpak-umpak batu, batu
tegak, dan susunan batu gelang (stone enclosure). Dari ukuran ada yang
panjang, pendek, persegi, dan bulat.
Untuk tetap menjaga nilai-nilai sejarah situs megalitik Tinggihari, maka harus
ada upaya pelestarian pada situs ini. Agar pelestarian ini terlaksana dengan
baik maka perlu adanya kesadaran masyarakat akan pentingnya sejarah itu.
Dengan adanya kesadaran sejarah maka dapat terlihat sejauh mana persepsi
masyarakat terhadap peninggalan sejarah yang ada diwilayah mereka.
Berdasarkan perhatian, pengetahuan, dan cara berfikir masyarakat akan timbul
persepsi yang bermacam-macam mengenai situs megalitik Tinggihari.
Masyarakat yang memiliki rasa perhatian terhadap keberadaan situs megalitik
Tinggihari sudah barang tentu akan memiliki persepsi yang berbeda dengan
masyarakat yang tidak memiliki rasa perhatian. Masyarakat yang mempunyai
pengetahuan mengenai situs megalitik Tinggihari sudah tentu akan memiliki
persepsi yang berbeda dengan masyarakat yang tidak mempunyai
pengetahuan, begitu juga dengan cara berfikir masyarakatnya, akan berbeda
dengan masyarakat yang memiliki rasa perhatian dan mempunyai
pengetahuan terhadap keberadaan peninggalan situs megalitik Tinggihari.
Perbedaan persepsi masyarakat desa Tinggihari Kecamatan Gumay Ulu
Kabupaten Lahat yang disebabkan oleh perhatian, pengetahuan dan cara
kategori persepsinya juga, yaitu ada yang tergolong ke dalam persepsi positif
dan ada yang tergolong ke dalam persepsi negatif. Persepsi tergolong positif
apabila masyarakat Tinggihari peduli terhadap keberadaan situs megalitik
Tinggihari. Persepsi tergolong negatif apabila masyarakat Tinggihari tidak
peduli terhadap keberadaan situs megalitik Tinggihari.
C. Paradigma
Keberadaan Situs Megalitik Tinggihari
Perhatian Masyarakat
Pengetahuan Masyarakat
Cara Berfikir Masyarakat
Persepsi Masyarakat Tinggihari Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten Lahat
Keterangan:
: Garis Hubungan
REFERENSI
Bimo Walgito. 2010.Pengantar Psikologi Umum. Andi Offset. Yogyakarta. Halaman 99.
Onang Uchyana Effendi. 1986.Komunikasi dan Moderenisasi. Penerbit Alumni Bandung. Halaman 27.
Mar’at. 1981. Sikap Manusia, Perubahan dan Pengukurannya. Ghalia Indonesia. Jakarta. Halaman 21.
Van Hoven. 1988.Eksiklopedi Indonesia.Ikhtiat. Jakarta. Halaman 866.
Bimo Walgito. 2010.Op. Cit.Halaman 101.
Mar’at. 1981.Op. Cit.Halaman 22.
Bimo Walgito. 2010.Op. Cit.Halaman 102.
Poerwadarmita. 1986.Kamus Besar Baha Indonesia.Balai Pustaka. Jakarta. Halaman 117.
Koentjaraningrat. 1979. Pengantar Ilmu Antropologi. Angkasa Baru. Jakarta. Halaman 160.
Soerjono Soekanto. 1984.Sosiologi Suatu Pengantar.Raja Grafindo Persada. Jakarta. Halaman 190.
Abdul Syani. 1987. Sosiologi Kelompok dan Masalah Sosial. Pajar Agung. Jakarta. Halaman 68.
Van Hoven. 1988.Op. Cit.Halaman 702.
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Menurut Moh.Nazir,“para peneliti dapat memilih berjenis-jenis metode dalam
melaksanakan penelitiannya. Metode yang dipilih berhubungan erat dengan
prosedur, alat, serta desain penelitian yang digunakan. Desain penelitian harus
sesuai dengan metode penelitian yang dipilih. Prosedur serta alat yang
digunakan” (Moh.Nazir, 2005: 48).
Menurut Kartini Kartono, metodologi adalah “cara berfikir dan berbuat yang
dipersiapkan sebaik-baiknya untuk mengadakan penelitian dan untuk
mencapai tujuan berdasarkan kebenaran”(Kartini Kartono, 1980:15).
Berdasakan pendapat-pendapat di atas, langkah-langkah yang dilakukan dalam
penggunaan metode penelitian adalah sebagai berikut:
1. Menentukan masalah yang menjadi pokok pembahasan
2. Menentukan ruang lingkup penelitian
3. Mengumpulkan data menjawab permasalahan penelitian
4. Pengelolaan data berdasarkan data-data yang terkumpul
5. Menarik kesimpulan dari data yang telah disusun
Berdasakan pendapat di atas dapat simpulkan bahwa metode penelitian
merupakan cara untuk mencapai tujuan dari suatu penelitian. Sehingga metode
penelitian sangat dibutuhkan dalam memecahkan suatu penelitian.
B. Metode yang digunakan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Menurut Muhammad Ali, metode deskriptif adalah “metode yang digunakan
untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi pada situasi sekarang yang
dilakukan dalam menempuh langkah–langkah pengumpulan data, klarifikasi
dan analisis pengolahan dan membuat gambaran tentang suatu keadaan secara
obyektif dan suatu deskriptif” (Muhammad Ali, 1982: 120).
Menurut Hadarari Nawawi, metode deskriptif dapat diartikan sebagai
“prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan/melukiskan keadaan subjek/objek penelitian (seseorang,
lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta
yang tampak atau sebagaimana adanya”(Hadarari Nawawi, 1996: 63).
Sedangkan menurut Moh. Nazir metode deskriptif adalah: Suatu motode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifa serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Moh. Nazir, 2005: 54).
Jadi berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan metode deskriptif
fakta yang ada pada masa sekarang. Dalam penelitian ini akan dijelaskan
tentang persepsi masyrakat Tinggihari terhadap keberadaan situs megalitik
Tinggihari Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten Lahat dilihat berdasarkan
perhatian, pengetahuan, dan cara berfikir masyarakat.
C. Variabel Penelitian 1. Variabel Penelitian
Menurut Arikunto, variabel adalah “suatu penelitian atau apa yang menjadi
titik perhatian suatu penelitian” (Suharsemi Arikunto, 1989: 91). Menurut
Hadari Nawawi, variabel merupakan “himpunan sebuah gejala yang
dimiliki beberapa aspek atau unsur didalamnya, yang dapat bersumber dari
kondisi objek penelitian, tapi dapat pula berada di luar dan berpengaruh
pada objek penelitian”(Hadari Nawawi, 1996: 58).
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel tunggal.
Adapun pengertian “variabel tunggal adalah himpunan sejumlah gejala
yang memiliki berbagai aspek atau kondisi di dalamnya yang berfungsi
mendominasi dalam kondisi atau masalah tanpa dihubungkan dengan
lainnya” (Hadari Nawawi, 1996: 58).
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan variabel penelitian adalah
sesuatu yang hendak diamati dan diambil datanya. Di samping itu variabel
penelitian sering juga dinyatakan sebagai faktor-faktor yang berperan
megalitik Tinggihari Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten Lahat dilihat
berdasarkan perhatian, pengetahuan, dan cara berfikir masyarakat.
Penggunaan variabel tunggal bertujuan untuk memudahkan peneliti dalam
merumuskan objek atau inti penelitian yang hanya terdiri dari satu objek
penelitian.
D. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Menurut Suharsimi Arikunto, “populasi adalah keseluruhan objek
penelitian” (Suharsimi Arikunto, 1989: 20). Menurut Kartini Kartono,
“populasi adalah seluruh jumlah individu dari daerah yang akan di teliti”
(Kartini Kartono, 1980: 116). Menurut Hadari Nawawi, menjelaskan bahwa
“populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang dapat terdiri dari
manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai test,
atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik
tertentu di dalam suatu penelitian” (Hadari Nawawi, 1996: 141).
Berdasarkan pendapat di atas yang menjadi populasi di dalam penelitian ini
adalah keseluruhan masyarakat Tinggihari Kecamatan Gumay Ulu
Kabupaten Lahat. Masyarakat yang menjadi populasi di dalam penelitian
ini adalah masyarakat yang telah berusia 20 tahun ke atas atau sudah
menikah yang berjumlah 468 orang. Untuk lebih jelasnya tentang populasi
Tabel 1. Jumlah Anggota Populasi Desa Tinggihari
No Nama Dusun Jumlah Masyarakat
1 Dusun I 240
2 Dusun II 228
Jumlah 468
Sumber: Monografi desa Tinggihari Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten Lahat tahun 2013.
2. Sampel
Dalam setiap penelitian pada umumnya menggunakan sampel.
Sebagaimana dikatakan “sampel adalah sebagian atau wakil yang akan
diteliti”(Suharsimi Arikunto, 1989: 21). Menurut Hadari Nawawi, “sampel
secara sederhana diartikan sebagai bagian dari populasi yang menjadi
sumber data sebenarnya dalam suatu penelitian. Sudjana menyebutkan
sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi dengan menggunakan
cara-cara tertentu”(Hadari Nawawi, 1996: 144).
Dari beberapa pengertian sampel yang ada maka penulis akan
menggunakan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Untuk
besarnya sampel yang diambil pada prinsipnya tidak ada peraturan yang
ketat untuk menentukan secara mutlak berapa persen sampel tersebut harus
didapat dari populasi. Namun Suharsemi Arikunto mengatakan, “untuk
sekedar ancar-ancar maka apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik
diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi,
selanjutnya jika jumlah subjeknya lebih dari 100 dapat diambil antara
mengambil 20 % dari jumlah populasi. Jadi sampel yang di ambil adalah :
20% X 468 orang = 23 orang.
Jadi, sampel yang diambil yaitu:
Dusun I : 240 X 20% = 12 Orang
Dusun II : 228 X 20% = 11 Orang
Jumlah 23 Orang
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam table di bawah ini:
Tabel 2. Jumlah Sampel
No Nama Dusun Jumlah Masyarakat
1 Dusun I 12
2 Dusun II 11
Jumlah 23
Sumber: Monografi Desa Tinggihari Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten Lahat Tahun 2013.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti membuat pertimbangan tertentu yaitu,
karena jumlah penduduk di desa Tinggihari berjumalah 468 orang, maka
penulis hanya mengambil 23 orang untuk dijadikan sampel.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengambilan sampel
purposive sampling, menurut pendapat Masri S, dan Sofian E, purposive
samplingadalah:
akan ditarik diusahakan mempunyai sifat-sifat seperti populasi tersebut. Hal ini berarti bahwa purposive sampling tidak akan dilakukan dari populasi yang belum kita kenal sifat-sifatnya, atau yang harus dikenal terlebih dahulu (Masri S, dan Sofian E, 1989: 169)
Kemudian Suharsimi Arikunto, menjelaskan tentang purposive sampling
sebagai berikut:
Purposive sampling (sampling bertujuan) dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan berdasarkan atas strata, random atau daerah, tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu sebagai berikut:
1. Pengambilan sampel harus didasarkan ciri-ciri, sifat-sifat atau karakteristik tertentu, yang merupakan ciri-ciri pokok populasi. 2. Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan
subjek yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi.
3. Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam studi pendahuluan (Suharsimi Arikunto, 1989: 102).
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan, purposive sampling
adalah metode pemilihan sampel dengan cara memilih sub grup dari
populasi sehingga sampel yang dipilih memiliki sifat-sifat yang sesuai
dengan populasi.
E. Teknik Pengumpulan Data
Informasi-informasi yang dibutuhkan untuk memaparkan tentang sesuatu
hal maupun peristiwa termuat di dalam data. Jelas artinya untuk
mendapatkan informasi tersebut harus menggunakan teknik-teknik
pengumpulan data, sehingga informasi yang diperlukan akan lebih mudah
penelitian ini adalah:
1. Teknik Observasi
Menurut Moh.Nazir, “observasi adalah pengamatan mata tanpa ada
bantuan dari alat standar lain untuk keperluan tersebut” (Moh.Nazir,
2005: 175). Sedangkan menurut Hadari Nawawi, “observasi merupakan
pengamatan langsung dilakukan terhadap objek ditempat terjadinya
atau berlangsungnya peristiwa, sehingga observer berada bersama objek
yang diselidiki”(Hadari Nawawi, 1986: 100).
Teknik observasi dalam penelitian ini adalah penulis melakukan
pengamatan langsung terhadap situs megalitik Tinggihari dan
masyarakat desa Tinggihari, yang pada akhirnya bertujuan untuk
mengetahui seberapa besar jumlah masyarakat Tinggihari yang akan
dijadikan populasi dan sampel dalam penelitian ini.
2. Teknik Angket atau Kuesioner
Angket adalah salah satu instrumen pengumpulan data berupa
serangkaian pertanyaan serta alternatif jawabannya secara tertulis yang
hendak diberikan dan dijawab oleh seseorang atau sekelompok orang.
Sebagaimana dikatakan bahwa “angket adalah suatu penyelidikan
mengenai suatu masalah yang umumnya banyak menyangkut
jawaban atau tanggapan seperlunya” (Kartini Kartono, 1980: 200).
Teknik angket dimaksudkan untuk mendapatkan data yang berupa
jawaban tertulis yang diajukan peneliti untuk mengetahui bagaimana
persepsi masyarakat Tinggihari terhadap keberadaan situs megalitik
Tinggihari Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten Lahat dilihat berdasarkan
perhatian, pengetahuan, dan cara berfikir masyarakat.
3. Wawancara
Wawancara merupakan “alat pengumpul data dengan mempergunakan
Tanya jawab antara pencari informasi dan sumber informasi” (Hadari
Nawawi, 1996: 111). Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan
wawancara tidak terarah (non directed). Wawancara tidak terarah yakni
wawancara yang bersifat santai, bebas dan memberi informan
kebebasan sebesar-besarnya untuk memberikan keterangan yang
ditanyakan. Wawancara tidak terarah ini penting dilakukan pada tahap
pertama penelitian dilakukan karena dapat memberikan
keterangan-keterangan tidak terduga yang tidak kita dapatkan dan ketahui jika kita
menanyakan dengan wawancara terarah. Wawancara dilakukan untuk
memperoleh informasi yang belum didapat pada angket.
4. Dokumentasi
Dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui pencatatan dan
penelitian, seperti buku-buku, arsip-arsip, catatan harian dan dokumen
yang berkenaan dengan permasalahan yang akan diteliti.
Teknik dokumentasi adalah “teknik mencari data-data mengenai hal-hal
atau variabel berupa catatan transkip, buku-buku, surat kabar, majalah,
notulen, legger, agenda, dan sebagainya” (Suharsimi Arikunto, 1989:
188). Teknik dokumentasi dalam penelitian ini dimaksud untuk
mendapat data-data yang berupa catatan dan foto-foto yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti.
E. Teknik Pengolahan Data
Dalam penelitian ini, tahap-tahap pengolahan data dilakukan dengan cara:
1. Editing
Dalam tahap ini data-data yang telah diperoleh dan dikumpulkan dari
lapangan, kemudian diperiksa atau dikoreksi untuk melihat dan
memeriksa kesalahan atau perbaikan data-data yang diragukan.
2. Konding
Suatu usaha untuk mengklasifikasikan jawaban-jawaban responden
menurut macamnya. Hal ini dilakukan dengan cara memberi tanda pada
masing-masing jawaban tersebut dengan kode tertentu. Langkah ini
dilakukan untuk menghemat waktu dan tenaga yang semestinya
3. Tabulasi
Kegiatan atau langkah merumuskan data kedalam tabel setelah data
diklasifikasikan berdasarkan kategori yang sama. Selanjutnya data
disederhanakan kedalam bentuk tabel tunggal, sehingga mudah dibaca.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancar, catatan lapangan, dan
bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat
diinformasikan kepada orang lain (Sugiyono, 2013 : 244 ). Teknik Analisis
data merupakan hal kritis dalam proses penelitian kualitatif. Analisis
digunakan untuk memahami hubungan dan konsep dalam data sehingga
hipotesis dapat dikembangkan dan dievaluasi ( Spradley dalam Sugiyono,
2012 : 244 ).
Berdasarkan pengertian para ahli tersebut, maka teknik analisis data
merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam
pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan
dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang didasarkan oleh data.
Di dalam sebuah penelitian yang dianggap penting setelah data terkumpul
adalah menganalisis data guna menguji data-data yang telah terkumpul
tersebut. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis bersifat
kualitatif yaitu memberikan arti dan data yang ada sesuai kenyataan yang
situs megalitik Tinggihari Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten Lahat dilihat
berdasarkan perhatian, pengetahuan, dan cara berfikir masyarakat. Data
yang diperoleh melalui angket kemudian diuji dengan menggunakan uji
prosentase.
Uji prosentase akan diuji dengan menggunakan
rumus: p F N
X100% ...%
Keterangan: P = Prosentase
F = Jumlah yang diperoleh N= Jumlah responden
Menurut Suharsimi Arikunto kriteria penilaian dapat dijabarkan sebagai
berikut:
Baik : Masyarakat yang mengetahui, peduli, dan memahami
tentang keberadaan situs megalitik Tinggihari
Cukup Baik : Masyarakat yang mengetahui dan peduli namun tidak
memahami tentang keberadaan situs megalitik
Tinggihari
Tinggihari
Tidak Baik : Masyarakat yang tidak mengetahui, tidak peduli dan
tidak memahami tentang arti keberadaan situs megalitik
Tinggihari
Kemudian mendiskripsikan melalui distribusi frekuensi untuk menilai
REFERENSI
Moh Nazir. 2005.Metode Penelitian.Ghalia Indonesia. Jakarta. Halaman 48.
Kartini Kartono. 1980. pengantar Metodologi Riserch Sosial. Alumni Bandung. Halaman 15.
Muhammad Ali. 1982.Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi.Angkasa. Bandung. Halaman 120.
Hadari Nawawi. 1996. Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Gadjah Mada Universitas Pres. Yogyakarta. Halaman 63.
Moh Nazir. 2005.Op. Cit.Halaman 54.
Suharsimi Arikunto. 1989.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Bina Aksara. Jakarta. halaman 91.
Hadari Nawawi. 1996.Op. Cit.Halaman 58.
Ibid. Halaman 58.
Suharsimi Arikunto. 1989.Op. Cit. Halaman 20.
Kartini Kartono. 1980.Op. Cit. Halaman 116.
Hadari Nawawi. 1996.Op. Cit.Halaman 141.
Suharsimi Arikunto. 1989.Op. Cit. Halaman 21.
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan tentang persepsi masyarakat
Tinggihari terhadap keberadaan situs megalitik Tinggihari dilihat berdasarkan
perhatian, pengetahuan dan cara berfikir masyarakat dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Persepsi masyarakat Tinggihari terhadap keberadaan situs megalitik Tinggihari
Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten Lahat dilihat berdasarkan perhatian
masyarakat tergolong kedalam perhatian yang positif, hal ini diketahui
berdasarkan dari hasil analisis data yang menunjukkan 82% masyarakat
Tinggihari perhatian terhadap keberadaan situs megalitik Tinggihari. Salah satu
perhatian masyarakat tersebut dapat dilihat dari kepedulian masyarakat dalam
melestarikan situs megalitik Tinggihari.
2. Persepsi masyarakat Tinggihari terhadap keberadaan situs megalitik Tinggihari
Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten Lahat dilihat berdasarkan pengetahuan
masyarakat tergolong kedalam pengetahuan yang banyak, hal ini diketahaui
Tinggihari dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan pada angket dengan benar,
sehingga masyarakat Tinggihari dapat dikatakan mempunyai pengetahuan yang
banyak mengenai keberadaan situs megalitik Tinggihari.
3. Persepsi masyarakat Tinggihari terhadap keberadaan situs megalitik Tinggihari
Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten Lahat dilihat berdasarkan cara berfikir
masyarakat dapat digolongkan ke dalam cara berfikir yang baik, hal ini diketahaui
berdasarkan dari hasil analisis data yang menunjukkan 81% masyarakat
Tinggihari dapat menjawab pertanyaan dengan benar.
Berdasarkan uraian di atas, dapat di simpulkan bahwa persepsi masyarakat
Tinggihari terhadap keberadaan situs megalitik Tinggihari Kecamatan Gumay
Ulu Kabupaten Lahat dilihat dari perhatian, pengetahuan, dan cara berfikir
masyarakat dapat di kategorikan persepsi yang positif.
B. Saran
1. Secara keseluruhan perhatian masyarakat terhadap keberadaan situs megalitik
Tinggihari sudah baik, akan tetapi untuk menambah keindahan pada situs
megalitik Tinggihari, diharapkan masyarakat mampu berpartisipasi dalam
menanam bunga pada sekitar peninggalan situs tersebut. Tujuannnya adalah agar
situs tersebut terlihat lebih indah sehingga para pengunjung merasa nyaman saat
berkunjung.
2. Secara keseluruhan pengetahuan masyarakat Tinggihari Kecamatan Gumay Ulu
yang secara keseluruhan mendukung keberadaan maupun pelestarian pada situs
Tinggihari, dan mengetahui situs Tinggihari dari masa dahulu sampai masa
sekarang. Untuk itu hendaknya masyarakat selalu menjaga dan mempertahankan
pengetahuan yang mereka miliki, agar semakin tercipta kesadaran masyarakat
mengenai arti pentingnya keberadaan situs Tinggihari di desa Tinggihari.
3. Dari cara berfikir berfikir masyarakat Tinggihari juga sudah baik, untuk itu
diharapkan masyarakat mampu mempertahankan cara berfikir mereka dalam
DAFTAR PUSTAKA
A.BUKU
Ali, Muhammad. 1982. Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi. Angkasa. Bandung. 215 Halaman.
Aman. 1976. Si Pahit Lidah Folk Tales From Indonesia, Jakarta: Djambatan, 45
Halaman.
Arikunto, Suharsimi. 1989. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Bina Aksara. Jakarta. 314 halaman.
Ayatrohaedi. 1981. Kamus Istilah Arkeologi 1. Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa. Depdikbud. Jakarta. 250 Halaman.
Hoven, Van. 1988. Eksiklopedi Indonesia. Ikhtiat. Jakarta. 1005 Halaman.
Indriastuti, Kristantina. 2010. Laporan Penelitian Situs Megalitik Tinggi Hari
Kecamatan Pulang Pinang Kabupaten Lahat. Pusat Arkeologi Palembang. 10
Halaman.
Kartono, Kartini. 1980. pengantar Metodologi Riserch Sosial. Alumni Bandung. 221 Halaman.
Koentjaraningrat. 1979. Pengantar Ilmu Antropologi. Angkasa Baru. Jakarta. 220 Halaman.
Kusumawati, Ayu. 2003. Megalitik Bumi Pasemah Peranan serta Fugsinya. Pusat Penelitian Arkiologi. Jakarta. 203 Halaman.
Yayasan Baluarti. Jakarta. 201 Halaman.
Monografi Desa Tinggihari Tahun 2013. 25 Halaman .
Nawawi, Hadari. 1996. Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Gadjah Mada Universitas Pres. Yogyakarta. 320 Halaman.
Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. 542 Halaman.
Poerwadarmita. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta. 1005 Halaman.
Poesponegoro. 1993. Sejarah Nasional Indonesia 1. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Balai Pustaka. Jakarta. 501 Halaman
Sekunder, Haris. 1993. Peranan Menhir Dalam Masyarakat Prasejarah. Copyright PIA. Jakarta. 1309 Halaman.
Singaribun, Masri dan Sofian. 1989. Metode Penelitian Survei. Pustaka LP3ES Indonesia. Jakarta. 336 Halaman.
Soekanto, Soerjono. 1984. Sosiologi Suatu Pengantar. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 205 Halaman.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung. 334 Halaman.
Sutaba. 1996. Masyarakat Megalitik Di Indonesia. Balai Arkiologi. Bandung. 205 Halaman.
Syani, Abdul. 1987. Sosiologi Kelompok dan Masalah Sosial. Pajar Agung. Jakarta. 189 Halaman.
Uchyana, Onang Effendi. 1986. Komunikasi dan Moderenisasi. Penerbit Alumni Bandung. Halaman.
B. Sumber Lain
Dedi Irwanto. 2012. Belajar Dari Onggokan Nan Terabaikan.Diakses pada tanggal 20 Mei 2013. Pukul 11.00. 12 Halaman.
Junus Satrio Atmodjo. http://rovicky.wordpress.com/2013/05/08/belajar-arkeologi-mengapa-situs-purbakala-penting-untuk-dilindungi-1/. Diakses Pada Tanggal 20 Mei 2013, Pukul 11.00.
Suputro. http://www.siputro.com/2011/10/aliran-filsafat-dalam-persoalan-keberadaan/. Diakses Pada Tanggal 20 Mei 2013, Pukul 13.00.
Wawancara dengan Bapak Ahmad Rifai 52 tahun. 1 Januari 2013 pukul 13.30 WIB.
Wawancara dengan Bapak Darmawan 52 tahun. Pada tanggal 25 mei 2013. pukul