• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN POWER LENGAN DAN POWER TUNGKAI DENGAN HASIL KEMAMPUAN LONCAT HARIMAU PADA SISWA KELAS VIII SMP IT FITRAH INSANI BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN POWER LENGAN DAN POWER TUNGKAI DENGAN HASIL KEMAMPUAN LONCAT HARIMAU PADA SISWA KELAS VIII SMP IT FITRAH INSANI BANDAR LAMPUNG"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ABSTRAK

HUBUNGAN POWER LENGAN DAN POWER TUNGKAI DENGAN HASIL KEMAMPUAN LONCAT HARIMAU PADA SISWA KELAS VIII

SMP IT FITRAH INSANI BANDAR LAMPUNG

Oleh: PAJAR ANDELA

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan dari aspek power otot lengan dan power otot tungkai pada siswa kelas VIII SMP IT Fitrah Insani pada kemampuan gerak dasar loncat harimau.

Jenis penelitian yang digunakan adalah korelasional dengan sampel berjumlah 30 orang. Data dikumpulkan dengan menggunakan leg dynamometer untuk power tungkai dan medicine ball put untuk power lengan serta hasil kemampuan loncat harimau dengan menggunakan skala pengamatan.

Hasil analisis menunjukkan menyatakan bahwa tingkat kontribusi power otot lengan dengan kemampuan loncat harimau adalah sangat tinggi dimana nilai koofisien korelasi (r) dari power otot lengan dan power otot tungkai sebesar = 0,449 yang artinya mempunyai hubungan yang erat

Kesimpulan dari penelitian ini adalah power otot tungkai memberikan sumbangan yang lebih besar dari pada otot lengan dengan hasil kemampuan loncat harimau pada siswa kelas VIII SMP IT Fitrah Insani Bandar Lampung. Implikasi dianjurkan kepada semua peneliti dan guru olahraga bahwa untuk mencapai hasil loncat harimau yang baik dibutuhkan power tungkai yang besar.

(3)
(4)
(5)
(6)

DAFTAR ISI

E. Pengertian Pendidikan Jasmani ... 20

(7)

B. Pembahasan... 47

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... . 53

A. Kesimpulan ... 53

B. Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... . 55

(8)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan jasmani merupakan suatu pelajaran yang identik dengan kegiatan jasmani di mana di dalam pelaksanaannya banyak menggunakan fisik atau motorik siswa. Sedangkan pelajaran yang banyak mendominasi fisik, banyak terdapat dalam senam lantai. Oleh karena itu, seorang guru penjaskesorkes harus pandai mencari dan menerapkan model yang cocok atau sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak didik, serta harus mampu menciptakan suasana yang menyenangkan bagi siswa, antara satu dengan yang lain, sehingga bisa saling membantu.

(9)

kompleksnya gerakan tersebut maka seorang peserta harus memiliki selain kemampuan fisik seperti kecepatan dan daya ledak (power), juga kordinasi gerak yang baik pula yaitu melompat ke depan dan roll (guling depan).

Menurut Imam Hidayat (1995) bahwa, senam merupakan suatu latihan tubuh yang dipilih dan dikonstruk secara sengaja, dilakukan secara sadar dan terencana, disusun secara sistematis dengan tujuan meningkatkan kesegaran jasmani, mengembangkan keterampilan dan menanamkan nilai-nilai mental spiritual. Di samping itu, senam merupakan bentuk latihan tubuh pada lantai atau pada alat yang dirancang untuk meningkatkan daya tahan, power, kelenturan, kelincahan, koordinasi serta kontrol tubuh.

Senam mempunyai arti yang khusus, dalam olahraga senam menekankan pada ketangkasan dan koordinasi. Karena senam adalah olahraga individual, maka pesenam harus dapat mengatasi ketakutannya seorang diri dalam melakukan gerakan-gerakan akrobatik. Semua pesenam sebelumnya harus belajar mulai dari tingkat yang paling dasar hingga pada gerakan yang kompleks. Dengan sering mengulangi gerakan, maka seorang pesenam juga akan mempunyai kondisi fisik yang baik pula, seperti daya ledak(power), dayatahan, kecepatan, kelentukan, keseimbangan, kelincahan dan koordinasi.

Beberapa gerakan senam lantai meliputi; ketangkasan sederhana, ketangkasan dengan alat dan tanpa alat, termasuk pula gerakan loncat harimau.

(10)

kedua lengan direntangkan ke depan siap untuk menopang badan yang jatuh "mendarat" di atas matras, dan dilanjutkan dengan guling ke depan.

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti pada siswa kelas VIII di SMP IT Fitrah Insani masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam melakukan gerakan lompat harimau dikarenakan kurang memiliki motivasi dan juga faktor utama adalah masih kurangnya unsur kondisi fisik siswa seperti daya ledak (power), kecepatan, dan kelentukan untuk melakukan gerakan tersebut. Dari 30 siswa yang mengikuti pembelajaran senam ± 40% atau sebanyak 11 siswa yang mampu melakukan lompat harimau dengan hasil sempurna, sedangkan 60% atau 19 siswa hasil loncat harimau masih banyak melakukan kesalahan dan tidak ditopang dengan fisik yang baik. Penulis melihat bahwa pada pelaksanaan gerak dasar loncat harimau dibutuhkan kondisi fisik yang memadai berupa power otot tungkai untuk melakukan tolakan serta lengan yang kuat dan cepat (power) untuk tumpuan yang digunakan saat mendarat agar dihasilkan gerakan loncat harimau yang sempurna.

Melihat kenyataan yang terjadi di lapangan tersebut maka penulis merasa sangat perlu untuk melakukan sebuah penelitian untuk mengetahui apakah ada hubungan power otot lengan dan power otot tungkai dengan kemampuan tiger sprong siswa kelas VIII di SMP IT Fitrah Insani Bandar Lampung.

(11)

Berdasarkan uraian pada latar belakang yang telah penulis kemukakan di atas, maka permasalahan yang timbul dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Sebagian besar siswa masih belum mampu melakukan tolakan dan tumpuan yang kuat pada saat melakukan gerak dasar loncat harimau sehingga gerakan tersebut tidak sempurna.

2. Belum diketahuinya hubungan power otot lengan dan power otot tungkai dengan keberhasilan gerakan loncat harimau.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah :

1. Seberapa besar hubungan antara power otot lengan dengan kemampuan loncat harimau pada siswa kelas VIII di SMP IT Fitrah Insani Bandar Lampung ?

2. Seberapa besar hubungan antara power otot tungkai dengan kemampuan loncat harimau pada siswa kelas VIII di SMP IT Fitrah Insani Bandar Lampung ?

D. Tujuan Penelitian

(12)

1. Untuk mengetahui besarnya hubungan antara power otot lengan dengan kemampuan loncat harimau pada siswa kelas VIII di SMP IT Fitrah Insani Bandar Lampung.

2. Untuk mengetahui besarnya hubungan antara power otot tungkai dengan kemampuan lompat harimau pada siswa kelas VIII di SMP IT Fitrah Insani Bandar Lampung.

E. Manfaat Penelitian

Dengan penelitian penulis berharap antara lain:

1. Bagi siswa

Meningkatkan pengetahuan siswa dalam upaya meningkatkan kemampuan melakukan gerak keterampilan loncat harimau.

2. Bagi guru penjas

Sebagai salah satu metode dalam melatih gerak keterampilan loncat harimau.

3. Bagi sekolah

Sebagai bahan masukan atau referensi bagi pembina sekolah mengenai latihan power tungkai dengan kemampuan melakukan keterampilan gerak loncat harimau.

4. Bagi peneliti

Peneliti dapat mengetahui upaya-upaya yang dapat dilakukan

(13)
(14)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Latihan

1. Pengertian Latihan

Suatu latihan apapun bentuknya, jika dilakukan dengan benar akan memberikan suatu perubahan pada sistem tubuh, baik itu sistem aerobik, hormon maupun sistem otot. Menurut Nossek dalam Suharjana (2004: 13) latihan adalah proses untuk pengembangan penampilan olahraga yang komplek dengan memakai isi latihan, metode latihan, tindakan

organisasional yang sesuai dengan tujuan.

Menurut Bompa dalam Suharjana (2004: 13) latihan merupakan aktivitas olahraga yang sistematik dalam waktu yang lama, ditingkatkan secara progresif dan individual yang mengarah kepada ciri-ciri fungsi psikologis dan fisiologis manusia untuk mencapai sasaran yang ditentukan. Demikian pula Harsono (1988 :101) menjelaskan bahwa latihan adalah suatu proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja yang dilakukan secara berulang-ulang dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan atau

pekerjannya.

(15)

dengan kian hari kian menambah beban latihannya atau pekerjaan. Yang dimaksud dengan sistematis latihan adalah berencana menurut jadwal yang telah ditentukan, juga menurut pola dan sistem tertentu, metodis dari mudah kesusah, teratur dari sederhana ke kompleks. Berulang-ulang maksudnya agar gerakan-gerakan yang semula sukar dilakukan menjadi semakin mudah karena terbiasa.

Tujuan training menurut Harsono (1988:99) adalah untuk membantu siswa meningkatkan keterampilan dan prestasi agar semakin maksimal. Untuk mencapai hal tersebut ada beberapa aspek latihan yang perlu diperhatikan, yaitu:

a. Latihan fisik ( Physical training )

Latihan ditujukan untuk perkembangan fisik secara menyeluruh, karena olahraga sangat membutuhkan kondisi fisik yang prima.

b. Latihan Teknik ( Technical Training )

Latihan untuk mempermahir teknik-teknik gerakan yang diperlukan pada saat bertanding, baik teknik yang telah ada atau mempelajari teknik-teknik baru.

c. Latihan taktik ( Tactical Training )

Latihan untuk menumbuh kembangkan inteprestasi atau daya tafsir siswa. Teknik-teknik gerakan dengan baik haruslah dituangkan dan diorganisir dalam pola-pola permainan, bentuk-bentuk dan formasi-formasi permainan serta strategi dan taktik pertahanan dan

(16)

d. Latihan Mental ( Physcological Training )

Latihan untuk mempertinggi efisiensi mental siswa, terutama bila siswa berada dalam posisi dan situasi stres yang kompleks. Tanpa memiliki mental yang bagus dapat dipastikan akan sulit mengatasi kondisi tersebut.

2. Prinsip-Prinsip Latihan

Bahwa dalam latihan kondisi fisik seseorang harus memperhatikan prinsip-prinsip atau asas latihan sebagai berikut :

a. Prinsip Overload (beban lebih)

(17)

Pembebanan pada latihan membuat tubuh melakukan penyesuaian terhadap rangsangan dari beban latihan. Sehingga latihan beban lebih menyebabkan kelelahan, pemulihan dan penyesuaian memungkinkan tubuh untuk mengkompensasikan lebih atau mencapai tingkat

kesegaran yang lebih tinggi.

b. Prinsip Peningkatan Beban Terus Menerus (progresif)

Menurut Harsono (2004: 55) prinsip progresif adalah penambahan beban dengan memanipulatif intensitas, repetisi dan lama latihan. Penambahan beban dilakukan dengan meningkatkan beban secara bertahap dalam pogram latihan. Progresif artinya adalah apabila otot lelah menunjukkan gejala kemampuannya meningkat, maka beban ditambah untuk memberi stres baru bagi otot yang bersangkutan.

c. Prinsip Reversibility (kembali asal)

(18)

kembali ketingkat semula. Hanya perbaikan sedikit atau tidak sama sekali.

d. Prinsip Kekhususan

Harsono (2004: 65) menyebutkan bahwa manfaat maksimal yang bisa diperoleh dari rangsangan latihan hanya akan terjadi manakala

rangsangan tersebut mirip atau merupakan replika dari gerakan-gerakan yang dilakukan dalam olahraga tersebut. Termasuk dalam hal ini metode dan bentuk latihan kondisi fisiknya.

B. Kondisi Fisik

Dalam teori latihan, disebutkan ada empat aspek latihan yang perlu diperhatikan dan dilatih secara seksama yaitu 1) latihan fisik, 2) latihan teknik, 3) latihan taktik, dan 4) latihan mental. Kondisi fisik merupakan salah satu aspek penting untuk meningkatkan prestasi olahraga, dengan melakukan latihan kondisi fisik memungkinkan siswa untuk dapat mengikuti program latihan dengan baik. Lebih lanjut Harsono (1988:100) menegaskan bahwa perkembangan kondisi fisik yang menyeluruh amatlah penting, oleh karena tanpa kondisi fisik yang baik atlet tidak akan dapat mengikuti latihan-latihan dengan sempurna.

(19)

diperlukan persiapan latihan yang dapat meningkatkan dan mengembangkan kondisi fisik, daya tahan merupakan salah satu komponen fisik yang sangat penting untuk dilatih dan ditingkatkan menjadi stamina dalam upaya

mencapai prestasi yang optimal. Menurut Marta Dinata (2005:55) daya tahan merupakan kemampuan tubuh untuk melakukan latihan fisik untuk waktu yang lama, hal ini penting dalam olah raga dengan lama waktu melebihi satu menit.

Menurut M. Sajoto (1995) aspek-aspek kondisi fisik adalah satu kesatuan yang utuh dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja baik dalam peningkatan maupun pemeliharaan kondisi fisik. Komponen kondisi fisik itu meliputi :

1. Kekuatan (strength) adalah komponen fisik seseorang tentang kemampuannya dalam mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja.

2. Daya tahan (endurance) adalah daya tahan otot (local endurance) yaitu kemampuan seseorang untuk mempergunakan ototnya untuk berkontraksi secara terus-menerus dalam waktu yang relatif lama dengan beban tertentu.

3. Daya ledak otot (muscular power) kemampuan seseorang untuk mempergunakan kemampuan maksimum yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya.

(20)

5. Daya lentur (flexibility) seseoraang dalam penyesuaian diri dalam aktifitas dengan penguluran tubuh yang luas.

6. Kelincahan (aglility) adalah kemampuan seseorang merubah posisi di area tertentu.

7. Koordinasi (coordination) adalah kemampuan seseorang

mengintegrasi bermacam-macam gerakan yang berbeda kedalam pola gerakan tunggal secara efektif.

8. Keseimbangan (balance) Kemampuan seseorang mengendalikan organ- organ saraf otot.

9. Ketepatan (accuracy) adalah seseorang untuk mengendalikan gerak-gerak bebas terhadap suatu sasaran.

10. Reaksi (reaction) adalah kemampuan seseorang untuk segera

bertindak secepatnya dalam menanggapi rangsangan yang ditimbulkan lewat indera, saraf, atau filling lainya. Seperti dalam mengantisipasi datangnya bola (Sajoto, 1995: 8-11).

C. Power Otot

(21)

meloncat, serta gerakan lain yang diperlukan dalam permainan bola tangan maka diperlukan power. Power sangat diperlukan untuk satuan unjuk kerja harus dapat diselesaikan dengan sebaik mungkin dalam waktu singkat. Dalam hal ini dapat dinyatakan bahwa daya ledak ( power ) = kekuatan (strength) x kecepatan (speed).

Harsono (1988: 200) daya ledak atau power adalah kekuatan otot untuk mengarahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat cepat. Power adalah hasil usaha dalam satuan unit waktu yang disebabkan ketika kontraksi otot memindahkan benda pada ruang atau jarak tertentu. Faktor yang

mempengaruhi poweradalah kekuatan dan kecepatan kontraksi otot. Dalam kehidupan sehari-hari diperlukan untuk memindahkan sebagian atau seluruh tubuh dari satu tempat ke tempat lain yang dilakukan pada saat dan secara tiba-tiba. Dalam bidang olahraga, misalnya melempar lembing, cakram, bola dan sebagainya.

”Daya ledak (muscular power) adalah kemampuan seseorang untuk

mempergunakan kekuatan maksimal yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya”. Daya ledak atau power dapat dikatakan adalah gabungan antara kekuatan dan kecepatan.

(22)

Metode latihan yang dapat melatih power selain beban (weight training) ialah latihan pliometric. Latihan pliometric mengarah pada kemampuan daya ledak (eksplosif) otot. (Rushall and Pyke,1990:256) mengatakan, “Pliometric of gravity exercise use the force to incrase stored elastic ennery in muscles during the eccentric contraction (preparotry phase) of an action”.

Maksud dari kalimat tersebut adalah latihan pliometrik mengunakan gaya grafitasi guna menambah penyediaan energi elastik otot selama kontraksi eksentrik (fase persiapan) dalam gerakan.

Megenai teori pliometrik ini, Harsono (1996:18) menggatakan bahwa:”Cara

yang paling baik untuk mengembangkan power pada suatu kelompok otot tertentu adalah dengan merengangkan (memanjangkan) terlebih dahulu otot-otot tersebut sebelum mengontraksi (memendekan) otot-otot-otot-otot itu secara eksplosif. Dengan kata lain, kita dapat mengerahkan lebih banyak tenaga pada suatu kelompok otot kalau kita terlebih dahulu menggerakan otot-otot tersebut ke arah berlawanan.

(23)

Kaki memiliki peranan yang penting karena kaki memberikan keseimbangan pada tubuh saat akan melakukan loncatan, juga memberikan dorongan yang besar pada saat melaksanakan loncatan. Peran power pada tungkai kaki sangat berpengaruh dikarenakan power adalah kombinasi dari kekuatan dan

kecepatan yaitu hasil otot untuk menerapkan dan mengerahkan tenaga dengan kuat dan kecepatan yang tinggi dalam suatu gerakan untuk mencapai yang diinginkan.

Gambar 1. Otot Tungkai. Adopsi : Pate (1993)

Berorientasi pada.berbagai macam pengertian power di atas menyebutkan dua unsur penting dalam daya ledak atau power yaitu kekuatan otot dan

(24)

Besar kecilnya daya ledak dipengaruhi oleh otot yang melekat dan

membungkus lengan tersebut. Lengan terdapat pada tubuh bagian atas yang berfungsi untuk menggerakkan tubuh, seperti melempar, mendorong, menarik dan sebagainya. Terjadinya gerakan pada lengan tersebut disebabkan adanya otot-otot dan tulang, otot sebagi alat gerak aktif dan tulang sebagai alat gerak pasif. Gerakan dalam long pass merupakan gerakan rotasi medial lengan. Menurut Pate (1993: 164), gerakan rotasi medial lengan digerakkan oleh otot subscapularis. Gerakan rotasi sendi bahu ini ditujukan untuk melakukan roll depan sempurna setelah melakukan lompatan seperti harimau.

Gambar 2. Otot Lengan. Adopsi : Pate (1993)

D. Senam

Senam/gymnastics merupakan suatu latihan yang dilakukan untuk

(25)

dari kata Yunani (gymnos yang berarti telanjang dan gymnazien yang berarti berlatih tanpa busana). Pada zaman yunani dan Romawi, gymnastic adalah gerak badan atau olahraga. Di Athena pendidikan untuk semua unsur masyarakat dan tujuan gymnastic untuk membentuk keselarasan tubuh, dan pemerintahnya bersifat demokratis. Pada zaman Romawi pendidikan dititik beratkan di keluarga dan ayahlah yang memegang peranan penting dalam keluarga. Semua anak-anaknya diharuskan latihan ketangkasan, sehingga tujuan gymnastic di Romawi untuk power fisik, karena power fisik sangat dibutuhkan. Pada sekitar abad ke 15 pengertian tentang senam menjadi kumpulan sejumlah pengetahuan. Senam pertama kali muncul pada masyarakat Sklavia (para budak) dan dianggap sebagai kegiatan yang

diperuntukan untuk laki-laki, oleh karena itu kegiatan ini bersifat kemiliteran terutama bagi remaja.

Dalam zaman keemasan Yunani, senam meliputi semua bidang kegiatan yang dikenal saat itu seperti latihan tubuh, dan juga tari, menunggang kuda serta latihan tubuh untuk tujuan militer. Tempat latihannya disebut gymnasium. Secara bertahap pengertian tersebut mulai menyempit dan lebih mengarah kepada tujuan normalisasi atau untuk untuk tujuan keselarasan (ausgleich), kesehatan dan akhirnya seorang dokter pada saat itu yang bernama

Hippokrates, memberikan pengertian senam menjadi fisioterapi atau Heilgymnastik.

(26)

menghargai peranan murni terhadap pergaulan sesama manusia dan penghargaan terhadap kebijaksanaan, maka dengan kemajuan ilmu

pengetahuan inilah yang menyebabkan terjadinya pembaharuan pandangan hidup.

Gymnastic modern diawali dari Jerman, disini tercatat Johann Basedow (1723 – 1790) sebagai seorang guru yang pertama kali mengenalkan senam secara terorganisir. Pemikirannya bahwa senam memiliki sumbangan yang sangat berarti dalam pendidikan anak seutuhnya. Dengan semakin kuatnya pengaruh dari para philantropen (cinta kasih sesama manusia), Guts Muths (1759 – 1839), meneruskan ide pemikiran Basedow dan berupaya mengembangkan kegiatan yang lebih mengarah pada aspek pendidikan praktis dengan menitik beratkan kepada kegiatan jasmani di sekolah.

Senam di Indonesia adalah warisan dari penjajahan Belanda. Turnen dari Jerman juga berkembang di Indonesia melalui seorang perwira angkatan laut Belanda Dr. H. F Minkema tahun 1918 membuka kursus senam di Malang yang mengikuti guru dan militer. Tahun 1922 di Bandung dan Probolinggo di buka M.G.S.S. (Meliter Gymnastic en Sport School) sebenarnya jenis senam Swedia.

(27)

Roji (2006) Senam adalah olahraga dengan gerakan–gerakan latihan fisik secara sistematis, dan dirangkai secara keseluruhan dengan tujuan

membentuk dan mengembangkan kepribadian secara harmonis.

E. Pengertian Pendidikan Jasmani

Pendidikan Jasmani merupakan wahana pengembangan motorik,

pengetahuan, dan penghayatan nilai-nilai moral serta membiasakan diri dari pola hidup sehat yang bermuara pada pengembangan jiwa pribadi peserta didik secara utuh. Isi dari pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan memuat berbagai permainan olah gerak jasmani yang dapat merangsang peserta didik aktif, kreatif dan menarik sesuai dengan jiwa perkembangan anak yang merasa senang dalam bermain dalam kehidupan sehari-hari baik di rumah maupun di sekolah.

Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran dalam kurikulum di sekolah. Mata pelajaran ini beroreantasi pada pelaksanaan misi pendidikan melalui aktivitas jasmani dan pembiasaan perilaku hidup sehat sehari-hari. Tujuan yang ingin dicapai dalam mata pelajaran ini adalah “membantu peserta didik untuk kesegaran jasmani dan kesehatan melalui pengenalan dan penanaman sikap positif serta kemampuan gerak dasar dan berbagai aktivitas jasmani” (Depdikbud, 1993:1).

Pendidikan jasmani adalah ”suatu proses pembelajaran melalui aktivitas

(28)

mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, baik jasmani, psikomotor, dan afektif setiap siswa.

Pengalaman yang disajikan akan membantu siswa untuk memahami mengapa manusia bergerak dan bagaimana cara melakukan gerakan secara aman,

efisien dan efektif” (Kurikulum Penjas, 2004).

Tamat dan Mirman Muekarto (2005), mendefinisikan pendidikan jasmani merupakan:

”usaha untuk mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak ke arah

kehidupan yang sehat jasmani dan rohani, usaha tersebut berupa kegiatan jasmani atau fisik yang di program secara ilmiah, terarah, dan sistematis”.

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam proses

pembelajaran pendidikan jasmani yang lebih diutamakan adalah pemahaman tentang karakteristik pertumbuhan dan perkembangan yang professional dari ranah psikomotor, kognitif, dan afektif. Oleh karena itu program pendidikan jasmani harus merupakan suatu program yang memberikan perhatian yang cukup dan seimbang kepada ketiga ranah tersebut.

F. Belajar Motorik

(29)

belajar atau melatih maka semakin melekat dan otomatis keterampilannya. Artinya, keterampilan itu dapat ditampilkan kapan saja secara otomatis.

Menurut Sugiyanto, dkk (2004:19) belajar gerak adalah serangkaian proses yang berkaitan dengan latihan atau pembekalan pengalaman yang

menyebabkan timbulnya perubahan menetap dalam keterampilan. Yang dipelajari di dalam belajar gerak adalah pola-pola gerak mempelajari gerakan olahraga, seorang atlet berusaha untuk mengerti gerakan yang dipelajari, kemudian apa yang dimengerti itu dikomandokan kepada otot-otot tubuh untuk mewujudkan dalam gerakan tubuh secara keseluruhan atau hanya sebagian sesuai dengan pola gerakan yang dipelajari.

Keterampilan gerak adalah kemampuan untuk melakukan gerakan secara efesien dan efektif. Keterampilan gerak merupakan perwujudan dari kualitas koordinasi dan kontrol atas bagian-bagian yang terlibat dalam gerakan. Semakin komplek pola gerak yang harus dilakukan semakin komplek pula koordinasi dan kontrol tubuh yang harus dilakukan, dan ini berarti semakin sulit juga untuk dilakukan. Sugiyanto(1993:3)

Keterampilan gerak diperoleh melalui proses belajar yaitu dengan cara memahami gerakan dan melakukan gerakan secara berulang-ulang yang disertai dengan kesadaran fikir akan benar atau tidaknya gerakan yang dilakukan.

(30)

belajar motorik yaitu penguasaan keterampilan tidak berarti aspek lain, seperti peranan dominan kognitif diabaikan. Menurut Meinel (1976) dalam Lutan (1988:102) belajar gerak itu terdiri dari tahap penguasaan, penghalusan dan penstabilan gerak atau keterampilan teknik olahraga. Dia menekankan integrasi keterampilan di dalam perkembangan total dari kepribadian

seseorang. Oleh karena itu, penguasaan keterampilan baru diperoleh melalui penerimaan dan pemilikan pengetahuan, perkembangan, kordinasi dan kondisi fisik sebagaimana halnya kepercayaan dan semangat juang.

Ditambahkannya belajar gerak dalam olahraga mencerminkan suatu kegiatan yang disadari dimana aktivitas belajar diarahkan untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Schnabel (1983) dalam Lutan ( 2001:102)

menjelaskan, karakteristik yang dominan dari belajar ialah kreativitas ketimbang sikap hanya sekedar menerima di pihak siswa atau atlet yang belajar. Penjelasan tersebut menegaskan pentingnya psiko-fisik sebagai suatu kesatuan untuk merealisasi peningkatan keterampilan.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar motorik mengacu pada perubahan perilaku atau tingkah laku manusia. Dengan perkataan lain dapat dinyatakan, bahwa objek dari upaya belajar dan

mengajar adalah perilaku yang nampak bergerak. Sebab pada dasarnya gerak secara batiniah atau internal terus berlangsung secara berkelanjutan.

Dalam proses untuk menyempurnakan suatu keterampilan motorik dapat berlangsung dalam tiga tahapan yaitu terdiri dari:

(31)

Pada tahap ini guru setiap akan memulai mengajarkan suatu keterampilan gerak, pertamakali yang harus dilakukan adalah memberikan informasi untuk menanamkan konsep-konsep tentang apa yang akan dipelajari oleh siswa dengan benar dan baik. Setelah siswa memperoleh informasi tentang apa, mengapa dan bagaimana cara melakukan aktifitas gerak yang akan dipelajari, diharapkan didalam benak siswa telah terbentuk motor-plan, yaitu keterampilan intelektual dalam merencanakan cara melakukan keterampilan gerak. Apabila tahap kognitif ini tidak mendapatkan

perhatian oleh guru dalam proses belajar gerak, maka sulit bagi guru untuk menghasilkan anak yang terampil mempraktikkan aktifitas gerak yang menjadi prasyarat tahap belajar berikutnya.

b. Tahap Fiksasi

Pada tahap ini siswa mulai mempraktikkan gerak sesuai dengan konsep yang telah mereka ketahui dan pahami sebelumnya. Tahap ini juga sering disebut sebagai tahap latihan. Pada tahap latihan ini siswa diharapkan mampu mempraktikkan apa yang hendak dikuasai dengan cara mengulang-ulang sesuai dengan karakteristik gerak yang dipelajari. Apakah gerak yang dipelajari itu gerak yang melibatkan otot kasar atau otot halus atau gerak terbuka atau gerak tertutup? Apabila siswa telah melakukan latihan keterampilan dengan benar dan baik, dan dilakukan secara berulang baik disekolah maupun diluar sekolah, maka diakhir tahap ini siswa diharapkan telah memiliki kemampuan yang memadai.

(32)

Setelah peserta didik melakukan latihan dalam jangka waktu yang relatif lama, maka akan memasuki tahap otomatis. Secara fisiologi hal ini dapat diartikan bahwa pada diri anak telah terjadi suatu kondisi reflek bersyarat yaitu terjadinya pengerahan tenaga mendekati pola gerak leflek yang sangat efisien dan hanya melibatkan unsur mopotor unit yang benar-benar diperlukan untuk gerakan yang diinginkan. pada tahap ini kontrol terhadap gerakan semakin tepat dan penambpilan semakin konsisten dan cermat.

Penampilan gerak yang konsisten dan cermat pada tahap otomatis dapat dilihat dari ciri-ciri khusus sebagai berikut:

1) Antisipasi gerakan mengarah pada kemampuan otomatis dan irama gerakan terlihat nyata.

2) Penampilan gerakan dapat dilakukan dalam berbagai situasi dan kondisi yang berubah-ubah tanpa menghilangkan kelancaran dan kemulusan gerakan.

3) Proses dan hasil gerakan diperlihatkan dalam penampilan yang konstan. Ada empat karakteristik belajar motorik sebagai berikut:

1. Belajar sbagai sebuah proses

Dalam psikologi kognitif dijelaskan , sebuah proses adalah seperangkat kejadian atau pristiwa yang berlangsung bersama menghasilkan beberapa prilaku tertentu.sebagai contoh dsalam membaca proses dihasilkan dengan gerakan mata menangakap kode dan simbol dsalam teks, memberikan pengaertian sesuai dengan pembendaharaan kata yang tersimpan dalam kegiatan dan seterusnya. Sama halnya dengan keterampilan belajar

(33)

kepada perubahan dalam prilaku motorik sebagai hasil dari berlatih. Karna itu fokus dari belajar motorik adalah perubahan yang terjadi pada

organismeyang memungkinkan untuk melakuan sesuatu yang berbedas dengan sebelum berlatih.

2. Belajar motorik adalah hasil langsung dari latihan

Perubahan prilaku motorik berupa keterampilan dipahami sebagai hasil dari latihan dan pengalaman. Hal ini perlu dipertegas untuk memmbedaan perubahan yang terjadi karena faktor kematangan dan pertumbuhan. Faktor-faktor tersebut juga menyebabkan perubahan perilaku (seperti anak yang lebih tua lebih terampil melakukan suatu keterampilan yang baru dari pada anak yang lebih muda). Meskipun dapat disimpulkan perubahan itu karena belajar.

3. Belajar motorik tak teramati secara langsung

Belajar motorik atau keterampilan olahraga tak teramati secara langsung. Proses yang terjadi dibalik perubahan keterampilan itu mungkin sekali amat kompleks dalam sistim persyarafan seperti misalnya bagai mana informasi sensorik di proses, di organisasi dan kemudian di ubah menjadi pola gerak otot-otot. Perubahan itu semuanya tidsak daspat di amati secara langsung karena cuman dapat di tafsirkan eksistensinya dari perubahan yang terjadi dalam keterampilan atau prilaku motorik.

4. Belajar menghasilkan kapabilitas untuk bereaksi ( kebiassaan )

(34)

dipahami sebagai suatu perubahan dalam sistem pusat syaraf. Tujuan latihan adalah untuk memperkuat atau memantapkan jumlah perubahan yang terdapat pada kondisi internal. Kondisi internal ini sering disebut dalam istilah kebiasaan.

5. Belajar motorik relatif permanen

Belajar motorik adalah relatif permanen , hasil belajar ini relatif bertahan hingga waktu relatif lama. Misal saja seorang yang bisa mengendarai sepeda, meskipun seklama beberapa tahun tidak mengendarai sepeda, namun pada suatu ketika dia tetap dapat mengendarai sepeda. Perubahan ini terjadi dalam waktu yang cepat meskipun hanya menempuh beberapa menit. Secara sistimatis dapat di gambarkan, mana kala kita belajar dan berlatih maka kita tidak pernah sama dengan keadaan sebelumnya dan belajar menghasilkan perubahan yang relatif permanen.

G. Loncat Harimau

(35)

berupa peti lompat atau pada teman yang membungkuk. Dalam pembelajaran loncat harimau guru sangat berperan penting dalam keselamatan dan

keberasilan. Guru berada disisi matras dengan cepat mendekati tempat mendarat siswa di matras dengan menempatkan tangan di tengkuk siswa dan membantunya dengan agak mengangkat atau mengungkitnya. Cara

membantu seperti ini dilakuan setiap kali melakukan bantuan dalam latihan loncat harimau. Dalam Muhajir (2004:147)

Lompat harimaumerupakan suatu lanjutan gerak dari lompatan ke depan dengan tolakan kedua kaki, pada saat yang sama kedua lengan direntangkan ke depan siap untuk menopang badan yang jatuh "mendarat" di atas matras, dilanjutkan dengan guling ke depan. Tidak dapat disangkal bahwa

kekhawatiran, sikap ragu-ragu menyebabkan lompatan yang "tanggung-tanggung" menyebabkan anak jatuh dalam sikap yang tidak diinginkan. Power tangan, bahu untuk menopang beban (bobot) badan adalah lebih besar dari pada menopang badan ketika hand stand. Karena bobot badan akan

bertambah karena "terlempar" dari suatu jarak dan melalui ketingian.

Bentuk dan sikap lompat harimau dilukiskan sebagai berikut: dengan bertumpu pada kedua kaki melompat ke atas depan, pada saat yang sama kedua tangan/lengan diayunkan ke depan, badan direntangkan saat berada di udara sebelum mendarat dengan bertumpu atas kedua tangan.

(36)

"terlipat" saat melayang di udara, mendarat pada tempat kedua kaki menumpu:

1) Lompat harimau diberikan setelah guru memberikan latihan power tangan, lengan dan bahu, demikian pula kemampuan melakukan guling depan.

2) Sekalipun latihan permulaan dilakukan pada keadaan rendah (dari sikap jongkok), dasar menolak atas kedua kaki dan "melayang" di udara sebelum mendarat telah ditanamkan pada anak. Sehingga dari semula dalam latihan anak melakukan lompatan melalui suatu benda.

3) Melatih daya pegas sendi pergelangan kaki, dengan tujuan agar dapat menolak dengan kuat ke Atas-depan, maka latihan dilakukan memakai matras yang ditinggikan sebagai tempat mendarat; anak bertumpu tetap pada dasar/lantai dengan jarak yang tidak terlalu dekat pada matras yang telah disusun / ditumpuk itu.

4) Rasa takut/kekhawatiran sehingga mengakibatkan gerakan lompat yang tak penuh "berhenti" di tengah jalan akan sangat berbahaya; kemungkinan terjadi cedera yang cukup parah.

5) Memberikan bantuan pada Lompat Harimau, adalah terutama pada saat mendarat yang dilanjutkan (langsung) melakukan Guling Kedepan. Bantuan dengan menempatkan satu tangan pada leher belakang kepala.

6) Siku-siku lengan yarig dibengkokkan pada saat mendarat dan kedua tangan menumpu di atas matras.

(37)

Siap mengambil ancang – ancang untuk melakukan gerakan, (c). Pandangan kearah depan, (d). Bertolak dengan kedua kaki ke depan atas, waktu

melayang kedua lengan lurus kedepan, (e). Saat telapak tangan menyetuh matras, segera memasukkan kepala diantara kedua lengan sehingga bahu menyentuh matras untuk di teruskan mengguling dan sikap akhir jongkok, (f). Perhatikanlah serangkaian teknik gerak dasar loncat harimau pada gambar dibawah:

Gambar 3. Lompat Harimau dari Posisi Berdiri

(38)

Gambar 5. Lompat Harimau dari Posisi Jongkok

Gambar 6. Berjalan dengan Kaki dan Tangan

Gambar 7. Maju kaki ditarik dengan Kedua Tangan

(39)

H. Kerangka Fikir

Lompat harimau (tiger sprong) adalah suatu lanjutan gerak dari lompatan ke depan dengan tolakan kedua kaki, pada saat yang sama kedua lengan

direntangkan ke depan siap untuk menopang badan yang jatuh "mendarat" di atas matras, dilanjutkan dengan guling ke depan. Dan untuk dapat melakukan Lompat harimau tersebut, secara sempurna ada beberapa faktor kondisi fisik yang mendukungnya antara lain power tungkai, power lengan, kelentukan, keseimbangan dan kordinasi.

Peran tungkai sangat penting untuk memberikan selain keseimbangan pada tubuh saat akan melakukan loncatan, juga memberikan dorongan yang besar pada saat melaksanakan loncatan. Peran power pada tungkai kaki sangat berpengaruh dikarenakan power adalah kombinasi dari kekuatan dan

kecepatan yaitu hasil otot untuk menerapkan dan mengerahkan tenaga dengan kuat dan kecepatan yang tinggi dalam suatu gerakan untuk mencapai gerakan yang diinginkan.

Sedangkan power lengan dan bahu untuk menopang beban (bobot) badan, karena beban badan lebih besar lebih besar dari pada menopang badan ketika hand stand. Karena bobot badan akan bertambah besar karena "terlempar" dari suatu jarak dan melalui ketingian.

(40)

yang berfungsi untuk menggerakkan tubuh, seperti melempar, mendorong, menarik dan sebagainya. Terjadinya gerakan pada lengan tersebut disebabkan adanya otot-otot dan tulang, otot sebagi alat gerak aktif dan tulang sebagai alat gerak pasif. Gerakan dalam long pass merupakan gerakan rotasi medial lengan.

Berdasarkan uraian di atas, diduga terdapat hubungan yang positif antara power lengan dan tungkai dengan hasil belajar lompat harimau.

I. Hipotesis

Menurut Suharsimi Arikunto (2002), hipotesis adalah jawaban sementara terhadap suatu masalah penelitian, oleh karena itu suatu hipotesis perlu diuji guna mengetahui apakah hipotesis tersebut terdukung oleh data yang

menujukkan kebenarannya atau tidak. Berdasarkan pendapat di atas hipotesis adalah jawaban atau pernyataan dalam suatu penelitian yang masih lemah kebenarannya dan perlu diuji dengan didukung oleh data yang menunjukkan kebenarannya atau tidak.

Adapun hipotesis dalam penelitian ini ini adalah sebagai berikut : H1: ada hubungan antara power lengan dengan lompat harimau

Ho : terdapat hubungan antara power lengan dengan lompat harimau

H2 : ada hubungan antara power tungkai dengan lompat harimau

(41)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Menurut Suharismi Arikunto (2006:160) metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Menurut Riduwan (2005:207) metode deskriptif korelasional yaitu studi yang bertujuan mendeskripsikan atau menggambarkan pristiwa atau kejadian yang sedang berlangsung pada saat penelitian tanpa menghiraukan sebelum dan sesudahnya.

Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitain yaitu untuk mengetahui hubungan power otot lengan dan power otot tungkai dengan kemampuan loncat harimau (tiger sprong) pada siswa kelas VIII SMP Fitrah Insani maka metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasional.

Desain penelitian yang di gunakan adalah:

Gambar 9. Hubungan power otot lengan (X1) dan power otot tungkai (X2) dengan kemampuan loncat harimau (tiger sprong) (Y)

X1

Y

(42)

B. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah gejala bervariasi, gejala adalah objek penelitian, jadi variabel adalah objek bervariasi (Arikunto, 2006 : 99). Dalam penelitian ini menggunkan satu variabel bebas dan satu terikat, yaitu :

1. Variable bebas (X)

Variabel bebas adalah variabel yang nilai-nilainya tidak tergantung pada variabel lainya yang berguna untuk meramalkan nilai variabel atau variabel yang mempengaruhi dilambangkan dengan (X). Variabel bebasnya yaitu: (X1) power otot lengan. (X2) yaitu power otot tungkai. 2. Variable terikat (Y)

Variabel terikat adalah variabel yang nilai-nilainya bergantung pada variabel lainya dan merupakan variabel yang diterangkan nilainya dilambangkan dengan (Y). Variabel terikatnya adalah kemampuan loncat harimau (tiger sprong).

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi menurut Sudjana(2001:6) adalah totalitas nilai yang mungkin, hasil menghitung atau pun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya.

(43)

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Untuk sekadar ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua. Sebaliknya jika subjeknya lebih dari 100 dapat diambil antara 10–15% atau 20–25%. (Suharsimi Arikunto, 2006:112). Bertitik tolak dari pendapat diatas, maka dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah 30 orang siswa kelas VIII di SMP IT Fitrah Insani Bandar Lampung.

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan system random sampling. Seperti pendapat Ridwan (2005:58) bahwa ” random sampling adalah pengambilan sampel dari angota populasi dengan menggunakan acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan)

D. Instrumen Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 112) instrumen penelitian adalah alat pada waktu penelitian menggunakan suatu metode. Keberhasilan suatu penelitian banyak ditentukan oleh instrumen yang digunakan, sebab data yang diperoleh untuk menjawab pertanyaan penelitian dan menguji melalui instrumen tersebut. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Instrumen Power Otot Tungkai

Tujuan : Mengukur power otot-otot kaki

(44)

Pelaksanaan : berdiri di atas papan dinamometer kaki. Tapak kaki selebar ± 15 cm. Kedua tapak tangan berpegangan pada pegangan dinamometer kaki/tapak tangan hadap ke belakang. Kedua lutut bengkok, sedangkan punggung tegak. Testi dengan kepala tegak dan punggung tetap lurus berusaha meluruskan kedua lutut semaksimal mungkin sebagai pertanda/upaya mendapatkan power otot-otot kaki maksimal, seperti terlihat pada jarum penempatan terakhir.

Gambar 10 . Leg Dynamometer Sumber : Depdiknas Pusegjas. 2000

2. Instrumen Tes Power Otot Lengan

Dijelaskan dalam Nurhasan (2000) bahwa tes untuk mengukur power otot lengan untuk pria dan wanita usia 12 tahun hingga tingkat mahasiswa, dapat menggunakan bola medicine. Dengan tingkat validitas 0,77 dan reliabilitas 0,81.

(45)

Petugas : (1) Pemandu tes dan (2) Pencatat skor.

Pelaksanaan : Tesste duduk dengan kaki menjulur ke depan dan

pandangan lurus ke depan. Tangan memegang bola

medicine dengan kedua tangan di depan dada. Posisi

lengan dan tangan lurus dengan bahu. Dorong bola

tersebut sekuat tenaga. Pada saat mendorong, tangan lurus

ke depan. Tes dilakukan sebanyak tiga kali.

Penilaian : Skor power terbaik dari tiga kali kesempatan dicatat

sebagai skor dalam satuan cm..

Gambar 11. Tes Bola Medicine. Sumber : Depdiknas Pusegjas. 2000

2. Instrumen Hasil Belajar Tiger Sprong

Penilaian kualitas loncat harimau di matras adalah sebagai berikut:

(46)

c. Nilai 3 = sedang d. Nilai 4 = baik e. Nilai 5 = baik sekali

Nilai sekor maksimal dalam penelitian ini 50, lalu di ubah menjadi nilai bersekal 100, dengan demikian setiap perolehan sekor mentah dikalikan 2.

Indikator dari penilaian kemampuan gerak dasar loncat harimau pada tabel 1 dan yaitu pase awalan, pase pelasksanaan, pase akhiran. Untuk

menganalisis kemampuan gerak loncat harimau setiap indikator diberi bobot 1 – 5 .

Adapun persiapan dan pelaksanaan tes pengukuran yang dilaksanakan adalah sbagai bikut :

1. Persiapan Dan Pelaksanaan Tes Gerak Dasar Loncat Harimau

Untuk mengetahu atau memperoleh data gerak dasar loncat harimau siswa yang perlu diperhatikan adalah :

a. Menyediakan alat-alat yang diperlukan

1. Lapangan

2. Matras

3. Alat tulis dan buku catatan

(47)

1. Sebagai pencatat hasil

2. Sebagai pengukur siswa

c. Pelaksanaannya

Melakukan tes gerak dasar loncat harimau

1. Setiap sampel dipanggil stau persatu

2. Setiap sampel diberikan 3 kali tes

3. Dari 3 kali tes diambil nilai yang terbaik

d. Tempat pelaksanaan di lapangan SMP IT Fitrah Insani Bandar Lampung.

E. Teknik Pengolahan Data

Validitas dan Reliabelitas

1. Uji validitas instrumen

Validitas instrumen dihitung dengan menggunakan rumus Korelasi Product Moment dari Pearson dengan angka kasar (Arikunto, 2006 : 275) Rumus korelasi Product Moment adalah :

(48)

n = Jumlah sampel

Selanjutnya harga r tersebut ditransformasikan ke harga r tabel, sehingga dianggap valid apabila harga rhitung > rtabel pada taraf α = 0,05. Menurut

Ridwan (2005:139) bahwa besarnya korelasi yang diperoleh di interprestsikan dengan kriteria sebagai berikut:

Tabel 1. Interprestasi

Besarnya nilai r Interprestasi

Antara 0,800 sampai dengan 1,000 Antara 0,600 sampai dengan 0,799 Antara 0,400 sampai dengan 0,599 Antara 0,200 sampai dengan 0,399 Antara 0,000 sampai dengan 0,199

Snagat kuat Kuat Cukup kuat Rendah

Sanagat rendah (tidak berkorelasi)

2. Uji Reliabilitas Instrument

Sedangkan untuk menghitung reliabelitas instrumen digunakan rumus

rb

R11 : reliabelitas yang dicari

(49)

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah menggunakan korelasi pearson product moment Ridwan ( 2005 : 139 ) :

  

Selanjutnya untuk menyatakan besar kecilnya kontribusi variabel X terhadap Y dapat di tentukan dengan rumus koefisien determinan sebagai berikut :

KP = r2 x 100%

Keterangan

(50)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Power otot lengan memberikan kontribusi yang signifikan dengan

kemampuan loncat harimau (tiger sprong) pada siswa kelas VIII di SMP IT Fitrah Insani Bandar Lampung.

2. Power otot tungkai memberikan kontribusi yang signifikan dengan

kemampuan loncat harimau (tiger sprong) pada siswa kelas VIII di SMP IT Fitrah Insani Bandar Lampung

B. Saran

1. Untuk peneliti lainnya, khususnya mahasiswa penjaskes dapat terus menerus memperbaiki penelitian ini dalam melakukan penelitian selanjutnya;

2. Untuk siswa diharapkan agar terus melatih dan mengembangkan

(51)
(52)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, PT Rineka Cipta. Jakarta.

Bompa,Tudor. 1999. Theory and Methodology of Training. Toronto: York University

Dinata, Marta. 2005. Rahasia Latihan Sang Juara. Jakarta: Penerbit Cerdas Jaya Depdiknas. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003

Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Depdiknas, Jakarta. Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis dalam Coaching.

Depdikbud Dirti PPLPTK. Jakarta.

_______. 2004. Perencanaan Program Latihan: Edisi Kedua. Bandung.

Husin, Sudirman. 2008. Falsafah Pendidikan Jasmani. Disajikan dalam Seminar Lokakarya Pendidikan Jasmani dan Olahraga: Bandar Lampung.

Lutan, Rusli, 1998. Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metode. Drijen Dikti, PPLPTK. Jakarta.

Muhajir. 2007. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan SMP Kelas IX. Yudhistira. Jakarta.

Nurhasan. 2000. Tes dan Pengukuran Pendidikan Olahraga. FPOK IKIP Bandung. Bandung.

...2001. Tes Dan Pengukuran Dalam Pendidikan Jasmani. Direktorat Jendral Olahraga. Depdiknas.

(53)

Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Penerbit Tarsito. Bandung.

Suharjana. 2004. Kebugaran Jasmani. Fakultas Ilmu Keolahragaan. Universitas Negeri Yogyakarta: Yogyakarta.

Sugiyanto. 1999. Metode Belajar Mengajar. Universitas Terbuka. Bandar Lampung

Gambar

Gambar 1. Otot Tungkai.
Gambar 2. Otot Lengan.
Gambar 5.  Lompat Harimau dari Posisi Jongkok
Gambar 10 . Leg Dynamometer    Sumber : Depdiknas Pusegjas. 2000
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pembacaan Sayyid Fad}lullah pada ayat-ayat pluralistik, tampak ia tidak menyajikan perdebatan panjang atau pun merumitkan makna yang dapat menghalangi cahaya Alquran,

Dalam rangka kegiatan Sertifikasi Guru dalam Jabatan untuk guru-guru di lingkungan Departemen Agama (Depag), Panitia Sertifikasi Guru Rayon 15 telah melaksanakan Pendidikan dan

Crossplot NPHI vs GR, GR vs RHOB, dan RHOB vs NPHI menggunakan ternary diagram Sumur PR-2 (kiri-kanan) .... Crossplot NPHI vs GR, GR vs RHOB, dan RHOB vs NPHI menggunakan

Jual Vimax Di Jakarta Selatan 085325367609 PinBB : 2B3CFBF3 Agen Vimax Asli Di Jakarta Selatan Vimax adalah formula alami yang digunakan untuk meningkatkan ukurun alat vital

Untuk Physical Activity Rating (PA-R) Questionnaire uji validitas dan reliabilitas instrument ini pernah dilakukan Milton, et al (2009) dengan hasil (kappa= 0,63) hal

Anak memiliki sikap berpetualang (adventurousness) yang kuat. Anak akan banyak memperhatikan, membicarakan atau bertanya tentang berbagai hal yang sempat dilihat

Dalam analisis modal (modal analysis) untuk penentuan waktu getar alami / fundamental struktur dan mode shape dan analisis dinamik dengan Spectrum Respons maupun Time History,