PENGANTAR EKONOMI MAKRO
Berbagai pendekatan penentuan keseimbangan pendapatan
nasional
Dosen Pengampu :
I Wayan Priyana Agus Sudharma, SE., M.Ec., Dev
KELOMPOK 3 : Kelompok 3:
Ni Kadek Putri Noviana ( 03 ) I Gusti Agung Ayu Laksmi Wedari ( 07 ) Ni Wayan Mulayani ( 12 ) Putu Mega Nandiah ( 13 ) I Gusti Ngurah Agung Priadnyana Putra ( 20 ) Nurul Cahya Ningsih ( 24 ) I Dewa Ayu Diah Cahyani ( 40 )
1.
Arithmatical Demonstration
Di dalam ekonomi dikenal istilah fungsi matematis ekonomi merupakan suatu bentuk
hubungan matematis yang menyatakan ketergantungan antara satu variabel dan variabel lain.
Unsur pembentuk fungsi :
a. Variabel
b. Koefesien
c. Konstanta
Variabel merupakan pembentuk fungsi yang mewakili atau mencerminkan faktor tertentu.
Ada dua variabel pembentuk fungsi :
a. Variabel bebas : variabel yang mempengaruhi variabel lain.
b. Variabel tidak bebas : variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain.
Konstanta adalah bilangan atau angka yang berdiri sendiri sebagai bilangan yang tidak terkait
pada suatu variabel tertentu.
Contohnya pengaruh pendapatan seseorang terhadap tingkat konsumsinya.
Dalam contoh tersebut, pendapatan = variabel bebas dan konsumsi = variabel tidak bebas.
Jika pendapatan diberi notasi X dan konsumsi diberi notasi Y maka fungsi konsumsi menjadi
berikut.
Y = f(X)
Keterangan :
Y = konsumsi
X = pendapatan
F = fungsi
Bentuk Y=f(X) menunjukan bahwa Y fungsi dari X yang berarti besar kecilnya nilai Y akan
tergantung pada nilai X. Jika fungsi konsumsi tersebut diberi notasi, maka akan tampak
seperti berikut.
Y = 25 + 0.51. X
Keterangan
Y = konsumsi adalah variabel tidak bebas
25 = kontanta
0.51 = koefesien
2.
Saving - Investment Approach (Tabungan- Pendekatan Investasi)
Pendekatan ini merupakan metode untuk menganalisis keseimbangan pendapatan
nasional dengan menggunakan variabel investasi dan tabungan. Tabungan dan investasi
adalah sama hanya di tingkat ekuilibrium pendapatan nasional dan ketika tabungan
dimaksudkan dan investasi tidak sama, pendapatan nasional tidak akan berada dalam
keseimbangan. Keseimbangan S=I biasanya terdapat dalam perekonomian 2 sektor yaitu
Perekonomian dua sektor adalah perekonomian yang terdiri dari sektor rumah tangga
dan perusahan. Dalam perekonomian dua sektor sumber pendapatan yang diperoleh
rumah tangga adalah dari perusahaan. Pendapatan ini meliputi gaji, upah, sewa,
bunga dan keuntungan adalah sama nilainya dengan pendapatan nasional (Y).
Sedangkan investasi (investment) adalah bagian dari tabungan yang digunakan
untuk kegiatan ekonomi menghasilkan barang dan jasa (produksi) yang bertujuan
mendapatkan keuntungan. Jika tabungan besar, maka akan digunakan untuk kegiatan
menghasilkan kembali barang dan jasa (produksi). Tabungan akan digunakan untuk investasi.
Demikianlah, dari ketentuan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa jika investasi neto
positif (investasi bruto lebih besar daripada penyusutan), perekonomian itu
mengalami kemajuan. Jika investasi neto bernilai nol (investasi bruto sama
dengan penyusutan), dikatakan bahwa perekonomian yang bersangkutan berada dalam
keadaan stasioner. Sementara itu, jika investasi neto bernilai negative ( investasi bruto lebih
kecil daripada penyusutan), perekonomian itu mengalami kemunduran. Investasi mempunyai
dampak sangat besar terhadap bertambahnya pendapatan nasional, dan dapat dirumuskan
sebagai berikut :
Y = C + S
Y = C + I
Sehingga I =S
Keterangan :
Y = pendapatan
C = konsumsi
S = tabungan
Tiga kemungkinan bentuk hubungan antara besarnya tabungan dengan investasi, yaitu :
a) S = I tercapai keseimbangan perekonomian suatu negara.
b) S > I, kondisi ini menimbulkan hoarding yaitu suatu kondisi adanya tabungan yang
tidak digunakan/tidak produktif.
c) S < I, kondisi ini menunjukkan kebutuhan dana untuk I (Investasi) tidak dapat
ditutupi dengan dana S (Tabungan) yang ada, kekurangan dana untuk I (Investasi)
3.
Consumption - Investment Approach ( Pendekatan Investasi-
Konsumsi)
A. KONSUMSI
Konsumsi merupakan tindakan pelaku ekonomi, baik individu maupun kelompok, dalam menggunakan komoditas berupa barang maupun jasa untuk memenuhi kebutuhannya. Mengapa kita harus memahami konsumsi? Membahas konsumsi sangat penting untuk analisis ekonomi jangka panjang maupun jangka pendek suatu negara. Secara agregat, konsumsi merupakan penjumlahan dari pengeluaran seluruh rumah tangga yang ada dalam suatu perekonomian. Dengan mengetahui total pengeluaran suatu perekonomian, maka akan dapat diketahui beberapa masalah penting yang muncul dalam perekonomian, seperti pemerataan pendapatan, efisiensi penggunaan sumber daya dalam suatu perekonomian , masalah-masalah lainnya. Dengan demikian, kita dapat menganalisis dan menentukan kebijakan ekonomi guna memperbaiki atau meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Secara umum, pengeluaran konsumsi terbagi menjadi konsumsi pemerintah dan konsumsi rumah tangga. Namun dalam pembahasan kali ini kita lebih menekankan ada konsumsi rumah tangga, alasannya sebagai berikut. Konsumsi rumah tangga memiliki porsi yang blebih besar dalam pengeluaran agregat jika dibandingkan dengan konsumsi pemerintah Konsumsi rumah tangga bersifat endogen, dalam arti besarnya konsumsi rumah tangga berkaitan erat dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Keterkaitan ini akan menghasilkan teori dan model ekonomi sendiri untuk konsumsi/
Perkembangan masyarakat begitu cepat menyebabkan perilaku konsumsi juga berubah cepat sehingga pembahasan tentang konsumsi rumah tangga akan tetap relevan
a. Pengertian Fungsi Konsumsi
Fungsi konsumsi adalah suatu fungsi yang menggambarkan hubungan antara tingkat konsumsi rumah tangga dengan pendapatan nasional dalam suatu perekonomian.
Persamaannya C = a + bY Keterangan :
C = tingkat konsumsi
a = konsumsi rumah tangga secara nasional pada saat pendapatan nasional 0 b = kecondongan konsumsi marginal
Y = tingkat pendapatan nasional
b. Kecenderungan Mengkonsumsi (Propensity to Consume)
Kecenderungan mengonsumsi dibedakan menjadi dua yaitu : – Kecenderungan mengonsumsi marginal
– Kecenderungan mengonsumsi rata-rata
Kecenderungan mengonsumsi marginal yaitu perbandingan antara pertambagan (AC) yang dilakukan dengan pertambahan pendapatan disporsabel (AY).
MPC= ∆C/∆Yd
Keterangan
MPC = Marginal Propensity to concume (kecondongan mengosumsi marginal) ∆C = pertambahan konsumsi
c. Kecenderungan Mengonsumsi Rata-rata (Average Propensity to Consume)
Kecenderungan mengonsumsi rata-rata yaitu perbandingan antara tingkat konsumsi (C) dengan tingkat pendapatan diposabel serta konsumsi itu dilakukan (Yd).
APC= C/Yd
Keterangan
APC = konsumsi rata-rata C = tingkat konsumsi
Yd = besarnya pendapatan disposabel
Untuk lebih jelasnya lihat APC dan MPC di bawah ini :
Tahun Y C APC MPC
2004 110 120 1,09
2005 140 140 1,00 0,67
2006 170 160 0,94 0,67
2007 200 180 0,90 0,67
2008 230 200 0,87 0,67
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi
Kita telah mempelajari faktor yang dapat mempengaruhi konsumsi individu, antara lain pendapatan yang diterima, tingkat harga, selera. Kali ini, kita akan mencoba membahasnya dari segi ekonomi makro. Faktor-faktor yang mempengaruhi keseluruhan konsumsi rumah tangga diklasigikasikan ke dalam tiga bagian, antara lain faktor ekonomi, demografi, dan faktor nonekonomi, ada juaga yang membedakan faktor obyektif dan subyektif
B. INVESTASI
Investasi merupakan pengeluaran untuk kegiatan produksi atau pada sesuatu dengan harapan memperoleh keuntungan. Investasi terkadang disebut sebagai kegiatan penanaman modal. Investasi pada kegiatan produksi yaitu investasi yang meliputi input produksi yang penggunaanya dalam jangka waktu yang relatif lama dan dapat digunakan dalam proses produksi.
Contoh investasi adalah pembelian berupa asset financial seperti obligasi, saham , asuransi. Dapat juga pembelian berupa barang seperti mobil atau property seperti rumah atau tanah. Lebih luasnya investasi dapat berarti pembelian barang modal untuk produksi dalam suatu usaha misalnya pembelian mesin. Bahkan pemberian pendidikan dan pelatihan bagi karyawan yang membuat lebih mahir dalam bekerja bisa dikatakan sebagai investasi. Kesamaan dari semua investasi diatas adalah harapan memperoleh keuntungan (gain) di kemudian hari.
Mengapa kita perlu berinvestasi?
Ada banyak alasan untuk ini, salah satunya adalah persiapan masa depan sedini mungkin melalui persiapan perencanaan kebutuhan yang disesuaikan dengan kemampuan keuangan saat ini. Seperti kita tahu sejalan dengan waktu nilai mata uang bisa berkurang karena adanya inflasi, yaitu misalnya kenaikan harga barang dan jasa, inflasi inilah salah satu alasan utama mengapa kita perlu berinvestasi, baik atas dana atau aset yang sudah ada atau yang akan kita miliki agar “nilai”-nya dapat dipertahankan dan tentu saja diharapkan meningkat.
Dari uraian diatas dapat di tarik 4 hal utama alasan berinvestasi yaitu:
• Adanya kebutuhan masa depan atau kebutuhan saat ini yang belum dapat terpenuhi
• Adanya kebutuhan untuk melindungi nilai aset yang telah dimiliki
• Adanya keinginan untuk menambah nilai aset yang sudah ada
Apa saja yang dapat mempengaruhi investasi?
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi investasi, diantaranya:
- Suku Bunga Ketika suku bunga bank rendah atau tidak tinggi, calon investor (sebutan bagi pelaku investasi) memprediksikan hasil investasi lebih besar dari pada jika ditabung dan memperoleh bunga. Maksudnya adalah jika dana yang digunakan hasil pinjaman, keuntungan investasi tidak besar, maka akan rugi, karena untuk membayar cicilan dan bunganya (yang lebih tinggi dari hasil investasi) tidak mencukupi.
- Tingkat Ekspetasi Keuntungan Ekspektasi adalah harapan. Jadi bila harapan keuntungan tinggi, tingkat investasi juga tinggi.
- Ramalan Keadaan Ekonomi Kebalikan dari tabungan, investasi lebih tinggi pada saat keadaan ekonomi stabil karena suatu usaha akan lebih mudah dikalkulasikan dan diprediksi keuntungannya. Kondisi ekonomi yang tidak stabil menyebabkan sektor usaha tidak dapat diprediksi keuntungannya, bahkan peluang untuk ambruk lebih besar sehingga keinginan orang untuk berinvestasi akan menurun.
KURVA INVESTASI
Investasi sering disebut juga penanaman modal atau pembentukan modal. Investasi juga dapat disebut sebagai kegiatan untuk membuka usaha dan menggunakan uang untuk membeli barang barang modal. Dengan demikian, investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pembelanjaan penanam-penanam modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi guna menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian.
Kurva permintaan investasi perekonomian diperoleh dengan cara menjumlahkan investasi seluruh perusahaan pada masing masing tingkat bunga. Pada tingkat bunga yang lebih rendah, semakin banyak proyek investasi menguntungkan bagi masing masing perusahaan, sehingga total belanja investasi dalam perekonomian meningkat.
Dari kurva permintaan investasi di samping dapat dijelaskan jika tingkat bunga naik menjadi 10 persen, belanja investasi menurun menjadi $0,5 triliun. Dan jika tingkat bunga turun menjadi 6 persen, investasi naik menjadi $0,7 triliun. Sepanjang kurva permintaan investasi yang diasumsikan konstan adalah ekspektasi usaha tentang perekonomian. Jika perusahaan semakin optimis tentang prospek adanya keuntungan, maka permintaan investasi naik, dan kurvanya bergeser ke kanan.
Kurva yang menunjukkan hubungan antara tingkat investasi dan tingkat pendapatan nasional dinamakan fungsi investasi. Fungsi atau kurva investasi digambarkan sejajar dengan sumbu datar atau horizontal, yang juga disebut sebagai investasi otonom. Artinya besar kecilnya pembentukan modal tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya pendapatan nasional.
Besar kecilnya pengeluaran investasi perusahaan ditentukan oleh faktor-faktor berikut ini.
1. Tingkat keuntungan yang akan diperoleh dari investasi. 2. Tingkat bunga yang berlaku.
3. Prediksi atau ramalan keadaan ekonomi di masa depan. 4. Kemajuan teknologi suatu negara .
5. Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya 6. Keuntungan yang diperoleh perusahaan-perusahaan.
Dalam analisis penghitungan pendapatan nasional suatu negara, keseimbangan perekonomian negara pada perekonomian dua sektor dapat dirumuskan sebagai berikut.
Keadaan keseimbangan tersebut menunjukkan syarat keseimbangan dalam perekonomian dua sektor, yaitu pendapatan (Y) sama dengan pengeluaran konsumsi rumah tangga (C) ditambah
dengan pengeluaran investasi perusahaan ( I ) atau besarnya kebocoran (S) sama dengan besarnya suntikan (I). Dengan adanya investasi, maka grafik keseimbangan pendapatan dalam perekonomian dua sektor bergeser dari besarnya Break Even Point atau Break Even
Income ( Y = C ) menjadi Y = C + I.
Contoh:
Pada suatu perekonomian negara “Z” diketahui fungsi konsumsi C = 200 miliar + 0,75 Y, sedangkan besarnya pengeluaran investasi perusahaan (I) sebesar Rp300 miliar. Tentukan:
1. besarnya pendapatan nasional keseimbangan, 2. besarnya konsumsi keseimbangan,
3. besarnya tabungan keseimbangan,