• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN EMISI KARBON DENGAN KARBON TERSIMPAN DI HUTAN RAKYAT DESA BUANA SAKTI KECAMATAN BATANGHARI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN EMISI KARBON DENGAN KARBON TERSIMPAN DI HUTAN RAKYAT DESA BUANA SAKTI KECAMATAN BATANGHARI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PERBANDINGAN EMISI KARBON DENGAN KARBON TERSIMPAN DI HUTAN RAKYAT DESA BUANA SAKTI KECAMATAN BATANGHARI

KABUPATEN LAMPUNG TIMUR Oleh

GAMAL MUHAMMAD RIZKI

Pemanasan global adalah meningkatnya temperatur rata-rata di atmosfir, laut, dan daratan di Bumi. Terjadinya pemanasan global adalah akibat pencemaran udara yang berasal dari emisi karbon antara lain penggunaan LPG, bensin, dan listrik. Emisi karbon dapat ditekan jumlahnya dengan cara penyerapan oleh vegetasi. Penelitian ini membandingkan antara emisi karbon di Desa Buana Sakti dengan karbon tersimpan di hutan rakyat Desa Buana Sakti. Tujuan penelitian adalah mengetahui perbandingan emisi karbon dari penggunaan LPG, bensin, dan, listrik dengan karbon tersimpan pada vegetasi yang berada di hutan rakyat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menghitung emisi karbon pada penggunaan LPG, bensin, dan listrik. Penyerapan karbon diperoleh dari perhitungan biomassa pohon, tumbuhan bawah, dan nekromassa. Emisi karbon yang terdapat di Desa Buana Sakti adalah 6,16 ton serta karbon tersimpan di hutan rakyat Desa Buana Sakti adalah 95,03 ton. Dari data yang diperoleh maka hutan rakyat mampu mengatasi emisi karbon yang dihasilkan dari penggunaan LPG, bensin, dan listrik di Desa Buana Sakti. Oleh karena itu, hutan rakyat harus dilestarikan agar jumlah karbon yang ada di atmosfir tetap seimbang dan masyarakat tetap bisa memanfaatkan hasil dari hutan rakyat.

(2)

ABSTRACT

Global warming is the increasing of the average temperature in the atmosphere, ocean,

and mainland on Earth. Increasing of global warming was caused by air pollution of

carbon emissions, among others, the use of LPG, the gasoline, and the electricity. The

carbon emissions can be reduced by absorption of vegetation. This study compare the

carbon emissions by in Buana Sakti Village with carbon stored in the private forest of

Buana Sakti Village. The research objective was to determine the ratio of carbon

emissions from the use of LPG, the gasoline, and the electricity with carbon stored on the

vegetation in the private forest. The method used in this research is to calculate carbon

emissions in the use of LPG, the gasoline, and the electricity. Carbon sequestration

obtained from the calculation of the biomass of trees, understorey, and nekromassa.

Carbon emissions by in Buana Sakti Village is 6,16 tons and the carbon stored in the

Buana Sakti Village is 95,03 tons. From the data obtained, the private forest is able to

tackle carbon emissions resulting from the use of LPG, the gasoline and, the electricity in

the Buana Sakti Village. Therefore, the private forest must be preserved so that the

amount of carbon in the atmosphere remain balanced and the public can still take

advantage of the results of the private forest.

(3)

PERBANDINGAN EMISI KARBON DENGAN KARBON TERSIMPAN DI HUTAN RAKYAT DESA BUANA SAKTI KECAMATAN BATANGHARI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

Oleh

Gamal Muhammad Rizki

Skripsi

sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEHUTANAN

pada

Jurusan Kehutanan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Gamal Muhammad Rizki dilahirkan pada tanggal 26 Oktober 1990 di Kota Metro. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara buah hati dari Ibu Siti Rufingah dengan Ayah Satriamin Lukman. Penulis menempuh pen-didikan formal dimulai di TK Aisiyah Bustanul Athfal Kota Metro (1995 – 1996), SDN 1 Kota Metro (1996 – 2002), SMP N 2 Kota Metro (2002 – 2005), SMA Kartikatama Kota Metro (2005 – 2008), dan S1 Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung (2008 – 2015). Selama menjadi mahasiswa, pe-nulis terdaftar dan aktif dibeberapa unit kegiatan kemahasiswaan, seperti UKMF FOSI FP sebagai Kepala Staf Dana Usaha dan Kesejahteraan (2010 – 2011), Himasylva sebagai Ketua Bidang Pengembangan Kewirausahaan (2011 – 2012), UKM Birohmah Unila sebagai Kepala Biro Usaha Mandiri (2011 – 2012), dan DPM U KBM Unila sebagai Ketua Komisi Hubungan Luar (2012 – 2013). Pe-nulis mengikuti kegiatan KKN Tematik di Desa Wiyono pada tahun 2011 dan Praktek Umum di Taman Nasional Way Kambas pada tahun 2012. Penulis mela-kukan penelitian di hutan rakyat Desa Buana Sakti pada tahun 2014 hingga akhir-nya berhasil menyelesaikan pendidikan sarjana dengan skripsi yang berjudul

“Perbandingan Emisi Karbon dengan Karbon Tersimpan di hutan rakyat Desa

(7)
(8)

PERSEMBAHAN

Sebuah karya kecilku teruntuk

:

 Ibunda Siti Rufingah & Ayahanda Satriamin Lukman

(9)

“Sesungguhnya, Aku (Allah SWT) ciptakan langit dan bumi ini, wahai manusia, buat kamu untuk berfikir, untuk menelaah bagaimana kamu menjalani hidup ini”

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah apa yang terdapat di dalam diri mereka sendiri”

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”

“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”

“Jadilah kau sedemikian kuat sehingga tidak ada yang dapat mengganggu

kedamaian pikiranmu”

(10)

SANWACANA

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas nikmat tak terhitung yang di-berikan kepada penulis, salah satunya nikmat kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beserta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan umatnya. Aamiin.

Penelitian dalam skripsi ini diberi judul ”Perbandingan Emisi Karbon dengan

Karbon Tersimpan di Hutan Rakyat Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur”. Dalam penyusunan skripsi ini begitu banyak suka dan duka yang dihadapi namun berkat do’a, motivasi, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak, sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Drs. Afif Bintoro M.P., selaku Dosen Pembimbing I dan Pembimbing Akademik yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, mem-berikan perhatian, motivasi, dan semangat kepada penulis demi terselesai-kannya skripsi ini.

(11)

dalam penyelesaian skripsi.

4. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

5. dan semua pihak yang telah ikut membantu dalam pembuatan skripsi ini. Penulis berharap, semoga skripsi ini dapat menambah referensi sebagai bahan

acuan bagi penelitian berikutnya.

Bandar Lampung, 24 Juni 2015 Penulis

(12)

DAFTAR ISI

E. Peran Vegetasi dalam Mengurangi Pemanasan Global ... 12

F. Hutan Rakyat ... 13

III. METODE PENELITIAN ... 16

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 16

B. Alat dan Objek ... 16

C. Batasan Penelitian ... 16

D. Jenis Data ... 17

1. Data Primer ... 17

(13)

E. Metode Pengambilan Sampel ... 17

F. Pengumpulan Data ... 19

1. Pengambilan Data untuk Emisi Karbon ... 19

2. Pengukuran Pohon, Tiang, Pancang, dan Semai ... 20

3. Pengambilan Sampel Tumbuhan Bawah dan Nekromassa ... 20

G. Analisis Data ... 21

1. Emisi Karbon LPG ... 21

2. Emisi Karbon Bensin ... 22

3. Emisi Karbon Listrik ... 22

4. Emisi Karbon ... 22

5. Biomassa Pohon, Tiang, Pancang, dan Semai ... 22

6. Biomassa Tumbuhan Bawah dan Serasah ... 23

7. Karbon Tersimpan pada Hutan Rakyat ... 24

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 25

A.Kondisi Fisik Wilayah ... 25

1. Letak dan Luas Desa Buana Sakti ... 25

2. Kondisi Topografis ... 25

3. Kondisi Iklim ... 26

4. Tata Guna Lahan ... 26

5. Sarana dan Prasarana ... 26

B.Keadaan Umum Petani Hutan Rakyat ... 27

1. Umur Petani Hutan Rakyat Desa Buana Sakti ... 27

2. Tingkat Pendidikan ... 28

3. Jumlah Tanggungan ... 29

4. Luas Lahan Hutan Rakyat ... 29

5. Status Lahan Hutan Rakyat ... 30

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31

A. Hasil Penelitian ... 31

1. Emisi Karbon dari Penggunaan LPG, Bensin, dan Listrik ... 31

2. Jenis Tanaman di Hutan Rakyat Desa Buana Sakti ... 34

3. Karbon pada Fase Pohon, Tiang, Pancang, dan Semai ... 34

4. Karbon Tersimpan pada Plot Pengamatan Monokultur, Polikultur, dan Agroforestri.. ... 35

5. Karbon Tersimpan di Hutan Rakyat Desa Buana Sakti ... 38

B. Pembahasan ... 39

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 41

A. Kesimpulan ... 41

B. Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Persamaan Allometrik yang Digunakan. ... 23

Tabel 2. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur ... 27

Tabel 3. Sebaran Mata Pencarian Pokok Penduduk di Desa Buana Sakti ... 28

Tabel 4. Emisi Karbon pada Penggunaan LPG, Bensin, dan Listrik di Desa Buana Sakti dari November 2013 – Oktober 2014 ... 31

Tabel 5. Pembangkit Listrik di Provinsi Lampung Tahun 2015 ... 32

Tabel 6. Pohon yang Berada di Plot Pengamatan Hutan Rakyat Desa Buana Sakti...34

Tabel 7. Karbon Tersimpan pada Fase Pohon, Tiang, Pancang,dan Semai ... 35

Tabel 8. Karbon Tersimpan di Areal Plot Pengamatan Tanaman Jenis Monokultur, Polikultur, dan Agroforestri ... 36

Tabel 9. Karbon Tersimpan di Hutan Rakyat Desa Buana Sakti ... 38

Tabel 10. Nilai Biomassa Pohon pada Plot Monokultur. ... 49

Tabel 11. Nilai Biomassa Pohon pada Plot Polikultur ... 49

Tabel 12. Nilai Biomassa Pohon pada Plot Agroforestri ... 50

Tabel 13. Jumlah Biomassa Tumbuhan Bawah pada Plot Monokultur ... 50

Tabel 14. Jumlah Biomassa Tumbuhan Bawah pada Plot Polikultur ... 51

Tabel 15. Jumlah Biomassa Tumbuhan Bawah pada Plot Agroforestri...51

Tabel 16. Jumlah Biomassa Serasah pada Plot Monokultur ... 52

Tabel 17. Jumlah Biomassa Serasah pada Plot Polikultur ... 53

Tabel 18. Jumlah Biomassa Serasah pada Plot Agroforestri ... 54

Tabel 19. Penggunaan LPG di Desa Buana Sakti. ... 55

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagan Alir Kerangka Pemikiran ... 6

Gambar 2. Plot Pengamatan untuk Menghitung Jumlah Karbon Tersimpan ...21

Gambar 3. Plot Pengamatan di hutan rakyat Desa Buana Sakti ... 46

Gambar 4. Penimbangan Berat Kering Serasah ... 46

Gambar 5. Penimbangan Berat Kering Tumbuhan Bawah ... 46

Gambar 6. Penimbangan Berat Kering Nekromassa ... 47

Gambar 7. Pengovenan Serasah ... 47

Gambar 8. Wawancara dengan Petani Hutan Rakyat Desa Buana Sakti ... 47

(16)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pemanasan global adalah suatu keadaan dimana temperatur di permukaan bumi menjadi lebih panas dibanding temperatur normal. Pemanasan global terjadi karena adanya efek rumah kaca. Efek rumah kaca disebabkan oleh bertambahnya jumlah gas-gas rumah kaca di atmosfir yang menyebabkan energi panas yang seharusnya dilepas ke luar atmosfir bumi dipantulkan kembali ke permukaan dan menyebabkan temperatur permukaan bumi menjadi lebih panas. Akibat pema-nasan global terjadi peningkatan temperatur rata-rata laut dan daratan bumi yang disebabkan oleh kegiatan industri dan semakin berkurangnya penutupan lahan khususnya hutan akibat laju deforestasi.

(17)

Salah satu cara yang dapat menurunkan akumulasi karbon di atmosfir adalah dengan pendekatan penyerapan karbon oleh vegetasi. Karbon digunakan oleh tumbuhan untuk membentuk karbohidrat dalam proses fotosintesis. Semakin banyak vegetasi, akan mengurangi jumlah karbon yang ada di atmosfir karena karbon tersebut diserap oleh tanaman dan disimpan dalam bentuk biomassa (Hairiah dan Rahayu, 2007).

Hutan tropis merupakan salah satu penyerap karbon terbesar di dunia. Indonesia merupakan negara ketiga yang memiliki luas hutan tropis terbesar di dunia (Hairiah dan Rahayu, 2007). Namun demikian, keberadaan hutan tropis di Indonesia semakin berkurang karena penyalahgunaan lahan yang dilakukan oleh masyarakat seperti pembakaran hutan dan penebangan liar. Dengan kondisi luas kawasan hutan yang tidak mungkin bertambah maka salah satu alternatif yang dapat dilakukan dalam membantu menyerap karbondioksida adalah dengan meng-galakkan penanaman hutan rakyat (Murdiyarso, 2003).

Sifat alami pohon sebagai penyerap karbon merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Hal tersebut merupakan alasan ditanamnya jenis-jenis pohon cepat tumbuh pada lahan hutan rakyat karena dapat menyerap karbon lebih cepat dibandingkan jenis-jenis pohon yang lambat dalam pertumbuhannya (Murdiyarso, 2003).

(18)

meng-upayakan hasil tanaman dari lahan tersebut. Hal inilah yang menyebabkan petani hutan rakyat memiliki lahan yang cukup luas, karena semakin besar luas lahan akan semakin tinggi juga hasil tanaman yang akan diperoleh dari pengelolaan hutan rakyat.

Secara tidak disadari, aktivitas yang kita lakukan setiap hari berpotensi menye-babkan terjadinya emisi karbon. Emisi karbon tersebut antara lain berasal dari penggunaan bensin, LPG, dan listrik. Penggunaan bensin pada sepeda motor menghasilkan senyawa-senyawa seperti CO (karbon monoksida), THC (total hidro karbon), TSP (debu), NOx oksida nitrogen), dan SOx (oksida-oksida sulfur). Komponen dari LPG adalah campuran dari berbagai unsur hidrokarbon yang berasal dari gas alam. Komponennya didominasi propana (C3H8) dan butana (C4H10). LPG juga mengandung hidrokarbon ringan lain dalam

jumlah kecil, misalnya etana (C2H6) dan pentana (C5H12). Penggunaan listrik

berasal dari pembangkit listrik berbahan bakar batubara atau solar yang kemudian

hasil pembakaran tersebut melepaskan sejumlah besar CO2 ke atmosfir.

Berdasarkan kondisi tersebut maka perlu dilakukan penelitian tentang perbandingan emisi karbon dari penggunaan bensin, LPG, dan listrik dengan karbon yang diserap oleh hutan rakyat di Desa Buana Sakti.

B.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Emisi karbon dari penggunaan LPG, bensin, dan listrik oleh masyarakat di Desa Buana Sakti,

(19)

3. Perbandingan emisi karbon dengan karbon tersimpan di hutan rakyat Desa Buana Sakti.

C.Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain sebagai berikut:

1. Sebagai informasi bagi masyarakat terkait penggunaan LPG, bensin,dan listrik yang menyebabkan terjadinya pencemaran udara.

2. Menjadi informasi bagi masyarakat akan pentingnya hutan sebagai penyerap karbon.

D.Kerangka Pemikiran

Vegetasi memiliki peran penting dalam upaya mengurangi dampak pemanasan global. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak pemanasan global adalah dengan menekan jumlah gas rumah kaca yang ada di atmosfir. Karbon me-rupakan gas rumah kaca yang paling berperan dalam pemanasan global dapat di-tekan jumlahnya dengan cara penyerapan oleh vegetasi yang kemudian disimpan dalam bentuk biomassa (Hairiah dan Rahayu, 2007).

(20)

antara lain biomassa pohon, biomassa tumbuhan bawah, dan nekromassa (Hairiah dan Rahayu, 2007).

Data yang dibutuhkan untuk mengetahui biomassa pohon yaitu diameter dan tinggi pada fase pohon, tiang, pancang, dan semai. Data yang dibutuhkan untuk mengetahui nilai biomassa tumbuhan bawah yaitu dengan menghitung berat basah daun dan batang dari tumbuhan berdiameter < 5 cm dan untuk mengetahui nekro-massa adalah dengan mengukur diameter dan tinggi untuk pohon yang sudah mati dan juga berat basah daun dan batang dari serasah (Hairiah dan Rahayu, 2007).

(21)

diserap

Gambar 1. Bagan alir kerangka pemikiran.

Aktivitas Masyarakat

Emisi Karbon

Biomassa

Biomassa Pohon

Biomassa Tumbuhan

Nekromassa

Perbandingan emisi karbon dengan karbon yang diserap.

(22)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Pemanasan Global

Pemanasan global diartikan sebagai kenaikan temperatur muka bumi yang dise- babkan oleh efek rumah kaca dan berakibat pada perubahan iklim. Perubahan iklim global ini telah menyebabkan terjadinya bencana alam di berbagai belahan dunia. Tingkat kekhawatiran perubahan iklim global ini terendam dalam dokumen Protokol Kyoto dan United Nation Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) yang menekankan pentingnya usaha kearah pengurangan emisi karbon serta penyerapan karbon di atmosfir. Demikian halnya dalam konferensi PBB tentang pembangunan dan lingkungan hidup atau United Nation Conference on Environmentand Development (UNCED) pada tahun 1992 di Rio Janeiro, Brazil, dimana menghasilkan dua deklarasi umum yang salah satu di antaranya juga menekankan bagaimana upaya mengurangi perubahan iklim global (Yusuf, 2008).

(23)

Perubahan iklim global yang terjadi akhir-akhir ini disebabkan oleh terganggunya keseimbangan energi antara bumi dan atmosfir. Keseimbangan tersebut dipenga-ruhi antara lain oleh peningkatan gas-gas asam arang atau karbondioksida, metana dan nitrooksida yang lebih dikenal dengan gas rumah kaca. Saat ini konsentrasi gas rumah kaca sudah mencapai tingkat yang membahayakan iklim bumi dan keseimbangan ekosistem (Hairiah dan Rahayu, 2007).

Hairiah dan Rahayu (2007) juga menyebutkan bahwa konsentrasi gas rumah kaca di atmosfir meningkat karena adanya pengelolaan lahan yang kurang tepat, antara lain adanya pembakaran vegetasi hutan dalam skala luas pada waktu yang bersa-maan dan adanya pengeringan lahan gambut. Kegiatan-kegiatan tersebut umum-nya dilakukan pada awal alih guna lahan hutan menjadi lahan pertanian. Keba-karan hutan dan lahan serta gangguan lahan lainnya telah menempatkan Indonesia dalam urutan ketiga negara penghasil emisi karbon terbesar di dunia. Hairiah dan Rahayu (2007) menyatakan bahwa Indonesia berada dibawah Amerika Serikat dan China, dengan jumlah emisi yang dihasilkan mencapai 2 milyar ton karbon pertahunnya atau menyumbang 10 % dari emisi karbon di dunia.

B.Karbon dan CO2

Rata-rata global konsentrasi CO2 di atmosfir meningkat terus-menerus dengan potensi belum diketahui secara pasti. Selain efek global dari peningkatan CO2 di udara, sebagian besar General Circulation Models (GCM) dari pola iklim global juga memprediksi adanya perubahan temperatur pada daerah tropis.

(24)

(C-organik) dalam tubuh tanaman (biomassa). Jumlah karbon yang tersimpan dalam tubuh tanaman hidup (biomassa) pada suatu lahan menggambarkan banyaknya CO2 di atmosfir yang diserap oleh tanaman (C-sequestration).

Siklus karbon secara global ini merupakan salah satu proses biogeokimia di dalam planet yang membantu pengaturan kadar CO2 di atmosfir. Siklus biogeokimia adalah siklus senyawa kimia yang mengalir dari komponen abiotik ke biotik dan kembali lagi ke komponen abiotik. Siklus tersebut juga melibatkan reaksi-reaksi kimia dalam lingkungan abiotik sehingga disebut siklus biogeokimia. Diperkira-kan sekitar 830 milyar ton karbon tersimpan dalam hutan di seluruh dunia. Jumlah ini merupakan sebagian besar dari kandungan karbon dalam atmosfir yang terikat dalam CO2. Secara kasar sekitar 40 % atau 330 milyar ton karbon tersimpan dalam bagian pohon dan bagian tumbuhan hutan lainnya di atas permukaan tanah, sedangkan sisanya yaitu sekitar 60 % atau 500 milyar ton tersimpan dalam tanah hutan dan akar-akar tumbuhan di dalam hutan (Suhendang 2002).

C.Biomassa

Di permukaan bumi ini, kurang lebih terdapat 90 % biomassa yang terdapat dalam hutan berbentuk kayu, dahan, daun, akar dan sampah hutan (serasah), hewan, dan jasad renik (Arief, 2005).

(25)

kerapatan jenis dan penyebaran jenis penting artinya dalam keterwakilan pengambilan contoh biomassa dan kandungan hara (Istomo, 2006).

Sutaryo (2009), menuliskan bahwa dalam inventarisasi karbon hutan, carbon pool yang diperhitungkan setidaknya ada 4 kantong karbon. Keempat kantong karbon tersebut adalah biomassa atas permukaan, biomassa bawah permukaan, bahan organik mati, dan karbon organik tanah.

1. Biomassa atas permukaan adalah semua material hidup di atas permukaan. Termasuk bagian dari kantong karbon ini adalah batang, tunggul, cabang, kulit kayu, biji, dan daun dari vegetasi baik dari strata pohon maupun dari strata tumbuhan bawah di lantai hutan.

2. Biomassa bawah permukaan adalah semua biomassa dari akar tumbuhan yang hidup. Pengertian akar ini berlaku hingga ukuran diameter tertentu yang dite-tapkan. Hal ini dilakukan sebab akar tumbuhan dengan diameter yang lebih kecil dari ketentuan cenderung sulit untuk dibedakan dengan bahan organik tanah dan serasah.

(26)

4. Karbon organik tanah mencakup karbon pada tanah mineral dan tanah organik termasuk gambut.

D.REDD dan REDD+

Upaya yang telah dicoba untuk mengurangi gas rumah kaca yaitu dengan pengu-rangan deforestasi dan degradasi hutan dikenal dengan mekanisme REDD (Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation). REDD berusaha menerapkan pengoptimalisasian lahan untuk mengurangi terjadinya deforestasi dan degradasi hutan dengan pemberian intensif terhadap negara yang tetap mau menjaga kawasan hutannya (CIFOR, 2010).

Seiring berjalannya waktu muncul suatu pemikiran bahwa tidak hanya deforestasi dan degradasi hutan yang harus dihindarkan, tetapi keanekaragaman hayati berupa flora dan fauna yang ada di dalam hutan secara optimis dapat dilestarikan dengan cara tersebut. Berdasarkan isu ini, maka ada wacana yang dikenal dengan REDD+. REDD+ merupakan singkatan dari Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation and Enhancing Carbon Stocks in Developing Countries (pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan dan penambahan cadangan karbon hutan di negara berkembang). REDD+ telah menjadi subyek perdebatan yang hangat sejak Papua Nugini dan Kosta Rika menjabarkan proposal pengurangan emisi deforestasi pada diskusi perubahan iklim pada tahun 2005.

(27)

menambahkan konservasi dan pengelolaan hutan secara lestari, pemulihan hutan dan penghutanan kembali, serta peningkatan cadangan karbon hutan (CIFOR, 2010).

REDD+ juga menawarkan peluang bagi penyelamatan salah satu ekosistem dunia yang paling berharga. Hutan tidak lagi hanya dipandang sebagai sumber kayu yang menanti untuk dipanen atau lahan yang menunggu giliran untuk dibuka bagi kepentingan pertanian. REDD+ menjadi faktor yang sangat penting dalam berbagai negosiasi perubahan iklim internasional (CIFOR, 2010).

E.Peran Vegetasi dalam Mengurangi Pemanasan Global

Pohon-pohon menjadi organisme dominan di hutan tropis, bentuk kehidupan pohon berpengaruh pada fisiognomi umum, produksi dasar, dan lingkaran keselu-ruhan dari komunitas. Banyak ciri-ciri pohon tropis berbeda dengan daerah lain mengingat terdapat ciri-ciri tertentu dan kebiasaan bercabang, dedaunan, buah-buahan, dan sistem akar yang jarang dan tidak pernah dijumpai di bagian bumi lain (Longman dan Jenik, 1987).

(28)

tanah-nya serta cara pengelolaantanah-nya. Indonesia memiliki berbagai macam penggunaan lahan, mulai dari yang paling ekstensif misalnya agroforestri kompleks yang menyerupai hutan, hingga paling intensif seperti sistem pertanian semusim mono-kultur. Pengukuran secara kuantitatif karbon tersimpan dalam berbagai macam penggunaan lahan perlu dilakukan. Untuk itu diperlukan metode pengukuran standar yang baku dan telah dipergunakan secara luas, agar hasilnya dapat diban-dingkan antarlahan dan antarlokasi (Hairiah dan Rahayu, 2007).

Dampak perubahan iklim yang kita rasakan saat ini dapat dikurangi dengan cara

meningkatkan penyerapan karbon dan atau menurunkan emisi karbon (Lasco,

2002). Penurunan emisi karbon dapat dilakukan dengan: (a) mempertahankan

cadangan karbon yang telah ada dengan: mengelola hutan lindung, mengendalikan

deforestasi, menerapkan praktek silvikultur yang baik, mencegah degradasi lahan

gambut, dan memperbaiki pengelolaan cadangan bahan organik tanah, (b)

meningkatkan cadangan karbon melalui penanaman tanaman berkayu dan (c)

mengganti bahan bakar fosil dengan bahan bakar yang dapat diperbarui secara

langsung maupun tidak langsung (angin, biomasa, aliran air), radiasi matahari,

atau aktivitas panas bumi (Lasco, 2002).

F. Hutan Rakyat

(29)

budidaya hutan rakyat di Jawa, faktor ekologis, ekonomi, dan budaya, hutan rakyat di Jawa umumnya dibudidayakan di areal-areal lahan kering daerah atas (Suharjito, 2000).

Menurut Barus (1997) hutan rakyat adalah hutan yang dikelola oleh satuan masyarakat di bawah bimbingan teknis kehutanan. Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani hak milik maupun hak lainnya dengan ketentuan luas minimum 0,25 hektar dan penutupan tajuk tanaman kayu-kayuan lebih dari 50 % dan atau tanaman tahun pertama sebanyak 500 batang tanaman (Dirjen RRL, 1997), selanjutnya Tim Arupa (2002) menyatakan hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas lahan milik rakyat, baik perseorangan maupun bersama-sama atau badan hukum dan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Pengelolaan hutan rakyat berorientasi pada kawasan yang sempit dengan lebih menekankan pada pengelolaan pohon per pohon, sehingga setiap individu pohon mendapat perhatian yang khusus.

2. Penebangan pohon dilakukan apabila pohon telah mencapai umur tertentu dan ukuran fisik yang cukup besar, sehingga sudah siap diserap oleh pasar kayu se-tempat. Pada hutan rakyat umur tebang kurang diperhatikan, seperti pada hutan negara, akan tetapi lebih menekankan pada umur tebang rata-rata pohon yang akan ditebang.

(30)

Secara umum hutan rakyat adalah hutan milik dan berada diluar kawasan hutan negara, dari batasan ini hutan rakyat memilki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Tidak merupakan kawasan yang kompak, tetapi terpencar-pencar diantara pe-desaan lainnya.

(31)

III. METODE PENELITIAN

A.Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Oktober – November 2014 di Desa Buana Sakti, Kecamatan Batanghari, Kabupaten Lampung Timur.

B.Alat dan Objek

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kompas, tali rafia, christen-hypsometer, pita meter, kuadran ukuran 0,5 m x 0,5 m, gergaji, gunting tanaman, kantong plastik ukuran 5 kg, timbangan analitik, oven, tally sheet. Objek dalam penelitian ini adalah petani beserta lahan hutan rakyat yang mereka miliki di Desa Buana Sakti, Kecamatan Batanghari, Kabupaten Lampung Timur.

C.Batasan Penelitian

Batasan penelitian dalam penelitian ini antara lain adalah: 1. Emisi karbon dari penggunaan LPG, bensin, dan listrik.

2. Biomassa adalah biomassa yang berada di atas permukaan tanah.

3. Tumbuhan bawah adalah tumbuhan berdiameter < 5 cm yang berada dalam plot pengamatan. Bagian batang dan daun diambil untuk dijadikan sampel per-hitungan karbon.

(32)

D.Jenis Data

1. Data Primer

Data primer berupa data yang langsung diambil di hutan rakyat Desa Buana Sakti:

a) Data Penggunaan LPG, bensin, dan listrik. b) Data Biomassa

Data biomassa berupa nama pohon, tinggi, dan diameter pohon dalam setiap plot pengamatan.

c) Data Tumbuhan bawah

Data tumbuhan bawah berupa data berat basah daun dan batang dari tum-buhan berdiameter < 5 cm.

d) Data Nekromassa

Data nekromassa berupa data diameter dan tinggi untuk pohon yang sudah mati dan juga berat basah daun dan batang dari serasah.

2. Data Sekunder

Data pendukung dalam penelitian ini yang diperoleh dari instansi pemerintah daerah yaitu keadaan umum lokasi penelitian.

E.Metode Pengambilan Sampel

(33)

penelitian ini adalah 15 % karena lebih menunjang data (Arikunto, 2000). Kemudian batas error tersebut dimasukkan ke dalam rumus sebagai berikut: N

n =

1 + N(e)2 Keterangan:

n = jumlah responden

N = jumlah total KK/petani hutan rakyat di Desa Buana Sakti E = batas eror/margin 15 %

1 = bilangan konstan

Desa Buana Sakti memiliki 784 Kepala Keluarga (Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Lampung Timur, 2011) sehingga jumlah responden dalam penelitian ini adalah 42 responden.

n = 784/1 + 784 (0,15)2 = 42 orang.

Pengambilan sampel untuk pembuatan plot dilakukan dengan metode stratified sampling, yaitu dengan mengambil sampel berdasarkan tipe pengelolaan hutan rakyat yang diterapkan di wilayah tersebut. Ada 3 bentuk pengelolaan hutan rakyat yang ada di Desa Buana Sakti yaitu dengan pola tanam monokultur, poli-kultur, dan agroforestri.

(34)

Jumlah plot pengamatan yang akan dibuat pada masing-masing tipe hutan dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Hairiah dan Rahayu, 2007):

Luas masing-masing pola tanam (ha) x jumlah plot

Plot pengamatan dibuat dengan menentukan titik rintis yang diambil secara acak dengan cakupan yaitu (Hairiah dan Rahayu, 2007):

a. Plot pengamatan 20 m x 20 m untuk fase pohon hidup yang berdiameter > 20 cm.

b. Plot pengamatan 10 m x 10 m untuk tingkatan tiang yang berdiameter 10 – 20 cm.

c. Plot pengamatan 5 m x 5 m untuk tingkatan pancang yang berdiameter < 10 cm. d. Plot pengamatan 2 m x 2 m untuk semai yang berdiameter < 5 cm.

F. Pengumpulan Data

1. Pengambilan Data untuk Emisi Karbon

(35)

2. Pengukuran Pohon, Tiang, Pancang, dan Semai

Plot pengamatan (Gambar 2) dibuat berdasarkan pembagian tingkatan pohon yang telah ditentukan. Data yang dikumpulkan berupa nama pohon, tinggi, dan diameter pohon.

3. Pengambilan Sampel Tumbuhan Bawah dan Nekromassa

Pengambilan data untuk tumbuhan bawah danserasah dilakukan dengan me-letakkan kuadran yang terbuat dari kayu berbentuk segi empat dengan ukuran 0,5 m x 0,5 m pada petak ukur 2 m x 2 m. Kuadran diletakkan dengan posisi selang-seling. Setelah kuadran diletakkan, semua tumbuhan bawah dipotong dan juga serasah yang berada dalam kuadran tersebut dan pisahkan antara daun dan batang. Kemudian ditimbang untuk memperoleh berat basah. Contoh dari masing-masing biomassa daun dan batang diambil sekitar 100 – 300 gram. Bila biomassa contoh yang didapatkan hanya sedikit (< 100 gram), maka semua contoh tanaman dijadikan sebagai sampel. Sampel tumbuhan bawah dan serasah kemudian dikeringkan di dalam oven dengan temperatur 800 C untuk mendapatkan berat kering (Hairiah dan Rahayu, 2007).

(36)

dimasukkan dalam oven temperatur 1000 C untuk menghitung berat jenis (Hairiah dan Rahayu, 2007).

Gambar 2. Plot pengamatan untuk menghitung jumlah karbon tersimpan (BSNI) 7724-2011)

Keterangan:

a. Plot pengamatan A untuk fase pohon hidup yang berdiameter > 20 cm. b. Plot pengamatan B untuk tingkatan tiang yang berdiameter 10 – 20 cm. c. Plot pengamatan C untuk pengamatan tingkatan pancang yang berdiameter

< 10 cm.

d. Plot pengamatan D untuk semai yang berdiameter < 5 cm beserta tumbuhan bawah.

G. Analis Data

Berdasarkan tujuan penelitian untuk mengetahui emisi karbon dan karbon ter-simpan di hutan rakyat Desa Buana Sakti, maka akan dilakukan analisis data seperti pendugaan emisi karbon pada penggunaan LPG, bensin, dan listrik serta pendugaan biomassa pada pohon, tiang, pancang, semai, tumbuhan bawah, dan nekromassa.

(37)

2) Emisi Karbon Bensin (IPCC, 2006) E = A x EF

Keterangan:

A : Energi bahan bakar (TJ)

EF : Emisi faktor bensin 69.300 kg CO2/TJ

3) Emisi Karbon Listrik (IPCC, 1996) E = EF x produksi listrik

Keterangan:

EF : Faktor emisi CO2 konsumsi listrik (satuan massa/mwh)

4) Emisi Karbon

Emisi karbon = ∑ LPG + ∑ bensin + ∑ listrik Keterangan :

∑ LPG : Emisi karbon LPG (ton)

∑ bensin : Emisi karbon bensin (ton)

∑ listrik : Emisi karbon listrik (ton)

5) Biomassa Pohon, Tiang, Pancang, dan Semai

(38)

Tabel 1.Persamaan allometrik yang digunakan.

Jenis Tegakan Persamaan Allometrik Sumber

Mahoni BK = 0,902(D2H)0,08 Balai Pemantapan Hutan XI, 2009

Sonokeling BK = 0,745(D2H)0,64 Balai Pemantapan Hutan XI, 2009

Jati BK = 0,015(D2H)1,08 Balai Pemantapan Hutan XI, 2009

Sengon BK = 0,020(D2H)0,93 Balai Pemantapan Hutan XI, 2009

Akasia BK = 0,077(D2H)0,90 Balai Pemantapan Hutan XI, 2009

Pohon-pohon bercabang

BK = 0,11ρ(D)2,62 Hairiyah dan Rahayu, 2007

Pohon tidak bercabang

BK = πρ D2 H /40 Hairiyah dan Rahayu, 2007

Sumber: Balai Pemantapan Hutan XI (2009) serta Hairiah dan Rahayu (2007) Keterangan:

BK : Berat kering (kg/pohon) H : Tinggi total Tanaman (cm)

D : Diameter (cm) setinggi dada (1,3 m)

Ρ : Kerapatan kayu (0,7 gram)

6) Biomassa Tumbuhan Bawah dan Nekromassa

Untuk berat basah dan kering dari tumbuhan bawah dan serasah dapat diguna-kan untuk menduga biomassa dengan menggunadiguna-kan rumus Biomass Expansion Factor (Brown, 1997):

Untuk pohon mati, dapat menggunakan rumus sebagai berikut (Rifyunando, 2011):

BK (kg) = πρ H D2/40 Keterangan:

H : Panjang/tinggi nekromassa (cm) D : Diameter nekromassa (cm)

(39)

7) Karbon Tersimpan pada Hutan Rakyat

Karbon tersimpan pada plot pengamatan jenis monokultur, polikultur, dan agroforestri dapat diketahui dengan rumus yang mengacu dari Badan Standar Nasional Indonesia (BSNI) (7724-2011):

Karbon tersimpan pada plot pengamatan jenis monokultur, polikultur, dan agroforestri = (LHM x KM) + (LHP x KP) + (LHA x KA)

Keterangan:

LHM : Luas tanaman monokultur (ha)

KM : Karbon pada plot pengamatan monokultur (ton) LHP : Luas tanaman polikultur (ha)

KP : Karbon pada plot pengamatan polikultur (ton) LHA : Luas tanaman agroforestri (ha)

KA : Karbon pada plot pengamatan agroforestri (ton)

Karbon tersimpan di Hutan Rakyat Desa Buana Sakti dapat dihitung dengan menggunakan rumus dari Badan Standar Nasional Indonesia (BSNI) (7724-2011):

Karbon tersimpan = KT x LHR Keterangan:

KT : Karbon tersimpan pada plot pengamatan jenis monokultur, polikultur, dan agroforestri (ton/ha)

(40)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A.Kondisi Fisik Wilayah

1. Letak dan Luas Desa Buana Sakti

Desa Buana Sakti terletak di Kecamatan Batanghari, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung. Desa Buana Sakti berdiri pada tahun 1972 berdasarkan Per-aturan Daerah No. 01 tahun 2001 dan Keputusan Bupati Lampung Timur Nomor 13 Tahun 2001 tentang pembentukan 11 kecamatan di Kabupaten Lampung Timur yang terdiri dari 24 kecamatan definitif dan 246 desa. Desa Buana Sakti memiliki luas wilayah kurang lebih 959,18 km. Secara administratif, batas-batas Desa Buana Sakti adalah sebagai berikut (Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Lampung Timur, 2011):

a. Sebelah utara : Berbatasan dengan Way Sekampung. b. Sebelah selatan : Berbatasan dengan Sungai Way Kandis.

c. Sebelah barat : Berbatasan dengan Desa Margototo (Kec. Metro Kibang). d. Sebelah timur : Berbatasan dengan Desa Purwodadi Mekar.

2. Kondisi Topografis

(41)

3. Kondisi Iklim

Desa Buana Sakti termasuk daerah beriklim tropis basah. Temperatur udara maksimum rata-rata 36˚ C, jumlah bulan hujan yaitu sebanyak 4 bulan dalam se-tahun dengan curah hujan yang tinggi kurang lebih 40 mm/bulan (Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Lampung Timur, 2011).

4. Tata Guna Lahan

Menurut penggunaannya, lahan di Desa Buana Sakti terbagi menjadi beberapa bagian yaitu pemukiman penduduk, sekolah, tempat peribadatan, pemakaman umum, sawah/pertanian, dan hutan. Desa Buana Sakti memiliki cukup banyak sumber potensi alam yang bisa dimanfaatkan oleh penduduk sekitar, yaitu 100 ha tanah sawah, 410,18 ha tanah kering/perladangan, 20 ha tanah rawa, dan 10,5 ha fasilitas umum (Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Lampung Timur, 2011).

5. Sarana dan Prasarana

(42)

listrik PLN (Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Lampung Timur, 2011).

B. Keadaan Umum Petani Hutan Rakyat

Keadaan umum masyarakat di Desa Buana Sakti diperlukan untuk mengetahui pengaruh kondisi masyarakat terhadap kinerja masyarakat dalam mengelola lahan hutan rakyat.

1. Umur Petani Hutan Rakyat Desa Buana Sakti

Menurut Badan Pemberdayaan Masya-rakat Desa Kabupaten Lampung Timur, (2011) jumlah petani hutan rakyat Desa Buana Sakti berjumlah 1396 jiwa yang terdiri dari 754 laki-laki dan 642 perempuan, dengan jumlah kepala keluarga 784 KK. Komposisi penduduk berdasarkan umur dikelompokkan menjadi 3 jenis (Badan Pusat Statistik, 2010):

a. Umur 0 – 14 tahun dinamakan usia muda/usia belum produktif

b. Umur 15 – 64 tahun dinamakan usia dewasa/usia kerja/usia produktif. c. Umur 65 tahun ke atas dinamakan usia tua/usia tak produktif/usia jompo. Distribusi jumlah penduduk Desa Buana Sakti berdasarkan umur secara lengkap disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Distribusi jumlah penduduk berdasarkan umur.

Kelas umur Jumlah orang Persentase (%)

0 – 14 87 6

15 – 64 1.266 91

65 ke atas 43 3

Jumlah 1396 100

(43)

Jumlah penduduk usia produktif merupakan jumlah yang paling banyak yang ada di Desa Buana Sakti. Dengan demikian dapat diketahui bahwa di desa ini usia dewasa atau usia kerja merupakan yang paling banyak sehingga masih memiliki potensial untuk melakukan usaha. Mata pencarian penduduk di Desa Buana Sakti antara lain PNS, pedagang, petani, pengrajin, swasta, dan buruh. Sebaran mata pencarian penduduk disajikan dalam Tabel 3:

Tabel 3. Sebaran mata pencarian pokok penduduk di Desa Buana Sakti. Mata pencarian pokok Jumlah (jiwa) Persentase (%)

PNS 11 0,40

Sumber: Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Lampung Timur, 2011

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa mata pencaharian penduduk Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari beraneka ragam. Mata pencarian yang paling banyak adalah sebagai petani 79,40 %. Hal ini dikarenakan sebagian besar perekonomian masyarakat yang rendah sehingga masyarakat tidak mendapatkan pekerjaan selain petani.

2. Tingkat Pendidikan

(44)

menyelesaikan program pendidikan wajib belajar 6 tahun atau menyelesaikan sampai tingkat SD.

Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat disebabkan oleh faktor ekonomi masyarakat dan fasilitas sekolah yang ada di Desa Buana Sakti masih sedikit yaitu hanya terdapat 3 sekolah SD. Selain itu, untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi harus pergi keluar daerah yang jarak ke SMP dan SMA terdekat 7 km.

Tingkat pendidikan petani hutan rakyat akan mempengaruhi pengetahuan dan teknologi yang diterapkan oleh petani hutan rakyat dalam mengelola lahan hutan rakyat karena pendidikan sangat berhubungan dengan pengetahuan, pengalaman, keterampilan, dan sikap dalam mengambil keputusan ataupun bertindak.

3. Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan keluarga petani hutan rakyat di Desa Buana Saktiberkisar antara 1 – 5 orang. Hal ini dikarenakan hampir semua penduduk desa anaknya menikah di usia muda sehingga tidak ditanggung oleh kepala keluarga lagi.

4. Luas Lahan Hutan Rakyat

(45)

sema-kin besar luas lahan akan semasema-kin tinggi juga hasil tanaman yang akan diperoleh dari pengelolaan hutan rakyat.

5. Status Lahan Hutan Rakyat

(46)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan:

1. Emisi karbon dari penggunaan LPG, bensin, dan listrik adalah 0,007 ton, 0,018 ton, dan 6,13 ton. Dari data tersebut, total emisi karbon dari aktivitas masyarakat di Desa Buana Sakti adalah 6,16 ton.

2. Karbon tersimpan pada plot pengamatan adalah 0,70 ton/ha dan karbon tersimpan di hutan rakyat Desa Buana Sakti adalah 95,03 ton.

3. Perbandingan emisi karbon yang berasal dari penggunaan bensin, LPG, dan listrik dengan kemampuan hutan rakyat menyerap karbon adalah 1:15.

B.Saran

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Arief, A. 2005. Hutan dan Kehutanan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Arikunto, S. 2000. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta. 645 hal.

Arupa. 2002. Hutan Rakyat di Wonosobo (Kearifan Rakyat yang Menjadi Sumber Inspirasi Perda No.22/2001) http://www.arupa.or.Id/articlelistindexlist. Htm/news/januari 2002/index.htm. (30 Januari 2002).

Asril. 2009. Pendugaan Cadangan Karbon di Atas Permukaan Tanah Rawa Gambut di Stasiun Penelitian Suaq Balimbing Kabupaten Aceh Selatan Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Program Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara.

Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Lampung Timur. 2011. Profil Desa Buana Sakti. Tidak dipublikasikan. 21 hal.

.

BSN (Badan Standardisasi Nasional). 2011. SNI 7724. Pengukuran dan Penghitungan Cadangan Karbon. Pengukuran Lapangan untuk Penaksiran Cadangan Karbon Hutan (Ground Based Forest Carbon Accounting). Standard Nasional Indonesia. Badan Standardisasi Nasional. Jakarta

Barus V. 1997. Hutan Rakyat, Hutan untuk Masa Depan, Yayasan Lestari Budaya. Jakarta.

Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2010. Hasil Sensusu Penduduk 2010 (Data Agregat per Kabupaten/Kota Provinsi Lampung). Laporan Eksekuitif BPS. Lampung.

CIFOR. 2010. REDD, Apakah itu? Pedoman Cifor Tentang Perubahan Iklim dan REDD. CIFOR. Bogor.

(48)

Mengurangi Pemanasan Global. Departemen Kehutanan. Jakarta

Fathonah, D.S. 2013. Simpanan Karbon pada Komponen Biomassa Vegetasi Hutan Rakyat di Desa Plipir, Kecamatan Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Jawa Tengah.

Hairiah, K. dan S, Rahayu. 2007. Pengukuran Karbon Tersimpan di Berbagai Macam Penggunaan Lahan. World Agroforestry Centre. Bogor.

Hairiah, K. dan S, Rahayu. 2010. Mitigasi Perubahan Iklim. Agroforestri untuk Mempertahankan Cadangan Karbon Lanskap. Simposium Kopi. Bali.

IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change). 2007. Contribution of Working Group III to the Fourth Assessment Report of theIntergovernmental Panel on Climate Change. B. Metz, O.R. Davidson, P.R. Bosch, R. Dave, L.A. Meyer (eds). Cambridge University Press, Cambridge, United Kingdom and New York, NY, USA. Carbon Cycle in the Asia pacific Region. Science in China.

Longman, K.A. dan J. Jenik. 1987. Tropikal Forestand Its Environment. Longman Group Limited. China.

Mansur, I. dan F. D. Tuheteru. 2010. Kayu Jabon. Penebar Swadaya. Jakarta.

Murdiyarso, D. 2003. Protokol Kyoto: Implikasinya bagi Negara Berkembang. Penerbit Buku Kompas. Jakarta.

PLN. 2015. Data Penggunaan Listrik Desa Buana Sakti Bulan Oktober 2013 –2014. Lampung.

(49)

Sutaryo, D. 2009. Penghitungan Biomassa: Sebuah Pengantar untuk Studi Karbon dan Perdagangan Karbon. Wetlands International Indonasia Programme. Bogor.

Gambar

Gambar 2. Plot pengamatan untuk menghitung jumlah karbon tersimpan (BSNI) 7724-2011)
Tabel 3. Sebaran mata pencarian pokok penduduk di Desa Buana Sakti.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan persentase kesalahan ramalan yang diperoleh pada hasil dan pembahasan, maka pera- malan dengan menggunakan metode deseasonalized baik digunakan untuk

Hasil dari hitung , F hitung dan nilai Sig menunjukkan bahwa nilai hitung dan F hitung bernilai positif, nilai Sig yang diperoleh lebih kecil dari (0,05),

Dari kedua contoh tersebut, maka dapat diketahui bahwa campur kode yang dilakukan oleh seorang guru yaitu menggunakan bahasa. Indonesia, bahasa Inggris,

Yaitu kondisi ketika individu mampu pulih kembali pada fungsi psikologis dan emosi secara wajar dan mampu beradaptasi dalam kondisi yang menekan, walaupun masih

Hasil uji simultan menunjukkan bahwa secara keseluruhan variabel jumlah kepadatan penduduk, kemiskinan, petugas keamanan, penduduk pendatang dan tingkat pendidikan tinggi

Analisis efektivitas Program UPPKS dilakukan dengan membandingkan realisasi jumlah rata-rata efektivitas dari seluruh indikator variabel baik input, proses dan

[r]

mengukur daya ledak otot tungkai. Lari jauh adalah untuk mengetahui atau mengukur daya tahan paru, jantung, dan pembuluh darah. Populasi dalam penelitian ini adalah