• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TYPE TALKING STICK PADA PEMBELAJARAN PKn DI KELAS VA SDN 2 METRO SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TYPE TALKING STICK PADA PEMBELAJARAN PKn DI KELAS VA SDN 2 METRO SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TYPE TALKING STICK

PADA PEMBELAJARAN PKn DI KELAS VA SDN 2 METRO SELATAN

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh

HAJI WIRAHANA

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn kelas VA SDN 2 Metro Selatan, diketahui ketuntasan hasil belajar baru mencapai 22% selebihnya 78% siswa belum tuntas dengan KKM 60. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn dengan menggunakan model cooperative learning type talking stick.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang terdiri dari empat tahap yaitu (a) perencanaan, (b) pelaksanaan, (c) observasi, dan (d) refleksi. Data dikumpulkan melalui lembar observasi dan soal tes pada setiap siklus. Data yang sudah terkumpul dianalisis dengan analisis kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunan model cooperative learning type talking stick dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari persentase rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I yaitu 65,28% (cukup aktif) meningkat pada siklus II menjadi 85,41% (sangat aktif), dengan peningkatan sebesar (20,13%). Sementara itu nilai rata-rata kinerja guru pada siklus I yaitu 68,21 (cukup baik) meningkat pada siklus II menjadi 87,5 (sangat baik). Persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 53,06 kemudian meningkat menjadi 85,28 pada akhir siklus II.

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia menaruh harapan yang sangat besar terhadap pendidikan untuk memperbaiki generasi penerus bangsa, karena pendidikan merupakan sarana untuk membentuk tunas bangsa yang cerdas. Setiap jenjang pendidikan yang ditempuh diharapkan lebih baik dari sebelumnya. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menjelaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia (1) beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (2) berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan (3) menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

(3)

Berdasarkan tujuan tersebut, pembelajaran PKn diharapkan dapat membentuk siswa yang cinta tanah air, saling menghargai, cerdas, bertanggung jawab, dan siswa yang bermoral sesuai pancasila. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, guru seharusnya menguasai materi pembelajaran, memiliki strategi agar siswa dapat belajar aktif dan efisien. Guru juga dituntut dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif agar siswa menguasai materi pembelajaran.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti pada pembelajaran PKn di kelas VA Sekolah Dasar Negeri 2 Metro Selatan tanggal 6 Juni 2012, diketahui ketuntasan hasil belajar siswa baru mencapai 22% selebihnya 78% siswa belum tuntas dengan KKM yang ditentukan sekolah sebesar 60. Pembelajaran PKn didominasi dengan metode ceramah dan diakhiri dengan tanya jawab. Aktivitas siswa sebatas menjadi pendengar, siswa enggan bertanya sehingga siswa terlihat pasif. Saat pembelajaran berlangsung banyak siswa yang mengobrol, mengantuk, kurang bersemangat, dan kurang memperhatikan saat guru menjelaskan materi. Pembelajaran yang demikian menjadi indikasi pembelajaran yang berpusat pada guru

Sehubungan dengan masalah di atas, diperlukan perbaikan model yang dapat memotivasi siswa agar lebih aktif, dan kreatif sehingga dapat mengembangkan potensi dan kemampuan yang dimiliki siswa, serta dapat menemukan makna yang dalam dari apa yang dipelajarinya. Salah satu model yang dipandang dapat memfasilitasi yaitu model cooperative learning type talking stick. Suprijono (2009: 109) menyatakan bahwa model

(4)

Pembelajaran talking stick sangat cocok diterapkan bagi siswa SD. Selain untuk melatih berbicara, pembelajaran ini akan menciptakan suasana yang menyenangkan dan membuat siswa aktif (lilik: 2012). Strategi pembelajaran cooperative memberikan peluang kepada siswa yang berlatar belakang dan kondisi yang berbeda untuk bekerja sama satu dengan lainnya dalam menyelesaikan tugas bersama dan belajar saling menghargai. Berdasarkan penelitian Slavin (1994), teknik-teknik pembelajaran cooperative lebih unggul atau lebih baik dalam meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan pengalaman-pengalaman individual atau kompetitif. Selanjutnya, penelitian Lundgren mengungkapkan pembelajaran cooperative type talking stick memiliki dampak positif kepada siswa yang hasil belajarnya rendah (Suwarjo 2008: 28-100).

Berdasarkan latar belakang di atas, maka telah dilakukan perbaikan pembelajaran melalui model cooperative learning type talking stick untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada pembelajaran PKn di Kelas VA SDN 2 Metro Selatan tahun pelajaran 2012/2013.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diindentifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Guru lebih sering menyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan metode ceramah dan diakhiri dengan tanya jawab.

2. Siswa hanya berperan sebagai pendengar dan siswa tidak berani mengemukakan pendapat (siswa pasif).

(5)

4. Pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher center).

5. Ketuntasan belajar siswa masih rendah yaitu 22% dari jumlah siswa dengan nilai KKM 60.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah meningkatan aktivitas belajar siswa melalui model cooperative learning type talking stick pada pembelajaran PKn di kelas VA Sekolah Dasar

Negeri 2 Metro Selatan tahun pelajaran 2012/2013?

2. Bagaimanakah meningkatan hasil belajar siswa melalui model cooperative learning type talking stick pada pembelajaran PKn di kelas VA Sekolah Dasar Negeri 2

Metro Selatan tahun pelajaran 2012/2013?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini mempunyai tujuan untuk:

1. Meningkatan aktivitas belajar siswa melalui model cooperative learning type talking stick pada pembelajaran PKn di kelas VA Sekolah Dasar Negeri 2 Metro Selatan

tahun pelajaran 2012/2013.

2. Meningkatan hasil belajar siswa melalui model cooperative learning type talking stick pada pembelajaran PKn di kelas VA Sekolah Dasar Negeri 2 Metro Selatan

(6)

E. Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1. Siswa

Lebih aktif dan bersemangat dalam belajar sehingga materi yang diberikan oleh guru dapat dipahami dengan baik.

2. Guru

Memperluas wawasan dan pengetahuan guru Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Dasar mengenai penggunaan model cooperative learning type talking stick. 3. Sekolah

Memberikan masukan bagi sekolah yang dalam upaya peningkatan nilai pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

4. Mahasiswa

(7)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Model pembelajaran

1. Pengertian Pembelajaran

Sebelum proses pembelajaran guru mempesiapkan perangkat pembelajaran. Pelaksanaan proses pembelajaran pada dasarnya guru menerapkan model pembelajaran. Model pembelajaran merupakan gambaran kegiatan pembelajaran yang meliputi langkah-langkah pembelajaran yang urut. Menurut Sukirman dan Jumhana (2006:10) pembelajaran adalah proses interaksi lingkungan, antara guru dan unsur-unsur pembelajaran lain maupun dengan siswa itu sendiri. Menurut Corey (Ruminiati 2007: 1.14) pembelajaran adalah proses dimana lingkungan seseorang dikelola secara sengaja untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu, sehingga dalam kondisi-kondisi khusus akan menghasilkan respons terhadap situasi tertentu juga.

(8)

(4) Menantang, dan (5) Motivasi merupakan aspek yang sangat penting dimana siswa mendapat dorongan yang memungkinkan siswa untuk bertindak dan melakukan sesuatu.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan serangkaian peristiwa yang dirancang oleh guru, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2. Pengertian Model Cooperative Learning

Model cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa (Isjoni, 2009: 9). Menurut Panitz (Suprijono, 2009: 54) istilah untuk menyebut pembelajaran berbasis sosial yaitu pembelajaran cooperative learning dan kolaboratif. Kolaboratif adalah mengenai tanggung jawab pribadi dan sikap menghormati, sedangkan pembelajaran cooperative learning adalah konsep yang meliputi semua jenis kerja kelompok. Artzt dan Newman (Tritanto, 2009: 56) menyatakan bahwa dalam belajar cooperative siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam

menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Jadi setiap kelompok memiliki tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan kelompoknya. Pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning, siswa bukan hanya belajar dan menerima apa yang

(9)

siswa lainnya serta mempunyai kesempatan untuk membelajarkan siswa yang lain (Solihatin & Raharjo, 2008: 2).

Roger, dkk. (Huda, 2011: 29) menyatakan cooperative learning is group learning activity organizein sunc as a way that learningis based on the cocially struktured change of information between learner in group in wich each leaner is held accontable for his or her own learning and is motivated to increase the learning of the others (pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial diantara kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatnya pembelajaran anggota-anggota lain).

Berdasarkan pengertian cooperative learning tersebut dapat disimpulkan bahwa model cooperative laerning merupakan cara belajar yang membutuhkan kerja sama yang baik bersama teman kelompok dan pembelajaran berpusat pada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

3. Komponen Pembelajaran Cooperative Learning

Terdapat beberapa komponen yang membedakan pembelajaran yang menggunakan kelompok biasa dengan pembelajaran Cooperative Learning.

Menurut Muslimin, dkk, (Widyantini, 2008: 4) prinsip dasar dalam Cooperative Learning adalah sebagai berikut:

1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.

2. Setiap anggota kelompoknya (siswa) harus mengetahui bahwa setiap anggota kelompok memiliki tujuan yang sama.

3. Setiap anggota kelompoknya (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.

(10)

5. Setiap anggota kelompoknya (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.

6. Setiap anggota kelopoknya (siswa) akan diminta untuk mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok.

Sedangkan Menurut Jasmine (2007: 141) komponen dasar pembelajaran Cooperative Learning adalah sebagai berikut: 1. Semua anggota kelompok perlu bekerja sama untuk

menyelesaikan tugas. Tidak boleh seorang selesai sampai seluruh anggota kelompok selesai. Tugas dan aktivitas sebaiknya dirancang sedemikian rupa agar masing-masing anggota tidak menuntaskan bagiannya sendiri.

2. Kelompok yang dibentuk seharusnya heterogen. Sehingga ada keseimbangan antara kemampuan di dalam kelompok. 3. Aktivitas pembelajaran perlu dirancang sedemikian rupa

agar siswa berkontribusi dan setiap kelompok dapat di evaluasi atas kinerjanya

4. Setiap kelompok perlu mengetahui tujuan akademik maupun sosial, agar siswa mengetahui apa yang diharapkan dalam pembelajaran.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran cooperative learning setiap anggota bekerja sama, kelompok seharusnya heterogen, aktivitas pembelajaran perlu dirancang, dan setiap kelompok perlu mengetahui tujuan pembelajaran agar siswa lebih tanggung jawab secara individual maupun kelompok.

4. Tujuan Cooperative Learning

(11)

kelas sosial, atau kemampuannya. Menurut Martati (2010:15) Tujuan cooperative learning dikembangkan paling sedikit tiga tujuan penting, yaitu tujuan yang pertama cooperative learning dimaksudkan untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam tugas-tugas akademis yang penting. Tujuan kedua adalah toleransi dan penerimaan yang lebih luas terhadap orang-orang yang berbeda ras, budaya, kelas sosial, atau kemampuannya. Tujuan ketiga adalah mengajarkan keterampilan kerja sama dan berkolaborasi kepada siswa. Tujuan tersebut dapat dilihat dari bagan dibawah ini:

Gambar 1. Tujuan cooperative learning Sumber: Diadopsi dari (Martati 2010: 15)

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa cooperative learning bertujuan agar siswa dapat belajar bertanggung

jawab dan belajar berkerja sama dengan baik untuk mencapai tujuan belajar.

Cooperative Learning

Pengembangan Keterampilan Sosial Prestasi

Akademik

Toleransi dan Penerimaan

(12)

5. Kelebihan dan Kekurangan Cooperative Learning

Kelebihan cooperative learning jika dilihat dari siswa, yaitu memberikan peluang kepada siswa agar siswa dapat mengemukakan pendapat, membahas suatu pandangan, pengalaman yang diperoleh siswa pada saat belajar secara bersama dalam merumuskan ke arah pandangan kelompok (Isjoni, 2010: 22). Melibatkan semua siswa secara langsung, tingkat penguasaan bahan dapat diuji, mengembangkan cara berfikir, siswa dapat memperoleh kepercayaan diri, mengembangkan sikap sosial (Tritanto, 2009: 134).

Arends (Asma, 2006: 26) dalam penelitiannya menyatakan bahwa tidak satupun studi menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memberikan pengaruh negatif. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan model-model yang ada dalam pembelajaran kooperatif tebukti lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan dengan model-model pembelajaran individual yang digunakan selama ini. Penelitian ini juga melihat peningkatan belajar tejadi tidak tergantung pada usia siswa, mata pelajaran, atau aktivitas siswa.

Sedangkan menurut Jarolimek & Parker (Isjoni, 2009: 24) terdapat beberapa keunggulan dan kelemahan dalam model cooperative learning yaitu sebagai berikut:

a. Keunggulan cooperative learning : 1. saling ketergantungan yang positif,

2. adanya kemampuan dalam merespon perbedaan individu 3. siswa dilibatkan dalam perencanaandan pengelolaan

kelas

4. suasana yang rileks dan menyenangkan

(13)

6. memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan.

b. Kelemahan pembelajaran kooperatif yaitu:

1. guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang dan membutuhkan banyak tenaga

2. membutuhkan fasilitas, alat dan biaya yang memadai 3. selama diskusi kelompok berlangsung, ada kecendrungan

topik permasalahan meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan

4. saat diskusi kelas, terkadang didominasi seseorang, sehingga mengakibatkan banyak siswa yang pasif.

6. Macam-macam Model Cooperative Learning

Untuk memilih tipe yang tepat untuk digunakan dalam pembelajaran, peneliti harus mengetahui tipe-tipe dari model pembelajaran cooperative learning misalnya, tipe Student Teams Achivement Divisions (STAD), JIGSAW, Team Games Tournament (TGT) atau tipe talking stick.

(14)

(6) Talking Stick yaitu model pembelajaran yang mampu mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat dan melatih daya ingat siswa dalam memahami materi pokok.

Dari model-model yang telah dijelaskan di atas maka peneliti memilih model cooperative learning type talking stick dalam pembelajaran ini siswa dituntut untuk bisa saling bekerja sama bersama dengan kelompok, serta mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang sedang dipelajari.

7. Langkah-Langkah Pembelajaran Cooperative Learning

Menurut Suprijono (2011, 65) cooperative learning memiliki 6 fase diantaranya:

Tabel 1. Fase Cooperative Learning

FASE-FASE PRILAKU GURU

Fase 1 Present goalts and set Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan

mempersiapkan siswa untuk siap belajar

Fase 2 present information Menyajikan informasi

Mempresentasikan informasi kepada siswa secara verbal Fase 3 Organize students into

learning teams

Mengorganisasikan siswa ke dalam tim-tim belajar

Memberikan penjelasan kepada siswa tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok

melakukan transisi yang efisien

Fase 4 Assis teamwork and study Membantu kerja tim dan belajar

Membantu tim-tim belajar selama siswa mengerjakan tugasnya.

Fase 5 test on the materials mengevaluasi

Menguji kemampuan siswa mengenai berbagai materi pembelajaran/ kelompok-kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

Fase 6 Provide recognition Memberi pengakuan atau penghargaan

(15)

B. Model Cooperative Learning Type Talking Stick

1. Pengertian Cooperative Learning Type Talking Stick

Talking stick termasuk salah satu model pembelajaran yang dilakukan

dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya. Menurut Suprijono (2009: 109) model pembelajaran talking stick merupakan pembelajaran yang mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat. Model pembelajaran talking stick ini sangat tepat digunakan dalam pengembangan proses pembelajaran PAIKEM yaitu pembelajaran partisipatif, aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Pembelajaran talking stick sangat cocok diterapkan bagi siswa SD. Selain untuk melatih berbicara, pembelajaran ini akan menciptakan suasana yang menyenangkan dan membuat siswa aktif (Lilik: 2012).

(16)

Berdasarkan pendapat para ahli di atas model cooperative learning type talking stick adalah model pembelajaran yang menyenangkan dan mendorong keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat, serta menumbuhkan rasa percaya diri siswa.

2. Langkah-langkah Cooperative Learning Type Talking Stick

Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning type talking stick

Suprijono (2009: 109-110) menyatakan bahwa terdapat langkah-langkah dalam pembelajaran Cooperative Learning Type Talking Stick yakni sebagai berikut:

1. Guru membentuk kelompok yang terdiri atas 4 orang. 2. Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm. 3. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, 4. kemudian memberikan kesempatan para kelompok untuk

membaca dan mempelajari materi pelajaran.

5. Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam wacana.

6. Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya, guru mempersilahkan anggota kelompok untuk menutup isi bacaan.

7. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu anggota kelompok, setelah itu guru memberi pertanyaan dan anggota kelompok yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.

8. Siswa lain boleh membantu menjawab pertanyaan jika anggota kelompoknya tidak bisa menjawab pertanyaan. 9. Ketika stick bergulir dari kelompok ke kelompok lainnya

sebaiknya diiringi musik atau lagu 10. Guru memberikan kesimpulan.

11. Guru melakukan evaluasi/penilaian, baik secara kelompok maupun individu.

(17)

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa model cooperative learning type talking stick merupakan pembelajaran yang memiliki ciri-ciri (1) menggunakan tongkat yang telah disiapkan, (2) menggunakan musik/lagu, (3) diskusi kelompok kecil, (4) menjawab pertanyaan yang telah disiapkan, (5) evaluasi, dan (6) penutup.

3. Kelemahan dan Kelebihan Cooperative Learning Type Talking Stick Setiap pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, Demikian pula dengan model pembelajaran cooperative learning type talking stick memiliki kelebihan dan kekurangan.

Menurut Suprijono (2009: 110) kelebihan dan kelemahan pembelajaran cooperative learning type talking stick sebagai berikut:

a. Kelebihan model talking stick 1. Menguji kesiapan siswa

2. Melatih siswa membaca dan memahami materi dengan cepat

3. Memacu siswa agar lebih giat belajar 4. Siswa berani mengemukakan pendapat b. Kekurangan model talking stick

1. membuat siswa senam jantung.

2. Ketakutan akan pertanyaan yang akan diberikan oleh guru. 3. Tidak semua siswa siap menerima pertanyaan.

(18)

C. Pembelajaran PKn di SD

Pendidikan kewarganegaraan terbagi menjadi dua yaitu pendidikan dan pendidikan kewarganegaraan. Menurut Soemantri (Ruminiati, 2007: 1.25) pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) tidak sama dengan Pendidikan Kewarganegara (PKN), PKN merupakan mata pelajaran sosial yang bertujuan untuk membentuk atau membina warga negara yang baik, yaitu warga negara yang tahu, mau dan mampu untuk berbuat baik. Sedangkan menurut Putra (Ruminiati, 2007: 1.9) PKn adalah Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu pendidikan yang menyangkut status formal warga negara.

Sumarsono, dkk (2006: 6-7) menyatakan bahwa tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah membuahkan sikap mental yang cerdas, penuh rasa tanggung jawab dari peserta didik. Sikap ini disertai dengan prilaku:

1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menghayati nilai-nilai falsafah bangsa.

2. Berbudi pekerti luhur, berdisiplin, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

3. Rasional, dinamis, dan sadar akan hak dan kewajiban sebagai warga negara.

4. Bersifat profesional, yang dijiwai oleh kesadaran bela negara. 5. Aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni

untuk kepentingan kemanusiaan, bangsa, dan negara.

(19)

D. Pengertian Belajar

Belajar dapat kita lakukan dimana saja dan kapan saja. Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Menurut Poerwanto (2008: 84) belajar adalah proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan yang dibedakan dari perubahan-perubahan oleh faktor-faktor yang tidak termasuk latihan. Menurut Suprijono (2009: 4) belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup. Salah satu tanda orang belajar adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya, baik perubahan yang bersifat pengetahuan dan keterampilan maupun yang menyangkut nilai dan sikap.

(20)

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah sebuah proses interaksi yang diikuti adanya suatu kegiatan, sehingga mempengaruhi perubahan pola pikir dan tingkah laku seseorang. Belajar menekankan pada proses belajar itu sendiri, bukan semata-mata hasil belajar.

E. Pengertian Aktivitas Belajar

Aktivitas merupakan sebuah proses yang melibatkan fisik dan pikiran yang mengakibatkan perubahan tingkah laku. Sardiman (2008: 10) mengungkapkan bahwa aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Sejalan dengan itu Dimyati dan Mudjiono (2002: 236) mengemukakan bahwa dalam kegiatan belajar, kedua aktivitas itu harus saling berkaitan, aktivitas belajar dialami oleh siswa sebagai suatu proses, yaitu merupakan kegiatan mental mengolah bahan belajar atau pengalaman. Aktivitas belajar adalah suatu proses kegiatan belajar siswa yang menimbulkan perubahan-perubahan dalam tingkah laku. Aktivitas belajar siwa adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dalam memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut (Kunandar, 2010: 177).

(21)

F. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perolehan hasil melalui proses Menurut Anitah (2009: 2.19) hasil belajar adalah kulminasi dari suatu proses yang telah dilakukan dalam belajar. Jadi hasil belajar merupakan akibat dari suatu pengalaman siswa setelah mengikuti proses pembelajaran, baik berupa pengetahuan maupun sikap. KBBI (2007: 381) mengartikan bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang diadakan oleh adanya usaha belajar. Menurut Dimyati dan mudjiono (2002: 3) hasil belajar merupakan hasil dari prilaku belajar siswa dan prilaku mengajar guru, hasil belajar dari sisi siswa merupakan berakhirnya penggal dan puncak suatu proses belajar. Selain itu hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apersiasi dan keterampilan.

(22)

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan akibat dari suatu proses belajar yang diakumulasikan melalui angka sebagai alat ukur kemampuan siswa dalam menyerap materi yang telah dipelajari.

G. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas dapat dirumuskan hipotesis tindakan yaitu ”Apabila dalam pembelajaran PKn menggunakan model pembelajaran cooperative learning type talking stick di terapkan sesuai dengan

(23)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas, atau dikenal dengan classroom action research. Secara garis besar penelitian tindakan kelas diawali dengan perencanaan (planning), pelaksanaan (action), observasi (observation) dan melakukan refleksi (reflection) dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (Hopkins dalam Arikunto, dkk., 2006: 58). Adapun siklus penelitian tindakan kelas sebagai berikut:

Gambar 2. Siklus Penelitian Tindakan Kelas Sumber: Diadopsi dari (Arikunto: 2006)

SIKLUS I

SIKLUS II

Dst

Pelaksanaan Refleksi

Pengamatan

Perencanaan

Pelaksanaan

Pengamatan Refleksi

(24)

B. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VA SDN 2 Metro Selatan, yang berlokasi di Kelurahan Rejomulyo, Kecamatan Metro Selatan, Kota Metro.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil, selama kurang lebih kurang 6 bulan. Kegiatan penelitian dimulai dari perencanaan sampai penulisan laporan hasil penelitian pada bulan Agustus sampai Januari tahun 2012.

3. Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara kolaboratif partisipatif antara peneliti dengan guru. Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas VA SDN 2 Metro Selatan. Jumlah 18 orang siswa dengan rincian 9 orang siswa laki-laki dan 9 orang siswa perempuan.

C. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti mengumpulkan seluruh data selama pelaksanaan tindakan.

1. Tehnik observasi, digunakan mengumpulkan data mengenai kinerja guru dan aktivitas belajar siswa selama penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran PKn.

(25)

D. Alat Pengumpul Data 1. Lembar panduan observasi

Digunakan untuk mendapatkan data aktivitas siswa dan kinerja guru pada saat proses pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning type talking stick berlangsung, hal ini dilakukan oleh pengamat

(observer).

2. Soal-soal tes

Digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa. Tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada siklus I dan tes pada siklus II. Pengumpulan data tes untuk mengungkapkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran serta mengetahui ketercapaian indikator pembelajaran menggunakan model cooperative learning type talking stick. Alat pengumpulan data yang digunakan yaitu melalui tes formatif. Soal tes formatif tersebut dibuat berdasarkan pengetahuan siswa pada pratindakan, siklus I dan siklus II.

E. Teknik Analis Data

(26)
[image:26.595.158.385.167.250.2]

1. Analisis data kualitatif digunakan untuk memberi makna dari aktivitas siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung.

Tabel 2. Persentase aktivitas belajar siswa Rentang Nilai Kategori

85 – 100 Sangat aktif

75 – 84 Aktif

65 – 74 Cukup aktif 45 – 64 Kurang aktif (Adaptasi, Arikunto, 2006: 44)

Tabel 3. Persentase kinerja guru

Rentang Nilai Kategori

85,01% - 100 % Sangat baik

75, 01 % - 84 % Baik

65, 01 % - 74, 00 % Cukup baik 45, 01 % - 64,00 % Kurang baik

(Adaptasi, Triyana, Arifah Nur dalam Http: www.scribd.com)

2. Analisis kuantitatif dilakukan dengan cara memadukan data secara keseluruhan. Analisis dan pendeskripsian data non tes yang bertujuan untuk mengungkapkan semua prilaku dan perubahannya selama pembelajaran berlangsung dari siklus I dan II.

a. Rumus analisis aktivitas belajar siswa: Nilai Siswa = Skor yang diperoleh X 100

Skor maksimal

b. Rumus persentase ketuntasan belajar secara klasikal: Ketuntasan klasikal = Jmlh siswa yang tuntas X 100

[image:26.595.157.444.294.380.2]
(27)

F. Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas Siklus I

Siklus I materi pembelajarannya adalah ”Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)”. Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh yaitu sebagai berikut:

a. Perencanaan (planning)

Sebelum pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning type talking stick pada pembelajaran PKn di kelas

VA SDN 2 Metro Selatan, peneliti melakukan persiapan sebagai berikut: 1. Menyiapkan perangkat pembelajaran seperti: pemetaan SK KD,

silabus, Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP), lembar evaluasi yang disesuaikan dengan materi, sumber belajar (buku paket), dan media pembelajaran yang akan digunakan selama proses pembelajaran berlangsung.

2. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa, dan kinerja guru, sehingga dapat diketahui dan diperoleh data sejauh mana perkembangan guru dan juga siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

b. Pelaksanaan (action)

(28)

Kegiatan Awal

1. Guru mengkondisikan kelas untuk memulai kegiatan pembelajaran. 2. Mendata kehadiran siswa.

3. Guru memberi nomor urut kepada siswa untuk memudahkan dalam mengamati aktivitas siswa

4. Guru menyampaikan apersepsi untuk menggali pengetahuan awal dan pengalaman.

Kegiatan Inti

1. Guru membentuk kelompok yang terdiri atas 4 orang. 2. Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm.

3. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan mempelajari materi pelajaran.

4. Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam wacana. 5. Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya, guru mempersilahkan anggota kelompok untuk menutup isi bacaan.

6. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu anggota kelompok, setelah itu guru memberi pertanyaan dan anggota kelompok yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.

(29)

8. Ketika stick bergulir dari kelompok ke kelompok lainnya dengan iringan musik atau lagu

9. Siswa mengerjakan soal evaluasi (post tes).

10. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami.

11. Guru bersama siswa meluruskan dan memperjelas dari setiap jawaban kelompok.

Kegiatan akhir

1. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari. 2. Guru memberikan tindak lanjut terhadap materi pelajaran yang telah

dipelajari.

3. Guru memberikan penguatan dan motivasi kepada siswa. 4. Salam penutup.

c. Observasi (observation)

Pada tahap observasi peneliti mengamati aktivitas siswa serta kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung. Mengamati hal tersebut dengan cara memberikan tanda ceklis pada lembar observasi yang telah disiapkan.

d. Refleksi (reflection)

(30)

Siklus II

Siklus II materi pembelajarannya adalah ”Menjaga keutuhan Negara Republik Indonesia”. Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh yaitu sebagai berikut:

a. Perencanaan (planning)

Sebelum pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning type talking stick pada pembelajaran PKn di kelas

VA SDN 2 Metro Selatan, peneliti melakukan persiapan sebagai berikut: 1. Menyiapkan perangkat pembelajaran seperti: pemetaan SK KD,

silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar evaluasi yang disesuaikan dengan materi, sumber belajar (buku paket), dan media pembelajaran yang akan digunakan selama proses pembelajaran berlangsung.

2. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa, dan kinerja guru, sehingga dapat diketahui dan diperoleh data sejauh mana perkembangan guru dan juga siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

b. Pelaksanaan (action)

(31)

Kegiatan Awal

1. Guru mengkondisikan kelas untuk memulai kegiatan pembelajaran. 2. Mendata kehadiran siswa.

3. Guru memberi nomor urut kepada siswa untuk memudahkan dalam mengamati aktivitas siswa

4. Guru mengkomunikasikan tujuan pembelajaran.

5. Guru menyampaikan apersepsi menggali pengetahuan awal dan pengalaman siswa.

Kegiatan Inti

1. Guru membentuk kelompok yang terdiri atas 4 orang. 2. Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm.

3. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan mempelajari materi pelajaran.

4. Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam wacana. 5. Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya, guru mempersilahkan anggota kelompok untuk menutup isi bacaan.

(32)

7. Siswa lain boleh membantu menjawab pertanyaan jika anggota kelompoknya tidak bisa menjawab pertanyaan.

8. Ketika stick bergulir dari kelompok satu menuju kelompok lainnya dengan iringan musik atau lagu.

9. Siswa mengerjakan soal evaluasi (post tes).

10. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami.

11. Guru bersama siswa meluruskan dan memperjelas dari setiap jawaban kelompok.

Kegiatan akhir

1. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari. 2. Guru memberikan tindak lanjut terhadap materi pelajaran yang telah

dipelajari.

3. Guru memberikan penguatan dan motivasi kepada siswa. 4. Salam penutup.

c. Observasi (observation)

(33)

d. Refleksi (reflection)

Hasil observasi direfleksi serta dianalisis sehingga dari hasil refleksi diperoleh kelemahan dan kelebihan dalam pembelajaran. Hasil analisis data yang diperoleh dalam tahap ini akan digunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya.

G. Indikator Keberhasilan

(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa:

1. Pembelajaran dengan menerapkan model cooperative learning type talking stick pada pembelajaran PKn dapat meningkatkan aktivitas

belajar siswa. Hal ini sesuai dengan pengamatan observer yang telah dilakukan terhadap siswa, mulai dari siklus I hingga mencapai indikator keberhasilan pada siklus II. Terbukti dengan adanya peningkatan pada siklus I nilai rata-rata aktivitas belajar siswa mencapai 65,28 dalam katagori cukup aktif, kemudian meningkat pada siklus II menjadi 85,41 dalam katagori sangat aktif dengan peningkatan sebesar 20,13. Pembelajaran dengan menerapkan model cooperative learning type talking stick pada pembelajaran PKn dapat meningkatkan kinerja guru.

(35)

2. Pembelajaran dengan menerapkan model cooperative learning type talking stick pada pembelajaran PKn dapat meningkatkan hasil belajar

siswa. Hal ini sesuai dengan nilai hasil yang telah diperoleh siswa, mulai dari siklus I hingga mencapai indikator keberhasilan pada siklus II. Terbukti dengan adanya peningkatan pada siklus I nilai rata-rata ketuntasan belajar siswa mencapai 53,06, kemudian pada siklus II meningkat menjadi 85,28 dengan peningkatan sebesar 55,55.

B. Saran

Berdasarka kesimpulan di atas, dapat disarankan:

1. Kepada siswa, agar meningkatkan belajar siswa guna memperkaya ilmu pengetahuan dan memperoleh hasil belajar yang baik.

2. Kepada guru, agar memperhatikan metode pembelajaran yang akan digunakan dalam mengajar agar sesuai dengan materi yang akan disampaikan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

3. Kepala sekolah, agar dapat selalu memberikan arahan dan sosialisasi yang baik kepada guru untuk selalu melakukan inovasi dalam setiap pembelajaran, khususnya dalam penggunaan model pembelajaran.

4. Kepada mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar, agar lebih memahami tugas seorang guru, mengatasi permasalahan yang dialami, sehingga dapat menjadi guru profesional dan menjadi contoh yang baik.

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Andayani, dkk. 2009. Pemantapan Kemampuan Profesional. Universitas Terbuka. Jakarta.

Anitah, .2009. Strategi Pembelajaran di SD. Universitas Terbuka. Jakarta

Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. PT Bumi Aksara. Jakarta.

2007. Manajemen Penelitian. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Budiningsih, Asri. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Bandung

Hanafiah Nanang, Suhana. 2007. Konsep strategi pembelajaran. Rineka cipta. Jakarta.

Tarigan, Henri Guntur. 2006. Kapita Selekta PKn. Bumi Aksara. IKIP Malang. Hernawan, Herry, dkk. 2007. Belajar dan Pembelajaran Sekolah Dasar. UPI

PRESS. Bandung.

(37)

Kunandar, 2010. Penelitian Tindakan Kelas. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Lilik. 2012. Metode Pembelajaran Talking Stick. http://myworld ly2k. Blogspot. Com/2012/03/metode-pembelajaran-talking-stick.html. (akses9/1/2013 @19.05 WIB.).

Martati, Badruli. 2010. Metodelogi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Genisindo. Bandung.

Poerwanto, Ngalim. 2008. Evaluasi Pengajaran. Remaja Rodaskarya. Bandung.

Ruminiati. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan SD. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Jakarta.

Sardiman. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Press. Jakarta.

Shvoong, 2012. Pengertian Metode Talking Stick. http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2156062-pengertian-metode-talking-stick/(akses12/11/2012 @08.30 WIB).

Sukirman, Jumhana, dkk. 2006. Perencanaan Pembelajaran. UPI PRESS. Bandung.

Sumarsono, dkk. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Pustaka pelajar. Surabaya . 2011. Cooperative learning. Pustaka pelajar. Yogyakarta.

(38)

Tritanto. 2009. Mendesain Model-Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana Prenada Media Group. Surabaya.

Uno, Hamzah, B. 2010. Teori Motivasi Belajar dan Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.

Wardani, IGAK. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta

Gambar

Gambar 1. Tujuan cooperative learning Sumber: Diadopsi dari (Martati 2010: 15)
Tabel 1. Fase Cooperative Learning
Gambar 2. Siklus Penelitian Tindakan Kelas  Sumber: Diadopsi dari (Arikunto: 2006)
Tabel 3. Persentase kinerja guru

Referensi

Dokumen terkait

bahwa untuk lebih meningkatkan kegiatan penanaman modal baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri untuk percepatan pembangunan dengan tetap meningkatkan

Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Kota Mojokerto Lulus 2011 4.. Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Kota Mojokerto

Selanjutnya, RNA total asal pelepah dan batang tebu yang terinfeksi SCSMV juga berhasil diekstraksi dengan menggunakan metode SDT ini dan hasil deteksi RT-PCR membuktikan

Peneliti mengfokuskan penelitian ini pada nilai-nilai pendidikan sosial dalam ibadah haji yang terdapat didalam film Haji Backpacker.. Nilai-nilai pendidikan sosial yang ada

Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu peneliti hanya membahas faktor- faktor yang mempengaruhi kesediaan ibu melaksanakan IMD yang meliputi faktor usia ibu,

Jalan kabupaten merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang tidak termasuk pada jalan nasional dan propinsi yang menghubungkan ibukota

Siswa mampu menjawab muhadasah tentang nama profesi dengan kata isyarah jauh9.

Pada saat itu, angin muson dari Benua Australia atau disebut angin timur yang bertekanan maksimun bergerak menuju Benua Asia yang bertekanan minimum melalui wilayah Indonesia.