• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAYTERHADAPPEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (StudipadaSiswaKelasIX SMPNegeri20 Bandar Lampung Semester Ganjil TahunPelajaran 2014/2015)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAYTERHADAPPEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (StudipadaSiswaKelasIX SMPNegeri20 Bandar Lampung Semester Ganjil TahunPelajaran 2014/2015)"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY TERHADAP PEMAHAMAN

KONSEP MATEMATIS SISWA

(Studi pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 20 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2014/2015)

Oleh

I GEDE REDASTA

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan tujuan untuk menge-tahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray terhadap pemahaman konsep matematis siswa. Desain dalam penelitian ini adalah posttest only control design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX SMP Negeri 20 Bandar Lampung semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015 yang terdistribusi dalam tujuh kelas. Dengan teknik purposive sampling terpilih dua kelas sebagai sampel penelitian. Data penelitian diperoleh dari tes pemahaman konsep matematis siswa. Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray di kelas IX SMP Negeri 20 Bandar Lampung berpengaruh positif terhadap pemahaman konsep matematis siswa.

(2)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAYTERHADAPPEMAHAMAN

KONSEP MATEMATIS SISWA

(StudipadaSiswaKelasIX SMPNegeri20 Bandar Lampung Semester Ganjil TahunPelajaran 2014/2015)

Oleh

I GEDE REDASTA

Skripsi

Sebagai Salah SatuSyaratuntukMencapaiGelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program StudiPendidikanMatematika

JurusanPendidikanMatematikadanIlmuPengetahuanAlam FakultasKeguruandanIlmuPendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di desa Wirata Agung, Kecamatan Seputih Mataram, Kabupa-ten Lampung Tengah pada tanggal 9 Juli 1989. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak I Made Supardi dan Ibu Ni Wayan Konti.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 2 Wirata Agung pada tahun 2001, pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Seputih Mataram pada tahun 2004, dan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Seputih Mataram pada tahun 2007. Pada tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswa di Universitas Lampung, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, melalui jalur SNMPTN.

(7)

Motto

Dengan kejujuran, kerendahan hati, kesederhanaan dan penuh kasih sayang terhadap semua mahluk niscaya kita hidup dalam kedamaian.

Perkecillah dirimu maka kau akan tumbuh lebih besar dari dunia, tiadakan dirimu maka jati dirimu terungkap tanpa kata-kata.

(8)

PERSEMBAHAN

Teriring doa dan rasa syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

kupersembahkan skripsi ini sebagai tanda bhakti dan cintaku yang

tulus kepada:

Ibu dan Ayahku tercinta yang telah membesarkanku dengan penuh

kasih sayang, yang tak pernah lelah berkorban, memberikan

semangat serta berdoa untuk keberhasilanku

Saudara-saudaraku yang selalu memberikan dukungan dan motivasi

untukku dalam menuju keberhasilan

Para pendidik yang telah mendidik dan membimbingku dengan tulus

dan sabar dalam menuntut ilmu pengetahuan

Teman-temanku yang baik hati dan penuh perhatian

(9)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu dan bapakku tercinta yang tulus mencintai dan tanpa lelah mendukung

serta mendo’akanku.

2. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung, beserta staf dan jajarannya.

3. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

4. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika.

5. Ibu Dra. Rini Asnawati, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu untuk konsultasi dan bimbingan, memberikan motivasi, dan ilmu kepada penulis sehingga skripsi ini selesai.

(10)

iii 7. Bapak M. Coesamin, M.Pd., selaku pembahas yang telah memberikan

motiva-si, masukan, kritik, dan saran kepada penulis sehingga skripsi ini selesai dan menjadi lebih baik.

8. Bapak dan Ibu dosen pendidikan matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis. 9. Ibu Hj Rosda Fatila, S.Pd., selaku guru mitra yang telah banyak memberikan

perhatian, motivasi, kemudahan, dan bantuan dalam penelitian.

10.Keluarga besarku yang menyayangiku, mendukungku, memberi motivasi, dan perhatian.

11.Teman-temanku: I Made Mahardika, Fajar Riki Suvictor, Adi Suripto, Erlida, atas doa, motivasi, semangat, perhatian, dan bantuan yang kalian berikan. 12.Teman-temanku di Pendidikan Matematika angkatan 2007 reguler: Iswan,

Ifal, Abdul, Miftah, Munib, Iim, Ahmad, Putri, Endah, Wahyu, Maya, Ria, Meilani, Kamsuri, Sella, Fantini, Bambang, dan Jesi.

13.Teman-temanku di Pendidikan Matematika angkatan 2007 non-reguler atas motivasi, persahabatan, dan kebersamaanya selama ini.

14.Teman-teman seperjuangan: Aditya Yudistira, Eka Ratnawati, Evi Listyoningsih dan Wawan Junaidi atas kebersamaan dan bantuan yang telah kalian berikan.

15.Seluruh teman-teman Asrama Masayu beserta bapak kos Ir. Made Subagiartha atas bantuan dan kebersamaannya.

(11)

iv 17.Siswa-siswi kelas IX SMP Negeri 20 Bandar Lampung semester ganjil tahun

pelajaran 2014/2015 atas kerjasamanya.

18.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga dengan bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan pahala dari Tuhan Yang Maha Esa dan semoga skripsi ini bermanfaat.

Bandar Lampung, Desember 2014 Penulis,

(12)

v DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 8

1. Pemahaman Konsep Matematis ... 8

2. Pembelajaran Kooperatif... 11

3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray ... 13

4. Pembelajaran Konvensional ... 16

B. Kerangka Pikir ... 17

C. Anggapan Dasar ... 20

D. Hipotesis ... 20

III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel ... 22

B. Desain Penelitian ... 23

(13)

vi

D. Teknik Pengumpulan Data ... 25

E. Instrumen Penelitian ... 25

1. Validitas ... 27

2. Reliabilitas ... 27

3. Tingkat Kesukaran ... 28

4. Daya Pembeda ... 29

F. Analisis Data ... 31

1. Uji Normalitas ... 31

2. Uji Homogenitas ... 32

3. Uji Hipotesis ... 33

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 35

1. Data Pemahaman Konsep Matematis ... 35

2. Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep ... 36

B. Pembahasan ... 37

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 40

B. Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 41

(14)

vii DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Nilai Uji Blok I Semester Ganjil Kelas IX SMP Negeri 20

Bandar Lampung ... 23

3.2 Posttest Only Control Design ... 23

3.3 Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep ... 26

3.4 Interpretasi Koefisien Reliabilitas ... 28

3.5 Interpretasi Tingkat Kesukaran ... 29

3.6 Interpretasi Daya Pembeda ... 30

3.7 Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba ... 30

4.1 Rekapitulasi Data Pemahaman Konsep ... 35

(15)

viii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A. PERANGKAT PEMBELAJARAN

A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen ... 43

A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol... 75

A.3 Lembar Kerja Kelompok ... 107

B. PERANGKAT TES B.1 Kisi-Kisi Soal Posttest ... 126

B.2 Soal Posttest ... 128

B.3 Kunci Jawaban Posttest dan Penskorannya ... 129

B.4 Form Validasi Tes Pemahaman Konsep ... 131

B.4 Surat Keterangan ... 133

C. ANALISIS DATA C.1 Analisis Reliabilitas Tes Uji Coba... 134

C.2 Analisis Tingkat Kesukaran Tes Uji Coba ... 136

C.3 Analisis Daya Pembeda Tes Uji Coba ... 137

C.4 Data Pemahaman Konsep Matematis Kelas Eksperimen ... 138

C.5 Data Pemahaman Konsep Matematis Kelas Kontrol ... 139

C.6 Uji Normalitas Data Pemahaman Konsep Matematis Kelas Kontrol ... 140

C.7 Uji Normalitas Data Pemahaman Konsep Matematis Kelas Eksperimen ... 144

C.8 Uji Homogenitas Data Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 148

C.9 Uji Hipotesis Penelitian ... 149

(16)

ix C.11 Analisis Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep

Kelas Kontrol ... 154

D. LAIN-LAIN D.1 Surat Izin Penelitian Pendahuluan ... 156

D.2 Surat Izin Penelitian... 157

D.3 Surat Keterangan Penelitian ... 158

D.4 Daftar Hadir Seminar Proposal ... 159

D.5 Daftar Hadir Seminar hasil ... 160

(17)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika merupakan pengetahuan yang bersifat universal dan mempunyai peranan yang penting dalam memajukan daya pikir manusia. Selain dapat mengembangkan pemikiran kritis, kreatif, sistematis, dan logis, matematika juga telah

memberikan kontribusi dalam kehidupan sehari-hari mulai dari hal yang sederhana

seperti perhitungan dasar (basic calculation) sampai hal yang kompleks dan abstrak

seperti penerapan analisis numerik dalam bidang teknik dan sebagainya. Oleh karena itu,

sangat penting untuk mencermati dan mengkaji bagaimana perkembangan pembelajaran

matematika khususnya di dalam negeri.

(18)

2 Menurut Wahyudin (1999) ada empat kelemahan yang dimiliki oleh siswa sebagai penyebab rendahnya hasil belajar siswa, salah satu diantaranya adalah siswa kurang memiliki kemampuan untuk memahami serta mengenali konsep-konsep dasar matematika (seperti definisi, teorema, aksioma, dalil, kaidah) yang berkaitan dengan pokok bahasan yang sedang dibicarakan. Sementara itu, berdasarkan PERMENDIKNAS No. 22 Tahun 2006 salah satu tujuan pembelajaran matematika adalah agar peserta didik memiliki kemampuan memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. Dari keterangan-keterangan tersebut maka pema-haman konsep menjadi bagian yang penting untuk diperhatikan dalam pem-belajaran matematika agar siswa dapat menguasai matematika dengan baik.

(19)

3 Penerapan model pembelajaran konvensional ini tidak terlepas dari adanya sebuah paradigma bahwa pembelajaran merupakan kegiatan mentransfer ilmu pengetahuan dari guru kepada siswa. Menurut Lie (2007: 2) pola pembelajaran yang mengacu pada paradigma tersebut yaitu pola pembelajaran yang lebih terpusat pada guru di depan kelas sebagai sumber utama pengetahuan. Akibatnya siswa cenderung pasif dalam pembelajaran. Sementara itu, menurut Slameto (2003: 94) untuk melaksanakan pembelajaran yang efektif, dalam interaksi belajar guru harus banyak memberi kebebasan kepada siswa, untuk dapat menyelidiki sendiri, mengamati sendiri, belajar sendiri, berdiskusi untuk mencari jalan keluar bila menghadapi masalah. Hal itu akan mengembangkan kemampuan berpikir siswa, menumbuhkan rasa rasa percaya diri yang kuat, hasrat ingin tahu dan usaha menambah pengetahuan atas inisiatif sendiri, sehingga siswa tidak selalu menggantungkan diri pada orang lain.

Banyak para ahli telah menciptakan dan memperkenalkan berbagai macam model pembelajaran yang dapat memberikan siswa kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain. Lie (2007: 7) mengatakan bahwa dengan adanya interaksi ini, siswa akan membentuk komunitas belajar untuk dapat saling bekerja sama antar siswa dengan baik. Oleh karena itu, guru perlu menciptakan suasana belajar yang dapat membuat siswa bekerja sama dengan baik secara bergotong royong antar siswa atau yang lebih dikenal dengan Pembelajaran Kooperatif.

(20)

4 Two Stay Two Stray adalah salah satu model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagi hasil dan informasi dengan kelompok lain. Dalam satu kelompok dibagi menjadi dua bagian yang nantinya sebagian siswa bertugas sebagai pemberi informasi, dan siswa lainnya bertamu ke kelompok lain secara terpisah. Pembelajaran kooperatif ini memberikan pengalaman bagi siswa untuk dapat belajar dengan cara bekerja sama dengan teman. Hal ini menunjukkan bahwa lima unsur proses belajar kooperatif yang terdiri atas: saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar kelompok dan evaluasi proses kelompok dapat terlaksana. Pada saat anggota kelompok bertamu ke kelompok lain maka akan terjadi proses pertukaran informasi yang bersifat saling melengkapi, terjadi proses tatap muka antar siswa dan terjadi komunikasi baik dalam kelompok maupun antar kelompok sehingga siswa tetap mempunyai tanggung jawab perseorangan. Siswa yang dapat menemukan konsep secara mandiri biasanya akan lebih mudah mengingat dan memahami karena konsep yang ditemukan akan menjadi lebih bermakna.

(21)

5 B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray berpengaruh positif terhadap pemahaman konsep matematis siswa kelas IX SMP Negeri 20 Bandar Lampung?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray terhadap pemahaman konsep matematis siswa.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini antara lain :

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan terhadap model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray terkait dengan pemahaman konsep matematika.

2. Secara khusus penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi beberapa pihak, yaitu :

1) Bagi guru, dapat memberi informasi terkait model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.

(22)

6 E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pengaruh adalah daya yang ditimbulkan dari penggunaan model pem-belajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray pada kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas IX SMP N 20 Bandar Lampung. Selanjutnya model pembelajaran ini dikatakan berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa apabila rata-rata nilai pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagi hasil dan informasi dengan kelompok lain, dimana dalam satu kelompok terdiri dari empat atau lebih siswa yang nantinya sebagian siswa bertugas sebagai pemberi informasi dari tamunya, dan siswa lainnya bertamu ke kelompok yang lain secara terpisah.

3. Pembelajaran konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini, yaitu pembelajaran yang diawali dengan penyampaian materi oleh guru, pemberian contoh soal, tanya jawab, latihan soal dan pemberian tugas.

(23)

7 Indikator pemahaman konsep tersebut adalah:

a. Menyatakan ulang suatu konsep.

b. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu. c. Memberikan contoh dan non contoh dari suatu konsep

d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika. e. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.

(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pemahaman Konsep Matematis

Sardiman (2008: 42) menyatakan bahwa pemahaman atau comprehension dapat diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran. Oleh sebab itu, belajar harus mengerti secara makna dan filosofinya, maksud dan implikasi serta aplikasi-aplikasinya, sehingga menyebabkan siswa memahami suatu situasi.

(25)

9 Dalam proses pembelajaran, konsep memegang peranan penting. Hamalik (2001: 164) menyatakan bahwa dalam suatu pembelajaran, konsep berperan sebagai berikut:

1. Konsep mengurangi kerumitan lingkungan.

2. Konsep membantu siswa untuk mengidentifikasi objek-objek yang adadi sekitar mereka.

3. Konsep dan prinsip untuk mempelajari sesuatu yang baru, lebih luas dan lebih maju. Siswa tidak harus belajar secara konstan, tetapi dapat

menggunakan konsep-konsep yang telah dimilikinya untuk mempelajari sesuatu yang baru.

4. Konsep mengarahkan kegiatan instrumental. 5. Konsep memungkinkan pelaksanaan pengajaran.

Untuk memahami suatu konsep, diperlukan contoh-contoh yang banyak, sehingga siswa mampu mengetahui karakteristik konsep tersebut. Siswa perlu diberi con-toh yang memenuhi rumusan yang diberikan. Selain itu mereka perlu juga diberi contoh-contoh yang tidak memenuhi rumusan dan sifat, sehingga diharapkan siswa tidak mengalami salah pengertian terhadap konsep yang sedang dipelajari. Konsep yang diterangkan dengan contoh dan bukan contoh adalah salah satu cara pengkontrasan. Melalui cara ini siswa akan mudah memahami arti karakteristik konsep yang diberikan tersebut dan keanekaragaman juga membantu siswa dalam memahami konsep yang disajikan karena dapat memberikan belajar bermakna bagi siswa.

(26)

ke-10 mampuan untuk memilih aturan dan prosedur yang khusus dari hubungan mate-matika yang lebih umum.

Pada pemahaman instrumental, masalah yang dijumpai hanyalah untuk meng-gunakan pemahaman tersebut. Hal tersebut tidak efisien karena terlalu banyak prosedur dalam matematika yang harus dihafal. Kesulitan tersebut dapat diatasi dengan pemahaman rasional yakni akan berusaha mamahami secara rasional untuk menghubungkan konsep-konsep baru dengan konsep-konsep yang telah dipahami untuk dikaitkan dan kemudian merefleksikan keserupaan dan perbedaan antara konsep baru dengan konsep yang telah dipahami. Dari kedua pemahaman tersebut akan terciptalah pemahaman umum yaitu pemahaman yang mampu menghubungkan simbol dan notasi matematika yang relevan dengan ide-ide matematika dan mengkombinasikannya ke dalam rangkaian penalaran yang logis.

Ada beberapa indikator khusus yang membedakan antara soal pemahaman konsep dengan soal untuk aspek penilaian yang lain. Menurut Peraturan Dirjen Dikdasmen Nomor 506/C/Kep/PP/2004, indikator dari pemahaman konsep tersebut adalah sebagai berikut:

a. Menyatakan ulang sebuah konsep.

b. Mengklasifikasian objek-objek menurut sifat-sifat tertentu. c. Memberi contoh dan non contoh dari konsep.

d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis. e. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep.

(27)

11 Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep mate-matis adalah kemampuan siswa untuk menguasai materi dengan cara menerima dan memahami informasi yang diperoleh dari pembelajaran yang dilihat melalui kemampuan bersikap, berpikir dan bertindak yang ditunjukkan oleh siswa dalam memahami definisi, ciri khusus, hakikat dan inti/isi dari materi matematika dan kemampuan dalam memilih serta menggunakan prosedur secara efisien dan tepat.

2. Pembelajaran Kooperatif

Menurut Suherman (2003: 260), pembelajaran kooperatif mencakup siswa yang bekerja dalam sebuah kelompok kecil untuk menyelesaikan sebuah masalah, me-nyelesaikan suatu tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya. Pembelajaran kooperatif mendorong terbentuknya pribadi siswa yang utuh, karena selain mengembangkan kemampuan siswa secara kognitif, melalui pembelajaran kooperatif siswa juga dibekali kemampuan untuk dapat ber-sosialisasi dengan baik. Pembelajaran kooperatif juga merupakan salah satu pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan interaksi antar siswa serta hubungan yang saling menguntungkan diantara mereka.

Sedangkan menurut Nurhadi (2004: 112) pembelajaran kooperatif adalah pem-belajaran yang terfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk beker-jasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.

(28)

12 prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan efektif.

Langkah/sintaks model pembelajaran kooperatif menurut Suprijono (2010: 65) terdiri dari 6 (enam) fase yaitu:

No. Fase-Fase Perilaku Guru

1 Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar 2 Menyajikan informasi Mempresentasikan informasi kepada

peserta didik secara verbal 3 Mengorganisir peserta didik

ke dalam tim-tim belajar.

Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok

melakukan transisi yang efisien. 4 Membantu kerja tim dan

belajar

Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya

5 Mengevaluasi Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok-kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya. 6 Memberikan pengakuan atau

penghargaan

Memprsiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok.

Djamarah (2000:157) mengungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif mem-punyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan pembelajaran kooperatif diantaranya adalah:

1. Kelompok memiliki sumber yang lebih banyak dari pada individu. Pengetahuan dan pengalaman sekelompok orang jelas lebih banyak dari pengetahuan dan pengalaman seseorang.

(29)

13 3. Kelompok dapat menghasilkan keputusan yang lebih baik.

4. Anggota kelompok memiliki ikatan yang kuat terhadap keputusan yang di-ambil dengan melalui keterlibatannya dalam diskusi.

5. Partisipasi dalam diskusi akan meningkatkan saling pengertian antar individu dalam satu kelompok dan dalam kelompok yang lain.

Sedangkan kelemahan dari pembelajaran kooperatif adalah: 1. Diskusi memakan waktu

2. Pemborosan waktu

3. Diskusi dapat menekan pendirian.

Berdasarkan uraian tentang pengertian pembelajaran koperatif di atas, maka pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dimana siswa dikelompokkan ke dalam suatu kelompok kecil untuk menyelesaikan suatu tugas untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan, yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.

3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

Menurut Lie (2008), pembelajaran dengan strategi kooperatif terbukti sangat efek-tif dalam meningkatkan hubungan antar siswa. Dalam pembelajaran kooperaefek-tif terdapat banyak tipe pembelajaran, diantaranya Two Stay Two Stray atau dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai Dua Tinggal Dua Tamu. Teknik ini dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992), teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.

(30)

meno-14 long teman yang lemah. Lie (2008 : 61) menggungkapkan bahwa struktur Two Stray Two Stray memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagi hasil dan informasi de-ngan kelompok lain. Hal ini menunjukkan bahwa lima unsur proses belajar koo-peratif yang terdiri atas: saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar kelompok dan evaluasi proses kelompok da-pat terlaksana. Pada saat anggota kelompok bertamu ke kelompok lain maka akan terjadi proses pertukaran informasi yang bersifat saling melengkapi, terjadi proses tatap muka antar siswa dan terjadi komunikasi baik dalam kelompok maupun an-tar kelompok sehingga siswa tetap mempunyai tanggung jawab perseorangan.

Menurut Lie (2008 : 62), tahap-tahap pembelajaran dalam model Two Stay Two Stray adalah:

1. Siswa bekerja sama dalam kelompok seperti biasa dan dalam satu kelompok tersebut dibagi menjadi dua bagian.

2. Setelah selesai, sebagian siswa dari masing-masing kelompok akan meninggal-kan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke kelompok lain.

3. Siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.

4. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan hasil temuan mereka dari kelompok lain.

(31)

15 Berikut disajikan gambar skema penerapan model pembelajaran Two Stray Two Stray

Gambar 1. Skema Penerapan Model Pembelajaran Two Stray Two Stray Keterangan:

: siswa yang bertamu ke kelompok lain

: siswa yang tinggal / tuan rumah dalam kelompok

Menurut Daryono (2011) manfaat model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray antara lain:

a. Siswa dalam setiap kelompok mendapatkan informasi sekaligus dari dua ke lompok yang berbeda.

b. Siswa belajar untuk mengungkapkan pendapat kepada siswa lain. c. Siswa dapat meningkatkan prestasi dan daya ingatnya.

d. Siswa dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis.

e. Siswa dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan siswa lainnya. f. Siswa dapat meningkatkan hubungan persahabatan.

(32)

16 Kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray antara lain:

1. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan konsep sendiri de-ngan cara memecahkan masalah.

2. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menciptakan kreativitas dalam melakukan komunikasi dengan teman sekelompoknya.

3. Membiasakan siswa untuk bersikap terbuka terhadap teman, menambah ke-kompakan serta rasa percaya diri siswa.

4. Meningkatkan motivasi, minat dan prestasi belajar siswa.

5. Membantu guru dalam pencapaian pembelajaran, karena langkah pembelajar-an kooperatif mudah diterapkpembelajar-an di sekolah.

Berdasarkan uraian di atas, model pembelajaran kooperatif model Two Stay Two Stray adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagi hasil dan informasi dengan kelompok lain, di-mana dalam satu kelompok terdiri dari empat atau lebih siswa yang nantinya sebagian siswa bertugas sebagai pemberi informasi dari tamunya, dan siswa lainnya bertamu ke kelompok yang lain secara terpisah.

4. Pembelajaran Konvensional

(33)

17 Djamarah (2000: 77) mengemukakan bahwa metode pembelajaran konvensional adalah metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran. Dalam pembelajaran sejarah metode konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan, serta pembagian tugas dan latihan.

Sedangkan Sukandi (2003), menjelaskan bahwa pendekatan konvensional ditandai dengan guru mengajar lebih banyak mengajarkan tentang konsep-konsep bukan kompetensi, tujuannya adalah siswa mengetahui sesuatu bukan mampu untuk melakukan sesuatu, dan pada saat proses pembelajaran siswa lebih banyak mendengarkan. Disini terlihat bahwa pendekatan konvensional yang dimaksud adalah proses pembelajaran yang lebih banyak didominasi gurunya sebagai “pentransfer ilmu”, sementara siswa lebih pasif sebagai “penerima” ilmu.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran yang banyak didominasi oleh guru dan siswa bersifat pasif dalam pembelajaran di sekolah.

Dalam penelitian ini pembelajaran konvensional yang dimaksud adalah pemberian materi oleh guru melalui ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas.

B. Kerangka Pikir

(34)

18 variabel bebas adalah model pembelajaran Two Stay Two Stray, sedangkan pemahaman konsep sebagai variabel terikat.

Hasil belajar merupakan tolak ukur keberhasilan proses belajar dan pembelajaran. Dalam hasil belajar, salah satu aspek untuk menilai tingkat keberhasilan proses belajar dan pembelajaran adalah tingkat pemahaman konsep siswa. Semakin tinggi peningkatan pemahaman konsep siswa maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan siswa dalam belajar dan guru dalam proses pembelajaran, begitu pula sebaliknya.

(35)

19 diarahkan untuk terlibat aktif dalam diskusi baik dengan teman satu kelompok maupun dengan kelompok lain. Siswa diberi kesempatan untuk menggali dan menemukan sendiri konsep-konsep matematika melalui masalah-masalah yang disajikan pada lembar kerja kelompok (LKK) yang harus mereka kerjakan dengan cara bekerja sama dalam kelompok. Meningkatnya aktivitas siswa dalam pembelajaran akan memudahkan siswa memperoleh pengetahuan dan mening-katkan keterampilan berpikir siswa, sehingga akan berdampak pada meningkatnya pemahaman konsep matematis siswa.

Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang berpusat pada guru yang memiliki beberapa tahapan. Pada awal pembelajaran guru menjelaskan materi pelajaran dengan ceramah kepada para siswa. Kemudian siswa memper-hatikan penjelasan guru dan mencatat penjelasan tersebut sehingga siswa hanya memperoleh informasi yang telah dijelaskan oleh guru ataupun yang telah mereka baca di buku. Hal ini membuat siswa kurang dilibatkan secara aktif dalam pem-belajaran yang mengakibatkan siswa tidak menemukan sendiri konsep-konsep dari suatu materi pelajaran. Hal tersebut menyebabkan kemampuan pemahaman siswa terhadap suatu konsep kurang bermakna dan tertanam dengan baik karena konsep yang telah diperoleh hanya berupa hapalan. Setelah itu, pemberian tugas dari guru kepada siswa. Setelah semua siswa selesai mengerjakan tugas yang di-berikan, guru dan murid secara bersama-sama membahas jawaban dari tugas tersebut dan biasanya diakhir pelajaran guru memberikan pekerjaan rumah.

(36)

20 konsep matematis yang mengikuti model pembelajaran konvensional karena seluruh siswa yang terdapat dikelas dituntut untuk berpikir, siswa secara berulang kali memikirkan jawaban atau permasalahan yang diberikan oleh guru serta ke-terampilan intelektual, sikap, dan keke-terampilan sosial siswa dapat berkembang. Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif tipe Two Stray Two Stray diduga dapat memberikan pengaruh positif terhadap pemahaman konsep matematis siswa kelas IX SMP Negeri 20 Bandar Lampung.

C. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Semua siswa kelas IX SMP Negeri 20 Bandar Lampung semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015 memperoleh materi yang sama dan sesuai dengan kuri-kulum tingkat satuan pendidikan.

2. Faktor lain yang mempengaruhi pemahaman konsep matematis siswa selain model pembelajaran diabaikan.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir yang telah diuraikan di atas maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Hipotesis Umum

(37)

21 2. Hipotesis Khusus

(38)

22

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

(39)

23 Tabel 3.1 Nilai Uji Blok I Semester Ganjil Kelas IX SMP Negeri 20 Bandar

Lampung

NO. Kelas Banyaknya

Peserta didik Rata-rata

1 IX A 37 5,62

Jumlah populasi 253 38,96

Nilai rata-rata populasi 5,56

B. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan posttest only control design. Desain ini melibatkan dua kelompok subjek, pada kelas eksperimen diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dan pada kelas kontrol diberikan perlakuan dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Di akhir pembelajaran siswa diberi posttest untuk mengetahui pemahaman konsep matematis siswa. Posttest only control design menurut Furchan (1982: 354) adalah sebagai berikut.

Tabel 3.2. Posttest Only Control Design

Kelas Perlakuan Posttest

Eksperimen X Y

Kontrol C Y

Keterangan:

(40)

24 C: Perlakuan pada kelas kontrol yang mengikuti pembelajaran konvensional Y: Nilai post-test

Langkah-langkah penelitian adalah sebagai berikut:

1. Orientasi sekolah, untuk melihat kondisi lapangan seperti berapa kelas yang ada, jumlah siswanya, serta cara mengajar guru matematika selama pembelajaran

2. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dan untuk kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional. 3. Menyiapkan instrumen penelitian berupa tes pemahaman konsep sekaligus

aturan penskorannya.

4. Melakukan validasi instrumen. 5. Melakukan uji coba instrumen 6. Melakukan perbaikan instrumen

7. Melaksanakan perlakuan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol 8. Mengadakan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol 9. Menganalisis data

10.Membuat kesimpulan

C. Data Penelitian

(41)

25 menggunakan pembelajaran konvensional. Pengumpulan data ini dilakukan setelah materi selesai dengan diadakan posttest.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data menggunakan metode tes. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes pemahaman konsep berbentuk esai. Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami materi yang diberikan. Tes diberikan sesudah pembelajaran (posttest) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes yang diberikan sesudah pembelajaran dimaksudkan untuk melihat pengaruh model pembelajaran terhadap pemahaman konsep siswa.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes pemahaman konsep matematis siswa. Tes pemahaman konsep berbentuk soal uraian pada pokok bahasan statistika. Tes yang diberikan bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman konsep siswa setelah mengikuti pembelajaran, baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Penyusunan soal tes diawali dengan pembuatan kisi-kisi soal. Kisi-kisi soal disusun dengan memperhatikan setiap indikator pemahaman konsep. Pemberian skor jawaban siswa disusun berdasarkan indikator kemampuan pemahaman konsep matematis yang disajikan

(42)

26 Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep

No Indikator Ketentuan Skor

1.

Menyatakan ulang sebuah konsep

a. Tidak menjawab 0

b. Menyatakan ulang sebuah konsep tetapi

salah 1

c. Menyatakan ulang sebuah konsep dengan

benar 2

b. Mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu tetapi tidak sesuai dengan konsepnya

1 c. Mengklasifikasi objek menurut sifat

tertentu sesuai dengan konsepnya 2

3.

Memberi contoh dan non contoh dari konsep

a. Tidak menjawab 0

b. Memberi contoh dan non contoh tetapi

salah 1

c. Memberi contoh dan non contoh dengan

benar 2

b. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis tetapi salah 1 c. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk

representasi matematis dengan benar 2

5.

b. Mengembangkan syarat perlu atau cukup

dari suatu konsep tetapi salah 1 c. Mengembangkan syarat perlu atau cukup

dari suatu konsep dengan benar 2

6.

b. Menggunakan, memanfatkan, dan memilih

prosedur tetapi salah 1

c. Menggunakan, memanfaatkan, dan

memilih prosedur dengan benar 2

(43)

27 1) Validitas

Validasi terhadap perangkat tes pemahaman konsep dalam penelitian ini dilaku-kan dengan tujuan agar diperoleh perangkat tes yang memenuhi validitas isi. Validitas isi dari tes pemahaman konsep matematis ini dapat diketahui dengan cara membandingkan isi yang terkandung dalam tes pemahaman konsep matematis dengan indikator pembelajaran yang telah ditentukan.

Dengan asumsi bahwa guru mata pelajaran matematika kelas IX SMPN 20 Bandar Lampung mengetahui dengan benar kurikulum SMP maka validitas instrumen tes ini didasarkan pada penilaian guru mata pelajaran matematika. Tes dikategorikan valid apabila telah dinyatakan sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang diukur berdasarkan penilaian guru mitra. Dengan demikian, valid atau tidaknya tes ini didasarkan pada judgment guru tersebut. Setelah dikonsul-tasikan dengan guru mitra, soal tes dinyatakan valid.

2) Reliabilitas

(44)

28 Harga

11

r yang diperoleh diinterpretasikan dengan kriteria sebagai berikut: Tabel 3.4 Interpretasi Koefisien Reliabilitas

Koefisien reliabilitas (r11) Interpretasi

r11≤ 0,20 Reliabilitas sangat rendah

0,20 < r11≤ 0,40 Reliabilitas rendah

0,40 < r11≤ 0,60 Reliabilitas sedang

0,60 < r11≤ 0,80 Reliabilitas tinggi

0,80 < r11≤ 1,00 Reliabilitas sangat tinggi

Kriteria tes yang digunakan oleh peneliti adalah tes dengan tingkat reliabilitas tinggi atau sangat tinggi. Setelah dilaksanakan uji coba soal tes dan dilakukan perhitungan (Lampiran C.1), diperoleh r11 = 0,74. Dengan demikian tes memiliki reliabilitas yang tinggi.

3) Tingkat Kesukaran

Suatu tes dikatakan baik jika memiliki derajat kesukaran sedang, yaitu tidak terlalu

sukar, dan tidak terlalu mudah seperti yang diungkapkan Sudijono (2008:372).

Perhitungan indeks kesukaran suatu butir soal digunakan rumus sebagai berikut.

T

TK : indeks kesukaran suatu butir soal

JT : jumlah skor yang diperoleh siswa pada butir soal yang diperoleh IT : jumlah skor maksimum yang dapat diperoleh siswa pada suatu butir soal

Untuk menginterpretasi tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan kriteria indeks

(45)

29 Tabel 3.5 Interpretasi Tingkat Kesukaran

Indeks Interpretasi Penafsiran

15

Soal yang digunakan adalah soal dengan tingkat kesukaran sedang. Setelah hasil uji coba dianalisis, semua butir soal memiliki tingkat kesukaran sedang. Perhitu-ngan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.2.

4) Daya Pembeda (DP)

Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui apakah suatu butir soal dapat membedakan siswa yang berkemampuam tinggi dan siswa yang berkemampuan rendah. Untuk menghitung daya pembeda, terlebih dahulu diurutkan dari siswa yang memperoleh nilai tertinggi sampai siswa yang memperoleh nilai terendah. Karena banyak siswa dalam penelitian ini kurang dari 100 siswa, maka menurut

Arikunto (2008: 212) diambil 50% siswa yang memperoleh nilai tertinggi (disebut

kelompok atas) dan 50% siswa yang memperoleh nilai terendah (disebut kelompok

bawah). Daya pembeda butir dapat diketahui dengan melihat besar kecilnya tingkat

diskriminasi atau angka yang menunjukkan besar kecilnya daya pembeda. Menurut

Sudijono (2008: 389-390) rumus yang akan digunakan untuk menghitung indeks daya

pembeda adalah sebagai berikut.

Keterangan :

DP : indeks daya pembeda satu butir soal tertentu

JA : jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah JB : jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah IA : jumlah skor ideal kelompok (atas/bawah)

(46)

30 Hasil perhitungan indeks daya pembeda diinterpretasi berdasarkan klasifikasi yang tertera dalam tabel berikut :

Tabel 3.6 Interpretasi Daya Pembeda

Indeks Interpretasi baik atau sangat baik. Setelah hasil uji coba soal tes dianalisis, semua butir soal memiliki daya pembeda yang baik. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.3.

Rekapitulasi dari hasil analisis validitas isi, perhitungan reliabilitas, tingkat kesukaran, serta daya pembeda soal tes pemahaman konsep matematis disajikan dalam tabel 3.7 berikut ini.

Tabel 3.7 Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba

No Soal

Validitas

Isi Reliabilitas

Tingkat

Kesukaran Daya Pembeda Kesimpulan

(47)

31 Berdasarkan hasil rekapitulasi tersebut, maka instrumen tes kemampuan pemahaman konsep matematis layak digunakan untuk mengumpulkan data karena semua item soal telah valid dan memenuhi kriteria reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda yang telah ditentukan.

F. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas data dilakukan untuk melihat apakah kedua populasi berdistribusi normal atau sebaliknya dan sebagai syarat untuk menentukan statistik uji yang digunakan dalam pengujian hipotesis. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji Chi-Kuadrat menurut Sudjana (2005 : 273). Berikut langkah-langkah uji normalitas.

a) Hipotesis

H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal b) Statistik Uji

O = frekuensi pengamatan

i

(48)

32 c) Taraf Signifikansi

Taraf signifikansi yang digunakan �= 0,05 d) Keputusan Uji

Tolak H0 jika x2 x21k3. Dalam hal lainnya H0 diterima.

Berdasarkan analisis data, untuk kelas eksperimen diperoleh harga �2 = 4,57 dan �21−0,05 (7−3)= 9,49, karena �ℎ� ��2 <�2 � maka H0 diterima pada taraf nyata 5%. Untuk kelas kontrol diperoleh harga �2 = 2,84 dan �10,05 (73) = 7,81, karena �ℎ� ��2 <�2 � maka H0 diterima pada taraf nyata 5%. Dengan demikian

data kedua kelas berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas varians bertujuan untuk mengetahui apakah sampel-sampel yang dibandingkan berasal dari populasi yang memiliki varians homogen atau tidak. Uji homogenitas varians yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji F menurut Sudjana (2005: 273). Berikut langkah-langkah uji homogenitas.

a) Hipotesis H0 : σ12 = σ22

(Varians kedua populasi homogen) H1 : σ12 ≠ σ22 (Varians kedua populasi tidak homogen)

b) Statistik Uji

Untuk menguji hipotesis digunakan statistik:

� = �1

2

�22

=� � � � �

� � � � � �

c) Taraf Signifikansi

(49)

33 d) Keputusan Uji

Tolak H0 jika �ℎ� �� �1 2

� �1−1,�2−1 , dimana �1 �2 ( 1, 2)didapat dari

daftar distribusi F dengan peluang 1/2α dan derajat kebebasan masing-masing

sesuai dengan dk pembilang dan penyebut.

Berdasarkan analisis data, diperoleh �ℎ� �� = 1,45 dan �0,05 (31,33)= 1,82.

Karena �ℎ� ��< � , maka H0 diterima, dengan demikian data kedua sampel berasal dari populasi yang memiliki varians yang sama atau homogen.

3. Uji Hipotesis

Karena data berdistribusi normal dan memiliki variansi yang sama, maka pengujian hipotesis dilakukan dengan statistik uji t, uji pihak kanan.

a) Hipotesis uji:

H0 : �1 �2 (Rata-rata pemahaman konsep matematis dengan

meng-gunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray kurang dari atau sama dengan rata-rata pemahaman konsep matematis dengan pembelajaran konvensional).

H1: �1 > �2 (Rata-rata pemahaman konsep matematis dengan meng-gunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray lebih dari rata-rata pemahaman konsep matematis dengan pembelajaran konvensional).

b) Statistika uji yang digunakan adalah: thit = � −1 � 2

�� 11+ 1

(50)

34 dengan: �2 = �1− 1 �1

2 +

2 – 1 �22

�1+ �2−2

Keterangan :

i

x : rata-rata pemahaman konsep pada kelas eksperimen 2

x : rata-rata pemahaman konsep dari kelas kontrol 2

1

s : varians sampel kelas eksperimen 2

2

s : varians sampel kelas control

n1 : banyaknya subjek kelas eksperimen n2 : banyaknya subjek kelas control c) Taraf signifikansi yang digunakan � = 0,05 d) Kriteria uji:

(51)

40

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray berpengaruh positif terhadap pemahaman konsep matematis siswa di kelas IX SMP Negeri 20 Bandar Lampung.

B.Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, saran-saran yang dapat dikemuka-kan yaitu:

1. Guru hendaknya menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa guna memperoleh hasil belajar yang lebih baik.

(52)

40

(53)

41

DAFTAR PUSTAKA

Agus, Suprijono. 2010. Cooperative Learning.Pustaka Belajar. Yogyakarta Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara.

Jakarta.

Daryono.2011. Teknik Pembelajaran Cooperatif Tipe TwoStay Two

Stray.http://ptkguru.com/?darmajaya=index&daryono=base&action=listmen u&skins=1&id=494&tkt=2. Diakses pada 8 September 2014

Djamarah, Syaiful Bahri. (2000). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Usaha Nasional. Surabaya

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. PT Bumi Aksara. Jakarta. Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning. Mempraktikkan Cooperative Learning di

Ruang-Ruang Kelas. PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.

Napitupulu, Ester L. 2012. Prestasi Sains dan Matematika Menurun. http://health.kompas.com. Diakses tanggal 12 Oktober 2014.

Noer, Sri Hastuti. 2010. Evaluasi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa.Jurnal Pendidikan MIPA. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Nurhadi.2004.Kurikulum 2004(Pertanyaan dan Jawaban). Gramedia Widiasarana

Indonesia: Jakarta

Sagala, Syaiful. 2008.Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta.Bandung. Sanjaya,Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Kencana Prenada Media Group.Jakarta.

(54)

42 Siberman. 2000.Active Learning: 101 Strategies to Teach Any Subject.Yappendis.

Jakarta.

Skemp, R.R. 1987. Psychology of Learning Mathematics. Expanded American Edition. Lawrence Erlbaum associates Publishers. New Jersey.

Slameto. 2003. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning : Teori, Riset, dan Praktik.Nusamedia. Bandung

Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Depdiknas. Jakarta Sudjana. 2005. Metode Statistika. Tarsito. Bandung.

Sudijono, Anas. 2008. PengantarEvaluasiPendidikan. PT Raja GrafindoPersada. Jakarta.

Suherman, E. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. JICA. Bandung.

Sukandi, U. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana

Prenada Media Group. Surabaya.

Ulfah, Fitriah. 2010. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa. Skripsi. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Gambar

Gambar 1. Skema Penerapan Model Pembelajaran Two Stray Two Stray
Tabel 3.2. Posttest Only Control Design
Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep
Tabel 3.5 Interpretasi Tingkat Kesukaran
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan kegiatan melipat kertas dengan kreativitas anak terbukti adanya peningkatan dari minggu pertama sampai minggu keenam dalam semua aspek

Karena itu, perlu pengembangan perspektif lokal Indonesia untuk kajian komunikasi yang secara khusus dapat: (i) membahas dengan komprehensif dan insight ; (ii)

Sehubungan dengan akan dilaksanakannya Pembuktian Kualifikasi untuk paket pekerjaan Belanja Pembuatan Aplikasi Si-Monev ABDYA dengan ini kami undang Saudara untuk dapat hadir pada

Hal itu dikarenakan perpustakaan juga berfungsi sebagai salah satu pusat informasi, sumber informasi, sumber ilmu pengetahuan, penelitian, rekreasi, pelestarian

5 alat MSL-M untuk percobaan mengolah limbah Cair Domestik (a,b,c) dengan tenaga Gravitasi.. Model alat MSL-M untuk Laboratorium dengan

The objective of this research is to find out if there is any significant difference of English speaking ability between boarding and non-boarding school of the

Menentukan percepatan waktu penyelesaian dan crash cost (biaya akibat percepatan) dari masing- masing kegiatan. Memilih kegiatan kritis dengan slope terkecil dan melakukan

Tata letak yang kurang efektif akan mengakibatkan masalah sebagai berikut: (1) Bahan-bahan dalam pabrik bergerak lambat sehingga mengakibatkan urutan proses yang berliku,