• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMAMPUAN GURU SEKOLAH DASAR DALAM MENGADAKAN VARIASI PADA PEMBELAJARAN TEMATIK DI GUGUS IMAM BONJOL KECAMATAN PURWODADI KABUPATEN GROBOGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEMAMPUAN GURU SEKOLAH DASAR DALAM MENGADAKAN VARIASI PADA PEMBELAJARAN TEMATIK DI GUGUS IMAM BONJOL KECAMATAN PURWODADI KABUPATEN GROBOGAN"

Copied!
255
0
0

Teks penuh

(1)

TEMATIK DI GUGUS IMAM BONJOL KECAMATAN

PURWODADI KABUPATEN GROBOGAN

SKRIPSI

Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Putri Ayu Permatasari 1401412044

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

ii

NIM : 1401412044

jurusan/prodi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

judul skripsi : Kemampuan Guru Sekolah Dasar dalam Mengadakan Variasi pada Pembelajaran Tematik di Gugus Imam Bonjol Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan

menyatakan bahwa sebagian atau seluruh isi yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan hasil jiplakan dari karya ilmiah orang lain baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau hasil penelitian orang lain di dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 26 Juli 2016 Penyusun,

(3)
(4)

iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTO

“Pendidikan bukanlah sesuatu yang diperoleh seseorang, tapi pendidikan adalah

sebuah proses seumur hidup.” (Gloria Steinem)

“Satu-satunya orang yang berpendidikan adalah orang yang telah belajar

bagaimana caranya belajar dan berubah.” (Carl Rongers)

“Jangan tunda sampai besuk apa yang bisa engkau kerjakan hari ini.” (Penulis)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap bismillahirrahmannirrohim dan alhamdulillah Skripsi ini saya persembahkan kepada:

(5)

v

kelancaran dan kemudahan, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Kemampuan Guru Sekolah Dasar dalam Mengadakan Variasi pada Pembelajaran Tematik di Gugus Imam Bonjol Kecamatan Purwodadi”. Skripsi ini

diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan, dan sumbang saran dari segala pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan studi kepada penulis di kampus konservasi UNNES.

2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan persetujuan pengesahan skripsi ini.

3. Drs. Isa Ansori, M.Pd., Ketua Jurusan PGSD Falkutas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menimba ilmu di jurusan PGSD.

4. Dra. Sumilah, M.Pd., Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan lancar.

5. Dra. Nuraeni Abbas, M.Pd., Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan lancar.

6. Trimurtini, S.Pd., M.Pd., Penguji Utama yang telah memberikan masukan dan saran sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

(6)

vi

memberikan ijin dan membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian. 10.Kepala sekolah, guru, dan staf karyawan SDN 3 Kandangan yang telah

memberikan ijin dan membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian. 11.Kepala sekolah, guru, dan staf karyawan SDN 1 Karanganyar yang telah

memberikan ijin dan membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian. 12.Kepala sekolah, guru, dan staf karyawan SDN 1 Kedungrejo yang telah

memberikan ijin dan membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian. 13.Kepala sekolah, guru, dan staf karyawan SDN 2 Kedungrejo yang telah

memberikan ijin dan membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian. 14.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang

tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga semua bantuan yang telah diberikan mendapat berkat dan karunia yang berlimpah dari Allah SWT. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Semarang, 26 Juli 2016

(7)

vii

Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan, Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: Dra. Sumilah, M.Pd.

Sebuah proses pembelajaran, akan dapat memberikan hasil yang maksimal jika seorang guru mempunyai kemampuan untuk memberikan motivasi belajar bagi siswanya dan menggerakkan seluruh potensi yang ada di dalam kelas. Pada kondisi dilapangan masih ada beberapa keterampilan yang belum nampak atau terpenuhi, banyak guru yang hanya melakukan tugas sebatas menstranfer ilmu tanpa tahu bagaimana cara mengemas pembelajaran menjadi menarik perhatian siswa, sehingga banyak ditemui siswa yang kurang memiliki motivasi untuk giat belajar di sekolah, penggunaan sumber belajar yang kurang maksimal, dan penggunaan model yang kurang bervariasi atau inovatif. Tujuan penelitian untuk menggambarkan kondisi di lapangan tentang kemampuan guru Sekolah Dasar dalam mengadakan variasi pembelajaran tematik di Gugus Imam Bonjol Kecamatan Purwodadi.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Pengambilan data dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan pada setiap sampel. Sampel sebanyak18 orang guru yang terdiri dari guru kelas I, II, dan III. Variabel dalam penelitian ini adalah keterampilan guru dalam mengadakan variasi,dan respon siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara,catatan lapangan, angket, dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan data observasi kemampuan guru dalam mengadakan variasi pembelajaran di SDN 1 Kandangan, SDN 2 Kandangan, SDN 3 Kandangan, SDN 1 Karanganyar, SDN 1 Kedungrejo, SDN 3 Kedungrejo secara keseluruhan semua telah mencapai rata-rata skor ketercapaian indikator (19,9) dengan kriteria sangat baik. Selain itu, keterampilan guru juga memberikan pengaruh pada aktivitas belajar siswa.

Berdasarkan hasil penelitian dari enam Sekolah Dasar di Gugus Imam Bonjol Kecamatan Purwodadi bahwa guru telah mampu menguasai keterampilan dalam mengadakan variasi pembelajaran dengan sangat baik. Variasi pembelajaran dilakukan melalui banyak cara, baik melalui gerak tubuh, suara, kegiatan yang dapat meningkatkan semangat belajar, pembentukan kelompok dan penggunaan media belajar. Oleh karena itu, kemampuan guru dalam mengadakan variasi pembelajaran tematik sebaiknya terus ditingkatkan agar dapat meminimalisir kendala yang ditimbulkan.

(8)

viii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR DIAGRAM ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 9

1.3 Pembatasan Masalah ... 10

1.4 Perumusan Masalah ... 10

1.5 Tujuan Penelitian ... 11

1.6.1 Tujuan Umum ... 11

1.6.2 Tujuan Khusus ... 12

1.7 Manfaat Penelitian ... 12

1.7.1 Manfaat Teoretis ... 12

1.7.2 Manfaat Praktis ... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 14

2.1 Kajian Teori ... 14

2.1.1 Kurikulum ... 14

2.1.1.1 Hakikat Kurikulum ... 14

2.1.1.2 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ... 15

(9)

ix

2.1.2.5 Hakikat Mengajar ... 28

2.1.2.6 Prinsip-prinsip Mengajar ... 29

2.1.2.7 Hakikat Pembelajaran ... 29

2.1.2.8 Komponen Pembelajaran ... 30

2.1.2.9 Kualitas Pembelajaran ... 30

2.1.2.10 Pembelajaran Tematik ... 31

2.1.3 Guru ... 34

2.1.3.1 Hakikat Guru ... 34

2.1.3.2 Peran Guru dalam Pembelajaran ... 35

2.1.3.3 Tugas Guru ... 37

2.1.3.4 Uji Kompetensi guru ... 39

2.1.3.5 Kompetensi Profesionalisme Guru ... 40

2.1.3.6 Keterampilan Dasar Mengajar ... 42

2.1.3.6.1 Hakikat Keterampilan Dasar Mengajar ... 42

2.1.3.6.2 Keterampilan Mengajar ... 44

2.1.3.7 Keterampilan Mengadakan Variasi Pembelajaran ... 46

2.1.3.7.1 Pengertian Keterampilan Mengadakan Variasi Pembelajaran ... 46

2.1.3.7.2 Tujuan Variasi Pembelajaran ... 47

2.1.3.7.3 Manfaat Penggunaan Variasi Pembelajaran ... 48

2.1.3.7.4 Prinsip Penggunaan Variasi Pembelajaran ... 48

2.1.3.7.5 Komponen Variasi Pembelajaran ... 49

2.1.3.8 Kendala yang Dialami Guru Sekolah Dasar Bila TidakMengadakan Variasi Pembelajaran Tematik ... 56

2.1.4 Siswa ... 58

2.1.4.1 Ciri-ciri Belajar Anak Sekolah Dasar ... 58

2.1.4.2 Teori Kebutuhan dan Aplikasi Kebutuhan Siswa di Sekolah ... 59

(10)

x

2.1.5.2 Fungsi dan Jenis Motivasi ... 64

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan ... 68

2.3 Kerangka Berpikir ... 69

BAB III METODE PENELITIAN ... 70

3.1 Jenis dan Desain Penelitian ... 70

3.1.1 Jenis Penelitian ... 70

3.1.2 Desain Penelitian ... 71

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 72

3.2.1 Tempat Penelitian ... 72

3.2.2 Waktu Penelitian ... 72

3.3 Prosedur Penelitian ... 73

3.3.1 Tahap Persiapan ... 73

3.3.2 Tahap Pelaksanaan ... 73

3.3.3 Tahap Penyelesaian ... 73

3.4 Subjek Penelitian ... 74

3.5 Populasi dan Sampel ... 74

3.5.1 Populasi ... 74

3.5.2 Sempel ... 75

3.5.3 Taknik Pengambilan Sampel ... 75

3.6 Variabel Penelitian ... 76

3.7 Teknik Pengumpulan Data ... 77

3.8 Instrumen Penelitian ... 79

3.9 Teknik Analisis Data ... 80

3.9.1 Analisis Sebelum di Lapangan ... 80

3.9.2 Analisis Selama di Lapangan ... 81

3.9.2.1 Reduksi Data ... 81

3.9.2.2 Penyajian Data ... 81

(11)

xi

3.10.3 Uji Dependability ... 88

3.10.4 Uji Confirmability ... 88

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 89

4.1 Hasil Penelitian ... 89

4.1.1 Studi Pendahuluan ... 89

4.1.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 93

4.1.1.2 Daftar Kepala Sekolah dan Guru Dasar di 6 Sekolah Dasar di Gugus Imam Bonjol Kecamatan Purwodadi kabupaten Grobogan ... 99

4.1.1.2.1 Daftar Kepala Sekolah dari 6 Sekolah Dasar di Gugus Imam Bonjol Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan ... 99

4.1.1.2.2 Daftar Guru Kelas Awal dari 6 Sekolah Dasar di Gugus Imam Bonjol Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan... 100

4.1.2 Reduksi Data ... 104

4.1.3 Data Hasil Penelitian ... 105

4.1.3.1 Data Hasil Pencapaian Keterampilan Guru dalamMengadakan VariasiPembelajaran Tematik Kelas I, II, III di Gugus Imam Bonjol Kecamatan Purwodadi ... 106

4.1.3.1.1 Penyajian Data dari Masing-masing Indikator ... 106

4.1.3.1.2 Penyajian Data Secara Keseluruhan Indikator dari 6 Sekolah Dasar ... 142

4.1.3.2 Data Hasil Respon Siswa dalam Keterampilan Mengadakan VariasiPembelajaran Tematik ... 144

4.1.3.3 Data Hasil Angket Kinerja Guru ... 147

4.1.4 Uji Keabsahan Data ... 154

4.1.4.1 Uji Kredibilitas Data ... 154

4.1.4.2 Uji Traferability ... 159

4.1.4.3 Uji Dependability ... 160

(12)

xii

4.2.1.1 Profil Guru ... 163

4.2.1.1.1 Pengelompokkan Guru Berdasarkan Usia ... 163

4.2.1.1.2 Pengelompokkan Guru Berdasarkan Jenjang Pendidikan... 164

4.2.1.1.3 Pengelompokkan Guru Berdasarkan Status Kepegawaian ... 164

4.1.1.2 Keterampilan Mengadakan Variasi pada Pembelajaran Tematik ... 165

4.1.1.2.1 Prinsip Penggunaan Variasi ... 168

4.1.1.2.2 Aktivitas Variasi Gaya Mengajar ... 168

4.1.1.2.3 Pengalihan Penggunaan Indera ... 169

4.1.1.2.4 Interaksi Selama Kegiatan Pembelajaran ... 169

4.1.1.2.5 Kesinambungan Variasi dalam Proses Pembelajaran ... 171

4.1.1.2.6 Variasi Penggunaan Media Media dan Alat Peraga ... 172

4.2.2 Kendala yang Dialami Guru dalam Mengadakan Variasi Pembelajaran 173 4.2.3 Respon Siswa atau Aktivitas Siswa Kelas Awal Selama Mengikuti Kegiatan Pembelajaran tematik ... 175

4.2.4 Pembahasan Hasil Kinerja Guru ... 176

4.2.5 Pembahasan Hasil Wawancara ... 177

4.3 Implikasi Hasil Penelitian ... 180

4.3.1 Implikasi Teoretis ... 180

4.3.2 Implikasi Praktis ... 181

4.3.3 Implikasi Pedagogis ... 181

BAB V PENUTUP ... 183

5.1 Simpulan ... 183

5.2 Saran ... 185

DAFTAR PUSTAKA ... 187

(13)

xiii

Gambar 3.1 Desain Penelitian ... 74 Gambar 3.2 Hubungan Variabel Bebas, Kontrol, Dalam Penelitian Deskriptif di

SD Gugus Imam Bonjol Kecamatan Purwodadi Kabupaten

(14)

xiv

Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan ... 72

Tabel 3.2 Daftar Jumlah Populasi kelas 1, 2, dan 3 di Sekolah Dasar Gugus Imam Bonjol Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan ... 74

Tabel 3.3 Skala Penilaiaan Lembar Observasi ... 83

Tabel 3.4 Kriteria Skor Keterampilan Dasar Mengajar ... 84

Tabel 3.5 Kategori Skor Keterampilan Guru ... 86

Tabel 4.1 Daftar Kepala Sekolah dari 6 Sekolah Dasar di Gugus Imam Bonjol Keacamatan Purwodadi Kabubaten Grobogan ... 99

Tabel 4.2 Daftar Guru Kelas Awal dari 6 Sekolah Dasar di Gugus Imam Bonjol Keacamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan ... 100

Tabel 4.3 Hasil Pencapaian Kemampuan Guru dalam Mengadakan Variasi PembelajaranTematik di SDN 1 Kandangan ... 107

Tabel 4.4 Hasil Pencapaian Kemampuan Guru dalam Mengadakan Variasi Pembelajaran Tematik di SDN 2 Kandangan ... 113

Tabel 4.5 Hasil Pencapaian Kemampuan Guru dalam Mengadakan Variasi Pembelajaran Tematik di SDN 3 Kandangan ... 119

Tabel 4.6 Hasil Pencapaian Kemampuan Guru dalam Mengadakan Variasi Pembelajaran Tematik di SDN 1 Karanganyar ... 125

Tabel 4.7 Hasil Pencapaian Kemampuan Guru dalam Mengadakan Variasi Pembelajaran Tematik di SDN 1 Kedungrejo ... 131

Tabel 4.8 Hasil Pencapaian Kemampuan Guru dalam Mengadakan Variasi Pembelajaran Tematik di SDN 3 Kedungrejo ... 137

Tabel 4.9 Rekapitulasi Skor Kemampuan Mengadakan Varaisi dari 6 Sekolah Dasar Gugus Imam Bonjol Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan ... 142

Tabel 4.10 Ulasan Kegiatan Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Kelas I, II, II Selama Pertemuan 1, 2, 3 di Enam Sekolah Dasar... 144

(15)
(16)

xvi

Diagram 4.2 Guru Kelas Berdasarkan Jenjang Pendidikan ... 103

Diagram 4.3 Guru Kelas Berdasarkan Status Kepegawaian ... 104

Diagram 4.4 Skor Rata-rata Pencapaian Indikator di SDN 1 Kandangan ... 111

Diagram 4.5 Skor Rata-rata Pencapaian Indikator di SDN 2 Kandangan ... 117

Diagram 4.6 Skor Rata-rata Pencapaian Indikator di SDN 3 Kandangan ... 123

Diagram 4.7 Skor Rata-rata Pencapaian Indikator di SDN 1 Karanganyar ... 128

Diagram 4.8 Skor Rata-rata Pencapaian Indikator di SDN 1 Kedungrejo ... 134

Diagram 4.9 Skor Rata-rata Pencapaian Indikator di SDN 3 Kedungrejo ... 140

(17)

xvii

Melakukan Variasi Pembelajaran ... 192

Lampiran 2 Pedoman Penetapan Indikator Keterampilan Dasar Guru Dalam Melakukan Variasi Pembelajaran ... 194

Lampiran 3 Instrmen Lembar Observasi Keterampilan Variasi Mengajar Guru ... 196

Lampiran 4 Intrumen Lembar Observasi Respon Siswa... 200

Lampiran 5 Intrumen Catatan Lapangan Siswa ... 202

Lampiran 6 Instrumen Lembar Wawancara Keterampilan Variasi Mengajar Guru ... 203

Lampiran 7 Intrumen Lembar Observasi Kinerja Guru ... 204

Lampiran 8 Lembar Wawancara Observasi Kinerja Guru ... 207

Lampiran 9 Identitas Sekolah... 208

Lampiran 10 Daftar Kepala Sekolah Sampel Penelitian ... 209

Lampiran 11 Daftar Guru Sampel Penelitian ... 210

Lampiran 12 Hasil Catatan Lapangan SDN 1 Kandangan... 211

Lampiran 13 Hasil Catatan Lapangan SDN 2 Kandangan... 212

Lampiran 14 Hasil Catatan Lapangan SDN 3 Kandangan ... 213

Lampiran 15 Hasil Catatan Lapangan SDN 1 Karanganyar ... 214

Lampiran 16 Hasil Catatan Lapangan SDN 1 Kedungrejo ... 215

Lampiran 17 Hasil Catatan Lapangan SDN 3 Kedungrejo ... 216

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG

Pendidikan manusia berlangsung seumur hidup. Pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan sistematis yang dilakukan oleh seseorang untuk mengubah tingkahlaku manusia ke arah yang lebih baik dengan berbagai cara dan strategi dalam mencapai tujuan pendidikan. Sebagaimana tercantum dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 ayat 1 menyebutkan:

(19)

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 tahun 2005 pasal 19 tentang Standar Nasional Pendidikan menyebutkan bahwa:

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik secara psikologis peserta didik.

Pendidikan membutuhkan sebuah proses yang bertahap dan terencana serta memiliki arah dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 menyebutkan bahwa:

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara demokratis serta bertanggung jawab.

Dalam usaha meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia dibutuhkan kurikulum yang tepat untuk diterapkan pada masing-masing jenjang pendidikan. Secara harfiah dapat diartikan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus (BNSP, 2006:6).

(20)
(21)

menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal, serta pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

Profesionalisme guru harus didukung oleh kompetensi standar yang harus dikuasai oleh para guru profesional. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, menyebutkan ada (4) kompetensi guru yaitu Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Profesional, dan Kompetensi Sosial. Oleh karena itu, guru harus sungguh-sungguh dan baik dalam menguasai 4 kompetensi tersebut agar tujuan pendidikan dapat tercapai. Karena kian hari tantangan dan perubahan zaman membuat proses pendidikan juga harus berubah.

(22)

Data Education For All (EFA) Global Monitoring Report pada tahun 2011 yang dikeluarkan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) yang diluncurkan. Indeks pembangunan pendidikan atau education development index (EDI) berdasarkan data tahun 2008 adalah 0,934. EDI dikatakan tinggi jika mencapai 0,95. Nilai itu menempatkan pendidikan di Indonesia di posisi ke-69 dari 127 negara di dunia (kompas.com 20/2/2016). Data tersebut menunjukkan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia masih rendah. Sistem pembelajaran di sekolah-sekolah di Indonesia masih perlu diperbaiki dan ditingkatkan.

Gambaran hasil temuan di atas, dapat mewakili keadaan pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada umumnya. Dalam proses pembelajaran seharusnya menekankan pada pemberian pengalaman langsung, kontekstual dan berpusat kepada siswa. Oleh sebab itu, guru harus mampu mengadakan variasi pembelajaran agar siswa lebih kreatif dan tidak bosan dalam menerima pembelajaran.

(23)

(4) melayani gaya belajar siswa yang beraneka ragam; dan (5) meningkatkan kadar keaktifan/keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Kegiatan pembelajaran belum berjalan dengan baik. Hal ini dilatarbelakangi oleh hambatan-hambatan yang terjadi selama proses pembelajaran khususnya dalam mengadakan variasi. Hal tersebut dibuktikan dengan peneliti terdahulu yang dilakukan oleh Anita Diah Frasetyana, dkk. tahun 2015 yang berjudul

“Analisis Keterampilan Dasar Mengajar Mahasiswa Pendidikan Matematika

dalam Pembelajaran Mikro”. Hasil penelitiannya menunjukkan dalam

mengadakan variasi, mahasiswa tidak tampak menggunakan media pembelajaran yang bervariasi karena mahasiswa tidak menggunakan alat atau media pembelajaran apapun. Selain itu, mahasiswa tidak tampak melakukan perubahan posisi depan ke tengah atau ke belakang kelas.

Penelitian lain yang mendukung dalam pemecahan masalah ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Ni Luh Gede Wahyuni Lestari, dkk tahun 2014 yang berjudul “Variasi Mengajar Guru Dalam Pembelajaran Mengubah Pengalaman Pribadi Menjadi Naskah Drama pada Siswa Kelas Xi SMA Negeri 1

Melaya”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa “(1) variasi mengajar yang

(24)

sejawatnya, dan (3) kendala-kendala yang dihadapi guru bersumber dari faktor guru, siswa, sarana dan prasarana, lingkungan khususnya dalam pengorganisasian

kelas, dan alokasi waktu”

Survey awal yang dilaksanakan peneliti (Februari 2016) di 3 Sekolah Dasar Gugus Imam Bonjol Kecamatan Purwodadi ditemukan bahwa pelaksanaan sistem pembelajaran di kelas belum optimal. Beberapa guru belum menerapkan delapan keterampilan dasar mengajar secara tepat. Masih ada beberapa keterampilan yang belum nampak atau terpenuhi dalam pelaksanaan pembelajaran tematik pada kelas rendah. Hal ini berpengaruh pada jalannya proses pembelajaran yang menyebabkan hasil belajar kurang optimal. Selain itu, siswa kurang dapat memahami proses pembelajaran yang berlangsung karena pembelajaran kurang bermakna.

(25)

mengalami kebosanan dan kejenuhan karena pembelajaran monoton yang mengakibatkan siswa kurang antusias dan partisipatif dalam kegiatan pembelajaran.

Sesuai hal tersebut, menjadikan alasan peneliti untuk mengetahui kemampuan guru dalam mengadakan variasi pembelajaran sebagai solusi alternatif pemecahan masalah dalam menghadapi masalah pembelajaran. Variasi tersebut dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu: (1) variasi dalam gaya mengajar; (2) variasi dalam penggunaan media dan bahan pelajaran; (3) variasi dalam pola interaksi dan kegiatan. Dengan variasi yang diadakan guru, bukan saja siswa yang akan memperoleh kepuasan belajar, tetapi guru pun akan memperoleh kepuasan dalam mengajar. Oleh karena itu, seorang guru harus mampu mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran yang dikelolanya.

Sesuai latar belakang yang telah dikemukakan, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang keterampilan dasar mengajar guru Sekolah Dasar di Gugus Imam Bonjol. Salah satu keterampilan dasar yang sangat penting untuk dikuasai adalah kemampuan mengadakan variasi. Oleh karena itu, peneliti akan mengkaji permasalahan melalui penelitian kualitatif deskriptif yang berjudul

“KEMAMPUAN GURU SEKOLAH DASAR DALAM MENGADAKAN

VARIASI PADA PEMBELAJARAN TEMATIK DI GUGUS IMAM BONJOL

(26)

1.2

IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan sistem pembelajaran di kelas. Permasalahan tersebut antara lain.

1) Guru belum menerapkan delapan keterampilan dasar mengajar secara tepat sehingga masih ada beberapa keterampilan yang belum nampak atau terpenuhi dalam pelaksanaan pembelajaran tematik;

2) Siswa kurang dapat memahami proses pembelajaran yang berlangsung karena pembelajaran kurang bermakna;

3) Masih banyak guru yang hanya melakukan tugas sebatas mentransfer ilmu tanpa tahu bagaimana mengemas pembelajaran menjadi menarik perhatian siswa;

4) Siswa kurang memiliki motivasi untuk lebih giat belajar di sekolah; 5) Penggunaan sumber belajar yang kurang maksimal;

6) Guru lebih sering menggunakan ceramah tanpa memperhatikan minat lain yang dimiliki oleh siswa seperti penggunaan media (alat peraga) untuk siswa yang visual, adanya diskusi, eksperimen, demonstrasi, dan praktik untuk siswa yang kinestetik;

7) Penggunaan model yang kurang bervariasi atau inovatif, hal itu dibuktikan dengan guru tidak mau keluar dari zona nyaman;

(27)

1.3

PEMBATASAN MASALAH

Sesuai identifikasi masalah tersebut, maka peneliti memfokuskan masalah penelitian pada kemampuan guru Sekolah Dasar dalam mengadakan variasi pada pembelajaran tematik di Gugus Imam Bonjol Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan.

1.4

RUMUSAN MASALAH

Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang jelas dari berbagai masalah yang terdapat dalam penelitian, masalah tersebut dapat

dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimanakah kemampuan guru Sekolah Dasar

dalam mengadakan variasi pada pembelajaran tematik di Gugus Imam Bonjol

Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan?”.

Adapun rumusan masalah dapat dirinci sebagai berikut.

1. Bagaimanakah kemampuan guru Sekolah Dasar dalam mengadakan variasi pada pembelajaran tematik di Gugus Imam Bonjol Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan?

2. Apa sajakah kendala yang dialami guru Sekolah Dasar dalam mengadakan variasi pada pembelajaran tematik di Gugus Imam Bonjol Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan?

(28)

4. Bagaimanakah tingkat keberhasilan kinerja guru kelas awal berkaitan dengan kemampuannya menguasai empat kompetensi mengajar?

1.5

TUJUAN PENELITIAN

Merujuk pada rumusan masalah, terdapat tujuan umum dan tujuan khusus dalam penelitian ini. Tujuan umum menggambarkan secara umum tujuan penelitian yang ingin dicapai. Sedangkan tujuan khusus menjelaskan tujuan penelitian secara spesifik. Berikut penjelasan kedua tujuan tersebut.

1.5.1 Tujuan Umum

Mendeskripsikan kemampuan guru Sekolah Dasar dalam mengadakan variasi pada pembelajaran tematik di Gugus Imam Bonjol Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan.

1.5.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi kemampuan guru Sekolah Dasar dalam mengadakan variasi pada pembelajaran di Gugus Imam Bonjol Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan.

2. Mengidentifikasi kendala yang dialami guru Sekolah Dasar dalam mengadakan variasi pembelajaran tematik di Gugus Imam Bonjol Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan.

(29)

4. Mengetahui tingkat keberhasilan kinerja guru kelas rendah berkaitan dengan kemampuannya menguasai empat kompetensi mengajar.

1.6

MANFAAT PENELITIAN

Manfaat hasil penelitian ini diharpkan akan memberikan kontribusi secara teoretis dan praktis, yang akan diuraikan sebagai berikut.

1.6.1 Manfaat Teoretis

Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengalaman sekaligus kemampuan guru, serta sebagai bahan masukan untuk kegiatan-kegiatan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan kemampuan dasar mengajar dalam mengadakan variasi pembelajaran.

1.6.2 Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi guru, siswa, maupun sekolah.

1.6.2.1Bagi Guru

Memberikan masukan kepada guru Sekolah Dasar untuk menerapkan keterampilan mengadakan variasi pembelajaran, sehingga guru dapat memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme sebagai pengajar. Memupuk tingkah laku yang positif terhadap guru dan sekolah dengan berbagai cara mengajar yang lebih hidup dan lingkungan belajar yang lebih baik.

1.6.2.2Bagi siswa

(30)

membosankan. Memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan bakat ingin mengetahui dan menyelidiki hal-hal yang baru.

1.6.2.3Bagi sekolah/lembaga pendidikan

Sebagai informasi dan masukan bagi sekolah untuk melaksanakan pembelajaran yang lebih inovatif dan berkualitas dengan memaksimalkan kemampuan guru dalam menerapkan keterampilan dasar mengajar.

1.6.2.4Bagi Peneliti

(31)

14

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1

KAJIAN TEORI

Teori-teori yang akan dikaji meliputi teori-teori yang sesuai dengan variabel penelitian.

2.1.1 Kurikulum

2.1.1.1Hakikat Kurikulum

Kurikulum merupakan komponen pendidikan yang dijadikan acuan oleh setiap satuan pendidikan, baik oleh pengelola maupun penyelenggara, khususnya oleh guru dan kepala sekolah. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, kompetensi dasar, materi standar, hasil belajar, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar dan tujuan pendidikan (Mulyasa, 2012:46). Kurikulum pendidikan dasar yang berkenaan dengan sekolah dasar menekankan kemampuan dan keterampilan dasar, yaitu “baca, tulis, dan hitung” (Calistung) sebagaimana tercermin dalam kemampuan dan keterampilan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari (Usman, 2013:144).

(32)

dengan kebutuhan-kebutuhan siswa sehingga bebas mengkaji kurikulum yang akan diterapkan.

2.1.1.2Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Standar Nasional Pendidikan (SNP Pasal 1, ayat 15) dikemukakan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau Kurikulum 2006 adalah sebuah kurikulum operasional pendidikan yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan di Indonesia (Permendikbud nomor 61 tahun 2014).

KTSP merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan sekolah yang efektif, produktif, dan berprestasi. KTSP merupakan paradigma baru pengembangan kurikulum, yang memberikan otonomi luas pada setiap satuan pendidikan, dan pelibatan masyarakat dalam rangka mengefektifkan proses pembelajaran di sekolah. Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum.

(33)

a. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumberdaya yang tersedia.

b. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.

c. Meningkatkan kompetensi yang sehat antara satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai.

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP adalah kurikulum yang dikembangkan oleh masing-masing satuan pendidikan dengan berpedoman pada standar isi dan standar proses yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Dalam hal ini, sekolah dapat mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan siswa berdasarkan potensi dari daerah masing-masing. Guru sebagai pelaksana kurikulum dapat mengembangkan tujuan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa.

2.1.2 Pembelajaran 2.1.2.1Hakikat Belajar

(34)

Slameto (2010:2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Senada dengan Usman (2013:5) belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dan individu dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Hamdani (2011:21-22) belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan. Misalnya, dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan sebagainya.

Hamalik (2015:29) menyatakan belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan. Jadi, belajar merupakan langkah-langkah atau prosedur yang ditempuh. Selanjutnya ada yang mendefinisikan belajar rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif dan psikomotorik (Sardiman, 2012:21). Sedangkan menurut Anitah (2008:1.3) belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berpikir dan merasakan. Seseorang dikatakan belajar bila pikiran dan perasaannya aktif.

(35)

2.1.2.2Teori Belajar

Sejarah perkembangan psikologi, dikenal beberapa aliran psikologi. Tiap aliran psikologi tersebut memiliki pandangan sendiri-sendiri tentang belajar. Pandangan itu umumnya berbeda satu sama lain dengan alasan-alasan tersendiri.

Peneliti meninjau beberapa aliran psikologi dalam hubungannnya dengan teori belajar yang sesuai dengan penelitian, yakni.

a) Teori belajar Piaget

Trianto (2007:22-23) Jean Piaget membagi perkembangan dalam beberapa tahap yaitu tahap sensorimotor, praoperasional, operasi konkrit, operasi formal.

1. Tahap Sensorimotor (0-2 tahun)

Pada tahap ini terbentuknya konsep “kepermanenan obyek” dan

kemajuan gradual dari perilaku refleksif ke perilaku yang mengarah kepada tujuan.

2. Tahap Praoperasional (2-7 tahun)

Pada tahap ini mengalami perkembangan kemampuan menggunakan simbol-simbol untuk menyatakan obyek-obyek dunia. Pemikiran masih egosentris dan sentrasi.

3. Tahap Operasi Konkret (7-11 tahun)

(36)

sentarsi tetapi desentrasi, dan pemecahan masalah tidak begitu dibatasi oleh keegosentrisan.

4. Tahap Operasi Formal (11 tahun sampai dewasa)

Pada tahap ini pemikiran abstrak dan murni simbolis mungkin dilakukan. Masalah-masalah dapat dipecahkan melalui penggunaan eksperimentasi sistematis.

Menurut Piaget, kecepatan perkembangan setiap individu melalui tahap yang berbeda dan tidak ada individu yang melompati salah satu tahap tersebut. Setiap tahap ditandai dengan munculnya kemampuan-kemampuan intelektual baru yang memungkinkan orang memahami dunia dengan cara yang semakin kompleks. Belajar akan lebih berhasil apabila dapat berinteraksi dengan lingkungan sesuai dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik diberi kesempatan untuk membangun sendiri skemata-skemata dari pengalaman dengan lingkungannya melalui interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya beragumentasi, berdiskusi, membantu memperjelas pemikiran, yang pada akhirnya, membuat pemikiran itu menjadi lebih logis. Peran guru adalah sebagai fasilitator bukan sebagai pemberi informasi. Guru harus mampu menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif bagi para siswanya.

b) Teori Behaviorisme

(37)

antara stimulus dan respon. Dengan memberikan rangsangan (stimulus) maka siswa akan merespon. Hubungan antara stimulus dan respon ini akan menimbulkan kebiasaan-kebiasaan otomatis pada belajar. Jadi, pada dasarnya kelakuan anak adalah terdiri atas respon-respon tertentu terhadap stimulus tertentu. Dengan adanya latihan maka hubungan akan semakin kuat.

c) Teori belajar Gestalt

Sardiman (2012:30) teori ini berpandangan bahwa keseluruhan lebih penting dari bagian-bagiab/unsur. Sebab keberadaannya keseluruhan itu juga lebih dulu. Sehingga dalam kegiatan belajar bermula pada suatu pengamatan. Pengamatan itu penting dilakukan secara menyeluruh.

Penyesuaaian pertama dalam belajar yaitu memperoleh response yang tepat untuk memecahkan problem yang dihadapi. Belajar yang penting bukan mengulangi hal-hal yang harus dipelajari, tetapi mengerti atau memperoleh

insight (Slameto, 2010:9). Senada dengan pendapat Sanjaya (2014:120) teori

Gestalt, belajar adalah proses mengembangkan insight. Insight adalah pemahaman terhadap hubungan antarbagian di dalam situasi permasalahan.

Slameto (2010:9-11) Prinsip-prinsip belajar menurut teori Gestalt yaitu. 1. Belajar berdasarkan keseluruhan

(38)

2. Belajar adalah suatu proses perkembangan

Manusia sebagai suatu organisme yang berkembangan, kesediaan mempelajari sesuatu tidak hanya ditentukan oleh kematangan jiwa batiniah, tetapi juga perkembangan karena lingkungan dan pengalaman. 3. Siswa sebagai organisme keseluruhan

Siswa belajar tidak hanya intelek saja, tetapi juga emosional dan jasmaniahnya.

4. Terjadi tranfer

Belajar pada pokoknya yang terpenting pada penyesuaian pertama ialah memperoleh response yang tepat.

5. Belajar adalah reorganisasi pengalaman

Pengalaman adalah suatu interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Belajar itu baru timbul bila seseorang menemui suatu situasi/soal baru. Dalam menghadapi itu ia akan menggunakan segala pengalaman yang telah dimiliki.

6. Belajar harus dengan insight

Insight adalah suatu saat dalam proses belajar dimana seseorang melihat pengertian tentang sangkut-paut dan hubungan tertentu dalam unsur yang mengandung suatu problem.

7. Belajar lebih berhasil bila berhubungan dengan minat, keinginan dan tujuan siswa.

(39)

membicarakan tentang proyek/unit agar tahu tujuan yang akan dicapai dan yakin akan manfaatnya.

8. Belajar berlangsung terus-menerus.

Siswa memperoleh pengetahuan tidak hanya di sekolah tetapi juga di luar sekolah, dalam pergaulan; memperoleh pengalaman sendiri-sendiri, karena itu sekolah harus bekerja sama dengan orang tua di rumah dan masyarakat, agar semua turut serta membantu perkembangan siswa secara harmonis.

d) Teori belajar konstruktivisme

(40)

2.1.2.3Prinsip Belajar

Dalam pelaksanaan pembelajaran prinsip belajar harus diperhatikan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Prinsip belajar merupakan ketentuan atau hukum yang harus dijadikan pegangan di dalam pelaksanaan kegiatan belajar. Sebagai suatu hukum, prinsip belajar akan sangat menentukan proses dan hasil belajar (Anitah W, 2008:1.9). Prinsip-prinsip belajar hanya memberikan petunjuk umum tentang belajar. Tetapi prinsip-prinsip itu tidak dapat dijadikan hukum belajar yang bersifat mutlak.

Menurut Slameto (2010:27-28) prinsip-prinsip belajar, sebagai berikut.

a) Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar.

1. Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional;

2. Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional;

3. Belajar perlu lingkungan yang menantang di mana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif;

4. Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya.

b) Sesuai hakikat belajar.

1. Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya;

(41)

3. Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan. Stimulus yang diberikan menimbulkan response yang diharapkan;

c) Sesuai materi/bahan yang harus dipelajari.

1. Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya;

2. Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapai.

d) Syarat keberhasilan belajar.

1. Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar dengan tenang;

2. Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian/ keterampilan/sikap itu mendalam pada siswa.

2.1.2.4Faktor yang Mempengaruhi Belajar

(42)

Slameto (2010:54-72) faktor yang mempengaruhi belajar adalah faktor intern dan faktor ekstern.

1. Faktor Intern

a) Faktor jasmani yaitu: faktor kesehatan, cacat tubuh;

b) Faktor psikologis yaitu: inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan;

c) Faktor kelelahan. 2. Faktor Ekstern

a) Faktor keluarga yaitu: cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang orang tua;

b) Faktor sekolah yaitu: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah;

c) Faktor masyarakat yaitu: kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.

Solihatin (2012:11-12) faktor yang mempengaruhi belajar antara lain. 1) Faktor Guru

(43)

2) Faktor Siswa

Siswa adalah subjek yang belajar atau disebut belajar. Pada faktor siswa yang harus anda perhatikan adalah karakteristik siswa, baik karaktersitik umum maupun karakteristik khusus.

3) Faktor Kurikulum

Kurikulum merupakan pedoman bagi guru dan siswa dalam mengorganisasikan tujuan dan isi pelajaran. Pada faktor ini perlu diperhatikan bagaimana merumuskan tujuan pembelajaran dan mengorganisasikan isi pelajaran.

4) Faktor Lingkungan

Lingkungan atau latar adalah konteks terjadinya pengalaman belajar. Pada faktor ini perlu diperhatikan lingkungan fisik dan lingkungan nonfisik yang menunjang situasi interaksi belajar mengajar optimal.

Sardiman (2012:45-46) mengklasifikasikan faktor-faktor psikologis dalam belajar itu adalah sebagai berikut:

a. Perhatian, maksudnya adalah pemusatan energi psikis yang tertuju kepada

suatu objek pelajaran atau dapat dikatakan sebagai banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai aktivitas belajar.

b. Pengamatan, adalah cara mengenal dunia riil, baik dirinya sendiri maupun

(44)

c. Tanggapan, yang dimaksudkan adalah gambaran/bekas yang tinggal dalam ingatan setelah orang melakukan pengamatan. Tanggapan itu akan meiliki pengaruh terhadap perilaku belajar setiap siswa.

d. Fantasi, adalah sebagai kemampuan untuk membentuk

tanggapan-tanggapan baru berdasarkan atas tanggapan-tanggapan yang ada. Dengan vantasi ini, maka dalam belajar akan memiliki wawasan yang lebih longgar karena dididik untuk memahami diri atau pihak lain.

e. Ingatan, secara teoritis ingatan akan berfungsi : (1) mencamkan atau

menerima kesan-kesan dari luar; (2) menyimpan kesan; (3) memproduksi kesan. Oleh karena itu, ingatan akan merupakan kecakapan untuk menerima, menyimpan, dan memproduksi kesan-kesan dalam belajar. Hal ini sekaligus untuk menghindari kelupaan karena lupa sebagai gejala psikologis yang selalu ada.

f. Berpikir, adalah aktivitas mental untuk dapat merumuskan pengertian,

menyintesis dan menarik kesimpulan.

g. Bakat, adalah salah satu kemampuan manusia untuk melakukan suatu

kegiatan dan sudah ada sejak manusia itu ada. Hal ini dekat dengan persoalan integensial yang merupakan struktur mental yang melahirkan

“kemapuan” untuk memahami sesuatu. Kemampuan itu

menyangkut:echievement, capacity, dan aptitude.

(45)

2.1.2.5Hakikat Mengajar

Secara deskriptif mengajar diartikan sebagai proses penyampaian informasi atau pengetahuan dari guru kepada siswa. Proses penyampaian itu sering juga dianggap sebagai proses mentransfer ilmu (Sanjaya, 2014:96). Senada dengan pendapat tersebut Suprijono (2014:12) mengajar adalah proses penyampaian. Arti demikian melahirkan konstruksi pembelajaran berpusat pada guru. Mentransfer mempunyai makna “menyebarluaskan, memperkaya”

pengalaman belajar siswa dan “menanamkan” pengetahuan, sikap, serta

keterampilan sehingga dapat mengembangkan potensi siswa/pembelajar secara maksimal.

Aqib (2013:67) mengajar adalah kemampuan mengkondisikan situasi yang dapat dijadikan proses belajar bagi siswa. Oleh sebab itu, mengajar tidak harus terikat ruang/tempat atau waktu. Inti mengajar adalah kemampuan guru mendesain situasi dan kondisi yang dapat mendukung praktik belajar siswa secara utuh, tepat, dan baik. Sedangkan menurut Slameto (2010:29-30) mengajar ialah penyerahan kebudayaan berupa pengalaman-pengalaman dan kecakapan kepada anak didik. Selain itu, mengajar diartikan sebagai upaya menciptakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya kegiatan belajar bagi para siswa. Kondisi itu diciptakan sedemikian rupa sehingga membantu perkembangan anak secara optimal baik jasmani maupun rohani, baik fisik maupun mental (Sardiman, 2012:48).

(46)

dari guru kepada siswa untuk menciptakan kondisi atau lingkungan yang mendukung dan memungkinkan berlangsungnya proses pembelajaran.

2.1.2.6Prinsip-prinsip Mengajar

Guru yang mengajar di depan harus mempunyai prinsip-prinsip mengajar, dan harus dilaksanakan seefektif mungkin, agar guru tidak asal mengajar. Slameto (2010:35-39) prinsip-prinsip mengajar disimpulkan menjadi 10 prinsip, yaitu: (1) perhatian; (2) aktivitas; (3) apersepsi; (4) peragaan; (5) repetisi; (6) korelasi; (7) konseptrasi; (8) sosialisasi; (9) individualisasi; (10) evaluasi. 2.1.2.7Hakikat Pembelajaran

Pembelajaran adalah upaya secara sistematis yang dilakukan guru untuk mewujudkan proses pembelajaran berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Aqib, 2013:66). Menurut Suprijono (2014:13) pembelajaran mempunyai arti proses, cara, perbuatan, mempelajari. Ia juga menambahkan bahwa subjek pembelajaran adalah peserta didik. Kegiatan pembelajaran dipusatkan pada peserta didik dan peran guru adalah mengorganisir lingkungan terjadinya pembelajaran.Salah satu sasaran pembelajaran adalah membangun gagasan sainstifik setelah siswa berinteraksi dengan lingkungan, peristiwa, dan informasi dari sekitarnya (Hamdani, 2011:23).

(47)

2.1.2.8Komponen Pembelajaran

Komponen merupakan bagian dari suatu sistem yang memiliki peran dalam keseluruhan berlangsungnya suatu proses untuk mencapai tujuan sistem. Jadi, komponen pendidikan adalah bagian-bagian dari sistem proses pendidikan yang menentukan berhasil atau tidaknya proses pendidikan.Hamdani (2011:48) komponen-komponen pembelajaran meliputi tujuan, subyek belajar, materi pelajaran, strategi pembelajaran, media pembelajaran, dan penunjang.

Semua komponen dalam sistem pengajaran saling berhubungan dan saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pada dasarnya, proses pembelajaran dapat terselenggara secara lancar, efisien, dan efektif berkat adanya interaksi yang positif, konstruktif, dan produktif antara berbagai komponen yang terkandung di dalam sistem pembelajaran tersebut.

2.1.2.9Kualitas Pembelajaran

Mendengar istilah kualitas, pemikiran tertuju pada suatu benda atau keadaan yang baik. Kualitas dapat dimaknai dengan istilah mutu atau keefektifan. Dengan demikian, efektivitas belajar adalah tingkat pencapaian tujuan pembelajaran, termasuk pembelajaran seni. Pencapaian tujuan tersebut berupa peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta pengembangan sikap melalui proses pembelajaran.

(48)

untuk dimaknai bahwa keberhasilan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa ditentukan oleh efektivitasnya dalam upaya pencapaian kompetensi belajar(Hamdani, 2011:194).

Jadi, membicarakan kualitas pembelajaran artinya mempersoalkan bagaimana kegiatan pembelajaran yang dilakukan selama ini berjalan dengan baik serta menghasilkan luaran yang baik pula (Uno, 2012:153). Dalam penelitian ini, untuk mengetahui sejauh mana kualitas pembelajaran, peneliti menentukan tiga indikator sebagai acuan, yaitu: keterampilan guru, aktivitas siswa dan kinerja guru.

4.1.2.10 Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik dapat diartikan suatu kegiatan pembelajaran dengan mengintegrasikan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema atau topik pembahasan. Pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individu maupun kelompok aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik (Majid, 2014:80). Penetapan pendekatan tematik dalam pembelajaran kelas rendah oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) tidak lepas dari perkembangan akan konsep dari pendekatan terpadu itu sendiri.

Penelitian Munasik tahun 2014 dengan judul “Kemampuan Guru

Sekolah Dasar dalam Menerapkan Pembelajaran Tematik di Sekolah.” Hasil

(49)

tematik sudah cukup baik. Pembelajaran terpadu merupakan suatu model pembelajaran yang paling sesuai untuk siswa SD kelas awal, karena dalam pembelajaran tematik/terpadu, anak dapat diajak berpartisipasi aktif dalam mengeksplorasi topik atau kejadian. Kesulitannya adalah dalam penyusunan dan pengimplementasian rencana pelaksanaan pembelajaran masih menemui kendala terutama dalam mencari metode dan media yang sesuai dengan semua tema, sementara penentuan alat ukur keberhasilan pembelajaran tematik (evaluasi pembelajaran) yang bisa mengakomodir beberapa materi yang digabungkan agak sulit untuk dirumuskan. Jalan keluar yang diambil guru dalam menghadapi berbagai kesulitanmengembangkan pembelajaran tematik disiasati dengan memperbanyak diskusi dengan teman sejawat dan memperbanyak referensi dengan mencari sumber di internet atau web lainnya.

Pembelajaran tematik dilakukan dengan maksud sebagai upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan, terutama untuk mengimbangi padatnya materi kurikulum. Disamping itu, pembelajaran tematik akan memberi peluang pembelajaran terpadu yang lebih menekankan pada partisipasi atau keterlibatan siswa dalam belajar. Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek pembelajaran.

(50)

a. Berpusat pada siswa

Pembelajaran tematik berpusat pada siswa, yang menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan kegiatan belajar.

b. Memberikan pengalaman langsung

Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung dan nyata kepada siswa. Pengalaman ini membantu siswa memahamai hal-hal yang lebih abstrak.

c. Keterpaduan mata pelajaran

Dalam pembelajaran tematik pemisahan anatara mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas.

d. Menyajikan konsep dari matapelajaran.

Pemebelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa mampu memahami konsep-konseo tersebut sebagai satu kesatuan. Hal ini membntu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari

e. Bersifat fleksibel

(51)

f. Minat dan kebutuhan siswa

Pembelajaran tematik sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Dengan demikian, siswa memperoleh kesempatan untuk mengembangkan potensi dirinya secara maksimal.

g. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan. 2.1.3 Guru

2.1.3.1Hakikat Guru

Guru merupakan profesi yang mulia karena di tangan merekalah masa depan bangsa ini ditentukan. Guru adalah unsur terpenting dalam keseluruhan sistem pendidikan, karena peran dan kedudukan guru demi meningkatkan mutu dan kualitas anak didik harus diperhitungkan dengan sungguh-sungguh. Guru yang baik harus mengerti dan paham tentang hakikat sejati seorang guru.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1 Ayat 1 dijelaskan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

(52)

dengan sengaja untuk menjadi guru dan dosen dengan dibekali tentang pendidikan dalam waktu lama agar mereka terampil melaksanakan ilmunya di lapangan.

Senada dengan pendapat Pidarta, Mulyasa (2015:37) guru adalah pendidik yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin.

Berdasarkan pendapat-pendapat tentang hakikat guru dapat disimpulkan bahwa guru adalah suatu profesi yang bertugas mendidik secara profesional dengan bekal pengetahuan, keterampilan, dan standar kualitas yang dimiliki. Dengan demikian guru dapat dikatakan sebagai pendidik yang bertugas mempersiapkan peserta didik untuk menyongsong masa depan yang lebih baik. 2.1.3.2Peran Guru dalam Pembelajaran

Guru dalam proses pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting. Seiring dengan kemajuan perkembangan teknologi, peran guru akan tetap diperlukan. Peranan guru ini akan senantiasa menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai interaksinya, terutama dengan siswa, sesama guru maupun dengan staf yang lain. Dari berbagai kegiatan pembelajaran, dapat dipandang sebagai sentral bagi peranannya. Sebab baik disadari atau tidak bahwa sebagian dari waktu dan perhatian guru banyak dicurahkan untuk menggarap proses pembelajaran dan berinteraksi dengan siswanya.

(53)

a. Informator

Sebagai pelaksana cara mengajar informatif, labolatorium, studi lapangan dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.

b. Organisator

Guru sebagai organisator, pengelola kegiatan akademik, silabus,

workshop, jadwal pelajaran dan lain-lain. Komponen-komponen yang

berkaitan dengan kegiatan pembelajaran, semua diorganisasikan sedemikian rupa, sehingga dapat mencapai efektivitas dan efisiensi dalam belajar pada diri siswa.

c. Motivator

Peranan guru sebagai motivator ini penting artinya dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa. Guru dapat merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas), sehingga akan terjadi dinamika di dalam pembelajaran.

d. Pengarah/direktor

Guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan. Guru harus juga “handayani”. e. Inisiator

(54)

anak didiknya. Jadi termasuk pula dalam lingkungan semboyan “ing ngarso

sung tulodo”.

f. Transmitter

Dalam kegiatan belajar guru juga akan bertindak selaku penyebar kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan.

g. Fasilitator

Guru berperan dalam memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses pembelajaran, misalnya saja dengan menciptakan suasana kegiatan pembelajaran yang sedemikian rupa, serasi dengan perkembangan siswa, sehingga interaksi pembelajaran akan berlangsung secara efektif. Hal ini

berganyut dengan dengan semboyan “Tut Wuri Handayani”.

h. Mediator

Guru sebagai mediator dapat diartikan sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa. Misalnya menengahi atau memberikan jalan keluar kemacetan dalam kegiatan diskusi siswa. Mediator juga diartikan penyedia media. Bagaimana cara memaknai dan mengorganisasikan penggunaan media. i. Evaluator

Guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademis maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.

2.1.3.3Tugas Guru

(55)

yakni tugas dalam bidang profesi, tugas kemanusiaan, dan tugas dalam bidang kemasyarakatan. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik bearti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa.

Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus mampu menarik simpati sehingga ia menjadi idola para siswanya. Pelajaran apa pun yang diberikan, hendaknya dapat menjadi motivasi bagi siswanya dalam belajar.

Masyarakat menempatkan guru pada tempat yang lebih terhormat di lingkungannya karena dari seseorang guru diharapkan masyarakat dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Ini berarti bahwa guru berkewajiban mencerdaskan bangsa menuju pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berdasarkan Pancasila.

Djumiran (2009:5.16-5.20) tugas-tugas guru terdiri dari. 1. Tugas mendidik

Tugas mendidik mengarahkan pada pembentukan sikap dan nilai-nilai sehingga peserta didik berperilaku sesuai dengan norma sekolah (tata tertib), norma masyarakat (adat istiadat), norma negara (pancasila) dan norma Tuhan (agama).

(56)

Guru mewariskan penegtahuan, sikap dan keterampilan kepada peserta didik. Perbuatan mengajar mengarah apada pengembangan aspek intelektual (kognitif) peserta didik. Pelaksanaan tugas ini diawali dengan perancangan berbagai program biasanya dimulai dari penyususnan program tahunan, dilanjutkan dengan perancangan program semester, penyusunan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

3. Tugas melatih

Tugas melatih, mengarah pada penguasaan keterampilan/skill, baik keterampilan fisik maupun keterampilan intelektual. Dalam melatih, guru memberikan stimulus (S) supaya muncul respon (R) dari peserta didik. 4. Tugas mengarahkan

Tugas mengarahkan bisa terjadi pada saat guru sedang melaksanakan mengajar, membimbing, melatih maupun mendidik.

5. Tugas menilai

Tugas menilai diawali dengan pembuatan alat-alat penilaian yang akan digunakan untuk mengumpulkan informasi. Alat-alat itu dapat berupa tes dan non tes yang digunakan untuk mengukur aspek-aspek kepribadian peserta didik yang sudah direncanakan.

6. Tugas membimbing peserta didik

Tugas guru sebagai pembimbing belajar. 2.1.3.4Uji Kompetensi Guru

(57)

nasional, regional, maupun lokal. Uji kompetensi guru, baik secara teoretis maupun secara praktis memiliki manfaat yang sangat penting, terutama dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan melalui peningkatan kualitas guru.

Menurut Mulyasa (2015:188) bahwa ada beberapa hal pentingnya kompetensi guru antara lain.

1. Sebagai alat untuk mengembangkan standar kemampuan profesional guru; 2. Merupakan alat seleksi penerimaan guru;

3. Untuk pengelompokan guru;

4. Sebagai bahan acuan dalam pengembangan kurikulum; 5. Merupakan alat pembinaan guru;

6. Mendorong kegiatan dan hasil belajar.

Uji kompetensi guru hendaknya dilakukan secara berkesinambungan, untuk mengetahui perkembangan profesinalisme guru. Hasil uji kompetensi guru tersebut dapat digunakan setiap saat, baik untuk kenaikan jabatan, penempatan, maupun pemberian penghargaan bagi guru. Mulyasa (2015:192) menyatakan bahwa pelaksanaan uji kompetensi guru dapat dilakukan oleh sekolah atau daerah, bekerjasama dengan pusat pengujian atau lembaga yang biasa melakukan pengujian atau pengetesan.

2.1.3.5Kompetensi Profesionalisme Guru

(58)

pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi: kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial.

Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 10 Ayat 1 kompetensi guru dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional.

1. Kompetensi pedagogik

Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. Termasuk ke dalam kemampuan ini antara lain sub-sub kemampuan.

a. Menata ruang kelas;

b. Menciptakan iklim kelas yang kondusif; c. Memotivasi siswa agar bergairah belajar; d. Memberi penguatan verbal maupun non verbal;

e. Memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas kepada siswa; f. Tanggap terhadap gangguan kelas;

g. Menyegarkan kelas jika kelas mulai lelah; 2. Kompetensi kepribadian

Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik. Termasuk kedalam kemampuan ini adalah sub-sub komampuan. a. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME‟

(59)

c. Memahami diri (mengetahui kelebihan dan kekurangan dirinya); d. Mengembangkan diri;

e. Menunjukkan keteladanan kepada peserta didik;

f. Menunjukkan sikap demokratis, toleran, tenggang rasa, jujur, adil, tanggung jawab, disiplin, santun, bijaksana dan kreatif.

3. Kompetensi sosial

Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Termasuk kedalam kemampuan ini adalah sub-sub kompetensi.

a. Luwes bergaul dengan siswa, sejawat dan masyarakat;

b. Bersikap ramah, akrab, dan hangatterhadap siswa, sejawat dan masyarakat;

c. Bersikap simpatik dan empatik;

d. Mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial. 4. Kompetensi profesional

Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secar luas dan mendalam.

2.1.3.6Keterampilan Dasar Mengajar

2.1.3.6.1 Hakikat Keterampilan Dasar Mengajar

(60)

Keterampilan dasar mengajar merupakan kemampuan atau keterampilan pokok

(basic skills) yang harus dikuasai oleh setiap guru. Oleh sebab itu, keterampilan

dasar mengajar termasuk di dalam kompetensi profesional. Karena dalam penerapannya harus disesuaikan dengan segala macam keadaan pembelajaran, maka keterampilan dasar mengajar tidak dapat dipisahkan dari kompetensi pedagogik. Sebagai kemampuan atau keterampilan pokok dan bersifat khusus, maka mahasiswa sebagai calon guru wajib menguasai dan mampu mengaktualisasikan jenis-jenis keterampilan dasar mengajar dalam pembelajaran.

Menurut Aqib (2013:83) keterampilan dasar mengajar adalah keterampilan yang harus dimiliki oleh setiap individu yang berprofesi sebagai guru dalam pengelolaan proses pembelajaran. Rusman (2011:70-80) keterampilan dasar mengajar adalah perilaku dan kemampuan yang memadai untuk mengembangkan siswanya secara utuh. Menurut Djamarah (2010:99) keterampilan dasar mengajar adalah keterampilan yang mutlak yang harus dimiliki oleh seorang guru. Dengan memiliki keterampilan dasar mengajar ini diharapkan guru dapat mengoptimalkan peranannya di kelas.

(61)

2.1.3.6.2 Keterampilan Mengajar

Dalam mengajar diperlukan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan untuk kelancaran proses pembelajaran secara efektif dan efisien. Solihatin (2012:58-76) mengungkapkan 8 keterampilan mengajar yang sangat berperan dan menentukan kualitas pembelajaan, yaitu:

a. Keterampilan Bertanya

Keterampilan bertanya sangat perlu dikuasai oleh guru/dosen karena hampir pada setiap kegiatan pembelajaran guru mengajukan pertanyaan. dan kualitas pertanyaan guru menentukan kualitas jawaban siswa.

b. Keterampilan Memberi Penguatan

Penguatan adalah respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut. Seorang guru/dosen perlu menguasai keterampilan memberikan penguatan

karena “penguatan” merupakan dorongan bagi siswa untuk meningkatkan

penampilannya, serta dapat meningkatkan perhatian. c. Keterampilan Mengadakan Variasi

Kehidupan akan menjadi lebih menarik jika dijalani dengan penuh variasi. Variasi dalam kegiatan pembelajaran adalah perubahan dalam proses kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi siswa, serta mengurangi kejenuhan dan kebosanan.

d. Keterampilan Menjelaskan

(62)

yang terencana secara sistematis, sehingga dengan mudah dapat dipahami oleh siswa. Dari definisi ini dapat dipahami bahwa keterampilan menjelaskan mutlak perlu dimiliki oleh para guru/dosen.

e. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran

Membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru/dosen untuk menciptakan suasana siap mental dan penuh perhatian pada diri siswa/ mahasiswa. Sedangkan menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru/dosen untuk mdngakhiri kegiatan inti pelajaran.

f. Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil

Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil ialah keterampilan melaksanakan kegiatan membimbing siswa agar dapat melaksanakan diskusi kelompok kecil dengan efektif. Keterampilan ini merupakan salah satu bentuk kegiatan pembelajaran yang penggunaanya cukup sering diperlukan.

g. Keterampilan mengelola kelas

Keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan dalam menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang optimal guna terjadinya proses pembelajaran yang selalu serasi dan efektif.

h. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan

(63)

Kedelapan jenis keterampilan dasar mengajar tersebut satu dengan yang lain saling terkait. Namun dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan masalah penelitian pada kemampuan guru sekolah dasar khususnya dalam mengadakan variasi pembelajaran. Variasi tersebut dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu: variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam penggunaan media dan bahan pelajaran, variasi dalam pola interaksi dan kegiatan.

2.1.3.7Keterampilan Mengadakan Variasi Pembelajaran

2.1.3.7.2 Pengertian Keterampilan Mengadakan Variasi Pembelajaran

Kehidupan akan lebih menarik jika dijalani dengan penuh variasi. Keterampilan mengadakan variasi merupakan salah satu keterampilan mengajar yang harus dikuasai oleh guru. Dalam proses pembelajaran, tidak jarang rutinitas yang dilakukan oleh guru seperti masuk kelas, mengabsen siswa, menagih pekerjaan rumah, atau memberikan pertanyaan-pertanyaan membuat siswa jenuh dan bosan. Subjek didik adalah anak manusia yang memiliki keterbatasan tingkat konsentrasi sehingga membutuhkan suasana baru yang membuat mereka fresh dan bersemangat untuk melanjutkan kegiatan pembelajaran. Dalam kondisi seperti ini guru harus pandai-pandai menggunakan seni mengajar situasi dengan mengubah gaya mengajar, menggunakan media pembelajaran, atau mengubah pola interaksi dengan maksud menciptakan suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan.

(64)

pembelajaran, untuk megatasi kebosanan peserta didik, agar selalu antusias, tekun, dan penuh partisipasi. Senada dengan Usman (2013:84) variasi stimulus adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi pembelajaran yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan siswa sehingga, dalam situasi pembelajaran, siswa senantiasi menunjukkan ketekunan, antusiasme, serta penuh partisipasi.

Jadi, variasi merupakan suatu keterampilan yang harus dilakukan oleh guru agar dapat membuat suatu hal atau tindakan baru sehingga siswa bersemangat untuk mengikuti pembelajaran.

2.1.3.7.3 Tujuan Variasi Pembelajaran

Murni (2010:132) tujuan mengadakan variasi pembelajaran antara lain.

1) Menarik perhatian peserta didik terhadap materi pembelajaran yang tengah dibicarakan;

2) Menjaga kesetabilan proses pembelajaran baik secara fisik maupun mental;

3) Membangkitkan motivasi belajar selama proses pembelajaran;

4) Mengatasi situasi dan mengurangi kejenuhan dalam proses pembelajaran; 5) Memberikan kemungkinan layanan pembelajaran individual.

2.1.3.7.4 Manfaat Penggunaan Variasi Pembelajaran

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Gambar 3.2 Hubungan anatara variabel bebas, kontrol, dalam penelitian deskriptif di SD
+7

Referensi

Dokumen terkait

1) Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui berbagai sumber. 2) Triangulasi teknik untuk menguji

1) Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui berbagai sumber. 2) Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas

Teknik triangulasi tersebut meliputi: triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu. 1) Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dengan

1) Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui berbagai sumber. 2) Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data

Triangulasi data ialah pengecekan yang dilakukan terhadap data dari berbagai sumber, berbagai waktu, dan berbagai cara. Bisa dikatakan bahwa triangulasi adalah suatu

Selanjutnya dimintakan kesepakatan (member check) dengan sumber data tersebut. Triangulasi tehnik merupakan pengujian untuk kredibilitas data yang dilakukan dengan cara

Menurut Wiliam Wiersma dalam Sugiyono (2012, hlm. 372) “triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan

Dalam penelitian ini, keabsahan data dilakukan dengan triangulasi. Triangulasi diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan