• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Transportasi Angkutan Umum Pedesaan Kabupaten Pakpak Bharat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Evaluasi Transportasi Angkutan Umum Pedesaan Kabupaten Pakpak Bharat"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

Binsar G.P. Manurung : Evaluasi Transportasi Angkutan Umum Pedesaan Kabupaten Pakpak Bharat, 2007. USU Repository © 2009

EVALUASI TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM

PEDESAAN

KABUPATEN PAKPAK BHARAT

(Studi Kasus)

TUGAS AKHIR

Dilakukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan

Memenuhi Syarat Untuk Menempuh Ujian

Sarjana Teknik Sipil

Disusun Oleh :

Binsar G.P. Manurung

NIM : 00 04 04 014

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

Binsar G.P. Manurung : Evaluasi Transportasi Angkutan Umum Pedesaan Kabupaten Pakpak Bharat, 2007. USU Repository © 2009

EVALUASI TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM PEDESAAN

KABUPATEN PAKPAK BHARAT

(Studi Kasus)

TUGAS AKHIR

Dilakukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan

Memenuhi Syarat Untuk Menempuh Ujian

Sarjana Teknik Sipil

Disusun Oleh :

Binsar G.P. Manurung

NIM : 00 04 04 014

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Binsar G.P. Manurung : Evaluasi Transportasi Angkutan Umum Pedesaan Kabupaten Pakpak Bharat, 2007. USU Repository © 2009

ABSTRAK

Studi ini membahas tentang transportasi angkutan umum

pedesaan yang berasal dari ataupun menuju kota Salak sebagai pusat

perekonomian. Kabupaten Pakpak Bharat yang beribukotakan Salak

merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Dairi. Dari

hasil pemekaran tersebut kabupaten Pakpak Bharat mengalami

pertumbuhan dan perkembangan yang pesat apabila ditinjau dari

bidang transportasi. Oleh karena itu dibutuhkan angkutan untuk

memperlancar aktivitas penduduk pedesaan sehari-hari dan

pergerakan penduduk pedesaan dari satu tempat ketempat lain.

(4)

Binsar G.P. Manurung : Evaluasi Transportasi Angkutan Umum Pedesaan Kabupaten Pakpak Bharat, 2007. USU Repository © 2009

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan

berkat, kasi dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan

Tugas Akhir ini dengan judul:

Evaluasi Transportasi Angkutan Umum Pedesaan

(Studi Kasus: Kabupaten Pakpak Bharat)

Penulisan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat dalam menempuh

ujian sarjana pada Fakultas Teknik, Departemen Teknik Sipil Universitas

Sumatera Utara.

Dalam kesempatan kali ini, dengan hati yang tulus penulis ingin

menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya

kepada :

1. Bapak Ir. Indra Jaya Pandia, selaku dosen pembimbing yang telah

membimbing penulis hingga terselesaikannya Tugas Akhir ini.

2. Bapak Prof. DR. Ir. Bachrian Lubis M.Sc, selaku Ketua Departemen Teknik

Sipil, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak DR.Ir. A. Perwira M. Tarigan M.Sc, selaku Sekretaris Departemen

Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara,

4. Bapak Prof. DR. Ir. Bachrian Lubis MSc, selaku penasehat akademik

penulis

5. Seluruh staf pengajar dan pegawai Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik

(5)

Binsar G.P. Manurung : Evaluasi Transportasi Angkutan Umum Pedesaan Kabupaten Pakpak Bharat, 2007. USU Repository © 2009

6. Orangtua tercinta, adik-adik saya yang selalu memberikan dorongan dan doa

restu.

7. Rekan-rekan mahasiswa Teknik Sipil angkatan 2000 dan 2003 yang telah

membantu penulis selama ini.

Dengan kerendahan hati penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih

memiliki banyak kekurangan karena keterbatasan wawasan, pengalaman dan

referensi yang dimiliki. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran

yang bersifat membangun demi kesempurnaan Tugas Akhir ini.

Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi kita

semua.

Medan, November 2007

Hormat saya

Penulis

(6)

Binsar G.P. Manurung : Evaluasi Transportasi Angkutan Umum Pedesaan Kabupaten Pakpak Bharat, 2007. USU Repository © 2009

DAFTAR ISI

ABSTRAK

KATA PENGANTAR………i

DAFTAR ISI .………...iii

DAFTAR GAMBAR ………...vi

DAFTAR TABEL ………...vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum.………..1

1.2 Latar Belakang ………....3

1.3 Maksud dan Tujuan ……….4

1.4 Permasalahan ………...4

1.5 Batasan Masalah ………..5

1.6 Metodologi Penelitian .………5

1.7 Sistematika Penulisan ………..6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum………...9

2.2 Angkutan Umum ………...10

2.3 Kelembagaan Angkutan Umum ………13

2.3.1 Tata Laksana Perencanaan ………14

2.3.2 Tata Laksana Pengoperasian ……….16

2.3.3 Tata Laksana Administrasi ………17

2.3.4 Tata Laksana Regulasi ...18

2.4 Jenis Pelayanan Angkutan Umum ...18

2.4.1 Jaringan Trayek ...19

2.4.1.1 Macam-macam Jaringan Trayek ...21

2.5 Ciri Permasalahan Transportasi ...26

(7)

Binsar G.P. Manurung : Evaluasi Transportasi Angkutan Umum Pedesaan Kabupaten Pakpak Bharat, 2007. USU Repository © 2009

3.1 Umum ...28

3.2 Pengambilan Data ...29

3.2.1 Pengambilan Data Sekunder ...29

3.2.2 Pengambilan Data Primer ...29

3.3 Pembuatan Data Quesioner ...30

3.4 Teknik Pengambilan Sampel ...30

3.5 Penentuan Jumlah Sampel ...31

3.6 Pemilihan Lokasi Sampel ...33

3.6.1 Kecamatan Salak ...33

3.6.2 Kecamatan Sibande ...33

3.6.3 Kecamatan Sibagindar ...34

3.6.4 Kecamatan Ulu Merah ...34

3.6.5 Kecamatan Kecupak ...34

3.6.6 Kecamatan Sukaramai ...34

3.6.7 Kecamatan Tinada ...35

3.6.8 Kecamatan Jamburea ...35

3.7 Pelakasanaan Pengumpulan Data ...35

3.7.1 Pelaksanaan Pengambilan Sampel ...36

3.7.2 Ruang Lingkup Sampel ...36

3.7.3 Pemilihan Sampel ...36

3.7.4 Langkah-langkah Wawancara ...37

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH DAN DATA 4.1 Kondisi Alam ...38

4.1.1 Letak Geografis ...38

4.1.2 Topografi dan Iklim ...40

4.2 Kondisi Sosial ...40

4.3 Keadaan Penduduk ...41

4.4 Transportasi ...41

(8)

Binsar G.P. Manurung : Evaluasi Transportasi Angkutan Umum Pedesaan Kabupaten Pakpak Bharat, 2007. USU Repository © 2009

5.2 Penyusunan Data ...48

5.3 Metode Analisa Data ...48

5.4 Karakteristik Pengguna Angkutan Umum Pedesaan ...49

5.5 Persepsi Masyarakat Terhadap Angkutan Umum ...52

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ...65

6.2 Saran ...66

(9)

Binsar G.P. Manurung : Evaluasi Transportasi Angkutan Umum Pedesaan Kabupaten Pakpak Bharat, 2007. USU Repository © 2009

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Umum

Transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke

tempat lainnya dengan menggunakan sebua

suatu fungsi masyarakat, karena menunjukkan hubungan yang sangat erat dengan

gaya hidup, jangkauan dan lokasi dari kegiatan yang produktif. Negara Indonesia

yang terdiri dari kira-kira 13.000 pulau, dengan jumlah penduduk yang lebih dari

dua ratus juta orang tentu saja sistem pengangkutan (transportasi) menjadi suatu

hal yang sangat penting sekali.

Mobilitas manusia yang semakin beragam sangat perlu didukung dengan

adanya sistem transportasi yang berkelanjutan (sustainable transport system).

Terutama bagi masyarakat pedesaan yang pada umumnya hidup dari kegiatan

pertanian petani memerlukan akses termudah, termurah, dan tercepat ke pasar

dalam menjual hasil produksinya.

Maka sistem pengangkutan pedesaan sebaiknya harus disesuaikan dengan

kebutuhan masyarakat pedesaan dimana pada umumnya bersifat pengangkutan

barang. Untuk itu pelayanan yang diberikan sebaiknya mewujudkan rasa aman,

nyaman, tepat dan teratur dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat

pedesaan. Begitu juga dengan dengan frekuensi operasi armada dan jalur yang

(10)

Binsar G.P. Manurung : Evaluasi Transportasi Angkutan Umum Pedesaan Kabupaten Pakpak Bharat, 2007. USU Repository © 2009

Daerah pedesaan dan perkotaan memiliki ciri yang berbeda, akan tetapi

kota dan desa tersebut memiliki hubungan yang erat. Pada kota konsentrasi

penduduk yang lebih tinggi dapat mengakibatkan kota menjadi pusat dari

berbagai kegiatan, sebaliknya di pedesaan yang konsentrasi penduduknya lebih

rendah kegiatan utamanya adalah bertani. Bahan baku yang diperlukan untuk

kegiatan perkotaan diperoleh dari hasil pertanian pedesaan, sedangkan hasil

industri dari kota juga diperlukan oleh masyarakat pedesaan dalam memenuhi

kebutuhannya. Oleh karena itu terjadilah hubungan yang erat antara kota dengan

desa. Maka untuk mencapai tujuan yang diinginkan tersebut maka diperlukan

sarana pengangkutan yang memadai.

Tugas akhir ini akan membahas tentang Evaluasi Transportasi Angkutan

Pedesaan Di Kabupaten Pakpak Bharat.

Defenisi dari Evaluasi Transportasi Angkutan Pedesaan di Kabupaten

Pakpak Bharat merupakan penilaian ataupun pengujian penelitian dari

keadaan pergerakan transportasi angkutan pedesaan khususnya diwilayah

Kabupaten Pakpak Bharat. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pergerakan

angkutan desa dalam mendukung transportasi dengan daerah lainnya khususnya

dengan kota Salak yang merupakan ibukota kabupaten juga berfungsi sebagai

pusat kegiatan ekonomi, pendidikan, kesehatan dan pusat administratif

pemerintahan kabupaten Pakpak Bharat. Adapun sistem angkutan yang ada

sekarang ini sudah seharusnya dijadikan suatu moda yang ditingkatkan dan

(11)

Binsar G.P. Manurung : Evaluasi Transportasi Angkutan Umum Pedesaan Kabupaten Pakpak Bharat, 2007. USU Repository © 2009

1.2Latar Belakang

Untuk mendukung perkembangan perekonomian suatu wilayah sektor

transportasi memiliki peranan yang sangat penting. Apabila pengangkutan yang

mana berfungsi sebagai penunjang tidak ada maka hasil memuaskan yang ingin

dicapai untuk usaha pengembangan ekonomi dari suatu wilayah tidak dapat

diharapkan.

Sebagai salah satu kabupaten yang masih baru terbentuk, kabupaten

Pakpak Bharat kini sedang melaksanakan pembangunan di segala bidang. Segala

kegiatan pertanian, perdagangan, perindustrian, pendidikan dan sebagainya yang

berkembang sedemikian pesatnya menuntut penyediaan saran dan prasarana yang

baik dan cukup demi menunjang segala aktifitas pada kabupaten tersebut.

Kabupaten Pakpak Bharat terdiri dari 8 (delapan) kecamatan, yaitu :

1. Salak,

2. Suka Ramai,

3. Tinada,

4. Jamburea,

5. Kecupak,

6. Ulu Merah,

7. Sibande,

8. Sibagindar,

Jarak antara kecamatan yang satu dengan yang lain yang terdiri dari

desa-desa berjauhan satu sama lainnya. Desa-desa-desa tersebut berada dalam keterbatasan

(12)

Binsar G.P. Manurung : Evaluasi Transportasi Angkutan Umum Pedesaan Kabupaten Pakpak Bharat, 2007. USU Repository © 2009

satunya transportasi. Hal tersebut mendasari keinginan penulis untuk mengetahui

dan mengevaluasi transportasi angkutan umum pedesaan di kabupaten Pakpak

Bharat.

1.3Maksud dan Tujuan

Maksud dari penulisan ini adalah untuk mengevaluasi kinerja transportasi

angkutan pedesaan yang ada di kabupaten Pakpak Bharat. Dalam pengevaluasian

kinerja transportasi tersebut meliputi beberapa hal yang perlu ditinjau yaitu:

1. Kecepatan

2. Waktu tempuh

3. Ongkos

4. Jadwal keberangkatan

5. Kenyamanan

6. Keselamatan

7. Jumlah armada

8. Jumlah Trip

Adapun tujuan dari studi ini adalah :

Untuk mengetahui sistem transportasi angkutan pedesaan di kabupaten Pakpak

Bharat yang menuju desa-desa maupun kota-kota disekitarnya, meliput i :

a. Sejauh mana penyebaran angkutan umum ditinjau dari rute jangkauan

di wilayah kabupaten Pakpak Bharat.

b. Sejauh mana tingkat pelayanan angkutan umum terhadap masyarakat.

(13)

Binsar G.P. Manurung : Evaluasi Transportasi Angkutan Umum Pedesaan Kabupaten Pakpak Bharat, 2007. USU Repository © 2009

1.4Permasalahan

Penelitian ini bertitik tolak dari adanya permasalahan angkutan umum

pedesaan yang mana terjadi pada jam sibuk dan untuk hari-hari tertentu. Adapun

yang menjadi masalah adalah tingkat pelayanan yang masih minim dan jadwal

kegiatan kendaraan yang belum pasti (tidak sesuai dengan jadwal) yang

diterapkan oleh perusahaan yang mengelola angkutan umum tersebut, pola dan

sistem manejemen yang lemah, dan terbatasnya jumlah armada yang tersedia. Hal

ini dapat di ketahui oleh kita dari banyaknya keluhan-keluhan dari para pengguna

jasa angkutan umum pedesaan.

1.5Batasan Masalah

Dalam tugas akhir ini masalah yang akan dievaluasi dibatasi pada studi

kinerja pelayanan angkutan pedesaan untuk penumpang angkutan umum pedesaan

Kabupaten Pakpak Bharat.

Berhubung karena keterbatasan jarak yang terlalu jauh dan melihat jenis angkutan

dan banyaknya jenis trayek yang beroperasi, maka penulis mengevaluasi 4

(empat) perusahaan angkutan pedesaan dengan 4 (empat) jalur yang menuju kota

Salak dan dari kota Salak, yaitu :

1. Trayek Salak – Sibande

2. Trayek Salak – Sidikalang

3. Trayek Salak – Ulu Merah

4. Trayek Salak Sibagindar.

(14)

Binsar G.P. Manurung : Evaluasi Transportasi Angkutan Umum Pedesaan Kabupaten Pakpak Bharat, 2007. USU Repository © 2009

1.6 Metodologi Penelitian

Pelaksanaan penelitian tugas akhir ini melalui beberapa tahapan, yaitu :

1. Studi Pustaka

Studi ini meliputi pengambilan teori-teori serta rumus-rumus dari beberapa

sumber bacaan seperti buku, jurnal ilmiah, makalah-makalah seminar atau

simposium ilmiah, sumber-sumber internet yang berkaitan dengan tugas

akhir ini.

2. Pengumpulan Data

a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh dengan melakukan survei

langsung ke lapangan atau kelokasi penelitian serta mengajukan

pertanyaan (quiz), adapun data yang akan diambil meliputi data :

1. Pendekatan Teknis, dalam hal ini penulis melihat secara langsung

kondisi sistem transportasi angkutan pedesaan kabupaten tersebut.

2. Persepsi Masyarakat, dalam hal ini tanggapan penumpang terhadap

angkutan pedesaan.

b. Data sekunder, yaitu data lapangan yang bersumber dari sumber

instansi yang terkait antara lain :

- Kantor Biro Pusat Statistik (BPS)

- Kantor BAPPEDA

- Departemen Pekerjaan Umum

(15)

Binsar G.P. Manurung : Evaluasi Transportasi Angkutan Umum Pedesaan Kabupaten Pakpak Bharat, 2007. USU Repository © 2009

1.7Sistematika Penulisan

Untuk mencapai tujuan penelitian ini dilakukan beberapa tahapan yang

dianggap perlu. Metode dan prosedur pelaksanaannya secara garis besar adalah

sebagai berikut :

BAB I. PENDAHULUAN

Bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, ruang lingkup pembahasan, sistematika penulisan.

BAB II. STUDI KEPUSTAKAAN

Bab ini meliputi pengambilan teori-teori serta rumus-rumus dari berbagai

sumber bacaan seperti buku, jurnal ilmiah, makalah-makalah seminar atau

simposium ilmiah, sumber-sumber internet yang berkaitan dengan tugas

akhir ini.

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini akan membahas tentang langkah-langkah kerja yang akan

dilakukan dan cara memperoleh data yang relevan dengan penelitian ini.

BAB IV. DESKRPSI WILAYAH DAN DATA

Bab ini akan membahas tentang langkah-langkah kerja yang akan

dilakukan dan cara memperoleh data yang relevan dengan penelitian ini.

Dalam bab ini juga diterangkan secar jelas proses pengambilan data dan

time frame pengambilan data tersebut.

BAB V. ANALISIS DATA

(16)

Binsar G.P. Manurung : Evaluasi Transportasi Angkutan Umum Pedesaan Kabupaten Pakpak Bharat, 2007. USU Repository © 2009

a. Data Primer

Data-data lapangan yang berhubungan langsung dari hasil survei yang

dilakukan dilapangan.

b. Data Sekunder

Data-data lapangan yang bersumber dari instansi yang terkait, dan

teori-teori yang diperoleh dari buku-buku literatur.

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan kesimpulan logis berdasarkan analisis data, temuan dan

bukti yang disajikan sebelumnya yang menjadi dasar untuk menyusun

suatu saran sebagai usulan.

Adapun tahap – tahap penelitian tugas akhir ini, dilampirkan dalam bagan

(17)

Binsar G.P. Manurung : Evaluasi Transportasi Angkutan Umum Pedesaan Kabupaten Pakpak Bharat, 2007. USU Repository © 2009

Gambar 1.1

Bagan Alir Penelitian

Studi Pustaka Tujuan Penelitian

Pengambilan Jumlah Sampel;

Metode Stratified Random Sampling ( Sampel Acak Berstrata)

Pengumpulan Data

Data Masukan : - Tabulasi Data Quisioner

Analisa Data: Metode Analisa Deskrptif

Gambaran kondisi menurut pengguna angkutan

Hasil Analisa Data:

-Tingkat pelayanan menurut pengguna angkutan

-Karakteristik pemanfaatan pengguna angkutan

Kesimpulan dan Saran

Data Sekunder :

- Data BPS

- Data Dinas PU - Data Dishub Data Primer :

- Data Angkutan - Data Penumpang

Analisa Data: Metode Analisa Deskriptif;

(18)

Binsar G.P. Manurung : Evaluasi Transportasi Angkutan Umum Pedesaan Kabupaten Pakpak Bharat, 2007. USU Repository © 2009

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Umum

Peran utama angkutan umum adalah melayani kepentingan mobilitas

masyarakat dalam melakukan kegiatannya, baik dalam kegiatan sehari-hari yang

berjangka pendek atau menengah (angkutan perkotaan/pedesaan dan angkutan

antar kota dan propinsi). Aspek lain pelayanan angkutan umum adalah

peranannya dalam pengendalian lalu lintas, penghematan energi dan

pengembangan wilayah.

Dalam rangka pengendalian lalu lintas peranan layanan angkutan umum

tidak bisa di tiadakan. Dengan ciri khas yang dimilikinya, yakni lintasan tetap dan

mampu mengangkut banyak orang seketika, maka efesiensi penggunaan jaringan

jalan menjadi lebih tinggi karena pada saat yang sama luasan jalan yang sama

dimanfaatkan oleh lebih banyak orang. Disamping itu, jumlah kendaraan yang

berlalu lalang dijalanan dapat dikurangi dengan demikian kelancaran arus lalu

lintas dapat ditingkatkan.

Pengelolaan angkutan umum ini pun berkaitan dengan penghematan

penggunaan bahan bakar minyak (BBM). Dibidang perangkutan, penghematan

energi BBM sudah lama menjadi bahan pikiran para ahli terkait, selain itu layanan

angkutan umum juga perlu ditingkatkan.

Berkaitan dengan pengembangan wilayah, angkutan umum juga sangat

(19)

Binsar G.P. Manurung : Evaluasi Transportasi Angkutan Umum Pedesaan Kabupaten Pakpak Bharat, 2007. USU Repository © 2009

sumber daya alam maupun mobilisasi sumber daya manusia serta pemerataan

pembangunan daerah beserta hasil-hasil nya, didukung oleh sistem perangkutan

yang memadai dan sesuai dengan tuntutan kondisi setempat.

2. 2 Angkutan Umum

Angkutan adalah perpindahan orang dan atau barang dari satu tempat ke

tempat lain dengan menggunakan kendaraan. Kendaraan adalah suatu alat yang

dapat bergerak di jalan, terdiri dari kendaraan bermotor atau kendaraan tidak

bermotor. Kendaraan bermotor merupakan kendaraan yang digerakkan oleh

peralatan teknik yang berada pada kendaraan tersebut.

Kendaraan umum adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan

untuk dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran. Kendaraan umum

dapat berupa mobil penumpang, bus kecil, bus sedang, dan bus besar. Armada

adalah aset berupa kendaraan yang merupakan tanggung jawab perusahaan, baik

yang dalam keadaan siap guna dalam konservasi.

Angkutan umum penumpang merupakan bagian dari sistem transportasi

yang berfungsi sebagai salah satu kebutuhan pokok masyarakat dan merupakan

bagian yang tidak dapat terpisahkan. Prinsip dasar untuk memahami pengertian

mengenai angkutan umum penumpang yaitu manusia yang pada dasrnya tidak

ingin berpergian dengan angkutan umum melainkan lebih memilih menggunakan

angkutan pribadi. Maka angkutan umum penumpang dapat diartikan sebagai

angkutan penumpang yang dilakukan dengan sistem bayar atau sewa. Dimana

angkutan umum penumpang terdiri dari angkutan kota, angkutan pedesaan (bus,

(20)

Binsar G.P. Manurung : Evaluasi Transportasi Angkutan Umum Pedesaan Kabupaten Pakpak Bharat, 2007. USU Repository © 2009

Keberadaan angkutan umum sangat dibutuhkan tetapi apabila tidak ditangani

secara baik dan benar akan menjadi masalah yang cukup berarti bagi kita.

Tujuan utama dari keberadaan angkutan umum penumpang adalah

menyelenggarakan angkutan umum yang baik dan layak bagi masyarakat.

Pengadaan pelayanan angkutan umum penumpang memang secara langsung

mengurangi banyaknya kendaraan pribadi. Pelayanan angkutan umum penumpang

akan berjalan dengan baik apabila tercipta keseimbangan antara ketersediaan dan

permintaan. Dalam hal ini pemerintah perlu campur tangan dengan tujuan antara

lain : menjamin sistem operasi yang aman bagi kepentingan masyarakat pengguna

jasa angkutan, petugas pengelola angkutan dan pengusaha jasa angkutan;

mengarah agar kegiatan angkutan tidak mengganggu lingkungan; menciptakan

persaingan yang sehat; membantu perkembangan dan pembangunan nasional

maupun daerah dengan meningkatkan pelayanan jasa angkutan; menjamin

pemerataan jasa angkutan sehingga tidak ada pihak yang dirugikan; dan

mengendalikan operasi pelayanan jasa angkutan.

Untuk melakukan perjalanan maka manusia memerlukan angkutan umum.

Adapun alasan-alasan yang menyebabkan orang melakukan perjalanan di bagi

atas beberapa bagian seperti berikut ini :

1. Perjalanan untuk bekerja

Untuk perjalanan jenis ini, pelayanan angkutan umum hendaknya memenuhi

syarat, yaitu dapat meminimumkan waktu. Jadi angkutan umum tersebut

harus cepat dan tepat waktu, menjamin martabat pengguna angkutan umum,

khususnya untuk perjalanan jarak jauh mampu menyediakan pelayanan

(21)

Binsar G.P. Manurung : Evaluasi Transportasi Angkutan Umum Pedesaan Kabupaten Pakpak Bharat, 2007. USU Repository © 2009

Oleh karena orang-orang mulai bekerja pada waktu yang hampir bersamaan

(mayoritas sama), kebutuhan angkutan umum pada waktu itu adalah tinggi.

Puncak kebutuhan ini tidak begitu tinggi apabila orang-orang mengakhiri

pekerjaan pada waktu yang berbeda.

2. Perjalanan untuk kesekolah atau kuliah

Sektor pendidikan adalah salah satu sektor yang sangat penting, karena ini

menyangkut seluruh lapisan masyarakat. Oleh karena itu kebutuhan

angkutan umum sangat besar untuk melakukan kegiatan ini, dikarenakan

jumlah pelakunya yang sangat besar. Saat ini adalah hal yang sangat baik

apabila sekolah-sekolah menyediakan fasilitas bus sekolah, hal ini guna

mengurangi kemacetan pada saat jam puncak sekolah yaitu pada saat masuk

dan keluar sekolah. Dengan adanya bus tersebut pengguna mobil pribadi

dapat berkurang, sehingga kemacetan dapat sedikit terkurangi.

3. Perjalanan untuk berbelanja

Perkembangan pusat-pusat perbelanjaan, membangkitkan kebutuhan akan

angkutan, terlebih jika orang mulai berbelanja jauh dari tempat tinggalnya.

4. Perjalanan untuk rekreasi

Masing masing orang yang tidak mempunyai angkutan sendiri akan

memerlukan angkutan umum untuk mengadakan rekreasi seperti

mengunjungi teman dan sanak saudara, pergi menonton pertandingan olah

raga dan sebagainya.

5. Perjalanan dengan alasan sosial

Beberapa perjalanan penumpang yang dilakukan adalah untuk alasan sosial.

(22)

Binsar G.P. Manurung : Evaluasi Transportasi Angkutan Umum Pedesaan Kabupaten Pakpak Bharat, 2007. USU Repository © 2009

Menghadiri pemakamam, dan sebagainya. Walaupun jumlah perjalan ini

biasanya hanya merupakan bagian kecil dari seluruh kegiatan perjalanan

yang menggunakan angkutan umum, ini tetap merupakan satu hal yang

penting.

Tarif angkutan umum adalah biaya yang dibayarkan oleh pengguna jasa

angkutan umum persatuan berat atau penumpang per km. Penetapan tarif

dimaksudkan untuk mendorong terciptanya pengguna prasarana dan sarana

perangkutan secara optimum dengan mempertimbangkan lintas yang

bersangkutan. Guna melindungi konsumen, pemerintah menetapkan tarif

maksimum, dan bila dianggap perlu untuk menjaga persaingan sehat, pemerintah

juga menerapkan tarif minimum. Sementara itu tarif harus ditetapkan sedemikian

rupa sehingga masih memberikan keuntungan wajar kepada pengusaha angkutan

umum penumpang.

2.3 Kelembagaan Angkutan Umum

Buruknya kondisi angkutan umum yang ada saat ini di Indonesia salah

satunya disebabkan karena sistem kelembagaan yang belum optimal. Dikatakan

belum optimal karena pihak-pihak yang terlibat dalam organisasi penyelenggaraan

angkutan umum belum tertata dengan baik. Masing-masing pihak yang terlibat

belum secara maksimal menyadari fungsi dan peranannya, sehingga secara

keseluruhan penyelenggaraan angkutan umum tidak mempunyai visi yang jelas.

Sistem kelembagaan angkutan umum didefenisikan sebagai hal-hal yang

berkaitan dengan siapa yang bertanggung jawab terhadap aspek apa dan

(23)

Binsar G.P. Manurung : Evaluasi Transportasi Angkutan Umum Pedesaan Kabupaten Pakpak Bharat, 2007. USU Repository © 2009

kegiatan penyelenggaraan angkutan umum terbagi empat yakni tata laksana

perencanaan, pengoperasian, administrasi, dan regulasi.

2.3.1 Tata laksana perencanaan

Aspek yang berkaitan dengan tata laksana perencanaan terdiri dari dua hal

utama yakni perencanaan strategis dan perencanaan operasional. Perencanaan

strategis merupakan perencanaan awal yang dilakukan dalam tinjauan sistem atau

dalam tinjauan daerah secara keseluruhan. Perencanaan strategis pada dasarnya

merupakan perencanaan awal yang dilakukan secara agregat dan komprehensif,

dengan memperhatikan seluruh aspek sosial ekonomi pedesaan dan juga dengan

memperhatikan sistem transportasi desa secara keseluruhan. Sasaran dari

perencanaan strategis adalah diperolehnya gambaran sistem angkutan umum yang

meliputi :

1. Pola konfigurasi sistem jaringan rute.

2. Struktur jaringan rute (pola dan hirarki rute).

3. Interkoneksi antar rute.

4. Estimasi volume penumpang pada masing-masing rute.

5. Kelas moda angkutan umum yang digunakan.

6. Pola interkoneksi antar moda (intermodality)

Perencanaan strategis diperlukan agar pengoperasian rute-rute angkutan

umum dapat terorganisir secara sistem dan terjadi interaksi yang optimal antara

satu rute dengan rute lainnya. Dengan demikian sasaran agar dapat dicapainya

suatu sistem angkutan umum yang efektif dan efisien dapat dicapai. Bagi seorang

(24)

Binsar G.P. Manurung : Evaluasi Transportasi Angkutan Umum Pedesaan Kabupaten Pakpak Bharat, 2007. USU Repository © 2009

dari satu tempat ketempat lainnya dengan menggunakan angkutan umum yang

ada, meskipun harus pindah dari satu rute ke rute lainnya dengan moda yang

berbeda. Namun perlu diperhatikan hasil dari perencanaan strategis tidak dapat

langsung diterapkan secara operasional karena keluaran yang dihasilkan tidak

cukup rinci. Untuk itu perlu di analisis lebih mendalam untuk masing-masing rute

agar diperoleh spesifikasi yang lebih rinci yang dapat di gunakan sebagai acuan

bagi pengoperasian angkutan umum untuk setiap rutenya.

Perencanaan operasional pada dasarnya merupakan kajian perencanaan

dalam skala rute. Dengan demikian perencanaan operasional merupakan tahap

lanjut dari perencanaan strategis. Dalam perencanaan operasional tinjauan

dilakukan secara individual dan isolated yaitu berdasarkan informasi yang

diperoleh dari perencanaan strategis sebelumnya. Kajian ini diperlukan dalam

usaha mencari spesifikasi teknis operasional dari suatu rute dalam tingkat yang

sangat rinci, yang selanjutnya dapat dijadikan acuan bagi pengoperasian rute yang

dimaksud. Dikatakan sangat rinci karena aspek-aspek teknis operasional

ditentukan disini, seperti jumlah armada, frekuensi dan lain sebagainya secara

lebih lengkap informasi yang diperoleh dari tahap perencanaan operasional

meliputi :

1. Jenis dan tipe kendaraan.

2. Kapasitas kendaraan.

3. Jumlah armada.

4. Frekuensi pelayanan.

5. Selang waktu / jarak rata-rata kendaraan (headway).

(25)

Binsar G.P. Manurung : Evaluasi Transportasi Angkutan Umum Pedesaan Kabupaten Pakpak Bharat, 2007. USU Repository © 2009

7. Besaran tarif.

8. Penjadwalan.

9. Estimasi biaya operasional.

10.Estimasi jumlah penumpang terangkut.

11.Estimasi pendapatan (revenue).

12.Estimasi tingkat keuntungan tingkat operasional.

2.3.2 Tata Laksana Pengoperasian

Aspek yang berkaitan dengan tata laksana pengoperasian meliputi semua

aspek pelaksanaan di lapangan seperti prosedur administrasi, teknis maupun

operasional. Prosedur administrasi meliputi mekanisme dan sistem administrasi

diperlukan oleh seorang pengendara dalam pengoperasian kendaraanya. Ini

mencakup prosedur pencatatan dan pelaporan pada titik-titik tertentu pada rute

yang dilayaninya. Prosedur teknis meliputi segala urutan tindakan teknis yang

diperlukan bagi pengoperasian kendaraan, termasuk jika mengalami masalah

teknis dilapangan.

Sedangkan prosedur operasional meliputi aspek-aspek operasional dari

pengoperasian kendaraan, seperti jadwal prosedur pelayanan penumpang,

penarikan karcis dan prosedur pengumpulan hasil karcis. Jadi secara umum dapat

dikatakan bahwa sistem pengoperasian mengatur bagaimana penyelenggaraan

angkutan umum disampaikan atau di tawarkan kepada pengguna jasa

(penumpang). Aspek tata pelaksanaan operasional juga mengatur tentang hal yang

berkaitan dengan mekanisme dalam skala operator, seperti hubungan kerja antar

(26)

Binsar G.P. Manurung : Evaluasi Transportasi Angkutan Umum Pedesaan Kabupaten Pakpak Bharat, 2007. USU Repository © 2009

kernet), jumlah armada yang dioperasikan,frekuensi yang diberikan dan tingkat

tarif yang di tawarkan.

Pada kenyataannya sistem operasional sepenuhnya mengacu pada segala

hal yang dihasilkan oleh perencanaan operasional. Tentu saja dalam hal ini

modifikasi seperlunya akan diperlukan sesuai dengan kondisi objektif yang ada

dilapangan.

2.3.3 Tata Laksana Administrasi

Aspek yang berkaitan dengan tata laksana administrasi meliputi semua

aspek yang meliputi dengan masalah dan mekanisme perizinan yang diperlukan

bagi pengoperasian angkutan umum. Mekanisme perizinan dimaksud meliputi

siapa atau lembaga mana yang berhak mengeluarkan perizinan dan bagaimana

mekanisme dan persyaratannya agar perizinan yang dimaksud dapat dikeluarkan.

Perizinan dimaksud meliputi seluruh perizinan yang berkaitan dengan

penyelenggaraan angkutan umum, mulai dari izin usaha angkutan umum, izin

trayek sampai dengan izin operasi. Tata laksana administrasi juga berkaitan

dengan mekanisme pendanaan dan subsidi (jika diperlukan) dari penyelenggaraan

angkutan umum. Tata cara tersebut meliputi proses, pihak (lembaga) yang

mengajukan, pihak (lembaga) yang menerima dan mekanisme pengaturannya.

Aspek yang berkaitan dengan administrasi dan pendanaan biasanya diatur oleh

peraturan pemerintah yang dikeluarkan departemen perhubungan yang dari waktu

(27)

Binsar G.P. Manurung : Evaluasi Transportasi Angkutan Umum Pedesaan Kabupaten Pakpak Bharat, 2007. USU Repository © 2009

2.3.4 Tata laksana Regulasi

Aspek yang berkaitan dengan tata laksana regulasi meliputi semua aspek

yang berkaitan dengan mekanisme pengawasan yang dilakukan dalam usaha

menjamin agar kondisi operasional angkutan umum dilapangan sesuai dengan apa

yang dicanangkan sebelumnya dalam perencanaan operasional maupun

perencanaan strategis. Maksudnya adalah agar pihak pengguna angkutan umum

(penumpang) tidak dirugikan oleh pelayanan yang diberikan oleh operator

(penyedia jasa angkutan ).

Ada dua hal yang berkaitan dengan aspek regulasi ini yaitu aspek legal

dan reiforcement. Aspek legal berkaitan dengan peraturan-peraturan maupun

perundangan yang memungkinkan diadakannya pengawasan dan pemantauan

sedangkan aspek reiforcement berkaitan dengan mekanisme pengawasan yang

dilakukan di lapangan. Dalam kenyataan aspek regulasi tidak selalu ada dalam

suatu mekanisme penyelenggaraan angkutan umum. Ada tidaknya aspek

pengawasan ini sangat tergantung pada kebijakan pemerintah. Tapi pada

prinsipnya aspek regulasi diadakan dalam usaha menjamin agar pelaksanaan

angkutan umum dapat dilakukan dengan benar bagi kepentingan masyarakat luas.

2.4 Jenis Pelayanan Angkutan Umum

Pengangkutan orang dengan pengangkutan umum dilakukan dengan

menggunakan mobil bus atau mobil penumpang. Pengangkutan orang dengan

(28)

Binsar G.P. Manurung : Evaluasi Transportasi Angkutan Umum Pedesaan Kabupaten Pakpak Bharat, 2007. USU Repository © 2009

1. Trayek tetap dan teratur.

Adalah pelayanan angkutan umum yang dilakukan dalam jaringan

trayek secara teratur dengan jadwal tetap atau tanpa terjadwal. Jaringan

trayek adalah kumpulan dari trayek yang menjadi satu kesatuan

pelayanan angkutan orang. Jaringan trayek ditetapkan dengan

memperhatikan :

a. Kebutuhan angkutan.

b. Kelas jalan yang sama.

c. Tingkat pelayanan.

d. Jenis pelayanan jalan.

e. Rencana umum tata ruang.

f. Kelestarian lingkungan.

2. Tidak dalam trayek.

Pengangkutan orang dengan angkutan umum tidak dalam trayek terdiri

dari:

a. Pengangkutan dengan menggunakan taksi.

b. Pengangkutan dengan cara sewa.

c. Pengangkutan untuk keperluan wisata.

d. Angkutan penumpang khusus.

Faktor yang mempengaruhi tingkat pelayanan jalan dapat di kelompokkan

(29)

Binsar G.P. Manurung : Evaluasi Transportasi Angkutan Umum Pedesaan Kabupaten Pakpak Bharat, 2007. USU Repository © 2009

1. Faktor Jalan

Lebar lajur, kebebasan lateral, bahu jalan, ada tidaknya median, kondisi

permukaan jalan, alignement, kelandaian jalan, trotoar, dan lain-lain.

2. Faktor Lalu Lintas

Komposisi lalu lintas, volume, distribusi lajur, dan gangguan lalu lintas,

adanya kendaraan tidak bermotor, ganguan samping, dan lain-lain.

2.4.1 Jaringan Trayek

Jaringan trayek adalah kumpulan trayek yang menjadi satu kesatuan

pelayanan angkutan orang. Faktor yang digunakan sebagai bahan pertimbangan

dalam menerapkan jaringan trayek adalah sebagi berikut :

1. Pola tata guna lahan

Pelayanan angkutan umum diusahakan mampu menyediakan aksesibilitas

yang baik. Untuk memenuhi hal itu, lintasan trayek angkutan umum

diusahakan melewati tata guna tanah dengan potensi permintaan yang

tinggi. Demikian juga lokasi-lokasi yang potensial menjadi tujuan

berpergian diusahakan menjadi prioritas pelayanan.

2. Pola pergerakan penumpang angkutan umum

Rute angkutan umum yang baik adalah arah yang mengikuti pergerakan

penumpang angkutan sehingga tercipta pergerakan yang lebih efesien.

Trayek angkutan umum harus dirancang sesuai dengan pola pergerakan

penduduk yang terjadi, sehingga transfer moda yang terjadi pada saat

penumpang mengadakan perjalanan dengan angkutan umum yang

(30)

Binsar G.P. Manurung : Evaluasi Transportasi Angkutan Umum Pedesaan Kabupaten Pakpak Bharat, 2007. USU Repository © 2009

3. Kepadatan penduduk

Salah satu faktor yang menjadi prioritas pelayanan angkutan umum adalah

wilayah dengan kepadatan penduduk yang tinggi, yang pada umumnya

merupakan wilayah yang mempunyai potensi permintaan yang tinggi.

Tryek angkutan umum yang ada diusahakan sedekat mungkin menjangkau

wilayah itu.

4. Daerah pelayanan

Pelayanan angkutan umum, selain memperhatikan wilayah-wilayah

potensial pelayanan, juga menjangkau semua wilayah perkotaan yang ada.

Hal itu sesuai dengan konsep pemerataan wilayah perkotaan yang ada. Hal

itu sesuai dengan konsep pemerataan pelayanan terhadap penyediaan

fasilitas angkutan umum.

5. Karakteristik jaringan jalan

Kondisi jaringan jalan akan menentukan pola pelayanan trayek angkutan

umum. Karakteristik jaringan jalan meliputi konfigurasi, klasifikasi,

fungsi, lebar jalan, dan tipe operasi jalan.

2.4.1.1 Macam-macam Jaringan trayek

Menurut PP No. 41 tahun 1993 Jaringan Trayek dibagi atas :

1. Trayek antar kota antar propinsi yaitu trayek yang melalui lebih dari satu

wilayah Propinsi Daerah Tingkat 1 ;

Trayek antar kota antar propinsi dan trayek lintas batas negara

diselenggarakan dengan memenuhi ciri-ciri pelayanan yaitu sebagai

(31)

Binsar G.P. Manurung : Evaluasi Transportasi Angkutan Umum Pedesaan Kabupaten Pakpak Bharat, 2007. USU Repository © 2009

a. mempunyai jadwal tetap

b. Pelayanan cepat

c. Dilayani oleh mobil bus umum

d. Prasarana jalan yang dilalui memenuhi ketentuan kelas jalan.

2. Trayek antar kota dalam propinsi yaitu trayek yang melalui antar Daerah

Tingkat II dalam satu wilayah Propinsi Daerah Tingkat I :

Trayek antar kota dalam propinsi diselenggarakan dengan memenuhi

ciri-ciri pelayanan sebagai berikut :

a. Mempunyai jadwal yang tetap

b. Pelayanan cepat dan atau lambat

c. Dilayani oleh mobil bus umum

d. Prasarana jalan yang dilalui memenuhi ketentuan kelas jalan.

3. Trayek kota yaitu trayek yang seluruhnya berada dalam satu wilayah

kotamadya Daerah Tingkat II atau trayek dalam daerah khusus ibukota

jakarta :

Trayek kota terdiri dari :

a. Trayek utama yang diselenggarakan dengan ciri-ciri pelayanan :

- mempunyai jadwal tetap ;

- melayani angkutan antar kaweasan utama, antar kawasan

utama dan kawasan pendukung dengan ciri melakukan

perjalanan ulang-alik secara tetap dengan pengangkutan

yang bersifat massal;

- Dilayani oleh bus umum;

(32)

Binsar G.P. Manurung : Evaluasi Transportasi Angkutan Umum Pedesaan Kabupaten Pakpak Bharat, 2007. USU Repository © 2009

- Jarak pendek;

- Melaui tempat-tempat yang ditetapkan hanya untuk

menaikkan dan menurunkan penumpang.

b. Trayek cabang yang diselenggarakan dengan ciri-ciri pelayanan :

- mempunyai jadwal tetap;

- Melayani angkitan antar kawasan pendukung, antara

kawasan pendukung dan kawasan pemukiman;

- Dilayani dengan mobil bus umum;

- Pelayanan cepat dan lambat;

- Jarak pendek;

- Melalui tempat-tempat yang ditetapkan untuk menaikkan

dan menurunkan penumpang.

c. Trayek ranting yang diselenggarakan dengan ciri-ciri pelayanan :

- melayani angkutan dalam kawasan pemukiman;

- Dilayani dengan bus umum dan atau mobil penumpang

umum;

- Pelayanan lambat;

- Jarak pendek;

- Melalui tempat-tempat yang ditetapkan untuk menaikkan

dan menurunkann penumpang.

d. Trayek langsung yang diselenggarakan dengan ciri-ciri pelayanan :

(33)

Binsar G.P. Manurung : Evaluasi Transportasi Angkutan Umum Pedesaan Kabupaten Pakpak Bharat, 2007. USU Repository © 2009

- Melayani angkutan antar kawasan secara tetap yang

bersifat massal dan langsung ;

- Dilayani dengan mobil bus dan umum ;

- Pelayanan cepat ;

- Jarak pendek ;

- Melalui tempat-tempat yang ditetapkan untuk menaikkan

dan menurunkan penumpang.

4. Trayek pedesaan yaitu trayek yang seluruhnya berada dalam satu wilayah

kabupaten Daerah Tingkat II ;

Trayek pedesaan diselenggarakan dengan ciri-ciri pelayanan sebagai

berikut :

a. Mempunyai jadwal yang tetap dan atau tidak terjadwal;

b. Pelayanan lambat;

c. Dilayani oleh mobil bus umum dan atau mobil penumpang umum;

d. Prasarana jalan yang dilalui memenuhi ketentuan kelas jalan.

5. Trayek lintas batas negara yaitu trayek yang melewati atau melalui batas

negara.

Dari pembagian jenis jaringan trayek yang dijelaskan diatas, jenis yang

dibahas adalah jenis trayek pedesaan.

Adapun penggolongan klasifikasi trayek dan jenis pelayanan serta jenis

(34)

Binsar G.P. Manurung : Evaluasi Transportasi Angkutan Umum Pedesaan Kabupaten Pakpak Bharat, 2007. USU Repository © 2009

Tabel 2.1 Klasifikasi Tayek

Klasifikasi

Trayek

Jenis

Pelayanan

Jenis Angkutan Kapasitas

Penumpang

Perhari / kendaraan

Utama • Non

Ekonomi

• Ekonomi

• Bus besar (lantai ganda)

• Bus besar (lantai tunggal)

• Bus sedang

1.500-1.800

1.000-1.200

500-600

Cabang • Non

Ekonomi

• Ekonomi

• Bus besar

• Bus Sedang

• Bus kecil

1.000-1.200

500-600

300-400

Ranting • Ekonomi • Bus sedang

• Bus kecil

• Bus MPU (hanya roda 4)

500-600

300-400

250-300

Langsung • Non

Ekonomi

• Bus besar

• Bus sedang

• Bus kecil

1.000-1.200

500-600

300-400

Sumber : Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Umum Perkotaan Dalam Trayek Tetap

Dan Teratur, Departemen Perhubungan RI, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat,

(35)

Binsar G.P. Manurung : Evaluasi Transportasi Angkutan Umum Pedesaan Kabupaten Pakpak Bharat, 2007. USU Repository © 2009

2.5 Ciri Permasalahan Transportasi

Permasalahan transportasi dan teknik perencanaannya mengalami revolusi

yang pesat sejak tahun 1980-an. Pada saat ini kita masih merasakan banyak

permasalahan transportasi yang sebenarnya sudah terjadi sejak tahun 1960-an dan

1970-an, misalnya kemacetan, polusi suara dan udara, kecelakaan, dan tundaan.

Ruang lingkup permasalahan transportasi telah bertambah luas dan

permasalahannya itu sendiri bertambah parah, baik di negara maju maupun di

negara sedang berkembang.

Permasalahan ini tidak hanya terbatas pada jalan raya saja. Pertumbuhan

ekonomi menyebabakan mobilitas seseorang meningkat sehingga kebutuhan

pergerakannya pun meningkat melebihi kapasitas prasarana transportasi yang ada.

Kurangnya investasi pada suatu sistem jaringan dalam waktu yang cukup lama

dapat mengakibatkan sistem prasarana transportasi menjadi sangat rentan terhadap

kemacetan apabila volume lalu lintas melebihi dari rata-rata.

Kebutuhan akan pelayanan transportasi bersifat sangat kualitatif dan

mempunyai ciri yang berbeda-beda sebagai fungsi dari waktu, tujuan perjalanan,

frekuensi, dan lain-lain. Pelayanan transportasi yang tidak sesuai dengan

kebutuhan pergerakan menyebabkan sistem transportasi tersebut tidak berguna.

Pemenuhan kebutuhan merupakan kegiatan yang biasanya harus dilakukan setiap

hari, misalnya pemenuhan kebutuhan akan pekerjaan, pendidikan, kesehatan, dan

olah raga. Kita sebenarnya tidak perlu bergerak kalau semua kebutuhan tersebut

(36)

Binsar G.P. Manurung : Evaluasi Transportasi Angkutan Umum Pedesaan Kabupaten Pakpak Bharat, 2007. USU Repository © 2009

Daerah pemukiman, industri, pertokoan, perkantoran, fasilitas hiburan dan

fasilitas sosisal, semuanya mempunyai beberapa persyaratan teknis dan non teknis

yang harus dipenuhi dalam menentukan lokasinya. Setiap lahan atau tata guna

lahan mempunyai ciri teknis tersendiri yang dapat menentukan jenis kegiatan

yang cocok dilokasi tersebut. Beberapa ciri teknis yang sering dipakai adalah

kondisi topografi (datar, bukit, pegunungan), kesuburan tanah, dan geologi.

Akibatnya, lokasi kegiatan tersebar secara heterogen didalam ruang yang

menyebabkan perlu adanya pergerakan yang digunakan untuk proses pemenuhan

kebutuhan.

Dalam melakukan pergerakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut, kita

mempunyai dua pilihan, yaitu bergerak dengan moda transportasi atau tanpa moda

transportasi (berjalan kaki). Pergerakan tanpa moda (transportasi biasanya

berjarak pendek 1-2 km), sedangkan pergerakan dengan moda transportasi

berjarak sedang atau jauh. Jenis moda transportasi yang digunakan beragam,

seperti mobil pribadi, taksi, bus , kereta api, sepeda motor, pesawat terbang, dan

(37)

Binsar G.P. Manurung : Evaluasi Transportasi Angkutan Umum Pedesaan Kabupaten Pakpak Bharat, 2007. USU Repository © 2009

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Umum

Dalam penelitian ini untuk mencapai tujuan dari analisa pada daerah studi,

dilakukan beberapa tahapan yang dianggap perlu, yang mana prosedur

pelaksanaanya secara garis besar adalah sebagai berikut :

1. Tahap pertama adalah melakukan studi literatur dalam usaha memperoleh

teori-teori yang berhubungan dengan penyelesaian tugas akhir ini.

2. Tahap kedua adalah menemukan jumlah dan distribusi sampel yang sesuai

dengan daerah penelitian. Sampel adalah sebagian dari objek atau

individu-individu yang mewakili suatu populasi. Pendugaan taksiran atau

populasi tersebut dilakukan melalui sampel. Keterbatasan waktu, biaya

dan tenaga mendorong seorang peneliti untuk menggunakan sampel dalam

penelitianya.

3. Tahap ketiga adalah pengorganisasian data yang dibutuhkan, metode

pengumpulan data yang diperoleh dari survey. Berdasarkan sumbernya

data dapat digolongkan menjadi data primer dan data sekunder. Data

primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden atau objek

yang diteliti. Data primer sangat berperan dalam mendukung tujuan

penelitian. Sedangkan data sekunder adalah data yang lebih dahulu

dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang atau instansi terkait. Dalam

penelitian ini data sekunder diperoleh dari Bapedda dan BPS, kantor dinas

(38)

Binsar G.P. Manurung : Evaluasi Transportasi Angkutan Umum Pedesaan Kabupaten Pakpak Bharat, 2007. USU Repository © 2009

4. Tahap akhir adalah analisa data dari hasil survey untuk mengambil

kesimpulan dari tujuan ini.

3.2 Pengambilan Data

3.2.1 Pengambilan Data Sekunder

Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah :

1. Data jaringan jalan, data ini diperlukan untuk mengetahui kondisi

masing-masing ruas jalan serta fungsi dari jalan yang terdapat dari wilayah studi.

2. Data lalu lintas dan trayek angkutan pedesaan, data ini diperlukan untuk

mengetahui jumlah dan jenis kendaraan yang beroperasi diwilayah studi

serta jalan yang dilalui angkutan pedesaan (trayek).

3. Data penduduk, data ini diperlukan untuk mengetahui kepadatan penduduk

pada wilayah studi.

3.2.2 Pengambilan Data Primer

Data primer diperoleh dengan melakukan survei langsung kelapangan atau

kelokasi penelitian serta mengajukan pertanyaan (quiz), adapun data yang akan

diambil meliput i data :

- Pendekatan teknis

- Persepsi masyarakat (penumpang angkutan umum) terhadap angkutan pedesaan.

Dengan mengetahui persepsi masyarakat terhadap angkutan umum yang

ada pada wilayah studi maka dapat diketahui faktor-faktor pendukung masyarakat

dalam memanfaatkan salah satu angkutan umum. Survei ini sangat membantu

(39)

Binsar G.P. Manurung : Evaluasi Transportasi Angkutan Umum Pedesaan Kabupaten Pakpak Bharat, 2007. USU Repository © 2009

persepsi masyarakat terhadap angkutan umum pedesaan yang beroperasi pada

daerah studi.

3.3 Pembuatan Data Quesioner

Daftar yang akan digunakan dalam penelitian ini dibuat sedemikian rupa

sehingga memudahkan pewawancara dalam melakukan pendataan dan

mempermudah tiap masyarakat dalam pengisian tabel quesioner. Daftar yang

dibuat berdasarkan variabel-variabel yang terdiri dari :

a. Daftar karakteristik responden yang tinggal di pedesaan, yang berisi :

1. Nama

2. Usia

3. Pekerjaan

4. Pendidikan terakhir

b. Daftar variabel-variabel yang mempengaruhi transportasi angkutan umum

pedesaan pada daerah Kabupaten Pakpak Bharat, yang ditinjau dari segi

ketersediaan angkutan umum, kondisi jalan, pelayanan angkutan umum,

kemudahan dalam transportasi dan usulan terhadap pemerintah untuk

peningkatan transportasi angkutan umum pedesaan.

3.4 Teknik Pengambilan Sampel

Mengingat Kabupaten Pakpak Bharat memiliki sepuluh kecamatan yang

karakteristik layanan transportasi angkutan umum berbeda, maka teknik

pengambilan sampel yang dipergunakan adalah Stratified Random Sampling

(40)

Binsar G.P. Manurung : Evaluasi Transportasi Angkutan Umum Pedesaan Kabupaten Pakpak Bharat, 2007. USU Repository © 2009

Sampel acak berstrata adalah cara pengambilan sampel dengan terlebih

dahulu membuat penggolongan populasi menurut ciri geografi tertentu dan setelah

digolongkan kemudian ditentukan jumlah sampel dengan pemilihan secara acak.

Maka pengambilan sampel dalam penelitian ini berdasarkan kepada sepuluh

kecamatan yang ada pada Kabupaten Pakpak Bharat.

3.5 Penentuan Jumlah Sampel

Dari data sekunder banyaknya kecamatan yang ada pada Kabupaten

[image:40.595.116.510.331.547.2]

Pakpak Bharat adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk di kecamatan Pakpak Bharat

No Kecamatan Jumlah Penduduk

1 Salak 5.440

2 Sibande 8.062

3 Sibagindar 1.084

4 Ulu Merah 3.019

5 Kecupak 3.014

6 Sukaramai 8.428

7 Tinada 5.091

8 Jamburea 3.713

Jumlah Penduduk Kab. Pakpak Bharat 37.851

Sumber : BPS Kabupaten Pakpak Bharat 2005

Untuk mengetahui basarnya sampel yang diambil dan dapat mewakili

suatu populasi, maka digunakan rumus Dixon dan B.Leach sebagai berikut :

2     × =

C V Z n

(41)

Binsar G.P. Manurung : Evaluasi Transportasi Angkutan Umum Pedesaan Kabupaten Pakpak Bharat, 2007. USU Repository © 2009

n = jumlah sampel.

Z = Convidence (tingkat kepercayaan) 1,96

V = vareabilitas yang dapat diperoleh dengan rumus:

(

ρ

)

ρ − = 100 V

ρ = Persentase karakteristik sampel yang dianggap benar C = Confidence limit (%)

Untuk itu dianggap bahwa confidence level (Z) adalah 95% dan limit (C)

10%, sedangkan persentase karakteristik (ρ) Anggota Keluarga yang menggunakan transportasi angkutan umum diperkirakan 50%, maka jumlah

sampel yang dapat dihitung adalah sebagai berikut :

(

ρ

)

ρ − = 100 V

(

100 50

)

50 − = V 50 = V 2     × = C V Z n 2 10 50 96 , 1     × = n 96 04 , 96 ≈ = n

Jumlah sampel yang akan diambil setelah koreksi dengan N = 37.851 adalah :

(42)

Binsar G.P. Manurung : Evaluasi Transportasi Angkutan Umum Pedesaan Kabupaten Pakpak Bharat, 2007. USU Repository © 2009

      + = 37851 96 1 96 ' n

n' = 95,8 ≈ 96

Jadi jumlah sampel yang diambil di Kabupaten Pakpak Bharat adalah 96

sampel.

3.6 Pemilihan Lokasi Sampel

Pemilihan lokasi sampel dari Kabupaten Pakpak Bharat sebagai wilayah

studi yang terdiri dari delapan kecamatan dapat ditentukan sebagai berikut :

JS P PD n n ×

Σ =

'

n' = Jumlah sampel per Kabupaten

PDn = Banyaknya penduduk pada Kecamatan n

P = Jumlah seluruh Kecamatan di Kabupaten Pakpak Bharat

JS = Jumlah seluruh sampel yang akan diambil di Kabupaten

Pakpak Bharat.

3.6.1 Kecamatan Salak

Jumlah sampel yang diambil :

96 37851

5440

'= ×

n

n' = 13,7 ≈14

(43)

Binsar G.P. Manurung : Evaluasi Transportasi Angkutan Umum Pedesaan Kabupaten Pakpak Bharat, 2007. USU Repository © 2009

3.6.2 Kecamatan Sibande

Jumlah sampel yang diambil :

96 37851

8062

'= ×

n

n' = 20,24 ≈20

Jumlah sampel yang disebarkan untuk Kecamatan Sibande adalah 20 orang.

3.6.3 Kecamatan Sibagindar

Jumlah sampel yang diambil :

96 37851 084 . 1 '= × n

n' = 2,74 ≈3

Jumlah sampel yang disebarkan untuk Kecamatan Sibagindar adalah 3 orang.

3.6.4 Kecamatan Ulu Merah

Jumlah sampel yang diambil :

96 37851

3019

'= ×

n

n' = 7,65 ≈8

Jumlah sampel yang disebarkan untuk Kecamatan Ulu Merah adalah 8 orang.

3.6.5 Kecamatan Kecupak

Jumlah sampel yang diambil :

96 37851

3014

'= ×

n

(44)

Binsar G.P. Manurung : Evaluasi Transportasi Angkutan Umum Pedesaan Kabupaten Pakpak Bharat, 2007. USU Repository © 2009

Jumlah sampel yang disebarkan untuk Kecamatan Kecupak adalah 8 orang.

3.6.6 Kecamatan Sukaramai

Jumlah sampel yang diambil :

96 37851

8428

'= ×

n

n' = 21,3 ≈21

Jumlah sampel yang disebarkan untuk Kecamatan Sukaramai adalah 21 orang.

3.6.7 Kecamatan Tinada

Jumlah sampel yang diambil :

96 37851

5091

'= ×

n

n' = 12,9 ≈13

Jumlah sampel yang disebarkan untuk Kecamatan Tinada adalah 13 orang.

3.6.8 Kecamatan Jamburea

Jumlah sampel yang diambil :

96 37851

3713

'= ×

n

n' = 9,4 ≈9

Jumlah sampel yang disebarkan untuk Kecamatan Jamburea adalah 9 orang.

3.7 Pelaksanaan Pengumpulan Data

Pengambilan sampel dangan uraian seperti diatas bahwa data-data yang

(45)

Binsar G.P. Manurung : Evaluasi Transportasi Angkutan Umum Pedesaan Kabupaten Pakpak Bharat, 2007. USU Repository © 2009

menggunakan angkutan umum pedesaan. Data yang diperoleh dengan metode

wawancara (interview).

Untuk penentuan responden dalam pengambilan sampel dilakukan dengan

Cluster Sampling, yakni sebagai berikut :

1. Pada tahap pertama diupayakan membagi sampel ke dalam masing-masing

kecamatan yang terdapat pada Kabupaten Pakpak Bharat.

2. Kemudian dari masing-masing cluster (kecamatan) ditarik sampel yang

akan dijadikan responden.

3.7.1 Pelaksanaan Pengambilan Sampel

Pengambilan data dilakukan pada bulan Juni 2007. Pemilihan waktu

didasarkan bahwa seluruh kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan yang

diamati berjalan dengan normal. Proses wawancara dilakukan mulai pukul 06.30

sampai selesai, dan dilakukan dalam beberapa hari dikarenakan jarak antar

kecematan yang saling berjauhan.

3.7.2 Ruang lingkup Sampel

Lingkup sampel yang diambil adalah sepuluh kecamatan yang ada di

Kabupaten Pakpak Bharat.Yang mana besarnya jumlah sampel yang akan di

interview telah dilakukan perhitungan sebelumnya.

(46)

Binsar G.P. Manurung : Evaluasi Transportasi Angkutan Umum Pedesaan Kabupaten Pakpak Bharat, 2007. USU Repository © 2009

Sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi dengan menggunakan

cara-cara tertentu. Salah satu cara paling populer dalam ilmu statistik untuk

memperoleh data yang representative adalah dengan cara random.

Suatu cara random apabila tidak memilih subjek untuk dijadikan sampel.

Suatu sampel adalah sampel random jika subjek dalam populasi diberi

kesempatan yang sama untuk di jadikan sampel.

Cara-cara yang diambil untuk mengambil sampel secara random :

1. Pertama kali membagi wilayah sampel kedalam sepuluh wilayah bagian,

yaitu sesuai dengan jumlah Kecamatan yang ada pada Kabupaten Pakpak

Bharat.

2. Kemudian dilakukan penentuan jumlah sampel pada tiap-tiap Kecamatan.

3.7.4 Langkah-langkah Wawancara

Langkah-langkah wawancara adalah pembagian quesioner secara langsung

kepada penduduk pengguna angkutan umum pedesaan. Dalam artian penulis

langsung berhadapan dengan penduduk, dan menerangkan maksud dan tujuan

(47)

Binsar G.P. Manurung : Evaluasi Transportasi Angkutan Umum Pedesaan Kabupaten Pakpak Bharat, 2007. USU Repository © 2009

BAB IV

DESKRIPSI WILAYAH DAN DATA

4.1 Kondisi Alam

4.1.1 Letak Geografis

Pakpak Bharat adalah sebua

hasil pemekaran Kabupaten Dairi. Kabupaten ini mempunyai luas sebesar

1.218,30 km² dan beribukotakan Salak. Kondisi fisik kabupaten ini berada pada

ketinggian 250-1.400 meter diatas permukaan laut. Menurut data tahun 2005

penduduknya berjumlah 37.851 jiwa. Kabupten Pakpak Bharat terletak pada garis

2o00”-3o00” Lintang Utara dan 96o00”-98o00” Bujur Timur. Kabupaten Pakpak

Bharat berbatasan dengan empat (4) kabupaten. Secara administrasi Kabupaten

Pakpak Bharat berbatasan dengan :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Silimapungga – pungga

Sidikalang Kabupaten Dairi

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tara Bintang Kab.

Humbang Hasundutan dan Kecamatan Manduamas Kab. Tapanuli Tengah

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Singkil

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Parbuluan Kab. Dairi dan

(48)
[image:48.595.113.512.223.710.2]

Binsar G.P. Manurung : Evaluasi Transportasi Angkutan Umum Pedesaan Kabupaten Pakpak Bharat, 2007. USU Repository © 2009

Tabel 4.1 Kabupaten Pakpak Bharat

Kabupaten Pakpak Bharat

Salak

Luas 1.218,30 km²

Penduduk

· Jumlah 37.851 jiwa

· Kepadatan 31 jiwa/km²

Pembagian administratif

8

.Jumlah Desa 47

Dasar hukum UU No. 9 Tahun 2003

(49)

Binsar G.P. Manurung : Evaluasi Transportasi Angkutan Umum Pedesaan Kabupaten Pakpak Bharat, 2007. USU Repository © 2009

Pada saat ini kabupaten Pakpak Bharat terdiri dari 8 kecamatan yaitu

[image:49.595.112.441.250.533.2]

Salak, Sibande, Sibagindar, Ulu Merah, Kecupak, Sukaramai, Tinada, Jamburea.

Tabel 4.2 Luas dan Administrasi Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2005

No Kecamatan Luas Wilayah Km2

1 Salak 117,92

2 Sibande 473,62

3 Sibagindar 41,30

4 Ulu Merah 53,02

5 Kecupak 125,88

6 Sukaramai 194,81

7 Tinada 109,19

8 Jamburea 102,56

Pakpak Bharat 1.218,30

Sumber : Kabupaten Pakpak Bharat Dalam angka Tahun 2005

4.1.2 Topografi Dan Iklim

Secara topografis, kemiringan tanah Kabupaten Pakpak Bharat yang

tergolong datar hanya 5%, bukit sebesar 26% dan gunung 69 %. Berdasarkan

fisiknya permukaan tanah di kabupaten ini kebanyakan berbukit dan

bergelombang, banyak terdapat lembah yang terjal dan mempunyai iklim yang

(50)

Binsar G.P. Manurung : Evaluasi Transportasi Angkutan Umum Pedesaan Kabupaten Pakpak Bharat, 2007. USU Repository © 2009

4.2 Kondisi Sosial

Mayoritas penduduk Pakpak Bharat adalah petani. Komoditas pertanian

terbesar adalah padi dengan luas panen 2.256,60 Ha dan produksi 7.093 ton.Selain

padi, kabupaten ini juga kaya dengan jagung, cabe, kemenyan, kelapa dll.

Potensi ekonomi lain di kabupaten Pakpak Bharat adalah pembangkit

listrik. Terdapat 2 lokasi aliran sungai yang dapat dimanfaatkan menjadi

pembangkit listrik, nama dari sungai tersebut adalah Lae Combi.

4.3 Keadaan penduduk

Jumlah penduduk kabupaten Pakpak Bharat adalah 37.851 jiwa yang

[image:50.595.114.507.439.729.2]

tersebar pada 8 kecamatan.

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk di Tiap Kecamatan Kab.Pakpak Bharat

No Kecamatan Jumlah penduduk

1 Salak 5,440

2 Sibande 8.062

3 Sibagindar 1.084

4 Ulu Merah 3.019

5 Kecupak 3.014

6 Sukaramai 8.428

7 Tinada 5.091

8 Jamburea 3.713

Jumlah penduduk Kab.Pakpak Bharat 37.851

(51)

Binsar G.P. Manurung : Evaluasi Transportasi Angkutan Umum Pedesaan Kabupaten Pakpak Bharat, 2007. USU Repository © 2009

4.4 Transportasi

Prasarana transportasi di Kabupaten Pakpak Bharat pada umumnya cukup

baik, jaringan jalan untuk menghubungkan satu lokasi dengan lokasi lainnya telah

ada dan telah dilapisi oleh lapisan aspal, terutama jalan utama yang

menghubungkan lokasi-lokasi tertentu. Pada ruas-ruas tertentu prasarana

transportasi memang mengalami kerusakan akibat bencana alam (berupa gempa

bumi dan longsor). Dibagian lain, terdapat ruas jalan yang rusak karena genangan

air pada waktu hujan.

Peningkatan usaha pembangunan akan menuntut pula peningkatan

pembangunan jalan. Pembangunan jalan bertujuan untuk memudahkan mobilitas

penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dari satu daerah ke daerah lain.

Panjang jalan di Kabupaten Pakpak Bharat pada tahun 2005 mencapai 432,6 Km,

terdiri atas jalan Negara 41 Km, jalan propinsi sepanjan 39,00 Km, dan jalan

kabupaten 352,6 Km. Pada tahun 2005 kondisi jalan di Kabupaten Pakpak Bharat

133,6 Km kondisinya baik, 72,6 Km kondisinya sedang, 146,46 kondisinya

rusak.

Kondisi status dan panjang jalan Kabupaten Pakpak Bharat pada

[image:51.595.109.511.638.722.2]

tahun 2005.

Tabel 4.4 : Tabel Panjang Jalan Berdasarkan Kondisi

No. Kondisi Jalan Jalan kabupaten (Km) Jalan Desa (Km)

1 Baik 133,6 -

(52)

Binsar G.P. Manurung : Evaluasi Transportasi Angkutan Umum Pedesaan Kabupaten Pakpak Bharat, 2007. USU Repository © 2009

3 Rusak 146,46 -

Jumlah 352,6 -

[image:52.595.111.514.84.141.2]

Sumber : Dinas PU Kabupaten Pakpak Bharat

Tabel 4.5 : Tabel Panjang Jalan Berdasarkan Tipe Perkerasan

No. Tipe

Perkerasan

Jalan

Kabupaten

Jalan

Desa

Jalan

Negara

Jalan

Propinsi

Total

(Km)

1 Aspal 82,4 - 41 39 162,4

2 Batu/kerikil 80,76 - - - 80,76

3 Tanah 189,44 - - - 189,44

352,60 - 41 39 432,6

Sumber : Dinas PU Kabupaten Pakpak Bharat

Dibawah ini akan diuraikan jarak dari ibukota kecamatan Salak sebagai

ibukota kabupaten Pakpak Bharat .

Tabel 4.6 Nama dan Jarak ibukota Kecamatan ke ibukota Kabupaten

No Kecamatan Ibukota Jarak (Km)

1 Salak Salak 0

2 Sitellu Tali Urang Jehe Sibande 29

3 Pagindar Sibagindar 112,4

4 Sitellu Tali Urang Julu Ulu Merah 12

5 Pergetteng-getteng Sengkut Kecupak 4,2

6 Kerajaan Sukaramai 18

[image:52.595.110.513.273.469.2]
(53)

Binsar G.P. Manurung : Evaluasi Transportasi Angkutan Umum Pedesaan Kabupaten Pakpak Bharat, 2007. USU Repository © 2009

8 Siempat Rube Jamburea 5

Sumber : BPS Kabupaten Pakpak Bharat 2005

DAFTAR PENETAPAN JARINGAN TRAYEK ANGKUTAN PEDESAAN

[image:53.595.112.513.336.481.2]

DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

Tabel 4.7 Daftar Trayek Angkutan Umum Pedesaan

No Kode trayek Rute trayek

1 TR. 1. 01 Salak – Jambu – Sibande - (PP)

2 TR. 1. 02 Salak – Jambu – Tinada – Sukaramai - Sidikalang (PP)

3 TR. 1. 03 Salak – Ulu Merah (PP)

4 TR. 1. 04 Salak – Kecupak - Sibagindar (PP)

(54)

Binsar G.P. Manurung : Evaluasi Transportasi Angkutan Umum Pedesaan Kabupaten Pakpak Bharat, 2007. USU Repository © 2009

Skema Rute Angkutan Umum Pedesaan Salak

SALAK

Jambu Sibande

Jambu Tinada Sukaramai Sidikalang

Ulu Merah

(55)

Binsar G.P. Manurung : Evaluasi Transportasi Angkutan Umum Pedesaan Kabupaten Pakpak Bharat, 2007. USU Repository © 2009

Keterangan :

= menuju = meninggalkan

Tabel 4.8 Daftar Jumlah Armada Angkutan Umum Pedesaan Kabupaten

Pakpak Bharat

No Nama Angkutan Jumlah/Unit

1 Po. HIMPAK 10

2 Po. SEMPURNA 72 22

3 CV. DAIRI RAYA 8

4 Po.SEMPURNA 70 10

Sumber : Dinas Perhubungan Kab. Pakpak Bharat

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa jumlah angkutan umum pedesaan

ada 4 perusahaan yang mana jumlah unit keseluruhannya adalah 50 Unit.

Kondisi Angkutan Umum Pedesaan Kab. Pakpak Bharat dengan pendekatan

teknis di lapangan

1. SALAK – SIBANDE

Untuk trayek Salak-Sibande dengan kecepatan rata- rata 30 km/jam dengan

waktu tempuh kurang lebih 1 jam setiap harinya dan belum mempunyai

[image:55.595.114.443.311.484.2]
(56)

Binsar G.P. Manurung : Evaluasi Transportasi Angkutan Umum Pedesaan Kabupaten Pakpak Bharat, 2007. USU Repository © 2009

yang menggunakan angkutan. Angkutan berangkat apabila penumpang paling

sedikit 5 orang dari stasiun keberangkatan. Khususnya pada hari Kamis yang

merupakan hari pekan di Salak, dimana jumlah penumpang yang melakukan

perjalanan menuju Salak hampir tidak dapat terlayani dengan baik, karena dari

jumlah angkutan yang tersedia tidak dapat lagi menampung jumlah

penumpang yang ada. Setiap harinya, angkutan hanya beroperasi sebanyak 3

trip, dengan tarif ongkos Rp. 6000,-. Pada umumnya, pergerakan jumlah

penumpang yang paling banyak adalah dari Sibande menuju Salak.

Rute trayek : Salak – Sibande (PP)

Daerah /Desa- desa yang dilalui trayek :

Salak – Tinada – Natame – Sitabu – Nantomol

Armada :

- Po.Himpak

2. SALAK – SIDIKALANG

Untuk jurusan trayek ini setiap harinya jumlah penumpang cukup tinggi,

terlebih pada hari sabtu yang merupakan hari aktivitas terakhir ataupun

hari pekan di Sidikalang.. Hal ini dikarenakan Sidikalang merupakan

Ibukota Kabupaten Dairi dimana Salak sebelumnya merupakan salah satu

kecamatan di kabupaten tersebut, sehingga segala sesuatunya masih

memiliki hubungan yang saling mendukung.

Trayek ini memiliki waktu tempuh kurang lebih 1,5 jam dengan kecepatan

rata- rata 45 km/jam.Trayek ini mulai beroperasi dari jam 06.30 WIB

(57)

Binsar G.P. Manurung : Evaluasi Transportasi Angkutan Umum Pedesaan Kabupaten Pakpak Bharat, 2007. USU Repository © 2009

dari waktunya adalah pada saat pagi dan sore hari. Rata- rata penumpang

yang melakukan perjalanan tersebut adalah pegawai pemerintahan, baik itu

guru, pegawai negeri sipil, anak sekolah, dan pedagang. Tarif ongkos dari

trayek ini adalah Rp. 12.000,- dan melakukan perjalanan sebanyak 2 trip.

Rute trayek : Salak– Tinada – Sukaramai – Sidikalang (PP)

Daerah /Desa- desa yang dilalui trayek :

Salak – Santar – Tinada – Parongil – Kerajaan – Sp. Kuta Meriah –

Sidikalang

Armada :

- Po. Sempurna 72

3. SALAK – ULU MERAH

Waktu tempuh perjalanan dari trayek ini kurang lebih 20 menit, dengan

kecepatan rata- rata 40 km/jam. Jadwal keberangkatan dari trayek ini

belum ada dikarenakan jumlah penumpang yang ada setiap harinya masih

sedikit, kecuali hari Kamis yang merupakan hari pekan di Salak.

Perjalanan trayek ini belum mencakup seluruh desa- desa yang ada di Ulu

Merah, bahkan hampir seluruh desa yang ada di Ulu Merah belum

terlayani. Hal ini dikarenakan kondisi jalan yang menuju kecamatan

tersebut ataupun desa- desa yang disekitarnya belum memadai. Dilihat

secara langsung, setiap angkutan yang beroperasi setiap harinya hanya

memiliki penumpang sebanyak 6-8 orang, dimana trayek ini melakukan

(58)

Binsar G.P. Manurung : Evaluasi Transportasi Angkutan Umum Pedesaan Kabupaten Pakpak Bharat, 2007. USU Repository © 2009

Rute trayek : Salak – Ulu Merah (PP)

Daerah /Desa- desa yang dilalui trayek :

Salak – Sindeka – Singgabur – Pardomuan – Ulu Merah

Armada :

- CV.Dairi Raya

4. SALAK – SIBAGINDAR

Untuk trayek ini perjalanan angkutan kurang melayani desa-desa di

kecamatan tersebut. Dikarenakan sebagian jalan utama menuju kecamatan

ini masih jalan batu, sehingga angkutan enggan untuk melalui jalur yang

telah ditentukan.

Waktu tempuh dari perjalanan kurang lebih 1,5 jam dengan kecepatan

rata- rata 30 km/jam dan jadwal keberangkatan trayek ini juga belum ada.

Tarif ongkos dari perjalanan trayek ini sebesar Rp.15.000,-, dan jumlah

perjalanan trip sebanyak 2 trip.

Rute trayek : Salak – Kecupak – Sibagindar (PP)

Daerah /Desa- desa yang

Gambar

Gambaran kondisi menurut pengguna angkutan Gambaran kondisi menurut pengguna angkutan
Tabel 3.1 Jumlah Penduduk di kecamatan Pakpak Bharat
Tabel 4.1 Kabupaten Pakpak Bharat
Tabel 4.2 Luas dan Administrasi Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2005
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dibuat: 2007-04-02 , dengan 3 file(s). Keywords: biaya operasional kendaraan, tarif. Angkutan Pedesaan jalur Turen – Sendang Biru merupakan salah satu moda angkutan umum

Besarnya biaya operasi kendaraan per-km angkutan umum (MPU) kota Tulungagung berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan adalah sebesar Rp.. Sedangkan tarif angkutan umum (MPU)

2) Mengetahui besarnya tarif angkutan umum pedesaan P.O PALAGAN jurusan Ambarawa - Krajan Pasekan berdasarkan biaya operasi kendaraan (BOK).. 3) Membandingkan tarif di lapangan,

Tujuan penelitian “Evaluasi Kinerja angkutan Umum Berdasarkan Per- sepsi Penumpang” adalah sebagai berikut : Menganalisis persepsi pengguna angkutan umum bus yang kaitannya dengan

tarif dari pihak pengusaha angkutan umum pedesaan dan tarif yang dikeluarkan. oleh pemerintah

Berdasarkan data dari Koperasi Pemuda, jumlah armada angkutan umum pedesaan jalur D6 yang beroperasi adalah 25 armada, sedangkan jumlah armada angkutan umum

Berdasarkan data-data yang diperoleh dan dikaji dengan metode penelitian sejarah maka diperoleh informasi bahwa pembangunan angkutan pedesaan di Lamongan tidak lepas

Tujuan penelitian “Evaluasi Kinerja angkutan Umum Berdasarkan Per- sepsi Penumpang” adalah sebagai berikut : Menganalisis persepsi pengguna angkutan umum bus yang kaitannya dengan