PERANAN KELOMPOK TANI DALAM PENINGKATAN STATUS
SOSIAL EKONOMI PETANI PADI SAWAH
(Studi Kasus: Desa Rumah Pil-Pil,
Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang)
SKRIPSI
OLEH
ULIMA HOTMAIDA SIHOMBING
050309008
PKP
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PERANAN KELOMPOK TANI DALAM PENINGKATAN STATUS
SOSIAL EKONOMI PETANI
PADI SAWAH
(Studi Kasus: Desa Rumah Pil-Pil, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten
Deli Serdang)
SKRIPSI
OLEH :
ULIMA HOTMAIDA SIHOMBING
050309008
PKP
Diajukan Kepada Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian
Disetujui Oleh :
Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
( Ir. Yusak Maryunianta, MSi ) ( Ir. Lily Fauzia, MSi )
NIP. 131618780 NIP.196011101988031003
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
RINGKASAN
ULIMA HOTMAIDA SIHOMBING (050309008), dengan judul skripsi “Peranan Kelompok Tani Dalam Peningkatan Status Sosial Ekonomi Petani Padi Sawah (Studi Kasus Desa Rumah Pilpil, Keca. Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang”, dibimbing oleh Ir. Yusak Maryunianta, MSi dan Ir. Hj. Lily Fauzia ,MSi.
Petani adalah orang-orang yang memelihara dan menentukan bagaimana usaha taninya harus dimanfaatkan. Namun sebagian petani tidak mempunyai pengetahuan serta wawasan yang memadai untuk dapat memecahkan permasalahan mereka. Untuk itu diperlukan metode penyuluhan yang tepat yaitu pendekatan kelompok seperti kelompok tani. Kelompok tani yang diteliti adalah kelompok tani Rumah Pilpil 1.Kelompok tani memiliki 3 peranan yaitu kelas belajar, wahana kerjasama dan unit produksi. Peranan kelompok tani diharapkan dapat meningkatkan status sosial ekonomi petani padi sawah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan kelompok tani, menganalisis perbedaan tingkat kosmopolitan, tingkat adopsi teknologi padi sawah petani, produktifitas petani, pendapatan petani, serta perbedaan perubahan pola konsumsi petani sebelum dan sesudah menjadi anggota kelompok tani Rumah Pilpil I, mengetahui kendala yang dihadapi petani dalam menjalankan usaha tani serta upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala tersebut. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober – November 2009 di desa Rumah Pilpil, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, yang ditentukan secara Purposive Sampling. Penetuan besar sampel dilakukan secara Simple Random Sampling.
Hasil penelitian diperoleh kesimpulan: banyak kegiatan yang telah dilakukan kelompok tani Rumah Pilpil 1 misalnya diskusi kelompok, penggunaan mesin perontok gabah, penggunaan benih unggul, pembagian pupuk bersubsidi, pengolahan lahan yang baik, mengikuti ceramah untuk pembinaan kelompok tani, pengajuan proposal untuk menerima PUAP, tingkat kosmopolitan dan adopsi teknologi petani sesudah menjadi anggota kelompok tani lebih tinggi sebelum menjadi anggota kelompok tani, produktifitas dan pendapatan petani padi sawah sebelum menjadi anggota kelompok tani lebih rendah, ada perbedaan perubahan pola konsumsi petani sebelum dan sesudah menjadi anggota kelompok tani, kendala- kendala yang dihadapi kelompok tani dalam kegiatan usaha taninya adalah petani tidak memiliki cukup modal, saluran irigasi yang kurang baik, transportasi yang tidak dapat dilalui oleh kendaraan, dan ada upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut seperti petani mendapatkan pinjaman modal dari petani yang memiliki modal yang lebih besar, petani bersama-sama gotongroyong memperbaiki saluran, petani menggunakan beko untuk mengangkut hasil panen.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Gunung Sitoli pada tanggal 18 Februari 1987 dari Bapak Wilson Sihombing dan Ibu Erlina Silitonga. Penulis merupakan putri keempat dari enam bersaudara.
Tahun 2005 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Gunung Sitoli, dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian tertulis Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru. Penulis memilih program studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian, Departemen Agribisnis.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia yang diberikan-Nya sehingga penulis dapat memulai, menjalani dan mengakhiri masa perkuliahan serta dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini merupakan karya ilmiah dan salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi di Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara dengan judul “ Peranan Kelompok Tani Dalam Peningkatan Status Sosial Ekonomi Petani Padi Sawah (Studi Kasus Desa Rumah Pilpil, Keca.
Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang”.
Tulisan ini merupakan hasil penelitian di lapangan dengan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar–besarnya kepada Bapak Ir. Yusak Maryunianta, MSi sebagai ketua komisi pembimbing yang telah banyak memberikan masukan dan perhatian kepada penulis dan juga kepada Ibu Ir. Hj. Lily Fauzia, MSi sebagai anggota yang telah bersedia memberikan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
1. Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP sebagai Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
3. Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai di Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
4. Bapak Ananta Barus selaku Kepala desa Rumah Pilpil, Kecamatan Sibolangit
5. Bapak Sada Perarih Barus selaku kontak tani kelompok Rumah Pilpil 1
6. Seluruh anggota kelompok tani Rumah Pilpil1, Kecamatan Sibolangit.
7. Seluruh teman-teman SEP 05 dan KMK Pertanian, terimakasih atas dukungannya selama ini.
8. Secara khusus penulis menyampaikan hormat dan terima kasih yang tidak terhingga kepada Bapak Wilson Sihombing, Ibu Erlina Silitonga, kakak beserta adik Rosinta Sihombing, Dewinda Sihombing, Phida Sihombing, David Sihombing dan Daniel Sihombing.
Penulis menyadari skripsi ini belum sempurna, untuk itu penulis tidak menutup diri menerima saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pihak – pihak lain yang membutuhkan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, Maret 2010
DAFTAR ISI
Hal.
RINGKASAN…….…….…….…….…….….…….…….……… i
RIWAYAT HIDUP…….…….…….…….…….…….…….…… ii
KATA PENGANTAR…….…….…….…….…….…….……… iii
DAFTAR ISI…….…….…….…….…….…….…….……. ……. iv
DAFTAR TABEL…….…….…….…….…….…….……. ……. v
DAFTAR GAMBAR…….…….…….…….…….…….……….. vi
DAFTAR LAMPIRAN…….…….…….…….…….…….……. vii
PENDAHULUAN Latar Belakang……….……….. 1
Identifikasi Masalah……….….. 8
Tujuan Penelitian……… 9
Kegunaan Penelitian……….….. 9
TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka………... 10
Landasan Teori………. 14
Kerangka Pemikiran………. 22
Hipotesis Penelitian………. 25
METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Sampel………. 26
Metode Pengambilan Sampel………. 26
Metode Pengumpulan Data………. 27
Metode Analisis Data……….. 27
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN
Deskripsi Daerah Penelitian ………..…… .. 32
Luas dan Letak Geografis ……….. 32
Keadaan Penduduk...………... . 32
Penggunaan Tanah....………... 34
Sarana dan Prasarana... 34
Karakteristik Sampel………. 35
Umur... 36
Pendidikan... 36.
Pengalaman Bertani... 37
Perkembangan Kelompok Tani... 37
HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan-Kegiatan Yang Dilakukan Kelompok Tani ………... 39
Tingkat Kosmopolitan Petani.... ………. 45
Tingkat Adopsi Teknologi Petani….………... 46
Perbedaan Produktifitas Petani... 48
Perbedaan Tingkat Pendapatan Petani……...……….... 48
Perubahan Pola Konsumsi Petani... 50
Kendala-Kendala Yang Dihadapi Kelompok Tani Dalam Usaha Taninya... 52
Upaya-Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Kendala-Kendala Kelompok Tani Dalam Usaha Taninya... 52
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan………. 54
Saran……… 56
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
No. Hal.
1. Luas Sawah dan Rata-RataProduksi Padi... 7
2. Kepadatan Penduduk Menurut Kelompok Umur... 33
3. Kepadatan Penduduk Menurut Mata Pencarian... 33
4. Luas Lahan Menurut Penggunaannya... 34
5. Sarana Dan Prasarana... 34
6. Umur Petani Responden... 36
7. Tingkat Pendidikan Petani Sampel... 36
8. Klasifikasi Petani Berdasarkan Pengalaman Bertani…………... 37
9. Perkembangan Jumlah Anggota Kelompok Tani/Tahun…...….. 38
10.Kegiatan Kelompok Tani dari 2007-2009………..… 44
11.Tingkat Kosmopolitan Petani………...……... 45
13.Hasil Uji Beda Rata-Rata Produktifitas Petani……… 48
14.Hasil Uji Beda Rata-Rata Pendapatan………. 49
15.Hasil Uji Beda Rata-Rata Pendapatan Sesuai Dengan Tingkat
Inflasi………... 49
16.Perubahan Pola Konsumsi Petani………...………... 50
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal.
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Hal.
1. Karakteristik Petani Sampel... 60
2. Distribusi Penggunaan Sarana Produksi Perpetani/Musim Tanam (Sebelum Menjadi Anggota Kelompok Tani)... 61
3. Distribusi Penggunaan Sarana Produksi Perpetani/Musim Tanam (Sesudah Menjadi Anggota Kelompok Tani)... 62
4. Distribusi Biaya Penggunaan Sarana Produksi Perpetani/Musim Tanam (Sebelum Menjadi Anggota Kelompok Tani)... 63
5. Distribusi Biaya Penggunaan Sarana Produksi Perpetani/Musim Tanam (Sesudah Menjadi Anggota Kelompok Tani)... 64
6. Distribusi Biaya Penggunaan Sarana Produksi Perpetani/Musim Tanam (Sesuai Tingkat Inflasi)... 65
7. Distribusi Curahan Tenaga Kerja Menurut Macam Kegiatan (Jam) (Sebelum Menjadi Anggota Kelompok Tani)... 66
8. Distribusi Curahan Tenaga Kerja Menurut Macam Kegiatan (Jam) (Sesudah Menjadi Anggota Kelompok Tani)... 67
10.Distribusi Curahan Tenaga Kerja Menurut Macam Kegiatan (HKP) Sebelum Menjadi Anggota Kelompok Tani)... 69 11.Distribusi Biaya Curahan Tenaga Kerja Menurut Macam Kegiatan
Perpetani (Sebelum Menjadi Anggota Kelompok Tani)... 70
12.Distribusi Biaya Curahan Tenaga Kerja Menurut Macam Kegiatan Perpetani (Setelah Menjadi Anggota Kelompok Tani)... 72
13.Distribusi Biaya Curahan Tenaga Kerja Menurut Macam Kegiatan Perpetani (Sesuai Tingkat Inflasi)... 73
14.Biaya Penyusutan Alat Pada Usaha Tani Padi Sawah Perpetani/Musim Tanam (Sebelum Menjadi Anggota Kelompok Tani... 75
15.Biaya Penyusutan Alat Pada Usaha Tani Padi Sawah Perpetani/Musim Tanam (Sesudah Menjadi Anggota Kelompok Tani)... 76
16.Biaya Penyusutan Alat Pada Usaha Tani Padi Sawah Perpetani/Musim Tanam (Sesuai Tingkat Inflasi)... 77
17.Biaya Produksi Usaha Tani Padi Sawah Perpetani/Musim Tanam (Sebelum Menjadi Anggota Kelompok Tani)... 78
18.Biaya Produksi Usaha Tani Padi Sawah Perpetani/Musim Tanam (Sesudah Menjadi Anggota Kelompok Tani)... 79
20.Produksi, Produktifitas, Penerimaan dan Pendapatan Usaha Tani
Perpetani/Musim Tanam (Sebelum Menjadi Anggot a
Kelompok Tani)... 81
21.Produksi, Produktifitas, Penerimaan dan Pendapatan Usaha Tani Perpetani/Musim Tanam (Sesudah Menjadi Anggota Kelompok Tani)... 82
22.Produksi, Produktifitas, Penerimaan dan Pendapatan Usaha Tani Perpetani/Musim Tanam (Sesuai Tingkat Inflasi)... 81
23.Kosmopolitan Petani Padi Sawah... 84
24.Adopsi Petani Padi Sawah... 85
25.Pola Konsumsi Petani Padi Sawah (Fisik)... 86
26.Pola Konsumsi Petani Padi Sawah... 88
27.Hasil Uji Beda Rata-Rata Produktivitas Petani Padi Sawah Sebelum dan sesudah Menjadi Anggota Kelompok Tani... 90
28.Hasil Uji Beda Rata-Rata Pendapatan Petani Padi Sawah Sebelum dan sesudah Menjadi Anggota Kelompok Tani... 91
RINGKASAN
ULIMA HOTMAIDA SIHOMBING (050309008), dengan judul skripsi “Peranan Kelompok Tani Dalam Peningkatan Status Sosial Ekonomi Petani Padi Sawah (Studi Kasus Desa Rumah Pilpil, Keca. Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang”, dibimbing oleh Ir. Yusak Maryunianta, MSi dan Ir. Hj. Lily Fauzia ,MSi.
Petani adalah orang-orang yang memelihara dan menentukan bagaimana usaha taninya harus dimanfaatkan. Namun sebagian petani tidak mempunyai pengetahuan serta wawasan yang memadai untuk dapat memecahkan permasalahan mereka. Untuk itu diperlukan metode penyuluhan yang tepat yaitu pendekatan kelompok seperti kelompok tani. Kelompok tani yang diteliti adalah kelompok tani Rumah Pilpil 1.Kelompok tani memiliki 3 peranan yaitu kelas belajar, wahana kerjasama dan unit produksi. Peranan kelompok tani diharapkan dapat meningkatkan status sosial ekonomi petani padi sawah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan kelompok tani, menganalisis perbedaan tingkat kosmopolitan, tingkat adopsi teknologi padi sawah petani, produktifitas petani, pendapatan petani, serta perbedaan perubahan pola konsumsi petani sebelum dan sesudah menjadi anggota kelompok tani Rumah Pilpil I, mengetahui kendala yang dihadapi petani dalam menjalankan usaha tani serta upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala tersebut. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober – November 2009 di desa Rumah Pilpil, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, yang ditentukan secara Purposive Sampling. Penetuan besar sampel dilakukan secara Simple Random Sampling.
Hasil penelitian diperoleh kesimpulan: banyak kegiatan yang telah dilakukan kelompok tani Rumah Pilpil 1 misalnya diskusi kelompok, penggunaan mesin perontok gabah, penggunaan benih unggul, pembagian pupuk bersubsidi, pengolahan lahan yang baik, mengikuti ceramah untuk pembinaan kelompok tani, pengajuan proposal untuk menerima PUAP, tingkat kosmopolitan dan adopsi teknologi petani sesudah menjadi anggota kelompok tani lebih tinggi sebelum menjadi anggota kelompok tani, produktifitas dan pendapatan petani padi sawah sebelum menjadi anggota kelompok tani lebih rendah, ada perbedaan perubahan pola konsumsi petani sebelum dan sesudah menjadi anggota kelompok tani, kendala- kendala yang dihadapi kelompok tani dalam kegiatan usaha taninya adalah petani tidak memiliki cukup modal, saluran irigasi yang kurang baik, transportasi yang tidak dapat dilalui oleh kendaraan, dan ada upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut seperti petani mendapatkan pinjaman modal dari petani yang memiliki modal yang lebih besar, petani bersama-sama gotongroyong memperbaiki saluran, petani menggunakan beko untuk mengangkut hasil panen.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan seringkali diartikan pada pertumbuhan dan perubahan. Jadi pembangunan pertanian yang berhasil dapat diartikan kalau terjadi pertumbuhan sektor pertanian yang tinggi sekaligus terjadi perubahan masyarakat tani dari yang kurang baik menjadi yang lebih baik. Seperti diketahui sektor pertanian di Indonesia dianggap penting. Hal ini terlihat dari peranan sektor pertanian terhadap penyediaan lapangan kerja, penyedia pangan, penyumbang devisa negara malalui ekspor dan sebagainya. Oleh karena itu wajar kalau biaya pembangunan untuk sektor pertanian ini selalu tiga besar diantara sektor-sektor yang lain (Soekartawi,1993).
kontribusi sektor pertanian pada pendapatan nasional tetap tinggi, maka negara tersebut tetap dianggap sebagai negara yang terbelakang (Soetrisno, 2006).
Namun, tidak demikian dengan sektor pertanian, sektor pertanian dalam menghadapi krisis menyebabkan terjadinya perubahan pola pikir dari para perencana pembangunan di negara-negara yang sedang berkembang. Jika semula industrialisasi diandalkan sebagai suatu model pembangunan yang akan mampu memecahkan masalah keterbelakangan negara yang sedang berkembang, setelah krisis menimpa negara-negara tersebut, pembangunan sektor pertanian kemudian menjadi harapan baru dalam pembangunan di negara dunia ketiga (Soetrisno,2006).
Peran sektor pertanian yang merupakan dasar bagi kelangsungan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan diharapkan mampu memberikan pemecahan permasalahan bagi bangsa Indonesia. Karena sektor pertanian mempunyai 4 fungsi yang sangat fundamental bagi pembangunan suatu bangsa yaitu :
1. Mencukupi pangan dalam negeri
2. Penyediaan lapangan kerja dan berusaha 3. Penyediaan bahan baku untuk industri, dan 4. Sebagai penghasil devisa bagi negara
tersebut berkaitan erat dengan produktifitas para petani Indonesia, yang tidak dapat dilepaskan dari berbagai faktor, antara lain luas lahan yang dimiliki, kebijakan pemerintah dalam hal pemberian insentif kepada petani dan sebagainya.
Selama dasawarsa 1950an, masalah dasar yang dihadapi oleh pertanian rakyat di Indonesia tetap saja memproduksi pangan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang meningkat pesat. Produksi padi/gabah pada tahun 1951 di Jawa dan Madura diperkirakan 6,5 ton dengan hasil rata-rata 2,2 ton/hektar. Total produksi padi di Indonesia diperkirakan sekitar 10 juta ton. Banyak program dan kebijakan yang dilakukan Pemerintah untuk meningkatkan produksi padi/gabah, diantaranya program Bimas Gotong Royong. Namun pada tahun1986 Indonesia mencapai swasembada beras oleh karena keberhasilan adopsi varietas unggul berproduksi tinggi dan penggunaan pupuk yang lebih banyak (Oudejans, 2006).
Petani memainkan peranan sebagai inti dalam pembangunan pertanian. Petanilah yang memelihara tanaman dan menentukan bagaimana usaha taninya harus dimanfaatkan. Petanilah yang harus mempelajari dan menerapkan metoda-metoda baru yang diperlukan untuk membuat usaha taninya lebih produktif. (Mosher, 1985).
Metode penyuluhan yang lebih menguntungkan untuk dapat menyelesaikan permasalahan petani adalah metode kelompok karena ada umpan balik yang memungkinkan pengurangan salah pengertian antara penyuluh dan petani. Interaksi ini memberi kesempatan untuk bertukar pengalaman maupun pengaruh terhadap perilaku dan norma para anggota kelompok (Van Den Ban, 2003).
Ide membuat suatu kelompok berasal dari kenyataan bahwa setiap individu tidak akan dapat memenuhi kebutuhan dan harapan seorang diri. Individu terutama dalam masyarakat modern, merasa kurang mampu, kurang tenaga, kurang waktu dan tidak berdaya bila harus memenuhi sendiri kebutuhan dasar atas makanan, naungan dan keselamatan. Bekerja bersama dalam kelompok adalah lebih murah dari pada kunjungan individu. Penyuluh pembangunan (PP) jelas terbatas yang berarti bekerjasama dengan kelompok adalah lebih rendah biayanya. Alasan terbentuknya suatu kelompok adalah oleh karena beberapa orang mempunyai persoalan yang sama (Rusdi, 1999).
Sasaran pengembangan kelompok adalah siapa saja yang berminat terutama mereka yang kerapkali terabaikan, seperti kelompok masyarakat yang miskin, kaum perempuan, mereka yang berpendidikan rendah, dan juga mereka yang cacat serta kelompok lainnya. Mereka yang terabaikan merupakan bagian dari masyarakat, mereka juga mempunyai potensi dalam memecahkan permasalahan yang ada. Setiap anggota kelompok dapat berpartisipasi dalam pengembangan kelompok dengan segala potensi dan keterbatasan yang mereka miliki (Sastraatmadja, 1993).
Kelompok tani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota. Pembinaan kelompok tani diarahkan pada penerapan sistem agribisnis, peningkatan peranan, peran serta petani dan anggota masyarakat pedesaan lainnya, dengan menumbuhkembangkan kerjasama antar petani dan pihak lainnya yang terkait untuk mengembangkan usaha taninya. Selain itu pembinaan kelompok tani diharapkan dapat membantu menggali potensi, memecahkan masalah usaha tani anggotanya secara lebih efektif, dan memudahkan dalam mengakses informasi, pasar, teknologi, permodalan, dan sumber daya lainnya (Dinas Pertanian Kota Medan, 2008).
oleh pemerintah kepada para petani secara serius, juga didukung oleh perbaikan infrastruktur secara fisik (jalan desa dan irigasi) maupun prasarana ekonominya. Beras dianggap sebagai komoditi strategis yang dominan dalam ekonmi Indonesia karena beras merupakan makanan pokok sebagian besar rakyat Indonesia. Kebutuhan beras setiap tahun bertambah sesuai pertambahan jumlah penduduk yang terus meningkat dan juga karena kebutuhan per kapita meningkat. Meningkatnya kebutuhan per kapita disebabkan oleh beralihnya penduduk bukan pemakan beras menjadi pemakan beras sebagai makanan pokoknya (Adiratma Roekasah, 2004).
Tren naik dan turunnya produksi padi sangat ditentukan oleh dua faktor yaitu luas panen dan produktifitas, dimana produksi merupakan hasil perkalian antara luas panen dengan produktifitas dalam suatu musim tanam atau periode tertentu. Petani di Kecamatan Sibolangit pada umumnya adalah petani tanaman pangan khususnya tanaman padi sawah. Berdasarkan sensus pertanian diketahui produksi padi sawah di kecamatan tersebut masih rendah (7.871 ton) dengan luas lahan 1.537 Ha meskipun di daerah tersebut sudah ada kelompok tani. Berikut adalah luas lahan sawah dan rata-rata produksi padi di Kecamatan Sibolangit :
Tabel 1. Luas sawah dan rata-rata produksi padi di Kec. Sibolangit
No Desa Lahan Sawah (ha) Produksi(ton/ha)
1 Bandar Baru -
-2 Batulayang -
-3 Batumbelin 15 4,5
4 Betimes Baru -
-5 Bengkurung 25 4
6 Bingkawan -
-7 Buah Nabar -
-8 Bukum 100 6
9 Buluhawar 40 5
11 Durin Serugun -
-Kecamatan Sibolangit terdiri dari 30 desa, dimana ada beberapa desa yang Luas Lahan padi sawah kurang dari 10 Ha seperti desa Sibolangit, Betimus Baru, Puang Aja, Rumah Sumbul, Tambunen, Tanjung Beringen, Ujung Deleng, Durin Serugun, Batu Layang, Bandar Baru, Sembahe, Bingkawan dan Buah Nabar dengan produksi rata-rata 2 ton/ha. Hal ini disebabkan karena beberapa desa tersebut menanam tanaman perkebunan dan juga karena beberapa desa ada yang irigasinya sudah tidak baik lagi sehingga petani terpaksa tidak menanam padi sawah.
kelompok tani dalam peningkatan ststus sosial ekonomi petani padi sawah khususnya di desa Rumah Pilpil Kecamatan Sibolangit maka perlu diadakan penelitian secara ilmiah.
Identifikasi Masalah
Masalah yang perlu diteliti adalah 1) kegiatan yang dilakukan kelompok tani dalam peningkatan status sosial ekonomi petani, 2) perbedaan tingkat kosmopolitan, perbedaan tingkat adopsi teknologi padi sawah petani, 3) perbedaan produktifitas petani, perbedaan pendapatan petani, 4) perbedaan perubahan pola konsumsi petani sebelum dan sesudah menjadi anggota kelompok tani Rumah Pilpil I selama 3 tahun terakhir, 5) kendala yang dihadapi petani dalam menjalankan usaha tani serta upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah diatas.
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
1) Sebagai bahan masukan bagi Badan Penyuluhan Pertanian (BPP) dalam membuat program penyuluhan pertanian untuk meningkatkan status sosial ekonomi petani.
2) Sebagai bahan referensi atau sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan. 3) Sebagai bahan untuk membuat skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Pustaka
Penyuluhan pertanian adalah suatu sistem pendidikan di luar sekolah untuk keluarga-keluarga tani di pedesaan, dimana mereka belajar sambil berbuat untuk menjadi mau, tahu, dan bisa menyelesaikan sendiri masalah-masalahnya yang dihadapinya secara baik, menguntungkan dan memuaskan. Jadi penyuluhan pertanian itu adalah bentuk pendidikan yang cara, bahan dan sarananya disesuaikan kepada keadaan, kebutuhan dan kepentingan, baik dari sasaran, waktu dan tempat. Karena sifatnya yang demikian maka penyuluhan bisa juga disebut pendidikan nonformal (Wiraatmadja, 1978).
Untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan penyuluhan dalam sektor pertanian, maka wilayah kerja pertanian di Indonesia dibagi dalam wilayah kerja penyuluhan yang lebih kecil. Sebagai unit terkecil pembagian wilayah kerja penyuluhan adalah Wilayah Kerja Penyuluhan Pertanian yang disingkat dengan WKPP. Setiap WKPP mencakup 16 kelompok tani yang dapat meliputi satu desa atau lebih. Seorang Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) bertanggungjawab terhadap pelaksanaan kegiatan penyuluhan bagi wilayah kelompok tani.
Salah satu unsur yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian adalah tingkat kosmopolitan petani yang menjadi sasaran kegiatan tersebut. Kosmopolitan merupakan keterbukaan suatu kelompok masyarakat terhadap dunia luar atau terjadinya perubahan gaya hidup suatu kelompok masyarakat yang terjadi karena adanya pengaruh-pengaruh dari luar kelompok masyarakat tersebut dimana gaya hidup itu diadopsi oleh masyarakat tersebut menjadi gaya hidup mereka (Jhon, N. dan P. Aburdenne, 1990).
Negara-negara yang mayoritas penduduknya tinggal di pedesaan dimana pertanian masih merupakan tulang punggung perekonomian nasional, pers pedesaan yang mapan dan berdasar luas dapat sangat membantu dalam mendidik, memotivasi dan mengembangkan opini publik bagi pembangunan. Surat kabar itu dapat menjelaskan dan menyebarkan pesan-pesan pembangunan kepada rakyat. Di samping itu pers pedesaan, media yang digunakan untuk mendukung pembangunan di pedesaan adalah radio dan televisi. Kedua media elektronik ini mempunyai kemampuan yang besar untuk mengantarkan dan menyebarkan pesan-pesan pembangunan kepada masa yang berada di tempat yang terpencar dan tersebar luas, seperti di pedesaan secara serentak dan dengan kecepatan tinggi bahkan di tempat-tempat yang jauh dan terpencil yang sulit dijangkau oleh angkutan umum (Jahi, 1998).
lengkap, maka semakin tajam feedback dan semakin kuat message dan sebaliknya (Rofig, 1997).
Kegiatan Penyuluh Pertanian dimaksud untuk menyelenggarakan alih pengetahuan dan keterampilan dari petugas kepada anggota kelompok tani, serta untuk mengubah sikap mereka dalam berusaha tani. Penyuluhan pertanian bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani anggota kelompok tani melalui peningkatan produktifitas usaha taninya, yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan mereka dan dengan peningkatan pendapatan maka kehidupan petani akan lebih sejahtera (Abbas, 1994).
Pendapatan petani akan berbeda apabila lingkungan pertaniannya berbeda. Pendapatan petani di dataran rendah yang umumnya menanam padi tidak sama dengan pendapatan petani di dataran tinggi yang umumnya menanam palawija sebagai sumber utama pendapatan. Dataran rendah yang dicirikan oleh baiknya keadaan irigasi menghasilkan pendapatan per jam kerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah di dataran tinggi. Selain itu, perbedaan status petani memberikan pengaruh terhadap pendapatan. Kelompok petani miskin cenderung memperoleh pendapatan per jam kerja yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok tidak miskin (Soekartawi, dkk. 1984). Upaya untuk memperbaiki konsumsi pangan bagi kelompok penduduk miskin erat kaitannya dengan pemerataan manfaat dan hassil pembangunan. Pemerataan ini merupakan salah satu dari trilogi pembangunan. Upaya ini juga bermanfaat bagi peningkatan produktifitas kerja mereka sebagai sumber daya manusia (Suryana, 2003).
Jawa Barat serupa, sedangkan di Sulawesi Selatan agak lain. Di ketiga povinsi tersebut pengeluaran untuk padi-padian dan umbi-umbian menghabiskan sekitar 35% dan 2% dari total pengeluaran pangan. Pengeluaran untuk ikan lebih tinggi dibandingkan untuk peternakan (daging, telur, susu). Di Sumatera Barat dan Jawa Barat pengeluaran untuk ikan (10%) sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan pengeluaran untuk daging, telur, dan susu (6%). Di Sulawesi Selatan pengeluaran untuk ikan (16%) lebih dua kali lipat dibandingkan dengan pengeluaran untuk daging, telur dan susu (7%). Sementara itu pengeluaran untuk makanan jadi di dua provinsi pertama sekitar 9% sedangkan di Sulawesi selatan 3% saja (Suryana, 2003).
Dengan memakan banyak sayuran, daging, ikan, telur, serta buah-buahan sebenarnya secara otomatis masyarakat semakin berkurang mengkonsumsi beras. Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang, semakin kurang mereka mengkonsumsi beras kalau keluarga dengan penghasilan di bawah seratus ribu rupiah rata-rata mengkonsumsi beras diatas 2 ons/hari/orang. Semakin tinggi tingkat ekonomi (serta status sosial seseorang) kecenderungan mengkonsumsi beras semakin kecil, dikarenakan mereka makan sayuran, daging, ikan, telur dan buah-buahan dalam jumlah yang cukup banyak bahkan kadang masih diselingi kue serta makanan kecil lain (Rahardi, 1994).
Landasan Teori
Kelompok tani
Kelompok tani pada dasarnya adalah organisasi non formal di pedesaan yang ditumbuhkembangkan “dari, oleh dan untuk petani”, memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Ciri kelompok tani
Saling mengenal, akrab dan saling percaya diantara sesama anggota
Mempunyai pandangan dan kepentingan yang sama dalam berusaha tani
Memiliki kesamaan dalam tradisi dan atau pemukiman, hamparan usaha, jenis
usaha, status ekonomi maupun social, bahasa, pendidikan dan ekologi
Ada pembagian tugas dan tanggung jawab sesama anggota berdasarkan
kesepakatan bersama
2. Unsur Pengikat Kelompok Tani
Adanya kepentingan yang sama diantara para anggotanya
Adanya kawasan usaha tani yang menjadi tanggung jawab bersama diantara para
anggotanya
Adanya kader tani yang berdedikasi untuk menggerakkan para petani dan
kepemimpinannya diterima oleh sesama petani lainnya (Dinas Pertanian Kota Medan, 2008).
menyatukan aspirasi (cita-cita) hidup yang murni dan sehat hal ini karena ikatan antara anggotanya yang tumbuh secara alamiah (Saragih, 2001).
Kelompok tani diartikan sebagai kumpulan orang-orang atau petani yang terdiri atas petani dewasa (pria/wanita) maupun petani taruna (pemuda/pemudi) yang terikat secara non formal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta berada di lingkungan pengaruh dan pimpinan seorang kontak tani (Mardikanto, 1993).
Agar kelompok tani dapat berkembang secara dinamis, maka harus dikembangkan 10 jenis kemampuan kelompok tani yang terdiri dari : kemampuan menyusun rencana kelompok tani, kemampuan bekerjasama, kemampuan menerapkan teknologi, kemampuan memecahkan masalah, kemampuan dalam pemupukan modal usaha, kemampuan mengembangkan alat dan fasilitas kelompok tani, kemampuan membina hubungan kelembagaan misalnya KUD, kemampuan meningkatkan produktifitas usaha tani, ketaatan terhadap perjanjian dan kemampuan membina kader (Kartasapoetra, 1991).
berfungsi sebagai wadah terpeliharanya dan berkembangnya pengertian, pengetahuan dan keterampilan serta kegotongroyongan berusaha tani para anggotanya (Kartasapoetra, 1991).
Beberapa keuntungan dalam pembentukan kelompok tani adalah sebagai berikut :
Semakin eratnya interaksi dalam kelompok dan semakin terbinanya kepemimpinan
kelompok
Semakin terarahnya peningkatan secara cepat tentang jiwa kerjasama antara petani
Semakin cepat proses perembesan (difusi) penerapan inovasi baru
Semakin meningkatnya orientasi pasar baik yang berkaitan erat dengan input
maupun outpun yang dihasilkan
Semakin dapat membantu efisiensi pembagian air irigasi serta pengawasan oleh
petani itu sendiri
Motivasi utama keikutsertaan anggota dalam kelompok tani terutama didorong oleh hasrat meningkatkan kemampuan berusaha tani dan pemenuhan kebutuhan primer (terutama yang berupa sarana produksi) (Mardikanto, 1993).
3. Peranan kelompok tani
dilaksanakan kelompok tani berdasarkan kedudukan atau status yang dimilikinya. Dengan lain perkataan, peranan ialah pengejawantahan jabatan atau kedudukan seseorang dalam hubungannya dengan sesama manusia dalam suatu masyarakat atau organisasi (Dinas Pertanian Kota Medan, 2008).
Menurut hasil penelitian Elvera (2005) diketahui bahwa kelompok tani berperan terhadap anggotanya dilihat dari aktifitas kelompok tani di kelurahan Tanah Enam Ratus selama 3 tahun terakhir cukup baik hal ini ditandai dengan aktifnya anggota kelompok tani dalam melaksanakan kegiatan kelompok tani, misalnya : pemeliharaan tanaman dengan menggunakan sading net dan sprinkle, pelatihan petani agribisnis, pelatihan menggunakan mulsa, pelatihan pembuatan bokasi, pelatihan pembuatan agen hayati, mengikuti ceramah staff dosen untuk membina kelompok tani, pengolahan lahan yang baik, penggunaan bibit unggul, penanaman gambas, sawi, kacang panjang, dan cabai (Elvera, 2003).
Adapun peranan kelompok tani adalah sebagai berikut :
1. Kelas Belajar; Kelompoktani merupakan wadah belajar mengajar bagi anggotanya guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap (PKS) serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusaha tani sehingga produktifitasnya meningkat, pendapatannya bertambah serta kehidupan yang lebih sejahtera.
3. Unit Produksi; Usahatani yang dilaksanakan oleh masing masing anggota kelompoktani, secara keseluruhan harus dipandang sebagai satu kesatuan usaha yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi, baik dipandang dari segi kuantitas, kualitas maupun kontinuitas (Dinas Pertanian Kota Medan, 2008).
Menurut Kartasapoetra (1993) kelompok tani berfungsi sebagai wadah terpelihara dan berkembangnya pengetahuan dan keterampilan serta kegotongroyongan, berusaha tani pada anggotanya, fungsi tersebut dijabarkan dalam kegiatan sebagai berikut :
Mengadakan sarana produksi yang termurah dengan cara melakukan pembelian
secara bersama
Pengadaan bibit yang resisten untuk memenuhi kepentingan anggotanya dengan
jalan mengusahakan bersama
Mengusahakan kegiatan pemberantasan, pengendalian hama tanaman secara
terpadu
Guna kepentingan bersama berusaha memperbaiki prasarana-prasarana yang
menunjang sarana produksi
Guna memantapkan cara bertani, menyelenggarakan demonstrasi cara bercocok
tanam, cara mengatasi hama penyakit yang dilakukan bersama penyuluh
Mengadakan pengolahan hasil secara bersama agar terwujud kualitas yang baik,
seragam dan kemudian mengusahakan pemasarannya secara bersama agar terwujudnya harga yang baik dan seragam. (Kartasapoetra, 1991).
Adapun yang menjadi tugas kelompok tani adalah :
Merencanakan dan melaksanakan pertemuan-pertemuan berkala
Menjalin kerjasama dengan sumber-sumber informasi
Mengadakan/menjalin kerjasama/kemitraan usaha dengan pihak penyedia saprodi,
pemasaran hasil ataupun permodalan
Mengadakan pemupukan modal untuk keperluan pengembangan usaha anggota
kelompok
Tingkat adopsi dan kosmopolitan petani
Adopsi merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh seseorang terhadap suatu inovasi sejak mengenal, menaruh minat, menilai sampai menerapkan inovasi tersebut. Sedangkan inovasi adalah gagasan, tindakan atau teknologi, termasuk barang yang dianggap baru oleh seseorang.
Tahapan perubahan perilaku petani untuk mengadopsi suatu inovasi adalah sebagai berikut :
Ranah kognitif yaitu mencakup tujuan sehubungan dengan kemampuan intelektual
dan keterampilan. Tujuan perilaku ranah kognitif ini perlu diperhatikan oleh karena kedua tujuan perilaku berikutnya (afektif dan psikomotorik) adalah dengan menggunakan perilaku dari ranah kognitif ini.
Ranah afektif yaitu yang mencakup tujuan yang menggambarkan perubahan
keadaan emosi, perhatian utama, nilai sikap, pengembangan pemahaman.
Ranah psikomotorik yaitu yang berkaitan dengan keterampilan motorik. Apabila
Kosmopolitan akan mengakibatkan terjadinya globalisasi dan akibat dari globalisasi adalah keterbukaan, demokratitasi dalam konteks kerja sama. Karena itu suka atau tidak suka, mau atau tidak mau, arus globalisasi mengharuskan kita terlibat dalam proses saling berhubungan yang sifatnya mendunia, baik antar individu, bangsa, negara, organisasi kemasyarakatan, terutama dunia usaha dan perubahan di bidang transportasi dan komunikasi (Tampubolon, 2002).
Alat transportasi dan komunikasi yang modern sebagai prasarana timbulnya globalisasi, telah juga memberikan peluang bagi kita untuk memanfaatkannya di bidang sosial budaya. Media komunikasi elektronik seperti televisi, komputer, satelit dan sebaginya dapat digunakan untuk menerima informasi dan “transfer of knowledge” (Wan Usman, 2002).
Kosmopolitan petani juga dipengaruhi oleh frekuensi petani tersebut mengikuti kegiatan penyuluhan pertanian. Dimana kegiatan penyuluhan pertanian diakui telah banyak memberikan sumbangan pada keberhasilan pembangunan pertanian di Indonesia. Penyuluhan telah berhasil menyampaikan berbagai inovasi pertanian kepada petani dengan segala metodenya sehingga para petani meningkat pengetahuan dan keterampilannya serta dapat mengubah sikap petani menjadi mau dan mampu menerapkan inovasi baru (Mulyono Machmur, 2001).
Pembangunan pertanian dan pedesaan sesungguhnya menngandung dilema. Di satu pihak produksi pertanian, khususnya di bidang pertanian mesti ditingkatkan. Peningkatan produksi dan produktifitas ini merupakan keharusan oleh sebab pembangunan pertanian adalah merupakan landasan dan prasyarat bagi proses industrialisasi. Seandainya tingkat pertumbuhan sektor pertanian yang tinggi itu dapat dicapai, perubahan struktur produksi yang menurunkan tingkat produktifitas relatif itupun tidak akan bisa dihindari kecuali jika struktur kesempatan kerja juga dapat diubah mengikuti perubahan struktur produksi tersebut. Sementara itu peningkatan produktifitas mau tidak mau mesti dilakukan dengan mempergunakan jenis teknologi yang lebih efisien, baik teknologi biologis, teknologi mekanis maupun teknologi sosial (Rahardjo, 1984).
Pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan berupa uang yang sifatnya regular dan yang diterima biasanya sebagai balas jasa atau kontra prestasi. Sumber-sumber yang utama adalah gaji dan upah serta lain-lain balas jasa serupa dari majikan; pendapatan bersih dari usaha sendiri dan pekerjaan bebas; pendapatan dari penjualan barang yang di pelihara di halaman rumah, hasil investasi seperti bunga modal, tanah, uang pensiun, jaminan sosial serta keuntungan sosial (Sumardi, dkk. 1985).
anggota sebesar 4.566 Kg/Ha sehingga pendapatan bertambah dari Rp. 2.404.183 menjadi Rp 2.805.598 (Syahrul,2005).
Dalam pengertian ekonomi pola konsumsi dapat diartikan sebagai kebutuhan-kebutuhan manusia dalam bentuk benda-benda dan juga baik untuk kepentingan diri sendiri maupun untuk kepentingan keluarganya/lingkungannya, berdasarkan tata hubungan dan tanggung jawabnya didasarkan atas pola produksi, pola distribusi dan sistem kebutuhan yang dimilikinya yang sifatnya tercermin sebagai kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder. Untuk kurun waktu yang sangat panjang, pola konsumsi umat manusia pada umumnya amat berbahaya dimana aktifitas ekonomi umat manusia dipusatkan pada satu tujuan utama, yaitu memenuhi kebutuhan-kebutuhan primernya (Depdikbud, 1986).
Konsumsi adalah suatu tuntutan kebutuhan manusia, baik itu kebutuhan untuk mempertahankan hidup, ataupun kebutuhan sosial lainnya, seperti kebutuhan kesehatan serta kebutuhan hiburan. Menurut hasil penelitian Deliarni (2005), pengeluaran konsumsi pangan dan non pangan rata-rata perkapita rumah tangga adalah Rp. 131.828,17/bulan. Distribusi konsumsi pangan lebih tinggi dari pada konsumsi non pangan dimana rata-rata pengeluaran konsumsi pangan Rp.932.327/kapita/tahun dan non pangan Rp.722.600/kapita/tahun (Deliarni, 2005).
Kerangka Pemikiran
meningkatkan kemampuan petani dalam menghadapi berbagai permasalahan dan kebutuhannya.
Kelompok tani merupakan kumpulan petani yang terikat secara non formal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta berada di lingkungan pengaruh dan pimpinan seorang kontak tani. Kelompok tani mempunyai 3 peranan yaitu: sebagai kelas belajar, sebagai wahana kerjasama, dan sebagai unit produksi. Melalui peranan kelompok tani diharapkan adanya peningkatan status sosial ekonomi petani dari anggotanya. Adapun yang merupakan status sosial ekonomi petani adalah adopsi teknologi, kosmopolitan, produktifitas, pendapatan, dan perubahan pola konsumsi anggota kelompok tani. Namun untuk melihat apakah kelompok tani tersebut benar-benar berperan atau tidak, dapat kita ketahui dengan melihat bagaimana status sosial ekonomi petani sebelum dan sesudah menjadi anggota kelompok tani.
Di dalam perkembangannya usaha tani ini pasti tidak terlepas dari kendala- kendala yang dihadapi. Untuk mengatasi kendala- kendala diatas maka perlu dilakukan beberapa upaya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema berikut :
Keterangan :
Menyatakan hubungan Gambar 1.1 Skema Kerangka Pemikiran
Kelompok Tani Rumah
Pilpil I
Usaha Tani Kegiatan Kelompok Tani
Petani
Upaya Masalah Peranan Kelompok Tani :
a. Kelas Belajar b. Wahana Kerjasama c. Unit produksi
Sebelum menjadi anggota Sesudah menjadi anggota
Status Sosial Ekonomi Status Sosial Ekonomi
1.Pendapatan 1.Pendapatan
2.Produktivitas 2.Produktivitas
3.Adopsi 3.Adopsi
4.Kosmopolitan 4.Kosmopolitan
5.Perubahan pola 5.Perubahan pola
Hipotesis Penelitian
METODE PENELITIAN
Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian ditentukan secara purposive sampling. Penentuan daerah penelitian secara sengaja atau purposive sampling termasuk dalam sampling non peluang (non probability sampling), dimana dalam proses pemilihan sampel tidak melibatkan unsur-unsur peluang. Daerah yang dipilih menjadi tempat penelitian adalah Desa Rumah Pilpil, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang. Daerah penelitian ini dipilih karena desa ini merupakan salah satu desa yang memiliki luas lahan sawah yang cukup besar yaitu 70 Ha dibandingkan desa lainnya dan kelompok taninya juga masih aktif hingga saat ini. Desa ini juga lebih mudah dijangkau dan desa ini dekat dengan Ibu kota Provinsi serta kecamatan sehingga desa ini dekat dengan sumber informasi.
Metode Pengambilan Sampel
Metode Pengambilan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari petani sampel melalui wawancara dengan menggunakan kuisioner yang telah dipersiapkan dan juga melalui bantuan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) di desa tersebut . Data sekunder diperoleh dari kantor Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang, kantor Kepala Desa Rumah Pilpil, dan dari instansi terkait lainnya.
Metode Analisis Data
Data primer yang telah diperoleh terlebih dahulu ditabulasi kemudian dianalisis dengan uji statistik yang sesuai. Untuk tujuan penelitian 1, 2c dan 3 diuji dengan analisis deskriptif berdasarkan data yang diperoleh di daerah penelitian. Untuk tujuan penelitian 2a menganalisis perbedaan tingkat kosmopolitan, tingkat adopsi teknologi petani padi sawah diuji dengan menggunakan skor dimana setiap pertanyaan yang diajukan diberi nilai. Masing-masing nilai dari setiap pertanyaan tersebut akan dijumlahkan dan hasil dari penjumlahan ini akan diketahui apakah petani mengalami perubahan atau tidak dalam kosmopolitan maupun adopsi teknologi sebelum dan sesudah menjadi anggota kelompok tani. Adapun yang menjadi kriteria petani memiliki tingkat kosmopolitan yang lebih tinggi setelah menjadi anggota kelompok tani adalah:
29-42 Tingkat Kosmopolitan Sedang, apabila petani jarang melakukan kegiatan yang terkait dalam peningkatan kosmopolitan.
43-56 Tingkat Kosmopolitan Tinggi, apabila petani sering bahkan sering sekali melakukan kegiatan yang terkait dalam peningkatan kosmopolitan.
Sedangkan yang menjadi kriteria petani memiliki tingkat adopsi yang lebih tinggi setelah menjadi anggota kelompok tani adala:
8-16 Tingkat Adopsi Teknologi Rendah, apabila petani kadang-kadang atau bahkan tidak pernah mengadopsi teknologi padi sawah
17-25 Tingkat Adopsi Teknologi Sedang apabila petani jarang mengadopsi teknologi padi sawah
26-33 Tingkat Adopsi Teknologi Tinggi, apabila petani sering atau bahkan sering sekali mengadopsi teknologi padi sawah
Untuk tujuan penelitian 2b menganalisis perbedaan produktifitas dan pendapatan petani digunakan uji statistik t-hitung untuk kelompok yang berpasangan (paired t sample), metode ini merupakan pengujian hipotesis dimana data yang digunakan tidak bebas (berpasangan). Ciri-ciri yang paling sering ditemui pada kasus yangberpasangan adalah satu individu (objek penelitian) dikenai 2 buah perlakuan yang berbeda. Walaupun menggunakan individu yang sama, peneliti tetap memperoleh 2 macam data sampel, yaitu data dari perlakuan pertama dan data dari perlakuan kedua.
Dimana :
t = koefisien t
1
X = Rata-rata petani sebelum menjadi anggota kelompok tani
2
X = Rata-rata petani sesudah menjadi anggota kelompok tani
D = beda skor antara petani sebelum dan sesudah menjadi anggota kelompok tani
N= Jumlah sampel petani Hipotesis :
H0 : Tidak ada perbedaan produktifitas, atau pendapatan petani sebelum dan sesudah petani menjadi anggota kelompok tani Rumah Pilpil 1
H1 : Ada perbedaan produktifitas, atau pendapatan petani sebelum dan sesudah petani menjadi anggota kelompok tani Rumah Pilpil 1
Kriteria uji :
t- hit ≤ t-tabel ……….. H0 diterima (H1 ditolak) t- hit > t- tabel ……….. H1 diterima (H0 ditolak)
Defenisi dan Batasan Operasional
Defenisi
2) Sampel adalah anggota kelompok tani Rumah Pilpil I di Desa Rumah Pilpil kecamatan sibolangit yang dijadikan objek penelitian.
3) Kelompok tani merupakan wadah bagi penyuluh pertanian untuk melakukan proses belajar dan mengajar yaitu, kumpulan orang-orang tani atau petani yang terdiri atas petani dewasa (pria/wanita) yang melakukan usaha tani dan terlibat secara informal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta berada dalam lingkungan yang sama yang dipimpin oleh seorang kontak tani.
4) Petani adalah orang-orang yang hidup dari pertanian dan memanfaatkan sebagian besar hasil pertanian yang diperoleh untuk dijual dan memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka sendiri.
5) Peranan kelompok tani adalah sebagai kelas belajar, wahana kerjasama dan sebagai unit produksi.
6) Status sosial ekonomi petani adalah status petani dalam masyarakat yang dapat dilihat dari faktor sosial ekonomi yaitu pendapatan, produktifitas, perubahan pola konsumsi, adopsi terhadap teknologi, dan kosmopolitan petani.
7) Ada banyak kegiatan yang dilakukan kelompok tani Rumah Pilpil 1 maksudnya bahwa kegiatan yang dilakukan kelompok tani lebih dari 2 kegiatan.
8) Pendapatan adalah pendapatan yang diperoleh petani anggota kelompok tani Rumah Pilpil I dari penjualan usaha taninya.
9) Produktivitas adalah produksi yang dihasilkan oleh petani per luasnya lahan yang diusahakan oleh petani.
11) Tingkat kosmopolitan adalah seberapa besar petani menerima pengaruh dari luar dan keterbukaannya dalam hal untuk meningkatkan usaha taninya.
12) Pola konsumsi adalah rangkaian kebutuhan-kebutuhan petani baik pangan maupun non pangan untuk kepentingan diri sendiri maupun untuk kepentingan keluarganya pada waktu tertentu.
13) Perubahan pola konsumsi adalah seberapa besar perubahan bentuk konsumsi petani sebelum dan sesudah menjadi anggota kelompok tani.
Batasan Operasional
1) Petani sampel adalah petani tanaman padi khususnya padi sawah yang mengikuti kegiatan kelompok tani di desa Rumah Pilpil, kecamatan Sibolangit.
2) Pendapatan petani adalah pendapatan yang diperoleh petani yang berasal dari usaha tani padi sawah.
3) Kelompok tani tanaman pangan adalah kelompok tani dimana anggotanya adalah petani penanam padi khususnya padi sawah.
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN
Deskripsi Daerah Penelitian
1. Luas dan letak geografis
Desa Rumah Pilpil Kecamatan Sibolangit berada pada ketinggian 350 m diatas permukaan laut, dan memiliki luas 550 Ha. Secara administratif Desa Rumah Pilpil mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan desa Betimus Baru Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Lau Mentar Sebalah Barat berbatasan dengan desa Suka Makmur Sebelah Timur berbatasan dengan desa Batu Layang
Desa Rumah Pilpil terletak ±7 Km dari Ibukota kecamatan Sibolangit, ± 30 Km dari Ibukota Kabupaten Deli Serdang, dan ± 45 Km dari Pusat fasilitas ekonomi, pemerintahan Ibukota propinsi Sumatera Utara yaitu Medan. Desa Rumah Pilpil memiliki 3 dusun.
2. Keadaan penduduk
Tabel 2. Kepadatan penduduk menurut kelompok umur
No Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 0 – 4 78 7,81 kelompok umur 5-9 dan 10-14 tahun yakni 108 jiwa dengan persentase sebesar 10,81% dan yang terendah adalah kelompok umur > 60 tahun yakni 48 jiwa dengan persentase 4,80%. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa kelompok usia produktif (15– 49 tahun) berjumlah 552 jiwa (55,25%) dan usia tidak produktif sebanyak jiwa 447 (44,74%).
Keadaan Penduduk menurut mata pencaharian dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 3. Kepadatan penduduk menurut mata pencaharian
No Mata pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%)
Pada tabel diatas menunjukkan mata pencaharian penduduk Desa Rumah Pilpil sebagian besar adalah petani 211 jiwa (39,96%) yang pada umumnya mengusahakan tanaman padi sawah.
3. Penggunaan tanah
Luas lahan Desa Rumah Pilpil menurut penggunaannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4. Luas lahan menurut penggunaannya di desa rumah pilpil
No Jenis penggunaan lahan (ha) Luas lahan (ha) Persentase (%)
1 Sawah 70 12,72%
2 Kebun/ Ladang 220 40%
3 Lainnya 260 47,27%
Jumlah 550 100
Sumber : KSK Kecamatan Sibolangit, 2007
Pada tabel 4 menunjukkan bahwa penggunaan tanah yang paling luas adalah untuk hal lainnya yakni seluas 260 Ha (47,27%) seperti bangunan pemukiman, dan bangunan umum. Sementara untuk sawah hanya sekitar 12,72% dan untuk perkebunan 40%.
4. Sarana dan prasarana
Tukang Jahit 2
Bengkel 6
Rumah Makan 7
Toko Pupuk 1
4 Sarana Kesehatan:
Puskesmas 1
5 Kantor Kepala Desa 1
6 Penyuluh Pertanian Lapangan 1
7 Kelompok Tani 2
8 Gapoktan 1
9 Tempat Ibadah
Gereja 1
Vihara 1
Sumber : KSK Kecamatan Sibolangit, 2007
Sarana dan prasarana yang tersedia dengan baik dapat memperlancar jalannya laju pembangunan sehingga mempengaruhi perkembangan masyarakat untuk meraih kehidupan yang lebih baik lagi. Sarana dan prasarana di Desa Rumah Pilpil dinilai sudah cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari tersedianya sarana komunikasi, sarana jasa dan juga sarana kesehatan.
Sarana komunikasi dan sarana jasa yang tersedia dapat mempermudah petani di dalam memperoleh informasi tentang pertanian dan juga di dalam memperoleh sarana produksi. Hal ini akan berdampak terhadap peningkatan pendapatan petani juga.
Karakteristik Petani Sampel
Karakteristik petani sampel dalam penelitian ini terdiri dari umur petani, pendidikan formal petani, pengalaman bertani, dan jumlah tanggungan keluarga, serta luas lahan petani.
1. Umur
Umur petani merupakan salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan kerja dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Semakin tua umur petani kecenderungan kemampuan kerja semakin menurun, yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap produksi dan pendapatan yang diperoleh. Hal ini karena pekerjaan sebagai petani lebih banyak mengandalkan tenaga fisik. Keadaan umur petani rata-rata 44,93 dengan interval antara 34 – 60 tahun. Umur tersebut masih kelompok umur produktif yang masih cukup berpotensi dalam mengoptimalkan usaha taninya. Klasifikasi petani menurut kelompok umur terlihat pada tabel berikut :
Pendidikan formal merupakan salah satu faktor penting dalam mengelola usaha tani. Respon petani dalam hal menerima teknologi untuk mengoptimalkan usaha taninya sangat erat dengan pendidikan formal. Berikut ini tabel tingkat pendidikan petani padi sawah di daerah penelitian.
Tabel 7. Tingkat pendidikan petani sampel di desa rumah pilpil
No Tingkat pendidikan Jumlah Persentase
1 SD 2 6,66%
2 SMP 7 23,33%
3 SMA/ Sederajat 21 70%
Total 30 100
Sumber : Analisis data primer, Lampiran 1
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa rata-rata petani padi sawah memiliki tingkat pendidikan sampai Sekolah Menengah Atas yaitu sekitar 70%, sedangkan yang memiliki tingkat pendidikan Sekolah Menengah Pertama sekitar 23,33% dan yang memiliki tingkat pendidikan Sekolah Dasar sekitar 6,66%.
3. Pengalaman bertani
Faktor yang cukup berpengaruh terhadap kemampuan pengelolaan usahatani adalah pengalaman bertani. Semakin tinggi tingkat pengalaman bertani maka akan semakin baik pula pengelolaan usaha taninya. Rata- rata pengalaman bertani petani responden padi sawah 20,66 tahun dengan interval 10-34 tahun. Pengalaman petani mengelola usahatani padi sawah dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 8. Klasifikasi petani berdasarkan pengalaman bertani No Pengalaman Bertani
(Tahun)
Jumlah Persentase
1 10-15 9 30%
2 16-20 6 20%
3 21-25 9 30%
4 26-30 4 13,33%
Total 30 100% Sumber : analisis data primer, lampiran 1
4. Perkembangan kelompok tani
Kelompok tani Rumah Pilpil 1 berdiri pada tahun 2004 berdasarkan usulan dari Penyuluh Pertanian Kecamatan yang disampaikan kepada petani padi sawah di desa Rumah Pilpil. Nama kelompk tani Rumah Pilpil 1 dipilih berdasarkan kesepakatan bersama antara anggota kelompok dan juga agar nama tersebut lebih mudah diingat oleh anggota. Pada awal berdirinya kelompok tani ini terdiri dari 30 anggota. Kemudian pada tahun 2005 terjadi penambahan anggota menjadi 45 orang, tahun 2006 tidak mengalami penambahan, tahun 2007 penambahan anggota menjadi 60 orang, tahun 2008 penambahan anggota menjadi 70 orang dan pada tahun 2009 jumlah penambahan anggota kelompok tani menjadi 90 orang. penambahan jumlah anggota kelompok menandakan bahwa kelompok tani Rumah Pilpil 1 hampirsetiap tahunnya mengalami perkembangan. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 9. Perkembangan jumlah anggota kelompok tani/ tahun Rumah Pilpil 1
Tahun Jumlah anggota
2004 30
2005 45
2006 -
2007 60
2008 70
2009 90
Sumber : kontak tani Rumah Pilpil1, 2009
yaitu Rumah Pilpil dan desa Suka Maju. Petani anggota kelompok tani memiliki 2 musim tanam dalam setahun. Musim tanam I dimulai pada bulan April sampai Agustus, sedangkan musi tanam II dimulai pada bulan September sampai Januari.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan di desa Rumah Pilpil, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang. Kelompok tani yang ada di desa Rumah Pilpil terdiri dari 2 kelompok tani. Dalam penelitian ini ditetapkan 30 orang petani sampel yang berasal dari anggota Kelompok Tani Rumah Pilpil 1 dimana semua petani adalah petani padi sawah.
Penelitian yang dilakukan menelaah beberapa hal diantaranya yaitu apa saja kegiatan yang dilakukan kelompok tani dalam 3 tahun terakhir ini, bagaimana tingkat kosmopolitan petani sebelum dan sesudah menjadi anggota kelompok tani, bagaimana tingkat adopsi petani sebelum dan sesudah menjadi anggota kelompok tani, bagaimana perbedaan produktifitas dan pendapatan petani sebelum dan sesudah menjadi anggota kelompok tani, bagaimana perubahan pola konsumsi petani sebelum dan sesudah menjadi anggota kelompok tani, apa saja maslah yang dihadapi kelompok tani dan apa saja upaya yang dilakukan dalam menghadapi masalah tersebut.
Untuk mengetahui hal tersebut diatas dapat kita lihat pada pembahasan berikut ini :
Penilaian tentang kegiatan kelompok tani dilakukan dengan cara mengamati kegiatan-kegiatan yang dilakukan kelompok tani. Kelompok tani yang menjadi sampel adalah Kelompok Tani Rumah Pilpil 1.
Kelompok Tani Rumah Pilpil 1 terbentuk pada tahun 2004 yang bergerak pada bidang pertanian khususnya tanaman padi sawah. Yang dipimpin oleh seorang kontak tani, sekertaris dan bendahara.
Kegiatan- kegiatan yang dilakukan oleh Kelompok Tani Rumah Pilpil 1 adalah sebagai berikut :
Diskusi kelompok
Kegiatan ini rutin dilakukan oleh anggota kelompok tani apabila anggota memiliki atau mengalami masalah dalam melakukan usahataninya. Diskusi kelompok biasanya dilaksanakan pada malam hari dibalai desa. Adapun hal-hal yang biasa didiskusikan kelompok tani selama 3 tahun terakhir ini adalah mengenai bagaimana mengatasi hama penyakit yang sering menyerang tanaman, bagaimana membuat pupuk kompos, dan bagaimana meningkatkan produktifitas tanaman.
Selain itu kelompok tani saat ini sedang mendiskusikan bagaimana memperbaiki irigasi yang keadaannya sudah kurang baik lagi dan juga jalan menuju usaha tani yang sempit sehingga kendaraan sulit masuk pada saat mengangkut hasil panen. Saat ini cara yang sedang ditempuh kelompok tani adalah melalui pengajuan Program Jaringan Irigasi Desa (JIDES) dan Program Jalan Usaha Desa (JUDES) kepada Pemerintah.
mengemukakan pendapatnya terhadap suatu masalah yang dihadapi. Keputusan yang diambil berdasarkan kesepakatan bersama.
Diskusi kelompok merupakan kelas belajar- mengajar bagi kelompok dan ini sangat baik dilakukan karena selain nantinya setiap masalah dapat diselesaikan dan hasilnya akan meningkatkan kehidupan ekonomi kelompok tani. Selain itu diskusi kelompok ini juga bertujuan untuk mendorong anggota untuk mampu mengemukakan pendapat, mendorong anggota untuk mampu berperan aktif dalam diskusi dan menjalin kerjasama antar anggota kelompok.
Kemampuan anggota kelompok tani dapat lebih ditingkatkan lagi apabila kegiatan kelompok tani tidak hanya sebatas pada diskusi kelompok atau mengikuti pelatihan-pelatihan dari Dinas Pertanian, tetapi apabila mengadakan kegitan Sekolah Lapang (SL). Sekolah lapang ini sangat penting karena disini petani diajari secara langsung (praktek) setiap materi yang disampaikan oleh PPL sehingga petani tidak ragu-ragu untuk menerapkan pada usaha taninya.
Menggunakan mesin perontok gabah yang ditangani oleh kelompok tani
kita ketahui dari produktifitas tanaman sebelum menggunakan mesin perontok gabah yaitu dari 3,997 (Kg/Ha) menjadi 4,806 (Kg/Ha) sesudah menggunakannya dan pekerjaan juga lebih cepat terselesaikan sehingga pendapatan petani pun dapat meningkat. Dari segi sosial penggunaan mesin ini membuat petani dapat disebut sebagai petani yang maju karena dapat mengadopsi teknologi ini. Selain itu penggunaan mesin ini mengajar kelompok tani untuk dapat lebih disiplin dan bertanggungjawab pada saat menggunakannya.
Menyediakan benih unggul
Pemerintah melalui Penyuluh Pertanian Lapangan memberikan benih (varietas) unggul kepada para anggota kelompok tani. Benih yang dibagikan kepada kelompok tani adalah Siherang dan IR 64. Penggunaan benih ini langsung diaplikasikan pada lahan usaha tani mereka. Penggunaan benih ini dilakukan secara serentak oleh anggota kelompok tani dan produksi yang dihasilkan oleh benih unggul tersebut sampai sekarang masih memuaskan. Kelompok tani berperan sebagai penyedia sarana produksi khususnya benih unggul. Dengan adanya bantuan benih unggul oleh kelompok tani sangat membantu petani karena biaya produksi petani dalam hal benih tersebut dapat berkurang.
Mengadakan pembagian pupuk bersubsidi
pupuk subsidi ini masih belum bisa mencukupi kebutuhan petani akan pupuk terhadap lahannya.
Meskipun demikian anggota sudah cukup terbantu dengan adanya pupuk bersubsidi ini karena mereka akan mengurangi biaya untuk penyediaan sarana produksi. Dari segi sosial kegiatan ini membuat kelompok tani menjalin hubungan kerjasama dengan Toko penjual pupuk sehingga terjalin hubungan yang baik.
Memberikan penyuluhan tentang pengolahan lahan yang baik
Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) memberikan materi tentang pengolahan lahan kepada petani tentang cara pengolahan lahan yang baik yaitu dengan cara membersihkan lahan dari gulma terlebih dahulu dan dilakukan pembabatan kemudian lahan diolah dengan menggunakan cangkul. Selain pengolahan lahan yang baik, PPL juga memberikan materi tentang mengatasi hama seperti tikus secara alami kepada anggota kelompok tani. Kegiatan ini membuat anggota untuk dapat mengambil keputusan dalam menentukan pola usaha tani, dan dapat merencanakan kegiatan usaha tani. Selain itu petani juga dapat menilai dan menganalisis usaha taninya apakah usaha tani tersebut menguntungkan setelah melakukan pengolahan lahan seperti yang diajarkan.
Mengadakan ceramah pembinaan kelompok tani
memahami bahwa kelompok tani itu penting bagi mereka dan mereka dapat mengetahui bagaimana pola tanam yang baik sehingga kelak dapat meningkatkan pendapatan dan produktifitas petani.
Pengajuan Proposal Untuk Menerima PUAP
Penyuluh Pertanian Lapangan bersama-sama dengan kelompok tani saat ini sedang berusaha mengajukan proposal untuk menerima dana bantuan Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan kepada Dinas Pertanian (PUAP). Dana bantuan ini akan sangat berguna bagi petani di dalam meningkatkan dan mengembangkan usahatani mereka terkhusus modal petani dalam penyediaan sarana produksi.
Untuk lebih jelasnya kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Kelompok Tani Rumah Pilpil 1 dari tahun 2007 – 2009 di desa Rumah Pilpil dapat dilihat pada tabel 10 di bawah ini :.
Tabel 10. Kegiatan kelompok kelompok tani rumah pilpil 1 dari tahun 2007 – 2009 di desa rumah pilpil kec. sibolangit
Dengan melihat kegiatan-kegiatan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan “ Ada banyak kegiatan yang dilakukan kelompok tani Rumah Pilpil 1 dalam peningkatan sosial ekonomi petani tanaman padi sawah dalam jangka waktu 3 tahun terakhir “ diterima. Dimana sudah lebih dari 2 kegiatan kelompok tani yang telah dilaksanakan oleh anggota kelompok tani Rumah Pilpil.
2. Tingkat kosmopolitan petani sebelum dan sesudah menjadi anggota kelompok tani
Untuk mengetahui bagaimana perbedaan antara tingkat kosmopolitan petani sebelum dan sesudah menjadi anggota kelompok tani dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 11. Tingkat kosmopolitan petani sebelum dan sesudah menjadi anggota kelompok
tani Tingkat
kosmopolitan
Sebelum (jiwa)
Persentase (%)
Sesudah (jiwa)
Persentase (%)
Rendah 21 70% 1 3,33%
Sedang 9 30% 23 76,66%
Tinggi 0 0 6 20%
Total 30 100 30 100
Sumber : Analisis data primer, lampiran 23
yang memiliki tingkat kosmopolitan rendah (14-28) dari 21 petani (70%) menjadi 1 orang petani (3,33%). Petani yang memiliki tingkat kosmopolitan sedang (29-42) juga mengalami peningkatan menjadi 23 orang petani (76,66%). Demikian juga dengan petani yang memiliki tingkat kosmopolitan tinggi (43-56) mengalami peningkatan dari 0 menjadi 6 orang petani (20%). Dari hasil penelitian yang dilakukan, tingkat kosmopolitan petani sebelum dan sesudah menjadi anggota kelompok tani menunjukkan adanya perbedaan. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan “ Tingkat kosmopolitan petani sesudah menjadi anggota kelompok tani lebih tinggi sebelum menjadi anggota kelompok tani “ dapat diterima.
Hal ini dapat disebabkan karena petani (secara umum) ingin meningkatkan pendapatan dan produktifitasnya. Selain itu (secara khusus) tingkat kosmopolitan petani lebih tinggi karena mereka memang sering bepergian keluar desa dan mengikuti kegiatan pelatihan baik dari lembaga Pemerintahan maupun swasta yang membuat mereka sering bertemu dan berkomunikasi dengan petani lainnya dari luar desa mereka sehingga ada hal-hal baru yang membuat pola pikir mereka tentang usaha tani berubah kearah yang lebih baik.
3. Tingkat adopsi teknologi petani sebelum dan sesudah menjadi anggota kelompok tani
Tabel 12. Tingkat adopsi petani sebelum dan sesudah menjadi anggota kelompok tani Tingkat Adopsi Sebelum
(Jiwa)
Persentase (%)
Sesudah (Jiwa)
Persentase (%)
Rendah 3 10% 0 0
Sedang 27 90% 21 70%
Tinggi 0 0 9 30%
Total 30 100% 30 100%
Sumber : Analisi data primer, Lampiran 24
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebelum petani menjadi anggota kelompok tani terdapat 3 orang petani (10%) yang tingkat adopsinya rendah (8-16), pada kategori tingkat adopsi teknologi sedang (17-24) ada 27 orang petani (90%) yang memiliki tingkat adopsi teknologi sedang, sedangkan pada kategori tingkat adopsi teknologi tinggi (25-33) tidak ada seorangpun petani yang memilikinya. Sesudah petani menjadi anggota kelompok tani, terjadi pengurangan petani yang memiliki tingkat adopsi teknologi sedang (17-24) dari 27 petani (90%) menjadi 21 orang petani (70%). Petani yang memiliki tingkat adopsi teknologi tinggi (25-33) juga mengalami peningkatan menjadi 9 orang petani (30%).
produksi dari kelompok tani yang dapat dimanfaatkan oleh setiap anggota yang secara sengaja atau tidak membuat petani mengadopsi teknologi. Dan juga karena kontak tani kelompok tani selalu memberi motivasi yang baik dan senantiasa memberitahu informasi terbaru tentang pertanian kepada anggotanya, sehingga merekapun memiliki motivasi juga untuk melakukan yang terbaik dalam usaha taninya.
4. Perbedaan produktifitas petani sebelum dan sesudah menjadi anggota kelompok tani rumah pilpil 1
Untuk mengetahui perbedaan produktifitas petani sebelum dan sesudah menjadi anggota kelompok tani Rumah Pilpil 1 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 13. Hasil Uji Beda Rata-rata Produktivitas Tanaman Padi Sawah Petani Sebelum dan Sesudah Menjadi Anggota Kelompok Tani
Produktivitas t- hit t-tabel
Sebelum (Kg/Ha) Sesudah(Kg/Ha)
3,997 (Kg/Ha) 4,806 (Kg/Ha) -10,138 2,045
Sumber : analisis data primer, lampiran 27
anggota kelompok tani. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan “ada perbedaan produktifitas sebelum dan sesudah menjadi anggota kelompok tani”, dapat diterima.
5. Perbedaan pendapatan petani sebelum dan sesudah menjadi anggota kelompok tani rumah pilpil 1
Pendapatan petani di desa Rumah Pilpil diperoleh dari usahatani padi sawah. Besarnya pendapatan usahatani padi sawah dipengaruhi oleh produktifitas tanaman dan besarnya biaya yang dikeluarkan. Selain itu pendapatan yang diperoleh petani juga dihitung berdasarkan tingkat inflasi yang berlaku selama 3 tahun terakhir ini. Hal ini dilakukan agar dapat diketahui dengan jelas apakah pendapatan petani mengalami peningkatan atau tidak dengan jumlah produksi dan produktifitas yang sama.
Untuk mengetahui lebih rinci bagaimana perbedaan pendapatan petani padi sawah sebelum dan sesudah menjadi anggota kelompok tani Rumah Pilpil 1 baik yang menggunakan tingkat inflasi maupun tidak, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 14. Hasil uji beda rata-rata pendapatan petani tanaman padi sawah sebelum dan sesudah menjadi anggota kelompok tani
Pendapatan t- hit t-α
Sebelum (Rp) Sesudah (Rp)
1.519.941 4.349.506 2,960 2,045
Sumber : Analisis dataprimer, Lampiran 27
Tabel 15. Hasil uji beda rata-rata pendapatan petani tanaman padi sawah sebelum dan sesudah menjadi anggota kelompok tani (menggunakan tingkat inflasi)
Pendapatan t- hit t-α
Sebelum (Rp) Sesudah (Rp)
1.519.941 3.177.406 3,496 2,045
Berdasarkan tabel diketahui bahwa pendapatan petani (tanpa menggunakan tingkat inflasi) padi sawah desa Rumah Pilpil sesudah menjadi anggota kelompok tani mengalami peningkatan dari Rp 1.519.941 menjadi Rp 4.349.506 dengan hasil uji beda rata-rata pendapatan diperoleh: t- hitung sebesar 2,960 dan t- tabel sebesar 2,045. Disini diketahui bahwa t- hitung lebih besar dari t- tabel (t- hit > t- tabel). Dengan demikian hipotesis 0 (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (H1) diterima. Sedangkan pendapatan petani (dengan menggunakan tingkat inflasi) padi sawah desa Rumah Pilpil sesudah menjadi anggota kelompok tani mengalami peningkatan dari Rp 1.519.941 menjadi Rp 3.177.406 dengan hasil uji beda rata- rata pendapatan diperoleh: t- hitung sebesar 3,496 dan t- tabel sebesar 2,045. Disini diketahui bahwa t- hitung lebih besar dari t- tabel (t- hit > t- tabel).
Dengan melihat dan membandingkan kedua hasil uji beda rata-rata pendapatan diatas maka dapat kita simpulkan terdapat perbedaan nyata antara pendapatan petani sebelum menjadi anggota kelompok dengan sesudah petani menjadi anggota kelompok tani. Pendapatan petani sebelum menjadi anggota kelompok tani lebih rendah dibandingkan sesudah menjadi anggota kelompok tani. Hal ini disebabkan produktifitas tanaman padi sawah petani sesudah menjadi anggota kelompok lebih tinggi dari pada sebelum petani menjadi anggota kelompok tani.
6. Perubahan pola konsumsi petani sebelum dan sesudah menjadi anggota kelompok tani