• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA. keluarga-keluarga tani di pedesaan, dimana mereka belajar sambil berbuat untuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA. keluarga-keluarga tani di pedesaan, dimana mereka belajar sambil berbuat untuk"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Pustaka

Penyuluhan pertanian adalah suatu sistem pendidikan di luar sekolah untuk keluarga-keluarga tani di pedesaan, dimana mereka belajar sambil berbuat untuk menjadi mau, tahu, dan bisa menyelesaikan sendiri masalah-masalahnya yang dihadapinya secara baik, menguntungkan dan memuaskan. Jadi penyuluhan pertanian itu adalah bentuk pendidikan yang cara, bahan dan sarananya disesuaikan kepada keadaan, kebutuhan dan kepentingan, baik dari sasaran, waktu dan tempat. Karena sifatnya yang demikian maka penyuluhan bisa juga disebut pendidikan nonformal (Wiraatmadja, 1978).

Untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan penyuluhan dalam sektor pertanian, maka wilayah kerja pertanian di Indonesia dibagi dalam wilayah kerja penyuluhan yang lebih kecil. Sebagai unit terkecil pembagian wilayah kerja penyuluhan adalah Wilayah Kerja Penyuluhan Pertanian yang disingkat dengan WKPP. Setiap WKPP mencakup 16 kelompok tani yang dapat meliputi satu desa atau lebih. Seorang Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) bertanggungjawab terhadap pelaksanaan kegiatan penyuluhan bagi wilayah kelompok tani.

Dalam pengorganisasian kegiatan Penyuluhan Pertanian posisi yang paling bawah ditempati oleh kelompok tani. Organisasi kelompok tani dapat bervariasi tergantung dari besarnya kegiatan yang dilaksanankan. Diatas kelompok tani terdapat Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL). Namun PPL tidaklah dapat memerintah kelompok tani, melainkan mengajak kelompok tani untuk bersedia mengikuti petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh Petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (Adjid Dudung, 1994).

(2)

Salah satu unsur yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian adalah tingkat kosmopolitan petani yang menjadi sasaran kegiatan tersebut. Kosmopolitan merupakan keterbukaan suatu kelompok masyarakat terhadap dunia luar atau terjadinya perubahan gaya hidup suatu kelompok masyarakat yang terjadi karena adanya pengaruh-pengaruh dari luar kelompok masyarakat tersebut dimana gaya hidup itu diadopsi oleh masyarakat tersebut menjadi gaya hidup mereka (Jhon, N. dan P. Aburdenne, 1990).

Negara-negara yang mayoritas penduduknya tinggal di pedesaan dimana pertanian masih merupakan tulang punggung perekonomian nasional, pers pedesaan yang mapan dan berdasar luas dapat sangat membantu dalam mendidik, memotivasi dan mengembangkan opini publik bagi pembangunan. Surat kabar itu dapat menjelaskan dan menyebarkan pesan-pesan pembangunan kepada rakyat. Di samping itu pers pedesaan, media yang digunakan untuk mendukung pembangunan di pedesaan adalah radio dan televisi. Kedua media elektronik ini mempunyai kemampuan yang besar untuk mengantarkan dan menyebarkan pesan-pesan pembangunan kepada masa yang berada di tempat yang terpencar dan tersebar luas, seperti di pedesaan secara serentak dan dengan kecepatan tinggi bahkan di tempat-tempat yang jauh dan terpencil yang sulit dijangkau oleh angkutan umum (Jahi, 1998).

Dibandingkan dengan surat kabar, radio mempunyai keuntungan yang lebih besar yakni dapat melampaui hambatan yang ada, misalnya dapat didengar dan disampaikan kepada petani mereka yang tidak dapat membaca. Sehingga radio selain sebagai alat yang dapat digunakan untuk menghibur juga dapat difungsikan sebagai sarana pendidikan nonformal melalui wadah kelompok pendengarnya dimana semakin

(3)

lengkap, maka semakin tajam feedback dan semakin kuat message dan sebaliknya (Rofig, 1997).

Kegiatan Penyuluh Pertanian dimaksud untuk menyelenggarakan alih pengetahuan dan keterampilan dari petugas kepada anggota kelompok tani, serta untuk mengubah sikap mereka dalam berusaha tani. Penyuluhan pertanian bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani anggota kelompok tani melalui peningkatan produktifitas usaha taninya, yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan mereka dan dengan peningkatan pendapatan maka kehidupan petani akan lebih sejahtera (Abbas, 1994).

Pendapatan petani akan berbeda apabila lingkungan pertaniannya berbeda. Pendapatan petani di dataran rendah yang umumnya menanam padi tidak sama dengan pendapatan petani di dataran tinggi yang umumnya menanam palawija sebagai sumber utama pendapatan. Dataran rendah yang dicirikan oleh baiknya keadaan irigasi menghasilkan pendapatan per jam kerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah di dataran tinggi. Selain itu, perbedaan status petani memberikan pengaruh terhadap pendapatan. Kelompok petani miskin cenderung memperoleh pendapatan per jam kerja yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok tidak miskin (Soekartawi, dkk. 1984). Upaya untuk memperbaiki konsumsi pangan bagi kelompok penduduk miskin erat kaitannya dengan pemerataan manfaat dan hassil pembangunan. Pemerataan ini merupakan salah satu dari trilogi pembangunan. Upaya ini juga bermanfaat bagi peningkatan produktifitas kerja mereka sebagai sumber daya manusia (Suryana, 2003).

Menurut hasil penelitian Suryana (2003), dilihat dari alokasi pengeluaran untuk tiap jenis pangan, ternyata pola konsumsi rumah tangga pedesaan di Sumatera Barat dan

(4)

Jawa Barat serupa, sedangkan di Sulawesi Selatan agak lain. Di ketiga povinsi tersebut pengeluaran untuk padi-padian dan umbi-umbian menghabiskan sekitar 35% dan 2% dari total pengeluaran pangan. Pengeluaran untuk ikan lebih tinggi dibandingkan untuk peternakan (daging, telur, susu). Di Sumatera Barat dan Jawa Barat pengeluaran untuk ikan (10%) sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan pengeluaran untuk daging, telur, dan susu (6%). Di Sulawesi Selatan pengeluaran untuk ikan (16%) lebih dua kali lipat dibandingkan dengan pengeluaran untuk daging, telur dan susu (7%). Sementara itu pengeluaran untuk makanan jadi di dua provinsi pertama sekitar 9% sedangkan di Sulawesi selatan 3% saja (Suryana, 2003).

Dengan memakan banyak sayuran, daging, ikan, telur, serta buah-buahan sebenarnya secara otomatis masyarakat semakin berkurang mengkonsumsi beras. Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang, semakin kurang mereka mengkonsumsi beras kalau keluarga dengan penghasilan di bawah seratus ribu rupiah rata-rata mengkonsumsi beras diatas 2 ons/hari/orang. Semakin tinggi tingkat ekonomi (serta status sosial seseorang) kecenderungan mengkonsumsi beras semakin kecil, dikarenakan mereka makan sayuran, daging, ikan, telur dan buah-buahan dalam jumlah yang cukup banyak bahkan kadang masih diselingi kue serta makanan kecil lain (Rahardi, 1994).

Kelompok tani merupakan kelompok belajar yang bertujuan untuk saling belajar informasi, pengalaman tentang berbagi kemajuan di bidang pertanian. Dalam kelompok tersebut biasanya terjadi dialog, diskusi tentang pengalaman-pengalaman atau kemampuan teknologi yang ada sekarang (Sismanto, 1984).

(5)

Landasan Teori

Kelompok tani

Kelompok tani pada dasarnya adalah organisasi non formal di pedesaan yang ditumbuhkembangkan “dari, oleh dan untuk petani”, memiliki karakteristik sebagai berikut :

1. Ciri kelompok tani

 Saling mengenal, akrab dan saling percaya diantara sesama anggota  Mempunyai pandangan dan kepentingan yang sama dalam berusaha tani

 Memiliki kesamaan dalam tradisi dan atau pemukiman, hamparan usaha, jenis usaha, status ekonomi maupun social, bahasa, pendidikan dan ekologi

 Ada pembagian tugas dan tanggung jawab sesama anggota berdasarkan kesepakatan bersama

2. Unsur Pengikat Kelompok Tani

 Adanya kepentingan yang sama diantara para anggotanya

 Adanya kawasan usaha tani yang menjadi tanggung jawab bersama diantara para anggotanya

 Adanya kader tani yang berdedikasi untuk menggerakkan para petani dan kepemimpinannya diterima oleh sesama petani lainnya

(Dinas Pertanian Kota Medan, 2008).

Kelompok tani adalah suatu ikatan dalam kelompok berpangkat kepada keserasian dalam arti mempunyai pandangan, kepentingan, dan kesenangan yang sama. Adapun peranan dari kelompok tani adalah sebagai media sosial yang hidup dan wajar, basis untuk mencapai perubahan sesuai dengan tujuan yang disepakayi dan untuk

(6)

menyatukan aspirasi (cita-cita) hidup yang murni dan sehat hal ini karena ikatan antara anggotanya yang tumbuh secara alamiah (Saragih, 2001).

Kelompok tani diartikan sebagai kumpulan orang-orang atau petani yang terdiri atas petani dewasa (pria/wanita) maupun petani taruna (pemuda/pemudi) yang terikat secara non formal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta berada di lingkungan pengaruh dan pimpinan seorang kontak tani (Mardikanto, 1993).

Agar kelompok tani dapat berkembang secara dinamis, maka harus dikembangkan 10 jenis kemampuan kelompok tani yang terdiri dari : kemampuan menyusun rencana kelompok tani, kemampuan bekerjasama, kemampuan menerapkan teknologi, kemampuan memecahkan masalah, kemampuan dalam pemupukan modal usaha, kemampuan mengembangkan alat dan fasilitas kelompok tani, kemampuan membina hubungan kelembagaan misalnya KUD, kemampuan meningkatkan produktifitas usaha tani, ketaatan terhadap perjanjian dan kemampuan membina kader (Kartasapoetra, 1991).

Kelompok tani terdiri dari sekumpulan petani yang mempunyai kepentingan bersama dalam usaha tani. Organisasinya bersifat non formal, namun demikian dapat dikatakan kuat karena dilandasi oleh kesadaran bersama dan asas kekeluargaan. Biasanya yang menjadi motor dalam kelompok ini adalah Kontak Tani yang hubungannya dengan para anggota kelompok itu demikian erat dan luwes dan atas kewajaran. Kelompok tani terbentuk atas dasar kesadaran, jadi tidak secara terpaksa. Kelompok ini menghendaki terwujudnya pertanian yang baik, usaha tani yang optimal dan keluarga tani yang sejahtera dalam perkembangan hidupnya. Kelompok tani

(7)

berfungsi sebagai wadah terpeliharanya dan berkembangnya pengertian, pengetahuan dan keterampilan serta kegotongroyongan berusaha tani para anggotanya (Kartasapoetra, 1991).

Beberapa keuntungan dalam pembentukan kelompok tani adalah sebagai berikut :

 Semakin eratnya interaksi dalam kelompok dan semakin terbinanya kepemimpinan kelompok

 Semakin terarahnya peningkatan secara cepat tentang jiwa kerjasama antara petani  Semakin cepat proses perembesan (difusi) penerapan inovasi baru

 Semakin meningkatnya orientasi pasar baik yang berkaitan erat dengan input maupun outpun yang dihasilkan

 Semakin dapat membantu efisiensi pembagian air irigasi serta pengawasan oleh petani itu sendiri

Motivasi utama keikutsertaan anggota dalam kelompok tani terutama didorong oleh hasrat meningkatkan kemampuan berusaha tani dan pemenuhan kebutuhan primer (terutama yang berupa sarana produksi) (Mardikanto, 1993).

3. Peranan kelompok tani

Peranan menunjuk pada konotasi ilmu sosial, yang mengartikan peran sebagai suatu fungsi kelompok tani dalam struktur sosial. Peranan merupakan aspek dinamis dari suatu status (kedudukan). Apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan status yang dimilikinya, maka ia telah menjalankan peranannya. Peranan adalah tingkah laku yang diharapkan dari kelompok tani dalam suatu kedudukan atau status. Peranan dalam pengertian sosiologi adalah perilaku atau tugas yang diharapkan

(8)

dilaksanakan kelompok tani berdasarkan kedudukan atau status yang dimilikinya. Dengan lain perkataan, peranan ialah pengejawantahan jabatan atau kedudukan seseorang dalam hubungannya dengan sesama manusia dalam suatu masyarakat atau organisasi (Dinas Pertanian Kota Medan, 2008).

Menurut hasil penelitian Elvera (2005) diketahui bahwa kelompok tani berperan terhadap anggotanya dilihat dari aktifitas kelompok tani di kelurahan Tanah Enam Ratus selama 3 tahun terakhir cukup baik hal ini ditandai dengan aktifnya anggota kelompok tani dalam melaksanakan kegiatan kelompok tani, misalnya : pemeliharaan tanaman dengan menggunakan sading net dan sprinkle, pelatihan petani agribisnis, pelatihan menggunakan mulsa, pelatihan pembuatan bokasi, pelatihan pembuatan agen hayati, mengikuti ceramah staff dosen untuk membina kelompok tani, pengolahan lahan yang baik, penggunaan bibit unggul, penanaman gambas, sawi, kacang panjang, dan cabai (Elvera, 2003).

Adapun peranan kelompok tani adalah sebagai berikut :

1. Kelas Belajar; Kelompoktani merupakan wadah belajar mengajar bagi anggotanya guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap (PKS) serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusaha tani sehingga produktifitasnya meningkat, pendapatannya bertambah serta kehidupan yang lebih sejahtera.

2. Wahana Kerjasama; Kelompok tani merupakan tempat untuk memperkuat kerjasama diantara sesama petani dalam kelompok tani dan antar kelompok tani serta dengan pihak lain. Melalui kerjasama ini diharapkan usaha taninya akan lebih efisien serta lebih mampu menghadapi ancaman, tantangan,hambatan dan gangguan,

(9)

3. Unit Produksi; Usahatani yang dilaksanakan oleh masing masing anggota kelompoktani, secara keseluruhan harus dipandang sebagai satu kesatuan usaha yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi, baik dipandang dari segi kuantitas, kualitas maupun kontinuitas (Dinas Pertanian Kota Medan, 2008).

Menurut Kartasapoetra (1993) kelompok tani berfungsi sebagai wadah terpelihara dan berkembangnya pengetahuan dan keterampilan serta kegotongroyongan, berusaha tani pada anggotanya, fungsi tersebut dijabarkan dalam kegiatan sebagai berikut :

 Mengadakan sarana produksi yang termurah dengan cara melakukan pembelian secara bersama

 Pengadaan bibit yang resisten untuk memenuhi kepentingan anggotanya dengan jalan mengusahakan bersama

 Mengusahakan kegiatan pemberantasan, pengendalian hama tanaman secara terpadu

 Guna kepentingan bersama berusaha memperbaiki prasarana-prasarana yang menunjang sarana produksi

 Guna memantapkan cara bertani, menyelenggarakan demonstrasi cara bercocok tanam, cara mengatasi hama penyakit yang dilakukan bersama penyuluh

 Mengadakan pengolahan hasil secara bersama agar terwujud kualitas yang baik, seragam dan kemudian mengusahakan pemasarannya secara bersama agar terwujudnya harga yang baik dan seragam. (Kartasapoetra, 1991).

Adapun yang menjadi tugas kelompok tani adalah :  Menyusun rencana kebutuhan kelompok

(10)

 Merencanakan dan melaksanakan pertemuan-pertemuan berkala  Menjalin kerjasama dengan sumber-sumber informasi

 Mengadakan/menjalin kerjasama/kemitraan usaha dengan pihak penyedia saprodi, pemasaran hasil ataupun permodalan

 Mengadakan pemupukan modal untuk keperluan pengembangan usaha anggota kelompok

Tingkat adopsi dan kosmopolitan petani

Adopsi merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh seseorang terhadap suatu inovasi sejak mengenal, menaruh minat, menilai sampai menerapkan inovasi tersebut. Sedangkan inovasi adalah gagasan, tindakan atau teknologi, termasuk barang yang dianggap baru oleh seseorang.

Tahapan perubahan perilaku petani untuk mengadopsi suatu inovasi adalah sebagai berikut :

 Ranah kognitif yaitu mencakup tujuan sehubungan dengan kemampuan intelektual dan keterampilan. Tujuan perilaku ranah kognitif ini perlu diperhatikan oleh karena kedua tujuan perilaku berikutnya (afektif dan psikomotorik) adalah dengan menggunakan perilaku dari ranah kognitif ini.

 Ranah afektif yaitu yang mencakup tujuan yang menggambarkan perubahan keadaan emosi, perhatian utama, nilai sikap, pengembangan pemahaman.

 Ranah psikomotorik yaitu yang berkaitan dengan keterampilan motorik. Apabila tujuan perubahan sikap dari program adalah adopsi satu inovasi yang berkesinambungan maka ranah psikomotorik merupakan tujuan pendidikan yang prioritas (Ginting, 2002).

(11)

Kosmopolitan akan mengakibatkan terjadinya globalisasi dan akibat dari globalisasi adalah keterbukaan, demokratitasi dalam konteks kerja sama. Karena itu suka atau tidak suka, mau atau tidak mau, arus globalisasi mengharuskan kita terlibat dalam proses saling berhubungan yang sifatnya mendunia, baik antar individu, bangsa, negara, organisasi kemasyarakatan, terutama dunia usaha dan perubahan di bidang transportasi dan komunikasi (Tampubolon, 2002).

Alat transportasi dan komunikasi yang modern sebagai prasarana timbulnya globalisasi, telah juga memberikan peluang bagi kita untuk memanfaatkannya di bidang sosial budaya. Media komunikasi elektronik seperti televisi, komputer, satelit dan sebaginya dapat digunakan untuk menerima informasi dan “transfer of knowledge” (Wan Usman, 2002).

Kosmopolitan petani juga dipengaruhi oleh frekuensi petani tersebut mengikuti kegiatan penyuluhan pertanian. Dimana kegiatan penyuluhan pertanian diakui telah banyak memberikan sumbangan pada keberhasilan pembangunan pertanian di Indonesia. Penyuluhan telah berhasil menyampaikan berbagai inovasi pertanian kepada petani dengan segala metodenya sehingga para petani meningkat pengetahuan dan keterampilannya serta dapat mengubah sikap petani menjadi mau dan mampu menerapkan inovasi baru (Mulyono Machmur, 2001).

(12)

Pembangunan pertanian dan pedesaan sesungguhnya menngandung dilema. Di satu pihak produksi pertanian, khususnya di bidang pertanian mesti ditingkatkan. Peningkatan produksi dan produktifitas ini merupakan keharusan oleh sebab pembangunan pertanian adalah merupakan landasan dan prasyarat bagi proses industrialisasi. Seandainya tingkat pertumbuhan sektor pertanian yang tinggi itu dapat dicapai, perubahan struktur produksi yang menurunkan tingkat produktifitas relatif itupun tidak akan bisa dihindari kecuali jika struktur kesempatan kerja juga dapat diubah mengikuti perubahan struktur produksi tersebut. Sementara itu peningkatan produktifitas mau tidak mau mesti dilakukan dengan mempergunakan jenis teknologi yang lebih efisien, baik teknologi biologis, teknologi mekanis maupun teknologi sosial (Rahardjo, 1984).

Pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan berupa uang yang sifatnya regular dan yang diterima biasanya sebagai balas jasa atau kontra prestasi. Sumber-sumber yang utama adalah gaji dan upah serta lain-lain balas jasa serupa dari majikan; pendapatan bersih dari usaha sendiri dan pekerjaan bebas; pendapatan dari penjualan barang yang di pelihara di halaman rumah, hasil investasi seperti bunga modal, tanah, uang pensiun, jaminan sosial serta keuntungan sosial (Sumardi, dkk. 1985).

Menurut hasil penelitian Syahrul (2005) terdapat perbedaan produktifitas padi dan pendapatan antara petani anggota kelompok tani dengan bukan anggota kelompok tani dimana produktifitas anggota kelompok tani lebih tinggi dibandingkan dengan bukan anggota kelompok tani dan demikian juga dengan pendapatan. Produktivitas padi sebelum menjadi anggota kelompok tani sebesar 4.250 Kg/Ha dan setelah menjadi

(13)

anggota sebesar 4.566 Kg/Ha sehingga pendapatan bertambah dari Rp. 2.404.183 menjadi Rp 2.805.598 (Syahrul,2005).

Dalam pengertian ekonomi pola konsumsi dapat diartikan sebagai kebutuhan-kebutuhan manusia dalam bentuk benda-benda dan juga baik untuk kepentingan diri sendiri maupun untuk kepentingan keluarganya/lingkungannya, berdasarkan tata hubungan dan tanggung jawabnya didasarkan atas pola produksi, pola distribusi dan sistem kebutuhan yang dimilikinya yang sifatnya tercermin sebagai kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder. Untuk kurun waktu yang sangat panjang, pola konsumsi umat manusia pada umumnya amat berbahaya dimana aktifitas ekonomi umat manusia dipusatkan pada satu tujuan utama, yaitu memenuhi kebutuhan-kebutuhan primernya (Depdikbud, 1986).

Konsumsi adalah suatu tuntutan kebutuhan manusia, baik itu kebutuhan untuk mempertahankan hidup, ataupun kebutuhan sosial lainnya, seperti kebutuhan kesehatan serta kebutuhan hiburan. Menurut hasil penelitian Deliarni (2005), pengeluaran konsumsi pangan dan non pangan rata-rata perkapita rumah tangga adalah Rp. 131.828,17/bulan. Distribusi konsumsi pangan lebih tinggi dari pada konsumsi non pangan dimana rata-rata pengeluaran konsumsi pangan Rp.932.327/kapita/tahun dan non pangan Rp.722.600/kapita/tahun (Deliarni, 2005).

Kerangka Pemikiran

Petani adalah orang-orang yang menentukan bagaimana usaha taninya harus dimanfaatkan. Untuk membuat usaha taninya lebih produktif maka petani memerlukan pengetahuan dan wawasan yang memadai dalam memenuhi kebutuhannya tersebut. Untuk mencapai hal ini, maka petani memerlukan kelompok tani yang bertujuan untuk

(14)

meningkatkan kemampuan petani dalam menghadapi berbagai permasalahan dan kebutuhannya.

Kelompok tani merupakan kumpulan petani yang terikat secara non formal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta berada di lingkungan pengaruh dan pimpinan seorang kontak tani. Kelompok tani mempunyai 3 peranan yaitu: sebagai kelas belajar, sebagai wahana kerjasama, dan sebagai unit produksi. Melalui peranan kelompok tani diharapkan adanya peningkatan status sosial ekonomi petani dari anggotanya. Adapun yang merupakan status sosial ekonomi petani adalah adopsi teknologi, kosmopolitan, produktifitas, pendapatan, dan perubahan pola konsumsi anggota kelompok tani. Namun untuk melihat apakah kelompok tani tersebut benar-benar berperan atau tidak, dapat kita ketahui dengan melihat bagaimana status sosial ekonomi petani sebelum dan sesudah menjadi anggota kelompok tani.

Kosmopolitan merupakan keterbukaan petani terhadap dunia luar. Tingkat kosmopolitan petani dipengaruhi oleh media massa yang dibacanya, siaran tv yang ditonton dan radio yang didengarkan serta frekuensi petani mengikuti penyuluhan. Semakin tinggi kosmopolitan petani maka adopsi teknologi juga semakin baik. Adopsi teknologi yang dilakukan petani pada usaha taninya dapat meningkatkan produktifitas usaha taninya, yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan mereka dan dengan meningkatnya pendapatan maka kehidupan petani lebih sejahtera. Semakin tinggi pendapatan petani maka pola konsumsi petani juga akan berubah kearah yang lebih baik.

(15)

Di dalam perkembangannya usaha tani ini pasti tidak terlepas dari kendala- kendala yang dihadapi. Untuk mengatasi kendala- kendala diatas maka perlu dilakukan beberapa upaya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema berikut :

Keterangan :

Menyatakan hubungan Gambar 1.1 Skema Kerangka Pemikiran

Kelompok Tani Rumah Pilpil I

Usaha Tani Kegiatan Kelompok Tani

Petani

Upaya Masalah Peranan Kelompok Tani :

a. Kelas Belajar b. Wahana Kerjasama c. Unit produksi

Sebelum menjadi anggota Sesudah menjadi anggota Status Sosial Ekonomi Status Sosial Ekonomi

1.Pendapatan 1.Pendapatan

2.Produktivitas 2.Produktivitas

3.Adopsi 3.Adopsi

4.Kosmopolitan 4.Kosmopolitan

5.Perubahan pola 5.Perubahan pola

konsumsi konsumsi

Kelompok Tani Rumah

Pilpil I

Usaha Tani Kegiatan Kelompok Tani

Petani

Upaya Masalah Peranan Kelompok Tani :

a. Kelas Belajar b. Wahana Kerjasama c. Unit produksi

Sebelum menjadi anggota Sesudah menjadi anggota Status Sosial Ekonomi Status Sosial Ekonomi

1.Pendapatan 1.Pendapatan

2.Produktivitas 2.Produktivitas

3.Adopsi 3.Adopsi

4.Kosmopolitan 4.Kosmopolitan

5.Perubahan pola 5.Perubahan pola

konsumsi konsumsi

(16)

Hipotesis Penelitian

1) Ada banyak kegiatan yang dilakukan kelompok tani dalam peningkatan status sosial ekonomi petani tanaman pangan dalam jangka waktu 3 tahun terakhir, 2) tingkat kosmopolitan petani dan adopsi teknologi padi sawah sesudah menjadi anggota kelompok tani Rumah Pilpil I lebih tinggi dibanding sebelum menjadi anggota kelompok tani, serta 3) ada perbedaan produktifitas, pendapatan, dan perubahan pola konsumsi petani sebelum dan sesudah menjadi anggota kelompok tani Rumah Pilpil I.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan rata-rata skor terendah dimiliki oleh angkatan tingkat 3 sedangkan yang tertinggi dimiliki oleh angkatan tingkat 6, namun perlu

Saran untuk perbaikan masalah overweight biskuit Sari Gandum pada kemasan adalah dilakukan pengecekan ulang bahan baku maupun bahan tambahan yang digunakan untuk membuat

Dengan rumusan masalah diatas maka diharapkan dapat mengetahui dan memahami hal-hal yang berkaitan dengan kala Plestosen Tengah tentang kehidupan sosial

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui data yang akurat tentang keanekaragaman jenis mangrove, biomassa pohon, potensi karbon, dan tingkat kerusakan di hutan

Dari hasil uji chi-square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pola pengasuhan baik dari pengasuhan diri (Tabel 4) maupun pengasuhan mengenai kesehatan (Tabel

Dalam penciptaan karya batik ini, dengan judul “Pabrik Gula Gondang Winangoen Sebagai Ide Dasar Dalam Pembuatan Motif Batik pada Bahan Sandang wanita Dewasa

Tabel 3 menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik pada perubahan skor tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku ibu serta tingkat kecukupan energi,