Penerapan Pasal 916 a Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Oleh
Balai Harta Peninggalan Bagi Perlindungan Hak Mewaris Anak Di
Bawah Umur Bagi Golongan Tiong Hoa
(Studi Kasus Harta Peninggalan Tan Tjoen Kiah)Rosanty Sribulan L. Siallagan
Program Pascasarjana
Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara
Abstrak
Ketentuan yang terdapat dalam Pasal 916 a KUH Perdata memberikan perlindungan terhadap ahli waris tak mutlak agar hibah/wasiat yang dilakukan oleh Pewaris semasa hidupnya tidak melanggar bagian mutlak para ahli waris. Dalam mempergunakan haknya Pewaris harus memperhatikan Legitime Portie yang merupakan bagian tertentu dari harta peninggalan. Anak di bawah umur tidak cakap bertindak dalam hukum apabila mendapatkan bagian dari harta peninggalan diwakili oleh wali dalam pengurusan hartanya. Permasalahan yang timbul adalah a) bagaimana penerapan pasal 916 a KUH Perdata dalam penyelesaian warisan, b) mengapa Balai Harta Peninggalan Medan melakukan penuntutan untuk kepentingan anak di bawah umur dan c) kendala apa sajakah yang dihadapi BHP Medan dalam pelaksanaan tugas pengawasan.
Penelitian ini adalah studi kasus dalam harta peninggalan Tan Tjoen Kiah dalam pelaksanaan tugas BHP Medan. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui penerapan pasal 916 a KUH Perdata dalam penyelesaian warisan, alasan pelaksanaan tuntutan serta kendala dalam penyelesaian harta peninggalan Tan Tjoen Kiah. Penelitian ini merupakan penelitian yuridis normatif karena akan meneliti hukum yang berlaku dalam peristiwa hukum menurut Undang-undang dengan mempergunakan data sekunder dan data konkrit yang ditemukan di lapangan.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pasal 916 a KUH Perdata diterapkan apabila ada tiga ahli waris yang mewaris sekaligus yaitu ahli waris mutlak, ahli waris tak mutlak dan pihak ketiga. BHP Medan melakukan penuntutan alas dasar kepentingan anak di bawah umur dan ahli waris yang dinyatakan tidak hadir karena tidak mendapatkan manfaat harta tersebut apabila tidak dilakukan pembagian. Ketentuan yang berlaku atas harta peninggalan yang terdapat anak di bawah umur tidak terlaksana dengan baik. Sehingga dapat dimbil kesimpulan apabila dalam pembagian warisan diterapkan pasal 916 a KUH Perdata maka perhitungan dilakukan dengan dua cara yaitu duda/janda diperhitungkan dan di lain pihak tidak lagi diperhitungkan. Penuntutan dilakukan untuk kepentingan harta kekayaan anak di bawah umur dan harta yang jumlahnya banyak menjadi kendala utama dalam proses pemisahan dan pembagian.
Disarankan kepada pembuat Undang-undang dan ilmuwan hukum agar memberikan penjelasan atas pasal 916 a KUH Perdata dan adanya sanksi yang tegas terhadap pelanggaran ketentuan-ketentuan harta kekayaan anak di bawah umur dan tidak mengabaikan keberadaan Balai Harta Peninggalan.
Kata kunci: hak mewaris, anak di bawah umur
e-USU Repository © 2004 Universitas Sumatera Utara