• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pengetahuan, Keterampilan Dan Sikap Terhadap Kinerja Perawat Dalam Penatalaksanaan Kasus Flu Burung Di RSUP.H.Adam Malik Tahun 2007

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Pengetahuan, Keterampilan Dan Sikap Terhadap Kinerja Perawat Dalam Penatalaksanaan Kasus Flu Burung Di RSUP.H.Adam Malik Tahun 2007"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGETAHUAN, KETERAMPILAN DAN SIKAP

TERHADAP KINERJA PERAWAT DALAM

PENATALAKSANAAN KASUS FLU BURUNG

DI RSUP. H. ADAM MALIK

TAHUN 2007

DISUSUN

O L E H

IING YULIASTUTI

NIM : 057012016

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH PENGETAHUAN, KETERAMPILAN DAN SIKAP

TERHADAP KINERJA PERAWAT DALAM

PENATALAKSANAAN KASUS FLU BURUNG

DI RSUP. H. ADAM MALIK

TAHUN 2007

TESIS

Untuk memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M. Kes) Dalam Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

OLEH

IING YULIASTUTI 057012016

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERNYATAAN

PENGARUH PENGETAHUAN, KETERAMPILAN DAN SIKAP

TERHADAP KINERJA PERAWAT DALAM

PENATALAKSANAAN KASUS FLU BURUNG

DI RSUP. H. ADAM MALIK

TAHUN 2007

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau d terbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 09 Januari 2008

(4)

Telah diuji

Pada tanggal : 9 Januari 2008

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. dr. Sutomo Kasiman, SpPd, SpJp

Anggota : dr. Yulianti, SpP,MARS

Dr. Dra. Ida Yustina, MSi

(5)

ABSTRAK

Memasuki abad XXI, masyarakat dunia, khususnya kawasan Asia Tenggara diguncang oleh Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit unggas menular. Penyakit ini mempunyai kemampuan bermutasi kepada orang dan dapat memicu munculnya pandemik influenza. Sejak ditemukannya pertama kali sampai dengan sekarang jumlah kasus terus mengalami peningkatan, angka kematian pada orang juga terus meningkat secara tajam. Indonesia merupakan negara terparah terjangkit wabah flu burung dengan angka kematian yang tinggi (CFR 75%). Sementara RSUP H. Adam Malik telah merawat beberapa pasien suspek flu burung dan sebagian diantaranya dinyatakan positif terinfeksi flu burung, dengan angka kematiannya (CFR 83%), sebagian besar pasien (68%) pulang atas permintaan sendiri. Tujuan penelitian untuk menganalisa pengaruh pengetahuan, keterampilan dan sikap terhadap kinerja perawat dalam penatalaksanaan kasus flu burung. Untuk mengetahui kinerja perawat dilakukan penelitian dengan studi survey eksplanatory. Populasi penelitian adalah seluruh perawat yang sudah pernah memberikan pelayanan langsung kepada pasien flu burung berjumlah 97 orang.

Analisa data dengan menggunakan regresi linier berganda diketahui bahwa variabel pengetahuan (p = 0,045), variabel keterampilan (p = 0,043) dan variabel sikap (p = 0,001) berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja perawat dalam penatalaksanaan kasus flu burung (p < 0,05). Persamaan regresi yang terbentuk adalah

= 0.102 + 0.244 + 0. 293 + 0.661 . Variabel yang mempunyai pengaruh paling

dominan terhadap kinerja perawat adalah variabel sikap dengan koefisien regresi 0.661 dan p value 0.001.

yˆ xi x2 x3

3

x

Penelitian ini menyimpulkan bahwa kinerja perawat dalam penata laksanaan kasus flu burung dipengaruhi oleh pengetahuan, ketarampilan dan sikap.

(6)

ABSTRACT

Entering the 21"` century, the world community, especially that of Southeast Asia region, were shocked by the Extraordinary Incident (KLB) of contagious fowl disease. This kind of disease can mutate to human being and trigger the incident of pandemic influenza. Since it was firstly discovered, the number of avian influenza cases keeps increasing and the mortality rate in human being is also increasingly rising. Indonesia is the country with the spread of the worst avian influenza epidemic with high mortality rate (CFR of 75%). In the North Sumatera Province, till 31th Oktober 2006, recorded 7 cases of aviab influenza, with 6 of them were died. Adam Malik General Hospital has treated several patient suspected of developing. Avian influenza

and a few of them were officially stated that they were positively infected by aviab influenza with mortality rate (CFR) of 83% and most of them (68%) used to be the PAPS patients.

The purpose of this explanatory survey study with cross-sectional design is to analyze the influence of knowledge, skill and attitude on the performance of nurses in managing the flu hurung case. The respondents of this study consist of 95 nurses who used to be involved in handling the case of flu burung, one head of ward and one head of working group assigned in the speciall ward for the treatment of flu burung.

The result of multiple linear regression analysis shows that the variables of knowledge, skill and attitude have an influence on the performance of nurses in

managing the, flu burung case with p = 0.001 and regression equation y = 0.102 +

0.244; + 0293,E + 0.661,3. Of the three variables, attitude has a stronger influence on the performance of nurses with p = 0.001 and regression coefficient x3 = 0.661.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Saya panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan

ridhoNya, penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. Penulisan tesis ini

dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mencapai derajat S2 pada

Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara Medan.

Penulis menyadari, begitu banyak dukungan, bimbingan, bantuan dan

kemudahan yang diberikan oleh berbagai pihak kepada penulis dari memulai penulisan

tesis ini sehingga dapat diselesaikan.

Dengan penuh ketulusan hati, penulis menyampaikan terima kasih, semoga

sukses dan bahagia selalu dalam lindunganNya kepada : Bapak Prof. dr. Sutomo

Kasiman, Sp.PD, Sp.JP dan Ibu dr. Yulianti, Sp.P, MARS selaku pembimbing yang

telah memberikan perhatian, dukungan dan pengarahan sejak mulai hingga selesai tesis

ini.

Disamping itu, penulis mengucapkan terim kasih yang sebesar–besarnya kepada

:

1. Bapak Prof. dr. Chaeruddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A(K), selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa, M.Sc, selaku Direktur Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Ketua Program Studi

Adminitrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas

(8)

4. Ibu Dr.Dra. Ida Yustina, MSi Dosen Pembimbing dan Penguji Tesis.

5. Bapak Teguh Supriadi, SKM, MPH selaku anggota Komisi Pembimbing

dan penguji dalam penulisan tesis ini.

6. Bapak Drg.H. Armand P. Daulay.M.Kes. Direktur RSUP H. Adam

Malik Medan.

7. Ayahanda dan Ibunda tercinta Chaidir (Alm), dan Hj. Sukarni Yarnis.

Doa, harapan, dan perjuangan Bapak dan Ibu tidak ada yang sia-sia.

8. Bapak dan Ibu Mertua Iwan Suroto Achmadi dan Lailan Sofia, atas doa,

perhatian dan dukungan selama masa pendidikan.

9. Adik-adikku tercinta, Dedi Dwi Putra, Nora Trisna, SE, dan Asih

Widiastuti, Apt, dan semua keluarga besar yang tidak dapat saya

sebutkan satu persatu.

10. Rekan – rekan penulis di Peminatan Administrasi dan Kebijakan

Kesehatan Angkatan 2005, atas dukungan yang diberikan selama

pendidikan.

11. Staf Administrasi Program AKK Sekolah Pasca Sarjana USU (Rosihan,

Saiful, Husni dan Iin), yang membantu penulis mengurus penyelesaian

administrasi perkuliahan hingga penyelesaian tesis ini.

12. Proyek PHP-II Pusat sebagai penyandang dana pendidikan.

Semoga hasil penelitian ini bermanfaat dan dapat memberi masukan guna

meningkatkan wawasan keilmuan khususnya bagi RSUP H. Adam Malik Medan dalam

menciptakan SDM keperawatan yang terampil sehingga berkinerja yang tinggi. Kiranya

(9)

bantuan dan dukungan kepada penulis. Akhirnya penulis berharap kritik dan masukan

dari pembaca, karena masih jauh dari sempurna baik isi maupun penyajiannya.

Medan, Desember 2007

Penulis

Iing Yuliastuti

(10)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

N a m a : Iing Yuliastuti

Tempat/Tanggal Lahir : Batusangkar / 18 Juni 1971

Alamat : Jln. Prona I Gg, Keluarga No 2. Psr III Tj. Sari

Medan, Telp (061) 8224170.

Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri 2 Lima Kaum, Lulus tahun 1984.

2. SMP Negeri 1 Batusangkar, lulus tahun 1987.

4. SMA Negeri 1 Batusangkar, lulus tahun 1990.

5. S-1 Kesehatan Masyarakat FKM USU, lulus tahun 1994.

Riwayat Pekerjaan :

1. Kepala tata Usaha di Puskesmas Lubuak Aluang Kabupaten Padang

Pariaman, tahun 1995 – 1997.

2. Staf Puskesmas Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, tahun 1998–

1999.

3. Staf Organisasi Hukum dan Masyarakat Kantor Wilayah Kesehatan

Sumatera Utara, tahun 1999 – 2000.

4. Staf Bagian Keuangan RSUP H. Adam Malik Medan, tahun 2001 –

2003.

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... viii

DAFTAR ISI ... ix

1.2. Perumusan Masalah... 6

1.3. Tujuan Penelitian... 6

1.4. Manfaat Penelitian... 6

1.5. Hipotesa Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Flu Burung ... 8

2.1.1. Defenisi Kasus... 8

2.1.2. Tata Laksana Penanganan Kasus... 10

2.2. Tugas Tim Penanganan Kasus Luar Biasa (Flu Burung) ... 12

2.3. Penatalaksanaan Keperawatan Pasien Flu Burung... 13

2.3.1. Pengkajian ... 13

2.3.2. Diagnosa Keperawatan ... 14

2.3.3. Perencanaan Pulang (Discharge Planning)... 14

2.3.4. Evaluasi ... 15

2.4. Perilaku... 15

2.5. Pengetahuan (Knowledge)... 17

2.6. Sikap (Attitude) ... 19

2.6.1. Tingkatan Sikap... 19

2.6.2. Praktek atau Tindakan Sikap ... 20

2.7. Ketrampilan ... 21

2.8. Kinerja ... 21

2.8.1. Kinerja Perawat ... 24

2.8.2. Konsep Keperawatan... 25

2.8.3. Kualitas Pelayanan Keperawatan ... 26

2.8.4. Indikator Kinerja ... 27

2.8.5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja... 29

2.8.6. Manfaat Penilaian Kinerja ... 31

2.9. Landasan Teori ... 32

(12)

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

3.1. Jenis Penelitian ... 35

3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian... 35

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 35

3.2.2. Waktu Penelitian ... 35

3.3. Populasi dan Sampel... 35

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 36

3.4.1. Jenis dan Sumber Data ... 36

3.4.2. Teknik Pengumpulan Data ... 36

3.5. Definisi Operasional ... 36

3.5.1. Variabel Bebas... 37

3.5.2. Variabel Terikat... 37

3.6. Aspek Pengukuran ... 37

3.6.1. Variabel Bebas... 37

3.6.2. Variabel Terikat... 38

3.7. Instrumen Penelitian ... 39

3.8. Pengolahan dan Teknik Analisa Data... 40

3.8.1. Pengolahan Data ... 40

3.8.2. Tehnik Analisa Data ... 40

3.9. Uji Validitas dan Reliabilitas... 40

3.9.1. Uji Validitas Instrumen ... 40

3.9.2. Uji Reliabilitas Instrumen... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN... 44

4.1. Gambaran Umum RSUP H. Adam Malik ... 44

4.1.1. Sejarah Perkembangan ... 44

4.1.2. Visi ... 45

4.1.8. Ketenagaan ... 47

4.2. Analisa Univariat... 48

4.2.1. Karakteristik Subjek Penelitian ... 48

4.2.1.1.Umur... 48

4.2.1.2.Jenis Kelamin ... 48

4.2.1.3.Latar belakang pendidikan ... 49

4.2.1.4.Masa Kerja ... 49

4.2.2. Deksriptif Tingkat Pengetahuan Keterampilan dan sikap Responden ... 50

4.2.2.1.Pengetahuan... 50

4.2.2.2.Keterampilan ... 52

4.2.2.3.Sikap ... 54

4.2.2.4.Kinerja Perawat ... 56

(13)

BAB V PEMBAHASAN ... 62

5.1. Karakteristik Responden ... 62

5.2. Deskripsi Pengetahuan, Keterampilan dan Sikap ... 63

5.3. Pengaruh Pengetahuan dan Keterampilan dan Sikap Terhadap Kinerja Perawat ... 67

5.4. Keterbatasan Penelitian ... 69

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 70

6.1. Kesimpulan... 70

6.2. Saran ... 71

(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Tabel 3.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Kinerja Perawat

(Mutu Pekerjaan, Jumlah Pekerjaan dan Inisiatif)... 42

2. Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Pengetahuan

Perawat ... 42

3. Tabel 3.3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Keterampilan

Perawat ... 43

4. Tabel 3.4. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Sikap Perawat 43

5. Tabel 4.1. Distribusi Tempat Tidur di RSUP. H. Adam Malik Tahun 2007 46

6. Tabel 4.2. Distribusi Karyawan Berdasarkan Jenis Ketenagaan di RSUP. H.

Adam Malik Tahun 2007... 47

7. Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur di RSUP. H.

Adam Malik Tahun 2007... 48

8. Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di RSUP. H.

Adam Malik Tahun 2007... 48

9. Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di RSUP.

H. Adam Malik Tahun 2007... 49

10.Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja di RSUP. H. Adam

Malik Tahun 2007 ... 50

11.Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan di RSUP.

H. Adam Malik Tahun 2007... 51

12.Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Tingkat Pengetahuan

di RSUP. H. Adam Malik Tahun 2007... 52

13.Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Keterampilan di

RSUP. H. Adam Malik Tahun 2007... 53

14.Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kategori

Keterampilan di RSUP. H. Adam Malik Tahun 2007... 54

15.Tabel 4.11. Distribusi Responden BerdasarkanTingkatan Sikap di RSUP. H.

(15)

16.Tabel 4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Tingkatan Sikap di

RSUP. H. Adam Malik Tahun 2007... 56

17.Tabel 4.13. Distribusi Kinerja Responden ... 57

18.Tabel 4.14. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Tingkatan Kinerja 58

19.Tabel 4.15. Hasil Regresi dari Pengetahuan, Ketrampilan dan Sikap

Terhadap Kinerja Perawat di RSUP. H. Adam Malik Tahun 2007... 59

20.Tabel 4.16. Hasil Uji Serempak Terhadap Kinerja Perawat di RSUP. H.

Adam Malik Tahun 2007... 60

21.Tabel 4.17. Hasil Uji Parsial Terhadap Kinerja Perawat di RSUP. H. Adam

Malik Tahun 2007 ... 61

22.Tabel 4.18 Hasil Uji Determinasi Terhadap Kinerja Perawat di RSUP. H.

(16)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 : Kuesioner

2. Lampiran 2 : Kuesioner Kinerja Perawat

3. Lampiran 3 : Print Out SPSS

(18)

B A B I

P E N D A H U L U A N

1.1. Latar Belakang

Memasuki abab XXI, masyarakat dunia, khususnya kawasan Asia Tenggara,

diguncang oleh Kejadian Luar Biasa penyakit unggas menular yang bersifat zoonosis

yang menimbulkan kepanikan di kalangan masyarakat dan Negara karena penularannya

cepat dan luas serta menimbulkan kematian yang tinggi pada unggas. Apalagi penyakit

ini memiliki kemampuan bermutasi untuk menular kepada orang dan dapat memicu

munculnya pandemic influenza. Penyakit flu burung atau Avian Influenza adalah suatu

penyakit yang disebabkan oleh sejenis virus H5N1 yang secara alami menginfeksi

bangsa burung.

Dalam dokumentasi pertama, pada bulan Desember 1997, virus H5N1 telah

menyebabkan kasus penyakit yang serius pada 18 orang dan 6 orang di antaranya

meninggal di Hongkong. Tindakan cepat memutus rantai penularan dengan

memusnahkan seluruh populasi unggas sejumlah 1,5 juta ekor dalam waktu 3 hari telah

mampu mencegah pandemi dan menghilangkan kemungkinan untuk terjadi penularan

keorang selanjutnya. Kasus virus avian influenza pada orang terjadi lagi di Hongkong

pada tahun 2003, 2 orang meninggal dunia dan 1 orang dapat disembuhkan

(http://www.bbc.co.uk/indonesian/news/story/2007).

Pada tanggal 5 Januari 2004 ditemukan lagi pada 11 orang anak di Hanoi

Vietnam, 7 orang diantaranya meninggal dunia, 2 orang dalam kondisi gawat. Pada

bulan Oktober 2005 ditemukan lagi gejala yang sama pada seorang wanita di Provinsi

Liaoning (China), dan mengalami kesembuhan pada bulan November 2005 setelah

(19)

kelima di China yang dipastikan positif terinfeksi virus flu burung. Perkembangan kasus

flu burung pada orang menuntut perhatian dan kesiap siagaan yang tinggi, kematian

pada orang yang awalnya hanya merenggut nyawa tiga orang di Vietnam pada tahun

2003, ternyata meningkat secara tajam menjadi 32 orang di tahun 2004 yaitu 20 orang

di Vietnam dan 12 orang di Thailand. Dari yang semula hanya terjadi disatu negara

menjadi 2 negara. Jumlah kasus tahun 2003 yang semula 3 kasus meningkat menjadi 46

kasus atau terjadi peningkatan sebesar 15 kali . Begitu pula jumlah kematian pada

orang meningkat dari 3 orang menjadi 32 orang atau terjadi peningkatan sebesar 11 kali.

Suatu peningkatan jumlah kasus dan kematian yang luar biasa dalam kurun waktu satu

tahun (Akoso,2006).

Kejadian tahun 2005 tidak terjadi penurunan tetapi bahkan menjadi lebih

memprihatinkan baik ditinjau dari jumlah kasus yang terjadi, banyaknya kematian pada

orang dan jumlah negara yang mengalami musibah. Negara-negara antara lain

Cambodia, China, dan Indonesia yang sejak tahun 2003 sampai tahun 2004 tidak terjadi

kasus pada manusia, tetapi ternyata tahun 2005 mulai dijumpai kasus dan kematian pada

orang yang semakin menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya situasi lebih parah.

Secara total di Asia, jumlah kasus tahun 2005 meningkat menjadi 95 orang dari 46

orang tahun 2004 atau terjadi kenaikan sebesar 2 kali. Jumlah kematian meningkat dari

32 orang menjadi 41 orang atau naik 78 % di tahun 2005 (Akoso,2006).

Data terakhir diperoleh, bahwa bulan September 2006, kasus pada orang masih

berlanjut dan mengkhawatirkan, jumlah kasus dan kematian pada orang di berbagai

negara sudah mencapai 248 kasus dan 146 mengalami kematian. Jumlah negara yang

terlibatpun bertambah yaitu Irak dan Turkey. Total kejadian tersebar di 7 negara yaitu :

(20)

waktu 3 negara ASEAN yaitu Cambodia, Vienam dan Thailand di awal tahun 2006

telah menunjukkan prestasi bahwa bebas dari munculnya kasus penularan dan kematian

oleh flu burung pada orang. Tahun 2006 di Irak ditemukan 2 kasus flu burung dan

keduanya meninggal, sedangkan Turkey terdapat 12 kasus dan 4 diantaranya meninggal.

Sementara ini Indonesia sampai dengan bulan September 2006 kasus flu burung sudah

mencapai 80 kasus dan 60 diantaranya mengalami kematian (CFR 75 %), dengan

demikian Indonesia menggusur Vietnam sebagai negara paling parah menjadi korban

wabah flu burung dengan tingkat kematian paling tinggi di dunia

(http://www.bbc.co.uk/indonesian/news/story/2007). Perkembangan flu burung di

Indonesia telah memasuki babak baru, dengan sejumlah ahli mensinyalir penularan

antar manusia sebenarnya sudah terjadi dalam beberapa klaster seperti di Tanah Karo, 7

terinfeksi, 6 orang meninggal, 1 orang dinyataakan sembuh setelah menjalani

pengobatan secara intensif di RSUP H. Adam Malik (Yanmed, RSUP H. Adam Malik,

2006).

Dalam rangka penanggulanngan kasus dan menurunkan kematian akibat flu

burung di Indonesia pemerintah telah mengambil langkah-langkah di antaranya, dengan

dikeluarkannya Surat Keputusan oleh Menteri Kesehatan pada tanggal 19 September

2005 Nomor 372/MENKES/SK/IX/2005 menyatakan Kejadian Luar Biasa (KLB)

Nasional flu burung di Indonesia, dan melalui Surat Keputusan Nomor

1371/MENKES/SK/IX/2005 ditetapkan 44 rumah sakit rujukan perawatan penderita flu

burung, dan salah satu di antaranya adalah RSUP H. Adam Malik Medan.

Propinsi Sumatera Utara sampai dengan akhir Oktober 2006 sudah tercatat 7

kasus flu burung, 6 orang diantaranya meninggal dunia, dan enam dari tujuh pasien

(21)

Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik sampai dengan Oktober 2006 sudah

merawat 19 orang pasien suspect flu burung, 6 diantaranya dinyatakan positif (5

meninggal), dengan demikian angka kematian akibat flu burung di RSUP H. Adam

Malik adalah 83%, 1 orang dinyatakan sembuh setelah mendapat perawatan yang

intensif. Keenam pasien tersebut termasuk dalam kriteria terkonfirmasi dengan kata lain

hasil pemeriksaan H5N1nya diterima oleh WHO sebagai konfirmasi, 6 orang

dinyatakan negatif, dan sisanya sebanyak 7 orang sampai saat ini belum diketahui

hasilnya (Yanmed, RSUP H. Adam Malik, 2006). Dari survey awal yang dilakukan

peneliti diperoleh informai bahwa dari 19 pasien yang dirawat, 13 orang (68%),

diantaranya Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS) dengan alasan pelayanan yang

kurang baik. Rumah sakit telah berusaha memberikan pelayanan sesuai dengan standar

yang telah ditetapkan, namun kenyataan dilapangan masih banyak dijumpai

kendala-kendala, misal dari segi tenaga. Rumah sakit saat ini memiliki sepuluh tenaga dokter

spesialis yang memberikan pelayanan langsung kepada pasien, 5 orang diantaranya

sudah pernah mengikuti pelatihan khusus sebanyak satu kali. Untuk tenaga perawat

setiap bulannya rumah sakit menugaskan 40 orang, dan semua perawat mempunyai

kesempatan yang sama untuk memberikan pelayanan langsung kepada pasien flu

burung, sementara jumlah perawat yang sudah mendapatkan pelatihan khusus baru 20

orang, (Bidang Keperawatan RSUP H.Adam Malik, 2007). Menurut informasi yang

diperoleh di lapangan, bahwa ada diantara perawat yang tidak bersedia memberikan

pelayanan dengan alasan takut tertular, dikarenakan minimnya pengetahuan,

keterampilan dan pemahaman mereka tentang tatacara penanganan kasus flu burung di

rumah sakit. Disamping itu belum cukupnya Alat Pelindung Diri (APD), misalnya

(22)

pelindung bagi petugas, juga merupakan sauatu masalah yang dihadapi rumah sakit.

Informasi yang diperoleh dari salah seorang perawat, karena keterbatasan jumlahnya

dan harga yang cukup mahal terpaksa alat dimaksud didaur ulang, yang seharusnya

dibuang (disposable).

Pada penelitian terdahulu di beberapa tempat pelayanan kesehatan didapat hasil

bahwa ada hubungan kemampuan (pengetahuan dan keterampilan) dengan kinerja

perawat (Pitoyo;2000). Minaria (2005) dengan judul tesis hubungan faktor individu,

organisasi dan psikologis dengan kinerja pegawai BPFK Medan, membuktikan bahwa

terdapat hubungan faktor individu (pengetahuan, keterampilan), faktor psikologi (sikap)

terhadap kinerja pegawai BPFK Medan tahun 2005. Mukhlis, Kristiani (2006), juga

membuktikan bahwa terdapat hubungan faktor individu (pengetahuan dan keterampilan)

dengan kinerja petugas vaksinasi di Kabupaten Aceh Timur.

Tingginya angka kematian akibat flu burung di RSUP H. Adam Malik (83%)

dibandingkan dengan angka kematian nasional (75%), serta banyaknya pasien yang

pulang atas permintaan sendiri (68%) dengan alasan pelayanan yang kurang baik, antara

lain menggambarkan bahwa kinerja perawat dalam menangani kasus flu burung masih

rendah, hal ini mungkin disebabkan karena kurangnya pengetahuan, keterampilan dan

sikap petugas yang kurang baik dalam memberikan pelayanan kepada pasien.

Mengingat pasien flu burung memerlukan penanganan yang khusus, maka hal ini dapat

menjadi suatu kajian ilmiah dan harus dianggap sebagai suatu proses pembelajaran guna

meningkatkan kinerja petugas pelayan, sehingga mutu pelayanan yang diharapkan dapat

tercapai khususnya dalam penanganan kasus flu burung.

(23)

Berdasarkan latar belakang diatas, yang menjadi permasalahan dalam penelitian

ini adalah : ”Bagaimana pengaruh pengetahuan, keterampilan dan sikap terhadap

kinerja perawat dalam penatalaksanaana kasus flu burung di RSUP H. Adam Malik”.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Menganalisa pengaruh pengetahuan terhadap kinerja perawat dalam

penatalaksanaan kasus flu burung.

2. Menganalisa pengaruh keterampilan terhadap kinerja perawat dalam

penatalaksanaan kasus flu burung.

3. Menganalisa pengaruh sikap terhadap kinerja perawat dalam penatalaksanaan

kasus flu burung.

1.4. Manfaat Penelitian

a. Untuk memberikan rekomendasi kepada pihak manajemen rumah sakit untuk

meningkatkan kinerja petugas kesehatan, khususnya dalam penanganan kasus

flu burung

b. Sebagai rekomendasi untuk membuat kebijakan dalam penangan kasus flu

burung sesuai dengan standar operasional (SOP).

c. Sebagai bahan acuan bagi instansi yang terkait (Dinas Kesehatan, Dinas

Peternakan dan Instansi terkait) untuk menjadi bahan pertimbangan dalam penanggulangan kasus.

1.5. Hipotesis

1. Ada pengaruh pengetahuan terhadap kinerja perawat dalam penatalaksanaan

(24)

2. Ada pengaruh keterampilan terhadap kinerja perawat dalam penatalaksanaan

kasus flu burung.

3. Ada pengaruh sikap terhadap kinerja perawat dalam penatalaksanaan kasus flu

burung.

B A B II

(25)

2.1. Flu Burung

Influenza (flu) merupakan penyakit virus yang menyerang saluran napas dan

datang mendadak. Ia paling sering terjadi sewaktu perubahan musim atau cuaca. Dalam

bentuk yang lengkap ia disertai demam, batuk dan pilek-bersin, juga rasa pegal diotot

dan tulang. Kadang-kadang dibarengi sakit kepala, diare atau mual. Flu burung adalah

suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza A sub tipe H5N1 yang

ditularkan oleh unggas yang dapat menyerang manusia. Nama lain dari penyakit ini

adalah avian influenza (Akoso, 2006).

2.1.1. Definisi kasus

Dilihat dari definisi kasus, flu burung digolongkan kepada :

A. Kasus suspek AI

Kasus suspek adalah seseorang yang menderita ISPA dengan gejala demam

(suhu > 38 °C), batuk dan atau sakit tenggorokan dan atau ber-ingus serta dengan salah

satu keadaan : a. seminggu terakhir mengunjungi peternakan yang sedang berjangkit

KLB flu burung ; b. kontak dengan kasus konfirmasi flu burung dalam masa penularan ;

c. bekerja pada salah laboratorium yang sedang memproses spesimen manusia atau

binatang yang dicurigai menderita flu burung (RSPI Sulianti Saroso, 2005).

B. Kasus Probable

Kasus probable adalah kasus suspek disertai salah satu keadaan : a. bukti

(26)

yang menggunakan antigen H5N1 ; b. dalam waktu singkat berlanjut menjadi

pnemonia/gagal pernafasan/meniggal ; c. terbukti tidak terdapat penyebab lain.

C. Kasus Konfirmasi.

Kasus konfirmasi adalah kasus suspek atau probable didukung oleh salah satu

hasil pemeriksaan laborotorium : a. kultur virus H5N1 positip ; b.PCR influenza positip

; c. peningkatan titer antibody H5 sebesar 4 kali .

Gejala klinis yang ditemui seperti gejala flu pada umumnya , yaitu demam, sakit

tenggorokan, batuk, ber-ingus, nyeri otot, sakit kepala, lemas. Dalam waktu singkat

penyakit ini dapat menjadi lebih berat berupa peradangan diparu-paru (pnemonia),

dan apabila tidak dilakukan tatalaksana dengan baik dapat menyebabkan kematian .

Etiologi penyakit ini adalah virus influenza, adapun sifat virus ini dapat bertahan

hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22°C dan lebih dari 30 hari pada 0°C. Di dalam

tinja unggas dan dalam tubuh unggas yang sakit dapat bertahan lebih lama, tetapi mati

pada pemanasan 60 °C selama 30 menit.

Dikenal beberapa tipe influenza tipe A terdiri dari beberapa strain, yaitu : H1N1,

H3N2, H5N1, H7N7, H9N2 dan lain-lain. Saat ini penyebab flu burung adalah Highly

Pathogenic Avian influenza Virus, tarin H5N1 (H = hemagglutinin ; N =

neuraminidase). Hal ini terlihat dari hasil studi yang ada menunjukkan unggas yang

sakit mengeluarkan virus influenza A (H5N1) dengan jumlah besar dalam kotorannya.

Secara umum, virus flu burung tidak menyerang manusia, namun beberapa tipe tertentu

dapat mengalami mutasi lebih ganas dan menyerang manusia (Depkes, 2004).

2.1.2. Tata Laksana Penanganan Kasus

Penderita yang dirujuk ke RSUP H. Adam Malik adalah penderita yang oleh

(27)

penderita tersebut adalah kasus flu burung. Rumah sakit yang melakukan rujukan

sebaiknya menghubungi petugas Triage RSUP H. Adam Malik untuk mempersiapkan

segala sesuatunya dalam rangka penerimaan penderita tersebut termasuk pengiriman

kendaraan ambulans untuk penangan kasus ini ke rumah sakit yang merujuk tersebut.

Prosedur selanjutnya akan ditangani oleh petugas yang menjemput pasien tersebut

hingga masuk ruang isolasi .

Penderita yang datang sendiri dan diduga menderita gejala-gejala flu burung

diarahkan untuk ke ruang Triage Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUP H. Adam Malik.

Penderita yang datang sendiri ke poliklinik penyakit paru / penyakit dalam / penyakit

anak, setelah dilakukan pemeriksaan dan diduga menderita flu burung dirujuk ke Triage

IGD .

Tempat Pendaftaran Penderita (TPP), adalah tempat yang disediakan oleh rumah

sakit untuk melakukan pendaftaran penderita dalam rangka pemeriksaan kesehatan oleh

tim medis rumah sakit. Pada TPP tersebut harus ditempatkan petugas yang telah dilatih

untuk melakukan seleksi terhadap seluruh penderita yang mengalami gejala sesuai

gejala flu burung. Petugas TPP akan mengarahkan penderita yang telah dicurigai

menderita gejala flu burung tersebut untuk diperiksa di ruang Triage IGD .

Triage adalah ruangan yang mempunyai fungsi untuk melakukan seleksi

terhadap penderita flu burung, dimana petugas telah melakukan Standard Universal

Precaution. Seleksi pertama dilakukan oleh perawat yang telah dilatih dengan

berpedoman pada gejala-gejala flu burung dan faktor resikonya, sekaligus melakukan

pemeriksaan awal sebelum dokter yang bertugas melakukan pemeriksaan lanjutan (SMF

(28)

Seleksi kedua adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter Triage, yang

melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik sesuai standar pelayanan medik mengenai

flu burung yang ada. Jika diperlukan pemeriksaan penunjang diagnostik, maka dokter

segera melakukan (oleh petugas khusus) pemeriksaan laboratorium sederhana dan foto

Toraks pada penderita tersebut. Dari hasil pemeriksaan fisik dan penunjang, dokter

dapat memulangkan atau segera merawat penderita tersebut sesuai indikasi. Untuk

penderita yang akan dirawat, maka dokter Triage segera melaporkan rencana perawatan

penderita tersebut pada dokter konsulen jaga pada hari itu, dan dokter Triage harus

mencatat kasus tersebut dalam formulir AI-1.

Pemeriksaan di laboratorium dilakukan oleh petugas laboratorium. Spesimen

darah ( EDTA, Serum ) dapat diambil di Triage Instalasi Gawat Darurat atau di ruang

perawatan. Spesimen darah, usap tenggorokan dikirim oleh petugas laboratorium atau

oleh petugas yang ditunjuk ke Badan Litbangkes untuk konfirmasi diagnosa.

Pemeriksaan Radiologi dilakukan oleh petugas Instalasi Radiologi setelah

mempersiapkan diri dengan Standard Universal Precaution, pemeriksaan dilakukan

selama 24 jam dengan menggunakan dua pesawat radiologi, satu pada ruang Instalasi

Radiologi dan satu lagi adalah pesawat radiologi yang bergerak dan berada dalam

ruangan perawatan (untuk kasus rawat inap).

2.2. Tugas Tim Penanganan Kasus Luar Biasa (Flu Burung)

Sebagaimana tertuang dalam Surat keputusan Menteri Kesehatan Nomor

372/MENKES/SK/IX/2005 yang menyatakan Kejadian Luar Biasa (KLB) Nasional flu

burung di Indonesia, dan Surat Keputusan Nomor 1371/MENKES/SK/IX/2005

ditetapkan 44 rumah sakit rujukan perawatan penderita flu burung, dan salah satu

(29)

Keputusan tersebut rumah sakit mengeluarkan Surat Keputusan tentang Pembentukan

Penangan Kasus Luar Biasa (Flu Burung dan SARS) No.PM.04.03.5.3.2984, yang

terdiri dari : a) Penanggung jawab yang beranggotan semua Direksi rumah sakit; b)

Ketua dan wakil ketua ; c) Skretaris dan Wakil Sekretaris; d) Kelompok Tim Ahli yang

dibantu oleh para anggota yaitu perawat yang sudah dijadwal.

Sebagaimana yang tertuang dalam SK No.PM.04.03.5.3.2984, tugas dan

tanggung jawab dari tim ini adalah sebagai berikut : a) bertanggung jawab terhadap

seluruh kegiatan dalam penanganan kasus luar biasa; b) melaksanakan urusan surat

menyurat dan mendokumentasikan seluruh kegiatan dalam penangan kasus luar biasa;

c) menyusun prosedur pelayanan dan menyusun tindakan pengobatan serta merawat

pasien; d) memberikan keterangan kepada masyarakat dan instansi yang berkepentingan

tentang penanggulangan kasus luar biasa; e) mempersiapkan dan melaksanakan

prosedur dan fasilitas dalam perawatan pasien.

2.3. Penata Laksanaan Keperawatan Pasien Flu Burung

Penatalaksanaan pasien flu burung (A1) pada dasarnya sama dengan

penatalaksanaan keperawatan pasien pnemonia.

Asuhan keperawatan dilakukan dengan pendekatan proses keperawatan mulai

dari pengkajian sampai evaluasi dilengkapi dengan rencana pasien pulang (discharge

planning). Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada pasien flu burung antara

lain pola nafas tidak efektif, gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, cairan dan

elektrolit, gangguan Activity Daily Living (ADL) dan komunikasi verbal, risiko

penyebaran infeksi dan cemas. Rencana tindakatan keperawatan yang dilakukan

berdasarkan masalah/diagnosa keperawatan yang ditegakkan antara lain manajemen

(30)

prinsip pencegahan dan pengendalian infeksi. Evaluasi dilakukan untuk menilai

keberhasilan tindakan keperawatan pada pasien flu burung.

2.3.1. Pengkajian

Dalam penatalaksanaan pasien flu burung dilakukan pengkajian terhadap :

1. Identitas pasien (nama, umur, alamat, pekerjaan, pendidikan, jenis kelamin dan

penanggung jawab).

2. Riwayat kesehatan sekarang (demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan, diare).

3. Riwayat penyakit masa lalu (pernah sakit paru).

4. Riwayat kesehatan keluarga (riwayat sakit tahunan, riwayat sakit paru dalam

keluarga).

5. Riwayat perjalanan, dalam waktu 7 hari sebelum timbul gejala, melakukan

kunjungan ke daerah atau bertempat tinggal di daerah terjangkit flu burung,

mengkonsumsi unggas sakit, kontak dengan unggas/orang yang positif flu

burung.

2.3.2. Diagnosa Keperawatan

1. Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada pasien flu burung tanpa ABN

yang dirawat di ruang isolasi.

2. Dignosa keperawatan yang mungkin timbul pada pasien flu burung dengan ABN

ventilator yang dirawat diruang ICU.

(31)

1. Jelaskan tentang perjalanan penyakit dan tanda-tanda terjangkit flu burung

serta cara pencegahannya.

2. Informasikan kepada pasien dan keluarga menganai hasil akhir dan

pemeriksaan laboratorium dan foto toraks.

3. Informasikan cara pencegahan dan tempat yang memiliki risiko tinggi untuk

penyebaran flu burung.

4. Informasikan kepada pasien dan keluarga untuk kontrol 1 (satu) minggu

setelah pulang atau datang setiap saat bila dirasa ada keluhan.

5. Jelaskan kepada pasien dan keluarga tentang tata cara minum obat/terapi yang

dibawa pulang.

6. Ajarkan teknik mencuci tangan yang baik dan benar.

7. Informasikan mengenai diet dan intake nutrisi sesuai kontra indikasi.

8. Bekali pasien dengan surat keterangan yang memberitahukan bahwa yang

bersangkutan saat ini bukan pengidap/sembuh dari penyakit flu burung.

2.3.4. Evaluasi

1. Jalan napas efektif dengan bunyi napas bersih.

2. Tidak menunjukkan terjadinya perubahan pertukaran gas.

3. Tanda-tanda vital dalam batas normal.

4. Tidak menunjukkan adanya gangguan nutrisi, cairan dan elektrolit.

5. Aktivitas kembali normal.

6. Tidak menunjukkan kecemasan.

7. tidak terjadi penyebaran infeksi baik di dalam tubuh pasien maupun orang lain.

(32)

Perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia

dengan lingkungannya yang terbentuk dalam wujud pengetahuan, sikap dan tindakan.

Dengan kata lain perilaku manusia merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap

stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini bersifat pasif dan

aktif (tindakan: berfikir, berpendapat, bersikap). Sesuai batasan, perilaku kesehatan

dapat dirumuskan segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan

lingkungannya. (Sarwono 1997).

Menurut Bloom dalam Notoadmodjo 1993 perilaku dibagi dalam 3 domain

yang terdiri dari: domain kognitif, domain Afektif dan domain psikomotor. Ketiga

domain ini diukur dalam pengetahuan, sikap dan tindakan. Pengetahuan merupakan

domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.

Menurut Notoadmodjo (1993), unsur-unsur dalam pengetahuan pada diri

manusia terdiri dari :

1. Pengertian dan pemahaman tentang apa yang dilakukan.

2. Keyakinan dan kepercayaan tentang manfaat kebenaran dari apa yang dilakukannya.

3. Sarana yang diperlukan untuk melakukannya.

4. Dorongan atau motivasi untuk berbuat yang dilandasi oleh kebutuhan yang

dirasakannya.

Makmuri (2004) menyatakan bahwa sebelum seseorang melakukan suatu tindakan,

ia harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat yang dilakukannnya bagi dirinya

atau keluarganya.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang. Karena itu dari pengalaman dan penelitian ternyata

(33)

tidak didasari oleh pengetahuan (Notoadmodjo, 2002). Mengungkapkan pendapat

Rogers bahwa sebelum mengadopsi perilaku baru di dalam diri orang tersebut terjadi

proses yang berurutan yakni:

a. Awarness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

terlebih dahulu terhadap stimulus.

b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek

mulai terbentuk

c. Evaluation (menimbang- nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut

bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang

dikehendaki oleh stimulus.

e. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

2.5. Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan adalah merupakan

domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Overt behavior).

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari pengetahuan

akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan.

Menurut Notoatdmojo (2003), pengetahuan yang tercakup dalam domain

kognitif mempunyai 6 tingkatan yakni :

(34)

Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) suatu

yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara

benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

meyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek

yang dipelajari.

c. Aplikasi (Aplikation)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya).

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan analisis atau suatu objek

kedalam komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi, dan masih ada

kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan

kata kerja seperti menggambarkan (membuat bagan) membedakan memisahkan,

mengelompokkan dan lain sebagainya.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan

bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain

sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang ada.

(35)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini didasarkan pada suatu

kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteri-kriteria yang telah ada.

2.6. Sikap (Attitude)

Sikap merupakan materi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek.

Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya penyesuaian reaksi terhadap

stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat

emosional terhadap stimulus sosial.

2.6.1. Tingkatan Sikap

Menurut Notoatdmojo (2003), sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni :

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang

diberikan (objek).

b. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apakah ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang

diberikan.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko

adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

(36)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior)

untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor

pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain fasilitas dan faktor

dukungan (support) dari pihak lain. Praktek ini mempunyai beberapa tingkatan :

a. Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan

diambil adalah merupakan praktek tingkatan pertama.

b. Respon terpimpin (guided response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah

merupakan indikator praktek tingkat dua.

c. Mekanisme (Mechanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau

sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktek tingkat

ketiga.

d. Adaptasi (adaptation)

Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.

Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya sendiri tanpa mengurangi kebenaran

tindakannya tersebut.

2.7. Keterampilan

Keterampilan adalah kemampuan seseorang menerapkan pengetahuan kedalam

bentuk tindakan. Keterampilan seorang karyawan diperoleh melalui pendidikan dan

latihan. Menurut Garry Dessler, pelatihan memberikan pegawai baru atau yang ada

sekarang keterampilan yang mereka butuhkan untuk melaksanakan pekerjaan. Ada

(37)

membantu individu untuk dapat membuat keputusan dan pemecahan masalah secara

lebih baik; b) internalisasi dan operasionalisasi motivasi kerja, prestasi, tanggung jawab,

dan kemajuan; c) mempertinggi rasa percaya diri dan pengembangan diri; d) membantu

untuk mengurangi rasa takut dalam menghadapi tugas-tugas baru (Justine Sirait, 2006).

2.8. K i n e r j a

Kinerja merupakan suatu kesuksesan di dalam melaksanakan suatu pekerjaan.

Kinerja sendiri dalam pekerjaan yang sesungguhnya tergantung kepada kombinasi

antara kemampuan dan iklim kerja yang mendukungnya (Prihadi 2004).

Pendapat lain yang dikemukan oleh permana (2005) dimana kinerja adalah

penampilan hasil karya personel baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi.

Kinerja dapat merupakan penampilan individu atau kelompok kerja personel,

penampilan hasil karya maupun struktur, tetapi juga pada keseluruhan jajaran personel

dalam organisasi.

Dalam organisasi pelayanan kesehatan, sangatlah penting untuk memiliki

instrumen penilaian kinerja yang efektif bagi tenaga kerja profesional. Proses evaluasi

kinerja bagi profesional menjadi bagian terpenting dalam upaya manajemen untuk

meningkatkan kinerja organisasi yang efektif.

Pada organisasi rumah sakit perawat adalah salah satu pemegang peran utama

dalam penentuan keberhasilan organisasi pelayanan rumah sakit yang ditentukan oleh

kinerja perawat sebagai faktor penentu keberhasilan akhir dari pelayanan yang diterima

oleh pasien. Tugas utama seorang perawat sesuai dengan ketentuan yang diisyaratkan

oleh organisasi adalah melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung atau tidak

(38)

Menurut Muhammad (2003), bahwa faktor-faktor tingkat kinerja perawat

meliputi: mutu pekerjaan, jumlah pekerjaan, efektifitas biaya dan inisiatif. Sementara

karakteristik individu yang mempengaruhi kinerja meliputi: umur, jenis kelamin,

pendidikan, lama kerja, penempatan kerja dan lingkungan kerja (rekan kerja, atasan,

organisasi, penghargaan dan imbalan).

Gibson (1988), menyatakan terdapat tiga kelompok variabel yang

mempengaruhi kinerja dan perilaku yaitu :

a. Variabel individu, yang meliputi kemampuan dan keterampilan, fisik maupun

mental, latar belakang, pengalaman dan demografi, umur dan jenis kelamin, asal

usul dan sebagainya. Kemampuan dan keterampilan merupakan faktor utama yang

mempengaruhi kinerja individu, sedangkan demografi mempunyai hubungan tidak

langsung pada perilaku dan kinerja.

b. Variabel organisasi, yakni sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur dan

desain pekerjaan.

c. Variabel psikologis, yakni persepsi, sikap, kepribadian, belajar, kepuasan kerja dan

motivasi.

Persepsi, sikap, kepribadian dan belajar merupakan hal yang komplek dan sulit

diukur serta kesempatan tentang pengertiannya sukar dicapai, karena seseorang individu

masuk dan bergabung kedalam suatu organisasi kerja pada usia, etnis, latar belakang,

(39)

Hubungan ketiga variabel tersebut dapat digambarkan seperti berikut :

Gambar 2.1. Hubungan variabel yang mempengaruhi kinerja individu. (Gibson, 1988).

2.8.1. Kinerja perawat

Menurut Ilyas (2001), kinerja adalah penampilan hasil karya personel dalam

suatu organisasi. Sementara hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau

sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung

jawab masing-masing, dalam upaya mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan

secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika.

Sedangkan perawat dalam melaksanakan tugasnya dapat dinilai dari kinerjanya.

Yang dimaksud kinerja perawat adalah penampilan hasil karya dari perawat dalam

(40)

asuhan keperawatan adalah suatu proses rangkaian kegiatan pada praktek keperawatan

yang langsung berpedoman pada standar dan etika keperawatan, dalam lingkup dan

wewenang tanggung jawab keperawatan.

2.8.2. Konsep Keperawatan

Keperawatan adalah suatu profesi yang mengabdi kepada manusia dan

kemanusiaan, artinya profesi keperawatan lebih mendahulukan kepentingan kesehatan

masyarakat di atas kepentingannya sendiri. Keperawatan sebagai pelayan kepada

individu dan keluarga, yang berarti pelayanan kepada masyarakat. Pelayanan

keperawatan yang diberikan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang

mengintegrasikan sikap, kemampuan intelektual, serta keterampilan teknikal dari

perawat menjadi keinginan dan kemampuan untuk menolong sesama baik sakit maupun

sehat agar mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya (Aditama, 1999).

Sebagai pelayan propesional, keperawatan mempunyai karakteristrik sebagai

berikut (Scein E 1972; dalam PPNI 2001) : 1). Profesional, berbeda dengan amatir,

terikat dengan pekerjaan seumur hidup dan merupakan sumber penghasilan utama ; 2).

Mempunyai motivasi yang kuat atau panggilan sebagai landasan bagi pemilihan karier

profesionalnya, dan mempunyai komitmen seumur hidup yang mantap terhadap

kariernya ; 3). memiliki kelompok ilmu pengetahuan yang mantap kokoh serta

keterampilan khusus, yang diperoleh melalaui pendidikan dan latihan yang lama ; 4).

profesional mengambil keputusan demi kliennya berdasarkan aplikasi prinsip-prinsip

dan teori-teori ; 5). Berorientasi kepada pelayanan, menggunakan keahlian demi

kebutuhan klien ; 6). Pelayanan yang diberikan kepada klien didasarkan kebutuhan

objektif klien ; 7). Mengetahui apa yang baik untuk klien, dan mempunyai otonomi

(41)

bidang keahlianya, dan pengetahuan mereka dianggap khusus (http://www)

damandiri.or.id).

Keperawatan merupakan suatu profesi maka tenaga keperawatan harus dapat

berperilaku profesional. Perilaku profesioanal keperawatan dapat ditunjukkan dari

memiliki/menerapkan ilmu pengetahuan ilmiah dan teknologi keperawatan,

memiliki/menerapkan ketrampilan profesioanl keperawatan serta menggunakan etika

keperawatan sebagai tuntunan dalam melaksanakan praktek keperawatan dan kehidupan

keprofesian (Roeles, 1997).

2.8.3. Kualitas Pelayanan Keperawatan

Penilaian kualitas pelayanan keperawatan di rumah sakit banyak dilakukan

pendekatan dengan membuat disain standar-standar kualitas, yang bisa berjumlah ribuan

yang pada akhirnya menjadi suatu standar mutu pasien, dimana kualitas perawatan

harus diukur dengan konsisten dan dibandingkan dengan kemampuan (Brown,1999).

Penilaian kualitas pelayanan keperawatan juga dapat dilihat dengan cara

kepuasan pasien rawat inap dan tanggapan pasien tentang mutu pelayanan keperawatan

(Aditama,2003).

Hafizurrahman dalam Hasan (2003), menyebutkan ada 5 (lima) dari sisi pemberi

pelayanan, yaitu kecepatan (waktu tunggu tidak lebih dari 10-20 menit),

kompetensi/keahlian, kenyamanan, kemudahan, dan penanganan keluhan secara

responsif. Pernyataan di atas di dukung oleh teori yang diungkapkan oleh Donabedian

dalam Heather dan Hamnie (2001), bahwa mutu asuhan keperawan mempunyai tiga

komponen antara lain :

1. Kinerja Teknik dengan atribut: efektifitas, keahlian kemampuan, keamanan,

(42)

2. Perawatan interpersonal/sikap profesional dengan atribut: menghormati orang lain,

kerahasiaan, penyediaan informasi yang mencukupi, pembentukan suatu hubungan,

minat personel, otonomi pasien kesetaraan.

3. Aspek-aspek organisasi dengan atribut: aspek lingkungan, keaman, kenyamanan,

perlengkapan, kesinambungan, efisiensi.

2.8.4. Indikator Kinerja

Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan

tingkat pencapaian suatu kegiatan yang telah ditetapkan (LAN RI, 2000). Menurut

Sudiman (2001), indikator kinerja dikategorikan kedalam enam kelompok :

1. Masukan (inputs) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan

kegiatan dan program dapat berjalan atau dalam rangka menghasilkan output.

Indikator ini dapat berupa dana, personil yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan,

data/informasi, kebijakan/peraturan perundangan dan sebagainya.

2. Indikator proses, adalah berbagai aktifitas yang menunjukkan upaya yang

dilakukan dalam rangka mengolah masukan menjadi keluaran. Indikator ini

menggambarkan perkembangan pelaksanaan pengolahan masukan menjadi

keluaran.

3. Keluaran (outputs) adalah segala sesuatu yang diharapkan lansung dapat

diperoleh/dicapai dari suatu kegiatan, baik kegiatan berupa fisik maupun non fisik.

4. Hasil (outcomes) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran

kegiatan pada jangka menengah. Outcomes merupakan ukuran seberapa jauh setiap

(43)

5. Manfaat (Benefits) adalah kegunaan suatu keluaran (outcomes) yang dirasakan

lansung oleh masyarakat. Dapat berupa tersedianya fasilitas yang dapat diakses

oleh publik.

6. Dampak (Impact) adalah ukuran tingkat pengaruh sosial, ekonomi, lingkungan atau

kepentingan umum lainnya yang dimulai oleh capaian kinerja setiap indikator

dalam suatu kegiatan.

Indikator-indikator tersebut secara lansung atau tidak lansung dapat

mengindikasikan sejauhmana keberhasilan pencapaian sasaran. Penetapan indikator

kinerja kegiatan harus didasarkan pada perkiraan yang realistis dengan memperhatikan

tujuan dan sasaran yang ditetapkan serta data pendukung yang harus diorganisasikan.

Indikator kinerja dimaksud hendaknya : spesifik dan jelas, dapat diukur secara objektif,

relevan dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai, tidak bias (LAN RI, 2000).

2.8.5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja

Menurut Gomes (1999), analisis mengenai kinerja akan berkaitan dangan dua

faktor utama, yaitu kemampuan kerja dan motivasi perawatan untuk melaksanakannya.

Kinerja merupakan fungsi dari kemampuan kerja dan motivasi. Muchlas (1998),

menyebutkan peluang dalam miningkatkan kinerja disamping kemampuan dan motivasi

sedangkan Lowler dan Porter (dalam As’ad,1998), dan Mulyadi (1998), menambahkan

faktor bakat sebagai faktor yang mempengaruhi kinerja.

Bernardin dan russel dalam bukunya Human Resources Management (1998),

menyebutkan 6 aspek yang dapat dinilai sebagai kriteria kinerja yaitu: mutu (quality),

jumlah (quantity), batas waktu (timeliness), effectivitas biaya (cost effectiveness),

inisiatif (initiatve) dan dampak sosial (social impact). Bernard (dalam Thomson,1992)

(44)

decisiveness, persuasiveness dan responsibilty. Sedangkan Mitchell (1984),

menyebutkan 5 aspek kinerja seorang perawat, yaitu quality of work, promtness,

initiatif, capability dan communication. Menurut Mitchell (1984) perbedaan sudut

pandang dalam penilaian kinerja perawat karena pada dasarnya terdapat perbedaan dari

setiap orang, baik yang bersifat fisik, psikologis, biologis, emosi maupun karakter

perilakunya. Oleh karena itu dalam menilai kinerja perawat, penilaian ini memilih

variabel sesuai kebutuhan dan objek penelitian yaitu penilaian dari segi teknis dan segi

individu.

Secara garis besar ke-2 variabel yang diukur adalah sebagai berikut :

a. Segi Teknis

Dari segi teknis pelaksanaan adalah efektifitas dan efisiensi perawat dalam

memberikan pelayanan kepada pasien sesuai dengan asuhan keperawatan pasien flu

burung.

b. Segi Individu

Segi individu adalah kedisiplinan dan ketaatan perawat dalam memberikan

pelayanan kepada pasien sesuai dengan asuhan keperawatan pasien flu burung

2.8.6. Manfaat Penilaian Kinerja.

Dengan melaksanakn penilaian kerja terhadap karyawan (perawat), ada beberapa

manfaat diperoleh oleh rumah sakit (WHO, 2000) :

a. Meningkatkan prestasi staf baik secara individu atau kelompok dengan

memberikan kesempatan pada mereka untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri

dalam rangka pencapaina tujuan pelayanan rumah sakit.

b. Peningkatan yang terjadi pada prestasi staf secara perorangan pada gilirannya akan

(45)

c. Merangsang minat dalam pengembangan pribadi dengan tujuan meningkatkan

hasil karya dan prestasi dengan cara memberikan umpan balik kepada mereka

tentang prestasinya.

d. Membantu rumah sakit untuk dapat menyusun program pengembangan dan

pelatihan staf yang lebih tepat guna.

e. Menyediakan alat dan sarana untuk membandingkan prestasi kerja dengan

meningkatkan gajinya atau imbalan yang baik.

f. Memberikan kesempatan kepada pegawai atau staf untuk mengeluarkan

perasaannya tentang pekerjaannya atau hal lain yang ada kaitannya melalui jalur

komunikasi dan dialog.

2.9. Landasan Teori

Ali (2002), menegaskan bahwa keperawatan adalah pelayanan profesional yang

merupakan bagian dari pelayanan kesehatan, berdasarkan ilmu dan kiat, keperawatan,

berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprenhensif dan ditujukan

kepada individu, kelompok dan masyarakat baik sakit maupun sehat. Pelayanan

keperawatan adalah upaya untuk membantu individu baik sakit maupun sehat, dari lahir

sampai meninggal dunia dalam bentuk peningkatan pengetahuan dan kemampuan yang

dimulai individu tersebut dapat secara optimal melakukan kegiatan sehari-hari secara

mandiri.

Praktek keperawatan menurut persatuan perawat nasional Indonesia adalah

tindakan pemberian asuhan keperawatan profesional baik secara mandiri maupun

kolaborasi, yang disesuaikan dengan lingkup wewenang dan tanggung jawabnya

(46)

Asuhan keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan pada praktek

keperawatan yang diberikan secara langsung kepada pasien diberbagai tatanan

pelayanan kesehatan (Gillies,200).

Menurut Ilyas (2001), kinerja adalah penampilan hasil karya personel dalam

suatu organisasi. Sementara hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau

sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung

jawab masing-masing, dalam upaya mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan

secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika.

Menurut Gomes (1999), analisis mengenai kinerja akan berkaitan dangan dua

faktor utama, yaitu kemampuan kerja dan motivasi perawatan untuk melaksanakannya.

Kinerja merupakan fungsi dari kemampuan kerja dan motivasi. Muchlas (1998),

menyebutkan peluang dalam miningkatkan kinerja disamping kemampuan dan motivasi

sedangkan Lowler dan Porter (dalam As’ad,1998), dan Mulyadi (1998), menambahkan

faktor bakat sebagai faktor yang mempengaruhi kinerja.

Bernardin dan Russel dalam bukunya Human Resources Management (1998),

menyebutkan 6 aspek yang dapat dinilai sebagai kriteria kinerja yaitu: mutu (quality),

jumlah (quantity), batas waktu (timeliness), effectivitas biaya (cost effectiveness),

inisiatif (initiatve) dan dampak sosial (social impact).

Menururt Gibson (1987) bahwa kinerja individu dapat diartikan sebagai perilaku

dan prestasi kerja individu dipengaruhi oleh variabel individu, variabel organisasi, dan

variabel psikologis.

Pada penelitian ini tiori Gibson akan dijadikan landasan tiori utama untuk

mengkaji hubungan, pengetahuan, ketrampilan dan sikap terhadap kinerja perawat

(47)

2.10. Kerangka Konsep

Berdasarkan latar belakang permasalahan dan tujuan penelitian maka dapat

digambarkan kerangka konsep penelitian sebagai berikut:

Pengetahuan

• Penyebab flu burung • Cara penularan • Penatalaksanaan

pasien

Keterampilan dalam penatalaksanaan pasien

S i k a p

Kinerja Perawat • Teknis

• Individu

(48)

B A B III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survey ekplanatory. Variabel bebas dan

variable terikat yang terjadi pada subjek penelitian diukur atau dikumpulkan dalam

waktu bersamaan.

3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H. Adam Malik

dengan pertimbangan bahwa RSUP H. Adam Malik merupakan salah satu rumah sakit

rujukan perawatan kasus flu burung.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian diperkirakan membutuhkan waktu selama 3 (tiga) bulan, yaitu mulai

dari bulan Juni sampai dengan Agustus 2007 atau sampai diperolehnya data yang

diperlukan terhadap sejumlah sampel yang ditetapkan dan data sekunder sebagai data

pendukung.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perawat yang sudah pernah

memberikan pelayanan langsung kepada pasien flu burung, yang berjumlah 95 orang,

untuk penilaian kenerja responden dinerikan oleh satu orang kepala ruangan dan satu

(49)

Mengingat populasi sejumlah ini masih dapat dijangkau oleh peneliti, maka

seluruh populasi akan dijadikan sample dalam penelitian ini.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Jenis dan sumber data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah :

a. Data primer : Data yang langsung diperoleh dari responden melalui kuesioner,

wawancara dan observasi yang dikumpulkan oleh peneliti.

b. Data sekunder : Data yang mendukung data preimer yang diperoleh dari

dokumen di bidang keperawatan dan bagian Perencaaan dan Informasi.

3.3.1. Uji Validitas dan Reliabilitas

Untuk mengetahui apakah instrumen kuesioner yang dipakai cukup layak

digunakan sehingga mampu menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuan

ukurannya, maka dilakukan uji validitas. Ghozali (2005), menyatakan bahwa

pengukuran validitas internal menggunakan uji validitas setiap setiap butir pertanyaan

(content validity) dengan total konstruk atau variabel. Dalam hal ini melakukan korelasi

masing-masing skor pertanyaan dengan skor pertanyaan. Untuk perincian dari uji

validitas masing-masing variabel dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Setelah uji validitas dilakukan, maka selanjutnya terhadap kuesione yang aan

disebarkan kepada responden dilakukan uji reliabilitas untuk melihat konsistensi

jawaban. Menurut Ghozali (2005), suatu kuesioner dikatakan reliable atau kehandan

jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke

waktu. Untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik Cronbach alpha ( ). Suatu

(50)

0.60. Untuk perincian dari uji reliabilitas masing-masing variable dapat dilihat pada

Tabel di bawah ini.

Tabel 3.1.

Hasil Uji Validitas & Reliabelitias Kuesioner Kinerja Perawat (Mutu Pekerjaan, Jumlah Pekerjaan dan Inisiatif).

Kinerja

Hasil Uji Validitas & Reliabilitas Kuesione Pengetahuan Perawat

(51)

Tabel 3.3.

Hasil Uji Validitas & Reliabilitas Kuesione Keterampilan Perawat

Variabel

Hasil Uji Validitas & Reliabilitas Sikap Perawat

Variabel

Hasil Uji Validitas & Reliabilitas Tindakan Perawat

Variabel

3.4. Definisi Operasional

Untuk memudahkan memahami pengertian dari variabel-variabel dalam

(52)

3.4.1. Variabel Bebas

a. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh perawat tentang penyebab,

cara penularan dan penatalaksanaan perawatan pasien flu burung di rumah sakit.

b. Keterampilan adalah kesanggupan perawat dalam menerapkan pengetahuan yang

diperoleh melalui pelatihan ke dalam bentuk tindakan perawatan, dalam

penatalaksanaan passien flu burung berdasarkan standar yang ada.

c. Sikap adalah respon positif atau negatif yang tejadi dalam diri perawat sampai

timbul suatu keputusan apakah menerima atau menolak keputusan tersebut.

3.4.2. Variabel Terikat

Kinerja perawat adalah keberhasilan seorang perawat yang memberikan

pelayanan langsung kepada pasien flu burung yang ditinjau dari segi teknis pelaksnaan

dan segi individu, agar organisasi berjalan secara efektif dan efisien.

3.5. Aspek Pengukuran

3.5.1. Variabel Bebas

1. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh perawat tentang penyebab,

cara penularan dan penatalaksanaan perawatan pasien flu burung di rumah sakit,

diukur dengan 13 pertanyaan dengan skor tertinggi 26. Selanjutnya nilai skoring

dikategorikan sebagai berikut :

- Baik, apabila responden memperoleh nilai 13 - 17

- Sedang , apabila respondejn memperoleh nilai 18 – 22

- Kurang Baik, apabila responden memperoleh nilai 22 - 26

2. Keterampilan adalah kesanggupan perawat dalam menerapkan pengetahuan yang

(53)

pencegahan berdasarkan standar yang ada, diukur dengan 6 pertanyaan, dengan skor

tertinggi 12. Selanjutnya nilai skoring dikategorikan sebagai berikut :

- Baik, apabila responden mendapat nilai 6 - 7

- Sedang , apabila responden mendapat nilai 8 – 10

- Kurang Baik, apabila responden mendapat nilai 11 – 12

3. Sikap adalah respon positif atau negatif yang tejadi dalam diri perawat sampai

timbul suatu keputusan apakah menerima atau menolak keputusan tersebut, diukur

dengan 6 pernyataan, dengan skor tertinggi 18. Selanjutnya nilai skoring

dikategorikan sebagai berikut :

- Baik, apabila responden mendapat nilai 6 - 9

- Sedang , apabila responden mendapat nilai 10 - 13

- Kurang Baik, apabila responden mendapat nilai 14 – 18

3.5.2. Variabel Terikat

Kinerja perawat terdiri dari dua sub variabel yaitu : segi teknis dan segi

individu.

a. Segi Teknis: diukur dalam 6 item peryataan dan jawaban disusun dengan

pembobotan (skoring). Bobot penilaian untuk setiap pernyataan nilai terendah

dengan skor 1 dan nilai tertinggi dengan skor 10.

Selanjutnya nilai skoring dikategorikan sebagai berikut :

- Baik, apabila responden mendapat nilai 6- 22

- Sedang , apabila responden mendapat nilai 23 - 40

(54)

b. Segi individu : diukur dalam 4 item peryataan dan jawaban disusun dengan

pembobotan (skoring). Bobot penilaian untuk setiap pertanyaan nilai terendah

dengan skor 1 dan nilai tertinggi dengan skor 10.

Selanjutnya nilai skoring dikategorikan sebagai berikut :

- Baik, apabila responden mendapat nilai 4 – 15

- Sedang , apabila responden mendapat nilai 16 – 27

- Kurang Baik, apabila responden mendapat nilai 28 – 40

3.6. Instrumen Penelitian

Peralatan yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian ini adalah:

kuesioner untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, sikap dan kinerja perawat

RSUP H. Adam Malik.

3.7. Pengolahan dan Teknik Analisa Data

3.7.1. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan menggunakan bantuan komputer dengan tahapan sebagai

berikut :

a. Editing : guna memeriksa ulang kelengkapan, kejelasan, kesesuaian,

kemungkinan kesalahan dan melihat konsistensi jawaban.

b. Koding : melakukan konversi data ke dalam angka atau kode guna memudahkan

pengolahan data.

c. Penetapan skor : yaitu skor untuk variabel bebas (pengetahuan, keterampilan dan

sikap) dan variabel terikat yaitu kinerja perawat (mutu pekerjaan, jumlah

(55)

3.7.2. Teknik Analisa Data

Data yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah berupa data kategorik, yang

berskala nominal, ordinal dan interval. Sesuai dengan tujuan penelitian, maka

pendekatan analisis yang digunakan adalah analisa statistik. Teknik analisis statistik

(56)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum RSUP. H. Adam Malik

4.1.1. Sejarah perkembangan

Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik resmi berdiri pada tanggal 21 Juli

1993 dengan tujuan sebagaimana misi dan fungsi rumah sakit pada umumnya, antara

lain memberikan pelayanan kesehatan yang meliputi : preventif, promotif, kuratif dan

rehabilitatif.

RSUP. H. Adam Malik terletak di jalan Bunga Lau No. 17 Medan Tuntungan.

Dengan adanya suatu rumah sakit dengan pelayanan paripurna, peralatan memadai,

tenaga ahli lengkap (Spesialistik dan Sub spesialistik) dan berdedikasi tinggi serta

ditunjang oleh tenaga paramedis yang trampil, profesional, etis, dan berwawasan

nasional diharapkan akan memberikan persepsi penampilan rumah sakit yang bermutu,

efisien dan efektif.

Sejak diresmikannya RSUP. H. Adam Malik tertanggal 21 Juli 1993 oleh Bapak

Presiden RI Soeharto, terlihat perkembangan pelayanan yang awalnya pelayanan rawat

jalan yang telah dioperasionalkan 15 Juni 1991, kemudian rawat inap dioperasionalkan

pada tahun 1992 dengan jumlah tempat tidur 100 TT, kemudian 200 TT, tahun 1993

dengan 300 TT, Tahun 1994 sampai tahun 2006 jumlah tempat tidur 450 TT dan tahun

Gambar

Gambaran Umum RSUP H. Adam Malik ................................. 4.1.1. Sejarah Perkembangan ...............................................
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian.....................................................
Gambar 2.1.  Hubungan variabel yang mempengaruhi kinerja  individu.
Gambar 2.1. Kerangka  konsep penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Oleh sebab itu, timbul gagasan untuk menyediakan sarana pendidikan khusus ABK dengan mendirikan Sekolah Luar Biasa (SLB) di Banda Aceh yang diharapkan dapat meningkatkan mutu

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis

Peternak belum memperhatikan keseimbangan kebutuhan mineral dalam tubuh ayam, sehingga dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh penggunaan zinc

Banyak pemimpin besar meraih keberhasilan dalam pekerjaan dan kehidupannya melalui seperangkat hukum kepemimpinan yang mendetail. Sedangkan manajer &#34;biasa&#34;,

Staf Medis di RSUD Puruk Cahu adalah dokter atau dokter gigi yang telah terikat perjanjian dengan rumah sakit maupun yang ditetapkan berdasarkan surat

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut; adanya ion sianida (CN - ) dengan jumlah mol yang lebih kecil dari

Benih malapari yang diberi perlakuan yang mempunyai waktu berkecambah terpendek terdapat pada benih yang diturunkan kadar airnya, kemudian diberi perlakuan benih

(3) Berdasarkan persetujuan Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pengguna Barang melakukan penghapusan BMD dari Daftar Pengguna Barang dan/atau Daftar Barang Kuasa