• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan Sikap dan Tindakan Masyarakat Dalam Pemafaatan Air Hujan Sebagai Sumber Air Bersih Sebelum dan Sesudah Penyuluhan di Rw.06 Desa pematang Duku Kecamatan Bengkalis Kabupaten Bengkalis Tahun 2011”

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengetahuan Sikap dan Tindakan Masyarakat Dalam Pemafaatan Air Hujan Sebagai Sumber Air Bersih Sebelum dan Sesudah Penyuluhan di Rw.06 Desa pematang Duku Kecamatan Bengkalis Kabupaten Bengkalis Tahun 2011”"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

PENGETAHUAN SIKAP DAN TINDAKAN MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN AIR HUJAN SEBAGAI SUMBER AIR BERSIH

SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN DI RW. 06 DESA PEMATANG DUKU KECAMATAN BENGKALIS

KABUPATEN BENGKALIS TAHUN 2011

SKRIPSI

Oleh :

ABDUL MUSLIH NIM. 081000295

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGETAHUAN SIKAP DAN TINDAKAN MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN AIR HUJAN SEBAGAI SUMBER AIR BERSIH

SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN DI RW. 06 DESA PEMATANG DUKU KECAMATAN BENGKALIS

KABUPATEN BENGKALIS TAHUN 2011

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

ABDUL MUSLIH NIM. 081000295

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PENGETAHUAN SIKAP DAN TINDAKAN MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN AIR HUJAN SEBAGAI SUMBER AIR BERSIH

SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN DI RW 06 DESA PEMATANG DUKU KECAMATAN BENGKALIS

KABUPATEN BENGKALIS TAHUN 2011

Yang dipersiapkan dan dipertahankankan Oleh: ABDUL MUSLIH

081000295

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim penguji Pada Tanggal 12 Juli 2011 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji:

Ketua Penguji Penguji I

Ir. Evi Naria, M.Kes Dr.dr. Wirsal Hasan, MPH NIP.196803201993032001 NIP.194911191987011001

Penguji II

Dr. Taufik Ashar MKM NIP.197803312003121001

Medan, Juni 2011

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Dekan,

(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

NAMA : ABDUL MUSLIH

Tempat/Tanggal Lahir: Pematang Duku, 9 juli 1987 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Anak ke : 2 dari 3 bersaudara Status Perkawinan : Belum Kawin

Alamat : Jl. Sejahtera Rt.01 Rw.06 Desa Pematang Duku

Kec. Bengkalis Kab. Bengkalis. RIAU

Riwayat Pendidikan

1. 1993-1999 : SDN O83 Desa Pematang Duku

2. 1999-2002 : MTS Yayasan Pondok Pesantren Darussalam, Pematang Duku

3. 2002-2005 : SMA Negeri 2 Bengkalis

(5)

ABSTRAK

Air merupakan salah satu kebutuhan manusia yang paling penting. Untuk kebutuhan air bersih. Salah satu alternatifnya adalah dengan memanfaatkan air hujan sebagai sumber air bersih karena mudah didapatkan dan tidak perlu mengeluarkan biaya. Namun tidak semua air hujan yang di tampung aman dan sehat apalagi air hujan adalah air yang mudah tercemar dan rendah kandungan mineral. Untuk menjamin air hujan aman dan sehat untuk dumanfaatkan menjadi sumber air bersih di perlukan upaya penyuluhan kepada masyarakat dalam pemanfaatan air hujan sebagai sumber air bersih.

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah wawancara dengan menggunakan kuesioner terhadap 50 orang responden yang dipilih secara purposive sampling, penelitian ini adalah eksperimen dengan menggunakan desain quasi eksperimen dimana bentuk desain yang di pakai adalah One Group Pretest-Posttest dan hasilnya disajikan dalam bentuk tabel distribusi dengan menggunakan uji Wilcoxon.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan sikap dan tindakan masyarakat dalam pemanfaatan air hujan sebagai sumber air bersih sebelum dan sesudah penyuluhan di RW.06 Desa Pematang Duku Kecamatan Bengkalis Kabupaten Bengkalis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pengetahuan masyarakat dalam pemanfaatan air hujan sebagai sumber air bersih dalam kategori kurang yaitu sebanyak 25 orang (50%) sebelum penyuluhan dan dalam kategori baik yaitu sebanyak 48 orang (96%) sesudah penyuluhan. Sikap masyarakat sebelum penyuluhan sebagian besar dalam kategori baik yaitu sebanyak 40 orang (80%), dan sesudah penyuluhan menjadi 48 orang (96%). Tindakan masyarakat dalam kategori sedang yaitu sebesar 41 orang (82%), dan sesudah penyuluhan dalam kategori baik yaitu sebesar 36 orang(72%).

Berdasarkan hasil penelitian diharapkan masyarakat dapat lebih memperhatikan aspek kesehatan dalam pemanfaatan air hujan sebagai sumber air bersih sehingga mendapatkan air hujan yang aman dan sehat. Selain itu pemerintah diharapkan untuk lebih memperhatikan masyarakat yang memenfaatkan air hujan sebagai sumber air bersih, sehingga masyarakat mendapatkan air hujan yang aman dan sehat.

(6)

ABSTRACT

Water is one of the most important human needs. For the needs of clean water. One alternative is to utilize rainwater as a source of clean water because it is easily obtained and do not need to pay. However not all rain water on the patch is safe and healthy especially rain water is easily contaminated water and low mineral content. To ensure safe and healthy rainwater to be a source of clean water at the required effort to educate the public in the utilization of rainwater as a source of clean water.

The method used in this research is to interview using a questionnaire to 50 respondents who were selected by purposive sampling, this research is to experiment with using a quasi experimental design where the shape design in use is One group pretest-posttest and the results are presented in a frequency distribution table uji Wilcoxon.

The purpose of this research is to know the description of knowledge attitudes and actions of people in the utilization of rainwater as a source of clean water before and after counseling in Pematang Duku Village RW.06 Bengkalis Bengkalis District. The results showed that most of the knowledge society in the utilization of rainwater as a source of clean water in poor category consist of 25 persons (50%) before the extension and in both categories as many as 48 people (96%) after the extension. The attitude of most people before the extension in both categories as many as 40 people (80%), and after extension to 48 people (96%). Community action in the category of being that is equal to 41 people (82%), and after counseling in both categories that is equal to 36 people (72%).

Based on the results expected by society to pay more attention to health aspects in the utilization of rainwater as a source of clean water so get the rain water that is safe and healthy. In addition the government is expected to pay more attention to people who memenfaatkan rainwater as a source of clean water, so that people get the rain water that is safe and healthy.

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat kesehatan dan keselamatan, dan atas berkah dan hidayah-nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengetahuan Sikap dan Tindakan Masyarakat Dalam Pemafaatan Air Hujan Sebagai Sumber Air Bersih Sebelum dan Sesudah Penyuluhan di Rw.06 Desa pematang Duku Kecamatan Bengkalis Kabupaten Bengkalis Tahun 2011”.

Selama proses penyusunan skripsi ini, begitu banyak nasehat, bantuan dan bimbingan yang penulis terima demi kelancaran proses penyelesaian pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Dengan segala kerendahan hati, penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak DR. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Ir. Evi Naria, Mkes selaku ketua Departemen Kesehatan Lingkungan beserta seluruh dosen dan staf Departemen Kesehatan Lingkungan yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalaman kepada penulis selama menuntut ilmu di FKM USU.

3. Ibu Ir. Evi Naria, Mkes selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, arahan, petunjuk, dan saran-saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak dr. Wirsal Hasan, MPH selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan, petunjuk dan saran-saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(8)

6. Ibu Dr. Ir. Zulhaida Lubis, Mkes selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.

7. Seluruh staf pengajar dan Pegawai di FKM USU, terima kasih untuk pembelajaran yang telah diberikan kepada penulis.

8. Teristimewa kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda (Alm) H. M. Nur dan Ibunda Mardiah, serta Abangku Syahrudin, Sag, Adikku Siti Maimanah, yang telah memberikan motivasi, semangat, dukungan dan doa selama ini.

9. Teman- teman ( di Kost, GB, dan semua teman-teman yang ada di FKM ) khususnya Peminatan Kesehatan Lingkungan yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Seseorang yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada penulis. 11.Kepada abang Warsito, Hari syaputra, dino, Romzi, dan semua pegawai di

FKM USU yang telah memberikan dukungan motivasi kerja sama dan doa. Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini baik dari segi isi maupun penyajianya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Amin

Medan, Juli 2011

Penulis

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1. Tujuan Umum ... 4

1.3.2. Tujuan Khusus ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber Air Bersih ... 6

2.2. Pemeriksaan Air dan Kriteria Kesehatan Persediaan Air ... 7

2.3. Hubungan Air Dengan Kesehatan ... 7

2.4. Persyaratan Air Minum ... 13

2.5. Air Hujan ... 14

2.5.1. Pemanfaatan Air Hujan ... 15

2.5.2. Jenis-Jenis Hujan ... 16

2.5.3. Kualitas Air Hujan... 18

2.5.4. Pemanenan Air Hujan ... 18

2.6. Promosi Kesehatan ... 20

2.7. Pengetahuan... 21

2.8. Sikap ... 22

2.9. Tindakan ... 24

(10)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian ... 27

3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ... 28

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 28

3.2.2. Waktu Penelitian ... 28

3.3. Populasi dan Sampel ... 28

3.3.1. Populasi ... 28

3.3.2. Sampel ... 38

3.3.3. Teknik Pengambilan Sampel... 29

3.4. Metode Pengambilan Data ... 29

3.4.1. Jenis Data ... 29

3.4.2. Cara Pengumpulan Data ... 30

3.5. Tahapan Penelitian ... 30

3.6. Defenisi Operasional ... 31

3.7. Aspek Pengukuran ... 32

3.8. Pengolahan Data ... 34

3.9. Analisa Data ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1.Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 36

4.1.1. Keadaan Demografi di Desa Pematang Duku ... 36

4.1.2. Sumber Air Bersih Penduduk di Desa Pematang Duku tahun 2009... 39

4.2. Gambaran Umum Responden ... 39

4.3.Gambaran Pengetahuan Responden Dalam Pemanfaatan Air hujan... 41

(11)

4.3.2 Gambaran Pengetahuan Responden Dalam Pemanfaatan Air Hujan Sebagai Sumber Air Bersih Sebelum dan Sesudah diberikan Penyuluhan ... 48 4.3.3 Perbedaan Pengetahuan Dalam Pemanfaatan Air Hujan

Sebagai Sumber Air bersih Sebelum dan Sesudah diberikan Penyuluhan di RW 06 Desa Pematang Duku tahun 2011 ... 49

4.4.Gambaran Sikap Responden Dalam Pemanfaatan air Hujan Sebagai Sumber Air Bersih ... 50

4.4.1. Gambaran Sikap Responden Dalam Pemanfaatan Air Hujan Sebagai Sumber Air Bersih Sebelum dan sesudah Penyuluhan ... 50

4.4.2. Gambaran Sikap Responden Dalam Pemanfaatan Air Hujan Sebagai Sumber Air Bersih Sebelum dan Sesudah diberikan Penyuluhan ... 55

4.4.3. Perbedaan Sikap Responden Dalam Pemanfaatan Air Hujan Sebagai Sumber Air Bersih Sebelum dan Sesudah diberikan Penyuluhan ... 56 4.5.Gambaran Tindakan Responden Dalam Pemanfaatan Air Hujan

Sebagai Sumber Air Bersih ... 57

4.5.1. Gambaran Tindakan Responden Dalam Pemanfaatan Air Hujan Sebagai Sumber Air Bersih Sebelum dan Sesudah Penyuluhan ... 57

4.5.2. Gambaran Tindakan Responden Dalam Pemanfaatan Air Hujan Sebagai Sumber Air Bersih Sebelum dan Sesudah diberikan Penyuluhan ... 60

4.5.3. Perbedaan Tindakan Responden Dalam Pemanfaatan Air Hujan Sebagai Sumber Air Bersih Sebelum dan Sesudah diberikan Penyuluhan ... 61

BAB V PEMBAHASAN

(12)

5.2. Pengetahuan Responden Dalam Pemanfaatan Air Hujan Sebagai Sumber Air Bersih Sebelum dan Sesudah Penyuluhan 62

5.3. Sikap Responden Dalam Pemanfaatan Air Hujan Sebagai Sumber Air Ber sih Sebelum dan Sesudah Penyuluhan ... 65

5.4. Tindakan Responden Dalam Pemanfaatan Air Hujan Sebagai Sumber Air Ber sih Sebelum dan Sesudah Penyuluhan ... 68

5.5. Kaitan Antara Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Responden Sebagai Suatu Perilaku ... 69 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ... 72 6.2. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA

(13)

DAFTAR TABEL  

Tabel 4.1. Distribusi penduduk menurut golongan umur di Desa Pematang

Duku tahun 2009 ... 37 Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di Desa

Pematang Duku Tahun 2009... 38 Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa

Pematang Duku Tahun 2009... 38 Tabel 4.4. Distribusi Penduduk Menurut agama di Desa Pematang Duku

Tahun 2009 ... 39 Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Dalam

Pemanfaatan Air Hujan Sebagai Sumber Air Bersih Di RW 06

Desa Pematang Duku Tahun 2011... 40 Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Dalam

Pemanfaatan Air Hujan Sebagai Sumber Air Bersih Sebelum dan

Sesudah ... 41 Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Dalam

Pemanfaatan Air Hujan Sebagai Sumber Air Bersih Sebelum dan Sesudah Diberikan Penyuluhan Di RW 06 Desa Pematang Duku

Tahun, 2011 ... 48 Tabel 4.8. Perbedaan Rata-rata Pengetahuan Sebelum dan Sesudah

Penyuluhan Dalam Pemanfaatan Air Hujan Sebagai Sumber Air

Bersih ... 49 Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Dalam Pemanfaatan

Air Hujan Sebagai Sumber Air Bersih Sebelum dan Sesudah

Penyuluhan... 50 Tabel 4.10. Sikap Responden Dalam Pemanfaatan Air hujan Sebelum dan

sesudah penyuluhan ... 55

Tabel 4.11 Perbedaan Rata-rata Sikap responden Sebelum dan Sesudah Penyuluhan dalam Pemanfaatan Air Hujan Sebagai Sumber Air

(14)

Tabel 4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Dalam Pemanfaatan Air Hujan Sebagai Sumber Air Bersih Sebelum dan Sesudah Penyuluhan ... 57 Tabel 4.13. Distribusi Responden Dalam Pemanfaatan Air Hujan Sebagai

Sumber Air Bersih Sebelum dan Sesudah Penyuluhan ... 60 Tabel 4.14. Perbedaan Rata-Rata Tindakan Responden Sebelum dan Sesudah

Penyuluhan Dalam Pemanfaatan Air Hujan Sebagai Sumber Air

(15)

ABSTRAK

Air merupakan salah satu kebutuhan manusia yang paling penting. Untuk kebutuhan air bersih. Salah satu alternatifnya adalah dengan memanfaatkan air hujan sebagai sumber air bersih karena mudah didapatkan dan tidak perlu mengeluarkan biaya. Namun tidak semua air hujan yang di tampung aman dan sehat apalagi air hujan adalah air yang mudah tercemar dan rendah kandungan mineral. Untuk menjamin air hujan aman dan sehat untuk dumanfaatkan menjadi sumber air bersih di perlukan upaya penyuluhan kepada masyarakat dalam pemanfaatan air hujan sebagai sumber air bersih.

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah wawancara dengan menggunakan kuesioner terhadap 50 orang responden yang dipilih secara purposive sampling, penelitian ini adalah eksperimen dengan menggunakan desain quasi eksperimen dimana bentuk desain yang di pakai adalah One Group Pretest-Posttest dan hasilnya disajikan dalam bentuk tabel distribusi dengan menggunakan uji Wilcoxon.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan sikap dan tindakan masyarakat dalam pemanfaatan air hujan sebagai sumber air bersih sebelum dan sesudah penyuluhan di RW.06 Desa Pematang Duku Kecamatan Bengkalis Kabupaten Bengkalis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pengetahuan masyarakat dalam pemanfaatan air hujan sebagai sumber air bersih dalam kategori kurang yaitu sebanyak 25 orang (50%) sebelum penyuluhan dan dalam kategori baik yaitu sebanyak 48 orang (96%) sesudah penyuluhan. Sikap masyarakat sebelum penyuluhan sebagian besar dalam kategori baik yaitu sebanyak 40 orang (80%), dan sesudah penyuluhan menjadi 48 orang (96%). Tindakan masyarakat dalam kategori sedang yaitu sebesar 41 orang (82%), dan sesudah penyuluhan dalam kategori baik yaitu sebesar 36 orang(72%).

Berdasarkan hasil penelitian diharapkan masyarakat dapat lebih memperhatikan aspek kesehatan dalam pemanfaatan air hujan sebagai sumber air bersih sehingga mendapatkan air hujan yang aman dan sehat. Selain itu pemerintah diharapkan untuk lebih memperhatikan masyarakat yang memenfaatkan air hujan sebagai sumber air bersih, sehingga masyarakat mendapatkan air hujan yang aman dan sehat.

(16)

ABSTRACT

Water is one of the most important human needs. For the needs of clean water. One alternative is to utilize rainwater as a source of clean water because it is easily obtained and do not need to pay. However not all rain water on the patch is safe and healthy especially rain water is easily contaminated water and low mineral content. To ensure safe and healthy rainwater to be a source of clean water at the required effort to educate the public in the utilization of rainwater as a source of clean water.

The method used in this research is to interview using a questionnaire to 50 respondents who were selected by purposive sampling, this research is to experiment with using a quasi experimental design where the shape design in use is One group pretest-posttest and the results are presented in a frequency distribution table uji Wilcoxon.

The purpose of this research is to know the description of knowledge attitudes and actions of people in the utilization of rainwater as a source of clean water before and after counseling in Pematang Duku Village RW.06 Bengkalis Bengkalis District. The results showed that most of the knowledge society in the utilization of rainwater as a source of clean water in poor category consist of 25 persons (50%) before the extension and in both categories as many as 48 people (96%) after the extension. The attitude of most people before the extension in both categories as many as 40 people (80%), and after extension to 48 people (96%). Community action in the category of being that is equal to 41 people (82%), and after counseling in both categories that is equal to 36 people (72%).

Based on the results expected by society to pay more attention to health aspects in the utilization of rainwater as a source of clean water so get the rain water that is safe and healthy. In addition the government is expected to pay more attention to people who memenfaatkan rainwater as a source of clean water, so that people get the rain water that is safe and healthy.

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Masyarakat berperan serta, baik secara perseorangan maupun terorganisasi dalam segala bentuk dan tahapan pembangunan kesehatan dalam rangka membantu mempercepat pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Peran serta mencakup keikutsertaan secara aktif dan kreatif (UU Kesehatan RI, 2009).

Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Sekitar tiga perempat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorang pun dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air, selain itu air juga dipergunakan untuk memasak, mencuci, mandi dan membersihkan kotoran yang ada sekitar rumah. Air juga digunakan untuk keperluan industri, pertanian, pemadam kebakaran, tempat rekreasi, transportasi, dan laian-lain. Penyakit yang menyerang manusia dapat juga ditularkan dan disebarkan melalui air.

(18)

Kebutuhan air tersebut bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim, standart kehidupan dan kebiasaan masyarakat (Budiman Chandra, 2006).

Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan terutama penyakit perut, seperti yang telah kita ketahui penyakit perut adalah penyakit yang paling banyak terjadi di Indonesia (Sutrisno, 2006).

Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air di bumi, walau pada saat presipitasi merupakan air yang paling bersih. Air tersebut cenderung mengalami pencemaran ketika berada di atmosfir yang disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme dan gas (Budiman Chandra, 2006).

Dalam keadaan murni, air hujan sangatlah bersih, tetapi karena adanya pengotoran udara yang disebabkan kotoran-kotoran industri atau debu dan lainnya, maka untuk mejadikan air hujan sebagi sumber air minum hendaknya tidak menampung air hujan pada saat hujan pertama kali turun. Karena masih mengandung kotoran (Sutrisno, 2006).

Selain itu, air hujan mempunyai sifat agresif terutama terhadap pipa-pipa penyalur maupun pada bak-bak penampung sehingga hal ini mempercepat terjadinya korosi atau karat. Selain itu air hujan juga bersifat lunak sehingga akan boros terhadap pemakaian sabun (Sutrisno, 2006).

(19)

semen. Masyarakat RW 06 belum pernah mendapatkan penyuluhan dalam pemanfaatan air hujan sebagai sumber air bersih, sehingga mereka memanfaatkan air hujan sesuai dengan apa yang mereka tahu secara turun menurun tanpa memikirkan dampak dan gangguan kesehatan dalam pemanfaatan air hujan sebagai sumber air bersih.

Masyarakat di RW 06 memiliki kebiasaan menampung air hujan pada saat hujan mulai turun, atap rumah tidak pernah dibersihkan sehingga banyak terdapat sampah-sampah dedaunan dari pepohonan yang ada disekitar rumah, saluran yang digunakan juga sangat sederhana dan apa adanya, tidak memakai saringan sehingga sampah dedaunan banyak yang ikut masuk ke tempat penampungan, tempat penampungan tidak pernah dibersihkan sehingga banyak ditemukan jentik-jentik nyamuk, selain itu tidak ada perlakuan khusus yang di lakukan berupa penyaringan, air yang ditampung langsung digunakan untuk kebutuhan memasak dan minum walaupun air yang akan dikosumsi dimasak, tapi tidak menjamin air tersebut bebas dari pencemaran.

(20)

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka dilakukan penelitian tentang sejauh mana pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat RW 06 Desa Pematang Duku dalam pemanfaatan air hujan sebagai sumber air bersih, mengingat terbatasnya sumber-sumber yang ada, misalnya: biaya, waktu, dan tenaga, maka ruang lingkup penelitian adalah RW 06 Desa Pematang Duku, Kecamatan Bengkalis, Kabupaten Bengkalis

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah sejauh mana pengetahuan, sikap, dan tindakan masyarakat dalam pemanfaatan air hujan sebagai sumber air bersih di RW 06 di Desa Pematang Duku Kecamatan Bengkalis, Kabupaten Bengkalis tahun 2011.

1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

(21)

19

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengetahuan masyarakat dalam pemanfaatan air hujan sebagai sumber air bersih sebelum dan sesudah penyuluhan

2. Untuk mengetahui sikap masyarakat dalam pemanfaatan air hujan sebagai sumber air bersih sebelum dan sesudah penyuluhan

3. Untuk mengetahui tindakan masyarakat dalam pemanfaatan air hujan sebagai sumber air bersih sebelum dan sesudah penyuluhan

4. Untuk mengetahui perbedaan pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat sebelum dan sesudah penyuluhan

1.4. Manfaat Penelitian

1. Memberikan masukan kepala Dinas Kesehatan Tingkat II Kabupaten Bengkalis, khususnya seksi sanitasi air bersih. Dalam hal program penyediaan sumber air bersih yang telah ada sehingga lebih berhasil dan berdaya guna.

2. Memberikan masukan kepada pemerintah daerah dalam menentukan kebijakan yang berhubungan penyediaan sumber air bersih dari berbagai aspek terutama aspek kesehatan.

3. Memberikan masukan kepada masyarakat dalam pemanfaatan air hujan sebagai sumber air bersih yang baik dan sehat.

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sumber Air Bersih

Air yang berada di permukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai sumber, berdasarkan letak sumbernya air dapat dibagi menjadi:

1. Air angkasa (air hujan)

Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air di bumi, walau pada saat presipitasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut mengalami pencemaran ketika berada diatas atmosfir. Pencemaran dapat disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme, dan gas. Misalnya karbon dioksida, nitrogen, amonia, dan lain-lain.

2. Air permukaan

Air permukaan yang meliputi badan-badan air semacam sungai, danau, telaga, waduk, rawa , dan sumur permukaan. Sebagian besar berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi, air hujan tersebut akan mengalami pencemaran oleh tanah,sampah, dan lain-lain sebagainya.

3. Air tanah

(23)

2.2. Pemeriksaan Air dan Kriteria Kesehatan Persediaan Air

Untuk kepentingan masyarakat sehari-hari, persediaan air haruslah memenuhi standar air minum dan tidak membahayakan kesehatan manusia. Menurut WHO, standar-standar air minum yang harus dipenuhi agar suatu persediaan air dapat dinyatakan layak sebagai air minum:

1. Memenuhi persyaratan fisik. 2. Memenuhi persyaratan biologis. 3. Mengandung zat-zat kimia.

Negara maju lebih menekankan standar kimia, sedangkan negara berkembang lebih menekankan standar biologis (Chandra, 2006).

Berikut standar-standar untuk kelayakan air minum yang berlaku di Indonesia, menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.492/Menkes/Per/IV/2010.

1. Standar biologis; kuman parasit, patogen, bakteri golongan koli

2. Standar fisik; suhu, warna, bau, rasa, kekeruhan, total zat padat terlarut (TDS) 3. Standar kimiawi; alumunium, besi, kesadahan, khlorida, mangan, pH, seng,

sulfat, tembaga, amonia.

2.3. Hubungan Air dengan Kesehatan

(24)

A. Adanya Pathogenic Organisme didalam air

Organisme ini dapat menyebabkan penyakit atau gangguan kesehatan, antara lain: 1. Bakteri

a. Virus Kolera

1. Penyebab penyakit kolera.

2. Penularan melalui air, makanan dan oleh lalat b. Salmonella typhi

1. Penyebab demam typoid. 

2. Penularan melalui air, makanan. c. Sighella dysentriae

1. Penyebab penyakit Disentri Basiler (Bacillary dysentry)

2. Penularan melalui air dengan cara focal oral,juga melalui makanan dengan bantuan lalat.

d. Salmonella Paratyphi

1. Penyebab penyakit demam Para Typoid.

2. Penularan melalui air, juga dengan focal oral. 2. Protozoa

a. Entoniseba Histolitica

(25)

3. Virus

a. Penyebab penyakit hepatitis infektiosa (Infectius Hepatitis) b. Penularan melalui air (Sutrisno, 2006).

B. Air sebagai Tempat tinggal vektor (Breeding Places Vektor)

Beberapa jenis serangga dapat memindahkan kuman penyakit dari seorang penderita kepada orang lain. Serangga yang dapat menularkan kuman penyakit tersebut disebut vektor. Dalam putaran hidupnya vektor mempunyai beberapa bentuk, yaitu: bentuk telur, larva, dan dewasa.

Masing-masing bentuk kehidupan membutuhkan tempat tinggal untuk hidupnya (habitatnya). Dalam hal ini larva dan telur membutuhkan habitat berupa air. contoh: nyamuk Anopheles, nyamuk Culex, nyamuk Aedes Aegeypti.

C. Air Sebagai Media Penularan Penyakit

Beberapa penyakit dapat ditularkan dengan melalui air. Dalam hal ini air berfungsi media atau verhicle (kendaraan). Mengingat air dapat berfungsi sebagai media penularan penyakit, maka untuk mengurangi timbulnya penyakit atau menurunkan angka kematian tersebut salah satunya usahanya adalah meningkatkan penggunaan air minum yang memenuhi persyaratan kualitas dan kuantitas. sebagai contoh: penularan penyakit typus, paratypus, dysentri,

baccilair, kolera.

D. Kandungan Bahan kimia

(26)

1. Arsen (As) : kadar maksimum yang masih dibolehkan dalam air 0,05 mg/l. Dikenal sebagai racun, menyebabkan gangguan pada sistem pencernaan, dan kemungkinan dapat menyebabkan kanker kulit, hati, dan saluran empedu. 2. Barium : kadar maksimum yang masih diperbolehkan dalam air 1,5 mg/l.

Dikenal sebagai bahan kimia yang bersifat toxsis terhadap hati, aliran darah, nervous.

3. Cadnium (Cd) : kadar maksimum yang masih diperbolehkan dalam air 0,01 mg/l. Jika melebihi standar yang ditetapkan, akan menyebabkan unsur tersebut berakumulasi dalam jaringan tubuh sehingga dapat menimbulkan batu ginjal, gangguan lambung, kerapuhan tulang, mengurangi hemoglobin darah, dan pigmentasi gigi.

4. Chromium (Cr) : kadar maksimum yang masih diperbolehkan dalam air 0,05 mg/l. Jika melebihi standar maksimum dapat menyebabkan Carsinogenic pada pernapasan, dan menyebabkan kanker kulit.

5. Lead (timah hitam): kadar maksimum yang masih diperbolehkan dalam air 0,05 mg/l. Dikenal sebagai racun dengan melalui makanan, air, udara, dan menghisap rokok.

6. Mercury (air raksa) : kadar maksimum yang masih diperbolehkan dalam air minum 0,002 mg/l. Dikenal sebagai racun

(27)

dalam darah membentuk methaemoglobine yang dapat menghalangi perjalanan oksigen didalam tubuh.

8. Selenium (Se) : kadar maksimum yang masih diperbolehkan dalam air minum 0,01 mg/l. Dikenal sebagai racun, dan dapat menyebabkan keracunan pada anak, carries pada gigi, kanker pada hati, ginjal dan limpa.

9. Silver (perak) : kadar maksimum yang masih diperbolehkan dalam air minum 0,05 mg/l. Menyebabkan penyakit Argria, warna kulit yang kelabu kebiru-biruan,mata.

10.Sulfat (SO4) : kosentrasi maksimum yang masih diperbolehkan dalam air 250 mg/l. Jika melebihi konsentrsi maksimal yang diperbolehkan dapat menyebabkan rasa mual dan ingin muntah.

11.Besi (Fe) : konsentrasi maksimum yang masih diperbolehkan dalam air 0,3 mg/l. Besi berguna untuk metabolisme. Nilai ambang rasa 2 mg/l. Menimbulkan warna, menyebabakan timbulnya koloidal yang berwarna dalam air.

12.Tembaga : konsentrasi yang masih diperbolehkan dalam air 1 mg/l. Penting untuk metabolisme. Menyebabkan air mempunyai rasa tertentu. Nilai ambang rasa 1-5 mg/l.

13. Chlorida (Cl): konsentrasi maksimum yang masih diperbolehkan dalam air 250mg/l. Kadar yang berlebihan dapat menyebabkan air terasa asin.

(28)

15.Calcium (Ca) : konsentrasi yang di perbolehkan 75-200 mg/l. Jika kurang dari 75 mg/l dapat menyebabkan penyakit tulang rapuh, jika lebih dari 200 mg/l dapat menyebabkan korosifitas pada pipa-pipa air.

16.Magnesium (Mg) : kadar maksimum yang masih diperbolehkan dalam air 150 mg/l. Dalam jumlah kecil dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang, akan tetapi jika lebih dari 150 mg/l dapat menyebabkan rasa mual.

17.Mangan (Mn) :konsentrasi standar maksimum yang masih diperbolehkan adalah 0,05-0,5 mg/l. Konsentrasi lebih besar dari 0,5 mg/l dapat menyebabkan rasa yang aneh pada minuman, meninggalkan warna kecoklatan pada pakaian cucian, dapat juga menyebabkan kerusakan pada hati, dan bersifat toksis pada pernafasan.

18.Tembaga (Cu) : merupakan satu unsur yang penting dan berguna untuk metabolisme. Konsentrasi standar maksimum yang masih diperbolehkan 0,05 mg/l. Jika mekbihi konsentrsi maksimum dapat menyebabkan rasa yang tidak enak pada lidah, dan dapat menyebabakan kerusakan pada hati.

19.Zink (Zn) : konsentrasi standar maksimum yang msih diperbolehkan adalah 1,0 mg/l untuk batas maksimum yang dianjurkan dan 15,0 mg/l untuk batas maksimum yang diperbolehkan. Jika kekurangan Zn dapat menghambat pertumbuhan pada anak dan jika melebihi konsentrsi maksimum menimbulkan rasa pahit dan sepat pada air minum

(29)

21.Nitrit (No2) : dapat menyebabkan terbentuknya Methaemoglobine (menghambat perjalanan oksigen dalam tubuh), dan merupakan zat racun.sehingga pada standar air minum tidak diperbolehkan.

22.Cyanida (CN) : standar konsentrasin yang diperbolehkan adalah 0,05 mg/l. Jika melebihi standar dapat menyebabkan terganggunya metabolisme oksigen dan meracuni hati.

23.Air raksa (Hg) : konsentrsi maksimum yang masih diperbolehkan adalah 0,001 mg/l. Jika melebihi standar yang ditetapakan akan meracuni sel-sel tubuh, merusak ginjal, hati, dan syaraf, selain itu menyebabkan keterbelakangan mental dan cerebral palsy pada bayi (Sutrisno,2006).

2.4 . Persyaratan Air Minum

Agar air minum tidak menyebabkan gangguan kesehatan, maka air tersebut haruslah memenuhi persyaratan-persyaratan kesehatan. Di Indonesia, standart air minum yang berlaku dapat di lihat pada peraturan menteri kesehatan RI No 492/MENKES/PER/IV/2010.

Di dalam peraturan menteri kesehatan RI No 492/MENKES/PER/IV/2010, persyaratan air minum dapat di tinjau dari parameter fisika, parameter kimia, parameter mikrobiologi dan parameter radioaktivitas yang terdapat dalam air minum tersebut.

1. Syarat fisik

(30)

2. Syarat-syarat kimia

Air minum tidak boleh mengandung racun, zat-zat mineral atau zat-zat kimia tertentu dalam jumlah melampaui batas yang telah di tentukan

3. Syarat bakteriologis

Air minum tidak boleh mengandung bakteri-bakteri penyakit (pathogen) sama sekali dan tidak boleh mengandung bakteri-bakteri golongan Coli melebihi batas-batas yang telah ditentukan yaitu 1 coli/100 ml air.

Bakteri golongan coli ini berasal dari usus besar (faeces) dan tanah. Bakteri pathogen yang mungkin ada dalam air antara lain adalah:

a. Bakteri typsum b. Vibro colerae c. Bakteri dysentriae d. Entamoeba hystolotica

e. Bakteri enteritis (penyakit perut)

Air yang mengandung golongan coli dianggap telah terkontaminasi dengan kotoran manusia.

2.5. Air hujan

(31)

tercampur dan melarutkan gas-gas oksigen, nitrogen, karbondioksida, debu, dan senyawa lain. Karena itulah, air hujan juga mengandung debu, bakteri, serta berbagai senyawa yang terdapat dalam udara. Jadi kualitas air hujan juga banyak di pengaruhi oleh keadaan lingkunganya.

Air atmosfir dalam keadaan murni sangat bersih, tetapi sering terjadi pengotoran karena industri, debu dan sebagainya. Oleh karena itu untuk menjadikan air hujan sebagai air minum hendaknya pada waktu menampung air hujan jangan dimulai pada saat hujan mulai turun, karena masih banyak mengandung kotoran. Air hujan memiliki sifat agresif terutama terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak-bak reservoir, sehingga hal ini mempercepat terjadinya karatan (korosi) air hujan juga memiliki sifat lunak, sehingga boros terhadap pemakaian sabun (Waluyo, 2005).

2.5.1 Pemanfaatan air hujan

Pemanfaatan air hujan untuk air minum dan air bersih dalam kebutuhan sehari-hari adalah hal yang biasa dilakukan oleh masyarakat, apalagi di daerah pedalaman dan daerah yang belum dijangkau oleh jalur distribusi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).

Air hujan untuk kebutuhan air bersih mandi, cuci, kakus (MCK). Sebenarnya tidak ada masalah, hanya yang perlu diperhatikan adalah penggunaan air hujan untuk air minum. Karena kandungan rata-rata air hujan di Indonesia:

(32)

4. Kandungan organik tinggi (> 10) 5. Zat besi tinggi (> 0,3)

Panggunaan air hujan untuk air minum dalam jangka panjang di khawatirkan akan menyebabkan rapuhnya tulang dan gigi (Yusuf, 2009)

2.5.2 Jenis-jenis hujan

Hujan di bedakan menurut terjadinya, ukuran butiranya, atau curah hujannya. Jenis-jenis hujan berdasarkan terjadinya:

1. Hujan siklonal

Yaitu hujan yang terjadi karena udara panas yang naik d sertai dengan angin berputar.

2. Hujan zenithal

Yaitu hujan yang sering terjadi didaerah sekitar ekuator, akibat pertemuan Angin Pasat Timur Laut dengan Angin Pasat Tenggara. Kemudian angin tersebut naik dan membentuk dan membentuk gumpalan-gumpalan awan di sekitar ekuator yang berakibat awan menjadi jenuh dan turunlah hujan.

3. Hujan orografis

(33)

4. Hujan frontal,

Yaitu hujan yang terjadi apabila masa udara yang dingin bertemu dengan massa udara yang panas. Tempat pertemuan kedua massa tersebut disebut front. Karena lebih berat, massa udara dingin lebih berada di bawah. Di sekitar bidang front inilah sering terjadi hujan lebat yang disebut hujan front.

5. Hujan muson

Yaitu hujan yang terjadi karena Angin Musim (Angin Muson). Penyebab terjadinya angin muson adlah karena adanya pergerakan semu tahunan matahari antara garis balik utara dan Garis balk selatan. Di Indonesia terjadi bulan Oktober sampe April, sementara dikawasan Asia Timur terjadi pada bulan Mei sampai Agustus, Siklus Muson inilah yang menyebabkan adanya penghujan dan musim kemarau.

Jenis-jenis hujan berdasarkan ukuran butiranya:

1. Hujan gerimis/drizzle, diameter butiranya kurang dari 0,5 mm.

2. Hujan salju, terdiri dari kristal-kristal es yang suhunya berada di bawah 00 C. 3. Hujan batu es,curahan batu es yang turun dalam cuaca panas dari awan yang yang

suhunya di bawah 00 C.

4. Hujan deras/rain, curahan air yang turun dari awan dengan suhu diatas00C, dengan diameter 7 mm.

Jenis-jenis hujan berdasarkan besarnya curah hujan (defenisi BMKG) 1. Hujan sedang, 20 -50 mm per hari

(34)

2.5.3 Kualitas Air Hujan

Batas nilai rata-rata pH air hujan adalah 5,6 merupakan nilai yang dianggap normal atau hujan alami seperti yang telah disepakati secara internasional oleh badan dunia WMO (World Meteorological Organization). Apabila pH air hujan lebih rendah dari 5,6 maka hujan bersifat asam, atau sering disebut dengan hujan asam dan apabila pH air hujan lebih besar dari 5,6 maka hujan bersifat basa. Dampak hujan yang bersifat asam dapat mengikis bangunan/gedung atau bersifat korosif terhadap bahan bangunan, merusak kehidupan biota di danau-danau, dan aliran sungai (Ariayanti,2004).

Kandungan rata-rata air hujan di Indonesia: 1. Mineral rendah

2. Kesadahan rendah

3. PH rendah (antara 3,0- 6,0) 4. Kandungan organik tinggi (> 10) 5. Zat besi tinggi (> 0,3)

Panggunaan air hujan untuk air minum dalam jangka panjang di khawatirkan akan menyebabkan rapuhnya tulang dan gigi (Yusuf, 2009).

2.5.4 Pemanenan Air Hujan (Rainwater Harvesting)

(35)

Pemanenan air hujan (rainwater harvesting) sudah banyak dilakukan sejak lama, khususnya di pedesaan dimana sumber air lainnya, yaitu air tanah tidak mencukupi, atau pengadaannya terlalu mahal. Pemanenan air hujan digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan ternak, terutama menjelang dan selama musim kemarau panjang. Cara yang dilakukan yaitu dengan pengumpulan air hujan yang mengucur dari atap rumah. Untuk skala besar pemanenan air hujan dapat dilakukan didaerah tangkapan air (Suripin, 2002).

Agar air hujan yang berkualitas baik dapat dikumpulkan dari air hujan yang berasal dari atas atap rumah. Tentu saja atap rumah yang bersih dan terbuat dari bahan yang tahan erosi, misalnya genteng yang dilapisi aluminium atau semen, atau sirap. Demikian juga, bak penampung juga harus bersih. Sebaliknya air yang berasal dari hujan pada awal musim hujan dibuang, tidak dimasukkan ke dalam bak penampungan. Hal ini dimasukkan bahwa pada awal musim hujan, atap masih kotor.

Secara garis besar, ada tiga komponen dalam alat pemanenan air hujan ini.

Collector berupa atap bangunan, conveyor sebagai saluran air, dan storage berupa

tangki penyimpanan air. Awalnya, air hujan akan menerpa atap bangunan dan tarkumpul melalui talang (gutter) di sekeliling bangunan. Agar terhindar dari pencemaran, dinding atap itu tidak boleh menggunakan bahan asbes serta jangan mengalami pengecatan yang mengandung unsur yang mungkin mencemari air, seperti

chrome, besi atau metal. Atap sebaliknya juga tidak terganggu oleh pepohonan,

sehingga tidak ada dedaunan atau kotoran hewan yang ikut mengalir melalui

(36)

Air hujan yang akan digunakan untuk kebutuhan air minum harus diadakan perlakuan khusus, yaitu: air hujan harus disaring menggunakan bak atau drum yang berisi batu kerikil dan arang batok kelapa yang sudah dicuci bersih,air yang sudah disaring kemudian disimpan di di bak penyimpanan dan diberikan kapur gamping atau kapur sirih dengan takaran 2 sendok makan penuh untuk 1000 liter air, kemudian sebelum air dimasak ditambahkan garam sedikit untuk penambahan mineral (Yusuf, 2009).

2.6. Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan mempunyai pengertian sebagai upaya pemberdayaan masyarakat untuk memulihkan, meningkatkan, dan melindungi kesehatan diri dan lingkungannya (Depkes RI, 2005).

Batasan promosi kesehatan yang lain dirumuskan oleh Yayasan Kesehatan Victoria (Victorian Health Fundation-Australia, 1997) menekankan, bahwa promosi kesehatan adalah suatu program perubahan perilaku masyarakat yang menyeluruh dalam konteks masyarakatnya (Notoatmodjo, 2005).

Green juga mengemukakan bahwa perilaku ditentukan oleh tiga faktor utama yaitu :

1. Faktor predisposisi, yang meliputi pengetahuan dan sikap seseorang.

2. Faktor pemulihan, yang meliputi sarana, prasarana, dan fasilitas yang mendukung perubahan pelaku.

(37)

Salah satu kegiatan promosi kesehatan adalah pemberikan informasi atau pesan kesehatan berupa penyuluhan kesehatan untuk memberikan atau meningkatkan pengetahuan dan sikap tentang kesehatan agar memudahkan terjadinya perilaku sehat (Notoatmodjo, 2005).

Penyuluhan kesehatan adalah menambah pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui teknik praktek belajar atau instraksi dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia baik secara individu, kelompok maupun masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai hidup sehat (Herawati, 2001).

2.7. Pengetahuan

Dalam pemahaman umum pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan isinya termasuk manusia dan kehidupannya (Keraf, 2001).

Notoadmodjo, 2005 berpendapat, pengetahuan adalah hasil penginderaan pada manusia atau hasil seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya. Dengan sendirinya pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atas tingkatan yang berbeda-beda, yang secara garis besar dapat dibagi dalam enam tingkatan pengetahuan, yaitu : 1. Tahu (know)

(38)

2. Memahami (comprehension)

Pada tingkatan ini orang sudah paham dan dapat menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar juga.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

4. Analisis (analysis)

Pada tingkatan ini sudah ada kemampuan untuk menjabarkan materi yang telah dipelajari dalam komponen-komponen yang berkaitan satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis merupakan kemampuan untuk menyusun formalasi baru dari formulasi-formulasi yang ada dengan cara meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek, dimana penilaian berdasarkan pada kriteria yang dibuat sendiri atau pada kriteria yang sudah ada.

2.8. Sikap

(39)

dipakai berupa teori rangsangan balas (stimulus-response theory) atau teori penguat (reinforcemen-theory) ini dapat digunakan untuk menerangkan berbagai gejala tingkah laku sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan faktor predisposisi bagi seseorang untuk berprilaku.

Allen, guy dan Edgley (Azwar, 2005). mengatakan bahwa sikap adalah suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial atau secara sederhana. Sikap merupakan respons terhadap stimulasi sosial yang telah terkondisikan.

Struktur sikap terdiri dari tiga komponen yang saling menunjang yaitu komponen kognitif (cognitive), komponen afektif (affective) dan komponen konotatif (conative). Komponen kognitif merupakan represintasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap mengenai apa yang berlaku atau yang benar bagi obyek sikap. Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional subjektif seseorang terhadap suatu obyek sikap. Komponen konaktif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional subjektif seseorang terhadap suatu obyek sikap. Komponen konaktif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Interaksi antara ketiga komponen adalah selaras dan konsisten, dikarenakan apabila dihadapkan dengan suatu obyek sikap yang sama maka ketiga komponen sikap tidak konsisten dengan yang lain, maka akan terjadi ketidakselarasan yang menyebabkan timbulnya mekanisme perubahan sikap sedemikian rupa sehingga konsisten itu tercapai kembali (Azwar, 2005).

(40)

sosial yang mempengaruhi. Interaksi sosial ini meliputi hubungan antara individu dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan biologis yang ada disekelilingnya. Faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang yang berpengaruh, media massa, institusi pendidikan maupun lembaga agama. Dengan perkataan lain, sikap merupakan perubahan yang meniru orang lain karena orang lain tersebut dianggap sesuai dengan dirinya (Azwar, 2005).

Sikap mempunyai arah artinya sikap terpilah pada dua arah ketujuan yaitu setuju atau tidak setuju. Orang yang setuju terhadap suatu obyek maka arahnya positif dan sebaliknya orang yang tidak setuju maka arahnya negatif. Sikap memiliki intensitas artinya kekuatan sikap terhadap sesuatu belum tentu sama walaupun arahnya mungkin tidak berbeda. Dua orang yang sama memiliki sikap yang berarah negatif belum tentu memiliki sikap negatif yang sama intensitasnya. Sikap juga memiliki konsistensi, maksudnya adalah kesesuaian antara pernyataan sikap yang dikemukakan dengan respon terhadap obyek sikap dimaksud.

2.9. Tindakan

(41)

Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan

faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain fasilitas dan

dukungan.

Beberapa tingkatan praktek / tindakan :

1. Persepsi (Perception)

Mengenal/memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan

diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

2. Respon Terpimpin (quided response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan

contoh adalah merupakan praktek tingkat dua

3. Mekanisme (Mecanisme)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis,

atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka dia sudah mencapai tingkat

tiga.

4. Adopsi (Adoption)

Adopsi adalah sesuatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan

baik, artinya tindakan itu sudah di modifikasinya tanpa mengurangi kebenaran

(42)

40

2.10. Kerangka Konsep Penelitian

Adapun yang merupakan kerangka konsep penelitian ini adalah seperti yang tercantum pada gambar di bawah ini.

Pengetahuan

Pengetahuan sebelum Penyuluhan

Sesudah Penyuluhan Penyuluhan Dalam

Pemanfaatan Air Hujan Sebagai Sumber Air Bersih

2.11. Hipotesa penelitian

Hipotesa dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ho : Tidak ada perbedaan pengetahuan, sikap, dan tindakan setelah diberikan penyuluhan dalam pemanfaatan air hujan.

Ha : Ada perbedaan pengetahuan, sikap, dan tindakan setelah diberikan penyuluhan dalam pemanfaatan air hujan

Tindakan Sebelum Penyuluhan

Sikap Sebelum Penyuluhan

Sikap Sesudah Penyuluhan

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah eksperimen dengan menggunakan desain quasi eksperimen dimana bentuk desain yang dipakai adalah One Group Pretest-Posttest. yang bertujuan untuk menggambarkan pengetahuan, sikap, dan tindakan dalam pemanfaatan air hujan sebagai sumber air bersih sebelum dan sesudah penyuluhan pada masyarakat di RW 06 Desa Pematang Duku Kecamatan Bengkalis Kabupaten Bengkalis.

Dimana dalam penelitian ini tidak ada kelompok pembanding (control) tetapi dilakukan observasi pertama (Pretest) yang memungkinkan peneliti dapat menguji perubahan yang terjadi setelah adanya penyuluhan.

01 x 02

Keterangan : 01 = Pre test

X = Penyuluhan tentang pemanfaatan air hujan 02 = Post test

(44)

3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di RW 06 Desa Pematang Duku Kecamatan Bengkalis Kabupaten Bengkalis.

Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian tersebut adalah:

1. Belum adanya air bersih yang dikelola pemerintah setempat, dimana penduduknya memanfaatkan air hujan sebagai sumber air bersih

2. Adanya gangguan kesehatan seperti sakit tulang, karies gigi dan sebagainya 3. Di daerah ini belum pernah dilakukan penelitian tentang pemanfaatan air hujan

sebagai sumber air bersih

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari Sampai Maret 2011.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi adalah sekelompok individu yang tinggal di wilayah yang sama dan yang akan diteliti, jadi populasi penelitian ini adalah seluruh ibu rumah tangga yang tinggal di RW.06 Desa Pematang Duku yang berjumlah 350 orang.

3.3.2. Sampel

(45)

ibu rumah tangga yang tinggal di RW.06 Desa Pematang Duku Kecamatan Bengkalis Kabupaten Bengkalis yaitu sebanyak 50 orang.

3.3.3. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling yaitu sampel yang diambil berdasarkan kriteria tertentu, yaitu masyarakat yang menggunakan drum-drum sebagai tempat penampungan air hujan. Menurut Arikunto (2006), 14% dari jumlah populasi sudah dapat mewakili sampel. Oleh karena itu jumlah sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 50 orang.

Dengan cara mendatangi tiap-tiap rumah sampel, sekaligus memberikan penyuluhan dan pembagian brosur (lefleat).

3.4. Metode Pengambilan Data 3.4.1. Jenis Data

1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini adalah: a. Karakteristik responden

b. Pengetahuan responden dalam pemanfaatan air hujan sebagai sumber air bersih.

(46)

2. Data Sekunder

Data sekunder ini diperoleh dari Kantor Kepala Desa Pematang Duku Kecamatang Bengkalis Kabupaten Bengkalis. Berupa data : Luas wilayah, Jumlah penduduk, agama penduduk, Jenis pekerjaan penduduk, suku atau ras penduduk.

3.4.2. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada masyarakat yang menjadi responden dengan menggunakan kuesioner tentang pemanfaatan air hujan, sedangkan pengumpulan data sekunder diperoleh dari data yang ada di Kantor Kepala Desa Pematang Duku Kecamatan Bengkalis Kabupaten Bengkalis.

3.5. Tahapan Penelitian

Penelitian dilakukan dengan cara:

1. Melakukan survei pendahuluan pada bulan Desember untuk mengetahui karakteristik wilayah penelitian dan menentukan karakteristik responden yang akan dipilih sebagai responden penelitian.

2. Memberikan penjelasan tentang tujuan penelitian yang akan dilakukan kepada Kepala Desa di Desa Pematang Duku sekaligus mengambil profil kantor kepala desa mengenai karakteristik responden pada bulan Februari.

(47)

4. Melakukan intervensi berupa penyuluhan dengan materi yang telah dipersiapkan yang dilakukan dengan teknik penyuluhan ceramah, sekaligus pembagian brosur (leaflet) tentang pemanfaatan air hujan. Ini dilakukan dengan mendatangi rumah ke rumah.

- Memberikan salam - Perkenalan

- Memberikan materi penyuluhan - Tanya jawab

- penutupan

5. Kemudian dua minggu setelah penyuluhan, dilakukan post-test tentang hal yang sama kepada responden yang sama dengan menggunakan kuesioner yang sama juga.

3.6. Defenisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan pengertian dalam penelitian ini maka penulis memberi batasan sebagai berikut:

1. Pengetahuan adalah apa yang diketahui oleh masyarakat tentang pemanfaatan air hujan sebagai submer air bersih meliputi penampungan air hujan, penyimpanan air hujan serta pengolahan air hujan.

(48)

3. Tindakan adalah perlakukan atau kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat sebagai respon dari apa yang telah diketahuinya mengenai penampungan air hujan yang meliputi penyimpanan air hujan dan pengolahan air hujan

4. Pemanfaatan air hujan adalah bagaimana cara memperlakukan air hujan yang meliputi penampungan air hujan, penyimpanan air hujan dan pengolahan air hujan sehingga tidak menyebabkan gangguan kesehatan.

5. Penyuluhan pemanfaatan air hujan sebagai sumber air bersih adalah memberikan penyuluhan dengan metode ceramah dan pembagian brosur (leafleat) tentang pemanfaatan air hujan.

3.7. Aspek Pengukuran

Cara yang digunakan dalam menentukan skor adalah dengan menggunakan “Skala Likert. Cara pengukurannya adalah dengan menghadapkan seorang responden dengan sebuah pertanyaan dan kemudian diminta untuk memberikan jawaban. (Singarimbun, 1989).

Skala pengukuran pengetahuan, sikap dan tindakan didasarkan pada jawaban responden dari semua pertanyaan yang diberikan (Pratomo, 1990).

1. Nilai baik, apabila responden mendapat nilai > 75% dari skor yang ada

2. Nilai sedang, apabila responden mendapat nilai 40%-75 dari seluruh skor yang ada, yaitu

(49)

1. Pengetahuan

Jumlah pertanyaan 16 dengan total skor 32 Setiap pertanyaan mempunyai 3 pilihan: Jawaban benar skor : 2

Jawaban salah skor : 1 Jawaban tidak tahu skor: 0

Kriteria pengukuran adalah sebagai berikut:

a. Tingkat pengetahuan baik jika responden menjawab pertanyaan dengan total skor > 24

b. Tingkat pengetahuan sedang jika responden mampu menjawab pertanyaan dengan total skor 12,8 – 24

c. Tingkat pengetahuan kurang jika responden mendapat total skor < 12,8

2. Sikap

Jumlah pertanyaan 14 dengan total skor 28 Setiap pertanyaan mempunyai 2 pilihan: Jawaban setuju skor : 2 Jawaban tidak setuju skor : 1

Kriteria pengukuran adalah sebagai berikut:

a. sikap baik jika responden mampu menjawab pertanyaan dengan total skor >21 b. Sikap sedang jika responden mampu menjawab pertanyaan dengan total skor

11,2 – 21

(50)

3. Tindakan

Jumlah pertanyaan 10 dengan total skor 20 Setiap pertanyaan mempunyai 2 pilihan: Jawaban a skor : 2

Jawaban b skor : 1

Kriteria pengukuran adalah sebagai berikut:

a. Tindakan baik jika responden mampu menjawab pertanyaan dengan total skor > 15

b. Tindakan sedang jika responden mampu menjawab pertanyaan dengan total skor 8-15

c. Tindakan kurang jika responden mendapat total skor <8

3.8. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan teknik manual, pelaksanaannya dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Editing yatiu data yang telah diperoleh diperiksa kebenarannya

2. Koding, yatiu mengklasifikasikan jawaban menurut macamnya dengan memberi kode tertentu

3. Entri data

3.9. Analisa Data

(51)

49

Analisa data dilakukan dengan menginterprestasikan hasil penelitian dengan membandingkan literatur-literatur maupun dengan hasil-hasil penelitian yang relevan.

Untuk menghitung efek perlakuan dengan model pre-tset dan post-test one group maka digunakan uji Wilcoxon, perhitungan efek perlakukan ini menggunakan bantuan komputer. Penarikan kesimpulan yang dilakukan di dasarkan pada taraf signifikansi p<0,05 (Arikunto, 2006)

(52)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1. Keadaan Demografi di Desa Pematang Duku

Desa Pematang Duku terletak di sebelah timur kota Bengkalis, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

1. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Penebal

2. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Kembung Luar 3. Sebelah selatan berbatasan dengan desa Ketam Putih 4. Sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Bantan

Desa Pematang Duku terdiri dari enam RW yaitu. RW.01, RW.02, RW.03, RW.04, RW.05, RW.O6. Desa Pematang Duku memiliki luas wilayah 10,20 KM2. Penduduk Desa Pematang Duku pada tahun 2009 berjumlah 7649 jiwa yang terdiri dari 3559 jiwa laki-laki dan 4050 jiwa perempuan.

(53)
[image:53.612.115.534.125.374.2]

Tabel 4.1. Distribusi penduduk menurut golongan umur di Desa Pematang Duku tahun 2009

Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan No Golongan Umur

n % n %

1 0-12 bulan 207 5,75 135 3,34

2 13-48 bulan 256 7,11 268 6,61

3 5-6 tahun 262 7,27 244 6,02

4 7-12 tahun 435 12,08 516 12,74

5 13-15 tahun 292 8,11 396 9,78

6 16-18 tahun 333 9,25 409 10,09

7 19-25 tahun 510 14,17 588 14,51

8 26-35 tahun 282 7,88 462 11,40

9 36-45 tahun 326 9,05 401 9,90

10 46-50 tahun 392 10,89 422 10,4

11 51-60 tahun 167 4,64 131 3,23

12 61-75 tahun 134 3,72 76 1,87

13 >76 tahun 3 0,08 2 0,05

Total 3599 100,00 4050 100,00

Profil Kantor Kepala Desa Pematang Duku, Tahun 2009

(54)
[image:54.612.115.536.125.251.2]

Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di Desa Pematang Duku Tahun 2009

No Tingkat Pendidikan Jumlah %

1 Tidak/Belum Sekolah 746 9,75

2 SD 1019 13,32

3 SLTP 1212 15,87

4 SLTA 3243 42,39

5 AK/Diploma 577 7,54

6 Universitas 852 11,13

Total 7649 100,00

Profil Kantor Kepala Desa Pematang Duku, Tahun 2009

Pada Tabel 4.2. di atas menunjukkan bahwa penduduk terbanyak dengan tingkat pendidikan SLTA yaitu 3243 orang (42,39%). Sedangkan yang terendah adalah tingkat pendidikan AK/Diploma yaitu 577 orang (7,54%).

Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Pematang Duku Tahun 2009

No Jenis Pekerjaan Jumlah %

1 Wiraswasta 1768 45,01

2 Pegawai Negeri 601 15,30

3 Pegawai swasta 540 13,74

4 Petani 1019 25,94

Total 3928 100,00

Profil Kantor Kepala Desa Pematang Duku, Tahun 2009

[image:54.612.113.538.419.514.2]
(55)
[image:55.612.115.534.126.188.2]

Tabel 4.4. Distribusi Penduduk Menurut agama di Desa Pematang Duku Tahun 2009

No Agama Jumlah %

1 Islam 7646 99,96

2 Budha 3 0,04

Total 7649 100,00

Profil Kantor Kepala Desa Pematang Duku, Tahun 2009

Pada Tabel 4.4. di atas menunjukkan bahwa penduduk terbanyak dengan agama Islam yaitu 7646 orang (99,96%). Sedangkan yang terendah adalah penduduk dengan agama Budha yaitu 3 orang (0,04%).

4.1.2. Sumber Air Bersih Penduduk di Desa Pematang Duku tahun 2009

Sebagian besar penduduk memanfaatkan sumber air bersih dari sumur gali dan air hujan sebagai sumber air bersih, belum ada yang yang menggunakan air PAM.

4.2. Gambaran Umum Responden

(56)

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Dalam Pemanfaatan Air Hujan Sebagai Sumber Air Bersih Di RW 06 Desa Pematang Duku Tahun 2011

No Umur Responden Jumlah (orang) Persentase (%)

1 21-40 tahun 20 40

2 41-60 tahun 29 58

3 > 60 tahun 1 2

Total 50 100

No Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

1 SD 6 12

2 SLTP 7 14

3 SLTA 24 48

4 AK/ Diploma 8 16

5 UNIVERSITAS 5 10

5 Total 50 100

No pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Tidak Bekerja 23 46

2 Wiraswata 14 28

3 PNS 13 26

Total 50 100

[image:56.612.115.533.141.368.2]
(57)

4.3. Gambaran Pengetahuan Responden Dalam Pemanfaatan Air hujan 4.3.1. Gambaran Pengetahuan Responden Dalam Pemanfaatan Air Hujan

[image:57.612.110.537.173.700.2]

Sebagai Sumber Air Bersih

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Dalam Pemanfaatan Air Hujan Sebagai Sumber Air Bersih Sebelum dan Sesudah

penyuluhan

Sebelum Penyuluhan

Sesudah Penyuluhan

NO Pengetahuan Responden

JUMLAH % JUMLAH % 1 Pengertian Air Bersih Secara Umum

a. Air Yang Tidak Keruh 23 46 2 4

b. Air Yang Tidak Berwarna, tidak berbau, tidak berasa, tidak mengandung bibit penyakit dan tidak mengandung bahan kimia yang berbahaya

24 48 48 96

c. Tidak tahu 3 6

TOTAL 50 100 50 100

2 Pengertian air hujan secara umum

a. Air yang turun dari langit 26 52 1 2

b. Air yang menguap karena panas dan dengan proses kondensasi(perubahan uap air menjadi tetes air yang sangat kecil) membentuk tetes air yang lebih besar kemudian jatuh lagi

kepermukaan bumi

23 46 49 98

c. Tidak tahu 1 2

TOTAL 50 100 50 100

3 Mengapa atap rumah dan saluran air harus selalu dibersihkan

a. Agar jadi lebih bersih 27 54 1 2

b. Supaya tidak sampah dedaunan dankotoran burung yang bisa mencemari air hujan

23 46 49 98

c. tidak tahu

TOTAL 50 100 50 100

4 Dimanalokasi atau tempat yang baik untuk meletakkan tempat

penampungan air hujan

a. Dibawah atap rumah 21 42 2 4

b. Harus jauh dari pepohanan dan sumber pencemaran

27 54 48 96

(58)

Tabel 4.6 (Lanjutan)

5 Secara Umum langkah apa yang bisa dilakukan agar mendapatkan air hujan yang baik

a. memasang saringan (filter) 28 56 5 10

b. selalu membersihkan atap rumah, saluran air, dan memasang saringan (filter) pada saluran air

19 38 45 90

c. tidak tahu 3 6

TOTAL 50 100 50 100

6 Mengapa tidak diperbolehkan

menampung air hujan pada saat hujan mulai turun

a. Karena air masih kotor 23 46 5 10

b. Karena air masih mengandung debu, sampah dan bahan pencemar yang bisa mengganggu kesehatan

21 42 45 90

c. tidak tahu 5 10

TOTAL 50 100 50 100

7 Mengapa tempat penampungan air hujan harus bangunan tempat penampungan yang baik

a. Agar air hujan bisa disimpan lebih lama 17 34 4 8

b. Agar terhindar dari pencemaran dan mencukupi kebutuhan

22 44 46 82

c. Tidak tahu 11 22

TOTAL 50 100 50 100

8 Mengapa tempat penampungan air hujan harus memiliki tutup

a. Supaya air tidak tercemar 19 38 8 16

b. Agar air tidak tercemar dan menjadi sarang vektor-vektor penyakit

22 44 42 84

c. tidak tahu 9 18

TOTAL 50 100 50 100

9 Mengapa air hujan harus bebas dari

pencemaran sampah dedaunaan dan kotoran hewan

a. Agar kelihatan bersih dan tidak mengandung bibit penyakit

20 40 8 16

b. Agar air yang ada tidak menimbulkan gangguan kesehatan dan bisa dikonsumsi masyarakat

20 40 42 84

c. Tidak tahu 10 20

[image:58.612.108.537.89.694.2]
(59)

Tabel 4.6. (lanjutan)

10 Mengapa tempat penampungan air hujan

harus bebas dari tempat perkembang biakan vektor penyakit

a. Agar air hujan lebih bersih 16 32 5 10

b. Agar air hujan menjadi sumber air bersih yang sehat dan tidak menimbulkan gangguan kesehatan

21 42 45 90

c. Tidak tahu 13 26

TOTAL 50 100 50 100

11 Mengapa air hujan dapat menimbulkan

gangguan kesehatan

a. Karena air hujan memilik kandungan mineral yang rendah

17 34 9 18

b. Air hujan mudah tercemar bahan kimia,bisa menjadi sarang perkembang biakan vektor penyakit, dan mengandung mineral yang rendah

22 44 41 82

c. Tidak tahu 11 22

TOTAL 100 50 100

12 Mengapa untuk kebutuhan Air minum

tidak direkomendasi dari air hujan

a. Air hujan belum mencukupi persyaratan untuk air minum

19 38 10 20

b. Air hujan lebih mudah tercemar, mengandung mineral yang rendah sehingga dapat mengganggu kesehatan

18 36 40 80

c. Tidak tahu 13 26

TOTAL 50 100 50 100

13 Mengapa tempat penampungan air hujan

harus selalu dibersihkan

a. Agar air tidak kotor 14 24 8 16

b. Untuk mencegah tempat penampungan air menjadi sarang vektor dan air tidak tercemar

17 34 42 84

c. Tidak tahu 9 18

TOTAL 50 100 50 100

14 Mengapa air hujan dikatakan bukan

sumber bersih yang baik dan sehat

a. Air hujan memiliki kandungan mineral yang rendah

14 28 8 16

b. Air hujan sudah mengalami pencemaran, mengandung bahan kimia yang dapat menyebabkan penyakit dan rendah mineral

18 36 42 84

[image:59.612.109.537.88.708.2]
(60)

Tabel 4.6. (lanjutan)

15 Gangguan kesehatan yang diakibatkan karena mengkosumsi air hujan

a. tidak ada 13 26 11 22

b. Dapat menyebabkan rapuhnya tulang dan karies gigi karena memiliki kandungan kalsium yang rendah

17 34 39 78

c. tidak tahu 20 40

TOTAL 50 100 50 100

16 Mengapa perlu dipasang saringan (filter) dalam penampungan air hujan sebagai sumber air bersih

a. Agar mendapatkan air hujan yang baik 12 24 19 38

b. agar air hujan tidak kotor, dan tercemar sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan

13 26 31 62

c. tidak tahu 25 50

TOTAL 50 100 50 100

Berdasarkan tabel 4.6. diperoleh bahwa sebagian besar responden yaitu 23 orang (46%) sebelum penyuluhan dan 2 orang (4%) sesudah penyuluhan kurang mengerti tentang pengertian air bersih secara umum, 24 orang (48%) sebelum penyuluhan dan 48 orang (96%) sesudah diberikan penyuluhan sudah mengerti tentang pengertian air bersih secara umum, dan yang tidak tahu tentang pengertian air bersih secara umum adalah sebanyak 3 orang (6%) sebelum di berikan penyuluhan.

Sebagian besar responden yaitu 26 orang (52%) sebelum penyuluhan dan 1 orang (2%) sesudah penyuluhan kurang mengerti tentang pengertian air hujan secara umum, 23 orang (46%) sebelum penyuluhan dan 49 orang (98%) sesudah penyuluhan sudah mengerti tentang pengertian air hujan secara umum, dan yang tidak tahu tentang pengertian air hujan secara umum 1 orang (2%) sebelum penyuluhan.

[image:60.612.108.534.89.322.2]
(61)

atap rumah dan saluran air, 23 orang (46%) sebelum penyuluhan dan 49 orang (98%) sesudah penyuluhan sudah mengerti tentang pentingnya membersihkan atap rumah dan saluran air, dan yang tidak tahu tidak ada ditemukan.

Sebagian besar responden yaitu 21 orang (42%) sebelum penyuluhan dan 2 orang (4%) sesudah penyuluhan kurang mengerti dimana lokasi atau tempat yang baik meletakkan tempat penampungan air hujan, 27 orang (54%) sebelum penyuluhan dan 48 orang (96%) sesudah penyuluhan sudah mengerti lokasi atau tempat meletakkan tempat penampungan air hujan, dan yang tidak tahu sebanyak 2 orang (4%) sebelum penyuluhan.

Sebagian besar responden yaitu 28 orang (56%) sebelum penyuluhan dan 5 orang (10%) sesudah penyuluhan kurang mengerti langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk mendapatkan air hujan yang baik, 19 orang (38%) sebelum penyuluhan dan 45 orang (90%) sesudah penyuluhan sudah mengerti langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk mendapatkan air hujan yang baik, dan yang tidak tahu sebanyak 3 orang (6%) sebelum penyuluhan.

Sebagian besar responden yaitu 23 orang (46%) sebelum penyuluhan dan 5 orang (10%) sesudah penyuluhan kurang mengerti mengapa tidak diperbolehkan menampung air hujan pada saat hujan mulai turun, 21 orang (42%) sebelum penyuluhan dan 45 orang (90%) sesudah penyuluhan sudah mengerti mengapa tidak diperbolehkan menampung air hujan pada saat hujan mulai turun, dan yang tidak tahu sebanyak 5 orang (10%) sebelum penyuluhan.

(62)

penampungan air hujan yang baik, 22 orang (44%) sebelum penyuluhan dan 46 orang (92%) sesudah penyuluhan sudah mengerti pentingnya memiliki tempat penampungan air hujan yang baik, dan yang tidak tahu sebanyak 11 orang (22%) sebelum penyuluhan.

Sebagian besar responden yaitu 19 orang (38%) sebelum penyuluhan dan 8 orang (16%) sesudah penyuluhan kurang mengerti tentang pentingnya tempat penampungan air hujan memilik tutup, 22 orang (44%) sebelum poenyuluhan dan 42 orang (84%) sesudah penyuluhan sudah mengerti pentingnya tempat penampungan air hujan memiliki tutup, dan yang tidak tahu sebanyak 9 orang (18%) sebelum penyuluhan.

Sebagian besar responden yaitu 20 orang (40%) sebelum penyuluhan dan 8 orang (16%) sesudah penyuluhan kurang mengerti mengapa air hujan harus bebas dari pencemaran sampah dedaunan dan kotoran hewan. 20 oran

Gambar

Tabel 4.1. Distribusi penduduk menurut golongan umur di Desa Pematang Duku tahun 2009
Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di Desa Pematang Duku Tahun 2009
Tabel 4.4. Distribusi Penduduk Menurut agama di Desa Pematang Duku Tahun 2009
Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Dalam Pemanfaatan Air Hujan Sebagai Sumber Air Bersih Di RW 06 Desa Pematang Duku Tahun 2011
+7

Referensi

Dokumen terkait

Komponen yang kedua adalah common humanity, pada siswa dengan budaya Sunda di SMA “X” Kota Bandung berdasarkan teori Neff (2003) berarti kesadaran individu bahwa kegagalan

Dalam penelitian ini yang menjadi informan antara lain adalah (a.) pejabat atau pegawai Departemen Keuangan sebagai konseptor atau duduk sebagai tim rancangan Undang-undang nomor

Mungkin menyebabkan iritasi pernapasan atau efek paru-paru lainnya setelah inhalasi kabut minyak yang berulang atau dalam waktu lama pada level kandungan bahan di udara di atas

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka kesimpulan dari penelitian ini yaitu: 1) Secara simultan, variabel ukuran perusahaan, debt to equity ratio ,

Santoso (2003, 8.3) mengungkapkan sastra anak adalah karya seni yang imajinatif dengan usur estetisnya dominan yang bermediumkan bahasa baik lisan maupun tertulis yang

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 77 Tahun 2015 Tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit.. Departemen Kesehatan

Yang dikhawatirkan oleh masyarakat Kampung Bantar Karet adalah saat PT Antam Tbk UBPE Pongkor yang sewaktu-waktu dapat meminta sawah tersebut, kelak jika perusahaan memerlukan

Pada ANOVA yang dilanjutkan dengan uji LSD, hasilnya menunjukkan bahwa pada pengamatan menit ke-120, pemberian ektrak tapak liman dosis 400 mg/kg BB menunjukan adanya hambatan