• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peralihan Mata Pencaharian Masyarakat dari Sektor Pertanian ke Sektor Pertambangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peralihan Mata Pencaharian Masyarakat dari Sektor Pertanian ke Sektor Pertambangan"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

Peralihan Mata Pencaharian Masyarakat dari Sektor

Pertanian ke Sektor Pertambangan

(Studi Deskriptif Perubahan Status Sosial- Ekonomi Masyarakat di Desa Rambat Kabupaten Bangka Barat)

Disusun Oleh :

Yandi Deriawan

060901053

Departemen Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara

(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas

rahmat dan karunia-nya yang senantiasa menyertai dan menaungi penulis sehingga

penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan skripsi ini. Serta tidak lupa penulis

mengucapkan shalawat dan salam atas junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang

syafa’at nya sangat diharapkan dihari kelak. Penulisan skripsi ini merupakan sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari Deparemen Sosiologi, Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmi Politik, Universias Sumatra Utara. Adapun judul dari skripsi ini

yaitu : “Peralihan Mata Pencaharian dari Petani Lada ke Penambang Timah

Inkonvensional”

Skripsi ini secara khusus penulis persembahkan kepada yang teristimewa

kedua orang tua ibunda tercinta Wahyu Ningsih dan ayah saya Boimen, atas semua

doa, dukungan, pengorbanan dan kasih sayangnya yang diberikan kepada penulis

sampai saat ini.

Dalam penulisan Skripsi ini penulis menyadari masih banyak terdapat

kekurangan dan kelemahan serta masih jauh dari kesempurnaan, hal ini karena

adanya hambatan yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan pengalaman

penulis dalam penelitian. Namun, berkat pertolongan Allah SWT yang selalu

memberikan kekuatan, ketabahan, dan keyakinan kepeda penulis serta berkat

dukungan,bimbingan, dan arahan dari seluruh pihak, sehingga penulis dapat

menyelesaikan sekripsi ini. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan banyak

(3)

1. Bapak Prof.Dr.Badaruddin,M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik, Universitas Sumatra Utara.

2. Ibu Dra. Lina sudarwati, M.Si selaku Keua Departemen Sosiologi, Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatra Utara .

3. Ibu Drs. Sisimudjito,M.Si selaku dosen pembimbing yang telah membimbing

penulis hingga penulis skripsi ini selesai.

4. Ibu Dra. Ria Manurung, M.Si selaku dosen penguji yang telah banyak

memberi saran,pendapat, dan kritik yang membangun dalam penyusunan

skripsi saya ini.

5. Bapak Drs. Terang Kita Brahmana, M.Si selaku dosen wali penulis dalam

menjalani perkuliahan semenjak semester pertama sampai semester akhir.

6. Seluruh dosen Sosiologi dan Staf Pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik yang telah memberikan berbagai materi kuliah selama penulis

menjalani perkuliahan.

7. Kak Feni khairifa, M.Si selaku staf Administrasi di Departemen Sosiologi, dan

Kak Nurbaiti selaku pegawai pendidikan bagian Departemen Sosiologi, yang

selama ini membantu penulis dalam urusan administrasi di kampus.

8. Adik saya yang tercinta, Muda Kelana S.Pd dan Delly Septianti Yang

senantiasa memberikan doa dan memotifasi saya dalam penyelesaian

perkuliahan dan skripsi ini,.

9. Kepada seluruh teman-teman Mabes Rahayu Lelek, Boteng, Piwit, Wakdoy,

Mas Denjer, Anhar, Keleng, Sandi yang telah menemani hari-hari penulis dan

(4)

10. Kepada seluruh teman-teman sosiologi khususnya stambuk 2006, terutama

kepada Khalil Gibran, Rizki khairil, Annga Harahap, Esha, Imay, Dwi, Eka,

Fadli, Teo, Prabu, Jhon, Chandra, Erick, Rini dan lain-lain yang tidak bisa

penulis sebutkan satu persatu.

11.Kepada Seluruh Responden yang telah meluangkan waktunya untuk penulis.

12.Kepada keluarga Saimi da Silva, atas kenyamanan yang diberikan selama

penulis berada di lokasi penelitian, serta tak luput juga keluarga bapak Edy

atas fasilitas nya, juga saudara Heru atas penginapan transit nya juga saudari

Aftalia atas kopiahnya.

13.Kepada seluruh warga Desa Rambat, Pak Kades, Atok, Andi, bang

Sulaiman,dan yang lainnya atas keramahannya.

14.Dan dalam kesempatan ini saya memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada

seluruh orang yang dalam proses penulisan ini merasa terganggu, atau sudah

penulis repotkan.

Penulis sudah berusaha sebaik mungkin dalam penulisan skripsi ini,

dan penulis menyadari skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik

(5)

ABSTRAK

Dalam kehidupan sehari-hari manusia mempunyai kebutuhan yang harus di

penuhinya untuk mempertahankan hidup. Dorongan alamiah yang terdapat pada

manusia baik dalam mempertahankan hidup ataupun mengembangkan diri

termanifestasikan dalam pola tingkah laku yang terlihat jelas dari segala jenis aktifitas

sehari-hari.

Penelitian ini dilakukan di sebuah Desa di Bangka Barat yaitu Desa Rambat.

Tipe penelitian yang digunakan adalah bersifat deskriptif dengan teknik penarikan

sampel digunakan teknik sampel berantai, sampel pada penelitian ini adalah 17

responden. Teknik pengumpulan data dengan studi kepustakaan, studi lapangan yaitu

: observasi, wawancara, kuesioner, dokumentasi dan studi data On line. Data-data

tersebut dianalisis yang ditinjau dari status sosial ekonomi keluarga, lingkungan

sosial dan anak jalanan. Kemudian data disusun dalam bentuk tabel frekuensi tunggal

setelah itu dicari persentasinya lalu dijelaskan secara terperinci.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa mereka yang sebahagian

beralih telah mengalami kecukupan dari hal ekonomi dengan meningkatnya

pendapatan mereka. Peralihan yang terjadi pada sebahagian masyarakat di Desa

Rambat didorong oleh semakin tingginya biaya perawatan serta menurunnya harga

lada di pasaran yang membuat para warga tersebut bingung dan akhirnya memilih

untuk beralih dari pertanian ke pertambangan. sampai saat ini pilihan mereka untuk

beralih tidaklah salah dikarenakan meningkatnya taraf hidup mereka ditandai dengan

perumahan yang layak huni, dan peningkatan pendidikan anak-anak mereka, serta

(6)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... i

Abstrak ... iv

Daftar isi ... v

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 latar belakang masalah ... 1

1.2 Perumusan masalah ... 6

1.3 Tujuan penelitian ... 6

1.4 Manfaat penelitian ... 6

1.5 Kerangka teori ... 7

1.6 Defenisi Konsep ... 13

1.7 Operasional variabel ... 17

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 18

2.1 Perubahan Sosial ... 18

2.2 Teori Pilihan Rasional ... 20

2.3 Status Sosial Ekonomi ... 21

2.4 Adaptasi ... 22

BAB III. METODE PENELITIAN ... 28

3.1 Jenis Penelitian ... 25

3.2 Lokasi Penelitian ... 25

3.3 Populasi dan Sampel ... 26

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 26

3.5 Teknik Analis Data……….28

(7)

BAB IV. HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN ... 30

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 30

4.1.1. Profil Desa Rambat………...30

4.1.2. Batas-Batas Wilayah……….30

4.2 Penyajian Data………31

4.2.1. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Rambat………..31

4.2.2. Sarana dan Prasarana………34

4.2.3. Sistem Sosial Masyrakat Desa Rambat……….37

4.3 Karakteristik Responden……….39

4.4 Teknik Analisa Data………42

4.4.1. Analisa Tabel Tungal………42

4.4.2. Analisa Pertanyaan Terbuka……….49

4.4.3 Analisa Deskriptif………..51

BAB V. PENUTUP ... 65

5.1 Kesimpulan ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 67

(8)

ABSTRAK

Dalam kehidupan sehari-hari manusia mempunyai kebutuhan yang harus di

penuhinya untuk mempertahankan hidup. Dorongan alamiah yang terdapat pada

manusia baik dalam mempertahankan hidup ataupun mengembangkan diri

termanifestasikan dalam pola tingkah laku yang terlihat jelas dari segala jenis aktifitas

sehari-hari.

Penelitian ini dilakukan di sebuah Desa di Bangka Barat yaitu Desa Rambat.

Tipe penelitian yang digunakan adalah bersifat deskriptif dengan teknik penarikan

sampel digunakan teknik sampel berantai, sampel pada penelitian ini adalah 17

responden. Teknik pengumpulan data dengan studi kepustakaan, studi lapangan yaitu

: observasi, wawancara, kuesioner, dokumentasi dan studi data On line. Data-data

tersebut dianalisis yang ditinjau dari status sosial ekonomi keluarga, lingkungan

sosial dan anak jalanan. Kemudian data disusun dalam bentuk tabel frekuensi tunggal

setelah itu dicari persentasinya lalu dijelaskan secara terperinci.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa mereka yang sebahagian

beralih telah mengalami kecukupan dari hal ekonomi dengan meningkatnya

pendapatan mereka. Peralihan yang terjadi pada sebahagian masyarakat di Desa

Rambat didorong oleh semakin tingginya biaya perawatan serta menurunnya harga

lada di pasaran yang membuat para warga tersebut bingung dan akhirnya memilih

untuk beralih dari pertanian ke pertambangan. sampai saat ini pilihan mereka untuk

beralih tidaklah salah dikarenakan meningkatnya taraf hidup mereka ditandai dengan

perumahan yang layak huni, dan peningkatan pendidikan anak-anak mereka, serta

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang masalah

Dalam kehidupan sehari-hari manusia mempunyai kebutuhan yang harus di

penuhinya untuk mempertahankan hidup. Kebutuhan ini bersumber dari

dorongan-dorongan dalam dirinya sejak ia di lahirkan. Dorongan alamiah yang terdapat pada

manusia baik dalam mempertahankan hidup ataupun mengembangkan diri

termanifestasikan dalam pola tingkah laku yang terlihat jelas dari segala jenis aktifitas

sehari-hari. Pola tingkah laku sehari-hari tersebut terkait lingkungan yang di

tempatinya. Salah satu lingkungan yang ditempatinya adalah desa yang menyediakan

segala kemungkinan bagi manusia untuk mengembangkan diri khususnya dalam

bidang pertanian.

Masyarakat pedesaan merupakan masyarakat tradisional yang terisolir dari

pengaruh dunia luar(Raharjo,1999:47). Sistim sosial-ekonominya memiliki ciri khas

tersendiri yang dilatar belakangi alam yang ada di sekelilingnya. Komposisi

penduduknya relatif sedikit dan homogen serta sistim aktifitasnya hamper seluruhnya

sector pertanian. Masyarakat yang khas mempfokuskan terhadap segi-segi ekonomi

yang di pengaruhi oleh situasi dan kondisi serta letak geografi dan dalam relatif

realita sehari-hari kurang berorientasi kepada sistim sosial ekonomi lebih dominan

(10)

Sebagaimana telah di ketahui bahwa masyarakat baik arti mikro maupun

makro didalamnya senantiasa terdapat lapisan-lapisan atau strata-strata secara hirarkis

atau secara bertingkat atau berjenjang. Pembagian lapisan yang dimaksud didasarkan

kepada beberapa aspek salah satunya adalah aspek sosial ekonomi.

Kondisi sosial ekonomi baik secara individu atau kelompok tidak terpisahkan

dari nilai-nilai tradisionalnya, bahkan nilai-nilai tradisionalnya yang berlaku dalam

masyarakat tersebut dapat menjadi norma-norma yang dapat di operasionalkan

menjadi landasan dan rambu-rambu pengamanan. Kehidupan sosial ekonomi

seseorang menjadi salah satu indikator yang akan menentukan status sosial

ekonominya dalam masyarakat. Keadaan sosial ekonomi menunjukkan kemampuan

finansial yang dimiliki. Kondisi lingkungan alam juga akan sangat berpengaruh

terhadap sistem ekonomi masyarakatnya paling tidak terhadap sistem mata

pencahariannya.

Apabila kita meletakkan Indonesia sebagai masyarakat yang majemuk maka

didalam masyarakat Indonesia tersebut juga sudah terbentuk lapisan-lapisan di

masyarakatnya. Pada masyarakat Indonesia yang menjadi dasar-dasar pembentukan

pelapisan sosial adalah dilihat dari ukuran-ukuran atau kriteria yang menonjol sebagai

dasar pembentukan pelapisan sosial. Pada umumnya ukuran criteria itu dapat di bagi

menjadi empat.

Pertama, berupa ukuran kekayaan(materi atau kebendaan) dimana untuk

penempatan anggota masyarakat kedalam lapisan-lapisan sosial yang ada yang

mempunyai kekayaan lebih banyak terletak pada lapisan atas. Kedua, ukuran

(11)

paling besar akan menempati lapisan teratas dalam sistim pelapisan sosial yang ada.

Ketiga, ukuran kehormatan. Hal ini sangat terasa pada masyarakat tradisional,

biasanya mereka sangat menghormati orang-orang yang banyak jasanya kepada

masyarakat. Keempat, ukuran ilmu pengetahuan yang sering dipakai oleh

anggota-anggota masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Seseorang yang paling

menguasai ilmu pengetahuan akan menempati lapisan teratas dalam sistim pelapisan

sosial masyarakat yang bersangkutan.

Propinsi Bangka Belitung selain terkenal sebagai penghasil timah, juga

dikenal sebagai penghasil lada putih (white papper) atau yang di dunia dikenal

sebagai white muntok papper, dalam bahasa setempat (bahasa Bangka) dikenal

dengan nama sahang. Di propinsi ini tanaman lada sangat banyak seperti tanaman

padi di daerah sentra penghasil beras. Tanaman lada (Piper nigrum L.) merupakan

salah satu komoditas tanaman rempah yang hanya dapat tumbuh di daerah tropis.

Tercatat Indonesia merupakan salah satu negara penghasil lada terbesar selain Brazil,

Vietnam, Srilanka, China dan Malaysia. lada merupakan komoditas penghasil devisa

no-6 setelah karet, sawit, kopi, teh, dan coklat.

Petani lada di pulau Bangka akhir-akhir ini mengalami kegundahan yang tidak

menentu dikarenakan dengan harga jual yang tidak menentu, Di tahun 1990-an,

ketika lada naik daun dan harganya 'gila-gilaan', petani lada di pulau ini menjadi

OKB (orang kaya baru) mendadak. Bagaimana tidak, ketika itu dipasaran dunia harga

lada putih mencapai Rp. 80.000,- - Rp. 120.000,- per kilogram. Bisa dibayangkan

(12)

tersebut. Selain sekarang ini harga jual yang tidak menentu dengan kisaran harga Rp.

25.000 sampai Rp. 30.000 rupiah per kilogram nya, petani juga di hadapkan dengan

penyakit terhadap pohon lada itu sendiri, salah satunya yang sering terjadi adalah

penyakit kuning yang menyerang daun hingga menjalar ke akar dari pohon lada itu

sendiri yang sampai saat ini menjadi musuh utama dari para petani tersebut. Kendala

yang dihadapi petani lada justru pada mahalnya harga pupuk. Pemupukan dilakukan

sampai umur tanaman lada mencapai tiga tahun. Makin besar tanaman lada, semakin

besar jumlah pupuk yang diperlukan. Jenis pupuk yang dibutuhkan adalah urea dan

NPK. (Ian Sancin, dalam artikel kebun lada yang di tinggalkan, akses 20 maret 2010)

Sejak tahun 2001, ketika Perda Kab. Bangka No.6 terbit, mulailah marak TI

(Tambang Inkonvensional). Sebagian masyarakat seperti histeris menyambut Perda

tersebut dan berusaha mencari kesempatan bergabung atau mendirikan TI-TI. Begitu

asyiknya melihat hasil yang didapat sehingga tak peduli dengan segala aturan

pertambangan, aturan keselamatan kerja, aturan lingkungan hidup, dan aturan

administrasi dari Pemerintah Daerah. Maka seperti jamur di musim hujan berdiri tak

terkendali TI tanpa izin, TI tanpa amdal dan TI tanpa reklamasi. Pemodal-pemodal

besar dari luar Babel berdatangan, termasuk dari luar negeri, pekrja-pekrja TI

berduyun-duyun datang dari luar Babel, dari kota Palembang, dari daerah-daerah

transmigrasi Sumsel, dari Jambi, Lampung, Jakarta, dan Jawa/Madura. Konon kini

ada 16.000 TI sebagian besar ilegal, ada 2000 alat berat (exscavator) yang mengobrak

abrik muka bumi Bangka Belitung. Konon ini adalah jumlah exscavator terbesar di

dunia dalam kawasan sebanding Bangka Belitung. Apa yang kemudaian kita saksikan

(13)

sungai (DAS) besar kecil dirusak, pantai wisata dan nelayan diobrak-abrik,

kebun-kebun rakyat di intervensi serta jalan-jalan raya terancam erosi. Melalui media massa

nyaris setiap hari ada korban tewas, baik TI darat maupun TI apung, tak ada yang

diasuransikan nyawanya, kapal-kapal ferry datang hilir-mudik membawa exscavator

bekas dari Palembang, Batam, dan Jakarta, lokalisasi pelacuran berkembang di

sekitaran TI, anak-anak sekolah berhenti sekolah dan terjun ke TI, minuman energi

dan alkohol mengalir dengan deras ke kawasan TI (Rusli Rachman, dalam buku

Redupnya Hati Nurani: Catatan Hitam Putih Provinsi Kepulauan Bangka Belitung).

Pada tahun 1999, melalui Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

Pemerintah Daerah dan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No

146/MPP/Kep/4/1999 mengenai pencabutan timah sebagai komoditas strategis,

Bupati Bangka saat itu, Eko Maulana Ali yang sekarang adalah Gubernur Provinsi

Bangka Belitung, memberikan izin bagi aktivitas-kativitas penambangan berskala

kecil. Sejak saat itulah, aktivitas penambang liar atau tambang inkonvensional (TI)

semakin tak terkendali. Dengan maraknya aktivitas-aktivitas penambangan liar ini

secara tidak sadar dinilai sebagai pelampiasan penduduk Bangka Belitung atas

kesenjangan sosial yang terjadi selama puluhan tahun sebelumnya. Sektor ini kini

malah telah menjadi sumber penghidupan bagi masyarakat yang mendatangkan hasil

jutaan rupiah. Dan lebih dari 70 persen penduduk dari setiap desa di Bangka Belitung

saat ini hidup dari tambang inkonvensional (TI) sendiri. Serta sektor ini kemudian

malah menjadi salah satu penyumbang terbesar bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD)

(14)

Di desa Rambat sendiri proses seperti di atas sudah mulai tampak beberapa

bulan terakhir, yang dahulunya mereka menanam lada sekarang sudah beralih

menjadi penambang timah inkonvensional, walaupun tidak semua petani lada beralih

untuk menjadi penambang timah tersebut.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah di kemukakan di latar belakang masalah, yang

menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana peralihan

matapencaharian masyarakat Desa Ramba dari petani lada ke penambang timah

inkonvensional dapat merubah status sosial-ekonomi masyarakat Desa Rambat?

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah peralihan

matapencaharian dari petani lada ke penambang timah dapat meningkatkan status

sosial-ekonomi masyarakat Desa Rambat.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah kajian yang akurat,

sehingga dapat memberi sumbangan pemikiran bagi kalangan akademis dalam

pendidikan khususnya, instansi pemerintah dalam melihat perkembangan masyrakat

yang bermata pencaharian petani untuk memenuhi kebutuhannya.

(15)

1.4.2 Manfaat Praktis

Yang menjadi manfaat praktis dari penelitian ini adalah untuk menambah

referensi dari pada hasil penelitian dan dapat juga dijadikan sebagai bahan rujukan

bagi peneliti berikutnya yang ingin mengetahui lebih dalam lagi terkait dengan

penelitian sebelumnya.

1.5 Kerangka Teori

1. Teori Perubahan Sosial

Menurut sztomka, masyarakat senantiasa mengalami perubahan di semua

tingkat kompleksitas internalnya. Dalam kajian sosiologis, perubahan dapat dilihat

sebagai suatu yang dinamis dan tidak linear. Dengan kata lain, perubahan tidak

terjadi secara linear. Perubahan social secara umum dapat diartikan sebagai suatu

proses pergeseran atau berubahnya/tatanan didalam masyarakat, meliputi pola piker

yang lebih inovatif, sikap, serta kehidupan sosialnya untuk mendapatkan

penghidupan yang lebih bermartabat.

Pada tingkat makro, terjadi perubahan ekonomi, politik, sedangkan ditingkat

mezzo terjadi perubahan kelompok, komunitas, dan organisasi, dan ditingkat mikro

sendiri terjadi perubahan interaksi, dan perilaku individual. Masyarakat bukan sebuah

kekuatan fisik (entity), tetapi seperangkat proses yang saling terkait bertingkat ganda

(16)

Alfred (dalam sztomka, 2004), menyebutkan masyarakat tidak boleh

dibayangkan sebagai keadaan yang tetap, tetapi sebagai proses bukan objek semu

yang kaku tetapi sebagai aliran peristiwa terus-menerus tiada henti. Diakui bahwa

masyarakat (kelompok, komunitas, organisasi, bangsa) hanya dapat dikatakan ada

sejauh dan selama terjadi sesuatu didalamnya, seperti adanya tindakan, perubahan,

dan proses tertentu yang senantiasa bekerja. Sedangkan Farley mendefenisikan

perubahan sosial sebagai perubahan pola prilaku, hubungan sosial, lembaga, dan

struktur sosial pada waktu tertentu. Perubahan sosial dapat di bayangkan sebagai

perubahan yang terjadi didalam atau mencakup sistem sosial. Oleh sebab itu, terdapat

perbedaan antara keadaan sistem tertentu dalam jangka waktu berlainan.

Gerth dan Mills (dalam Soekanto, 1983) mengasumsikan beberapa hal,

misalnya perihal pribadi-pribadi sebagai pelopor perubahan, dan faktor material serta

spiritual yang menyebabkan terjadinya perubahan. Lebih lanjut menurut Soekanto,

faktor-faktor yang menyebabkan perubahan adalah:

a. Keinginan –keinginan secara sadar dan keputusan secara pribadi

b. Sikap-sikap pribadi yang dipengaruhi oleh kondisi-kondisi yag berubah

c. Perubahan struktural dan halangan struktural

d. Pengaruh-pengaruh eksternal

e. Pribadi-pribadi kelompok yang menonjol

f. Unsur-unsur yang bergabung menjadi satu

g. Peristiwa-peristiwa tertentu

(17)

Proses alih pekerjaan dapat ditinjau dari upaya perubahan yang dilakukan oleh

mayarakat guna pencapaian tujuan-tujuan tertentu, karena masyarakat bersifat bersifat

dinamis maka masyarakat mengalami perubahan, karena perubahan sosial merupakan

proses yang selalu dialami oleh setiap masyarakat, perubahan yang dilakukan tidak

terlepas dari perubahan kebudayaan. Suatu perubahan dapat terjadi karena

faktor-faktor yang berasal dari dalam masyarakat ataupun dari luar masyarakat itu sendiri.

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan tidak selalu menghasilkan

akibat-akibat yang sama. Adakalanya faktor tersebut hanya mengakibatkan terjadi

perubahan kecil yang kurang berarti namun dapat juga terjadi sangat besar dan

berarti.

Proses perubahan didalam masyarakat terjadi karena manusia adalah mahluk

yang berfikir dan bekerja. Disamping selalu senantiasa untuk memperbaiki nasibnya

dan mendapatkan pekerjaan yang layak baginya, perubahan masyarakat juga

berkeinginan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungannya seperti social,

ekonomi, budaya, teknologi, dan lain-lain.

Peralihan matapencaharian sebahagian masyarakat Desa Rambat dari sector

Agraris ke Pertambangan di anggap merupakan kesempatan yang sangat berharga

untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik. Karena keadaan menjadi petani sendiri

dianggap sudah tidak terlalu menjanjikan seperti dahulu sehingga masyarakat beralih

matapencaharian dari petani lada ke penambang timah untuk memperoleh kehidupan

(18)

2. Teori Pilihan Rasional

Weber menyatakan bahwa tindakan sosial berkaitan dengan interaksi sosial,

sesuatu tidak akan dikatakan tindakan sosial jika individu tersebut tidak mempunyai

tujuan dalam melakukan tindakan tersebut. Tindakan-tindakan sosial individu

membentuk bangunan dasar untuk struktur-struktur sosial yang lebih besar, Weber

meletakan dasar ini dengan distingsi-distingsi tipologis yang bergerak dari tingkat

hubungan sosial ke tingkat keteraturan ekonomi dan sosial politik. (Johnson,

1994:226).

Weber menggunakan konsep rasionalitas dalam kalsifikasinya mengenai

tipe-tipe tindakan sosial. Tindakan sosial menurut Weber adalah pertimbangan sadar dan

pilihan bahwa tindakan itu dinyatakan. Weber membagi rasionalisme tindakan

kedalam empat macam yaitu rasionalitas instrumental, rasionalitas yang berorientasi

nilai, tindakan rasional dan tindakan rasional afektif. Rasional instrumental sangat

menekankan tujuan tindakan dan alat yang dipergunakan dengan adanya

pertimbangan dan pilihan yang sadar dalam melakukan tindakan sosial.

Dibandingakan rasionalitas instrumnatal, sifat rasionalitas yang berorientasi nilai

yang penting adalah bahwa alat-alat hanya merupakan pertimbangan dan perhitungan

yang sadar, tujuan-tujuannya sudah ada dalam hbungannya dengan nilai-nilai

individu yang bersifat absolute atau nilai akhir baginya.

Teori pilihan rasional Coleman, memusatkan perhatian pada aktor dimana

aktor dipandang sebagai menusia yang mempunyai tujuan atau mempunyai maksud

artinya aktor mempunyai tujuan dan tindakan tertuju pada upaya untuk mencapai

(19)

Teori pilihan rasional tidak menghiraukan apa yang menjadi pilihan atau apa yang

menjadi sumber pilihan aktor, yang penting adalah kenyataan bahwa tindakan

dilakukan untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan tingkatan pilihan aktor.

Gagasan dasar dalam teori pilihan rasional bahwa tindakan perseorangan mengarah

pada suatu tujuan dan tujuan itu ditentukan oleh nilai atau pilihan.

3. Adaptasi

Dalam rangka memenuhi beberapa syarat dasar manusia agar tetap dapat

melangsungkan kehidupannya dalam lingkungan tempat tinggalnya di butuhkan

adaptasi. Dalam hal ini manusia juga mempunyai pengetahuan kebudayaan yang

dipakai sehubungan dalam menghadapi kebudayaan suku bangsa asal stempat.

Pengetahuan itu tentunya banyak mendukung terhadap proses adaptasi

(suharso,1997:48)

Adaptasi itu sendiri pada hakekatnya adalah suatu proses untuk memenuhi

syarat dasar untuk dapat melangsungkan hidup yaitu:

1. syarat-syarat dasar alamiah- biologi(manusia harus makan, minum, menjaga

kestabilan temperatur tubuhnya, menjaga berfungsinya organ-organ tubuh

dakam hubungan harmonis dan secara menyeluruh dengan organ-organ

lainnya)

2. syarat-syarat dasar kejiwaan (manusia membutuhkan perasaan tentang yang

jauh dari perasaan takut, keterpencilan, gelisah dan lain-lain)

3. syarat-syarat dasar sosial (manusia membutuhkan hubungan untuk dapat

(20)

kebudayaannya, untuk dapat mempertahankan diri dari serangan musuh dan

lain-lain)

Soerjono Soekanto (Soekanto, 2000:10-11) memberikan beberapa batasan

pengertian dari adaptasi sosial, yakni:

1. proses mengatasi halangan-halangan dari lingkungan

2. penyesuaian terhadap norma-norma untuk menyalurkan ketegangan

3. proses perubahan untuk menyesuaikan dengan situasi yang berubah

4. mengubah agar sesuai dengan kondisi yang diciptakan

5. memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk kepentingan lingkungan

dan system

6. penyesuain budaya dan aspek lainnya sebagai hasil seleksi alamiah

Dari batasan-batasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa adaptasi merupakan

proses penyesuaian. Penyesuaian dari individu, kelompok, maupun unit sosial

terhadap norma-norma, proses perubahan, ataupunsuatu kondisi yang diciptakan.

Lebih lanjut tentang proses penyesuaian tersebut bahwa penyesuaian dilakukan

dengan tujuan-tujuan tertentu diantaranya:

a. Mengatasi halangan-halangan dari lingkungan

b. Menyalurkan ketegangan sosial

c. Mempertahankan kelanggengan kelompok atau unit sosial

d. Bertahan hidup

Proses perubahan dan penciptaan kondisi pada umumnya selalu dialami oleh

masyarakat. Akses terhadap teknologi (informasi, telekomunikasi, dan transportasi)

(21)

Tidak mengherankan, jika masyarakat cenderung bersifat dinamis, terutama dalam

hal penyesuaian karakteristik kehidupan sosial, yang meliputi:

1. Perubahan jumlah dan ukuran rumah tangga

2. Transisi atau peralihan lapangan pekerjaan

3. Penyesuaian dalam cara-cara pemenuhan kebutuhan

4. Perubahan peran serta individu dalam angkatan kerja

5. Peningkatan mobilitas penduduk

Proses perubahan didalam masyarakat terjadi karena manusia adalah

makhluk yang berfikir dan bekerja. Manusia disamping itu selalu senantiasa untuk

berusaha untuk memperbaiki nasibnya dan mendapatkan pekerjaaan yang layak

baginya, paling tidak untuk mempertahankan kehidupannya, perubahan masyarakat

senantiasa keinginan manusia untuk menyesuaikan diri dengan keadaan

lingkungannya, seperti sosial, ekonomi, budaya, teknologi, dan sebagainya.

1.6. Defenisi Konsep

Konsep merupakan istilah atau defenisi yang di pergunakan untuk

menggambarkan secara abstrak kejadian, kelompok, atau individu yang menjadi

pusat perhatian sosial(singarimbun:1995:37). Agar memperoleh pembatasan yang

jelas dari setiap konsep yang diteliti, maka penulis mengemukakan defenisi konsep

sebagai berikut:

1.6.1. Petani Lada

Orang yang melakukan kegiatan menanam lada sebagai hasil kebunnya,

(22)

1.6.2. Penambang

Orang yang melakukan kegiatan tambang di tanahnya sendiri ataupun bekerja

kepada pemilik tambang.

1.6.3. Peralihan Matapencaharian

Adalah suatu proses pergantian pekerjaan dengan maksud untuk menaikkan

pendapatan atau mempertahankan kesejahteraan yang sudah didapat. Tujuan alih

pekerjaan dilatarbelakangi oleh keinginan untuk memperoleh kehidupan yang lebih

baik di samping itu adanya perbaikan pendapatan akan dapat pula meningkatkan

kemampuan mereka untuk memperoleh kesejahteraan. Dalam penelitian ini peralihan

yang dimaksud adalah proses peralihan mata pencaharian masyarakat Desa Tebing

dari petani lada ke penambang timah Inkonvensional guna meningkatkan pendapatan

masyarakat untuk mencapai kesejahteraan masyarakat Desa Tebing.

1.6.4. Status Sosial-Ekonomi

Status sosial ekonomi merupakan kedudukan yang di akui secara sosial dan

ekonomi yang menempatkan seseorang dalam struktur masyarakat, pemberian posisi

ini disertai pula dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dimainkan oleh si

pembawa status. Dalam penelitian ini status sosial ekonomi yang dimaksud adalah

keadaan ekonomi dan tingkat kesejahteraan masyarakat Desa Tebing setelah

melakukan peralihan mata pencaharian.

1.6.5. Timah Inkonvensional

Sebutan dari hasil pertambangan timah, yang mana dikarenakan proses

pertambangan nya dilakukan dengan kepemilikan alat secara individu bukan hasil

(23)

1.7. Operasional Variabel

Yang dimaksud dengan defenisi operasional ialah suatu defenisi yang

didasarkan pada karakteristik yang dapat di observasi dari apa yang sedang di

defenisikan atau mengubah konsep-konsep yang berupa konstruk dengan kata-kata

yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan dapat diuji dan

ditentukan kebenarannya oleh orang lain.

Berdasarkan paparan diatas, maka yang menjadi variable bebas(x)

(independent variable) adalah peralihan mata pencaharian dari petani lada ke

penambang timah dengan indicator

1. Aktivitas sehari-hari dari penambang timah

2. Pengetahuan tentang ; pemeliharaan

Sedangkan variable terikat(Y) dalam penelitian ini adalah status

social-ekonomi masyarakat dengan indicator

1. Pendapatan

2. Pengeluaran

(24)

1.7.1. Bagan Operasional Variabel

Untuk memudahkan pemahaman relasi antara variabel penelitian ini, maka

pada bagian ini digunakan bagan operasional variabel sebagai berikut

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perubahan Sosial

Setiap masyarakat selama hidup pasti mengalami perubahan. Perubahan

tersebut dapat berupa perubahan yang tidak menarik dalam arti kurang mencolok.

Ada pula perubahan-perubahan yang pengaruhnya terbatas maupun luas serta

perubahan-perubahan yang lambat sekali, dan ada juga yang berjalan dengan cepat.

Pada masyarakat desa, proses perubahan sosial biasanya berlaku lambat dan

memakan waktu yang lama.

Proses alih pekerjaan dapat ditinjau dari upaya perubahan yang dilakukan oleh

mayarakat guna pencapaian tujuan-tujuan tertentu, karena masyarakat bersifat bersifat

dinamis maka masyarakat mengalami perubahan, karena perubahan sosial merupakan

proses yang selalu dialami oleh setiap masyarakat, perubahan yang dilakukan tidak

terlepas dari perubahan kebudayaan. Suatu perubahan dapat terjadi karena

faktor-faktor yang berasal dari dalam masyarakat ataupun dari luar masyarakat itu sendiri.

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan tidak selalu menghasilkan

akibat-akibat yang sama. Adakalanya faktor tersebut hanya mengakibatkan terjadi

perubahan kecil yang kurang berarti namun dapat juga terjadi sangat besar dan

berarti.

Proses perubahan didalam masyarakat terjadi karena manusia adalah mahluk

(26)

dan mendapatkan pekerjaan yang layak baginya, perubahan masyarakat juga

berkeinginan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungannya seperti social,

ekonomi, budaya, teknologi, dan lain-lain. Adapun penyebab dari perubahan tersebut

adalah (Muhammad Iqbal,2006:11)

1. Innovation (Inovasi) merupakan penemuan baru dan pembaharuan yang

mempengaruhi kondisi individu maupun kelompok

2. Adaptation (Adaptasi) yaitu penyesuaian secara sosial budaya

3. Adoption (Adopsi) yaitu penggunaan dari penemuan baru dalam bidang

teknologi yang memudahkan manusia dalam kehidupan sehari-hari

Menurut Soerjono Soekanto (1990:309) sebenarnya dalam kehidupan

sehari-hari acapkali tidak mudah untuk menentukan letak garis pemisah antara perubahan

sosial dan perubahan kebudayaan, karena tidak ada masyarakat yang tidak

mempunyai kebudayaan dan sebaliknya tidak ada mungkin kebudayaan yang tidak

terjelma dalam suatu masyarakat, sehingga walaupun secara teoritis dan analisis

pemisah antara pengertian-pengertian tersebut dapat di rumuskan, namun dalam

kehidupan nyata garis pemisah tersebut sukar di pertahankan, yang jelas

perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan mempunyai satu aspek yang sama yaitu

kedua-duanya bersangkut paut dengan suatu penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan

dalam cara suatu masyarakat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi jalannya suatu proses perubahan antara

lain: kontak dengan kebudayaan lain, sistem pendidikan formal yang maju, sikap

menghargai hasil karya orang lain dan keinginan-keinginan untuk maju, toleransi

(27)

penduduk yang heterogen, ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang

kehidupan tertentu, serta orientasi kemasa depan dan nilai-nilai bahwa manusia harus

senantiasa berikhtiyar untuk memperbaiki dirinya (Soekanto,2006:326-330).

Perubahan sosial yang dimaksud disini adalah perubahan yang di sebabkan

oleh aspek ekonomi akibat perkembangan industry. Namun tidak menutup

kemungkinan perubahan tersebut akan saling terkait dengan aspek-aspek lain. Seperti

yang dikatakan Agus salim, bahwa perubahan sosial yang berasal dari aspek ekonomi

akan selalu terkait dengan perubahan perilaku yang berasal dari aspek non ekonomis

seperti politik, pendidikan dan lain-lain (Salim,2002:19).

Sebagai bagian dari perubahan maka peralihan mata pencaharian terjadi akibat

adanya faktor-faktor pendorong dan penarik yang antar lain adalah:

1. Peralihan Mata pencaharian menjanjikan pendapatan yang lebih baik

2. Upaya peralihan mata pencaharian merupakan penerapan teknologi baru

3. Peralihan mata pencaharian dapat memberi variasi pada sistem mata

pencaharian yang sudah ada

Peralihan matapencaharian sebahagian masyarakat Desa Rambat dari sector

Agraris ke Pertambangan di anggap merupakan kesempatan yang sangat berharga

untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik. Karena keadaan menjadi petani sendiri

dianggap sudah tidak terlalu menjanjikan seperti dahulu sehingga masyarakat beralih

matapencaharian dari petani lada ke penambang timah untuk memperoleh kehidupan

(28)

2.2 Teori Pilihan Rasional

Weber menyatakan bahwa tindakan sosial berkaitan dengan interaksi sosial,

sesuatu tidak akan dikatakan tindakan sosial jika individu tersebut tidak mempunyai

tujuan dalam melakukan tindakan tersebut. Tindakan-tindakan sosial individu

membentuk bangunan dasar untuk struktur-struktur sosial yang lebih besar, Weber

meletakan dasar ini dengan distingsi-distingsi tipologis yang bergerak dari tingkat

hubungan sosial ke tingkat keteraturan ekonomi dan sosial politik. (Johnson,

1994:226).

Pada dasarnya, teori pilihan rasional memusatkan perhatian pada aktor. Aktor

dipandang sebagai manusia yang mempunyai tujuan atau maksud. Artinya aktor

mempunyai tujuan dan tindakannya tertuju pada upaya mencapai tujuan itu. Aktor

pun dipandang mempunyai pilihan. Teori pilihan rasional tak menghiraukan apa yang

menjadi pilihan atau apa yang menjadi sumber pilhan aktor. Yang terpenting adalah

kenyataan bahwa tindakan dilakukan untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan

keinginan/pilihan aktor tersebut.

Teori pilihan Rasional Coleman tampak jelas dalam gagasan dasarnya bahwa

tindakan perseorangan mengarah pada suatu tujuan dan tujuan itu ditentukan oleh

nilai atau pilihan, tetapi selain Coleman menyatakan bahwa untuk maksud yang

sangat teoritis, ia memerlukan konsep yang lebih tepat mengenai aktor rasional yang

berasal dari ilmu ekonomi, dimana memilih tindakan yang dapat memaksimalkan

kegunaan atau yang dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan

(29)

Dalam membuat pilihan, individu diawali dengan adanya keinginan terhadap

sesuatu dan keyakinan terhadap tujuan-tujuan tertentu yang disusun dalam suatu

keyakinan. Keyakinan-keyakinan inilah yang pada akhirnya akan menciptakan

pilihan rasional pada individu. Teori pilihan rasional pusatnya adalah aktor atau

manusia yang mempunyai tujuan. Ada dua unsure utama dalam teori Coleman, yakni

aktor dan sumber daya. Sumber daya adalah sesuatu yang menarik perhatian dan yang

dapat dikontrol oleh aktor. Untuk itu diperlukan mekanisme pilihan-pilihan yang

berorientasi pada pemilihan rasional dan pada akhirnya akan menimbulkan gaya

hidup masyarakat itu sendiri.

Pilihan manusia dalam peralihan mata pencaharian untuk merubah kehidupan

sosial ekonominya merupakan bagian dari pilihan rasional. Menggunakan

unsur-unsur sumber daya yang ada dalam kehidupan manusia merupakan pilihan aktor atau

manusia dalam mencapai tujuan-tujuannya.

2.3 Status Sosial Ekonomi

Dalam masyarakat selalu dibedakan stratifikasi sosial karena terjadinya

kelompok-kelompok dan struktur yang berbeda. Sebagai anggota kelompok,

seseorang mempunyai suatu kedudukan tertentu yang merupakan hak baginya. Status

adalah kedudukan sosial seseorang dalam suatu system sosial, yang pada umumnya

merupakan suatu kumpulan hak, kewajiban, dan tidak harus memiliki hirarki.

Walaupun demikian lebih lanjut dijelaskan bahwa, biasanya kedudukan sosial dalam

suatu masyarakat itu memperhitungkan segi superioritas, yang lebih tinggi, ataukah

(30)

penghormatan, dan kedudukan yang disusun secara hirarki. Sejak pandangan Marx

berkembang, pengertian kelas sosialpun terus berkembang ketingkat yang lebih jelas.

(Abdullah, Burhanuddin.2006).

2.4 Adaptasi

Setiap dekade masyarakat berubah dengan atau tanpa paksaan. Perubahan

bersifat kultural atau dipaksa dengan aturan. Semakin besarnya arus informasi yang

masuk ke masyarakat semakin dipaksa untuk memilih informasi mana yang baik bagi

dirinya, informasi mana yang disukainya dan informasi mana yang akan dibuangnya.

Perubahan seperti ini menciptakan masyarakat yang kemudian sangat beragam.

Masyarakat menciptakan blokade sendiri, sangat berbeda dari satu individu ke

individu yang lainnya.

Adaptasi itu sendiri pada hakekatnya adalah suatu proses untuk

memenuhi syarat dasar untuk dapat melangsungkan hidup yaitu:

1. syarat-syarat dasar alamiah- biologi(manusia harus makan, minum, menjaga

kestabilan temperatur tubuhnya, menjaga berfungsinya organ-organ tubuh

dakam hubungan harmonis dan secara menyeluruh dengan organ-organ

lainnya)

2. syarat-syarat dasar kejiwaan (manusia membutuhkan perasaan tentang yang

jauh dari perasaan takut, keterpencilan, gelisah dan lain-lain)

3. syarat-syarat dasar sosial (manusia membutuhkan hubungan untuk dapat

(31)

kebudayaannya, untuk dapat mempertahankan diri dari serangan musuh dan

lain-lain)

Soerjono Soekanto (Soekanto, 2000:10-11) memberikan beberapa batasan

pengertian dari adaptasi sosial, yakni:

1. proses mengatasi halangan-halangan dari lingkungan

2. penyesuaian terhadap norma-norma untuk menyalurkan ketegangan

3. proses perubahan untuk menyesuaikan dengan situasi yang berubah

4. mengubah agar sesuai dengan kondisi yang diciptakan

5. memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk kepentingan lingkungan

dan system

6. penyesuain budaya dan aspek lainnya sebagai hasil seleksi alamiah

Dari batasan-batasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa adaptasi merupakan

proses penyesuaian. Penyesuaian dari individu, kelompok, maupun unit sosial

terhadap norma-norma, proses perubahan, ataupunsuatu kondisi yang diciptakan.

Lebih lanjut tentang proses penyesuaian tersebut bahwa penyesuaian dilakukan

dengan tujuan-tujuan tertentu diantaranya:

1. Mengatasi halangan-halangan dari lingkungan

2. Menyalurkan ketegangan sosial

3. Mempertahankan kelanggengan kelompok atau unit sosial

4. Bertahan hidup

Proses perubahan dan penciptaan kondisi pada umumnya selalu dialami oleh

masyarakat. Akses terhadap teknologi (informasi, telekomunikasi, dan transportasi)

(32)

Tidak mengherankan, jika masyarakat cenderung bersifat dinamis, terutama dalam

hal penyesuaian karakteristik kehidupan sosial, yang meliputi:

1. Perubahan jumlah dan ukuran rumah tangga

2. Transisi atau peralihan lapangan pekerjaan

3. Penyesuaian dalam cara-cara pemenuhan kebutuhan

4. Perubahan peran serta individu dalam angkatan kerja

5. Peningkatan mobilitas penduduk

Proses perubahan didalam masyarakat terjadi karena manusia adalah

makhluk yang berfikir dan bekerja. Manusia disamping itu selalu senantiasa untuk

berusaha untuk memperbaiki nasibnya dan mendapatkan pekerjaaan yang layak

baginya, paling tidak untuk mempertahankan kehidupannya, perubahan masyarakat

senantiasa keinginan manusia untuk menyesuaikan diri dengan keadaan

(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

2.1 Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan

pendekatan deskriptif yaitu dengan menggambarkan, memaparkan suatu keadaan,

suatu objek atau suatu peristiwa yang ada di masyarakat menjadi objek penelitian

serta berupaya menarik realitas tersebut ke permukaan sebagai suatu ciri, model,

tanda, atau gambaran – gambaran tentang kondisi atau fenomena tertentu. (Bungin,

2008:68).

Jenis penelitian deskriptif dimaksud untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai

suatu fenomena atau kenyataan social dengan jalan mendeskripsikan sejumlah

variable yang berkenaan masalah yang di teliti

2.2 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Rambat Kec.Simpang Teritip Kab. Bangka

Barat. Lokasi ini diambil dikarenakan masyarkat desa yang ada di desa tersebut masih

(34)

2.3 Populasi dan Sampel

2.3.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan kharakteristik atau unit hasil pengukuran

yang menjadi objek penelitian. Populasi terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai

kualitas dan kharakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani

lada yang ada di desa Rambat.

2.3.2 Sampel

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan kharakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua

yang ada pada populasi, dapat dikatakan karena keterbatasan peneliti, maka peneliti

menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Dalam penelitian ini,

penarikan sampel yang dilakukan adalah purposive sampling atau penarikan sampel

secara sengaja berdasarkan jumlah populasi yang ada.

2.4Teknik Pengumpulan Data

2.4.1 Data Primer

Untuk mendapatkan data primer maka akan dilakukan dengan cara penelitian

(35)

• Observasi

Observasi merupakan sesuatu yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari

berbagai proses pengamatan dan ingatan. Observasi dilakukan dengan mengamati

langsung gejala yang tampak pada penelitian. Dalam menggunakan metode observasi

cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko

pengamatan sebagai instrument.Dari penelitian berpengalaman diperoleh suatu

petunjuk bahwa observasi tidak hanya sekedar dicatat, tetapi juga mengadakan

pertimbangan kemudian mengadakan penilaian ke dalam suatu skala bertingkat.

• Angket

Angket adalah daftar pertanyaan atau pertanyaan yang dikirimkan kepada

responden, baik secara langsung atau tidak langsung seperti pos atau perantara

(Usman dan Akbar, 2009:57). Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini

bersifat tertutup berdasarkan rumusan skala pengukuran Rensis Likert yaitu skala

likert yang bertujuan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi responden

terhadap suatu obyek., dimana dalam angket diberikan pertanyaan yang dibuat

sedemikian rupa hingga responden dibatasi dalam memberikan jawaban.

2.4.2 Data Sekunder

Data sekunder yaitu semua data yang diperoleh secara tidak langsung dari

objek penelitian. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan

(36)

data dan mengambil informasi dari buku – buku referensi, majalah, jurnal, data

internet, yang dianggap relevan dengan masalah yang diteliti.

2.5 Teknik Analis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian akan dianalisa dalam beberapa tahap yaitu:

2.5.1 Analisis Tabel Tunggal

Merupakan suatu analisis yang digunakan dengan membagi-bagi variabel

ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Tabel tunggal

merupakan langkah awal dalam menganalisis data yang terdiri dari kolom, yaitu

sejumlah frekuensi dan persentase untuk setiap kategori(Singarimbun,1998:266)

2.5.2 Analisis Deskriptif

Merupakan metode penganalisaan data dengan cara menyusun data,

mengelompokkannya dan mengintepretasikannya, sehingga diperoleh gambaran

yang sebenarnya mengenai peralihan mata pencaharian masyarakat dari petani

lada ke penambang timah terhadap status social-ekonomi masyarakat di Desa

(37)

2.6Jadwal Kegiatan

No

Kegiatan

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Pra Observasi x

2 ACC Judul x

3 Penyusunan Proposal x x

4 Seminar Proposal Penelitian x 5 Revisi Proposal Penelitian x x

6 Penelitian Ke Lapangan x x

7 Pengumpulan Data Dan Analisis Data x

8 Bimbingan x x x x

9 Penulisan Laporan Akhir x x

10 Sidang Meja Hijau x

(38)

BAB IV

HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1. Profil Desa Rambat

Nama Desa : Rambat

Kecamatan : Simpang Teritip

Kabupaten : Bangka Barat

Provinsi : Kep. Bangka Belitung

Jumlah Penduduk : 1078 Jiwa

Jumlah Dusun : 2

Luas Wilayah : 260.000 Km2

4.1.2. Batas-Batas Wilayah

Desa Rambat merupakan salah satu Desa yang terletak di Kecamatan

Simpang Teritip, yang terdiri dari 2 dusun.

Adapun yang menjadi batas-batas wilayah nya antara lain:

• Sebelah Utara berbatasan dengan Laut

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Mayang

• Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Simpang Gong

(39)

4.2 Penyajian Data

4.2.1 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Rambat 4.2.1.1. Komposisi Penduduk berdasarkan Jenis kelamin

Penduduk merupakan salah satu modal dasar pembangunan, namun bila tidak

diimbangi dengan kemampuan dan keterampilan yang memadai, maka akan

menimbulkan kendala dalam menghadapi proses dari pembangunan tersebut.

Penduduk Desa Rambat terdiri dari jenis kelamin laki-laki dan perempuan

baik itu orang dewasa maupun anak-anak. Hal itu dapat dilihat pada tabel di bawah

ini:

Tabel 1

Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase

1 Laki-laki 581 53,9

2 Perempuan 497 46,1

Total 1078 100

Sumber : Profil Desa Rambat 2012

Pada tabel 4.1 tersebut diperoleh gambaran bahwa jenis kelamin laki-laki

lebih banyak dibanding dengan jenis kelamin perempuan. Laki-laki berjumlah 581

jiwa (53,9%). Perempuan berjumlah 497 jiwa (46,1%). Jadi ada selisih sekitar 84 jiwa

(40)

4.2.1.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama Tabel 2

Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama

No. Agama Jumlah(jiwa) Persentase

1 Islam 794 73,7

2 Kristen Protestan 59 5,5

3 Kristen khatolik 5 0,5

4 Budha 103 9,5

5 Konghucu 117 10,8

Total 1078 100

Sumber : Profil Desa Rambat 2012

Dari tabel diatas terlihat bahwa penduduk Desa Rambat mayoritas memeluk

agama Islam yaitu sebanyak 794 jiwa (73,7%), Kristen Protestan 59 jiwa (5,5%),

agama Kristen Khatolik sebanyak 5 jiwa (0,5%), agama Budha sebanyak 103 jiwa

(41)

4.2.1.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Mata Pencaharian adalah sumber utama dalam menunjang kebutuhan hidup

sehari-hari. Untuk melihat mata pencaharian penduduk Desa Rambat dapat dilihat

sebagai berikut

Tabel 3

Komposisi Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah(jiwa) Persentase

1 Pegawai Negeri Sipil 2 0,4

2 Wiraswasta 21 4,1

3 Tani 25 4,8

4 Nelayan 108 20,9

5 Buruh 160 30,9

6 Pertambangan 200 38,7

7 Lain-lain 1 0,2

Total 517 100

Sumber : Profil Desa Rambat 2012

Pada tabel diatas terlihat penggambaran jenis pekerjaan terbanyak penduduk

Desa Rambat adalah di bidang Pertambangan yaitu 200 jiwa (38,7%). Kemudian

Buruh 160 jiwa (30,9%). Nelayan sebanyak 108 jiwa (20,9%). Tani sebanyak 25 jiwa

(4,8%), selanjutnya disusul Wiraswasta 21 jiwa (4,1%), selanjutnya ada Pegawai

(42)

4.2.2 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan hal yang sangat penting untuk pencapaian

tujuan suatu program atau kegiatan pembangunan. Suatu rencana yang disusun

dengan baik, tanpa didukung sarana dan prasarana yang baik dan memadai maka

tujuan dari perencanaan dalam suatu program atau kegiatan kemasyarakatan akan

sulit tercapai.

4.2.2.1Sarana Pendidikan

Tabel 4

Keadaan Sarana Pendidikan

No. Sarana Pendidikan Jumlah(unit) Keterangan

1 Kelompok

bermain/PAUD

1 Baik

2 SD 1 Baik

3 SMP - -

4 SMA - -

Total 2 Baik

Sumber : Profil Desa Rambat 2012

Pada data tabel diatas dapat dilihat bahwa sarana pendidikan pada

Desa Rambat hanya terdapat 2 sarana yaitu untuk Kelompok Bermain/PAUD

(43)

belum cukup memadai untuk sebuah Desa dimana penduduknya sudah

berjumlah 1078 jiwa, hal ini juga membuktikan belum berjalannya program

pemerintah yaitu wajib belajar Sembilan tahun.

4.2.2.2Sarana Ibadah

Tabel 5

Keadaan Sarana Ibadah

No. Sarana Ibadah Jumlah

(Unit)

Keterangan

1 Mesjid 1 Baik

2 Musholah 1 Baik

3 Gereja 1 Baik

4 Vihara 1 Baik

5 Klenteng 1 Baik

Total 5 Baik

Sumber : Profil Desa Rambat 2012

Dari tabel diatas terlihat bahwa sarana ibadah pada Desa Rambat

cukup merata, ini di tandai dengan adanya tempat peribadatan setiap agama

(44)

4.2.2.3Sarana Kesehatan

Tabel 6

Keadaan Sarana Kesehatan

No Sarana Jumlah (unit) Keterangan

1 Polindes 1 Baik

2 Posyandu 1 Baik

Jika dilihat dari tabel tersebut, fasilitas yang tersedia bisa dikatakan cukup,

setidaknya warga desa sudah ada tempat periksa kesehatannya dan tidak jauh harus

ke kecamatan atau ke kota kabupaten.

4.2.2.4 Sarana Olah Raga

Desa Rambat memiliki sarana olah raga, dimana sarana olah raga terrsebut

sering dimanfaatkan masyarakat setempat terutama para pemuda/pemudi di daerah

ini. Sarana olah raga tersebut sering digunakan pada saat sore hari, dimana ditempat

ini juga pemuda/pemudi setempat sering saling berinteraksi dan bersosialisasi.

Adapun sarana olah raga yang ada di Desa Rambat adalah:

Tabel 7 Sarana Olah Raga

No Jenis Sarana Olah Raga Jumlah

1 Lapangan Bola Kaki 1

2 Lapangan Bola Volli 2

(45)

4.2.2.5 Sarana Ekonomi

Pada dasarnya masyarakat melakukan transaksi untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya. Transaksi atau aktifitas ekonomi tersebut biasanya terjadi pada sebuah

tempat yang disebut pasar, namun tidak semua transaksi atau aktifitas ekonomi

berlangsung di pasar, transaksi ini dapat juga terjadi di toko, kios dan lain-lain. Pasar

yang ada di Desa ini juga tidak ada untuk setiap harinya dikarenakan pasar hanya ada

setiap hari senin dan kamis setiap minggunya.

4.2.2.6 Sarana Penerangan dan Air

Pada saat peneliti sedang berada di Desa Rambat, yaitu pada bulan maret

tahun 2012 warga Desa belum menikmati sarana penerangan listrik dari PLN, warga

hanya memakai genset untuk keperluan penerangannya. Tetapi pada tahun 2013

warga Desa sudah bisa menikmati sarana penerangan dari PLN.

Untuk sarana air masyarakat Desa tidak terlalu susah untuk mendapatkan air

bersih karena masing-masing rumah memiliki sumur sendiri, serta ada juga

tempat-tempat pemandian umum yang dibangun warga secara swadaya.

4.2.3 Sistem Sosial Masyarakat Desa Rambat 4.2.3.1 Sistem Nilai

Setiap daerah mempunyai nilai-nilai norma dan peraturan baik yang tertulis

dan tidak tertulis. Demikian juga dengan masyarakat Desa Rambat yang mempunyai

nilai-nilai norma yang mengatur kehidupan sosial masyarakat Desa Rambat. Adapun

(46)

4.2.3.1.1 Religius (Agama)

Masyarakat Desa Rambat adalah masyarakat yang beragama dan dapat

dikatakan patuh terhadap ajaran agama. Dimana masyarakat Desa Rambat semuanya

memiliki agama masing-masing, dan ketaatan mereka beragama juga dapat terlihat

dengan adanya sarana ibadah yang terdapat di daerah ini. Perilaku masyarakat

Rambat sedikit tidaknya juga terpengaruhi oleh ajaran-ajaran agama yang ada pada

ajaran agama masing-masing.

Meskipun terdapat keanekaragaman jenis agama yang dianut oleh masyarakat

Desa rambat tetapi hal ini bukanlah menjadi halangan bagi para warga untuk

bersosialisasi satu dengan yang lainnya. Dapat dikatakan bahwa kehidupan beragama

pada masyarakat Desa Rambat dapat hidup rukun dan saling menghormati antar

pemeluk agama satu dengan yang lainnya.

4.2.3.1.2 Kekeluargaan

Pada Masyarakat Desa Rambat rasa kekeluargaan masih sangat terasa dan

masih kental. Meskipun penduduk Rambat sudah dapat dikatakan banyak namun

sebahagian dapat saling mengenal satu dengan yang lainnya, hal ini bisa disebabkan

adanya rasa kekeluargaan yang masih kuat diantara mereka. Hubungan ini juga

terlihat keterbukaannya masyarakat Desa dengan kehadiran para warga pendatang

(47)

4.2.3.1.3 Adat-Istiadat

Masyarakat Desa Rambat masih menjunjung tinggi nilai adat istiadat mereka

dengan cara masih dilakukan kebiasaan-kebiasaan lama yang terjadi dari jaman

dahulu sampai sekarang ini, misalnya ada upacara laut yaitu persembahan laut yang

dilakukan pada sekitaran bulan 5 sampai 6 yang mana pada saat itu air laut pada surut

dan menampakkan banyak pulau pulau kecil. Para warga banyak berdatangan dengan

membawa hasil bumi nya untuk di lakukan upacara tersebut.

Ini merupakan bentuk syukur kepada tuhan yang maha esa dengan apa yang di

dapat dari warga desa dengan apa yang didapatnya selama setahun ini melalui cara

dengan seperti itu.

4.2.3.1.4 Gotong Royong

Gotong royong juga masih terdapat pada masyarakat Desa Rambat ini. Hal ini

terlihat pada acara-acara yang terjadi pada desa tersebut, seperti membersihkan

lingkungan yaitu parit sarana umum dan lainnya, walaupun tidak dilakukan rutin

setiap minggunya tetapi masyarakat desa selalu siap jika ada kegiatan gotong royong

yang ada.

4.3Karakteristik Responden

Untuk mengenali responden, peneliti menggunakan kuesioner yang berisi

daftar-daftar pertanyaan data-data responden. Berdasarkan hasil pengumpulan data,

(48)

Tabel 4.3.1

Responden Berdasarkan Usia

No Kelompok Usia(Tahun) F %

1 30-40 9 52,94

2 41-50 5 29,42

3 51-60 2 11,76

4 61-70 1 5,88

Jumlah 17 100

Sumber : Kuisioner 2012

Dari data diatas dapat dilihat bahwa mayoritas masyarakat yang beralih

pekerjaan dari petani ke penambang mayoritas dari rentang umur 30 – 40 tahun.

Tabel 4.3.2

Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin F %

1 Laki-laki 15 88,23

2 Perempuan 2 11,77

Jumlah 17 100

Sumber: kuisioner 2012

Dari data diatas terbukti bahwa tidak hanya laki-laki yang bergelut dalam

usaha penambangan, walaupun hanya berjumlah 11,77%, namun dari data kuisioner

(49)

Tabel 4.3.3

Responden Berdasarkan Agama

No Agama F %

1 Islam 17 100

Jumlah 17 100

Sumber: kuisioner 2012

Tabel 4.3.4

Responden Berdasarkan Suku

No Suku F %

1 Melayu 17 100

Jumlah 17 100

Sumber: Kuisioner 2012

Dari data diatas menunjukkan bahwa masyarakat yang beralih dari petani

(50)

Tabel 4.3.5

Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan F %

1 SD 16 94,11

2 SLTP 1 5,89

Jumlah 17 100

Sumber : Kuisioner 2012

Dari tabel dapat disimpulkan bahwa penambang yang sebelumnya berprofesi

sebagai petani merupakan masyarakat dengan pendidikan rendah.

4.4 Teknik Analisa Data 4.4.1 Tabel Tunggal

Data Variabel X

Tabel 4.4.1.1

Distribusi Frekuensi Berdasarkan lamanya menjadi penambang

No F %

1 < 1Tahun 3 17,64

2 2 Tahun 6 35,29

3 >2 Tahun 8 47,07

Jumlah 17 100

(51)

Tabel 4.4.1.2

Distibusi Frekuensi berdasarkan waktu bekerja di tambang

No Waktu Bekerja F %

1 < 2 Jam 4 23,52

2 2-4 Jam 8 47,05

3 >4 Jam 5 29,43

Jumlah 17 100

Sumber: Kuisioner 2012

Tabel 4.4.1.3

Distribusi jawaban berdasarkan kenyamanan jadi penambang atau petani

No Lebih nyaman jadi penambang F %

1 Ya 15 88,23

2 Tidak 2 11,77

Jumlah 17 100

Sumber: Kuisioner 2012

Dari data diatas ternyata 88,23% penambang merasa lebih nyaman jadi

(52)

Tabel 4.4.1.4

Distibusi jawaban berdasarkan besaran resiko kerugian ketika jadi penambang

No Lebih besar F %

1 Ya 8 47,05

2 Tidak 9 52,95

Jumlah 17 100

Sumber: Kuisioner 2012

Dari data tabel dapat dilihat ternyata responden merasa potensi kerugian

menjadi penambang tidak lebih besar dibandingkan menjadi petani.

Tabel 4.4.1.5

Distribusi Frekuensi berdasarkan status kepemilikan

No Status Kepemilikan F %

1 Pemilik 5 29,42

2 Pekerja 12 70,58

Jumlah 17 100

Sumber: Kuisioner 2012

Dari data tabel diatas dapat dilihat jumlah pekerja hanya 70,58%, jumlah ini

membuktikan bahwa pertambangan yang dilakukan hanya dengan jumlah pekerja

yang sedikit, hal ini disebabkan penambangan yang dilakukan masyarakat tergolong

dalam penambangan tradisional, dan banyak pemilik tambang juga ikut sebagai

(53)

Tabel 4.4.1.6

Distibusi Frekuensi berdasarkan besaran pendapatan ketika jadi penambang

No Pendapatan (lebih besar) F %

1 Ya 17 100

2 Tidak 0 0,00

Jumlah 17 100

Sumber: kuisioner 2012

Dari data diatas dapat dilihat bahwa pendapatan menjadi penambang lebih

besar, terlihat dari jawaban para responden yang memilih jawaban Ya sebanyak

100% ini menunjukkan pekerjaan menjadi penambang sampai saat ini sangat

menjanjikan.

Tabel 4.4.1.7

Distribusi Frekuensi berdasarkan kesesuaian pendapatan

No Kesesuaian F %

1 Sesuai 15 88,23

2 Ragu-ragu 2 11,77

3 Tidak sesuai 0 0,00

Jumlah 17 100

Sumber: kuisioner 2012

Dari tabel diatas terlihat para responden kebanyakan memilih jawaban sesuai

(54)

yang dilakukan dengan pendapatan yang didapatkan telah sesuai harapan para

responden, terlihat jelas dari data yang tersaji.

Data Variabel Y

Tabel 4.4.1.8

Pendapatan sebelum menjadi penambang

No Pendapatan perbulan(Rp) F %

1 Lebih dari 4.000.000 7 41`,17

2 2.000.000-4000.000 8 47,06

3 Kurang dari 2.000.000 2 11,77

Jumlah 17 100

Sumber: Kuisioner 2012

Dari tabel diatas terlihat jawaban yang sangat variatif untuk pendapatan

sebelum menjadi penambang dengan jawaban lebih dari 4.000.000 dengan 41,17%,

jawaban 2.000.000 dengan 47,06%, dan jawaban kurang dari 2.000.000 dengan

11,77%, ini menunjukkan hanya sedikit perbedaan dari rataan pendapatan per tiap

(55)

Tabel 4.4.1.9

Pendapatan setelah menjadi Penambang

No Pendapatan perbulan(Rp) F %

1 Lebih dari 4.000.000 15 88,24

2 2.000.000-4.000.000 2 11,76

3 Kurang dari 2.000.000

Jumlah 17 100

Sumber: Kuisioner 2012

Dari tabel diatas terlihat perbedaan yang cukup signifikan dari segi

pendapatan setelah menjadi penambang ini terlihat pada pilihan jawaban dengan

88,24% memilih jawaban lebih dari 4.000.000 dan 11,76% memilih jawaban

2.000.000-4.000.000. Data tersebut juga menandakan pilihan para responden untuk

beralih dari segi ekonomi sampai saat ini sangatlah membantu perekonomian

keluarga.

Tabel 4.4.1.10

Pengeluaran sebelum jadi penambang

No Sebelum Penambang(Rp) F %

1 Diatas 4.000.000 11 64,70

2 2.000.000-4.000.000 6 35,30

3 Kurang dari 2.000.000

Jumlah 17 100

(56)

Dari tabel diatas terlihat bahwa pengeluaran para responden sangatlah tinggi

dimana diatas Rp.4.000.000 mencapai 11 orang dan rentang

Rp.2.000.000-Rp.4.000.000 hanya 11 orang saja, ini dikarenakan factor kebutuhan hidup yang

sangat tinggi didaerah tersebut dan barang-barang kebutuhan pokok yang mahal,

sehingga pengeluaran bias sampai seperti itu.

Tabel 4.4.1.11

Penegeluaran setelah jadi penambang

No Setelah Penambang (Rp) F %

1 Diatas 4.000.000 17 100

2 2000.000-4.000.000

3 Kurang dari 2.000.000

Jumlah 17 100

Sumber: Kuisioner 2012

Dari tabel yang terlihat diatas terlihat bahwa para responden 100% memilih

jawaban pengeluaran setelah menjadi penambang diatas Rp.4.000.000 ini

mengindikasikan bahwa ada suatu peningkatan di dalam pendapatan dari para

responden tersebut atau bias jadi adanya keperluan yang tidak terduga sewaktu

(57)

Tabel 4.4.1.12

Kepemilikan Rumah sebelum jadi penambang

No Milik Sendiri F %

1 Ya 6 35,30

2 Tidak 11 64,70

Jumlah 17 100

Sumber: Kuisioner 2012

Dari tabel yang terlihat di atas tersebut para responden banyak yang belum

memiliki rumah sendiri ini ditandai dengan data yang tersaji di mana dari 17

responden hanya 6 responden (35,30) yang mengaku memiliki rumah sendiri dan

sisanya sebanyak 11 responden (64,70%) mengaku belum memiliki rumah sendiri

untuk saat itu.

4.4.2 Analisa Pertanyaan Terbuka

Dalam mengumpulkan data melalui kuesioner, terdapat pertanyaan yang

bersifat tertutup, dan terbuka. Pada bagian ini yang akan dianalisa adalah pertanyaan

no 6 dibagian B dan no 7 dibagian B.

Pada pertanyaan no 6 dibagian B, mengenai dampak secara ekonomi yang

dirasakan ketika menjadi penambang, masing-masing dari responden memiliki

jawaban yang berbeda-beda.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dilapangan tentang

(58)

penambang memiliki jawaban yang berbeda-beda. Seperti wawancara yang

dilakukan dengan Ibu Susilawati:

“wahhhh dampak ekonomi nya sangat terasa sekali ya, ibu bisa memiliki

kendaraan sendiri, sekolahin anak-anak tidak perlu pusing lagi oleh biaya

nya, dan sekarang lebih terkucupi untuk kebutuhan sehari-harinya....”

(berdasarkan Hasil Wawancara Lapangan,Maret 2012)

Hal tersebut juga disampaikan oleh Pak H.Sanif:

“Sangat terasa sekali ya, saya bias pergi berangkat haji dan bisa membeli

kendaraan pribadi sendiri untuk keperluan tambangnya dan bisa

memperkerjakan beberapa orang juga....”

Lalu untuk pertanyaan nomor 7 bagian B, mengenai dampak secara kehidupan

sosial yang dirasakan ketika menjadi penambang, masing-masing dari responden

memiliki jawaban yang berbeda-beda juga.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti di lapangan tentang

pendapat responden mengenai dampak yang dirasakan secara sosial ketika jadi

penambang. Seperti wawancara yang dilakukan dengan Bapak Marwandi:

“dampak yang saya rasakan adalah saya bisa menyekolahkan anak-anak

saya sama dengan orang yang berkecukupan lainnya, ini dikarenakan selama

ini orang yang bersekolah dikampung ini kan hanya mereka yang mampu, ini

sekaligus memberikan secara tidak langsung dampak sosial tersebut, dan ada

juga yang negatifnya yah, bagaimana kelanjutannya bila timah ini habis

karna ini merupakan barang yang akan habis bila digali terus menerus...”

(59)

Hal tersebut juga disampai oleh Bapak Safril:

“Dampak yang dirasakan kalau menurut bapak lebih ke negatifnya itu

dikarenakan banyak lahan-lahan yang menjadi danau-danau buatan akibat

tambang yang terus-menerus dan saya khawatir bagaimana untuk

kedepannya, memang untuk hasil yang didapat sangat menjanjikan,tapi

lama-kelamaan ini timah juga akan habis...”

Dari wawancara lapangan yang dilakukan oleh peneliti, terdapat satu focus

dari jawaban para responden dimana sisi positifnya adalah memberikan kehidupan

ekonomi yang lebih layak dan dari sisi negatifnya adalah kerusakan lingkungan yang

terjadi, ini dikarenakan pertambangan yang dilakukan masih secara tambang rakyat

dan mereka belum ada mengerti untuk merehabilitasi lahan tersebut.

4.4.3 Analisa Deskriptif

4.4.3.1. Proses Peralihan Matapencaharian dari Petani Lada ke Penambang Timah

Peralihan matapencaharian sering dilakukan oleh setiap orang, yang mana jika

suatu pekerjaan yang sedang dijalani sekarang tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan

hidup, maka seseorang itu akan mencoba untuk mencari pekerjaan lain dan umumnya

hal ini terjadi pada masyarakat Indonesia. Adanya kecendrungan para petani untuk

mengambil resiko terhadap usahanya, keputusan untuk mengambil resiko yang

Gambar

Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dapat dikatakan terjadi suatu perubahan kondisi sosial ekonomi khususnya masyarakat petani pasca melakukan peralihan jenis tanaman dan

Ahirnya masyarakat Desa Sibulan-bulan bisa merasakan keberhasilan dari suatu kerja keras mereka dalam melakukan usaha bertani padi di desa mereka dan masyarakat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor penyebab perubahan mata pencaharian masyarakat petani kopi menjadi petani sayuran di Desa Tiga Jaya Kecamatan Sekincau

Dari data di atas, dapat kita lihat bahwa mayoritas masyarakat Desa Berakit bekerja sebagai nelayan, inilah yang menjadi sumber kehidupan ekonomi mereka, oleh karena itu

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor penyebab perubahan mata pencaharian masyarakat petani kopi menjadi petani sayuran di Desa Tiga Jaya Kecamatan Sekincau

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengetahui sektor manakah yang menjadi pilihan masyarakat di Desa Ranggi Asam pasca tambang inkonvensional, (2) menghitung berapa

Sebagian besar masyarakat yang menjadi TKI merupakan masyarakat dari desa yang tingkat pendidikan mereka yang rendah, mereka rata-rata hanya lulus SMP ( sekolah menengah

Hasil penelitian ditemukan bahwa dalam penelitian ini masyarakat Desa Sungai Besar pada saat terjadinya perubahan masyarakat yang sejak dulu sebagai nelayan, buruh, berkebun, pegawai