• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. GAMBARAN UMUM. menjadikan sektor tersebut sebagai mata pencaharian masyarakat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "V. GAMBARAN UMUM. menjadikan sektor tersebut sebagai mata pencaharian masyarakat."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

35 V. GAMBARAN UMUM

5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, kedua desa tersebut merupakan desa yang terdapat di Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Potensi pertanian kedua desa cukup besar, hal ini dapat dilihat dari luas sawah yang mereka usahakan untuk usahatani padi dan menjadikan sektor tersebut sebagai mata pencaharian masyarakat.

Gambar 2. Peta Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Bogor

Gambaran umum Desa Ciburuy dan Desa Cisalada akan dijelaskan meliputi topografi, kependudukan, mata pencaharian masyarakat dan fasilitas-fasilitas penunjang kegiatan masyarakat. Gambaran umum lokasi penelitian di dua desa tersebut adalah sebagai berikut:

5.1.1. Gambaran Umum Desa Ciburuy

Desa Ciburuy merupakan salah satu desa yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Cigombong dengan luas wilayah sebesar 200,67 ha. Batas wilayah Desa Ciburuy yaitu sebagai berikut: sebelah utara berbatasan dengan Desa Ciadeg, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Cigombong, sebelah timur

(2)

36

berbatasan dengan Desa Srogol, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Cisalada. Desa Ciburuy merupakan wilayah yang termasuk dataran rendah, berbukit-bukit dan terletak di daerah bantaran sungai. Tingkat kemiringan tanah di desa Ciburuy yaitu 16 derajat. Tabel berikut menjelaskan luas wilayah menurut penggunaannya:

Tabel 7. Luas Wilayah Menurut Penggunaan di Desa Ciburuy Tahun 2010

Peruntukan Lahan Luas wilayah (ha)

Luas permukiman 50

Luas persawahan 75

Luas kuburan 0,08

Luas taman 0,03

Perkantoran 0,06

Luas prasarana umum lainnya Tanah kering

0,05 55,7

Tanah perkebunan negara 13

Tanah fasilitas umum 6,75

Total luas 200,67

Sumber: Monografi Desa Ciburuy, 2010

Jumlah penduduk Desa Ciburuy secara keseluruhan yaitu berjumlah 12.005 jiwa. Penduduk di desa ini didominasi oleh penduduk berjenis kelamin laki-laki yaitu berjumlah 6.153 jiwa (51,25 %) sedangkan jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan yaitu 5.852 jiwa (48,75 %) dari total penduduk. Jumlah kepala keluarga di Desa Ciburuy yaitu 2.480 kepala keluarga dengan kepadatan penduduk 75,03 per km.

Penduduk di wilayah ini yang memiliki mata pencaharian pada sektor pertanian berjumlah total 415 jiwa yang terdiri dari 135 jiwa petani dan 280 jiwa sebagai buruh tani. Mayoritas mata pencaharian penduduk yaitu sebagai karyawan perusahaan swasta sebanyak 550 jiwa. Karyawan perusahaan pemerintah berjumlah berjumlah 48 jiwa, pegawai negeri sipil berjumlah 35 jiwa, peternak

(3)

37

sebanyak 47 jiwa dan sisanya sebagai pengrajin, pedagang, pensiunan, TNI, Polri, pertukangan, bidan dan dokter.

Fasilitas dibangun untuk menunjang kegiatan masyarakat desa. Adapun salah satu fasilitas yang terdapat dalam desa ini yaitu ruang terbuka publik yang terdiri dari taman bermain seluas 2.000 m2, taman desa seluas 1.000 m2, taman kas desa seluas 2.000 m2. Prasarana kesehatan terdiri dari puskesmas pembantu sebanyak satu unit, poliklinik sebanyak empat unit, posyandu sebanyak 10 unit, rumah bersalin sebanyak sebanyak dua unit dan balai kesehatan ibu dan anak sebanyak satu unit. Prasarana terpenting di Desa Ciburuy yaitu sarana pendidikan yang terdiri dari gedung SLTA sebanyak dua buah, gedung SLTP sebanyak empat buah, gedung SD sebanyak delapan buah, gedung TK sebanyak tiga buah dengan status lahan sewa dan jumlah lembaga pendidikan agama sebanyak tujuh buah, dua buah sewa dan yang lainnya dalam status milik. Selain itu dalam desa ini juga terdapat sarana dan prasarana wisata, olahraga serta kebersihan.

5.1.2. Gambaran Umum Desa Cisalada

Desa Cisalada merupakan desa yang terletak di Kecamatan Cigombong dan memiliki luas wilayah sebesar 168,75 ha. Adapun batas wilayah desa ini yaitu sebelah utara berbatasan dengan Desa Pasir Jaya, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tugu Jaya, sebelah barat berbatasan dengan Desa Pasir Jaya, sebelah timur berbatasan dengan Desa Ciburuy. Wilayah administratif Desa Cisalada terdiri dari empat dusun, 10 rukun warga dan 26 rukun tetangga. Tabel luas wilayah menurut penggunaan dapat dilihat di bawah ini:

(4)

38 Tabel 8. Luas Wilayah Menurut Penggunaan di Desa Cisalada Tahun 2010

Peruntukan Lahan Luas wilayah (ha)

Luas permukiman 32,25

Luas persawahan 105

Luas kuburan 5

Luas perkarangan 2,5

Perkantoran 0,25

Luas prasarana umum lainnya 15,25

Tanah fasilitas umum 8,5

Total luas 168,75

Sumber: Monografi Desa Cisalada, 2010

Jumlah penduduk Desa Cisalada secara keseluruhan berjumlah 7.019 jiwa, dengan penduduk terbanyak berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 3.586 jiwa atau sekitar 51,09 % dari total penduduk, sedangkan penduduk berjenis kelamin perempuan berjumlah 3.433 jiwa atau sekitar 48,91 % dari total penduduk Desa Cisalada. Mayoritas agama penduduk Desa Cisalada beragama islam, hanya dua jiwa penduduk yang berkeyakinan lain yaitu menganut agama protestan. Terdapat tiga jiwa yang berwarga negara asing, sedangkan sisanya yaitu 7.016 jiwa penduduk berwarga negara Indonesia. Jumlah penduduk yang produktif yaitu 4.126 jiwa, rata-rata kepadatan penduduk yaitu 300 jiwa/km2 dan rata-rata penyebaran penduduk yaitu 500 jiwa/km2.

Tingkat pendidikan penduduk Desa Cisalada bervariasi yaitu mulai dari tingkat SD hingga S3, pada desa ini juga masih terdapat penduduk yang buta huruf. Tingkat pendidikan akhir penduduk didominasi oleh tamatan sekolah dasar yaitu berjumlah 3.168 jiwa atau sekitar 45,99 %. Pada Desa Cisalada terdapat penduduk dengan lulusan sarjana, yaitu 98 jiwa (1,42 %) lulusan S1, tiga jiwa (0,04 %) penduduk lulusan S2, dan satu jiwa (0,01 %) penduduk lulusan S3. Penduduk yang berpendidikan akhir diploma berjumlah 389 jiwa yaitu lulusan D1 sebanyak 163 jiwa (2,37 %), lulusan D2 sebanyak 139 jiwa (2,02 %) dan lulusan

(5)

39

D3 sebanyak 87 jiwa (1,26 %). Keterangan selengkapnya mengenai kategori penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 9. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Desa Cisalada Tahun 2010

Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

Buta huruf 116 1,68 Belum sekolah 587 8,52 Tidak tamat SD 102 1,48 Tamat SD 3.168 45,99 Tamat SLTP 1.319 19,15 Tamat SMU 1.106 16,05 Tamat D1 163 2,37 Tamat D2 139 2,02 Tamat D3 87 1,26 Tamat S1 98 1,42 Tamat S2 3 0,04 Tamat S3 1 0,01 Jumlah 6889 100

Sumber: Monografi Desa Cisalada, 2010

Mata pencaharian penduduk Desa Cisalada didominasi pada sektor pertanian, jumah penduduk yang bekerja sebagai petani yaitu sebanyak 3.462 jiwa (60,17 %) yang terdiri dari 2.150 jiwa petani pemilik, 285 jiwa petani penggarap, dan 1.027 jiwa buruh tani. Mayoritas mata pencaharian penduduk berikutnya yaitu buruh sejumlah 1.255 (21,81 %). Pekerjaan pada sektor tersebut sering menjadi pemicu kelangkaan generasi penerus pertanian karena kebanyakan remaja lebih memilih bekerja di pabrik-pabrik sebagai buruh daripada menjalani aktivitas sebagai petani. Sektor pertanian akan semakin sulit untuk mencari tenaga kerja di masa yang akan datang jika masalah ini tidak diperhatikan. Jenis mata pencaharian penduduk lainnya dapat dilihat pada tabel berikut:

(6)

40 Tabel 10. Penduduk Menurut Pekerjaan Desa Cisalada Tahun 2010

Jenis Pekerjaan Jumlah (Jiwa) Persentase(%)

Petani 3.462 60,17

Pengusaha kecil menengah 47 0,82

Pengrajin 3 0,05

Buruh 1.255 21,81

Bengkel/pencucian mobil dan motor 7 0,12

Penjahit 8 0,14 Pedagang 161 2,79 Pengemudi 36 0,63 Tukang ojek 315 5,47 Pertukangan 284 4,94 Pegawai negeri 144 2,50 Dokter 2 0,03 Bidan 1 0,02 Dukun 6 0,10 TNI/POLRI 9 0,16 Pensiunan TNI/POLRI/PNS 13 0,23 Anggota DPRD Kabupaten 1 0,02 Jumlah 5.754 100

Sumber: Monografi Desa Cisalada, 2010

Fasilitas yang terdapat dalam Desa Cisalada terdiri dari beberapa sarana dan dibangun untuk memudahkan penduduk menjalani aktivitas keseharian mereka. Sarana terpenting dalam Desa Cisalada yaitu sarana pendidikan yang merupakan tempat penduduk usia pelajar untuk menuntut ilmu. Pertanian di Desa Cisalada ini didukung oleh keberadaan dua buah prasarana irigasi. Sarana lainnya yang terdapat di Desa Cisalada yaitu sarana keagamaan, sarana wilayah, sarana perekonomian, sarana perhubungan, sarana air bersih, sarana kesehatan dan sarana aparatur desa.

5.2. Gambaran Umum Budidaya Padi Semi Organik dan Anorganik

Pada dasarnya budidaya tanaman padi dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu antara lain: persiapan benih dan persemaian, persiapan lahan, penanaman, perawatan dan pemeliharaan, serta pemanenan. Budidaya padi semi organik membutuhkan tambahan pupuk kompos untuk meningkatkan tingkat kesuburan

(7)

41

lahan. Pengurangan dosis pemakaian pupuk kimia dilakukan secara bertahap, hal itu dilakukan untuk menghilangi ketergantungan petani terhadap pupuk kimia dalam melakukan kegiatan usahatani mereka. Pemakaian pestisida kimia pada lahan pertanian padi semi organik sudah tidak diperkenankan lagi. Petani yang tergabung dalam keanggotaan Gapoktan Silih Asih di Desa Ciburuy diharuskan mematuhi aturan yang terdapat dalam SOP gapoktan seperti jenis varietas dan jumlah benih yang akan ditanam, cara pembuatan dan pemakaian pupuk organik serta pestisida nabati, aturan tanam, pemakaian pupuk kimia, serta penjualan dan pembinaan petani oleh Lembaga Pertanian Sehat, Dinas Pertanian dan Gapoktan itu sendiri. Adapun proses budidaya pada kedua usahatani baik semi organik maupun anorganik akan diuraikan sebagai berikut:

1. Persiapan Benih dan Persemaian

Pemilihan jenis varietas yang akan digunakan pada kedua usahatani padi sangat diperhatikan. Pertimbangannya yaitu memilih varietas atas dasar ketahanan benih terhadap serangan hama dan penyakit tanaman padi. Varietas yang digunakan biasanya telah diuji mutu dan produksinya dari pemerintah. Mayoritas petani menggunakan benih berlabel biru yang tahan terahadap penyakit tungro, contohnya yaitu Ciherang, Bondoyudo, Situbagendit dan Inpari. Benih yang dipilih yang bersifat bernas, pemilihannya dengan menggunakan bahan desinfektan (larutan garam atau abu dapur). Benih yang ada direndam dalam larutan garam atau abu dan dilanjutkan proses pemeraman, dengan dosis setiap satu liter air harus dicampur dengan satu sendok garam atau tiga sendok abu. Benih yang dipilih adalah benih yang tenggelam. Setelah hal tersebut dilakukan maka perendaman dilakukan lagi dengan menggunakan air bersih. Perlakuan

(8)

42

tersebut bertujuan menekan penyakit dan merangsang pengecambahan benih secara merata pada tanaman padi. Setelah benih yang bernas telah terpilih, langkah selanjutnya yaitu membuat lahan persemaian.

Gambar 3. Lahan Persemaian Benih Padi

Beberapa petani juga menyediakan benih sendiri dengan cara memilih benih yang bernas dari lahan pertanian mereka, hal ini dapat menghemat pengeluaran biaya produksi pertanian. Lahan yang dipilih untuk persemaian merupakan lahan yang aman dan mudah pemeliharaannya. Bibit yang akan ditanam merupakan bibit yang telah berumur 12-20 hari dan telah siap ditanam pada lahan yang telah melalui proses pengolahan lahan. Petani semi organik menambahkan pupuk kompos untuk melengkapi proses pembibitan benih padi.

Tabel 11. Perbandingan Penggunaan Benih pada Usahatani Padi Semi Organik dan Anorganik Petani Penggarap

No Usahatani Padi Jumlah Benih (kg/ha)

1. Semi Organik 40,86

2. Anorganik 49,79

Sumber : Data primer, 2011

Jumlah benih yang digunakan pada usahatani padi anorganik lebih besar yaitu sejumlah 49,79 kg/ha dibandingkan usahatani padi semi organik yang hanya berkisar 40,84 kg/ha, maka dalam usahatani padi semi organik terjadi penghematan penggunaan benih.

(9)

43

2. Pengolahan Lahan

Tujuan pengolahan lahan pada dasarnya agar gulma yang ada bisa mati dan membusuk, menggemburkan tanah, memperbaiki aerasi tanah, memudahkan pengaturan air dan mengatur jarak tanam. Pengolahan lahan dibagi menjadi beberapa tahapan, diantaranya yaitu:

- Mopokan (perbaikan pematang), yaitu melakukan pembongkaran pematang sampai dasar lahan dengan menggunakan cangkul, kemudian dilakukan penimbunan kembali dengan tanah yang sudah diolah sehingga pematang kembali rapi. Hal tersebut mencegah kebocoran saluran air dan menutup lubang hama yang ada.

- Ngongkolongan, yaitu mencangkul batas petakan yang berbatasan dengan petakan sebelah atas, posisi mencangkul membujur dengan petakan tanah dicangkul dan dipindahkan ke bagian tengah petakan. Hal tersebut dilakukan agar kegiatan membajak lebih mudah dilakukan.

- Bajak, yaitu melakukan pembajakan sawah yang biasa dilakukan dengan bantuan traktor atau kerbau. Hal ini tergantung dimana posisi lahan petani, jika lahannya mudah dijangkau oleh traktor maka petani biasanya melakukan proses pembajakan ini dengan bantuan alat tersebut. Jika sulit dijangkau maka alternatif bantuannya yaitu menggunakan bantuan kerbau. Bajak akan mempercepat proses pembusukan sisa tanaman.

- Nampingan dan mengaru, yaitu melakukan perapian pada pematang bagian dalam petakan untuk memperluas areal tanam, serta melakukan penghalusan tanah olahan agar sistem perakaran sempurna dan kedap air.

(10)

44

- Nyorongan, yaitu melakukan perataan permukaan sawah agar sistem pengairan usahatani merata. Prosesnya dengan menggunakan bantuan alat pertanian berupa sorongan.

- Pembuatan drainase, yaitu membuat parit pengaturan air dalam petakan agar memudahkan proses pengaturan air.

Tahapan pengolahan tanah diatas diperoleh dari informasi standar operasional prosedur budidaya padi sehat (semi organik) pada Gapoktan Desa Ciburuy. Pada dasarnya pengolahan lahan pada budidaya padi anorganik hampir sama dengan tahapan proses pengolahan lahan padi semi organik ini, perbedaannya hanya terletak pada pemberian pupuk kompos yang diberikan dengan dosis kurang lebih dua ton/ha, dan petani semi organik biasanya juga melakukan penyebaran jerami sebelum pengolahan lahan yang nantinya akan mengalami proses pembusukan dengan sendirinya di lahan.

Gambar 4. Tahapan Proses Pengolahan Tanah yaitu Mengatur Jarak Tanam (Kiri) dan Perataan Permukaan Sawah atau Nyorongan (Kanan)

3. Penanaman

Bibit yang akan ditanam dalam proses ini berumur sekitar 12-20 hari. Langkah awal yang dilakukan adalah menyaplak, dengan bantuan alat yang disebut garokan. Jarak tanam pada usahatani semi organik umumnya berkisar antara 12,5 cm setiap tanaman dalam barisan, 25 cm antar tanaman di lain barisan

(11)

45

dan 50 cm pada setiap kelompok barisan. Sistem tanam seperti itu disebut legowo yang manfaatnya antara lain yaitu memudahkan dan mengefisienkan penggunaan pupuk pada lahan, serta mendapatkan jumlah anakan yang lebih banyak pada tanaman padi. Penggunaan sistem tanam dengan teknik legowo mulai di adopsi oleh petani anorganik, walaupun masih sangat sedikit petani anorganik yang mengunakan cara tanam ini. Bibit yang telah disemai sebelumnya akan dipindah tanamkan pada lahan yang telah melalui proses pengolahan lahan. Bibit padi ditanam secara dangkal dan tunggal pada setiap titik temu garis caplak. Jumlah bibit yang ditanam pada usahatani semi organik mayoritasnya berkisar antara dua hingga tiga rumpun, sedangkan usahatani anorganik umumnya berkisar antara tiga hingga lima rumpun padi.

Gambar 5. Sistem Tanam Acak Usahatani Padi Anorganik (Kiri) dan Sistem Tanam Legowo Usahatani Padi Semi Organik (Kanan)

4. Perawatan dan Pemeliharaan

Proses perawatan dan pemeliharaan tanaman padi terdiri dari penyiangan dan penyulaman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit tanaman, babad pematang dan pengaturan air atau irigasi.

- Penyiangan dan penyulaman, yaitu menyiangi rumput pengganggu disekitar tanaman padi, kemudian rumput tersebut dibenamkan kedalam tanah yang ada diantara barisan tanaman. Keadaan air pada saat penyiangan dalam

(12)

46

keadaan macak-macak dan saluran air dalam petakan sawah juga ditutup. Hal ini dilakukan untuk menekan pertumbuhan gulma, laju kompetisi pemanfaatan unsur hara tanaman, penyinaran matahari yang merata pada tanaman padi. Penyulaman merupakan penanaman kembali bibit dalam barisan tanaman yang hilang agar populasi tanaman tetap optimal. Adapun pada usahatani semi organik proses penyiangan dan penyulaman biasanya dilakukan dua kali yaitu saat padi berumur 20-25 HST dan 35-40 HST.

- Pemupukan tanaman padi pada usahatani semi organik dilakukan sebanyak tiga kali. Pemupukan dasar dilakukan dengan menggunakan pupuk kompos, dosisnya kurang lebih dua ton/ha. Petani menyediakan pupuk kompos dengan cara membelinya dari toko pertanian atau koperasi, atau petani juga bisa memproduksinya sendiri dengan menggunakan limbah peternakan dan pertanian yang melimpah di daerah pertanian mereka. Pemupukan selanjutnya yaitu dengan memberikan tunjangan unsur hara yang diperoleh dari kombinasi pemakaian pupuk kimia seperti TSP, Urea, NPK, KCL dan Ponska. Biasanya petani mengkombinasikan dua hingga tiga jenis pupuk tersebut atau hanya menggunakan pupuk NPK saja, hal itu tergantung kebutuhan dan kebiasaan petani dalam menjalani usahataninya. Pemupukan susulan pertama dilakukan pada saat umur padi sekitar 20-25 HST. Pemupukan susulan kedua dilakukan pada umur 45-50 HST atau pada waktu yang disebut masa pramoria (umur varietas padi dikurangi 65 hari). Pada usahatani anorganik pemupukan hanya dilakukan dua kali dengan menggunakan pupuk kimia saja, dosisnya lebih banyak dibandingkan dengan

(13)

47

usahatani semi organik. Adapun jumlah pemakaian pupuk kimia petani penggarap pada kedua usahatani dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 12. Perbandingan Penggunaan Rata-Rata Pupuk Kimia pada Usahatani Padi Semi Organik dan Anorganik Petani Penggarap

No. Jenis Pupuk Usahatani Padi Semi Organik (Kg/Ha)

Usahatani Padi Anorganik (Kg/Ha)

1 TSP 75,79 194,13

2 Urea 99,64 253,57

3 Ponska 0 25

Sumber : Data primer, 2011

Berdasarkan tabel di atas maka dapat terlihat penggunaan pupuk kimia pada usahatani padi semi organik lebih sedikit dibandingkan anorganik. Hal tersebut dikarenakan usahatani padi semi organik telah melakukan pengurangan penggunaan pupuk kimia pada usahataninya.

- Pengendalian hama dan penyakit pada usahatani semi organik meliputi empat kultur yaitu: kultur teknis merupakan pengendalian hama dan penyakit dengan cara perbaikan teknis dalam melakukan usahatani, seperti bertanam dengan teknik legowo. Hal tersebut memiliki banyak manfaat diantaranya mengefisienkan pemberian pupuk saat pemupukan, memudahkan petani melakukan kontrol tanpa menginjak-injak tanaman padi mereka, pergerakan hama seperti tikus dapat terlihat sehingga menciptakan lingkungan yang tidak cocok untuk perkembangan OPT (Organisme Pengganggu tanaman). Kultur yang kedua yaitu kultur mekanis, merupakan pengendalian hama dengan menggunanakan agency hayati. Kultur selanjutnya adalah kultur biologis, yaitu contohnya dengan menggunakan varietas padi yang tahan penyakit tungro. Terakhir yaitu kultur kimia dengan pestisida nabati, baik yang dibeli dari toko pertanian atau Koperasi, ataupun petani bisa membuatnya sendiri

(14)

48

dengan bahan alami yang bisa didapat dari alam seperti daun picung, daun mimba, kacang babi, daun tuba dan lain sebagainya. Hal ini berbeda dengan cara pengendalian hama yang dilakukan petani anorganik. Mereka cenderung memanfaatkan pestisida kimia seperti Decis, Furadan, Dusban, dan lainnya. Pada dasarnya pengendalian hama dan penyakit secara alami lebih diperkenankan karena tidak menimbulkan dampak negatif pada penggunaannya.

- Babad pematang merupakan kegiatan pembersihan rumput yang terdapat di pinggir petakan sawah. Biasanya dilakukan bersamaan pada setiap penyiangan yaitu dua kali setiap satu musim tanam.

- Pada dasarnya pengairan yang dilakukan kedua usahatani adalah sama. Tanaman padi membutuhkan pengaturan air pada saat tanam, penyiangan, pemupukan dan panen. Pada saat tanam, air tergenang di saluran tengah dan pinggir petakan. Kegiatan penyiangan dan pemupukan mengharuskan pengeringan air atau kondisi air dalam keadaan macak-macak, saluran masuk keluarnya air harus ditutup. Kapasitas air sebaiknya diperbanyak pada saat tanaman padi sedang dalam masa bunting. Terakhir yaitu panen, air diusahakan dalam keadaan kering terhitung dari masa 20 hari sebelum panen.

5. Pemanenan

Pemanenan padi pada kedua usahatani dapat dilakukan sebanyak lima kali setiap dua tahun. Pemanenan dilakukan pada waktu yang tepat sesuai dengan umur masing-masing varietas beras agar kualitas beras yang dihasilkan baik. Panen dilakukan setelah padi menguning 90 persen. Biasanya menggunakan alat perontok dengan alas yang lebar agar gabah tidak berserakan dan menggunakan

(15)

49

karung yang baik agar tidak bocor saat memasukkan gabah hasil panen. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi resiko kerugian saat panen, diakibatkan dari berat gabah yang berkurang karena terbuang saat proses ini dilakukan. Pada petani semi organik, penjemuran gabah hingga prosesnya menjadi padi dilakukan oleh Koperasi, bahkan proses packaging juga dilakukan dengan baik oleh Koperasi yang dikelola di Desa Ciburuy ini. Adapun produksi, produktivitas dan harga jual rata-rata yang dihasilkan kedua usahatani yaitu:

Tabel 13. Perbandingan Produksi, Produktivitas dan Harga Jual Rata-Rata pada Usahatani Padi Semi Organik dan Anorganik Petani Penggarap

Usahatani Padi Produksi (kg)

Produktivitas (kg/ha)

Harga Output Rata-Rata (Rp)

Semi Organik 2313,33 5960,84 2489,29

Anorganik 1876,67 5448,89 2220

Sumber : Data primer, 2011

Jumlah produksi atau produktivitas usahatani padi semi organik lebih tinggi dari anorganik. Nilai harga jual output pada usahatani padi semi organik juga sedikit lebih besar dari anorganik. Kedua hal tersebut nantinya akan mempengaruhi tingkat penerimaan usahatani padi ini.

5.2. Karakteristik responden

Karakteristik responden akan dijelaskan menurut usahatani yang mereka usahakan yaitu usahatani padi semi organik dan anorganik. Jumlah keseluruhan responden yaitu 30 orang, yang terdiri dari 15 orang petani padi semi organik dan 15 orang petani anorganik. Karakteristik umum responden dijelaskan dari beberapa karakteristik yaitu: jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, status kepemilikan lahan yang digunakan untuk kegiatan usahataninya, luas lahan yang diusahakan, jumlah tanggungan keluarga dan lama pengalaman usahatani.

(16)

50 5.2.1. Jenis Kelamin dan Usia

Responden petani padi semi organik dalam penelitian ini berasal dari Desa Ciburuy. Jumlah keseluruhan petani padi semi organik yaitu 15 responden. Responden didominasi oleh petani berjenis kelamin laki-laki yaitu 14 responden (93,33 %) dan perempuan sejumlah satu responden (6,67 %). Responden memiliki tingkat usia bervariasi, usia termuda responden yaitu 30 tahun dan usia tertua responden yaitu 64 tahun. Tingkat umur responden didominasi oleh petani yang memiliki rentang umur antara 43 - 55 tahun yaitu sejumlah 9 responden (60 %).

Akibat keterbatasan jumlah petani padi anorganik di Desa tersebut maka pengambilan responden petani padi anorganik dilakukan pada Desa Cisalada, desa ini dipilih karena lokasi yang berdekatan dengan Desa Ciburuy sehingga memiliki karakteristik yang hampir sama dan mayoritas petani yang masih menerapkan sistem usahatani anorganik. Jumlah responden petani padi anorganik yaitu 15 orang, enam responden (40 %) dari Desa Ciburuy dan sembilan responden (60 %) berasal dari Desa Cisalada. Keseluruhan responden petani padi anorganik berjenis kelamin laki-laki. Usia termuda petani padi anorganik yaitu 40 tahun dan usia tertua yaitu 80 tahun. Usia mayoritas responden petani padi anorganik yaitu berkisar antara 56 - 68 tahun berjumlah delapan responden (53,33 %).

Tabel 14. Responden Berdasarkan Tingkat Usia

Rentang Umur (Tahun)

Usahatani Padi Semi Organik Usahatani Padi Anorganik Jumlah (Jiwa) Persentase (%) Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 30-42 2 13,33 2 13,33 43-55 9 60 3 20,00 56-68 4 26,67 8 53,33 69-81 0 0 2 13,33 Jumlah 15 100 15 100

(17)

51 5.2.2. Tingkat Pendidikan, Status Kepemilikan dan Luas Lahan

Tingkat pendidikan responden dibedakan menjadi empat kategori. Tingkat pendidikan responden petani padi semi organik cukup beragam, secara umum responden petani semi organik lulusan sekolah dasar yaitu sebanyak 10 responden (66,67 %). Mayoritas responden petani padi anorganik juga masih berpendidikan rendah, jumlah petani yang memiliki tingkat pendidikan akhir sekolah dasar sama seperti petani semi organik yaitu berjumlah 10 responden (66,67 %). Responden berdasarkan tingkat pendidikan selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 15. Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Usahatani

Padi Semi Organik

Usahatani Padi Anorganik Jumlah (Jiwa) Persentase (%) Jumlah (Jiwa) Persentase (%) Tidak Sekolah 0 0 2 13,33 Tidak tamat SD 2 13,33 3 20 SD 10 66,67 10 66,67 SLTP 3 20 0 0 Jumlah 0 100 15 100

Sumber: Data Primer, 2011

Seluruh petani yang diambil sebagai responden adalah petani penggarap, petani tersebut harus membagi hasil panen padi sawahnya kepada pemilik lahan, besarnya jumlah bagi hasil tersebut mayoritasnya berkisar yaitu antara 50 - 50 % atau 60 % petani dan 40 % pemilik lahan. Akibat pembagian hasil ini maka secara umum pendapatan petani penggarap di kedua desa menjadi kecil pada setiap musim tanamnya.

Luas lahan yang diusahakan responden pada umumnya masih dalam skala yang kecil. Mayoritas luas lahan yang diusahakan kedua petani padi semi organik yaitu sejumlah 7 responden (46,67 %) pada luas lahan < 0,3 hektar dan rentang 0,3 - 0,6 hektar. Mayoritas petani padi anorganik menjalani usahataninya pada

(18)

52

rentang 0,3 - 0,6 hektar yaitu sejumlah 8 responden (53,33 %). Luas lahan yang diusahakan petani selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 16. Luas Lahan yang Diusahakan Responden

Rentang Luas Lahan

(ha)

Usahatani Padi Semi Organik

Usahatani Padi Anorganik

Jumlah (Jiwa) Persentase (%) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

< 0,3 7 46,67 5 33,33

0,3-0,6 7 46,67 8 53,33

> 0,6 1 6,67 2 13,33

Jumlah 15 100 15 100

Sumber: Data Primer, 2011

5.2.3. Jumlah Tanggungan Keluarga

Setiap responden menanggung penghidupan beberapa anggota keluarganya. Mayoritas jumlah tanggungan keluarga dari responden petani padi semi organik yaitu antara 5 - 7 jiwa yaitu tujuh responden (46,67 %). Anggota keluarga yang menjadi tanggungan petani biasanya terdiri dari keluarga inti dan tambahan yang menetap di rumah responden. Jumlah tanggungan yang dimiliki responden petani padi anorganik mayoritas berada pada rentang jumlah 2-4 jiwa tanggungan keluarga yaitu 10 responden (66,67 %). Jumlah tanggungan keluarga responden selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 17. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden

Rentang Tanggungan

Keluarga (Jiwa)

Usahatani Padi Semi Organik

Usahatani Padi Anorganik

Jumlah (Jiwa) Persentase (%) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

2-4 6 40 10 66,67

5-7 7 46,67 4 26,67

7-9 1 6,67 1 6,67

10-12 1 6,67 0 0

Jumlah 15 100 15 100

(19)

53 5.2.4. Pengalaman Usahatani Padi

Petani padi semi organik pada dasarnya telah cukup lama menekuni kegiatan pertaniannya. Namun, sebelumnya responden hanya menerapkan kegiatan pertanian anorganik pada lahan yang mereka usahakan. Kerjasama dengan Lembaga Pertanian Sehat membawa mereka kepada keputusan untuk mulai menerapkan sistem pertanian semi organik ini. Adapun pengalaman usahatani responden akan dijelaskan pada tabel berikut ini:

Tabel 18. Responden Berdasarkan Pengalaman Melakukan Usahatani Padi

Pengalaman Usahatani (tahun) Usahatani Padi Semi Organik Usahatani Padi Anorganik Jumlah (Jiwa) Persentase (%) Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 3-16 9 60 8 53,33 17-30 4 26,67 3 20 31-44 2 13,33 2 13,33 45-58 0 0 2 13,33 Jumlah 15 100 15 100

Sumber: Data Primer, 2011

Mayoritas pengalaman usahatani responden kedua usahatani petani berkisar antara tiga hingga 16 tahun yaitu sejumlah sembilan responden (60 %) pada usahatani padi semi organik, sedangkan usahatani padi anorganik yaitu sebanyak delapan responden (53,33 %). Mayoritas petani Desa Ciburuy mulai melakukan usahatani semi organik selama 7-8 tahun yaitu 12 responden (80 %). Adapun rinciannya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 19. Responden Berdasarkan Pengalaman Melakukan Usahatani Padi Semi Organik

Pengalaman Usahatani (tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

5-6 2 13,33

7-8 12 80

9-10 1 6,67

11-12 0 0

Jumlah 15 100

Gambar

Gambar 2. Peta Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Bogor
Tabel 7. Luas Wilayah Menurut Penggunaan di Desa Ciburuy Tahun 2010
Tabel 9. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Desa Cisalada Tahun 2010  Tingkat Pendidikan                    Jumlah (Jiwa)                  Persentase (%)
Gambar 3. Lahan Persemaian Benih Padi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Zima Translogistic perusahaan yang bergerak dibidang ekpedisi dengan banyak pelanggan sangat membutuhkan proses sistem yang sangat cepat dan tepat sehingga Pelanggan akan

1) Kepala Puskesmas atau petugas yang ditunjuk dapat melakukan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan kegiatan upaya kesehatan atau administrasi pengelolaan

Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode true experimental research dengan pokok kajian terletak pada: yang pertama adalah rancang bangun alat pengering, dan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh berbagai konsentrasi pupuk organik cair dari limbah sayuran terhadap pertumbuhan tanaman krisan ( Chrysanthemum

Skripsi yang berjudul, “ Pengaruh Pemberian Terapi Musik Klasik Terhadap Kemampuan Berbahasa pada Anak Autis di Taman Pelatihan Harapan Makassar ,” yang disusun

Wilayah Turen memiliki sejarah panjang, tentu merupakan kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Turen. Ini berarti ada semacam tanggung jawab sosial dan kultural dari

Kelapa gading yang digunakan dalam pembuatan es krim adalah kelapa muda, karena kelapa muda memiliki kadar gula lebih tinggi dibandingkan kelapa tua, sehingga dapat

Hasil uji hipotesis pertama diketahui bahwa koefisien arah regresi dari variabel sosial ekonomi orang tua adalah sebesar 0.421 atau bernilai positif, sehingga dapat