• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemberian Vitamin E Terhadap Perubahan Bobot Dan Gambaran Mikroskopis Tubulus Proksimal Ginjal Mencit (Mus musculus, L.) Jantan Dewasa Yang Dipapari Tuak (Alkohol)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Pemberian Vitamin E Terhadap Perubahan Bobot Dan Gambaran Mikroskopis Tubulus Proksimal Ginjal Mencit (Mus musculus, L.) Jantan Dewasa Yang Dipapari Tuak (Alkohol)"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

JANTAN DEWASA YANG DIPAPARI TUAK (ALKOHOL)

T E S I S

O l e h: SION SEMBIRING NIM. 087008015/BM

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU BIOMEDIK FAKULTAS KEDOKTERAN

(2)

JANTAN DEWASA YANG DIPAPARI TUAK (ALKOHOL)

T E S I S

Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Biomedik Pada Program Studi Magister Ilmu Biomedik

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

O l e h:

SION SEMBIRING NIM. 087008015/BM

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU BIOMEDIK FAKULTAS KEDOKTERAN

(3)
(4)

PANITIA PENGUJI TESIS:

Ketua : Prof. Dr. Drs. Dwi Suryanto, M.Sc. Anggota : 1. dr. Betty, Sp.PA.

(5)

konsumsi tuak (alkohol 20%) dapat menyebabkan terjadinya peroksidasi lipid sel membran dan merusak organisasinya. Radikal bebas merupakan suatu atom atau molekul yang tidak mempunyai pasangan elektron dan dapat merusak molekul-molekul penting bagi fungsi seluler. Dalam penelitian ini, pemberian asupan antioksidan (vitamin E) diusulkan dapat menurunkan efek radikal bebas dalam tubuh.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian vitamin E terhadap perubahan bobot dan gambaran mikroskopis tubulus proksimal ginjal mencit (Mus musculus, L.) jantan dewasa yang dipapari tuak (alkohol 20%). Mencit jantan dibagi dalam 6 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 5 ekor; P0= Tanpa perlakuan; P1= Tuak (alkohol 20%) 0,5 ml 15 hari + Aquadest 0,5 ml 15 hari; P2= Tuak (alkohol 20%) 0,5 ml 30 hari; P3= Tuak (alkohol 20%) 0,5 ml 15 hari + Vitamin E 0,25 mg 15 hari; P4= Tuak (alkohol 20%) 0,5 ml 15 hari + Tuak (alkohol 20%) 0,5 ml & Vitamin E 0,25 mg 15 hari; P5= Tuak (alkohol 20%) 0,5 ml & Vitamin E 0,25 mg 30 hari. Pada akhir perlakuan sesuai dengan kelompok, dilakukan pemeriksaan terhadap histologis tubulus proksimal ginjal mencit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa vitamin E mempunyai pengaruh terhadap perubahan bobot ginjal mencit jantan dewasa yang dipapari tuak (alkohol 20%) secara tidak bermakna (p>0,05). Pemberian vitamin E selama 15 hari setelah pemberian tuak (alkohol 20%) 15 hari (kolompok P3) berpengaruh bermakna dibandingkan dengan kelompok P0 (kontrol, p<0,05) dan berpengaruh tidak bermakna dibandingkan dengan kelompok P1 (tuak/alkohol 20% selama 15 hari ditambah aquadest selama 15 hari). Meskipun demikian pemberian vitamin E cenderung menurunkan sel ginjal (tubulus proksimal) yang mengalami nekrotik.

(6)

In the condition of oxidative stress, the existence of free radical caused by the consumption of fermented palm wine/tuak (alcohol 20%) may lead into the occurrence of membrane cell lipid peroxidation and it damaged its organization. Free radical is as an atom or the molecule without electron pair and it may damage the important molecules for the function of cellular. In this research, the proposed antioxidant administration (vitamin E) can reduce the effect of free radical in body. The objective of this research is to know the influence of vitamin E giving to the change of weight and the description of adult male mice kidney proximal tubulus microscopic (Mus musculus, L) with tuak exposure (alcohol 20%). Male mice are divided into 6 (six) groups and each contained 5 (five) mice; P0 = without treatment, P1= tuak (alcohol 20%) 0,5 ml for 15 days + aquadest 0,5 ml for 15 days; P2 = tuak (alcohol 20%) 0,5 ml for 30 days, P3 = tuak (alcohol 20%) 0,5 ml for 15 days + vitamin E 0,25 mg for 15 days; P4 = tuak (alcohol 20%) 0,5 ml for 15 days + vitamin E 0,25 mg for 15 days; P5 = tuak (alcohol 20%) 0,5 ml & vitamin E 0,25 mg for 30 days. At the end of the treatment in accordance with the group, checking was carried out to mice kidney proximal tubulus histology. The results of the research showed that vitamin E influenced of adult male mice weight with tuak exposure (alcohol 20%, p>0,05). Vitamin E administration for 15 days after administration the tuak (alcohol 20%) for 15 days (P3 group) has significant influenced compared to P0 group (control, p<0,05) and to P1 group (tuak/alcohol 20% for 15 days plus aquadest for 15 days). However, vitamin E tended to reduce the kidney cell (proximal tubulus) suffering from the necrotic.

(7)

N a m a : Sion Sembiring

N I P : 19711217 199603 1 004. Pangkat/Gol. Ruang : Penata, III/c

J a b a t a n : Lektor

Tempat dan Tgl. Lahir : Tanjung Keriahan, 17 Desember 1971 A g a m a : Kristen Protestan

A l a m a t : Jl. Empat Lima 175 Sidikalang, Kabupaten Dairi

SD Negeri 050610 Tanjung Keriahan Kab. Langkat, tamat tahun 1984. SMP Swasta Berdikari Tanjung Keriahan Kab. Langkat, tamat tahun 1987. SMA Swasta Taman Siswa Binjai Kota Madya Binjai, tamat tahun 1990. D-III Keperawatan (Akademi Perawat) Darmo Medan, tamat tahun 1994. D-IV Perawat Pendidik Universitas Sumatera Utara Medan, tamat tahun 2001. S-2 (Pascasarjana) Program Studi Magister Ilmu Biomedik Fakultas

Kedokteran Universitas Sumareta Utara Medan, 2008-2011.

1996-1997 : Staf Keperawatan di RSUD Sidikalang, Kab. Dairi.

1997-2000 : Staf Pendidik di Sekolah Perawat Kesehatan Pemerintah Kab. Dairi.

2001-2005 : Staf Pendidik di Akper Pemerintah Kab. Dairi. 2001-2005 : Bendahara Rutin di Akper Pemerintah Kab. Dairi. 2001-2005 : Pembantu Direktur I di Akper Pemerintah Kab. Dairi. 2005-2007 : Pelaksana Tugas Direktur di Akper Pemerintah Kab. Dairi. 2007-sekarang : Bendahara Rutin di Akper Pemerintah Kab. Dairi.

(8)

Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat, rahmat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan tesis ini. Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan dalam memperoleh Gelar Magister pada Program Studi Magister Ilmu Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan. Adapun judul penelitian ini adalah Pengaruh Pemberian Vitamin E Terhadap Perubahan Bobot Dan Gambaran Mikroskopis Tubulus Proksimal Ginjal Mencit (Mus musculus, L.) Jantan Dewasa Yang Dipapari Tuak (Alkohol) .

Proses penulisan tesis ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan, dukungan, doa dan perhatian dari berbagai pihak, serta pada kesempatan ini ucapan terima kasih saya sampaikan kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc, (CTM), SpA(K)., Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. dr. Gontar A. Siregar, SpPD-KGEH., Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu dr. Yahwardiah Siregar, Ph.D., Ketua Program Studi Magister Ilmu Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

(9)

6. Ibu dr. Alya Amila Fitrie, M.Kes., Ketua Komisi Pembanding yang telah banyak memberi masukan dan saran untuk perbaikan dalam penyelesaian tesis ini.

7. Ibu dr. Jessy Chrestella, Sp.PA., Anggota Komisi Pembanding yang telah banyak memberi masukan dan saran untuk perbaikan dalam penyelesaian tesis ini.

8. Pimpinan dan seluruh staf Laboratorium Kimia Bahan Makanan (KBM) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara (FMIPA USU) Medan, yang menyediakan tempat untuk penggunaan laboratorium dan bantuan tenaga laboran kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini.

9. Pimpinan, seluruh staf dan adik-adik mahasiswa Departemen Biologi FMIPA Universitas Sumatera Utara Medan, yang menyediakan tempat dan membantu penulis untuk penelitian dalam menyelesaikan tesis ini.

10. Pimpinan dan seluruh staf Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan, yang telah menyediakan tempat untuk pemeriksaan hasil penelitian tesis ini.

(10)

Kabupaten Dairi dan Bapak Direktur Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Dairi, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada Sekolah Pascasarjana Program Studi Magister Ilmu Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan. 13. Terima kasih yang tulus penulis ucapkan kepada Isteri tercinta Setyawati Br.

Ginting, AM.Keb. dan anak-anak yang senantiasa memberi dukungan moril dan materil sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di Sekolah Pascasarjana Program Studi Magister Ilmu Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan.

Akhir kata penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan mendapat penambahan ilmu dan wawasan serta menciptakan ide-ide untuk penelitian selanjutnya.

Medan, Juli 2011. Penulis

(11)

Halaman

2.1.2. Nira Aren (Arenga pinnata) ... 11

2.2. Radikal Bebas dan Antioksidan ... 12

2.2.1. Radikal Bebas ... 12

2.2.2. Antioksidan ... 13

2.2.3. Vitamin E ... 14

2.2.4. Fungsi Fisiologi dan Farmakokinetika Vitamin E ... 15

2.2.5. Efek Kimia Vitamin E Terhadap Ginjal ... 16

2.3. Ginjal ... 17

2.3.1. Anatomi dan Fisiologi Ginjal ... 17

2.3.2. Fungsi Ginjal ... 20

2.3.3. Tubulus Proksimal ... 22

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN ... 27

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 27

3.2. Rancangan, Populasi dan Sampel Penelitian ... 27

3.3. Bahan dan Alat Penelitian ... 28

3.3.1. Bahan Penelitian ... 28

(12)

3.5.1. Pelaksanaan Penelitian ... 29

3.5.2. Etika Penggunaan Hewan Coba ... 30

3.5.3. Pemberian Perlakuan ... 30

3.6. Prosedur Pemeriksaan dan Pengamatan ... 32

3.6.1. Pengamatan Makroskopis (Bobot Ginjal) ... 32

3.6.2. Prosedur Pembuatan Sediaan Histologi Jaringan Ginjal ... 32

3.6.2. Pemeriksaan Mikroskopis dan Penilaian Perubahan Pada Jaringan Ginjal (Tubulus Proksimal) ... 33

3.7. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 35

3.8. Jadual Penelitian ... 35

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37

4.1. Hasil Penelitian ... 37

4.1.1. Bobot Ginjal Mencit Jantan Dewasa ... 37

4.1.2. Penilaian Perubahan Tubulus Proksimal Ginjal (Sel Ginjal Nekrotik) Mencit Jantan Dewasa ... 38

4.2. Pembahasan ... 40

4.2.1. Bobot Ginjal Mencit Jantan Dewasa ... 40

4.2.2. Penilaian Perubahan Tubulus Proksimal Ginjal (Sel Ginjal Nekrotik) Mencit Jantan Dewasa ... 42

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ... 45

5.1. Kesimpulan ... 45

5.2. Saran ... 45

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN 1 : Penentuan Kadar Alkohol Secara Kualitatif Dan Kuantatif Dari Hasil Fermentasi

LAMPIRAN 2 : Bobot Ginjal Mencit Dan Penilaian Perubahan Tubulus Proksimal (Sel Ginjal Yang Mengalami Nekrotik)

LAMPIRAN 3 : Ethical ClearancePenggunaan Hewan Coba LAMPIRAN 4 : Sertifikat Vitamin E

LAMPIRAN 5 : Singkatan

(13)

Gambar Judul Halaman

1.1. Kerangka Konsep Pengaruh Pemberian Vitamin E Terhadap Perubahan Bobot dan Gambaran Mikroskopis Ginjal Mencit

(Mus musculus,L.) Yang Dipapari Tuak (Alkohol) ... 5

2.1. Gambaran Makroskopis Ginjal ... 18

2.2. Gambaran Histologi Tubulus Proksimal Normal ... 23

2.3. Struktur Mikroanatomi Ginjal Mencit ... 25

4.1. Grafik Bobot Ginjal (g) ... 38

4.2. Grafik Sel Ginjal Yang Mengalami Nekrotik (%) ... 39

(14)

Tabel Judul Halaman

(15)

Pada kondisi stres oksidatif, keberadaan radikal bebas yang disebabkan konsumsi tuak (alkohol 20%) dapat menyebabkan terjadinya peroksidasi lipid sel membran dan merusak organisasinya. Radikal bebas merupakan suatu atom atau molekul yang tidak mempunyai pasangan elektron dan dapat merusak molekul-molekul penting bagi fungsi seluler. Dalam penelitian ini, pemberian asupan antioksidan (vitamin E) diusulkan dapat menurunkan efek radikal bebas dalam tubuh.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian vitamin E terhadap perubahan bobot dan gambaran mikroskopis tubulus proksimal ginjal mencit (Mus musculus, L.) jantan dewasa yang dipapari tuak (alkohol 20%). Mencit jantan dibagi dalam 6 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 5 ekor; P0= Tanpa perlakuan; P1= Tuak (alkohol 20%) 0,5 ml 15 hari + Aquadest 0,5 ml 15 hari; P2= Tuak (alkohol 20%) 0,5 ml 30 hari; P3= Tuak (alkohol 20%) 0,5 ml 15 hari + Vitamin E 0,25 mg 15 hari; P4= Tuak (alkohol 20%) 0,5 ml 15 hari + Tuak (alkohol 20%) 0,5 ml & Vitamin E 0,25 mg 15 hari; P5= Tuak (alkohol 20%) 0,5 ml & Vitamin E 0,25 mg 30 hari. Pada akhir perlakuan sesuai dengan kelompok, dilakukan pemeriksaan terhadap histologis tubulus proksimal ginjal mencit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa vitamin E mempunyai pengaruh terhadap perubahan bobot ginjal mencit jantan dewasa yang dipapari tuak (alkohol 20%) secara tidak bermakna (p>0,05). Pemberian vitamin E selama 15 hari setelah pemberian tuak (alkohol 20%) 15 hari (kolompok P3) berpengaruh bermakna dibandingkan dengan kelompok P0 (kontrol, p<0,05) dan berpengaruh tidak bermakna dibandingkan dengan kelompok P1 (tuak/alkohol 20% selama 15 hari ditambah aquadest selama 15 hari). Meskipun demikian pemberian vitamin E cenderung menurunkan sel ginjal (tubulus proksimal) yang mengalami nekrotik.

(16)

In the condition of oxidative stress, the existence of free radical caused by the consumption of fermented palm wine/tuak (alcohol 20%) may lead into the occurrence of membrane cell lipid peroxidation and it damaged its organization. Free radical is as an atom or the molecule without electron pair and it may damage the important molecules for the function of cellular. In this research, the proposed antioxidant administration (vitamin E) can reduce the effect of free radical in body. The objective of this research is to know the influence of vitamin E giving to the change of weight and the description of adult male mice kidney proximal tubulus microscopic (Mus musculus, L) with tuak exposure (alcohol 20%). Male mice are divided into 6 (six) groups and each contained 5 (five) mice; P0 = without treatment, P1= tuak (alcohol 20%) 0,5 ml for 15 days + aquadest 0,5 ml for 15 days; P2 = tuak (alcohol 20%) 0,5 ml for 30 days, P3 = tuak (alcohol 20%) 0,5 ml for 15 days + vitamin E 0,25 mg for 15 days; P4 = tuak (alcohol 20%) 0,5 ml for 15 days + vitamin E 0,25 mg for 15 days; P5 = tuak (alcohol 20%) 0,5 ml & vitamin E 0,25 mg for 30 days. At the end of the treatment in accordance with the group, checking was carried out to mice kidney proximal tubulus histology. The results of the research showed that vitamin E influenced of adult male mice weight with tuak exposure (alcohol 20%, p>0,05). Vitamin E administration for 15 days after administration the tuak (alcohol 20%) for 15 days (P3 group) has significant influenced compared to P0 group (control, p<0,05) and to P1 group (tuak/alcohol 20% for 15 days plus aquadest for 15 days). However, vitamin E tended to reduce the kidney cell (proximal tubulus) suffering from the necrotic.

(17)

&' &(

)*+, '- ./ . ' +

( 0( 0/121 3&1 41 5el g

A67898 6 :;7< =;78>? @A? ; ABAC @><;y BDB7 E 87?;7 EB F9< =<C E @G@9 G< ; 7 ? BH< F<

6<> I?@>I A<@C @> E ; =<7 6<> I?@>I (J<> : <;E<> K 2003). L< 6<9 ? <E@ <7 ; G<E 7 8>? @A? ; < 67898 6 (BE <>8 6) GBF6BG; 9<> < =< 6<9 AB> ;>I7<E><y FB? ;78 I<I< 6 I;> : < 6 =<> I<I<6 D@> I?; 9<E;. MB> I78>?@ A?;BE<>8 6 ? <> I<E GB FG<9 <<y7 < FB> < FB<7? ; 7 ;A ;< ? B>< M<y ;> ; AB AGB>E@7 >B D F8E 87?;> 7 @<E 9 ;>II< AB>BG<G7<>y I<> II@<> D@> I? ; = <> 7B A<E;<> ? B6 (>B7 F8?;? N C< =< ?B 6 E @G@6 @? C F87?;A< 6. H<? ; 6 CB>B 6;E ;<> <>Iy =;6<7 @7<> C< =< 9B M<> CB FH8 G< <> E;7 @? C @E;9 I< 6@F M ;?E < F, y<>I =;GB F; <67898 6 20%, 30%, 40% =<> 50%? B G<><7y 2 A6 /9< F;? B 6< A< 15 9< F;, =;E B A@7<> >B7 F8? ;?

? B6E @G@6 @?C F87?;A< 6I;> :< 6 (G@><M<> K 2010).

LBCB FE; ?B G<I;<> GB? < F 8 F I<> =< 6<A E@G@9 < =< ?B : @A6<9 FBI@6< ? ; y<>I AB A @> I7 ;>7<> I;> :< 6 @>E @7 GB FD@>I? ; ?BH<F< > 8 FA< 6 =<> 8CE;A< 6, BE ; 6 < 67898 6 =<C<E AB> II<>II@ 78>EF8 6 ;> ;. EDB7 y<>I E BC<E EB FI<>E @>I C< =< :@A 6<9 < 67898 6 y

<>I < G? 8 FG?; =<> M<7 E@ =;78>?@A?;. A67898 6 EB 6<9 E B F6 ;9<E =<C <E A B> I@G<9 ? E F@7E @F =<> D@>I?; I;> :<6 ? B FE < AB F@?<7 7BA< AC@<>><y@>E@7 AB>I<E@F O8 6 @AB, 78 AC8?;? ; H< ;F<> =<> B6B7E F8 6;E =<6< A E @G@9 P JBF@G<9<> A;7 F8?78C ;? C<=< I;> :< 6

EB FA<?@7 CB F@G<9 <> ? E F@7E @F I68 AB F@6 @? K CB A GB > I7<7 <> <E< @ CB A GB? < F< > I;> :< 6

(18)

BTU TVWX W YU WZ WZ W[ zat kimia yang beredar dalam sirkulasi sistemik akan

dibawa ke ginjal dalam kadar yang cukup tinggi, sebagai akibatnya terjadi proses

reabsorbsi dan ekskresi dari zat-zat toksik tersebut. Salah satu manifestasi yang

sering ditemukan akibat zat nefrotoksik dalam ginjal adalah gagal ginjal akut

terutama dalam bentuk nekrosis tubular akut (NTA). Adanya kerusakan dalam

tubulus ginjal akibat zat nefrotoksik ini dilihat dengan adanya: penyempitan

tubulus kontortus proksimal, nekrosis sel epitel tubulus kontortus proksimal, dan

adanya hialin cast di tubulus distal (Manggarwati dan Susilaningsih, 2010). Salah

satu penyebab nekrosis (jejas sel) adalah bahan kimia dan obat-obatan, seperti:

obat-obatan terapeutik misalnya acetaminophen dan agen non-terapeutik misalnya

timah dan alkohol (Stanley dan Robbins, 2007).

Radikal bebas adalah sekelompok bahan kimia baik berupa atom maupun

molekul yang memiliki elektron tidak berpasangan pada lapisan luarnya. Radikal

bebas sangat reaktif, maka mempunyai spesifitas kimia yang rendah sehingga

dapat bereaksi dengan berbagai molekul lain seperti protein, lemak, karbohidrat

dan Deoxi Nucleic Acid (DNA) (Droge, 2002). Radikal bebas terpenting dalam tubuh adalah radikal derivat dari oksigen yang disebut kelompok oksigen reaktif

(reactive oxygen species atau ROS) termasuk didalamnya adalah triplet (3O2),

tunggal (singlet/1O2), anion superoksida (O2-), radikal hidroksil (-OH), nitrit oksida

(NO-), peroksinitrit (ONOO-), asam hipoklorus (HOCl), hidrogen peroksida

(H2O2), radikal alkoksil (LO-) dan radikal peroksil (LO-2). Radikal yang

mengandung hidrogen hasil penyerangan atom H (H-) dan bentuk lain adalah

radikal mengandung sulfur yang diproduksi pada oksidasi glutation menghasilkan

(19)

Semua organisme aerobik pada derajat tertentu dilengkapi dengan sistem

pertahanan yang mampu melindungi sel dari pengaruh metabolit oksigen yang

secara umum dikerjakan oleh beberapa kelompok enzim protektif seperti:

superoksida dismutase (SOD), katalase, reduktase, glutation peroksidase serta anti

oksidan endogen antara lain adalah seruloplasmin, transferin, asam askorbat, asam

urat, sistein, -tokoferol dan -karoten. Semua sistem perbaikan ini mencegah

akumulasi yang rusak akibat proses oksidatif (Wuryastuti, 2000; Wirakusumah,

2000).

Ketidakseimbangan antara produksi senyawa oksigen reaktif dengan

kemampuan pertukaran antioksidan mengalami gangguan sehingga menggoyahkan

rantai reduksi-oksidan normal, hal ini mengakibatkan kerusakan oksidatif jaringan.

Keadaan ini diduga sebagai salah faktor pendorong timbulnya beberapa penyakit

(Shahidi, 1997; Packer \] ^_ `a 1998; Wuryastuti, 2000). Radikal bebas ini akan

bereaksi dengan bc_ d-unsaturated fatty acid s (PUFAs) atau asam lemak tidak

jenuh ganda yang menyebabkan terbentuknya lemak peroksida. Ebrahim dan

Sakthisekaran (1997), menyatakan bahwa O2 merupakan faktor penting pada

beberapa kondisi patologi.

Vitamin E merupakan vitamin yang larut dalam lemak yang terdiri dari

campuran dan substansi tokoferol ( , , , dan ) pada manusia -tokoferol

merupakan vitamin E yang paling penting untuk aktifitas biologi tubuh (Linder,

1992; Dutta-Roy, 1994). Bentuk vitamin E ini dibedakan berdasarkan letak

berbagai grup metil pada cincin fenil rantai cabang molekul dan ketidakjenuhan

(20)

peroksida lemak pada membran dan e fg Density Lipoprotein (LDL), -karoten

sebagai scavangers atau pemulung oksigen tunggak dan vitamin C untuk pemulung superoksida radikal bebas yang lain (Krishnamurthy, 1993; Watson dan

Leonard, 1986; Packer, 1998).

Sehubungan dengan fakta-fakta di atas terlihat bahwa pemberian etil alkohol

dapat menyebabkan perubahan gambaran miokroskopis dan gangguan pada

tubulus proksimal ginjal. Sedangkan vitamin E dapat menetralisir hidroksil,

superoksida, radikal hidrogen peroksida dan mencegah kerusakan pada tubulus

proksimal ginjal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian

vitamin E terhadap perubahan bobot dan gambaran mikroskopis tubulus proksimal

ginjal mencit jantan dewasa yang dipapari tuak (alkohol).

hiji ker umul mnoml mp m h

Bagaimana pengaruh pemberian vitamin E terhadap perubahan bobot dan

gambaran mikroskopis tubulus proksimal ginjal mencit jantan dewasa yang

dipapari tuak (alkohol).

hiqi rermngkmseori

Pemberian tuak (alkohol) pada mencit baik secara akut atau kronis

menyebabkan toksik pada ginjal (nefron), yang menyebabkan peningkatan aktifitas

enzim katalase sehingga menimbulkan radikal bebas (stres oksidatif) ditandai

dengan kerusakan atau gangguan pada jaringan ginjal, yang akibatnya terjadi

(21)

Kerja vitamin E merupakan pemutus rantai peroksida lemak pada membran

dant uv Density Lipoprotein(LDL), -karoten sebagaiscavangers atau pemulung

oksigen tunggak dan vitamin C untuk pemulung superoksida radikal bebas yang

lain (Krishnamurthy, 1993; Watson dan Leonard, 1986; Packer, 1998).

wxyx zer{|gk{zonsep

Gambar 1.1. Kerangka konsep pengaruh pemberian vitamin E terhadap perubahan bobot dan gambaran mikroskopis tubulus proksimal ginjal mencit (Mus musculus,

L.) jantan dewasa yang dipapari tuak (alkohol).

(22)

‘’“’ ”uju•–—eneliti•–

‘’“’‘’ ”uju•–˜umm

Untuk membuktikan bahwa vitamin E dapat memperbaiki dan menghambat

kerusakan jaringan ginjal (tubulus proksimal) mencit jantan dewasa yang dipapari

tuak (alkohol).

‘’“’™’ ”uju•–šhusus

1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian vitamin E terhadap perubahan bobot

ginjal mencit jantan dewasa yang dipapari tuak (alkohol).

2. Untuk mengetahui pengaruh pemberian vitamin E terhadap perubahan

gambaran mikroskopis tubulus proksimal ginjal mencit jantan dewasa yang

dipapari tuak (alkohol).

3. Untuk mengetahui kemampuan vitamin E dalam memperbaiki dan menghambat

kerusakan tubulus proksimal ginjal mencit jantan dewasa yang dipapari tuak

(alkohol).

‘’› ’œipotesis

1. Pemberian vitamin E mempunyai pengaruh terhadap perubahan bobot ginjal

mencit jantan dewasa yang dipapari tuak (alkohol).

2. Pemberian vitamin E mempunyai pengaruh terhadap perubahan gambaran

mikroskopis tubulus proksimal ginjal mencit jantan dewasa yang dipapari tuak

(23)

žŸž ¡¢f¡¡£¤eneliti¡¢

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah bagi ilmu

kedokteran dan bidang ilmu lainnya sebagai salah satu acuan untuk menjaga

kesehatan dan mencegah penyakit yang disebabkan oleh minum tuak.

2. Dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya dimana dampak

(24)

¥¦ ¥§

¨©ª «¦¬ ¦ª­¬ ® ¨ ¦¯ ¦

§°±°¦lkohol ²³t´µol

Secara umum tuak dikenal oleh masyarakat di Indonesia adalah jenis

minuman yang disebut arak. Bagi masyarakat Batak Toba tuak merupakan

minuman sehari-hari (Ikegami, 1997). Tuak merupakan minuman beralkohol yang

bahan dasarnya nira aren (·¸ ¹º»¼½¾ ºº¼¿ ¼) mengandung alkohol dengan kadar 4%

(Sunanto, 1993). Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.151/A/SK/V/81

bahwa minuman atau obat tradisional yang tergolong dalam minuman keras

mengandung alkohol >1%. Pengolahan nira aren menjadi etanol sudah umum

dilakukan petani aren, antara lain di daerah Minahasa Sulawesi Utara, dengan cara

menampung nira hasil sadapan dalam tangki selama 2-3 hari tanpa menggunakan

starter atau ragi, nira hasil fermentasi kemudian disuling dengan alat penyulingan

sederhana, akan menghasilkan bioetanol berkadar 25-35% (Lay¹¿¼À., 2004).

Alkohol terutama dalam bentuk etil alkohol (etanol), telah mengambil tempat

dalam sejarah umat manusia paling sedikit selama 8.000 tahun. Saat ini, alkohol

dikonsumsi secara luas. Sama seperti obat-obat sedatif-hipnotik lainnya, alkohol

dalam jumlah rendah sampai sedang dapat menghilangkan kecemasan dan

membantu menimbulkan rasa tenang atau bahkan euforia. Akan tetapi, alkohol

juga dikenal sebagai obat yang paling banyak disalahgunakan di dunia, suatu

alasan yang tepat atas kerugian besar yang mesti ditanggung masyarakat dan dunia

(25)

Kandungan alkohol minuman berkisar dari 4-6% (volume/volume) untuk bir,

10-15% untuk anggur, dan 40% dan lebih tinggi untuk spiritus hasil destilasi.

ÁÂÃÃÄ (kekuatan alkohol) minuman mengandung alkohol adalah dua kali persen

alkoholnya (sebagai contoh: alkohol 40% adalah 80ÅÂÃÃÄ) (FlemingÆÇÈÉÊË2007).

Di Amerika Serikat, sekitar 75% dari populasi dewasa mengkonsumsi

minuman beralkohol secara teratur. Mayoritas dari populasi peminum ini bisa

menikmati efek memuaskan yang diberikan alkohol tanpa menjadikannya sebagai

resiko terhadap kesehatan. Bahkan fakta baru menunjukkan bahwa konsumsi

etanol secukupnya dapat melindungi beberapa organ terhadap penyakit

kardiovaskuler. Akan tetapi, sekitar 10% dari populasi umum di Amerika Serikat

tidak mampu membatasi konsumsi etanol mereka, suatu kondisi yang dikenal

dengan penyalahgunaan alkohol. Individu-individu yang terus menerus meminum

alkohol tanpa memperdulikan adanya konsekuensi yang merugikan secara medis

dan sosial yang berkaitan langsung dengan konsumsi alkohol mereka tersebut

menderita alkoholisme, suatu gangguan kompleks yang tampaknya ditentukan oleh

faktor genetik dan lingkungan (Masters, 2002).

Alkoholisme sulit untuk menentukan jumlah alkohol yang dikonsumsi tetapi

dapat diketahui jika kebiasaan tersebut dalam beberapa cara mempengaruhi

kehidupan seseorang secara bertolak belakang. Alkoholisme menyebabkan

gangguan fungsi sosial dan pekerjaan, meningkatkan toleransi terhadap efek

(26)

ÌÍÎÍÎÍÏÐrmÐ ÑokinetikÐ Òlkohol

Setelah pemberian oral, etanol diabsorbsi dengan cepat dari lambung dan usus

halus ke dalam aliran darah dan terdistribusi ke dalam cairan tubuh total (Fleming

ÓÔ ÕÖ ×Ø 2007). Tingkat absorbsi paling tinggi pada saat lambung kosong. Adanya

lemak di dalam lambung menurunkan tingkat absorbsi alkohol (Chandrasoma dan

Taylor, 2005). Setelah minum alkohol dalam keadaan puasa, kadar puncak alkohol

di dalam darah dicapai dalam waktu 30 menit. Distribusinya berjalan cepat,

dengan kadar obat dalam jaringan mendekati kadar di dalam darah. Volume

distribusi dari etanol mendekati volume cairan tubuh total (0,5-0,7 L/Kg) (Masters,

2002). Alkohol didistribusikan di dalam tubuh (terutama dalam jaringan adiposa),

menyebabkan efek dilusi. Hal ini berkaitan dengan berat badan dan menerangkan

mengapa orang dengan obesitas memiliki kadar alkohol yang lebih rendah dari

pada orang yang kurus untuk jumlah alkohol yang sama (Chandrasoma dan

Taylor, 2005).

Pada dosis oral ekuivalen dari alkohol, kaum wanita mempunyai konsentrasi

puncak lebih tinggi dibandingkan kaum pria, sebagian disebabkan karena wanita

mempunyai kandungan cairan tubuh total lebih rendah. Di dalam sistem saraf

pusat, konsentrasi etanol meningkat dengan cepat karena otak menampung

sebagian besar aliran darah dan etanol melewati membran biologi dengan cepat.

Lebih dari 90% alkohol yang digunakan dioksidasi di dalam hati, sebagian besar

sisanya di keluarkan lewat paru-paru dan urin (Masters, 2002).

Ekskresi alkohol di urin dan udara yang dihembuskan biasanya sedikit, tetapi

(27)

(Blood Alcohol Concentration/BAC). Hal ini merupakan prinsip yang mendasari penggunaan pemeriksaan urin dan pernafasan pada forensik selain pemeriksaan

dengan menggunakan darah (Chandrasoma dan Taylor, 2005), juga sebagai prinsip

yang mendasari definisi legal dari mengemudi di bawah pengaruh (driving under influence) di berbagai negara. Pada umumnya orang dewasa dapat memetabolisme alkohol per-jam sebanyak 7-10 g (150-220 mmol), ini ekuivalen

dengan bir sekitar 10 oz, anggur 3,5 oz, atau minuman keras 1 oz yang disuling

dengan kadar murni 80 (Masters, 2002).

ÙÚÛÚÙÚÜirÝÞren ßàrenga pinnataá

Nira aren (Arenga pinnata (Wurmb.) Merr.) Sinonim: Arenga sacchrifera Labill (nama lama). Familia : Arecaceae (Palmae). Pada umumnya semua bagian aren ini dapat dipergunakan, tongkol bunga jantan yang disadap mengandung gula,

kemudian dibuat gula (gula Jawa), bila dikhamirkan dapat menghasilkan air sagu,

arak atau cuka; bijinya dapat dibuat makanan berupa manisan (kolang-kaling).

Tuak/legen adalah hasil peragian air nira dari tongkol bunga jantan dan akar.

Aren mempunyai berbagai istilah tergantung daerahnya, misalnya Aceh: Bak

juk, Bak jok; Batak: Pola, Paula, Bagot, Agaton, Bargot; Minangkabau: Anau,

Biluluk; Sunda: Kawung, Taren; Jawa: Aren, Lirang, Nanggung; Bali: Jaka, Hano;

Flores: Moke, Huwat; Sawu: Akel, Akere, Koito, Akol, Ketan; Bugis: Inru; Roti:

Bole; Ternate: Seho.

Komponen utama dari nira berupa air, karbohidrat dalam bentuk sukrosa,

(28)

aktifitas bakteri (âã äåæçèã åäé sp.) dan khamir (Saccharomyces sp.) yang dapat

menfermentasi sukrosa menjadi alkohol maupun asetat. Sadapan dari tandan

bungan aren jantan dapat dilakukan setelah tanaman berumur 5-12 tahun. Setiap

pohon tanaman aren ini dapat disadap selama 3 tahun, dan setiap tahun dapat

dilakukan sadap 3-4 tangkai bunga,dan dalam seharinya aren dapat menghasilkan

3-10 liter nira (Halim, 2008).

Komposisi beberapa nira dari berbagai tanaman palmae seperti pada Tabel

2.1. di bawah ini:

Tabel 2.1. Komposisi Nira dari Berbagai Tanaman Palmae (%) (Halim, 2008).

êënis ìíî íï ìíî íï ìíî íï ìíî íï ìíî íï

Radikal bebas merupakan spesies yang terdiri dari satu electron atau lebih

(29)

Salah satunya apabila dua radikal bebas bertemu maka elektron yang tidak

berpasangan tadi akan bergabung membentuk ikatan kovalen (Haliwell, 1994).

Radikal bebas sangat berbahaya jika menjadi sangat reaktif untuk

mendapatkan pasangan elektronnya, sehingga dapat bereaksi dengan berbagai

biomolekuler penting seperti enzim, DNA dan juga merusak sel lain yang akhirnya

dapat menimbulkan penyakit. Hal ini dapat dihambat dengan menggunakan

antioksidan. Ketidakseimbangan antara radikal bebas dengan antioksidan

menimbulkan stress oksidatif.

Tubuh manusia mempunyai beberapa mekanisme untuk bertahan terhadap

radikal bebas dan ÿ (ROS) lainnya. Pertahanan yang

bervariasi saling melengkapi satu dengan yang lain karena pada oksidan yang

berbeda atau dalam bagian seluler yang berbeda (Tuminah, 2000).

ntioksid

Antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal atau meredam efek

negatif oksidan dalam tubuh, bekerja dengan cara mendonorkan satu elektronnya

kepada senyawa yang bersifat oksidan sehingga aktifitas senyawa oksidan tersebut

dapat dihambat (Winarsih, 2007).

Antioksidan dikelompokkan menjadi dua yaitu antioksidan enzimatis dan

antioksidan non-enzimatis. ntioksid enzimtis : merupakan antioksidan

endogenus, yang termasuk di dalamnya adalah enzim superoksida dismutase

(SOD), katalase, glutation peroksidase PX), serta glutation reduktase

(30)

bekerja menghambat pembentukan radikal bebas, dengan cara memutuskan reaksi

berantai (polimerisasi), kemudian mengubahnya menjadi produk lain yang stabil,

sehingga antioksidan kelompok ini disebut juga -breaking-antioxidant

(Winarsih, 2007). Enzim katalase dan glutation peroksidase bekerja dengan cara

mengubah H2O2 menjadi H2O dan O2, sedangkan SOD bekerja dengan cara

mengkatalisis reaksi dismutasi dari radikal anion superoksida menjadi H2O2

(Langseth, 1995; Winarsih, 2007). ntioksid on nzimis disebut juga

antioksidan eksogenus, antioksidan ini bekerja secara preventif. Terbentuknya

senyawa oksigen reaktif dihambat dengan cara pengkelatan metal, atau dirusak

pembentukannya (Winarsih, 2007). Antioksidan non-enzimatis bisa didapatkan

dari komponen nutrisi sayuran, buah dan rempah-rempah. Komponen yang bersifat

antioksidan dalam sayuran, buah dan rempah-rempah meliputi vitamin C, vitamin

E, -karoten, flavonoid, isoflavon, flavon, antosianin, katekin dan isokatekin

(Kahkonenet al.,1999). Senyawa-senyawa fitokimia ini membantu melindungi sel dari kerusakan oksidatif yang disebabkan oleh radikal bebas.

! Vi"#

Vitamin E merupakan salah satu vitamin yang larut dalam lemak. Nama lain

dari vitamin E adalah tokoferol. Keaktifan vitamin E dalam beberapa senyawa

tokoferol berbeda. Bentuk -, -, dan -tokoferol menunjukkan keaktifan vitamin

E yang paling tinggi. Struktur kimia tokoferol adalah sebagai berikut, -tokoferol

alam memutar bidang polarisasi ke kanan, sedangkan -tokoferol buatan adalah

resemik (DL). Tokoferol lainnya (beta, gama dan delta) kurang penting karena

(31)

$%$%&% 'un() *'*)*+,+( *- ./'. 0 1.2 +2*/ 34*25 *4.1*/6

Vitamin E berperan sebagai antioksidan dan dapat melindungi aksi kerusakan

membran biologis akibat radikal bebas. Vitamin E melindungi asam lemak tidak

jenuh pada membran fosfolipid. Radikal peroksi bereaksi 1.000 kali lebih cepat

dengan vitamin E dari pada asam lemah tidak jenuh, dan membentuk radikal

tokoferoksil (Gunawan, 2007). Selanjutnya radikal tokoferoksil berinteraksi

dengan antioksidan lain seperti vitamin C, yang akan membentuk kembali

tokoferol. Vitamin E misalnya, paling penting untuk melindungi membran sel

darah merah yang kaya akan asam lemak tidak jenuh ganda dari kerusakan akibat

oksidan.

Selain itu vitamin E melindungi lipoprotein dalam sirkulasi 7 89 Density Lipoprotein (LDL) teroksidasi yang ternyata memegang peranan penting dalam menyebabkan arterosklerosis. LDL teroksidasi lebih mudah diambil oleh makrofag

dibanding dengan LDL yang tidak teroksidasi, selanjutnya membentuk sel

makrofag dengan sitoplasma yang berbusa (foam cell) yang berpengaruh buruk pada sel endotel, dan mungkin dapat menyebabkan vasokonstriksi. Vitamin E

dosis tinggi (1.600 mg/hari) dapat mencegah terjadinya oksidasi pada LDL.

Di samping efek antioksidannya, efek langsung terhadap sel endotel pembuluh

darah, sel otot polos atau pembekuan darah diduga ikut berperan. Vitamin E

mengatur proliferasi sel otot polos pembuluh darah, menyebabkan vasodilatasi dan

menghambat baik aktifasi trombosit maupun adhesi leukosit. Vitamin E juga

(32)

misalnya selenium, asam amino yang mengandung sulfur, koenzim Q dapat

menggantikan vitamin E (Gunawan, 2007).

:;:;<; => ?@AB CB DEB FDCB G=H?IJ D KD LMB G NDO

Pada penelitian yang dilakukan kepada manusia yang merokok dengan tujuan

untuk menentukan efek vitamin E baik secara sendiri-sendiri maupun kombinasi

terhadap kadar lipid peroksidasi secara P Q RP RS T ditemukan bahwa pemberian

vitamin E secara sendiri-sendiri dapat mereduksi lipid peroksidasi dengan kadar

yang sama. Sedangkan pemberian vitamin C dan vitamin E dengan cara kombinasi

juga memberikan efek yang sama tidak lebih dari pada pemberian secara

sendiri-sendiri (HuangUVWX YT2002).

Secara klinis, vitamin E juga bermanfaat melindungi membran dasar

glomerulus ginjal dan menghambat proses pengentalan darah (agregrasi platelet)

(Saran UV WXYT 2003). Jika kekurangan vitamin E dapat terjadi nefritis, dimana

tubulus tidak dapat dilewati urin yang ditandai dengan degenerasi basal yang

progresif. Jika keadaan ini berkepanjangan maka tubulus akan mengalami

kerusakan/hancur, namun pemberian vitamin E akan memperbaiki keadaan ini.

Vitamin E dapat membantu sel dalam mempertahankan kehidupan dengan cara

menurunkan kebutuhan terhadap oksigen, mencegah jaringan parut dan kerusakan

ginjal oleh karena bahan kimia beracun serta meningkatkan aliran urin (Crawford,

(33)

Z[\[]in^_`

Z[\[a[ bc_defgh _cig j g e` ekg]g c^_`

Ginjal adalah organ vital yang berperan sangat penting dalam

mempertahankan keseimbangan lingkungan dalam tubuh. Ginjal mengatur

keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit dan asam basa dengan cara menyaring

darah yang melalui ginjal, reabsorbsi selektif air, elektrolit dan non-elektrolit serta

mengekskresi kelebihannya sebagai kemih. Ginjal juga mengeluarkan sampah

metabolisme (seperti urea, kreatinin dan asam urat) dan zat kimia asing. Selain

fungsi regulasi dan ekskresi, ginjal juga mensekresi renin (yang penting untuk

pengaturan tekanan darah), juga bentuk aktif vitamin D (untuk pengaturan

kalsium) serta eritropoietin (untuk sintesis darah) (Price, 1995).

Ginjal merupakan organ yang berbentuk kacang, terletak di kedua sisi

kolumna vertebralis. Ginjal sebelah kanan sedikit lebih rendah dibanding ginjal

sebelah kiri karena tertekan ke bawah oleh hati. Katup atasnya ginjal kanan

terletak setinggi kostal ke-12 dan ginjal kiri setinggi kostal ke-11.

Ginjal terletak di bagian belakang rongga abdomen, di belakang peritoneum,

di depan dua kosta terakhir dan tiga otot-otot besar (tranversus abdominis,

kuadratus lumborum dan psoas mayor). Kelenjar adrenal terletak di atas katup

masing-masing ginjal. Pada orang dewasa panjang ginjal antara 12-13 cm,

(34)

Gambar 2.1. Gambaran Makroskopis Ginjal (Junqueira, 2007).

Potongan logitudinal ginjal memperlihatkan dua daerah yang berbeda yaitu

korteks (bagian luar) dan medula (bagian dalam). Medula terbagi-bagi menjadi

baji segitiga yang disebut piramid. Piramid-piramid tersebut diselingi oleh bagian

korteks yang disebut dengan kolom lmn op qp. Piramid ini tampak bercorak karena

tersusun dari segmen-segmen tubulus dan duktus pengumpul nefron. Papila

(apeks) dari tiap piramid akan membentuk duktus papilaris belini yang terbentuk

dari persatuan bagian terminal dari banyak duktus pengumpul. Setiap duktus

papilaris masuk ke dalam suatu perluasan ujung pelpis ginjal berbentuk seperti

cawan yang disebut dengan kaliks minor. Beberapa kaliks minor bersatu yang

(35)

pelvis ginjal. Pelvis ginjal merupakan reservoar utama pada sistem pengumpul

ginjal. Ureter menghubungkan pelvis ginjal dengan kandung kemih (Price, 1995).

Nefron merupakan satu kesatuan unit fungsional dari ginjal, masing-masing

ginjal manusia terdiri dari kurang lebih 1 juta nefron, setiap nefron mempunyai

dua komponen utama, yaitu: rs tuvwxsx y (kapiler gromelurus) dan zx{xsx y

(Guyton, 2007). Nefron terdiri atas bagian yang melebar, korpuskulus renal;

tubulus kontortus proksimal, segmen tipis dan tebal ansa Henle; dan tubulus

kontortus distal. Pada kutub urinarius pada korpuskulus renal, epitel gepeng dari

lapisan parietal kapsul Bowman, berhubungan langsung dengan epitel silidris dari

tubulus kontortus proksimal. Tubulus ini lebih panjang dari tubulus kontortus

distal dan karenanya tampak lebih banyak dekat korpuskulus renalis dalam labirin

korteks. Tubulus ini juga memiliki lumen lebar dan dikelilingi oleh kapiler

peritubuler (Junqueira, 1995).

Pembentukan urin (kemih) dimulai dengan proses filtrasi plasma pada

glomerulus. Aliran darah ginjal (RBF: renal blood flow) adalah sekitar 25% dari

curah jantung atau sekitar 1.200 ml/menit. Bila hematokrit normal dianggap 45%,

maka aliran plasma ginjal (RPF: renal plasma flow) sama dengan 660 ml/menit

(0,55 x 1.200 = 660). Sekitar seperlima dari plasma atau 125 ml/menit dialirkan

melalui glomerulus ke kapsula Bowman. Ini dikenal dengan istilah laju filtrasi

glomerulus (GFR: glomerular filtrasion rate).

Tekanan-tekanan yang berperan dalam proses laju filtrasi glomerulus yang

cepat ini seluruhnya bersifat pasif, dan tidak membutuhkan energi metabolik untuk

(36)

antara kapiler glomerulus dan kapsula Bowman. Tekanan hidrostatik darah dalam

kapiler glomerulus mempermudah filtrasi dan kekuatan ini dilawan oleh tekanan

hidrostatik filtratsi dalam kapsula Bowman serta tekanan osmotik koloid darah.

Tekanan koloid osmotik kapiler pada hakekatnya adalah nol.

Zat-zat yang difiltrasi ginjal dibagi dalam 3 kelas yaitu: elektrolit,

nonelektrolit dan air. Beberapa jenis elektrolit yang paling penting adalah natrium

(Na+), kalium (K+), kalsium (Ca++), magnesium (Mg++), bikarbonat (HCO3-),

klorida (Cl-) dan fosfat (HPO4=). Sedangkan non-elektrolit yang penting adalah

glukosa, asam amino dan metabolit yang merupakan hasil akhir dari proses

metabolisme protein seperti: urea, asam urat dan kreatinin.

Setelah filtrasi, langkah kedua dalam proses pembentukan kemih adalah

reabsorbsi selektif zat-zat yang sudah difiltrasi. Kebanyakan dari zat yang difiltrasi

akan direabsorbsi melalui poro-pori kecil yang terdapat dalam tubulus sehingga

akhirnya zat-zat tersebut kembali lagi ke dalam kapiler peritubular yang

mengelilingi tubulus. Disamping itu beberapa zat disekresikan pula dari pembuluh

darah peritubular ke dalam tubulus (Price, 1995).

|}~}|}un€ ‚ƒ‚„ …†‡

Ginjal menjalankan fungsi yang multipel, antara lain:

1. Pengaturan keseimbangan air dan elektrolit

Untuk mempertahankan homeostasis, ekskresi air dan elektrolit seharusnya

sesuai dengan asupan. Jika asupan melebihi ekskresi, jumlah zat dalam tubuh

(37)

natriumnya sebagai respon terhadap perubahan asupan natrium, jumlahnya

sangat besar.

2. Sekresi hasil buangan metabolik dan bahan kimia asing

Ginjal merupakan organ utama untuk membuang produk sisa metabolisme yang

tidak lagi diperlukan oleh tubuh. Produk ini meliputi: urea (dari metabolisme

asam amino), kreatinin (dari kreatin otot), asam urat (dari asam nukleat),

produk akhir dari pemecahan hemoglobin (bilirubin) dan metabolit dari

berbagai hormon. Ginjal juga membuang toksin dan zat asing lainnya yang

diproduksi oleh tubuh dan pencernaan seperti pestisida, obat-obatan dan

makanan tambahan.

3. Pengaturan tekanan arteri

Ginjal berperan penting dalam pengaturan tekanan arteri jangka panjang dengan

mengekskresikan sejumlah natrium dan air sedangkan jangka pendek dengan

mengekskresikan faktor atau zat vasoaktif, seperti renin yang menyebabkan

pembentukan produk vasoaktif (angiotensi II).

4. Pengaturan keseimbangan asam dan basa

Ginjal turut mengatur keseimbangan asam basa bersama dengan sistem dapar

paru dan cairan tubuh, dengan mengekskresikan asam dan mengatur

penyimpanan dapar cairan tubuh. Ginjal merupakan satu-satunya organ untuk

membuang tipe-tipe asam tertentu dari tubuh yang dihasilkan oleh metabolisme

protein, seperti asam fosfat atau sulfat.

5. Pengaturan produk eritrosit

Ginjal menyekresikan eritropoetin, yang merangsang pembentukan sel darah

(38)

6. Pengaturan produksi 1,25-dihidroksi vitamin D-3

Ginjal menghasilkan bentuk aktif vitamin D, yaitu 1,25-dihidroksi vitamin D3.

Dengan menghidroksi vitamin ini posisi nomor 1 , vitamin ini penting dalam

pengaturan kalsium dan fosfat.

7. Sistem glukosa

Ginjal mensitesis glukosa dari asam amino dan prekursor lainnya selama masa

puasa yang panjang, proses ini disebutˆ‰Š‹ŒŽŒ ˆŽ Ž  (Guyton, 2007).

‘’“’“’”ubulu•–—˜™• š ›œ

žš • Ÿ˜ ˜ š¡œ¢£š• š˜˜ š

Tubulus proksimal berjalan berkelok-kelok dan berakhir sebagai saluran yang

lurus di medula ginjal (pars desendens Ansa Henle). Tubulus kontortus proksimal

terdapat banyak pada korteks ginjal dengan diameter sekitar 60 m dan panjang

sekitar 14 mm. Tubulus kontortus proksimal terdiri dari pars konvulata yang

berada di dekat korpus kulus ginjal dan pars rekta yang berjalan turun di medula

dan korteks, kemudian berlanjut menjadi lengkung Henle di medula (Gartner dan

Hiatt, 2007). Fungsi tubulus kontortus proksimal adalah mengurangi isi filtrat

glomerulus 80-85% dengan cara reabsorpsi melalui transport dan pompa natrium.

Glukosa, asam amino dan protein seperti bikarbonat akan diresorpsi. Epitel yang

melapisi tubulus ini adalah selapis kuboid atau silindris yang menunjang dalam

mekanisme absorbsi dan ekskresi. Sel-sel epitel ini memiliki sitoplasma asidofilik

yang disebabkan oleh adanya mitokondria panjang dalam jumlah besar. Apeks sel

memiliki banyak mikrovili dengan panjang sekitar 1 m, yang membentuk suatu

(39)

Gambar 2.2. Histologi Tubulus Proksimal Nornal (Eroschenko, 2003)

Pada medula bagian luar, ruas tebal desenden, dengan garis tengah luar sekitar

60 m, secara mendadak menipis sampai sekitar 12 m dan berlanjut sebagai ruas

tipis desenden. Lumen ruas nefron ini lebar karena dindingnya terdiri atas sel

epitel gepeng yang intinya hanya sedikit menonjol ke dalam lumen. Bila ruas tebal

asenden lengkung Henle menerobos korteks, struktur histologisnya tetap

terpelihara tetapi menjadi berkelok-kelok disebut tubulus kontortus distal, yaitu

bagian terakhir nefron. Tubulus ini dilapisi oleh sel-sel epitel selapis kuboid

(Junqueiraª«¬­., 2005). Sel epitel tubulus sangat peka terhadap anoksia dan rentan

terhadap toksin. Beberapa faktor memudahkan tubulus mengalami toksik,

termasuk permukaan bermuatan listrik yang luas untuk reabsorbsi tubulus, sistem

transpor aktif untuk ion dan asam organik, dan kemampuan melakukan pemekatan

secara efektif, selain itu kadar sitokrom P450 yang tinggi untuk mendetoksifikasi

(40)

¯°±²³ ´µ ´¶ · ¶¸´¹ º²± ·¹»¼bul° ¶ ½¹¼ ±¾¸»½ ¿

Zat yang dikeluarkan oleh tubuh melalui organ ekskresi, dan ginjal merupakan

organ yang paling penting (Guyton, 2007). Ekskresi ginjal dapat berefek samping,

baik karena toksin maupun karena konsentrasi zat yang tinggi yang potensial

merusak, dan dapat menyebabkan Nekrotik Tubulas Akut (NTA), nefritis

intersisialis akibat obat dan membrano glomerulo nephritis (MGN) (Underwood

JCE, 2004; Alpers, 2007). Beberapa obat atau zat kimia yang beredar dalam

sirkulasi sistemik akan dibawa ke ginjal dalam kadar yang cukup tinggi, sebagai

akibatnya terjadi proses reabsorbsi dan ekskresi dari zat-zat toksik tersebut. Salah

satu manifestasi yang sering ditemukan akibat zat nefrotoksik dalam ginjal adalah

gagal ginjal akut terutama dalam bentuk NTA. Adanya kerusakan dalam tubulus

ginjal akibat zat nefrotoksik ini dilihat dengan adanya: penyempitan pada tubulus

kontortus proksimal, nekrotik sel epitel tubulus kontortus proksimal, dan adanya

hialin cast pada tubulus distal (Manggarwati dan Susilaningsih, 2010).

Nekrosis (jejas ireversibel) adalah perubahan morfologik yang mengikuti

kematian sel pada jaringan atau organ hidup. Dua proses penyebab perubahan

morfologik dasar nekrosis adalah denaturasi protein dan digesti enzimatik organel

dan sitosol. Sel yang mengalami nekrotik berwarna eosinofolik, seperti kaca

(glassy), membran sel pecah-pecah. Perubahan inti sel nekrotik adalah

kariopiknosis (inti kecil, padat), kariolisis (inti pucat, larut) dan karioreksis (inti

pecah menjadi beberapa gumpalan) (Stanley dan Robbins, 2007). NTA adalah

kumpulan tanda dan gejala dari kegagalan ginjal tingkat kedua yang menghasilkan

(41)

gejala terlihat hanya pada sekitar tubulus interstisium dan sering mengakibatkan

organ tidak berfungsi (Seymour, 2008). NTA ditandai dengan berkurangnya fungsi

laju filtrasi glomerulus (glomerular filtrasi rate/GFR) secara tiba-tiba, penumpukan

sampah-sampah yang bersifat nitrogen dan ketidak mampuan ginjal untuk

meregulasi keseimbangan sodium, elektrolit-elektrolit, asam dan air (Matthew,

2002).

Gambar 2.3. Struktur mikroanatomi ginjal mencit, Perbesaran 400 x. Keterangan; G= Glomerulus; NT= Nekrosis Tubulus; R= Infiltrasi sel radang.

Pewarnaan H-E (Suhenti, 2007).

Pada NTA nefrotoksik, ginjal bengkak, berwarna merah, dan sering ditemukan

vakuolisasi sitoplasma sel epitel tubulus. Kerusakan terbanyak di tubulus

proksimal, jarang di tubulus distal. Tampak adanya degenerasi tubulus proksimal

yang mengandung debris, tetapi membran basalis utuh (Underwood JCE, 2004;

Alpers CE, 2007). NTA merupakan penyebab terpenting dari gagal ginjal akut.

Klinisnya adalah oliguria yang dilanjutkan diuresis. Peningkatan ketidakkebalan

À

Á Â

Ã

(42)

terhadap infeksi sehingga kurang lebih 25% kematian akibat NTA terjadi selama

(43)

ÄÅ ÄÆ

ÇÈÉÊ ËÊ ÌÊ ÍÎÏÈÐ ÈÌÎÉ ÎÅÐ

ÆÑÒÑÉÓ ÔÕem ÖÔ×ØÔÙ ÕÚÏÛ ×ÛÜ ÝÕÝ Ô×

Penelitian akan dilakukan di Laboratorium Biokimia/Kimia Bahan Makanan

(KBM) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas

Sumatera Utara (USU) Medan, Laboratorium Biologi FMIPA Universitas

Sumatera Utara dan Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara. Penelitian dilakukan selama ± 2 (dua) bulan yaitu

Bulan Desember 2010 s.d Januari 2011.

ÆÑÞÑß Ô× àÔ× áÔ× âÏã ÓÚ Ü Ôä ÝÖÔ×åÔæÓÛÜÏÛ ×ÛÜÝÕÝ Ô ×

Penelitian ini dilakukan dengan rancangan eksperimental dengan desain

Rancangan Acak Lengkap (RAL). Mencit jantan (çèéê èéë èì èéíL) strain Double Distsch Webster (DDW) dewasa, sebanyak 30 ekor, dengan menggunakan rumus penghitungan Frederer (Frederer, 1963) yaitu: (t-1)(n-1) 15, t adalah jumlah

perlakuan (dalam penelitian ini ada 6 kelompok perlakuan) dan n adalah jumlah

ulangan perkelompok, maka jumlah yang diharapkan secara teoritis adalah 5 (6-1),

sehingga jumlah keseluruhan hewan coba yang diperlukan dalam penelitian ini

adalah 30 ekor mencit jantan dewasa yang dipilih dari hasil perbanyakan untuk

(44)

îïîïðñò ñó dñn ôlñõöeneliõ÷ ñó

îïîïøïðñò ñóöùó ùú ÷õ ÷ñó

Hewan coba yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah mencit jantan

(ûüýþ üý ÿüüý L.) strain DDW dewasa sehat yang berumur 8-11 minggu dengan

berat 25-35 gram. Mencit jantan dewasa merupakan hasil pengembangan hewan

yang diperoleh dari Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)

Biologi Universitas Sumatera Utara, sebanyak 30 ekor mencit jantan dewasa yang

dipilih dari hasil perbanyakan untuk keperluan penelitian.

Bahan kimia yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah, antara lain:

1. Sediaan vitamin E murni (Merck)

2. Reagensia: 2-thiobarbiturat acid (Merck; Cat No.1.08180.0025),

1,1,3,3-terramethoxypropane 99% (Sigma; Cat. No.108383) 500 µM, Acetic acid

glacial, sodium hydroxide (NaOH) dan aquades.

3. Preparat jaringan: Larutan formalin 10%, alkohol 70%, 96% dan 100%,

toluene, lilin cair, blok parafin, xylol, hematokxylin-eosin (H-E).

îïîï ïôúñõ-alat Penelitian

Alat utama yang dipergunakan dalam penelitian ini, antara lain: jarum oval

(Gauge), spuit 1 ml, bak bedah dan ý ýÿý gelas arloji, cawan petri, batang

pengaduk, timbangan, blender, rotavapor, þ sentrifuse,

spektropotometri, labu ukur, labu Erlen Meyer, buret, ÿ ý ý, mikrotom,

(45)

ir u d en !!

Air tuak didapat dari daerah Pancurbatu dengan cara mengambil air nira dari

pohon aren. Ada 4 (empat) air tuak yang diambil untuk menentukan kadar

alkoholnya yaitu: nira aren asli, nira ditambah raru "Rapistrum rugosum L), tuak

asli, tuak yang siap dipasarkan, masing-masing sebanyak 2 liter. Kemudian dibawa

ke Laboratorium Biokimia/Kimia Bahan Makanan FMIPA Universitas Sumatera

Utara untuk ditentukan kadar alkohol yang dikandungnya.

# $ % & & &

# ' $ % & (&b )

1. Tuak (alkohol 20%)

2. Vitamin E (Merck)

# * $i%el erg

1. Bobot ginjal

2. Gambaran mikroskopis tubulus proksimal ginjal

+ & ) & & &,

+ ' & ) & &

Mencit ditempatkan di dalam kandang yang terbuat dari bahan plastik dengan

ukuran 30 x 20 x 10 cm yang ditutup dibagian atasnya dengan kawat kasa. Dasar

kandang dilapisi dengan sekam padi setebal 0,5-1 cm dan diganti setiap 3 hari.

(46)

jam gelap (pukul 18.00 s.d 06.00 wib). Pakan (pelet komersial) dan minuman air

-./0 /12atau34530 .6 7disuplai setiap hari.

89:9;9<=> ? @ABC DDE C @@CF Bw@CG Hb@

Penggunaan dan penanganan hewan di laboratorium penelitian dilakukan

dengan aturan etika penelitian hewan. Etika penelitian hewan yang diatur dalam

Deklarasi Helsinki untuk memperoleh ethical clearance dari komite etika dan komite ilmiah penelitian FMIPA Biologi Universitas Sumatera Utara.

89:989Aemberi@CAerl@ ? E @C

Penelitian ini terdiri atas 6 kelompok (1 kelompok kontrol dan 5 kelompok

perlakuan), yaitu:

1. Kelompok 1 (P0) = Kelompok kontrol pertama, terdiri dari 5 ekor mencit jantan

dewasa tanpa perlakuan selama 30 hari.

2. Kelompok 2 (P1) = Kelompok perlakuan pertama, terdiri dari 5 ekor mencit

jantan dewasa yang diberi tuak (alkohol 20%) sebanyak 0,5 ml/hari/ekor secara

oral setiap hari selama 15 hari pertama dan 15 hari berikutnya pemberian tuak

dihentikan dan diganti dengan pemberian aquadest 0,5 ml secara oral.

3. Kelompok 3 (P2) = Kelompok perlakuan kedua, terdiri dari 5 ekor mencit

jantan dewasa yang diberi tuak (alkohol 20%) sebanyak 0,5 ml/hari/ekor secara

oral selama 30 hari.

4. Kelompok 4 (P3) = Kelompok perlakuan ketiga, terdiri dari 5 ekor mencit

(47)

oral selama 15 hari pertama dan 15 hari berikutnya tuak dihentikan dan diganti

dengan pemberian vitamin E sebanyak 25 mg/hari/ekor secara oral.

5. Kelompok 5 (P4) = Kelompok perlakuan keempat, terdiri dari 5 ekor mencit

jantan dewasa yang diberi tuak (alkohol 20%) sebanyak 0,5 ml/hari/ekor secara

oral selama 15 hari pertama dan 15 hari berukutnya pemberian tuak dan vitamin

E sebanyak 25 mg/hari/ekor secara oral.

6. Kelompok 6 (P5) = Kelompok perlakuan kelima, terdiri dari 5 ekor mencit

jantan dewasa yang diberi tuak (alkohol 20%) sebanyak 0,5 ml/hari/ekor secara

oral dan pemberian vitamin E sebanyak 25 mg/hari/ekor secara oral selama 30

hari.

(48)

PQRQSrTUVW X YSVZV Y[\ U ]]^W ]^SV^_] Z] `]^

Setelah dilakukan perlakuan selama 30 hari, masing-masing hewan percobaan

dikorbankan dengan cara dislokasi leher, selanjutnya dibedah dan isolasi ginjal,

kemudian dilakukan pengamatan sebagai berikut:

PQRQaQSV^_]Z] `]^b]\YTU\Tc[UdeTf T `g[^ h] i j

Setelah dilakukan semua isolasi ginjal (30 ekor mencit jantan dewasa) maka

ginjal kiri dan kanan diletakkan pada kertas ukur dan ditimbang pada timbangan

mikrogram, kemudian dicatat berat masing-masing ginjal.

PQRQk QSYTU VW XYSVZbu]`]^ledi]]^mU`T iT _[i n] Y[^_]^g[^ h] i

Pembuatan sediaan histologi menurut Suntoro (1983) dengan metode parafin

adalah: fiksasi, pencucian, dehidrasi, penjernihan, infiltrasi parafin, penanaman,

pengirisan, penempelan, deparafinasi, pewarnaan, penutupan dan pemberian label.

Organ ginjal (kiri dan kanan) yang telah dipotong-potong kemudian

dimasukkan ke dalam larutan fiksatif Bouin selama 2-10 jam. Setelah proses

fiksasi, kemudian dilakukan dehidrasi secara bertahap dengan menggunakan

alkohol 30%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90%, 96% dan 100% (alkohol absolut)

masing-masing selama 60 menit dengan menggunakan shaker. Kemudian

dilanjutkan dengan penjernihan setelah proses dehidrasi dengan menggunakan

xylol murni. Proses infiltrasi parafin dilakukan di dalam oven dengan suhu 58oC.

Organ ginjal dimasukkan ke dalam campuran xylol-parafin dengan perbandingan

(49)

dimasukkan ke dalam kotak kecil (leu chart) sebagai cetakan, kemudian

dimasukkan parafin cair sehingga penuh dalam kotak dan dibiarkan parafin

memadat dan mengeras. Blok parafin yang telah mengeras ditempelkan pada

opqrst kayu sampai melekat erat, kemudian dilakukan pemotongan dengan pisau

mikrotom dipasangkan opqrst pada mikrotom. Pemotongan dilakukan dengan

ketebalan 6 µm. Kemudian hasil pemotongan pada puv swx y qz{ { diolesi dengan

larutan albumin mayer dan ditetesi dengan z| } zrs{ ~ Kemudian beberapa pita

parafin diletakkan dipermukaan aquades pada puvswx y q z{ {dan dibiarkan beberapa

saat, kemudianpuvswxy q z { {dipindahkan ke meja pemanasan hingga kering.

Pewarnaan dengan Hematoxylin Erlich-Eosin (H-E) dengan cara preparat

dideparafinasi dalam xylol sampai bebas parafin, kemudian dimasukkan ke dalam

alkohol 96%, 90%, 80%, 70%, 50%, 30% dan aquades, setelah itu ke dalam

larutan Hematoxylin Erlich dibiarkan selama 1 menit lalu dicuci dengan air

mengalir, dicelupkan ke dalam aquades, alkohol 30%, 50% dan 70%. Kemudian

ke dalam larutan Eosin 0,5% selama 1 menit, lalu kedalam alohol 70%, 80%, 90%

dan alkohol absolut, selanjutnya dimasukkan ke dalam xylol. Preparat ditutup

dengan gelas penutup setelah ditetesi dengan  z€ zrz uzq{ z terlebih dahulu,

kemudian diberi label.

‚ƒ„ƒ‚ƒ …†meri‡ ˆ ‰‰Š ‹Œ‡ Žˆ ‡Ž Œˆ ‰Š …†ŠŒ‘‰ Œ‰Š …† ’b‰“ ‰Š …‰ ‰ ”‰in•‰n

–in—‰ ‘˜™’buluˆ… Ž‡ ˆ Œš‰ ‘›

Prosedur kerja: setiap mencit dibuat preparat ginjal (kiri dan kanan) dan tiap

preparat dibaca (dibagi) dalam 4 lapangan pandang yaitu keempat sudut bagian

(50)

jumlahnya setiap bagian lapangan pandang adalah 25 sel, kemudian disesuaikan

dengan tingkat/derajat kerusakan 0, 1, 2, 3 dan 4 selanjutnya dicari rata-ratanya di

4 lapangan pandang. Sasaran yang dibaca adalah perubahan struktur (gambaran)

histologis tubulus kontortus proksimal ginjal mencit, karena sel epitel tubulus

proksimal mencit merupakan tempat absorbsi dan mengkonsentrasikan racun

(Rubin, 2009).

Kriteria normal bila tidak ditemukan adanya perubahan sel pelapis tubulus

proksimal, berupa:

1. Degenerasi hidrofilik (pembengkakan pada sitoplasma)

2. Nekrosis (kematian sel), yang ditandai dengan perubahan sebagai berikut:

-œž Ÿ ¡¢£¤  ¥ ¢¥(inti kecil dan padat)

-œž Ÿ ¦ ¢¥¢¥(inti pucat dan terlarut)

-œž Ÿ ž §£¥ ¢¥(inti pecah menjadi beberapa gumpalan)

Tingkat/derajat kerusakan sel epitel pelapis tubulus proksimal adalah sebagai

berikut:

 0 = Sel dengan inti dan sitoplasma yang masih dalam batas normal

 1 = Inti dalam batas normal dan sitoplasma dijumpai degenerasi hidrofilik

 2 = Ditemukan nekrotik tubulus proksimal, dengan luas <25%

 3 = Ditemukan nekrotik tubulus proksimal, dengan luas 26-50%

 4 = Ditemukan nekrotik tubulus proksimal, dengan luas >50%

(51)

¨©ª©«n¬­i® ¯ ®°¬±¬² ¬ ³´µ³ ¶· ¸¯¬ ³¹ ¯º »±µ® ¯®

Semua data dipresentasikan dalam bentuk rata-rata ± simpangan baku

(rata-rata ± SD). Dilakukan uji normalitas dan homogenitas dari hasil penelitian

didapatkan data dengan distribusi normal dan homogen maka dilakukan uji

parametrik¼½¾¿¼. Bila terdapat perbedaan yang nyata dilanjutkan dengan uji À¾ÁÂ

Ã¾Ä analisis Benferroni taraf 5% untuk melihat perbedaan antara kelompok

kontrol dari masing-masing perlakuan.

Jika distribusi data tidak normal dan tidak homogen maka dilakukan

trasformasi data. Kemudian diuji lagi normalitas dan homogenitas data. Apabila

masih tidak normal distribusinya dan data tidak homogen maka dilakukan uji

Mann-Whitney untuk membandingkan antara 2 kelompok perlakuan (kontrol vs

perlakuan). Pada kelompok data lebih dari 2 kelompok maka dilakukan uji

Friedman.

¨©Å©Æ¬ ² ·¬­´µ³µ­¯± ¯¬ ³

Keseluruhan kegiatan penelitian ini, mulai dari persiapan sampai pada

penulisan hasil penelitian adalah lebih kurang selama delapan (8) minggu. Urutan

kegiatan dan jadual pelaksanaan secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.2.

(52)

Tabel 3.2. Jadual Penelitian

ÇÈÉ ÊËÌÍ ÎÏÎÇ

ÐÍÇÌ ÌÑÊ Ë

Ò Ó Ô Õ Ö 6 7 8

1. Persiapan

2. Pelaksanaan

3. Analisis Data

(53)

×Ø ×Ù

Ú ØÛ ÜÝÞØßàáâ×Ø Ú Ø Û Øß

Ù ãäãÚåæ çl àeneliè çåé

Berdasarkan hasil penelitian dan kumpulan data yang telah dilakukan selama

penelitian, maka dapat dibuat beberapa grafik histogram dan gambar dengan

parameter hasil pengukuran sebagai berikut:

Ù ãäãäã×êë êèìçé íåîâïé ðçèñå é èåéÞ ïwåæå

Data pengukuran bobot ginjal tiap-tiap mencit jantan dewasa seperti yang

ditunjukkan pada Lampiran 2, Tabel 1. Rata-rata hasil analisis data bobot ginjal

mencit jantan (òóôõ óôöó÷ óô øL.) strain DDW yang ditunjukkan pada Gambar 4.1.

Hasil analisis distribusi data dan homogenitas variansi yaitu; data bobot ginjal

distribusinya tidak normal tetapi variansi datanya homogen. Hasil ini tidak

memenuhi asumsi untuk dapat dilakukan uji parametrik. Kemudian dilakukan

transformasi data dan didapatkan data yang tidak normal dan variansinya tetap

homogen. Oleh karena itu dilakukan uji non parametrik Kruskal Wallis, dan

ditemukan tidak adanya perbedaan yang bermakna diantara masing-masing

perlakuan penelitian (p>0,05; Lampiran 2, Tabel 1.), oleh sebab itu tidak dilakukan

uji lanjutan.

Hasil uji didapatkan bahwa bobot ginjal yang tertinggi ditemukan pada

(54)

pada kelompok P2 (0,212±0,083 g), dimana tidak dijumpai perbedaan yang

bermakna (p>0,05) dengan kelompok P0, P1, P3, P4, dan P5.

Gambar 4.1. Grafik Bobot Ginjal (g).

Keterangan; Grafik histogram pada perlakuan berbeda yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak bermakna pada taraf uji 5%. P0= Tanpa perlakuan; P1= Tuak (alkohol 20%) 0,5 ml 15 hari + Aquadest 0,5 ml 15 hari; P2= Tuak (alkohol 20%) 0,5 ml 30 hari; P3= Tuak (alkohol 20%) 0,5 ml 15 hari + Vitamin E 0,25 mg 15 hari; P4= Tuak (alkohol 20%) 0,5 ml 15 hari + Tuak (alkohol 20%) 0,5 ml & Vitamin E 0,25 mg 15 hari; P5= Tuak (alkohol 20%) 0,5 ml & Vitamin E 0,25 mg 30 hari; = standar deviasi (SD).

ùúûúüú ýenilþÿ þ ý rubþ þ ubulu ýÿ þ ÿ þ ÿ þ ÿ

ÿþ þ wþþ

Hasil pengamatan perubahan jaringan ginjal atau sel ginjal (tubulus

proksimal) yang mengalami nekrotik pada mencit jantan dewasa ditunjukkan pada

Lampiran 2, Tabel 2. Rata-rata hasil analisis datanya ditunjukkan pada Gambar

4.2. Hasil analisis distribusi data dan homogenitas variansi adalah sebagai berikut;

semua data sel ginjal nekrotik distribusinya normal dan variansi datanya homogen.

(55)

dilakukan uji ANOVA pada taraf 5% dan ditemukan adanya perbedaan yang

bermakna antara masing-masing perlakuan penelitian (p<0,05) (Lampiran 2, Tabel

2.). Oleh sebab itu dilakukan Post Hoc test-Bonferroni untuk melihat ada/tidaknya

perbedaan rata-rata jarak sel ginjal nekrotik antara masing-masing kelompok

perlakuan (kelompok P0-P5).

Gambar 4.2. Grafik Sel Ginjal Yang Mengalami Nekrotik (%).

Keterangan; Grafik histogram pada perlakuan berbeda yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak bermakna pada taraf uji 5%. P0= Tanpa perlakuan; P1= Tuak (alkohol 20%) 0,5 ml 15 hari + Aquadest 0,5 ml 15 hari; P2= Tuak (alkohol 20%) 0,5 ml 30 hari; P3= Tuak (alkohol 20%) 0,5 ml 15 hari + Vitamin E 0,25 mg 15 hari; P4= Tuak (alkohol 20%) 0,5 ml 15 hari + Tuak (alkohol 20%) 0,5 ml & Vitamin E 0,25 mg 15 hari; P5= Tuak (alkohol 20%) 0,5 ml & Vitamin E 0,25 mg 30 hari; = standar deviasi (SD).

Hasil uji terhadap sel ginjal (tubulus proksimal) nekrotik yang terluas

didapatkan pada kelompok P2 (73,50±10,89%), sedangkan sel ginjal nekrotik yang

paling minimal didapatkan pada kelompok P0 (1,00±0,004%), dari hasil uji ini

menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna (p<0,05) dengan kelompok P1,

(56)

Pada Gambar 4.3. ini menunjukkan perubahan struktur histopatologi jaringan

ginjal dari beberapa kelompok perlakuan penelitian.

Gambar 4.3. Perubahan Struktur Histopatologi Jaringan Ginjal Mencit. Pembesaran 400 x, Pewarnaan H-E. Keterangan; G= glomerulus. P0= tanpa perlakuan; P1= Tuak (alkohol 20%) 0,5 ml 15 hari + Aquadest 0,5 ml 15 hari; P2= Tuak (alkohol 20%) 0,5 ml 30 hari; P3= Tuak (alkohol 20%) 0,5 ml 15 hari + Vitamin E 0,25 mg 15 hari; P4= Tuak (alkohol 20%) 0,5 ml 15 hari + Tuak (alkohol 20%) 0,5 ml & Vitamin E 0,25 mg 15 hari; P5= Tuak (alkohol 20%) 0,5 ml & Vitamin E 0,25 mg 30 hari; = standar deviasi (SD).

emb ! "

#$% $&'( " )*+," -( &. "& ",w!

Mencit jantan yang memiliki bobot ginjal paling tinggi adalah pada kelompok

P5 (0,251±0,053 g), tetapi tidak terdapat perbedaan yang bermakna dengan

kelompok perlakuan lainnya (kelompok P0-P4). Hal ini kemungkinan disebabkan

karena adanya penambahan vitamin E yang besamaan dengan pemberian tuak.

Vitamin E dapat menekan radikal bebas yang merupakan efek dari tuak (alkohol).

Gambar

Gambar-gambar Pada Saat Penelitian
Tabel                                               Judul                                                  Halaman
Gambar 1.1. Kerangka konsep pengaruh pemberian vitamin E terhadap perubahan
Tabel 2.1. Komposisi Nira dari Berbagai Tanaman Palmae (%) (Halim, 2008).
+7

Referensi

Dokumen terkait

يهد 1 .دروک يهاووخ هعلاطم ار هدرپس شخب رد يروتسد ةرهب دصرد و ينوناق عنم واگ نيلوا لکش رد شخب نیا زا لصاح جیاتن ياه 1 يلا 8 لکوش هوب هجوت اب .تسا هدش هداد شیامن 4 عت عنم هک ينامز ،

[r]

Kita berbeda dengan manusia yang lain selayaknya sidik jari kita, maka dari itu, kita dituntut untuk menjadi seorang pemenang dalam hidup ini dengan keunikan dalam diri kita,

Kepala desa atau perangkat desa sebagai pihak yang menyewakan telah meninggal dunia atau dlberhenti- kan dari jabatannya, padahal masa sewa-menyewa belum berakhir, maka dalam

(2) terjadi interaksi yang nyata antara pola tanam dengan posisi juga antara pola tanam dengan kedalaman tanah dalam mempengaruhi populasi jamur tanah, (3) terjadi interaksi

Adapun perusahaan yang dijadikan penelitian adalah PT Fajar Agung Indocemerlang dengan tujuan penelitian untuk mengetahui pelaksanaan perjanjian kerja dalam perusahan

[r]

yang diterapkan Pesantren mahasiswa Al Hikam untuk mempersiapkan sumber daya manusianya dalam memasuki kehidupan masyarakat, strategi Pesantren mahasiswa Al Hikam

Jika pada hari itu dia mendapatkan keuntungan sebesar 10%, maka besarnya pendapatan yang didapatkan pada hari itu adalah ..b. Dalam waktu satu minggu motor tersebut dijual