PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL IBU BERSALIN TERHADAP INDIKASI TINDAKAN SECTIO CAESARIA DALAM
PERSALINAN DI RUMAH SAKIT UMUMDAERAH SWADANA TARUTUNG
TESIS
OLEH :
DINTAR HUTABALIAN 087023003 / IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL IBU BERSALIN TERHADAP INDIKASI TINDAKAN SECTIO CAESARIA DALAM
PERSALINAN DI RUMAH SAKIT UMUMDAERAH SWADANA TARUTUNG
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi Kesehatan Komunitas / Epidemiologi
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Oleh
DINTAR HUTABALIAN 087023003/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
Judul Tesis :
Nama Mahasiswa : Dintar Hutabalian
PENGARUH FAKTORINTERNAL DANEKSTERNALIBUBERSALIN
TERHADAPINDIKASI TINDAKAN SECTIO CAESARIADALAM PERSALINAN DI
RUMAH SAKIT UMUMDAERAH SWADANA Nomor Induk Mahasiswa : 087023003
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi : Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof.dr.Delfi Lutan, M.Sc,Sp.OG (K)) (dr.Yusniwarti Yusad,M.Si)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi Dekan
(Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si)(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)
Telah diuji
Pada Tanggal : 7 Pebruari 2011
==========================================================
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof.dr.Delfi Lutan, M.Sc,Sp.OG (K) Anggota : 1. dr.Yusniwarti Yusad,M.Si
PERNYATAAN
PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL IBU BERSALIN TERHADAP INDIKASI TINDAKAN SECTIO CAESARIA DALAM
PERSALINAN DI RUMAH SAKIT UMUMDAERAH SWADANA TARUTUNG
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Januari 2011.
RIWAYAT HIDUP
Dintar Hutabalian, lahir di Siborongborong pada tanggal 30 Oktober 1976.
Anak ketujuh dari tujuh bersaudara dari Ayahanda Hosman Hutabalian dan Ibu
Sondang Nababan.Pendidikan formal penulis dimulai pada tahun 1982 di SD Negeri
173298 Sitabotabo. Kemudian Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 3
Siborongborong pada tahun 1989 dan tamat tahun 1992. Melanjutkan pendidikan
Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri Siborongborong tamat tahun 1995. Pada
tahun 1995 sampai dengan tahun 1998 melanjutkan pendidikan di Akademi
Keperawatan St. Elisabeth Medan. Kemudian melanjutkan pendidikan sarjana
keperawatan di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada tahun 1999 sampai
dengan tahun 2001.
Pada tahun 2001 – 2003 bekerja di Akademi Keperawatan St. Elisabeth
Medan sebagai dosen tetap sekaligus menduduki jabatan Pembantu Direktur I Bagian
Akademik. Pada tahun 2003 sampai sekarang bekerja di Akademi Keperawatan
Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara sebagai dosen tetap dan Menduduki jabatan
Pembantu Direktur I bagian Akademik. Penulis menikah pada tahun 2004 dan sudah
dikaruniai 3 orang putra.
Tahun 2008 penulis mengikuti pendidikan lanjutan S2 di Program Studi S2
Ilmu Kesehatan Masyarakat dengan Minat Studi Administrasi Kesehatan Komunitas /
ABSTRAK
Sectio Caesaria merupakan proses melahirkan janin, plasenta dan selaput ketuban melalui dinding perut dengan cara membuat irisan pada dinding perut dan rahim. Beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan angka persalinan dengan cara
sectio caesariadi RSUD Swadana Tarutung. Peningkatan tersebut mencapai 80 % dari total persalinan. Hal ini melebihi standar yang ditetapkan Depkes RI dimana jumlah persalinan di rumah sakit tidak boleh melebihi 30 % dari total persalinan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor internal (umur, pendidikan, pekerjaan, paritas, jarak kehamilan dan riwayat komplikasi) dan faktor eksternal (pemeriksaan antenatal K1 – K4, kualitas pelayanan antenatal, jangkauan pelayanan antenatal dan petugas pelayanan antenatal) ibu bersalin terhadap tindakan
sectio caesaria dalam persalinan.Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain Case Control. Populasi penelitian adalah ibu yang bersalin dengan sectio caesaria dan ibu dengan persalinan normal di RSUD Swadana Tarutung bulan Januari sampai dengan Mei 2010 yang berjumlah 195 orang. Sampel penelitian terdiri atas 38 kasus dan 38 kontrol yang diambil dengan cara simple random.Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan Regresi Logistik Bergandapada tingkat kesalahan α = 5 %.
Hasil menunjukkan bahwa faktor internal (umur, pendidikan, pekerjaan, parietas, jarak kehamilan dan riwayat komplikasi) dan faktor eksternal ibu bersalin (pemeriksaan antenatal K1 – K4, kualitas pelayanan antenatal, jangkauan pelayanan
antenatal dan petugas pelayanan antenatal) ibu bersalin mempunyai pengaruh terhadap indikasi tindakan sectio caesaria dalam persalinan di RSUD Swadana Tarutung.Variabel yang paling berpengaruh terhadap tindakan sectio caesaria adalah variabel kunjungan antenatal dengan p – value 0,032(CI : 95 % ; α : 0.05 %) dan OR ; 5.932 ( 1.165 – 30.207).
Disarankan kepada instansi RSUD Swadana Tarutung dan petugas kesehatan untuk meningkatkan kualitas pelayanan antenatal dan melakukan sosialisasi tentang manfaat pemeriksaan antenatal kepada ibu hamil untuk mencegah komplikasi dini kehamilan.
ABSTRACT
Sectio caesaria is the process of giving birth to fetus, placenta and amnion through abdomenlayer by cutting the abdomenlayer and uterus. In recent years, the delivery rate by the implementation of sectio caesaria has beenincreased at Swadana Tarutung Hospital. This increase reached 80 % of total deliveries. This exceeds the standards of the Ministry of Health where the number of deliveries in the hospital may not exceed 30 % of the total labor.
This research aimed to analyze the influence of the internal factors (age, education, occupation, parietas, distance and a history of pregnancy complication) and external factors (antenatal K1 – K4, quality of antenatal care, coverage of antenatal care and antenatal workers)ofdelivery mothers on the implementation of caesarea sectio in the delivery.This research was an analytic observational study with case control design. The population were 195 delivery mothers with sectio caesaria and normal delivery mothers in the Swadana Tarutung Hospitalfrom January till May, 2010.As 38 cases and 38 controls were used as samples which were obtained by using random sampling. Collecting data were done by interview assisted with questioner. Data were analyze using Multiple logistic Regression α =5 %.
The results showed that internal factors (age, education, occupation, parietas, distance and a history of pregnancy complication) and external factors maternal (antenatal K1 – K4, quality of antenatal care, coverage of antenatal care and antenatal workers)had an influence of maternal indication section caesaria in childbirth in Swadana Tarutung Hospital. The results showed that variable antenatal visits had significant influence on the implementation of section caesarea with p - value 0.032 (CI: 95 %; α: 0.05 %) and OR: 5.932 ( 1.165 to 30.207).
It is suggested to Swadana Tarutung Hospital and health care workers to improve the quality of antenatal care and to socialize the benefits of antenatal care to pregnant woman to prevent early pregnancy complication.
DAFTAR ISI
1.5. Manfaat Penelitian... 10
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA... 11
2.1. Pengertian Persalinan Sectio caesaria... 11
2.2. Alasan Terjadinya Kenaikan Persalinan Dengan Sectio Caesaria... 11
2.3. Istilah – Istilah Tentang Sectio caesaria... 12
2.4. Indikasi Sectio caesaria... 13
2.5. Risiko Yang Mungkin Muncul dari Sectio caesaria... 16
2.6. Faktor – Faktor Internal Ibu Bersalin Yang Dapat
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 29
3.3. Populasi dan Sampel... 30
3.4. Metode Pengumpulan Data ... 31
3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 32
3.7. Metode Analisis Data ... 37
BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 38
4.1. Gambaran Umum RSUD Swadana Tarutung... 38
4.2. Analisis Univariat... 40
4.3. Analisis Bivariat... 44
4.2. Analisis Multivariat... 55
BAB 5. PEMBAHASAN ... 57
5.1. Pengaruh Faktor Internal Ibu Bersalin Terhadap Sectio Caesaria... 57
5.2. Pengaruh Faktor Eksternal Ibu Bersalin Terhadap Sectio Caesaria... 63
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN... 68
6.1. Kesimpulan... 68
6.2. Saran ... 68
DAFTAR PUSTAKA ……… 70
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
3.1 Variabel, Cara dan Alat Ukur , Skala Ukur dan Hasil Ukur…….. 36
4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Internal Ibu Bersalin
di Rumah Sakit Umum Swadana Tarutung... 41
4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Eksternal Ibu Bersalin
di Rumah Sakit Umum Swadana Tarutung... 43
4.3 Distribusi Ibu Bersalin Terhadap Indikasi Proses Persalinan
Sectio caesaria Berdasarkan Variabel Umur di Rumah Sakit
Umum Daerah Swadana Tarutung... 45
4.4 Distribusi Ibu Bersalin Terhadap Indikasi Proses Persalinan
Sectio caesaria Berdasarkan Variabel Pendidikan di Rumah
Sakit Umum Daerah Swadana Tarutung... 46
4.5 Distribusi Ibu Bersalin Terhadap Indikasi Proses Persalinan
Sectio caesaria Berdasarkan Variabel Paritas di Rumah Sakit
Umum Daerah Swadana Tarutung... 47
4.6 Distribusi Ibu Bersalin Terhadap Indikasi Proses Persalinan
Sectio caesaria Berdasarkan Variabel Jarak Antar Kelahiran di
RumahSakit Umum Daerah Swadana Tarutung... 48
4.7 Distribusi Ibu Bersalin Terhadap Indikasi Proses Persalinan
Sectio caesaria Berdasarkan Variabel Riwayat Komplikasi /
Persalinan di Rumah Sakit Umum Daerah Swadana Tarutung... 49
4.8 Distribusi Ibu Bersalin Terhadap Indikasi Proses Persalinan
Sectio caesaria Berdasarkan Variabel Pekerjaan Ibu di Rumah
Sakit Umum Daerah Swadana Tarutung... 50
4.9 Distribusi Ibu Bersalin Terhadap Indikasi Proses Persalinan
Sectio caesaria Berdasarkan Variabel Kunjungan Antenataldi
4.10 Distribusi Ibu Bersalin Terhadap Indikasi Proses Persalinan
Sectio caesaria Berdasarkan Variabel Petugas Pelayanan ANC
di Rumah Sakit Umum Daerah Swadana Tarutung... 52
4.11 Distribusi Ibu Bersalin Terhadap Indikasi Proses Persalinan
Sectio caesaria Berdasarkan Variabel Kualitas Pelayanan di
Rumah Sakit Umum Daerah Swadana Tarutung... 53
4.12 Distribusi Ibu Bersalin Terhadap Indikasi Proses Persalinan
Sectio caesaria Berdasarkan Variabel Indikasi Sosial di Rumah
Sakit Umum Daerah Swadana Tarutung... 54
4.13 Hasil Analisis MultivariatPengaruh Faktor Internal dan Eksternal Ibu Bersalin Terhadap Indikasi Proses Persalinan
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
2.1. Landasan teori……… ... 27
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
2.1. Surat Permohonan Izin Penelitian………... 73
2.2. Daftar Pertanyaan / Kuesioner ... ... 76
ABSTRAK
Sectio Caesaria merupakan proses melahirkan janin, plasenta dan selaput ketuban melalui dinding perut dengan cara membuat irisan pada dinding perut dan rahim. Beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan angka persalinan dengan cara
sectio caesariadi RSUD Swadana Tarutung. Peningkatan tersebut mencapai 80 % dari total persalinan. Hal ini melebihi standar yang ditetapkan Depkes RI dimana jumlah persalinan di rumah sakit tidak boleh melebihi 30 % dari total persalinan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor internal (umur, pendidikan, pekerjaan, paritas, jarak kehamilan dan riwayat komplikasi) dan faktor eksternal (pemeriksaan antenatal K1 – K4, kualitas pelayanan antenatal, jangkauan pelayanan antenatal dan petugas pelayanan antenatal) ibu bersalin terhadap tindakan
sectio caesaria dalam persalinan.Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain Case Control. Populasi penelitian adalah ibu yang bersalin dengan sectio caesaria dan ibu dengan persalinan normal di RSUD Swadana Tarutung bulan Januari sampai dengan Mei 2010 yang berjumlah 195 orang. Sampel penelitian terdiri atas 38 kasus dan 38 kontrol yang diambil dengan cara simple random.Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan Regresi Logistik Bergandapada tingkat kesalahan α = 5 %.
Hasil menunjukkan bahwa faktor internal (umur, pendidikan, pekerjaan, parietas, jarak kehamilan dan riwayat komplikasi) dan faktor eksternal ibu bersalin (pemeriksaan antenatal K1 – K4, kualitas pelayanan antenatal, jangkauan pelayanan
antenatal dan petugas pelayanan antenatal) ibu bersalin mempunyai pengaruh terhadap indikasi tindakan sectio caesaria dalam persalinan di RSUD Swadana Tarutung.Variabel yang paling berpengaruh terhadap tindakan sectio caesaria adalah variabel kunjungan antenatal dengan p – value 0,032(CI : 95 % ; α : 0.05 %) dan OR ; 5.932 ( 1.165 – 30.207).
Disarankan kepada instansi RSUD Swadana Tarutung dan petugas kesehatan untuk meningkatkan kualitas pelayanan antenatal dan melakukan sosialisasi tentang manfaat pemeriksaan antenatal kepada ibu hamil untuk mencegah komplikasi dini kehamilan.
ABSTRACT
Sectio caesaria is the process of giving birth to fetus, placenta and amnion through abdomenlayer by cutting the abdomenlayer and uterus. In recent years, the delivery rate by the implementation of sectio caesaria has beenincreased at Swadana Tarutung Hospital. This increase reached 80 % of total deliveries. This exceeds the standards of the Ministry of Health where the number of deliveries in the hospital may not exceed 30 % of the total labor.
This research aimed to analyze the influence of the internal factors (age, education, occupation, parietas, distance and a history of pregnancy complication) and external factors (antenatal K1 – K4, quality of antenatal care, coverage of antenatal care and antenatal workers)ofdelivery mothers on the implementation of caesarea sectio in the delivery.This research was an analytic observational study with case control design. The population were 195 delivery mothers with sectio caesaria and normal delivery mothers in the Swadana Tarutung Hospitalfrom January till May, 2010.As 38 cases and 38 controls were used as samples which were obtained by using random sampling. Collecting data were done by interview assisted with questioner. Data were analyze using Multiple logistic Regression α =5 %.
The results showed that internal factors (age, education, occupation, parietas, distance and a history of pregnancy complication) and external factors maternal (antenatal K1 – K4, quality of antenatal care, coverage of antenatal care and antenatal workers)had an influence of maternal indication section caesaria in childbirth in Swadana Tarutung Hospital. The results showed that variable antenatal visits had significant influence on the implementation of section caesarea with p - value 0.032 (CI: 95 %; α: 0.05 %) and OR: 5.932 ( 1.165 to 30.207).
It is suggested to Swadana Tarutung Hospital and health care workers to improve the quality of antenatal care and to socialize the benefits of antenatal care to pregnant woman to prevent early pregnancy complication.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Sectio Caesaria merupakan proses melahirkan janin, plasenta dan selaput
ketuban melalui dinding perut dengan cara membuat irisan pada dinding perut dan
rahim. Sectio Caesaria dapat dilaksanakan bila ibu sudah tidak dapat melahirkan
melalui proses alami. Operasi dilakukan dengan tujuan agar keselamatan ibu dan bayi
dapat tertangani dengan baik. Oleh karena itu banyak pasien yang percaya, bahwa
melahirkan dengan operasi caesar akan lebih baik bagi ibu dan bayi daripada proses
melahirkan secara normal. Namun demikian, operasi ini tetap memiliki beberapa
risiko terutama pada ibu dengan riwayat sectio caesariapada proses
melahirkan sebelumnya. (Williams, 2002)
Beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan angka persalinan dengan cara
operasi sectio caesaria. Peningkatan yang sangat tinggi terjadi karena berbagai
faktor. Beberapa diantaranya adalah faktor dari ibu sendiri dan juga faktor petugas
kesehatan. Faktor ibu bisa berasal dari keadaan penyakit yang dialaminya serta faktor
lain seperti usia, parietas, pekerjaan, tingkat pendidikan serta riwayat
persalinan sebelumnya. Sekarang ini pasien sering meminta kepada dokter untuk
melahirkan dengan cara operasi dengan alasan kecantikan dan alasan takut kesakitan
saat melahirkan. Faktor eksternal berasal dari petugas kesehatan seperti tidak
secsio caesaria tanpa indikasi yang jelas.(Gulardi,2005.)
Menurut WHO (World Health Organization), standar rata-rata Sectio
Caesaria di sebuah negara adalah sekitar 5–15%. Pada tahun 1983 jumlah kasus
persalinan dengan sectio caesaria di Amerika mencapai 25%. Pada 1970, di AS,
cesarean section rates adalah 5,5% dan meningkat drastis menjadi 24,4% di tahun
1987. Dengan berbagai upaya telah dilakukan sehingga pada 1996 angka tersebut
dapat bertahan sekitar 22,8% dan terus diusahakan untuk ditekan, sehingga
akhir-akhir ini stabil pada angka 15-18%. (Gulardi, 2005)
Tahun 2004, jumlah kasus sectio caesaria di Inggris adalah sekitar 20% dan
29,1%. Selama 2001-2003, jumlah kasus sectio caesaria di Kanada adalah 22,5%
(Yusmiati, 2007).
Di Indonesia angka sectio caesaria di rumah sakit Pemerintah sekitar 20-25%
sedangkan di rumah sakit swasta sekitar 30-80% dari total persalinan (Mutiara,
2004). Survei sederhana juga pernah dilakukan olehGulardi danBasalamah, terhadap
64 rumah sakit di Jakarta pada tahun 1993. Hasilnya tercatat dari 17.665 kelahiran,
35.7 – 55.3 % ibu – ibu melahirkan dengan sectio caesaria. Sementara data lain dari
RSUP Cipto Mangunkusumo, dari 404 persalinan perbulan, 30 % ditolong dengan
tindakan sectio caesaria, yang mana 13,7 % disebabkan oleh gawat janin (Kasdu,
2003).
Berdasarkan hasil penelitian Himapid di wilayah kerja Puskesmas Himalate
atau > 35 tahun dan ibu dengan grand multiparaberhubungan dengan peningkatan
pelaksanaan tindakan persalinan sectio caesaria.
Hasil penelitian kelompok mahasiwa Unika di Kabupaten Wonosobo yang
dilakukan pada tahun 2007 – 2008 menyatakan bahwa sekitar 80 persen proses
persalinan dilakukan secara sectio caesaria, sedangkan proses persalinan yang
benar-benar dilakukan secara alami hanya sekitar 20 persen. Dari hasil penelitian yang
dilakukan sejak tahun 2007-2008 itu mengindikasikan adanya kerja sama antara
bidan dengan dokter ahli kandungan sehingga akhirnya pasien dilakukan persalinan
dengan cara sectio caesaria.
Menurut Agnes Widanti, fenomena seperti diatas sering terjadi di Jakarta.
Belum lagi, jika dilakukan penelitian ke sejumlah daerah lainnya. Mungkin saja akan
muncul fenomena serupa.Seharusnya, tindakan sectio caesaria dapat dilakukan dalam
kondisi tertentu yang benar – benar ada indikasi medisnya. Dokter tidak boleh
langsung memvonis, bahwa persalinannya harus dengan operasi. Permasalahan
seperti ini susah diatasi karena persoalan tersebut terkesan hanya dilakukan dengan
penyelesaian secara kode etik. Tidak ada yang diselesaikan secara prosedur hukum.
Penelitian Al Nuaim, dkk. (2005) melaporkan sectio caesariaemergensi lebih
sering dilakukanpada ibu berumur 25 tahun atau kurang dibanding ibu berumur 35
tahun atau lebih. Demikian juga kelompok ibu paritas 0 lebih sering mengalami
sectio caesaria emergensi dibanding kelompok paritas 1–4. Mishar dari RSPM tahun
1979–1983, melaporkan kelompok ibu berumur 34 tahun atau kurang, yang paling
nol.Hasil penetian ini menunjukkan bahwa frekuensi seksio sesarea tinggi
padakelompok ibu primipara atau paritas 0, sebab primipara atau paritas 0berisiko
tinggi terhadap partus tak maju dan hipertensi dalam kehamilan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Liese Margaretha (2008) menunjukkan
jumlah ibu yang melahirkan dengan tindakan sectio caesaria adalah sebanyak 388
orang (28,98%) dengan indikasi medis terbanyak (40,43%) akibat faktor ibu terutama
partus dengan komplikasi (45,54% dari 40,43%) dan terkecil adalah akibat kegagalan
(0,9%). Sebagian besar adalah pada usia diantara 20 – 35 tahun (81,7%) yang
bertempat tinggal di kota Palembang (66,24%) dengan kadar hemoglobin<12 g/dl
(85,82%), usia kehamilan 37 – 42 minggu (95,1%), riwayat kehamilan 2 – 5 kali
(53,61%) dan tanpa pernah partus sebelumnya (44,84%).
Tindakan sectio caesaria di RSU Dr. Pirngadi Medan pada tahun 2006, ibu –
ibu yang melahirkan yang dilakukan tindakan sectio caesaria berjumlah 642 orang.
Peningkatan indikasi melakukan tindakan sectio caesariadan kemajuan dalam teknik
operasi dan anesthesia serta obat-obat antibiotika merupakan salah satu penyebab
meningkatnya angka kejadian persalinan dengan tindakan sectio caesaria
(Margaretha, 2007). Hal ini tergambar dari penelitian tentang tindakan sectio
caesaria yang pernah dilakukan di rumah sakit Dr. Pirngadi Medan yang
menggambarkan peningkatan setiap tahunnya.Adapun penelitian tersebut dilakukan
oleh ; 1) Mochtar 1968 dan 1971 dengan angka tindakan sectio caesaria 2,4 % dan
dengan angka kejadian sectio caesaria 10,8 %. 5) Mishar tahun 1983 dengan angka
tindakan sectio caesaria 10,99 %. 6) Rasyid tahun 1992 dengan tindakan sectio
caesaria 16,6 %. 7) Piliang tahun 1994 dengan angka tindakan sectio caesaria 20,5
% . 7) Mahdi 1997 dengan angka tindakan sectio caesaria 34,83 %.
Dewasa ini sectio caesaria jauh lebih aman daripada dulu berkat kemajuan
dalam antibiotika, transfusi darah, anestesi dan tehnik operasi yang lebih sempurna.
Karena itu saat ini ada kecenderungan untuk melakukan operasi ini tanpa dasar
indikasi yang cukup kuat. Namun perlu diingat, bahwa seorang wanita yang telah
mengalami operasi pasti akan menimbulkan cacat dan parut pada rahim yang dapat
membahayakan kehamilan dan persalinan berikutnya, walaupun bahaya tersebut
relatif kecil. (Rustam 2003)
Penelitian yang dilakukan oleh Sarmana (2004) di RS. St. Elisabeth Medan
diketahui angka sectio caesaria tahun 2003 sebesar 27,76 % dan sebesar 13,88 %
merupakan Sectio caesaria tanpa indikasi medis yaitu atas permintaan ibu bersalin itu
sendiri. Hasil penelitian menunjukan bahwa permintaan persalinan Sectio caesaria
paling banyak dilakukan oleh ibu yang melahirkan untuk pertama kalinya. Faktor
yang paling memengaruhi ibu meminta tindakan persalinan dengan cara Sectio
caesaria adalah akibat rasa sakit yang dialami pada proses persalinan (96,5 %) yang
ditakutkan mereka dan tidak kuat menahan rasa sakit.
Alasan ibu untuk melahirkan secara sectio caesaria adalah : 1) Kesehatan
lebih terjaminterutama untuk kesehatan bayi maupun ibu sebesar (53,5 %), 2)Karena
mempertahankan tonus vagina tetap utuh, 4)Akibat trauma persalinan yang lalu (21,5
%) misalnya ; ekstraksi vakum, 5)Rasa sakit pada persalinan alami menjadi sesuatu
yang mengkhawatirkan ibu sehingga ibu lebih memilih sectio caesaria dari pada
persalinan spontan.(Sarmana, 2004)
Penelitian yang dilakukan oleh Erwinson (2004) tentang gambaransectio
caesaria di RSUP Haji Adam Malik Medan dan RSUD. Dr. Pirngadi Medan
memberikan gambaran jumlah persalinan normal dan dengan tindakan sectio
caesaria mulai tahun 1999 – 2003.
Penelitian pada tahun 1999, persalinan di Rumah Sakit Haji Adam Malik
Medan sebanyak 830 kasus dengan 188 kasus tindakan sectio caesaria. Sedangkan di
Rumah Sakit Pirngadi Medan terdapat 1492 persalinan dengan 514 tindakan sectio
caesaria. Penelitian pada tahun 2000, persalinan di Rumah Sakit Haji Adam Malik
Medan sebanyak 674 kasus dengan 236 kasus tindakan sectio caesaria. Sedangkan di
Rumah Sakit Pirngadi Medan terdapat 1531 persalinan dengan 467 tindakan sectio
caesaria.
Penelitian pada tahun 2001, persalinan di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan
sebanyak 290 kasus dengan 69 kasus tindakan sectio caesaria. Sedangkan di Rumah
Sakit Pirngadi Medan terdapat 1915 persalinan dengan 446 tindakan sectio caesaria.
Penelitian pada tahun2002, persalinan di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan
sebanyak 361 kasus dengan 98 kasus tindakan sectio caesaria. Sedangkan di Rumah
sebanyak 314 kasus dengan 111 kasus tindakan sectio caesaria. Sedangkan di Rumah
Sakit Pirngadi Medan terdapat 907 persalinan dengan 463 tindakan sectio caesaria.
Berdasarkan hal – hal tersebut di atas dapat diketahui bahwa permintaan
untuk melakukan sectio caesariadisebabkan oleh alasan-alasan yang bersifat
subjektif, sehingga perlu diberikan penyuluhan dan konseling sebelum persalinan
untuk melakukan pilihan secara matang dalam menentukan suatu tindakan
pertolongan persalinan.
Rumah sakit umum daerah swadana tarutung merupakan satu – satunya rumah
sakit di Tapanuli Utara yang melayani pasien Askeskin, Askes dan pasien umum. Di
rumah sakit ini jumlah persalinan dengan sectio caesaria sangat tinggi. Berdasarkan
data medikal record Rumah Sakit Umum Daerah Swadana Tarutung tahun 2008 -
2009 persalinan dengan sectio caesaria mencapai 70 % - 80 % dari semua tindakan
pertolongan persalinan di rumah sakit tersebut, dan setiap hari selalu ada persalinan
yang dilakukan tindakan sectio caesaria. Dikatakan bahwa persalinan secara operasi
merupakan hal biasa dan sering dijumpai di rumah sakit ini. Umumnya pasien –
pasien yang mau melahirkan merupakan pasien rujukan dari klinik – klinik dokter
dan praktek bidan yang ada di Kabupaten Tapanuli Utara.
Peningkatan kasus persalinan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. 1) Faktor
patologis ibu merupakan indikasi utama alasan dokter dalam melakukansectio
caesaria. Faktor patologis tersebut yaitu letak janin abnormal dalam kandungan,
kelainan plasenta, kehamilan ganda, partus lama dan janin yang terlalu besar. 2)
usia ibu yang terlalu muda atau terlalu tua. 3) Pendidikan ibu rendah menyebabkan
kurangnya pengetahuan ibu terhadap gangguan kehamilan, sehingga sering terjadi
pasien datang ke dokter sudah dalam keadaan gawat janin yang pertolongannya harus
dengan sectio caesaria.
Disamping itu terdapat pembagian lain yaitu ; faktor eksternal dan internal ibu
yang memengaruhi pelaksanaan persalinan dengan sectio caesaria. Faktor – internal
ibu adalah umur, pendidikan, pekerjaan, parietas, umur kehamilan, jarak kehamilan,
riwayat kehamilan dan status gizi. Keinginan ibu untuk memeriksakan kehamilannya
ke petugas kesehatan (Antenatal CareK1 – K4) juga memengaruhi tindakan
persalinan sectio caesaria. Faktor eksternal terdiri dari : petugas kesehatan atau
dokter dimana dokter tidak memberikan penyuluhan tentang komplikasi persalinan
secara sectio saesaria. Dokter sering mengabulkan permintaan pasien dengan
melakukan operasi atau menganjurkan pasien dioperasi tanpa indikasi medis.
Berdasarkan hal –hal tersebut di atas , ingin dilakukan penelitian dengan
analisis pengaruh faktor internal dan eksternal ibu bersalin terhadap indikasi tindakan
sectio caesaria.
1.2.Permasalahan
Semakin meningkatnya pertolongan persalinan secara sectio caesaria yang
dilakukan oleh dokter – dokter di Rumah Sakit Umum Daerah Swadana Tarutung dan
bagaimana pengaruh faktor internal (umur, pendidikan, pekerjaan, parietas, jarak
K4, kualitas pelayanan antenatal, jangkauan pelayanan antenatal dan petugas
pelayanan antenatal) ibu bersalin tersebut terhadap indikasi tindakan sectio
caesariadalam persalinan di Rumah Sakit Umum Daerah Swadana Tarutung.
1.3.Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis pengaruh faktor internal ibu bersalin (umur, pendidikan, pekerjaan,
parietas, jarak kehamilan dan riwayat komplikasi)serta faktor eksternalibu bersalin
(pemeriksaan antenatal K1 – K4, kualitas pelayanan antenatal, jangkauan pelayanan
antenatal dan petugas pelayanan antenatal) terhadap indikasi tindakan sectio
caesariadalam persalinan di Rumah Sakit Umum Daerah Swadana Tarutung.
1.4.Hipotesis
Faktor internal (umur, pendidikan, pekerjaan, parietas, jarak kehamilan dan
riwayat komplikasi)dan eksternal(pemeriksaan antenatal K1 – K4, kualitas pelayanan
antenatal, jangkauan pelayanan antenatal dan petugas pelayanan antenatal) ibu
bersalin memengaruhi indikasi tindakan sectio caesariadalam persalinan di Rumah
Sakit Umum Daerah Swadana Tarutung.
1.5.Manfaat Penelitian
1.5.1 Menambah wawasan keilmuan dan pengalaman serta ketrampilan dalam
melakukan penelitian khususnya tentang tindakan penolong persalinan sectio
caesaria.
1.5.2 Dapat digunakan sebagai informasi dan masukan bagi pihak rumah sakit
untuk mengatasi masalah tingginya tindakan penolong persalinan dengan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Persalinan Sectio caesaria
Persalinan sectio caesaria adalah proses melahirkan janin melalui insisi pada
dinding abdomen (laparatomi) dan dinding uterus (histerektomi).(William, 2001)
Istilah sectio caesaria berasal dari perkataan Latin caederayang artinya memotong.
Pengertian ini semula dijumpai dalam Roman Law (Lex Regia) dan Emperor’s Law
(Lex Caesarea) yaitu undang – undang yang menghendaki supaya janin dalam
kandungan ibu – ibu yang meninggal harus dikeluarkan dari dalam rahim. (Rustam,
2003).
2.2. Alasan Terjadinya Kenaikan Persalinan dengan Sectio Caesaria
a. Pengurangan parietas. Hal ini menyebabkan separuh dari wanita yang hamil
adalah nullipara. Oleh karena itu , peningkatan jumlah sectio caesaria dapat
diperkirakan pada beberapa keadaan yang lebih lazim dijumpai pada wanita
nullipara, khususnya distosia dan kehamilan dengan hipertensi.
b. Wanita cenderung mempunyai anak pada usia yang lebih tua. Peningkatan
usia ibu hamil diatas 35 tahun meningkatkan proses melahirkan dengan sectio
caesaria.
c. Pemantauan janin secara elektronik, meningkatkan peluang untuk mendeteksi
d. Bayi dengan presentase letak bokong, sering dilahirkan dengan sectio
caesaria.
e. Sectio caesaria berulang secara bermakna meningkatkan total jumlah
persalinan sectio caesaria.
2.3. Istilah – Istilah Tentang Sectio Caesaria
a. Sectio caesaria primer (efektif).
Dari semula sudah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan secara sectio
caesaria, tidak diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya pada panggul
sempit.
b. Sectio caesaria sekunder
Mencoba menunggu kelahiran biasa (spontan), bila tidak berhasil dilakukan
secara sectio caesaria.
c. Sectio caesaria ulang (repeat caesarean section)
Ibu pada kehamilan yang lalu mengalami sectio caesaria dan pada kehamilan
selanjutnya dilakukan sectio caesaria ulang.
d. Sectio caesariahisterektomi.
Suatu operasi dimana setelah janin dilahirkan dengan sectio caesaria,
langsung dilakukan histerektomi oleh karena suatu indikasi.
Suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri (janin sudah mati)
langsung dilakukan histerektomi. Misalnya pada keadaan infeksi rahim yang
berat.
2.4. Indikasi Sectio caesaria
Menurut Rustam Mochtar, sectio caesaria dilakukan bila ada indikasi sebagai
berikut :
a. Plasenta previa
b. Panggul sempit
c. Disproporsi sefalo – pelvik yaitu ketidak seimbangan antara ukuran kepala
dan panggul.
d. Ruptura uteri mengancam
e. Partus lama
f.Partus tak maju
g. Distosia serviks
h. Malprestasi janin yang terdiri dari :
1. Letak lintang
Greenhill dan Eastman sama-sama sependapat ; 1) Bila ada kesempitan
panggul, maka sectio caesaria adalah cara yang terbaik dalam segala
letak lintang dengan janin hidup dan besar biasa. 2) Semua primigravida
dengan letak lintang harus ditolong dengan sectio caesaria, walaupun
tidak ada perkiraan panggul sempit. 3) Multipara dengan letak lintang
2. Letak bokong
Sectio caesaria dianjurkan pada letak bokong bila ada ; panggul sempit,
primigravida, janin besar dan berharga.
3. Presentase dahi dan muka, bila reposisi dan cara-cara lain tidak berhasil.
4. Presentase rangkap, bila reposisi tidak berhasil.
5. Gemelli.
Dianjurkan bila : janin pertama letak lintang atau presentase bahu, bila
terjadi interlok, distosia oleh karena tumor dan gawat janin.
Whalley menjelaskan, operasi dengan tindakan sectio caesaria kadang
diketahui menjelang dimulainya persalinan. Dia menjelaskan , alasan dilakukan
sectio caesaria adalah karena hal – hal sebagai berikut :
a. Ada masalah dengan plasenta.
1. Bila plasenta menutupi leher rahim (placenta previa), plasenta akan keluar
sebelum bayi. Jadi kelahiran yang aman lewat vagina tidak memungkinkan.
2. Bila plasenta terpisah dari rahim (placenta abruption), bayi akan kekurangan
oksigen. Operasi dengan tindakan sectio caesaria mungkin perlu dilakukan.
b. Ibu mengalami masalah medis yang membuat kelahiran normal tidak aman.
1. Bila ibu mengidap penyakit jantung, stres persalinan bisa memberatkan
kondisi si ibu.
2. Bila ibu terinfeksi penyakit herpes kelamin aktif, bayi dapat terjangkit infeksi
c. Sibayi menderita cacat lahir yang akan memburuk lewat kelahiran normal.
d. Persalinan aktif berjalan sangat lambat dan tidak mengalami kemajuan. Ini
berarti leher rahim belum membuka dengan baik atau bayi belum turun melalui
panggul atau jalan lahir. Karena persalinan awal (pembukaan 0 – 4 cm) biasanya
lambat, hal ini baru diangap bermasalah bila persalinan terus melambat setelah
pembukaan 5 cm.
e. Bayi berada pada posisi buruk bagi persalinan normal via vagina.
1. Bila bokong atau kaki bayi yang keluar lebih dulu (sungsang), kemungkinan
persalinan normal akan bermasalah. Hanya 3 – 4 bayi yang berhasil keluar
dari setiap 100 kasus bayi sungsang.
2. Bila posisi bayi menyamping atau wajah bayi muncul lebih dulu ( bukannya
puncak kepala atau ubun – ubun yang duluan ), persalinan via vagina tidak
aman. Namun posisi – posisi ini jarang terjadi.
3. Kadang kala , bisa saja kepala bayi sudah berada diposisi yang baik (puncak
kepala berada dibawah ), tetapi rupanya kepala bayi menghadap kearah yang
salah atau miring kesalah satu sisi. Posisi ini akan membuat bayi lebih sulit
menuruni jalan lahir.
f. Bayi tidak turun ke panggul. Hal ini tidak selalu berarti kepala bayi terlalu besar
atau badan bayi terlalu berat. Hal ini kerap kali berarti kepala bayi miring
g. Bayi mengalami kesulitan mengatasi stress persalinan ( fetal distress). Perubahan
perubahan tertentu pada detak jantung bayi selama persalinan dapat
memperlihatkan bahwa bayi kemungkinan tidak mendapat cukup oksigen.
h. Tali pusat turun melalui leher rahim sebelum si bayi (prolapsed cord). Ketika tali
pusat turun lebih dulu, kontraksi persalinan akan menekan bayi ke tali pusat.
Akibatnya bayi kekurangan oksigen selama kontraksi. Hal ini jarang terjadi
ketika kepala bayi berada dibawah, menekan leher rahim.
i. Ibu pernah operasi sectio caesaria sebelumnya.
Kadang – kadang seorang dokter menyarankan persalinan caesar berulang.
Namun banyak ibu – ibu yang tidak ingin dibedah caesar lagi bila tidak
diperlukan. Merawat bayi dan anak yang lebih besar akan lebih sulit dilakukan
setelah pembedahan. Kelahiran yang aman lewat vagina dapat dicapai setelah
sang ibu menjalani bedah caesar pada persalinan sebelumnya. Hal ini disebut
persalinan normal setelah bedah caesar (vaginal birth after cesarean / VBAC)
2.5. Risiko Yang Mungkin Muncul dari Sectio caesaria
a. Masalah – masalah yang berhubungan dengan anastesi yang digunakan
untuk pembedahan.
b. Rasa sakit selama beberapa minggu pasca – persalinan.
c. Risiko infeksi dan kehilangan darah lebih besar daripada kelahiran via
vagina.
e. Lebih banyak masalah dengan kehamilan selanjutnya.
f.Risikosectio caesaria yang besar untuk persalinan berikutnya.
2.6. Faktor – Faktor Internal Ibu Bersalin Yang Dapat Meningkatkan Risiko Persalinan Sectio caesaria
2.6.1. Umur
Faktor umur si ibu mempunyai pengaruh terhadap kehamilan dan persalinan.
Ibu yang berumur dibawah 20 tahun atau diatas 35 tahun sangat berisiko untuk
persalinan patologis sebagai indikasi persalinan sectio caesaria. Kehamilan ibu
dengan usia dibawah 20 tahun berpengaruh kepada kematangan fisik dan mental
dalam menghadapi persalinan. Rahim dan panggul ibu seringkali belum tumbuh
mencapai ukuran dewasa. Akibatnya diragukan kesehatan dan keselamatan janin
dalam kandungan. Selain itu mental ibu belum cukup dewasa sehingga sangat
meragukan pada ketrampilan perawatan diri ibu dan bayinya.
Bahaya yang dapat terjadi antara lain : bayi lahir belum cukup bulan,
perdarahan dapat terjadi sebelum bayi lahir ataupun setelah bayi lahir. Kebutuhan
pertolongan medik, bila terdapat kelainan yaitu ; 1) janin tidak dapat lahir normal,
biasa dengan tenaga ibu sendiri.2) Persalinan membutuhkan tindakan kemungkinan
operasi sectio caesaria. 3) Bayi yang lahir kurang bulan membutuhkan perawatan
Sebaliknya usia ibu diatas 35 tahun atau lebih, dimana pada usia tersebut
terjadi perubahan pada jaringan alat – alat kandungan dan jalan lahir tidak lentur
lagi. Selain itu ada kecenderungan didapatkan penyakit lain dalam tubuh ibu.
Bahaya yang dapat terjadi pada kelompok ini adalah ;1) Tekanan darah tinggi
dan pre-eklampsi. 2) Ketuban pecah dini yaitu ketuban pecah sebelum persalinan
dimulai. 3) Persalinan tidak lancar atau macet. 4) Perdarahan setelah bayi lahir.
Kebutuhan pertolongan medik yang dilakukan adalah ; 1) Perawatan
kehamilan teraturagar dapat ditemukan penyakit / faktor risiko lain secara dini dan
mendapat pengobatan. 2) Pertolongan persalinan membutuhkan tindakan sectio
caesaria.(Rochjati 2003)
Pertambahan umur akan diikuti oleh perubahan perkembangan organ – organ
dalam rongga pelvis. Keadaan tersebut akan memengaruhi kehidupan janin dalam
kandungan. Pada wanita usia muda organ – organ reproduksi belum sempurna secara
keseluruhan dan status kejiwaan yang belum bersedia sebagai ibu. (Jumiarni, 1993)
Usia hamil yang ideal bagi seorang wanita adalah antara umur 20 – 35 tahun,
karena pada usia tersebut rahim sudah siap menerima kehamilan, mental juga sudah
matang dan sudah mampu merawat sendiri bayi dan dirinya (Draper, 2001)
2.6.2. Pendidikan
Tingkat pendidikan merupakan jenjang dalam penyelesaian proses
pembelajaran secara formal. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang diharapkan
makin tinggi , maka informasi dan pengetahuan yang diperoleh juga makin banyak,
sehingga perubahan perilaku kearah yang baik diharapkan dapat terjadi. (Suryani,
2007)
Tingkat pendidikan sangat berpengaruh sejak proses kehamilan sampai
dengan proses persalinan. Ibu yang berpendidikan tinggi cenderung untuk menikah
pada usia yang matur diatas 20 tahun. Pendidikan yang semakin tinggi menyebabkan
kemampuan ibu dalam mengatur jarak kehamilan, jumlah anak, dan pemanfaatan
fasilitas kesehatan dalam pemeriksaan kehamilan dan proses persalinan.
2.6.3. Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang ibu baik yang hidup
maupun mati. Paritas digolongkan menjadi 3 bagian yaitu ; 1) golongan primipara
adalah ibu dengan paritas 1. 2) golongan multipara adalah ibu dengan paritas 2 – 4.
3) golongan grande multipara yaitu paritas lebih dari 4. (Wiknjosastro, 2005)
Paritas berpengaruh pada ketahanan uterus. Pada Grande Multipara yaitu ibu
dengan kehamilan / melahirkan 4 kali atau lebih merupakan risiko persalinan
patologis. Keadaan kesehatan yang sering ditemukan pada ibu grande multipara
adalah ; 1) Kesehatan terganggu karena anemia dan kurang gizi. 2) Kekendoran pada
dinding perut. 3) tampak ibu dengan perut menggantung. 4) Kekendoran dinding
Bahaya yang dapat terjadi pada kelompok ini adalah : 1) kelainan letak dan
persalinan letak lintang. 2) Robekan rahim pada kelainan letak lintang. 3) Persalinan
Lama. 4) Perdarahan pasca persalinan. (Rochjati 2003)
Menurut Wiknjosastro 2005, paritas yang paling aman adalah paritas 2 – 3.
Paritas 1 dan paritas lebih dari 3 mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi.
Hal ini dipengaruhi oleh kematangan dan penurunan fungsi organ – organ
persalinan.
2.6.4. Jarak Antar Kelahiran
Kehamilan sebelum 2 tahun sering mengalami komplikasi dalam persalinan.
Kesehatan fisik dan rahim ibu masih butuh cukup istirahat. Ada kemungkinan ibu
masih menyusui. Selain itu anak tersebut masih butuh asuhan dan perhatian orang
tuanya. Bahaya yang mungkin terjadi bagi ibu antara lain ; 1) Perdarahan setelah
bayi lahir karena kondisi ibu masih lemah. 2) Bayi prematur / lahir belum cukup
bulan sebelum 37 minggu. 3) Bayi dengan berat badan lahir rendah / BBLR < 2500
gram.
Kebutuhan pertolongan medik yang dilakukan adalah ; 1) perawatan
kehamilan yang teratur. 2) pertolongan persalinan kemungkinan dengan tindakan.
2.6.5. Riwayat Komplikasi
Riwayat persalinan ibu dengan persalinan tidak normal merupakan risiko
tinggi untuk persalinan berikutnya. Riwayat persalinan tidak normal seperti ;
ketuban pecah dini, kelainan letak pada hamil tua dan riwayat sectio caesaria
sebelumnya merupakan keadaan yang perlu diwaspadai, karena kemungkinan ibu
akan mendapatkan kesulitan dalam kehamilan dan saat proses persalinan (Pincus,
1998)
2.6.6. Pekerjaan
Pekerjaan seorang ibu bisa memengaruhi kondisi dari kehamilan. Ibu dengan
pekerjaan yang berat dapat memengaruhi kondisi janin, uterus dan organ reproduksi
lainnya. Hal ini dapat menyebabkan perubahan letak daripada janin dalam
kandungan dan juga bahaya lainnya yang merupakan komplikasi dari kehamilan.
2.7. Faktor – Faktor Eksternal Ibu Bersalin Yang dapat Meningkatkan Risiko Persalinan Sectio caesaria
2.7.1. Pelayanan Antenatal.
Pedoman pelayanan kebidanan dasar adalah pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada ibu selama masa kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan
antenatal seperti yang ditetapkan dalam buku Pedoman Pelayanan Antenatal bagi
Petugas Puskesmas.
Antenatal care adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional untuk ibu
selama masa kehamilannya yang dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan yang
telah ditetapkan. Pelayanan antenatal care merupakan upaya peningkatan untuk
menjaga kesehatan ibu pada masa kehamilan. Pelayanan antenatal mencakup banyak
indikasi serta intervensi dasar dan khusus. Hal ini meliputi konseling gizi,
pemantauan berat badan, penemuan penyimpangan kehamilan , pemberian intervensi
dasar seperti pemberian imunisasi Tetanus Toksoid (TT) dan tablet zat besi serta
mendidik dan memotivasi ibu agar dapat merawat dirinya selama hamil dan
mempersiapkan persalinan.(Depkes RI, 2005)
Dalam penerapan pelayanan antenatal dikenal standar minimal “5 T” yang
terdiri atas ; 1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan untuk mengetahui status
gizi si ibu. 2) Ukur tekanan darah. 3) Ukur tinggi fundus uteri. 4) Pemberian
imunisasi tetanus toksoid (TT) lengkap dua kali selama hamil. 5) Pemberian tablet
tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan. Untuk pemeriksaan paripurna
meliputi 7 T dengan menambah tes terhadap penyakit menular seksual dan temu
wicara dalam persiapan rujukan. (Depkes RI, 2005)
Dengan demikian maka secara operasional pelayanan antenatal yang tidak
memenuhi standar minimal “ 5 T “ tersebut belum dianggap suatu pelayanan
antenatal. Pemeriksaan antenatal care pertama dilakukan pada bulan pertama
kehamilan. Selanjutnya periksa ulang 1 kali sebulan dan periksa ulang 1 kali setiap
minggu sesudah kehamilan 9 bulan
Jadwal Pemeriksaan antenatal
a) Trimester I dan II : dilakukan setiap bulan dengan pemeriksaan laboratorium,
pemeriksaan ultrasonografi, penyuluhan diet, observasi penyakit yang
b) Trimester III : dilakukan setiap minggu atau dua minggu sampai ada tanda –
tanda kelahiran, evaluasi data laboratorium untuk melihat hasil pengobatan,
bimbingan diet, pemeriksaan USG, imunisasi TT ke II, observasi penyakit dan
komplikasi kehamilan trimester III serta nasehat dan petunjuk tentang tanda
inpartus serta kemana harus datang untuk melahirkan.
Tujuan pelayanan antenatal.
a) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang janin.
b) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial janin.
c) Mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi yang
mungkin terjadi selama kehamilan, termasuk riwayat penyakit secara umum,
kebidanan dan pembedahan.
d) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat baik ibu
maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
e) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dengan pemberian ASI
eksklusif.
f) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dan menerima kelahiran bayi agar
dapat tumbuh kembang secara normal. (Depkes RI , 2002)
Langkah – langkah yang harus dilakukan oleh petugas kesehatan (Bidan)
untuk meningkatkan jumlah kunjungan K4 ibu hamil adalah :
a. Melaksanakan program Home Visite pada ibu hamil (Identifikasi ibu
b. Mengenali dan memotivasi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya
dengan cara ; 1) bidan bekerjasama dengan tokoh masyarakat / kader
untuk menemukan ibu hamil dan memastikan bahwa semua ibu hamil
telah memeriksakan kehamilannya secara dini dan teratur, sesuai standar.
2) membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dengan
ibu hamil. 3) mencatat hasil pemeriksaan KMS Ibu hamil / buku KIA /
Kartu ibu. 4) transportasi untuk melakukan kunjungan kemasyarakat
tersedia bagi bidan.
c. Memberikan pelayanan antenatal berkualitas dan deteksi dini komplikasi
kehamilan untuk ; 1) Mampu memberikan pelayanan antenatal
berkualitas termasuk penggunaan KMS ibu hamil dan kartu ibu. 2) Alat
untuk pelayanan antenatal tersedia dalam keadaan baik dan berfungsi. 3)
Tersedia obat dan bahan misalnya vaksin TT, tablet besi, alat pengukur
Hb sahli dan lain – lain. 4) Terdapat sistim rujukan yang berfungsi
dengan baik.
d. Pemeriksaan kehamilan sesuai dengan standar prosedur antara lain ; 1)
Memperkirakan usia kehamilan , pemantauan pertumbuhan janin dan
penentuan posisi janin. 2) Bidan telah dididik tentang palpasi abdominal
yang benar. 3) Tersedia tempat pemeriksaan yang tertutup dan dapat
diterima masyarakat. 4) Menggunakan KMS ibu hamil / Kia / kartu ibu
e. Pengelolaan anemia pada ibu hamil dengan menemukan anemia pada
kehamilan secara dini dan melakukan tindak lanjut untuk mengatasi
anemia sebelum persalinan berlangsung.
f. Pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan.
g. Persiapan persalinan untuk memastikan bahwa persalinan direncanakan
dalam lingkungan yang aman , memadai dan penolong terampil dengan
cara ; 1) Semua ibu hamil harus melakukan kunjungan pemeriksaan
kehamilan minimal 2 kali trimester III. 2) Peralatan untuk pemeriksaan
antenatal tersedia dalam keadaan berfungsi baik. 3) Persiapan transportasi
untuk merujuk ibu hamil dengan cepat 4) Menggunakan KMS ibu hamil.
(Depkes RI, 2005)
2.7.2. Petugas Pelayanan Antenatal.
Dalam program kesehatan ibu dan anak (KIA) dikenal beberapa jenis tenaga
yang memberikan pertolongan pemeriksaan kehamilan dan persalinan kepada
masyarakat. Jenis tenaga tersebut adalah dokter spesialis kebidanan, dokter umum,
bidan dan perawat. (Depkes RI 2005)
2.7.3. Kualitas Pelayanan Antenatal.
Kualitas pelayanan antenatal sangat berpengaruh terhadap kehamilan ibu
bersalin. Dengan pelayanan antenatal yang berkualitas maka komplikasi kehamilan
Dalam penerapan pelayanan antenatal dikenal standar minimal “5 T” yang
terdiri atas ; 1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan untuk mengetahui status
gizi si ibu. 2) Ukur tekanan darah. 3) Ukur tinggi fundus uteri. 4) Pemberian
imunisasi tetanus toksoid (TT) lengkap dua kali selama hamil. 5) Pemberian tablet
tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan. Untuk pemeriksaan paripurna
meliputi 7 T dengan menambah tes terhadap penyakit menular seksual dan temu
wicara dalam persiapan rujukan. (Depkes RI, 2005)
Dengan demikian maka secara operasional pelayanan antenatal yang tidak
memenuhi standar minimal “ 5 T “ tersebut belum dianggap suatu pelayanan
antenatal.
2.7.4. Indikasi Sosial
Sejalan dengan perkembangan kemajuan ilmu kedokteran dan obat-obatan sekarang
ini memengaruhi masyarakat dalam memilih proses persalinan dengan sectio
caesaria. Sekarang ini banyak dilakukan tindakan sectio caesaria tanpa indikasi
medis. Pemilihan tindakan tersebut dilakukan oleh ibu hamil sendiri. Mereka memilih
operasi sectio caesaria dengan alasan tidak tahan sakit, kecantikan dan anak yang
2.8. Landasan Teori
Akses ke pelayanan kesehatan.
Lokasi pelayanan kesehatan (KB, pelayanan antenatal,
pelayanan obstetri), jangkauan pelayanan, kualitas pelayanan, akses
informasi tentang
2.9. Kerangka Konsep
FAKTOR INTERNAL
1. Umur 2. Pendidikan 3. Pekerjaan
4. Paritas
5. Jarak Antar Kelahiran
6. Riwayat Komplikasi / Persalinan
FAKTOR EKSTERNAL
1. Kunjungan
Antenatal
2. Kualitas Pelayanan
Antenatal
3. Petugas Pelayanan
Antenatal
4. Indikasi Sosial
INDIKASI TINDAKAN
SECTIO CAESARIA
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan disain
casecontrol study yaitu dengan memilih kasus ibu – ibu yang mengalami persalinan
sectio caesaria dan kontrol ibu – ibu yang mengalami persalinan normal. Kemudian dilakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner untuk mengetahui paparan yang dialami subyek penelitian pada waktu yang lalu (retrospektif).
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Swadana Tarutung, karena berdasarkan survei pendahuluan tingginya jumlah kasus persalinan sectio caesaria(155 kasus) selama periode Januari – Mei 2010 di rumah sakit tersebut.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Agustus 2010.
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin dengan tindakan
sectio caesaria maupun persalinan spontan yang dirawat di RSUD Swadana
Tarutung mulai bulan Januari sampai dengan Mei 2010 yang berjumlah 195 orang.
3.3.2. Sampel
Besar sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan rumus perkiraan sampel studi kasus control berpasangan (Sudigdo 2008) yaitu :
2
Zα/2 + Zβ√2/3 + 1/3 n =
(P – ½ )
R
P =
Keterangan : n = besar sampel Zα = tingkat kemaknaan Zb = power
R = rasio odds P = proporsi
Pada penelitian ini ditetapkan OR = 3, a = 0.05 dan b = 0.10 maka :
2
1,96/2 + 1,282√3/4 + 1/4
n = = 38 (3/4 – 1/2
Berdasarkan perhitungan diatas diketahui besar sampel 38 orang. Perbandingan kasus dan kontrol adalah 1 : 1 sehingga besar sampel kasus adalah 38 orang dan besar sampel kontrol 38 orang.
Setelah jumlah sampel masing – masing strata ditentukan maka pemilihan sampel dilakukan secara acak yaitu dengan melakukan undian (simple random).
3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Jenis Data
a. Data Primer : data yang langsung diperoleh dari ibu – ibu bersalin dengan
tindakansectio caesaria maupun persalinan normaldengan cara wawancara
menggunakan kuesioner. Data ini meliputi umur, paritas, pekerjaan,
pendidikan, jarak antar kelahiran dan riwayat komplikasi persalinan.
b. Data Sekunder : data pendukung tentang ibu bersalin yang diperoleh dari
Medikal Record pasien. Data ini meliputi nama, alamat, diagnosa indikasi
persalinan dan status pasien (umum, Askeskin dan Askes)
3.4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas
Sebelum kuesioner digunakan sebagai alat pengumpul data terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen yang bertujuan untuk mengukur
validitas dan reliabilitas alat pengumpul data. Uji coba dilakukan pada 30 orang responden di RS Umum Daerah Swadana Tarutung. Hasil uji coba untuk uji validitas diukur dengan memakai rumus korelasi Product Moment
hitung > r tabel dimana r tabel = 0,3. Hasil uji validitas menunjukkan bahwa r hitung > r tabel untuk setiap item pertanyaan sehingga dengan demikian
instrumenvalid untuk digunakan sebagai alat pengumpul data.
Untuk uji reliabilitasinstrumen digunakan dengan memakai metode
cronbach’s alpha. Menurut Sugiyono (2005) item pertanyaan akan dikatakan reliabel apabila memiliki nilai Cronbach’s Alpha di atas 0,68. Dari hasil uji reliabilitas diketahui bahwa r alpha > r tabel dengan nilai Cronbach Alpha di atas 0,68 sehingga dikatakan instrumen reliabel untuk digunakan sebagai alat pengumpul data.
3.5. Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah persalinan dengan sectio caesaria yaitu proses melahirkan janin melalui insisi pada dinding abdomen dan uterus.
3.5.2. Variabel bebas
a. Umur adalah usia ibu dalam tahun yang dihitung berdasarkan usia ibu
pada kehamilan terakhir yang diperoleh dari hasil wawancara terhadap
responden yang bersalin di RSU Swadana Tarutung tahun 2010.
Kategori Umur : 1. < 20 tahun atau > 35 tahun 2. Umur Ibu 20 – 35 tahun.
b. Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal ibu berdasarkan ijazah
terakhiryang diperoleh dari hasil wawancara terhadap responden yang
bersalin di RSU Swadana Tarutung tahun 2010.
Kategori Pendidikan : 1. Dasar : SD dan SMP 2. Menengah : SLTA
3. Tinggi : Akademi / Perguruan Tinggi
c. Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan si ibu baik lahir hidup
maupun lahir mati.
Kategori Paritas : 1. Paritas< 2 dan > 3 2. Paritas 2 – 3
d. Jarak antar kelahiran adalah interval waktu kelahiran anak sebelumnya
2. > 2 tahun
e. Riwayat Komplikasi / Persalinan adalah riwayat persalinan sectio caesaria
sebelumnya dan riwayat penyakit kehamilan yang pernah dialami ibu
sebagai risiko untuk tindakan sectio caesaria.
Kategori : 1. Persalinan Sectio caesaria dan penyakit kehamilan 2. Persalinan Tidak dengan sectio caesaria dan tanpa
penyakit kehamilan.
3. Persalinan sectio caesaria tanpa penyakit kehamilan. 4. Persalinan tidak dengan sectio caesaria dengan penyakit
kehamilan.
f. Pekerjaan adalah kegiatan rutin dalam mencari penghasilan yang
dilakukan oleh ibu selama kehamilan terakhir.
Kategori : 1. Bekerja
2. Tidak bekerja
g. Pelayanan antenatal adalah kunjungan ibu kepelayanan kesehatan untuk
memeriksakan kehamilannya (K1 – K4) yang diperoleh dari hasil
wawancara terhadap responden yang bersalin di RSU Swadana Tarutung
tahun 2010.Kategori : 1. < 4 kali
2. ≥ 4 kali
h. Petugas Pelayanan antenatal adalah tenaga kesehatan yang memeriksa
antenatal pasien yaitu dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan dan
perawat.
Kategori : 1. Petugas kesehatan (Spesialis Kebidanan, dokter umum, bidan, perawat, penolong persalinan tradisional) 2. Penolong Persalinan Tradisional
i. Kualitas Pelayanan Antenatal adalah pemberian pelayanan antenatal
kepada ibu hamil sesuai dengan standar minimal 5T – 7T yaitu ; 1)
Timbang berat badan dan ukur tinggi badan untuk mengetahui status gizi
imunisasi tetanus toksoid (TT) lengkap dua kali selama hamil. 5)
Pemberian tabelt tambah darah minimal 90 tabelt selama kehamilan.
Untuk pemeriksaan paripurna meliputi 7 T dengan menambah tes terhadap
penyakit menular seksual dan temu wicara dalam persiapan rujukan. Hal
ini diperoleh dari hasil wawancara terhadap responden yang bersalin di
RSU Swadana Tarutung tahun 2010.
Kategori : 1. Pelayanan antenatal dengan standar minimal 5T – 7T. 2. Pelayanan antenatal dibawah standar minimal 5T – 7T. j. Indikasi sosial adalah pelaksanaan tindakan section caesariatanpa
didasarkan oleh indikasi medis tetapi dilakukan oleh karena permintaan
pasien sendiri dengan alasan tertentu.
Kategori : 1. Ada indikasi sosial 2. Tidak ada indikasi sosial
3.6. Metode Pengukuran
3.6.1. Faktor Internal Ibu Bersalin
Tabel 3.1 : Variabel, Cara dan Alat Ukur , Skala Ukur dan Hasil Ukur.
No Variabel Cara Ukur Skala Ukur Kategori
(kuesioner) Nominal
0 = persalinan dengan
sectio caesaria
1 = persalinan normal
Variabel Bebas
1 Umur ibu Wawancara
(Kuesioner)
Rasio 0 = < 20 dan > 35 th 1 = 20 – 35 th 2 Pendidikan ibu Wawancara
(Kuesioner) 4 Jarak kehamilan Wawancara
(Kuesioner)
komplikasi / Persalinan
(Kuesioner) 1 = tidak ada riwayat
6 Pekerjaan Wawancara
(Kuesioner) 1 = kualitas standar 9 Petugas
1 = petugas kesehatan 10 Indikasi Sosial Wawancara
(Kuesioner)
Nominal 0 = ada indikasi sosial
1 = tidak ada indikasi sosial
3.7. Metode Analisis Data
Metode analisis data dilakukan dengan menggunakan program komputer dengan teknik analisa sebagai berikut :
3.7.1. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi responden. Analisa ini digunakan untuk memperoleh gambaran pada masing-masing variabel independen yang meliputi faktor internal dan eksternal ibu bersalin.
3.7.2. Analisis Bivariat
Analisis data bivariat yang digunakan adalah , statistik Chi-Square yaitu merupakan analisis untuk mengetahui hubungan semua variable independent
(variabel bebas) terhadap variable dependent (variabel terikat) yang dapat dilakukan sekaligus, dengan menggunakan derajat kemaknaan alpa = 0,05 (derajat kepercayaan 95%). Bila nilai p < 0,05 maka hasil statistik dikatakan bermakna / berhubungan.
3.7.3. Analisis Multivariat
Analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui faktor mana yang paling dominan pada variabel independen dalam memengaruhi variabel dependen dengan menggunakan ujiRegresi Logistik Berganda(Multiple Logistic Regresion)
BAB 4
4.1Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Daerah Swadana Tarutung 4.1.1 Sejarah Singkat RSUD Swadana Tarutung.
Rumah Sakit Umum Daerah Swadana Tarutung didirikan pada tahun 1918
oleh Zending Jerman. Pada saat itu belum ada pelayanan kesehatan oleh rumah sakit
diwilayah Tapanuli. Pelayanan yang dilakukan oleh Zending Jerman pada waktu itu
dilakukan dengan sosial. Pada tahun 1952 RSUD Swadana Tarutung dikelola oleh
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara sebagai rumah sakit tipe D walaupun sebagian
tenaga masih disumbangkan oleh Zending Jerman.
Pada era 1980-an Pemerintah Provinsi Sumatera utara memberikan beban
target Pendapatan Asli Daerah (PAD) bagi RSUD Swadana Tarutung yang berakibat
semua pelayanan yang diberikan rumah sakit diatur dengan Peraturan Daerah
(PERDA).
Pada tahun 1984, RSUD Swadana Tarutung berubah status menjadi rumah
sakit tipe C dengan pelayanan empat dokter spesialis dasar, disamping dokter umum
dan dokter gigi. Pada tanggal 26 Desember 2000 RSUD Swadana Tarutung berubah
menjadi rumah sakit tipe B. Status rumah sakit Swadana dimulai dengan uji coba
pada tanggal 14 Februari 2002 dan ditetapkan menjadi Rumah Sakit Umum Swadana
Tarutung pada tanggal 2 Oktober 2003.
4.1.2 Letak Geografi dan Demografi RSUD Swadana Tarutung.
Utara. Rumah sakit ini mempunyai luas area 27.267 m2 dengan luas bangunan
15.764 m2. Pelayanan yang dilakukan adalah pelayanan rawat jalan dan rawat inap.
Jumlah penduduk Kabupaten Tapanuli Utara pada tahun 2003 adalah 437.643 jiwa
dengan tingkat kepadatan penduduk 71 jiwa per km2. Pekerjaan penduduk mayoritas
petani dan sebagian kecil berprofesi PNS, TNI/POLRI dan wiraswasta. Pasien yang
datang berobat dikelompokkan menjadi 3 kelompok berdasarkan cara pembayaran
biaya berobat yaitu pasien umum, ASKES dan Askeskin.
4.1.3 Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Swadana Tarutung.
Rumah Sakit Umum Daerah Swadana Tarutung merupakan bagian integral
dari Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara sehingga visinya merupakan turunan dari
visi Kabupaten Tapanuli Utara. Visi RSUD Swadana Tarutung adalah ”
Terwujudnya pelayanan kesehatan yang prima secara holistik dan mandiri, dengan
unggulan pelayan hemodialisis dan pelayanan diagnostik terpadu di Kabupaten
Tapanuli Utara dan sekitarnya”
Misi RSUD Swadana Tarutung adalah :
1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan memberikan pelayanan
secara promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif melalui upaya menjadikan
RSUD Swadana Tarutung sebagai pusat rujukan se-Tapanuli serta pusat
penelitian dan pendidikan.
2. Mengoptimalkan seluruh fungsi – fungsi pelayanan, SDM, Manajerial serta
infrastruktur rumah sakit yang berorientasi kepada kebutuhan pelanggan rumah
3. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang terakreditasi.
4. Menjadi pusat rujukan serta pusat pelatihan dan pengembangan keilmuan
dibidang Hemodialisis dan endoscopy pada tahun 2010.
5. Menjadi pusat pendidikan kedokteran pada tahun 2010.
6. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang profesional dengan menyertakan
manajemen K3 RS.
7. Meningkatkan pengetahuan, jenjang karir, kenyamanan kerja dan kesejahteraan
karyawan.
4.2 Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari variabel
independen (umur, pendidikan, pekerjaan, paritas, jarak antar kehamilan, riwayat
komplikasi / persalinan) dan variabel dependen (proses persalinan sectio caesaria) di
Rumah Sakit Umum Daerah Swadana Tarutung.
Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Internal Ibu Bersalin di Rumah Sakit Umum Swadana Tarutung.
Kasus Kontrol Faktor Internal
Ibu Bersalin n % n %
Umur
a. < 20 dan > 35 tahun b. 20 – 35 tahun
20 18
53 47
11 27
a. SLTP ke bawah
Riwayat Komplikasi / Persalinan a. Berisiko b. Tidak bekerja
17
Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa umur responden pada
kelompok kasus terdapat 20 ibu ( 53 %) berusia < 20 tahun dan > 35 tahun, dan 18
orang ( 47 %) ibu berusia 20 – 35 tahun. Sedangkan pada kelompok kontrol
terdapat 11 ibu ( 29 %) berusia < 20 tahun dan > 35 tahun, dan 27 orang ( 71 %) ibu
berusia 20 – 35 tahun.
Berdasarkan tingkat pendidikan dapat diketahui bahwa pendidikan responden
pada kelompok kasus terdapat 14 ibu ( 37 %) berpendidikan SMA / PT dan 24 orang
( 63 %) ibu berpendidikan SD dan SMP. Sedangkan pada kelompok kontrol terdapat
23 ibu ( 61 %) berpendidikan SMA / PT dan 15 orang ( 39 %) ibu berpendidikan