• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kedelai (Glycine max .L Merill) Terhadap Pemberian Abu Vulkanik Sinabung dan Pupuk Kandang Ayam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kedelai (Glycine max .L Merill) Terhadap Pemberian Abu Vulkanik Sinabung dan Pupuk Kandang Ayam"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI(Gl ycine max .L Merill) TERHADAP PEMBERIAN ABU VULKANIK SINABUNG DAN PUPUK

KANDANG AYAM

SKRIPSI

OLEH:

DANIEL MARKO NANULAITTA/ 100301214 AGROEKOTEKNOLOGI - BPP

PRO GRAM ST UDI AGROE KOTE KNO LOGI FAKULTAS PE RT ANI AN

(2)

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI(Gl ycine max .L Merill) TERHADAP PEMBERIAN ABU VULKANIK SINABUNG DAN PUPUK

KANDANG AYAM

SKRIPSI

OLEH:

DANIEL MARKO NANULAITTA/ 100301214 AGROEKOTEKNOLOGI - BPP

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

PRO GRAM ST UDI AGROE KOTE KNO LOGI FAKULTAS PE RT ANI AN

(3)

J udul : Res pons P ertumbuhan dan P roduksi Tanam an Kedelai (Gl ycine max . L Merill) Terhadap P emberian Abu Vulkani k Sinabung dan P upuk Kandang A yam

Nam a : Dani el Marko Nanulaitt a Nim : 100301214

Prodi : AET- BPP

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Jonatan Ginting MS. Ketua

Ir. Jonis Ginting MS. Anggota

Mengetahui,

(4)

ABSTRACT

DANIEL MARKO NANULAITTA: Growth response and yield of soybean plant by giving Sinabung volcanic ash and chicken manure supervised by JONATAN GINTING and JONIS GINTING.

The research was aim to known the effect by giving Sinabung volcanic ash and chicken manure. The research was aim at subdistrict Tanjung Sari Medan (±25 meters from sea) form October 2014 until January 2015. It was used Randomized Block Design with two factorials Sinabung volcanic ash (0, 500, 1000, 1500, 2000 g / plot) and chicken manure (0, 500, 1000 g / plot) with three replicate. The result showed with giving Sinabung volcanic ash was significant effect to steam diameters three week after planted, the numbers of pods seeds, the number of seed per plant, the seed weight per plant, yield of plant, the seed weight in one hundred. The chicken was significant effect to steam diameters three week after planted, the numbers of pods seeds, the number of seed per plant, the seed weight per plant, yield of plant, the seed weight in one hundred. The interaction with Sinabung volcanic ash and chicken manure was significant effect to steam diameters three week after planted, the numbers of pods seeds, the number of seed per plant, the seed weight per plant, yield of plant, the seed weight in one hundred.

(5)

ABSTRAK

DANIEL MARKO NANULAITTA: Respons Pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai terhadap pemberian abu vulkanik sinabung dan pupuk kandang ayam Dibimbing oleh JONATAN GINTING dan JONIS GINTING.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian Abu Vulkanik Sinabung dan Pupuk Kandang Ayam.Penelitian ini dilakukan kecamatan Tanjung Sari.Medan (± 25 m dpl) pada bulan Oktober 2014 – Januari 2015. Dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok faktorial dengan 2 faktor yaitu Abu Vulkanik Sinabung (0, 500, 1500, 2000 g/plot) dan Pupuk Kandang Ayam (0, 500, 1000 g/plot) dengan tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian Abu Vulkanik Sinabung berpengaruh nyata terhadap Diameter batang 3 MST, jumlah polong berisi, jumlah biji per tanaman, berat biji pertanaman, produksi tanaman, bobot 100 biji. Pupuk Kandang berpengaruh nyata terhadap Diameter batang 3 MST, jumlah polong berisi, jumlah biji per tanaman, berat biji pertanaman, produksi tanaman, bobot 100 biji. Interaksi Abu vulkanik Sinabung berpengaruh nyata terhadap Diameter batang 3 MST, jumlah polong berisi, jumlah biji per tanaman, berat biji pertanaman, produksi tanaman, bobot 100 biji.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir pada 27 Agustus 1992 di Pematang Siantar, anak petama dari tiga bersaudara pasangan orangtua Dr. Th. J. Nanulaitta, M.Th, D. Mis dan Trianda Herru Umriani.

Pendidikan formal yang telah diperoleh penulis antara lain tahun 1998 – 2004 menempuh pendidikan dasar Yayasan Panca Karya Stabat ; tahun 2004 – 2007 menempuh pendidikan di SMPN 1 Stabat ; tahun 2007 - 2010 menempuh pendidikan di SMAN 1 Stabat dan terdaftar sebagai mahasiswa di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur Mandiri pada tahun 2010. Penulis memilih program studi Agroekoteknologi minat Budidaya Pertanian dan Perkebunan (BPP).

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif kegiatan organisasi di HIMAGROTEK FP USU sebagai kepala Bidang Sosial (2013 – 2014) dan sebagai Asisten Pratikum Teknologi Budidaya Pangan.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ Respons Pertumbuhan dan Produksi Kedelai (Glycine max (Merill). L) Terhadap Pemberian Abu Vulkanik Sinabung dan Pupuk Kandang Ayam”

Penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua Dr. Th. J. Nanulaitta, M.Th, D. Mis dan Trianda Heru Umriani yang telah banyak memberikan dukungan doa, moril dan material kepada penulis dalam penulisan skripsi. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing Dr. Ir. Jonatan Ginting, MS selaku ketua dan kepada Ir. Jonis Ginting, MS selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberi arahan dalam penulisan skripsi.

Akhir kata penulis mengucapkan trima kasih.

Medan, Mei 2015

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ...iv

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 4

Hipotesis Penelitian ... 5

Kegunaan Penelitian ... 5

TINJAUAN PUSTAKA Botani ... 6

Syarat Tumbuh ... 7

Iklim ... 7

Tanah ... 8

Pupuk Kandang Ayam ... 10

Abu Vulkanik ... 11

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu ... 15

Bahan dan Alat ... 15

Metode Penelitian ... ... 15

Pelaksanaan Penelitian ... ... 15

Persiapan Areal Tanaman ... 18

Penanaman ... 18

Pemupukan ... 18

Pemeliharaan ... 18

Penyiraman ... 18

Penjarangan ... 19

Penyulaman ... 19

Penyiangan ... 19

Pengendalian Hama dan Penyakit ... 19

Pemanenan ... 19

Pengamatan parameter ... 20

(9)

Jumlah Daun ... 20

Jumlah Cabang ... 20

Diameter Batang (mm) ... 20

Jumlah Buku di Batang ... 20

Jumlah Cabang Produktif ... 21

Jumlah Polong Berisi ... 21

Jumlah Biji/ Tanaman ... 21

Bobot 100 biji (g) ... 21

Bobot Biji/ Tanaman Sample ... 21

Produksi biji per Plot (g)... 21

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil.. ... 22

Pembahasan ... 38

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 46

Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 47

(10)

DAFTAR TABEL

No Hal

1. Pemberian Abu Vulkanik Sinabung dan Pupuk Kandang Ayam pada Parameter Tinggi Tanaman (cm) ... 22 2. Pemberian Abu Vulkanik Sinabung dan Pupuk Kandang Ayam pada Parameter

Jumlah Daun ... 23 3. Pemberian Abu Vulkanik Sinabung dan Pupuk Kandang Ayam pada Parameter

Jumlah Cabang ... 24 4. Pemberian Abu Vulkanik Sinabung dan Pupuk Kandang Ayam pada Parameter

Diameter Batang (mm) ... 25 5. Pemberian Abu Vulkanik Sinabung dan Pupuk Kandang Ayam pada Parameter

Jumlah Buku ... 27

6. Pemberian Abu Vulkanik Sinabung dan Pupuk Kandang Ayam pada Parameter Cabang Produktif ... 28 7. Pemberian Abu Vulkanik Sinabung dan Pupuk Kandang Ayam pada Parameter

Jumlah Polong Berisi ... 29 8. Pemberian Abu Vulkanik Sinabung dan Pupuk Kandang Ayam pada Parameter

Jumlah Biji Per Tanaman Sampel ... 30 9. Pemberian Abu Vulkanik Sinabung dan Pupuk Kandang Ayam pada Parameter

Bobot 100 biji (g) ... 32

10. Pemberian Abu Vulkanik Sinabung dan Pupuk Kandang Ayam pada Parameter Bobot Biji Per Tanaman Sampel ... 34 11. Pemberian Abu Vulkanik Sinabung dan Pupuk Kandang Ayam pada Parameter

(11)

DAFTAR GAMBAR

No Hal

1. Hubungan Abu Vulkanik Sinabung dengan Diameter Batang 3 MST Pada Berbagai Taraf Pemberian Pupuk Kandang Ayam ...

2. Hubungan Abu Vulkanik Sinabung dengan Jumlah Polong Pada Berbagai Taraf Pemberian Pupuk Kandang Ayam ...

3. Hubungan Abu Vulkanik Sinabung dengan Jumlah Biji Pada Berbagai Taraf Pemberian Pupuk Kandang Ayam ...

4. Hubungan Abu Vulkanik Sinabung dengan Bobot 100 Biji Pada Berbagai Taraf Pemberian Pupuk Kandang Ayam ...

5. Hubungan Abu Vulkanik Sinabung dengan Bobot Biji Per Tanaman Sampel Pada Berbagai Taraf Pemberian Pupuk Kandang Ayam ...

6. Hubungan Abu Vulkanik Sinabung dengan Produksi Per Plot Pada Berbagai Taraf Pemberian Pupuk Kandang Ayam ...

26

31 29

34

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No Hal

1. Bagan Plot Penelitian ... 48

2. Bagan Pola Jarak Tanam Kedelai / Plot ... 49

3. Deskripsi Kedelai Varietas Grobogan ... 50

4. Jadwal Kegiatan Percobaan Penelitian ... 51

5. Data Tinggi Tanaman 3 MST (cm)... 52

6. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 3 MST ... 52

7. Data Tinggi Tanaman 4 MST (cm)... 53

8. Sidik Ragam Data Tinggi Tanaman 4 MST ... 53

9. Data Jumlah Daun 3 MST ... 54

10. Sidik Ragam Data Jumlah Daun 3 MST ... 54

11. Data Jumlah Daun 4 MST ... 55

12. Sidik Ragam Data Jumlah Daun 4 MST ... 55

13. Data Jumlah Cabang ... 56

14. Sidik Ragam Data Jumlah Cabang ... 56

15. Data Diameter Batang 3 MST (mm)... 57

16. Sidik Ragam Data Diameter Batang 3 MST ... 58

17. Data Diameter Batang 4 MSPT (mm) ... 59

18. Sidik Ragam Data Diameter Batang 4 MSPT ... 59

19. Data Jumlah Buku 3 MST ... 60

20. Sidik Ragam Data Jumlah Buku 3 MST ... 60

(13)

22. Sidik Ragam Data Jumlah Buku 4 MST ... 61

23. Data Jumlah Cabang Produktif ... 62

24. Sidik Ragam Data Jumlah Cabang Produktif ... 62

25. Data Jumlah Polong Berisi ... 63

26. Sidik Ragam Data Jumlah Polong Berisi ... 64

27. Data Jumlah Biji Per Tanaman ... 65

28. Sidik Ragam Data Jumlah Biji Per Tanaman ... 66

29. Data Bobot 100 Biji ... 67

30. Sidik Ragam Data Bobot 100 Biji ... 68

31. Data Bobot Biji Per Tanaman ... 69

32. Sidik Ragam Data Bobot Biji Per Tanaman ... 70

33. Data Produksi Per Plot ... 71

34. Sidik Ragam Data Produksi Per Plot ... 72

35. Analisis Komposisi Kimia Abu Vulkanik Sinabung ... 73

36. Gambar Produksi Biji Kedelai Menurut Perlakuan Penelitian ... 74

37. Gambar Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Kedelai umur 6 MST ... 75

(14)

ABSTRACT

DANIEL MARKO NANULAITTA: Growth response and yield of soybean plant by giving Sinabung volcanic ash and chicken manure supervised by JONATAN GINTING and JONIS GINTING.

The research was aim to known the effect by giving Sinabung volcanic ash and chicken manure. The research was aim at subdistrict Tanjung Sari Medan (±25 meters from sea) form October 2014 until January 2015. It was used Randomized Block Design with two factorials Sinabung volcanic ash (0, 500, 1000, 1500, 2000 g / plot) and chicken manure (0, 500, 1000 g / plot) with three replicate. The result showed with giving Sinabung volcanic ash was significant effect to steam diameters three week after planted, the numbers of pods seeds, the number of seed per plant, the seed weight per plant, yield of plant, the seed weight in one hundred. The chicken was significant effect to steam diameters three week after planted, the numbers of pods seeds, the number of seed per plant, the seed weight per plant, yield of plant, the seed weight in one hundred. The interaction with Sinabung volcanic ash and chicken manure was significant effect to steam diameters three week after planted, the numbers of pods seeds, the number of seed per plant, the seed weight per plant, yield of plant, the seed weight in one hundred.

(15)

ABSTRAK

DANIEL MARKO NANULAITTA: Respons Pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai terhadap pemberian abu vulkanik sinabung dan pupuk kandang ayam Dibimbing oleh JONATAN GINTING dan JONIS GINTING.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian Abu Vulkanik Sinabung dan Pupuk Kandang Ayam.Penelitian ini dilakukan kecamatan Tanjung Sari.Medan (± 25 m dpl) pada bulan Oktober 2014 – Januari 2015. Dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok faktorial dengan 2 faktor yaitu Abu Vulkanik Sinabung (0, 500, 1500, 2000 g/plot) dan Pupuk Kandang Ayam (0, 500, 1000 g/plot) dengan tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian Abu Vulkanik Sinabung berpengaruh nyata terhadap Diameter batang 3 MST, jumlah polong berisi, jumlah biji per tanaman, berat biji pertanaman, produksi tanaman, bobot 100 biji. Pupuk Kandang berpengaruh nyata terhadap Diameter batang 3 MST, jumlah polong berisi, jumlah biji per tanaman, berat biji pertanaman, produksi tanaman, bobot 100 biji. Interaksi Abu vulkanik Sinabung berpengaruh nyata terhadap Diameter batang 3 MST, jumlah polong berisi, jumlah biji per tanaman, berat biji pertanaman, produksi tanaman, bobot 100 biji.

(16)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Indonesia adalah negara dengan daerah yang dikelilingi oleh pegunungan berapi paling aktif di dunia, yang tersebar di berbagai pulau salah satunya Gunung Sinabung . Gunung Sinabung merupakan gunung berapi yang terletak di Sumatera Utara dengan ketinggian mencapai 2.640 meter diatas permukaan laut. Letaknya cukup dekat dengan kota Berastagi dan Kabanjahe.

Tahun 2013 Gunung Sinabung mengeluarkan awan panas dan abu vulkanik yang menjangkau kawasan Sibolangit dan Berastagi.Guguran larva pijar dan semburan awan panas masih terus dihasilkan sampai 3 Januari 2014. Letusan abu vulkanik Gunung Sinabung mencapai kota Medan yang jarak nya 80 km dari pusat letusan.

Berbagai aktivitas Gunung Sinabung tentu saja memberikan dampak positif maupun dampak negatif pada penduduk sekitar Gunung Sinabung.Dampak negatif ada yang secara langsung dapat dirasakan oleh penduduk sekitar Gunung Sinabung.Debu vulkanik atau pasir vulkanik adalah bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan ke udara saat terjadi suatu letusan. Debu maupun pasir vulkanik terdiri dari batuan berukuran besar sampai berukuran halus, yang berukuran besar biasanya jatuh di sekitar kawah sampai 5 - 7 km dari kawah, sedangkan yang berukuran halus dapat jatuh pada jarak mencapai puluhan kilometer bahkan ribuan ribuan kilometer dari kawah disebabkan oleh adanya hembusan angin.

Selain dampak negatif yang terjadi ada juga dampak positifnya, tetapi untuk jangka panjang sangat menguntungkan petani karena dapat menyuburkan tanah.

(17)

Abu vulkanik merupakan bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan ke udara pada saat terjadi letusan. Secara umum komposisi abu vulkanik terdiri atas silika dan kuarsa

Mineral tersebut berpotensi sebagai penambah cadangan mineral tanah, memperkaya susunan kimia dan memperbaiki sifat fisik tanah sehingga dapat digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki tanah-tanah miskin hara atau tanah yang sudah mengalami pelapukan lanjut ( Rostamanet al., 2012)

Abu vulkanik mengandung mineral yang dibutuhkan oleh tanah dan tanaman dengan komposisi total unsur tertinggi yaitu Ca, Na, K dan Mg, unsur makro lain berupa P dan S, sedangkan unsur mikro terdiri dari Fe, Mn, Zn, Cu (Anda dan Wahdini, 2010).

Lapisan debu vulkanik yang berpotensi mengandung hara penyubur tanah untuk pertanian sebenarnya baru bisa dimanfaatkan sekitar 10 tahun setelah peristiwa penyebaran abu vulkanik itu. Penyuburan tanah bisa dipercepat jika dicampur dengan bahan organik diantaranya dengan menggunakan pupuk kotoran kandang ayam yang memiliki unsur hara pupuk kandang ayam : N =1,7%, P2O5 =1,9%, K2O =1,5 %.

(18)

mikrobia pula akan terlepas berbagai zat pengatur tumbuh (auxin), dan vitamin yang akan berdampak positip bagi pertumbuhan tanaman (Atmojo, 2003).

Unsur hara tersebut sangat diperlukan oleh setiap tanaman, terutama kedelai. Pengelolaan unsur hara merupakan salah satu faktor penting untuk pertumbuhan tanaman kedelai serta produksi kedelai

Tanaman kedelai memberikan respon yang cukup baik pada penambahan Fosfor. Saat ini petani menggunakan pupuk SP 36 untuk tanaman kedelai dengan jumlah berkisar antara 50– 100 kg/ha. Fosfor (P) merupakan unsur hara makro yang esensial bagi pertumbuhan tanaman, karena merupakan komponen struktur yang tidak dapat disubstitusi. Kekurangan unsur P dapat menunjukkan gejala menurunnya sintesis protein, seperti; lambatnya pertumbuhan bibit dan daun berwarna keunguan

Persoalan utama dalam penyediaan unsur P bagi tanaman pada kebanyakan tanah adalah rendahnya ketersediaan unsur tersebut dalam bentuk fosfat dan tidak semua fosfat yang diberikan dapat segera tersedia. Disamping itu sifat kimia fosfat yang mudah terfiksasi oleh mineral silikat, ion aluminium (Al) dan besi (Fe) semakin mempersulit penyediaan fosfat

(19)

Dengan demikian material abu vulkanik gunung berapi sebagai hasil dari letusan gunung berapi merupakan suatu hal yang menarik untuk diteliti lebih lanjut, khusunya tentang kelayakan penggunaan abu vulkanik tersebut

Dengan pemberian pupuk kandang ayam dan pemanfaatan abu vulkanik sinabung dapat meningkatkan produktifitas tanaman kedelai di lahan, karena kurangnya informasi mengenai ini maka penulis melakukan penelitian ini.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui respons pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai (Glycine max.L. Merill) terhadap pemberian abu vulkanik Sinabung dan pupuk kandang ayam serta kedua interaksinya.

Hipotesis Penelitian

Ada perbedaan respons pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai (Glycine max.L. Merill.) terhadap pemberian abu vulkanik Sinabung dan pupuk kandang ayam serta kedua interaksinya.

Kegunaan Penelitian

(20)

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman

Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman kedelai diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae, Divisio : Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo : Polypetales, Famili : Leguminosae, Genus : Glycine Spesies : Glycine max L. Merill (Siregar, 2009).

Susunan akar kedelai pada umum nya sangat baik.Pertumbuhan akar tunggang lurus masuk ke dalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang. Pada akar – akar cabang terdapat bintil-bintil akar berisi Rhizobium japonicum, yang mempunyai kemampuan mengikat zat lemas bebas (N2) dari udara yang kemudian dipergunakan untuk menyuburkan tanah (Siregar, 2009).

Tanaman kedelai merupakan tanaman semusim berupa semak rendah, tumbuh tegak berdaun lebat, berbentuk bulat telur hingga lancip, tinggi tanaman berkisar 10 - 200 cm, dapat bercabang sedikit atau banyak tergantung kultivar dan lingkungan hidup. Tinggi batang antara 30 - 100 cm dan setiap batang dapat membentuk 3 - 6 cabang (Kumalasari, 2005).

Umumnya, daun mempunyai bulu dengan warna cerah dan jumlahnya bervariasi. Panjang bulu bisa mencapai 1 mm dan lebar 0,0025 mm. Kepadatan bulu bervariasi, tergantung varietas, tetapi biasanya antara 3 - 20 buah/mm2. Jumlah bulu pada varietas berbulu lebat, dapat mencapai 3 - 4 kali lipat dari varietas yang berbulu normal.Contoh varietas yang berbulu lebat yaitu IAC 100, sedangkan varietas yang berbulu jarang yaitu Wilis, Dieng, Anjasmoro, dan Mahameru (Wawan, 2006).

(21)

Polong kedelai pertama kali terbentuk sekitar 7 - 10 hari setelah munculnya bunga pertama.Panjang polong muda sekitar 1 cm. Jumlah polong yang terbentuk pada setiap ketiak tangkai daun sangat beragam, antara 1 - 10 buah dalam setiap kelompok.Pada setiap tanaman, jumlah polong dapat mencapai lebih dari 50, bahkan ratusan. Kecepatan pembentukan polong dan pembesaran biji akan semakin cepat setelah proses pembentukan bunga berhenti. Ukuran dan bentuk polong menjadi maksimal pada saat awal periode pemasakan biji. Hal ini kemudian diikuti oleh perubahan warna polong, dari hijau menjadi kuning kecoklatan pada saat masak (Wawan, 2006)

Syarat Tumbuh Iklim

Tanaman kedelai sebagian besar tumbuh di daerah beriklim tropis dan subtropik.Iklim kering lebih di sukai tanaman kedelai dibandingkan iklim lembab. Tanaman kedelai dapat tumbuh di daerah yang memiliki curah hujan sekitar 100 - 400 mm/bulan. Saat panen kedelai yang jatuh pada musim kemarau akan lebih baik dari pada musim hujan, karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan biji dan pengeringan hasil (Siregar, 2009).

Suhu lingkungan juga berpengaruh terhadap perkembangan tanaman kedelai. Bila suhu lingkungan sekitar 40°C pada masa tanaman berbunga, bunga tersebut akan rontok sehingga jumlah polong dan biji kedelai yang terbentuk juga menjadi berkurang. Suhu yang terlalu rendah (10°C), seperti pada daerah subtropik, dapat menghambat proses pembungaan dan pembentukan polong kedelai. Suhu lingkungan optimal untuk pembungaan bunga yaitu 24 -25°C (Irawan, 2006).

(22)

perkecambahan benih dan pemunculan biji. Pada suhu yang lebih tinggi dari 300C, fotorespirasi cenderung mengurangi hasil fotosintesis (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Varietas kedelai berbiji kecil, sangat cocok ditanam di lahan dengan ketinggian 0,5-300 m dpl. Sedangkan varietas kedelai berbiji besar cocok ditanam di lahan dengan ketinggian 200-500 dpl. Kedelai biasanya akan tumbuh baik pada ketinggian tidak lebih dari 500 m dpl sehingga tanaman kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis dan subtropis. Iklim kering lebih disukai tanaman kedelai dibandingkan lembab (Bappenas, 2007).

Tanah

Kedelai tidak menuntut struktur tanah yang khusus sebagai suatu persyaratan tumbuh. Bahkan pada kondisi lahan yang kurang subur dan agak asam pun kedelai dapat tumbuh dengan baik, asal tidak tergenang air yang akan menyebabkan busuknya akar. Kedelai dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah, asal drainase dan aerasi tanah cukup baik (Siregar, 2009).

(23)

Selain suhu lingkungan, suhu tanah yang optimal dalam proses perkecambahan yaitu 30°C. Bila tumbuh pada suhu tanah yang rendah (<15°C), proses perkecambahan menjadi sangat lambat, bisa mencapai 2 minggu. Hal ini dikarenakan perkecambahan biji tertekan pada kondisi kelembaban tanah tinggi.Sementara pada suhu tinggi (>30°C), banyak biji yang mati akibat respirasi air dari dalam biji yang terlalu cepat (Irawan, 2006).

Pada pH kurang dari 5,5 pertumbuhannya sangat terlambat karena keracunan alumunium. Pertumbuhan bakteri bintil dan proses nitrifikasi (proses oksidasi amoniak menjadi nitrit atau proses pembusukan) akan berjalan kurang baik (Bappenas, 2007).

Tanaman ini pada umumnya dapat beradaptasi terhadap berbagai jenis tanah dan menyukai tanah yang bertekstur ringan hingga sedang, dan berdrainase baik.Tanaman ini peka terhadap kondisi salin (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Pupuk Kandang Ayam

Pupuk kandang adalah kotoran padat dan cair dari hewan atau ternak yang di kandangkan, yang dapat dicampur dengan sisa makanan dan alas kandangnya. Penguraian pupuk kandang menjadi humus merupakan yang penting dalam memperbaiki sifat kimia tanah (Sihombing, 2010).

(24)

dari ayam atau unggas memiliki kandungan hara yang lebih besar dari pada jenis ternak lainnya. Penyebabnya adalah kotoran pada unggas tercampur dengan kotoran cairnya. Umumnya kandungan unsur hara pada urine selalau lebih tinggi dari pada kotoran padat (Sihombing, 2010).

Kandungan beberapa jenis unsur hara pupuk kandang ayam : N =1,7%, P2O5 =1,9%, K2O =1,5 %. Pupuk kandang kotoran ayam yang kering mengandung kadar air kurang dari 15 %. Hal ini akan mengurangi kehilangan amonia dan akan menghasilkan pupuk kandang dengan mutu yang baik dan tidak terlalu bau, sehingga mudah ditangani dalam pendistribusiannya, harga pupuk kandang ayam ini lebih mahal dan kandungan haranya lebih tinggi yakni 24 kg N/ton, 20 kg P2O5/ton dan 15 kg K2O. Ciri-ciri pupuk kandang yang baik dapat dilihat secara fisik atau kimia. Ciri fisiknya adalah berwarna kecoklatan kehitaman, cukup kering , tidak menggumpal dan tidak berbau menyengat. Ciri-ciri kimiawinya adalah C/N sangat kecil (bahan pembentukannya sudah dan tidak terlihat ) temperatur nya relatif stabil(Sihombing, 2010).

Menurut Sarief (1985) bahwa kotoran ayam selain dapat menyumbangkan hara makro yang tinggi (terutama N dan K) juga dapat menyumbangkan hara mikro seperti Fe, Zn, dan Mo serta kotoran ayam mengandung kadar air dan nisbah C/N yang rendah, sehingga akan mempercepat proses mineralisasi dan memperkecil tekanan nitrat di dalam tanah. Dengan

demikian ketersediaan unsur hara yang diperoleh dari kotoran ayam lebih cepat (Suryani, 2010).

(25)

Abu Vulkanik

Abu vulkanik pada awalnya menutupi daerah pertanian dan merusak tanaman yang ada. Namun dalam jangka waktu setahun atau dua tahun saja, ini menjadi jauh lebih subur.Kesuburan ini dapat bertahan lama bahkan bisa puluhan tahun. Selain itu tanah hancuran bahan vulkanik sangat banyak mengandung unsur hara yang menyuburkan tanah (Suryani, 2009).

Tanah vulkanik/tanah gunung berapi adalah tanah yang terbentuk dari lapukan materi dari letusan gunung berapi yang subur mengandung unsur hara yang tinggi.Jenis tanah vulkanik dapat dijumpai di sekitar lereng gunung berapi. Tanah yang berkembang dari abu vulkanik umumnya dicirikan oleh kandungan mineral liat allophan yang tinggi. Allophan adalah Aluminosilikat amorf yang dengan bahan organik dapat membentuk ikatan kompleks.Di daerah yang kering, tanah dari abu vulkanik tersebut memiliki warna tanah yang tidak sehitam dari daerah lain (Sudaryo dan Sutjipto, 2009).

Abu vulkanik merupakan mineral yang memiliki potensi sebagai penambah sekaligus berfungsi memperkaya tanah dan memperbaiki sifat fisik.Tiap tanah memiliki tingkat kesuburan yang berbeda (Rostaman et al., 2012).

Secara umum komposisi abu vulkanik terdiri atas silika dan Kuarsa. Abu vulkanik mengandung mineral yang dibutuhkan oleh tanah dan tanaman dengan komposisi total unsur tertinggi yaitu Ca, Na, K dan Mg, unsur makro lain berupa P dan S, sedangkan unsur mikro terdiri dari Fe, Mn, Zn, Cu (Anda dan Wahdini, 2010).

(26)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa abu vulkanik mengandung unsur mayor (aluminium, silika, kalium dan besi), unsur minor (iodium, magnesium, mangan, natrium, pospor, sulfur dan titanium), dan tingkat trace (aurum, asbes, barium, kobalt, krom, tembaga, nikel, plumbum, sulfur, stibium, stannum, stronsium, vanadium, zirconium, dan seng). Sedangkan lima komposisi kimia tertinggi dari tanah abu vulkanik gunung berapi secara urutan adalah silikon dioksida 55%, aluminium oksida 18%, besi oksida 18%, kalsium oksida 8%, dan magnesium oksida 2,5% (Suryani, 2009).

Debu vulkanik yang terdeposisi di atas permukaan tanah mengalami pelapukan kimiawi dengan bantuan air dan asam-asam organik yang terdapat didalam tanah.Akan tetapi, proses pelapukan ini memakan waktu yang sangat lama yang dapat mencapai ribuan bahkan jutaan tahun bila terjadi secara alami di alam. Hasil pelapukan lanjut dari debu vulkanik mengakibatkan terjadinya penambahan kadar kation-kation (Ca, Mg, K dan Na) di dalam tanah hampir 50% dari keadaan sebelumnya (Fiantis, 2006).

Lapisan debu vulkanik yang berpotensi mengandung hara penyubur tanah untuk pertanian sebenarnya baru bisa dimanfaatkan sekitar 10 tahun setelah peristiwa penyebaran abu vulkanik itu. Penyuburan tanah bisa dipercepat jika dicampur dengan kompos, urea, dan lain-lain (Barasa, 2013).

(27)
(28)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakandi Desa Tanjung Sari Psr 1 Kecamatan Selayang, Medan Sumatera Utara dengan ketinggian + 25 meter di atas permukaan laut. Penelitian dimulai pada bulan Oktober 2014 sampaiJanuari 2015

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kacang kedelai varietas Grobogan, pupuk kandang ayam, abu vulkanik Sinabung , air, pestisida, kertas label.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, gembor, meterán, timbangan analitik 250 g dan timbangan 10 kg, pacak sampel, alat tulis, buku data, gunting, kamera

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor perlakuan yaitu :

Faktor I : Pemberian Abu Vulkanik Sinabung 5 taraf, yaitu : S0 = 0 gram/plot

(29)

Faktor II : Pupuk Kandang Ayam (A) yang terdiri atas 3 taraf, yaitu : A0 = 0 gram/plot

A1 = 500 gram/plot A2 = 1000 gram/plot

Diperoleh kombinasi perlakuan sebanyak 15 kombinasi, yaitu :

S0A0 S1A0 S2A0 S3A0 S4A0

S0A1 S1A1 S2A1 S3A1 S4A1

S0A2 S1A2 S2A2 S3A2 S4A2

Jumlah ulangan (Blok) : 3 ulangan Jumlah plot : 45 plot

Ukuran plot : 150 cm x 150 cm Jarak antar plot : 30 cm

Jarak antar blok : 50 cm Jumlah tanaman/plot : 28 tanaman Jumlah tanaman seluruhnya : 1260 tanaman jumlah sampel/plot : 4tanaman jumlah sampel seluruhnya : 144 tanaman

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan model linear aditif sebagai berikut :

Yijk = µ + ρi + αj + βk + (αβ)jk+ εijk

(30)

Dimana:

Yijk : Hasil pengamatan pada blok ke-i akibat perlakuan abu vulkanik Sinabung (A) taraf ke-j dan pupuk kandang ayam (S) pada taraf ke-k

µ : Nilai tengah

ρi : Efek dari blok ke-i

αj : Efek perlakuan abu vulkanik Sinabung pada taraf ke-j

βk : Efek pemberian pupuk kandang ayam pada taraf ke-k

(αβ)jk : Interaksi antara abu vulkanik Sinabung taraf ke-j dan pemberian pupuk kandang ayam taraf ke-k

εijk : Galat dari blok ke-i, abu vulkanik Sinabung ke-j dan pemberian pupuk kandang ayam ke- k

(31)

Pelaksanaan Penelitian Penyiapan Areal Tanaman

Areal dibersihkan dari gulma dan sisa tanaman yang ada, tanah di cangkol dengan kedalaman 30 cm. Kemudian diratakan tanah tersebut lalu dibuat plot-plot dengan ukuran 150 cm x 150 cm dengan jarak antar plot 30 cm dan jarak antar ulangan 50 cm dengan kedalaman drainase 50 cm. Sketsa Gambar terlampir pada Lampiran 1-2.

Penanaman

Penanaman benih dilakukan pada saat satu minggu setelah penyiapan lahan.Benih ditanam secara tugal dengan dua benih per lubang tanam dengan kedalaman 3 cm. Benih yang digunakan adalah varietas Grobogan.Jarak tanam yang digunakan 40 cm x 20 cm dengan 28 tanaman per plot.Pola Gambar terlampir pada Lampiran 2.

Pemupukan

Pemupukan tanaman dilakukan pada berumur dua minggu sesuai dengan dosis perlakuan.Pemupukan menggunakan pupuk kandang ayam yang dicampur dengan abu vulkanik Sinabung dengan pemberian secara larikan berjarak 20 cm dari tanaman.Selama percobaan pemupukan hanya diberi saku kali dalam penelitian.

Pemeliharaan

Pemeliharan meliputi penyiraman, penjarangan, penyulaman, penyiangan, pengendalian hama dan peyakit.

Penyiraman

(32)

Penjarangan

Penjarangan pada saat tanaman berumur satu minggu dengan menyisakan satu tanaman yang baik. Pemotongan tanaman menggunakan gunting dengan memotong pangkal batang tanaman kedelai.

Penyulaman

Penyulaman berumur satu minggu setelah penyiapan lahan dengan bibit yang telah disiapkan dengan umur yang sama setelah penanaman benih di lahan penelitian Penyiangan

Penyiangan dengan cara manual yakni mencabut gulma yang ada di sekitar tanaman dan menggunakan cangkul kecil dan membabat rumput di sekitar lahan penelitian.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dua minggu sekali dengan menggunakan insektisida dengan dosis 0,5 ml/liter untuk mencegah terjadi serangan hama dan penyakit. Penyemprotan menggunakan alat semprot berupa knapsek

Pemanenan

Penanenan pada saat tanaman sudah menunjukan matang fisiologis yaitu polong bewarna kuning kecoklatan dan berumur sekitar 70-72 hari setelah tanam. Pemanenen dilakukan dengan cara memetik polong dan menggunting tanaman.

Pengamatan Parameter Tinggi Tanaman (cm)

(33)

Jumlah Daun

Pengukuran jumlah daun dilakukan setiap minggu sejak tanaman berumur 3 minggu sampai masa vegetatif selesai.Pengukuran dengan menghitung jumlah daun yang sempurna. Jumlah Cabang Primer

Pengukuran cabang primer dilakukan dengan menghitung cabang yang keluar dari batang utama yang diambil pada saat panen dari setiap tanaman sampel.

Diameter Batang (mm)

Pengukuran diameter batang dilakukan dengan menggunakan jangka sorong digital.Pengukuran diameter batang diberi tanda 2 cm dari pangkal batang agar mempermudah dalam pengambilan data selanjutnya.Pengambilan diameter ini pada saat tanaman berumur 3 minggu sampai masa vegetatif selesai.

Jumlah Buku

Jumlah buku dihitung pada bagian batang saat tanaman berumur 3 minggu sampai masa vegetatif selesai. pengambilan data interval satu minggu pada setiap tanaman sampel. Jumlah Cabang Produktif

Jumlah cabang produktif diambil ketika pada saat masa panen dengan menghitung banyaknya cabang yang berproduksi per sampel.

Jumlah Polong Berisi (buah)

Jumlah polong berisi dihitung dengan banyaknya biji yang terdapat pada satu polong dari empat tanaman sampel.Biji yang dihitung berupa biji sempurna.Caranya polong dibuka dan biji didalam nya dihitung pada setiap empat sampel.

Jumlah Biji / Tanaman

Jumlah biji per tanaman dihitung dengan mengambil empat tanaman sample.Biji dihitung semuanya setelah pemanenan.

(34)

Pengamatan dilakukan setelah tanaman di panen, bobot 100 biji kering di timbang dari setiap perlakuan per sampel dengan kadar air rata-rata 12 %. Pengukuran kadar air dilakukan pada Laboratorium Teknologi Benih Pertanian Univetsitas Sumatera Utara.

Bobot Biji / Tanaman Sampel

Pengamatan dilakukan setelah pemanenan dengan menimbang bobot biji per tanaman sample dengan menggunakan timbangan yang sebelumnya benih dikering anginkan dengan kadar air rata-rata 13%.

Produksi Biji per Plot (g)

(35)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Tinggi Tanaman

Data hasil pengamatan tinggi tanaman beserta hasil analisis sidik ragamnya dapat dilihat padaLampiran 6,8. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam diketahui bahwa perlakuan pemberian abu vulkanik dan pupuk kandang ayam tidak berpengaruh nyata terhadap rataan tinggi tanaman dapat dilihat pada Tabel1.

Tabel 1. Pemberian Abu VulkanikSinabung dan Pupuk Kandang Ayam pada Parameter Tinggi Tanaman (cm).

Minggu

- ke Perlakuan A0 A1 A2 Rataan

3 MST

S0 46.50 51.63 48.00 48.71

S1 57.03 45.63 55.38 52.68

S2 53.38 47.50 51.13 50.67

S3 50.80 53.13 44.13 49.35

S4 44.13 42.25 45.00 43.79

Rataan 50.37 48.03 48.73 49.04

4 MST

S0 58.40 68.40 59.50 62.10

S1 70.80 52.90 68.80 64.17

S2 68.30 60.10 66.10 64.83

S3 65.70 68.90 52.30 62.30

S4 50.70 50.80 55.90 52.47

Rataan 62.78 60.22 60.52 61.17

[image:35.595.75.470.280.492.2]
(36)

Jumlah Daun

Data hasil pengamatan jumlah daun beserta hasil analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 10, 12. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam diketahui bahwa perlakuan pemberian abu vulkanik dan pupuk kandang ayam tidak berpengaruh nyata terhadap rataan jumlah daun dapat dilihat pada Tabel 2.

[image:36.595.73.470.294.497.2]

Rataan jumlah daun terhadap pemberian abu vulkanik Sinabung dapat di lihat pada Tabel 2

Tabel 2. Pemberian Abu Vulkanik Sinabung dan Pupuk Kandang Ayam pada Parameter Jumlah Daun.

Minggu

- ke Perlakuan A0 A1 A2 Rataan

3 MST

S0 7.50 8.50 8.25 8.08

S1 9.00 8.25 9.25 8.83

S2 8.50 7.75 8.25 8.17

S3 7.50 9.00 8.25 8.25

S4 6.25 6.75 8.25 7.08

Rataan 7.75 8.05 8.45 8.08

4 MST

S0 16.00 15.25 15.75 15.67

S1 18.50 16.75 16.25 17.17

S2 16.75 16.00 16.50 16.42

S3 16.25 17.75 14.75 16.25

S4 13.00 13.50 14.50 13.67

Rataan 16.10 15.85 15.55 15.83

Tabel 2 menunjukan bahwa pemberian abu vulkanik Sinabung 3 MST jumlah daun terbanyak mutlak pada perlakuanm S1 yaitu 8,83 dan terendah mutlak pada perlakuan S4 yaitu 7,08 Sedangkan jumlah daun terbanyak terhadap pemberian pupuk kandang ayam mutlak pada perlakuan A2 yaitu 8,45 dan terendah mutlak pada perlakuan A0 yaitu 7,75. Pada 4 MST pemberian abu vulkanik Sinabung tertinggi mutlak terdapat pada S1 yaitu 17,17 dan terendah mutlak pada S4 yaitu 13,67 sedangkan pemberian pupuk kandang ayam tertinggi mutlak pada perlakuan A0 yaitu 16,1 dan terendah mutlak pada perlakuan A2 yaitu 15,55 Jumlah Cabang

(37)

pemberian abu vulkanik dan pupuk kandang ayam tidak berpengaruh nyata terhadap rataan jumlah cabang dapat dilihat pada Tabel3

Rataan jumlah cabang terhadap pemberian Abu Vulkanik Sinabung dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel 3.Pemberian Abu Vulkanik Sinabung dan Pupuk Kandang Ayam pada Parameter Jumlah Cabang

Perlakuan A0 A1 A2 Rataan

S0 5.75 7.25 5.75 6.25

S1 6.25 4.75 6.75 5.92

S2 6.25 3.50 7.00 5.58

S3 4.50 7.25 4.00 5.25

S4 5.75 4.25 6.25 5.42

Rataan 5.70 5.40 5.95 5.68

Tabel 3 menunjukan pemberian abu vulkanik Sinabung tertinggi mutlak pada perlakuan S0 yaitu 6,25 dan terendah pada perlakuan S3 yaitu 5,25 sedangkan pemberian pupuk kandang ayam tertinggi mutlak pada perlakuan A2 yaitu 5,95 dan terendah mutlak pada perlakuan A2 yaitu 5,4

Diameter Batang (mm)

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam diameter batang pada Lampiran 16, 18 menunjukan ada berpengaruh nyata terhadap interaksi pemberian abu vulkanik sinabung dan pupuk kandang ayam pada 3 MST, sedangkan pada 4 MST pengaruh nyata terhadap blok

(38)
[image:38.595.75.469.101.304.2]

Tabel 4.Pemberian Abu Vulkanik Sinabung dan Pupuk Kandang Ayam pada Parameter Diameter Batang.

Minggu

- ke Perlakuan A0 A1 A2 Rataan

3 MST

S0 7.15bc 6.39d 7.3bc 6.95

S1 8.16a 6.75cd 7.33bc 7.41

S2 7.63a 6.52d 7.4bc 7.18

S3 7.06bc 7.18bc 6.44d 6.89

S4 6.72cd 6.42bc 7.42bc 6.85

Rataan 7.34 6.65 7.17 7.06

4 MST

S0 15.85 19.79 18.71 18.12

S1 18.99 19.72 18.15 18.95

S2 18.51 18.86 18.50 18.62

S3 17.52 20.20 18.40 18.71

S4 14.26 14.17 18.23 15.55

Rataan 17.03 18.55 18.40 17.99

Keterangan: Angka-angka yang diikuti notasi pada baris yang sama menunjukan tidak berbeda nyata menurut

Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5% .

Tabel 4 menunjukan bahwa interaksi pemberian abu vulkanik Sinabung dan pupuk kandang ayam berpengaruh nyata pada 3 MST terbesar pada perlakuan kombinasi S1A0 yaitu 8,16 mm sedangkan terendah pada kombinasi perlakuan S0A1 yaitu 6,39 mm. Perlakuan S1A0 berpengaruh nyata terhadap S4A2, S2A2, S1A2, S0A2, S3A1,S0A0, S3A0, S1A1, S4A0, S2A1, S3A2,S4A1 dan S0A1 dan berpengaruh tidak nyata terhadap S2A0, sedangkan diameter terbesar pada 4 MST S3A1 yaitu 20,2 mm dan terkecil pada perlakuan S4A1 yaitu 14,17mm.

Gambar 1.Hubungan Abu Vulkanik Sinabung dengan Diameter Batang 3 MST Pada Berbagai Taraf Pemberian Pupuk Kandang Ayam.

ŷA0= -0.195x2+ 0.978x + 6.562; R² = 0.733

ŷA1= -0.157x4+ 1.825x3- 7.302x2+ 11.85x + 0.17 ; R² = 1

ŷA2= 0.168x4- 1.861x3+ 6.981x2- 10.40x + 12.42 ; R² = 1

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

0 500 1.000 1.500 2.000

D iam et er B at an g ( m m )

Abu Vulkanik Sinabung (g/plot)

A0

A1

(39)

Gambar 1 menunjukan bahwa pada perlakuan A0 terjadi kurva kuatrik positif dimana titik optimum pada perlakuan S1.Dan titik terendah pada perlakuan S4.pada perlakuan S1 (500 g) terjadi peningkatan kemudian terjadi penurunan pada S2 (1000 g) menuju S3 (1500 g) kemudian S4 (2000 g). Pada perlakuan A1 kurva kuatrik Positif dimana titik optimum S3 dan terendah pada S0.Pada perlakuan S1(500 g) terjadi peningkatan, tetapi menurun pada S2 (1000 g) kemudian meningkat pada S3(1500 g) dan menurun kembali pada S4 (2000 g).pada perlakuan A2 terjadi kurva kuatrik positif dimana titik optimum pada perlakuan S4 dan terendah pada perlakuan S3. pada S1 (500 g) terjadi penigkatan dari perlakuan S0 menuju S2 (1000 g) kemudian menurun pada S3 (1500 g) dan meningkat lagi pada S4 (2000 g).

Jumlah Buku

Data hasil pengamatan jumlah buku beserta hasil analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 20, 22. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam diketahui bahwa perlakuan pemberian abu vulkanik dan pupuk kandang ayam tidak berpengaruh nyata terhadap rataan jumlah buku terhadap pemberian abu vulkanik Sinabung dapat dilihat pada Tabel 5

[image:39.595.73.468.542.746.2]

Rataan jumlah buku terhadap pemberian abu vulkanik Sinabung dapat di lihat pada Tabel 5.

Tabel 5.Pemberian Abu Vulkanik Sinabung dan Pupuk Kandang Ayam pada Parameter Jumlah Buku.

Minggu

- ke Perlakuan A0 A1 A2 Rataan

3 MST

S0 3.00 2.50 2.75 2.75

S1 2.75 2.25 3.00 2.67

S2 3.25 3.00 3.00 3.08

S3 3.00 3.00 2.50 2.83

S4 3.00 3.00 3.00 3.00

Rataan 3.00 2.75 2.85 2.87

4 MST

S0 3.00 2.75 3.00 2.90

S1 3.50 2.50 3.00 3.00

S2 3.25 3.00 3.25 3.20

S3 3.50 3.00 3.50 3.30

S4 3.00 3.25 3.00 3.10

(40)

Tabel 5 menunjukan pemberian abu vulkanik Sinabung tertinggi mutlak pada 3 MST terdapat pada perlakuan S2 yaitu 3,08 dan terendah mutlak pada perlakuan S0yaitu 2,75 sedangkan pemberian pupuk kandang ayam tertinggi mutlak pada perlakuan A0 yaitu 3 dan terendah mutlak pada perlakuan S1 yaitu 2,75. Sedangkan pemberian abu vulkanik Sinabug pada 4 MST tertinggi mutlak pada perlakuan S3 yaitu 3,3 dan terendah mutlak pada perlakuan S0 yaitu 2,9 dan pemberian pupuk kandang ayam tertinggi mutlak pada perlakuan A0 yaitu 3,25 dan terendah mutlak pada perlakuan A1 yaitu 2,9.

Jumlah Cabang Produktif

Data hasil pengamatan jumlah cabang produktif beserta hasil analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 24. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam diketahui bahwa perlakuan pemberian abu vulkanik dan pupuk kandang ayam tidak berpengaruh nyata terhadap Rataan jumlah Cabang produksi dapat di lihat pada Tabel 6

Rataan jumlah cabang produktif terhadap pemberian abu vulkanik Sinabung dan pupuk kandang ayam dapat di lihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Pemberian Abu Vulkanik Sinabung dan Pupuk Kandang Ayam pada Parameter Jumlah Cabang Produktif

Perlakuan A0 A1 A2 Rataan

S0 5.00 5.25 4.50 4.92

S1 6.00 4.25 4.75 5.00

S2 5.00 3.25 6.25 4.83

S3 3.75 5.75 4.00 4.50

S4 4.00 4.00 3.75 3.92

Rataan 4.75 4.50 4.65 4.63

Tabel 6 menunjukan bahwa pemberian abu vulkanik Sinabung tertinggi mutlak terdapat pada perlakuan S1 yaitu 5,00 dan terendah mutlak pada perlakuan S4 yaitu 3,92 dan pupuk kandang ayam jumlah cabang produksi tertinggi mutlak pada perlakuan A0 yaitu 4,75 dan terendah mutlak pada perlakuan A2 yaitu 4,50

Jumlah Polong Berisi

(41)

perlakuan pemberian abu vulkanik Sinanbung dan pupuk kandang ayam berpengaruh nyata terhadap jumlah polong berisi tanaman dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Pemberian Abu Vulkanik Sinabung dan Pupuk Kandang Ayam pada Parameter Jumlah Polong Berisi.

Perlakuan A0 A1 A2 Rataan

S0 36.75fg 55.00cde 63.75bcd 51.83 S1 67.75ab 80.00a 68.50ab 72.08 S2 46.25ef 75.75ab 73.25ab 65.08 S3 51.25de 54.75cde 73.50ab 59.83 S4 31.50g 47.50ef 71.75ab 50.25 Rataan 46.70 62.60 70.15 59.82

Keterangan: Angka-angka yang diikuti notasi pada baris yang sama menunjukan tidak berbeda nyata

menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5% .

Table 7 menunjukan bahwa interaksi pemberian abu vulkanik Sinabung dan pupuk kandang ayam berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah rataan polong berisi tertinggi pada kombinasi perlakuan S1A1 (80.0) dan terendah pada kombinasi perlakuan S4A0 (31,50). Taraf kombinasi perlakuan S1A1 berbeda nyata dengan S0A2, S0A1, S3A1, S3A0, S4A1, S2A0, S0A0 dan S4A0 dan tidak berbeda nyata dengan S2A1, S3A2, S2A2, S4A2, S1A2, S1A0.

Gambar 2. Hubungan Abu Vulkanik Sinabung dengan Jumlah Polong Pada Berbagai Taraf Pemberian Pupuk Kandang Ayam

Gambar 2 menunjukan bahwa perlakuan A0 terjadi kurva kuatrik positif dimana titik optimum pada pada perlakuan S2 (1000 g) meningkat kembali pada S3 (1500 g) kemudian menurun kembali pada perlakuan S4 (2000 g). Pada perlakuan A1 terjadi kurva kuatrik Positif

ŷ A0 = 0.75x4- 2.416x3- 12.62x2+ 39.29x + 55 : R² = 1

ŷA1= -5.427x4+ 45.72x3- 125.4x2+ 116.1x + 36.75 ; R² = 1

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

0 500 1000 1500 2000

Jum la h P o lo ng

Abu Vulkanik Sinabung (g/plot)

A0

A1

[image:41.595.76.470.465.677.2]
(42)

dimana titik optimum pada perlakuan S1 (500 g) dan terendah pada perlakuan S4 (2000 g). Pada perlakuan S1 (500 g) terjadi peningkatan dari S0 (0g) kemudian menurun pada perlakuan S2 (1000 g) menuju S3 (1500 g) menuju S4 (2000 g). Pada perlakuan A2 terjadi kurva kuatrik positif dimana titik optimum pada perlakuan S3 dan terendah pada perlakuan S0. Terjadi peningkatan pada perlakuan S1 (500 g) menuju S2 (1000g) menuju S3 (1500 g) dan menurun pada S4(2000g).

Jumlah Biji Per Tanaman Sampel

Data hasil pengamatan jumlah biji per tanaman sampel beserta hasil analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 28. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam diketahui bahwa perlakuan pemberian abu vulkanik Sinabung dan pupuk kandang ayam berpengaruh nyata terhadap jumlah biji per tanaman sampel di lihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Pemberian Abu Vulkanik Sinabung dan Pupuk Kandang Ayam pada Parameter Jumlah Biji per Tanaman Sampel.

Perlakuan A0 A1 A2 Rataan

S0 68.00h 117.00def 150.00bcd 111.67 S1 156.00ab 155.50abc 145.75cde 152.42 S2 85.00gh 121.75def 140.25de 115.67 S3 108.25ef 104.25fg 168.25a 126.92 S4 57.00h 65.50h 115.25def 79.25 Rataan 94.85 112.80 143.90 117.18

Keterangan: Angka-angka yang diikuti notasi pada baris yang sama menunjukan tidak berbeda nyata

menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5% .

(43)

ŷA1= 5.25x4+ 46.25x3- 138.1x2+ 135.6x + 117 ; R² = 1 0 5 10 15 20 25 30 35

0 500 1000 1500 2000

Ju m lah B ij i P er T an am an

Abu Vulkanik Sinabung (g/plot)

A0

A1

A2

ŷA0= 17.58x4+ 147.7x3- 399.5x2+ 357.4x + 68 ; R² = 1

ŷA0= 17.58x4+ 147.7x3- 399.5x2+ 357.4x + 68 ; R² = 1

ŷ A2 = 6.645x3+ 35.30x2- 43.56x + 152.1 ; R² = 0.783

Gambar 3. Hubungan Abu Vulkanik Sinabung dengan Jumlah Biji Pada Berbagai Taraf Pemberian Pupuk Kandang Ayam

Gambar 3 menujukan perlakuan A0 terjadi kurva kuatrik positif dimana titik optimum terjadi pada perlakuan S1 (500 g) dan terendah pada perlakuan S4 (2000 g).pada perlakuan S1(500 g) terjadi peningkatan dari S0 (0 g) dan menurun pada perlakuan S2 (1000 g) kemudian meningkat pada S3 (1500 g) dan menurun lagi pada S4 (2000 g). Pada perlakuan A1 menunjukan kurva kuatrik positif dimana titik optimum pada perlakuan S1 (500 g) dan terendah pada perlakuan S4 (2000 g). terjadi peningkatan pada S1 (500 g) dari S0 (0 g) kemudian menurun S2(1000 g) menuju S3 (1500g) menuju S4 (2000 g). pada perlakuan A2 menunjukan kurva kubik positif dimana titik optimum pada perlakuan S3 (1500 g) dan terendah pada perlakuan S4 (2000 g). pada perlakuan S1 terjadi penuruan dari S0 (0 g) menuju S2 (1000 g) dan meningkat pada S3 (1500 g) dan kembali menutun Pada S4 (2000 g). Bobot 100 biji (g)

[image:43.595.84.472.63.290.2]
(44)

ŷA0= -0.970x4+ 6.808x3- 15.12x2+ 13.59x + 49.6 ; R² = 1

ŷA1= 2.729x4- 20.65x3+ 44.27x2- 23.84x + 51.5 ;R² = 1

ŷA2= 1.320x4- 11.97x3+ 36.47x2- 41.22x + 61.9 ;R² = 1

0 10 20 30 40 50 60 70

0 500 1000 1500 2000

B obot 100 B ij i ( g )

Abu Vulkanik Sinabung (g/plot)

A0

A1

A2

Tabel 9. Pemberian Abu Vulkanik Sinabung dan Pupuk Kandang Ayam pada Parameter Bobot 100 Biji.

Perlakuan A0 A1 A2 Rataan

S0 49.60fg 51.50de 61.90a 54.33 S1 53.90cde 54.00bcd 46.50h 51.47 S2 55.20bc 59.30ab 50.70ef 55.07 S3 59.40ab 41.70h 50.20fg 50.43 S4 49.10fg 41.00h 52.40cde 47.50 Rataan 53.44 49.50 52.34 51.76

Keterangan: Angka-angka yang diikuti notasi pada baris yang sama menunjukan tidak berbeda nyata

menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5% .

Tabel 9 menunjukan bahwa interaksi antara abu vulkanik Sinabung dan pupuk kandang ayam berpengaruh nyata.Kombinasi tertinggi pada kombinasi perlakuan S0A2 dan terendah pada kombinasi perlakuan S4A1. Kombinasi perlakuan S0A2 berpengaruh nyata terhadap kombinasi perlakuan S2A0, S1A1, S1A0, S4A2, S0A1, S2A2, S3A2, S0A0, S4A0, S1A2, S3A1, S4A1 dan tidak berbeda nyata terhadap kombinasi perlakuan S3A0 dan S2A1.

Gambar 4. Hubungan Abu Vulkanik Sinabung dengan Bobot 100 Biji Pada Berbagai Taraf Pemberian Pupuk Kandang Ayam

(45)

peningkatan pada perlakuan S1 (500 g) dari S0 (0g) menuju S2 (1000 g) menurun pada S3 (1500 g) dan meningkat lagi pada perlakuan S4 (2000 g). Pada perlakuan A2 tejadi kurva kuatrik negatif dimana titik optimum terdapat pada perlakuan S0 dan terendah pada perlakuan S1.Terjadi penurunan pada perlakuan S1 dari S0 dan meningkat lagi pada perlakuan S2 dan menurun pada S3 dan kembali meningkagt pada S4.

Bobot Biji Per Tanaman Sampel (g)

Data hasil pengamatan Bobot Biji per Tanaman sampel beserta hasil analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 32. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam diketahui bahwa perlakuan pemberian abu vulkanik Sinabung dan pupuk kandang Ayam berpengaruh nyata terhadap Bobot biji per tanaman sampel di lihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Pemberian Abu Vulkanik Sinabung dan Pupuk Kandang Ayam pada Parameter Bobot Biji Per Tanaman Sampel.

Perlakuan A0 A1 A2 Rataan

S0 10.55h 21.05def 29.98ab 20.53 S1 25.87bcd 29.04abc 20.85def 25.25 S2 13.87gh 23.98cde 23.74de 20.53 S3 20.27ef 18.06gh 31.13a 23.15 S4 10.02h 12.33h 22.73def 15.03 Rataan 16.12 20.89 25.69 20.90

Keterangan: Angka-angka yang diikuti notasi pada baris yang sama menunjukan tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5% .

(46)

ŷA0= -17.58x4+ 147.7x3- 399.5x2+ 357.4x + 68 ; R² = 1 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180

0 500 1000 1500 2000

B o b o t B ij i P er T an am an ( g )

Abu Vulkanik Sinabung (g/plot)

A0

A1

A2

ŷA1= 1.103x3- 8.641x2+ 14.73x + 21.20 ; R² = 0.988

ŷA2 = -2.317x3+ 14.33x2- 22.05x + 30.16 ; R2 = 0.972

Gambar 5. Hubungan Abu Vulkanik Sinabung dengan Bobot Biji Per Tanaman Sampel Pada Berbagai Taraf Pemberian Pupuk Kandang Ayam.

Gambar 5 menunjukan perlakuan A0 terjadi kurva kuatrik positif dimana titik optimum terdapat pada perlakuan S1 (500 g) dan terendah pada perlakuan S4 (2000 g).pada perlakuan S1 (500 g) terjadi peningkatan dari S0 (0g) kemudian menurun pada perlakuan S2 (1000 g) kembali meningkat pada S3(1500g) dan menurun kembali pada perlakuan S4 (2000g). Pada perlakuan A1 terjadi kurva kuatrik positif dimana titik optimum pada perlakuan S1 (500 g) dan terendah pada perlakuan S4(2000 g). Pada pelakuan S1(500 g) terjadi peningkatan dari S0 (0g) dan menurun pada perlakuan S2(1000 g) menuju S3 (1500 g) menuju S4 (2000 g). Pada perlakuan A2 terjadi kurva kuatri negatif di mana pada perlakuan S1 mengalami penurunan dari S0 dan meningkat pada perlakuan S2 menuju S3 dan kembali menurun pada perlakuan S4.

Produksi Tanaman per Plot

(47)

Tabel 11. Pemberian Abu Vulkanik Sinabung dan Pupuk Kandang Ayam pada Parameter Produksi per Plot.

Perlakuan A0 A1 A2 Rataan

S0 450.37a 231.64c-f 449.84a 377.28 S1 313.57b 252.69cde 405.86a 324.04 S2 222.21d-g 445.65a 206.23efg 291.36 S3 177.37g 405.01a 233.08c-f 271.82 S4 283.32bc 261.79bcd 197.6fg 247.57 Rataan 289.368 319.356 298.522 302.42

Keterangan: Angka-angka yang diikuti notasi pada baris yang sama menunjukan tidak berbeda nyata

menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5% .

Tabel 11 menunjukan menunjukan interaksi anatara pemberian abu vulkanik Sinabung dan pupuk kandang ayam berpengaruh nyata terhadap parameter produksi biji per dengan rataan tertinggi pada kombinasi perlakuan S0A0 yaitu 450.37 (g) dan terendah pada kombinasi perlakuan S4A2 (197,6 g). Taraf kombinasi perlakuan S0A0 berbeda nyata dengan S0A1, S1A0, S1A1, S2A0, S2A2, S3A0, S3A2, S4A0 ,S4A1, A4A2 tetapi tidak berbeda nyata dengan kombinasi S0A2, S1A2, S2A1, dan S3A1.

Gambar 6.Hubungan Abu Vulkanik Sinabung dengan Produksi Per Plot Pada Berbagai Taraf Pemberian Pupuk Kandang Ayam.

Gambar 6 menunjukan bahwa pada perlakuan A0 terjadi kurva kuatrik negatif.Produksi menurun dari S1 (500 g) menuju S2 (1000 g) menuju S3 (1500 g) dan kemudian S4 (2000g).pada perlakuan A1 terajdi kurva kuatrik positif. Bobot produksi meningkat dari S0 (0 g) menuju S1(500g ) menuju S2 (1000 g) dan menurun pada S3 (1500 g)

ŷA0= 4.299x4- 25.61x3+ 69.47x2- 184.9x + 450.3 ; R² = 1

ŷA1= 22.35x4- 201.7x3+ 534.6x2- 334.2x + 231.6 ; R² = 1

ŷA2= -27.95x4+ 231.4x3- 576.4x2+ 328.9x + 449.8 ; R² = 1

0 100 200 300 400 500 600

0 500 1000 1500 2000

P ro d uks i T ana m an p er p lo t (g)

Abu Vulkanik Sinabung (g/plot)

A0

A1

(48)
(49)

Pembahasan

Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kedelai Terhadap Permberian Abu Vulkanik Sinabung

Perlakuan abu vulkanik Sinabung berpengaruh nyata terhadap parameter diameter batang 3 MST, jumlah polong berisi, jumlah biji per tanaman, bobot biji per tanaman, Bobot 100 biji dan bobot produksi per plot.

Pada saat seminggu setelah pengaplikasian abu vulkanik Sinabung didapat pertumbuhan diameter batang 3 MST berpengaruh nyata dengan nilai tertinggi terdapat pada perlakuan S1 (7,41 mm) dan terendah pada perlakuan S4 (6,85 mm) Hal itu dikarenakan abu vulkanik mengandung mineral dan unsur hara yang di butuhkan oleh tanaman yaitu pada Lampiran 31. Hal ini sesuai denganAnda dan Wahdini, (2010) yang menyatakan bahwa abu vulkanik mengandung mineral yang dibutuhkan oleh tanah dan tanaman dengan komposisi total unsur tertinggi yaitu Ca, Na, K dan Mg, unsur makro lain berupa P dan S, sedangkan unsur mikro terdiri dari Fe, Mn, Zn, Cu.

(50)

tanaman adalah untuk merangsang pertumbuhan secara keseluruhan khususnya batang, cabang, dan daun, serta mendorong terbentuknya klorofil sehingga daunnya menjadi hijau, yang berguna bagi proses fotosintesis. Dalam Damanik et al., (2011) menyatakan bahwa bahwa senyawa fosfat sangat diperlukan dalam penyediaan energi yang diperlukan untuk proses metabolik, oleh karena itu kekurangan unsur fosfor dapat menyebabkan gangguan hebat terhadap pertumbuhan tanaman. Sedangkan unsur K memiliki peran meningkatkan pertumbuhan perakaran.

Pada parameter bobot 100 biji berpengaruh nyata dengan total nilai tertinggi pada perlakuan S2 yaitu (50,07 g) dan terendah pada perlakuan S4 yaitu (47,50 g). hal ini dikarenakan hasil dari Pembentukan polong sampai biji kedelai sangat memerlukan unsur hara makro yang cukup sehingga di butuhkan oleh tanaman. Kandungan abu vulkanik Sinabung Lampiran 31 menunjukan unsur hara yang dikandung cukup tinggi karena setiap tanaman memerlukan mineral dan unsur hara bagi setiap tanaman dan memperbaiki fisik tanah. Hal ini sesuai dengan Anda dan Wahdini, (2010) yang menyatakan abu vulkanik mengandung mineral yang dibutuhkan oleh tanah dan tanaman dengan komposisi total unsur tertinggi yaitu Ca, Na, K dan Mg, unsur makro lain berupa P dan S, sedangkan unsur mikro terdiri dari Fe, Mn, Zn, Cu. Serta menurut (Rostaman et al., 2012) menyatakan abu vulkanik merupakan mineral yang memiliki potensi sebagai penambah sekaligus berfungsi memperkaya tanah dan memperbaiki sifat fisik. Tiap tanah memiliki tingkat kesuburan yang berbeda.

(51)

dengan Barasa (2013) yang menyatkan bahwa debu vulkanik yang berpotensi mengandung hara penyubur tanah untuk pertanian sebenarnya baru bisa dimanfaatkan sekitar 10 tahun setelah peristiwa penyebaran abu vulkanik dan menurut Suryani (2009) menyatakan hasil penelitian menunjukkan bahwa abu vulkanik mengandung unsur mayor (aluminium, silika, kalium dan besi), unsur minor (iodium, magnesium, mangan, natrium, pospor, sulfur dan titanium), dan tingkat trace (aurum, asbes, barium, kobalt, krom, tembaga, nikel, plumbum, sulfur, stibium, stannum, stronsium, vanadium, zirconium, dan seng).

Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kededelai terhadap pemberian Pupuk Kandang Ayam.

Perlakuan Pupuk kandang ayam berpengaruh nyata terhadap parameter diameter batang 3 MST, jumlah polong berisi, jumlah biji per tanaman, bobot biji per tanaman, bobot 100 biji dan bobot produksi per plot.

Pada perlakuan diameter batang 3 MST pemberian pupuk kandang berpengaruh nyata. Rataan nilai tertinggi terdapat pada perlakuan A2 1000 g(7,42 mm) dan terendah pada perlakuan A1 500 g (6,65 mm) hal ini dikarenakan karena kandungan pada pupuk kandang ayam memiliki unsur hara yang di butuhkan setiap tanaman yaitu N, P, K dan unsur hara mikro lain nya. Hal ini sesuai dengan Sihombing (2010) yang menyatakan bahwa kandungan beberapa jenis unsur hara pupuk kandang ayam : N =1,7%, P2O5 =1,9%, K2O =1,5 %. Pupuk kandang kotoran ayam yang kering mengandung kadar air kurang dari 15%. Selain itu juga faktor eksternal mempengaruhi pertumbuhan tanaman berupa curah hujan dan suhu.

(52)

dan terendah pada perlakuan A0 (16,12 g). Hal ini di karenakan kandungan unsur hara yang terdapat dari pupuk kandang dapat mengingkatkan produktifitas yaitu kandungan N,P,K serta dapat merubah sifat fisika tanah serta biologi tanah. Hal ini sesuai dengan Sihombing (2010) yang menyatakan bahwa kandungan beberapa jenis unsur hara pupuk kandang ayam : N =1,7%, P2O5 =1,9%, K2O =1,5 %. Menurut saputra (2010) menyatakan bahwa beberapa keunggulan kompos yaitu kompos memberikan nutrisi / hara bagi tanaman karena kompos mengandung hara makro dan mikro, memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK), menambah kemampuan tanah untuk menahan air, meningkatkan aktivitas biologi tanah, mampu meningkatkan pH pada tanah masam dan tidak memberikan dampak negatif berupa pencemaran bagi lingkungan.

(53)

Respons perttumbuhan dan Produksi tanaman Kedelai terhadap Interaksi Abu Vulkanik Sinabung dan Pupuk kandang Ayam.

Interaksi pemberian abu vulkanik Sinabung dan pupuk kandang ayam tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, jumlah buku, jumlah cabang produktif.

Interaksi pemberian abu vulkanik Sinabung dan pupuk kandang ayam berpengaruh nyata terhadap parameter diameter batang 3 MST, jumlah polong berisi, jumlah biji per tanaman, bobot biji per tanaman, bobot 100 biji dan bobot produksi per plot.

Interaksi perlakuan Abu Vulkanik Sinabung dan pupuk kandang ayam berpengaruh nyata terhadap parameter diameter batang pada Lampiran Table 15 - 18 dengan nilai tertinggi pada kombinasi perlakuan S1A0 yaitu 2,72 mm dan terendah pada kombiansi perlakuan S2A0 yaitu 1,93 mm. Abu vulkanik Sinabung memiliki kandungan mineral yang banyak serta kandungan unsur hara yang tersedia ditanah seperti unsur hara makro dan mikro hal ini sesuai denganAnda dan Wahdini, (2010) yang menyatakan bahwa Abu vulkanik mengandung mineral yang dibutuhkan oleh tanah dan tanaman dengan komposisi total unsur tertinggi yaitu Ca, Na, K dan Mg, unsur makro lain berupa P dan S, sedangkan unsur mikro terdiri dari Fe, Mn, Zn, Cu. Selain penambah unsur hara mineral ini dapat juga memperbaiki sifat kimia yang terkandung dalam tanah sehingga dengan penambahan abu vulkanik saja dapat menyusun kimia dan sifat fisik tanah itu sendiri. Hal demikian menurut (Rostaman et al., 2012) bahwa mineral tersebut berpotensi sebagai penambah cadangan mineral tanah memperkaya susunan kimia dan memperbaiki sifat fisik tanah sehingga dapat digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki tanah-tanah miskin hara atau tanah yang sudah mengalami pelapukan lanjut.

(54)

(26,67) dan kombinasi perlakuan terendah pada S4A0 (10,50). Pada parameter jumlah biji per tanaman nilai tertinggi pada kombinasi perlakuan S4A1 yaitu (56, 08) dan terendah pada kombiansi perlakuan S2A0 (19,08). Pada parameter bobot biji per tanaman nilai tertinggi pada

kombinasi perlakuan S3A2 yaitu (10,37 g) dan terendah pada kombinasi perlakuan S4A0 (3,3 g). Hal ini dikarenakan kandungan dari abu vulkanik sinabung yang masih dalam bentuk

mineral blm dapat digunakan langsung ke tanaman butuh waktu yang cukup lama sehingga dapat digunakan. Salah satu alternatif yaitu dengan pencampuran bahan organik pupuk kandang ayam atau urea akan mempercepat penyuburan tanah. Dalam hal ini jelas terlihat bahwasannya pemberian bahan organik berupa pupuk kandang ayam mampu menyuburkan tanaman sehingga unsur hara yang didalam tanah terpenuhi seperti unsure hara makro dan mikro.Hal ini sesuai dengan (Barasa, 2013) yang menyatakan debu vulkanik yang berpotensi mengandung hara penyubur tanah untuk pertanian sebenarnya baru bisa dimanfaatkan sekitar 10 tahun setelah peristiwa penyebaran abu vulkanik itu.Penyuburan tanah bisa dipercepat jika dicampur dengan kompos, urea, dan lain-lain. Hal demikian dinyatakan juga oleh (Suryani, 2009) bahwasannya Abu vulkanik ini pada awalnya menutupi daerah pertanian dan merusak tanaman yang ada. Namun dalam jangka waktu setahun atau dua tahun saja, ini menjadi jauh lebih subur.Kesuburan ini dapat bertahan lama bahkan bisa puluhan tahun. Selain itu tanah hancuran bahan vulkanik sangat banyak mengandung unsur hara yang menyuburkan tanah. Anda dan Wahdini, (2010) juga menyatan bahwa Abu vulkanik mengandung mineral yang dibutuhkan oleh tanah dan tanaman dengan komposisi total unsur tertinggi yaitu Ca, Na, K dan Mg, unsur makro lain berupa P dan S, sedangkan unsur mikro terdiri dari Fe, Mn, Zn, Cu.

(55)

S3A0 yaitu 59,12 sementara pada parameter bobot 100 biji nilai tertinggi pada kombinasi perlakuan S0A2 (20,63 g) dan terendah pada kombinasi perlakuan S4A1 (13,66 g). Dalam hal ini pemberian abu vulkanik menunjukan ada nya penurunan produktifitas tanaman kedelai Lampiran Tabel 27-30 hal ini berkaitan dengan kandungan dari abu vulkanik itu Lampiran 31 bahwasan nya abu vulkanik mengandung logam bobot yang dapat menekan produktifitas tanaman kedelai. Faktor luar juga mempengaruhi dalam produktifitas seperti curah hujan ataupun serangan hama di lahan. Tetapi dengan demikian pada parameter produksi per plot perlakuan S0A0 tidak berbeda nyata dengan perlakuan S0A2, S2A1, S1A2 dan S3A1. Hal ini sesuai dengan (Atmojo, 2003) yang menyatakan bahwa peranan bahan organik sangat besar dalam meningkatkan kesuburan tanah, dan akan menentukan produktivitas tanah. Peranan bahan organik tidak hanya berperan dalam penyediaan hara tanaman saja, namun yang jauh lebih penting terhadap perbaikan sifat fisik, biologi dan sifat kimia tanah lainnya seperti terhadap pH tanah, kapasiatas pertukaran kation dan anion tanah, daya sangga tanah dan netralisasi unsur meracun seperti Fe, Al, Mn dan logam bobot lainnya termasuk netralisasi terhadap insektisida.

(56)

1. Pemberian abu vulkanik Sinabung berpengaruh meningkatkan parameter diameter batang 3 MST tertinngi pada S1 (500 g/ plot), jumlah polongberisi tertinggi pada S1 (500 g/plot), jumlah biji per tanaman tertinngi pada S3 (1500 g/plot), bobot biji pertanaman tertinggi pada S3 (1500 g/plot), produktifitas tanaman per plot tertinggi pada S3 (g/plot) dan bobot 100 biji S0 (0g/plot).

2. Pemberian pupuk kandang ayam berpengaruh meningkatkan terhadap diameter batang 3 MST tertinggi A0 (0 g/plot), jumlah polong berisi tertinngi A1 (500 g/plot), jumlah biji per tanaman tertinngi pada A2 (1000 g/plot), bobot biji pertanaman tertinggi pada A2 (1000 g/plot) , produktifitas tanaman per plot tertinngi pada A1 (500 g/plot) dan bobot 100 biji tertinggi pada A2 (1000 g/plot).

3. Interaksi antara abu vulkanik Sinabung dan pupuk kandang ayam berpengaruh meningkatkan diameter batang 3 MST tertinggi (S1A0), jumlah polong berisi tertinggi pada kombinasi pupuk kandang perlakuan (S1A1), jumlah biji per tanaman tertinggi pada perlakuan (S3A2), bobot biji pertanaman tertinggi pada perlakuan (S3A2), produktifitas tanaman per plot tertinggi pada perlakuan (S3A1) dan bobot 100 biji tertinggi pada perlakuan (S0A2)

Saran

Sebaiknya perlu diperhatian dosis abu vulkanik Sinabung dan pupuk kandang ayam dalam budidaya kedelai serta pengolahan lahan baik.

(57)

Anda, M. dan W. Wahdini. 2010. Sifat, Komposisi Mineral, dan Kandungan Berbagai Unsur pada Abu Erupsi Merapi. Bogor: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.

Ajidirman.2010. Studi Pengembangan tanah Abu Vulkanik Toppsequent Gunung Merapi dan Gunung Sikalang.Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Jambi.

Atmojo, S.W. 2003. Peranan bahan organik terhadap kesuburan tanah dan upaya pengelolaannya. Skripsi. Sebelas Maret University Press. Surakarta.

B3P, 1997.Budidaya Kedelai di Lahan Pasang Surut. Proyek Penelitian Pengenembangan Pertanian Rawa Terpadu-ISDP.

Barasa, R.F. 2011.Dampak Letusan Gunung Sinabung Terhadap Kadar Cu, Pb, dan B Tanah di Kabupaten Karo.Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan

Badan Pusat Statistik. 2012. Produksi Padi, Jagung dan Kedelai. Provinsi Kepulauan Riau. Kumalasari, I. D. 2005. Pembentukan Bintil Akar Kedelai (Glycine max L) Dengan

Perlakuan Jerami Padi Pada masa inkubasi Berbeda. Skripsi. Universitas Dipenegoro. Semarang

Rostaman, T., A. Kasno., dan L. Anggria.2012. Perbaikan Sifat Tanah dengan Dosis Abu Vulkanik Pada Tanah oxisols.Skripsi.Institut Pertanian Bogor. Bogor

Sihombing, R. 2010. Dampak Pemberian Kiserit dan Kotoran Ayam Terhadap produksi Sawi ( Brassica Juncea L.) Pada tanah Ultisol asal Simalingkar. Hal

Siregar, A. J. 2009. Tanggap Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max (L.) Merril) Pada Tingkat Pemberian Pupuk Organik Cair.Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Solihin, A. 2012.Efek Abu Vulkanik Erupsi Bromo Terhadap Pertumbuhan Tanaman Cabai Ditinjau dari Sifat Kelistrikan Tanaman.Skripsi.Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Jember.

Susilo, A. N. 2013. Analisis Tingkat Resiko Erupsi Gunung Merapi Terhadap Pemukikman Di kecamatan Kemalang Kabupaten Klaten.Skripsi. Fakultas Teknik. Universitas Dipenegoro. Semarang.

Suryani, A.S. 2009. Dampak Negatif Abu Vulkanik Terhadap Lingkungan Dan Kesehatan. Pusat pengkajian, pengolahan Data dan Informasi (P3DI).

(58)

Triono, A., Purwanto., dan Budiyono. 2103. Efesiensi Penggunaan Pupuk –N Untuk Mengurangi Kehilangan Nitrat Pada Lahan Pertanian. Universitas Diponegoro, Semarang.

Tim Reset USU. 2014. Debu Vulkanik Sinabung Dapat Menyuburkan Tanah. Universitas Sumatera Utara. Medan

(59)

50 cm

Lampiran 1. Bagan Plot Penelitian cm S0A0

S2A0

S3A1

S3A0

S1A0

S1A2

S1A1

S2A1

S0A1

S3A2

S4A0

S2A2

S2A1

S3A0

S1A0

S2A2

S0A0

S1A2

S2A0

S0A1

S3A1

S0A3

S4A1

S1A1

S3A1

S3A2

S2A1

S0A1

S0A2

S1A0

S1A1

S1A2

S3A0

S4A2

S2A2

S2A0

30 cm

S4A2 S4A0 S4A1

S0A2 S4A2 S4A0

(60)

Lampiran2. Bagan Pola Jarak Tanam Kedelai / Plot

150 cm

150 cm 40 cm

(61)

Lampiran3. Deskripsi Kedelai Varietas Grobogan Nama varietas : Grobogan

SK : 238/Kpts/SR.120/3/2008 Tahun : 2008

Tetua : Pemurnian populasi Lokal Malabar Grobogan Rataan Hasil : 3,40 ton/ha

Potensi hasil : 2,77 ton/ha

Karakter Khusus : polong masak tidak mudah pecah, dan pada saat panen daun luruh 95– 100%

Pemulia :Suhartina, M. Muclish Adie, T. Adisarwanto, Sumarsono Sunardi, Tjandramukti, Ali Muchtar, Sihono, SB. Purwanto Siti Khawariyah, Murbantoro, Alrodi, Tino Vihara, Fari Mufhti, dan Suharno

Tipe Pertumbuhan : Determinate Warna Hipokotil : Ungu Warna epikotil : Ungu

Warna daun : Hijau agak tua Warna Bulu Batang : Cokelat Warna Bunga : Ungu

Warna polong masak : Coklat muda Warna kulit biji : Kuning muda Warna Polong Tua : Cokelat Warna Hilum Biji : Cokelat Bentuk Daun : Lanceolate Tinggi Tanaman : 50-60 cm Umur Berbunga : 30-32 hari Umur Polong Masak : ±76 hari Bobot Biji : ±18 g/100 biji Kandungan protein : 43,9%

Kandungan lemak : 18,4%

Daerah Sebaran : Beradaptasi baik pada beberapa kondisi lingkungan tumbu yang berbeda cukup besar, pada musim hujan dan daerah beririgasi bai

(62)

Lampiran4.Jadwal Kegiatan Percobaan Penelitian

Kegiatan Minggu ke -

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Persiapan lahan x

Penanaman x

Pemupukan

Aplikasi Perlakuan

x Pemeliharaan

Penyiraman

Penyulaman x

Penyiangan

Pengendalian HPT x

Penanenan x

Pengamatan Parameter

Tinggi Tanaman (cm) x x x

Jumlah Cabang

Jumlah Daun x x

Diameter Batang (mm) x

Jumlah Buku x x

Jumlah cabang Produksi

x

Jumlah Polong Berisi x

Jumlah Biji /Tanaman x

Bobot 100 Biji (g) x

Bobot Biji / sampel x

(63)

Lampiran 5 Data Tinggi Tanaman 3 MST (cm)

Perlakulan Ulangan Total Rataan

I II III

S0A0 18.75 16.25 11.50 46.50 15.50

S0A1 14.88 16.25 20.50 51.63 17.21

S0A2 13.75 13.63 20.63 48.00 16.00

S1A0 22.38 18.53 16.13 57.03 19.01

S1A1 14.38 14.88 16.38 45.63 15.21

S1A2 20.38 21.25 13.75 55.38 18.46

S2A0 18.75 19.00 15.63 53.38 17.79

S2A1 14.25 17.00 16.25 47.50 15.83

S2A2 15.63 18.63 16.88 51.13 17.04

S3A0 18.13 14.68 18.00 50.80 16.93

S3A1 18.75 16.88 17.50 53.13 17.71

S3A2 13.38 14.63 16.13 44.13 14.71

S

Gambar

Tabel 1 menunjukan bahwa tinggi tanaman mutlak tertinggi pada 3 MST pada
Tabel 2. Pemberian Abu Vulkanik Sinabung dan Pupuk Kandang Ayam pada  Parameter Jumlah Daun
Tabel 3 menunjukan pemberian abu vulkanik Sinabung tertinggi mutlak pada
Tabel 4.Pemberian Abu Vulkanik Sinabung dan Pupuk Kandang Ayam pada Parameter Diameter Batang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Department of lndustrial Engineering, Faculty of Engineering, Sarjanawiyata Tamansiswa University, Yogyakarta,

Jika gaya resultan (atau total) ⃑ yang bekerja pada suatu benda dengan massa m adalah bukan nol, benda tersebut akan mengalami percepatan dengan. arah yang

(Eublemminae): a Lepidopteran predator of Coccus viridis (Hemiptera: Coccidae) on coffee plants in Bandarlampung, Indonesia. The objectives of this study were 1) to identify

Waktu yang diperlukan untuk membuat kompos dengan metode anaerob bisa 10-80 hari, tergantung pada efektifitas dekomposer dan bahan baku yang digunakan?. Suhu optimal selama

Pola makan yang tidak sehat atau mengonsumsi makanan yang mengandung kadar purin yang tinggi terutama terdapat dalam jeroan: otak,usus, babat, hati dan paru, aneka

Sekitar dua dekade sebelum pendirian As’adiyah, di Sulawesi Selatan sudah ada beberapa lembaga pendidikan Islam tradisional dalam bentuk pengajaran baca-hafal

a. Mahasiswa tidak diikutsertakan dalam kegiatan yang diadakan oleh Balai Pengembangan Multimedia Pendidikan dan Kebudayaan sehingga kurangnya program

bahwa hasil Pengambilan Keputusan dalam Tabel Rekapitulasi Nilai Kegiatan Audit (EQI- F077) Nomor Urut 130.1 tanggal 29 Desember 2016 menunjukkan PT DELSHARAYA PRIMA