DI SMA NEGERI 7 SEMARANG
TAHUN AJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Pada Universitas Negeri Semarang
Oleh
Oktavia Nurfarika
7101411081
JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
ii
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian
skripsi pada:
Hari
: Kamis
Tanggal
: 25 Juni 2015
Mengetahui,
Menyetujui,
iii
Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada:
Hari
: Senin
Tanggal
: 10 Agustus 2015
Penguji I
Penguji II
Penguji III
iv
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain baik sebagian atau
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip
atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila dikemudian hari terbukti skripsi
ini adalah hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Semarang,
Juni 2015
v
Motto
Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau
telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan
lain), dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap (Q.S Al- Insyirah:
6-8)
Where there is a will there is a way. Di mana ada kemauan, di situlah ada
jalan (Phil Ochs)
Persembahan
1. Ibu Munasikah dan Alm. Bapak Suparman
yang senantiasa memberikan doa, bimbingan
dan curahan kasih sayang.
2. Mas Ivan yang menggantikan figur bapak.
3. Alm. Mbah Muhtarom, Mimih, Abah, Mbah
Su, Mamak Ti, Mbak Tun, Om, Bulek,
Pakde, Bude, Bibi dan sepupu-sepupu.
4. Mas Hafidz Mahmudi dan keluarga yang
sudah
mendukung,
menginspirasi
dan
mengingatkan banyak hal.
vi
melimpahkan
segala rahmat dan karunianya,
sehingga penyusun dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul
Pengaruh Persepsi Tentang Peran Orang
Tua,
Peer Group
,
Financial Literacy
terhadap Perilaku Konsumtif pada Pada
Siswa Kelas X IIS dan XI IIS di SMA Negeri 7 Semarang Tahun Ajaran
2014/2015
. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan pada program studi Pendidikan Ekonomi Universitas
Negeri Semarang.
Penyusun menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak dapat terselesaikan
tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang yang
telah mengijinkan penyusun menyelesaikan pendidikan di Universitas Negeri
Semarang.
2. Dr. Wahyono, M.M., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang
yang telah mengesahkan skripsi ini.
3. Dr. Ade Rustiana, M.Si., Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin penelitian
kepada penyusun.
vii
yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.
7. S. Panca Mulyadi, S.Pd, M.Pd., Kepala sekolah SMA Negeri 7 Semarang yang
telah bersedia memberikan ijin kepada penyusun untuk melakukan penelitian.
8. Musrifah, S.Pd., M.Si., Nur Hidayah, S.Pd., M.Pd dan Rahayu S. Utami, S.Pd.,
Guru mata pelajaran Ekonomi Akuntansi yang telah bersedia membantu dan
memberikan informasi serta data yang dibutuhkan oleh penyusun.
9. Siswa kelas X IIS dan XI IIS SMA Negeri 7 Semarang atas kerjasama dan
kesediaannya menjadi responden dalam penelitian ini.
10. Ika Yulianti, Fathia P.W., Sifa Farida, Arina Tri Astuti, Laeli Mafudah dan
Eriana Sylvia yang selalu memberikan bantuan dan dukungannya.
11. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Akuntansi 2011.
12. Teman-teman sebimbingan, teman-teman KKN dan teman-teman PPL.
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu
dalam penulisan skripsi ini.
Semoga, skripsi yang telah tersusun ini dapat memberikan manfaat dan
menambah ilmu serta wawasan bagi pembaca.
Semarang,
Juni 2015
viii
Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Agung Yulianto, S.Pd.,
M.Si. 241 hal.
Kata Kunci: perilaku konsumtif, persepsi peran orang tua,
peer group
,
financial literacy
.
Perilaku konsumtif merupakan tindakan mengkonsumsi barang bukan
untuk mencukupi kebutuhan tetapi untuk memenuhi keinginan sehingga
menimbulkan pemborosan dan pengeluaran yang tidak tepat guna. Berdasarkan
hasil observasi awal menunjukkan bahwa perilaku konsumtif pada siswa kelas X
IIS dan XI IIS SMA Negeri 7 Semarang relatif tinggi. Hal ini didasarkan oleh
penggunaan uang saku yang relatif defisit sebesar 66% dari 80 siswa. Penelitian
ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh peran orang tua,
peer group
dan
financial literacy
terhadap perilaku konsumtif siswa, baik secara simultan maupun
parsial.
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X IIS dan XI IIS SMA
Negeri 7 Semarang tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 166 anak. Penelitian
ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode pengumpulan data berupa
angket. Metode analisis yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan
analisis regresi linear berganda.
Hasil penelitian ini adalah (1) ada pengaruh negatif persepsi peran orang
tua secara parsial sebesar 2,65%, (2) ada pengaruh positif
peer group
secara
parsial terhadap perilaku konsumtif siswa sebesar 40,70%, dan (3) ada pengaruh
financial literacy
secara parsial terhadap perilaku konsumtif siswa sebesar 3,17%.
Peran orang tua,
peer group
dan
financial literacy
secara simultan berpengaruh
terhadap perilaku konsumtif siswa sebesar 43,3%.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan, terdapat pengaruh negatif
peran orang tua terhadap perilaku konsumtif, di mana apabila peran orang tua
mengalami kenaikan maka perilaku konsumtif mengalami penurunan. Pengaruh
positif
peer group
terhadap perilaku konsumtif, di mana apabila
peer group
mengalami kenaikan maka perilaku konsumtif juga akan mengalami kenaikan.
Pengaruh negatif
financial literacy
terhadap perilaku konsumtif, di mana apabila
ix
Education. Semarang State University. Supervisor Agung Yulianto, S.Pd., M.Si.
241 pages.
Keywords
:
Consumptive Behavior,
perception role of parent, Peer Group,
Financial Literacy
Consumptive behavior is an
act of goods consuming that have a purpose
not to satisfied the human needs but to satisfied the desire that make an
improvidence and an unappropriate expense. Based on the results of the beginning
observations step indicated that
consumptive behavior in X IIS and XI IIS grade
student of SMAN 7 Semarang are high relatively.
It is based on the used of oin
money always deficit about 66 % of 80 students.
This research aims to describe
the effect of parent s role, peer group and financial literacy on student s
consumptive behavior, either simultaneously and partially.
The subjects in this research were X IIS and XI IIS grade students of
SMAN 7 Semarang at 2014/2015 s academic year, were about 166 children. This
research use quantitative approach with questionnaire as data collecting method.
The analysis method were used descriptive statistical analysis and multiple linear
regression analysis.
x
PERSETUJUAN PEMBIMBING
...
ii
PENGESAHAN KELULUSAN
...
iii
PERNYATAAN
...
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
...
v
PRAKATA
...
vi
SARI...
viii
ABSTRACT
...
ix
DAFTAR ISI
...
x
DAFTAR TABEL
...
xiv
DAFTAR GAMBAR
...
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
...
xvii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah...
1
1.2. Rumusan Masalah ...
17
1.3. Tujuan Penelitian ...
17
1.4. Manfaat Penelitian ...
18
1.4.1. Manfaat Teoritis ...
18
1.4.2. Manfaat Praktis ...
19
BAB II TELAAH TEORI
2.1.
Grand Theory
...
20
2.1.1.
Behaviorisme Theory
(Perilaku)... ..
20
2.1.2.
Consumer Behavior Theory
... ...
23
2.2. Perilaku Konsumtif... ...
26
2.2.1. Pengertian Perilaku Konsumtif ...
26
2.2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumtif ...
27
xi
2.4.1. Pengertian
Peer Group
...
38
2.4.2. Latar Belakang Timbulnya
Peer Group
...
41
2.4.3. Ciri-ciri
Peer Group
... ...
42
2.4.4. Remaja dan
Peer Group
... ...
43
2.5.
Financial Literacy
...
46
2.5.1. Pengertian
Financial Literacy
...
46
2.6. Penelitian Terdahulu ...
50
2.7. Kerangka Pemikiran Teoritis dan Pengembangan Hipotesis...
52
2.7.1. Kerangka Pemikiran Teoritis... ...
52
2.7.2. Pengembangan Hipotesis ...
58
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Dan Desain Penelitian...
59
3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel...
60
3.3. Variabel Penelitian...
61
3.3.1. Variabel Dependen ...
61
3.3.2. Variabel Independen ...
62
3.4. Metode Pengumpulan Data...
66
3.5. Metode Analisis Uji Instrumen ...
66
3.5.1. Reliabilitas...
67
3.5.2. Validitas ...
68
3.6. Metode Analisis Data...
72
3.7. Uji Asumsi Klasik...
82
3.7.1. Uji Normalitas ...
82
3.7.2. Uji Linearitas...
83
3.7.3. Multikolinearitas ...
83
3.7.4. Heteroskedastisitas ...
83
3.8. Uji Hipotesis ...
84
xii
4.1. Hasil Penelitian ...
88
4.1.1. Analisis Statistik Deskriptif Perilaku Konsumtif ...
88
4.1.2. Analisis Statistik Deskriptif Persepsi tentang Peran Orang Tua ...
95
4.1.3. Analisis Statistik Deskriptif
Peer Group
...
102
4.1.4. Analisis Statistik Deskriptif
Financial Literacy
...
107
4.2. Uji Asumsi Klasik...
114
4.2.1. Uji Normalitas ...
114
4.2.2. Uji Linearitas...
115
4.2.3. Uji Multikolonieritas ...
117
4.2.4. Uji Heteroskedastisitas ...
118
4.3. Pengujian Hipotesis ...
119
4.3.1. Uji Signifikansi Simultan ...
119
4.3.2. Uji Signifikansi Parameter Individual...
120
4.4. Analisis Regresi Linear Berganda...
121
4.5. Koefisien Determinasi secara Simultan dan Parsial ...
123
4.5.1. Analisis Koefisien Determinasi Simultan ...
123
4.5.2. Analisis Koefisien Determinasi Parsial...
124
4.6. Pembahasan...
125
4.6.1. Pengaruh Peran Orang Tua Terhadap Perilaku Konsumtif Siswa
Kelas X IIS dan XI IIS di SMA Negeri 7 Semarang ...
125
4.6.2. Pengaruh
Peer Group
Terhadap Perilaku Konsumtif Siswa Kelas
X IIS dan XI IIS di SMA Negeri 7 Semarang...
129
4.6.3. Pengaruh
Financial Literacy
Terhadap Perilaku Konsumtif Siswa
Kelas X IIS dan XI IIS di SMA Negeri 7 Semarang ...
132
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan ...
136
5.2. Saran ...
136
xiii
Tabel
Hal
Hal
1.1. Alokasi Uang Saku Siswa Per Bulan ...
5
1.2. Jenis Alat Transportasi ke Sekolah... ...
6
1.3. Jenis Pekerjaan Orang Tua...
9
1.4. Tingkat Pendapatan Orang Tua... ...
10
1.5. Data Awal Variabel Pengaruh Peran Orang Tua... ...
11
1.6. Data Awal Variabel
Peer Group
...
12
1.7. Data Awal Variabel
Financial Literacy
...
15
2.1. Peran atau Perlakuan Orang Tua...
37
2.2. Hasil Penelitian Terdahulu...
50
3.1. Daftar Penyebaran Anggota Populasi ...
60
3.2. Sampel Penelitian...
61
3.3. Definisi Operasional Variabel...
64
3.4. Skala Likert ...
66
3.5. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen...
67
3.6. Hasil Uji Validitas Variabel Perilaku Konsumtif ...
68
3.7. Hasil Uji Validitas Variabel Peran Orang Tua...
69
3.8. Hasil Uji Validitas Variabel
Peer Group
...
70
3.9. Hasil Uji Validitas Variabel
Financial Literacy
...
71
3.10. Kriteria Variabel Perilaku Konsumtif ...
73
3.11. Kriteria Variabel Peran Orang Tua ...
74
3.12. Kriteria Variabel
Peer Group
...
74
3.13. Kriteria Variabel
Financial Literacy
...
75
3.14. Kriteria Indikator Tidak Mempertimbangkan Fungsi dan Kegunaan
Saat Membeli Barang...
75
xiv
3.18. Kriteria Indikator Cenderung memberi yang diminta anak daripada
menerima...
77
3.19. Kriteria Indikator Bersikap respek terhadap anak...
78
3.20. Kriteria Indikator Mengawasi anak secara berlebihan...
78
3.21. Kriteria Indikator Berkomunikasi dengan anak dan mau mendengarkan..
79
3.22. Kriteria Indikator
Social cognition
... ....
79
3.23. Kriteria Indikator Konformitas... .
80
3.24. Kriteria Indikator Uang dan transaksi...
80
3.25. Kriteria Indikator Perencanaan dan pengelolaan keuangan...
81
3.26. Kriteria Indikator
Financial Landscape
...
81
3.27. Kriteria Indikator Risiko dan keuntungan...
82
4.1. Statistik Deskriptif Perilaku Konsumtif...
88
4.2. Analisis Deskriptif Perilaku Konsumtif...
89
4.3. Tanggapan Responden Indikator Tidak mempertimbangkan fungsi dan
kegunaan ketika membeli barang...
90
4.4. Analisis Deskriptif Indikator Tidak mempertimbangkan fungsi dan
kegunaan ketika membeli barang...
91
4.5. Tanggapan Responden Indikator Mengonsumsi barang dan jasa secara
berlebihan...
92
4.6. Analisis Deskriptif Indikator Mengonsumsi barang dan jasa secara
berlebihan...
92
4.7. Tanggapan Responden Indikator Mendahulukan keinginan daripada
kebutuhan... ...
93
4.8. Analisis Deskriptif Indikator Mendahulukan keinginan daripada
kebutuhan... ...
94
4.9. Tanggapan Responden Indikator Tidak ada skala prioritas ...
94
xv
4.14. Analisis Deskriptif Indikator cenderung lebih suka memberi yang
diminta anak daripada menerima...
98
4.15. Tanggapan Responden Indikator bersikap respek terhadap anak...
98
4.16. Analisis Deskriptif Indikator bersikap respek terhadap anak...
99
4.17. Tanggapan Responden Indikator mengawasi kegiatan anak secara
berlebihan...
99
4.18. Analisis Deskriptif Indikator mengawasi kegiatan anak secara
berlebihan...
100
4.19. Tanggapan Responden Indikator Berkomunikasi dengan anak dan
mau mendengarkan...
101
4.20. Analisis Deskriptif Indikator Berkomunikasi dengan anak dan mau
mendengarkan...
101
4.21. Statistik Deskriptif
Peer Group
...
102
4.22. Analisis Deskriptif
Peer Group
...
103
4.23. Tanggapan Responden Indikator
Social Cognition
... ..
104
4.24. Analisis Deskriptif Indikator
Social Cognition...
105
4.25. Tanggapan Responden Indikator
Konformitas
... ..
106
4.26. Analisis Deskriptif Indikator
Konformitas
...
107
4.27. Statistik Deskriptif
Financial Literacy
... ....
107
4.28. Analisis Deskriptif
Financial Literacy
... ....
108
4.29. Tanggapan Responden Indikator uang dan transaksi...
109
4.30. Analisis Deskriptif Indikator uang dan transaksi... ...
110
4.31. Tanggapan Responden Indikator perencanaan dan pengelolaan
keuangan...
110
4.32. Analisis Deskriptif Indikator perencanaan dan pengelolaan keuangan..
111
4.33. Tanggapan Responden Indikator
financial landscape
...
112
xvi
Tua.. ...
116
4.39. Hasil Uji Linearitas Variabel Perilaku Konsumtif dan
Peer Group
...
116
4.40. Hasil Uji Linearitas Variabel Perilaku Konsumtif dan
Financial
Literacy
. ...
117
4.41. Hasil Uji Multikolinearitas...
118
4.42. Hasil Uji Heteroskedastisitas... ...
119
4.43. Hasil Uji F...
120
4.44. Hasil Uji t... ...
120
4.45. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda... ...
122
4.46. Koefisien determinasi Peran Orang Tua,
Peer Group
dan
Financial
Literacy
terhadap perilaku konsumtif... ...
124
xviii
2.
Angket Data Awal Pekerjaan Orang Tua, Tabulasi Pekerjaan Orang
Tua, Data Penghasilan Orang Tua dan Data Alat Transportasi Siswa ke
sekolah...
148
3.
Hasil Wawancara dengan guru...
158
4.
Hasil Wawancara dengan murid...
161
5.
Angket Data Awal ...
163
6.
Tabulasi Hasil Angket Data Awal...
165
7.
Daftar Nama Siswa (Populasi) ...
169
8.
Kisi-kisi instrumen Uji Coba...
173
9.
Angket Uji Coba Instrumen ...
174
10. Daftar Nama Siswa (Uji Coba) ...
180
11. Tabulasi Hasil Uji Coba Instrumen Variabel Y ...
182
12. Tabulasi Hasil Uji Coba Instrumen Variabel X1 ...
185
13. Tabulasi Hasil Uji Coba Instrumen Variabel X2 ...
188
14. Tabulasi Hasil Uji Coba Instrumen Variabel X3 ...
191
15. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Y...
194
16. Hasil Uji Reliabilitas Variabel X1...
195
17. Hasil Uji Reliabilitas Variabel X2...
196
18. Hasil Uji Reliabilitas Variabel X3...
197
19. Hasil Uji Validitas Variabel Y ...
198
20. Hasil Uji Validitas Variabel X1 ...
201
21. Hasil Uji Validitas Variabel X2 ...
203
22. Hasil Uji Validitas Variabel X3 ...
205
23. Tabel Kisi-kisi Penelitian ...
208
xix
29. Tabulasi Data Hasil Penelitian Variabel X3...
239
30. Output Statistik Deskriptif Variabel Y ...
246
31. Output Statistik Deskriptif Variabel X1 ...
249
32. Output Statistik Deskriptif Variabel X2 ...
251
33. Output Statistik Deskriptif Variabel X3 ...
253
1
1.1. Latar Belakang Masalah
Manusia memiliki kebutuhan yang beragam, tidak terbatas, dan harus
dipenuhi dalam kehidupan sehari-hari. Mereka melakukan konsumsi untuk
memenuhi kebutuhan tersebut. Namun, kegiatan konsumsi dapat menimbulkan
permasalahan ketika seseorang lebih mendahulukan keinginan dibandingkan
dengan kebutuhan. Sehingga sering kali mereka mengkonsumi barang-barang
yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan, atau dapat dikatakan
sebagai perilaku konsumtif (Sembiring 2008:2).
Perilaku konsumtif tidak boleh dibiarkan begitu saja, sebab dapat
mempengaruhi kondisi perekonomian seseorang, bahkan perekonomian negara.
Selain itu banyak masyarakat Indonesia yang memiliki kecenderungan yang
mudah tertarik untuk mengonsumsi barang dengan banyak pilihan yang ada, hal
ini apabila tidak ada kontrol maka akan menjadi pola perilaku konsumtif yang
akan menjadi budaya. Selanjutnya budaya konsumtif dan kemajuan era globalisasi
ini akan menjadi satu dalam membentuk sebuah gaya hidup.
Gaya hidup seseorang mampu mempengaruhi perilaku, termasuk dalam
menentukan pilihan akan barang dan jasa yang akan menjadi konsumsinya. Dalam
memilih produk yang akan dikonsumsi, seseorang akan mengasosiasikannya
dengan gaya hidup yang menjadi pilihannya. Setiap hari akan selalu ada
pakaian, dll. Untuk mendapatkan barang-barang tersebut manusia konsumtif akan
rela melakukan dan mengorbankan berbagai hal agar dapat memilikinya.
Fenomena ini akan menjadi lebih buruk ketika tidak hanya terjadi pada orang
dewasa, tetapi juga terjadi pada orang di usia remaja.
Banyak orang menyatakan bahwa masa remaja merupakan periode / masa
peralihan. Dalam setiap periode peralihan tersebut, status individu seseorang
menjadi semu dan terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada masa
remaja, para remaja tidak lagi dapat disebut sebagai seorang anak kecil dan
mereka juga belum dapat dikatakan sebagai orang dewasa. Namun di lain pihak
status remaja yang tidak jelas ini mampu menguntungkan karena memberi waktu
kepadanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola
perilaku, nilai, dan sifat yang dianggap paling sesuai bagi dirinya. Remaja masa
kini banyak sekali tekanan-tekanan yang mereka dapatkan, mulai dari
perkembangan fisiologi, ditambah dengan kondisi lingkungan dan sosial budaya
serta perkembangan teknologi yang semakin pesat. Hal ini dapat mengakibatkan
munculnya masalah-masalah perilaku yang tidak sesuai, contohnya akan muncul
perilaku konsumtif.
Pendapat mengenai perilaku konsumtif telah dikemukakan oleh beberapa
ahli.
Perilaku konsumtif menggambarkan keinginan untuk mengkonsumsi
barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan untuk
mencapai kepuasan yang maksimal (Tambunan, 2001). Perilaku konsumtif yang
Penelitian ini mengkaji perilaku konsumtif pada remaja, dikarenakan
begitu pentingnya periode remaja yang nantinya akan mempengaruhi kehidupan
mereka pada periode dewasa. Khususnya siswa di SMA Negeri 7 Semarang pada
kelas X IIS dan XI IIS. Peneliti memilih kelas X IIS dan XI IIS dengan
pertimbangan, siswa jurusan IIS mendapatkan porsi pembelajaran
ekonomi-akuntansi yang lebih banyak dibandingkan kelas lainnya (tidak termasuk kelas XII
IIS yang sedang difokuskan untuk UN). Idealnya setelah siswa menerima
pengetahuan tentang konsep ekonomi-akuntansi, siswa dapat mengaplikasikannya
dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contohnya penerapan pola hidup hemat dan
bijaksana dalam mengelola keuangan dan sumber daya yang ada.
Surendra (2014) menyatakan bahwa remaja merupakan masa peralihan
dari anak-anak menuju dewasa. Remaja memiliki kecenderungan sifat egoisme
diri, pencarian jati diri dan eksistensi diri. Remaja yang kini banyak terjebak
dalam kehidupan konsumtif, dengan rela mengeluarkan uangnya untuk menuruti
segala keinginan, bukan kebutuhan, dalam keseharianya remaja menghabiskan
uang mereka untuk membeli makanan, pakaian, perangkat elektronik, hiburan,
dan sebagainya. Semua ini dilakukan remaja kebanyakan hanya untuk ajang
pamer dan mengikuti gengsi. Seperti diketahui bahwa masa remaja merupakan
fase di mana mereka masih dalam situasi
dan dianalogikan seperti rumput
yang ketika tertiup angin ia akan mengikuti kemana arah angin itu berhembus,
remaja yang dalam pergaulanya dikelilingi oleh remaja lain yang juga berperilaku
teman sebayanya. Jika keinginannya tidak terpenuhi akan timbul rasa kecewa,
frustasi, marah, dan tingkah laku lain yang dapat merugikan diri sendiri serta
orang lain. Bahkan remaja akan melakukan cara yang terkesan sembarangan
dalam upaya pemenuhan konsumsinya. Misalnya, terdapat kasus remaja yang
mencuri barang atau uang, bahkan tidak segan untuk menyelewengkan uang
pembayaran sekolah untuk membeli barang yang diinginkannya.
Kasus-kasus dan fenomena-fenomena yang telah dijelaskan sebelumnya,
merupakan kejadian yang sangat memprihatinkan dan timbul akibat dari adanya
perilaku konsumtif di kalangan para remaja Indonesia. Kejadian-kejadian tersebut
dapat ditemukan pula pada siswa di lingkungan SMA Negeri 7 Semarang. SMA
Negeri 7 Semarang merupakan satuan pendidikan yang berada di daerah
administratif Kota Semarang dan dapat dikatakan berada di wilayah perkotaan
dengan perkembangan teknologi, informasi, dan pergaulan yang cukup pesat
sehingga dikhawatirkan dapat mempengaruhi perilaku para siswanya.
Masalah yang terjadi di SMA Negeri 7 Semarang tersebut ditemukan
melalui observasi secara langsung. Hasil observasi untuk penelitian ini dapat
tergambarkan dengan jelas dari data rata-rata pengeluaran siswa berdasarkan uang
saku yang diperolehnya selama satu bulan. Data tersebut dapat dilihat pada Tabel
Tabel 1.1
Alokasi Uang Saku Per Bulan Siswa Kelas X IIS dan XI IIS
di SMA Negeri 7 Semarang
No.
Kegunaan Uang
Saku
Jumlah
Defisit
Impas
Surplus
1
Transport
Rp 83.475
53
Siswa
(66%)
6
Siswa
(8%)
21
Siswa
(26%)
2
Kebutuhan Belajar
Rp 52.319
3
Jajan
Rp 189.688
4
Kebutuhan Lain-lain
Rp 78.688
Total uang saku
Rp 366.100
Sumber: Data observasi yang diolah, 2015 pada lampiran 1
Berdasarkan Tabel 1.1 dapat diketahui bahwa pengeluaran konsumsi siswa
SMA kelas X IIS dan XI IIS di SMA Negeri 7 Semarang Tahun Ajaran
2014/2015 untuk kebutuhan jajan lebih tinggi nilainya dibandingkan dengan
pengeluaran siswa untuk kebutuhan belajar yang merupakan investasi bagi masa
depan. Selain itu kecenderungan siswa mengalami defisit sebesar 66% atau
sebanyak 53 siswa. Dengan demikian dapat mengindikasikan bahwa siswa kelas
X IIS dan XI IIS di SMA Negeri 7 Semarang Tahun Ajaran 2014/2015 cenderung
berperilaku konsumtif.
Disamping itu, untuk mengetahui perilaku siswa yang berkaitan dengan
perilaku konsumtif dalam menggunakan fasilitas yang diperolehnya, di bawah ini
diketahui data mengenai alat transportasi siswa yang digunakan untuk menuju ke
Tabel 1.2
Jenis alat transportasi ke Sekolah
No.
Alat transportasi
Jumlah
%
1
Mobil
2
2,5%
2
Motor
72
90%
3
Angkutan Umum
6
7,5%
TOTAL
80
100%
Sumber: Data observasi yang diolah, 2015 pada lampiran 2
Berdasarkan Tabel 1.2 diketahui sebanyak 72 siswa atau 90% responden
menggunakan alat transportasi motor untuk menuju ke sekolah. Dengan
diberikannya fasilitas kendaraan oleh orang tua kepada anaknya diharapkan akan
lebih memudahkan siswa dalam menunjang kegiatan sekolah, karena dengan
siswa membawa kendaraan sendiri ke sekolah tidak akan terjadi keterlambatan
dan proses belajar akan berjalan dengan lancar. Namun tidak semua siswa
memanfaatkan fasilitas kendaraan pribadi yang diberikan orang tua untuk
kepentingan sekolah namun akan ada dampak negatif yang dihasilkan dari hal
tersebut, misalnya pergi dari rumah dengan orang tua pamit untuk berangkat
menuju ke sekolah ternyata siswa membolos. Contoh lain, ketika pulang sekolah
tidak lantas menuju rumah, namun terlebih dahulu
bersama
teman-teman hingga menjelang sore. Kegiatan
bersama teman-teman itu pun
tidak hanya sekedar duduk dan bercengkerama, namun di tempat
tersebut tentu saja tersedia makanan atau jajanan yang lainnya, dengan demikian
akan dapat memunculkan keinginan siswa untuk lebih konsumtif ketika terdapat
sisa uang saku yang sebenarnya dapat digunakan untuk keperluan lain atau
Tambunan (2001) menyatakan bahwa perilaku konsumtif pada remaja
muncul karena remaja ingin menunjukkan bahwa mereka juga dapat mengikuti
mode yang sedang beredar, ikut-ikutan teman, ingin tampak berbeda dengan
orang lain dan cenderung tidak pernah puas dengan apa yang sudah dimilikinya.
Perilaku konsumtif oleh kalangan remaja ataupun dewasa merupakan suatu
fenomena yang terjadi pada saat ini.
Untuk memahami perilaku konsumtif, terlebih dahulu harus memahami
tentang istilah perilaku konsumen. Ada dua kekuatan dari faktor yang
mempengaruhi perilaku konsumen, yaitu kekuatan sosial budaya dan kekuatan
psikologis. Hal ini sesuai dengan pendapat Stanton, 1981 (Mangkunegara, 2002:
5) yang menyatakan:
buying behavior
. Kekuatan sosial budaya terdiri dari faktor budaya,
tingkat sosial, kelompok anutan (
small referensce group
), dan keluarga.
Sedangkan kekuatan psikologis terdiri dari pengalaman belajar, kepribadian, sikap
dan keyakinan, serta gambaran diri (
self-concept
).
Sebagai dugaan awal penyebab perilaku konsumtif siswa, terlebih dahulu
mengumpulkan informasi awal melalui tahap wawancara kepada satu guru mata
pelajaran Ekonomi / Akuntansi di SMA Negeri 7 Semarang dan 4 siswa kelas X
IIS serta 4 siswa kelas XI IIS SMA Negeri 7 Semarang. Dari hasil wawancara
tersebut, diperoleh informasi mengenai faktor-faktor yang menyebabkan Siswa
SMA Negeri 7 Semarang berperilaku konsumtif. Ada banyak faktor yang
lingkungan tempat tinggal, pendapatan orang tua, status ekonomi keluarga, pola
perlakuan orang tua, peran orang tua, sifat dari anak itu sendiri, pendidikan mata
pelajaran
ekonomi, pengetahuan mengenai keuangan dan teman sebaya
(Lampiran 3 dan 4)
.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan serta dari pendapat
ahli, diperoleh faktor yang diduga berpengaruh kuat terhadap perilaku konsumtif
pada siswa SMA Negeri 7 Semarang. Diantaranya persepsi tentang peran orang
tua, teman sebaya (
peer group
) dan pengetahuan tentang keuangan (
financial
literacy
). Hal tersebut dapat dilihat dari kondisi-kondisi yang telah diuraikan
diatas, dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumtif sebagai variabel dependen
masih tinggi. Secara logis memang sudah terbukti apabila persepsi tentang peran
orang tua dan
financial literacy
tinggi, maka perilaku konsumtif rendah serta
apabila
peer group
tinggi, maka perilaku konsumtif tinggi. Namun dari teori para
ahli dan hasil wawancara belum cukup menguatkan bahwa peran orang tua,
peer
group
dan
financial literacy
berpengaruh terhadap perilaku konsumtif siswa. Jadi
perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk dapat mengetahui seberapa besar
pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen.
Sehingga benar-benar terbukti bukan hanya secara logis tetapi juga didasarkan
pada hasil dari penelitian.
Adiwikarta, 1988 dan Sigelman & Shaffer, 1995 (Yusuf, 2009: 36)
berpendapat bahwa keluarga adalah unit sosial terkecil yang bersifat universal,
terpancang dalam sistem sosial yang lebih besar. Keluarga merupakan bagian dari
masyarakat yang mempunyai peranan yang sangat penting dalam membentuk
budaya dan perilaku. Keluarga menjadi tempat pertama individu memperoleh
pendidikan. Latar belakang keluarga akan mempengaruhi proses yang terjadi di
dalam kehidupan anggota keluarganya, misalnya: pendidikan orang tua, status
sosial-ekonomi, peran orang tua, pola perlakuan orang tua, dapat berpengaruh
terhadap perilaku anaknya. Data pekerjaan dan pendapatan orang tua yang
diperoleh dari hasil angket dapat di lihat pada Tabel 1.3
Tabel 1.3
Jenis Pekerjaan Orang Tua
Jenis Pekerjaan
F
Persentase
(%)
Ayah
Ibu
Pegawai Negeri
22
8
37,50%
Wiraswata
29
17
57,50%
Guru Non PNS
2
1
3,75%
Lain-lain
27
54
101,25%
TOTAL
80
80
Sumber: Data observasi yang diolah, 2015 pada lampiran 2
Tabel 1.3 menunjukkan jenis pekerjaan orang tua responden. Jenis
pekerjaan orang tua responden terbagi menjadi 4 (empat) kategori yaitu Pegawai
Negeri Sipil, Wiraswasta, Guru Non PNS dan Lain-lain.
Tabel 1.4 berikut menunjukkan tingkat pendapatan orang tua responden.
Rata-rata pendapatan orang tua responden sudah cukup tinggi, dengan demikian
turut serta mempengaruhi perilaku anak jika uang saku yang dialokasikan untuk
Tabel 1.4
Tingkat Pendapatan Orang Tua Responden
Tingkat Pendapatan
Jumlah
Persentase
(%)
< Rp 1.200.000
7
8,75%
Antara Rp 1.200.000 s/d Rp 3.200.000
27
33,75%
Antara Rp 3.200.000 s/d Rp 5.200.000
26
32,50%
> Rp 5.200.000
20
25%
Sumber: Data observasi yang diolah, 2015 pada lampiran 2
Keluarga merupakan tempat terjadinya proses sosialisasi yang akan
menjadi pedoman bagi anak untuk bermasyarakat dengan baik dan benar. Apabila
proses sosialisasi itu berlangsung dengan baik, maka seorang anak akan tumbuh
dengan perilaku yang baik pula di masyarakat, jika yang terjadi adalah sebaliknya
maka tidak jarang anak akan berperilaku buruk kepada lingkungan masyarakat.
Dari keluarga pula individu memahami tingkah laku apa yang disenangi dan tidak
disenangi oleh kelompok sosial sehingga menjadi latar belakang terbentuknya
pola tingkah laku. Dimensi dari lingkungan sosial ekonomi yang dapat
mempengaruhi perilaku konsumtif adalah peran orang tua terhadap anak. Peran
orang tua terhadap anak merupakan perilaku yang diupayakan orang tua dalam
menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai moral ekonomi pada anak kaitannya
dengan kehidupannya sehari-hari. Orang tua dapat bertindak sebagai pengatur
peluang kontak sosial remaja dengan kawan-kawan sebaya, kawan-kawan lain,
Hasil pendugaan variabel persepsi tentang peran orang tua melalui angket
menunjukkan data awal pengaruh Persepsi tentang Peran Orang Tua terhadap
siswa kelas X IIS dan kelas XI IIS di SMAN 7 Semarang Tahun Ajaran
[image:30.595.116.505.231.368.2]2014/2015 yang tersaji dalam Tabel 1.5 berikut.
Tabel 1.5
Data Awal Variabel Pengaruh Persepsi tentang Peran Orang Tua
No.
Interval Skor
F
%
Kategori
Rerata
Skor
1
19
21
7
8,75
Sangat Tinggi
15,3
(Tinggi)
2
16
18
34
42,5
Tinggi
3
13
15
26
32,5
Rendah
4
10
12
13
16,25
Sangat Rendah
80
100
Sumber: Data observasi yang diolah, 2015 pada lampiran 6
Tabel 1.5 menunjukkan rata-rata siswa dengan persepsi tentang peran
orang tua pada kategori tinggi atau diartikan bahwa orang tua berperan aktif
dalam mengawasi penggunaan uang saku anak sehingga siswa tidak berperilaku
konsumtif. Peneliti tertarik untuk menemukan jawaban mengapa dapat terjadi
perbedaan antara fakta di lapangan dengan kondisi ideal secara teoretis maupun
empiris.
Berdasarkan hasil penelitian Rahayu (2013) mengenai Pengaruh Peran
Orang Tua terhadap Perilaku Konsumtif Siswa Kelas XI IS di SMA Ksatrian 1
Semarang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan Peran
Orang Tua terhadap Perilaku Konsumtif, dibuktikan dengan koefisien determinasi
parsial variabel peran orang tua terhadap perilaku konsumtif sebesar 2% dengan
penggunaan variabel peran orang tua, namun penggunaan indikator dalam
mengukur variabel peran orang tua dan tempat penelitian yang berbeda.
Faktor selanjutnya yang diduga cukup tinggi mempengaruhi perilaku
konsumtif seseorang berasal dari lingkungan, dalam penelitian ini aspek yang
digunakan adalah kelompok teman sebaya. Menurut Santrock (2007:55), teman
sebaya adalah anak-anak atau remaja yang memiliki usia atau tingkat kematangan
yang kurang lebih sama.
Selanjutnya, hasil pendugaan variabel
peer group
melalui angket
menunjukkan data awal pengaruh
Peer Group
terhadap perilaku konsumtif siswa
kelas X IIS dan kelas XI di SMAN 7 Semarang Tahun Ajaran 2014/2015 yang
[image:31.595.118.509.415.545.2]tersaji dalam Tabel 1.6 berikut.
Tabel 1.6
Data Awal Variabel Peer Group
No.
Interval Skor
F
%
Kategori
Rerata Skor
1
16
19
8
10
Sangat Tinggi
11,8
(Rendah)
2
13
15
11
13,75
Tinggi
3
10
12
56
70
Rendah
4
7
9
5
6,25
Sangat Rendah
80
100
Sumber: Data observasi yang diolah, 2015 pada lampiran 6
Tabel 1.6 menunjukkan siswa terpengaruh oleh teman sebaya (
peer group
)
pada kategori Rendah sehingga siswa tidak berperilaku konsumtif atau perilaku
konsumtif siswa rendah. Namun, meskipun rata-rata siswa berada pada pengaruh
peer group
kategori rendah, perilaku konsumtif siswa masih tinggi. Adanya
gap
lebih lanjut. Peneliti tertarik untuk mengkaji mengapa dapat terjadi perbedaan
antara fakta di lapangan dengan kondisi ideal secara teoretis maupun empiris.
Berdasarkan penelitian Nurasyiah dan Budiwati (2008) mengenai
An
Analysis of the Influence of Social Economy Environment for Student consumptive
Attitude
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh kelompok teman sebaya
terhadap perilaku konsumtif. Dimana seseorang yang berada dalam kelompok
teman sebaya yang cenderung untuk konsumtif maka individu tersebut juga
mengikuti perilaku konsumtif teman mereka walaupun mereka memiliki orientasi
akademik yang baik dan usia yang sudah dewasa. Relevansi penelitian ini adalah
penggunaan variabel
peer group
. Namun perbedaannya penggunaan indikator
dalam mengukur variabel
peer group
dan tempat penelitian.
Faktor selanjutnya yang diduga cukup tinggi menyebabkan perilaku
konsumtif adalah pengetahuan keuangan (
funancial literacy
).
Financial literacy
ini dikaitkan dengan faktor kekuatan psikologis yaitu pengalaman belajar,
kepribadian, sikap dan keyakinan, serta gambaran diri (
self-concept
). Belajar
dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan perilaku akibat pengalaman
sebelumnya. Perilaku konsumtif dapat dipelajari karena sangat dipengaruhi oleh
pengalaman belajarnya. Pengalaman belajar akan menentukan tindakan dan
pengambilan keputusan untuk membeli. Dalam hal ini pengalaman belajar
diarahkan pada pemahaman terhadap pengetahuan yang berhubungan dengan keuangan
Financial literacy
ini menjadi wujud dari hasil pembelajaran dan proses
masuknya informasi mengenai pengetahuan Ekonomi-Akuntansi yang diperoleh
siswa dari mata pelajaran di sekolah. Pembelajaran ekonomi pada dasarnya
mengajarkan siswa mengenai bagaimana manusia memanfaatkan sumber daya
secara efektif dan efisien untuk memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan manusia.
Melalui pembelajaran akuntansi siswa dapat menghitung rata-rata jumlah biaya
sekolahnya selama satu bulan, siswa dapat pula menghitung jumlah uang yang
dapat disisihkan dari uang jajannya untuk menabung di bank, serta siswa mampu
menghitung total biaya yang telah dikeluarkan oleh orang tuanya dalam
membiayai sekolahnya sampai lulus SMA.
Berdasarkan penelitian Imawati (2013) mengenai Pengaruh
Financial
Literacy
terhadap Perilaku Konsumtif Remaja pada Program IPS SMA Negeri 1
Surakarta menyatakan bahwa
financial literacy
berpengaruh terhadap perilaku
konsumtif remaja dengan signifikansi negatif, artinya ketika
financial literacy
meningkat maka perilaku konsumtif akan menurun. Pemberian
financial literacy
dari aspek kognitif telah dilakukan di SMA Negeri 7 Semarang melalui
pembelajaran ekonomi. Relevansi dengan penelitian ini penggunaan variabel
financial literacy,
namun tempat penelitian yang berbeda.
Berbagai lembaga mengemukakan definisi tentang
financial literacy
,
menurut
Program
International for Student Assesment
(PISA,
2012:144),
financial literacy
adalah pengetahuan dan pemahaman terhadap konsep keuangan
pengetahuan dan pemahaman untuk membuat keputusan atas berbagai aspek
keuangan, untuk memperbaiki kesejahteraan finansial seseorang atau kelompok
dan untuk ikut serta dalam kegiatan ekonomi. Berdasarkan definisi yang diajukan
oleh PISA tersebut terdapat dua hal yang ada dalam
financial literacy
yaitu
pemikiran dan perilaku seseorang serta tujuan seseorang untuk mengembangkan
setiap aspek keuangan, sehingga perilaku konsumtif seseorang dapat dicegah dan
[image:34.595.126.507.308.445.2]dikontrol oleh
financial literacy
yang tinggi.
Tabel 1.7
Data Awal Variabel
! "# $%& !'No.
% Interval Skor
F
%
Kategori
Rerata
Skor
1
17
19
5
6,25
Sangat Tinggi
13,35
(Tinggi)
2
14
16
34
42,5
Tinggi
3
11
13
33
41,25
Rendah
4
8
10
8
10
Sangat Rendah
80
100
Sumber: Data observasi yang diolah, 2015 pada lampiran 6
Selanjutnya, hasil pendugaan variabel
financial literacy
melalui angket
menunjukkan data awal
financial literacy
siswa kelas X IIS dan kelas XI IIS di
SMAN 7 Semarang Tahun Ajaran 2014/2015 yang tersaji dalam Tabel 1.7.
Tabel 1.7 menunjukkan rata-rata siswa berada pada
financial literacy
kategori tinggi sehingga idealnya siswa tidak berperilaku konsumtif atau perilaku
konsumtif siswa menjadi rendah. Namun, meskipun rata-rata siswa memiliki
financial literacy
tinggi, perilaku konsumtif siswa masih tinggi. Adanya
gap
lebih lanjut. Peneliti tertarik untuk mengkaji mengapa dapat terjadi perbedaan
antara fakta di lapangan dengan kondisi ideal secara teoretis maupun empiris.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada salah
satu variabel independen yang digunakan yaitu variabel persepsi peran orang tua.
Perbedaan yang lain adalah pada subjek penelitiannya. Subjek pada penelitian ini
merupakan siswa SMA Negeri 7 Semarang yang dapat dikatakan letak
geografisnya berada diwilayah padat penduduk atau di wilayah perkotaan,
sedangkan penelitian sebelumnya mengkaji subjek pada remaja di wilayah
pedesaan. Perilaku konsumtif siswa juga menjadi salah satu cerminan hasil
pembelajaran ekonomi-akuntansi dan memiliki dampak jangka panjang bagi
siswa, sehingga menarik untuk dikaji. Perbedaan lainnya terdapat pada teknik
sampling,
penelitian sebelumnya menggunakan sensus sedangkan penelitian ini
menggunakan
random sampling
.
Berdasarkan temuan awal yang menunjukkan adanya
gap
antara fakta di
lapangan dengan kondisi ideal secara teoretis maupun empiris, maka peneliti
tertarik untuk mengkaji secara lebih lanjut topik perilaku konsumtif siswa beserta
faktor-faktor yang diprediksikan sebagai penyebabnya. Faktor-faktor yang
diprediksikan cukup berpengaruh terhadap perilaku konsumtif siswa adalah
persepsi peran orang tua
, peer group
, dan
financial literacy
. Guna memperoleh
solusi dari permasalahan konsumtif tersebut, peneliti akan melakukan penelitian
567 89 :;<
terhadap Perilaku Konsumtif Siswa Kelas X IIS dan Kelas XI IIS di
SMA Negeri 7 Semarang Tahun Ajaran 2014/2015.
1.2. Rumusan Masalah
Uraian latar belakang di atas menjadi acuan untuk mengambil beberapa
rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Apakah ada pengaruh negatif persepsi tentang peran orang tua secara parsial
terhadap perilaku konsumtif siswa kelas X IIS dan XI IIS di SMA Negeri 7
Semarang Tahun Ajaran 2014/2015?
2.
Apakah ada pengaruh positif
peer group
secara positif parsial terhadap
perilaku konsumtif siswa kelas X IIS dan XI IIS di SMA Negeri 7 Semarang
Tahun Ajaran 2014/2015?
3.
Apakah ada pengaruh negatif
financial literacy
secara parsial terhadap
perilaku konsumtif siswa kelas X IIS dan XI IIS di SMA Negeri 7 Semarang
Tahun Ajaran 2014/2015?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang sudah dijelaskan di atas, maka
tujuan dari penelitian ini adalah:
1.
Untuk menganalisis adanya pengaruh negatif persepsi tentang peran orang
tua secara parsial terhadap perilaku konsumtif siswa kelas X IIS dan XI IIS
2.
Untuk menganalisis adanya pengaruh positif
peer group
secara parsial
terhadap perilaku konsumtif siswa kelas X IIS dan XI IIS di SMA Negeri 7
Semarang Tahun Ajaran 2014/2015.
3.
Untuk menganalisis adanya pengaruh negatif
financial literacy
secara
parsial terhadap perilaku konsumtif siswa kelas X IIS dan XI IIS di SMA
Negeri 7 Semarang Tahun Ajaran 2014/2015.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini terdiri dari manfaat teoritis dan
manfaat praktis.
1.4.1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai perilaku
konsumtif remaja (siswa SMA) beserta faktor yang mempengaruhinya yaitu
persepsi tentang peran orang tua,
peer group
dan
financial literacy
.
a. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian Hidayah (2014).
Dalam penelitian ini menunjukkan hasil bahwa
peer group
dan
financial
berpengaruh terhadap perilaku konsumtif siswa.
b. Penelitian ini merupakan pengembangan dari teori Stanton bahwa salah satu
faktor yang mempengaruhi perilaku konsumtif siswa adalah keluarga yang
dikaitkan dengan persepsi tentang peran orang tua
c. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh
Murisal (2007). Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian
terhadap
perilaku
konsumtif
siswa.
Sedangkan
penelitian
Murisal
menggunakan pendekatan kualitatif. Dalam penelitian tersebut menjelaskan
bahwa
peer group
mempengaruhi perilaku konsumtif remaja dikarenakan
remaja tidak ingin mendapat penolakan dari kelompoknya.
d. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh
Rahayu (2013) bahwa sesuai dengan teori, peran orang tua berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap perilaku konsumtif siswa. Sedangkan dalam penelitian
Rahayu, peran orang tua berpengaruh linier terhadap perilaku konsumtif siswa.
1.4.2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi siswa
sehingga dapat mengontrol perilaku konsumtif.
b. Bagi guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi guru dalam
mengarahkan siswa agar menghindari perilaku konsumtif melalui pembelajaran
ekonomi-akuntansi.
c. Bagi pembaca
Dapat memberikan informasi dan pengatahuan mengenai pengaruh persepsi
tentang peran orang tua,
peer group
dan
financial literacy
terhadap perilaku
konsumtif siswa, juga diharapkan dapat menjadi referensi penelitian lebih
20
2.1.
Grand Theory
FGHGHG
Behaviorisme Theory
IJ KLMNOKMN P QR S TU
eh
a
vio
rism
e
VWXYZ[(
VXYZ\ ]XZ\^ _`a)
bXc d_cdd_] e _Wf _ gX ba _ [_c dh\^_`a` _c Y^XW YZd_c\gbX VXZ b_ga` V \ch_` _ci ] \` \Z _c _V_a ]XZ _g __c W _Za g
h\_cdd _] gXe_d_\ ] XZ \^_`a [_ cd e XZh_g_Z ]_h_ ] ZY]YZg \ h_^_b j\^ Y gY j\ ] g\ `Y^ Yd\
.
kXYZ \ \ c\h_] _V h\d_be _Z ` _c gX l_Z _\^ b \_W V _c] _W _Za g bX^ \W _VgXea _W ]XZ \ gV \f_
/
`Xm _h\ _cgX l _Z_j\g \Y^ Yd\ g\cVXZc_^_V _a] \` \Z _cn
o` \ ccXZ
, 1958 (
p\ j_i dan Anni, 2010:106) mendefinisikan bahwa belajar
merupakan suatu proses perubahan perilaku. Perilaku dalam belajar mempunyai
arti yang luas, yang sifatnya bisa berwujud perilaku yang tidak tampak
qin
n
ert
b
eh
a
vio
r
) atau perilaku yang tampak (o
vert b
eh
a
vio
r
). Memahami perilaku
individu dapat dilihat dari beberapa pendekatan, yaitu pendekatan psikoanalisis,
pendekatan behavioral dan pendekatan humanisme.
QG OKr sKR QtQru vN RL QrQPN vNv
Psikoanalisis merupakan satu pendekatan dalam memahami suatu perilaku,
dimana teori ini memandang bahwa ketidaksadaran (u
n
co
n
scio
u
s m
in
d
) lebih
memerankan peranan dalam suatu perilaku dibandingkan kesadaran (co
n
scio
u
s
m
in
d
). Ketidaksadaran pada teori psikoanalisis tercermin melalui beberapa
w
.
xyz { y| }~}zw y} }Behavioral merupakan suatu pendekatan dalam memahami suatu perilaku
menekankan pada suatu kondisi stimulus respon, dimana perilaku yang
ditampilkan oleh seseorang merupakan hasil kejadian masa lampau. Sikap dan
perilaku yang ditampilkan ini diartikan sebagai hasil belajar dan stimulus dari
kondisi belajar seseorang pada masa lampau, seperti pengalaman belajar.
xyz {y| }~}z }z y
Humanisme merupakan suatu pendekatan yang menggunakan prinsip
u
n
co
n
d
ito
n
a
l p
o
sitive re
g
a
rd
atau dengan kata lain pendekatan ini memandang
manusia sebagai individu yang rasional, baik, dapat dipercaya, sehat, mandiri dan
otonom.
Ferrinadewi (2008:71) menyatakan bahwa pada dasarnya teori behavioral
merupakan proses belajar yang terjadi sebagai hasil respon konsumen terhadap
peristiwa-peristiwa eksternal. Respon terhadap stimuli eksternal merupakan hasil
proses belajar yang terjadi dalam benak konsumen, terdiri dari 2 (dua)
pendekatan, yaitu:
l
ditioning,
Pendekatan ini berpendapat bahwa organisme termasuk manusia adalah bentuk
yang pasif yang dapat dipertunjukkan sejumlah stimuli secara berulang-ulang.
Hingga akhirnya stimulus tersebut terkondisikan dan manusia pasti akan
strumental Conditioning
Pendekatan ini
terjadi ketika konsumen belajar untuk menghubungkan antara
stimulus dengan respon tertentu ketika ada dorongan untuk melakukan hal
tersebut. Artinya konsumen hanya akan menghubungkan stimulus dengan respon
bila terdapat sesuatu yang mendorongnya atau insentif misalkan rasa puas, atau
apa saja yang merupakan penghargaan atau hadiah baginya.
Pendekatan behaviorisme dicetuskan oleh John B. Watson yang
berpendapat bahwa manusia akan berkembang berdasarkan stimulus yang
diterimanya dari lingkungan sekitar (stim
u
lu
s
resp
o
n
s
). Aliran
b
eh
a
vio
rism
e
Watson memiliki dua prinsip dasar (Chaer 2009:88) yaitu:
1.
Prinsip Kebaruan
ecen
cy p
rin
cip
le
yang menyatakan manusia akan
memberikan respon yang kuat apabila baru saja menerima stimulus, apabila
stimulus sudah lama diberikan maka pengaruhnya akan lebih lemah.
2.
Prinsip Frekuensi
qu
en
cy p
rin
cip
le
yang menyatakan manusia akan
memberikan respon yang kuat apabila sering / banyak menerima stimulus,
apabila stimulus itu jarang diberikan maka responnya akan lemah.
Tingkah laku murid-murid merupakan reaksi-reaksi terhadap lingkungan
mereka pada masa lalu dan masa sekarang, dan bahwa segenap tingkah laku
merupakan hasil belajar (Dalyono, 2005: 30). Menurut teori ini, orang terlibat di
dalam tingkah laku tertentu karena mereka telah mempelajarinya, melalui
pengalaman-pengalaman terdahulu, menghubungkan tingkah laku tersebut dengan
hadiah-hadiah (Desmita,
2009: 44). Teori behaviorisme relevan untuk
konsumtif dapat dikaitkan dengan perilaku individu dalam bentuk pengambilan
keputusan, pemilihan merk dan penolakan terhadap suatu produk (Suryani, 2008:
28).
Teori behaviorisme dalam penelitian ini mengimplikasikan bahwa dalam
tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioral
produsen (pengajar) dengan stimulan konsumen (peserta didik). Teori ini jika
diterapkan akan membantu siswa dalam mengontrol perilaku konsumtif. Caranya,
guru banyak memberikan stimulus dalam proses pembelajaran, dan dengan cara
ini siswa akan merespon secara positif. Orang tua ikut serta berperan dalam
memberikan penguatan kepada siswa. Apalagi jika diikuti dengan adanya reward
yang berfungsi sebagai reinforcement (penguatan terhadap respons yang telah
ditunjukkan).
¡ ¢£¤
sumer Behavior Theory
¥¦§¨©ª«§ © ª¬ ® ¯°¨± ² ¯ ³§± ´µ
o
n
su
m
er
b
eh
a
vio
r
theory (teori perilaku konsumen) menganggap bahwa
semua yang dilakukan oleh konsumen termasuk motivasi, persepsi pembelajaran,
keyakinan, sikap, dll dianggap sebagai perilaku yang berdasar pada proporsi
dalam filosofi psikologi (Demirdjian 2014). Teori ini dapat digunakan untuk
mempelajari perilaku konsumen dalam membuat keputusan pembelian (Howard
1963; Howard and Sheth 1969 dalam Demirdjian, 2014).
Solomon (2006: 7) mendefinisikan bahwa consumer behaviour is the study
of the processes involved when individuals or groups select, purchase, use or
dispose of products, services, ideas or experiences to satisfy needs and desires.
dalam memilih, membeli atau menggunakan barang dan jasa dalam memenuhi
kebutuhan dan keinginan. Bray (2008) berpendapat bahwa mempelajari
pendekatan perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti persepsi
sosial, pengaruh sosial, penghargaan sosial, teman sebaya, sanksi sosial, dll.
Memahami perilaku konsumen dapat dilihat dari beberapa pendekatan, yaitu
Economic Man, Psychodynamic, Behaviourist, Cognitive dan Humanistic.
¶· ¸¹º » ¹¼ ¶½¶º¾¿Àº À Á ¿Ã¶º
Economic Man merupakan satu pendekatan dalam memahami perilaku konsumen
untuk berperilaku rasional dalam arti ekonomi, pendekatan ini memberikan saran
kepada konsumen, konsumen harus menyadari semua pilihan konsumsi yang
tersedia, baik tindakan alternatif dan tindakan yang optimal.
Ä · ¸¹º » ¹¼ ¶½¶º¸Å Æ¿Ç À» ƺ¶Á ¿
Psychodynamic merupakan suatu pendekatan yang memandang bahwa perilaku
konsumen dipengaruhi oleh faktor biologis melalui kekuatan naluri yang
bertindak di luar pikiran sadar. Prinsip utama dari pendekatan ini adalah biologis,
individu, atau rangsangan lingkungan.
¿· ¸¹º » ¹¼ ¶½¶ºÈ¹ Ç ¶É ÀÊ Ë Š½
Behaviourist merupakan pendekatan yang memandang bahwa perilaku manusia
akan berkembang berdasarkan stimulus yang diterimanya dari lingkungan sekitar.
Prinsip dari pendekatan ini adalah prinsip kebaruan (recen
cy p
rin
cip
le
Ìdan
Í
.
ÎÏÐ Í ÏÑ ÒÓÒÐÔÕÖ Ð × Ó×ØÏCognitive merupakan pendekatan yang mengamati tindakan (perilaku) untuk
kognisi intrapersonal. Dalam pendekatan ini, perilaku konsumen dipengaruhi oleh
lingkungan dan pengalaman sosial.
ÏÙ ÎÏÐ Í ÏÑ ÒÓÒÐÚÛ ÜÒÐ ×Ý Ó×Þ
Humanistic merupakan pendekatan yang berusaha untuk mengeksplorasi konsep
instropektif konsumen. Dalam pendekatan ini, perilaku konsumen dipengaruhi
oleh peran emosi dalam pengambilan keputusan.
Teori
co
n
su
m
er b
eh
a
vio
r
dalam penelitian ini mengimplikasikan bahwa
siswa (konsumen) dalam memilih, membeli, menggunakan barang dan jasa harus
berdasarkan kebutuhan bukan berdasar keinginan. Teori ini jika diterapkan akan
membantu siswa dalam mencegah perilaku konsumtif. Pendekatan economic man
dalam
co
n
su
m
er b
eh
a
vio
r th
eo
ry
dapat membantu siswa untuk berperilaku
rasional dalam kehidupan sehari-hari. Hakikat dari pendidikan ekonomi adalah
mendidik para siswa agar bersikap bijak menggunakan sumber daya yang terbatas
dalam memenuhi kebutuhannya. Hal ini sejalan dengan kurikulum nasional untuk
mata pelajaran ekonomi yang diterapkan di tingkat Sekolah Menengah Atas
(SMA). Pada pembelajaran ekonomi diajarkan mengenai hakekat manusia sebagai
makhluk ekonomi dengan pembelajaran mengenai tindakan ekonomi yang
rasional, motif dan prinsip ekonomi serta kegiatan/tindakan ekonomi sehari-hari
yang berdasarkan motif dan prinsip ekonomi. Selanjutnya dalam pembelajaran
ekonomi juga membahas masalah konsumsi. Dengan demikian, maka seharusnya
melakukan konsumsi termasuk para remaja yang berstatus sebagai siswa dengan
asumsi lebih baik pengetahuannya dibandingkan dengan para remaja lainnya.
Sedangkan pendekatan behaviorist dalam
co
n
su
m
er b
eh
a
vio
r th
ry
eo
dapat
membantu siswa dalam mengontrol keterikatan
p
eer g
ro
u
p
dengan teman
sebayanya, dan dapat membantu orang tua dalam memberikan penguatan kepada
anak karena dalam pendekatan ini perilaku berkembang berdasarkan stimulus
yang diterimanya dari lingkungan sekitar.
ßàßà áâ ãä åæç èéêë ìèíîä ï
ßàßàðà áâ ëñâ ã îä æ ëáâãäåæçèéê ë ìèíîäï
Terdapat beberapa pendapat mengenai perilaku konsumtif. Dikutip dari
situs resmi Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), konsumtivisme
merupakan paham hidup konsumtif. Sifat konsumtif dalam diri seseorang tidak
akan berhenti begitu saja, sifat ini akan bergerak untuk kepuasan nafsu (Zuly
2013). Pendapat lainnya dikemukakan oleh Sembiring (2008: 2) yang menyatakan
konsumtif adalah sebuah perilaku berkonsumsi yang boros, berlebihan, dan dapat
diartikan sebagai gaya hidup yang bermewah-mewah.
Perilaku konsumtif erat kaitannya dengan konsumsi impulsif
òim
p
u
lsive
co
n
su
m
p
tio
n
ó
. Konsumsi impulsif merupakan pembelanjaan yang berulang-ulang,
sering berlebihan, sebagai penawar ketegangan, kecemasan, depresi, kebosanan,
dan terjadi akibat dorongan keinginan (Solomon, 2004: 31).
Berdasarkan pendapat mengenai perilaku konsumtif di atas, yang
dimaksud perilaku konsumtif dalam penelitian ini yaitu tindakan siswa dalam
keinginan sehingga menimbulkan pemborosan dan pengeluaran yang tidak tepat
guna. Dalam hal ini remaja, sering kali tidak dapat membedakan antara kebutuhan
dan keinginan. Solomon (2004: 23) menyatakan, kebutuhan adalah dorongan
biologis dasar yang harus dipenuhi untuk mempertahankan kelangsungan hidup,
sedangkan keinginan menggambarkan hasrat manusia yang berkaitan dengan
kepuasaan sementara.
Sembiring (2008: 5) menyatakan, keinginan ini cenderung menjadi
kebutuhan semu, dalam memenuhi kebutuhan semu biasanya orang tidak tahu
mengapa ia membutuhkannya. Dorongan untuk membeli dan menggunakannya
tidak sungguh-sungguh timbul dari dalam dirinya sendiri, melainkan hanya
sekedar melihat orang lain melakukan hal tersebut.
ôõôõôõ ö÷øùúû
-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumtif
Konsumtif merupakan perilaku yang dilakukan manusia pada umumnya.
Perilaku tersebut dipengaruhi oleh berbagai hal, misalnya saja usia, pendidikan,
tingkat kebutuhan, dan lain-lain. Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku
konsumtif menurut Ferrinadewi (2008: 100) yaitu iklan yang disukai, atmosfer
tempat pertukaran yang nyaman, atau stimuli lainnya. Sementara Khan (2006: 27)
menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen yang konsumtif
yaitu:
1)
Faktor Internal/ individual
a.
Motivasi, yaitu dorongan internal yang menimbulkan kebutuhan dan
menjadi arahan bagi manusia dalam bertindak untuk memenuhi kebutuhan
b.
Sikap, yaitu bagaimana seseorang merespon terhadap stimulus yang
diberikan. Sikap seseorang banyak dipengaruhi oleh pembelajaran
terhadap lingkungan sekitar.
c.
Kepribadian dan konsep diri, yaitu kualitas mental, fisik, moral dan
karakteristik manusia yang menggambarkan siapa mereka sebenarnya.
d.
Pembelajaran dan memori, tiap hari manusia mendapatkan informasi, dan
manusia berusaha mengingat informasi tersebut dalam memorinya untuk
kepentingan tertentu.
e.
Pemrosesan informasi, manusia menganalisis dan mengolah informasi
yang diperolehnya dan akan menyeleksi informasi yang menurutnya
bermanfaat.
üý þÿ ÿ
a.
Budaya, yaitu pengetahuan, kepercayaan, tradisi, kebiasaan, seni, aturan
moral atau perilaku lainnya yang dianut oleh anggota masyarakat.
b.
Sub-budaya, tiap budaya memiliki sub-budaya yang unik dan berbeda
antar kelompok masyarakat.
c.
Kelas sosial, yaitu kelompok yang memiliki status yang sama di
masyarakat, seperti pendapatan, pendidikan, jabatan, tempat tinggal, dan
sebagainya.
d.
Kelompok sosial (so
cia
l g
ro
u
p
), yaitu kelompok yang terdiri dari
hubungan, sikap dan ketertarikan yang sama. Kelompok ini akan menjadi
e.
Keluarga, yaitu kelompok primer yang paling penting dan sumber yang
kuat dalam mempengaruhi perilaku seseorang.
f.
Individu, individu memiliki pandangan, dan pendirian yang berbeda
dengan orang lain, dan terkadang menolak pandangan dari kelompoknya.
g.
Pengaruh lain, misalnya peristiwa nasional atau regional seperti
Olimpiade
o
rld
u
p
, perang dan peristiwa lainnya.
Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen.
Faktor-faktor tersebut diduga mempengaruhi perilaku kons