• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERSEPSI TENTANG PERAN ORANG TUA, PEER GROUP DAN FINANCIAL LITERACY TERHADAP PERILAKU KONSUMTIF PADA SISWA KELAS X IIS DAN XI IIS DI SMA NEGERI 7 SEMARANG TAHUN AJARAN 2014 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PERSEPSI TENTANG PERAN ORANG TUA, PEER GROUP DAN FINANCIAL LITERACY TERHADAP PERILAKU KONSUMTIF PADA SISWA KELAS X IIS DAN XI IIS DI SMA NEGERI 7 SEMARANG TAHUN AJARAN 2014 2015"

Copied!
230
0
0

Teks penuh

(1)

DI SMA NEGERI 7 SEMARANG

TAHUN AJARAN 2014/2015

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Pada Universitas Negeri Semarang

Oleh

Oktavia Nurfarika

7101411081

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI

(2)

ii

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian

skripsi pada:

Hari

: Kamis

Tanggal

: 25 Juni 2015

Mengetahui,

Menyetujui,

(3)

iii

Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada:

Hari

: Senin

Tanggal

: 10 Agustus 2015

Penguji I

Penguji II

Penguji III

(4)

iv

saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain baik sebagian atau

seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip

atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila dikemudian hari terbukti skripsi

ini adalah hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Semarang,

Juni 2015

(5)

v

Motto

Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau

telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan

lain), dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap (Q.S Al- Insyirah:

6-8)

Where there is a will there is a way. Di mana ada kemauan, di situlah ada

jalan (Phil Ochs)

Persembahan

1. Ibu Munasikah dan Alm. Bapak Suparman

yang senantiasa memberikan doa, bimbingan

dan curahan kasih sayang.

2. Mas Ivan yang menggantikan figur bapak.

3. Alm. Mbah Muhtarom, Mimih, Abah, Mbah

Su, Mamak Ti, Mbak Tun, Om, Bulek,

Pakde, Bude, Bibi dan sepupu-sepupu.

4. Mas Hafidz Mahmudi dan keluarga yang

sudah

mendukung,

menginspirasi

dan

mengingatkan banyak hal.

(6)

vi

melimpahkan

segala rahmat dan karunianya,

sehingga penyusun dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul

Pengaruh Persepsi Tentang Peran Orang

Tua,

Peer Group

,

Financial Literacy

terhadap Perilaku Konsumtif pada Pada

Siswa Kelas X IIS dan XI IIS di SMA Negeri 7 Semarang Tahun Ajaran

2014/2015

. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan pada program studi Pendidikan Ekonomi Universitas

Negeri Semarang.

Penyusun menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak dapat terselesaikan

tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang yang

telah mengijinkan penyusun menyelesaikan pendidikan di Universitas Negeri

Semarang.

2. Dr. Wahyono, M.M., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang

yang telah mengesahkan skripsi ini.

3. Dr. Ade Rustiana, M.Si., Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas

Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin penelitian

kepada penyusun.

(7)

vii

yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.

7. S. Panca Mulyadi, S.Pd, M.Pd., Kepala sekolah SMA Negeri 7 Semarang yang

telah bersedia memberikan ijin kepada penyusun untuk melakukan penelitian.

8. Musrifah, S.Pd., M.Si., Nur Hidayah, S.Pd., M.Pd dan Rahayu S. Utami, S.Pd.,

Guru mata pelajaran Ekonomi Akuntansi yang telah bersedia membantu dan

memberikan informasi serta data yang dibutuhkan oleh penyusun.

9. Siswa kelas X IIS dan XI IIS SMA Negeri 7 Semarang atas kerjasama dan

kesediaannya menjadi responden dalam penelitian ini.

10. Ika Yulianti, Fathia P.W., Sifa Farida, Arina Tri Astuti, Laeli Mafudah dan

Eriana Sylvia yang selalu memberikan bantuan dan dukungannya.

11. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Akuntansi 2011.

12. Teman-teman sebimbingan, teman-teman KKN dan teman-teman PPL.

13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu

dalam penulisan skripsi ini.

Semoga, skripsi yang telah tersusun ini dapat memberikan manfaat dan

menambah ilmu serta wawasan bagi pembaca.

Semarang,

Juni 2015

(8)

viii

Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Agung Yulianto, S.Pd.,

M.Si. 241 hal.

Kata Kunci: perilaku konsumtif, persepsi peran orang tua,

peer group

,

financial literacy

.

Perilaku konsumtif merupakan tindakan mengkonsumsi barang bukan

untuk mencukupi kebutuhan tetapi untuk memenuhi keinginan sehingga

menimbulkan pemborosan dan pengeluaran yang tidak tepat guna. Berdasarkan

hasil observasi awal menunjukkan bahwa perilaku konsumtif pada siswa kelas X

IIS dan XI IIS SMA Negeri 7 Semarang relatif tinggi. Hal ini didasarkan oleh

penggunaan uang saku yang relatif defisit sebesar 66% dari 80 siswa. Penelitian

ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh peran orang tua,

peer group

dan

financial literacy

terhadap perilaku konsumtif siswa, baik secara simultan maupun

parsial.

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X IIS dan XI IIS SMA

Negeri 7 Semarang tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 166 anak. Penelitian

ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode pengumpulan data berupa

angket. Metode analisis yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan

analisis regresi linear berganda.

Hasil penelitian ini adalah (1) ada pengaruh negatif persepsi peran orang

tua secara parsial sebesar 2,65%, (2) ada pengaruh positif

peer group

secara

parsial terhadap perilaku konsumtif siswa sebesar 40,70%, dan (3) ada pengaruh

financial literacy

secara parsial terhadap perilaku konsumtif siswa sebesar 3,17%.

Peran orang tua,

peer group

dan

financial literacy

secara simultan berpengaruh

terhadap perilaku konsumtif siswa sebesar 43,3%.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan, terdapat pengaruh negatif

peran orang tua terhadap perilaku konsumtif, di mana apabila peran orang tua

mengalami kenaikan maka perilaku konsumtif mengalami penurunan. Pengaruh

positif

peer group

terhadap perilaku konsumtif, di mana apabila

peer group

mengalami kenaikan maka perilaku konsumtif juga akan mengalami kenaikan.

Pengaruh negatif

financial literacy

terhadap perilaku konsumtif, di mana apabila

(9)

ix

Education. Semarang State University. Supervisor Agung Yulianto, S.Pd., M.Si.

241 pages.

Keywords

:

Consumptive Behavior,

perception role of parent, Peer Group,

Financial Literacy

Consumptive behavior is an

act of goods consuming that have a purpose

not to satisfied the human needs but to satisfied the desire that make an

improvidence and an unappropriate expense. Based on the results of the beginning

observations step indicated that

consumptive behavior in X IIS and XI IIS grade

student of SMAN 7 Semarang are high relatively.

It is based on the used of oin

money always deficit about 66 % of 80 students.

This research aims to describe

the effect of parent s role, peer group and financial literacy on student s

consumptive behavior, either simultaneously and partially.

The subjects in this research were X IIS and XI IIS grade students of

SMAN 7 Semarang at 2014/2015 s academic year, were about 166 children. This

research use quantitative approach with questionnaire as data collecting method.

The analysis method were used descriptive statistical analysis and multiple linear

regression analysis.

(10)

x

PERSETUJUAN PEMBIMBING

...

ii

PENGESAHAN KELULUSAN

...

iii

PERNYATAAN

...

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

...

v

PRAKATA

...

vi

SARI...

viii

ABSTRACT

...

ix

DAFTAR ISI

...

x

DAFTAR TABEL

...

xiv

DAFTAR GAMBAR

...

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

...

xvii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah...

1

1.2. Rumusan Masalah ...

17

1.3. Tujuan Penelitian ...

17

1.4. Manfaat Penelitian ...

18

1.4.1. Manfaat Teoritis ...

18

1.4.2. Manfaat Praktis ...

19

BAB II TELAAH TEORI

2.1.

Grand Theory

...

20

2.1.1.

Behaviorisme Theory

(Perilaku)... ..

20

2.1.2.

Consumer Behavior Theory

... ...

23

2.2. Perilaku Konsumtif... ...

26

2.2.1. Pengertian Perilaku Konsumtif ...

26

2.2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumtif ...

27

(11)

xi

2.4.1. Pengertian

Peer Group

...

38

2.4.2. Latar Belakang Timbulnya

Peer Group

...

41

2.4.3. Ciri-ciri

Peer Group

... ...

42

2.4.4. Remaja dan

Peer Group

... ...

43

2.5.

Financial Literacy

...

46

2.5.1. Pengertian

Financial Literacy

...

46

2.6. Penelitian Terdahulu ...

50

2.7. Kerangka Pemikiran Teoritis dan Pengembangan Hipotesis...

52

2.7.1. Kerangka Pemikiran Teoritis... ...

52

2.7.2. Pengembangan Hipotesis ...

58

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Dan Desain Penelitian...

59

3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel...

60

3.3. Variabel Penelitian...

61

3.3.1. Variabel Dependen ...

61

3.3.2. Variabel Independen ...

62

3.4. Metode Pengumpulan Data...

66

3.5. Metode Analisis Uji Instrumen ...

66

3.5.1. Reliabilitas...

67

3.5.2. Validitas ...

68

3.6. Metode Analisis Data...

72

3.7. Uji Asumsi Klasik...

82

3.7.1. Uji Normalitas ...

82

3.7.2. Uji Linearitas...

83

3.7.3. Multikolinearitas ...

83

3.7.4. Heteroskedastisitas ...

83

3.8. Uji Hipotesis ...

84

(12)

xii

4.1. Hasil Penelitian ...

88

4.1.1. Analisis Statistik Deskriptif Perilaku Konsumtif ...

88

4.1.2. Analisis Statistik Deskriptif Persepsi tentang Peran Orang Tua ...

95

4.1.3. Analisis Statistik Deskriptif

Peer Group

...

102

4.1.4. Analisis Statistik Deskriptif

Financial Literacy

...

107

4.2. Uji Asumsi Klasik...

114

4.2.1. Uji Normalitas ...

114

4.2.2. Uji Linearitas...

115

4.2.3. Uji Multikolonieritas ...

117

4.2.4. Uji Heteroskedastisitas ...

118

4.3. Pengujian Hipotesis ...

119

4.3.1. Uji Signifikansi Simultan ...

119

4.3.2. Uji Signifikansi Parameter Individual...

120

4.4. Analisis Regresi Linear Berganda...

121

4.5. Koefisien Determinasi secara Simultan dan Parsial ...

123

4.5.1. Analisis Koefisien Determinasi Simultan ...

123

4.5.2. Analisis Koefisien Determinasi Parsial...

124

4.6. Pembahasan...

125

4.6.1. Pengaruh Peran Orang Tua Terhadap Perilaku Konsumtif Siswa

Kelas X IIS dan XI IIS di SMA Negeri 7 Semarang ...

125

4.6.2. Pengaruh

Peer Group

Terhadap Perilaku Konsumtif Siswa Kelas

X IIS dan XI IIS di SMA Negeri 7 Semarang...

129

4.6.3. Pengaruh

Financial Literacy

Terhadap Perilaku Konsumtif Siswa

Kelas X IIS dan XI IIS di SMA Negeri 7 Semarang ...

132

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan ...

136

5.2. Saran ...

136

(13)

xiii

Tabel

Hal

Hal

1.1. Alokasi Uang Saku Siswa Per Bulan ...

5

1.2. Jenis Alat Transportasi ke Sekolah... ...

6

1.3. Jenis Pekerjaan Orang Tua...

9

1.4. Tingkat Pendapatan Orang Tua... ...

10

1.5. Data Awal Variabel Pengaruh Peran Orang Tua... ...

11

1.6. Data Awal Variabel

Peer Group

...

12

1.7. Data Awal Variabel

Financial Literacy

...

15

2.1. Peran atau Perlakuan Orang Tua...

37

2.2. Hasil Penelitian Terdahulu...

50

3.1. Daftar Penyebaran Anggota Populasi ...

60

3.2. Sampel Penelitian...

61

3.3. Definisi Operasional Variabel...

64

3.4. Skala Likert ...

66

3.5. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen...

67

3.6. Hasil Uji Validitas Variabel Perilaku Konsumtif ...

68

3.7. Hasil Uji Validitas Variabel Peran Orang Tua...

69

3.8. Hasil Uji Validitas Variabel

Peer Group

...

70

3.9. Hasil Uji Validitas Variabel

Financial Literacy

...

71

3.10. Kriteria Variabel Perilaku Konsumtif ...

73

3.11. Kriteria Variabel Peran Orang Tua ...

74

3.12. Kriteria Variabel

Peer Group

...

74

3.13. Kriteria Variabel

Financial Literacy

...

75

3.14. Kriteria Indikator Tidak Mempertimbangkan Fungsi dan Kegunaan

Saat Membeli Barang...

75

(14)

xiv

3.18. Kriteria Indikator Cenderung memberi yang diminta anak daripada

menerima...

77

3.19. Kriteria Indikator Bersikap respek terhadap anak...

78

3.20. Kriteria Indikator Mengawasi anak secara berlebihan...

78

3.21. Kriteria Indikator Berkomunikasi dengan anak dan mau mendengarkan..

79

3.22. Kriteria Indikator

Social cognition

... ....

79

3.23. Kriteria Indikator Konformitas... .

80

3.24. Kriteria Indikator Uang dan transaksi...

80

3.25. Kriteria Indikator Perencanaan dan pengelolaan keuangan...

81

3.26. Kriteria Indikator

Financial Landscape

...

81

3.27. Kriteria Indikator Risiko dan keuntungan...

82

4.1. Statistik Deskriptif Perilaku Konsumtif...

88

4.2. Analisis Deskriptif Perilaku Konsumtif...

89

4.3. Tanggapan Responden Indikator Tidak mempertimbangkan fungsi dan

kegunaan ketika membeli barang...

90

4.4. Analisis Deskriptif Indikator Tidak mempertimbangkan fungsi dan

kegunaan ketika membeli barang...

91

4.5. Tanggapan Responden Indikator Mengonsumsi barang dan jasa secara

berlebihan...

92

4.6. Analisis Deskriptif Indikator Mengonsumsi barang dan jasa secara

berlebihan...

92

4.7. Tanggapan Responden Indikator Mendahulukan keinginan daripada

kebutuhan... ...

93

4.8. Analisis Deskriptif Indikator Mendahulukan keinginan daripada

kebutuhan... ...

94

4.9. Tanggapan Responden Indikator Tidak ada skala prioritas ...

94

(15)

xv

4.14. Analisis Deskriptif Indikator cenderung lebih suka memberi yang

diminta anak daripada menerima...

98

4.15. Tanggapan Responden Indikator bersikap respek terhadap anak...

98

4.16. Analisis Deskriptif Indikator bersikap respek terhadap anak...

99

4.17. Tanggapan Responden Indikator mengawasi kegiatan anak secara

berlebihan...

99

4.18. Analisis Deskriptif Indikator mengawasi kegiatan anak secara

berlebihan...

100

4.19. Tanggapan Responden Indikator Berkomunikasi dengan anak dan

mau mendengarkan...

101

4.20. Analisis Deskriptif Indikator Berkomunikasi dengan anak dan mau

mendengarkan...

101

4.21. Statistik Deskriptif

Peer Group

...

102

4.22. Analisis Deskriptif

Peer Group

...

103

4.23. Tanggapan Responden Indikator

Social Cognition

... ..

104

4.24. Analisis Deskriptif Indikator

Social Cognition...

105

4.25. Tanggapan Responden Indikator

Konformitas

... ..

106

4.26. Analisis Deskriptif Indikator

Konformitas

...

107

4.27. Statistik Deskriptif

Financial Literacy

... ....

107

4.28. Analisis Deskriptif

Financial Literacy

... ....

108

4.29. Tanggapan Responden Indikator uang dan transaksi...

109

4.30. Analisis Deskriptif Indikator uang dan transaksi... ...

110

4.31. Tanggapan Responden Indikator perencanaan dan pengelolaan

keuangan...

110

4.32. Analisis Deskriptif Indikator perencanaan dan pengelolaan keuangan..

111

4.33. Tanggapan Responden Indikator

financial landscape

...

112

(16)

xvi

Tua.. ...

116

4.39. Hasil Uji Linearitas Variabel Perilaku Konsumtif dan

Peer Group

...

116

4.40. Hasil Uji Linearitas Variabel Perilaku Konsumtif dan

Financial

Literacy

. ...

117

4.41. Hasil Uji Multikolinearitas...

118

4.42. Hasil Uji Heteroskedastisitas... ...

119

4.43. Hasil Uji F...

120

4.44. Hasil Uji t... ...

120

4.45. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda... ...

122

4.46. Koefisien determinasi Peran Orang Tua,

Peer Group

dan

Financial

Literacy

terhadap perilaku konsumtif... ...

124

(17)
(18)

xviii

2.

Angket Data Awal Pekerjaan Orang Tua, Tabulasi Pekerjaan Orang

Tua, Data Penghasilan Orang Tua dan Data Alat Transportasi Siswa ke

sekolah...

148

3.

Hasil Wawancara dengan guru...

158

4.

Hasil Wawancara dengan murid...

161

5.

Angket Data Awal ...

163

6.

Tabulasi Hasil Angket Data Awal...

165

7.

Daftar Nama Siswa (Populasi) ...

169

8.

Kisi-kisi instrumen Uji Coba...

173

9.

Angket Uji Coba Instrumen ...

174

10. Daftar Nama Siswa (Uji Coba) ...

180

11. Tabulasi Hasil Uji Coba Instrumen Variabel Y ...

182

12. Tabulasi Hasil Uji Coba Instrumen Variabel X1 ...

185

13. Tabulasi Hasil Uji Coba Instrumen Variabel X2 ...

188

14. Tabulasi Hasil Uji Coba Instrumen Variabel X3 ...

191

15. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Y...

194

16. Hasil Uji Reliabilitas Variabel X1...

195

17. Hasil Uji Reliabilitas Variabel X2...

196

18. Hasil Uji Reliabilitas Variabel X3...

197

19. Hasil Uji Validitas Variabel Y ...

198

20. Hasil Uji Validitas Variabel X1 ...

201

21. Hasil Uji Validitas Variabel X2 ...

203

22. Hasil Uji Validitas Variabel X3 ...

205

23. Tabel Kisi-kisi Penelitian ...

208

(19)

xix

29. Tabulasi Data Hasil Penelitian Variabel X3...

239

30. Output Statistik Deskriptif Variabel Y ...

246

31. Output Statistik Deskriptif Variabel X1 ...

249

32. Output Statistik Deskriptif Variabel X2 ...

251

33. Output Statistik Deskriptif Variabel X3 ...

253

(20)

1

1.1. Latar Belakang Masalah

Manusia memiliki kebutuhan yang beragam, tidak terbatas, dan harus

dipenuhi dalam kehidupan sehari-hari. Mereka melakukan konsumsi untuk

memenuhi kebutuhan tersebut. Namun, kegiatan konsumsi dapat menimbulkan

permasalahan ketika seseorang lebih mendahulukan keinginan dibandingkan

dengan kebutuhan. Sehingga sering kali mereka mengkonsumi barang-barang

yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan, atau dapat dikatakan

sebagai perilaku konsumtif (Sembiring 2008:2).

Perilaku konsumtif tidak boleh dibiarkan begitu saja, sebab dapat

mempengaruhi kondisi perekonomian seseorang, bahkan perekonomian negara.

Selain itu banyak masyarakat Indonesia yang memiliki kecenderungan yang

mudah tertarik untuk mengonsumsi barang dengan banyak pilihan yang ada, hal

ini apabila tidak ada kontrol maka akan menjadi pola perilaku konsumtif yang

akan menjadi budaya. Selanjutnya budaya konsumtif dan kemajuan era globalisasi

ini akan menjadi satu dalam membentuk sebuah gaya hidup.

Gaya hidup seseorang mampu mempengaruhi perilaku, termasuk dalam

menentukan pilihan akan barang dan jasa yang akan menjadi konsumsinya. Dalam

memilih produk yang akan dikonsumsi, seseorang akan mengasosiasikannya

dengan gaya hidup yang menjadi pilihannya. Setiap hari akan selalu ada

(21)

pakaian, dll. Untuk mendapatkan barang-barang tersebut manusia konsumtif akan

rela melakukan dan mengorbankan berbagai hal agar dapat memilikinya.

Fenomena ini akan menjadi lebih buruk ketika tidak hanya terjadi pada orang

dewasa, tetapi juga terjadi pada orang di usia remaja.

Banyak orang menyatakan bahwa masa remaja merupakan periode / masa

peralihan. Dalam setiap periode peralihan tersebut, status individu seseorang

menjadi semu dan terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada masa

remaja, para remaja tidak lagi dapat disebut sebagai seorang anak kecil dan

mereka juga belum dapat dikatakan sebagai orang dewasa. Namun di lain pihak

status remaja yang tidak jelas ini mampu menguntungkan karena memberi waktu

kepadanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola

perilaku, nilai, dan sifat yang dianggap paling sesuai bagi dirinya. Remaja masa

kini banyak sekali tekanan-tekanan yang mereka dapatkan, mulai dari

perkembangan fisiologi, ditambah dengan kondisi lingkungan dan sosial budaya

serta perkembangan teknologi yang semakin pesat. Hal ini dapat mengakibatkan

munculnya masalah-masalah perilaku yang tidak sesuai, contohnya akan muncul

perilaku konsumtif.

Pendapat mengenai perilaku konsumtif telah dikemukakan oleh beberapa

ahli.

Perilaku konsumtif menggambarkan keinginan untuk mengkonsumsi

barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan untuk

mencapai kepuasan yang maksimal (Tambunan, 2001). Perilaku konsumtif yang

(22)

Penelitian ini mengkaji perilaku konsumtif pada remaja, dikarenakan

begitu pentingnya periode remaja yang nantinya akan mempengaruhi kehidupan

mereka pada periode dewasa. Khususnya siswa di SMA Negeri 7 Semarang pada

kelas X IIS dan XI IIS. Peneliti memilih kelas X IIS dan XI IIS dengan

pertimbangan, siswa jurusan IIS mendapatkan porsi pembelajaran

ekonomi-akuntansi yang lebih banyak dibandingkan kelas lainnya (tidak termasuk kelas XII

IIS yang sedang difokuskan untuk UN). Idealnya setelah siswa menerima

pengetahuan tentang konsep ekonomi-akuntansi, siswa dapat mengaplikasikannya

dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contohnya penerapan pola hidup hemat dan

bijaksana dalam mengelola keuangan dan sumber daya yang ada.

Surendra (2014) menyatakan bahwa remaja merupakan masa peralihan

dari anak-anak menuju dewasa. Remaja memiliki kecenderungan sifat egoisme

diri, pencarian jati diri dan eksistensi diri. Remaja yang kini banyak terjebak

dalam kehidupan konsumtif, dengan rela mengeluarkan uangnya untuk menuruti

segala keinginan, bukan kebutuhan, dalam keseharianya remaja menghabiskan

uang mereka untuk membeli makanan, pakaian, perangkat elektronik, hiburan,

dan sebagainya. Semua ini dilakukan remaja kebanyakan hanya untuk ajang

pamer dan mengikuti gengsi. Seperti diketahui bahwa masa remaja merupakan

fase di mana mereka masih dalam situasi

dan dianalogikan seperti rumput

yang ketika tertiup angin ia akan mengikuti kemana arah angin itu berhembus,

remaja yang dalam pergaulanya dikelilingi oleh remaja lain yang juga berperilaku

(23)

teman sebayanya. Jika keinginannya tidak terpenuhi akan timbul rasa kecewa,

frustasi, marah, dan tingkah laku lain yang dapat merugikan diri sendiri serta

orang lain. Bahkan remaja akan melakukan cara yang terkesan sembarangan

dalam upaya pemenuhan konsumsinya. Misalnya, terdapat kasus remaja yang

mencuri barang atau uang, bahkan tidak segan untuk menyelewengkan uang

pembayaran sekolah untuk membeli barang yang diinginkannya.

Kasus-kasus dan fenomena-fenomena yang telah dijelaskan sebelumnya,

merupakan kejadian yang sangat memprihatinkan dan timbul akibat dari adanya

perilaku konsumtif di kalangan para remaja Indonesia. Kejadian-kejadian tersebut

dapat ditemukan pula pada siswa di lingkungan SMA Negeri 7 Semarang. SMA

Negeri 7 Semarang merupakan satuan pendidikan yang berada di daerah

administratif Kota Semarang dan dapat dikatakan berada di wilayah perkotaan

dengan perkembangan teknologi, informasi, dan pergaulan yang cukup pesat

sehingga dikhawatirkan dapat mempengaruhi perilaku para siswanya.

Masalah yang terjadi di SMA Negeri 7 Semarang tersebut ditemukan

melalui observasi secara langsung. Hasil observasi untuk penelitian ini dapat

tergambarkan dengan jelas dari data rata-rata pengeluaran siswa berdasarkan uang

saku yang diperolehnya selama satu bulan. Data tersebut dapat dilihat pada Tabel

(24)

Tabel 1.1

Alokasi Uang Saku Per Bulan Siswa Kelas X IIS dan XI IIS

di SMA Negeri 7 Semarang

No.

Kegunaan Uang

Saku

Jumlah

Defisit

Impas

Surplus

1

Transport

Rp 83.475

53

Siswa

(66%)

6

Siswa

(8%)

21

Siswa

(26%)

2

Kebutuhan Belajar

Rp 52.319

3

Jajan

Rp 189.688

4

Kebutuhan Lain-lain

Rp 78.688

Total uang saku

Rp 366.100

Sumber: Data observasi yang diolah, 2015 pada lampiran 1

Berdasarkan Tabel 1.1 dapat diketahui bahwa pengeluaran konsumsi siswa

SMA kelas X IIS dan XI IIS di SMA Negeri 7 Semarang Tahun Ajaran

2014/2015 untuk kebutuhan jajan lebih tinggi nilainya dibandingkan dengan

pengeluaran siswa untuk kebutuhan belajar yang merupakan investasi bagi masa

depan. Selain itu kecenderungan siswa mengalami defisit sebesar 66% atau

sebanyak 53 siswa. Dengan demikian dapat mengindikasikan bahwa siswa kelas

X IIS dan XI IIS di SMA Negeri 7 Semarang Tahun Ajaran 2014/2015 cenderung

berperilaku konsumtif.

Disamping itu, untuk mengetahui perilaku siswa yang berkaitan dengan

perilaku konsumtif dalam menggunakan fasilitas yang diperolehnya, di bawah ini

diketahui data mengenai alat transportasi siswa yang digunakan untuk menuju ke

(25)

Tabel 1.2

Jenis alat transportasi ke Sekolah

No.

Alat transportasi

Jumlah

%

1

Mobil

2

2,5%

2

Motor

72

90%

3

Angkutan Umum

6

7,5%

TOTAL

80

100%

Sumber: Data observasi yang diolah, 2015 pada lampiran 2

Berdasarkan Tabel 1.2 diketahui sebanyak 72 siswa atau 90% responden

menggunakan alat transportasi motor untuk menuju ke sekolah. Dengan

diberikannya fasilitas kendaraan oleh orang tua kepada anaknya diharapkan akan

lebih memudahkan siswa dalam menunjang kegiatan sekolah, karena dengan

siswa membawa kendaraan sendiri ke sekolah tidak akan terjadi keterlambatan

dan proses belajar akan berjalan dengan lancar. Namun tidak semua siswa

memanfaatkan fasilitas kendaraan pribadi yang diberikan orang tua untuk

kepentingan sekolah namun akan ada dampak negatif yang dihasilkan dari hal

tersebut, misalnya pergi dari rumah dengan orang tua pamit untuk berangkat

menuju ke sekolah ternyata siswa membolos. Contoh lain, ketika pulang sekolah

tidak lantas menuju rumah, namun terlebih dahulu

bersama

teman-teman hingga menjelang sore. Kegiatan

bersama teman-teman itu pun

tidak hanya sekedar duduk dan bercengkerama, namun di tempat

tersebut tentu saja tersedia makanan atau jajanan yang lainnya, dengan demikian

akan dapat memunculkan keinginan siswa untuk lebih konsumtif ketika terdapat

sisa uang saku yang sebenarnya dapat digunakan untuk keperluan lain atau

(26)

Tambunan (2001) menyatakan bahwa perilaku konsumtif pada remaja

muncul karena remaja ingin menunjukkan bahwa mereka juga dapat mengikuti

mode yang sedang beredar, ikut-ikutan teman, ingin tampak berbeda dengan

orang lain dan cenderung tidak pernah puas dengan apa yang sudah dimilikinya.

Perilaku konsumtif oleh kalangan remaja ataupun dewasa merupakan suatu

fenomena yang terjadi pada saat ini.

Untuk memahami perilaku konsumtif, terlebih dahulu harus memahami

tentang istilah perilaku konsumen. Ada dua kekuatan dari faktor yang

mempengaruhi perilaku konsumen, yaitu kekuatan sosial budaya dan kekuatan

psikologis. Hal ini sesuai dengan pendapat Stanton, 1981 (Mangkunegara, 2002:

5) yang menyatakan:

buying behavior

. Kekuatan sosial budaya terdiri dari faktor budaya,

tingkat sosial, kelompok anutan (

small referensce group

), dan keluarga.

Sedangkan kekuatan psikologis terdiri dari pengalaman belajar, kepribadian, sikap

dan keyakinan, serta gambaran diri (

self-concept

).

Sebagai dugaan awal penyebab perilaku konsumtif siswa, terlebih dahulu

mengumpulkan informasi awal melalui tahap wawancara kepada satu guru mata

pelajaran Ekonomi / Akuntansi di SMA Negeri 7 Semarang dan 4 siswa kelas X

IIS serta 4 siswa kelas XI IIS SMA Negeri 7 Semarang. Dari hasil wawancara

tersebut, diperoleh informasi mengenai faktor-faktor yang menyebabkan Siswa

SMA Negeri 7 Semarang berperilaku konsumtif. Ada banyak faktor yang

(27)

lingkungan tempat tinggal, pendapatan orang tua, status ekonomi keluarga, pola

perlakuan orang tua, peran orang tua, sifat dari anak itu sendiri, pendidikan mata

pelajaran

ekonomi, pengetahuan mengenai keuangan dan teman sebaya

(Lampiran 3 dan 4)

.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan serta dari pendapat

ahli, diperoleh faktor yang diduga berpengaruh kuat terhadap perilaku konsumtif

pada siswa SMA Negeri 7 Semarang. Diantaranya persepsi tentang peran orang

tua, teman sebaya (

peer group

) dan pengetahuan tentang keuangan (

financial

literacy

). Hal tersebut dapat dilihat dari kondisi-kondisi yang telah diuraikan

diatas, dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumtif sebagai variabel dependen

masih tinggi. Secara logis memang sudah terbukti apabila persepsi tentang peran

orang tua dan

financial literacy

tinggi, maka perilaku konsumtif rendah serta

apabila

peer group

tinggi, maka perilaku konsumtif tinggi. Namun dari teori para

ahli dan hasil wawancara belum cukup menguatkan bahwa peran orang tua,

peer

group

dan

financial literacy

berpengaruh terhadap perilaku konsumtif siswa. Jadi

perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk dapat mengetahui seberapa besar

pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen.

Sehingga benar-benar terbukti bukan hanya secara logis tetapi juga didasarkan

pada hasil dari penelitian.

Adiwikarta, 1988 dan Sigelman & Shaffer, 1995 (Yusuf, 2009: 36)

berpendapat bahwa keluarga adalah unit sosial terkecil yang bersifat universal,

(28)

terpancang dalam sistem sosial yang lebih besar. Keluarga merupakan bagian dari

masyarakat yang mempunyai peranan yang sangat penting dalam membentuk

budaya dan perilaku. Keluarga menjadi tempat pertama individu memperoleh

pendidikan. Latar belakang keluarga akan mempengaruhi proses yang terjadi di

dalam kehidupan anggota keluarganya, misalnya: pendidikan orang tua, status

sosial-ekonomi, peran orang tua, pola perlakuan orang tua, dapat berpengaruh

terhadap perilaku anaknya. Data pekerjaan dan pendapatan orang tua yang

diperoleh dari hasil angket dapat di lihat pada Tabel 1.3

Tabel 1.3

Jenis Pekerjaan Orang Tua

Jenis Pekerjaan

F

Persentase

(%)

Ayah

Ibu

Pegawai Negeri

22

8

37,50%

Wiraswata

29

17

57,50%

Guru Non PNS

2

1

3,75%

Lain-lain

27

54

101,25%

TOTAL

80

80

Sumber: Data observasi yang diolah, 2015 pada lampiran 2

Tabel 1.3 menunjukkan jenis pekerjaan orang tua responden. Jenis

pekerjaan orang tua responden terbagi menjadi 4 (empat) kategori yaitu Pegawai

Negeri Sipil, Wiraswasta, Guru Non PNS dan Lain-lain.

Tabel 1.4 berikut menunjukkan tingkat pendapatan orang tua responden.

Rata-rata pendapatan orang tua responden sudah cukup tinggi, dengan demikian

turut serta mempengaruhi perilaku anak jika uang saku yang dialokasikan untuk

(29)

Tabel 1.4

Tingkat Pendapatan Orang Tua Responden

Tingkat Pendapatan

Jumlah

Persentase

(%)

< Rp 1.200.000

7

8,75%

Antara Rp 1.200.000 s/d Rp 3.200.000

27

33,75%

Antara Rp 3.200.000 s/d Rp 5.200.000

26

32,50%

> Rp 5.200.000

20

25%

Sumber: Data observasi yang diolah, 2015 pada lampiran 2

Keluarga merupakan tempat terjadinya proses sosialisasi yang akan

menjadi pedoman bagi anak untuk bermasyarakat dengan baik dan benar. Apabila

proses sosialisasi itu berlangsung dengan baik, maka seorang anak akan tumbuh

dengan perilaku yang baik pula di masyarakat, jika yang terjadi adalah sebaliknya

maka tidak jarang anak akan berperilaku buruk kepada lingkungan masyarakat.

Dari keluarga pula individu memahami tingkah laku apa yang disenangi dan tidak

disenangi oleh kelompok sosial sehingga menjadi latar belakang terbentuknya

pola tingkah laku. Dimensi dari lingkungan sosial ekonomi yang dapat

mempengaruhi perilaku konsumtif adalah peran orang tua terhadap anak. Peran

orang tua terhadap anak merupakan perilaku yang diupayakan orang tua dalam

menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai moral ekonomi pada anak kaitannya

dengan kehidupannya sehari-hari. Orang tua dapat bertindak sebagai pengatur

peluang kontak sosial remaja dengan kawan-kawan sebaya, kawan-kawan lain,

(30)

Hasil pendugaan variabel persepsi tentang peran orang tua melalui angket

menunjukkan data awal pengaruh Persepsi tentang Peran Orang Tua terhadap

siswa kelas X IIS dan kelas XI IIS di SMAN 7 Semarang Tahun Ajaran

[image:30.595.116.505.231.368.2]

2014/2015 yang tersaji dalam Tabel 1.5 berikut.

Tabel 1.5

Data Awal Variabel Pengaruh Persepsi tentang Peran Orang Tua

No.

Interval Skor

F

%

Kategori

Rerata

Skor

1

19

21

7

8,75

Sangat Tinggi

15,3

(Tinggi)

2

16

18

34

42,5

Tinggi

3

13

15

26

32,5

Rendah

4

10

12

13

16,25

Sangat Rendah

80

100

Sumber: Data observasi yang diolah, 2015 pada lampiran 6

Tabel 1.5 menunjukkan rata-rata siswa dengan persepsi tentang peran

orang tua pada kategori tinggi atau diartikan bahwa orang tua berperan aktif

dalam mengawasi penggunaan uang saku anak sehingga siswa tidak berperilaku

konsumtif. Peneliti tertarik untuk menemukan jawaban mengapa dapat terjadi

perbedaan antara fakta di lapangan dengan kondisi ideal secara teoretis maupun

empiris.

Berdasarkan hasil penelitian Rahayu (2013) mengenai Pengaruh Peran

Orang Tua terhadap Perilaku Konsumtif Siswa Kelas XI IS di SMA Ksatrian 1

Semarang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan Peran

Orang Tua terhadap Perilaku Konsumtif, dibuktikan dengan koefisien determinasi

parsial variabel peran orang tua terhadap perilaku konsumtif sebesar 2% dengan

(31)

penggunaan variabel peran orang tua, namun penggunaan indikator dalam

mengukur variabel peran orang tua dan tempat penelitian yang berbeda.

Faktor selanjutnya yang diduga cukup tinggi mempengaruhi perilaku

konsumtif seseorang berasal dari lingkungan, dalam penelitian ini aspek yang

digunakan adalah kelompok teman sebaya. Menurut Santrock (2007:55), teman

sebaya adalah anak-anak atau remaja yang memiliki usia atau tingkat kematangan

yang kurang lebih sama.

Selanjutnya, hasil pendugaan variabel

peer group

melalui angket

menunjukkan data awal pengaruh

Peer Group

terhadap perilaku konsumtif siswa

kelas X IIS dan kelas XI di SMAN 7 Semarang Tahun Ajaran 2014/2015 yang

[image:31.595.118.509.415.545.2]

tersaji dalam Tabel 1.6 berikut.

Tabel 1.6

Data Awal Variabel Peer Group

No.

Interval Skor

F

%

Kategori

Rerata Skor

1

16

19

8

10

Sangat Tinggi

11,8

(Rendah)

2

13

15

11

13,75

Tinggi

3

10

12

56

70

Rendah

4

7

9

5

6,25

Sangat Rendah

80

100

Sumber: Data observasi yang diolah, 2015 pada lampiran 6

Tabel 1.6 menunjukkan siswa terpengaruh oleh teman sebaya (

peer group

)

pada kategori Rendah sehingga siswa tidak berperilaku konsumtif atau perilaku

konsumtif siswa rendah. Namun, meskipun rata-rata siswa berada pada pengaruh

peer group

kategori rendah, perilaku konsumtif siswa masih tinggi. Adanya

gap

(32)

lebih lanjut. Peneliti tertarik untuk mengkaji mengapa dapat terjadi perbedaan

antara fakta di lapangan dengan kondisi ideal secara teoretis maupun empiris.

Berdasarkan penelitian Nurasyiah dan Budiwati (2008) mengenai

An

Analysis of the Influence of Social Economy Environment for Student consumptive

Attitude

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh kelompok teman sebaya

terhadap perilaku konsumtif. Dimana seseorang yang berada dalam kelompok

teman sebaya yang cenderung untuk konsumtif maka individu tersebut juga

mengikuti perilaku konsumtif teman mereka walaupun mereka memiliki orientasi

akademik yang baik dan usia yang sudah dewasa. Relevansi penelitian ini adalah

penggunaan variabel

peer group

. Namun perbedaannya penggunaan indikator

dalam mengukur variabel

peer group

dan tempat penelitian.

Faktor selanjutnya yang diduga cukup tinggi menyebabkan perilaku

konsumtif adalah pengetahuan keuangan (

funancial literacy

).

Financial literacy

ini dikaitkan dengan faktor kekuatan psikologis yaitu pengalaman belajar,

kepribadian, sikap dan keyakinan, serta gambaran diri (

self-concept

). Belajar

dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan perilaku akibat pengalaman

sebelumnya. Perilaku konsumtif dapat dipelajari karena sangat dipengaruhi oleh

pengalaman belajarnya. Pengalaman belajar akan menentukan tindakan dan

pengambilan keputusan untuk membeli. Dalam hal ini pengalaman belajar

diarahkan pada pemahaman terhadap pengetahuan yang berhubungan dengan keuangan

(33)

Financial literacy

ini menjadi wujud dari hasil pembelajaran dan proses

masuknya informasi mengenai pengetahuan Ekonomi-Akuntansi yang diperoleh

siswa dari mata pelajaran di sekolah. Pembelajaran ekonomi pada dasarnya

mengajarkan siswa mengenai bagaimana manusia memanfaatkan sumber daya

secara efektif dan efisien untuk memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan manusia.

Melalui pembelajaran akuntansi siswa dapat menghitung rata-rata jumlah biaya

sekolahnya selama satu bulan, siswa dapat pula menghitung jumlah uang yang

dapat disisihkan dari uang jajannya untuk menabung di bank, serta siswa mampu

menghitung total biaya yang telah dikeluarkan oleh orang tuanya dalam

membiayai sekolahnya sampai lulus SMA.

Berdasarkan penelitian Imawati (2013) mengenai Pengaruh

Financial

Literacy

terhadap Perilaku Konsumtif Remaja pada Program IPS SMA Negeri 1

Surakarta menyatakan bahwa

financial literacy

berpengaruh terhadap perilaku

konsumtif remaja dengan signifikansi negatif, artinya ketika

financial literacy

meningkat maka perilaku konsumtif akan menurun. Pemberian

financial literacy

dari aspek kognitif telah dilakukan di SMA Negeri 7 Semarang melalui

pembelajaran ekonomi. Relevansi dengan penelitian ini penggunaan variabel

financial literacy,

namun tempat penelitian yang berbeda.

Berbagai lembaga mengemukakan definisi tentang

financial literacy

,

menurut

Program

International for Student Assesment

(PISA,

2012:144),

financial literacy

adalah pengetahuan dan pemahaman terhadap konsep keuangan

(34)

pengetahuan dan pemahaman untuk membuat keputusan atas berbagai aspek

keuangan, untuk memperbaiki kesejahteraan finansial seseorang atau kelompok

dan untuk ikut serta dalam kegiatan ekonomi. Berdasarkan definisi yang diajukan

oleh PISA tersebut terdapat dua hal yang ada dalam

financial literacy

yaitu

pemikiran dan perilaku seseorang serta tujuan seseorang untuk mengembangkan

setiap aspek keuangan, sehingga perilaku konsumtif seseorang dapat dicegah dan

[image:34.595.126.507.308.445.2]

dikontrol oleh

financial literacy

yang tinggi.

Tabel 1.7

Data Awal Variabel

! "# $%& !'

No.

% Interval Skor

F

%

Kategori

Rerata

Skor

1

17

19

5

6,25

Sangat Tinggi

13,35

(Tinggi)

2

14

16

34

42,5

Tinggi

3

11

13

33

41,25

Rendah

4

8

10

8

10

Sangat Rendah

80

100

Sumber: Data observasi yang diolah, 2015 pada lampiran 6

Selanjutnya, hasil pendugaan variabel

financial literacy

melalui angket

menunjukkan data awal

financial literacy

siswa kelas X IIS dan kelas XI IIS di

SMAN 7 Semarang Tahun Ajaran 2014/2015 yang tersaji dalam Tabel 1.7.

Tabel 1.7 menunjukkan rata-rata siswa berada pada

financial literacy

kategori tinggi sehingga idealnya siswa tidak berperilaku konsumtif atau perilaku

konsumtif siswa menjadi rendah. Namun, meskipun rata-rata siswa memiliki

financial literacy

tinggi, perilaku konsumtif siswa masih tinggi. Adanya

gap

(35)

lebih lanjut. Peneliti tertarik untuk mengkaji mengapa dapat terjadi perbedaan

antara fakta di lapangan dengan kondisi ideal secara teoretis maupun empiris.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada salah

satu variabel independen yang digunakan yaitu variabel persepsi peran orang tua.

Perbedaan yang lain adalah pada subjek penelitiannya. Subjek pada penelitian ini

merupakan siswa SMA Negeri 7 Semarang yang dapat dikatakan letak

geografisnya berada diwilayah padat penduduk atau di wilayah perkotaan,

sedangkan penelitian sebelumnya mengkaji subjek pada remaja di wilayah

pedesaan. Perilaku konsumtif siswa juga menjadi salah satu cerminan hasil

pembelajaran ekonomi-akuntansi dan memiliki dampak jangka panjang bagi

siswa, sehingga menarik untuk dikaji. Perbedaan lainnya terdapat pada teknik

sampling,

penelitian sebelumnya menggunakan sensus sedangkan penelitian ini

menggunakan

random sampling

.

Berdasarkan temuan awal yang menunjukkan adanya

gap

antara fakta di

lapangan dengan kondisi ideal secara teoretis maupun empiris, maka peneliti

tertarik untuk mengkaji secara lebih lanjut topik perilaku konsumtif siswa beserta

faktor-faktor yang diprediksikan sebagai penyebabnya. Faktor-faktor yang

diprediksikan cukup berpengaruh terhadap perilaku konsumtif siswa adalah

persepsi peran orang tua

, peer group

, dan

financial literacy

. Guna memperoleh

solusi dari permasalahan konsumtif tersebut, peneliti akan melakukan penelitian

(36)

567 89 :;<

terhadap Perilaku Konsumtif Siswa Kelas X IIS dan Kelas XI IIS di

SMA Negeri 7 Semarang Tahun Ajaran 2014/2015.

1.2. Rumusan Masalah

Uraian latar belakang di atas menjadi acuan untuk mengambil beberapa

rumusan masalah sebagai berikut:

1.

Apakah ada pengaruh negatif persepsi tentang peran orang tua secara parsial

terhadap perilaku konsumtif siswa kelas X IIS dan XI IIS di SMA Negeri 7

Semarang Tahun Ajaran 2014/2015?

2.

Apakah ada pengaruh positif

peer group

secara positif parsial terhadap

perilaku konsumtif siswa kelas X IIS dan XI IIS di SMA Negeri 7 Semarang

Tahun Ajaran 2014/2015?

3.

Apakah ada pengaruh negatif

financial literacy

secara parsial terhadap

perilaku konsumtif siswa kelas X IIS dan XI IIS di SMA Negeri 7 Semarang

Tahun Ajaran 2014/2015?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang sudah dijelaskan di atas, maka

tujuan dari penelitian ini adalah:

1.

Untuk menganalisis adanya pengaruh negatif persepsi tentang peran orang

tua secara parsial terhadap perilaku konsumtif siswa kelas X IIS dan XI IIS

(37)

2.

Untuk menganalisis adanya pengaruh positif

peer group

secara parsial

terhadap perilaku konsumtif siswa kelas X IIS dan XI IIS di SMA Negeri 7

Semarang Tahun Ajaran 2014/2015.

3.

Untuk menganalisis adanya pengaruh negatif

financial literacy

secara

parsial terhadap perilaku konsumtif siswa kelas X IIS dan XI IIS di SMA

Negeri 7 Semarang Tahun Ajaran 2014/2015.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini terdiri dari manfaat teoritis dan

manfaat praktis.

1.4.1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai perilaku

konsumtif remaja (siswa SMA) beserta faktor yang mempengaruhinya yaitu

persepsi tentang peran orang tua,

peer group

dan

financial literacy

.

a. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian Hidayah (2014).

Dalam penelitian ini menunjukkan hasil bahwa

peer group

dan

financial

berpengaruh terhadap perilaku konsumtif siswa.

b. Penelitian ini merupakan pengembangan dari teori Stanton bahwa salah satu

faktor yang mempengaruhi perilaku konsumtif siswa adalah keluarga yang

dikaitkan dengan persepsi tentang peran orang tua

c. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh

Murisal (2007). Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian

(38)

terhadap

perilaku

konsumtif

siswa.

Sedangkan

penelitian

Murisal

menggunakan pendekatan kualitatif. Dalam penelitian tersebut menjelaskan

bahwa

peer group

mempengaruhi perilaku konsumtif remaja dikarenakan

remaja tidak ingin mendapat penolakan dari kelompoknya.

d. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh

Rahayu (2013) bahwa sesuai dengan teori, peran orang tua berpengaruh negatif

dan signifikan terhadap perilaku konsumtif siswa. Sedangkan dalam penelitian

Rahayu, peran orang tua berpengaruh linier terhadap perilaku konsumtif siswa.

1.4.2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi siswa

sehingga dapat mengontrol perilaku konsumtif.

b. Bagi guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi guru dalam

mengarahkan siswa agar menghindari perilaku konsumtif melalui pembelajaran

ekonomi-akuntansi.

c. Bagi pembaca

Dapat memberikan informasi dan pengatahuan mengenai pengaruh persepsi

tentang peran orang tua,

peer group

dan

financial literacy

terhadap perilaku

konsumtif siswa, juga diharapkan dapat menjadi referensi penelitian lebih

(39)

20

2.1.

Grand Theory

FGHGHG

Behaviorisme Theory

IJ KLMNOKMN P QR S T

U

eh

a

vio

rism

e

VWXYZ[

(

VXYZ\ ]XZ\^ _`a

)

bXc d_cdd_] e _Wf _ gX ba _ [_c d

h\^_`a` _c Y^XW YZd_c\gbX VXZ b_ga` V \ch_` _ci ] \` \Z _c _V_a ]XZ _g __c W _Za g

h\_cdd _] gXe_d_\ ] XZ \^_`a [_ cd e XZh_g_Z ]_h_ ] ZY]YZg \ h_^_b j\^ Y gY j\ ] g\ `Y^ Yd\

.

kXYZ \ \ c\h_] _V h\d_be _Z ` _c gX l_Z _\^ b \_W V _c] _W _Za g bX^ \W _VgXea _W ]XZ \ gV \f_

/

`Xm _h\ _cgX l _Z_j\g \Y^ Yd\ g\cVXZc_^_V _a] \` \Z _cn

o` \ ccXZ

, 1958 (

p\ j_

i dan Anni, 2010:106) mendefinisikan bahwa belajar

merupakan suatu proses perubahan perilaku. Perilaku dalam belajar mempunyai

arti yang luas, yang sifatnya bisa berwujud perilaku yang tidak tampak

q

in

n

ert

b

eh

a

vio

r

) atau perilaku yang tampak (o

vert b

eh

a

vio

r

). Memahami perilaku

individu dapat dilihat dari beberapa pendekatan, yaitu pendekatan psikoanalisis,

pendekatan behavioral dan pendekatan humanisme.

QG OKr sKR QtQru vN RL QrQPN vNv

Psikoanalisis merupakan satu pendekatan dalam memahami suatu perilaku,

dimana teori ini memandang bahwa ketidaksadaran (u

n

co

n

scio

u

s m

in

d

) lebih

memerankan peranan dalam suatu perilaku dibandingkan kesadaran (co

n

scio

u

s

m

in

d

). Ketidaksadaran pada teori psikoanalisis tercermin melalui beberapa

(40)

w

.

xyz { y| }~}zw y}€ ‚ƒ}„

Behavioral merupakan suatu pendekatan dalam memahami suatu perilaku

menekankan pada suatu kondisi stimulus respon, dimana perilaku yang

ditampilkan oleh seseorang merupakan hasil kejadian masa lampau. Sikap dan

perilaku yang ditampilkan ini diartikan sebagai hasil belajar dan stimulus dari

kondisi belajar seseorang pada masa lampau, seperti pengalaman belajar.

…† xyz {y| }~}z ‡ ˆ}z ‰ˆy

Humanisme merupakan suatu pendekatan yang menggunakan prinsip

u

n

co

n

d

ito

n

a

l p

o

sitive re

g

a

rd

atau dengan kata lain pendekatan ini memandang

manusia sebagai individu yang rasional, baik, dapat dipercaya, sehat, mandiri dan

otonom.

Ferrinadewi (2008:71) menyatakan bahwa pada dasarnya teori behavioral

merupakan proses belajar yang terjadi sebagai hasil respon konsumen terhadap

peristiwa-peristiwa eksternal. Respon terhadap stimuli eksternal merupakan hasil

proses belajar yang terjadi dalam benak konsumen, terdiri dari 2 (dua)

pendekatan, yaitu:

Š† ‹

l

Œ Ž Œ‹ ‘’

ditioning,

Pendekatan ini berpendapat bahwa organisme termasuk manusia adalah bentuk

yang pasif yang dapat dipertunjukkan sejumlah stimuli secara berulang-ulang.

Hingga akhirnya stimulus tersebut terkondisikan dan manusia pasti akan

(41)

“” • –

strumental Conditioning

Pendekatan ini

terjadi ketika konsumen belajar untuk menghubungkan antara

stimulus dengan respon tertentu ketika ada dorongan untuk melakukan hal

tersebut. Artinya konsumen hanya akan menghubungkan stimulus dengan respon

bila terdapat sesuatu yang mendorongnya atau insentif misalkan rasa puas, atau

apa saja yang merupakan penghargaan atau hadiah baginya.

Pendekatan behaviorisme dicetuskan oleh John B. Watson yang

berpendapat bahwa manusia akan berkembang berdasarkan stimulus yang

diterimanya dari lingkungan sekitar (stim

u

lu

s

—

resp

o

n

s

). Aliran

b

eh

a

vio

rism

e

Watson memiliki dua prinsip dasar (Chaer 2009:88) yaitu:

1.

Prinsip Kebaruan

˜™

ecen

cy p

rin

cip

le

š›

yang menyatakan manusia akan

memberikan respon yang kuat apabila baru saja menerima stimulus, apabila

stimulus sudah lama diberikan maka pengaruhnya akan lebih lemah.

2.

Prinsip Frekuensi

˜œž

qu

en

cy p

rin

cip

le

š›

yang menyatakan manusia akan

memberikan respon yang kuat apabila sering / banyak menerima stimulus,

apabila stimulus itu jarang diberikan maka responnya akan lemah.

Tingkah laku murid-murid merupakan reaksi-reaksi terhadap lingkungan

mereka pada masa lalu dan masa sekarang, dan bahwa segenap tingkah laku

merupakan hasil belajar (Dalyono, 2005: 30). Menurut teori ini, orang terlibat di

dalam tingkah laku tertentu karena mereka telah mempelajarinya, melalui

pengalaman-pengalaman terdahulu, menghubungkan tingkah laku tersebut dengan

hadiah-hadiah (Desmita,

2009: 44). Teori behaviorisme relevan untuk

(42)

konsumtif dapat dikaitkan dengan perilaku individu dalam bentuk pengambilan

keputusan, pemilihan merk dan penolakan terhadap suatu produk (Suryani, 2008:

28).

Teori behaviorisme dalam penelitian ini mengimplikasikan bahwa dalam

tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioral

produsen (pengajar) dengan stimulan konsumen (peserta didik). Teori ini jika

diterapkan akan membantu siswa dalam mengontrol perilaku konsumtif. Caranya,

guru banyak memberikan stimulus dalam proses pembelajaran, dan dengan cara

ini siswa akan merespon secara positif. Orang tua ikut serta berperan dalam

memberikan penguatan kepada siswa. Apalagi jika diikuti dengan adanya reward

yang berfungsi sebagai reinforcement (penguatan terhadap respons yang telah

ditunjukkan).

Ÿ ¡ Ÿ  ¢£¤

sumer Behavior Theory

¥¦§¨©ª«§ © ª¬ ­® ¯°¨± ² ¯ ³§± ´

µ

o

n

su

m

er

b

eh

a

vio

r

theory (teori perilaku konsumen) menganggap bahwa

semua yang dilakukan oleh konsumen termasuk motivasi, persepsi pembelajaran,

keyakinan, sikap, dll dianggap sebagai perilaku yang berdasar pada proporsi

dalam filosofi psikologi (Demirdjian 2014). Teori ini dapat digunakan untuk

mempelajari perilaku konsumen dalam membuat keputusan pembelian (Howard

1963; Howard and Sheth 1969 dalam Demirdjian, 2014).

Solomon (2006: 7) mendefinisikan bahwa consumer behaviour is the study

of the processes involved when individuals or groups select, purchase, use or

dispose of products, services, ideas or experiences to satisfy needs and desires.

(43)

dalam memilih, membeli atau menggunakan barang dan jasa dalam memenuhi

kebutuhan dan keinginan. Bray (2008) berpendapat bahwa mempelajari

pendekatan perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti persepsi

sosial, pengaruh sosial, penghargaan sosial, teman sebaya, sanksi sosial, dll.

Memahami perilaku konsumen dapat dilihat dari beberapa pendekatan, yaitu

Economic Man, Psychodynamic, Behaviourist, Cognitive dan Humanistic.

¶· ¸¹º » ¹¼ ¶½¶º¾¿Àº À Á ¿Ã¶º

Economic Man merupakan satu pendekatan dalam memahami perilaku konsumen

untuk berperilaku rasional dalam arti ekonomi, pendekatan ini memberikan saran

kepada konsumen, konsumen harus menyadari semua pilihan konsumsi yang

tersedia, baik tindakan alternatif dan tindakan yang optimal.

Ä · ¸¹º » ¹¼ ¶½¶º¸Å Æ¿Ç À» ƺ¶Á ¿

Psychodynamic merupakan suatu pendekatan yang memandang bahwa perilaku

konsumen dipengaruhi oleh faktor biologis melalui kekuatan naluri yang

bertindak di luar pikiran sadar. Prinsip utama dari pendekatan ini adalah biologis,

individu, atau rangsangan lingkungan.

¿· ¸¹º » ¹¼ ¶½¶ºÈ¹ Ç ¶É ÀÊ Ë Š½

Behaviourist merupakan pendekatan yang memandang bahwa perilaku manusia

akan berkembang berdasarkan stimulus yang diterimanya dari lingkungan sekitar.

Prinsip dari pendekatan ini adalah prinsip kebaruan (recen

cy p

rin

cip

le

Ì

dan

(44)

Í

.

ÎÏÐ Í ÏÑ ÒÓÒÐÔÕÖ Ð × Ó×ØÏ

Cognitive merupakan pendekatan yang mengamati tindakan (perilaku) untuk

kognisi intrapersonal. Dalam pendekatan ini, perilaku konsumen dipengaruhi oleh

lingkungan dan pengalaman sosial.

ÏÙ ÎÏÐ Í ÏÑ ÒÓÒÐÚÛ ÜÒÐ ×Ý Ó×Þ

Humanistic merupakan pendekatan yang berusaha untuk mengeksplorasi konsep

instropektif konsumen. Dalam pendekatan ini, perilaku konsumen dipengaruhi

oleh peran emosi dalam pengambilan keputusan.

Teori

co

n

su

m

er b

eh

a

vio

r

dalam penelitian ini mengimplikasikan bahwa

siswa (konsumen) dalam memilih, membeli, menggunakan barang dan jasa harus

berdasarkan kebutuhan bukan berdasar keinginan. Teori ini jika diterapkan akan

membantu siswa dalam mencegah perilaku konsumtif. Pendekatan economic man

dalam

co

n

su

m

er b

eh

a

vio

r th

eo

ry

dapat membantu siswa untuk berperilaku

rasional dalam kehidupan sehari-hari. Hakikat dari pendidikan ekonomi adalah

mendidik para siswa agar bersikap bijak menggunakan sumber daya yang terbatas

dalam memenuhi kebutuhannya. Hal ini sejalan dengan kurikulum nasional untuk

mata pelajaran ekonomi yang diterapkan di tingkat Sekolah Menengah Atas

(SMA). Pada pembelajaran ekonomi diajarkan mengenai hakekat manusia sebagai

makhluk ekonomi dengan pembelajaran mengenai tindakan ekonomi yang

rasional, motif dan prinsip ekonomi serta kegiatan/tindakan ekonomi sehari-hari

yang berdasarkan motif dan prinsip ekonomi. Selanjutnya dalam pembelajaran

ekonomi juga membahas masalah konsumsi. Dengan demikian, maka seharusnya

(45)

melakukan konsumsi termasuk para remaja yang berstatus sebagai siswa dengan

asumsi lebih baik pengetahuannya dibandingkan dengan para remaja lainnya.

Sedangkan pendekatan behaviorist dalam

co

n

su

m

er b

eh

a

vio

r th

ry

eo

dapat

membantu siswa dalam mengontrol keterikatan

p

eer g

ro

u

p

dengan teman

sebayanya, dan dapat membantu orang tua dalam memberikan penguatan kepada

anak karena dalam pendekatan ini perilaku berkembang berdasarkan stimulus

yang diterimanya dari lingkungan sekitar.

ßàßà áâ ãä åæç èéêë ìèíîä ï

ßàßàðà áâ ëñâ ã îä æ ëáâãäåæçèéê ë ìèíîäï

Terdapat beberapa pendapat mengenai perilaku konsumtif. Dikutip dari

situs resmi Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), konsumtivisme

merupakan paham hidup konsumtif. Sifat konsumtif dalam diri seseorang tidak

akan berhenti begitu saja, sifat ini akan bergerak untuk kepuasan nafsu (Zuly

2013). Pendapat lainnya dikemukakan oleh Sembiring (2008: 2) yang menyatakan

konsumtif adalah sebuah perilaku berkonsumsi yang boros, berlebihan, dan dapat

diartikan sebagai gaya hidup yang bermewah-mewah.

Perilaku konsumtif erat kaitannya dengan konsumsi impulsif

ò

im

p

u

lsive

co

n

su

m

p

tio

n

ó

. Konsumsi impulsif merupakan pembelanjaan yang berulang-ulang,

sering berlebihan, sebagai penawar ketegangan, kecemasan, depresi, kebosanan,

dan terjadi akibat dorongan keinginan (Solomon, 2004: 31).

Berdasarkan pendapat mengenai perilaku konsumtif di atas, yang

dimaksud perilaku konsumtif dalam penelitian ini yaitu tindakan siswa dalam

(46)

keinginan sehingga menimbulkan pemborosan dan pengeluaran yang tidak tepat

guna. Dalam hal ini remaja, sering kali tidak dapat membedakan antara kebutuhan

dan keinginan. Solomon (2004: 23) menyatakan, kebutuhan adalah dorongan

biologis dasar yang harus dipenuhi untuk mempertahankan kelangsungan hidup,

sedangkan keinginan menggambarkan hasrat manusia yang berkaitan dengan

kepuasaan sementara.

Sembiring (2008: 5) menyatakan, keinginan ini cenderung menjadi

kebutuhan semu, dalam memenuhi kebutuhan semu biasanya orang tidak tahu

mengapa ia membutuhkannya. Dorongan untuk membeli dan menggunakannya

tidak sungguh-sungguh timbul dari dalam dirinya sendiri, melainkan hanya

sekedar melihat orang lain melakukan hal tersebut.

ôõôõôõ ö÷øùúû

-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumtif

Konsumtif merupakan perilaku yang dilakukan manusia pada umumnya.

Perilaku tersebut dipengaruhi oleh berbagai hal, misalnya saja usia, pendidikan,

tingkat kebutuhan, dan lain-lain. Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku

konsumtif menurut Ferrinadewi (2008: 100) yaitu iklan yang disukai, atmosfer

tempat pertukaran yang nyaman, atau stimuli lainnya. Sementara Khan (2006: 27)

menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen yang konsumtif

yaitu:

1)

Faktor Internal/ individual

a.

Motivasi, yaitu dorongan internal yang menimbulkan kebutuhan dan

menjadi arahan bagi manusia dalam bertindak untuk memenuhi kebutuhan

(47)

b.

Sikap, yaitu bagaimana seseorang merespon terhadap stimulus yang

diberikan. Sikap seseorang banyak dipengaruhi oleh pembelajaran

terhadap lingkungan sekitar.

c.

Kepribadian dan konsep diri, yaitu kualitas mental, fisik, moral dan

karakteristik manusia yang menggambarkan siapa mereka sebenarnya.

d.

Pembelajaran dan memori, tiap hari manusia mendapatkan informasi, dan

manusia berusaha mengingat informasi tersebut dalam memorinya untuk

kepentingan tertentu.

e.

Pemrosesan informasi, manusia menganalisis dan mengolah informasi

yang diperolehnya dan akan menyeleksi informasi yang menurutnya

bermanfaat.

üý þÿ ÿ

a.

Budaya, yaitu pengetahuan, kepercayaan, tradisi, kebiasaan, seni, aturan

moral atau perilaku lainnya yang dianut oleh anggota masyarakat.

b.

Sub-budaya, tiap budaya memiliki sub-budaya yang unik dan berbeda

antar kelompok masyarakat.

c.

Kelas sosial, yaitu kelompok yang memiliki status yang sama di

masyarakat, seperti pendapatan, pendidikan, jabatan, tempat tinggal, dan

sebagainya.

d.

Kelompok sosial (so

cia

l g

ro

u

p

), yaitu kelompok yang terdiri dari

hubungan, sikap dan ketertarikan yang sama. Kelompok ini akan menjadi

(48)

e.

Keluarga, yaitu kelompok primer yang paling penting dan sumber yang

kuat dalam mempengaruhi perilaku seseorang.

f.

Individu, individu memiliki pandangan, dan pendirian yang berbeda

dengan orang lain, dan terkadang menolak pandangan dari kelompoknya.

g.

Pengaruh lain, misalnya peristiwa nasional atau regional seperti

Olimpiade

o

rld

u

p

, perang dan peristiwa lainnya.

Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen.

Faktor-faktor tersebut diduga mempengaruhi perilaku kons

Gambar

Tabel
Tabel 1.1Alokasi Uang Saku Per Bulan Siswa Kelas X IIS dan XI IIS
Tabel 1.2Jenis alat transportasi ke Sekolah
Tabel 1.3Jenis Pekerjaan Orang Tua
+5

Referensi

Dokumen terkait

Mendapatkan peran orang tua yang baik sebesar 55,3% dan persepsi baik tentang perilaku seksual sebesar 66,0%.Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ( p value

Puji syukur kehadirat Allah SWT penulis panjatkan atas segala rahmat dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul “Hubungan Peran Orang Tua

Kemampuan empat aspek financial literacy tersebut tentunya dipengaruhi oleh banyak hal, seperti yang dinyatakan Lusardi, Michell dan Curto (2008) bahwa ada tiga

Puji syukur kehadirat Allah SWT penulis memanjatkan atas segala rahmat dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul “Peran Orang Tua

Hubungan Antara Persepsi Terhadap Perhatian Orang Tua dengan Kecenderungan Perilaku Agresif pada Remaja.. Salatiga : Fakultas Psikologi Universitas Kristen

Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan persepsi remaja tentang perilaku seks pranikah di MAN II Yogyakarta tahun 2010 yang