• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pentingnya Sadar Wisata Untuk Menunjang Kepariwisataan Di Kabupaten Padang Lawas Utara : Studi Candi Portibi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pentingnya Sadar Wisata Untuk Menunjang Kepariwisataan Di Kabupaten Padang Lawas Utara : Studi Candi Portibi"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

PENTINGNYA SADAR WISATA UNTUK MENUNJANG

KEPARIWISATAAN DI KABUPATEN

PADANG LAWAS UTARA : STUDI CANDI PORTIBI

KERTAS KARYA

OLEH

LENWI MAYA TATI TANJUNG

082204016

PROGRAM STUDI D3 PARIWISATA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Kertas Karya

:Pentingnya Sadar Wisata Untuk

Menunjang Kepariwisataan Di

Kabupaten Padang Lawas Utara : studi

kasus candi portibi

Oleh

: LENWI MAYA TATI TANJUNG

NIM

: 082204016

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dekan,

Dr. Syahron Lubis, MA

NIP. 19511013 197603 1 001

PROGRAM STUDI D3 PARIWISATA

Ketua,

(3)

LEMBAR PERSETUJUAN

PENTINGNYA SADAR WISATA MASYARAKATUNTUK

MENUNJANG KEPARIWISATAAN DI KABUPATEN

PADANG LAWAS UTARA : STUDI CANDI PORTIBI

OLEH

LENWI MAYA TATI TANJUNG

082204016

Dosen Pembimbing,

Dosen Pembaca,

(4)

ABSTRAK

Pariwisata adalah sesuatu yang bersifat abstrak, tidak nampak (secara kasat mata) hanya dapat dirasakan, terlebih lagi pariwisata ini sebenarnya sutau konsep yang ingin diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Dunia pariwisata mulai banyak dilirik orang terlebih orang kota yang jenuh dengan rutinitas, dan ingin melepaskan kepenatan. Oleh karena itu bermacam-macam pariwisata ditawarkan, salah satunya adalah wisata budaya seperti objek wisata Candi Portibi yang mulai dikembangkan oleh pemerintah, suatu nilai budaya yang sangat unik dan masih ada kaitannya dengan kehidupan masyarakat sekarang ini.

Portibi merupakan suatu daerah atau kawasan yang memiliki potensi, baik untuk dikembangkan menjadi salah satu daerah tujuan wisata di Kabupaten Padang Lawas Utara. Portibi mempunyai daya tarik berupa peninggalan bersejarah yang sangat autentik, memiliki nilai sejarah yang cukup tinggi, merupakan peninggalan agama Budha yang dipadukan dengan agama Hindu dari India. Terdpat tiga bangunan berupa 3 candi yang tidak berjauhan dan memiliki kesejajaran pada stupa-stupa nya.

Sayangnya pemerintah daerah Kabupeten Padang Lawas Utara kurang memperhatikan kawasan Candi yang sanagat potensial. Percandian ini sudah menjadi kawasan wisata, tapi tidak berkembang, karena hanya dijadikan objek wisata di saat hari-hari besar saja, misalnya hari raya dan ini di kelola penduduk sekitar berganti-gantian tiap tahunnya,tergantung desa manakah yang sanggup untuk memborong tiket yang disediakan. Nah, sayang sekali peninggalan sejarah ini di anggur-anggurkan, pemeritah memeng kurang peka akan potensi wisata yang daerah mereka miliki sehingga banyak sekali hal-hal yang menjadi simpang siur dikarenakan sejarah candi tersebut mulai tidak diketahui kebenerannya. Padahal apabila pemerintah kabupaten dan pemerintah daerah lebih jeli melihat asset pariwisata ini, tentu pasti menjadi pemasukan khas pemerintah daerah dan masyarakat setempat. Harapannya kedepan Pemerintah Daerah maupun masyarakat setempat kawasan Candi Portibi bersama-sama berkontribusi untuk kawasan candi yang sangat potensial ini.

(5)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dah hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini guna melengkapi persyaratan untuk mencapao gelar Diploma III Pariwisata Bidang Keahlian Usaha Wisata pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Adapun judul kertas karya yang penulis ajukan adalah : “Pentingnya Sadar Wisata Untuk Menunjang Kepariwisataan di Kabupaten Padang Lawas Utara : Studi Kasus Candi Portibi”

Penulis menyadari bahwa kertas karya ini masih jauh dari sempurna, yang mana hal ini disebabkan oleh keterbatasan kemampuan, pengetahuan, dan sumber bacaan yang diperoleh, untuk itu dengan hati yang terbuka penulis bersedia menerima saran dan kritikan yang sifatnya membangun pembaca guna penyempurnaan kertas karya ini.

Dalam kertas karya ini, begitu banyak bantuan, dorongan, semangat dan motivasi yang penulis terima dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan rasa haru dan bangga penulis menyampaikan rasa teriamakasih yang tulus kepada :

1. Dr. Syahron Lubis, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

2. Arwina Sufikha, SE, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pariwisata, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

3. Solahuddin Nasution, SE, M.SP, selaku Koordinator Praktek Bidang Keahlian Usaha Wisata, Program Studi Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

4. Marzaini Manday, MSPD, selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bantuan serta pengarahan selama menyusun kertas karya ini. 5. Drs.Haris Sutsn Lubis, M. selaku Dosen Pembaca yang telah memberikan

saran dan petunjuk atas penyempurnaan kertas karya ini.

(6)

dapat menyelesaikan kertas karya ini. “thanks a lot for everything that you show me”.

7. Sahabat-sahabat tercinta semua anak UW 08’ dan Hotel 08’ yang tidak disebutkan satu persatu,terimakasih atas bantuannya.

8. Untuk Abanganda Awal Bangun Tanjung dan Adinda Ahmad Arifin yang selalu siap sedia mengantar dan menjemput saya untuk melakukan penelitian.

9. Untuk Camat Portibi Haholongan Siregar S.E, M.M yang memberikan motivasi dan arahan untuk menyelesaikan kertas karya ini.

10.Untuk informan yang bersedia meluangkan waktunya buat penulis untuk menyelesaikan kertas karya ini.

Penulis telah mencurahkan segala kemampuan, tenaga, dan pikiran serta waktu dalam menyelesaikan kertas karya ini. Namun demikian, penulis menyadari bahwa kertas karya ini memiliki banyak kekurangan. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati sebagai manusia biasa penulis mengharapkan saran dan masukan yang membangun dari para pembaca. Besar harapan penulis kiranya kertas karya ini dapat berguna bagi para pembaca.

Medan, Maret 2011 Penulis

(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul ... 1

1.2 Tujuan Pembahaasan ... 3

1.3 Pembatasan Masalah... 3

1.4 Metode Penelitian ... 4

1.5 Sistematika Penulisan ... 5

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian dan defenisi pariwisata ... 7

2.2 Jenis-jenis Pariwisata ... 9

2.3 Bentuk-bentuk Pariwisata ... 10

2.4 Pengertian Sadar Wisata ... 11

2.5 Usaha Sadar Wisata dalam Perkembangan Kepariwisataan ... 13

2.6 Pengertian Sapta Pesona ... 18

BAB III MASALAH SADAR WISATA UNTUK MENUNJANG KEPERIWISATAAN DI PADANG LAWAS UTARA 3.1 Demografi Padang Lawas Utara ... 21

3.2 Potensi WisataPadang Lawas Utara ... 22

3.3 Manfaat Pariwisata ... 23

3.4 Usaha-usaha Dalam Pembinaan Sadar Wisata ... 23

BAB IV ANALISA MASALAH BAGI MASYARAKAT PADANG LAWAS UTARA 4.1 Sejarah Candi Portibi ... 26

(8)

BAB V PENUTUP ... 31

5.1 Kesimpulan ... 30

5.2 Saran ... 30

DAFTAR INFORMAN ... 32

(9)

ABSTRAK

Pariwisata adalah sesuatu yang bersifat abstrak, tidak nampak (secara kasat mata) hanya dapat dirasakan, terlebih lagi pariwisata ini sebenarnya sutau konsep yang ingin diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Dunia pariwisata mulai banyak dilirik orang terlebih orang kota yang jenuh dengan rutinitas, dan ingin melepaskan kepenatan. Oleh karena itu bermacam-macam pariwisata ditawarkan, salah satunya adalah wisata budaya seperti objek wisata Candi Portibi yang mulai dikembangkan oleh pemerintah, suatu nilai budaya yang sangat unik dan masih ada kaitannya dengan kehidupan masyarakat sekarang ini.

Portibi merupakan suatu daerah atau kawasan yang memiliki potensi, baik untuk dikembangkan menjadi salah satu daerah tujuan wisata di Kabupaten Padang Lawas Utara. Portibi mempunyai daya tarik berupa peninggalan bersejarah yang sangat autentik, memiliki nilai sejarah yang cukup tinggi, merupakan peninggalan agama Budha yang dipadukan dengan agama Hindu dari India. Terdpat tiga bangunan berupa 3 candi yang tidak berjauhan dan memiliki kesejajaran pada stupa-stupa nya.

Sayangnya pemerintah daerah Kabupeten Padang Lawas Utara kurang memperhatikan kawasan Candi yang sanagat potensial. Percandian ini sudah menjadi kawasan wisata, tapi tidak berkembang, karena hanya dijadikan objek wisata di saat hari-hari besar saja, misalnya hari raya dan ini di kelola penduduk sekitar berganti-gantian tiap tahunnya,tergantung desa manakah yang sanggup untuk memborong tiket yang disediakan. Nah, sayang sekali peninggalan sejarah ini di anggur-anggurkan, pemeritah memeng kurang peka akan potensi wisata yang daerah mereka miliki sehingga banyak sekali hal-hal yang menjadi simpang siur dikarenakan sejarah candi tersebut mulai tidak diketahui kebenerannya. Padahal apabila pemerintah kabupaten dan pemerintah daerah lebih jeli melihat asset pariwisata ini, tentu pasti menjadi pemasukan khas pemerintah daerah dan masyarakat setempat. Harapannya kedepan Pemerintah Daerah maupun masyarakat setempat kawasan Candi Portibi bersama-sama berkontribusi untuk kawasan candi yang sangat potensial ini.

(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul

Saat ini kegiatan kepariwisataan sudah menjadi salah satu kebutuhan yang spesifik, sehingga sektor pariwisata merupakan bagian penting dalam pembangunan nasional. Sejalan dengan itu perkembangan demi perkembangan dalam meningkatkan kepariwisatan di Negara Indonesia sedang gencar dilakukan pemerintah sebai sektor yang dapat diandalkan, mulai dari perkembangan di bidang ilmu, teknologi, dan komunikasi yang semakin canggih, membuat dunia ini semakin kecil dan mudah dijangkau. Perkembangan ini menimbulkan rasa keingintahuan manusia tentang dunia atau sesuatu yang belum diketahuinya melalui alat komukasi. Keinginan tersebut tentu saja dibarengi oleh rasa ingin menikmati sesuatu yang belum pernah dirasakan sebelumnya yang pada akhirnya membawa dampak yang sangat besar kepada kepariwisataan.

yang telah Sebagaiman digariskan dalam GBHN 1993 bahwa misi pengembangan kepariwisataan adalah, pembangunan kepariwisataan dilanjutkan dan ditingkatkan dengan mengembangkan serta mendayagunakan sumber dan potensi kepariwisataan nasional menjadi kegiatan ekonomi yang dapat diandalkan untuk memperbesar penerimaan devisa , memperluas kesempatan berusaha dan lapangan kerja terutama bagi masyarakat setempat, mendorong pembangunan kepariwisataan daerah serta memperkenalkan alam, dan nilai budaya bangsa. Dalam pembangunan kepariwisataan tetep dijaga kepribadian bangsa, nilai budaya bangsa dan pelestarian mutu lingkungan hidup.(Pendit,1994 : 11)

(11)

Candi Portibi adalah salah satu peninggalan bersejarah yang sangat autentik dan salah satu aset sumatera utara yang pada dahulunya sudah eksis sejak abad ke- 11 M.

Pentingnya sadar wisata adalah salah satu cara untuk mengembangkan kepariwisataan di daerahnya masing-masing. Masyarakat diharapkan mengerti bahwa pariwisata itu bukanlah hal buruk, hal-hal yang menurut penduduk sekitar yang masih primitif adalah suatu petaka bagi desa mereka, yang takut tercemar oleh budaya luar yang menurut mereka tidak pantas untuk masyarakat.

Penduduk juga takut budaya dan adat istiadat yang mereka anut selama ini tergantikan oleh hal-hal baru dari orang asing yang datang berkunjung ke daerah mereka. Objek-objek wisata yang ada di Kabupeten Padang Lawas Utara yang memiliki nilai sejarah dan keindahan benar-benar terlupakan atau terabaikan oleh Pemerintah dan masayarakat. Karena pemerintah dan masyarakat kuarang peka terhadap apa yang mereka miliki untuk kesejahteraan masyarakat daerah tersebut.

Dalam hal ini, ingin diberitahukan bahwa pemikiran-pemikiran buruk yang selama ini meraka takutkan tidak akan terjadi, bahkan hal-hal baru yang akan memberikan keuntungan besar buat mereka baik masyarakat itu sendiri dan juga pemerintah, pendapatan daerah dan penduduk akan meningkat.

Kegiatan ini juga bisa menyalurkan kreatifitas masyarakat seperti kerajinan-kerajinan tangan atau hasil karya lain yang dibuat oleh penduduk sekitar sebagai ciri khas dari suatu daerah tujuan wisata tersebut. Ini termasuk upaya pengurangan- penganguran di daerah tersebut. Dengan terbentuknya Kabupaten Padang Lawas Utara, pamerintah mulai membuat suatu cara baru untuk menunjang kepariwisataan di daerahnya dengan melakukan berbagai renovasi pada komplek percandian yang ada.

(12)

Wisata Untuk Menunjang Kepariwisataan Di Kabupaten Padang Lawas Utara : Studi Kasus Candi Portibi”

1.2 Pembatasan Masalah

Sebagaimana diketahui bahwa kepariwisataan itu sangat luas ruang lingkup permasalahannya, maka dalam penulisan kertas karya ini penulis membatasi materi pembahasan yang dititikberatkan pada objek ,daya tarik yang memiliki nilai bersejarah dan perkembangan pariwisata di Kabupaten Padang Lawas Utara, kesadaran masyarakat yang ditunjang oleh pemerintahnya terhadap kepariwisataan khususnay Candi Portibi yang menurut penulis cukup menarik untuk ditinjau lebih lanjut.

Dalam pengembangan sektor pariwisata di Kabupaten Padang Lawas Utara ini, masyarakat merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan, karena masyarakat berperan serta didalamnya, yaitu faktor yang menentukan berhasil tidaknya pengembangan kepariwisataan itu. Hal ini dapat dilihat betapa pentingnya peranan masyarakat Kabupaten Padang lawas Utara sebagai tulang punggung untuk melaksanakan segala kegiatan yang dilakukan demi kepentingan dan kemajuan sektor pariwisata itu, yakni dengan adanya suatu kerja sama yang terarah, sehingga melahirkan hasil yang diharapkan.

Bagaimanapun juga untuk mengembangkan suatu objek wisata merupakan bagian dari kehidupan masyarakat itu sendiri. Sehingga apa yang menjadi daya tarik bagi wisatawan sangat tergantung kepada sambutan masyarakat karena hal ini merupakan suatu kesan bagi wisatawan selama berkunjung ke objek wisata kabupaten Padang Lawas Utara khususnya.

1.3 Tujuan Penulisan

Dengan diprioritaskannya daerah Sumatera Utara sebagai satu daerah tujuan wisata Nasional, maka titik tolak terlaksananya kehidupan sosial di daerah Kabupaten Padang Lawas Utara tidak terlepas dari upaya pembangunan kepariwisataan secara keseluruhan.

(13)

1. Sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi di Program Diploma III Pariwisata Bidang Usaha Wisata pada Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

2. memberikan informasi tentang sejarah Candi Portibi bagi para pembaca umumnya dan rekan-rekan mahasiswa khususnya.

3. memberiakan sumabngan pemikiran kepada masyarakat setempat dan pemerintah daerah Kabupaten Padang Lawas Utara atas permasalahan Candi Portibi melalui kertas karya ini.

Untuk itulah perlu dipelajari secara mendalam masalah-masalah yang langsung berkaitan dengan pariwisata ke dalam berbagai kegiatan dengan suatu landasan berfikir dalam membuat pertimbangan yang obyektif untuk dapat membina dan mengembangkan pariwisata yang dimaksud. Uraian dan pemikiran dalam membicarakan pariwisata secara mendalam dan terurai ialah dengan adanya keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat R.I No.II/MPR/1983 tentang pengembangan pariwisata Indonesia yang dituangkan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara Yang Berbunyi “Kepariwisataan perlu ditingkatkan dan diperluas untuk meningkatkan penerimaan devisa, memperluas lapangan kerja memperkenalkan kebudayaan, pembinaan serta pengembangan pariwisata dilakukan dengan tetap mempethatikan terpeliharanya kebudayaan dan keperibadian Nasional”.

1.4 Metode Penelitian

Dalam penyusunan kertas karya ini, penulis telah mencoba mengumpulkan berbagai data, baik secara langsung maupun tidak langsung, bersumber berbagai pihak pula. Untuk lebih jelasnya penulis menempuh berbagai cara di bawah ini :

1. Library Research

(14)

2. Field Research

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan ke objek wisata Kabupaten Padang Lawas Utara secara langsung dengan pimpinan daerah setempat, maupun dengan masyarakat, sehingga berbagai data dan keteranagn dapat diperoleh.

• Observasi , yaitu melihat langsung hal-hal yang berkaitan dengan materi pembahasan, melihat langsung objek yang dibahas.

• Wawancara, yaitu data yang diperolrh penulis dengan cara mewawancarai langsung pihak-pihak yang berkaitan dengan pelaksanaan penelitian untuk memperoleh data yang akurat.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan diperlukan untuk menjaga komunitas jalan pikiran dan penyajian kertas karya ini secara utuh. Penulis melakukan sistematika pembahasan sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan

Dalam bab ini penulis menjabarkan mengenai pemilihan judul, pembatasan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematiak penulisan.

BAB II : Uraian Teoritis Kepariwisataan

Bab ini membahas tenteng tinjauan teoritis kepariwisataan, pengertian pariwisata,jenis-jenis dan bentuk-bentuk pariwisata dan pengertian sadar wisata dan usaha-usaha dalam pengembangan kepariwisataan serta pengertian sapta pesona wisata.

BAB III : Masalah sadar wisata untuk menunjang kepariwisataan

(15)

BAB IV : Analisis masalah masyarakat Kabupaten Padang Lawas Utara

Pada bab ini membahas tentang sejarah singkat candi portibi dan dibicarakan mengenai sikap masyarakat terhadap nilai budaya atau objek wisata yang ada di daerahnya, peran pemerintah dalam kepariwisataan di Kabupaten Padang Lawas utara.

BAB V : Penutup yang berisikan kesimpulan dan saran

Bab ini merupakan bab terakhir, dimana penulis akan mencoba mengambil beberapa kesimpulan dan saran terhadap kepariwisataan di Kabupaten Padang Lawas Utara

(16)

BAB II

URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN

2.1 Pengertian dan defenisi pariwisata

Istilah “pariwisata” adalah : “suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari satu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha (business) atau mencari nafkah di tempat yang ia kunjungi, tetapi semata-mata untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam” (Yoeti, 1996 : 116). Disamping itu beberapa ahli memberi pendapt sebagaimana berikut ini :

1. Dr. Hubbert Gulden ( dalam Yoeti, 1996 : 117)

”Suatu seni dari lalu lintas dimana manusia berdiam disuatu tempat asing untuk maksud tertentu, tetapi dengan kediamannya itu tidak boleh tinggal atau menetap untuk melakukan pekerjaan selama-lamanya atau meskipun sementara waktu, yang sifatnya masih berhubungan dengan pekerjaan”. 2. Prof. Hunzieker dan Prof. K. Krapt (dalam Yoeti,1996 : 115)

Memberikan batasan yang bersifat teknis, mengatakan bahwa pariwisata adalah: ”Keseluruhan dari gejala-gejala yang ditimbulkan oleh perjalanan dan pendiaman orang-orang asing serta penyediaan tempat tinggal sementara asalkan pendiaman itu tidak tinggal menetap dan tidak memeperoleh penghasilan dari aktivitas yang sifatnya sementara tersebut”. 3. Prof. Salah Wahab (bangsa Mesir) dalam bukunya berjudul “ An

Introduction On Tourist Theoraphy” (dalam Yoeti 1996 : 116)

Menjelaskan bahwa pariwisata adalah: “Suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar yang mendapatkan pelayanan secara bergantian diantara orang-orang dalam suatu Negara itu sendiri ataupun diluar negeri meliputi pendiaman orang-orang dari daerah lain (suatu Negara) untuk sementara waktu dalam mencari kepuasan yang beranekaragam dan berbeda dengan apa yang dialami di tempat ia `memperoleh pekerjaan tetep”.

(17)

”Segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk semua penyelenggaraan kegiatan kepariwisataan”.

Ketetapan MPRS No.1-II Tahun 1996 (dalam Yoeti, 1996 : 118)

”Suatu cara untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam memberi hiburan rohani dan jasmani setelah beberapa waktu bekerja serta mempunyai modal melihat-lihat daerah lain (pariwisata dalam negeri) atau negara-negara lain (pariwisata luar negeri)”.

Pengertian yang lebih terperinci dan mendekati harapan adalah batasan yang disesuaikan dengan rekomendasi Pasific Area Travel Associatin (PATA) yang didasarkan atas batasan League of Nation tahun 1936 yang telah diberi amandemen Komisi Tehnik IUTO (International Union of Official Travel Organization), antara lain:

a. Orang-orang yang mengadakan perjalanan untuk bersenang-senang, untuk keperluan pribadi serta untuk keperluan kesehatan dan lain-lain.

b. 0rang-orang yang sedang melakukan perjalanan bermaksud untuk mengunjungi pertemuan, didalam sebagai utusan dari berbagai badan (ilmiah, administrasi, diplomatik, kenegaraan, Olahraga dan sebagainya). c. Pejabat pemerintah dan orang-orang militer dan keluarganya yang

diposkan disuatu negara lain hendaknya jangan dimaksudkan kedalam kategori ini, tetapi apabila mereka melakukan perjalanan ke naegara lain maka halini dapat digolongkan sebagai wisatawan. (Pendit,1994 : 38) Batasan lain mengenai arti kepariwisatawan tercantum melalui surat keputusan Gubernur Sumatera Utara tertanggal 2 agustus 1971 sebagai berikut: Kepariwisataan adalah lalu lintas manusia dan barang-barang bawaanya dengan tujuan perjalanan untuk keperluan rekreasi, hiburan, kesehatan, pendidikan, olahraga, perdagangan, kekeluargaan, pertemuan-pertemuan, dan kunjungan muhibah oleh warga negara tersendiri maupun asing dengan tidak bermaksud untuk tidak menetap.Apabila ditinjau lebih jauh, batasan-batasan wisatawan adalah sebagai berikut:

(18)

2. Menukmati perjalanan itu tanpa ada unsur paksaan 3. Lamanya tidak melebihi satu tahun

2.2Jenis-jenis Pariwisata

Menurut jenisnya maka pariwisata ini terbagi atas:

1. Pleasure Tourist, yaitu Pariwisata untuk menikmati perjalanan 2. Recretion Tourist, yaitu Pariwisata dengan tujuan rekreasi 3. Cultural Tourism, yaitu Pariwisata untuk kebudayaan 4. Sport Tourism, yaitu Pariwisata dengan tujuan olahraga 5. Business Tourism, yaitu Pariwisata untuk bisnis

2.2.1 Pleasure Tourist

Bentuk pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang meninggalkan tempat tinggalnya untuk berlibur, untuk mengetahui kehendak rasa ingin tahu, untuk merilekskan ketegangan urat saraf, untuk mendapatkan ketenangan. Sementara orang mengadakan perjalanan semata-mata untuk menikmati tempat atau lingkungan yang jelas berbeda abtara stu dengan yang lainnya untuk dikunjungi.

Jenis pariwisata ini banyak mengangkut unsur-unsur yang sifatnya berbeda-beda, disebabkan oleh pengertian pleasure yang membedakan kadar pemuasnya sesuai dengan karakter, cita rasa, latar belakang kehidupan, serta tempramen masing-masing individu. Dari jenis-jenis pariwisata yang penulis sebutkan satu persatu diatas, maka jenis-jenis pariwisata untuk menikmati perjalanan ini adalah yang tebesar jumlahnya.

2.2.2 Recreation tourist

(19)

Dengan kata lain mereka dengan alasan kesehatan, harus tinggal di tempat yang khusus memulihkan kesehatan seperti sumber air panas.

2.2.3 Cultural tourism

Jenis pariwisata ini dilakaukan oleh orang-orang yang ingin mempelajari kebudayaan suatu negara tertentu. Biasanya mereka mengunjungi pusat-pusat kebudayaan seperti sanggar tari, monumen, candi-candi dan peninggalan budaya lainnya. Kadang-kdang mereka ingin mengetahui kehidupan suku-suku bangsa tertentu, sehingga tak jarang mereka berbaur dengan masyarakat.

2.2.4 Sport Tourism

Jenis pariwisata ini terbagi atas dua kategori: Big Sport Event dan Sport Tourism of Practitioner. Big sport event yaitu peristiwa-peristiwa olah raga seperti: Olympiade, kejuaraan tinju dunia, World cup, dan sebagainya. Sedangkan Sport Toursm of Practicioner yaitu pariwisata olah raga bagi mereka ingin memperaktekkan sendiri, sepert: medaki gunung, berburu, dan memancing.

2.2.4 Business Tourism

Biasanya pariwisata ini dilakukan oleh sekelompok orang yang sifatnya untuk urusan bisnis, seperti kunjungan ke pameran produksi barang-barang. Namun disamping urusan bisnis, mereka juga sering berkunjung.

2.3 Bentuk-bentuk Pariwisata

Nyoman S. Pendit, (1994) dalam bukunya, Ilmu Pariwisata, Sebuah Pengantar Perdana, mengemukakan bentuk pariwisata dapt dibagi menurut kategori sebagi berikut :

a) Menurut asal wisatawan.

• Pariwisata dalam negeri atau pariwisata nusantara yaitu pariwisata dalam negeri.

• Pariwisata internasional atau pariwisata nusantara yaitu pariwisata luar negeri.

b) Menurut akibatanya terhadap neraca pemabayaran.

(20)

• Pariwisata pasif yaitu warga negara yang ke luar negeri memberikan efek negatif terhadap neraca pembayaranluar negeri.

c) Menurut jangka waktu.

• Pariwisata jangka pendek yaitu apabila wisatawan yang berkunjung ke suatu DTW hanya beberapa hari saja.

• Pariwisata Jangka Panjang yaitu apabila wisatawan yang berkunjung ke DTW waktunya sampai berbulan-bulan yang membedakan adalah lama tinggal.

d) Menurut jumlah wisatawan.

• Pariwisata tunggal yaitu apabila wisatawan yang berpergian hanya satu orang atau satu keluarga.

• Pariwisata rombongan yaitu apabila wisatawan yang berpergian satu kelompok atau rombongan yang berjumlah 15 sampai dengan 20 orang atau lebih.

e) Menurut alat angkut yang dipergunakan.

• Pariwisata udara.

• Pariwisata laut.

• Pariwisata kereta api.

• Pariwisata mobil.

2.4 Pengertian Sadar Wisata

(21)

langsung, itu merupakan partisipasi dalam kepariwisataan, karena itu wisatawan juga senang akan kebersihan.

Pengembangan pariwisata yang berhasil justru harus mampu menjuang pemeliharaan atau pengembangan yang baik. Sedang partisipasi secara langsung adalah merupakan partisipasi masyarakat secara sadar yang memeng diarahkan untuk pengembangan pariwisata. Misalnya saja, pengembangan secara gotong royong, pentas-pentas pertunjukan untuk dijadikan sebagai tempat atraksi wisata ataupun kerelaan masyarakat untuk melepaskan sebagian dari tanahnya bagi kepentingan sarana atau prasarana pariwisata, karena mereka sadar bahwa daerahnya digunakan bagi pembangunan yang bermanfaat bagi masyarakat. Hal ini merupakan bentuk partisipasi masyarakat atas pengembangan pariwisata akan lebih serasi bila dilandasi dengan pengertian mengenai kepariwisatan karena kesadaran masyarakat terhadap pariwisata dapat dimanfaatkan sebagai salah satu penunjang pembangunan kepariwisataan.

Pariwisata merupakan salah satu mobilitas manusia secara langsung sangat berkaitan erat dengan segi kehidupan manusia ataupun lingkungan hidupnya, sehingga hubungan timbal balik yang terjadi perubahan-perubahan terhadap segi kehidupan, sifat manusia dengan lingkungan hidup mau secara positif maupun negatif. Dikatakan positif karena pariwisata dapat meningkatkan kegiatan perekonomian dan sosial budaya seperti:

• Adanya peningkatan devisa negara

• Meningkatkan kesempatan kerja

• Dapat memperkenalkan kebudayaan dengan tetap mempertahankan keperibadian bangsa

• Dapat menambah income masyarakat

• Dapat menambahkan pendapatan dari pajak

• Pariwisata bermanfaat karena adanya usaha pemeliharaan lingkungan seperti usaha kebersihan, nilai-nilai dan keramah-tamaan

(22)

Sebaliknya dikatakan negatif,karena pariwisata dapat menyebabkan:

• Kunjungan yang terlalu sering ke tempat peninggalan sejarah dan kebudayaan, bisa merusak merosotnya nilai peninggalan tersebut.

• Terjadi kerusakan moral akibat pola kebudayaan dan sikap wisatawan tidak sesuai dengan keperibadian bangsa Indonesia

• Tersisihnya masyarakat kedaerah lain sebagai akibat dari pengembangan pariwisata di daerahnya

Berdasarkan dari uraian di atas, maka langkah pertama ke arah sasaran yang akan dicapai agar pariwisata dapat memberikan keuntungan yang semaksimal mungkin, adalah dengan adanya sadar wisata dari masarakat.Dengan demikian sadar wisata ini merupakan suatu proses yang dapat menimbulkan perubahan segi kehidupan, sifat-sifat manusia atau lingkungan hidup,sehingga dapat menjadi pendorong kearah pemeliharaan dan perkembangan masyarakat secara positif yang langsung dapat mempengeruhi tata kehidipan mereka.( bahan penyuluhan sadar wisata 1992)

2.5 Usaha Sadar Wisata dalam Perkembangan Kepariwisataan

Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat untuk mengatur mengurus dan melayani wisatawan. Karena kepariwisataan sebagai gejala tuntutan kebutuhan manusia yang wajar mempunyai lingkup pengaruh, maka pengembangan kepariwisataan harus merupakan pengembangan yang berencana menyeluruh, sehingga dapat diperoleh manfaat yang optimal bagi masyarakat baik dari segi ekonomi, sosial dan budaya.

LANDASAN HUKUM DASAR PEMBANGUNAN PARIWISATA

(23)

• Pembangunan pariwisata perlu ditingkatkan untuk memperluas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, meningkatkan peneriamaan devisa serta memperkenelkan kebudayaan Indonesia. Pembinaan serta pembangunan pariwisata dilakukan dengan tetep memperlihatkan terpeliharanya kebudayaan dan keperibadian nasional.

• Pembinaan dan pengembangan pariwisata dalam negri ditingkatkan dengan tujuan lebih mengenalkan alam dan kebudayaan bangsa dalam memupuk rasa cinta tanah air dan menanamkan jiwa, semangat serta nilai-nilai 1945 disamping memperluas lapangan kerja.

• Dalam rangka mengembangkan pariwisata perlu diambil langkah-langkah yang lebih terarah berdasarkan kebijaksanaan yang terpadu, antara lain berupa peningkatan kegiatan promosi dan pendidikan kepariwisataan, penyediaan sarana dan prasarana serta peningkatan mutu kelancaran pelayanan. (Samsuridjal dkk:1997 : 84)

Berdasarkan ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat RI No.II/MPR/1983 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara, maka pengembangan pariwisata pada dasarnya mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

1. Perencanaan pengembangan pariwisata harus menyeluruh sehingga seluruh segi pengembangan pariwisata diperhitungkan dengan memperhatikan pula untung rugi apabila dibandingkan dengan pengembangan sektor lain. Jadi apabila sektor lain lebih menguntungkan dari pengembangan sektor pariwisata pembangunan sektor lain harus lebih diutamakan terutama menyangkut kegiatan sosialnya dibandingkan segi komersialnya, misalnya untuk meningkatkan prestasi kerja, untuk lebih mengenal tanah air untuk persahabatan antar bangsa. Keuntungan keuangan semata-mata tidak diutamakan, bahkan untuk menggalakkan tidak jarang pemerintah memberikan peraturan-peraturan atau subsidi. 2. Pengembangan kepariwisataan harus diintegrasikan ke dalam pola dan

(24)

Karena itu pengembangan kepariwisataan saling berkaitan dengan sektor lainnya dan dapat mempengaruhi sektor lainnya.

3. Pengembangan kepariwisataan harus diarahkan sedemikian rupa sehingga membawa kesejahteraan ekonomi yang tersebar luas dalam masyarakat. 4. Pengembangan kepariwisataan harus sadar lingkungan sehingga

pengembangan mencerminkan ciri-ciri khas budaya lingkungan alam suatu negara, bukannya merusak lingkungan alam budaya yang khas itu. Pertimbangan utama harus mendayagunakan pariwisata sebagai sarana untuk memelihara kekayaan budaya lingkungan alam dan peninggalan sejarah, sehingga masyarakat sendirinya dapat menikmati dan merasakan akan kekayaannya.

5. Pengembangan kepariwisataan harus diarahkan sedemikian rupa sehingga pertentengan sosial dapat dicegah seminimal mungkin dan menimbulkan perubahan sosial.

6. Penentuan tata cara pelaksanaannya harus disusun sejelas-jelasnya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang termasuk sesuai dengan kemampuan.

Contoh: Apakah pengembangan pariwisata diserahkan modal asing atau domestik atau keduanya. Seberapa jauh peran pemerintah dalam pengembangan pariwisata, mengenai bidang saja ataukah terbatas pada pengarahan saja dan seterusnya.

Lebih tegas lagi apabila tatacara pelaksanaannya dapat ditentuakan sehinggaa menjamin pengembangan kepariwisataan sesuai dengan tujuan yang direncanakan.

Misalnya: penentuan metode atau pengaturan pengaturan tertentu yang mengarahkan pengembangan pariwisata maupun meningkatkan pendapatan masyarakat seluas-luasnya. Pengaturan-pengaturan tertentu mampu mendorong pengembangan seni budaya dan seterusnya.

(25)

merugikan sehingga merupakan sarana pengadilan pengembangan yang terarah.

Dari sudut lain apabila pengembangan ditinjau dari sudut pelaksanaanya yang bersifat teknis operasional, maka yang harus diperhatikan adalah :

1. Pembinaan pokok pengembangan sadar wisata

Pembinaan produk wisata merupakan usha terus menerus untuk meningkatkan mutu maupun pelayanan daripada berbagai unsur produk wisata itu sendiri, misalnya: jasa penginapan, jasa angkutan wisata, jasa hiburan dan sebagainya. Pembinaan tersebut dapat berupa komunikasi usaha-usaha, seperti pendidikan dan latihan, pengaturan/pengarahan pemerintah, pemberian rangsangan ataupun terciptanya kondisi iklim persaingan sehat mendorong pendidikan mutu produk dan pelayanan.

2. Pemasaran

Banyak batasan mengenai pemasaran. Secara umum disini dapat dibatasi sebagai seluruh kegiatan untuk mempertemukan permintaan dan penawaran, sehingga pembeli mendapat kepuasan, dan penjual mendapat keuntungan semaksimal mungkin dengan resiko sekecil-kecilnya. Usaha –usaha pemasaran perlu untuk menarik pembeli, mengingat dalam dunia pariwisata persaingan sudah terlalu tajam. Bagi produk yang baru pemasaran perlu untuk memperkenalkan produk tersebut, dan apabila tidak dipromosikan terlebih dahulu maka produk tersebut akan laku. Untuk produk lama pun perlu penyegaran (revitalizing) sedang pada pemasaran merupakan panca indra, sekaligus anggota badan yang mampu memberiakan penyegaran atas suatu produk sesuai permintaan.

(26)

“marketing mix” atau “paduan pemasaran”. Paduan pemasaran sebenarnya dapat disebut suatu taktik operasi dengan tujuan untuk mempertemukan penawaran dan permintaan. Sebagai seorang distributor ia harus menemukan perpaduan unsur-unsur yang tepat yang merupakan taktik untuk mencapai tujuan.

3. Pembinaan Masyarakat Pariwisata

Adapun tujuan pembinaan masyarakat pariwisata adalah :

a. menanggalkan pemeliharaan segi-segi positif yang berupa kegiatan sifat atau sikap masyarakat yang langsung bermanfaat bagi pengembangan masyarakat itu sendiri maupun kepariwisataan. Misalnya: Kebersihan merupakan hal yang sangat bermanfaat bagi masyarakat dan pariwisata, pemeliharaan lingkungan, nilai-nilai keindahan, keramahtamahan, merupakan hal yang bermanfaat bagi pariwisata pula.

b. Menggalakkan usaha-usaha pencegahan pengaruh buruk yang mungkin timbul sebagai akibat perkembangan pariwisata, atau setidak-tidaknya membatasi pengaruh tersebut sekecil mungkin. Misalnya: pendidikan kepribadian disekolah-sekolah, kepemudaan, pembuatan pengaturan-pengaturan tertentu seperti larangan atas wisatawan hippies dan lain sebagainya.

c. Pembinaan kerja sama yang merupakan kunci berhasil tidaknya pengembangan pariwisata apakah itu kerja sama dalam pemasaran atau pembinaan masyarakat. Dengan demikian situasi atau kebijaksanaan yang mampu menciptakan iklim kerja sama, maupun cara atau seni untuk melaksanakan kerja sama itu.

Faktor-faktor yang penting dalam hal ini adalah:

• Adanya kepentingan bersama

• Hubungan antara manusia

• Kelancaran organisasi kerja sama

(27)

kegiatan-kegiatan tertentu lainnya. Sadar wisata masyarakat dilain pihak merupakan sarana yang kuat pula untuk menggalakkan perkembangan wisata dalam negeri atau wisata nusantara karena mampu meningkatkan motivasi berwisata.

Pengembangan pariwisata merupakan usaha yang terus menerus, pengambangan itu harus mampu memberi daya saing terhadap daerah tujuan wisata lain, baik dari segi pelayanan, atraksi, maupun objek wisata, sehingga disesuaikan denga selera wisatawan. Peranan penelitian dalam hal ini mutlak, karena merupakan upaya penting sekali agar pengembangan pariwisata dapat mencapai sasarannya sebelum dilakukan pembangunan-pembangunan, peningkatan jenis-jenis pelayanan jasa yang dapat memuaskan wisatawan, ataupun dalam rangka penyelenggaraan pemasaran wisatawan yang terarah.

Disamping penelitian merupakan kunci dalam pengembangan wisata, karena industri pariwisata memerluakan karyawan yang terampil dan mampu menangani industri pariwisata. Karyawan-karyawan lama perlu mendapatkan penyegaran melalui penatran-penataran karena adanya perkembangan yang baru dalam kepariwisataan. Calon karyawan baru juga harus dipersiapkan dididik supaya terampil sebelum menempati tugas baru.

2.5 Pengertian Sapta Pesona Wisata

Sapta pesona lahir atas prakarsa Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi, Soesilo Soedarman. Adapun maksud dari Sapta Pesona wisata adalah tujuh pokok-pokok dalam mewujudkan kepariwisataan yang harus dilaksanakan

1. Kamanan

Menciptakan lingkunangan yang aman bagi wisatawan dan berlangsungnya kegiatan keperiwisataan, sehingga wisatawan tidak merasa cemas dan dapat menikmati kunjungannya kesuatu destinasi wisata.

2. Kebersihan Bentuk aksi:

(28)

• Turut menjaga kebersihan sarana dan lingkungan objek dan daya tarik wisata

• Menyiapkan sajian makanan dan minuman yang higienis

• Menyiapkan perlengkapan penyajian makanan dan minuman yang bersih

• Pakaian dan penampilan petugas bersih dan rapi Tujuan:

Menciptakan lingkungan yang bersih bagi berlangsungnya kegiatan kepariwisataan yang mampu memberikan layanan higienis bagi wisatawan.

3. Ketertiban Bentuk aksi:

1. Mewujudkan budaya antri

2. Memelihara lingkungan dengan mentaati perturan yang berlaku 3. Disiplin waktu/tepat waktu

4. Serba teratur, rapi dan lancar

5. semua sisi kehidupan berbangsa dan bermasyarakat mewujudkan keteraturan yang tinggi

Tujuan :

Menciptakan lingkungan yang tertib bagi berlangsungnya kegiatan kepariwisataan yang mampu memberikan layanan terarur dan efektf bagi wisatawan.

4. Keindahan Bentuk Aksi :

• Menjaga keindahan objek dan daya tarik wisata dalam tatanan yang alami dan harmoni

• Menata tempat tinggal dan lingkungan secara teratur , tertib dan serasi serta menjaga karekter keelokan

• Menjaga keindahan vegetasi, tanaman hias dan peneduh sebagai elemen estetika lingkungan yang bersifat natural

(29)

Menciptakan lingkungan yang indah bagi berlangsungnya kegiatan kepariwisataan yang mampu menawarkan suasana menarik dan menumbuhkan kesan yang mendalam bagi wisatwan, sehingga mendorong promosi ke kalangan/pasar yang lebih luas dan potensi kunjungan berulang. 5. Kesejukan

Bentuk aksi:

• Melaksanakan panghijauan dengan menanam pohon

• Memelihara penghijauan di objek dan daya tarik wisata serta jalur wisata

• Menjaga kondisi sejuk dalam ruangan umum, hotel, penginapan, restoran, dan alat transportasi dan tempat lainnya.

Tujuan:

Menciptakan lingkungan yang raham bagi berlangsungnya kegiatan kepariwisataan yang mampu menawarkan suasana yang nyaman, sejuk, sehingga menimbulkan rasa “betah” bagi wisatawan sehingga mendorong lama tinggal dan kunjungan lebih panjang.

6. Keramahtamahan Bentuk aksi:

• Bersikap sebagai tuan rumah yang baik dan rela membantu wisatawan

• Memberi informasi tentang adat istiadat secar sopan

• Para petugas bisa menampilkan sikap dan perilaku yang terpuji

• Menampilkan senyum dan keramah-tamahan yang tulus Tujuan:

Menciptakan lingkungan yang ramah bagi berlangsungnya kegiatan kepariwisataan yang mampu menawarkan suasana yang akrab, bersahabat serta seperti di “rumah sendiri” bagi wisatawan, sehingga mendorong minat kunjungan ulang dan promosi yang positif bagi prosfek pasar yang lebih luas. 7.Kenangan

Bentuk aksi:

(30)

• Menyajikan makanan dan minuman khas lokal yang bersih, sehat dan menarik

• Menyediakan cinderamata yang menarik, unik/khas serta mudah dibawa

Tujuan:

Menciptakan memori yang berkesan bagi wisatawan, sehingga pengalaman perjalanan kunjungan wisata yang dilakukan dapat terus membekas dalam benak wisatawan, dan menumbuhkan motivasi untuk kunjungan ulang.

(31)

BAB III

MASALAH SADAR WISATA UNTUK MENUNJANG KEPERIWISATAAN

DI PADANG LAWAS UTARA

3.1 Demografi Padang Lawas Utara

Kabupaten Padang Lawas Utara secara geografis terletak di antara antara 1o26’ - 2o11’ LU dan 91o01’ – 95o53’ BT dengan luas wilayah sebesar 4.229,99 Km2 dan ketinggian berkisar antara 0 – 1.915 m diatas permukaan laut. Kontur tanah di Kabupaten Padang Lawas utara didominasi oleh tanah bergunung dengan luas 279.773 Ha (66,13%) dan hanya 26.863 Ha (6,35%) berupa tanah datar.

Berbatasan dengan Kabupeten Labuahan Batu Selatan di sebelah utara. Sebelah selatan berbatasan dengan Mandailing Natal dan sumatera Barat. Berbatasan di sebelah barat Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kotamadya Padang Sidempuan. Berbatasan dengan Kabupaten Padang Lawas dan Provinsi riau di sebelah timur.

Padang Lawas Utara umumnya memiliki berbagai suku yaitu: Batak Angkola, Batak Mandailing, Jawa, Nias dan Minang. Setiap etnis yang ada tidak memili keunikan atau ciri, semua etnis telah berbaur dan menjadi satu seperti kata pepatah ” dimana bumi di pijak disitu langit di junjung”.

(32)

3.2 Potensi Wisata Padang Lawas Utara

1. Candi Portibi

Peningggalan bersejarah dari masa pengaruh Hindu-Budha (klasik) di pulau Sumatera. Peninggalan bersejarah yang sangat unik dan lain daripada yang lain bila ditilik dari sisi budha yang memiliki hal yang berbeda.Candi ini terletak di Kecamatan Portibi tepatnya di desa bahal, sekitar 450 kilometer barat daya Medan, ibukota Sumut, merupakan candi terbesar yang telah dipugar. Komplek percandian terdiri dari tiga buahcandi, yang masing-masing terpisah dengan jarak sekitar 500 meter meliputi Candi Bahal 1, Candi Bahal II, dan Candi Bahal III. Candi Ini di perkirakan sudah eksis sejak abad ke- 11 M.

2. Aek milas

Aek Milas adalah sebuah pemandian, aek milas diambil dari bahasa batak angkola, aek = air, milas= panas, berarti ini adalah tempat pemandian air panas yang berda di desa pengirkiran. Air panas tersebut keluar secara alami dari tanah yang suhunya berkisar 15 s/d 40 °C dan masyarakat setempat sendiri mempercayai bahwa air panas ini sangat baik untuk menyembuhkan penyakit rematik. Selain itu disekitar pemandian ini terdapat sungai yang jernih dan memiliki kedalaman 12 meter.

3. Air terjun

Objek ini terdapat di Dolok Sinomba, Gua alam yang besar menyatu dengan air terjun kecil yang sangat jernih. Gua ini memiliki ketinggian ± 10 meter dan lebar nya hampir 50 meter. Gua yang masih alami dan belum terjamah ini letaknya di atas bukit, lebih menantang lagi bila kita mendaki untuk menju tempat tersebut sambil menikmati pemandangan alam yang yang sejuk, ini sangat cocok untuk dijadikan objek wisata. Tempat ini bisa ditempuh 10 km dari gunung tua ibukota kabupaten Padang Lawas Utara.

4. Danau Tao

(33)

3.3 Manfaat Pariwisata

Secara garis besar manfaat pariwisata bagi masyarakat Kabupaten Padang Lawas Utara dapat dilihat dari beberapa segi, yakni :

1. Segi politik pemerintah

a. Bahwa masyarakat diberikan kesempatan oleh pemerintah untuk langsung mengenal watak, siakp, dan tingkah laku setiap wisatawan yang datang, sehingga mereka dapat mengambil butir-butir keuntungan dan merangsang mereka untuk lebih keras lagi belajar dengan sifat yang dapat menerima kenyataan bagaimana sebenarnya dunia pariwiwsata.

b. Msayarakat di ajak untuk mengembangkan tingkat kemampuan teknis dan mengelola kepariwisataan, sehingga fasilitas utama untuk menduduki posisi-posisi penting bisa dipegang oleh daerah setempat.

c. Masyarakat diharapkan dapat mengenal dirinya sendiri sebagai bagian dari rakyat Indonesia, sehingga tetap terpelihara rasa cinta tanah air. Kecintaan ini bersumber dari pandangan hidup yang terkadang dalam konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan oleh bangsa, khususnya Kabupaten Padang Lawas Utara.

d. Berkembanganya kepariwisataan ini, berarti adanya pemanfaatan segala kekayaan yang dikelola untuk kemakmuran rakyat tanpa merusak kelestariannya.

2. Segi sosial Physikologis

Dengan adanya peningkatan pariwisata di kabupaten Padang Lwas Utara , berarti akan memberi kesempatan kepada seseorang yang berjiwa kreatif dan mempunyai bakat dalam bidangnya untuk turut serta berperan dalam pengembangannya.

3.4 Usaha-usaha Dalam Pembinaan Sadar Wisata

(34)

1. masyarakat dapat memelihara kebersihan kampung halaman, karena wisatawan cenderung akan kebersihan. Untuk itu perlu bimbingan, penyuluhan dan pengarahan dari camat yang dideglegasikan pada rukun tetangga.

2. sikap ramah tamah merupakan cetusan hato nurani masyarakat Indonesia yang mempunyai sifat ramah tamah terhadap para tamunya.

3. pembinaan seni budaya yang bermutu dengan cara mengembangkan seni budaya tradisional, misalnya dengan pendiriaan panggung seni khusus bagi wisatawan.

4. partisipasi masyarakat terhadap wisatawan harus dijaga dan dibutuhkan. 5. terwujudnya kerelaan masyarakat untuk mematuhi peraturan-peraturan

yang berlaku demi terpeliharanya tata tertib didaerah yang dikunjungi wisatawan.

Dari berbagai aspek sadar wisata yang dimaksud, sudah jelas akan memberikan rangkuman kepariwisataan, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai salah satu penunjang pembangunan kepariwisataan Indonesia.

Adapun cara pembinaan untuk terpeliharanya sadar wisata dari masyarakat adalah dengan adanya:

1. pengorganisasian yang lebih terarah dari masyarakat mengenai segala kebutuhan tekad pemuka masyarakat dan pihak cerdik pandai daerah yang bersangkutan.

2. terjun secara langsung instansi pemerintah dalam rangka bimbingan, penyuluhan, dan pengarahan

3. memberikan pendidikan di sekolah-sekolah sehingga sadar wisata akan lebih banyak memberikan keuntungan dari pada pengaruh negatif, sehingga timbul kesadaran, dan hal-hal negatif itu bisa dicegah dalam rangka kepribadian nasional.

(35)

Langkah pertama ke arah sasaran yang akan dicapai agar pariwisata mendapat keuntungan semaksimal mungkin adalah dengan adanya sadar wisata dari seluruh masyarakat. Dalam pengembangan sektor kepariwisataan ini merupakan salah satu bagian yang ikut berperan serta didalamnya, yaitu faktor yang menentukan berhasil tidaknya pengembangan kepariwisataan itu sendiri. Hal ini dilihat betapa pentingnya peranan masyarakat sebagai tuluang punggung yang turut melaksanakan segala kemajuan dan kepentingan sektor pariwisata tersebut, dengan adanya kerjasama yang terarah, srhingga mrnimbulkan hasil yang diharapkan.

(36)

BAB IV

ANALISA MASALAH BAGI MASYARAKAT PADANG LAWAS UTARA

4.1 Sejarah Singkat Candi Portibi

Berdasarkan pengamatan atau observasi di lapangan dan wawancara dengan masyarakat atau penduduk setempat yang tinggal di sekitar kawasan Candi Portibi serta menurut dari para pendapat arkeolog, Portibi adalah nama daerah di Kebupaten Padang Lawas Utara yang dulunya adalah sebuah nama Kerajaan Portibi. Portibi dalam bahasa batak artinya dunia atau bumi, bila di artikan kerajaan portibi ini adalah kerajaan dunia. Kerajaan dunia ini adalah wilayah pertambangan, penghasil emas dengan hanya menyiramkan air ke tanahnya. Kerajaan hindu tersebut diduga didirikan oleh Rejendra Cola yang menjadi Raja Tanmil, yang diduga Hindu Siwa, di India selatarn yang menjajah Srilangka. Pelataran candi portibi dekat dengan sungai batang pane yang dahulunya adalah sungai yang besar dan dijadikan sebagai lalu lintas perdagangan sehingga perahu-perahu mereka bisa lewat untuk melakukan perjalanan setelah mendapat hasil emas yang mereka tambang untuk di bawa ke India oleh Rajendra Cola. Rajendra Cola yang selalu melewati selat malaka yang di jaga oleh Kerajaan Sriwijaya, memberikan perturan untuk membayar pajak setiap dia akan melintas. Suatu hari Rajendra Cola yang awalnya tidak pernah membawa pasukan, datang membawa militernya untuk berperang dengan sriwijaya yang akhirnya di kalahkan oleh sriwijaya.

(37)

sampai ke-14 di Kabupaten Padang Lawas Utara. Sebagai kerajaan kecil, kemungkinan ia merupakan vazal dari Keberadaan kerajaan ini diketahui dari 1025 dan 1030 Saka yang dibuat Raja Rajendra Cola I, di India Selatan, yang menyebutkan tentang penyerangan ke Sriwijaya. Kitab kuno menyebutkan kerajaan ini. Kerajaan ini meninggalkan satu komple

Agama Budha yang beraliran Wajrayana sanagat berkembang di Padang Lawas ( padang yang luas) , ajaran Budha ini sangat berbeda dengan ajaran Budha yang kita kenal sekarang. Ajaran Budha di wilayah ini memiliki ciri-ciri beringas, bengis, dan cenderung dekat dengan upacara- upacara yang sadis.Hal ini dibenarkan oleh arkeolog yang berasal dari jerman F.M Schinitger, saat berkunjung ke candi ini pada tahun 1935, mengatakan bahwa Candi Portibi yang berada di desa bahal merupakan peninggalan Kerajaan Panai yang memeluk Buddha. Kesimpulannya diperkuat dengan prasasti berbahasa Tamil ber-angka tahun 1025 dan 1030 Saka yang dibuat Raja Rajendra Cola I di India Selatan. Dari temuan sejumlah artefak, analisa konstruksi bangunan beserta materialnya yang dominan bata merah dengan ukuran beragam, Schinitger percaya bahwa candi-candi ini berkaitan dengan agama Buddha aliran Wajrayana.

(38)

Bambang Budi Utomo seorang peneliti di Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (PPAN) menuliskan “Tangan kanan (raksasa itu) diangkat ke atas sambil memegang vajra, sedangkan tangan kiri berada di depan dada sambil memegang sebuah mangkuk tempurung kepala manusia”

Upacara Tantrayana digambarkan sebagai tindakan yang sadis dan tidak lepas dari mayat dan minuman keras. Tapi upacara terpenting dari aliran Wajrayana ini adalah Bhairawa.Upacara ini dilakukan di atas ksetra, lapangan tempat menimbun mayat sebelum dibakar. Di tempat ini mereka bersemedi, menari-nari, meramalkan mantra, membakar mayat, minum darah, dan tertawa-tawa sambil mengeluarkan dengus seperti kerbau. Tujuannya agar bisa kaya, panjang umur, perkasa, kebal, menghilang, dan menyembuhkan orang sakit. Hal ini adalah satu bukti kenapa masyarakat Padang lawas Utara tidak lepas dari yang namanya Cuka (tuak), Cuka ini selalu disiapkan bila akan mengadakan pesta atau upacara adat, di Padang Lawas Utara juga terkenal dengan peternak kerbau, hal ini juga sangat berkaitan di masa sekrang, dimana dahulu kerbau adalah simbol kehidupan bagi mereka, itulah sebabnya mengapa mereka menirukan dengusan tersebut.

Agar lebih sakti lagi, mereka berulang-ulang menghafal nama Buddha atau Bodhisattwa. Ini dipercaya orang Wajrayana di Padang Lawas Utara untuk membuat perasaan tenang atau mendapat mukjizat dilahirkan kembali atas kekuasaan Dewa yang dipuja (konsep reinkarnasi).

4.2 Masalah Masyarakat

Pada umumnya masyarakat menginginkan bahwa pembangunan pariwisata harus mengikutsertakan banyak pihak, baik pemerintah maupun masyarakat. Salah satu daya tarik dalam pengembangan dunia pariwisata adalah sambutan masyarakat terhadap wisatawan agar program-program pemerintah dapat berjalan dengan baik misalnya masalah sadar wisata yang sama sekali belum tertanam dan tidak diketahui masyarakat.

(39)

aturan-aturan yang dibuat pemerintah untuk kemajuan dan peningkatan kesejahteraan penduduk sekitar. Langkah-langkah untuk meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar daerah tujuan wisata adalah:

(1) menyiapkan sarana dan prasarana, dan mengembangkan keterpaduan jaringan dan pengelolaan prasarana dan sarana ekonomi wilayah; (2) mengembangkan sistem informasi pengembangan ekonomi wilayah: data base,jaringan promosi dan publikasi: (3) meningkatkan koordinasi dalam penyediaan akses bagi daerah dan masyarakat lokal untuk mendapatkan modal, alih teknologi, dan menejemen produksi serta pemasaran yang terpadu; (4) menigkatkan kerjasama antara pemerintah, masyarakat dan dunia usaha dalam dan luar negeri dalam pengembangan kawasan; (5) mengembangkan kelembagaan dan pola kemitraan antarpelaku ekonomi; (6) mengembangkan area produksi baru dan optimalisasi pemanfaatan areal yang kurang produktif; (7)menigkatkan aksebilitas antar daerah; (8) mengambangkan sumber daya manusia untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja melalui pengambangan pendidikan dan pelatihan serta pemerataan pelayanan kesehatan; (9) mengembangkan ekonomi dan pengelolaan sumber daya alam sesuai khas daerah dan unggualan dari wilayah yang bersangkutan, terutama pada kawasan-kawasan yang berpotensi untuk cepat tumbuh seperti kawasan yang mulai di kembangkan sebagai daetah tujuan wisata: (10) memberdayakan dinas-dinsa pemerintahan y ng berkaitan untuk percepatan ekonomi disekitar daerah tujuan wisata.

(40)

BAB V PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Dalam pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Padang Lawas Utara masyarakat merupakan salah satu bagian yang langsung ikut berperan di dalam menentukan berhasil tidaknya pengembangan kepariwisataan tersebut. Pariwisata merupakan salah satu segi mmobilitas manusia yang secara langsung atau tidaknya sangat berkaitan erat dengan segi kehidupan manusia. Bahwa masyarakat harus meningkatkan sadar wisata melalui penyuluhan, pengarahan serta pendidikan yang di berikan oleh pemerintah setempat.

Masyarakat seharusnya mengetahui dan memehami arti dari pariwisata yang bisa memberikan hal positif untuk kesejahteraan masyarakat, menambah devisa Negara, menambah lapangan pekerjaan dan lain sebagainya.Sadar wisata dalam hal ini bukan lah hal buruk seperti yang pada umumnya di takuti oleh masyarajat primitive d daerah padang lawas utara.Nilai sejarah dan kebudayaan yang dimilki suatu daerah tertentu seharusnya di manfaatkan.

Penerapan ilmu kepariwisataan haruslah ada untuk kemajuan suatu objek wisata untuk daerah lebih maju dan mampu bersaing dangan daerah-daerah lainnya yang ada di Negara kita. Dan itu semua harus memiliki campur tangan oleh pemerintah setempat dan juga oleh masyarakat setempat.

5.2 SARAN

Peran serta pemerintah baik pusat maupun daerah dalam mengembangkan pariwisata yang berwawasan ekonomi masyarakat sangat dibutuhkan agar masyarakat langsung dapat memetik manfaatnya.

(41)

terus melakukan sadar wisata dan program-program wisata lainnya yang dapat meningkatkan pengetahuan serta pendidikan masyarakat tentang pariwisata maupun mengadakan acara-acara wisatadan meningkatkan keterampilan pelaku ekonomi lokal. Perlunya pemeliharaan objek-objek wisata yang ada supaya tidak hilang dari keindahan dan kemegahan serta keasliannya, pelayanan masyarakat harus di tingkatkan agar menambah kesan baik terhadap wisatawan yang berkunjung.

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Bahan Baku Penyuluhan Sadar Wisata (sapta pesona) 1992 . Jakarta,tt

Brosur Budaya Pariwisata Kabupaten Padang Lawas Utara 2010

Brosur Padang Lawas Utara 2011

Direktur Jendral Pariwisata. 1985. Pengantar Ilmu Pariwisata. Jakarta

Samsuridjal, D. 1997 . Peluang Di Bidang Pariwisata. Jakarta : Mutiara Sumber Widya

Pendit, Nyoman S. 1994. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta : T. Pradnya Paramita

Undang – Undang Republik Indonesia No.9 Tahun 1990 Tentang Pokok-pokok Kepariwisataan.

Yoeti, A, Oka. 1996. Pemasaran Pariwisata. Bandung : Angkasa.

Yoeti, A, Oka. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung : Angkasa

di akses 15 maret 2011

(43)

DAFTAR INFORMAN

1.

Nama :Haholongan Siregar SE, MM Jenis kelamin : laki-laki

Alamat : Pasar purbabangun, Kec. Portibi Pekerjaan : Camat Portibi

Umur : 42 tahun

Lama tinggal : 42 tahun 2. Nama : Rizal Pulungan

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : jln hajoran, Gunung Tua

Pekerjaan : PNS Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Umur : 28 tahun

Lama tinggal : 3 tahun

3. Nama : Saddin Siregar Jenis Kelamin : Laki-Laki

Aalamat : Desa Bahal Kec.Portibi

Pekerjaan : Petani

Umur : 62 tahun

Lama tinggal : 62 Tahun

4. Nama : Tilonggom Siregar Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Desa Rondaman Lombang Kec.Portibi

Pekerjaan : Petani

Umur : 59 Tahun

Lama Tinggal : 59 Tahun 5. Nama : Basiti Harahap

Jenis Kelamin : Permpuan

Alamat : Desa Purbabangun Kec.Portibi Pekerjaan : Guru SMP Negeri bidang Sejarah

Umur : 45 Tahun

(44)

6. Nama : Jonson Siregar Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Lingkungan 3 Gunung Tua Kec.Padang Bolak

Pekerjaan : Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Umur : 49 Tahun

Lama Tinggal : 49 Tahun 7. Nama : M. Manurung

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Perumahan Pegawai SMA N.2 Plus Sipirok, Kab. Tapanuli selatan

Pekerjaan : Penjaga Perpustakaan SMA N.2 plus Sipirok

Umur : 43 tahun

Lama Tinggal : 16 Tahun

8. Nama : Akhiruddin S.sos Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Perumahan Pegawai SMA N.2 Plus

Sipirok, Kab. Tapanuli selatan Pekerjaan : Guru SMA N.2 Plus Sipirok

Umur : 38 Tahun

Lama Tinggal : 7 tahun

9. Nama :Intan Menggalawati Harahap S.E, M.M Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Aek Haruaya Kec.Portibi

Pekerjaan : Kepala Badan Statistika Padang Lawas Utara

Umur : 35 Tahun

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan kebijakan pemilu melalui kegiatan komunikasi/ kejelasan informasi pemilu, dengan peningkatan kualitas sumber daya dan didukung sikap positip serta

Kondisi awal penggulungan benang yang dilakukan adalah memakai tangan dalam pengoperasiannya. Terutama pada proses penggulungan yang kedua, berat yang berlebih tidak

Dampak dari perkembangan usaha petani garam dari penelitian ini yang dilakukan pada dua lokasi yakni di desa Karanganyar dan Desa Pinggirpapas Kecamatan Kalianget

Bentuk Depresi yang Terjadi pada klien Lansia di Panti Tresna Werdha Hargo Dedali Surabaya.. Berdasarkan uraian deskripsi masalah yang telah dijelaskkan

peluang untuk mengajak pemain pasar terlibat langsung dan memberikan pelayanan lebih baik untuk kaum

Semua masyarakat terlibat dalam proses pengelolaan dan pemeliharaan drainase kawasan permukiman wilayah perkotaan terutama dalam menjaga kebersihan saluran drainase

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMODELAN DAN ABSTRAKSI MATEMATIS SERTA MOTIVASI BELAJAR SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL KOLABORATIF.. Universitas

dari kedua jenis lobster tersebut diatas 100 gr menunjukkan bahwa perairan pantai Simeulue masih mendukung untuk pertumbuhan lobster dan nilai faktor kondisi