GAMBARAN PENGETAHUAN DAMPAK PENGGUNAAN KOSMETIK PEMUTIH TERHADAP KESEHATAN KULIT PADA
IBU-IBU
DI KELURAHAN MANGGA KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN TAHUN 2010
OLEH: AMILIA D.S. NIM: 070100201
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
GAMBARAN PENGETAHUAN DAMPAK PENGGUNAAN KOSMETIK PEMUTIH TERHADAP KESEHATAN KULIT PADA
IBU-IBU
DI KELURAHAN MANGGA KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN TAHUN 2010
KARYA TULIS ILMIAH
OLEH: AMILIA D.S. NIM: 070100201
OLEH:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
LEMBAR PENGESAHAN
Judul: Gambaran Pengetahuan Dampak Penggunaan Kosmetik Pemutih Terhadap Kesehatan Kulit pada Ibu-ibu di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010
Nama : Amilia D.S. NIM : 070100201
Pembimbing Penguji I
( dr. Tri Widyawati, M.Si ) (dr. Simon Marpaung, M.Kes) NIP 19760709 200312 2 001 NIP 19451217 196902 1 001
Penguji II
(dr. Rusdiana, M.Kes) NIP 19710915 200112 2 002
Medan, 15 Desember 2010 Dekan
(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, SpPD-KGEH) NIP 19540220 198011 1 001
ABSTRAK
Pemutih kulit merupakan suatu bahan yang digunakan untuk mencerahkan atau merubah warna kulit yang tidak di inginkan. Kesehatan kulit mencerminkan keadaan atau kondisi kulit yang sehat atau terbebas dari penyakit. Kosmetik pemutih wajah dapat memberikan dampak positif pada kulit yaitu kulit menjadi putih bersih dan bersinar, tetapi penggunaannya yang berlebihan juga dapat menyebabkan dampak negatif seperti bercak-bercak/noda-noda hitam, toksisitas yang tinggi terhadap organ tubuh seperti ginjal, syaraf dan alergi, juga kanker kulit, serta kematian.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan responden tentang dampak penggunaan kosmetik pemutih terhadap kesehatan kulit. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Populasi penelitian adalah wanita usia berusia 25-45 tahun yang bertempat tinggal di Kelurahan Mangga, Kecamatan Medan Tuntungan. Jumlah sampel minimal adalah sebanyak 90 orang. Penarikan sampel menggunakan non probability
sampling, dengan teknik consecutive sampling. Pengetahuan responden tentang
kosmetik pemutih diukur melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Pengetahuan ini dikelompokkan menjadi tiga kategori pengetahuan, yaitu pengetahuan baik, pengetahuan sedang dan pengetahuan kurang.
Berdasarkan hasil penelitian dari 90 orang responden, 44 orang memiliki pengetahuan baik dan 46 orang memiliki pengetahuan sedang tentang dampak penggunaan kosmetik pemutih terhadap kesehatan kulit. Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah tingkat pengetahuan ibu-ibu (responden) tentang dampak penggunaan kosmetik pemutih terhadap kesehatan kulit adalah sedang. Hal ini karena tidak diiringinya perkembangan sistem komunikasi dan informasi baik melalui buku, media masa, maupun media elektronik dengan pengetahuan serta pemahaman responden yang baik dan benar secara menyeluruh tentang kosmetik dan kosmetik pemutih, serta dampak penggunaan kosmetik pemutih terhadap kesehatan. Bagi penelitian selanjutnya perlu dinilai sikap dan perilaku.
ABSTRACT
Whitening is an ingredient used for brightened or changed the color of the skin. Skin health is reflected circumstances for healthy skin conditions or free from disease. Whitening cosmetic can have a positive impact on the skin like skin become white, clean and shining, but excessive used also ‘caused negative effects such as black spot and high toxicity to organs such as kidney, nerve, and allergies also skin cancer, even death.
This study aims to find a picture respondent knowledge about the impact of use whitening cosmetic on skin health. This research used descriptive methods. The study population was women aged 25-45 years old who live in Kelurahan Mangga, Kecamatan Medan Tuntungan. The samples number achieved at least 90 people. Sampling technique using by non-probability technique, with consecutive sampling. Measured of respondents knowledge about whitening cosmetics are by interviews, used a structured questionnaire. Knowledge grouped into three categories is good knowledge, moderate knowledge and poor knowledge.
Based on research results from 90 respondents, 44 people had good knowledge and 46 people were moderate knowledge about the impact of use whitening cosmetic on skin health. The conclusion from this research is respondents knowledge level about the of use whitening cosmetic on skin health are moderate. Because development of communication systems and information through books, media, and electronic media isn’t followed by good and right respondents whole knowledge and understanding about cosmetics and whitening cosmetics, and the impact of use whitening cosmetic on skin health. For further research needs to be assessed attitudes and behavior.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT., Tuhan pemilik alam semesta dan ilmu pengetahuan yang ada di dalamnya. Berkat rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan laporan hasil penelitian ini.
Laporan hasil penelitian dengan judul “Gambaran Pengetahuan Dampak Penggunaan Kosmetik Pemutih terhadap Kesehatan Kulit pada Ibu-ibu di Kelurahan Mangga Tahun 2010” ini dibuat dalam rangka menyelesaikan tugas akhir untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara. Dalam pelaksanaan penelitian ini, penulis mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. dr. Tri Widyawati, MSi, selaku dosen pembimbing penulis. Terima kasih
atas segala bimbingan, ilmu, dan waktu yang diluangkan untuk membimbing penulis.
3. dr. Simon Marpaung, selaku dosen penguji I dan dr. Rusdiana, M.Kes
4. Seluruh civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara, teristimewa kepada dosen dan staf departemen IKK serta staf
Medical Education Unit (MEU).
5. Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Pemerintahan Kota
Medan, pegawai Kantor Camat Medan Tuntungan dan Kantor Lurah Mangga, yang mempermudah penulis dalam pengambilan data penelitian.
6. Masyarakat Kelurahan Mangga yang telah membantu penulis dalam
melaksanakan penelitian ini.
7. Kedua orang tua penulis : Aminullah Siregar dan Nurdeliati Lubis. Terima
kasih tiada tara penulis persembahkan untuk kasih sayang, dukungan, dan doa yang tiada hentinya.
8. Adik penulis : Arifin Siregar dan Tria Syahfitri Siregar. Terima kasih untuk dukungan serta doa yang diberikan.
9. Teman-teman yang telah mendukung dan membantu penulis : Siti Mahreni
Insani Lubis, Magdalena Sihombing, Aisyah Ayu, Tissan Rahmayani, Nabiela Balqis.
10. Pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih atas
segala bantuan yang telah diberikan. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan kalian.
Penulis menyadari laporan hasil penelitian ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran agar penulis dapat menjadi lebih baik untuk ke depannya kelak. Semoga...
Medan, 15 Desember 2010
070100201
DAFTAR ISI Halaman Halaman Persetujuan………. i
Abstrak……….………. ii
Abstract……….……… iii
Kata Pengantar……….. iv
Daftar Isi……… vi
Daftar Gambar ……….. ix
Daftar Tabel………... x
BAB 1 PENDAHULUAN………. 1
1.1. Latar Belakang……… 1
1.2. Rumusan Masalah………... 4
1.3. Tujuan Penelitian……… 4
1.4. Manfaat Penelitian……….. 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA……… 6
2.1. Pengetahuan……… 6
2.1.1. Definisi Pengetahuan………... 6
2.1.2. Tingkat Pengetahuan…………... 6
2.1.4. Pengukuran Pengetahuan……….. 8
2.2. Tinjauan Umum Kosmetik……….. 8
2.2.1. Pengertian Kosmetik………. 10
2.2.2. Penggolongan Kosmetik………… 11
2.2.3. Efek Kosmetik Terhadap Kulit….. 11
2.3. Kosmetik Pemutih……… 12
2.3.1. Pengertian Kosmetik Pemutih…… 13
2.3.2. Pemilihan Kosmetik Pemutih……. 14
2.4. Tinjauan Tentang Kulit………... 16
2.4.1. Pengertian Kulit………. 16
2.4.2. Struktur Kulit………. 16
2.4.3. Fungsi Kulit……… 18
2.4.4. Warna Kulit………... 19
2.4.5. Jenis Kulit………... 20
2.5. Pengertian Kesehatan Kulit……….. 22
2.6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Kulit... 24
2.7. Dampak Pengguna Kosmetik Pemutih Terhadap Kesehatan Kulit……… 24
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 32 3.1. Kerangka Konsep Penelitian………. 32
3.2. Definisi Operasional………. 32
3.3. Cara Ukur………. 33
3.4. Alat Ukur……….. 33
3.5. Skala Pengukuran………. 34
BAB 4 METODE PENELITIAN………. 36
4.1. Jenis Penelitian……….. 36
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian……… 36
4.4. Teknik Pengumpulan Data………. 39
4.5. Etika penelitian……….….….….... 40
4.6. Pengolahan dan Analisa Data………. 40
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 41
5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian……….... 41
5.2. Deskripsi Responden Penelitian………. 41
5.3. Pengetahuan Responden……….….…... 43
5.4. Data Kuantitatif Bentuk Gambar …………... 46
5.6. Data Kuantitatif Bentuk Tabel …………... 47
5.7. Pembahasan……….……….... 56
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan………....……….... 61
6.2. Saran……….………....…………. 62
DAFTAR PUSTAKA……….. 63
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1. Struktur Kulit 16
Gambar 2.2. Epidermis Section 17
Gambar 2.3. Dermis Section 18
Gambar 2.4. Penampang Kulit yang Mengalami
Sun Damage 20
Gambar 3.1. Kerangka Konsep 32
Gambar 5.1. Sumber Informasi Kosmetik 43
Gambar 5.2. Lama Penggunaan Kosmetik 43
Gambar 5.3. Merk Kosmetik Pemutih 44
Gambar 5.4. Sumber Informasi Kosmetik Pemutih 45
Gambar 5.5. Tempat Pembelian Kosmetik Pemutih 45
Gambar 5.6. Gambaran Pengetahuan Responden
Tentang Dampak Penggunaan Kosmetik Pemutih Terhadap Kesehatan Kulit pada ibu-ibu
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1. Kosmetik yang Mengandung
Bahan Berbahaya 29
Tabel 3.1. Skor Pertanyaan pada Kuesioner
Pengetahuan 34
Tabel 4.1. Timeline Pelaksanaan Penelitian 36
Tabel 4.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Kuesioner Penelitian 39
Tabel 5.1. Distribusi responden berdasarkan usia 42
Tabel 5.2. Distribusi responden berdasarkan pekerjaan 42
Tabel 5.3. Distribusi responden berdasarkan pendidikan 42 Tabel 5.4. Distribusi pengetahuan responden
tentang kosmetik dan kosmetik pemutih 47
Tabel 5.5. Distribusi pengetahuan responden tentang tujuan pemakaian kosmetik
Tabel 5.6. Distribusi pengetahuan responden
tentang efek kosmetik terhadap kulit 48
Tabel 5.7. Distribusi pengetahuan responden
tentang skin bleaching 49
Tabel 5.8. Distribusi pengetahuan responden
tentang skin lightening 49
Tabel 5.9. Distribusi responden berdasarkan hal-hal
yang diperhatikan saat membeli kosmetik pemutih 50 Tabel 5.10. Distribusi pengetahuan responden
tentang bahan/zat kimia berbahaya
yang terdapat pada kosmetik pemutih 50
Tabel 5.11. Distribusi pengetahuan responden
tentang dampak penggunaan kosmetik pemutih 51 Tabel 5.12. Distribusi pengetahuan responden
tentang reaksi positif akibat penggunaan
kosmetik pemutih pada kulit 53
Tabel 5.13. Distribusi pengetahuan responden
tentang tentang kesehatan kulit 54
Tabel 5.14 Distribusi responden yang menggunakan kosmetik pemutih
(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, SpPD-KGEH) NIP 19540220 198011 1 001
ABSTRAK
Pemutih kulit merupakan suatu bahan yang digunakan untuk mencerahkan atau merubah warna kulit yang tidak di inginkan. Kesehatan kulit mencerminkan keadaan atau kondisi kulit yang sehat atau terbebas dari penyakit. Kosmetik pemutih wajah dapat memberikan dampak positif pada kulit yaitu kulit menjadi putih bersih dan bersinar, tetapi penggunaannya yang berlebihan juga dapat menyebabkan dampak negatif seperti bercak-bercak/noda-noda hitam, toksisitas yang tinggi terhadap organ tubuh seperti ginjal, syaraf dan alergi, juga kanker kulit, serta kematian.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan responden tentang dampak penggunaan kosmetik pemutih terhadap kesehatan kulit. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Populasi penelitian adalah wanita usia berusia 25-45 tahun yang bertempat tinggal di Kelurahan Mangga, Kecamatan Medan Tuntungan. Jumlah sampel minimal adalah sebanyak 90 orang. Penarikan sampel menggunakan non probability
sampling, dengan teknik consecutive sampling. Pengetahuan responden tentang
kosmetik pemutih diukur melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Pengetahuan ini dikelompokkan menjadi tiga kategori pengetahuan, yaitu pengetahuan baik, pengetahuan sedang dan pengetahuan kurang.
Berdasarkan hasil penelitian dari 90 orang responden, 44 orang memiliki pengetahuan baik dan 46 orang memiliki pengetahuan sedang tentang dampak penggunaan kosmetik pemutih terhadap kesehatan kulit. Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah tingkat pengetahuan ibu-ibu (responden) tentang dampak penggunaan kosmetik pemutih terhadap kesehatan kulit adalah sedang. Hal ini karena tidak diiringinya perkembangan sistem komunikasi dan informasi baik melalui buku, media masa, maupun media elektronik dengan pengetahuan serta pemahaman responden yang baik dan benar secara menyeluruh tentang kosmetik dan kosmetik pemutih, serta dampak penggunaan kosmetik pemutih terhadap kesehatan. Bagi penelitian selanjutnya perlu dinilai sikap dan perilaku.
ABSTRACT
Whitening is an ingredient used for brightened or changed the color of the skin. Skin health is reflected circumstances for healthy skin conditions or free from disease. Whitening cosmetic can have a positive impact on the skin like skin become white, clean and shining, but excessive used also ‘caused negative effects such as black spot and high toxicity to organs such as kidney, nerve, and allergies also skin cancer, even death.
This study aims to find a picture respondent knowledge about the impact of use whitening cosmetic on skin health. This research used descriptive methods. The study population was women aged 25-45 years old who live in Kelurahan Mangga, Kecamatan Medan Tuntungan. The samples number achieved at least 90 people. Sampling technique using by non-probability technique, with consecutive sampling. Measured of respondents knowledge about whitening cosmetics are by interviews, used a structured questionnaire. Knowledge grouped into three categories is good knowledge, moderate knowledge and poor knowledge.
Based on research results from 90 respondents, 44 people had good knowledge and 46 people were moderate knowledge about the impact of use whitening cosmetic on skin health. The conclusion from this research is respondents knowledge level about the of use whitening cosmetic on skin health are moderate. Because development of communication systems and information through books, media, and electronic media isn’t followed by good and right respondents whole knowledge and understanding about cosmetics and whitening cosmetics, and the impact of use whitening cosmetic on skin health. For further research needs to be assessed attitudes and behavior.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kosmetik sudah dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu, dan baru abad ke 19 mendapat perhatian khusus, yaitu selain untuk kecantikan juga mempunyai fungsi untuk kesehatan. Perkembangan ilmu kosmetik serta industrinya baru di mulai secara besar-besaran pada abad ke 20 dan kosmetik menjadi salah satu bagian dari dunia usaha. Produk-produk
kosmetik tersebut dipakai secara berulang setiap hari, sehingga diperlukan persyaratan yang aman untuk dipakai (Kusantati dkk, 2008).
Menurut Media Konsumen (2006), belakangan ini jenis kosmetik yang banyak digunakan oleh wanita Indonesia adalah produk bleaching
cream yang dikenal sebagai kosmetik pemutih. Produk ini banyak diminati karena menjanjikan dapat memutihkan atau menghaluskan wajah secara singkat. Hasil sampling dan pengujian kosmetik tahun 2005 terhadap 10.896 sampel kosmetik menunjukkan, terdapat 124 sampel (1,24%) tidak memenuhi syarat, diantaranya produk ilegal atau tidak terdaftar, mengandung bahan-bahan dilarang terutama Hidroquinon, Merkuri, Asam Retinoat dan Rhodamin B yang digunakan untuk memutihkan kulit wajah. Hasil pengawasan BPOM RI pada tahun 2005 dan 2006 di beberapa provinsi ditemukan 27 (dua puluh tujuh) merek kosmetik pemutih yang mengandung bahan yang dilarang digunakan dalam kosmetik yaitu: Merkuri (Hg), Hidroquinon >2%, zat warna Rhodamin B dan Merah K.3. (Deviana, 2009).
Khususnya mengenai produk pemutih, berbagai penelitian menunjukkan bahwa 55% dari 85% wanita Indonesia yang berkulit gelap ingin agar kulitnya menjadi lebih putih. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa 70%-80% perempuan di Asia (yaitu : Cina, Thailand, Taiwan, dan
dapat dilihat dari penjualan pelembab pemutih untuk muka lebih besar dari penjualan pelembab dasar (tidak menggunakan bahan pemutih). Pada suatu laporannya, Kompas (2001) menyajikan suatu artikel mengenai produk kosmetik pemutih wajah. Dalam laporannya itu, Kompas menuliskan bahwa kulit putih merupakan dambaan bagi banyak perempuan Asia. Walaupun tidak semua perempuan Asia berkulit sawo matang (Nandityasari, 2009).
Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Prof. Miho Saitoh dari Universitas Waseda Jepang (tahun tidak
disebutkan) yang menggunakan responden mahasiswi Universitas Indonesia menunjukkan kebanyakan responden ingin memiliki kulit yang lebih putih. Ada beberapa alasan mengapa perempuan Asia dan khususnya Indonesia ingin mempunyai kulit putih, anggapan kulit putih lebih baik
dari kulit yang gelap, dan anggapan kulit yang cantik adalah kulit yang putih. Hal ini semakin dipertegas dengan digunakannya para model dalam iklan-iklan kecantikan dimana model tersebut umumnya adalah perempuan yang berkulit putih. Kulit putih telah menjadi citra kecantikan yang disebarkan oleh industri kosmetik (Nandityasari, 2009) .
Hal ini didukung juga oleh penelitian yang dilakukan di Jepang bahwa 60% wanita Jepang dan 75% perempuan Cina masih menginginkan warna kulit yang lebih putih/cerah dari warna kulit aslinya, meskipun mereka telah memiliki kulit yang putih. Menurut Indarti (2002), mengutip Shannon (1997) hasil test yang dilakukan di Amerika menggambarkan bahwa 88% perempuan yang berusia 18 tahun ke atas berusaha mempercantik diri dengan menggunakan kosmetik. Mereka merasa bahwa kosmetik tersebut membuat mereka lebih cantik dan percaya diri (Purnamawati, 2009).
Penelitian lain yang dilakukan di salah satu pusat kebugaran kota Medan menunjukkan sebanyak 46,31% responden ternyata menggunakan
perempuan, hal ini berkaitan bahwa tubuh, kosmetik dan kecantikan merupakan tiga hal yang saling berkaitan satu sama lain membentuk satu kesatuan representasi akan kesempurnaan perempuan. Bahkan untuk mencapai kesempurnaannya perempuan terkadang mengabaikan bahaya yang mengancam dari pemakaian kosmetika pemutih yang bahan berbahaya tersebut dan cenderung tidak percaya (Purnamawati, 2009).
Menurut Manurung (2008), mengutip Dwiyatmoko (2007) dari data Tim MESKOS (Monitoring Efek Samping Kosmetik) Badan POM RI tahun 2007, menunjukkan pengaduan yang masuk kepada mereka
mengenai efek samping kosmetik adalah akibat kosmetik pemutih (35%), pelembab (20%), bleaching (15%), bedak (10%), cat rambut (5%), dan parfum (5%), dengan demikian efek samping yang paling sering terjadi di masyarakat adalah akibat penggunaan kosmetika pemutih sehingga
diklasifikasikan sebagai kosmetika beresiko tinggi (Purnamawati, 2009). Berdasarkan pengamatan sekilas, sekarang ini ibu-ibu karier maupun rumah tangga cenderung memiliki masalah dengan kulit, terutama kulit wajah seperti timbulnya hiperpigmentasi atau noda hitam.
Hiperpigmentasi timbul karena adanya berbagai sebab antara lain faktor
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang : “Gambaran Pengetahuan Dampak Penggunaan Kosmetik Pemutih terhadap Kesehatan Kulit pada Ibu-ibu di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010”.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimanakah gambaran pengetahuan dampak penggunaan kosmetik pemutih terhadap kesehatan kulit pada ibu-ibu di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan
tahun 2010.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan tentang dampak penggunaan kosmetik pemutih terhadap kesehatan kulit pada ibu-ibu di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan.
1.3.2. Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
a. Mengetahui gambaran pengetahuan ibu-ibu tentang kosmetik dan kosmetik pemutih.
b. Mengetahui gambaran pengetahuan ibu-ibu tentang dampak penggunaan kosmetik pemutih.
1.4 Manfaat Penelitian
a. Memperoleh gambaran pengetahuan ibu-ibu di kelurahan
Mangga tentang dampak penggunaan kosmetik pemutih terhadap kesehatan kulit.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan responden penelitian mengenai gambaran dampak penggunaan kosmetik pemutih terhadap kesehatan kulit dan meningkatkan kesadaran pentingnya sikap selektif dalam membeli dan menggunakan kosmetik pemutih .
c. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peneliti dalam
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Umum Pengetahuan dan Pendidikan 2.1.1. Defenisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah
seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek, baik melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.
2.1.2. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yaitu:
1. Tahu
Tahu adalah suatu keadaan dimana seseorang dapat mengingat sesuatu yang telah dipelajari sebelumnya. Tahu ini merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2. Paham
Paham diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang mampu menjelaskan dengan benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3. Aplikasi
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.
4. Analisis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu objek ke dalam komponen-komponen yang masih dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain, misalnya mengelompokkan dan membedakan.
5. Sintesis
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
6. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek.
2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003) dalam Widianti (2007), pengetahuan
seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Pengalaman
Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun
pengalaman orang lain. Pengalaman yang diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang.
2. Tingkat pendidikan
Secara umum, orang yang berpendidikan lebih tinggi akan memiliki
pengetahuan yang lebih luas daripada orang yang berpendidikan lebih rendah.
3. Keyakinan
Biasanya keyakinan diperoleh secara turun-temurun, baik keyakinan yang positif maupun keyakinan yang negatif, tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.
4. Fasilitas
Fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah majalah, radio, koran, televisi, buku, dan lain-lain.
5. Penghasilan
Penghasilan tidak berpengaruh secara langsung terhadap pengetahuan seseorang. Namun, jika seseorang berpenghasilan cukup besar, maka dia mampu menyediakan fasilitas yang lebih baik. 6. Sosial budaya
Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat
2.1.4. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan memberikan seperangkat alat tes/kuesioner tentang objek pengetahuan yang mau diukur, selanjutnya dilakukan penilaian dimana setiap jawaban benar dari masing-masing pertanyaan diberi nilai satu dan jika salah diberi nilai nol. Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor jawaban dengan skor yang diharapkan (tertinggi) kemudian dikalikan 100% dan hasilnya berupa presentase dengan rumus yang digunakan sebagai berikut:
Keterangan:
N = Nilai pengetahuan
Sp = Skor yang didapat
Sm = Skor tertinggi maksimum
(Notoatmodjo, 2003)
2.2. Tinjauan Umum Kosmetik
Kosmetik sudah dikenal sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad ke-19, pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk kecantikan juga untuk kesehatan. Menurut Tranggono sambil mengutip Jellinek dkk (1970) perkembangan ilmu kosmetik serta industrinya baru dimulai secara besar-besaran pada abad ke-20 (Djajadisastra, 2005).
Kosmetik berasal dari kata Yunani “kosmetikos” yang berarti ketrampilan menghias, mengatur. Defenisi kosmetik dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No. HK.00.05.42.1018 adalah setiap bahan atau sediaan dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk
membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau
memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (BPOM RI, 2008).
Kosmetik saat ini telah menjadi kebutuhan manusia yang tidak bisa dianggap sebelah mata lagi. Dan sekarang semakin terasa bahwa kebutuhan adanya kosmetik yang beraneka bentuk dengan ragam warna dan keunikan kemasan serta keunggulan dalam memberikan fungsi bagi
konsumen menuntut industri kosmetik untuk semakin terpicu
mengembangkan teknologi yang tidak saja mencakup peruntukkannya dari kosmetik itu sendiri namun juga kepraktisannya didalam penggunaannya (Djajadisastra, 2005).
Menurut TMitsui, tujuan utama penggunaan kosmetik pada
masyarakat modern adalah untuk kebersihan pribadi, meningkatkan daya tarik melalui make up, meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut dari kerusakan sinar ultraviolet, polusi dan factor lingkungan yang lain, mencegah penuaan, dan secara
umum membantu seseorang lebih menikmati dan menghargai hidup (Djajadisastra, 2005).
Seseorang yang menggunakan produk kosmetik tentulah karena adanya daya tarik kosmetik yang dibelinya tersebut, misalnya ketertarikan terhadap fungsi dari kosmetik tersebut, kepraktisan dari pemakaian, dan dampak yang ditimbulkan oleh pemakaian kosmetik itu. Konsumen haruslah selektif dalam memilih produk kosmetik sehingga dampak negatif dari pemakaian kosmetik seperti, kulit wajah menjadi kusam, pucat, kering, pecah-pecah, dan dampak lain dapat dihindari (Djajadisastra, 2005).
Penggunaan kosmetik harus disesuaikan dengan aturan pakainya. Misalnya harus sesuai jenis kulit, warna kulit, iklim, cuaca, waktu penggunaan, umur, dan jumlah pemakaiannya sehingga tidak menimbulkan efek yang tidak diinginkan. Sebelum mempergunakan kosmetik, sangatlah penting untuk mengetahui lebih dulu apa yang dimaksud dengan kosmetik, manfaat dan pemakaian yang benar. Maka
dari itu perlu penjelasan lebih detail mengenai kosmetik
2.2.1. Pengertian Kosmetik
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 220 tahun 1976 Kosmetik adalah bahan atau campuran bahan untuk digosokkan diletakkan, dituangkan, dipercikkan, atau disemprotkan pada, dimasukkan dalam, dipergunakan pada badan atau bagian badan manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau mengubah rupa dan tidak termasuk golongan obat (Tranggono dkk, 2007).
Kosmetik berasal dari kata Yunani “kosmetikos”yang berarti ketrampilan menghias, mengatur. Defenisi kosmetik dalam Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No. HK.00.05.42.1018 adalah setiap bahan atau sediaan dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk
membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (Tranggono dkk, 2007).
Uraian di atas menjelaskan bahwa yang dimaksud kosmetik adalah suatu campuran bahan yang digunakan pada tubuh bagian luar dengan berbagai cara untuk merawat dan mempercantik diri sehingga dapat menambah daya tarik dan menambah rasa percaya diri pemakaian dan tidak bersifat mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit tertentu. Sekarang ini telah banyak produk kosmetik yang beredar di pasaran dengan berbagai macam merek dan bentuk (Tranggono dkk, 2007).
2.2.2. Penggolongan Kosmetik
Kosmetik yang beredar di pasaran sekarang ini dibuat dengan berbagai jenis bahan dasar dan cara pengolahannya. Menurut bahan yang digunakan dan cara pengolahannya, kosmetik dapat dibagi menjadi 2 golongan besar yaitu kosmetik tradisional dan kosmetik modern. Kosmetik yang beredar di Indonesia ada dua macam yaitu kosmetik tradisional dan kosmetik modern (Tranggono dkk, 2007).
a. Kosmetik Tradisional
Kosmetik tradisional adalah kosmetik alamiah atau kosmetik asli
yang dapat dibuat sendiri langsung dari bahan-bahan segar atau yang telah
dikeringkan, buah-buahan dan tanam-tanaman disekitar kita.
Cara tradisional ini merupakan kebiasaan atau tradisi yang diwariskan
turun-temurun dari leluhur atau nenek moyang kita
(Tranggono dkk, 2007). b. Kosmetik Modern
Kosmetik modern adalah kosmetik yang diproduksi secara pabrik (laboratorium), dimana telah dicampur dengan zat-zat kimia untuk mengawetkan kosmetik tersebut agar tahan lama, sehingga tidak cepat rusak (Tranggono dkk, 2007).
2.2.3. Efek Kosmetik terhadap Kulit
Ada berbagai reaksi negatif yang disebabkan oleh kosmetik yang
tidak aman pada kulit maupun system tubuh, antara lain:
1. Iritasi: reaksi langsung timbul pada pemakaian pertama kosmetik
2. Alergi: reaksi negatif pada kulit muncul setelah dipakai beberapa
kali, kadang-kadang setelah bertahun-tahun, karena kosmetik itu mengandung bahan yang bersifat alergenik bagi seseorang meskipun tidak bagi yang lain (Tranggono dkk, 2007).
3. Fotosensitisasi: reaksi negative muncul setelah kulit yang ditempeli
kosmetik terkena sinar matahari karena salah satu atau lebih dari bahan, zat pewarna, zat pewangi yang dikandung oleh zat kosmetik itu bersifat photosensitizer (Tranggono dkk, 2007).
4. Jerawat (acne): beberapa kosmetik pelembap kulit yang sangat
berminyak dan lengket pada kulit, seperti yang diperuntukkan bagi kulit kering di iklim dingin, dapat menimbulkan jerawat bila digunakan pada kulit yang berminyak. Terutama di negara-negara tropis seperti di Indonesia karena kosmetik demikian cenderung menyumbat pori-pori kulit
bersama kotoran dan bakteri (Tranggono dkk, 2007).
5. Intoksikasi: keracunan dapat terjadi secara local maupun sistemik
melalui penghirupan lewat melalui hidung dan hidung, atau penyerapan lewat kulit. Terutama jika salah satu atau lebih bahan yang dikandung kosmetik itu bersifat toksik (Tranggono dkk, 2007).
6. Penyumbatan fisik: penyumbatan oleh bahan-bahan berminyak dan
lengket yang ada dalam kosmetik tertentu, seperti pelembab atau dasar bedak terhadap pori-pori kulit atau pori-pori kecil pada bagian tubuh yang lain. Ada dua efek atau pengaruh kosmetik terhadap kulit, yaitu efek positif dan efek negatif. Tentu saja yang diharapkan adalah efek positifnya, sedangkan efek negatifnya tidak diinginkan karena dapat menyebabkan kelainan-kelainan kulit (Tranggono dkk, 2007).
2.3. Kosmetik Pemutih
Wanita dengan kulit wajah yang putih bersih dan kencang selalu menjadi icon iklan produk perawatan wajah dan tubuh di media cetak dan
sebagai daya tarik wanita. Bagi pemilik kulit putih tentu bukan masalah lagi, sebab tinggal merawatnya saja agar tetap bersinar dan bersih. Bagi wanita yang memiliki kulit agak gelap atau bahkan gelap yang ingin tampil putih berseri seperti dalam iklan, saat ini sudah banyak produk kosmetik yang dapat memutihkan kulit yang tersedia di toko-toko, salon-salon kecantikan maupun klinik dokter kulit dengan berbagai bentuk seperti sabun, krim, tablet hingga suntikan (BPOM RI, 2007).
2.3.1. Pengertian Kosmetik Pemutih
Menurut Rieger (2000) pemutih merupakan suatu bahan yang digunakan untuk mencerahkan atau merubah warna kulit yang tidak diinginkan. Beberapa krim pemutih mengandung pigmen putih untuk menutupi kulit dan para konsumen merasa kulitnya menjadi lebih putih,
namun sebenarnya kulit mereka hanya terlihat saja lebih putih akibat efek pelapisan pigmen putih pada lapisan kulit terluar dan tidak ada pengurangan pada kadar pigmen kulit yang sebenarnya. Menurut Scott et al (1985) krim pemutih mengandung bahan yang dapat mengganggu produksi pigmen merupakan krim yang paling efektif (Purnamawati, 2009).
Berdasarkan cara penggunaannya produk whitening (pemutih) kulit dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu :
1. Skin Bleaching
2. Skin Lightening
Adalah produk perawatan kulit yang digunakan dengan tujuan agar kulit pemakai tampak lebih putih, cerah dan bercahaya. Produk whitening kategori ini dapat digunakan secara merata pada seluruh permukaan kulit. Bahan aktif yang digunakan antara lain asam askorbat dan derivatnya, kojic acid, niasinamid, licorice ekstract (Purnamawati, 2009).
2.3.2. Pemilihan Kosmetik Pemutih
Memilih kosmetik pemutih sebaiknya lebih berhati-hati, karena tidak semua kosmetik pemutih yang beredar di pasaran aman digunakan. Banyak hal yang harus diperhatikan dalam memilih kosmetik pemutih untuk menghindari efek negatifnya. Badan POM sepanjang tahun 2004
telah menyita lebih dari 3 ribu produk kosmetik impor maupun produk kosmetik palsu yang mengandung zat berbahaya bagi kulit. Produk- produk ini sebagian besar adalah produk impor ilegal yang harganya relatif murah. Memilih produk kosmetik pemutih kulit juga harus melihat jenis dan kondisi kulit pemakai agar hasilnya tidak mengecewakan. Sebelum membeli kosmetika sebaiknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut : a. Kenali jenis kulit dengan tepat
Jenis kulit setiap orang tidak sama, oleh karena itu penting untuk mengetahui jenis kulit sebelum memutuskan untuk membeli kosmetik yang cocok. Untuk memastikan jenis kulit seseorang, kulit harus dibersihkan lebih dahulu dan pemeriksaan harus dilakukan di bawah cahaya yang terang bila perlu menggunakan kaca pembesar agar tekstur kulit, besarnya pori-pori, aliran darah, pigmentasi, dan kelainan lain yang terdapat pada permukaan kulit dapat terlihat. Analisis kulit sangat penting dilakukan untuk menentukan kelainan atau masalah kulit yang timbul sehingga perlakukan yang tepat dapat diberikan untuk memperbaikinya
b. Memilih produk kosmetik yang mempunyai nomor registrasi dari Departemen Kesehatan
Suatu produk kosmetik yang tidak memiliki nomor regristrasi, kemungkinan memiliki kandungan zat-zat yang tidak diizinkan pemakaiannya atau memiliki kadar yang melebihi ketentuan, sehingga dapat menimbulkan efek samping yang berbahaya. Hal yang perlu diperhatikan tersebut adalah berkaitan dengan kandungan hidroquinon dan merkuri yang terdapat pada produk kosmetik (BPOM RI, 2007).
c. Hati-hati dengan produk yang sangat cepat memberikan hasil.
Suatu produk kosmetik yang memberikan hasil yang sangat cepat (misalnya produk pemutih) tidak menutup kemungkinan produk tersebut mengandung zat yang melebihi kadar atau standar yang sudah ditetapkan oleh Depatemen Kesehatan dan penggunaannya harus di bawah
pengawasan dokter (BPOM RI, 2007).
d. Membeli kosmetik secukupnya pada tahap awal
Setiap pertama kali menggunakan produk, tidak bisa diketahui
apakah produk tersebut cocok digunakan atau tidak, oleh karena itu perlu mencobanya terlebih dahulu dalam jumlah sedikit (BPOM RI, 2007). e. Perhatikan keterangan-keterangan yang tercantum pada label atau kemasan.
Perlu diperhatikan informasi yang tertera pada kemasan mengenai unsur bahan yang digunakan, tanggal kadaluarsa serta nomor registrasinya, karena tidak semua produsen mencantumkan atau mendaftarkan produknya ke Badan Pengawasan Obat dan Makanan, sehingga tidak terjamin keamanannya (BPOM RI, 2007).
Memilih produk kosmetik, terutama kosmetik pemutih, perlu adanya sikap hati-hati dan teliti, agar tidak terjadi kesalahan yang fatal. Apabila kosmetik yang sekarang banyak beredar di pasaran, terkadang tidak mencantumkan informasi yang cukup. Sedangkan kosmetik tersebut
2.4. Tinjauan Tentang Kulit 2.4.1. Pengertian Kulit
Kulit merupakan suatu kelenjar holokrin yang cukup besar dan seperti jaringan tubuh lainnya, kulit juga bernafas (respirasi), menyerap oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Kulit menyerap oksigen yang diambil lebih banyak dari aliran darah, begitu pula dalam pengeluaran karbondioksida yang lebih banyak dikeluarkan melalui aliran darah. Kecepatan penyerapan oksigen ke dalam kulit dan pengeluaran
karbondioksida dari kulit tergantung pada banyak faktor di dalam maupun di luar kulit, seperti temperatur udara atau suhu, komposisi gas di sekitar kulit, kelembaban udara, kecepatan aliran darah ke kulit, tekanan gas di dalam darah kulit, penyakit-penyakit kulit, usia, keadaan vitamin dan
hormon di kulit, perubahan dalam metabolisme sel kulit dan pemakaian bahan kimia pada kulit (Kusantati dkk, 2008).
2.4.2. Struktur Kulit
Struktur kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu : kulit ari (epidermis), sebagai lapisan yang paling luar, kulit jangat (dermis, korium atau kutis) dan jaringan penyambung di bawah kulit (tela subkutanea, hipodermis
atau subkutis) Sebagai gambaran, penampang lintang dan visualisasi
struktur lapisan kulit tersebut dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 2.1. Struktur Kulit
1. Kulit Ari (epidermis)
Epidermis merupakan bagian kulit paling luar yang paling menarik untuk diperhatikan dalam perawatan kulit, karena kosmetik dipakai pada bagian epidermis. Ketebalan epidermis berbeda-beda pada berbagai bagian tubuh, yang paling tebal berukuran 1 milimeter misalnya pada telapak tangan dan telapak kaki, dan yang paling tipis berukuran 0,1 milimeter terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi dan perut. Sel-sel epidermis disebut
keratinosit. Epidermis melekat erat pada dermis karena secara fungsional
epidermis memperoleh zat-zat makanan dan cairan antar sel dari plasma
yang merembes melalui dinding-dinding kapiler dermis ke dalam epidermis. Pada epidermis dibedakan atas lima lapisan kulit, yaitu:
a. Lapisan tanduk (stratum corneum) b. Lapisan bening (stratum lucidum) c. Lapisan berbutir (stratum granulosum) d. Lapisan bertaju (stratum spinosum)
e. Lapisan benih (stratum germinativum atau stratum basale)
Gambar 2.2. Epidermis Section
2. Kulit Jangat (dermis)
Kulit jangat atau dermis menjadi tempat ujung saraf perasa, tempat keberadaan kandung rambut, kelenjar keringat, kelenjar-kelenjar palit atau kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh darah dan getah bening, dan otot penegak rambut (muskulus arektor pili). Sel-sel umbi rambut yang berada di dasar kandung rambut, terus-menerus membelah dalam membentuk batang rambut. Kelenjar palit yang menempel di saluran kandung rambut, menghasilkan minyak yang mencapai permukaan kulit melalui muara kandung rambut. Kulit jangat sering disebut kulit sebenarnya dan 95 %
kulit jangat membentuk ketebalan kulit. Ketebalan rata-rata kulit jangat diperkirakan antara 1 - 2 mm dan yang paling tipis terdapat di kelopak mata serta yang paling tebal terdapat di telapak tangan dan telapak kaki (Kusantati dkk, 2008).
Gambar 2.3. Dermis Section
(Sumber.
2.4.3. Fungsi Kulit
Kulit mempunyai berbagai fungsi yaitu sebagai berikut : 1. Pelindung atau proteksi
2. Penerima rangsang
3. Pengatur panas atau thermoregulasi 4. Pengeluaran (ekskresi)
6. Penyerapan terbatas
7. Penunjang penampilan
2.4.4. Warna Kulit
Warna kulit sangat beragam, dari yang berwarna putih mulus, kuning, coklat, kemerahan atau hitam. Setiap warna kulit mempunyai keunikan tersendiri yang jika dirawat dengan baik dapat menampilkan karakter yang menarik (Kusantati dkk, 2008).
Warna kulit terutama ditentukan oleh :
1. Oxyhemoglobin yang berwarna merah
2. Hemoglobin tereduksi yang berwarna merah kebiruan 3. Melanin yang berwarna coklat
4. Keratohyalin yang memberikan penampakan opaque pada kulit, serta
5. Lapisan stratum corneum yang memiliki warna putih kekuningan atau keabu-abuan.
Gambar 2.4. Penampang Kulit Yang Mengalami sun damage (Sumber. www.medicinenet.com , 2009)
2.4.5. Jenis-jenis Kulit
Upaya untuk perawatan kulit secara benar dapat dilakukan dengan terlebih dahulu harus mengenal jenis-jenis kulit dan ciri atau sifat-sifatnya agar dapat menentukan cara-cara perawatan yang tepat, memilih kosmetik yang sesuai. Kulit yang sehat memiliki ciri :
1.Kulit memiliki kelembaban cukup, sehingga terlihat basah atau berembun.
2. Kulit senantiasa kenyal dan kencang.
3. Menampilkan kecerahan warna kulit yang sesungguhnya.
4. Kulit terlihat mulus, lembut dan bersih dari noda, jerawat atau jamur. 5. Kulit terlihat segar dan bercahaya.
6. Memiliki sedikit kerutan sesuai usia.
Pada umumnya jenis kulit manusia dapat dikelompokkan menjadi :
1. Kulit Normal
sepintas tidak bermasalah, kulit normal tetap harus dijaga dan dirawat dengan baik, karena jika tidak dirawat, kekenyalan dan kelembaban kulit normal akan terganggu, terjadi penumpukan kulit mati dan kotoran dapat menyebabkan timbulnya jerawat (Kusantati dkk, 2008).
2. Kulit Berminyak
Kulit berminyak banyak dialami oleh wanita di daerah tropis. Karena pengaruh hormonal, kulit berminyak biasa dijumpai pada remaja puteri usia sekitar 20 tahunan, meski ada juga pada wanita usia 30-40 tahun yang mengalaminya. Pemicunya dapat berupa faktor internal atau
faktor eksternal, yaitu :
a. Faktor internal meliputi : 1) Faktor genetis 2) Faktor hormonal
b. Faktor eksternal meliputi : 1) Udara panas atau lembab.
2) Makanan yang dapat merangsang keluarnya keringat seperti makanan yang terlalu pedas baik karena cabai atau merica, makanan yang terlalu asin, makanan yang berbumbu menyengat seperti bawang putih, makanan yang terlalu berminyak serta makanan dan minuman yang terlalu panas (Kusantati dkk, 2008).
3. Kulit Kering
Kulit kering memiliki kadar minyak atau sebum yang sangat rendah dan cenderung sensitif, sehingga terlihat parched karena kulit tidak mampu mempertahankan kelembabannya. Ciri dari kulit kering adalah kulit terasa kaku seperti tertarik setelah mencuci muka dan akan mereda setelah dilapisi dengan krim pelembab. Kondisi kulit dapat menjadi lebih buruk apabila terkena angin, perubahan cuaca dari dingin ke panas atau sebaliknya. Garis atau kerutan sekitar pipi, mata dan sekitar bibir dapat
muncul dengan mudah pada wajah yang berkulit kering
4. Kulit Sensitif
Kulit sensitif biasanya lebih tipis dari jenis kulit lain sehingga sangat peka terhadap hal-hal yang bisa menimbulkan alergi (allergen). Pembuluh darah kapiler dan ujung saraf pada kulit sensitif terletak sangat dekat dengan permukaan kulit. Jika terkena allergen, reaksinya pun sangat cepat. Bentuk-bentuk reaksi pada kulit sensitif biasanya berupa bercak merah, gatal, iritasi hingga luka yang jika tidak dirawat secara baik dan benar akan berdampak serius. Warna kemerahan pada kulit sensitif disebabkan allergen memacu pembuluh darah dan memperbanyak aliran
darah ke permukaan kulit (Kusantati dkk, 2008).
5. Kulit Kombinasi atau Kulit Campuran
Faktor genetis menyebabkan kulit kombinasi banyak ditemukan di Asia. Banyak wanita timur terutama di daerah tropis yang memiliki kulit
kombinasi: kering-berminyak atau normal-berminyak. Pada kondisi tertentu kadang dijumpai kulit sensitif-berminyak. Kulit kombinasi terjadi jika kadar minyak di wajah tidak merata (Kusantati dkk, 2008).
6. Kulit Kering Sensitf
Jenis kulit ini sama dengan kulit kering hanya terdapat pembuluh darah yang melebar disekitar hidung dan pipi sehingga timbul garis-garis atau guratan didaerah tersebut (Kusantati dkk, 2008).
7. Kulit gersang ( Dehydrated Skin)
Kulit gersang adalah kulit yang sangat kering. Penyebabnya zat cair atau pelembab didalam kulit sangat terbatas. Umumnya terdapat pada usia remaja, dewasa ataupun usia lanjut (Kusantati dkk, 2008).
2.5. Pengertian Kesehatan Kulit
Memiliki kulit sehat merupakan keinginan setiap orang, akan tetapi tidak semua orang memiliki pengatahuan yang cukup untuk mendapatkan kulit sehat. Perlakuan yang benar dan tepat akan berakibat baik bagi
yang dimaksud dengan kesehatan kulit dan bagaimana ciri-ciri kulit yang sehat. Kesehatan merupakan keadaan baik seluruh badan serta bagian-bagiannya, bebas dari sakit. Kulit merupakan bagian terluar dari tubuh manusia yang bisa langsung dilihat dari luar dengan mata telanjang. Jadi kesehatan kulit adalah mencerminkan keadaan atau kondisi kulit yang sehat atau terbebas dari penyakit. Keadaan kulit sering mencerminkan kesehatan dan kebersihan seseorang, karena itu kesehatan kulit sangat penting untuk diperhatikan (Al Rhasid, 2007).
Seringkali seseorang mengabaikan kesehatan kulit, padahal kulit
merupakan tameng dalam menghadapi segala ancaman kondisi luar tubuh. Banyak yang lebih mementingkan untuk mendapatkan kulit yang cantik dengan cara merias diri, tetapi mengabaikan perawatan yang dapat memercantik kulit itu sendiri. Sangatlah penting untuk menjaga kondisi
kulit agar senantiasa dalam keadaan sehat karena kulit yang sehat dapat mencerminkan kecantikan yang sesungguhnya. Usaha yang dapat dilakukan dalam rangka menjaga kesehatan kulit salah satunya adalah melalui pemilihan kosmetik yang sesuai dengan jenis kulit, apabila jenis kulitnya berminyak maka kosmetik yang digunakan adalah kosmetik khusus untuk kulit berminyak sedangkan untuk jenis kulit kering harus menggunakan kosmetik untuk kulit kering karena pHnya sudah disesuaikan dengan kebutuhan (Al Rhasid, 2007).
2.6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Kulit
Keadaan kulit mencerminkan kesehatan umum tubuh secara
keseluruhan sebagai suatu organ, kulit tidak hanya menutupi tubuh, tetapi kulit juga memberikan sistem kekebalan. Sangatlah penting untuk menjaga agar kulit senantiasa dalam keadaan sehat (Djajadisastra, 2003).
Sebelum melakukan langkah perawatan perlu diketahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan kulit, antara lain :
a. Pola makan dan diet yang tidak benar.
b. Kosmetik yang tidak cocok dengan jenis kulit.
c. Penyakit kulit dan jamur.
d. Sinar matahari dan polusi udara.
e. Hormon yang tidak seimbang, misalnya saat haid, hamil atau stres. f. Kebiasaan tertentu seperti merokok atau minum minuman keras.
Banyak sekali faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan kulit. Oleh karena itu sangat penting untuk diperhatikan dan memiliki pengetahuan agar dalam melakukan tindakan tidak terjadi kealahan karena seringkali hal-hal tersebut dianggap tidak penting dan diabaikan. Apabila kondisi udara sekarang ini yang semakin panas dan udara yang semakin kotor oleh debu dan asap kendaraan tidak diperhatikan dengan baik maka dapat mengganggu kesehatan kulit. Oleh karena itu merawat kulit menjadi sangat penting daripada sekedar merias karena kulit yang sehat merupakan cerminan dari tubuh yang sehat (Djajadisastra, 2003).
2.7. Dampak Penggunaan Kosmetik Pemutih Terhadap Kesehatan Kulit
Produk pemutih kulit adalah salah satu jenis produk kosmetik yang mengandung bahan aktif yang dapat menekan atau menghambat pembentukan melanin atau menghilangkan melanin yang sudah terbentuk sehingga akan memberikan warna kulit yang lebih putih. Keinginan
diperoleh dari pemakaian kosmetik pemutih diantaranya yaitu kulit menjadi putih bersih dan bersinar. Keterbatasan pengetahuan tentang berbagai produk kosmetik pemutih membuat mereka tidak tahu dampak negatif yang timbul jika tidak berhati- hati. Kesalahan yang dilakukan
dapat menyebabkan gangguan terhadap kesehatan kulit
(Mulyorejo, 2007).
Dalam suatu kajian yang telah dijalankan di Amerika Serikat (Arndt dan Fitzpatrick, 1965), krim yang mengandung 2% dan 5% hidrokuinon telah diuji pada 56 subjek yang mempunyai masalah spot
kehitaman pada kulit. Menariknya, 12% dari jumlah subjek kajian adalah penduduk berketurunan kulit hitam. Mereka menggunakan krim mengandung hidroquinon dua kali sehari selama tiga bulan. Hasilnya menakjubkan krim mengandung hidroquinon dapat
menghilangkan spot hitam pada 44 orang yang mengikuti penelitian dari jumlah 56 responden. Pemakaian hidroquinon yang berlebihan bukannya tidak membawa efek samping. Krim yang mengandungi 5% hidroquinon telah dilaporkan memberi kesan sampingan (iritasi dan rasa terbakar pada kulit). Namun jika kadarnya hanya 2% pemakai hanya mengalami sedikit iritasi atau terbakar saja. Pemakaian hidroquinon berlebih dapat menyebabkan kulit iritasi, dan jika dihentikan kulit akan seperti semula, bahkan bisa lebih buruk. Lebih bahaya lagi merkuri. Logam yang sebenarnya sudah dilarang itu memang menjadikan kulit tampak putih mulus, tetapi lama-kelamaan akan mengendap di bawah kulit. Setelah bertahun-tahun kulit akan biru kehitaman, bahkan dapat memicu timbulnya kanker (Mulyorejo, 2007).
Kadar zat pemutih hidroquinon untuk kosmetik hanya diperbolehkan dua persen, lebih dari itu harus diperlakukan sebagai obat. Krim pemutih merupakan campuran bahan kimia yang bertujuan memucatkan noda hitam (cokelat) pada kulit. Dalam jangka waktu lama
menimbulkan pigmentasi dengan efek permanen. Sayangnya, sekarang banyak konsumen tertipu, menggunakan pemutih yang bermanfaat instan. Pemutih tersebut bisa menimbulkan efek rebound, yaitu memberikan respons berlawanan saat pemakaian dihentikan. Hasil kajian tersebut juga menunjukkan bahwa krim ini hanya sesuai untuk pengguna berkulit cerah dengan spot kehitaman tidak banyak. Krim ini bekerja baik untuk perawatan kulit pada peringkat awal pembentukan bintik hitam (Mulyorejo, 2007).
Dari kajian ini didapat hasil hidrokuinon menghalangi pengeluaran
melanin oleh melanosit di dalam epidermis. Hidroquinon juga menembus kulit dan menyebabkan penebalan kolagen. Efek samping hidroquinon memang sedikit saja terutama jika dipakai pada kadar rendah, namun ada rasa panas terbakar saat krim dengan hidroquinon tinggi diaplikasikan
pada kulit. Jika krim seperti ini digunakan dalam jangka panjang, sementara kita juga terekspos sinar matahari, bukan kulit cerah merona yang kita dapat, melainkan sebaliknya. Spot coklat atau kehitaman justru bertambah, bahkan muncul bintik kekuningan pada kulit yang disebut okronosis. Kerusakan ini mungkin bersifat selamanya karena tidak ada yang dapat dilakukan untuk mengembalikan ke bentuk atau warna semula. Hidrokuinon bukan saja berbahaya jika digunakan pada kulit pada kadar tinggi. Jika termakan zat ini dapat menyebabkan keracunan yang serius. Jika yang termakan mencapai kepekatan 5-15 gram akan menyebabkan kerusakan sel darah merah (hemolytic anemia) (Mulyorejo, 2007).
Sebenarnya dampak kosmetik pada kulit sudah sejak lama ditemukan. Beberapa peneliti telah melakukan berbagai penelitian mengenai hal tersebut. Menurut Tzank (1995) sebanyak 7% dari semua kasus kerusakan kulit disebuah klinik di Paris akibat kosmetik. Sidi (1956) memperkirakan bahwa untuk seluruh Prancis angka ini mencapai 20%. Schulz (1954) menemukan bahwa di Hamburg, Jerman sekitar 10% dari
treatment hyperpigmentasi khusus, dan penggunaan yang terus menerus dan tidak terkontrol akan menyebabkan penipisan kulit dan warna merah muda. Bila pemakaian dihentikan kulit kembali ke keadaan semula atau menjadi rusak, warna kulit tidak rata. Di Indonesia, penelitian yang dilakukan Dr. Retno Tranggono (1978) terhadap 244 pasien RSCM yang menderita noda-noda hitam 18,3% dan juga menyebabkan toksisitas yang tinggi terhadap organ tubuh seperti ginjal, syaraf dan berupa iritasi (kemerahan atau pembengkakan kulit) dan alergi, berupa perubahan warna
kulit sampai kehitam-hitaman disebabkan oleh kosmetik
(Purnamawati, 2009).
Berdasarkan data BPOM RI tahun 2008, dalam beberapa kosmetik dapat ditemukan berbagai bahan kimia yang berbahaya bagi kulit, seperti merkuri, hidroquinon, asam retinoat dan zat warna sintetis seperti
Rhodamin B dan Merah K3. Bahan-bahan ini sebetulnya telah dilarang penggunaannya sejak tahun 1998 melalui Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 445/MENKES/PER/V/1998. Sejauh ini bahan-bahan kimia tersebut belum tergantikan dengan bahan-bahan lainnya yang bersifat alami. Bahan-bahan kimia tersebut dapat memicu kanker. Menurut BPOM RI (2008) merkuri (Hg)/air raksa termasuk logam berat berbahaya, dalam konsentrasi kecilpun dapat menimbulkan racun dan biasa terdapat pada krim pemutih. Merkuri dapat menyebabkan alergi dan iritasi kulit. Pemakaian dengan dosisi tinggi menyebabkan kerusakan otak permanen, gagal ginjal yang berakibat kematian dan gangguan perkembangan janin yang berakibat keguguran dan mandul. Selain merkuri, hidroquinon dalam krim pemutih yang kandungannya diatas 2% juga dikategorikan sebagai bahan berbahaya bagi kesehatan. Hidroquinon termasuk golongan obat keras yang hanya dapat digunakan berdasarkan resep dokter. Pemakaian hidroquinon dapat menyebabkan iritasi kulit, kulit menjadi merah dan rasa terbakar, juga menyebabkan kelainan pada ginjal, kanker darah (leukemia)
Menurut BPOM RI (2008) asam retinoat atau tretinoin adalah bentuk asam dari vitamin A, merupakan zat popular yang digunakan dalam kosmetik karena kemampuannya mengatur pembentukan dan penghancuran sel-sel kulit. Kemampuannya mengatur siklus hidup sel ini juga dimanfaatkan oleh kosmetik anti aging (efek penuaan). Tretinoin juga mempunyai efek samping bagi kulit yang sensitif, seperti kulit menjadi gatal, memerah dan terasa panas seperti terbakar. Penggunaan Tretinoin yang sebagai obat keras, hanya boleh dengan resep dokter, namun kenyataannya ditemukan dijual bebas kosmetik yang mengandung
tretinoin buatan Filipina. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, produk kosmetik pemutih yang dilarang penggunaannya dan mengandung asam retinoat, antara lain RDL Hydroquinone Tretinoin
Baby Face Solution 3 dan Maxi-Peel Papaya Whitening Soap
(Purnamawati, 2009).
Hidroquinon yang banyak dipakai sebagai penghambat pembentukan melamin yang dapat menyebabkan hiperpigmentasi, padahal melamin berfungsi sebagai pelindung kulit dari sinar ultraviolet, sehingga terhindar dari resiko terkena kanker kulit. Apabila digunakan dalam jangka waktu yang lama dan di bawah sinar matahari secara langsung,
hidroquinon dapat mengakibatkan noda hitam dan benjolan kekuningan
pada kulit yang disebut sebagai okrosinosis yang sifatnya permanen sebagai akibat terhambatnya produksi melanin kulit yang berfungsi melindungi kulit dari sinar ultraviolet. oleh karena itu Badan POM menetapkan ambang batas kandungan hidroquinon di bawah 2% (BPOM RI, 2007).
Kombinasi hydroquinon, retinoic acid dan corticosteroid dalam dua tiga tahun terakhir ramai di pasaran kosmetik dengan kandungan kombinasi bahan ini. Memberi efek instant karena sebenarnya produk ini hanya untuk treatment hyperpigmentasi khusus dan penggunaan yang terus
atau menjadi rusak,warna kulit tidak rata. Selain itu Ascorbic acid (vitamin c ) dan derivatnya juga banyak digunakan pada produk pemutih, karena termasuk bahan yang aman juga merupakan suatu antioksidan kuat, dapat menekan reaksi oksidasi dalam sintesa melanin. Juga berperan dalam menstimulant pembentukan jaringan kolagen kulit dengan pertimbangan kestabilan bahan maka, bentuk magnesium ascorbyl
phosphate lebih banyak dipakai dalam sediaan kosmetik
(BPOM RI, 2007).
Dibawah ini adalah daftar 27 kosmetik berbahaya yang ditarik
BPOM dari peredaran, yaitu:
Tabel 2.1. Kosmetik yang Mengandung Bahan Berbahaya
No. Nama Kosmetik Nama & Alamat
Produsen/importir
CV. Estetika Karya Pratama, Jakarta
Merkuri
2. Doctor Kayama
(Whitening Night Cream)
CV. Estetika Karya Pratama, Jakarta
Merkuri
3. MRC Putri Salju
Cream
CV. Ngongoh Cosmetic, Bekasi
Retinoic Acid
4. MRC PS Crystal
Cream
CV. Ngongoh Cosmetic, Bekasi
Retinoic Acid
5. Blossom Day Cream - Merkuri
6. Blossom Night Cream - Merkuri
7. Cream Malam Lily Cosmetics,
Yogyakarta
Merkuri
8. Day Cream Vitamin E
Herbal
PT. Locos, Bandung Merkuri
dan Herbal
10. Night Cream Vitamin E
Herbal
PT. Locos, Bandung Merkuri
11. Kosmetik Ibu Sari
Shenzhen, China Merkuri
16. New Rody Special
(kuning)
Shenzhen, China Merkuri
17. Shee Na Whitening
Pearl Cream
Atlie Cosmetic Merkuri
18. Aily Cake 2 in 1 Eye
Shadow “01″
- Merah K.3
19. Baolishi Eye Shadow Baolishi Group
Hongkong
Rhodamin B (merah K.10)
20. Cameo Make Up Kit 3
in 1 Two Way Cake dan Multi Eye Shadow dan Blush
24. Noubeier Blusher Taizhou Xhongcun
Tianyuan
Merah K.3
Blusher No.5 Tianyuan Daily-Use Chemivals Co Ltd
26. Sutsyu Eye Shadow Sutsyu Corp Tokyo Merah K.3
27. Noubeier Blush On - Merah K.3 &
Rhodamin B
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam
penelitian ini adalah :
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
3.2. Defenisi Operasional
3.2.1. Pengetahuan yaitu mencakup sejauh mana pengetahuan responden tentang kosmetik dan kosmetik pemutih.
Pengetahuan disini akan mencakup :
1. Pengertian kosmetik dan kosmetik pemutih,
2. Tujuan utama pemakaian kosmetik dan kosmetik pemutih, 3. Produk kosmetik pemutih berdasarkan penggunaannya,
4.Reaksi/dampak negatif kosmetik pemutih yang mengandung
(Hidroquinon, Merkuri, Asam retinoat dan Rhodamin B) terhadap kulit, 5. Reaksi/dampak positif penggunaan kosmetik pemutih terhadap kulit, 6. Bahan/zat kimia berbahaya pada kosmetik pemutih,
7. Pengertian kesehatan kulit, ciri-ciri kulit sehat dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan kulit, serta cara merawat kesehatan kulit.
Dalam konsep penelitian ini, pengetahuan yang diukur hanya
dalam batas “tahu”. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu-ibu tersebut digunakan kuesioner sebagai instrumen.
Kesehatan Kulit Kosmetik Pemutih Gambaran Pengetahuan
3.2.2. Ibu-ibu diartikan sebagai :
a. Wanita yang berusia 25-45 tahun.
b. Wanita yang sudah menikah.
c. Wanita yang bertempat tinggal di Kelurahan Mangga Tahun 2010.
3.2.3. Dampak penggunaan kosmetik pemutih.
Reaksi negatif pada kulit diakibatkan oleh kosmetik pemutih yang mengandung bahan/zat kimia berbahaya (Hidroquinon, Asam retinoat, Merkuri, Rhodamin B) seperti iritasi, alergi, gatal, memerah, rasa terbakar pada kulit dan lain-lainya, terhadap responden yang menggunakan
kosmetik pemutih.
3.2.4. Kesehatan kulit adalah mencerminkan keadaan atau kondisi kulit yang sehat atau terbebas dari penyakit.
3.3. Cara Ukur : Cara ukur yang digunakan adalah wawancara. 3.4. Alat Ukur : Alat ukur yang digunakan berupa kuesioner yang
terdiri atas 28 pertanyaan dengan 3 pilihan jawaban, yaitu: jawaban yang benar diberi skor 2, jawaban yang salah diberi skor 1, jawaban tidak tahu diberi skor 0 .
1) Jika jawaban pertanyaan no.1 adalah tidak tahu, maka pertanyaan
tidak dilanjutkan. Skor total yang didapat oleh responden adalah 0.
2) Pertanyaan no.1, no.2, no.3, no.4, no.5, no.9, no.10, no.13, no.16,
dan no.18 tidak memiliki poin. Pertanyaan-pertanyaan ini tidak dimasukkan ke dalam penilaian tingkat pengetahuan, tetapi dijadikan sebagai data kualitatif.
3) Untuk pertanyaan no.6, no.7, no.8, no.11, no.12, no.14, no.15,
no.17, no.18, no.19, no.20, no.21, no.22, no.23, no.24, no.25, no.26, no.27, dan no.28 jika responden menjawab benar, maka responden mendapat skor 2. Jika menjawab salah responden mendapat skor 1, jika tidak tahu responden mendapat skor 0.
4) Total poinnya adalah 50.
6) Nilai yang didapat oleh responden akan dihitung dengan
menggunakan rumus:
Total poinnya adalah 50. Seluruh skor yang didapatkan oleh responden akan dijumlahkan. Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh responden, maka ukuran pengetahuan responden (ibu-ibu) menurut Pratomo (1990), dilakukan dengan menggunakan sistem skoring dengan memakai skala sebagai berikut :
a. Baik, bila jawaban responden benar > 75% dari total skor atau total nilai 34-50.
b. Sedang, bila jawaban responden benar antara 40-75% dari total
skor atau total nilai 17-33.
c. Kurang, bila jawaban responden benar <40% dari total skor skor
atau total nilai <16.
3.5. Skala pengukuran dengan menggunakan skala kategorikal berupa skala ordinal.
Tabel 3.1. Skor Pertanyaan pada Kuesioner Pengetahuan
No. Skor
6 A=2 B=1 C=0
7 A=2 B=1 C=0
8 A=2 B=2 C=2 D=0
11 A=2 B=2 C=0
12 A=2 B=1 C=0
14 A=2 B=1 C=0
15 A=2 B=1 C=0
18 A=2 B=2 C=1 D=0
19 A=2 B=1 C=0
20 A=2 B=1 C=0
21 A=2 B=1 C=0
22 A=2 B=1 C=0
24 A=2 B=1 C=0
25 A=2 B=1 C=0
26 A=2 B=2 C=2 D=1
E=0
27 A=2 B=2 C=2 D=0
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan desain penelitian cross sectional. Dalam satu rentang waktu tertentu, didapatkan gambaran pengetahuan responden (ibu-ibu) tentang dampak penggunaan kosmetik pemutih terhadap kesehatan kulit di Kelurahan Mangga Tahun 2010.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-November 2010 terhadap wanita usia 25-45 tahun yang bertempat di Kelurahan Mangga
Kecamatan Medan Tuntungan. Lokasi ini dipilih dengan alasan karena:
a. Kelurahan tersebut memiliki cukup banyak ibu-ibu yang menggunakan
kosmetik pemutih.
b. Kelurahan Mangga merupakan tempat kediaman peneliti sehingga
didasarkan pada kenyataan praktis yang dapat memudahkan pelaksanaan penelitian.
c. Tingkat pengetahuan ibu-ibunya beragam.
Tabel 4.1 : Timeline Pelaksanaan Penelitian
proposal
Seminar proposal penelitian
Pengumpulan data penelitian
Entry dan analisa
data
Pembuatan laporan hasil penelitian Seminar hasil proposal penelitian
4.3. Populasi dan Sampel
Populasi target pada penelitian ini adalah ibu-ibu usia 25-45 tahun.
Populasi terjangkaunya adalah ibu-ibu usia 25-45 tahun yang tinggal di Kelurahan Mangga pada tahun 2010. Dari hasil survei awal, besar anggota populasi terjangkau ini adalah 1599 orang.
4.3.1 Kriteria Inklusi :
a. Ibu-ibu usia 25-45 tahun yang bersedia menjadi responden penelitian
setelah memperoleh persetujuan setelah penjelasan (informed consent). b. Responden yang tinggal di lokasi penelitian.
c. Responden berjenis kelamin perempuan
d. Sudah menikah
e. Responden berada di tempat pada saat mengumpulkan data
4.3.2. Kriteria Eksklusi:
a. Tidak bersedia menjadi responden.
Berdasarkan hasil survey, jumlah wanita yang berusia 25-45 tahun di Kelurahan Mangga adalah 1599 orang. Teknik penarikan sampel yang
digunakan adalah pemilihan tidak berdasarkan peluang
subyek yang diperlukan dapat ditentukan dengan menggunakan rumus perkiraan besar sampel untuk populasi terbatas. Rumus yang digunakan adalah:
Menurut Wahyuni (2008), jumlah sampel minimal dihitung dengan menggunakan rumus :
n = N. Z2 1-α/2.p.(1-q) (N-1 )d2 +Z2 1-α/2.p.(1-q)
n : besar sampel minimum
Z1-α/2 : nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu
p : harga proporsi di populasi
q : 1-p
d : kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir
N : jumlah di populasi
Berdasarkan rumus diatas, nilai yang harus di cari adalah nila p (harga proporsi), sedangkan nilai yang ditetapkan oleh peneliti adalah Zα dan nilai d. Dalam penelitian ini, proporsi di populasi adalah 50% (0,50), q
adalah 1-p (1-0,50) yaitu, 0,50. Peneliti menetapkan α sebesar 5%
sehingga Z1-α/2 = 1,96, dengan kesalahan absolut yang masih bisa
ditolerir (d) di tetapkan sebesar 10% (0,1).
Dengan demikian, besar sampel yang diperlukan adalah : n = N. Z2 1-α/2.p.(1-q)
(N-1 )d2 +Z2 1-α/2.p.(1-q)
n = 1599x1,962 x 0,50x (1-0,50) = 90 (1599-1)x0,102 x1,962 x 0,50x (1-0,50)
4.4. Teknik Pengumpulan Data 4.4.1. Data Primer
Pada penelitian ini, digunakan data primer yang didapat langsung dari responden. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dengan alat pengumpulan data berupa kuesioner. Pertanyaan-pertanyaan di dalam kuesioner ditanyakan langsung oleh surveyer kepada responden.
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas 18 pertanyaan. Sebelum digunakan dalam penelitian, kuesioner disebarkan
kepada 20 orang responden non sampel penelitian, yang terdiri atas 8 orang berprofesi pegawai negeri, 9 orang berprofesi ibu rumah tangga, 3 orang berprofesi lainnya. Kuesioner ini diuji validitas dan reliabilitasnya dengan menggunakan SPSS versi 17.0.
Berikut ini adalah hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner penelitian yang dilakukan uji validitas konstrak dengan Korelasi Pearson dan uji reliabilitas dengan metode Alpha Cronbach.
Tabel 4.2 : Hasil Uji Vailiditas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian
Nomor Pertanyaan Status Validitas Status Reliabilitas
4.1.1. Data Sekunder
Data sekunder pada penelitian ini yang diperoleh dari kantor kelurahan adalah jumlah wanita usia 25-45 tahun yang tinggal di Kelurahan Mangga tahun 2010, yaitu sebanyak 1599 orang. Data ini diperlukan untuk mengetahui apakah jumlah subyek mencukupi di dalam populasi tersebut.
4.5. Etika penelitian
Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dalam bentuk
angket/kuesioner, dan sebelum pengisian kuesioner akan dilampirkan lembar persetujuan responden. Kuesioner tersebut berisikan pertanyaan-pertanyaan berupa pengetahuan dampak penggunaan kosmetik pemutih terhadap kesehatan kulit. Baik nama serta identitas diri pasien akan
menjadi rahasia peneliti dan tidak akan disebarluaskan. Sedangkan hasil penelitian serta jawaban yang diberikan responden hanya akan digunakan untuk keperluan penelitian. Waktu pengisian kuesioner memakan waktu kurang lebih 25 menit.
4.6. Pengolahan dan Analisa Data